konsep psikoterapi dalam al-quran (kajian tafsir tematik)
TRANSCRIPT
KONSEP PSIKOTERAPI DALAM AL-QURAN
(Kajian Tafsir Tematik)
Skripsi ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud)
Disusun Oleh :
Sri Mulya Nurhakiky
NIM. 10210417
PROGRAM STUDI SI
FAKULTAS USHULUDDIN PRODI TAFSIR HADITS
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA 2014 M/1435 H
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur selalu untuk Allah
SWT, pemberi rahmat dan petunjuk sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang bejudul “KONSEP
PSIKOTERAPI MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir
Tematik) ini dengan lancar guna meraih gelar Sarjana Strata
Satu (S.Ud) pada Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Tak lupa shalawat dan
salam penulis panjatkan kepada baginda Muhammad Saw.
yang telah membawa umat manusia dari zaman kebodohan
menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis
mendapatkan banyak hambatan yang sempat membuat down,
namun dengan adanya do’a restu dan motivasi juga semangat
dari orang-orang terdekat yang pada akhirnya penulis bisa
dengan bangga mempersembahkan skripsi ini kepada kedua
orang tua sebagai hasil kerja keras selama menuntut ilmu
disini. Terima kasih tak terhingga untuk Bapak H. Jaenudin
dan Ibu Aning Setiawati yang selalu mendo’akan dan memberi
dukungan baik secara materi maupun moril. Selanjutnya
dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih
kepada
1. Ibu Hj. Khuzaemah T. Yanggo
2. Ibu Hj. Maria Ulfah, MA selaku dekan fakultas
Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta atas
ilmu, bimbingan dan motivasinya kepada penulis dalam
banyak hal
3. Bapak DR. H. Ulinnuha, Lc, MA yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini
4. Segenap instruktur tahfizh dan para dosen Institute Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
5. Untuk yang selalu membantu, memotivasi serta mood
booster penulis sehingga skripsi ini akhirnya bisa
selesai.
6. Teman-teman satu angkatan Ushuludin “USIQ” yang
selalu saling memotivasi satu sama lain. I LOVE U
ALL
Kepada mereka semua penulis haturkan beribu-ribu terimak
kasih, semoga Allah Swt membalas semua kebaikan mereka
dengan pahala yang berlimpah di sisi-Nya, Amin..
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi ........................................................................................................
Pedoman Transliterasi ...................................................................................
Abstraksi ........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .............................
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................
E. Metodologi Penelitian dan Penulisan .................................................
F. Teknik dan Sistematika Penulisan .....................................................
BAB II : PSIKOTERAPI MENURUT TINJAUAN PARA AHLI
A. Pengertian Psikoterapi .......................................................................
B. Sejarah Singkat Psikoterapi ...............................................................
C. Aspek-Aspek Kajian Psikoterapi .......................................................
1. Objek Psikoterapi ........................................................................
2. Metode Psikoterapi .....................................................................
3. Permasalah Psikologis yang Dapat Diterapi ...............................
D. Pendekatan-Pendekatan dalam Psikoterapi ......................................
1. Psikoanalisis ...............................................................................
2. Behavioristik ..............................................................................
3. Humanistik ................................................................................
4. Kognitif .....................................................................................
5. Terapi Kelompok dan Keluarga ................................................
6. Psiko Religius ............................................................................
7. Psikoterapi Qurani ....................................................................
E. Tujuan dan Manfaat Psikoterapi .....................................................
BAB 111: PSIKOTERAPI PERSPEKTIF AL-QURAN
A. Isyarat Psikoterapi dalam Al-Quran ..............................................
B. Ayat-Ayat Psikis dalam Al-Quran ................................................
C. Penafsiran Ulama Terhadap Ayat-Ayat Psikoterapi dalam Al-Quran
........................................................................................................
D. Konsep Psikoterapi dalam Al-Quran .............................................
1. Terapi Jiwa Melalui Ruqyah .....................................................
2. Terapi Jiwa Melalui Sabar dan Shalat ......................................
3. Terapi Jiwa Melalui Puasa .........................................................
4. Terapi Jwa Melalui Dzikir dan Doa ...........................................
5. Terapi Jiwa Melalui Zakat dan Sedekah ....................................
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran memiliki banyak aspek keistimewaan dan kemukjizatan.
Salah satunya adalah mukjizat psikologis. Al-Quran diturunkan untuk mengubah
pandangan, kecenderungan dan perilaku manusia dan memberi petunjuk kepada
mereka untuk mengubah kesesatan dan kebodohannya dengan mengarahkan kepada
apa yang baik dan pantas, memberi pandangan baru tentang karakter dan misi
manusia dalam kehidupan, nilai dan moral baru, serta ide-ide tentang kehidupan.
Al-Quran merupakan sumber pedoman, bimbingan dan kekuatan bagi kaum
muslimin diseluruh penjuru dunia. Melalui Al-Quran, Islam membimbing manusia
menuju hidup sehat baik lahir maupun batin. Dalam Al-Quran mengandung daya
penyembuh. Berpedoman kepada Al-Quran dan Al-Sunnah, Islam membimbing
manusia menuju hidup sehat, yaitu perilaku takwa berupa perilaku yang ditandai
dengan ketaatan kepada sang Kh.ik sebagai konsep psikoterapi Islami.1
Terdapat banyak ayat dalam Al-Quran yang merujuk kepada analisis jiwa
manusia dalam berbagai konteksnya, sehingga menarik perhatian manusia untuk
melakukan pengkajian terhadap ilmu ini. Kenyataannya Al-Quran telah terlebih
dahulu mengkaji psikoterapi dengan menunjukan perhatian yang amat dalam terhadap
kepribadian manusia serta berbagai problem hidupnya melalui analisis terhadap
pikiran dan jiwa manusia. Inilah mukjizat kitab suci yang dianugerahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Al-Quran menganalisis keseluruhan aspek psikologi manusia,
bahkan setiap sudut dan relung benak manusia diungkapkan dengan jelas dalam
lembaran-lembaran kitab suci Al-Quran. Setiap aspek keadaan jiwa manusia bagai
sebuah buku yang terbuka. Oleh karena itu tidak salah dan tidak berlebihan jika
dinyatakan bahwa Al-Quran telah memberikan dasar-dasar psikoterapi dan
membukakan pintu hati dan pikiran manusia guna penelitian lebih lanjut demi
kepentingan umat manusia.2
Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan
standar tertentu. Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara yang
1 Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran, (Jakarta: UIN Jakarta Press 2004) h.
221.
2 Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran, (Bandung: Mizan, 2007), h. 305
2
terbukti berhasil mengatasi hambatan psikologis. Al-Quran menawarkan berbagai
macam psikoterapi yang menurut penelitian mutakhir modern sudah terbukti sangat
manjur dalam menyeimbangkan sisi kemanusiaan sehingga manusia mendapat
kehidupan yang tentram dan damai, sehingga tujuan penciptaannya untuk menghamba
tidak terganggu.3
Secara mengagumkan Al-Quran telah berhasil mempengaruhi kepribadian
manusia dan mengubahnya secara mendasar. Ringkasnya, Al-Quran telah mencapai
keberhasilan tiada banding diantara berbagai seruan keagamaan sepanjang sejarah
dalam melahirkan perubahan yang besar pengaruhnya terhadap kepribadian orang dan
masyarakat Islam.4
Al-Quran diyakini sebagai satu-satunya kitab suci yang memiliki energi daya
gugah yang luar biasa, serta semacam pengaruh yang dapat melemahkan dan
menguatkan jiwa seseorang. Peristiwa keislaman Umar bin Khattab RA menjadi bukti
kemukjizatan Al-Quran secara psikologis.
Ada lagi sebuah peristiwa lain. Kali ini tokohnya adalah „Utbah bin Rabi‟ah
yang diutus oleh kaum musyrik Makkah menghadap Nabi Muhammad Saw. setibanya
dihadapan Nabi, Nabi pun membacakan kepadanya beberapa ayat dari syrah Hamim,
As-Sajdah. „Utbah kembali ke kaumnya, dan dari kejauhan yang melihat „Utbah
berkata, “Abu Al-Walid („Utbah) datang dengan wajah yang berbeda dengan
wajahnya ketika berangkat.”
Rupanya ayat-ayat yang didengarnya berbekas dalam jiwanya, sehingga keadaannya
pun berubah.
Al-Quran merupakan terapi dan rahmat bagi orang-orang beriman, yakni dapat
menghilangkan sesuatu yang terdapat didalam hati berupa berbagai penyakit sepert
keragu-raguan, kemunafikan, kesyirikan dan kesesatan. Al-Quran dapat
menyembuhkan dari semua itu dan juga sebagai rahmat yang bisa didapatkan
daripadanya keimanan, hikmah, pencarian kebaikan dan keinginan padanya. Dan h.
ini tidak akan berlak kecuali bagi orang yang beriman kepadanya, membenarkannya,
dan mengikutinya, maka ia akan menjadi terapi dan rahmat.5
3 Ensiklopedia Mukjizat Al-Quran dan Hadis, Kemukjizatan Pikoterapi Islam, h. 3
4 Muhammad Usman Najati, Psikologi Qurani, (Bandung: Marja 2010) h. 259
5 Ahmad Husain Ali Salim, Terapi Al-Quran Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia, (Jakarta: Asta
Buana Sejahtera, 2006), h. 352)
3
Jiwa manusia itu memiliki karakteristik yang dilengkapi dengan kemampuan
dan rahasia yang tinggi. Karakteristik tersebut bisa dilihat dari emosinya, seperti
sedih, senang, takut, kecemasan, duka, kegelisahan, kesusahan dan perasaaan-
perasaan lain waktu tertentu. Perasaan-perasaan tersebut muncul ketika seseorang
menghadapi peristiwa-peristiwa menyakitkan dalam hidupnya karena adanya
perubahan kondisi psikologis yang terlihat dari fisiknya seperti, perubahan raut muka,
keluar keringat, tertawa, cemberut, dan tanda-tanda lainnya. Terkadang perubahan
terjadi sangat dalam yang dirasakan oleh jiwa seseorang seperti detak jantung yang
bergerak cepat, sesak nafas dan lain-lain. Para ahli berpendapat bahwa sejumlah
gangguan jiwa dan tekanan sosial yang terus menerus berdampak pada imunitas tubuh
dan munculnya penyakit tertentu. 6
Penyakit kejiwaan ini sangat banyak indikasinya. Dengan mengungkapkannya
melalui psikoterapi dan dibantu oleh penelitian yang dibutuhkan, maka akan
ditemukan apakah penderitanya dalam kondisi yang normal atau menderita sakit
jiwa.7
Sebagian penelitian menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kesembuhan
penderita penyakit jiwa yang diterapi dengan metode psikoterapi modern berkisar
60%-64%. Tentu tingkat itu belum bisa diterima apabila dibandingkan dengan
kesembuhan penderita penyakit jiwa yang tanpa menggunakan psikoterapi yang
berkisar 40%-60%. Ditambah lagi ada beberapa penderita yang bertambah buruk
kondisinya setelah diterapi dengan pengobatan psikoterapi. Disamping itu h.
terpenting yang harus kita lakukan ialah bukan sekedar terapi jiwa setelah terjadi.
Melainkan yang lebih penting dan lebih utama adalah melakukan pencegahan dari
penyakit itu. Minimal kita sekuat tenaga meminimalisasi terjadinya penyakit tersebut.8
Oleh karena itu Allah SWT menurunkan Al-Quran, karena di dalam Al-Quran
akan didapati banyak hikmah dan nasihat, baik dengan konsep pah.a, hukuman
maupun kisah yang semuanya ini dapat menjadi pelajaran guna perbaikan hati. Pada
saat itulah hati menginginkan sesuatu yang dapat bermanfaat baginya dan
menghindari segala sesuatu yang dapat membahayakannya. Dari sinilah hati akan
6 Hisham Th.bah dkk, Ensiklopedia Al-Quran Dan Hadis, (Bekasi: Sapta Sentosa 2008), h. 1-2
7 Ahmad Husain Ali Salim, Terapi Al-quran, h. 25
8 M. Usman Najati, Psikologi Qurani, (Surakarta: Aulia Press Solo, 2008), h. 322
4
menyukai pengarahan yang ada dan membenci kebatilan yang merusak setelah
sebelumnya ia sangat membenci segala arahan dan menyukai semua kebatilan.9
Al-Quran memang merupakan penyembuh dan rahmat bagi yang hatinya
dipenuhi keimanan, yang senantiasa membuka hatinya sehingga nilai-nilai Al-Quran
bersinar disana. Nilai-nilai Al-Quran itu akan melahirkan ketenangan, kenyamanan
dan rasa aman di hatinya. Ia merasakan kenikmatan yang tidak pernah dan tidak akan
bisa dirasakan oleh orang-orang yang lalai dari mengingat Allah. Di dalam Al-quran
sendiri terdapat banyak ayat yang menegaskan bahwa Al-Quran sebagai penyembuh,
diantaranya firman Allah SWT dalam surat Yunus10
(75: ]01[)سسة يس
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus [10] :57 ).
