perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

21
Perspektif Kontroversi Revitalisasi Buddha Bar [email protected]

Upload: firman-irmansyah

Post on 31-Mar-2016

247 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mengurai benang kusut dengan melihat UU , Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri dan PerDa DKI..

TRANSCRIPT

Page 1: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

Perspektif Kontroversi Revitalisasi Buddha Bar

[email protected]

Page 2: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

N d B t i K tk i tNama gedung : Batavia Kunstkring atauNederlandsch‐Indische Kunstkring(Lingkar Seni Hindia ‐ Belanda)

Arsitek : Pieter Adriaan Jacobus Moojen

Tahun : 1913

Fungsi : ‐1913‐1945  (Lingkar Seni Hindia – Belanda)‐1945‐1998 (kantor imigrasi)‐1998‐2008 (kosong)‐2008‐sekarang (Budha Bar)

Pengelola : anaknya Sutiyoso dan putriPengelola : anaknya Sutiyoso dan putriMegawati, Puan Maharani

[email protected]

Page 3: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

monas

Patung tanig

Sudirman‐thamrin

menteng

[email protected]

Page 8: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

Kontroversi

1. Penggunaan bangunan cagar budaya untuk kepentingan komersialisasiprivate

2. Perubahan interior yang signifikan, menghilangkan identitas sebagaiy g g , g g gbangunan kolonialnya

3. Penambahan bangunan pada bagian samping4. Penambahan audio sistem yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan

l h t h d bperlahan terhadap bangunan.5. Penggunaan dana PEMDA untuk renovasi kemudian di ambil alih pihak

swasta6. Nama tempat menggunakan agama “Budha”

[email protected]

Page 9: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

Kode Etik Arsitek

Kaidah Tata Laku 1.401Arsitek berkewajiban berperan aktif dalam pelestarian bangunan/ arsitektur dan/ atauk b j h b il i i i id h kkawasan bersejarah yang bernilai tinggi. Kaidah Tata Laku

Kaidah Tata Laku 1.402Arsitek berkewajiban meneliti secara cermat sebelum melakukan rencana peremajaan, pembongkaran bangunan/ kawasan yang dinilai memiliki potensi berdasarkanperaturan yang berlaku dan/ atau penilaian pakar.peraturan yang berlaku dan/ atau penilaian pakar.

[email protected]

Page 10: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

1 The intervention must be theminimum necessary

Etika Presevasi

1. The intervention must be the minimum necessary.2. The intervention should be reversible if technically possible. This is more likely to be achievable with traditional methods.3. The intervention should not prejudice future intervention.4. The intervention should not hinder later access to all the evidence incorporated in the structure.5. The intervention should be totally directed by dedicated respect for aesthetics, and historical and physical integrityand historical and physical integrity.6. The intervention should allow the maximum amount of existing material to be retained.7. The intervention should be harmonizing in color, tone, texture, form and scale.8. Restoration should not be attempted unless there is adequate archaeological evidence or there is good photographic or drawn evidence for the items to be replaced. In addition the items must be essential to reinstate the original design conceptconcept.9. Restoration in order to re‐instate the original design concept is only done in exceptional circumstances and where the restoration is absolutely necessary for the structure to be fully understood and appreciated by the observer. Archaeological 

i i h ld b d i i h idcuriosity should not be engaged in, so as to attempt to retrieve the evidence, especially if this will result in unnecessary intervention in the structure.

[email protected]

Page 11: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 10 TAHUN 1993

TENTANG

PELAKSANAAN UNDANG‐UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 

BAB I KETENTUAN UMUM

TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

KETENTUAN UMUM Pasal 1 

Dalam Undang‐undang ini yang dimaksud dengan : Benda cagar budaya adalah : benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerakyang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian‐bagian atau sisa‐sisanya, yang berumur sekurang‐kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gayayang khas dan mewakili masa gaya sekurang‐kurangnya 50 (lima puluh) tahunyang khas dan mewakili masa gaya sekurang kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; benda alam yang dianggap mempunyai nilai pentingbagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. g j p g ySitus adalah :lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya.

[email protected]

Page 12: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

BAB III PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENEMUAN, DAN PENCARIAN 

Bagian Pertama Penguasaan dan PemilikanBagian Pertama Penguasaan dan Pemilikan Pasal 4 

(1) Semua benda cagar budaya dikuasai oleh Negara. 

Pasal 6 

(1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimiliki atau dikuasai oleh(1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimiliki atau dikuasai olehsetiap orang dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya dansepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang‐undang ini. g

[email protected]

Page 13: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

BAB IV PERLINDUNGAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 13 

(1) Setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budayawajib melindungi dan memeliharanya.

