konsep rehabilitasi terhadap pengguna...

90
KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) Oleh : MUHAMMAD MASRUR FUADI N I M : 1110045100022 KONSENTRASI HUKUM PIDANA ISLAM PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: phungliem

Post on 05-Mar-2018

225 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh :

MUHAMMAD MASRUR FUADI

N I M : 1110045100022

KONSENTRASI HUKUM PIDANA ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

Oleh :

MUHAMMAD MASRUR FUADI

N I M : 1110045100022

Di Bawah Bimbingan

KONSENTRASI HUKUM PIDANA ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 3: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan
Page 4: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan gelar strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil dari jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 April 2015

Muhammad Masrur Fuadi

Page 5: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

v

ABSTRAK

Muhammad Masrur Fuadi. NIM : 1110045100022, Konsep Rehabilitasi

Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam, .

Konsentrasi Kepidanaan Islam, Program Studi Jinayah Siyasah, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Tahun 1437 H/2015

M. viii + 80 halaman +1 lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui, menguraikan, menjelaskan dan

menganalisa tentang Konsep Rehabilitasi Terhadap Pengguna Narkotika Dalam

Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam. Berdasarkan fenomena yang terjadi,

penulis ingin menjelaskan konsep pelaksanaan rehabilitasi terhadap pengguna

Narkotika yang terdapat dalam Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang

Narkotika dan hukum pidana Islam. Dan sejauh mana pandangan hukum pidana

Islam terhadap pelaksanaan rehabilitasi bagi pengguna Narkotika. sudahkah sesuai

dengan konsep rehabilitasi yang telah diatur oleh Undang-Undang No.35 Tahun

2009?, apakah pelaksanaanya sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam

konsep rehabilitasi untuk menimbulkan efek jera dan mengembalikan fungsi sosial

bagi pengguna narkotika?

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan (Library reaserch). Studi

kepustakaan dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur, baik berupa undang-

undang, buku-buku, majalah, artikel, website, serta kasus yang berhubungan dengan

tema penelitian.

Hasil dari penelitian ini untuk menambah khazanah keilmuan bagi pembaca,

memberikan wawasan serta keilmuan bagi peneliti, dan memberikan informasi bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

Kata kunci : Jarimah Ta’zir

Pembimbing : Dr. Asmawi, M.Ag

Daftar Pustaka : Tahun 1978 s/d Tahun 2011

Page 6: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, syukur kepada Allah SWT, atas berkat rahman dan rahim-

Nya kita diberikan pilihan untuk hidup dan bersikap sewajarnya manusia yang

berfikir, tanpa lupa akan tunduk terhadap perintah dan larangan-Nya. Shalawat

serta salam kepada Nabi kita Muhammad SAW, semoga kita menjadi pengikut

beliau yang diakui serta diberikan syafa’atnya di akhirat kelak. Ậmîn.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang,

baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah. Dra. Hj. Maskufa,

M.Ag dan Dra. Hj. Rosdiana, M.Ag.

3. Dr. Asmawi, M.Ag selaku dosen pembimbing, yang dengan arahan dan

bimbingan beliau saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang dengan ikhlas

menyampaikan ilmu dan pengetahuannya dalam kegiatan belajar

mengajar.

5. Kedua orang tua penulis, Ayah Dr. H. Ahmad Dardiri H.S dan Ibu Hj.

Nahwiyah, atas semua yang telah diberikan dan dikorbankan, termasuk

motivasi dan masukan yang diberikan keduanya kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi dan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Nurul Husna, Thorik Makky, Etty Herawati, Faisal Anwar, Diana Ratna

sari, Suhaemi, Yulia Alfianti, Muhammad Nur Ihsan selaku kakak dan

Dewi Agustina yang selalu memberi dukungan khususnya selama

penulisan skripsi ini berjalan.

Page 7: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

vii

7. Teman-Teman seperjuangan Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi

Pidana Islama ngkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan

motivasi selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

8. Kepada sahabat-sahabatku dalam kelompok Kampak Mintul mikael El

Dhafin (Ra-key), Andika yudho, Gerardin Ferari (Kesek), Rijal El Muslim

(El- Hadaed), Ridwan Daus (Tile), M.Fadillah (Bedil), Farid Fauzi (Hul-

q), Edo Fahmi (Edos), dan Badru Tamam (Gondes) Terima kasih

sebanyak-banyaknya yang selalu bersedia menemani penulis baik

berdiskusi maupun berpetualang.

9. Kepada sahabatku yang setia menamaniku dalam pembuatan skripsi,

Ahmad Sahuri, Rodhi Firdaus, Faqih, Badru Tamam, Dan Gerardin Ferrari

saya ucapkan beribu-ribu terimakasih.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberi mereka balasan

yang jauh lebih besar dari apa yang mereka lakukan dan berikan, khususnya

kepada penlis, umumnya kepada semua pihak, baik yang menyangkut penulisan

skripsi ini atau hal lainya.

Peulis berharap semoga skripsi ini Allah jadikan wasîlah yang dapat

memberikan manfaat khususnya terhadap diri saya sendiri, umumya bagi pembaca

sekalian.

Ậmîn yâ Rabb al- ‘Ậlamîn.

Jakarta, 20 April 2015

Muhammad Masrur Fuadi

Page 8: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................ 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian ..................................................................... 12

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13

BAB II: TINJAUAN UMUM TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA

DAN REHABILITASI

A. Narkotika ......................................................................................... 16

1. Sejarah Narkotika ...................................................................... 16

2. Definisi Narkotika ..................................................................... 20

3. Jenis-Jenis Narkotika ................................................................. 26

4. Penggunaan Narkotika ............................................................... 29

5. Pecandu Narkotika…………………………………………….35

B. Rehabilitasi ...................................................................................... 37

1. Pengertian Rehabilitasi .............................................................. 37

2. Bentuk-bentuk Rehabilitasi ...................................................... 39

3. Sasaran Rehabilitasi .................................................................. 44

4. Tujuan Rehabilitasi .................................................................... 47

BAB III: KONSEP REHABILITASI NARKOTIKA MENURUT HUKUM

PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Analisa Konsep Rehabilitasi Narkotika Menurut Hukum Pidana

Positif ............................................................................................... 50

B. Analisa Konsep Rehabilitasi Narkotika Menurut Hukum Pidana

Islam ................................................................................................ 56

Page 9: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

BAB IV: PERBANDINGAN ASPEK-ASPEK REHABILITASI TERHADAP

PENGGUNA NARKOTIKA MENURUT HUKUM PIDANA

POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Subjek Rehabilitasi .......................................................................... 63

B. Bentuk Rehabilitasi ......................................................................... 64

C. Pelaksana Rehabilitasi ..................................................................... 73

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 76

B. Saran-saran ...................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79

Page 10: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia sekarang ini sedang berlangsung proses pembaharuan hukum

pidana. Pembaharuan hukum pidana meliputi pembaharuan terhadap hukum

pidana formal, hukum pidana materiil dan hukum pelaksaanaan pidana. Ketiga

bidang hukum tersebut bersama-sama atau secara integral diperbaiki agar tidak

terdapat kendala dalam pelaksanaannya.1 Salah satu yang menjadi pemicu

terhadap perubahan hukum pidana adalah kemajuan teknologi dan informasi.2

Sebagai bagian dari kebijakan hukum pidana, maka pembaharuan hukum pidana

hakikatnya bertujuan untuk menjadikan hukum pidana lebih baik sesuai dengan

nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.3 Dalam sudut pandangan ahli, makna dan

hakikat pembaharuan hukum pidana dapat dilihat dari:4

Sudut pendekatan kebijakan: a. Sebagai bagian dari kebijakan sosial,

pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya bagian dari upaya untuk mengatasi

masalah-masalah sosial (termasuk masalah kemanusiaan) dalam rangka mencapai

atau menunjang tujuan nasional (kesejahteraan masyarakat dan sebagainya). b.

Sebagai bagian dari kebijakan kriminal, pembaharuan hukum pidana pada

1 Lilik Mulyadi , Kapita Selekta Hukum Pidana, Kriminologi dan Victimologi, (Jakarta:

Djambatan, 2007), h. 38 2 Yesmil Anwar dan Adang, Pembaharuan Hukum Pidana, (Jakarta: Grasindo, 2008), h.

1. 3 Tongat, Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta:

Djambatan, 2002), h. 20 4 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana

Prenada, 2008), h. 31-32.

Page 11: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

2

hakikatnya bagian dari upaya perlindungan masyarakat (khususnya upaya

penanggulangan kejahatan). c. Sebagai bagian dari kebijakan penegakan hukum,

pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya bagian dari upaya pembaharuan

substansi hukum (legal substance) dalam rangka lebih mengefektifkan penegakan

hukum.

Sedangkan sudut pendekatan nilai dalam Pembaharuan hukum pidana

pada hakikatnya merupakan upaya melakukan peninjauan dan penilaian kembali

nilai-nilai sosiopolitik, sosio-filosofis dan sosio-kultural masyarakat Indonesia

yang melandasi dan memberi isi terhadap muatan normatif dan substantif hukum

pidana yang dicita-citakan.

Sanksi pidana bertujuan memberikan penderitaan istimewa (bijzonder

leed) kepada pelanggar supaya ia merasakan akibat perbuatannya. Selain

ditujukan pada pengenaan penderitaan terhadap pelaku, sanksi pidana juga

merupakan bentuk pernyataan pencelaan terhadap perbuatan pelaku.5 Menurut Alf

Ross, untuk dapat dikategorikan sebagai sanksi pidana (punishment), suatu sanksi

harus memenuhi dua syarat atau tujuan. Pertama, pidana ditujukan kepada

pengenaan penderitaan terhadap orang yang bersangkutan. Kedua, pidana itu

merupakan suatu pernyataan pencelaan terhadap perbuatan si pelaku.

Fungsi sanksi pidana dalam hukum pidana, tidaklah semata-mata

menakut-nakuti atau mengancam para pelanggar, akan tetapi lebih dari itu,

keberadaan sanksi tersebut juga harus dapat mendidik dan memperbaiki si pelaku.

Pidana itu pada hakikatnya merupakan nestapa, namun pemidanaan tidak

5 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung:

Alumni, 1992), h. 5.

Page 12: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

3

dimaksud untuk menderitakan dan tidak diperkenankan merendahkan martabat

manusia.6 Landasan pemikiran pembaharuan terhadap pidana dan pemidanaan

bukan hanya menitikberatkan terhadap kepentingan masyarakat tetapi juga

perlindungan individu dari pelaku tindak pidana.

Hakim dapat mempertimbangkan jenis pidana apa yang paling sesuai

untuk kasus tertentu dengan mengetahui efek dari berbagai sanksi pidana. Untuk

pemidanaan yang sesuai, masih perlu diketahui lebih banyak mengenai pembuat.

Ini memerlukan informasi yang cukup tidak hanya tentang pribadi pembuat, tetapi

juga tentang keadaan-keadaan yang menyertai perbuatan yang dituduhkan.

Digunakannya pidana sebagai sarana untuk mempengaruhi tindak laku seseorang

tidak akan begitu saja berhasil, apabila sama sekali tidak diketahui tentang orang

yang menjadi objeknya. Hal yang paling diinginkan dari pidana tersebut adalah

mencegah si pembuat untuk mengulangi perbuatannya.7

Pada awalnya narkotika digunakan untuk kepentingan umat manusia,

khususnya untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin

berkembangnya zaman, narkotika digunakan untuk hal-hal negatif.8 Di dunia

kedokteran, narkotika banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan

sebelum pasien dioperasi mengingat di dalam narkotika terkandung zat yang dapat

mempengaruhi perasaan, pikiran, serta kesadaran pasien. Oleh karena itu, agar

penggunaan narkotika dapat memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia,

6 Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan,

(Jakarta; Sinar Grafika, 1996), h. 3. 7 Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung: Alumni, 2006), h. 86.

8 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindungan Korban

Kejahatan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 100.

Page 13: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

4

peredarannya harus diawasi secara ketat sebagaimana diatur dalam Pasal 4

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Pentingnya peredaran narkotika diawasi secara ketat karena saat ini

pemanfaatannya banyak untuk hal-hal yang negatif. Disamping itu, melalui

perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan adanya penyebaran

narkotika yang juga telah menjangkau hampir ke semua wilayah Indonesia.

Daerah yang sebelumnya tidak pernah tersentuh oleh peredaran narkotika lambat

laun berubah menjadi sentral peredaran narkotika. Begitu pula, anak-anak yang

pada mulanya awam terhadap barang haram ini telah berubah menjadi sosok

pecandu yang sukar dilepaskan ketergantungannya.

Hal yang menarik dalam undang-undang tentang narkotika adalah

kewenangan hakim untuk menjatuhkan vonis bagi seseorang yang terbukti sebagai

pecandu narkotika untuk dilakukannya rehabilitasi. Secara tersirat, kewenangan

ini, mengakui bahwa pecandu narkotika, selain sebagai pelaku tindak pidana juga

sekaligus korban dari kejahatan itu sendiri yang dalam sudut viktimologi (“victim”

= korban dan “logis/logos = ilmu pengetahuan) kerap disebut dengan self

victimization atau victimless crime. Uraian dalam pasalnya menitik beratkan pada

kekuasaan hakim dalam memutus perkara narkotika. Sayangnya rumusan tersebut

tidak efektif dalam kenyataannya. Peradilan terhadap pecandu napza sebagian

besar berakhir dengan vonis pemenjaraan dan bukan vonis rehabilitasi

sebagaimana yang termaktub dalam undang-undang tersebut.

Setelah undang-undang narkotika berjalan hampir selama 12 tahun, pada

tahun 2009 Mahkamah Agung mengeluarkan sebuah surat edaran (SEMA RI no

Page 14: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

5

7/2009) yang ditujukan kepada pengadilan negeri dan pengadilan tinggi diseluruh

Indonesia untuk menempatkan pecandu narkotika di panti rehabilitasi dan yang

terbaru adalah dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04

Tahun 2010 tentang Penempatan Penyalahgunaan, Korban Penyalahgunaan dan

Pecandu Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial

yang merupakan revisi dari Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 07 Tahun

2009.

Tentunya Surat Edaran Mahkamah Agung ini merupakan langkah maju

didalam membangun paradigma penghentian kriminalisasi atau dekriminalisasi

terhadap pecandu narkotika. Dekriminalisasi adalah proses perubahan dimana

penggolongan suatu perbuatan yang tadinya dianggap sebagai tindak pidana

menjadi perilaku biasa. Hukuman penjara bagi penyalahgunan narkotika terbukti

tidak dapat menurunkan jumlah penyalahguna narkotika.

Undang-undang tentang narkotika dalam perkembangannya telah

diperbaharui dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika. Telah terjadi suatu pembaharuan hukum dalam ketentuan

undang-undang ini, yakni dengan adanya dekriminalisasi para pelaku

penyalahgunaan narkotika. Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan

narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Reformasi hukum pidana dalam undang-undang Narkotika di Indonesia

tampak sekali berproses dalam suatu dinamika perkembangan sosial dan teknologi

yang berpengaruh terhadap perkembangan kriminalitas di Indonesia, yang

menuntut tindakan dan kebijaksanaan antisipatif.

Page 15: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

6

Reformasi hukum pidana tersebut, khususnya ketentuan yang mengatur

mengenai rehabilitasi terhadap pengguna narkotika, merupakan bentuk langkah

pembaharuan hukum pidana nasional yang menunjukkan adanya kebijakan hukum

pidana yang merupakan kebijakan yang bertujuan agar pengguna narkotika tidak

lagi menyalahgunakan narkotika tersebut.