Dengan ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa pelajaran dan obat jiwa itu
ditawarkan kepada semua manusia (beriman maupun kafir). Siapapun dia yang
mengikuti pelajaran dan menggunakan obat itu akan memperoleh manfaat dan
keberuntungan berupa jiwa yang sehat. Sedangkan bagi orang beriman akan
mendapatkan nilai tambah berupa hidayah dan rahmat Allah. Sebaliknya, siapapun dia
(beriman/ kafir) bila menyia-nyiakan pelajaran dan tanpa peduli dengan obat (nilai-
nilai dan arahan) tersebut, tidak akan dapat menikmati manfaat dan keuntungannya.
Jiwanya menjadi labil dan tak kunjung matang walau usia terus beranjak tua.11
Suatu h. yang menjadi keyakinan setiap muslim bahwa Al-Quran Al-Karim
diturunkan Allah SWT untuk memberi petunjuk kepada setiap manusia,
menyembuhkan penyakit hati yang menjangkiti manusia. Namun apakah Al-Quran
dapat menyembuhkan penyakit jasmani.
Dalam h. ini, para ulama menukilkan dua pendapat : ada yang mengkhususkan
penyakit hati, ada pula yang menyebutkan penyakit jasmani dengan cara meruqyah
9 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Depok: Gema Insani 2005), h. 468.
10
Jamal Muhammad Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, ( Jakarta : penerbit zaman 2011)
h. 394.
11
Muhammad Thohir, 10 Langkah Menuju Jiwa Sehat, (Jakarta : Lentera Hati 2006), h. 37.
5
dan semisalnya. Ikhtilaf ini disebutkan oleh Qurthubi dalam tafsirnya dan juga Asy-
Syaukani dalam Fathul Qadir.
Al-Quran bukan sekedar menawarkan terapi untuk kejiwaan dan akal saja,
namun ia pun menawarkan penyembuhan bagi penyakit tubuh juga.12
Berikut ini bukti bacaan Al-Quran sebagai penyembuh jasmani dalam hadis yang
diriwayatan Imam Bukhari.
ذ ح أبي سعيذ حذثي مو ع ت أبي اى أبي بشش ع ب شعبت ع ذس حذث بشبس حذثب غ ب
ع اىخذسي سضي اىي
أح ا عيى حي أت سي عيي أصحبة اىبي صيى اىي بسب ب أ فبي يقش يبء اىعشة في
تقش ى ن ساق فقبىا إ اء أ د عن و مزىل إر ىذغ سيذ أىئل فقبىا عو حتى ىب ب
اى قطيعب ب جعيب فجعيا ى ا تجعيا ى و فبشأ فأت يت ع بزاق يج اىقشآ شبء فجعو يقشأ بأ
قبه فسأى فضحل سي عيي حتى سأه اىبي صيى اىي ب ببىشبء فقبىا ىب أخز ب أدساك أ
سقيت خ اضشبا ىي بس ب سا اىبخبسي .ز
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada
kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Bisyr dari Abu Al
Mutawakkil dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu bahwa beberapa orang
sahabat Nabi sh.lallahu 'alaihi wasallam mengadakan suatu perjalanan, ketika
mereka melewati salah satu perkampungan dari perkampungan Arab, orang-orang
kampung tersebut tidak menerima mereka, ketika sikap mereka masih seperti itu
seorang pemimpin mereka terkena sengatan kalajengking, lalu mereka pun berkata;
"Apakah diantara kalian ada yang mempunyai obat, atau seorang yang bisa
meruqyah?" lalu para sahabat Nabi pun berkata; "Sesungguhnya kalian tidak mau
menerima kami, maka kamipun tidak akan melakukannya sehingga kalian
memberikan imbalan kepada kami, " akhirnya mereka pun berjanji akan memberikan
beberapa ekor kambing."Lalu seorang sahabat Nabi membaca Ummul Qur`an dan
mengumpulkan ludahnya seraya meludahkan kepadanya hingga laki-laki itu sembuh,
kemudian orang-orang kampung itu memberikan kepada para sahabat Nabi beberapa
ekor kambing." Namun para sahabat Nabi berkata; "Kita tidak akan mengambilnya
hingga kita bertanya kepada Rasulullah sh.lallahu 'alaihi wasallam tentang h. ini, "
lalu mereka bertanya kepada Nabi sh.lallahu 'alaihi wasallam tentang pemberian itu
12 Musfir bin Said Az-Zahrani, Konseling Terapi, (Depok: Gema Insani 2005), h. 468.
6
hingga membuat beliau tertawa. Beliau bersabda: "Tidak tahukah bahwa itu ruqyah,
ambillah pemberian tersebut dan berilah bagiannya untukku." Hadis riwayat
Bukhari13
Konsep psikoterapi yang ditawarkan Al-Quran tidak hanya terbatas pada tiga
dimensi, yaitu fisik-biologi, kejiwaan dan sosio kultural seperti yang dikaji
psikoterapi modern, tetapi psikoterapi Al-Quran juga membahas dimensi kerohanian
dan spiritual, suatu wilayah yang belum dibahas oleh psikoterapi modern karena
perbedaan dasar pijakan.14
Terlampauinya batas keseimbangan dapat berbentuk gerak kearah berlebihan,
dan dapat pula kearah kekurangan. Dari sini dapat dikatakan Al-Quran
memperkenalkan adanya penyakit-penyakit yang menimpa hati dan yang menimpa
akal. Penyakit-penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap
angkuh, benci, dendam, fanatisme dan kikir yang antara lain disebabkan karena
bentuk keberlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesimisme, rendah diri
dan lain-lain adalah karena penyakit kekurangannya.
Penyakit rohani yang demikian itu sudah pula diderita oleh ummat manusia
dari sejak zaman dahulu kala. Nabi Muhammad SAW pada suatu hari pernah
menjumpai sahabat bernama Abu Umamah yang sedang dilanda penyakit jiwa berupa
kehilangan gairah hidup, pesimistis, dan tidak ada keberanian untuk mengambil
langkah. Menghadapi yang demikian itu Nabi Muhammad SAW mengajarkan sebuah
doa kepadanya, yaitu
اىجب اىبخو اىش اعبل غيبت اىذياىي اي اعربل اىعجز اىنسو
Ya Allah aku berlindung diri kepadaMu dari perasaan ragu-ragu, pesimistis, rasa
lemah kemauan, malas, pengecut, kikir, terlilit hutang dan diisolir oleh orang lain.
(H. R. Abu Umamah)15
Ibnu Taimiyah berpendapat mengenai pengaruh Al-Quran terhadap
penyembuhan beberapa penyakit kejiwaan. Ia mengatakan bahwa Al-Quran adalah
obat segala h. yang ada dalam hati. Di dalam Al-Quran juga terdapat hikmah, suri
tauladan, baik dengan janji ancaman, pujian maupun dengan kisah yang mengandung
hikmah untuk menyucikan hati, hingga hati itu akan mencintai h. yang positif dan
13 LIDWA , Bukhari, Kitab : Pengobatan, Bab : Jampi dengan surat Alfatihah, No. Hadist : 5295
14
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, (Bogor: Kencana 2003), h. 67
15
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran, (Jakarta: UIN Jakarta Press 2004) h.
230.
7
membenci segala h. yang negatif. Hati jadi cenderung mencintai kebenaran dan
membenci kesalahan. Al-Quran pun dapat menyembuhkan penyakit yang timbul
karena keinginan yang buruk.16
Suatu ketika, Syaikh Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah ditanya, “Wahai Syekh,
seseorang mendapatkan musibah. Ia sadar, bila musibah itu berlangsung terus
menerus, rusaklah nasibnya di dunia dan di akhirat. Ia telah berusaha dengan
sungguh-sungguh mencegah musibah tersebutdengan berbagai cara. Akan tetapi,
musibah tesebut malah semakin menjadi-jadi. Maka, bagaimanakah ia harus
mengatasinya? Bagaimanakah ia melepaskan diri dari musibah tersebut?”
Syaikh Imam Ibn Qayyim menjawab, “Alhamdulillah. Dengarkanlah wahai
saudaraku, telah ditetapkan hadis Nabi yang termasuk hadis Bukhari. Diceritakan
bahwa Abu Hurairoh menyampaikan sabda Nabi.
ب ازه الله داء الا ازه ى شبء
“Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya.”
Penyakit yang akan dibahas disini meliputi penyakit hati, ruh, dan badan serta
obat-obatnya. Nabi muhammad mengategorikan kejahilan sebagai penyakit, dan
obatnya adalah bertanya atau belajar kepada orang pandai.17
Selain sebagai potret jiwa dan raga, Al-Quran juga berfungsi sebagai
obat/terapi psikologis. Efek penyembuhan dengan memperdengarkan ayat-ayat Al-
Quran atau meminta pasien untuk membacanya, terbukti sangat luar biasa.
Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menerangkan tentang konsep psikoterapi,
dan menjadi ayat penyembuh bagi jasmani dan rohani, tetapi penulis belum
menemukan suatu buku khusus yang menjelaskan secara detail tentang konsep
psikoterapi Al-Quran bagi kita.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mendalami lebih lanjut tentang Konsep
Psikoterapi menurut Al-Quran ini, karena menyadari akan pentingnya psikoterapi
yang bernafaskan islam, terutama bagi mereka yang beragama islam, dimana
kebutuhan manusia terhadap ketentraman hidup kadang-kadang sulit dicapai, karena
16 Muhammad Usman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru 2004)
h. 360.
17
Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Terapi Penyakit Hati, (Jakarta : Qisthi Press 2006), cet ke-4, h. 1-3
8
adanya kendala dari dalam diri dan dari luar yang sukar dihindarkan. Al-Quran
mengandung banyak petunjuk dalam segala bidang kehidupan, maka untuk menjaga
agar mereka jangan sampai mengalami penderitaan yang lebih jauh, bimbingan Allah
yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah dapat digunakan oleh setiap orang yang
memahaminya dan dapat pula dimanfaatkan oleh para ahli di bidang psikoterapi
islami.18
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka penulis dapat
mengidentifikasi beberapa masalah diantaranya:
1. Pengertian psikoterapi
2. Terapi menurut Al-Quran
3. Bentuk dan teknik psikoterapi dalam Al-Quran
4. Masalah yang dapat disembuhkan melalui psikoterapi
5. Al-Quran memandang masalah kesehatan psikis
6. Tujuan dan manfaat psikoterapi
Agar penjelasan tidak meluas dan langsung pada pokok pembahasan, maka
penulis membatasi penelitian ini pada masalah: Bentuk dan teknik psikoterapi dalam
Al-Quran.
Oleh karena itu rumusan masalah skripsi ini adalah: Bagaimana bentuk dan
teknik psikoterapi dalam Al-Quran ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk membahas lebih dalam mengenai bentuk
dan teknik psikoterapi menurut Al-Quran. Dengan penelitian ini diharapkan akan
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang mukjizat Al-Quran terhadap
aspek psikologis. Karena banyak masyarakat modern ini yang hidupnya jauh dari
agama, jauh dari Al-Quran, padah. dengan membaca Al-Quran hidup akan lebih
tentram.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
18 Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islami, (Jakarta: Bulan Bintang 2002) h. 25.
