kontroversi produk rekayasa genetika yang dikonsumsi

12
Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi Masyarakat Oleh: Mahrus Program Studi Pendidikan Biologi ABSTRAK Rekayasa genetika adalah transplantasi satu gen ke gen lainnya baik antara gen dan lintas gen untuk menghasilkan produk yang berguna bagi mahluk hidup hidup. Pada awalnya, rekayasa genetika hanya dilakukan pada tanaman untuk memecahkan kekurangan pangan penduduk dunia, dan dalam pengembangannya rekayasa genetika tidak hanya berlaku untuk tanaman dan hewan yang serupa, tetapi telah berevolusi pada manusia dan lintas jenis. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi perubahan komposisi asam nukleat DNA atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA mahluk hidup penerima, hal ini berarti bahwa gen yang disisipkan pada mahluk hidup penerima dapat berasal dari mahluk hidup lain. Saat ini, penyebaran dan penggunaan produk rekayasa genetika telah mengundang kontroversi masyarakat, oleh karena itu tulisan ini bertujuan untuk meninjau kontroversi rekayasa genetika mahluk hidup pada beberapa aspek kehidupan masyarakat. Kata Kunci: gekayasa genetika, gen, DNA, GMO, kontroversi. CONTROVERSY OF GENETIC ENGINEERING PRODUCT CONSUMED SOCIETY ABSTRACT Genetic engineering is a transplant of one gene to an other gene both between genes and gene cross to produce a useful product for living organisms. At first, genetic engineering was only conducted on plant to solve the food’s lack for world population, and it does not only apply to the plants and animals are similar in its development, but it has evolved in humans and cross types. The basic principle of genetic engineering technology is manipulating the composition changes of the nucleic acid of DNA or tucking new genes into the DNA structure of the recipient organisms, this means that inserted genes on a recipient organism can be derived from the other organisms. Today, the deployment and use of genetically modified organisms have been inviting society's controversy, therefore this paper aims to review the controversy for genetically modified organism (GMO) on several aspects of community life. Keywords: genetic engineering, gene, DNA, GMO, controversy. PENDAHULUAN erkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa genetika (genetic engineering) akhir-akhir ini cukup drastis dan meminta perhatian serius dari pemerintah dan para ilmuwan (Dresbach et al., 2001; Curran and Koszarycz, 2004; Small et al., 2005; Dano, 2007; Amin et al., 2010). Rekayasa genetika pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang digunakan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sel atau mahluk hidup (organisme), bahkan dari satu mahluk hidup ke mahluk hidup lain yang berbeda jenisnya (Uzogara, 2000; Small, P Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 108 ISSN: 1411-9587

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

Kontroversi Produk Rekayasa GenetikaYang Dikonsumsi Masyarakat

Oleh: MahrusProgram Studi Pendidikan Biologi

ABSTRAKRekayasa genetika adalah transplantasi satu gen ke gen lainnya baik antara gen dan

lintas gen untuk menghasilkan produk yang berguna bagi mahluk hidup hidup. Padaawalnya, rekayasa genetika hanya dilakukan pada tanaman untuk memecahkankekurangan pangan penduduk dunia, dan dalam pengembangannya rekayasa genetikatidak hanya berlaku untuk tanaman dan hewan yang serupa, tetapi telah berevolusi padamanusia dan lintas jenis. Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasiperubahan komposisi asam nukleat DNA atau menyelipkan gen baru ke dalam strukturDNA mahluk hidup penerima, hal ini berarti bahwa gen yang disisipkan pada mahlukhidup penerima dapat berasal dari mahluk hidup lain. Saat ini, penyebaran danpenggunaan produk rekayasa genetika telah mengundang kontroversi masyarakat, olehkarena itu tulisan ini bertujuan untuk meninjau kontroversi rekayasa genetika mahlukhidup pada beberapa aspek kehidupan masyarakat.Kata Kunci: gekayasa genetika, gen, DNA, GMO, kontroversi.

CONTROVERSY OF GENETIC ENGINEERINGPRODUCT CONSUMED SOCIETY

ABSTRACTGenetic engineering is a transplant of one gene to an other gene both between genes

and gene cross to produce a useful product for living organisms. At first, geneticengineering was only conducted on plant to solve the food’s lack for world population,and it does not only apply to the plants and animals are similar in its development, but ithas evolved in humans and cross types. The basic principle of genetic engineeringtechnology is manipulating the composition changes of the nucleic acid of DNA ortucking new genes into the DNA structure of the recipient organisms, this means thatinserted genes on a recipient organism can be derived from the other organisms. Today,the deployment and use of genetically modified organisms have been inviting society'scontroversy, therefore this paper aims to review the controversy for genetically modifiedorganism (GMO) on several aspects of community life.Keywords: genetic engineering, gene, DNA, GMO, controversy.

PENDAHULUANerkembangan ilmu pengetahuan danteknologi rekayasa genetika (geneticengineering) akhir-akhir ini cukup

drastis dan meminta perhatian serius daripemerintah dan para ilmuwan (Dresbach etal., 2001; Curran and Koszarycz, 2004;Small et al., 2005; Dano, 2007; Amin et

al., 2010). Rekayasa genetika padadasarnya adalah seperangkat teknik yangdigunakan untuk memanipulasi komponengenetik, yakni DNA genom atau gen yangdapat dilakukan dalam satu sel atau mahlukhidup (organisme), bahkan dari satumahluk hidup ke mahluk hidup lain yangberbeda jenisnya (Uzogara, 2000; Small,

P

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 108 ISSN: 1411-9587

Page 2: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

2004; Montaldo, 2006; Alberts et al., 2008;Sudjadi, 2008; Artanti et al., 2010; Asayeet al., 2014; Pramashinta et al., 2014).Mahluk hidup yang materi genetiknya telahdimanipulasi secara artifisial dilaboratorium melalui rekayasa genetikadisebut dengan mahluk hidup transgenicatau rekayasa genetika mahluk hidup(genetically modified organism/GMO)yang memiliki sifat unggul dibandingkandengan mahluk hidup asalnya (Lotter,2008; Marinho et al., 2012).

