konsep wali dalam al-qur’an dan hadits

19
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam al-Qur’an kata-kata waliy (jamak: awliya’;) di Indonesiakan menjadi wali muncul di beberapa tempat dan dengan demikian memiliki beberapa arti yang berbeda. Kata tersebut digunakan bukan saja dalam hubungannya dengan Allah, tetapi juga dengan beberapa hal lain, bahkan setan, jenis makhluk yang memiliki sifat-sifat yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah. Secara etimologis, wali dapat berarti penjaga, pelindung, penyumbang, teman, pengurus, dan juga digunakan dengan arti keluarga dekat. Berbagai paradigma dari cara sudut pandang yang berbeda membuat kajian tentang waly sangantlah beragam. Hal ini perlu dikaji lebih dalam terutama dalam penafsiran kata Waly sendiri dala Al-Qur’an dan Hadits. B. RUMUSAN MASALAH Sesuai dengan latar belakang yang telah disebutkan diatas, pemakalah berusaha nerumuskan beberapa pokok-pokok permasalahan yang ada diatas, 1. Apakah Pengertian Waly itu? 2. Apa pendapat para ulama dalam menafsirkan Waly? 3. Apa yang dimaksud dengan wali syetan? 1

Upload: didin-saprudin

Post on 14-Apr-2016

51 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Konsep Wali Dalam Al-Qur'an dan HaditsMateri Akhlak Tasawuf

TRANSCRIPT

Page 1: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di dalam al-Qur’an kata-kata waliy (jamak: awliya’;) di Indonesiakan menjadi wali

muncul di beberapa tempat dan dengan demikian memiliki beberapa arti yang berbeda. Kata

tersebut digunakan bukan saja dalam hubungannya dengan Allah, tetapi juga dengan beberapa

hal lain, bahkan setan, jenis makhluk yang memiliki sifat-sifat yang bertentangan dengan

sifat-sifat Allah. Secara etimologis, wali dapat berarti penjaga, pelindung, penyumbang,

teman, pengurus, dan juga digunakan dengan arti keluarga dekat.

Berbagai paradigma dari cara sudut pandang yang berbeda membuat kajian tentang

waly sangantlah beragam. Hal ini perlu dikaji lebih dalam terutama dalam penafsiran kata

Waly sendiri dala Al-Qur’an dan Hadits.

B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang yang telah disebutkan diatas, pemakalah berusaha

nerumuskan beberapa pokok-pokok permasalahan yang ada diatas,

1. Apakah Pengertian Waly itu?

2. Apa pendapat para ulama dalam menafsirkan Waly?

3. Apa yang dimaksud dengan wali syetan?

1

Page 2: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

BAB II

KONSEP WALI DALAM AL-QUR'AN

A. Pengertian Wali

Menurut bahasa dalam Tafsir jalalain kata wali ( ( ,Mempunyai beberapa maknaولي

diantaranya; pelindung atau pembela (al-Baqarah;257), penolong (al-Maidah; 55), (Al-

Ahzab;9 dan 28). Dalam bahasa Arab waly adalah 'seseorang yang dipercaya' atau 'pelindung,

Menurut al-Razy, alwalayah dari segi bahasa, terbentuk dari akar kata w-l-y yang

mengandung arti dekat. Maksud dekat disini adalah kedekatan yang dapat dilakukan dengan

qalbu yang disinari cahaya ma’rifah. Dalam keadaan ma’rifah, menurut Al-razy seorang tidak

merasa takut dan tidak bersedih, sebab orang yang tenggelam didalam nur Allah lupa terhadap

segala sesuatu selain Allah.1

Wali adalah seorang sufi yang dipillih sebagai sahabat Allah. sang wali ini

disembunyikan oleh Allah hingga tiada seorangpun yang mengetahui kecuali Allah itu

sendiri.2 Al-ghazali dalam Ihya Ulumiddin mengatakan bahwa sekalipun para wali Allah itu

adalah manusia seperti manusia yang lainnya tetapi Qalbu mereka itu sangat luar biasa bersih

dan sucinya sehingga dapat lekas menerima dan merasa segala sesuatu yang bersifat suci.3