9
1. Untuk menambah Khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam h. psikoterapi
2. Untuk mengetahui bagaimana Al-Qur‟an memandang psikoterapi
3. Untuk mengetahui penyakit apa saja yang dapat disembuhkan melalui psikoterapi
Al-Quran
4. Untuk mengetahui aspek medis yang terkandung melalui ibadah-ibadah yang
disebutkan dalam Al-Quran
5. Untuk lebih meyakinkan diri kita bahwa Al-quran merupakan mukjizat yang nyata
diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.
6. Menambah keimanan dan kecintaan kita terhadap Al-Quran.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk pembuktian keaslian penelitian ini, selama proses pembuatannya
penulis telah melakukan tinjauan pustaka. Dalam h. ini, penulis menemukan beberapa
karya ilmiyah yang berkaitan dengan psikoterapi dalam Al-Quran. Namun, penulis
tidak menemukan buku atau karya ilmiyah yang berjudul sama. Diantara karya
ilmiyah yang berkaitan dengan psikoterapi adalah sebagai berikut:
1. Psikologi dalam Perspektif Hadis karya Muhammad Usman Najati. Penerbit
Pustaka al-Husna Baru tahun 2004. Pembahasan psikologi dalam perspektif hadis
ini membahas pengetahuan tentang psikologi atau ilmu jiwa menurut perspektif
hadis mulai dari tingkah laku, emosi, masa pertumbuhan, kepribadian, dll. Di
bagian terakhir buku ini membahas sedikit tentang psikoterapi atau pemulihan jiwa
tetapi menurut perspektif hadis.19
2. Ilmu Jiwa dalam Al-quran karangan Muhammad Usman Najati. Penerbit Pustaka
Azzam tahun 2005. Dalam buku ilmu jiwa dalam Al-Quran ini pembahasan nya
sama dengan psikologi dalam perspektif hadis. Bab pembahasannya pun sama.
Dan di bab terakhir ada pembahasan psikoterapi menurut Al-Quran tetapi hanya
sedikit pembahasannya.20
3. Psikologi Qurani, karya Muhammad Usman Najati. Penerbit Marja tahun 2010.
Masih pengarang yang sama, buku ini menjelaskan tentang psikologi Al-Quran.
Membahas macam-macam emosi yang terjadi pada manusia dan sudah tertuliskan
dalam Al-Quran. Pada bab akhir pembahasan dalam buku ini menjelaskan sedikit
19
Muhammad Usman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru
2004)
20
Muhammad Usman Najati, Ilmu Jiwa dalam Al-quran, (Jakarta:Pustaka Azzam 2005)
10
tentang psikoterapi dalam Al-Quran, tetapi tidak membahas secara lengkap. Bab
serta pembahasannya pun tidak jauh berbeda dengan yang sudah di tulis sebelum-
sebelumnya.21
4. Buku induk mukjizat kesehatan ibadah yang merupakan karya Dr. Jamal Elzaky.
Merupakan buku yang membahas tentang kesehatan-kesehatan jasmani yang kita
dapatkan apabila kita beribadah. Kesehatan rohani atau jiwa yang dibahas tidak
terlalu banyak.22
5. Terapi Penyakit Hati merupakan buku karangan Syekh Ibnul Qayyim Al-Jauzi.
Buku ini menerangkan penyakit-penyakit hati yang banyak dialami kita dan terapi
terapi apa saja yang dapat dijadikan penyembuhan bagi kita. Juga berisi nasihat-
nasihat agar hati selalu sehat.23
6. Ensiklopedi Al-Quran
Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menghimpun semua sumber yang
penulis dapatkan tentang psikoterapi dalam Al-Quran dari buku-buku yang penulis
dapatkan, baik itu buku-buku islami ataupun buku psikologi umum dan dilengkapi
dengan ayat-ayat Al-Quran beserta penafsirannya.
E. Metodologi Penelitian dan Penulisan
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kepustakaan (library research),
yaitu dengan menjadikan Al-Qur‟an sebagai sumber primer. Untuk membahas
persoalan, penulis menggunakan metode maudhu’i (tematik) sebagai salah satu
metode tafsir Al-Qur‟an. Untuk memahami makna secara mufradat, penulis
memperguanakan mu’jam dan kamus-kamus lain yang diperlukan agar dapat
memaknai secara tepat.
2. Sumber Penelitian
Disamping itu penulis juga mengkaji hasil kajian ilmiah yang sesuai pokok
pembahasan ini dari pakar yang dapat dipertanggungjawabkan. Namun, demikian
penulis masih tetap menggunakan Al-Qur‟an sebagai referensi utama (primer),
juga menggunakan sejumlah referensi sekunder dari kitab-kitab tafsir dan hadis
21 Usman Najati, Psikologi Qurani, (Bandung: Marja 2010)
22
Jamal Muhammad Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, ( Jakarta : penerbit zaman 2011)
23
Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Terapi Penyakit Hati, (Jakarta : Qisthi Press 2006)
11
yang dapat menunjang penelitian, diantaranya adalah Tafsir al-Qurthuby karya
Imam Al Qurthubi, tafsir At-Thabari, karya-karya Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauzi,
dan beberapa karya tafsir lainnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data secara dokumentatif
dari berbagai sumber di beberapa perpustakaan serta mencari informasi terkait dari
berbagai artikel di internet sebagai bahan yang selanjutnya ditelaah secara intens
sehingga dapat mendukung dalam kejelasan dan pembuktian suatu masalah.
Metode ini juga disebut juga dengan teknik dokumentasi, yaitu mencari data
mengenai h. atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, dan
sebagainya. Teknik ini merupakan penelaahan terhadap renfrensi-renfrensi yang
berhubungan dengan permasalahan penelitian.
4. Metode Analisis Data
Penerapan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analisys) berisi
ayat-ayat Al-Qur‟an yang berawal dari identifikasi. Uraian ayat-ayat tersebut
didukung oleh hadis-hadis Rasulullah yang digali dari berbagai kitab-kitab hadis.
Serta pandangan mufassir terhadap penafsiran yang berhubungan dengan ayat-ayat
psikoterapi
5. Validitas Data
Untuk membuktikan penelitian yang dilakukan oleh penulis itu bisa dijadikan
sebuah karya ilmiyah, maka dalam penelitiannya penulis mengumpulkan data-data
yang dianggap valid untuk dijadikan referensi. Data-data tersebut berupa data
primer dan data skunder seperti yang dijelaskan pada sumber penelitian.
F. Teknik dan Sistematika Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini dengan menggunakan buku pedoman penulisan
skripsi yang diterbitkan IIQ.
Adapun sistematikanya untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini,
penulis membagi pembahasan menjadi empat bab, dengan sistematika sebagai
berikut:
12
Bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang
masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, manfaat/tujuan penelitian,
metode penelitian dan penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan pembahasan yang terdiri dari: Pengertian Psikoterapi,
dalam pembahasan ini penulis mencari pengertian psikoterapi menurut pakar-pakar
psikologi. Sejarah Singkat Psikoterapi, dalam meneliti keilmuan kita harus
mengetahui sejarah asal mula berdirinya ilmu tersebut. Dalam pembahasan ini penulis
mengambil sejarah psikoterapi umum yang dikutip dari buku-buku psikologi. Aspek-
aspek kajian Psikoterapi, Pendekatan-pendekatan dalam Psikoterapi, serta yang
terakhir dalam bab ini ialah Tujuan serta Manfaat Psikoterapi.
Bab ketiga merupakan pembahasan mengenai: Isyarat Psikoterapi dalam Al-
Quran, Ayat-ayat psikis dalam Al-Quran, Penafsiran Ulama terhadap ayat-ayat
psikoterapi dalam Al-Quran, Konsep Psikoterapi Al-Quran.
Bab empat atau bab terakhir dalam penulisan skripsi ini yaitu bab penutup
yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Dan kemudian dilanjutkan dengan daftar
pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah, Psikoterapi Islami, Jakarta: Bulan Bintang 2002
Ghazali, Syeikh Muhammad, Tafsir Tematik dalam Al-Quran, Jakarta: Gaya Media
Pratama 2005
13
Salim, Ahmad Husain Ali, Terapi Al-Quran Untuk Penyakit Fisik dan Psikis
Manusia, Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2006
Al-Jauzi, Ibnul Qayyim, Terapi Penyakit Hati, Jakarta : Qisthi Press 2006
Najati, Muhammad Usman, Ilmu Jiwa dalam Al-quran, Jakarta:Pustaka Azzam 2005
Najati, Muhammad Usman, Psikologi Qurani, Bandung: Marja 2010
Najati, Muhammad Usman, Psikologi dalam Perspektif Hadis, Jakarta: Pustaka al-
Husna Baru 2004
Nata, Abudin, Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran, Jakarta: UIN Jakarta
Press 2004
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan 2007
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran Tentang Zikir dan Doa, Jakarta: Penerbit
Lentera Hati 2008
Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif, Bogor: Kencana 2003
Th.bah, Hisham dkk, Ensiklopedia Al-Quran Dan Hadis, Bekasi: Sapta Sentosa
2008
Thohir, Muhammad, 10 Langkah Menuju Jiwa Sehat, Jakarta : Lentera Hati 2006
Az-Zahrani, Musfir bin Said, Konseling Terapi, Depok: Gema Insani 2005
Elzaky, Jamal Muhammad, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, Jakarta :
penerbit zaman 2011
LIDWA, Pustaka Hadis
13
BAB II
PSIKOTERAPI MENURUT TINJAUAN AHLI
A. Pengertian Psikoterapi
Definisi Psikoterapi istilah psikoterapi mempunyai pengertian cukup banyak
dan kabur, terutama karena istilah tersebut digunakan dalam berbagai bidang
operasional ilmu empiris seperti psikiatri, psikologi, bimbingan dan penyuluhan, kerja
sosial, pendidikan dan ilmu agama.
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata psyche dan therapy.
Psyche mempunyai beberapa arti antara lain :
1. Jiwa dan hati
2. Dalam mitologi Yunani psyche adalah seorang gadis cantik yang bersayap
seperti kupu-kupu. Jiwa digambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol
keabadian
3. Ruh, akal dan diri
4. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan nafs, dengan bentuk
jama’nya nufus. Ia memiliki beberapa arti diantaranya jiwa, ruh, darah, jasad,
orang, diri sendiri.
Dari beberapa arti etimologis tersebut, dapat dipahami bahwa psyche atau
nafs adalah bagian dari diri manusia dari aspek yang lebih bersifat rohani dan paling
tidak lebih banyak menyinggung sisi yang dalam dari eksistensi manusia ketimbang
fisik atau jasmaniyahnya.1
Sedangkan menurut istilah, Psikoterapi adalah pengobatan penyakit dengan
cara kebatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental
atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari atau penyembuhan lewat
keyakinan agama, dan diskusi personal dengan para guru atau teman. Lewis R.
Wolberg. MO (1997) dalam bukunya Hamdani Bakran yang berjudul Konseling dan
Psikotrapi Islam mengatakan bahwa: Psikoterapi adalah perawatan dengan
menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan
1 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, (Jakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 223
14
emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional
dengan pasien, yang bertujuan:
(1) menghilangkan, mengubah atau menemukan gejala-gejala yang ada
(2) memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak, dan
(3) meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan yang positif. 2
Orang yang melakukan psikoterapi disebut Psikoterapis (Psychotherapist).
Seorang psikoterapis bisa dari kalangan dokter, psikolog atau orang dari latar
belakang apa saja yang mendalami ilmu psikologi dan mampu melakukan psikoterapi.
Psikoterapis merupakan istilah umum untuk menyebut semua orang yang melakukan
psikoterapi. Psikoterapi bisa diartikan sebagai suatu interaksi antara dua orang atau
lebih yang hasilnya adalah mengubah pikiran, perasaan atau perilaku seseorang
menjadi lebih baik.
Psikoterapi merupakan proses interaksi formal antara dua pihak atau lebih,
yaitu antara klien dengan psikoterapis yang bertujuan memperbaiki keadaan yang
dikeluhkan klien. Seorang psikoterapis dengan pengetahuan dan keterampilan
psikologisnya akan membantu klien mengatasi keluhan secara profesional dan legal.
