struktur permodalan koperasi syariah: analisis …

19
STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS PENGGUNAAN ZAKAT, INFAK, SEDEKAH SEBAGAI MODAL KOPERASI SYARIAH Azis Miftach Qomarudin dan Yeni Salma Barlinti Program Sarjana Ilmu Hukum, Kekhususan Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi Fakultas Hukum, Universitas Indonesia Abstrak Modal koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi. Selain modal tersebut, modal koperasi syariah juga dapat berasal dari hibah, modal penyertaan, sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan, serta modal pinjaman yang berasal dari Anggota; Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya; Bank dan lembaga keuangan lainnya; Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Diadakan pula analisis mengenai kemungkinan penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi syariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang bertumpu pada data sekunder. Untuk melengkapi dan menunjang data sekunder tersebut, penulis juga menambahkan serangkaian wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara struktur dan komposisi permodalan koperasi konvensional dan koperasi syariah. Terkait dengan penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi syariah, hal itu dapat dilakukan. UU Pengelolaan Zakat mengatur bahwa zakat didistribusikan dengan syariat Islam. Menurut ajaran Islam, zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. Apabila dana zakat, infak, dan sedekah digunakan sebagai modal koperasi syariah, maka dana tersebut masuk dalam modal koperasi syariah sebagai komponen sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan”. Infak dan sedekah juga dapat dimasukkan sebagai komponen “hibah” dalam struktur permodalan koperasi syariah. Kata Kunci : Infak; Koperasi Syariah; Modal; Sedekah; Zakat Abstract Sharia cooperation capital consists of Primary Deposit and Cooperation Capital Certificate. Sharia cooperation capital also from grant, participation capital, other legitimate sources that do not conflict with Basic Budget and/or legislation provision, and loans capital get from members; other cooperation and/or other members; banks and other financial institutions; issuance of bonds and other debt securities; and/or Government and Local Government. There was also an analysis of the possibilities use of zakat, infaq, and charity as the capital of sharia Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISISPENGGUNAAN ZAKAT, INFAK, SEDEKAH SEBAGAI MODAL

KOPERASI SYARIAH

Azis Miftach Qomarudin dan Yeni Salma Barlinti

Program Sarjana Ilmu Hukum, Kekhususan Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi

Fakultas Hukum, Universitas Indonesia

Abstrak

Modal koperasi terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi. Selain modaltersebut, modal koperasi syariah juga dapat berasal dari hibah, modal penyertaan, sumber lainyang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturanperundang-undangan, serta modal pinjaman yang berasal dari Anggota; Koperasi lainnyadan/atau Anggotanya; Bank dan lembaga keuangan lainnya; Penerbitan obligasi dan surathutang lainnya; dan/atau Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Diadakan pula analisismengenai kemungkinan penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasisyariah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif yang bertumpupada data sekunder. Untuk melengkapi dan menunjang data sekunder tersebut, penulis jugamenambahkan serangkaian wawancara dengan narasumber yang berkaitan denganpermasalahan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwatidak ada perbedaan mendasar antara struktur dan komposisi permodalan koperasikonvensional dan koperasi syariah. Terkait dengan penggunaan zakat, infak, dan sedekahsebagai modal koperasi syariah, hal itu dapat dilakukan. UU Pengelolaan Zakat mengaturbahwa zakat didistribusikan dengan syariat Islam. Menurut ajaran Islam, zakat dapatdidayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatankualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasarmustahik telah terpenuhi. Apabila dana zakat, infak, dan sedekah digunakan sebagai modalkoperasi syariah, maka dana tersebut masuk dalam modal koperasi syariah sebagai komponen“sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuanperaturan perundang-undangan”. Infak dan sedekah juga dapat dimasukkan sebagaikomponen “hibah” dalam struktur permodalan koperasi syariah.

Kata Kunci : Infak; Koperasi Syariah; Modal; Sedekah; Zakat

Abstract

Sharia cooperation capital consists of Primary Deposit and Cooperation Capital Certificate.Sharia cooperation capital also from grant, participation capital, other legitimate sources thatdo not conflict with Basic Budget and/or legislation provision, and loans capital get frommembers; other cooperation and/or other members; banks and other financial institutions;issuance of bonds and other debt securities; and/or Government and Local Government. Therewas also an analysis of the possibilities use of zakat, infaq, and charity as the capital of sharia

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 2: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

2

cooperation. The method used in this research is juridical normative, which is based onsecondary data. To support and complement the secondary data, the Author also added aseries of interviews with relating sources to the issues in this research. Based on these results,it is concluded that there is no fundamental differences between the structure of capital forconventional cooperation and sharia cooperation. Associated with the use of zakat, infaq, andcharity as sharia cooperation capital, it can be done. Zakat Management Act set that zakatmust be distributed based on Islamic Law. According to Islamic Doctrine, zakat can beutilized for productive activities in order to poor handling and improving the quality ofpeople. Zakat utilization for productive activities can be done if mustahik basic needs arefulfilled. If zakat, infaq, and charity are used as capital of sharia cooperation, the funds get inthe capital of sharia cooperation as a component of “other legitimate sources that do notconflict with Basic Budget and/or legislation provision”. Infaq and charity may also includeas “grant” within the structure of sharia cooperation.

Key Word : Capital; Charity; Infaq; Sharia Cooperation; Zakat.

1. Pendahuluan

Koperasi lahir dalam era kejayaan kapitalisme. Jika kapitalisme berpijak pada paham

tentang pentingnya peranan modal dalam kegiatan ekonomi, maka koperasi lebih

mengutamakan peranan manusia dalam memupuk modal. Dengan demikian, perbedaannya

terletak pada penekanan faktor-faktor produksi dalam kegiatan ekonomi; koperasi pada

manusianya sedangkan kapitalisme pada kekuatan modal. Dalam hal ini bukanlah berarti

bahwa yang satu tidak memerlukan faktor produksi seperti yang ditekankan oleh yang

lainnya; di dalam kapitalisme, manusia perannya diperlukan sebagai salah satu faktor

produksi sedang di dalam koperasi modal diperlukan untuk menjalankan usahanya

dikumpulkan oleh manusia-manusia yang menjadi anggotanya.