BAB VIBAB VI PEMANFAATAN 

Pasal 19 

(1) B d b d d di f k k k i(1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentinganagama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dankebudayaan. 

(2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapatdilakukan dengan cara atau apabila: 

a. bertentangan dengan upaya perlindungan benda cagar budayasebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2); 

b semata mata untukmencari keuntungan pribadib. semata‐mata untukmencari keuntungan pribadidan/atau golongan. 

[email protected]

Page 14: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 26 

Barangsiapa dengan sengaja merusak benda cagar budaya dan situs sertalingkungannya atau membawa, memindahkan, mengambil, mengubah bentukdan/atau warna, memugar, atau memisahkan benda cagar budaya tanpa izind i P i h b d k d d l l ( ) d ( )dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara selama‐lamanya 10 (sepuluh) tahun dan/ataudenda setinggi‐tingginya Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

[email protected]

Page 16: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIANOMOR 10 TAHUN 1993

BAB IIBAB IIPENGUASAAN, PEMILIKAN,

PENDAFTARAN, DAN PENGALIHAN

Pasal 2(1) Untuk perlindungan dan/atau pelestarian benda cagar budaya, benda yang 

diduga benda cagar budaya, benda berharga yang tidak diketahui pemiliknyabaik bergerak maupun tidak bergerak dan situs yang berada di wilayahbaik bergerak maupun tidak bergerak, dan situs yang berada di wilayahRepublik Indonesia dikuasai oleh Negara.

BAB IVPERLINDUNGAN DAN PEMELIHARAAN

Pasal 25(1) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) untuk(1) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) untukpenyelamatan dan pengamanan dilakukan sebagai upaya untuk mencegah :a. kerusakan karena faktor alam dan/atau akibat ulah manusia;b. beralihnya pemilikan dan penguasaan kepada orang yang tidak berhak;b b h k l d l hc. berubahnya keaslian dan nilai sejarahnya.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan benda cagar budaya diaturoleh Menteri.

[email protected]

Page 17: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

BAB VPEMANFAATANPEMANFAATAN

Pasal 36

(6) Apabila dalam pelaksanaan pemanfaatan benda cagar budaya ternyata :a. tidak sesuai dengan perizinan yang diberikan;b. bertentangan dengan upaya perlindungan benda cagar budaya;c mencari keuntungan pribadi dan/atau golongan;c. mencari keuntungan pribadi dan/atau golongan;d. karena keadaannya, benda cagar budaya tidak mungkin dimanfaatkan lagi,Menteri dapat menghentikan kegiatan pemanfaatan benda cagar budaya.

BAB VIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 41Pasal 41(1) Menteri bertanggung jawab atas pembinaan terhadap pengelolaan bendacagar budaya.

[email protected]

Page 19: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN TENTANG DINAS MUSEUMDAN PEMUGARAN DKI JAKARTADAN PEMUGARAN DKI JAKARTA

BAB IX PEMANFAATAN PENGEMBANGANPasal 26

(1) Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya harus dikoordinasikan denganDinas Museum dan Pemugaran

(3) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diberikan untuk kepentingansosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan agama.

BAB X KETENTUAN PIDANAPasal 28Pasal 28

(2) Terhadap perbuatan yang dikalsifikasikan sebagai tindak pidana terhadap pelestariandan pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya di ancam pidanaberdasarkan UU no.5 tahun 1992 tentang Cagar Budayag g y

[email protected]

Page 20: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

Peraturan Perundang Pelanggaran UU Perijinan dengan Sanksi

Kesimpulan

Peraturan PerundangUndangan

Pelanggaran UU Perijinan denganPemerintah

Sanksi

UU RI no 5 thn 1992 Tentang cagar Budaya

BAB VI PemanfaatanPasal 19

Ya Tidak ada

PP RI no 10 thn 1993Tentang cagar budaya

Pasal 25 dan 36 Ya Tidak ada

KepMen RI no 087/P/1993Tentang Cagar budaya

Tidak terdaftar ‐ Tidak adag g y

PerDa DKI no 4 tahun 1997 BAB IX PEMANFAATANPENGEMBANGANPasal 26

Ya Tidak ada

Pasal 26

[email protected]

Page 21: perspektif kontroversi revitalisasi buddha bar

Pemerintah

renovasi

Kontroversi

Pelanggaran UU Cagarrenovasi Pelanggaran UU CagarBudaya no 5 1992 

Pasal 19 Kerjasama dengan Tidak

Batavia KunstkringPP RI no 10 thn 1993Tentang cagar budaya

Pasal 25 dan 36

kejasamaa denganpemerint

ah

adasangksi

komesialisasiPerDa DKI no 4 tahun

1997Pasal 26

Swasta

[email protected]