koperasi syariah

31
KOPERASI SYARIAH DALAM SISTEM PERKOPERASIAN DI INDONESIA A. PENDAHULUAN Koperasi dengan sistem syariah disebut dengan masyarakat atau syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan sejumlah modal yang telah ditetapkan bedasarkan perjanjian untuk bersama – sama menjalankan suatu usaha pembagian keuntungan dan kerugian dalam bagian yang ditentukan Perjanjian musyakarah merupakan perjanjian antara dua orang atau lebih untuk mendirikan suatu usaha, yang mana modal usaha itu adalah merupakan modal bersama melalui penyertaan modal oleh masing – masing pihak, dengan kata lain serikat usaha ini mempunyai tujuan ekonomis (mencari keuntungan) namun tetap bedasarkan kepada prisip – prisip syariah. Prinsip – prinsip inilah yang digunakan dalam menjalankan koperasi berdasarkan prisip syariah. Di Indonesia, koperasi sudah berdiri lama berdiri, bahkan sejak isme Belanda. Saat ini, unit usaha yang paling banyak mendapat julukan adalak koperasi. Julukan itu begitu mulia, “Soko Guru Perekonomian Indobnesia”,

Upload: citra-ardian

Post on 26-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: KOPERASI SYARIAH

KOPERASI SYARIAH DALAM SISTEM

PERKOPERASIAN DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN

Koperasi dengan sistem syariah disebut dengan masyarakat atau

syirkah adalah keikutsertaan dua orang atau lebih dalam suatu usaha tertentu

dengan sejumlah modal yang telah ditetapkan bedasarkan perjanjian untuk

bersama – sama menjalankan suatu usaha pembagian keuntungan dan

kerugian dalam bagian yang ditentukan

Perjanjian musyakarah merupakan perjanjian antara dua orang atau

lebih untuk mendirikan suatu usaha, yang mana modal usaha itu adalah

merupakan modal bersama melalui penyertaan modal oleh masing – masing

pihak, dengan kata lain serikat usaha ini mempunyai tujuan ekonomis

(mencari keuntungan) namun tetap bedasarkan kepada prisip – prisip

syariah. Prinsip – prinsip inilah yang digunakan dalam menjalankan

koperasi berdasarkan prisip syariah.

Di Indonesia, koperasi sudah berdiri lama berdiri, bahkan sejak isme

Belanda.

Saat ini, unit usaha yang paling banyak mendapat julukan adalak

koperasi. Julukan itu begitu mulia, “Soko Guru Perekonomian Indobnesia”,

“Tulanng Punggung Ekonomi Rakyat”, dan lain – lain. Secara

konstitusional, badan usaha yang disebutkan secara eksplisit dalam

penjelasan UUD 1945, hanya koperasi seperti yang disebutkan : “Bangun

perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”, demikian dinyatakan

UUD 1945.

Keberadaan koperasi di Indonesia saat ini sudah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, akan tetapi

undang-undang tersebut hanya mengatur tentang koperasi konvensional.

Page 2: KOPERASI SYARIAH

B. KOPERASI SYARIAH

Salah satu lembaga keuangan non-bank dalam ekonomi Islam adalah

berbentuk koperasi. Sebagian ulama menyebut koperasi dengan syirkah

ta’awuniyah (persekutuan tolong menolong), yaitu suatu perjanjian kerja sama

antara dua orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha,

sedangkan pihak lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi

untung) menurut perjanjian, sehingga dalam koperasi ini terdapat unsur

mudharabah karena satu pihak memiliki modal dan pihak lain melakukan

usaha atas modal tersebut.

Koperasi Syariah adalah badan usaha yang tidak jauh berbeda dengan

koperasi konvensional, hanya terdapat beberapa penyesuaian. Penyesuaian

itu misalnya berupa landasan koperasi syariah yang harus sesuai dengan Al-

Qur’an dan Sunnah dengan dijiwai semangat saling menolong (ta’awun)

dan saling menguatkan (takafful).

Koperasi syariah menegakkan prinsip-prinsip Islam seperti:

1. Meyakini bahwa kekayaan adalah amanah Allah yang tidak dapat di-

miliki siapa pun secara mutlak.

2. Kebebasan muamalah diberikan kepada manusia sepanjang masih

bersesuaian dengan syariat Islam.

3. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur bumi.