Seseorang yang telah sampai kepada suatu tingkat tertentu, yang telah lulus dari pada

ujian mujahadah dan telah mendapat kasyaf (tersingkapnya tabir dari rahasia-rahasia Tuhan)

maka orang itu sampailah ke dalam pangkat wali. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-

Qur’an4 :

سبلنا لنهدينهم فينا جاهدوا والذين

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami

tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (Q.S. Al’ankabut; 69)

Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Tasawwuf dari Abad ke Abad menerangkan bahwa

orang-orang yang dianugerahi oleh Allah akan keistimewaan itu bukanlah terdiri dari luar

manusia biasa, namun sebaliknya semua orang dapat mencapai derajat wali asalkan memenuhi

syarat-syarat menjadi wali. Dalam hal ini Al-Imam Ghazali dalam bukunya Kimyaus-saadah

menerangkan bahwasanya hati itu mempunyai jendela yang terbuka dalam keghaiban dunia

1 Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A. Apakah Wali itu ada?, cet I, Jakarta; 2005, hal.382Amatullah Amrstrong, penerjemah M.S, Nasrullah dan Ahmad Baiquni, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, cet. I, Mizzan, Bandung; 1996, Hlm 3153DR. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, Surabaya;1984 hlm;1174 Ibid

2

Page 3: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

rohani. Terbukanya jendela hati ke arah yang ghaib itu kadang-kadang menempatkan dalam

keadaan yang hampir pada ilham kenabian. Manusia yang membersihkan dirinya dari nafsu-

nafsu keduniawian dengan memusatkan fikirannya kepada tuhan di dalam puncak

kesadarannya ia akan menerima ilham semacam itu.

Menurut al-Hakim al-Tirmidzi al-walayah adalah kedekatan hubungan seseorang

dengan Allah dan merasakan kehadiran-Nya. Al-walayah melahirkan relasi antara Allah

dengan hamba dalam bentuk al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cinta kasih), dan

‘inayah (pertolongan). Al-walayah merupakan kemuliaan dari Allah yang dianugerahkan

kepada -orang-orang tertentu yang menjadi pilihan-Nya.5

Wali dan Nabi sendiri menurut Al-Hakim Al-Tirmidzi berbeda, menurutnya; “Esensi

kenabian terletak pada kalam Allah, berupa wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril

kepada para Nabi, Adapun kewalian ditandai dengan al-Hadits (pembicaraan Allah) yang

dirasakan oleh seorang wali dengan penuh kedamaian. Menurut Ibn ‘Arabi (w. 638 H/1240M)

Al-walayah merupakan al-maratib al-ruhiyyah (peringkat kerohanian). Setiap rasul adalah

wali dan setiap nabi juga adalah wali. Kekhususan para wali terletak pada al-ma’rifat, yakni

pengetahuan kepada Allah yang diberikan kedalam qalbu mereka dengan tanpa usaha melalui

al-‘aql (kemampuan intelek).6

Dalam kitab sirojut tholibin jilid awal hal 17 menerangkan bahw7a;

به قون فيشتا قلوبهم الى رائحته فتتصل الصديقون االرضيشمه في تعالى االله ريحان الولياحوالهم تفاوت عبادة ويزدادون هم موال الى

Artinya;

“Wali itu adalah wangi-wangian Allah yang massyhur di muka bumi, yang menciumnya hanyalah orang-orang yang kebenaranya mendominasi dirinya, maka sampailah kesemerbakan nya dalam hati mereka, maka dengan itu terpesonalah mereka kepada tuhanya serta selalu berttambah-tambah dalam ibadatnya dalam keadaan sikap serta sifat yang berbeda.”