Tujuan utama pengembangan GMOadalah untuk mengatasi berbagai masalahkekurangan pangan yang dihadapipenduduk dunia yang tidak mampudipecahkan secara konvensional, karenapertumbuhan penduduk yang begitu cepat(Amin et al., 2010; Azadi dan Peter, 2010;Artanti et al., 2010; Marinho et al., 2012;Pramashinta et al., 2014). Namun dalampengembangannya sampai saat ini, GMOmasih menimbulkan pro kontra(kontroversi) di tengah-tengah masyarakatdunia, baik yang terjadi di negara dimanaGMO dikembangkan maupun di negara-negara pengguna produk GMO.Kontroversi yang sangat tajam justruterjadi di kalangan para ilmuwan, masing-masing kelompok bertahan pada alasanyang dapat diterima secara ilmiah (Dano,2007; Sutardi, 2007; Abbas, 2009; Amin etal., 2010; Burachik, 2010; Pramashinta etal., 2014).

Kelompok yang pro GMO beralasanbahwa ada potensi tak terbatas dalamrekayasa genetika yang bermanfaat untukmengurangi penggunaan pestisida,mengatasi kekurangan pangan, danmenghasilkan makan-makanan yang lebihbergizi serta obat-obatan. Kelompok yangkontra/menolak berpendapat produkpangan dan obat-obatan GMO belumdiyakini aman untuk dikonsumsi karenamasih menimbulkan berbagai dampaknegatif bagi kesehatan dan lingkungan.

Dampk negatif lainnya bagi para petanikhususnya adalah sangat merugikanmereka, karena petani non GMO tidakmampu meningkatkan produktifitas yanglebih menguntungkan (Hardinsyah, 2000).Semua dampak negatif tersebut sampai saatini kurang mendapat perhatian pemerintahdan ilmuwan seperti yang dilaporkan olehDano (2007).

Argentina adalah negara terbesarkedua di dunia yang mengembangkantanaman GMO yang didukung oleh empatfaktor utama, yaitu (Burachik (2010):dukungan politik; kemampuan untukmemecahkan kebutuhan petani; faktorekonomi dan lingkungan; danimplementasi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Produk pangandalam negeri yang ada saat ini belummampu mengatasi masalah kekuranganpangan, dan hal ini menjadi tantanganpembanguan pertanian di Indonesia(Nursamsi, 2008). Meskipun Indonesiatelah berhasil memproduksi GMO sejaktahun 1999, Indonesia masih sajamengimpor terus menerus 10 bahan pokokdari berbagai negara yang diduga hasilrekayasa genetika yaitu: beras, jagung,kedelai, biji gandum, tepung terigu, gulapasir, daging sapi, daging ayam, garam,singkong, dan kentang (BPS, 2013).Produk lainnya seperti buah-buahan impordi supermarket merupakan produk GMO,namun sayangnya semua produk GMOyang beredar di pasaran tidak diberiinformasi yang jelas, oleh karena itupermasalahan yang paling menonjol danmasih menimbulkan kontroversi dimasyarakat adalah amankah produk GMOyang menguasai pasar saat ini utukdikonsumsi?.

Tulisan ini bertujuan untuk membahasmasalah kontroversi penerimaan danpenggunaan produk GMO pada 6 aspekkehidupan masyarakat yaitu: pertanian,lingkungan, kesehatan, agama, budaya,

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 109 ISSN: 1411-9587

Page 3: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

dan etika. Untuk mengkaji permasalahanini, penulis mencoba membandingkankeuntungan dan kerugian dari produkGMO, dan kemudian mengidentifikasidampak positif dan negatifnya secara jelasdengan referensi yang ada pada negara-negara maju dan berkembang. Diharapkandari tulisan ini, kontroversi yangberkembang di tengah-tengah kehidupanmasyarakat dapat ditiadakan atau palingtidak dapat diminimalkan.

METODE REKAYASA GENETIKABeberapa istilah yang digunakan pada

rekayasa genetika adalah: transgenik;modifikasi genetika (geneticallymodified/GM); teknologi DNA; kloninggen atau cloning molekuler merupakanistilah yang meliputi sejumlahteknik/metode/prosedur yang digunakanuntuk mengidentifikasi, meniru,memodifikasi dan mentransfer materigenetik dari sel, jaringan atau mahlukhidup lengkap dari satu mahluk hidup kemahluk hidup lainnya (Izquierdo, 2001;Karp, 2002; Sudjadi, 2008; Artanti et al.,2010). Teknologi yang paling banyakdigunakan adalah rekombinasi DNA (DNArecombinant), suatu metode yangdigunakan untuk memanipulasi langsungDNA yang berorientasi pada ekspresi gentertentu. Teknik ini melibatkan kemampuanuntuk mengisolasi, memotong danmemindahkan potongan DNA tertentusesuai dengan gen-gen yang menjadi target(Klug dan Cummings, 2002; Singh et al.,2006; Artanti et al., 2010). Saat inimemanipulasi DNA dalam berbagai caradan memindahkannya dari satu mahlukhidup ke mahluk hidup lain dapatdiprogramkan melalui teknik rekombinasiDNA untuk memproduksi berbagai zatseperti enzim, antibodi monoklonal, nutrisi,hormon, dan berbagai produk farmasitermasuk obat dan vaksin dalam jumlahbesar (Brown, 1996; Campbell, 1996;