Koperasi-koperasi yang didirikan di dalam negara-negara yang menganut paham

kapitalis justru memperoleh dan menemukan fungsinya sebagai suatu badan usaha yang

melakukan usaha perbaikan tingkat kehidupan ekonomi dari orang-orang yang berasal dari

kelompok pekerja atau orang-orang yang jatuh miskin akibat dari pelaksanaan sistem

kapitalisme. Mereka akhirnya menyadari bahwa untuk dapat menaikkan tingkat hidupnya

haruslah bekerjasama satu dengan yang lain dalam suatu wadah yang diorganisir dan

mempunyai program yang teratur dan dikelola bersama-sama secara demokratis. Dengan

demikian, dalam berkoperasi, ada unsur-unsur yang dapat dipenuhi secara bersama-sama,

yaitu kebersamaan dalam menjalankan usaha dalam rangka meningkatkan kemampuan

ekonomi para anggotanya.1

1Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi Indonesia,(Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 14.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 3: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

3

Tujuan usaha koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan anggotanya atau bermotif

pelayanan kepada para anggotanya. Koperasi mewujudkan demokrasi ekonomi melalui

kebersamaan, kekeluargaan, keterbukaan, kebertanggung-jawaban, dan demokrasi. Koperasi

memiliki kedudukan yang strategis, yaitu :

a. Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat.

b. Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang berwatak sosial

c. Koperasi sebagai salah satu soko guru perekonomian nasional, memajukan kesejahteran

anggota pada khusunya, dan masyarakat pada umumnya, serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan

makmur.

Anggota koperasi memiliki peran yang menentukan dalam proses manajemen dan

pengambilan keputusan organisasi maupun jalannya usaha koperasi. Anggota berkedudukan

sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pengguna jasa dari perusahaan koperasi. Anggota

berpartisipasi aktif dalam memupuk modal, pemanfaatan pelayanan, menanggung resiko, dan

terlibat aktif dalam pengambilan keputusan. Partisipasi anggota dan manajemen koperasi

menjadi pilar keberhasilan koperasi. Setiap anggota koperasi memiliki hak suara yang sama,

satu anggota satu suara.

Nilai-nilai koperasi dapat dibedakan antara nilai-nilai etis dengan nilai-nilai

fundamental. Nilai etis koperasi bertitik-tolak pada nilai-nilai yang diperkenalkan oleh para

perintis koperasi, yaitu kejujuran dan keterbukaan. Sedangkan nilai-nilai fundamental

koperasi lebih bersifat universal, artinya berawal dari semangat untuk memperbaiki nasib

penghidupan sendiri berdasarkan prinsip tolong-menolong. Nilai-nilai fundamental ini antara

lain menolong diri sendiri (self help), tanggung jawab sendiri (self-responsibility), demokrasi

(democracy), persamaan (equality), keadilan (equity), dan solidaritas (solidarity).

Menurut Mohammad Hatta, koperasi membawa semangat baru, yaitu menolong diri

sendiri (self-help). Dalam koperasi, setiap individu dapat mengoptimalkan kemampuan

pribadi yang diintegerasikan dalam konteks kebersamaan (individualitas dalam kolektivitas).

Rasa percaya diri yang tumbuh karena adanya kebersamaan akan menyadarkan setiap

individu bahwa mereka akan menghadapi berbagai kesulitan ekonomi yang relatif sama.

Mereka akhirnya yakin bahwa semua kesulitan ekonomi akan dapat diatasi dengan usaha

bersama. Usaha bersama ini tentu akan terus berjalan secara harmonis jika setiap individu

mampu memelihara kejujuran dan keterbukaan.2

2Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil DanMenengah Republik Indonesia, Buku Saku Koperasi: Apa Itu Koperasi, (Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 4: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

4

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian memberikan definisi

mengenai koperasi dalam Pasal 1, yaitu koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan. Secara garis besar, undang-undang ini menegaskan bahwa pemberian status

badan hukum koperasi, pengesahan perubahan Anggaran Dasar dan pembinaan koperasi

merupakan wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Namun demikian, dinyatakan (dalam

penjelasan umum undang-undang ini), bahwa hal itu tidak berarti pemerintah mencampuri

urusan internal dari organisasi koperasi dan tetap memperhatikan prinsip kemandirian

koperasi.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian juga memberikan

kesempatan bagi koperasi untuk memperkuat permodalan melalui pengerahan modal

penyertaan baik dari anggota, maupun dari bukan anggota. Dengan kemungkinan ini, koperasi

dapat menghimpun dana untuk pengembangan usahanya. Sejalan dengan itu, dalam undang-

undang ini ditanamkan pemikiran ke arah pengembangan pengelolaan koperasi secara

profesional.3

Dalam perkembangan koperasi selanjutnya, timbulah pemikiran-pemikiran yang

memunculkan ide untuk dapat membentuk koperasi dengan pengelolaan secara islami dan

sesuai dengan syariah. Secara teologis, keberadaan koperasi yang berasaskan islami dan

sesuai syariah (koperasi syariah) didasarkan pada Al-Qur’an surah Al-Maidah Ayat 2, yang

menganjurkan untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan melarang sebaliknya.

Koperasi syariah mengandung dua unsur di dalamnya, yakni ta’aurun (tolong-menolong) dan

syirkah (kerja sama). Dengan demikian, koperasi syariah biasa disebut syirkatu at-tauniyyah,

yaitu suatu bentuk kerja sama tolong-menolong antar sesama anggota untuk meningkatkan

kesejahteraan bersama.

Dari segi legalitas, koperasi syariah belum tercantum dalam UU No 25/1992 tentang

Perkoperasian. Untuk sementara, keberadaan koperasi syariah saat ini didasarkan pada

Keputusan Menteri (Kepmen) Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.

91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Kemudian, selanjutnya diterbitkan

instrumen pedoman standar operasional manajemen KJKS/UJKS Koperasi, pedoman

Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia, 2010), hal.4-5.