Sampai saat ini masalah penyalahgunaan narkotika pada remaja di

indonesia adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya

dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh narkotika sangatlah buruk, baik dari

segi kesehatan pribadinya maupun dampak sosial yang ditimbulkannya. Para

remaja korban narkotika akan menanggung beban psikologis dan sosial. Oleh

karena itu solusi yang perlu dilakukan dengan cara menginformasikan tempat

rehabilitasi guna menyediakan tempat untuk membantu dalam hal pemulihan bagi

para pengguna.

Dalam hukum Islam narkotika dipandang sama dengan khamar.9 Hal ini

disebabkan karena sifat barang tersebut sama-sama memabukan. Baik dalam

bentuk padat maupun cair, zat-zat yang memabukan, melemahkan dan

menenangkan ini dikenal dalam sebutan makhaddirat dan termasuk benda-benda

yang diharamkan syara’ tanpa diperselisihkan lagi di antara ulama.10

Dalam jarimah hudud, bagi pelaku tindak pidana khamar ini akan dikenai

sanksi empat puluh (40) kali jilid. Bahkan bisa jadi delapan puluh (80) kali jilid

seperti yang diperaktikan pada masa Umar. Penambahan 40 kali tersebut dianggap

9 Khamar adalah segala sesuatu yang memabukan dan menutup akal

10Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),

hlm.274.

Page 16: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

7

sebagai jarimah ta’zir karena pada hakikatnya Rasulullah SAW hanya

menghukum dengan 40 kali jilid.11

Upaya rehabilitasi bagi pengguna narkotika belum didapatkan dalam

sejarah hukum pidana Islam.12

Namun walaupun demikian bukan berarti praktik

pemindanaan dalam bentuk rehabilitasi tersebut bertentangan dengan ajaran Islam

karena jika dilihat dari kesesuaian antara tindak pidana dengan sanksinya, maka

rehabilitasi merupakan jenis pemindanaan yang tepat dan sesuai bagi pengguna

narkotika. Melalui rehabilitasi, para pelaku tindak pidana narkotika dapat sembuh

dari ketergantungannya sehingga mereka tidak akan merasa butuh untuk memakai

zat haram tersebut lagi.

Berdasarkan permasalahan dan gejala fenomena yang ada di atas penulis

tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul : (Konsep Rehabilitasi

Terhadap Pengguna Narkotika Dalam Perspektif Hukum Pidana Positif dan

Hukum Pidana Islam)

B. Pembatasan dan perumusan masalah

Fokus masalah dalam studi ini berkisar pada masalah bagaimana

pandangan hukum pidana Islam dan hukum pidana positif terkait konsep

rehabilitasi terhadap pengguna narkotika. Dari masalah pokok di atas dapat

diuraikan menjadi 3 (tiga) pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana pandangan hukum pidana positif tentang konsep rehabilitasi

terhadap pengguna Narkotika?

11

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 280. 12

Yusuf Qardhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, h. 280.

Page 17: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

8

2. Bagaimana pandangan hukum pidana Islam tentang konsep rehabilitasi

terhadap pengguna Narkotika?

3. Bagaimana segi pandangan yang dapat diperbandingkan antara hukum

pidana positif dan hukum pidana Islam tentang konsep rehabilitasi

terhadap pengguna Narkotika?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum studi ini bertujuan pertama, menjelaskan pandangan hukum

pidana positif tentang konsep rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika;

kedua, menjelaskan pandangan hukum pidana Islam tentang konsep

rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika; ketiga, menjelaskan

perbandingan antara hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

tentang konsep rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika. Secara spesifik

penelitian ini bertujuan:

a. Menjelaskan secara komprehensif pandangan hukum pidana positif

tentang konsep rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika.

b. Menjelaskan secara komprehensif pandangan hukum pidana Islam

tentang konsep rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika.

c. Menjelaskan secara komprehensif segi perbandingan pendapat antara

hukum pidana positif dan hukum pidana Islam tentang konsep

rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika.

Page 18: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

9

2. Manfaat penelitian

Adapun signifikansi penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang

mendalam bagi pembaca mengenai konsep rehabilitasi terhadap

pengguna Narkotika dalam hukum pidana positif.

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan

yang mendalam bagi pembaca mengenai konsep rehabilitasi terhadap

pengguna Narkotika dalam perspektif hukum pidana Islam.

c. Hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat membuka pemikiran

pembaca terkait perbandingan antara hukum pidana positif dan hukum

pidana Islam tentang konsep rehabilitasi pengguna Narkotika.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis belum menemukan penelitian yang secara spesifik membahas

topik tentang konsep rehabilitasi dalam hukum pidana positif dan hukum pidana

Islam, akan tetapi banyak literatur yang hanya menyinggungnya secara umum.

Berikut ini paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya tersebut.

Karya Didik Dwi Nugroho pada Tahun 2010 dalam skripsinya yang

berjudul “Pertanggung Jawaban Bagi Orang Tua atau Wali Pecandu Narkotika di

Bawah Skripsi yang berjudul. “ Analisa Hukum Pidana dan Kriminologi Umur

Perspektif Hukum Islam”. Kesimpulan Pertanggung jawaban pidana bagi orang

tua atau wali pecandu narkotika dibawah umur menurut Pasal 128 Undang-

undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Pasal 128 ayat 1 yang sengaja

tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau

Page 19: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

10

denda paling banyak Rp.1.000.000.00 (satu juta rupiah). Sedangkan ayat 2

pecandu narkotika yang masih dibawah umur dan telah dilaporkan oleh orang tua

atau walinya sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 128 tidak dituntut pidana.

Sedangkan sanksi pidana bagi anak-anak yang bersalah dalam Islam telah

dibebankan kepada walinya, yaitu orang tua.

Karya Lina Muakhiroh pada Tahun 2008 dalam skripsinya yang berjudul

“Sanksi Pengguna Narkotika oleh Anak yang diPutusankan di Pengadilan Negeri

Yogyakarta Tahun 2002”. Kesimpulan putusan dan dasar hukum Putusan

Pengadilan Negeri Yogyakarta terhadap pengguna Narkotika oleh anak Tahun

2002 diputus Pengadilan Negeri Yogyakarta No.1/Pid.B.An/2002/PN.YK. Bahwa

terbukti secara sah dan melanggar hukum telah menggunakan narkotika untuk diri

sendiri, perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana sesuai

dengan pasal 85 huruf a Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika

Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, yaitu diancam dengan penjara selama 4 Tahun

namun karena berbagai macam pertimbangan diantaranya berdasarkan saksi-saksi

dan barang bukti dan dalam persidangan para terdakwa pun berperilaku sopan

maka Pengadilan Negeri Yogyakarta hanya memutus para terdakwa dengan

penjara selama 8 bulan dikurangi sepenuhnya selama masa tahanan.

Karya AR. Sujono dan Bony Daniel yang bertajuk Komentar dan

Pembahasan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dalam

buku ini memang tidak dibahas secara eksplisit mengenai rehabilitasi namun

pengarang hanya membahas dari sisi Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, yakni: ketentuan mengenai rehabilitasi bagi penyalahguna

Page 20: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

11

Narkotika dalam UU No.35 Tahun 2009 diatur dari pasal 54 sampai dengan pasal

59, pasal 103, dan pasal 127.

Karya Sumarmo Masum yang bertajuk Penanggulangan Bahaya

Narkotika dan Ketergantungan Obat. Dalam buku ini juga tidak secara tegas

mengenai pembahasan tentang rehabilitasi penulis disini memberikan suatu upaya

untuk meningkatkan stabilitas fisik, moral, mental dan keterampilan untuk

pemulihan penyalahgunaan Narkotika yaitu: 1) Pemantapan fisik/badaniah adalah

meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan perasaan sehat jasmaniah

pada umumnya dan juga mentalnya rohaniah. 2) Pemantapan keagamaan adalah

meliputi segala upaya yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada

Tuhan Yang Mahaesa. 3) Pemantapan sosial meliputi segala upaya yang bertujuan

memupuk , memelihara, membimbing, dan meningkatkan rasa kesadaran dan

tanggung jawab sosial bagi pribadinya, keluarga, dan masyarakat. 4) Pemantapan

pendidikan dan kebudayaan meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan, vokalisional, sikap mental dan rasa keindahan (estetika). 5)

pemantapan vokalisional meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan

kecekatan dan keterampilan melakukan pekerjaan dan sikap mental yang

bergairah dan membangun.

Karya Hartati Nurwijaya, Zullies Ikawati, dkk yang bertajuk Bahaya

Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya. Dalam buku ini penulis

menggambarkan mengatasi alkholisme bisa dilakukan bisa dilakukan dengan cara,

yaitu: secara medis dan psikologis. Mengatasi secara medis meliputi: pencegahan

dan pengatasan gejala putus alkohol, detoksifikasi dan penghentian minuman

Page 21: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

12

alkohol, dan terapi menggunakan obat-obatan untuk mengatasi ketergantungan

alkohol. Sedangkan pengatasan secara psikologis meliputi metode CORE

(Commit, Objectify, Respond, Enjoy), Cold Turkey (penghentian tiba-tiba karena

motivasi diri), metode ala alcoholic Anonymous (AA), dan MC. Kami yakin

pembaca akan dapat mengambil pelajaran dari cara-cara pencegahan dan

pengatasan kecanduan alkohol ini.

E. Metode Peneltian

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian

hukum normatif13

, yakni penelitian yang memuat deskripsi tentang masalah

yang diteliti berdasarkan bahan-bahan hukum tertulis. Penelitian ini juga

bersifat kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk

menelaah bahan-bahan dari buku utama yang berkaitan dengan masalah, dan

buku penunjang berupa lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji.14

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

dan sebagainya.15

Dalam hal ini yang menjadi sumber data primer diantaranya

13

Fahmi Muhammad Ahmadi, Zaenal Arifin, Metode Penelitian Hukum, cet. ke-1,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 10. 14

P. Joko Subagio, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

1991), h. 109. 15

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta:

Rineka Cipta, 2002), h. 206.

Page 22: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

13

adalah Al-Quran dan As-Sunnah, dan juga buku-buku yang membahas Sistem

Penerapan Rehabilitasi Terhadap Pengguna Narkotika. Kemudian sumber

bahan skunder yang penulis gunakan yaitu antara lain informasi yang relevan,

artikel, buletin, Undang-undang No 35 Tahun 2009 atau karya ilmiah para

sarjana.

3. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan penulis menggunakan

metode kualitatif. Yakni dengan mengumpulkan dan menganalisa data-data

yang diperoleh dan faktor-faktor yang merupakan pendukung dan relevan

terhadap objek yang diteliti sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hal yang

dijadikan objek penelitian.

Data yang diklarifikasikan maupun dianalisa untuk mempermudah dan

menghadapkan pada pemecahan masalah. Adapun metode analisis data yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis isi secara

kualitatif. Dalam analisis ini, semua data yang dianalisis adalah berupa teks.

Analisis isi kualitatif digunakan untuk menemukan, mengidentifikasi, dan

menganalisa teks atas dokumen untuk memahami, signifikasi dan relevansi

teks atau dokumen.

F. Sistematika Penulisan

Materi laporan penelitian skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab. Bab

pertama bertajuk “pendahuluan”. Di dalam bab ini diurailkan pokok-pokok

pikiran yang melatar belakangi penelitian ini, yang dibagi menjadi 6 (enam) sub-

Page 23: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

14

bab, yaitu (1) latar belakang, (2) pembatasan dan perumusan masalah, (3) tujuan

penelitian, (4) tinjauan pustaka/penelitian terdahulu, (5) metode penelitian, (6)

sistematika pembahasan.

Bab kedua berjudul “Tinjauan Umum Terhadap Pengguna Narkotika”.

Bab ini menyajikan uraian mengenai Narkotika dalam hukum pidana positif dan

hukum pidana Islam. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub-bab, yaitu (1) pengertian

Narkotika, (2) bentuk-bentuk Narkotika, (3) sanksi tindak pidana terhadap

pengguna Narkotika.

Bab ketiga berjudul “Konsep Rehabilitasi Narkotika Menurut Hukum

Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam”. Dalam bab ini diuraikan mengenai

bagaimana pandangan hukum pidana positif dan hukum pidana Islam terhadap

konsep rehabilitasi Narkotika. Bab ini menyajikan 3 (tiga) sub-bab, yaitu (1)

pengertian rehabilitasi, (2) bentuk-bentuk rehabilitasi, (3) tujuan dan sasaran

rehabilitasi.

Bab keempat berjudul “Analisa Konsep Rehabilitasi terhadap Pengguna

Narkotika Menurut Hukum Pidana Posistif dan Hukum Pidana Islam”. Dalam bab

ini terdiri dari 3 (tiga) sub-bab, yaitu (1) analisis konsep pelaksanaan rehabilitasi

terhadap korban penyalah gunaan dalam hukum pidana positif, (2) analisis konsep

pelaksanaan rehabilitasi terhadap korban penyalah gunaan dalam hukum pidana

Islam, (3) perbandingan antara hukum pidana positif dan hukum pidana Islam

tentang penerapan konsep rehabilitasi terhadap pengguna Narkotika.

Page 24: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

15

Bab kelima berjudul “penutup” bab ini merupakan bab penutup dari hasil

penelitian tersebut, yang didalamnya terdiri dari 2 (dua) sub-bab, yaitu (1)

kesimpulan, (2) saran.

Page 25: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

16

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP PENGGUNA NARKOTIKA DAN

REHABILITASI

A. Narkotika

Masyarakat luas mengenal istilah Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan

berbahaya) yang kini menjadi fenomena berbahaya yang populer di tengah

masyarakat kita. Adapula istilah lain yang digunakan DepKes RI yaitu NAPZA

merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua

istilah diatas mengacu pada sekelompok zat yang mempunyai resiko kecanduan

atau adiksi. Narkotika dan Psikotropika itulah yang secara umum biasa dikenal

Narkoba dan NAPZA. Namun karena hadirnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun

2009 Tentang Narkotika yang baru, maka beberapa peraturan mengenai

psikotropika dilebur ke dalam perundang-undangan yang baru. Namun dalam

hukum pidana Islam istilah yang lebih dikenal adalah khamr (Alkohol).

1. Sejarah Narkotika

Sejarah singkat awal perkenalan Narkotika. Nusantara kita yang terkenal

sebagai penghasil rempah-rempah telah banyak menarik pedagang asing untuk

mendapatkan pala, cengkeh, dan lada dari sumbernya. Jalur perdagangan dari

Eropa sampai Malaka semakin ramai dan komoditi rempah-rempah merupakan

bahan perdagangan yang penting disamping sutrera, manik, dan sebagainya.

Ternyata bahan Narkotika yang disebut candu juga sudah merupakan

bahan perdagangan, khususnya dari Persia dan India. Bahan tersebut sangat

Page 26: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

17

penting sebagai perlengkapan untuk mengarungi samudra untuk penahan angin

dan gelombang di samping guna mendapatkan kesenangan dan ketenangan.

Perkataan candu dan klelet sudah sejak lama dikenal orang. Dalam buku

suluk Gatholoco dan Darmagandhul, yang diperkirakan ditulis pada awal abad

kesembilan belas, candu dan klelet sudah digunakan orang. Pengalaman

menggunakan candu pada waktu itu sudah diungkapkan oleh orang Jawa, yang

maksud tidak berbeda dengan pengalaman korban Narkotika pada masa kini.