4. Menjunjung fungsi keadilan dan menolak semua bentuk ribawi dan

pemusatan sumber daya ekonomi pada segelintir orang.

Oleh karena tidak mengenal bentuk ribawi, maka bunga atas modal

tidak ada dalam koperasi syariah. Konsep bunga diganti dengan sistem bagi

hasil. Demikian pula dalam hal kebersamaan, dalam koperasi syariah

Page 3: KOPERASI SYARIAH

bukanlah diartikan sebagai demokrasi dengan satu orang satu suara, namun

kebersamaan harus diterjemahkan sebagai musyawarah.

Dilihat dari keberadaan simpanan pokok, wajib, dan sukarela, pada

dasarnya koperasi syariah dapat didirikan atas dasar prinsip syirkah

mufawadhah dan syirkatul inan.

Syirkah mufawadhah adalah perkongsian antara dua orang atau lebih,

dengan masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (simpanan pokok

dan wajib) yang sama. Sedangkan simpanan sukarela tergantung pada

masing-masing anggota.

Syirkatul inan adalah perkongsian antara dua orang atau lebih dengan

kontribusi dana dari masing-masing anggota kongsi bervariasi. Dana itu

dikembangkan bersama-sama dan pembagian keuntungannya berdasarkan

kesepakatan bersama.

Tujuan koperasi syariah adalah untuk memberikan pelayanan kepada

anggota dan bukan untuk mencari keuntungan. Akan tetapi perlu diperhati-

kan dan diwaspadai dalam pelaksanaannya, bahwa penjualan barang-

barang atas biaya akan bisa mendorong anggotanya untuk membeli banyak

barang dari koperasi dengan “harga koperasi” lalu kemudian menjualnya di

luar koperasi dengan harga pasar, di samping bahwa koperasi itu sendiri

perlu mendapat surplus dari usahanya yang dapat digunakan bagi

pemupukan modalnya.

Hingga sekarang, koperasi masih dianggap sebagai lembaga yang

paling tepat untuk menghimpun kegiatan petani, pedagang kecil, pengrajin,

nelayan, bahkan juga dapat dipakai instrumen peningkatan kesejahteraan

Page 4: KOPERASI SYARIAH

kaum buruh, karyawan, dan pegawai. Sebagian besar pengusaha Indonesia

adalah pengusaha kecil dan lembaga yang ada berbentuk koperasi. Koperasi

syariah merupakan bentuk koperasi yang kegiatan operasionalnya dilakukan

berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

C. KARAKTERISTIK KOPERASI SYARIAH

Menurut Mahmud Syaltut yang dikutip oleh Suhrawardi K. Lubis, ada

empat jenis koperasi, yaitu:

1) Syirkah abdan, ialah syirkah (kerja sama) antara dua orang atau lebih

untuk melakukan suatu usaha/pekerjaan, yang hasilnya/upahnya

dibagi antara mereka menurut perjanjian. Misalnya usaha konfeksi,

bangunan, dan sebagainya. Abu Hanifah dan Malik membolehkan

syirkah ini, sedangkan Syafi’i melarang.

2) Syirkah mufawadhah, ialah kerja sama antara dua orang atau lebih

untuk melakukan suatu usaha dengan modal uang atau jasa dengan

syarat sama modalnya, agamanya, mempunyai wewenang melakukan

perbuatan hukum. Jumhur ulama melarang syirkah mufawadhah ini,

kecuali Abu Hanifah yang membolehkan.

3) Syirkah wujuh, ialah kerja sama antara dua orang atau lebih untuk

membeli sesuatu tanpa modal uang tetapi hanya berdasarkan keper-

cayaan para pengusaha dengan perjanjian profit sharing (keuntungan

dibagi di antara mereka sesuai dengan bagian masing-masing), ulama

Hanafiah dan Hambali membolehkan syirkah ini, sedangkan Ulama

Syafi’i dan Malik melarang, karena menurut mereka syirkah hanya

boleh dengan uang atau pekerjaan, sedangkan uang dan pekerjaan

Page 5: KOPERASI SYARIAH

tidak terdapat dalam syirkah ini.