B. Konsep Wali dalam Al-Qur’an dan Hadits

1. Ayat Al-Qur’an tentang Wali

Dalam Al-Qur’an terdapat 36 ayat yang terkait dengan ‘wali’ tersebut. Dari 36 ayat itu

terdapat kata awliya’ (dalam bentuk jamak/plural) sebanyak 33 kali dan dalam bentuk

5 Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A. Apakah Wali itu ada?, cet I, Jakarta; 2005, hal.956 Ibid… hal 987 Muhammad Abdul gaos saefulloh Maslul, Menjawab 165 Masalah, cet. I, Bandung; 2006, hal,2

3

Page 4: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

mufrad /tunggal(wali) terdapat 5 kali, yakni pada surat Al-Baqarah : 257, Al-Maidah : 55, As-

Syura : 9 dan 28, dan Al-Jasyiyah : 19. Dari 38 kali sebutan wali (dalam bentuk jamak dan

tunggal) itu Allah menjelaskan kepada kita bahwa pengertian wali itu ialah orang yang

mengikuti jalan hidup.8

Salah satu ayat alqur’an yang meneranngkan tentanng waly (kata wali) adalah;

يحزنون هم وال عليهم خوف ال الله أولياء إن وكانوا )62)أال آمنوا الذين

)63)يتقون

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak

(pula) mereka bersedih hati. 63. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka

selalubertakwa.

Ulama besar Al-Thaba’i, dalam Al- Mizan fi Tafsir Al-Qur’an, Mencatat tiga

persyaratan yang harus terpenuhi untuk menjadi kekasih (Waly) Allah. ketiganya merupakan

washilah (perantara) bagi tergenggamnya ketiga mutiara ilahi.

A. Menjadi komunitas Al-Qur’an (Ahl Al-Qur’an) bukan hanya dibaca sebatas ibadah

ritual saja (tadarus) tetapi lebih dari itu, ia juga menjadi imam dalam derap langkah

sejarah keseharian kita, diperaktekan dalam aksi yang nyata. Atau dengan kata lain,

Al-Qur’an menjadi watak (khuluq) kita. Ketika ‘aisyah ditanya ihwal watak rasulullah,

‘Aisyah menjawab; “Wataknya adalah Al-Qur’an”. Allah SWT, berfirman9;

أن الحات الص يعملون الذين المؤمنين ر ويبش أقوم هي للتي يهدي القرآن هذا إنكبيرا أجرا لهم

Sesunggunhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus

dan member khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal

salaheh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.

B. Selalu Ikhlas dalam beramal. Semakin dominan keikhlasan, semakin bersinarlah

kebenaran dalam hati. Atau dalam tamsil Rumi.” Semakin panas Oven, kian bagus

rotinya. Jika dingin, maka rotinya tidak akan masak sama sekali.” Imam Ibn Abbas

pernah ditanaya tentang maksud firman Allah, “Para kekasih Allah tidak pernah takut

dan bersedih.” Imam ‘Ali menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang selalu ikhlas

dalam beribadah, kuasa menyelami hakikat dunia ketika mayoritas orang dilenakan

dzahir dunia sehingga yang mengontrol dunia tidak dikontrol dunia. Walaupun ia

8 http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/antara-wali-allah-dan-wali-setan.htm#.UTDUFDcY_IU9 Asep Salahudin, Ziarah Sufistik, cet II; Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, Hal. 40

4

Page 5: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

orang kaya, kekayaanya tidak mempengaruhinya, ia sumbangkan kekayaanya sesuka

hatinya.”10

الدين ( له مخلصا ه الل فاعبد بالحق الكتاب إليك أنزلنا ا خذوا) 2إن ات ذين وال الخالص الدين ه لل أال

يختلفون فيه هم ما في بينهم يحكم ه الل إن زلفى ه الل إلى بونا ليقر إال نعبدهم ما أولياء دونه من

كفار كاذب هو من يهدي ال ه الل إن

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa)

kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya

(2) Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-

orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah

mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami (tawassul) kepada Allah dengan

sedekat- dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang

apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-

orang yang pendusta dan sangat ingkar. (3) (Azzumar : 2-3)