Radji, 2009).Suwanto (2006) menjelaskan secara

detail bahwa rekayasa genetika merupakansuatu teknik alternatif untuk melakukanmodifikasi bahan genetik pada suatumahluk hidup. Perbedaan utamanya denganteknik pemuliaan yang lain adalah dalamhal tingkat ketepatan dan kecepatan hasilmutasinya. Mutan yang diperoleh melaluiteknologi DNA merupakan hasilmutagenesis langsung pada sasarannya(site directed mutagenesis), sedangkanmutasi buatan secara fisika atau kimiabersifat acak (random mutagenesis)seringkali menghasilkan mutan yangbersifat pleiotrof (mutasi di luar gensasaran). Selain itu, teknologi DNA jugamemungkinkan penambahan ataupenyisipan gen dari kelompok mahlukhidup yang secara filogenetik sangat jauhhubungan kekerabatannya atau secaraseksual tidak kompatibel. Berdasarkanpenjelasan tersebut, maka pengertian GMOmenurut Suwanto (2006) adalah mahlukhidup hasil modifikasi bahan genetikmelalui teknologi DNA, sedangkan yangmelalui persilangan, mutasi kimia ataufisika tidak dikategorikan sebagai GMO.

Kontroversi Produk GMOPelepasan GMO ke lingkungan telah

menjadi kontroversial di seluruh dunia(Amin dan Jahi, 2004; Singh et al., 2006).Kontroversi tersebut terkait dengankemungkinan resiko terhadap berbagaiaspek kehidupan masyarakat seperti:kesehatan, lingkungan, agama, budaya,etika, psikologi, dan lain-lain. Suatuteknologi dapat memberi manfaat yangbesar bagi kesejahteraan masyarakat, akantetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitujuga dengan rekayasa genetika. Beberapacontoh dampak positif rekayasa genetikasebagai berikut: meningkatnya derajatkesehatan manusia dengan diproduksinyaberbagai hormone manusia seperti insulin

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 110 ISSN: 1411-9587

Page 4: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

dan hormone pertumbuhan; tersedianyabahan makanan yang lebih melimpah;tersedianya sumber energi terbaharui;proses industri yang lebih murah; danberkurangnya polusi. Menurut Epstein(2001), sebagian besar efek dari rekayasagenetika yang mampu mengubah sifat fisikmahluk hidup belum diketahui. Salah satumasalah utama dalam rekayasa genetikaadalah apakah gen yang disisipkan dalamsuatu mahluk hidup akan diwariskan atautidak diwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya ?. Meskipun denganpenggunaan teknologi transgenik diakuimemiliki kemampuan untukmengekspresikan gen asing dan membukaopsi untuk memproduksi sejumlah besarproduk industri seperti industri farmasikomersial, tetap saja masih menyisakankekhawatiran (Singh et al., 2006).

Kekhawatiran munculnya dampaknegatif dari penggunaan GMO di Indonesiasangat beralasan karena Indonesia telahmengimpor berbagai komoditas yangdiduga sebagai hasil dari rekayasa genetikamaupun yang tercemar dengan GMO yangberasal dari negara-negara yang telahmenggunakan teknologi rekayasa genetika,mulai dari tanaman, bahan pangan danpakan, obat-obatan, hormon, bunga,perkayuan, hasil perkebunan, hasilpeternakan dan sebagainya didugamengandung atau tercemar GMO(Agorsiloku, 2006). Diakui bahwa GMOtelah menguasai pasar dunia, karena telahmemberikan manfaat bagi kehidupanmanusia meskipun juga disadari memberidampak negatif yang tidak bisa dianggapsepele, tetapi sangat disayangkan hinggasaat ini rasa-rasanya belum pernahdilaporkan adanya dampak negatif daripenggunaan GMO. Jangankan mendeteksidampak negatif penggunaan GMO,mendeteksi apakah komoditas yangdiimpor mengandung GMO saja belumpernah dilakukan di Indonesia. Biasanya

kalau sudah ada kejadian baru-baru iniseperti apel impor dari Amerika Serikatmemunculkan sejumlah bakteri yangdiduga sangat berbahaya bagi kesehatankonsumen, baru dilakukan pengujianlaboratorium.

Sutardi (2007) mengatakan percepatandan penerapan inovasi teknologi rekayasagenetika dibidang pertanian sepertiGenetically Modified Organism (GMO),Living Modified Organism (LMO),Genetically Modified Crops (GMC) danGenetically Engineered Crops (GEC) telahmengundang pro dan kontra di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia, baikyang terjadi di negara dimana produk itudikembangkan maupun di negara-negarapengguna. Selanjutnya dikatakan bahwadengan penerapan teknologi rekayasagenetika di bidang pertanian akanberdampak buruk bagi kesehatanmasyarakat. Faktor dampak yangditimbulkan GMO baik positif dan negatifinilah yang menyebabkan kontrorversial ditengah-tengah masyarakat. Berikut inidiuraikan kontroversi masyarakat terhadappenerimaan dan penggunaan produk GMObaik dalam bidang pertanian, lingkungan,kesehatan, agama, budaya, dan etika.1. Kontroversi GMO di bidangpertanian dan lingkungan

Pada dasarnya tidak selamanyapemindahan gen dapat dilakukan denganmerekayasa gen-gen tertentu pada mahlukhidup tertentu melalui teknik DNArekombinan untuk memproduksi berbagaizat yang diinginkan. Menurut Phillips(1994), materi genetik baru mungkin tidakberhasil dipindahkan ke sel target, ataumungkin dipindahkan ke sebuah tempatyang salah pada rantai DNA dari mahlukhidup sasaran, atau gen baru mungkinsecara tidak sengaja mengaktifkan gendekatnya yang biasanya tidak aktif, ataumungkin mengubah atau menekan fungsigen yang berbeda. Fenomena ini dapat

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 111 ISSN: 1411-9587

Page 5: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

menyebabkan mutasi tak terduga sehinggamembuat tanaman yang dihasilkanberacun, subur, atau tidak sesuai denganyang diinginkan. Selain itu, tanamanrekayasa genetika berpotensi merusakkeseimbangan lingkungan di sekitarnya.Hama dan penyakit tanaman akan lari keladang-ladang konvensional sehingga mautidak mau petani tersebut harus beralihmenjadi pengguna tanaman transgenikyang harganya relatif mahal. Pemerhatilingkungan khawatir bahwa tanamantransgenik akan menimbulkan resikolingkungan ketika tanaman tersebut secaraluas dibudidayakan (Kaiser, 1996).