Mereka mendapatkan kenikmatan selama pengaruh opium masih terdapat di

dalam badan, dan apabila pengaruh opium itu sudah hilang, rasa ketagihan akan

timbul disertai dengan penderitaan yang sangat menyedihkan. Hanya candulah

yang dapat menghilangkan penderitaan itu, sehingga bahan tersebut akhirnya

menjadikan kebutuhan hidup sehari-hari. Itulah sebabnya mereka lebih

mementingkan membeli candu dari pada bahan kebutuhan lainnya.

Pada zaman Belanda pembatasan penggunaan candu dimulai sejak tanggal

1 september 1894. Pemerintah Belanda, yang mengadakan monopoli perdagangan

candu, mendatangkan bahan tersebut dari Timur Tengah, kemudian diolah dan

diedarkan kepada mereka yang mempunyai surat keterangan boleh menghisap

madat. Candu yang didatangkan itu masih harus diolah dengan jalan memasak dan

meragikan serta dicampur dengan bahan netral lainnya untuk meredahkan kadar

khasiatnya, di samping masih harus diberi tanda bahwa candu yang diisap itu

berasal dari pemerintah.1

1 Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat,

(Jakarta: CV Haji Masagung, 1987), Cet 1. h. 4-5.

Page 27: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

18

Pada era Sembilan puluhan, pemakai narkotika sudah masuk segala

lapisan, baik kalangan atas, kalangan menengah maupun kalangan bawah

sekalipun. Dari sudut usia, narkotika sudah tidak dinikmati golongan remaja,

tetapi juga golongan setengah baya maupun golongan usia tua. Penyebaran

narkotika sudah tidak lagi hanya dikota besar, tetapi sudah masuk ke kota-kota

kecil dan merambat di kecamatan atau desa. Jika dilihat dari kalangan pengguna,

narkotika tidak hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja, tetapi sudah

memasuki beberapa profesi. Macam-macam profesi tersebut, misalnya seperti

manager perusahaan, pengusaha, dokter, pengacara dan sebagainya.yang

menyedihkan lagi, sudah menjalar dikalangan birokrat dan penegak hukum.

Psikotropika yang pada waktu dulu termasuk golongan obat keras yang

dinikmati golongan menengah, saat ini juga dinikmati oleh golongan atas. Macam

golongan psikotropika tersebut seperti shabu, ekstasi dan sebagainya. Sehingga

pemerintah perlu mengeluarkan golongan obat psikotropika dari golongan obat

keras, dan mengaturnya dalam Undang-undang nomor 5 tahun 1997 tentang

Psikotropika. Sedangkan untuk obat bius atau narkotika yang semula diatur dalam

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1976 diganti dengan Undang-undang Nomor 22

tahun 1997 dengan sanksi yang lebih keras.2

Namun kini Undang-undang Nomor 22 tahun 1997 diganti dengan

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 yang sanksi yang lebih luas dalam

penerapannya.

2 Hari Sasangka, Narkotika dan P3sikotropika dalam Hukum Pidana (Bandung: Mandar

Maju, 2003), h.2-3.

Page 28: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

19

Di zaman Nabi Muhammad SAW, kisah opium dan ganja tidak terungkap

secara jelas, kecuali masalah khamr, ada juga yang menyebutkan khamr sebagai

arak. Khamr berasal dari perasan buah yang diragikan. Khamr dapat mengganggu

kejernihan akal, mengganggu daya tangkap manusia, membuat mabuk, dan lupa

diri.

Dalam sejarah Islam, masalah khamr muncul pada awal periode Madinah,

saat Nabi Muhammad SAW melaksanakan shalat jamaah. Salah seorang jamaah

melaksanakan sholat dalam kondisi mabuk. Bau alkohol menebar dari mulutnya.

Nabi Muhammad pun lalu menganjurkan agar seseorang jangan melakukan sholat

dalam kondisi mabuk. Mengapa? Karena shalat adalah momen spiritual yang

cukup penting dimana manusia mendekatkan diri dengan sang khaliq.

Suatu ketika, Nabi Muhammad SAW pernah menegur seseorang yang

bernama Ibnu Suwaid yang membuat minuman beralkohol dari anggur dan

kurma. Ibnu Suwaid berkata bahwa minuman beralkohol yang dibikinnya akan

digunakan sebagai obat. Lalu, Nabi Muhammad SAW memperingatkan bahwa

minuman beralkohol (khamr) bisa memunculkan banyak penyakit dan mudharat,

daripada manfaat. Tapi, dalam episode perjalanan umat Islam dari masa ke masa,

ternyata khamr masih juga dikonsumsi oleh banyak orang. Inilah yang menjadi

salah satu noda dan kelemahan sejarah peradaban Islam.3

3 M. Arief Hakim,Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah,Mengatasi,dan

Melawan,(Majalengka: Nuansa, 2004), h.85-86.

Page 29: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

20

2. Definisi Narkotika

Narkotika merupakan singkatan dari Narkotika dan obat-obat berbahaya.

Dari istilah Narkoba tersebut maka ada dua hal yang dapat dijelaskan yaitu

Narkotika dan obat-obat terlarang atau yang sering disebut psikotropika.

Sejak dunia pertama kali mengurusi candu, maka istilah yang

dipergunakan adalah opium, karena candu adalah getah dari buah popi. Pertemuan

internasional yang membahas masalah candu pernah dilangsungkan di Den Haag

(tahun 1912), dan Jenewa (tahun 1925). Pada pertemuan berikutnya di Jenewa

tahun 1931, diperkenalkanlah istilah baru, yaitu Narkotika (narco = tidur yang

tidak sadar).4

Berbicara mengenai Narkotika, sering terdengar beberapa akronim yang

berkaitan erat dengan hal tersebut, misalnya: NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif);

dan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Dari akronim NAPZA, yang mempunyai arti lebih lengkap dibanding yang

pertama, maka obat yang dianggap berbahaya adalah Narkotika, alkohol,

psikotropika dan zat adiktif.5

Secara umum Narkotika merupakan suatu kelompok zat yang bila

dikonsumsi ke dalam tubuh maka akan berpengaruh terhadap tubuh pemakai yang

akan berdampak, merangsang, menimbulkan khayalan dan menenangkan .

Secara etimologi Narkotika berasal dari kata “Narkoties” yang sama

artinya dengan kata “Narcosis” yang berarti membius.6 Sifat dari zat tersebut

4 Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Cet

1. h.61. 5 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h. 4-5.

Page 30: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

21

terutama berpengaruh terhadap otak sehingga menimbulkan perubahan pada

perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran, dan halusinasi disamping dapat

digunakan dalam pembiusan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika dapat dilihat pengertian dari Narkotika itu sendiri, yakni:

Pasal 1 point 1 : Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang

dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-

Undang ini.

Berikut adalah pandangan dari ahli hukum mengenai pengertian dari

Narkotika :

Menurut Smith Klise dan French Clinical Staff mengatakan bahwa:

“Narcotics are drugs which produce insebilty stupor duo to their depressant

effect on the control nervous system. Included in this definition are opium

derivates (morphine, codein, heroin, and synthetics opiates (meperidine,

methadone).7

Yang artinya kurang lebih sebagai berikut :

Narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan ketidaksamaan

atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut berkerja mempengaruhi susunan

saraf sentral. Dalam definisi Narkotika ini sudah termasuk jenis candu dan

6 Moh. Taufik Makarao. Tindak Pidana Narkotika. ( Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h.

21. 7 Hari Sasangka. Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h. 33.

Page 31: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

22

turunan-turunan candu (morphine, codein, heroin), candu sintetis ( meperidine,

methadone).

Prof. Sudarto, S.H. Mengatakan bahwa: Perkataan Narkotika berasal dari

bahasa yunani “Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.

Dalam Encyclopedia Amerikana dapat dijumpai pengertian “narcotic” sebagai

“a drug thah dulls the senses, relieves pain induces sleep an can produce

addiction in varying degrees” sedang “drug” diartikan sebagai: Chemical agen

that is used therapeuthically to treat disease/Morebroadly, a drug maybe delined

as any chemical agen attecis living protoplasm: jadi Narkotika merupakan suatu

bahan yang menumbuhkan rasa menghilangkan rasa nyeri dan sebagainya.8

Soedjono. D mengemukakan bahwa: Narkotika adalah zat yang bisa

menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya

dengan memasukannya ke dalam tubuh. Pengaruh tubuh tersebut berupa

pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau

khayalan-khayalan. Sifat tersebut diketahui dan ditemui dalam dunia medis

bertujuan untuk dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia, seperti

dibidang pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit.9

Sedangkan Drs. H. M. Ridho Ma’ruf dalam bukunya Narkotika masalah

dan bahayanya, mengatakan: “Narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat

8 Djoko Prakoso. Bambang Riyadi Lany dan Muhksin. Kejahatan- Kejahatan yang

Merugikan dan Membahayakan Negara, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 480. 9 Soedjono. D. Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung: Penerbit Alumni, 1987), h. 3.

Page 32: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

23

mengakibatkan ketidaksadaraan atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut

bekerja mempengaruhi syaraf sentral”.10

Dalam hukum pidana Islam, istilah Narkotika dalam konteks hukum

Islam, disebutkan dalam Al-Qur’an maupun dalam Sunnah yaitu khamr. Ini

berdasarkan hadits Nabi Muhammad SWT :

كرحرام:مل سوهي لعىللال صللالو سرالقالقرمعناب نع كرخ روكلمس كلمس Artinya:

“Semua yang memabukkan adalah khamr, dan semua khamr adalah haram.”11

Khamr (minuman keras) secara etimologi berasal dari kata (خش يخشخشا)

yg berarti menutupi. Oleh karena itu, dalam bahasa Arab, untuk menyebut

kerudung yang dipakai wanita digunakan istilah khimar, karena kerudung itu

menutupi kepala dan rambutnya. Secara terminology khamr adalah:

س ى ن ف ش خ ان ا ع ش نش ا ا ص ص خ ت ج ش ث ع آل ي ط غ ي م ق ع ان ش خ ا ي ي م ك ن ى س ح ا هغ ان

ش ي غ ي ك ي ذ ق ة ع ان ي ك ي ذ ق ا ف ي ز خ ت ي ي ت ان ج اد ان

Artinya: “Bahwa khamr (minuman keras) menurut pengertian syara’ dan bahasa

adalah nama untuk setiap yang menutup akal dan menghilangkannya, khususnya

zat yang dijadikan untuk minuman keras terkadang terbuat dari anggur dan zat

lainnya.12

ش ق ان ت ة ط خ ي ز ان ب ش ع ان ح غ ى ن ف ش خ ن ا ك آ ت ي ا ض ت خ ي ل ش ي غ ش انت ي ش ك انس ل ا

ة ع ان ي ش ك انس ت

10

M. ridho Ma’ruf, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, (Jakarta : CV Marga Jaya,

1978), h. 15. 11

Ibnu Majah, Sunan Ibnu Mâjah, (Beirut: Dar al- Fikr, T.Tt), Juz. 2, hlm. 1124. 12

Mahmud Syaltut, al-Fatawa Dirasah Musykilat al-Muslim al-Mu’ashirah fi Hiyah al-

Yaumiyyah wa al-mmah (Qahirah: Dar al-Qalam, T. Th), cet. Iii, h.369.

Page 33: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

24

Artinya: “Khamr dalam bahasa Arab adalah sesuatu yang telah disebutkan di

dalam Al-Qur’an yang bila dikonsumsi bisa menimbulkan mabuk, terbuat dari

kurma atau zat lainnya, tidak terbatas dari yang memabukan dari anggur saja”.13

Sedangkan menurut pendapat Sayyid Sabiq yang mengutip penjelasan

dari Ibn Tammiyah mengatakan bahwa Narkoba lebih berbahaya dari khamr,

sebagai berikut:

ي ش ح ش ان ح ا ت ا ذ ي او ي ح ش ش ن ح ب انخ ذ ش اس ا ك ا ي ح ا ح ا ج ش ي ان خ ث ث ي ى ا خ

اج ذ ان ع ق م ف س خ ز د ي اث ح ان ث ي ش ف ى ت خ ت ى ي ص ح ذ ع ا ت ص ا انف س اد غ ي ش ر ن ك ي

ي ش ا ح ه ح ف ي ي د اخ ج انص ل ع ك ش هللا ش ن ر انس ك ش ان خ ن ي س س ي هللا ف ظا ا ى ع

Artinya: “Sesungguhnya ganja itu haram, diberikan sanksi had orang yang

menyalahgunakannya, sebagaimana diberikan sanksi had peminum khamr

(minuman keras) ditinjau dari segi sifatnya yang dapat merusak otak, sehingga

pengaruhnya dapat menjadikan laki-laki menjadi banci dan pengaruh jelek

lainnya. Ganja dapat menyebabkan orang berpaling dari mengingat Allah dan

shalat. Dan ia termasuk dalam kategori khamr yang secara lafdzi dan maknawi

telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya”.14

Dalam firman Allah SWT larangan menggunakan khamr disebutkan dalam

Al-Qur’an surat An Nahl ayat 67:

Artinya: “Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang

memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.”

13

Ahmad Ibnu Taimiyah, Majmu’ al-fatawa (Beirut: Dar al-Arabiyah, 1978), cet. I, h.34. 14

Sayyid Sabiq, Fiqh al-sunnah (Beirut: Dar al-Fikr,1981), jilid ii, cet. Iii, h.328.

Page 34: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

25

Dalam surat Al-Baqarah ayat 219:

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada

keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi

dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa

yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah

Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir segala

minuman yang memabukkan.”

Dalam surat An Nisaa’ ayat 43:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu

dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan

pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub terkecuali sekedar

berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir

atau datang dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan,

Kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah

yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha

Pema'af lagi Maha Pengampun. menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat Ini

termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum

mandi.”

Page 35: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

26

Dalam surat Al Maa-idah ayat 91:

Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan

dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan

menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah

kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).”

Sedangkan Drs. H. M. Ridho Ma’ruf dalam bukunya Narkotika masalah

dan bahayanya, mengatakan: “Narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat

mengakibatkan ketidaksadaraan atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut

bekerja mempengaruhi syaraf sentral”.15

3. Jenis-jenis Narkotika

Narkotika atau NAZA atau NAPZA adalah obat atau zat-zat yang

berbahaya apabila disalahgunakan atau apabila penggunaannya tanpa pengawasan

medis. Jenis-jenis Narkotika yang umum dibahas yaitu Narkotika, Psikotropika

dan Zat Adiktif/obat-obat berbahaya.

Adapun penggolongan jenis-jenis dari Narkotika berdasarkan Pasal 6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,

adalah sebagai berikut:

(1) Narkotika sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 digolongkan ke dalam:

Narkotika golongan I, Narkotika golongan II; dan Narkotika golongan III.

15

M. ridho Ma’ruf, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, (Jakarta : CV Marga Jaya,

1978), h. 15.

Page 36: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

27

(2) Penggolongan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk pertama

kali ditetapkan sebagaimana dicantum sebagai Lampiran I dan merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari Undang-Undang ini.

(3) Ketentuan mengenai perubahan penggolongan Narkotika sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Mentreri.16

Penjelasan Undang – Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

menjelaskan mengenai maksud dari golongan - golongan Narkotika tersebut,

yaitu:

Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Jumlahnya ada

65 jenis.