C. Sharih Al-Iman; mengejewantahkan nilai-nilai keimanan. Rasulullah bersabda yang

diriwayatkan dari Umar bin Al-Jumuh bahwa; “Seutama-utamanya hamba Allah

adalah mereka yang sharih imanya yang diterjemahkan dalam rupa, mencintai dan

membenci sesuatu karena Allah, Apabila telah bersikap demikian, ia berhak

mengklaim dirinya sebagai kekasih Allah.” Kaitanya dengan isharih al-imani ini,

imam Ja’far Al-Shiddiq memberikan penjelasan ;” Allah meletakan iman diatas tujuh

fundamen, yakni; kebajikan, kejujuran, keteguhan, kerelaan kepada ketentuan Allah,

kesetiaan pengetahuan, dan kemampuan mengendalikan syahwat.11

Allah Swt, Berfirman;

ه أولياؤهم وليالل كفروا ذين وال ور الن إلى الظلمات من يخرجهم آمنوا ذين ال

فيها هم ار الن أصحاب أولئك الظلمات إلى ور الن من يخرجونهم الطاغوتخالدون

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan merekadari kegelapan

(kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orangyang kafir, pelindung-

10 Ibid Hal 4111 Ibid hal 43

5

Page 6: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan

(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Al-

Baqarah : 257)

2. Hadits Tentang Wali

Dalam buku syarah Arbain Nawawiyah hadits ke 38;12

الله : : إن وسلم عليه الله صلى الله رسول قال قال عنه الله رضي هريرة أبي عن

أحب : بشيء عبدي إلي ب تقر وما بالحرب، آذنته فقد وليا لي عادى من قال تعالى

أحببته فإذا أحبه، حتى بالنوافل إلي ب يتقر عبدي يزال وال عليه، افترضته ا مم إلي

التي ورجله بها، يبطش التي ويده به، يبصر الذي وبصره به يسمع الذي سمعه كنت

ألعيذنه استعاذني ولئن ألعطينه، سألني ولئن بها، يمشي

[ البخاري [رواه

Terjemahan Hadits

"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam,: "Sesungguhnya Allah telah berfirman: Barang siapa yang

memusuhi Waliku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah

seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai

dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan

diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku

mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan

sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia

gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia

meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon

perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya". (Hadits ini dirawikan Imam Bukhari

dalam kitab shahihnya, hadits no. 6137).

Penjelasan

Imam An Nawawi13

12 Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani, Syarah ‘Arbain Nawawiyah, Cet.II; Jakarta Timur; Akar Media; 2010, Hal 13 Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani, Syarah ‘Arbain Nawawiyah, Cet.II; Jakarta Timur; Akar Media; 2010, Hal 348

6

Page 7: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

Yang dimaksud dengan kekasih dalam sabda Rasullullah saw, dari Tuhanya, Barang siapa

yang memusuhi Waliku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya,

Maksud kekasih (wali) disini ialah orang mukmin. Allah Ta’ala berfirman dalam surat

Albaqarah ayat 257,

آمنوا الذين ولي الله

Artinya;

Allah Pelindung (wali) orang-orang yang beriman.

Siapa yang menyakiti seorang mukmin, Allah mengumumkan perang kepadanya. atau

Allah memberitahukan kepadanya bahwa ia telah memerangi Allah. Jika Allah mememrangi

seorang hamba maka dia pasti akan membinasakanya. Oleh karena itu, jangan sampai

sseorang menyerang setiap muslim.

Cinta itu muncul dari keinginan yang baik. Jika mencintai seorang hamba, Allah

membuat ia sibuk berdzikir mengingat-Nya, ta’at kepadanya, dan menjaganya dari setan.

Allah juga akan membuat ia menggunakan anggota-anggota tubuhnya untuk mendengarkan

Al-Qur’an serta berdzikir, dan membuat ia tidak suka mendengarkan nyanyian serta alat-alat

music. Akibatnya, ia menjadi termasuk orang-orang yang disinggung dalam firman Allah

Ta’ala;

عنه أعرضوا اللغو سمعوا وإذا

Artinya;

“dan apabila mereka mendengarkan perkataan yang tidak bermanfaat, mereka

berpaling daripadanya.’’(QS. Al Qashash:55).