Pada umumnya pola tanam produkpertanian di Indonesia dilakukan pada arealkecil yang dikelilingi oleh berbagai gulma(tumbuhan pengganggu), dan denganadanya sifat penyerbukan silang (cross-polination) secara alamiah dari tanamanGMO, maka dikhawatirkan akanbermunculan gulma baru yang lebihresisten terhadap herbisida misalnya.Permasalahan lain yang diduga akanmuncul adalah terbunuhnya mahluk hiduplainnya seperti larva kupu-kupu yangselanjutnya dikhawatirkan akan punahnyakupu-kupu sebagai akibat dari sisa tanamantransgenik bersifat toksis. Dalam jangkapanjang tanaman transgenik ini akanmerubah struktur dan tekstur tanah yangakan berdampak pada kuantitas dankualitas produksi tanaman (Agorsiloku,2006).

Jauh sebelumnya, Hileman (1999)mengatakan bahwa tanaman transgenikmemiliki herbisida dan seranggaperlawanan yag sewaktu waktu bisamelakukan penyerbukan silang denganspesies liar, dan dapat memproduksi zattertentu yang bisa memberantas gulmaterutama pada areal pertanian kecil yangdikelilingi oleh tanaman liar. Dampakpositif tanaman yang mampu memproduksizat yang dapat memberantas gulma adalah

mengurangi biaya karena tidak perlumembeli herbisida yang harganya relatifmahal bagi petani. Di sisi lain perlu diingatbahwa peristiwa penyerbukan silangdiduga dapat menyebabkan transfer genyang tidak disengaja, hal ini dapat memilikikonsekuensi yang belum diketahuimeskipun sulit untuk dibukktikan. Dalamfenomena ini, gulma tersebut dapat menjaditanaman invasif dengan potensi mampumenurunkan hasil panen dan menggangguekosistem alami. Tanaman transgenik yangbisa menjadi gulma tentu membutuhkanprogram pengendalian kimia dengan biayamahal dan membahayakan lingkungan(Rissler dan Mellon, 1993).

Kemunngkinan munculnya virus barudan racun pada tanaman transgenikmerupakan bagian dari strategi untukmeningkatkan ketahanan tanaman sepertiyang dilakukan di India (Phillips, 1994;Kamle et al., 2011). Di sisi lain,komersialisasi tanaman transgenik daribeberapa varietas telah mendapatkandukungan dunia internasional meskipundiduga akan menimbulkan ancaman baruterutama terhadap kepunahan keragamangenetik khususnya di negara-negaraberkembang (Phillips, 1994; Koch, 1998;Pedreschi et al., 2010; Cantley, 2012). Ditengah-tengah ramainya kontroversialmasyarakat di berbagai negara di duniaterhadap produk GMO, lain halnya dengansikap masyarakat Eropa khususnya telahmenyetujui pengembangan danpenggunaan GMO atas persetujuankementerian lingkungan meskipun masihmenimbulkan konflik, baik antardepartemen, antar sektor, antar negara danantar lembaga internasional (Cantley,2012).2. Kontroversi GMO di bidangkesehatan

Derajat kesehatan masyarakat dariwaktu ke waktu terus meningkat dengandiproduksinya berbagai hormone manusia

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 112 ISSN: 1411-9587

Page 6: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

seperti insulin dan hormone pertumbuhan;tersedianya bahan makanan yang lebihmelimpah; tersedianya sumber energiterbaharui; proses industri yang lebihmurah; dan berkurangnya polusi. Produksiobat GMO seperti insulin, antibodimonoklonal, anti alergi, anti kanker danmasih banyak lagi obat-obatan lainnyauntuk menyembuhkan berbagi penyakittelah dirasakan manfaatnya olehmasyarakat seperti yang dilaporkan olehSingh et al. (2006) bahwa kemampuanuntuk mengekspresikan gen asingmenggunakan teknologi rekayasa genetikatelah membuka opsi untuk memproduksisejumlah besar produk makanan dan obat-obatan/farmasi komersial penting untukmeningkatkan derajat kesehatanmasyarakat, meskipun banyakkekhawatiran tentang dampak negatif yangmuncul.

Baru-baru ini Schagen et al. (2014)melaporkan bahwa obat manusia pertamayang dimodifikasi secara genetik telahdiizinkan untuk digunakan di pasar Eropadengan mencantumkan deskripsipenggunaannya. Young dan Lewis (1995)mengatakan bahwa sedikit sekali informasiyang terkait dengan efek dari perubahankomposisi gizi pangan GMO baik yangberasal dari tanaman dan hewan sepertipada level interaksi hara, interaksi nutrisi,interaksi gen, bioavailabilitas/absorpsinutrisi, potensi gizi, metabolisme nutrisi,dan ekspresi gen tentang situasi di mananutrisi diubah. Berdasarkan informasi ini,diduga belum ada satu penelitian yangmenjamin pangan rekayasa genetika 100persen aman untuk di konsumsi. Panganhasil rekayasa genetika diduga menjadipenyebab berbagai penyakit dengan asumsibahwa gen asing mungkin mengubah nilaigizi makanan dengan cara yang tak terdugabaik yang bisa mengurangi ataumeningkatkan beberapa gizi dan nutrisilain. Faktor yang perlu diperhatikan dari

minimnya informasi tersebut adalahpenggunaan produk makanan dari GMOharus berhati-hati (Small et al., 2005).