Contoh: Heroin, ganja, opium, sabu-sabu, Extacy dan kokain.

Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Jumlahnya ada 86 jenis.

Contoh: morfin, fentamil, alfametadol, ekgonia dan bezetidin.

Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunya potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Jumlahnya ada 13 jenis.

16

Lihat Pasal 5 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Page 37: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

28

Contoh: kodein, propiram, norkedenia, polkodina dan etilmorfina.

Pada Lampiran Undang – Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,

telah terjadi peluasan jenis dan golongan Narkotika. Yang sebelumnya Undang –

Undang No 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika dan Undang – Undang No 5 Tahun

1997 Tentang Psikotropika. Pada Undang – Undang terdahulu, jenis dan golongan

Narkotika dan Psikotropika dipisahkan secara jelas sesuai dengan lampiran jenis

golongan disetiap Undang – Undang.

Yang dimaksud dengan obat – obat terlarang atau psikotropika adalah obat

– obat Narkotika, tetapi mempunyai efek dan bahaya yang sama dengan

Narkotika. Jenis – jenis Psikotropika yaitu:

a. Golongan Depresia yaitu barbiturate dan turunan-turunannya,

benzodiazepin dan turunan-turunanya, metakualon, alcohol, zat-zat

pelarut/solvent.17

b. Golongan Stimulansia yaitu amphetamin dan turunannya dan zat lain.18

c. Golongan Hipnotika dan LSD, DMT, DET, DOM (STP), PCP,

Mescaline.19

Sedangkan pada zaman klasik, cara mengkonsumsi benda yang

memabukan

diolah oleh manusia dalam bentuk minuman sehingga para pelakunya disebut

dengan peminum/pemabuk. Pada zamar modern, benda yang memabukan dapat

dikemas menjadi bentuk tablet, kapsul, makanan, serbuk atau minuman, sesuai

17

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.83. 18

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.70. 19

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.94.

Page 38: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

29

dengan kepentingan dan kondisi si pemakai.20

Ada beberapa jenis atau nama

minuman keras (khamr), sebagai berikut: Khamr, perasan buah anggur yang telah

menjadi minuman keras, Bata, rendaman madu, Mazar, yang dibuat dari jagung,

Sakar, rendaman khurma yang belum dimatangkan/dimasak, Fadlieh, yang dibuat

dari perasan putik kurma tanpa dimasak, Ji’ah, rendaman sya’ir, Chiltin, yang

dibuat dari campuran putik kurma dan kurma matang.21

Islam melarang minuman keras (khamr), karena dianggap sebagai induk

keburukan (ummul khabaits), disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta.

Dari sejak semula, Islam telah berusaha menjelaskan kepada umat manusia,

bahwa manfaat tidak seimbang dengan bahaya yang ditimbulkannya, karena akal

adalah salah satu sendi kehidupan manusia yang harus dilindungi dan dipelihara.

Untuk itu, dalam rangka pemeliharaan terhadap akal segala apapun yang dapat

mengakibatkan rusak atau berakibat jelek harus dilarang.22

4. Penggunaan Narkotika

Memang tidak dapat dikesampingkan bahwa zat-zat Narkotika dan yang

sejenis memiliki manfaat yang cukup besar di dunia kedokteran, bidang

penelitian, pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan,. Berikut aplikasinya

pemakaian dalam dosis yang teratur akan memberikan manfaat, akan tetapi

20

Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Cet. Ke-1, h.78. 21

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum 9,

(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), Cet. Ke-3, h. 391. 22

Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. Ke-2, h. 289.

Page 39: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

30

pemakaian zat-zat jenis Narkotika dalam dosis yang tidak teratur, lebih-lebih

disalahgunakan akan membawa efek-efek yang negative.23

Namun harus ada pengawasan dan pengelolahan dalam penggunaannya,

agar tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang nantinya akan menjadi

ketergantungan untuk pasien, disamping itu juga merupakan tugas dari

Departemen Kesehatan untuk melakukan pengendalian dan pengawasan yang baik

dengan membuat atau meletakan dasar peraturan-peraturan pengelolaan agar

tujuan penggunaan sesuai dengan sasaran dan membantu manusia agar

mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada manusia.

Adapun manfaat lainnya dari jenis-jenis Narkotika lainnya. Seperti:

Ganja Untuk dunia kedokteran pengguna ganja tidak ada, akan tetapi

sebagai pengobatan ganja dapat menghilangkan rasa nyeri. Khasiat ganja

sebenarnya dikarenakan oleh sifat psikotropikanya; terutama yang disebabkan

oleh kandungan THC. Sejak tahun 1965 THC telah dibuat secara sintetis. Akan

tetapi sifat halusinogennya (menyebabkan halusinasi) lebih lemah dibanding

dengan LSD.24

Efek positif lainnya dari penggunaan ganja, adalah: Mengatasi mual pada

pengguanaan obat antgi kanker, Menurunkan tekanan intra okuler pada penderita

glaucoma dan Melemaskan otot.25

Cocain Dalam bidang ilmu kedokteran cocain dipergunakan sebagai

anestesi (pemati rasa) local: Dalam pembedahan pada mata, hidung, dan

23

Harsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.51-

52. 24

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum, h. 52. 25

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.53.

Page 40: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

31

tenggorokan, Menghilangkan rasa nyeri selaput lender dengan cara

menyemburkan larutan cocain, Menghilangkan rasa nyeri saat luka dibersihkan

dan dijahit. Cara yang digunakan adalah menyuntikan cocain subkutan dan

Menghilangkan rasa nyeri yang lebih luas dengan menyuntikan cocain ke dalam

ekstradural bagian lumbal, anastesi lumbal.26

Candu (opium): Penggunaan opioid (berasal dari kata opium: candu)

dalam klinik adalah: Analgetika pada penderita kanker, Eudema paru akut, Batuk,

Diare, Premedikasi anesthesia dan mengurangi rasa cemas.

Kegunaan candu seperti yang terurai diatas, adalah khasiat candu pada

umumnya. Sebenarnya khasiat candu secara lebih spesifik adalah akibat alkoloida

yang dikandungnya.27

Morphin : Khasiat morphin adalah untuk analgetik (penghilang rasa sakit)

yang sangat kuat, misalnya waktu pembedahan atau pasien menderita luka bakar.

Disamping itu juga banyak jenis kerja sentral lainnya, antara lain menurunkan

rasa kesadaran (sedasi, hipnotis), menghambat pernafasan, menghilangkan refleks

batuk dan menimbulkan rasa nyaman(euforia). Yang semuanya berdasarkan

penekanan susunan syaraf pusat (SSP).

Namun harus ada pengawasan dan pengelolahan dalam penggunaannya,

agar tidak disalahgunakan untuk hal-hal yang nantinya akan menjadi

ketergantungan untuk pasien, disamping itu juga merupakan tugas dari

Departemen Kesehatan untuk melakukan pengendalian dan pengawasan yang baik

dengan membuat atau meletakan dasar peraturan-peraturan pengelolaan agar

26

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.58. 27

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.39-40.

Page 41: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

32

tujuan penggunaan sesuai dengan sasaran dan membantu manusia agar

mengurangi atau menghilangkan rasa sakit pada manusia.

Adapun dampak negatif dalam penggunaan Narkotika, dalam rangkaian

pengamanan, Narkotika yang pengaruhnya berlipat ganda yang apabila

dibandingkan dengan efek morfin baik dalam sifat eforia, ketergantungan dan

toleransi dilarang dipergunakan untuk pengobatan. Seperti halnya heroin yang

memiliki kecendrungan yang sangat besar untuk disalahgunakan, walau di Inggris

masih dipergunakan untuk pengobatan kanker sebagai penghilang rasa nyeri, di

Indonesia dilarang dipergunakan sebagai obat.

Obat Narkotika lain yang dilarang dipergunakan sebagai obat yang

ditetapkan oleh menteri kesehatan adalah: asetorfin, alfa-asetilmetadol,

hidromorfon, ketobemidon, nikomorfin, oksimorfon, rase morfon, tebakon dan

heroin.

Dari beberapa hasil sintetis kimia ternyata dapat dibuat suatu obat yang

khasiatnya sampai 1000 kali pengaruh morfin. Seperti halnya tebain yang

direaksikan dalam keadaan basa dengan vinil-keton kemudian dengan reaksi

Grignard akan menghasilkan oripavin yang pengaruhnya sampai 12.000 kali

morfin. Apabila ada kawanan binatang badak yang bergerombol disumpit dengan

bahan tersebut, binatang yang terkena secara perlahan akan meninggalkan

gerombolannya yang akhirnya hanya bergerak dan berputar-putar di satu tempat.

Dengan sumpitan yang kadarnya hanya 1 mg badak liar yang beratnya 2 ton

dapat dengan mudah dipegang culanya untuk ditarik dibawa ke mana saja.

Page 42: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

33

Dengan pengaruh yang sangat berbahaya dari sintetis kimia turunan

alkoloid morfin atau tebain perlu adanya usaha preventif untuk dilarang

dipergunakan dalam pelayanan kesehatan untuk manusia.28

Akibat-akibat lainnya yang ditimbulkan oleh dampak dari penyalahgunaan

Narkoba. Dapat membawa efek-efek terhadap tubuh si pemakai sebagai berikut:

a. Euphoria: ialah suatu perasaan riang gembira (well being) yang dapat

ditimbulkan oleh Narkoba yang abnormal dan tidak sepadan dan tidak

sesuai dengan keadaan jasmani atau rohani si pemakai yang sebenarnya.

Efek ini ditimbulkan oleh dosis yang tidak begitu tinggi.

b. Delirium: yaitu menurunnya kesadaran mental si pemakai disertai

kegelisahan yang agak hebat yang terjadi secara mendadak, yang dapat

menyebabkan gangguan koordinasi otot-otot gerak motorik (mal

coordination) efek delirium ini ditimbulkan oleh pemakai dosis yang lebih

tinggi disbanding dosis euphoria.

c. Halusinasi: yaitu suatu kesalahan persepsi panca indra, sehingga apa yang

dilihat, apa yang didengar tidak seperti kenyataan sesungguhnya.

d. Weakness: yaitu suatu kelemahan jasmani dan rohani atau keduanya yang

terjadi akibat ketergantungan dan kecanduan Narkoba.

e. Drowsiness: yaitu kesadaran yang menurun, atau keadaan sadar atau tidak

sadar, seperti keadaan setengah tidur disertai dengan fikiran yang sangat

kacau dan kusut.

28

Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, cet.

1. h.26.

Page 43: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

34

f. Collapse: yaitu keadaan pingsan dan jika si pemakai over dosis, dapat

mengakibatkan kematian29

.

Akibat-akibat lain yang bias terjadi pada pemakai Narkoba adalah:

a. Terjadinya keracunan (toxicity);

b. Fungsi-fungsi tubuh yang tidak normal (mal function)

c. Terjadinya kekurangan gizi (mal nutrition);

d. Kesulitan poenyesuaian diri (mal adjustment);

e. Kematian30

.

Dalam penelitian lain Dadang Hawari mengatakan bahwa,

penyalahgunaan Narkoba antara lain, merusak hubungan kekeluargaan,

menurunkan keinginan belajar, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang

baik dan buruk, perbuatan pelaku menjadi anti sosial, merosotnya produktivitas

kerja, gangguan kesehatan, memperbaiki jumlah kecelakaan lalu lintas,

kriminalitas dan tindak kekerasan lainnya baik kuantitatif dan kualitatif.31

Jika menilik kilas balik sejarah syariat pengharaman khamr, akan kita

temukan bahwa khamr merupakan sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging

pada masyarakat arab dan masyarakat dunia umumnya pada waktu turunnya

pelarangan khamr. Khamr merupakan sebuah minuman kebanggaan yang biasa

disungguhkan saat menjamu tamu, hari-hari besar dan perayaan-perayaan yang

diadakan oleh pembesar ataupun masyarakat biasa.32

29

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.24-25. 30

Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, h.25. 31

Dadang Hawari, Al-qur’an ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa, (Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), h.133. 32

Hartati Nurwijaya, Zullies Ikawati, dkk, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah

Kecanduannya (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), h. 68.

Page 44: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

35

Dampak negatif minuman beralkohol (khamr) sudah lama menjadi bahan

penelitian ilmiah sebagai sebuah masalah yang berdampak pada semua sisi

kehidupan manusia, ekonomi industri, administrasi, sosial, politis dan sebagainya.

Alkohol (khamr) terutama berdampak negatif terhadap moral dan spiritual

individu sebagai pelaku hubungan antar manusia yang rumit.33

Ketika minuman alkohol (khamr) sudah menjadi kebiasaan, pria yang

menjadi korbannya sulit untuk disembuhkan, apalagi wanita” komentar ini

diucapkan oleh Sir Andrew Clark, dokter pribadi Ratu Victoria. Kebiasaan

minum-minuman keras pada seorang wanita akan merusak mental dan fisiknya,

dan dampak negatifnya terhadap anak-anak si peminum lebih besar dibandingkan

dampak yang ditimbulkan jika pria atau ayah si anak yang menjadi peminum.34

5. Pecandu Narkotika

Pecandu pada dasarnya adalah merupakan korban penyalahgunaan tindak

pidana narkotika yang melanggar peraturan pemerintah, dan mereka itu semua

merupakan warga negara Indonesia yang diharapkan dapat membangun negeri ini

dari keterpurukan hampir di segala bidang. Berkaitan dengan masalah

penyalahgunaan narkotika tersebut, diperlukan suatu kebijakan hukum pidana

yang memposisikan pecandu narkotika sebagai korban, bukan pelaku kejahatan.

33

M. Arief Hakim,Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah,Mengatasi,dan

Melawan,(Majalengka: Nuansa, 2004), h.107 34

M. Arief Hakim,Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah,Mengatasi,dan

Melawan, h.152.

Page 45: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

36

Berdasarkan tipologi korban yang diidentifikasi menurut keadaan dan

status korban, yaitu:35

a. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali

dengan pelaku.

b. Provocative victims, yaitu seseorang yang secara aktif mendorong dirinya

menjadi korban.

c. Participating victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi

dengan sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.

d. Biologically weak victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki

kelemahan yang menyebabkan ia menjadi korban.

e. Socially weak victims, yaitu mereka yang memiliki kedudukan sosial yang

lemah yang menyebabkan ia menjadi korban.

f. Self victimizing victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena

kejahatan yang dilakukannya sendiri.

Pecandu narkotika merupakan “self victimizing victims”, karena pecandu

narkotika menderita sindroma ketergantungan akibat dari penyalahgunaan

narkotika yang dilakukannya sendiri.

35

Moh. Taufik Makarao, Suhasril, dan Moh. Zakky A.S., Tindak Pidana Narkotika,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 49-50

Page 46: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

37

B. Rehabilitasi

1. Pengertian Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah restorasi (perbaikan, pemulihan) pada normalitas, atau

pemulihan menuju status yang paling memuaskan terhadap individu yang pernah

menderita penyakit mental.36

Adapun pengertian lainnya mengatakan bahwa rehabilitasi adalah usaha

untuk memulihkan untuk menjadikan pecandu Narkotika hidup sehat jasmani dan

rohaniah sehingga dapat menyesuaikan dan meningkatkan kembali ketrampilan,

pengetahuannya, serta kepandaiannya dalam lingkungan hidup.37

Penanganan

kasus Narkotika dengan praktek rehabilitasi dilakukan agar keadilan hukum dapat

terlaksana sebagaimana mestinya.38

Mengingat bahwa dalam tindak pidana ini pelaku juga sekaligus menjadi

korban, maka praktik pemulihan ini diberikan kepada pecandu Narkotika bukan

hanya sebagai bentuk pemidanaan. Asas-asas perlindungan korban juga salah satu

dari beberapa hal yang mendorong lahirnya pemidanaan dalam bentuk

rehabilitasi.39

Rehabilitasi dalam hukum pidana Islam bagi pengguna sekaligus korban

belum didapat dalam sejarah hukum pidana Islam. Dalam hukum pidana Islam

pelaku penyalahgunaan Narkotika dihukum 40/80 jilid. Namun walaupun

demikian bukan berarti praktik pemidanaan dalam bentuk rehabilitasi tersebut

36

J.P. Caplin, kamus lengkap psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995),

h.425. 37

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.