Psikoterapi kadang diidentikkan dengan psikoanalisis, yaitu suatu cara untuk
menganalisis jiwa seseorang dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Psikoterapi
juga diartikan dengan penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit mental
atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri. Sebenarnya psikoterapi bukan hanya
untuk pengobatan, tetapi juga untuk upaya pencegahan dan konstruktif, demikian
pendapay Carl Jung.3
Psikoterapi adalah proses profesional dengan kode etik tertentu. Jadi kalau
mahasiswa bertemu dan ada temannya yang ingin konsultasi kemudian mahasiswa
tersebut memberi tahu cara pemecahannya langsung saat itu, tanpa asesment yang
adekuat, hal itu tidak dapat disebut psikoterapi. Ada aturan-aturan tertentu kalau
proses itu psikoterapi. Antara lain aturan itu menyangkut biaya, waktu, tempat, alat-
2 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, (Jakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 228
3 Frieda Fordman, Pengantar Psikologi Carl. G. Jung, (Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1988), h. 69
15
alat yang digunakan, teknik-teknik yang diterapkan, landasan teori yang mendasari
proses terapi. Jadi kalau suatu interaksi antara teman jelas bukan proses terapi,
meskipun interaksi membawa perubahan.4
Dikatakan dalam buku Singgih Dirga Gunarsa: "Dalam Oxford English
Dictionary, perkataan “psychotherapy” tidak tercantum tetapi ada perkataan
“psychotherapeutic” yang diartikan sebagai perawatan terhadap sesuatu penyakit
dengan mempergunakan tehnik psikologis untuk melakukan intervensi psikis".
Dengan demikian perawatan melalui tehnik psikoterapi adalah perawatan yang
secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik
terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian.
Sebagaimana diketahui, bahwa perawatan terhadap penderita seperti tersebut ini, juga
dapat dilakukan dengan pendekatan dari bidang Kedokteran, antara lain dengan
farmakoterapi.5
Psikoterapi adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari pengaruh faktor-
faktor psikologis dari bagaimana orang tetap menjaga kesehatannya, mengapa orang
menjadi sakit dan bagaimana tanggapan mereka ketika menjadi sakit. Sementara itu
psikoterapi islami merupakan cara psikoterapi yang melandaskan citra manusia
menurut ajaran islam. Dalam pandangan islam, manusia merupakan khalifah di muka
bumi yang memiliki fitrah yang suci dan beriman. Manusia bukan hanya sekumpulan
daging melainkan memiliki roh yang berasal dari Tuhannya. Dengan demikian
manusia selalu memiliki interaksi yang khusus dengan Tuhannya. Psikoterapi islami
menggunakan Al-Quran dan hadist sebagai ladasan utamanya.6
Diakui atau tidak, banyak orang yang sebenarnya telah banyak mengidap
penyakit jiwa, namun ia tidak sadar akan penyakitnya. Bahkan ia tidak mengerti dan
memahami bagaimana seharusnya yang diperbuat untuk menghilangkan penyakitnya.
Karenanya dibutuhkan pengetahuan tentang psikoterapi. Psikoterapi berbeda dengan
pengobatan tradisional yang sering memandang gangguan psikologis sebagai
gangguan kena sihir, kesurupan atau karena roh jahat. Anggapan-anggapan yang
4 M.A. Subandi, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar Offset, 2002), h. 5
5 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Gunung Mulia, 1992), h. 154-155
6 Aliah B.Purwakania, Pengantar Psikologi kesehatan Islami, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
2008), h. 6-7
16
kurang tepat tersebut karena sebagian masyarakat terlalu mempercayai tahayul dan
kurang wawasan ilmiahnya.7
Dalam psikoterapi, gangguan psikologis diidentifikasi secara ilmiah dengan
standar tertentu. Kemudian dilakukan proses psikoterapi menggunakan cara-cara
modern yang terbukti berhasil mengatasi hambatan psikologis. Dalam psikoterapi
tidak ada hal-hal yang bersifat mistik. Klien psikoterapi juga tidak diberi obat, karena
yang sakit adalah jiwanya, bukan fisiknya.
Psikoterapi bukan untuk menangani orang gila (orang yang rusak otaknya).
Justru psikoterapi hanya digunakan untuk menangani orang yang waras yang sedang
mengalami masalah psikologis, atau untuk membantu orang normal yang ingin
meningkatkan kemampuan pikiranya. Sedangkan penanganan orang gila adalah
urusan rumah sakit.
Dalam sesi psikoterapi, akan membahas dan menganalisa hambatan psikologis
yang ada dalam diri klien, kemudian mencari pemecahannya dengan cara menerapkan
metode psikoterapi yang paling cocok. Psikoterapi hanya bisa dilakukan apabila klien
ingin disembuhkan atau ingin berubah. Psikoterapi tidak bisa dipaksakan kepada
orang yang tidak mau dibantu.8
B. Sejarah Singkat Psikoterapi
Dari semua cabang ilmu kedokteran, maka cabang ilmu kedokteran jiwa
(psikiatri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan
agama. Bahkan di dalam mencapai derajat kesehatan yang mengandung arti keadaan
kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik temu antara kedokteran
jiwa, di satu pihak dan agama di lain pihak.9
Tak dapat dipungkiri bahwa teori dan praktek psikoterapi yang dikenal
sekarang ini tidak lain adalah merupakan produk dari masyarakat barat. Jelas memang
7 M. Surya, Teori-teori Konseling, (Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy, 2003), h.21
8 Sunardi Permanarian & M. Assjari. Teori Konseling (Bandung: PLB FIP UPI 2008), h.17
9 Dadang Hawari, Al-quran, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1995), h. 11.
17
lahirnya suatu teori atau metode pendekatan pendekatan psikoterapi tidak dapat
dipisahkan dari kondisi dan situasi serta nilai-nilai budaya masyarakat barat.10
Psikoterapi berawal dari upaya menyembuhkan pasien yang menderita
penyakit jiwa. Berabad-abad yang lalu orientasi mistik,upaya mengusir roh jahat
dengan cara tidak manusiawi (mengisolasi, mengikat, memasung, memukul).
Menyembuhkan orang sakit melalui pengaruh hubungan seseorang dengan orang lain
sudah lama dilakukan setua umur manusia di dunia ini dengan menanamkan atau
meningkatkan perasaan sehat. Bentuk penyembuhan di atas kemudian disebut dengan
psikoterapi. Penyembuhan pada masa jauh sebelum masehi dilakukan dengan
menggunakan kekuatan-kekuatan misalnya yang dimiliki oleh sesepuh, orang pintar
atau tokoh agama.
Pada zaman yunani kuno (600 SM – 600 M) muncul Aristoteles (384 SM –
322 SM) dan Hipocrates (460 SM – 377 SM) sebagai bapak dari ilmu kedokteran
modern menggunakan metode observasi, pengontrolan dan penyimpulan rasional dari
suatu gejala, rekreasi, istirahat, berpantang makan, pemijatan dan latihan fisik. Pada
abad pertengahan (600 – 1500 M) pengaruh Hipocrates mulai tenggelam saat zaman
Romawi yang mengedepankan kekuatan-kekuatan supranatural.11
Pada abad ke-18
perhatian terhadap cara merawat penderita sakit jiwa meingkat. Penderita
diperlakukan lebih manusiawi, tempat penampungan orang sakit berubah menjadi
rumah sakit Pjilipe Pinel di Prancis memperkenalakan pendekatan sikap ramah di
rumah sakit. Pada awal abad ke-19 muncul latihan penguasaaan diri sebagai teknik
perubahan perilaku , teknik ini berawal dari teknik hukuman untuk mengubah dan
merekontruksi seseorang agar kembali kepada keadaan sebelumnya. Salah seorang
psikiater bernama Benyamin Rush (1745 M – 1813 M) menggunakan teknik tersebut
untuk merawat penderita penyakit “mania” padahal ia adalah pelopor perubahan
pendekatan dengan dasar kemanusiaan pada penderita sakit jiwa.
Dhorotea Lyde (1802 M – 1887 M) sebagai tokoh perubahan lain memprotes
perlakuan-perlakuan keras dan kejam terhadap penderita sakit jiwa dan menurutnya
mereka juga mempunyai kebutuhan akan kebebasan fisik. Pengaruh pendekatan
kemanusaiaan, diantaranya muncul teknik hipnotis atau sugesti untuk mengubah
dorongan-dorongan psikis pada penderita neuroti seperti pada penderita histeria. Pada
abad ke-19 teknik hipnotis juga dapakai oleh Jean Martin Charcot (1825-1983) dan
10Subandi, psikologi Islam, (Surakarta: Muhamadiyah University Press, 1996), h. 73
11
Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo, 1992), h. 32
18
Hippolyte Bernheim (1840-1919) yang orientasinya lebih jelas bahwa ganguan-
ganguan kejiwaaan psikologis (yang terdapat di alam bawah sadar). Pemahaman
tersebut kemudian melahirkan Sigmun Frued (1856-1939) yang melakukan revolusi
dalam dunia psikoterapi yakni psikoanalisis sebagai teknik psikoterapi. Pengaruh
Frued bagitu lama sampai dengan tahun60-an dan banyak pusat-pusat yang
mempelajari teknik tersebut. Permasalahan yang dihadapi klien adalah konflik yang
ditekan atau ditahan (repressed) di dalam alam tak sadar. Kemudian untuk mencapai
kesembuhan , hal-hal yang ditekan atu ditahan dalam alam tidak sadar dikeluarkan
(uncovering unlocking prosses) untuk diketahui dan kemudian dianalisis dan
interpretasi.12
Ilmu kesehatan mental atau psikoterapi ini berkembang pesat terutama setelah
perang dunia ke 2 yang dampaknya sangat parah terhadap mental bangsa Eropa dan
Amerika. Psikoterapi merupakan bagian objek dari kajian psikologi agama (Pastoral),
yang dalam perkembangannya kemudian menjadi ilmu terapan.13
Sebagai dampak modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pola hidup/ gaya hidup masyarakat negara maju sudah berubah, dimana
nilai-nilai moral, etika, agama dan tradisi lama ditinggalkan karena dianggap usang.
Kemakmuran materi yang diperoleh ternyata tidak selamanya membawa kepada
kesejahteraan (well being). Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat negara maju
telah kehilangan aspek spiritual yang merupakan kebutuhan dasar setiap manusia,
apakah ia seorang beragama ataupun seorang yang sekuler sekalipun. Kekosongan
spiritual, kerohanian dan rasa keagamaan inilah yang menimbulkan permasalahan
psikososial di bidang kesehatan jiwa. Sehubungan dengan hal itu para ahli kini
berpendapat bahwa manusia bukanlah mahluk biopsikososial semata, melainkan
biopsikososio spiritual.14
Pada tahun 60-an psikoanalisis mulai memudar yang kemudian diikiti dengan
munculnya psikolologi klinis dan psikologi konseling sebagai reaksi dari perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat setelah perang dunia kedua. Carl Rogers yang
merubah pendekatan konseling tidak langsung (nondirective conseling) dan
pendekatan terpusat pada klien (Clien Centris Approach) yang kemudian menjadi
Person Centred approach. Pada saat hampir bersamaan muncul terapi perubahan
12 Henrikus, Sejarah Psikoterapi ppt.,
13
Dadang Hawari , Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa ( Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa 1995), h. 34
14
Dadang Hawari , Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, h. 13
19
perilaku (Behaviour Therapy) sebagai teknik yang berlawanan dengan psikoanalisis.