Kekhawatiran lainnya adalah resistensiantibiotik ke dalam tanaman yang banyakdikonsumsi dimungkinkan memilikidampak negatif yang tidak diinginkan bagikesehatan manusia dan hewan yangmengkonsumsi tanaman tersebut (Phillips,1994). Di dalam tubuh mahluk hiduptransgenik, memungkinkan gen penandaresisten antibiotik dimasukkan ke tanamantertentu dan dapat ditransfer ke mikrobapenyebab penyakit dalam usus manusiaatau hewan yang mengkonsumsi makananproduk rekayasa genetika. Fenomena inidapat mengakibatkan mikroba resistenterhadap antibiotik dalam populasi mahlukhidup, dan selanjutnya berkontribusiterhadap masalah kesehatan manusia yangresisten antibiotik (Bettelheim, 1999;Hileman, 1999).

Selain itu, banyak makanan GMOmenggunakan mikroorganisme sebagaidonor potensial menimbulkan alergi yangtidak diketahui atau belum teruji. Gen darisumber-sumber non-makanan dankombinasi gen baru bisa memicu reaksialergi pada beberapa orang yangmengkonsumsinya atau memperburuk yangsudah ada. Nordlee et al. (1996)melaporkan bahwa kacang Brazil sebagaisalah satu produk GMO ditarik dariperedaran karena menyebabkan alergipada konsumen. Reaksi alergi tersebutdiduga disebabkan oleh modifikasi gentertentu.

Gerakan penolakan terhadap panganGMO sampai saat ini terus terjadi diberbagai negara di dunia. Satu contohkampanye makanan alami dari sebuahkelompok advokasi makanan yang berbasisdi Washington DC telahmengkampanyekan resiko pangan dariGMO seperti kehilangan nutrisi,kemunculan racun baru, alergen dan efek

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 113 ISSN: 1411-9587

Page 7: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

samping potensial lainnya (Billings, 1999;Coleman, 1996; Robinson, 2013).Indonesia sebagai salah satu negara yangbanyak memanfaatkan GMO harus lebihberhati-hati, sebab hingga saat ini didugabelum pernah dilaporkan adanya dampaknegatif dari penggunaan GMO tersebut,apalagi mendeteksi apakah komoditas yangdiimpor mengandung GMO atau tidak. Kedepan, prinsip kehati-hatian penggunaanGMO impor harus dikedepankan, olehkarena itu peran pemerintah dan ilmuwansangat ditunggu.3. Kontroversi GMO di bidang agama,budaya, dan etika

Produk GMO khususnya panganmemiliki beberapa manfaat bagi manusia,namun masih saja menimbulkan berbagaikontroversi termasuk kontroversi agama,budaya, etika, sosial, hukum, dan psikologi(Anwar, 2010; Pramashinta et al., 2014).Produk pangan GMO memang menjanjikanefisiensi yang lebih baik daripada produkkonvensional, karena kebijakan produkGMO di seluruh dunia harusmengakomodir dampak terhadap banyakhal termasuk diantaranya kesehatan,lingkungan, serta aspek normatif dari sisiadat/budaya, etika dan agama. Persoalanagama, budaya dan etika merupakanmasalah yang sangat sensitif khusunya bagimasyarakat Indonesia yang memilikibudaya timur.

Kelompok masyarakat muslim diIndonesia sebagai kelompok mayoritasmemiliki ketentuan yang mengharuskanpangan yang dikonsumsi adalah yang halaldan baik (halalan toyyiban), sehinggamenjadi sangat penting pencantumanketerangan/label tentang kandungan suatuproduk pangan dan obat-obatan hasil GMOmeskipun tidak mudah untuk melacakkandungan GMO tersebut, untuk itudiperlukan suatu mekanisme yang jelasuntuk melakukan pelacakan danpemantauan kandungan GMO yang beredar

luas. Singh et al. (2006) mengatakanbahwa mekanisme pelacakan, penilaianresiko dan pemantauan yang efektifmerupakan prasyarat dasar kerangkahukum untuk merespon resiko dan kehati-hatian yang akan memunculkan resikobaru.

Aspek yang juga sangat pentingadalah pencantuman sertifikat halal yangdikeluarkan oleh Lembaga Pengkajian danPengawasan Obat dan Makanan MajelisUlama Indonesia (LP POM MUI) sehinggakekhawatiran masyarakat yang beragamaIslam dalam mengkonsumsi produk GMOtidak berkembang dan meresahkan. Kessleret al. (1992) melaporkan bahwa tanamanGMO memerlukan label jika menimbulkanbeberapa ancaman yang teridentifikasiseperti reaksi alergi atau menyebabkanperubahan dramatis dalam kandungan gizi.Namun, beberapa orang optimis bahwateknologi yang dapat dengan mudahmembedakan pangan GMO dari yang nonGMO akan segera dikembangkan, sehinggapelabelan sangat diperlukan dalam upayameyakinkan bahwa produk GMO amanuntuk dikonsumsi oleh masyarakat (Hoef etal., 1998; Burachik, 2010).

Sesungguhnya kekhawatiran terkaitdengan agama, budaya, dan etika telahdisuarakan oleh berbagai kelompokmasyarakat sebagai alasan untukmenentang produk GMO khususnya dalambidang pangan, sementara sejumlah orangkeberatan dengan makanan tersebut untukalasan pribadi, etika, budaya, estetika, danpelanggaran pada pilihan konsumen sertaketidakmampuan untuk membedakanmakanan dari GMO dan non GMO(Robinson, 1997; Thompson, 1997; Artantiet al., 2010). Sebagai contoh, orang-orangnon muslim dan muslim mungkinbermusuhan dengan produk tanaman GMOkhususnya biji-bijian yang mengandunggen babi, dan biasanya mereka bersikerasterhadap makanan halal yang

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 114 ISSN: 1411-9587

Page 8: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

kemurniannya dapat didokumentasikan.Demikian halnya dengan kelompokvegetarian mungkin sama khawatirnyaterhadap sayuran dan buah-buahan yangmengandung gen hewan, dan beberapaorang takut makan makanan nabati dariGMO yang mengandung gen manusia(Crist, 1996).