87. 38

O.C. Kaligis, Narkoba dan peradilannya di Indonesia, (Bandung: Alumni, 2002), h.8. 39

Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), h.90.

Page 47: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

38

bertentangan dalam hukum pidana Islam karena jika dilihat dari tujuan dan

manfaat antara tindak pidana dengan sanksinya, maka rehabilitasi merupakan

pemidanaan yang tepat untuk sanksi bagi para pelaku atau korban penyalahgunaan

Narkotika. Pada hakikatnya segala yang telah digariskan oleh agama terutama

agama Islam selalu baik dengan tujuan tunggal yakni, membimbing umat manusia

menentukan jalan yang baik dan benar secara vertical maupun horizontal.40

Berdasarkan masing-masing definisi, penulis memiliki pandangan subtansi

antara rehabilitasi menurut hukum pidana di Indonesia (positif) maupun hukum

pidana Islam. kepada definisi rehabilitasi yaitu suatu proses kegiatan pemulihan

secara terpadu, baik secara fisik, mental maupun sosial agar mantan pecandu

Narkoba dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

bermasyarakat. Pemberian sanksi dalam bentuk ini dimaksudkan agar para pelaku

yang juga bisa dikatakan korban harus bisa menghilangkan ketergantungan

mereka atas Narkoba agar tidak terulang lagi. Dalam hukum pidana Islam juga

dapat dikaitkan dengan Al-Qur’an surat Al Bayyinah ayat 5.

Artinya: “Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan

supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat”.(Al-Quran Surat Al

Bayyinah ayat: 5)

Dapat disimpulkan rehabilitasi memiliki arti ialah untuk memperbaiki diri

si pengguna atau korban penyalahgunaan Narkotika agar tidak kembali untuk

40

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990),

h.91.

Page 48: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

39

melakukan atau menjalankan hidup yang bertergantungan kepada zat-zat Narkoba,

supaya pelaku atau korba merasa jera dan kembali kepada jalan yang lurus yaitu

selalu mengingat-Nya.

2. Bentuk-Bentuk Rehabilitasi

Dalam menjalankan rehabilitasi penyalahgunaan Narkotika, bentuk-bentuk

rehabilitasi yaitu:

Rehabilitasi Medis (Medical Rehabilitation) adalah suatu proses kegiatan

pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan

Narkotika.41

Sehingga dalam pelaksanaannya dibutuhkan spesialis ilmu

kedokteran yang berhubungan penanganan secara menyeluruh dari pasien yang

mengalami gangguan fungsi atau cidera, susunan otot syaraf, serta gangguan

mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kecacatan tersebut. Dalam pasal

Pasal 56: 42

(1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang

ditunjuk oleh Menteri.

(2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi

pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu

Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri.

Berikut ruang lingkup kegiatan rehabilitasi medis: Pemeriksaan fisik,

Mengadakan diagnose, Pengobatan dan pencegahan, dan Latihan penggunaan

alat-alat bantu dan fungsi fisik tujuan rehabilitasi medis

41

Lihat Pasal 1 ayat (16) Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. 42

Lihat Pasal 56 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Page 49: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

40

Adapun yang dimaksud rehabilitasi medis yaitu untuk pemantapan

fisik/badaniah adalah meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan

perasaan sehat jasmaniah pada umumnya dan juga mentalnya.43

Rehabilitasi Sosial (Social Rehabilitation) adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu

Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan

masyarakat.44

Rehabilitasi sosial merupakan upaya agar mantan pemakai atau

pecandu Narkotika dapat membangun mental kehidupan bersosial dan

menghilangkan perbuatan negatif akibat pengaruh dari penggunaan Narkoba agar

mantan pecandu dapat menjalankan fungsi sosial dan dapat aktif dalam kehidupan

di masyarakat. Dalam pasal 59:45

(1) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 dan

Pasal 57 diatur dengan Peraturan Menteri.

(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 diatur

dengan peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

di bidang sosial.

Kegiatan yang dilakukan dalam rehabilitasi sosial :

Pencegahan; artinya mencegah timbulnya masalah social penca,

baik masalah datang dari penca iru sendiri, maupun masalah yang datang

dari lingkungan penca itu.

43

Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Cet

1. h.138

44 Lihat Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

45 Lihat Pasal 59 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Page 50: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

41

Rehabilitasi; diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan

mental, bimbingan keterampilan.

Resosialisasi; adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan

penca agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat. Pembinaan

tidak lanjut; diberikan agar keberhasilan klien dalam proses rehabilitasi

dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.

Rehabilitasi sosial juga sebagai bentuk pemantapan sosial meliputi

segala upaya yang bertujuan memupuk, memelihara, membimbing, dan

meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial bagi pribadinya,

keluarga, dan masyarakat.46

Rehabilitasi Agama, dalam proses rehabilitasi agama ini kondisi pasien

harus disesuaikan dengan kondisi dengan faktor tempat tinggal dan keyakinan

individu berkembang, namun dalam konteks penerapannya yang di Indonesia

yang mayoritas Islam. Rehabilitasi Islam merupakan salah satu cara dalam

mengurangi ketergantungan terhadap Narkoba dengan pendekatan agama Islam.

Pemantapan keagamaannya adalah meliputi segala upaya yang bertujuan

untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Mahaesa.47

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara

agama dan kesehatan jiwa (psikoterapi), menunjukkan adanya indikasi bahwa

46

Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Cet

1. h.139 47

Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Cet

1. h.138.

Page 51: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

42

komitmen agama mempertinggi kemampuan seseorang dalam mengatasi

penderitaan dan mempercepat penyembuhan.48

Dari dahulu agama jika umatnya membuat kesalahan dan terjadi satu

penyesalan pada yang bersangkutan, maka agama memberi jalan untuk

mengembalikan ketenangan batin dengan meminta ampun kepada Allah SWT

atau bertobat. Akan tetapi segala pengetahuan modern yang berkembang dengan

cepat yang membawa tercapainya segala keinginan dengan mudah telah

menjauhkan manusia dari agamanya dan berakibat terhadap ketentraman jiwanya.

Pentingnya kesadaran diri dalam menghadapi masalah dan tantangan

hidup, ini akan membawa kepada kesadaran bahwa dirinya kecil dihadapan

Tuhan, sehingga semua aktifitas pikiran maupun perbuatan akan senantiasa

digantungkan kepada-Nya. Akan tetapi bagi sebagian orang, ketika dihadapkan

pada problema kehidupan yang berat, yang mengakibatkan timbulnya frustasi,

kekalutan mental, emosi, stress dan lain-lain justru mencari pelarian pada hal-hal

yang bisa melupakan sementara waktu seperti minuman keras, penyalahgunaan

Narkoba.

Sebagaimana telah disebutkan dalam QS Al-Maidah ayat 91

Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan

permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan

berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka

48

Dadang Hawari, Al-qur'an dan Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,

(Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), h. 20

Page 52: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

43

berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (Al-Quran Surat Al-Maidah

Ayat 91)

Ayat ini menjelaskan bahwa mencari pelarian dengan minuman keras itu

justru tidak akan menyelesaikan masalah yang ada hanya menambah masalah, dan

akan semakin menjauhkan dari allah.

Para pakar kejiwaan dalam menangani kasus kejiwaan menyatakan tentang

pentingnya agama dalam kesehatan jiwa dan dalam terapi penyakit jiwa.

Keimanan kepada Allah merupakan kekuatan luar biasa yang membekali manusia

agamis dengan kekuatan rohaniyah yang menopangnya dalam menanggung

beratnya beban kehidupan dan menghindarkannya dari keresahan jiwa.

Menurut William James tidak ragu lagi bahwa terapi yang terbaik bagi

kesehatan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan. Keimanan kepada Tuhan adalah

suatu kekuatan yang harus dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam hidup

ini. Karena antara manusia dan Tuhan terdapat ikatan yang tidak terputus.

Apabila manusia menundukkan diri dibawah pengaruh-Nya, cita-cita dan

keinginannya akan tercapai. Manusia yang benar-benar agamis akan terlindung

dari keresahan, selalu terjaga keseimbangan dan selalu siap-siap untuk

menghadapi segala malapetaka yang terjadi.49

Pendekatan psikoterapi tidak mungkin dilakukan dengan ilmiah tanpa

harus melibatkan agama, kekosongan spiritual, kerohanian, dan rasa keagamaan

inilah yang menyebabkan timbulnya permasalahan psikologis.50

49

M. Ustman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka, 1985), h. 287 50

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Pancasila, (Bandung: Sinar Baru,

1987), h. 12

Page 53: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

44

Ahli psikologi lain juga berpendapat serupa dengan William James,

mereka berpendapat bahwa orang-orang yang benar-benar religious tidak pernah

menderita sakit jiwa. Orang-orang yang religius adalah orang-orang yang

berkepribadian kuat.51

Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa. Psikoterapi dengan

agama diharapkan seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan dapat hidup

dapat hidup lebih terarah.

3. Sasaran Rehabilitasi

Sasaran atau obyek penyembuhan, pembinaan, rehabilitasi dan

psikoterapi adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan pada

a. Membina Jiwa/Mental

Sesuatu yang menyangkut batin dan watak manusia, yang bukan bersifat

badan/tenaga, bukan hanya pembangunan fisik yang di perhatikan, melainkan

juga pembangunan psikis.52

Disini mental dihubungkan dengan akal, fikiran,

dan ingatan, maka akal haruslah dijaga dan dipelihara olah karena itu

dibutuhkan mental yang sehat agar tambah sehat. Sesungguhnya ketenangan

hidup, ketenteraman jiwa dan kebahagiaan hidup tidak hanya tergantung pada

faktor luar saja, seperti ekonomi, jabatan, status sosial

dimasyarakat, kekayaan dan lain-lain, melainkan lebih bergantung 15 M.

Pada sikap dan cara menghadapi faktor-faktor tersebut. Jadi yang

menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental/jiwa,

51

Ancok Djamaludin, dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi atas Berbagai

Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995,) h. 96 52

Amin Syukur. Pengantar Studi Islam,( Semarang: Duta Grafika, 2000), h.168

Page 54: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

45

kesehatan mental dan kemampuan menyesuaikan diri.53

Mental yang sehat

(secara psikologi) menurut Maslow dan Mitlemen adalah sebagai berikut:

a) Adequate feeling of security: rasa aman yang memadai yaitu

berhubungan dengan merasa aman dalam hubungannya dengan

pekerjaan, sosial dan keluarganya.

b) Adequate self-evaluation: kemampuan memulai dari diri sendiri.

c) Adequate spontaneity and emotionality, memiliki spontanitas dan

perasaan yang memadai dengan orang lain.

d) Efficient contact with reality, mempunyai kontak yang efisien

dengan realitas.

e) Adequate bodily diseres and ability to gratifity them, keinginan-

keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk

memuaskannya.

f) Adequate self-know ledge, mempunyai pengetahuan yang wajar.

g) Integrition and concistency of personality, kebribadian yang utuh

dan konsisten

h) Adequate life good, memiliki tujuan hidup yang wajar

i) Ability to satisy the requirements of the group, kemampuan

memuaskan tuntunan kelompok

j) Adequate emancipation from the group or culture, mempunyai

emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya.54

b. Membina Spiritual

53

Amin Syukur, Pengantar Psikologi Islam, h. 110 54

Zakiyah Daradjat, Kesehatan Psikologi Islam, (Jakarta: Hajimas Agung, 1998), h.16

Page 55: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

46

Berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa religius,

yang berhubungan dengan agama, keimanan, keshalehan, seperti syirik,

fasik dan kufur, penyakit ini sulit disembuhkan karena berada dalam diri

setiap individu, oleh karena itu ada bimbingan serta petunjuk dari Allah,

Rasul, dan hamba- hambanya yang berhak, maka penyakit itu tidak akan

pernah disembuhkan dengan mudah, dan faktor penentu penyembuhan

tetap ada pada diri dan tekad seseorang untuk sembuh.

c. Membina Moral (akhlak)

Yaitu kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilainilai)

masyarakat. Yang timbul dari hati dan bukan paksaan dari luar, yang

disertai pula oleh rasa tanggung jawab (tindakan) tersebut.

d. Membina Fisik (jasmani)

Tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan

psikoterapi kecuali jika Allah SWT menghendaki kesembuhan, terapi

sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis, seperti lumpuh,

jantung, dan lain-lain. Terapi ini dilakukan jika seseorang tidak kunjung

sembuh dari sakitnya disebabkan karena dosa-dosa yang telah dilakukan,

seperti kulit kehitam-hitaman bahkan lebih kotor lagi (borok yang sangat

menjijikkan) padahal mereka sudah mencoba berbagai macam upaya agar

bisa sembuh dari penyakit itu.55

55

Hamdan Bakran Adz -Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka, , 2001), h. 251

Page 56: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

47

4. Tujuan Rehabilitasi

Sesungguhnya tujuan dari rehabilitasi adalah untuk membina jiwa/mental

seseorang ke arah sesuai dengan ajaran agama. Tujuan Rehabilitasi tersebut

dapat dijabarkan secara operasional, yaitu:

1. Terwujudnya sikap masyarakat yang konstruktif memperkuat ketaqwaan

dan amal keagamaan di dalam masyarakat.

2. Responsif terhadap gagasan-gagasan pembinaan/rehabilitasi

3. Mempertahankan masyarakat dan mengamalkan pancasila dan UUD

1945

4. Memperkuat komitmen (keterikatan)bangsa Indonesia, mengikis habis

sebab-sebab dan kemungkinan, timbul serta berkembangnya ateisme,

komunisme, kemusyrikan dan kesesatan masyarakat.

5. Menimbulkan sikap mental yang didasari oleh rahman dan rahim Allah,

pergaulan yang rukun dan serasi, baik antar golongan, suku, maupun

antar agama.

6. Mengembangkan generasi muda yang sehat, cakap, terampil, dan taqwa

terhadap Tuhan YME.

Dari tujuan hidup manusia menurut syari’at Islam. Yaitu untuk

mengabdi kepada Allah SWT dalam memperoleh kebahagiaan di dunia

maupun di akhirat.