4) Syirkah inan, ialah kerja sama antara dua orang atau lebih dalam

permodalan untuk melakukan suatu bisnis atas dasar profit and loss

sharing (membagi untung dan rugi) sesuai dengan jumlah modal

masing-masing. Syirkah jenis ini disepakati oleh ulama tentang

bolehnya

Pelaksanaaan Syirkah (kemitraan usaha) mengandung makna tidak

ada pihak yang bertanggung jawab atas pihak-pihak lain kecuali jika dalam

hal tersebut tanggung jawab telah diterimanya atas dasar usaha bersama

dengan melalui izin dari semua pihak yang terkait.

Di dalam musyarakah (pembagian hasil), pertanggungjawaban

keuangan dari pihak yang menyediakan modal akan dibatasi sesuai dengan

jumlah yang telah disediakannya kecuali apabila nasabah telah

meningkatkan tanggung jawabnya melalui perizinan mitra kerja, atas

namanya sendiri meminjam atau membeli dengan kredit.

Ketika melakukan perjanjian musyarakah, ada jangka waktu yang

harus dipenuhi. Jangka waktu dalam usaha juga dapat ditentukan dalam

perjanjian.

1. Setiap pihak boleh mengakhiri perjanjian syirkah atau musyarakah

kapan saja. Jika jumlah pihak yang melakukan perjanjian tersebut

lebih dari dua, maka pihak-pihak yang masih tetap melanjutkan

perjanjian bisa meneruskan kesepakatan yang disetujuinya.

2. Perjanjian syirkah atau musyarakah dapat juga diakhiri karena suatu

batas waktu tertentu.

Page 6: KOPERASI SYARIAH

3. Perjanjian syirkah atau musyarakah berakhir dengan kematian salah

seorang dari pihak-pihak tersebut, kemudian persetujuan dapat t

dianjurkan oleh pihak-pihak yang masih ada apabila perjanjian l

tersebut melibatkan lebih dari dua pihak.

Sebagian besar dari ketentuan-ketentuan di atas telah disepakati di

kalangan keempat ahli fikih Islam. Meskipun dalam beberapa hal ada

perbedaan-perbedaan dalam rinciannya atau bahkan dalam prinsip dasarnya.

Salah satu karateristik dari koperasi syariah adalah adanya sifat tolong

menolong. Hal ini berarti koperasi tidak semata-mata bertujuan mencari

laba. Hal ini berbeda dengan tujuan Perseroan Terbatas atau badan hukum

lain yang umumnya bertujuan untuk memperoleh laba.

Bila ada keuntungan dan kerugian dibagi rata sesuai dengan besarnya

modal yang ditanam, karena dalam perekonomian Islam tetap saja

mengakui adanya untung dan rugi. Meskipun dalam syirkah ta’awuniyah

b£a unsur mudharabah, tapi pada dasarnya di dalam koperasi terdapat

pembagian untung dan pembagian kerugian".

Di dalam Al-Qur'an Surat al-Maaidah ayat (2) Allah SWT., berfirman

yang artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebijakan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan

permusuhan".

Berdasarkan pada ayat di atas kiranya dapat dipahami bahwa tolong-

menolong dalam kebajikan dan dalam ketakwaan dianjurkan oleh Allah,

maka koperasi sebagai salah satu bentuk tolong-menolong, keija sama dan

saling menutupi kebutuhan, dan tolong-menolong kebajikan adalah salah

Page 7: KOPERASI SYARIAH

satu wasilah untuk mencapai ketakwaan yang sempurna.

Di dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan

Imam Ahmad dari Anas bin Malik RA. Berkata bahwa Rasullulah SAW.,

bersabda: “Tolonglah saudaramu yang menganiaya dan yang dianiaya,

sahabat bertanya: ya Rasullulah aku dapat menolong orang yang dianiaya,

tapi bagaimana menolong orang yang menganiaya? Rasul menjawab: kamu

tahan dan mencegahnya dari menganiaya itulah arti menolong daripada-

nya".

Bila hadis tersebut dapat dipahami lebih jauh (luas), maka dapat

dipahami bahwa umat Islam dianjurkan untuk menolong orang-orang yang

ekonominya lemah (miskin) dengan cara berkoperasi dan menolong orang-

orang kaya jangan sampai mengisap darah orang-orang miskin, seperti

dengan cara mempermainkan harga, menimbun barang, membungakan uang

dan dengan cara yang lain-lainnya. Hal ini berpengaruh pada pendirian

koperasi, sehingga disebutkan: “koperasi yang dibentuk atas dasar kerelaan

adalah sah, mendirikan koperasi dibolehkan menurut agama Islam tanpa ada

keragu-raguan apa pun mengenai halnya, selama koperasi tidak melakukan

riba atau penghasilan haram”

Tolong-menolong adalah perbuatan yang terpuji menurut agama

Islam, salah satu bentuk tolong-menolong adalah mendirikan koperasi,

maka mendirikan dan menjadi anggota koperasi adalah merupakan salah

satu perbuatan terpuji menurut agama Islam.