3Andjar Pachta W., Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay, op.cit., hal. 72-73.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 5: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

5

penilaian kesehatan KJKS/UJKS koperasi, dan pedoman pengawasan KJKS/ UJKS koperasi.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah atau biasa disebut KJKS adalah koperasi yang bergerak

dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola syariah. Sementara, Unit Jasa

Keuangan Syariah (UJKS) Koperasi adalah unit usaha dalam koperasi (konvensional) yang

kegiatannya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan dengan pola syariah.

UJKS koperasi biasa juga dianggap sebagai koperasi konvensional yang menawarkan produk

dan layanan dengan pola syariah.4

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, maka Indonesia

memiliki potensi zakat, infak, dan sedekah yang besar. Menurut Ketua Umum Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Prof. Dr.KH.Didin Hafidhuddin, M.Sc., berdasarkan riset Baznas

dan Fakultas Ekonomi Manajemen (FEM) IPB tahun 2011 menunjukkan bahwa potensi zakat

nasional mencapai angka 3,4 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan

persentase ini, maka potensi zakat di Indonesia setiap tahunnya tidak kurang dari Rp 217

triliun.5 Potensi tersebut dapat dikembangkan di bidang perekonomian untuk keperluan

kesejahteraan dan pengembangan ekonomi ummat. Selama ini, zakat, infak, dan sedekah yang

besar tersebut hanya disalurkan kepada golongan-golongan tertentu dan cenderung tidak

merata. Terutama, pemberian zakat, infak, dan sedekah tersebut bersifat pasif dan tidak

memiliki kesinambungan penghasilan bagi penerima zakat, infak, dan sedekah sehingga

pemberiannya yang bersifat konsumtif dan cenderung tidak bertahan lama. Berangkat dari

pemikiran tersebut, maka Penulis berusaha mengangkat tema mengenai koperasi syariah,

dimana koperasi yang pada dasarnya adalah badan usaha yang merupakan gerakan rakyat dan

berdasarkan asas kekeluargaan dapat secara nyata memberikan keutungan yang lebih merata

dan berkesinambungan kepada para anggotanya. Disamping itu, koperasi syariah dapat

berfungsi untuk kegiatan sektor ril atau serba usaha membantu kebutuhan sehari-hari

anggotanya.6 Koperasi syariah merupakan koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di

bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola dan nilai-nilai syariah. Oleh karena

melihat potensi pengembangan koperasi syariah melalui zakat, infak, dan sedekah yang sangat

4AM Rama (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengurus PusatIkatan Ahli Ekonomi Islam). Denyut Koperasi Syariah. Berita media pada website resmi Kementerian Koperasidan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=948:denyut-koperasi-syariah&catid=54:bind-berita-kementerian&Itemid=98. Diakses pada 25 Agustus 2012.

5Badan Amil Zakat Nasional, Program Perbankan Syariah Peduli (iB Peduli),http://www.baznas.or.id/ib-peduli/, Diakses pada 16 September 2012.

6BMT Berbadan Hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah, www.koperasisyariah.com. Diakses pada 14September 2012.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 6: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

6

besar tersebut, maka Penulis dalam karya tulis ini mengajukan penelitian tentang

“STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS PENGGUNAAN

ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH SEBAGAI MODAL KOPERASI SYARIAH”.

Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai struktur

permodalan koperasi syariah dan kemungkinan penerapan penggunaan zakat, infak, dan

sedekah sebagai modal koperasi syariah ditinjau dari peraturan perundang-undangan. Tujuan

penelitian ini yaitu koperasi sebagai gerakan ekonomi kerakyatan merupakan organisasi

ekonomi rakyat yang berwatak sosial, dimana dalam mencapai tujuannya tersebut senantiasa

memperhatikan kondisi masyarakat di sekitarnya. Koperasi Indonesia merupakan

perkumpulan orang-orang dan bukan perkumpulan modal. Orang-orang itu secara bersama-

sama melakukan gotong-royong berdasarkan prinsip persamaan, bekerja untuk memajukan

kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan kepentingan masyarakat.7 Konsep dan tujuan

koperasi tersebut memiliki kemiripan dengan yang dianut oleh Islam melalui pengumpulan,

penyaluran, serta pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah. Zakat, infak, dan sedekah

merupakan salah satu instrumen untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat dalam

pandangan ekonomi Islam. Zakat, infak, dan sedekah mampu menjembatani kesenjangan

ekonomi antara si kaya dan si miskin sehingga akan mampu mewujudkan keadilan sosial

yang pada gilirannya kondusif bagi perkembangan iklim usaha.8 Penggunaan dana zakat,

infak, dan sedekah secara profesional akan memungkinkan si miskin mampu mandiri dalam

sebuah lingkungan sosio-ekonomi yang menggalakkan industri kecil-mikro dan kemudian

akan berdampak mengurangi pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial-ekonomi.9

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan apabila kemiripan antara konsep

serta tujuan koperasi dan konsep serta tujuan zakat, infak, dan sedekah tersebut disatukan

demi tujuan yang sama yaitu kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

2. Metode Penelitian

7G. Kartasapoetra, et.al., Koperasi Indonesia: Yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, (Jakarta:Rineka Cipta, 1991), hal. 3.

8Aries Musnandar (dosen luar biasa FEB Universitas Brawijaya, Mhs MPI PPs UIN Maliki Malang),Potensi Zakat untuk Kesejahteraan Rakyat di Indonesia, http://www.zisindosat.com/potensi-zakat-untuk-kesejahteraan-rakyat-di-indonesia/, diakses pada 4 Oktober 2012.

9Jaringan Muzaki Indonesia, Zakat Sarana Kesejahteraan Umat,http://muzzakinetwork.wordpress.com/2012/01/19/zakat-sarana-kesejahteraan-umat/, diakses pada 4 Oktober2012.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 7: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

7

Penelitian ini merupakan penelitian hukum, karena membahas mengenai tinjauan

hukum dalam permodalan koperasi syariah khususnya terkait kemungkinan penggunaan

zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi syariah.10 Penelitian ini berbentuk yuridis

normatif, yaitu penelitian atas hukum yang dikonsepsikan dan dikembangkan dalam kajian-

kajian hukum. Dari sudut sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian eksploratoris11, karena

penelitian ini dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan, dan data mengenai

kemungkinan penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi syariah.