Apapun yang mereka lihat pada mahluk selalu mereka hubungkan dengan kebesaran

serta kekuasaan Allah. Ali bin Abu Thalib r.a mengatakan: “setaiap kali melihat sesuatu, aku

“melihat” Allah ta’ala berada di depanya”14 dan perkataan Ibnu ‘Arabi “Rabb adalah hamba,

hamba adalah rabb. Aduhai kenapa aku jadi orang mukallaf?!”15

Imam Ibnu Daqiq

14 Ibid Hal 35015 Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Bagaimana Memahami Al’Qur’an, cet II, Pustaka Alkautsar; Jakarta timur;2006, hal 123

7

Page 8: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

Kekasih Allah ialah orang yang mengikuti apa yang dianjurkan-Nya. Oleh karena itu,

seseorang harus berhati-hati jangan sampai menyakiti hati para kekasih Allah. yang dimaksud

dengan permusuhan ialah menganggap kekasih Allah sebagi musuh. Allah SWT,

berfirman:”Tidak ada taqorrubnya seorang hamba kepada-Ku kecuali dengan beribadah

menjalankan apa yang telah aku wajibkan kepadanya.”

Syekh As Sa’adi

Hadits ini menggambarkan bahwa memusuhi kekasih Allah sama halnya dengan

memusuhi dan memerangi Allah. Siapa yang berani memusuhi Rabb dan memerangi Sang

Maha Raja, ia pasti orang yang pasti kalah. Sebaliknya siapa yang dijamin memperoleh

perlindungan dari Allah, ia pasti orang yang menang. Hal itu disebabkan karena kekasih-

kekasih Allah pasti akan mendapatkan dukungan yang sempurna. Allah mencintai mereka,

melindungi mereka dan mencukupi keinginan-keinginan mereka.

Hadits ini juga menuturkan tentang sifat yang sempurna para kekasih Allah. Mereka

konsisten dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah dan terhadap sesama

manusia. Dari tingkatan ini mereka lalu melanjutkan pada upaya mendekati Allah dengan

ibadah-ibadah sunnah.16

C. Wali Syetan

Adapun sifat, karakter dan prilaku wali setan secara umum berlawanan dengan sifat,

karakter dan prilaku wali Allah, sebagaiman yang dijelaskan sebelumnya. Di antara yang

paling menonjol ialah :

1. Tidak beriman sepenuhnya pada Allah, baik sebagai Tuhan Pencipta, Tuhan yang

pantas disembah dan Tuhan yang menciptakan semua sistem hidup untuk manusia yang

diturunkan-Nya, serta tidak menjadikan Allah sebagai Pelindung/Penolong dalam

menghadapi berbagai persoalan dan cobaan hidup. Sebab itu mereka mudah ditipu

setan. Allah berfirman :

ليريهما لباسهما عنهما ينزع ة الجن من أبويكم أخرج كما يطان الش كم يفتنن ال آدم بني ياجعلنا ا إن ترونهم ال حيث من وقبيله هو يراكم ه إن أولياء سوآتهما ياطين يؤمنون الش ال ذين لل

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia

telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya

16 Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani, Syarah ‘Arbain Nawwiyah, Cet.II; Jakarta Timur; Akar Media; 2010, Hal

8

Page 9: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia

(setan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa

melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-

pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.(Al-A’raf : 27)

2. Berjihad, berdakwah dan beramal shaleh di jalan thaghut ( selain Allah dan selain

sistem-Nya) dan dengan tujuan selain ridha Allah. Allah berfirman :

أولياء فقاتلوا الطاغوت سبيل في يقاتلون كفروا ذين وال ه الل سبيل في يقاتلون آمنوا ذين الضعيفا كان يطان الش كيد إن يطان الش

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir

berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, karena

sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah. (Annisa’ : 76).