Page 57: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

48

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan

memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan

supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian

Itulah agama yang lurus. (Al-Quran Surat Al-Bayyinah ayat 5)

Dan Allah Berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 201, yaitu :

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah

kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa

neraka" (Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 201)

Disamping itu rehabilitasi ini juga dimaksudkan bagi terwujudnya

keseimbangan jasmani dan rohani, material spiritual, atau yang lebih luas sama

dengan dunia dan akhirat. Pembangunan manusia seutuhnya merupaka realisasi

dan keseimbangan tersebut, perangkat dasar keseimbangan diatur dalam Al-

Qur’an Al Qoshosh, 77

Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari

(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana

Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di

(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat

kerusakan. ( Al-Quran Al-Qoshosh ayat 77)

Dari semua pernyataan diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan

agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari kejatuhan

kepada gangguan jiwa dan dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang

Page 58: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

49

yang gelisah. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan dan semakin banyak ibadah

akan semakin tentramlah jiwanya serta semakin mampu menghadapi kekecewaan

dan kesukaran-kesukaran dalam hidup, sebaliknya jika semakin jauh seseorang

dari agama maka akan susah baginya untuk mencari ketentraman batin.56

56

Zakiyah Daradjat, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), h. 72.

Page 59: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

50

BAB III

KONSEP REHABILITASI NARKOTIKA MENURUT HUKUM PIDANA

POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

A. Analisa Konsep Rehabilitasi Narkotika Menurut Hukum Pidana Positif

UU nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika menyebutkan dua konsep

rehabilitasi terhadap pecandu narkotika yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial. Rehabilitasi medis ialah proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika. Sedangkan rehabilitasi

sosial ialah proses kegiatan pengobatan secara terpadu, baik fisik, mental maupun

sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial

dalam kehidupan bermasyarakat.1

Dalam pasal 54 dinyatakan bahwa “pecandu Narkotika dan korban

penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial”. Dalam penjelasan pasal 54, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan

“korban penyalahgunaan Narkotika” adalah seseorang yang tidak sengaja

menggunakan Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan diancam

untuk menggunakan Narkotika. Apakah memang perlindungan terhadap pecandu

Narkotika telah tercapai dengan berlakunya pasal 54 UU No. 35 Tahun 2009 ini?

Pertanyaannya, bagaimana dengan ketentuan yang berlaku dalam pasal 127? Pasal

127 UU No. 35 Tahun 2009 mengatur bahwa: (1) setiap penyalah guna: a.

1 Butir 16 & 17 Ketentuan Umum UU nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Page 60: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

51

Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama

4 (empat) tahun;, b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun. (2) Dalam memutus

perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 54, pasal 55, dan pasal 103;.(3)

Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan

atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, penyalah guna tersebut

wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Dilihat dari definisinya, yang dimaksud dengan pecandu Narkotika adalah

orang yang menggunakan atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan

ketergantungan pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Sementara yang

dimaksud dengan penyalah guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa

hak atau melawan hukum.2

Sementara disisi lain lagi, yaitu Pasal 103 UU No. 35 Tahun 2009 mengatur

bahwa: (1) Hakim yang memeriksa perkara pecandu Narkotika dapat: a.

memutuskan untuk memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan

atau perawatan melalui rehabilitasi jika pecandu Narkotika tersebut terbukti

bersalah melakukan tindak pidana Narkotika; atau b. menetapkan untuk

memerintahkan yang bersangkutan menjalani pengobatan dan atau perawatan

2 AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 123-124

Page 61: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

52

melalui rehabilitasi jika pecandu Narkotika tersebut tidak terbukti bersalah

melakukan tindak pidana Narkotika.

Kalau dilihat dari ketiga pasal tersebut, yaitu Pasal 127, Pasal 54 dan Pasal

103 UU No. 35 Tahun 2007, bisa terlihat bagaimana susahnya menentukan

bagaimana yang sebenarnya bentuk pemidanaan harus dijatuhkan terhadap pecandu

Narkotika khususnya dalam kasus yang penulis sebutkan di atas sebagai contoh.3

Pada pasal 128 berbunyi: 1) Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup

umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor,

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda

paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). 2) Pecandu Narkotika yang belum

cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana. 3) pecandu Narkotika yang

telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang

menjalani rehabilitasi medis 2 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan

atau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut

pidana. 4) Rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh menteri.

Unsur-unsur Pasal 128 ayat (1) adalah: Unsur pertama, Orang tua atau wali

pecandu yang belum cukup umur sebagaimana dimaksud pasal 55 ayat (1). Ada dua

hal yang harus diperhatikan dalam unsur ini pertama apakah orang yang belum

3 AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika, h.126

Page 62: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

53

cukup umur adalah pecandu yang kemudian disebut sebagai pecandu yang belum

cukup umur kedua apakah orang tua atau wali tersebut mempunyai hubungan

hukum sebagai orang tua anak, baik sebagai orang tua maupun dibawah kekuasaan

wali dengan pecandu yang belum cukup umur.

Yang dimaksudkan orang tua adalah orang tua kandung maupun orang tua

angkat, orang tua kandung terjadi karena hubungan darah, sedangkan orang tua

angkat terjadi karena hubungan hukum. Sementara makna “belum cukup umur”

dapat dilihat dalam penjelasan Pasal 55 ayat (1) yang menyebutkan yang dimaksud

belum cukup umur dalam ketentuan ini adalah seseorang yang belum mencapai

umur 18 (delapan belas) tahun. Sehingga dengan demikian yang dimaksudkan

pecandu belum cukup umur adalah pecandu yang belum mencapai 18 (delapan

belas) tahun.

Unsur kedua, sengaja tidak melapor. Sengaja merupakan sikap batin yang

mendasari perbuatan. Karena sengaja berada dalam lapangan batin, maka dari sikap

perbuatan yang nyata dalam dunia lahir akan diketahui sikap batin tersebut. Tidak

melapor berarti tidak melaksanakan kewajiban member tahukan hal-hal yang

diketahui. Oleh karena itu, sengaja tidak melapor berarti suatu kesadaran yang

diwujudkan dalam tindakan untuk tidak memberitahukan hal-hal yang diketahui

padahal pemberitahuan tersebut kewajiban baik secara diam-diam atau

mengacuhkan apa yang diketahui atau bahkan menyembunyikan informasi.

Pasal 55 ayat (1) menentukan bahwa orang tua atau wali dari pecandu

Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan

Page 63: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

54

masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan atau perawatan

melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Orang tua atau wali haruslah

mengetahui anaknya adalah sebagai pecandu dan masih belum cukup umur dan

ternyata tidak melakukan kewajibannya melaporkan kepada pusat kesehatan

masyarakat, rumah sakit, dan atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial.

Ancaman pidana bagi orang tua/wali yang sengaja tidak melaporkan

sebagaimana ketentuan Pasal 55 ayat (1) adalah pidana kurungan paling lama 6

(enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).

Ini berarti hakim mempunyai pilihan pidana yang bersifat alternatif berupa

kurungan atau denda dalam menjatuhkan putusan. Berbeda dengan ketentuan dalam

pasal 128 ayat (2) menentukan pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan

telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55

ayat (1) tidak dituntut pidana.

Dalam Pasal 128 ayat 3, pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib

melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan

masyarakat, rumah sakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

yang ditunjuk oleh pemerintah. Untuk mendapatkan pengobatan dan atau perawatan

melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial (Pasal 55 ayat (2)).

Siapakah pecandu Narkotika yang sudah cukup umur, dengan melihat yang

dimaksudkan pecandu Narkotika yang sudah cukup umur adalah pecandu Narkotika

Page 64: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

55

yang berumur 18 (delapan belas) tahun atau lebih. Ketentuan ini menunjukan

tanggung jawab pidana orang tua/wali dalam kaitan anak sebagai pecandu

Narkotika sebatas pada anak yang belum cukup umur dan ketika menginjak usia 18

(delapan belas) tahun ke atas kewajiban tersebut sudah putus. Di sisi lain ada

kewajiban keluarga melaporkan pecandu Narkotika yang sudah cukup umur yang

berarti merupakan perluasan orang tua atau wali. Keluarga disini tentulah yang

memiliki hubungan darah baik langsung maupun sementara yang terjadi karena

hubungan hukum. Undang-undang tidak menyebutkan sampai derajat keberapa

hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga. Sanksi tersendiri terhadap

keluarga yang tidak melapor tidak diatur, tetapi jika diperhatikan bunyi ketentuan

pasal 131, setiap orang yang tidak melaporkan adanya tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam pasal 111, sampai pasal 129 dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah). Maka dapat diketahui keluarga yang tidak melapor termasuk yang

dapat diancam ketentuan ini.

Pembentuk undang-undang juga menyatakan pecandu Narkotika yang telah

cukup umur, yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2 (dua) kali masa perawatan

dokter dirumah sakit dan atau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh

pemerintah tidak dituntut pidana.

Syarat tidak dituntut pidana ditunjukan kepada pecandu Narkotika yang

sedang menjalani rehabilitasi medis 2 (dua) kali, artinya rehabilitasi medis tersebut

sedang berlangsung. Jika diteliti lebih lanjut akan menimbulkan persoalan,

Page 65: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

56

bagaimana dengan pecandu Narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi medis

sebanyak 1 (satu) kali atau lebih dari 2 (dua) kali. Oleh karena itu, ketentuan ini

dirasa sangat berlebihan, karena bagi pecandu Narkotika tanpa terkecuali yang

sedang menjalani masa perawatan dokter di rumah sakit dan atau lembaga

rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah berapa kalipun seharusnya tidak

dapat dituntut pidana dengan ketentuan rumah sakit dan atau lembaga rehabilitasi

medis memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh menteri (Pasal 128 ayat

(4)).4

B. Analisa Konsep Rehabilitasi Narkotika Menurut Hukum Pidana Islam

Konsep Rehabilitasi dalam hukum pidana Islam terhadap pecandu Narkotika

ialah seseorang dapat direhabilitasi apabila hakim belum memutuskan atau

memberikan hukuman kepada pecandu Narkotika, maka pecandu mendapatkan

pengampunan dan dapat direhabilitasi.

Rehabilitasi dalam hukum pidana Islam dikenal sebagai Ta’dib. Ta’dib secara

bahasa ialah upaya menjaga kemaslahatan umum atau menegakan disiplin.5 Ta’dib

merupakan salah satu bentuk hukuman terhadap perbuatan yang dikategorikan

sebagai maksiat. Ta’dib hanya diberlakukan terhadap perbuatan maksiat yang

dilakukan berulang-ulang. Dalam Narkotika Ta’dib atau rehabilitasi diberlakukan

4 AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika, h.303-308. 5 Tim Mu’jam Al-Lughah Al-Arabiyah Kairo, Mu’jam al-Wasit, (Kairo: Daar al-Da’wah, tt), h.

10

Page 66: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

57

karena adanya perbuatan penyalahgunaan narkotika secara berulang-ulang yang

disebabkan kecanduan narkotika. Jadi syarat penerapan rehabiliitasi terhadap

pengguna narkotika adalah pengguna tersebut telah melakukannya secara berulang-

ulang atau sudah kecanduan.

Sebagian ulama berpendapat bahwa ta’dib atau rehabilitasi yang juga berlaku

terhadap pengguna Narkotika merupakan hak yang dimiliki oleh si pengguna

Narkotika dan bukan merupakan sebuah kewajiban.6

Pada dasarnya proses dan teknik rehabilitasi/psikoterapi Islam ada tiga tahap

yaitu tahap pembersihan diri, pengembangan diri dan penyempurnaan diri,

ketrampilan dan keahlian tidak akan datang dan bertambah dengan sendirinya tanpa

adanya suatu latihan-latihan. Yang perlu dilatihkan pada calon terapi dan konselor

berupa tahap Takhalli, Tajalli, Tahalli.7

1. Tahapan Takhalli (pembersihan diri)

Yaitu pembersihan dan penyucian diri dari segala sifat dan sikap yang buruk

yang bisa mengotori hati dan fikiran. Tahap ini meliputi: Sholat Terminology

sholat mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung adanya hubungan manusia

dengan Tuhannya. Dalam sholat, manusia berdiri khusuk dan tunduk kepada

Allah, pencipta alam semesta, keadaan ini akan membekalinya dengan suatu

tenaga rohani yang menimbulkan perasaan tenang, jiwa yang damai dan hati yang

6 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jinayi al-Islami, (Beirut: Daar el-Kitab, tt), juz 1. h. 514

7 M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka

baru, 2004), h.326.

Page 67: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

58

tentram. Disamping menyeru Tuhan, juga menemukan harapan-harapan dan

ketakutan-ketakutan kita, dengan memunculkan diri yang paling dalam menuju diri

kita sendiri.8

Pada saat seseorang sedang sholat (khusuk) maka seluruh fikirannya

terlepas dari segala urusan dunia yang membuat jiwanya gelisah. Setelah

menjalankan sholat ia senantiasa dalam keadaan tenang sehingga secara bertahap

kegelisahan itu akan mereda.9

Keadaan yang tentram dan jiwa yang tenang tersebut mempunyai dampak

terapeutik yang penting dalam pengobatan penyakit jiwa. Di uraikan dalam

bukunya Dr. Djamaluddin Ancok dalam bukunya “psikologi islami” mengatakan

bahwa aspek-aspek bagi kesehatan jiwa yang terdapat dalam sholat yaitu: Pertama,

aspek olahraga. Sholat adalah suatu ibadah yang menuntut aktifitas, konsentrasi

otot, tekanan dan “pijatan” pada bagian tertentu yang merupakan proses relaksasi

(pelemasan). Sholat merupakan aktifitas yang menghantarkan pelakunya pada

situasi seimbang antara jiwa dan raganya.

Eugene Walker melaporkan bahwa olahraga dapat mengurangi kecemasan

jiwa, jika demikian sholat yang berisi aktifitas fisik yang juga dapat dikategorikan

olahraga, dapat pula menghilangkan kecemasan. Kedua, sholat memiliki aspek

meditasi. Setiap muslim

8 R.N.L.O’riordan, Sulaiman, Seni Penyembuhan Alami, (Jakarta: PT. Pasirindo Bungamas

Nagari, 2002), h.112-113. 9 M. Ustman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka, 1985), h. 310-311

Page 68: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

59

dituntut agar dapat menjalankan sholat secara khusuk, yang dapat dikategorikan

sebagai suatu proses meditasi. Hal ini akan membawa kepada ketenangan jiwa.

Ketiga, aspek auto-sugesti. Bacaan dalam sholat dipanjatkan ke hadirat Illahi, yang

berisi puji-pujian atas keagungan Allah dan do’a serta permohonan agar selamat

dunia dan akhirat. Proses sholat pada dasarnya adalah terapi selfhypnosis(

pengobatan terhadap diri sendiri), Keempat, aspek kebersamaan. Ditinjau dari segi

psikologi, kebersamaan itu sendiri merupakan aspek terapieutik. Beberapa ahli

psikologi mengemukakan bahwa perasaan “keterasingan” dari orang lain ataupun

dari dirinya sendiri dapat hilang. Dianjurkan sholat berjamaah perasaan terasing

dari orang lain ataupun dirinya sendiri dapat hilang.10

Puasa dalam pengertian bahasa adalah menahan dan berhenti dan menahan

sesuatu, sedangkan dalam istilah agama berarti menahan diri dari makan, minum,

dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari

(maghrib), karena mencari ridho Illahi. Disini keimananlah yang mendorong untuk

berpuasa, sehingga ia mampu menjalkankan seperti apa yang diperintahkan Allah.

Puasa sebagai satu intuisi dalam Islam, dijadikan disiplin spiritual, moral,

dan fisik yang tinggi, juga sebagai alat meningkatkan kualitas rohani manusia.

Dengan demikian maka terbentuklah jiwa yang sehat dengan kualitas iman yang

mungkin meningkat.