Dan pada akhir tahun 50-an dan 1960 mulai banyak mendapatkan sambutan, masalah
perilaku dipahami sebagai sebagai gejala yang muncul dan dapat bisa diubah dan
kemudian mempengaruhi keseluruhan kepribadian individu yang bersangkutan.15
Tak diragukan lagi bahwa psikoterapi barat telah mengalami kelesuan sampai
sekarang dalam menerapi penyakit-penyakit jiwa dan bahayanya. Bahkan dari sekian
banyak kasus yang ada menunjukan bahwa para psikitiater itu sendiri adalah orang-
orang yang terkena penyekit jiwa, sehingga mereka perlu unutk diterapi terlebih
dahulu sebelum menerapi orang lain. Malah ada sebagaian psikiater yang melakukan
bunuh diri. Pada bulan mei 1975 seorang psikolog Amerika yang bernama Gicub
Morino melakukan bunuh diri pada usia 70 tahun. Rahasia bunuh diri yang dilakukan
beberapa psikiater di barat merujuk kepada sebab yaitu hilangnya kepercayaan kepada
Allah. Kelemahan keimanan yang melanda para psikolog dan ketidaktahuan mereka
akan Allah dengan sebenar-benarnya menyebabkan hilangnya kepercayaan psikiater
terhadap dirinya sendiri, hancurnya nilai-nilai akhlak dan sifat luhur di kalangan
mereka.16
C. Aspek-Aspek Kajian Psikoterapi
Psikoterapi mengandung arti ganda. Pada satu sisi ia mengandung arti yang
jelas yaitu satu bentuk terapi psikologis. Tetapi pada segi lain ia menunjuk pada
sekelompok terapi psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis
pada suatu titik dan konseling pada titik lainnya. Psikoterapi fokus pada masalah
penyembuhan-penyesuaian-pengobatan. Psikoterapi juga dijalankan berdasarkan ilmu
atau teori kepribadian.17
Terkait dengan aspek-aspek yang dikaji dalam psikoterapi, penulis telah
menghimpun dari berbagai literatur ilmiah yang penulis dapatkan. Kajian psikoterapi
yang ingin penulis sampaikan antara lain sebagai berikut:
15 Lynn Wilcox, Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003) h. 22
16
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik, (Jakarta: Mizan Publika, 2004), h. 133-135
17
Andi Mappiare, pengantar konseling dan psikoterapi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada) h. 20
20
1. Objek Psikoterapi
Sasaran atau objek yang menjadi fokus penyembuhan, perawatan, atau
pengobatan dari psikoterapi adalah manusia secara utuh, yakni yang berkaitan
atau menyangkut dengan gangguan pada:
a. Mental, yaitu yang berhubungan dengan fikiran, akal, ingatan atau proses yang
berasosiasi dengan fikiran, akal, dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas
berfikir, tidak mampu berkonsentrasi, picik, tidak dapat mengambil suatu
keputusan dengan baik dan benar bahkan tidak memiliki kemampuan
membedakan antara yang halal dan haram, yang bermanfaat dan yang
mudharat serta yang hak dan yang batil.18
b. Spiritual, yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa,
religius, yang berhubungan dengan agama, keimanan, dan yang menyangkut
dengan nilai-nilai transendental. Seperti syirik, nifak, fasik dan kufur.19
c. Moral, yaitu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya
lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
pertimbangan atau penelitian atau watak yang terjabarkan dalam bentuk
berfikir, berbicara, bertingkah laku dan sebagainya.20
Moral, akhlak atau tingkah laku merupakan ekspresi dari kondisi mental dan
spiritual. Ia mncul dan hadirsecara sepontan dan otomatis dan tidak dapat
dibuat-buat atau direkayasa.
d. Fisik (Jasmaniah), tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan
psikoterapis islam, kecuali memang ada izin Allah SWT. Tetapi adakalanya
sering dilakukan secara kombinasi dengan terapi medis atau melalui ilmu
kedokteran pada umumnya.21
Gangguan pada fisik adakalanya muncul akibat
perubahan jiwa yang disebabkan oleh keadaan-keadaan tertentu yang bersifat
fluktuatif.
Jiwa manusia memiliki karakteristik yang dilengkapi dengan
kemampuan dan rahasia yang tinggi. Karakteristik tersebut bisa dilihat dari
18 M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, (Jakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001), h. 237
19
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, h. 240
20
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, h. 249
21
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode
Sufistik, h. 251
21
emosinya, seperti sedih, senang, takut, kecemasan, duka, kegelisahan,
kesusahan dan perasaaan-perasaan lain waktu tertentu. Perasaan-perasaan
tersebut muncul ketika seseorang menghadapi peristiwa-peristiwa
menyakitkan dalam hidupnya karena adanya perubahan kondisi psikologis
yang terlihat dari fisiknya seperti, perubahan raut mauka, keluar keringat,
tertawa, cemberut, dan tanda-tanda lainnya. Terkadang perubahan terjadi
sangat dalam yang dirasakan oleh jiwa seseorang seperti detak jantung yang
bergerak cepat, sesak nafas dan lain-lain. Para ahli berpendapat bahwa
sejumlah gangguan jiwa dan tekanan sosial yang terus menerus berdampak
pada imunitas tubuh dan munculnya penyakit tertentu. 22
2. Metode Psikoterapi
James P.Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut
pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus
pada penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri
setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan
agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau
teman. Pada pengertian di atas, psikoterapi selain digunakan untuk penyembuhan
penyakit mental, juga dapat digunakan untuk membantu, mempertahankan dan
mengembangkan integritas jiwa, agar ia tetap tumbuh secara sehat dan memiliki
kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Tugas utama
psikiater adalah memberi pemahaman dan wawasan yang utuh mengenai diri
pasien serta memodifikasi atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap
menyimpang. Oleh karena itu, boleh jadi psikiater yang dimaksudkan di sini
adalah para guru, orang tua, saudara dan teman dekat yang biasa digunakan
sebagai tempat curahan hati serta memberi nasihat-nasihat kehidupan yang baik.23
Corak metode psikoterapi terbagi kepada dua aliran besar. Pertama,
metode psikoterapi tradisional, dimana didalam megobati penyakit kejiwaan
mempergunakan kekerasan serta menuntut si penderita untuk melupakan faktor
kejiwaan yang mengganggu dirinya. Cara yang dipakai dalam metode ini adalah
konseling, penyuluhan, penyugestian, baik melalui hipnotis atau tidak, rileksasi,
musik dan lain-lain. Terapi jiwa yang menggunakan sarana-sarana tersebut,
22 Hisham Th.bah dkk, Ensiklopedia Al-Quran Dan Hadis, (Bekasi: Sapta Sentosa 2008), h. 1-2
23
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik, (Jakarta: Mizan Publika 2004), h. 133
22
memang bisa mengurangi penyakit dan bahkan menghilangkanya. Tetapi terapi
seperti ini kesembuhanya hanya bersifat temporer (sementara waktu). Hanya saja
kelebihan metode ini adalah dapat untuk menerapi sebagian besar kondisi secara
umum.24
Kedua, metode psikoterapi insight, metode ini berdiri diatas kaidah
pengungkapan secara verbal dan menuntut si pasien untuk melakukan
pengingatan. Cara yang paling menonjol dalam metode psikoterapi yang kedua
ini adalah pengosongan emosi, konsultasi kejiwaaan secara klinis, metode
psikoanalisis dalam ragam bentuknya, baik menggunakan ramuan-ramuan atau
tidak.
Terapi dengan berbagai bentuk sarana tersebut bertujuan untuk
mengadakan perubahan dalam diri manusia sehingga setelahnya orang yang
bersangkutan lebih tentram baik dengan dirinya sendiri maupun orang lain.
Namun metode ini tidak dapat dipraktikan untuk setiap keadaan. Kesuksesan
terapi ini juga berkaitan dengan kecakapan dalam memilih kondisi yang tepat.25
Selain menggunakan metode tersebut diatas ada terapi-terapi lain yang sering
dilakukan para psikiater, yang disebut dengan pelengkap terapi. Antara lain :
1. Fisioterapi (terapi fisik) adalah terapi yang menggunakan berbagai prosedur,
seperti pijat, gerak badan, mandi dengan air panas, kompres, semburan air dll.
2. Terapi Okupasional adalah metode dimana pasien-pasien diberikan pekerjaan
ringan. Terapi ini dapat memulihkan kepercayaan diri, mengalihkan perhatian
pasien dari diri sendiri, membantu membangun dan memelihara kontak
dengan kenyataan dan mengembangkan kemampuan kreatifnya.
3. Terapi Rekreasi yaitu terapi yang menggunakan kegiatan-kegiatan seperti
pertandingan, atletik, tarian, pesta, hiburan dan permainan. Langkah-langkah
itu berharga untuk memberikan kehidupan sosial yang normal selama di
rumah sakit dan mempersiapkan individu untuk kembali ke masyarakat.
4. Biblioterapi yaitu program membaca terarah yang dirancang untuk
meningkatkan pemahaman pasien tentang dirinya sendiri dan untuk
24 Amir an-Najar, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Azzam 2010), h. 273.
25
Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik, (Jakarta: Mizan Publika 2004), h. 135
23
memperluas cakrawala budayanya serta memberikan beraneka ragam
pengalaman emosionalnya.
5. Terapi Musik, terapi ini merupakan sarana untuk memberikan situasi yang
menyenangkan bagi pasien penyakit mental. Terapi ini telah dikenal sejak
jaman Yunani Kuno. Pengaruh dari musik yang tenang adalah memberi
ketenangan bagi pasien-pasien yag gempar, juga sebaliknya.26
6. Terapi Al-Quran ialah terapi yang menggunakan Al-Quran atau
mendengarkan bacaan Al-Quran sebagai metode penyembuhan.
Dalam buku Al-‘Ijaz fi Al-Qur’an karya Muhammad Kamil Abdush Shamad,
sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab, mengenai pengaruh ayat-ayat
Al-Quran terhadap kondisi psikologis dan fisiologis manusia. Penelitian ini
dilakukan terhadap sukarelawan non-muslim berusia antara 17-40 tahun
menggunakan alat ukur MEDAQ (Medical Data Quetient). Sebelum
penelitian dimulai, setiap responden dipasangi empat jarum elektrik di tubuh
masing-masing yang dikoneksikan ke mesin pengukur berbasis komputer.
Pada uji coba pertama, para responden diperdengarkan 85 kali ayat-
ayat Al-Quran secara mujawwad (tanpa lagu). Pada percobaan kedua, 85 kali
diperdengarkan kalimat-kalimat biasa berbahasa Arab secara mujawwad. Dan
pada percobaan ketiga para responden dibiarkan duduk membisu sambil
menutup mata tanpa dibacakan apa-apa. Hasilnya 65% resonden yang
mendengarkan ayat-ayat Al-Quran mendapat ketenangan batin dan
ketegangan sarafnya turun hingga 97%. Begitulah kemukjizatan Al-Quran
yang bukan sekedar kitab bacaan, namun mampu memotret jiwa dan raga
manusia.27
Namun sayangnya psikoterapi menurut Al-Quran ini belum begitu
populer di kalangan psikoterapis dunia. Hanya segelintir psikoterapis muslim
yang menggunakan metode ini.
3. Permasalahan-permasalahan psikologis yang dapat diterapi
Gangguan kejiwaan dalam kontek ilmu kesehatan mental (psikoterapi)
merupakan kumpulan dari keadaan tidak normal, baik itu karena faktor jasmani,
yang membuat orang jadi tidak percaya diri, minder dan gelisah, panik, frustasi,
26 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius 2006) h. 578-579.
27
M. Quraish Shhihab, Mukjizat Al-Quran,(Bandung: Mizan 2007), h. 241-242.
24
maupun bersifat kejiwaan. Kesehatan mental yang terganggu berpengaruh
terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan. Gejala-gejalanya antara lain terlihat pada
perasaan (gelisah, iri, dengki, dendam, murung, was-was, risau, kecewa, putus
asa, dll.), pikiran (mudah lupa, tidak mampu konsentrasi pada suatu pekerjaan,
tidak berpikir realistis, histeris, pandangan kosong, dll) dan jasmani.28
Dalam khasanah literatur Islam Klasik, maslah gangguan kejiwaan sudah
banyak dibahas dalam Tasawuf, sebagai paya psikoterapi terhadap penyakit jiwa
yang oleh Al-Ghazali () disebut dengan istilah amrad al-qulub atau aswam an-
nufus. Ibn Qayyim al-Jawzi juga mengembangkan pendekatan yang bersifat
kerohanian untuk psikoterapi dengan at-tibb an-nabawi dan juga dalam kitab
madarij as-salikin.