Sehubungan dengan penolakan produkGMO sekarang ini yang cenderungmeningkat, Pemerintah Amerika Serikattelah mengantisipasi kehawatiran tersebutdengam membuat peraturan perundanganyang memberikan keamanan pangan GMOyang terjamin (Robinson, 2013). Fenomenayang hampir sama juga terjadi di negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa(UE) seperti yang dilaporkan oleh Schagenet al. (2014) bahwa obat manusia pertamayang dimodifikasi secara genetika telahdiizinkan untuk digunakan di pasar Eropatanpa mendapatkan izin khusus, tetapi obatGMO tersebut harus berisi deskripsipenggunaannya sebagaimana yang diaturdalam undang-undang lingkungan nasionalmasing-masing negara anggota Uni Eropa.

Indonesia sebagai negara berkembangyang banyak menggunakan produk GMOkhususnya pangan dan obat-obatan telahmengantisipasinya dengan membuatperangkat hukum yang dapat melindungikonsumen dari resiko yang tidakdiinginkan. Abbas (1999) melaporkanbahwa pemanfaatan produk rekayasagenetika di Indonesia harus mengacu padabeberapa peraturan perundang-undangan,antara lain: (1) UU No. 7/1996 tentangPangan; (2) UU No. 21/2004 tentangProtokol Cartagena; (3) PP No. 69/1999tentang Label dan Iklan Pangan; (4) PP No.28/2004 tentang Keamanan, Mutu dan GiziPangan; (5) PP No. 21/2005 tentangKeamanan Hayati Produk RekayasaGenetik; (6) SKB 4 Menteri Th. 1999; (7)Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor :HK.00.05.23.3541 Tahun 2008 tentang

Pedoman Pengkajian Keamanan PanganProduk Rekayasa Genetik; dan lain-lain.

Sesungguhnya perangkat hukum yangmengatur peredaran dan penggunaan GMOsudah banyak dan memadai, hanya sajaimplementasinya yang belum berjalanmaksimal. Satu contoh yang dilaporkanoleh Abbas (2009) adalah pencantumanketerangan halal pada kemasan atau labeldari suatu produk pangan yang memanghalal, merupakan keharusan karena adanyakata wajib dalam redaksi Pasal 30 ayat (1)junto ayat (2) UU Pangan, hal ini berartibahwa ketentuan tersebut bersifatimperatif. Fenomena lapangan yang adajustru sebaliknya banyak produk panganyang beredar mencantuman kata halal padakemasannya, padahal sesungguhnya belumpernah meminta sertifikat halal pada LPPOM MUI, karena memang tidak adanyakeharusan bagi produsen pangan untukmencantumkan nomor sertifikat halalnya,sehingga hal ini menyulitkan BPOM untukmelakukan pengawasan.

Malaysia sebagai salah satu negaratetangga bergerak cepat dalam meredamkekhawatiran masyarakat muslim terhadapsemua produk GMO seperti yangdilaporkan oleh Amin et al. (2010) bahwadibutuhkan otoritas agama Islam dan paraulama untuk mengeluarkan panduan yangjelas tentang status halal dari berbagai jenisproduk GMO dalam rangka membimbingmasyarakat muslim. Demikian juga BadanPengawas Pangan dan obat-obatan yangdibentuk pemerintah berdasarkan undang-undang yang ada harus bertanggungjawabterhadap penggunaan GMO, memberikanpanduan etika yang jelas dan semuainformasi terkait GMO harusdisebarluaskan kepada publik. Perangkathukum yang digunakan PemerintahMalaysia adalah Undang-UndangKeamanan Hayati yang telah dikukuhkanoleh parlemen pada tahun 2007, dan telahberlaku sejak 2009. Undang-undang

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 115 ISSN: 1411-9587

Page 9: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

tersebut mengatur tentang impor, ekspordan penggunaan GMO dengan tujuanmelindungi manusia, tanaman dankesehatan hewan, lingkungan dankeanekaragaman hayati.

Di dalam implementasi Undang-Undang Keamanan Hayati tersebut, produkGMO yang bertentangan dengan undang-undang tersebut dipastikan mendapatkanpenolakan. Amin et al. (2010) jugamelaporkan hasil penelitiannya bahwamasyarakat muslim Malaysia menolaktransfer gen hewan untuk tanaman, tetapimereka tidak secara tegas mengizinkanmemodifikasi makhluk hidup untukkepentingan mereka serta rekayasagenetika dapat mengancam lingkungan danmahluk hidup yang ada. Jika semuaperangkat hukum yang mengaturpenggunaan produk-produk GMO diIndonesia, maka kekhawatiran dankontroversi yang terjadi di masyarakat baikdilihat dari kaca mata agama, budaya,etika, psikologi, dan aspek lainnya tidakakan muncul atau setidak-tidaknya dapatdikurangi.