Page 8: KOPERASI SYARIAH

D. KEDUDUKAN HUKUM KOPERASI SYARIAH DI INDONESIA

Ketentuan tentang hukum koperasi dalam Islam, sebagian ulama

menganggap koperasi (syirkah ta’awuniyah) sebagai akad mudharabah,

yaitu: "Suatu perjanjian kerja sama antara dua orang atau lebih, yang satu

menyediakan modal usaha, sedangkan yang lainnya melakukan usaha atas

dasar profit sharing (membagi keuntungan) menurut perjanjian”

Koperasi banyak melakukan usaha untuk membantu pengusaha kecil.

Hal yang sama dilakukan oleh koperasi syariah. Bantuan ini untuk meng-

hindarkan pengusaha mikro dari jeratan rentenir. “Kementerian Koperasi

kembali menyediakan dana bergulir sebesar Rp 15 miliar untuk koperasi

yang menggunakan prinsip islami. Dana sebesar itu berasal dari APBN

2005 dan diperuntukkan bagi 300 koperasi syariah di 26 provinsi di

Indonesia.

Adanya pengerahan dana bagi pedagang mikro merupakan bantuan

kepada masyarakat miskin terutama yang terjerat rentenir.

Pedagang kecil atau pengusaha mikro di pelosok daerah juga

pinggiran ibu kota banyak terjerat rentenir dengan bunga berlipat ganda.

Dengan bantuan modal kerja diharapkan masyarakat bisa terbebas dari

jeratan rentenir dan sebaliknya mengikuti transaksi keuangan sesuai

syariah. Dari dana bergulir ini, setiap anggota koperasi syariah bisa

memperoleh dana modal maksimal Rp 2.000.000,- modal yang disertakan

pada setiap koperasi masing-masing Rp 50.000.000,-.

Data pada Kementerian Koperasi menunjukkan bahwa koperasi

syariah berjumlah 2.700-an. Koperasi ini berasal dari Baitul Maal Wat

Page 9: KOPERASI SYARIAH

Tamwil (BMT) yang memilih badan hukum koperasi syariah. Masa program

dana bergulir ini sepuluh tahun. Program dana bergulir untuk koperasi

syariah ini sebetulnya bukan yang pertama.

Pada tahun 2002 Kementerian Koperasi sudah mulai melakukan

percobaan dengan mengalokasikan dana Rp 1,3 miliar untuk 26 koperasi

syariah. Kemudian, pada tahun 2004 kembali mengalokasikan dana

dengan jumlah lebih besar atau mencapai Rp 5 miliar untuk seratus

koperasi di 18 provinsi. Dari hasil percobaan, tahun ini Kementerian

Koperasi meningkatkan dana bergulir bagi koperasi syariah menjadi Rp

15 miliar dengan jangkauan 300 koperasi di 26 provinsi. Dana bergulir

ini tentu akan berkembang. Setelah 10 tahun, akan dikaji berapa besar

perkembangan dana dan berapa banyak usaha kecil yang terbantu dari

program ini.

Dari uraian di atas, koperasi syariah sebenarnya sudah mulai dikenal

dan dilaksanakan di masyarakat. Pemerintah juga telah memberi perhatian

pada perkembangan koperasi syariah dengan adanya dana yang diper-

hitungkan untuk membiayai operasional koperasi syariah. Hanya sayangnya

meskipun koperasi syariah telah dilakukan dalam sistem perekonomian di

Indonesia, koperasi syariah ini sama sekali belum memiliki kekuatan

hukum, karena belum ada peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya.

Ketentuan khusus mengenai kedudukan koperasi syariah belum ada

dibentuk. Namun akan dibuat peraturan yang setingkat peraturan

pelaksanaan dari Undang-undang Koperasi (UU No. 25 Tahun 1992). Pada

Page 10: KOPERASI SYARIAH

undang-undang tersebut ada pengakuan jasa koperasi dengan sistem

konvensional dan koperasi dengan sistem bagi hasil. Ini mengakomodasi

koperasi yang menjalankan prinsip syari’ah.