10

Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami: Solusi Atas Berbagai Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 98-100

Page 69: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

60

Menurut Abdul Hamid Hakim ada 6 hikmah puasa: Mensyukuri nikmat

Allah, menjauhkan jiwa untuk berlaku amanah, menumbuhkan sifat solidaritas,

penuh kasih sayang kepada orang yang tidak mampu, menjauhkan sifat jiwa dari

sifat-sifat kebinatangan, dengan merasakan haus dan dahaga serta lapar akan

mengingatkan siksa akhirat, menyehatkan badan.

Puasa digambarkan oleh Tuhan yang maha tinggi sebagai suatu keberkahan

besar atas umat manusia-Nya. Sebagai Sang pembuat tubuh manusia. Dan puasa

tidak hanya merupakan cara terbaik dan teraman untuk melindungi kesehatan

jasmani, tetapi juga membawa ganjaran spiritual yang sangat besar.11

2. Tahap Tahalli

Tahap Tahalli yaitu merupakan tahap pengisian diri dengan kebaikan, yang

termasuk dalam tahap tahalli adalah: Dzikir Secara etimologi adalah berasal dari

kata dzakara, yang artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil

pelajaran, mengenal atau mengerti. Al-Qur’an memberi petunjuk bahwa dzikir itu

bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan dengan komat-kamitnya

lidah sambil duduk merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif

dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Al-Qur’an menjelaskan dzikir berarti

membangkitkan daya ingatan dalam Surat Al-Ra’ad ayat 28 berfirman:

11

Amin Syukur. “Pengantar Studi Islam”( Semarang: Duta Grafika, 2010), h. 110

Page 70: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

61

Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tentram. (Al-Quran Surat Al-Ra’ad ayat 28)

Bahkan berkali-kali menyebut namanya, seperti LA ILAHAILLALLAH

(Tidak ada Tuhan selain Allah) atau ALLAH HU (Tuhan, hanya dia). Ketika dzikir

sedang berlagsung, terciptalah medan elektromagnetik yang sangat kuat dengan

penyatuan suara, gerakan (motion) dan maksud (mengingat yang dicintai)

seluruhnya berkonsentrasi dalam hati, gerakan tak terbatas dalam hati dan tubuh

bergabung dalam harmoni dengan gerakan bumi, system matahari, galaksi dan

kosmos secara keseluruhan. Dzikir merupakan pintu gerbang melewati relung-

relung sebuah elemen yang telah dipraktekkan selama bertahun-tahun.12

Memang antara mengingat, mengenang, menyadari atau berfikir dengan

tingkah laku manusia itu saling terkait dan tak bias dilepaskan. Jadi dzikir kepada

Allah bukan hanya mengingat suatu peristiwa, namun mengingat dengan segala

keyakinan akan kebesaran Tuhan dengan segala sifat-Nya serta menyadari bahwa

dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah, serta menyebut asma Allah

dalam hati dan lisan.13

Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikirnya itu sendiri, tetapi juga

meliputi doa, memohon ampun dan bersyukur. Yang merupakan gejala keagamaan

yang paling manusia, karena pada saat itu jiwa manusia terbang menuju Tuhannya.

Dzikir dan do’a dari sudut ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa merupakan

12

Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004), h. 45 13

R.N.L. O’riodan, Sulaiman Al-Kumayyi, Seni Penyembuh Alami, h. 112

Page 71: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

62

terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi dari psikoterapi biasa, karena keduanya

mengandung unsur spiritual kerohanian yang dapat membangkitkan harapan, rasa

percaya diri dari orang sakit, yang pada gilirannya kekebalan tubuh meningkat,

sehingga mempercepat proses penyembuhan.14

Dzikir merupakan olah batin yang paling efektif untuk menyembuhkan

gangguan kejiwaan, yang juga sangat mudah dilakukan dan biaya yang sangat

murah. Dengan dzikir dan berdo’a yang berarti berserah diri dan pasrah kepada

Allah, para korban penyalahgunaan Narkotika akan memperoleh ketenangan hati

dan kesejukan jiwa, sehingga lambat laun gangguan kejiwaan terkikis habis.

3. Tahap Tajalli/ Penyempurnaan Diri

Tahap ini adalah kelahiran/ munculnya eksistensi yang baru dari manusia

yaitu perbuatan, ucapan, sikap, gerak-gerik, martabat dan status yang baru.15

Jika

pada tahap tahalli memfokuskan pada upaya memulai hubungan dengan manusia

maka dalam tahap tajalli memfokuskan hubungan dengan Allah. Dalam tahap ini

peningkatan hubungan dengan Allah. Cahaya Tuhan akan diberikan kepada

hambanya ketika hambanya itu telah terkendali, bahkan bias dilenyapkan sifat-sifat

yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat maksiat dan terlepasnya dari

kecenderungan kepada masalah keduniawian.16

14

Dadang Hawari, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 9 15

Amin Syukur, Pengantar Psikologi Islam,h 100 16

M. Hamdan Bakran Aadz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 2004), h. 326

Page 72: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

63

BAB IV

PERBANDINGAN ASPEK-ASPEK REHABILITASI TERHADAP

PENGGUNA NARKOTIKA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN

HUKUM PIDANA ISLAM

Rehabilitasi dalam hukum positif dan hukum pidana Islam memiliki beberapa

perbedaan dan persamaan. Perbedaan dan persamaan tersebut dapat dilihat dari

beberapa aspek diantaranya: siapa yang harus direhabilitasi, bentuk rehabilitasinya,

dan siapa yang merehabilitasi.

A. Subjek Rehabilitasi

Dalam hukum positif yang menjadi subjek rehabilitasi terdapat dalam pasal 54

yang berbunyi: “pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib

menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”. Yang dimaksud “korban

penyalahgunaan narkotika” adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan

Narkotika karena dibujuk, diperdaya, ditipu, dipaksa, dan diancam untuk

menggunakan narkotika. dan yang dimaksud pecandu narkotika adalah orang yang

menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan

pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis. 1

Sedangkan dalam hukum pidana Islam yang menjadi subjek rehabilitasi

adalah orang yang melakukan perbuatan maksiat (perbuatan yang tidak dikenakan

1 AR. Sujono, Bony Daniel, Komentar dan Pembahasan Undang-Undang No 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 123-124

Page 73: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

64

hukuman hudud dan qisas, termasuk juga narkotika) yang dilakukan secara berulang-

ulang2 atau dalam kasus narkotika sudah merupakan pecandu.

Dalam paragraf diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi subjek

rehabilitasi dalam hukum positif ialah pecandu dan korban penyalahguna narkotika.

Pecandu merupakan orang yang sudah memiliki ketergantungan terhadap penggunaan

narkotika, artinya pelaku sudah melakukan tindakan secara berulang-ulang. Hal ini

sejalan dengan subjek rehabilitasi dalam hukum pidana Islam.

Selain pecandu, subjek rehabilitasi dalam hukum pidana positif adalah korban

penyalaggunaan narkotika. yang dimaksud korban ialah orang yang dibujuk,

diperdaya, ditipu, dipaksa, dan diancam untuk menggunakan narkotika.artinya orang

yang baru pertama kali menggunakan narkotika juga menjadi subjek rehabilitasi.

Dalam hal ini bertolak belakang hukum pidana Islam yang menyatakan subjek

rehabilitasi hanya diperuntukan kepada orang yang melakukan perbuatan secara

berulang-ulang.

B. Bentuk Rehabilitasi

Dalam hal bentuk rehabilitasi pengguna narkotika, hukum pidana positif

mengenal dua hal yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Yang dimaksud

rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk

membebaskan pecandu dari ketergantungan Narkotika.3 Sehingga dalam

2 Abdul Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jinayi al-Islami, (Beirut: Daar el-Kitab, tt), juz 1. h. 514

3 Lihat Pasal 1 ayat (16) Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Page 74: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

65

pelaksanaannya dibutuhkan spesialis ilmu kedokteran yang berhubungan penanganan

secara menyeluruh dari pasien yang mengalami gangguan fungsi atau cidera, susunan

otot syaraf, serta gangguan mental, sosial dan kekaryaan yang menyertai kecacatan

tersebut.

Pengobatan terhadap pecandu sangat bervariasi sesuai dengan kebanyakan

jenis obat yang dipergunakan dengan efek keracunan yang berlainan tingkat

bahayanya. Umumnya pengobatan itu ditunjukan kepada penyalahguna obat yang

tingkat bahayanya tinggi, seperti akibat keracunan, morfin, heroin dan kokain. Akibat

keracunan yang akut akibat kelebihan takaran (over dosis) atau lepas obat yang

mendadak, mengakibatkan banyak merenggut korban. Terhadap penderita dalam

keadaan yang kritis tanpa harapan hidup, diperlukan tindakan yang penuh

prikemanusiaan.

Setelah masa kritis dapat dilampaui, sasaran selanjutnya adalah

menghilangkan racun narkotika atau yang dikenal dengan detoksifikasi

(menghilangkan racun). Upaya pemulihan pcandu selanjutnya dapat melalui berbagai

tahap, diantaranya ada yang masih menggunakan Narkotika dengan menurunkan

dosisnya tahap demi tahap seperti yang dilakukan dinegara maju.4

Rehabilitasi Sosial (Social Rehabilitation) adalah suatu proses kegiatan

pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu

4 Sumarrno Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, (Jakarta:

CV Haji Masagung, 1987), Cet 1. h.136.

Page 75: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

66

Narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.5

Rehabilitasi sosial merupakan upaya agar mantan pemakai atau pecandu Narkoba

dapat membangun mental kehidupan bersosial dan menghilangkan perbuatan negatif

akibat pengaruh dari penggunaan Narkoba agar mantan pecandu dapat menjalankan

fungsi sosial dan dapat aktif dalam kehidupan di masyarakat

Yang dimaksud upaya untuk mencapai peningkatan stabilitasi fisik, moral,

mental, dan keterampilan ialah sebagai berikut: 1). Pemantapan fisik/ badaniah adalah

meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan perasaan sehat jasmaniah pada

umumnyadan juga mentalnya (rohaniahnya). 2). Pemantapan keagamaannya adalah

meliputi segala upaya yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Mahaesa. 3). Pemantapan sosial meliputi segala upaya yang bertujuan

memupuk, memelihara, membimbing dan meningkatkan rasa kesadaran dan

bertanggung jawab sosial bagi pribadinya, keluarga dan masyarakat. 4). Pemantapan

pendidikan dan kebudayaan meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan

pengetahuan, vokasional, sikap mental dan rasa keindahan. 5). Pemantapan

vokasional meliputi segala upaya yang bertujuan meningkatkan kecekatan dan

keterampilan melakukan pekerjaan dan sikap mental yang bergairah dan

membangun.6

5 Lihat Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

6 Sumarmo Masum, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat, Cet. 1.

h.138-139.

Page 76: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

67

Rehabilitasi bagi pecandu narkotika dalam hukum Islam dilakukan dengan

cara berobat dan bertaubat. Berobat artinya membersihkan NAZA dari tubuh pasien,

bertaubat artinya pasien memohon ampun kepada Allah SWT, berjanji tidak

mengulanginya dan memohon kekuatan iman agar tidak lagi tergoda untuk

mengkonsumsi NAZA.7

Karena sesuai firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 186 yang berbunyi:

Artinya :

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka

(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang

yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi

(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu

berada dalam kebenaran.”

Firman Allah SWT surat Asy Syu‟araa‟ ayat 80 yang berbunyi:

Artinya :

“Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku”,

Taubat dalam proses rehabilitasi pecandu narkoba dilakukan dalam beberapa

tahap yaitu: Takhalli, Tajalli, Tahalli. Takhalli ialah pembersihan dan penyucian diri

dari segala sifat dan sikap yang buruk yang bisa mengotori hati dan fikiran.

7 Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) Mutakhir (Sistem

Terpadu) Pasien NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain), (Jakarta: Universitas Indonesia (UI-

Press). 1999), h. 1-2.

Page 77: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

68

Tahapannya meliputi: Sholat tidak jauh berbeda dengan upaya yang diatur dalam

Undang-Undang tetang Pemantapan fisik/badaniah, karena Pada saat seseorang

sedang sholat (khusuk) maka seluruh fikirannya terlepas dari segala urusan dunia

yang membuat jiwanya gelisah. Setelah menjalankan sholat ia senantiasa dalam

keadaan tenang sehingga secara bertahap kegelisahan itu akan mereda

1. Tahapan Takhalli (pembersihan diri)

. Tahap ini meliputi: Sholat dan puasa. Sholat Terminologi sholat

mengisyaratkan bahwa didalamnya terkandung adanya hubungan manusia dengan

Tuhannya. Dalam sholat, manusia berdiri khusuk dan tunduk kepada Allah,

pencipta alam semesta, keadaan ini akan membekalinya dengan suatu tenaga

rohani yang menimbulkan perasaan tenang, jiwa yang damai dan hati yang

tentram. Disamping menyeru Tuhan, juga menemukan harapan-harapan dan

ketakutan-ketakutan kita, dengan memunculkan diri yang paling dalam menuju diri

kita sendiri.8

Pada saat seseorang sedang sholat (khusuk) maka seluruh fikirannya

terlepas dari segala urusan dunia yang membuat jiwanya gelisah. Setelah

menjalankan sholat ia senantiasa dalam keadaan tenang sehingga secara bertahap

kegelisahan itu akan mereda.9

Puasa dalam pengertian bahasa adalah menahan dan berhenti dan menahan

sesuatu, sedangkan dalam istilah agama berarti menahan diri dari makan, minum,

8 R.N.L.O‟riordan, Sulaiman, Seni Penyembuhan Alami, (Jakarta: PT. Pasirindo Bungamas

Nagari, 2002), h.112-113. 9 M. Ustman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa, (Bandung: Pustaka, 1985), h. 310-311

Page 78: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

69

dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenam matahari

(maghrib), karena mencari ridho Illahi. Disini keimananlah yang mendorong untuk

berpuasa, sehingga ia mampu menjalkankan seperti apa yang diperintahkan

Allah.10

Puasa sebagai satu intuisi dalam Islam, dijadikan disiplin spiritual,

moral, dan fisik yang tinggi, juga sebagai alat meningkatkan kualitas rohani

manusia. Dengan demikian maka terbentuklah jiwa yang sehat dengan kualitas

iman yang mungkin

meningkat.

Menurut Abdul Hamid Hakim ada 6 hikmah puasa: Mensyukuri nikmat

Allah, Menjauhkan jiwa untuk berlaku amanah, Menumbuhkan sifat solidaritas,

penuh kasih sayang kepada orang yang tidak mampu, Menjauhkan sifat jiwa dari

sifat-sifat kebinatangan, Dengan merasakan haus dan dahaga serta lapar akan

mengingatkan siksa akhirat, Menyehatkan badan.