Menurut Imam Ghazali dalam Ihya ulumuddin, semua manusia dalam
keadaan sakit (gangguan jiwa), kecuali manusia yang dikehendaki Allah untuk
tidak sakit, seperti para Nabi dan Rasul. Cuma bedanya diantara mereka itu ada
yang sadar akan penyakitnya dan ada pula yang tidak sadar karena takut makan
obatnya.29
Banyak sekali masalah-masalah psikologis yang sudah terbukti dapat
disembuhkan dengan psikoterapi diantaranya yaitu:
- Berhenti merokok
- Bingung menentukan pilihan
- Depresi
- Fobia (ketakutan yang berlebihan terhadap suatu benda,binatang atau situasi
tertentu)
- Frigiditas (hilangnya atau berkurangnya dorongan seksual pada wanita
padahal masih dalam usia prosuktif)
- Gangguan bicara (gagap,kata-kata yang tidak lancar)
- Insomnia (gangguan tidur/susah tidur)
- Halusinasi
- Kebiasaan buruk
- Kecemasan berlebihan
- Kemalasan dan kebiasaaan menunda
28 Sa’adi, Nilai Kesehatan Mental Islam dalam Kebatinan Kawruh Jiwa Suryomentaram, (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 72.
29
Sa’adi, Nilai Kesehatan Mental Islam dalam Kebatinan Kawruh Jiwa Suryomentaram, h. 89-90
25
- Kesulitan diet/menurunkan berat badan
- Kesulitan mencapai orgasmeketegangan
- Ketergantungan/ketergantungan
- Konflik diri,
- Luka batin
- Menaikan berat badan, menambah nafsu makan
- Meninggalkan fikiran negatif
- Menyembuhkan, meringankan alergi
- Migraine
- Paranoid (perasaan cemas dan takut yang tidak rasional
- Psikosomatis (penyakit yang tak terdeteksi oleh medis)
- Sakit hati, mudah panik
- Suka sesama jenis
- Tidak bisa mengendalikan diri, tidak percaya diri
- Trauma30
Ilmu modern telah menetapkan bahwa kesuksesan hidup di dunia
merupakan buah hasil ketenangan jiwa. Hal ini menjadi obsesi bagi
kebanyakan orang sakit saat kini yang sedang ditimpa kerusakan. Sedangkan
kegelisahan jiwa adalah sebagai pertanda dan preseden buruk untuk masa
sekarang. Sebagaimana telah sering dinyatakan oleh kajian-kajian kejiwaan
bahwa faktor pemicu hampir kebanyakan penyakit kejiwaan adalah tidak
adanya keyakinan akan qadha dan qadar Allah, baik maupun buruk. Juga
tidak adanya keyakinan akan hari akhir nanti.31
Penyakit yang akan dibahas disini meliputi penyakit hati, ruh, dan
badan serta obat-obatnya. Nabi muhammad mengkategorikan kejahilan
sebagai penyakit, dan obatnya adalah bertanya atau belajar kepada orang
pandai. Allah memberitahukan dalam Al-Quran bahwa Al-Quran adalah Asy-
Syifa.
Bacaan Al-Quran tersebut ternyata mampu menyembuhkan penyakit
dan menghilangkannya sama sekali, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Alfatihah merupakan obat yang paling mudah. Seandainya menggunakannya
30
Sunardi, P & Assjari, M. Teori Konseling. (Bandung: PLB FIP UPI, 2008), h. 43-45
31
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-Quran, (Jakarta: Akbar, 2002), h. 310
26
untuk pengobatan secara baik, seseorang tentu akan melihat hasil yang
menakjubkan. Dalam masalah ini ada sesuatu yang harus dipahami dan
dipelajari yakni segala macam zikir, ayat dan obat bermanfaat untuk
penyembuhan. Akan tetapi, terkabulnya doa sangat ditentukan oleh kekuatan
serta kemauan keras orang yang bersangkutan. Datangnya kesembuhan sangat
dipengaruhi oleh pelakunya. 32
D. Pendekatan-Pendekatan dalam Psikoterapi
1. Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh
terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya
selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya
selama ini. Tokoh utama dalam pendekatan psikoanalisis adalah Sigmund Feud
(1856-1939), seorang neurologist dari Austria. 33
Teori dan praktek ini dipengaruhi oleh oleh filsafat Yunani dan Romawi kuno
maupun perkembangan sains modern di abad 19.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga
segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak
sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi
kehidupan yang realita.34
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik,
maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang
professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar
klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan
permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus utama dalam
proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan
menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Psikoanalisis
memiliki tiga penerapan :
- suatu metoda penelitian dari pikiran.
- suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai perilaku manusia.
32 Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Terapi Penyakit Hati, (Jakarta : Qisthi Press 2006)cet ke-4 h. 4
33
Mc leod, J. Pengantar konseling: Teori dan study kasus. Alih bahasa: A.K. Anwar, (Jakarta:
Kencana Prenanda Media Group, 2008), hlm 45-47
34
Subandi, Psikologi Islam, h. 73
27
- suatu metoda perlakuan terhadap penyakit psikologis atau emosional.35
2. Behavioristik
Teori behavioral menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat
mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik. Perilaku manusia adalah
hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas melalui interaksi
ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk
kepribadian. Tokoh utama dalam terapi ini adalah Ivan Pavlov dengan classical
conditioning. Teori ini tidak lain adalah pengaruh dari pemikiran objektif-
natularistik dalam psikologi. Pendekatan ini memandang manusia dari sudut
perilaku yang tampak, yang bisa di observasi dan dikuatifikasi.36
Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasi dari proses
belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar.
Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang
keliru dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih
sesuai. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara
otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai
sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang
yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika
saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan".37
Tujuan utama konseling behavioral adalah menghilangkan tingkah laku yang
salah (maladaptive) dan menggantikannya dengan tingkah laku baru yang lebih
sesuai. Secara rinci tujuan tersebut adalah untuk:
- Menghapus pola-pola perilaku maladptif klien dan membantu mereka
mempelajari tingkah laku yang lebih konstruktif,
- Mengubah tingkah laku maladptif klien,
- Menciptakan kondisi-kondisi baru yang memungkinkan terjadinya proses
belajar ulang.
35 Sunardi, P & Assjari, M. Teori Konseling, h. 57
36
Subandi, Psikologi Islam, h. 74
37
Corey, Gerald. Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT Refika Aditama, 2009), h. 66
28
Fungsi terapis adalah melaksanakan asesmen dan penilaian secara terus
menerus, menetapkan sasaran perubahan perilaku dan bagaimana mengajarkan
untuk mencapainya, peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, serta
membantu mengembangkan tujuan-tujuan pribadi dan sosialnya. 38
Nilai benar dan salah dalam psikologi ini sesungguhnya adalah sesuatu yang
tidak memiliki dasar ilmiah. Dalam pandangan psikologi ini, manusia tak
ubahnya lempung yang bentuknya sepenuhnya tergantung pada pengaruh
lingkugan atau rentetan stimuli yang mengenainya. Jadi, dengan demikian konsep
benar dan salah sudah seharusnya disingkirkan dari wilayah studi tentang tingkah
laku manusia.39
3. Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai
reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit
memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia
dalam pengembangan teori psikologis. Aliran humanistik ini sangat
mementingkan nilai-nilai kemanusiaan pada diri seseorang yang mana tampak
juga dipengaruhi oleh kondisi budaya masyarakat Barat yang sangat
mengagungkan nilai-nilai individu.40
Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James
Bugental (1964), sebagai berikut:
- Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
- Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
- Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang
lain.
- Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
- Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki
kreativitas.41
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia
itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya
38 Subandi, Psikologi Islam, h. 75
39
Audith M. Turmudhi, Membangun Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: SIPRESS, 1994), h. 11
40
Subandi, Psikologi Islam, h. 76
41
Prabowo, Hendro & B.P. Riyanti. Psikologi umum 2. (Jakarta: Universitas Gunadarma, 1998), hlm
103
29
sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya
sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan
sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis
tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien
untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
Membantu individu menyadari diri yang sesungguhnya dan memecahkan masalah
mereka dengan intervensi terapis yang minimal (client-centered therapy). Terapi
tersebut percaya bahwa karakteristik terapi yang penting untuk kemajuan dan
eksplorasi diri klien yaitu empati, kehangatan, dan ketulusan.42
4. Kognitif
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia
itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy
lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku.
Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan
disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy
antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck.
Tujuan utama dalam pendekatan Cognitive adalah mengubah pola pikir
dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Prinsip utama dari
terapi ini adalah fokus pada kemampuan pasien untuk mengembangkan cara
berpikir melalui cognitive style. Tujuannya adalah mengajarkan pada pasien
bagaimana menerapkan pola piker dan perilaku yang tepat, sehingga dapat
membantu mereka membuang pemikiran yang menyimpang atau maladaptif.43
5. Pendekatan Terapi Kelompok dan Keluarga
Terapi kelompok adalah teknik yang memberikan kesempatan bagi individu
untuk menggali sikap dan perilakunya dalam interaksi dengan orang lain yang
memiliki masalah serupa. Sedang terapi keluarga adalah bentuk terapi khusus
yang membantu pasangan suami istri, atau hubungan orang tua-anak, untuk
42 Feist, Jess & Gregory J. Fest.Teori kepribadian, edisi 7 buku 1. (Jakarta: Salemba Humanika, 2011),
h.145
43
Corsini, R.J. &Wedding, D. Current Psychotherapies. Edisi 9. (Belmont: Brooks/Cole, 2011), h. 98-
99
30
mempelajari cara yang efektif, untuk hubungan satu sama lain dan untuk
menangani berbagi masalahnya.44
Dari berbagi pendekatan terapi di atas, tidak satupun menyebutkan pendekatan
terapi ukhrawi. Freud bahkan dalam The Future of an Ilusion menganggap bahwa
orang yang memeluk suatu agama berarti ia telah menderita delusi, ilusi dan
obsesional neurosis yang berasal dari ketidakmampuan manusia dalam
menghadapi kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri. Agama merupakan
kumpulan neurosis yang disebabkan oleh kondisi serupa dengan kondisi yang
menimbulkan neurosis pada anak-anak.45
Dalam islam sangat dianjurkan untuk shalat berjamaah karena ditinjau dari
aspek psikologi kebersamaan itu sendiri memberikan aspek terapeutik. Terapi
kelompok ini bertujuan untuk menimbulkan suasana kebersamaan tadi. Beberapa
ahli psikoterapi pun berpendapat bahwa perasaan keterasingan dari orang lain
adalah penyebab utama terjadinya gangguan jiwa. Dengan sholat berjamaah yang
dianjurkan agama ini perasaan terasing dari orang lain itu dapat hilang.46
6. Pendekatan Psiko-Religius
Dengan pendekatan ini dimaksudkan menjadikan keimanan dan pengalaman
ajaran agama sebagai media bagi individu untuk menjaga kesehatan mental,
mencegah gangguan mental dan menyembuhkan gangguan atau sakit mental.
Melalui berbagai cara yang diajarkan oleh setiap agama seperti penghayatan akan
cinta dan kasih sayang Tuhan kepada manusia.47
7. Pendekatan Psikoterapi Qurani
Umat Islam memiliki Al-Quran yang adalah petunjuk bagi manusia, yang
diturunkan oleh Allah SWT. dan Allah menciptakan manusia sudah barang tentu
tahu persis siapa itu manusia, apa dan siapa yang baik dan buruk, dan apa yang
semestinya dilakukan manusia. Kitab Allah yang autentik ini didalamnya
terkandung keterangan mengenai manusia. Tugas para psikolog muslimlah untuk
44 Gunarsa, S.D,dkk. Konseling dan Psikoterapi. (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), h. 33
45
Mujib, A. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 5
46
Djamaludin Ancok, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), cet ke-2, h. 100
47
Sa’adi, Nilai Kesehatan Mental Islam Dalam Kebatinan Kawruh Jiwa Suryomentaram, (Jakarta:
Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), h. 86
31
mendeskripsikan sifat-sifat manusia dan nilai-nilai moral menurut Al-Quran.
Konsep manusia Qurani ini atau teori tentang manusia yang diturunkan dari
Al-Quran itu harus diverifikasi dengan menggunakan metodologi ilmiah.