Pengetahuan tentang struktur permodalan koperasi syariah masih minim, terlebih bila

dikaitkan dengan kemungkinan penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi

syariah. Penulis berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai struktur permodalan koperasi

syariah, termasuk analisis di dalamnya yaitu mengenai kemungkinan zakat, infak, dan

sedekah menjadi bagian dari struktur permodalan koperasi syariah sehingga penelitian ini

diharapkan mampu menjelaskan mengenai struktur permodalan koperasi syariah sekaligus

menjabarkan penerapan zakat, infak, dan sedekah bila dipergunakan dalam struktur

permodalan koperasi syariah. Fokus utama penelitian ini adalah mengenai kemungkinan

penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi syariah. Sebagai penelitian

hukum normatif, penelitian ini merujuk pada data sekunder, yang meliputi:

a. Bahan hukum primer, meliputi Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 25

Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat,

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 Tentang Modal Penyertaan Pada Koperasi,

Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik

Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 581 Tahun 1999 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

10Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, danpemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu denganmenganalisanya. Selain itu, diadakan pula pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum untuk kemudianmengusahakan pemecahan atas permasalahan tersebut. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1982), hal. 43.

11Penelitian eksploratoris adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh keterangan,penjelasan, dan data mengenai hal-hal yang belum diketahui, sehingga penelitian ini dapat disebut juga sebagaipenelitian penjelajahan yang bersifat dasar. Penelitian tersebut dilakukan bila seorang peneliti tidak atau belummempunyai gambaran sama sekali tentang hal-hal yang akan diteliti. Jikalau ada sedikit gambaran, makagambaran tersebutlah yang kemudian akan diteliti. Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek,(Jakarta: Sinar Grafika, 2002), Hal. 8.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 8: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

8

Tentang Pengelolaan Zakat, dan juga peraturan-peraturan lain yang merupakan hukum

positif atau hukum yang berlaku dalam lingkup hukum koperasi syariah.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu yang berasal dari buku-buku, jurnal, makalah, skripsi, tesis,

dan artikel yang berhubungan dengan hukum koperasi dan hukum Islam terkait zakat,

infak, dan sedekah.12

c. Bahan hukum tersier, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Untuk melengkapi dan menunjang data sekunder tersebut, Penulis juga menambahkan

serangkaian wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini. Wawancara yang mendalam dilakukan dengan pihak yang mengerti

permasalahan yang dibahas dalam penelitian, terutama prakteknya di lapangan, yaitu Bapak

Sinardi selaku Ketua Koperasi syariah Ar-Risalah.

3. Pembahasan

Struktur Permodalan Koperasi Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012

Tentang Perkoperasian. Pada 29 Oktober 2012, Dewan Perwakilan Rakyat bersama

Presiden Republik Indonesia mensahkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355), yang mencabut Undang-Undang

Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992. Dalam undang-undang tersebut, terdapat beberapa

perubahan mendasar terkait struktur permodalan dalam koperasi, termasuk koperasi syariah.

Dalam Bab VII Pasal 66, diatur bahwa modal koperasi terdiri dari Setoran Pokok13 dan

Sertifikat Modal Koperasi14 sebagai modal awal. Setoran Pokok dan dan Sertifikat Modal

Koperasi sebagai modal awal koperasi tidak boleh berkurang jumlahnya. Selain modal

tersebut, modal koperasi juga dapat berasal dari hibah, modal penyertaan, sumber lain yang

sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-

undangan, dan modal pinjaman yang berasal dari:

a. Anggota;

b. Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya;

12Sri Mamudji, et.al., op.cit., hal. 31.

13Setoran Pokok adalah sejumlah uang, yang wajib dibayar oleh seseorang atau badan hukum Koperasipada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan pada suatu Koperasi. Undang-UndangPerkoperasian, Nomor 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN No. 5355, Pasal 1 butir 8.

14Sertifikat Modal Koperasi adalah bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal Koperasi.Undang-Undang Perkoperasian, Nomor 17 Tahun 2012, LN No. 212 Tahun 2012, TLN No. 5355, Pasal 1 butir9.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 9: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

9

c. Bank dan lembaga keuangan lainnya;

d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau

e. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Pengertian hibah menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian adalah pemberian uang dan/atau barang kepada Koperasi dengan sukarela

tanpa imbalan jasa, sebagai modal usaha. Modal penyertaan menurut undang-undang tersebut

adalah penyetoran modal pada Koperasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai

dengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badan hukum untuk menambah dan

memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan usahanya. Modal penyertaan

dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan usaha Koperasi yang produktif dan prospektif, baik

usaha yang diselenggarakan sendiri oleh Koperasi maupun dengan cara kerjasama usaha

secara kemitraan dengan pihak lain.

Kemungkinan Penerapan Penggunaan Zakat, Infak, Dan Sedekah Sebagai Modal

Koperasi Syariah Ditinjau Dari Peraturan Perundang-Undangan. Zakat dapat disalurkan

dengan bersifat konsumtif, yaitu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi penerima zakat,

dan dapat pula bersifat produktif, yaitu untuk menambah modal usaha bagi penerima zakat.