SIMPULANKesimpulan dari pembahasan paper ini

adalah: (1) rekayasa genetika memilikipotensi yang sangat besar terutama dalammengatasi kekurangan pangan pendudukdunia dan membantu melestarikanlingkungan meskipun masih memunculkankontroversial yang melibatkan konsumen,petani, perusahaan GMO, pemerintahsebagai regulator, organisasi non-pemerintah, dan ilmuwan; (2) masyarakatharus mendapatkan informasi lengkaptentang resiko dan manfaat dari produk-produk GMO, dan semua pangan dariproduk GMO diberi label dengan detailtermasuk kandungan produk dan gen yangdimasukkan; (3) penelitian rekayasagenetika yang mendalam dan independentetap dilanjutkan untuk digunakan sebagai

bahan pertimbangan rasional dalam rangkamembuat peraturan perundangan yangsecara ilmiah dapatdipertanggungjawabkan, sehinggaperaturan tersebut tidak hanya melindungikonsumen dari bahaya yang menimpanya,tetapi juga memungkinkan konsumenuntuk memanfaatkan produk GMO danteknologi pendukungnya secara maksimal;dan (4) peraturan perundang-undanganyang terkait dengan pengembangan danpenggunaan GMO harus dijalankan dengansebaik-baiknya oleh semua pihak.

DAFTAR PUSTAKAAbbas, N. 2009. Perkembangan Teknologi

di Bidang Produksi Pangan dan Obat-obatan serta Hak-hak Konsumen,Jurnal hukum, 3 (16): 423 – 438.

Agorsiloku. 2006. Dampak PenggunaanHasil Rekayasa Genetika.https://agorsiloku.wordpress.com/2006/11/13/. Diakses tanggal 10-1-2015.

Alberts, B., A. Johnson, J. Lewis, M. Raff,K. Roberts, P. Walter. 2008. MolecularBiology of The Cell. 5th Ed. GarlandScience, USA. Pp 1268.

Amin, L dan J.M. Jahi. 2004. EthicalAspects of Genetically ModifiedOrganisms Release into theEnvironment. Malaysian Journal ofEnvironmental Management, (5): 99 –111.

Amin, L., A. A. Azlan, M. H. Gausmian, J.Ahmad., A. L. Samian, M. S. Haron,dan N. M. Sidek. 2010. Ethicalperception of modern biotechnologywith special focus on geneticallymodified food among Muslims inMalaysia. AsPac J. Mol. Biol.Biotechnol., 18 (3) : 359-367.

Anwar, A. 2010. Penerapan BioteknologiRekayasa Genetik dibidang Medis

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 116 ISSN: 1411-9587

Page 10: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

Ditinjau dari Perspektif FilsafatPancasila, Ham dan Hukum Kesehatandi Indonesia, Jurnal Sasi, 17 (4): 39-51.

Artanti, G.D., Hardinsyah, D. K. S.Swastika, dan Retnaningsih. 2010.Analisis faktor-faktor yangmempengaruhi penerimaan petaniterhadap produk rekayasa genetika.Jurnal Gizi dan Pangan, 5 (2): 113 –120.

Asaye, M., H. Biyazen, dan M. Girma.2014. Genetic engineering in animalproduction: Applications andprospects. Biochemistry andBiotechnology Research, 2(2): 12-22.

Azadi, H dan H. Peter. 2010. Geneticallymodified and organic crops indeveloping countries: A review ofoptions for food security.Biotechnology Advances, 28: 160–168.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. SepuluhBahan Pangan Yang Terus Diimpor.http://www.asiabusinessinfo.com/bahan-pangan-yang-terus-di-impor/.Diakses 27-11-2014.

Bettelheim, A. 1999. Drug resistantbacteria: Can scientists find a way tocontrol ‘superbugs’? CQ Researcher,9(21): 473–96.

Billings, P.R. 1999. Modified foods arelike drugs. The Boston Globe, 28thAugust 1999.

Brown, K. S. 1996. Prescription: one plantplease. Bioscience, 46(2) :82.

Burachik, M. 2010. Experience from use ofGMOs in Argentinian agriculture,economy and environment. NBiotechnol., 27 (5): 588-592.

Campbell, P.O.Q. 1996. Super foods:agricultural products and geneticengineering. Biology Digest., 1 (23):

10–17.

Cantley, M. 2012. European Attitudes onthe Regulation of ModernBiotechnology and their consequences,GM Crops and Food: Biotechnology inAgriculture and the Food Chain, 3(1):40-47.

Coleman, A. 1996. Production of proteinsin the milk of transgenic livestock:problems, solutions and success. Am JClin Nutr., 63: 5639–5645.

Crist, W.E. 1996. Waiter, there’s a flounderin my fruit. (Bio-engineered fruits andvegetables with animal geneticmaterials are not so labeled).Vegetarian Times, 231: 22.

Curran, G. J., Y.J. Koszarycz. 2004.Genetic Engineering: Creating anEthical Framework. AustralianeJournal of Theology 2: 1-13.

Dano, E. C. 2007. Potential Socio-Economic, Cultural and EthicalImpacts of GMOs: Prospects forSocio-Economic Impact Assessment.TWN (ISBN: 978-983-2729-23-5), 3th

World Network, Penang Malaysia. Pp32.

Dresbach, S.H., H. Flax, A. Sokolowski,dan J. Allred. 2001. The Impact ofGenetically Modified Organisms onHuman Health. Ohio State UniversityExtension Fact Sheet HYG-5058-01.http://ohioline.osu.edu/hyg-fact/5000/5058.html.

Epstein, R. 2001. Redesigning the World –Ethical Questions About GeneticEngineering. Vajra Bodhi Sea: AMonthlyJournal of OrthodoxBuddhism, 32(76): 34-39. 2001.<http://online.sfsu.edu/%7Erone/GEessays/

Hardinsyah. 2000. Potensi Kekuatan danKelemahan Produk Pangan Hasil

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 117 ISSN: 1411-9587

Page 11: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

Rekayasa Genetika. Makalah padaSeminar Pangan Rekayasa Genetika.Kolaborasi, Bogor.

Hileman, B. 1999. UK moratorium onbiotech crops. Chemical & Eng NewsMay, Pp 7.

Hoef, A. M., E.J. Kok, E. Bowo, H.A.Kuiper, J. Keijer. 1998. Developmentand application of a selective detectionmethod for genetically modified soyand soy derived products. Food AddContamin, 15(7): 767–74.