Kegiatan yang dilakukan oleh koperasi syariah merupakan peijanjian

yang dibentuk atas dasar kerelaan, dan itu merupakan hal yang sah menurut

agama Islam. Koperasi syariah merupakan perwujudan dari nilai-nilai ke-

bersamaan antar-anggota dan hal ini juga dapat dilihat pada asas keke-

luargaan pada koperasi yang diatur pada Pasal 2 UU No. 25 tahun 1992

tentang perkoperasiaan.

Pasal 3 UU No. 25 tahun 1992 tentang Koperasi menyatakan tujuan

koperasi adalah, untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan pereko-

nomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan

makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Selama ini praktisi koperasi masih awam dengan akad-akad islami.

Dengan pedoman ini semua memiliki pegangan dan dasar hukum positif.

Tinggal mensosialisasikan dan mempraktikkannya. Untuk menyusun

pedoman praktik jasa keuangan koperasi syariah ini, Kementerian Koperasi

melibatkan pakar ekonomi syariah. Dengan begitu, pedoman yang disusun

bisa dipraktikkan dalam praktik jasa keuangan sehari-hari.

Di Indonesia, lembaga keuangan bank memiliki pilihan dapat

berbentuk koperasi atau Perseroan Terbatas atau Perusahaan Daerah (PT/

PD). Oleh karena itu, di samping harus mengikuti kaidah umum menaati

prinsip-prinsip syari’ah juga mengikuti aturan yang berlaku bagi koperasi

Page 11: KOPERASI SYARIAH

atau PT/PD. Implementasinya tentunya prinsip-prinsip syariah sedapat

mungkin dimasukkan ke dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

(AD/ART) lembaga keuangan tersebut. Saat ini lembaga keuangan syariah

yang berbadan hukum koperasi antara lain Bank Perkreditan Rakyat

Syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Kopontren (Koperasi Pondok

Pesantren).

Kedudukan koperasi syariah sehubungan dengan tidak diaturnya

dalam UU No. 25 Tahun 1992 tentang koperasi masih merujuk kepada UU

No. 25 Tahun 1992 tersebut sambil menunggu peraturan baru yang khusus

mencantumkan adanya prinsip syariah dalam kegiatan koperasi.

E. PELAKSANAAN KEGIATAN KOPERASI SYARIAH

Pelaksanaan kegiatan koperasi syariah menggunakan prinsip profit-

sharing atau bagi-bagi keuntungan dan risiko yang jelas merupakan ajaran

sistem ekonomi syariah dan sistem ekonomi Pancasila sebenarnya sudah

diterapkan di sejumlah negara maju (welfare state) yang merasa bahwa

penerapan prinsip profit-sharing dan employee participation (partisipasi

buruh/ karyawan) lebih menjamin ketenteraman dan ketenangan usaha dan

tentu saja menjamin keberlanjutan suatu usaha.

Meskipun pengertian economic democracyjelas lebih luas dari

industrial democracy namun keduanya bisa diterapkan sebagai asas atau

“style" manajemen satu perusahaan yang jika dilaksanakan dengan disiplin

tinggi akan menghasilkan kepuasan semua pihak (stakeholders) yang

terlibat dalam perusahaan.

Page 12: KOPERASI SYARIAH

Prinsip employee particiption, yaitu partisipasi buruh/karyawan dalam

pengambilan keputusan perusahaan sangat erat kaitannya dengan asas

profit-sharing. Adanya partisipasi buruh/karyawan dalam decision-making

perusahaan berarti bu ruh Aaryawan ikut bertanggung jawab atas diraihnya

keuntungan atau terjadinya kerugian

Hal yang cukup penting dari koperasi adalah bahwa mereka mem-

bangun sistem manajemen terbuka dan dikontrol oleh anggota dan para

pekerjanya. Azas mereka dalam membangun koperasi adalah capital share

atau berbagi modal (uang, gedung, peralatan kantor, tenaga, pikiran, dan

sebagainya) untuk mewujudkan satu tujuan yaitu membangun kesejahteraan

bersama dalam kolektif. Kesadaran anggota untuk membayar iuran

dibentuk oleh tujuan tersebut. Dan agar setiap anggota tahu seluk beluk

koperasi, bila seseorang berminat masuk menjadi anggota koperasi dia

harus terlibat dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan koperasi tersebut

dalam tenggang waktu tertentu. Dengan demikian, keterlibatan seseorang di

dalam koperasi bukan semata-mata untuk membeli saham dan menantikan

pembagian deviden saja.