Adapun penyaluran zakat secara produktif sebagaimana pernah terjadi di masa Rasulullah

SAW, bahwa Rasulullah SAW telah memberikan zakatnya kepada mustahik, lalu

menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi. Dalam kaitannya dengan

pemberian zakat yang bersifat produktif, terdapat pendapat yang dikemukakan oleh Yusuf al-

Qardhawi dalam buku Fiqh Zakat, bahwa pemerintah Islam diperbolehkan membangun

pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan dari uang zakat, untuk kemudian kepemilikan dan

keuntungannya diberikan bagi kepentingan fakir miskin, sehingga akan terpenuhi kebutuhan

hidup mereka sepanjang masa.15 Apabila zakat diberikan kepada perusahaan yang dikelola

secara kolektif, maka fakir miskin yang mampu bekerja menurut keahlian (keterampilan)

masing-masing, harus diikutsertakan. Dengan demikian, jaminan (biaya) kebutuhan hidupnya

sehari-hari dapat diambil dari usaha bersama itu. Apabila usaha bersama itu berhasil

(mendapatkan laba), maka mereka pula yang akan menikmati bersama hasilnya itu.16

Di Indonesia, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa payung hukum bagi

keberadaan koperasi syariah adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian. Dimana peraturan yang lebih spesifik mengatur hal tersebut adalah Keputusan

15Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), hal. 133-134.16M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2003, hal. 42.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 10: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

10

Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:

91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa

Keuangan Syariah. Kemudian peraturan yang mengatur mengenai pengumpulan dan

penyaluran zakat adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Berdasarkan UU tersebut, lembaga yang diamanatkan oleh negara untuk melakukan

pengelolaan zakat secara nasional adalah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Unit

Pengumpul Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk

membantu pengumpulan zakat. Kemudian ada pula lembaga yang dibentuk masyarakat yang

memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang

disebut Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Pasal 25 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mengatur bahwa zakat

wajib didistribusikan dengan syariat Islam. Tidak ada pengaturan lebih lanjut mengenai hal ini

(sepenuhnya diserahkan kepada aturan ajaran agama Islam). Pendistribusian zakat tersebut

dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan,

dan kewilayahan.17 Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Pendayagunaan zakat untuk usaha

produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.18 Hal ini berarti

bahwa, Pemerintah memperbolehkan dana zakat dipergunakan untuk usaha produktif, dengan

mendahulukan kebutuhan dasar bagi mustahik (terpenuhi).

Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga diberikan tugas dan wewenang oleh

Pemerintah untuk menerima infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya.

Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya

dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang

diikrarkan oleh pemberi.19 Sama seperti zakat, pendistribusian dan pendayagunaan dana infak,

sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya diserahkan sepenuhnya sesuai ajaran agama

Islam.

Menurut cendekiawan muslim Adiwarman Azwar Karim, untuk menjawab boleh

tidaknya penggunaan dana zakat untuk pemanfaatan/pendayagunaan secara produktif, seperti

pembangunan berbagai fasilitas, pemberian modal, dan mengembangkan layanan, lembaga

amil perlu kembali kepada Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60. Dalam ayat itu, delapan

17Undang-Undang Pengelolaan Zakat Nomor 23 Tahun 2011, op.cit., Pasal 26.

18Ibid., Pasal 27.

19Ibid., Pasal 28.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 11: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

11

golongan penerima zakat terbagi dalam dua golongan besar. Pertama, empat penerima zakat

yang harus menerima dana zakat langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Diantara mereka adalah fakir dan miskin. Kedua, empat penerima zakat yang alokasi dana

zakatnya, dapat digunakan untuk kepentingan pembangunan fasilitas. Adiwarman

menyebutkan bahwa pembagian dua golongan besar itu dijelaskan dalam berbagai kitab tafsir

Al-Qur’an. Diantaranya adalah tafsir Jalalain, Qurtubi, dan Ibnu Katsir. Berbagai kitab itu

menjelaskan pendapat berbagai ulama besar terkait penggunaan dana zakat. Mereka

berpendapat, empat penerima zakat pertama harus mendapatkan dana zakat langsung.

Sedangkan, empat penerima lainnya bisa mendapat dana zakat secara tidak langsung.20

Berdasarkan pendapat ulama itu, maka penyaluran zakat bagi empat golongan pertama

harus dilakukan secara langsung21. Tidak boleh zakat yang disalurkan kepada mereka

berbentuk pinjaman bergulir, gedung, atau berbagai fasilitas lainnya. Meski demikian,

pengelola zakat tetap bisa menggunakan dana zakat untuk membangun atau mengembangkan

berbagai fasilitas layanan bagi mustahik. Namun, sumber dana untuk membiayai berbagai

fasilitas tersebut tidak bisa diambil dari empat golongan pertama. Sumber dana harus diambil

dari jatah amil. Sebab, amil punya bagian (jatah) untuk kegiatan operasionalnya.22

Sedangkan menurut Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc., lembaga zakat perlu

memikirkan agar mustahik tidak menerima dana zakat putus dan berhenti sampai disitu saja,

tetapi dipikirkan bagaimana jika fakir miskin sakit, bagaimana nasib fakir miskin yang tidak

bisa sekolah, bagaimana fakir miskin yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan kemauan

tetapi tidak punya modal?. Semua harus dipikirkan. Oleh karena itu, menurut beliau, selama

tujuannya untuk kepentingan fakir miskin, misalnya untuk penyediaan fasilitas pengobatan,

pendidikan, modal usaha, dan pembelian aset tanah itu hukumnya boleh.23

Terkait dengan kemungkinan penggunaan dana zakat, infak, dan sedekah sebagai

modal koperasi syariah, seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pengaturan

mengenai aspek permodalan koperasi syariah memiliki kesamaan dengan koperasi

konvensional. Sehingga, ketentuannya mengikuti ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25

20Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2009), hal. 132-133.

21Bentuk langsungnya dapat berupa makanan kebutuhan pokok, seperti saat pemberian zakat fitrah, atauuang yang diberikan sebagai zakat bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup.

22Noor Aflah, op.cit., hal. 133-134.