3. Mencari izzah (kekuatan), harga diri dan status sosial dari selain Allah, Rasul-Nya

dan orang-orang Mukmin. Allah menjelaskan :

ه لل ة العز فإن ة العز عندهم أيبتغون المؤمنين دون من أولياء الكافرين خذون يت ذين الجميعا

Orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong

dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi

orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (Annisa’ : 139)

4. Cenderung (bergaul dan ridha) kepada orang-orang zhalim, baik zhalim dalam

konteks keimanan (melakukan syirik) maupun zhalim dalam konteks hukum dan

pergaulan. Allah menjelaskan :

تنصرون ال ثم أولياء من ه الل دون من لكم وما ار الن كم فتمس ظلموا الذين إلى تركنوا وال

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim(bergaul dengan

mereka serta meridhai perbuatannya) yang menyebabkan kamu disentuh api neraka,

dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah,

kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan. (Hud : 113)

5. Takut mati dan cinta dunia. Hal tersebut disebabkan panjangnya angan-angan dunia

dan banyak dosa yang dilakukan. Allah menjelaskan :

9

Page 10: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

كنتم إن الموت وا فتمن اس الن دون من ه لل أولياء كم أن زعمتم إن هادوا الذين ها أي يا قلبالظالمين) (6صادقين ( عليم ه والل أيديهم قدمت بما أبدا ونه يتمن )7وال

Katakanlah: "Hai orang-orang yang menganut agama Yahudi, jika kamu mengklaim

bahwa sesungguhnya kamu sajalah kekasih Allah bukan manusia-manusia yang lain,

maka harapkanlah kematianmu, jika kamu adalah orang-orang yang benar." (6)

Mereka tidak akan mengharapkan kematian itu selama-lamanya disebabkan kejahatan

yang telah mereka perbuat dengan tangan mereka sendiri. Dan Allah Maha

Mengetahui akan orang-orang yang zhalim (7) (Al-Jumu’ah : 6 -7)

D.Karamah Para Wali

Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia. Menurut

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan karomah dengan keramat diartikan

suci dan dapat mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena

ketaqwaanya kepada Tuhan. [Dept. P&K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka

Jakarta, halaman 483] Ajaran Islam memaksudkan sebagai “Khariqun lil adat”, yaitu

kejadian yang luar biasa pada seorang wali Allah. Syaikh Thohir bin Sholeh Al-Jazairi

mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang

tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. [Thohir bin Sholeh Al-Jazairi, Jawahirul

Kalamiyah, terjemahan Jakfar Amir, Penerbit Raja Murah Pekalongan, hal. 40]

Sedangkan, Imam Qusyairi menjelaskan karomah sebagai penampakan karomah

merupakan tanda-tanda kebenaran sikap dan kelakuan seseorang. Barangsiapa yang tidak

benar sikap dan kelakuannya, maka tidak dapat menunjukkan kekaromahannya. Dan

Allah yang maha Qodim memberi tahu kepada kita agar membedakan orang yang benar

dan mana yang batil. [Abul Qosim Abdul Karim Hawazim Qusyairi Naisabury, Risaltul

Qusyairiyah, Darul Khoir, halaman 353] Dengan demikian, istilah karomah dapat

disimpulkan sebagai kejadian yang luar biasa pada seseorang yang merupakan anugerah

dari Allah dikarenakan ketaqwaanya.

Karomah adalah kejadian diluar kebiasaan (tabiat manusia) yang Allah

anugerahkan kepada seorang hamba dalam rangka mengokohkan hamba tersebut dan

agamanya. Adapun sebagian ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1. Tidak memiliki pendahuluan tertentu berupa doa, bacaan, ataupun dzikir khusus;

2. Terjadi pada seorang hamba yang shalih, baik dia mengetahui terjadinya (karomah

tersebut) ataupun tidak;

10

Page 11: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

3. Tanpa disertai pengakuan (dari pemiliknya) sebagai seorang nabi. (Syarhu Ushulil

I’tiqad 9/15 dan Syarhu Al Aqidah Al Wasithiyah 2/298 karya Asy Syaikh Ibnu

Utsaimin)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Dan termasuk dari prinsip Ahlus

Sunnah wal Jama’ah ialah meyakini adanya karomah para wali dan berbagai

keluarbiasaan yang Allah izinkan terjadi melalui tangan-tangan mereka baik yang

berkaitan dengan ilmu, mukasyafat (mengetahui hal-hal yang tersembunyi), maupun

bermacam-macam keluarbiasaan (kemampuan) atau pengaruh-pengaruh.” (Syarh Al

Aqidah Al Wasithiyah, hal.207).