Membangun Psikoterapi berdasarkan Al-Quran secara keilmuan jelas mungkin,
sedangkan secara imani jelas harus. Untuk itu pengetahuan tentang psikoterapi
harus didialogkan dengan pemahaman tentang Al-Quran, karena kedua sumber itu
bisa saling menjelaskan.48
Dalam hal psikoterapi dapat disimpulkan bahwa metode psikoterapi dan ajaran
psikologi di barat belum mencapai tingkatan yang dituntut di timur. Medrad Boss,
seorang filosof Swiss yang terkenal pernah mengatakan bahwa dipandang dari
sudut ajaran-ajaran dan tingkah laku guru-guru timur, metode-metode dan tujuan-
tujuan psikoterapi, psikologi barat tidaklah memadai. Menurut Boss, jika
dibandingkan dengan tingkat peurnian diri yang dituntut oleh latihan-latihan dari
timur, maka analisa latihan barat yang paling baik sekalipun tidak lebih dari suatu
kursus pengantar saja bagi timur.49
E. Tujuan dan Manfaat Psikoterapi
Jiwa manusia memiliki karakteristik yang dilengkapi dengan kemampuan dan
rahasia yang tinggi. Karakteristik tersebut bisa dilihat dari emosinya, seperti sedih,
senang, takut, kecemasan, duka, kegelisahan, kesusahan dan perasaaan-perasaan lain
waktu tertentu. Perasaan-perasaan tersebut muncul ketika seseorang menghadapi
peristiwa-peristiwa menyakitkan dalam hidupnya karena adanya perubahan kondisi
psikologis yang terlihat dari fisiknya seperti, perubahan raut muka, keluar keringat,
tertawa, cemberut, dan tanda-tanda lainnya. Terkadang perubahan terjadi sangat
dalam yang dirasakan oleh jiwa seseorang seperti detak jantung yang bergerak cepat,
sesak nafas dan lain-lain. Para ahli berpendapat bahwa sejumlah gangguan jiwa dan
tekanan sosial yang terus menerus berdampak pada imunitas tubuh dan munculnya
penyakit tertentu. 50
Ilmu kesehatan mental atau psikoterapi ini menyentuh kehidupan manusia
pada banyak hal yang sangat penting dan oleh karena itu ilmu kesehatan mental
48 Audith M Turmudhi, Membangun Paradigma Psikologi Islami, h. 15
49
Artikelbuddhist.com/2011/05/psikologi-agama-buddha-dalam-perspektif-kepribadian-yang-
sehat.html
50
Hisham Th.bah dkk, Ensiklopedia Al-Quran Dan Hadis, (Bekasi: Sapta Sentosa 2008), h. 1-2
32
penting bagi setiap orang. Ilmu kesehatan mental sangat bernilai dalam membantu
seseorang untuk memahami dirinya sendiri dengan lebih baik. Apabila dia meneliti
dorongan-dorongan dasarnya, baik yang biologis maupun yang psikologis, maka ia
akan memperoleh penjelasan-penjelasan mengenani beberapa tingkah lakunya.
Kemudian apabila ia melangkah lebih jauh dan meneliti kegiatan-kegiatan alam tak
sadarnya, maka ia segera menemukan penjelasan-penjelasan tentang beberapa
tegangan yang terdapat di dalam dirinya. Dalam proses tersebut ia belajar menaksir
kekuatan dan kelemahan-kelemahannya dan menggabungkan sikap-sikap objektif
yang akan membantunya menjaga suatu pandangan yang seimbang terhadap banyak
segi kehidupan yang sehat, baik mental maupun fisik.
Apabila seseorang memahami dirinya sendiri lebih baik dan juga memahami
dirinya berharga, maka ia lebih siap untuk menyelami perasaan-perasaan, emosi-
emosi dan motivasi-motivasi yang dimiliki oleh orang lain. Ia akan segera
menyesuaikan cara hidupnya dengan sesamanya sehingga ia dapat hidup dengan
mereka secara harmonis.
Dari segi pandangan umum prinsip-prinsip psikoterapi penting sekali dalam
persiapan untuk kehidupan keluarga dan profesional. Para perawat dan dokter akan
menemukan banyak bahan yang digunakan secara praktis dalam menangani pasien
mereka karena ilmu kesehatan mental memberikan mekanisme motivasi dan tingkah
laku manusia. Para orang tua dan guru yang bertindak menurut ilmu ini dan
menggunakan secara tepat prinsip-prinsipnya yang sehat dapat mengarahkan dan
membimbing tingkah laku dan sikap para remaja pada waktu mereka berkembang
melalui tahap-tahap kehidupan yang berbeda dalam perkembangan kepribadan
kehidupan mereka. Dan akhirnya studi tentang psikoterapi dapat memberikan banyak
cara preventif dan juga cara pengobatan yang akan membantu mengurangi banyak
masalah sosial yang kompleks dan berat yang disebaban oleh kenakalan, kejahatan
dan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang lain, baik yang ringan maupun yang
berat.51
Sementara manfaat psikoterapi menurut Muhammad Mahmud ialah:
1. Membantu penderita dalam memahami diri sendiri, mengetahui sumber patalogi
dan kesulitannya, serta memberikan perspektif masa depannya
2. Membantu penderita dalam menentukan bentuk-bentuk pataloginya
51 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental,Pandangan umum mengenai penyesuaian diri dan kesehatan
mental serta teori-teori yang terkait, (Jogjakarta:Penerbit kanisius.2006), h.. 24-25
33
3. Membantu penderita dalam menentukan langkah-langkah dan pelaksanaannya.52
Sedangkan manfaat terapi dalam psikoterapi yang berdasarkan Al-Quran ialah:
1. Membersihkan qalbu dari penyakit-penyakit, baik penyakit yang berhubungan
dengan Tuhan maupun dengan diri sendiri.
2. Menguasai pengaruh dorongan-dorongan primitif, sehingga dorongan tersebut
dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya
3. Meningkatkan derajat dari nafs untuk mencapai tujuan penyempurnan diri (insan
kamil). Karena diri yang sempurna itu tidak akan tercapai, maka usaha ini
merupakan proses yang terus menerus
4. Menumbuhkan sifat, sikap dan perbuatan yang baik (akhlaqul karimah)
5. Meningkatkan seluruh potensi untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di muka
bumi.53
52 Muhammad Mahmud, Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi Dhaui al-Islam, (Jeddah: Dar al-syuruq, 1984), h.
402
53
Subandi, Psikologi Islam, h. 81
65
BAB III
PSIKOTERAPI PERSPEKTIF AL-QURAN
A. Isyarat Psikoterapi dalam Al-Quran
Al-Quran mulia yang diturunkan oleh Allah SWT.
kepada RasulNya Muhammad SAW. bukanlah semata-mata
kitab agama atau kitab fikih, melainkan sebuah kitab yang
komprehensif, yang menghimpun semua bidang ilmu
pengetahuan, semua aspek kehidupan, dan segala bentuk
kebijaksanaan, sekaligus juga keagungan dan kemuliaan
akhlak, serta keindahan dan kemegahan karya sastra. Al-Quran
memang merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang yang
hatinya dipenuhi keimanan, yang senantiasa membuka hatinya
sehingga nilai-nilai Al-Quran bersinar disana. Nilai-nilai Al-
Quran itu akan melahirkan rasa nyaman dan tenang di hati.
Di dalam Al-Qur‟an sendiri terdapat banyak ayat yang
menegaskan bahwa Al-Quran sebagai penyembuh, diantaranya
firman Allah SWT dalam surat Yunus1
1 Jamal Muhammad Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan
Ibadah, terj. Dedi Slamet Riyadi, ( Jakarta : Penerbit Zaman 2011) h. 394.
66
] [
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yunus [10]
:57 ).
Dengan ayat ini Allah SWT menegaskan bahwa
pelajaran dan obat jiwa itu ditawarkan kepada semua manusia
(beriman maupun kafir). Siapapun dia yang mengikuti
pelajaran dan menggunakan obat itu akan memperoleh manfaat
dan keberuntungan berupa jiwa yang sehat. Sedangkan bagi
orang beriman akan mendapatkan nilai tambah berupa hidayah
dan rahmat Allah. Sebaliknya, siapapun dia (beriman/ kafir)
bila menyia-nyiakan pelajaran dan tanpa peduli dengan obat
(nilai-nilai dan arahan) tersebut, tidak akan dapat menikmati
67
manfaat dan keuntungannya. Jiwanya menjadi labil dan tak
kunjung matang walau usia terus beranjak tua.2
Istilah psikoterapi tidak ditemukan secara persis di
dalam Al-Quran, sungguhpun ditemukan sejumlah ayat yang
menuturkan tentang hal tersebut, maka rumusan-rumusan
standar dalam dunia psikiatri yang telah banyak memusatkan
perhatian pada kesehatan mental tentu tidak dinafikan.3Dalam
ayat itu mengandung pengertian bahwa didalam Al-Quran
benar-benar terdapat obat aneka macam penyakit yang sering
kali bersarang didalam hati manusia berupa penyakit syahwat,
keraguan, kegelisahan, keresahan juga amarah dan kebencian.
Semua itu karena Al-Quran mengandung nasihat, kabar
gembira, peringatan, janji, dan sekaligus juga ancaman. Semua
itu akan melahirkan rasa takut dan harap dalam diri setiap
hamba yang senantiasa membaca, memperhatikan, dan
menelaah maknanya. Hatinya akan selalu dipenuhi keinginan
untuk terus melakukan perbuatan baik dan menjauhi segala
keburukan, kejahatan atau kesesatan.4
2Muhammad Thohir, 10 Langkah Menuju Jiwa Sehat, (Jakarta :
Lentera Hati 2006), h. 37.
3Lajnah pentashihan mushaf Al-Quran Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, Tafsir Al-Quran tematik, Kesehatan Dalam
Perspektif Al-Quran,2009, h. 3
4 Jamal Elzaky, Buku Induk Kesehatan Ibadah, h. 393
68
Sebagaimana telah dipaparkan diatas mengenai
pengertian psikoterapi menurut bahasa, psycho yang berarti
jiwa, ruh, nafs, dan therapy yang berarti pengobatan. Dalam
Al-Quran istilah jiwa digunakan istilah nafs, qalb, roh dan
aql.Kata nafs dalam Al-Quran menunjukan zat dalam
keseluruhan, lebih menyatakan unsur penggerak dan aktivitas
biologis daripada arti yang sadar atau berfikir pada manusia. Ia
merupakan kata-kata umum meliputi manusia keseluruhannya,
tidak khusus menunjukan pemikiran. Kata nafs terdapat dalam
Al-Quran sebanyak 367 kali.
Kata qalb selalu digunakan berkaitan dengan emosi dan
akal pada manusia. Jauh lebih khusus daripada nafs. Ia tidak
menunjukan motif-motif naluri atau unsur biologis, tetapi
terhadap pada bagian yang disadari. Kata qalb muncul dalam
Al-Quran sebanyak 144 kali.
Kata ruh digunakan oleh Al-Quran dengan bermacam-
macam arti. Ada yang digunakan sebagai pemberian hidup,
wahyu dan malaikat yang membawanya. Dalam semua yang
ditunjukkan oleh Al-Quran tidak didapati hanya menyatakan
badan saja, juga tidak badan dan roh dengan arti manusia dan
aktivitasnya seperti halnya dengan nafs, yang menunjukan
69
bahwa ruh berbeda dengan nafs menurut Al-Quran. Kata ruh
dalam Al-Quran terdapat sebanyak 25 kali.
Kata aql sebagai kata benda mujarrad tidak disebut
sama sekali dalam Al-Quran. Tetapi sebagai kata kerja „aqala
dengan segala akar katanya ada dalam Al-Quran sebanyak 49
kali. Semuanya menunjukan unsur pemikiran pada manusia.5
B. Ayat-Ayat Psikis dalam Al-Quran
Al-Quran banyak sekali menyebutkan mengenai penyakit-
penyakit psikis yang berhunbungan dengan kejiwaan manusia
seperti:
1. Hati yang sakit (maradhun) diantaranya: QS.2:10, 5:52,
8:49, 9:125, 22:53, 24:50.