23Ibid., hal. 135.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 12: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

12

Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah Republik Indonesia Nomor: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, juga tidak mengatur secara

jelas dan spesifik mengenai sumber permodalan koperasi syariah. Hanya dipersyaratkan

mengenai besaran modal disetor sebesar Rp. 15 Juta yang dapat berupa simpanan pokok,

simpanan wajib dan dapat ditambah dengan hibah modal penyertaan dan simpanan pokok

khusus.24 Tidak diatur mengenai sumber-sumber permodalan lainnya. Padahal, seperti yang

telah diketahui, bahwa modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.25

Modal sendiri meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan, dan hibah.26

Kemudian modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya,

bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya, dan

sumber lain yang sah.27 Apabila dana zakat, infak, dan sedekah digunakan sebagai modal

koperasi syariah, maka dana tersebut masuk dalam modal koperasi syariah sebagai komponen

“sumber lain yang sah”. Bila merujuk pada ketentuan mengenai permodalan dalam UU

Perkoperasian Nomor 17 Tahun 2012, maka zakat, infak, dan sedekah dapat masuk ke dalam

modal koperasi sebagai komponen “sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan

Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan”. Sebenarnya, infak dan

sedekah juga dapat masuk kedalam struktur permodalan koperasi syariah sebagai komponen

“hibah”28, tetapi zakat tidak dapat digolongkan sebagai hibah. Karena, zakat memiliki syarat-

syarat dalam pengelolaan maupun penyalurannya, sedangkan infak dan sedekah dapat

diberikan secara leluasa dan kapan saja tanpa ada persyaratan yang mengaturnya. Berdasarkan

UU tersebut, Zakat, infak, dan sedekah tidak dapat digolongkan sebagai setoran pokok dan

sertifikat modal koperasi, karena Setoran Pokok adalah sejumlah uang, yang wajib dibayar

oleh seseorang atau badan hukum Koperasi pada saat yang bersangkutan mengajukan

24Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor:91/Kep/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah,Pasal 21.

25Undang-Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992, op.cit., Pasal 41 ayat 1.

26Ibid., Pasal 41 ayat 2.

27Ibid., Pasal 41 ayat 3.

28Hibah adalah pemberian uang dan/atau barang kepada Koperasi dengan sukarela tanpa imbalan jasa,sebagai modal usaha. Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, Nomor 17 Tahun 2012, LN. No. 212, TLN.No. 5355, Pasal 1 butir 10.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 13: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

13

permohonan keanggotaan pada suatu Koperasi29, sedangkan Sertifikat Modal Koperasi adalah

bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal Koperasi.30 Zakat, infak, dan sedekah juga

tidak dapat dimasukkan sebagai komponen modal penyertaan, karena Modal Penyertaan

adalah penyetoran modal pada Koperasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai

dengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badan hukum untuk menambah dan

memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan usahanya.31 Serta modal

koperasi juga tidak dapat digolongkan sebagai pinjaman, karena tidak memerlukan

pengembalian kepada muzakki. Koperasi syariah dapat mempergunakan dana zakat, infak, dan

sedekah sebagai salah satu komponen modalnya, dengan syarat:

a. Dana zakat, infak, dan sedekah baru dapat dipergunakan sebagai modal apabila

dipastikan bahwa kebutuhan dasar bagi mustahik sudah terpenuhi.

b. Koperasi syariah harus merangkap sebagai baitul maal, karena dana zakat, infak, dan

sedekah yang digunakan adalah bagian (jatah) amil.

c. Fakir, miskin, atau mustahik lainnya yang mampu bekerja menurut keahlian

(keterampilan) masing-masing, harus diikutsertakan (di rekrut) dalam struktur

organisasi/pengurus koperasi syariah, sebagai upaya pemberdayaan dan kesinambungan

penghasilan bagi fakir dan miskin untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

d. Koperasi syariah haruslah bertujuan manfaat bagi mustahik di sekitar wilayahnya

maupun di luar wilayah operasional koperasi syariah tersebut.

e. Memberi tahu muzakki mengenai pemanfaatan dan pendayagunaan dananya, ketika

muzakki memberikan dana zakat, infak, dan sedekahnya.

Dalam perkembangannya, di tahun 2003, pengelolaan dana zakat untuk dijadikan

modal usaha yang digunakan oleh fakir dan miskin (mustahik), banyak menimbulkan

pertanyaan di kalangan oleh umat Islam Indonesia. Hal inilah yang kemudian mendorong

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Fatwa-nya, untuk menetapkan fatwa tentang

status pengelolaan dana zakat tersebut, untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam dan pihak-

pihak yang memerlukannya. MUI menetapkan Fatwa Nomor 4 Tahun 2003 Tentang

Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Investasi). Isi fatwa tersebut, yaitu:32

29Indonesia, Undang-Undang Perkoperasian, Nomor 17 Tahun 2012, LN. No. 212, TLN. No. 5355,Pasal 1 butir 8.

30Ibid., Pasal 1 butir 9.

31Ibid., Pasal 1 butir 11.

32Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), hal.199-203.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 14: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

14

a. Zakat mal harus dikeluarkan sesegera mungkin (fauriyah), baik dari muzakki kepada amil

maupun dari amil kepada mustahiq.

b. Penyaluran (tauzi’/distribusi) zakat mal dari amil kepada mustahiq, walaupun pada

dasarnya harus fauriyah, dapat di-ta’khir-kan apabila mustahiq-nya belum ada atau ada

kemaslahatan yang lebih besar.

c. Maslahat ditentukan oleh Pemerintah dengan berpegang pada aturan-aturan

kemaslahatan, sehingga maslahat tersebut merupakan maslahat syar’iyah.

d. Zakat yang di-ta’khir-kan boleh diinvestasikan (istitsmar) dengan syarat-syarat sebagai

berikut :

1. Harus disalurkan pada usaha yang dibenarkan oleh syariah dan peraturan yang

berlaku (althuruq al-masyru’ah).

2. Diinvestasikan pada bidang-bidang usaha yang diyakini akan memberikan

keuntungan atas dasar studi kelayakan.

3. Dibina dan diawasi oleh pihak-pihak yang memiliki kompetensi.

4. Dilakukan oleh institusi/lembaga yang professional dan dapat dipercaya (amanah).

5. Izin investasi (istitsmar) harus diperoleh dari Pemerintah dan Pemerintah harus

menggantinya apabila terjadi kerugian atau pailit.

6. Tidak ada fakir miskin yang kelaparan atau memerlukan biaya yang tidak bisa

ditunda pada saat harta zakat itu diinvestasikan.