Karomah ini tetap ada sampai akhir zaman dan lebih banyak terjadi pada umat

ini daripada umat-umat sebelumnya, yang demikian itu menunjukkan keridhaan Allah

terhadap hamba-Nya dan sebagai pertolongan baginya dalam urusan dunianya atau

agamanya. Namun bukan berarti Allah benci terhadap orang-orang yang tidak nampak

karomah padanya. Perkara “Karomah” ini telah tsabit (ditetapkan, dikokohkan) secara

nash baik di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah, bahkan juga secara kenyataan.

Karomah ini Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang benar-benar

beriman serta bertaqwa kepada-Nya, yang disebut dengan wali Allah . Allah berfirman

ketika menyebutkan tentang sifat-sifat wali-Nya (artinya): “Ketahuilah sesungguhnya

wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih

hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa.” (QS. Yunus: 62-

63)

Dalam ayat ini Allah mengkhabarkan tentang keadaan wali-wali-Nya dan sifat-

sifat mereka, yaitu: “Orang-orang yang beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-

kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik maupun

yang buruk.”

Kemudian mereka merealisasikan keimanan mereka dengan melakukan

ketakwaan dengan cara melakukan segala perintah Allah dan meninggalkan segala

larangan-Nya. (Taisirul Karimir Rahman karya As Sa’di hal, 368)

11

Page 12: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Secara singkat, al-Qur’an menegaskan bahwa awliya’ Allah adalah mereka yang memiliki

keyakinan teguh dan menjauhi kejahatan; mereka tidak khawatir atau takut; mereka diberi

busyra di dunia dan di akhirat. Para ulama’ sependapat, bahwa awliya’ dekat dengan Allah,

dan memperoleh kedudukan yang tinggi di kalangan orang-orang yang beriman. Mereka juga

sependapat, bahwa kedudukan ini disebabkan oleh kesalehan mereka dan tidak oleh keajaiban

mereka. Penafsiran ini diambil dari al-Qur’an dan hadis sebagaimana digunakan oleh para

mufassir klasik maupun modern.

Satu-satunya keistimewaan awliya’ yang secara eksplisit dinyatakan dalam al-Qur’an ialah

busyra. Tetapi dalam perkembangan intelektualisme Islam, ada suatu tahap di mana awliya’

dianggap mempunyai keistimewaan lain di dunia ini: pengetahuan rahasia dan kekeramatan.

Dua keistimewaan ini telah menjadi pokok perbedaan pendapat di kalangan ulama’. Tampak

bahwa reliabilitas pengetahuan yang didapatkan oleh awliya’ melalui intuisi dan karamah

sebagai indikasi kewalian, dengan baik dikembangkan hanya dalam tradisi tasawuf. Memang,

kedua keistimewaan itu tidak muncul dalam al-Qur’an dan Sunnah. Karena itulah, kenapa

beberapa ulama’, seperti Ibn Taymiyyah dan Muhammad ‘Abduh, cenderung menolak

reliabilitas pengetahuan demikian itu dan validitas keajaiban sebagai tanda kewalian.

12

Page 13: Konsep Wali Dalam Al-Qur’an dan Hadits

DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Asep Usman Ismail, M.A. Apakah Wali itu ada?, cet I, Jakarta; 2005,

Amatullah Amrstrong, penerjemah M.S, Nasrullah dan Ahmad Baiquni, Kunci

Memasuki Dunia Tasawuf, cet. I, Mizzan, Bandung; 1996,

DR. Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu, Surabaya;1984

Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani, Syarah ‘Arbain Nawawiyah, Cet.II; Jakarta

Timur; Akar Media; 2010,

Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Bagaimana Memahami Al’Qur’an, cet II, Pustaka

Alkautsar; Jakarta timur;2006

Asep Salahudin, Ziarah Sufistik, cet II; Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002,

http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/antara-wali-allah-dan-wali-

setan.htm#.UTDUFDcY_IU

Muhammad Abdul gaos saefulloh Maslul, Menjawab 165 Masalah, cet. I, Bandung;

2006

13