Izquierdo, R. M. 2001. GeneticEngineering. 2nd Ed. Pyramid, Madrid,Pp 344.

Kaiser, J. 1996. Pests Overwhelm BtCotton Crop. Science, 273: 423.

Kamle, S., A. Kumar, R.K. Bhatnagar.2011. Development of multiplex andconstruct specific PCR assay fordetection of cry2Ab transgene ingenetically modified crops andproduct. GM Crops, 2(1): 74-81.

Karp, G. 2002. Cell and MolecularBiology: concepts and Experiments,3rd Ed. John Wiley and Sons, NewYork, Pp 785.

Kessler, D.A., M.R. Taylor, J.H.Maryanski, E.L. Flamm, L.S. Kahl.1992. The safety of foods developedby biotechnology. Science, 256:1747.

Klug, W. S dan M. R. Cummings. 2002.Concepts of Genetics. 7th Ed. ISBN0130929980. Prentice Hall, NewJersey, Pp 800.

Koch, K. 1998. Food safety battle: organicvs. biotech. Congressional QuarterlyResearcher, 9(33): 761–84.

Lotter, D. 2008. The Genetic Engineeringof Food and the Failure of Science –Part 1: The Development of a FlawedEnterprise. Int. Jrnl. of Soc. of Agr. &

Food, 16(1): 31–49.

Marinho, C.D., F.J.O. Martins, A.T.Amaral Júnior, L.S.A. Gonçalves,S.C.S. Amaral, dan M. P. de Mello.2012. Use of transgenic seeds inBrazilian agriculture and concentrationof agricultural production to largeagribusinesses. Genet. Mol. Res., 11(3): 1861-1880.

Montaldo, 2006. Genetic engineeringapplications in animal breeding.Electronic Journal of BiotechnologyISSN: 0717-3458 Vol.9 No.2, Issue ofApril 15, 2006.Redesigning.htm>

Nordlee, J. A, S.L. Taylor, J.A. Townsend,L.A. Thomas, R.K. Bush. 1996.dentification of Brazil nut allergen intransgenic soybeans. N Engl J Med.,334: 668–92.

Nursamsi, 2008. Peluang dan TantanganProduk Pertanian di Era Global.Pengukuhan Prof Nursamsi diUniversitas Gajah Mada.http://www.ugm.ac.id/id/. Diakses 17-1-2015.

Pedreschi, R., M. Hertog, K.S. Lilley, B.Nicolaï. 2010. Proteomics for the foodindustry: opportunities and challenges.Crit Rev Food Sci Nutr., 50(7): 680-692.

Phillips, S.C. 1994. Genetically engineeredfoods: do they pose health andenvironmental hazards?. CQResearcher, 4(29): 673–96.

Pramashinta, A., L. Riska, Hadiyanto.2014. Bioteknologi Pangan: Sejarah,Manfaat dan Potensi Resiko. Review.Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(1): 1-6.

Radji, M. 2009. Vaksin DNA:VaksinGenerasi Keempat. Majalah IlmuKefarmasian, 6(1): 28 – 37.

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 118 ISSN: 1411-9587

Page 12: Kontroversi Produk Rekayasa Genetika Yang Dikonsumsi

Rissler, J dan M. Mellon. 1993. Perils amidthe promise: ecological risks oftransgenic crops in a global market.Union of Concerned Scientists,Washington D.C.

Robinson, R. E. 2013. A bumpy road aheadfor producers, buyers and sellers ofGenetically Modified Organisms. Thenewsletter of the Illinois State BarAssociation’s Section on AgriculturalLaw, 23 (1).

Robinson, C. 1997. Genetically modifiedfoods and consumer choice. Trends inFood Science and Technol., 8:84–8.

Schagen, F.H., R. C. Hoeben, G. A.Hospers. 2014. Off-label prescriptionof genetically modified organismmedicines in europe: emergingconflicts of interest?. Hum Gene Ther.,25(10): 893-896.

Singh, O.V., S. Ghai, D. Paul, R. K. Jain.2006. Genetically modified crops:success, safety assessment, and publicconcern. Appl Microbiol Biotechnol.,71(5): 598-607.

Small, B. 2004. Emotion and evolution inscience and ethics. Reflections on theuse of human genes in otherorganisms: Ethical, spiritual, andcultural dimensions. Wellington: ToiteTaiao-the Bioethics Council..

Small, B., T. G. Parminter, M. W. Fisher.

2005. Understanding public responsesto genetic engineering throughexploring intentions to purchase ahypothetical functional food derivedfrom genetically modified dairy cattle.New Zealand Journal of AgriculturalResearch, 48: 391-400.

Sudjadi, 2008. Bioteknologi Kesehatan,Kanisius, Yogyakarta. Pp 279.

Sutardi, 2007. Produk PertanianTransgenik Belum Diyakini Aman.Pidato Ilmiah pada Pengukuhan GuruBesar Prof Sutard di Universitas GajahMada. http://www.ugm.ac.id/id/.Diakses tgl 17-1-2015.

Suwanto, A. 2006. Genetically ModifiedOrganisms (GMOs): KeragamanGenetik dan Preferensi Manusia.Institut Pertanian Bogor.

Thompson, P. B. 1997. Foodbiotechnology’s challenge to culturalintegrity and individual consent.Hastings Center Report, 27(4): 34–8.

Uzogara, S. G. 2000. The impact ofgenetic modification of human foodsin the 21st century: A review.Biotechnology Advances, 18:179–206.

Young, A. L dan C.G. Lewis.Biotechnology and potential nutritionalimplications for children. Pediatr ClinNorth Am., 42(4): 917–30.

Jurnal Biologi Tropis. Vol. 14 No. 2 Juli 2014 119 ISSN: 1411-9587