Puasa digambarkan oleh Tuhan yang maha tinggi sebagai suatu keberkahan

besar atas umat manusia-Nya. Sebagai Sang pembuat tubuh manusia. Dan puasa

tidak hanya merupakan cara terbaik dan teraman untuk melindungi kesehatan

jasmani, tetapi juga membawa ganjaran spiritual yang sangat besar.11

10

Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami: Solusi Atas Berbagai Problem-problem Psikologi,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 98-100 11

Amin Syukur. “Pengantar Studi Islam”, h. 110

Page 79: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

70

2. Tahap Tahalli

Tahap Tahalli yaitu merupakan tahap pengisian diri dengan kebaikan, yang

termasuk dalam tahap tahalli adalah: Dzikir Secara etimologi adalah berasal dari

kata dzakara, yang artinya mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil

pelajaran, mengenal atau mengerti. Al-Qur‟an memberi petunjuk bahwa dzikir itu

bukan hanya ekspresi daya ingatan yang ditampilkan dengan komat-kamitnya

lidah sambil duduk merenung, tetapi lebih dari itu, dzikir bersifat implementatif

dalam berbagai variasi yang aktif dan kreatif. Al-Qur‟an menjelaskan dzikir berarti

membangkitkan daya ingatan dalam Surat Al-Ra‟ad ayat 28 berfirman:

Artinya: Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi

tentram. (Al-Quran Surat Al-Ra‟ad ayat 28)

Bahkan berkali-kali menyebut namanya, seperti LA ILAHAILLALLAH

(Tidak ada Tuhan selain Allah) atau ALLAH HU (Tuhan, hanya dia). Ketika dzikir

sedang berlagsung, terciptalah medan elektromagnetik yang sangat kuat dengan

penyatuan suara, gerakan (motion) dan maksud (mengingat yang dicintai)

seluruhnya berkonsentrasi dalam hati, gerakan tak terbatas dalam hati dan tubuh

bergabung dalam harmoni dengan gerakan bumi, system matahari, galaksi dan

Page 80: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

71

kosmos secara keseluruhan. Dzikir merupakan pintu gerbang melewati relung-

relung sebuah elemen yang telah dipraktekkan selama bertahun-tahun.12

Memang antara mengingat, mengenang, menyadari atau berfikir dengan

tingkah laku manusia itu saling terkait dan tak bias dilepaskan. Jadi dzikir kepada

Allah bukan hanya mengingat suatu peristiwa, namun mengingat dengan segala

keyakinan akan kebesaran Tuhan dengan segala sifat-Nya serta menyadari bahwa

dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah, serta menyebut asma Allah

dalam hati dan lisan.13

Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikirnya itu sendiri, tetapi juga

meliputi doa, memohon ampun dan bersyukur. Yang merupakan gejala keagamaan

yang paling manusia, karena pada saat itu jiwa manusia terbang menuju Tuhannya.

Dzikir dan do‟a dari sudut ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa merupakan

terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi dari psikoterapi biasa, karena keduanya

mengandung unsur spiritual kerohanian yang dapat membangkitkan harapan, rasa

percaya diri dari orang sakit, yang pada gilirannya kekebalan tubuh meningkat,

sehingga mempercepat proses penyembuhan.14

Dzikir merupakan olah batin yang paling efektif untuk menyembuhkan

gangguan kejiwaan, yang juga sangat mudah dilakukan dan biaya yang sangat

murah. Dengan dzikir dan berdo‟a yang berarti berserah diri dan pasrah kepada

12

Amin Syukur, Tasawuf Sosial, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004), h. 45 13

R.N.L. O‟riodan, Sulaiman Al-Kumayyi, Seni Penyembuh Alami, (Jakarta: Pasarindo

Bunga Mas Nagari , 2002), h. 112 14

Dadang Hawari, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 9

Page 81: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

72

Allah, para korban penyalahgunaan narkoba akan memperoleh ketenangan hati dan

kesejukan jiwa, sehingga lambat laun gangguan kejiwaan terkikis habis.

3. Tahap Tajalli/ Penyempurnaan Diri

Tahap ini adalah kelahiran/ munculnya eksistensi yang baru dari manusia

yaitu perbuatan, ucapan, sikap, gerak-gerik, martabat dan status yang baru.15

Jika

pada tahap tahalli memfokuskan pada upaya memulai hubungan dengan manusia

maka dalam tahap tajalli memfokuskan hubungan dengan Allah. Dalam tahap ini

peningkatan hubungan dengan Allah. Cahaya Tuhan akan diberikan kepada

hambanya ketika hambanya itu telah terkendali, bahkan bias dilenyapkan sifat-sifat

yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat maksiat dan terlepasnya dari

kecenderungan kepada masalah keduniawian.16

Berdsasarkan dua konsep diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

persamaan dan perbedaan dalam bentuk rehabilitasi. Dalam hukum positif

rehabilitasi lebih menekankan kepada aspek kesehatan pecandu dan aspek

pengembalian fungsi sosial pecandu narkotika. hal ini dapat dilihat dari besarnya

penekanan terhadap upaya pemulihan medis dan pemulihan sosial.

Sedangkan dalam hukum Islam rehabilitasi selain menekankan aspek medis

dan aspek sosial juga memperhatikan aspek pemulihan rohani si pecandu

narkotika. hal ini dapat dilihat dari pentingnya taubat bagi para pecandu narkotika.

15

Amin Syukur, Pengantar Psikologi Islam, h. 100 16

M. Hamdan Bakran Aadz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka baru, 2004), h. 326

Page 82: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

73

taubat yang dimaksud bukan hanya pertaubatan terhadap manusia tetapi juga

kepada Allah SWT.

C. Pelaksana Rehabilitasi

Dalam aspek pelaksanaan rehabilitasi dalam hukum pidana positif terdapat

dalam pasal 56, 57 dan 58. Pasal 56 yang berbunyi: (1) Rehabilitasi medis Pecandu

Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. (2) Lembaga

rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau

masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah

mendapat persetujuan Menteri. Pasal 57 yang berbunyi: Selain melalui pengobatan

dan/atau rehabilitasi medis, penyembuhan Pecandu Narkotika dapat

diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan

keagamaan dan tradisional. Dan pasal 58 yang berbunyi : Rehabilitasi sosial

mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun

oleh masyarakat.17

Sedangkan hukum Islam memandang penyelenggaraan rehabilitasi haruslah

dilakukan oleh orang-orang yang ahli. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah

SAW

إذا أسند المر إلى غير قال قال كيف إضاعتها يا رسول الل إذا ضيعت المانة فانتظر الساعة

فانتظر الساعة أهله

17

Lihat Pasal 56,57 dan 58 Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Page 83: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

74

Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-

siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya;

„bagaimana maksud amanat disia-siakan? „ Nabi menjawab; "Jika urusan

diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (Bukhari –

6015).

Islam menekankan betul mengenai masalah penyerahan tanggung jawab atau

amanat terhadap orang yang benar-benar ahli dibidangnya. Islam melarang keras

penyerahan tanggung jawab kepada yang bukan ahli karena dapat mendatangkan

musibah. Musibah yang dimaksud ialah kerugian yang diakibatkan rusaknya

pekerjaan atau kesalahan-kesalahan dan kelalaian.

Adapun yang dimaksud dengan orang ahli dalam masalah rehabilitasi yang

berkaitan dalam hal-hal medis tentulah dokter spesialis yang menangani pecandu-

pecandu narkotika. Sedangkan yang melaksanakan rehabilitasi berupa pertaubatan

berkenaan mengenai sosial dilaksanakan oleh lembaga sosial. Sedangkan

pertaubatan kepada Allah SWT dilaksanakan oleh lembaga agama dalam hal ini

melalui pesantren dan lembaga agama.

Dalam aspek ini terdapat perbedaan dan persamaan dalam menentukan

siapa yang melaksanakan rehabilitasi. Persamaan dalam aspek pelaksana

rehabilitasi terletak dalam persetujuan menteri untuk melaksanakan rehabilitasi.

Perbedaan pelaksana rehabilitasi terletak pada tempat pelaksanaan, dalam

rehabilitasi medis dilaksanakan dirumah sakit tentunya dokter dalam hal ini.

Dalam bidang pembinaan sosial dilaksanakan oleh lembaga sosial dan masyarakat.

Page 84: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

75

Dan dalam bidang agama, hukum Islam selain menganjurkan rehabilitasi dibidang

medis dan sosial juga menganjurkan rehabilitasi dibidang keagamaan seseorang

yang dilaksanakan oleh lembaga agama atau pun pesantren.

Page 85: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis memaparkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab demi

bab, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari perumusan

masalah. Adapun beberapa kesimpulan tersebut, antara lain:

1. Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 bahwa Pecandu Narkotika dan

korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan

rehabilitasi sosial yang dilakukan dirumah sakit yang ditelah ditunjuk oleh

menteri dan rehabilitasi dilakukan oleh lembaga tertentu yang

diselenggarahkan oleh instansi pemerintah dan masyarakat boleh melakukan

rehabilitasi medis dan non medis seperti melalui pendekatan keagamaan dan

tradisional setelah mendapatkan persetujuan menteri.

2. Konsep hukum pidana Islam dalam melakukan rehabilitasi korban pecandu

narkoba memiliki tiga tahap pembersihan diri, pengembangan diri dan

penyempurnaan diri, ketrampilan dan keahlian tidak akan datang dan

bertambah dengan sendirinya tanpa adanya suatu latihan-latihan. Latihan-

latihan yang dilakukan dalam konsep rehabilitasi yang dimaksud berupa tahap

Takhalli, Tajall, Tahalli.

Page 86: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

77

3. Perbandingan antara UU dan hukum pidana Islam, pada dasarnya kedua

hukum ini saling melengkapi untuk melaksanakan rehabilitasi terhadap

korban pengguna narkoba dan juga sama-sama diatur oleh peraturan menteri,

namun dilihat dari sumber dan aspek pelaksanaan hukumnya penulis dapat

membedakan, hukum pidana positif bersumber kepada Undang-Undang

No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, sedangkan hukum pidana Islam

bersumber kepada Al-Qur’an, hadits, ijma dan jumhur ulama. Dan dilihat dari

aspek pelaksanaannya hukum yang telah diatur oleh UU pelaksaannya

dirumah sakit dan kalau hukum pidana Islam pelaksaanya bisa dilakukan di

pesanteren yang telah persetujui oleh peraturan menteri.

B. Saran-Saran

Adapun saran-saran yang dapat Penulis sampaikan, antara lain:

1. Narkoba atau khamr merupakan satu aspek yang memiliki dampak yang

hamper sama namun penulis mencoba memaparkan dampak negative atau

positif dari penggunaan narkoba dan khamr.

2. Pada dasarnya rehabilitasi dalam hukum pidana Islam itu tidak ada pada

zaman dahulu maka sulit bagi penulis mendefiniskan tentang rehabilitasi

menurut hukum pidana Islam, penulis hanya dapat mensubtansikan dengan

definisi menurut hukum positif.

3. Penulis ini masih banyak keterbatasan baik dari segi variabel yang digunakan

maupun waktu penelitian, sehingga diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk

Page 87: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

78

dapat melengkapi, mengembangkan, melanjutkan, maupun meneliti lebih jauh

tentang pengulangan tindak pidana dalam hukum Islam, baik mengenai sanksi

maupun yang lainnya.

Page 88: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ahyadi. Psikologi Agama Kepribadian Pancasila. Bandung: Sinar

Baru, 1987.

Adz –Dzaky, Hamdan Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta:

Fajar Pustaka, 2001.

Ali, Zainuddin. Hukum Pidana Islam, Cet. Ke-1, Jakarta: Sinar Grafika, 2007.

Ancok , Djamaludin, dan Fuad, Nashori Suroso. Psikologi Islami : Solusi atas

Berbagai Problem-problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Anwar, Yesmil dan Adang. Pembaharuan Hukum Pidana. Jakarta: Grasindo,

2008.

Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Jakarta:

Kencana Prenada, 2008.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Koleksi Hadis-Hadis Hukum, Cet.

Ke-3. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001.

Audah, Abdul Qadir. al-Tasyri’ al-Jinayi al-Islami, juz 1. Beirut: Daar el-Kitab,

T.th

Caplin, J.P. kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.

Daradjat, Zakiyah. Kesehatan Psikologi Islam. Jakarta: Hajimas Agung, 1998.

Daradjat, Zakiyah. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung

Agung, 2001.

Dikdik M. Arief Mansur dan Gultom, Elisatris. Urgensi Perlindungan Korban

Kejahatan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Zaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum, cet.

ke-1. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Harsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja. Jakarta : Bina Aksara, 1989.

Page 89: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

80

Hawari, Dadang. Al-qur’an ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa.

Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996

Hawari, Dadang. Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.

Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1997.

Hakim, M. Arief, Bahaya Narkoba Alkohol Cara Islam Mencegah, Mengatasi

dan Melawan, Majalengka: Nuansa, 2004

Ibnu Taimiyah, Ahmad, Majmu’ al-fatawa cet. I, Beirut: Dar al-Arabiyah, 1978

Kaligis, O.C., Narkoba dan peradilannya di Indonesia, Bandung: Alumni, 2002

Kairo, Tim Mu’jam Al-Lughah Al-Arabiyah. Mu’jam al-Wasit. Kairo: Daar al-

Da’wah, T.th.

Ma’luf, Lowis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-‘A’lam, Beirut: Dar al-Masyriq,

1975

Ma’ruf, M. Ridho, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, Jakarta : CV Marga

Jaya, 1978

Madani. Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum

Pidana Nasional, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Masum, Sumarno, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan

Obat, Jakarta: CV Haji Masagung, 1987

Moh. Taufik Makarao, Suhasril, dan Moh. Zakky A.S., Tindak Pidana

Narkotika, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005

Moh. Taufik Makarao. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Indonesia,

2003

Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung:

Alumni, 1992

Mulyadi, Lilik, Kapita Selekta Hukum Pidana, Kriminologi dan Victimologi,

Jakarta: Djambatan, 2007

Munawwir, Ahmad Warson, al-Munawwir kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta:

Pustaka Progressif, 1984

Najati, M. Ustman, Al-qur'an dan Ilmu Jiwa, Bandung: Pustaka, 1985

Page 90: KONSEP REHABILITASI TERHADAP PENGGUNA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30376/1/MUHAMM… · ILITASI TERHADAP PENGGUNA NARKOTIK. A. ... Hakim dapat mempertimbangkan

81

Nurwijaya, Hartati, Zullies Ikawati, dkk, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah

Kecanduannya, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009

Prakoso, Djoko, Bambang Riyadi Lany dan Muhksin. Kejahatan- Kejahatan

yang Merugikan dan Membahayakan Negara, Jakarta: Bina Aksara, 1987

Qardhawi, Yusuf, fatwa-fatwa kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2003

R.N.L. O’riodan, Sulaiman Al-Kumayyi, Seni Penyembuh Alami, Jakarta:

Pasarindo Bunga Mas Nagari , 2002

Sabiq, Sayyid, Fiqh al-sunnah, jilid ii, cet. iii, Beirut : Dar al-Fikr,1981,

Sasangka, Hari. Narkotika dan Pesikotropika dalam Hukum Pidana. Bandung:

Mandar Maju, 2003

Sujono, AR dan Daniel, Bony. Komentar dan Pembahasan Undang-Undang No

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Soedjono. D. Hukum Narkotika Indonesia, Bandung: Penerbit Alumni, 1987

Subagio, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta, 1991

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1990

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : Alumni, 2006

Suparni, Niniek Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan

Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, 1996

Supramono, Gatot, Hukum Narkoba Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2004

Syaltut, Mahmud, al-Fatawa Dirasah Musykilat al-Muslim al-Mu’ashirah fi

Hiyah Al-Yaumiyyah wa al-mmah, Qahirah: Dar al-Qalam, T. Th

Syarifuddin, Amir, Garis-garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003, Cet. Ke-2

Syukur, Amin, Pengantar Psikologi Islam, Semarang: Duta Grafika, 1991

____________ Pengantar Studi Islam, Semarang: Duta Grafika, 2000

____________ Tasawuf Sosial, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2004

Tongat, Pidana Kerja Sosial dalam Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia,

Jakarta : Djambatan, 2002

Undang-Undang No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.