7. Pembagian zakat yang di-ta’khir-kan karena diinvestasikan harus dibatasi waktunya.

Dengan mengadopsi fatwa MUI Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Penggunaan Dana

Zakat Untuk Istitsmar (Investasi) tersebut, maka dapatlah ditambahkan beberapa persyaratan

tambahan, agar koperasi syariah dapat mempergunakan dana zakat, infak, dan sedekah

sebagai salah satu komponen modalnya, yaitu:

a. Koperasi syariah bergerak di bidang usaha yang dibenarkan oleh syariah dan peraturan

yang berlaku (althuruq al-masyru’ah).

b. Dana zakat, infak, dan sedekah diinvestasikan kepada koperasi syariah yang memiliki

bidang-bidang usaha yang diyakini akan memberikan keuntungan atas dasar studi

kelayakan.

c. Koperasi syariah mulai pembentukan sampai operasionalnya dibina dan diawasi oleh

pihak-pihak yang memiliki kompetensi terkait koperasi syariah.

d. Koperasi syariah haruslah profesional dan dapat dipercaya (amanah).

e. Tidak ada fakir miskin yang kelaparan atau memerlukan biaya yang tidak bisa ditunda

pada saat harta zakat itu diinvestasikan sebagai modal koperasi syariah.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 15: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

15

Muncul menjadi pertanyaan dan perdebatan kemudian adalah apakah status koperasi

syariah saat menerima zakat?. Apakah koperasi syariah digolongkan sebagai amil zakat atau

golongan penerima zakat yang lain?. Karena syariat Islam (Q.S. A-Taubah Ayat 60) mengatur

secara baku mengenai golongan-golongan penerima zakat, yaitu: fakir, miskin, amil zakat,

mualaf, riqab, garim, fi-sabilillah, dan ibnu sabil. Diluar kedelapan golongan tersebut,

diharamkan untuk menerima zakat. Di Indonesia, lembaga yang ditunjuk sah oleh Pemerintah

untuk pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat adalah BAZNAS (Badan

Amil Zakat Nasional), LAZ (Lembaga Amil Zakat), dan UPZ (Unit Pengumpulan Zakat).

Bentuk lembaga yang ideal untuk koperasi syariah adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ),

karena pengertian LAZ menurut UU Pengelolaan Zakat Nomor 23 Tahun 2011 adalah

lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,

pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Agar koperasi syariah dapat menjadi sebuah LAZ,

dibutuhkan izin Menteri Agama Republik Indonesia33. Izin tersebut baru diberikan apabila

koperasi syariah memenuhi persyaratan minimal sebagai berikut:

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang pendidikan,

dakwah, dan sosial;

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum;

c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

d. Memiliki pengawas syariat;

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan

kegiatannya;

f. Bersifat nirlaba;

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat;

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.34

Selain itu, dalam peraturan pelaksanaan UU Pengelolaan Zakat Nomor 23 Tahun

2011, yaitu Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 581 Tahun 1999 Tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dalam Pasal

21 diatur mengenai pengukuhan lembaga amil zakat. Dalam Pasal 22, diatur bahwa

pengukuhan sebagai Lembaga Amil Zakat, dilakukan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

Dengan memenuhi persyaratan yang diatur dalam Pasal 22, maka secara sah koperasi syariah

akan mendapat status sebagai Amil Zakat. Sah menurut peraturan perundang-undangan,

33Indonesia, Undang-Undang Pengelolaan Zakat, op.cit., Ps. 18 ayat 1.

34Ibid., Ps. 18 ayat 2.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 16: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

16

berarti sah pula menurut syariat Islam, karena dengan diperolehnya status sebagai Amil Zakat,

maka Koperasi Syariah termasuk menjadi golongan penerima zakat dan berhak menerima

bagian dari zakat yang dikumpulkan, dikelola, dan didayagunakannya. Sehingga selain

memiliki kewajiban untuk mengelola, menyalurkan, dan mendayagunakan zakat untuk tujuan

produktif, koperasi syariah berhak atas “gaji” dari kewajibannya tersebut. “gaji” atau bagian

untuk koperasi syariah inilah yang kemudian dapat dimasukkan untuk modal koperasi syariah

sebagai komponen “sumber lain yang sah” yang telah dijelaskan sebelumnya diatas.

Penggunaan zakat, infak, dan sedekah sebagai modal koperasi syariah, sekaligus status

koperasi syariah sebagai Amil Zakat menuntut profesionalisme para pengurus koperasi

syariah. Diluar ada tidaknya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah melalui

Kementerian Koperasi dan UKM, pengurus koperasi syariah dibebani dengan tanggung jawab

moral terkait dengan penggunaan, pengelolaan, dan penyaluran dana ummat. Selain tanggung

jawab moral terhadap diri sendiri dan masyarakat, dana ummat sebagai amanah wajib zakat

tersebut juga dilekatkan dengan ajaran agama Islam yang mengganjar prilaku baik dengan

pahala dan prilaku buruk dengan dosa. Jadi, sebelum menjadi pengurus atau pengelola

koperasi syariah, hendaknya mereka dibekali dengan landasan mental, akidah, dan akhlak

Islami yang kuat.35

4. Kesimpulan

Kesimpulan. Struktur permodalan koperasi syariah berasal dari sumber yang dibenarkan

syara’ yang terdiri dari Setoran Pokok dan Sertifikat Modal Koperasi sebagai modal awal.

Selain modal tersebut, modal koperasi syariah juga dapat berasal dari hibah, modal

penyertaan, sumber lain yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau

ketentuan peraturan perundang-undangan, serta modal pinjaman yang berasal dari Anggota;

Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya; Bank dan lembaga keuangan lainnya; Penerbitan

obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Modal awal

disetorkan minimal sebesar lima belas juta rupiah (Rp. 15 Juta), dimana setoran tersebut

dilakukan dalam bentuk deposito pada bank syariah yang disetorkan atas nama Menteri c.q.

Ketua Koperasi yang bersangkutan, yang dapat dicairkan sebagai modal awal Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS) atas dasar persetujuan pencairan oleh Menteri atau Pejabat, yang

dilaksanakan bersamaan dengan pengesahan dan atau perubahan anggaran dasar koperasi.

35Hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis dengan narasumber, yaitu Bapak Sinardi selaku KetuaKoperasi Syariah Ar-Risalah. Dilaksanakan di ruang Koperasi Syariah Ar-Risalah Jl. Raya Bogor KM. 26 No.10, Ciracas, Jakarta Timur, Pada hari Sabtu, 15 Desember 2012. Pukul 10:00 WIB.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 17: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

17

a. Pasal 25 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat mengatur bahwa zakat

wajib didistribusikan dengan syariat Islam. Tidak ada pengaturan lebih lanjut mengenai

hal ini (sepenuhnya diserahkan kepada aturan ajaran agama Islam). Pendistribusian zakat

tersebut dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip

pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha

produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.

Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik

telah terpenuhi. Hal ini berarti bahwa, Pemerintah memperbolehkan dana zakat

dipergunakan untuk usaha produktif, dengan mendahulukan kebutuhan dasar bagi

mustahik (terpenuhi). Pengaturan tersebut berlaku pula bagi pendayagunaan infak dan

sedekah. Terkait dengan penggunaan zakat, infak, dan sedekah untuk modal koperasi

syariah, pasal 21 Kepmenkopukm Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Koperasi Jasa Keuangan Syariah hanya mempersyaratkan mengenai besaran modal

disetor sebesar Rp. 15 Juta, yang dapat berupa simpanan pokok, simpanan wajib, dan

dapat ditambah dengan hibah modal penyertaan dan simpanan pokok khusus. Tidak

diatur mengenai sumber-sumber permodalan lainnya. Padahal, dalam Pasal 66 UU

Perkoperasian Tahun 2012, modal koperasi terdiri dari setoran pokok, sertifikat modal

koperasi, hibah, modal penyertaan, modal pinjaman, dan sumber lain yang sah yang tidak

bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan.

Apabila dana zakat, infak, dan sedekah digunakan sebagai modal koperasi syariah, maka

dana tersebut masuk ke dalam modal koperasi syariah sebagai komponen “sumber lain

yang sah yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan/atau ketentuan peraturan

perundang-undangan”. Infak dan sedekah juga dapat dimasukkan sebagai komponen

“hibah” dalam struktur permodalan koperasi syariah.

Saran

a. Modal koperasi syariah rentan dimasuki oleh uang (modal) yang berasal dari praktek-

praktek yang diharamkan oleh agama Islam (misalnya hasil korupsi dan mencuri).

Diperlukan aturan yang jelas bahwa sumber-sumber (asal muasal) modal koperasi syariah

haruslah dibenarkan oleh syariat Islam. Hal ini merupakan dampak dari belum adanya

undang-undang yang mengatur mengenai koperasi syariah. Selama ini, payung hukum

koperasi syariah adalah UU Perkoperasian (konvensional) dan Keputusan Menteri,

sehingga pengembangan koperasi syariah terkesan dianaktirikan. Pemerintah diharapkan

dapat menerbitkan payung hukum baru yang lebih kuat dan mengakomodasi bagi

kepentingan pengembangan koperasi syariah.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 18: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

18

b. Agar koperasi syariah dapat sah secara hukum nasional dan hukum Islam, maka

hendaknya koperasi syariah oleh Pemerintah ditetapkan juga sebagai salah satu bentuk

Lembaga Amil Zakat (LAZ). Karena, hukum Islam mengijinkan kepentingan masyarakat

atau kesejahteraan bersama melalui prinsip istislah atau al mashlaha. Ini berarti, ekonomi

Islam harus memberi prioritas pada kesejahteraan bersama yang merupakan kepentingan

masyarakat. Jika menyoroti fungsi koperasi sebagai alat perjuangan ekonomi untuk

mempertinggi kesejahteraan anggota pada khususnya, kesejahteraan rakyat pada

umumnya, dan alat pendemokrasian ekonomi, maka prinsip istislah dipenuhi oleh

koperasi syariah. Disamping itu, diperlukan terobosan program kerja bagi Pemerintah

untuk mengubah dan memberikan pemahaman terhadap koperasi syariah mengenai

potensi-potensi apa saja yang dapat dikembangkan dari zakat, infak, dan sedekah

tersebut. Pemerintah dapat memberikan penyuluhan secara berkala maupun

pendampingan langsung terhadap koperasi syariah, mulai dari praktek penghimpunan,

pengelolaan, dan penyaluran zakat, infak, dan sedekah ke arah yang lebih produktif.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Aflah, Noor. Arsitektur Zakat Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2009.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi Dan UsahaKecil Dan Menengah Republik Indonesia. Buku Saku Koperasi: Apa Itu Koperasi.Jakarta: Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian KoperasiDan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia, 2010.

Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani, 2002.

Hasan, M. Ali. Masail Fiqhiyah: Zakat, Pajak, Asuransi, dan Lembaga Keuangan. Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2003.

Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975. Jakarta: Penerbit Erlangga,2011.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,1982.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013

Page 19: STRUKTUR PERMODALAN KOPERASI SYARIAH: ANALISIS …

19

W. Pachta, Andjar, Myra Rosana Bachtiar, dan Nadia Maulisa Benemay. Hukum KoperasiIndonesia. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

ARTIKEL

INTERNET

Badan Amil Zakat Nasional. Program Perbankan Syariah Peduli (iB Peduli),http://www.baznas.or.id/ib-peduli/. Diakses pada 16 September 2012.

BMT Berbadan Hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah. www.koperasisyariah.com.Diakses pada 14 September 2012.

Rama, AM (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, PengurusPusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam). Denyut Koperasi Syariah. Berita media padawebsite resmi Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=948:denyut-koperasi-syariah&catid=54:bind -berita-kementerian&Itemid=98. Diakses pada 25 Agustus 2012.

PERATURAN

Indonesia. Undang-Undang Perkoperasian. No. 25 Tahun 1992. LN No. 116 Tahun 1992.TLN No. 3502.

_______. Undang-Undang Perkoperasian. No. 17 Tahun 2012. LN No. 212 Tahun 2012.

TLN No. 5355.

_______. Undang-Undang Pengelolaan Zakat. No. 23 Tahun 2011. LN No. 115 Tahun 2011.TLN No. 5255.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Keputusan Menteri Negara KoperasiDan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Tentang Petunjuk PelaksanaanKegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004.

Struktur Permodalan ..., Azis Miftach Qomarudin, FH UI, 2013