Karena berhak menentukan pemanfaatan modal, maka pemodal akan

menyerap risiko kegagalan investasi sebesar modal yang diserahkan

tersebut. Pengambilan keputusan operasional pada dasarnya sepenuhnya

wewenang eksekutif namun pemilik modal memiliki hak untuk melakukan

pengawasan.

Apabila dalam menjalankan operasional eksekutif melalaikan

kewajibannya (tidak hati-hati) dan hal tersebut berakibat pada kergian maka

Page 13: KOPERASI SYARIAH

kerugian tersebut menjadi tanggung jawab eksekutif. Yang membedakan

antara koperasi, perusahaan dengan lembaga keuangan syariah terletak pada

kewajiban pada seluruh pihak yang melakukan musyawarah untuk menaati

prinsip-prinsip syari’ah.

Berdasarkan relasi di atas, koperasi di Barat menempatkan diri sebagai

kompetitor sistem produksi kapitalistik (buruh-majikan). Yang membe-

dakan hubungan produksi kooperatif (membership) dari yang kapitalistik

adalah “pada koperasi surplus value (dividen) dibagikan ke seluruh anggota,

sedangkan di kapitalistik surplus value diambil oleh majikan”.

Untuk koperasi syariah, pelaksanaan kegiatannya terdiri atas dua

akad. Pertama, akad antara Bank Indonesia dan Bank Muamalah Indonesia

(BMI), yaitu akad mudharabah dengan nisab 62,5% untuk pemilik dana

(BI) dan 37,5% untuk pelaksana (BMI). Akad mudharabah adalah

mudharabah muqayyadah, yaitu: Mensyaratkan jenis usaha yang akan

dibiayai dan juga mensyaratkan BMI tidak boleh membiayai unit usaha

yang profit margin-nya diperkirakan di bawah 16% per tahun. Kedua, akad

antara BMI dengan koperasi yaitu akad mudharabah, tergantung pada jenis

bisnisnya. Salah satu contoh yang menggunakan akad mudharabah untuk

bisnis sembako.

Pendanaan kredit program ini berasal dari Bank Indonesia, namun

seluruh risikonya ditanggung BMI. Hal ini disebabkan BMI sebagai

pelaksana secara langsung menjalankan bisnis yang telah disebutkan

tersebut, tetapi menunjuk pihak lain (koperasi) untuk menjalankan. Merujuk

pada pendapat Ibnu Rusyid dalam kitab Bidayatul Mujtahid, maka:

Page 14: KOPERASI SYARIAH

“pelaksana pertama harus menanggung risikonya.

Katakanlah koperasi X memerlukan modal kerja untuk bisnis semba-

konya sekitar Rp 350.000.000,-. Uang ini akan digunakan untuk berbisnis

tiga jenis komoditas, yaitu beras 202,5 ton, minyak goreng 28,8 ton, dan

gula 176,3 ton. Katakan pula harga beli beras Rp 2.500 per kilogram,

minyak goreng Rp 4.300 per kilogram, dan gula Rp 2.500 per kilogram.

Setiap jenis komoditas tentunya mempunyai profit margin yang berbeda,

yaitu beras 15%, minyak goreng 25%, dan gula 11%.

Akad antara BMI dan koperasi X adalah mudharabah muqayyadah,

yaitu mensyaratkan bahwa koperasi X tidak boleh menjual komoditas yang

dibiayai lebih rendah daripada propit margin yang telah ditentukan. Meski-

pun demikian, koperasi X boleh saja mengubah komposisi volume peng-

adaan setiap komoditas dengan sepengetahuan BMI. Bila ini dilakukan,

dalam akad mudharabah muqayyadah disyaratkan bahwa koperasi X tidak

boleh mengubah komposisi tersebut yang dapat mengakibatkan rata-rata

tertimbang profit margin setelah perubahan komposisi volume itu lebih

kecil dari rata-rata tertimbang profit margin sebelum dilakukan perubahan.

Selanjutnya BMI akan berbagi hasil dengan Bank Indonesia. Dengan

profit margin 16% setahun yang diperoleh BMI dengan nisbah 62,5% untuk

Bank Indonesia, maka bagian Bank Indonesia adalah 10% dalam setahun.

Transaksi yang baru saja dipaparkan antara BMI dan koperasi dapat pula

menggunakan akad mudharabah. Bedanya, volume dan profit margin-nya

tentukan di awal. Misalnya BMI menjual sekian ton beras, sekian ton

minyak, sekian ton gula dengan harga tertentu. Katakanlah BMI membeli

Page 15: KOPERASI SYARIAH

komoditas tersebut sebesar Rp 350.000.000,- dan menjualnya senilai Rp

406.000.000,-, maka koperasi akan membayarnya secara cicilan selama

setahun dengan akad ini tidak ada unsur kewajiban koperasi yang sifatnya

akan diubah.

Salah satu bentuk koperasi syariah yang ada saat ini adalah Inkopon-

tren. Inkopontren adalah singkatan dari induk Koperasi Pondok Pesantren.

Ia merupakan Badan Hukum Koperasi Sekunder yang didirikan secara

resmi pada tanggal 7 Desember 1994 berdasarkan Keputusan Menteri dan

Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Nomor 003/BH/M.I/ 1994

tentang Pengesahan Akta Pendirian Koperasi.

Gagasan awal pendirian Inkopontren terjadi dalam sebuah rembukan

pada tanggal 9 November 1994 di Jakarta. Di antara yang hadir dalam

rembukan tersebut dan juga sekaligus sebagai pendiri Inkopontren adalah

KH. Noer Muhammad Iskandar, SQ., KH. Abdul Wahid Zaini, Dr. Juhaya

S. Praja, KH. Noerhadi Albarsani, MA., dan Dr. KH. Manarul Hidayat.

Kelima orang ini mewakili peserta yang lain sepakat untuk mendirikan

Kopontren dan mengusulkannya kepada Menteri Koperasi dan Pembinaan

Usaha Kecil, yang kemudian disetujui pendirian Inkopontren pada tanggal 7

Desember 1994.

Fungsi utama dari Inkopontren adalah untuk membangun dan me-

ngembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota (Puskopontren dan

kopontren) dan masyarakat umum guna meningkatkan kesejahteraan

ekonomi sosial. Atas dasar fungsi itu, maka Inkopontren kemudian berperan

sebagai berikut:

Page 16: KOPERASI SYARIAH

1. Secara efektif meningkatkan dan mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

2. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan ketahan-

an ekonomi nasional dan koperasi sebagai soko gurunya.

3. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas keke-

luargaan dan demokrasi ekonomi.

Mengenai usaha yang akan dilakukan Inkopontren dalam pember-

dayaan ekonomi (Islam), khususnya di lingkungan pesantren, dapat dilihat

secara rinci dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Program

Kerja Inkopontren. Dalam anggaran dasar Inkopontren Pasal 3 Ayat (4)

disebutkan bahwa yang menjadi bidang usaha Inkopontren adalah: Menja-

lankan usaha di bidang jasa, mendirikan dan menjalankan usaha di bidang

percetakan dan penerbitan, menjalankan usaha perdagangan antara bidang

percetakan dan penerbitan, menjalankan usaha perdagangan antara pulau,

daerah dan lokal serta ekspor dan impor, menjalankan usaha bidang

konstruksi listrik, air minum, gas, telepon dan usaha-usaha lainnya di

bidang teknik sipil, elektro, mesin, dan lainnya dalam arti seluas-luasnya.

Menjalankan usaha dalam bidang industri dalam arti seluas-luasnya

mengadakan kemitraan antarkoperasi, BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

dan swasta dalam menjalankan kegiatan usaha dengan prinsip saling

menguntungkan.

Selain menjalankan usaha sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 Ayat

(2) Anggaran Dasar Inkopontren di atas, Inkopontren sebagaimana termuat

Page 17: KOPERASI SYARIAH

dalam anggaran rumah tangga Inkopontren juga menjalankan usaha:

1. Melaksanakan usaha pembinaan dan pengembangan anggota yang

meliputi Puskopontren maupun kopontren dalam aspek kelembagaan,

sumber daya manusia, permodalan, dan aspek pemasaran.

2. Melaksanakan pemetaan potensi utama ekonomi pesantren.

3. Ikut membantu pembangunan sosial, ekonomi, dan pendidikan di

daerah.

4. Memberikan penghargaan kepada mereka yang beijasa dalam

meminta dan mengembangkan Puskopontren maupun kopontren.

Menjalankan usahanya, hingga saat ini Inkopontren telah mendorong

instansi yang terkait atau membuat sendiri beberapa kesepakatan berupa

Memorandum of Understanding (MoU) dengan beberapa instansi lain.

Berdasarkan penelitian 303 perusahaan di Inggris, alasan perusahaan

mengadakan aturan pembagian laba dan pemilikan saham oleh buruh/

karyawan ada 5, yaitu:

1. Komitmen moral (moral commitment);

2. Penahan staf (staff rétention);

3. Keterlibatan buruh/karyawan (employee involvement) ;

4. perbaikan kinerja hubungan industrial (improved industrial relations

performance);

5. Perlindungan dan pengambilalihan oleh perusahaan lain (protection

against takeover).

Salah satu ciri dari pelaksanaan koperasi syariah adalah adanya

pemberlakuan sistem profit sharing (bagi hasil). Prinsip profit sharing atau

Page 18: KOPERASI SYARIAH

bagi-bagi keuntungan dan risiko yang jelas merupakan ajaran Sistem

Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Pancasila sebenarnya sudah

diterapkan di sejumlah negara maju (welfare state) yang merasa bahwa

penerapan prinsip profit sharing dan employee participation lebih menjamin

ketenteraman dan ketenangan usaha dan tentu saja menjamin keber-

lanjutan suatu usaha.

Adapun yang menjadi tujuan dari didirikannya koperasi syariah

adalah untuk menciptakan kesejahteraan anggota dan masyarakat umum,

dan ikut membangun terciptanya tatanan perekonomian nasional guna ter-

wujudnya masyarakat maju, adil, dan makmur yang diridai Allah SWT.

Tujuan ini merupakan umum. Yang kemudian dapat diperinci men-

jadikan koperasi syariah sebagai kekuatan ekonomi yang efektif sehingga

menjadi aset nasional yang mampu mengembangkan pertumbuhan ekonomi

di satu pihak, serta menjadi alat demokrasi ekonomi di pihak lain.

F. PENUTUP

Kedudukan koperasi syariah dalam sistem perkoperasian di Indonesia

adalah lembaga yang diakui bentuknya. Koperasi merupakan salah satu

badan hukum yang diatur dalam perundang-undangan, namun khusus

mengenai koperasi syariah sama sekali belum ada peraturan pelaksaan.

Ketentuan yang direncanakan adalah pengajuan perundang-undangan yang

setingkat dengan peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 25 Tahun

1992 tentang koperasi yang mengatur tentang sistem syariah pada program

keija koperasi.

Page 19: KOPERASI SYARIAH

DAFTAR PUSTAKA

M. Nejatullah Siddiq', Kemitraan Usaha dan bagi Hasil dalam Hukum Islam,

Dana Bhakti Prima Jasa, Yogyakarta, 2001.

Edi Cahyono Diponogoro, Melalui http://www.sajadah.net/comments. php?

id:230-0-l-0-c, Bekerja dan Maju dalam Bisnis Koperasi: Reformasi

Menuju Demokrasi Ekonomi.

Martin Manurung, Perkoperasian di Indonesia, Masalah Peluang, dan

Tantangannya di Masa Depan, dalam Kumpulan Makalah Sistem Ekonomi,

FE UI, Jakarta, 1998.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Membahas Ekonomi Islam, RajaGrafindo

Persada, Jakarta 2002.

Prajudi, Koperasi Syariah, melalui http://www.fatimah.org/artikel/ koperasi.htm

Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2000.

http://www-ma il -archive.eom/[email protected]/msg0035/html , Koperasi

Syariah dan Lembaga Ekonomi Syariah.

http://www.republika.co.id/Korandetail.asp/id = 188440&kat- id=256&kat-

id=256&kat-idl=82kat-id2, Koperasi Syariah Dapat Dana Bergulir.

Mubyarto, Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Industrial, Jurnal Ekonomi

Kerakyatan, 2003.

Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Gema Insani

Press, Jakarta, 2001.

Baihaqi Abdul Majid, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat di Pedesaan Melalui BMT

dan Koperasi Syariah, melalui ekonomi rakyat.org/edisi-17/ artikeL3.htm

Page 20: KOPERASI SYARIAH

A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan), RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.