.[2]
“dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya”. (QS. Al-Baqarah[2]: 10)
5Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1992), cet ke 2, h. 307-308
70
.[5] “Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya (orang-orang munafik)”.(QS. Al-Maidah [5]:
52)
Kaum munafik adalah kaum yang gemar mengobarkan
fitnah dan tindakan memata-matai untuk kepentingan musuh
dan kemenangan mereka atas kaum Muslimin. Mereka
membuat kerusakan di bumi, meski demikian mereka
mengklaim bahwa merekalah yang melakukan perbaikan.
Mereka tidak mengetahui realitas nyata dan tidak menyadari
kondisi mereka sendiri. Apabila mereka dseru kepada
keimanan, mereka mengolok-olok kaum Mukminin, menyebut
mereka sebagai orang dungu, lemah akal, atau bodoh. Padahal,
realitasnya merekalah orang-orang yang dungu.6 Maka dalam
Al-Quran Allah menjelaskan bahwa dalam hati mereka
terdapat penyakit yang disebabkan kemunafikan mereka, lalu
Allah menambahkan penyakit lagi kepada mereka.
6Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, terj. Muhtadi, dkk. (Jakarta:
Gema Insani, 2012), jilid 1, h. 11
71
2. Hati bisa tenang jika selalu mengingat Allah QS.13:28
]:[
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.(QS. Ar-Ra‟d
[13]: 28).
Orang –orang yang mendapat petunjuk Illahi dan
kembali menerima tuntunanNya sebagaimana disebut pada ayat
yang itu adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram setelah sebelumnya bimbang dan ragu.
Ketentraman itu bersemi di hati mereka disebabkan karena
dzikrullah yakni mengingat Allah, atau karena ayat-ayat Allah
yakni Al-Quran yang sangat mempesona kandungan dan
redaksinya. Sungguh! Camkanlah bahwa hanya dengan
mengingat Allah, hati menjadi tentram.7
7M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Pesan, Kesan dan
Keserasian, (Jakarta: Lentera Hati, 2002),vol 6, h. 587
72
3. Gila (Majnun) diantaranya: QS.15:6, 26:27, 37:36, 44:14,
51:39/52, 52:29, 68:2, 51:81/22
(6: [15]“Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan Al Quran
kepadanya, Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang
gila”. (QS. Al-Hijr [15]: 6)
Ucapan orang-orang kafir ini memanggil Nabi
Muhammad dengan sebutan wahai orang yang diturunkan
kepadanya adz-Dzikr bertujuan mengejek dan mencemooh
Nabi. Hal ini dipertegas mereka mengatakan bahwa engkau
adalah orang gila. Panggilan seperti itu tidak digunakan Al-
Quran untuk Nabi Muhammad, manusia seluruhnya termasuk
orang kafir.8
][2:
8M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. Pesan, Kesan dan
Keserasian, vol 7, h. 93
73
“Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutus
kepada kamu sekalian benar-benar orang gila".(QS. Asy-
Syuara [26]: 27)
4. Gila (Jinnatin) diantaranya: QS.7:184, 23:25/70, 34:8/46
:[7]
“Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman
mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia
(Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi
peringatan lagi pemberi penjelasan”. (QS. Al-A‟raf [7]:
184)
5. Jiwa yang menyesali dirinya QS. 75:2
] [
“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali
(dirinya sendiri)”. (QS. Al-Qiyamah [75]: 2)
74
6. Jiwa yang tenang QS. 89:27
][
“Hai jiwa yang tenang”. (QS. Al-Fajr [89]: 27)
Pada ayat-ayat sebelumnya Allah menjelaskan
hukuman orang-orang yang tersiksa yang jiwa nya tidak akan
tenang. Dalam ayat ini Allah menjelaskan kondisi jiwa orang-
orang mukmin, mereka adalah orang-orang yang bersih
ruhaninya yang jauh dari hal-hal yang bersifat materi.
Muthmainnah artinya yakin dengan sebenar-benarnya.9 Hal
inilah yang membuat jiwa mereka tenang.
7. Rasa sedih atau berduka cita diantaranya: QS.28:13, 20:40,
9:40, 3:176, 31:23, 36:76, 6:48, 7:37,
][
9Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, jilid 3, h. 838
75
“Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya
senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia
mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya”. (QS. Al-
Qashash [28]: 13)
8. Sifat Berkeluh kesah QS.70:20
20 : [70]
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah”. (QS. Al-
Ma‟arij [70]:20)
Sesungguhnya manusia itu tercipta dengan sifat suka
mengeluh, yaitu ambisi yang besar dan sedikit kesabaran.
Apabila ia ditimpa keburukan, kefakiran, atau penyakit, ia
berkeluh kesah, bersedih hati atau mengaduh. Apabila ia
ditimpa kekayaan, jabatan, kehormatan, kekuatan, kesehatan
dan lain-lain maka ia bersikap bakhil dan kikir. Keluhan dalam
ungkapan lain ialah kekacauan dan goncangan yang menimpa
seseorang ketika menghadapi ketakutan atau ketika dalam
ketamakan.10
9. Sifat tergesa-gesa QS.17:11
10Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, jilid 3, h. 719
76
(11 : [17] “Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia
mendoa untuk kebaikan. dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa”. (QS. Al-Isra [17]: 11)
Diantara rahmat Allah terhadap hamba-hambaNya
adalah tidak mengabulkan bagi mereka doa tersebut yang
menunjukan kebodohan hamba itu sendiri. Sering kali kita
mendengarkan seorang ibu yang mendoakan anaknya dengan
sesuatu yang apabila Allah mengabulkannya, maka dia sendiri
yang akan merasa hancur dan binasa. Dan kalau sekiranya
Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti
permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah
diakhiri umur mereka. (QS. Yunus [10]: 11) Maksudnya,
apabila Allah mengabulkan doa mereka yang buruk tentu itu
akan menjadi akhir kehidupan mereka. Dengan demikian
ketahuilah bahwa tidak dikabulkannya doa yang baik juga
mengadung hikmah. Allah memiliki hikmah dalam menahan
77
kebaikan yang kamu inginkan. Mungkin saja jika Dia
mengabulkan doamu maka itu akan menjadi bala bagimu.11
10. Ingkar tak bersyukur, seperti pada QS.100:6
][
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima
kasih kepada Tuhannya”.(QS. Al-Adiyat [100]: 6)
Semua manusia baik mukmin ataupu kafir sangat
mengingkari nikmat berdasarkan wataknya. Maksudnya
manusia benar-benar mengingkari atau mendurhakai nikmat
Rabb. Disamping sangat mendurhakai dan mengingkari
nikmat, manusia juga bersaksi terhadap dirinya bahwa ia
mengingkari nikmat dengan bahasa kondisi dan pengaruh hal
tersebut yang terlibat dalam ucapan dan tindakan dengan
mendurhakai Rabb.12
Yang semuanya ini dapat menjadi sumber kegelisahan
dan kecemasan. Semua kegelisahan dan kecemasan ini terjadi
11Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi, terj.
Tim Terjemah Safir Al-Azhar, (Medan: Duta Azhar, 20008), jilid 8, h. 58
12
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, jilid 3,h. 871
78
akibat mereka yang selalu mengikuti hawa nafsu dan hati
mereka jauh dari keimanan.13
C. Penafsiran Ulama terhadap ayat-ayat psikoterapi
dalam Al-Quran
[10]
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS. Yunus
[10]: 57)
Hai seluruh manusia, dimana dan kapanpun sepanjang
masa, sadarilah bahwa sesungguhnya telah datang kepada
kamu semua pegajaran yang sangat agung dan bermanfaat dari
Tuhan dan obat yang sangat ampuh bagi apa yakni penyakit-
penyakit kejiwaan yang terdapat dalam dada yakni hati
13Djamaludin Ancok, Fuad Nashori, Psikologi Islami, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995), h. 96
79
manusia dan petunjuk yang sangat jelas menunjukan kebenaran
dan kebajikan serta rahmat yang amat besar lagi melimpahbagi
orang-orang mukmin.14
Ayat ini ditujukan kepada seluruh manusia. Ayat
tersebut memberi gambaran tentang mau‟izah atau pelajaran itu
memiliki fisik hingga ia dapat datang bagaikan manusia,
meskipun sebenarnya ia adalah ungkapan kata-kata. Yang
demikian itu karena Allah berkehendak memberikan gambaran
gerak yang masuk kedalam iman.
Kata mau‟izah adalah nasihat untuk kebaikan dan
menjauhi kejahatan dengan kalimat yang berkesan. Mau‟izah
adalah petunjuk yang berasal dari Rabb yang dipercayai,
karena dialah yang menciptakan dari yang tiada menjadi ada
dan sebaliknya.15
“Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada”. Menurut pendapat Abu Ja‟far Muhammad bin
Jarir Ath-Thabari, dalam kitabnya Jami‟ Al Bayân an Ta‟wil
14Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi,
(Medan: Duta Azhar), terj, jilid 6, h. 101
15
Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi,
(Medan: Duta Azhar), terj, jilid 6, h. 291
80
Ayi Al Quran atau lebih terkenal disebut Tafsir Ath-Thabari,
ayat iniartinya, dan obat bagi apa-apa yang ada dalam dada dari
kebodohan. Dengannya Allah menyembuhkan kebodohan
orang yang bodoh. Dengannya Dia menghilangkan dan
memberi petunjuk diantara makhlukNya, siapa yang Dia
inginkan diberi petunjuk.16
Menurut Tafsir Ath-Thabari ini makna kata penyakit-
penyakit yang berada dalam dada di artikan sebagai kebodohan
yang berada dalam diri manusia. Dan Allah memberikan
obatnya melalui Al-Quran kepada siapa saja yang Ia
kehendaki.
Allah telah menurunkan penyembuh bagi manusia dari
penyakit hati, seperti: tamak, iri dan dengki yang mengotori
langkah kehidupan dan merusak batin. Karena setiap langkah
manusia mempunyai sumber awal yaitu hati. Sumber ini harus
terlebih dahulu disembuhkan, sehingga perbuatan yang muncul
dapat seiring dengan dengan sumbernya. Suci dan menyucikan,
selamat dan menyelamatkan.17
16Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-
Thabari, terj,(Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), jilid 13, h. 588
17
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-
Thabari, jilid 13, h.
81
Kata syifâ/ penyembuh berada dimuka untuk
menerangkan bahwa hidayah itu sesungguhnya selalu
menunjuk kearah jalan yang lurus. Jika seseorang bertanya
bedanyasyifâdan rahmat, kami jawab syifâ berarti
menghilangkan apa yang membuat sakit dalam hati, sedangkan
rahmat ialah pemberian hidayah yang tidak mengandung rasa
sakit.Syifâ juga bisa berarti pengobatan (kuratif), sedangkan
rahmat bisa berarti tindakan pencegahan (preventif). 18
(82:17
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isrâ [17]: 82)
Menurut penafsiran Asy-Sya‟rawi,semuanya berfungsi
untuk menyembuhkan, bukan hanya untuk penyakit fisik tetapi
juga batin. Kesembuhan non fisik harus didahulukan. Mau‟izah
bagaikan memiliki fisik yang datang dari Tuhanmu sebagai
obat penyakit batin yang merupakan sumber penyakit fisik.Bila
18Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi , (Jakarta:Pustaka Azzam),
82
mau‟izah itu di dengar, niscaya unsur tubuh menjadi normal
dan selaras hingga akhirnya ia dapat mengantarkan menuju
tujuan yang sebenarnya. Disamping itu, ia juga adalah rahmat
yang jika diikuti akan terhindar dari segala penyakit.19
Surah Al-Isra tersebut memberikan dua contoh bagi
penerimaan Al-Quran. jika ia diterima oleh mukmin, ia akan
mendapat obat penawar dan rahmat. Bila ia diterima oleh orang
zalim, dia akan mendapat kerugian.
Sedangkan menurut pendapat Ath-Thabari (w. 310 H)
dalam tafsirnya mengatakan, Wahai Muhammad, telah aku
turunkan Al-Quran kepadamu sebagai penawar, yang bisa
menawarkanmu dari kebodohan dan kesesatan, menjadikan
petunjuk bagi yang buta, dan rahmat bagi orang-orang
mukmin. Apa yang diturunkan kepadamu berupa Al-Quran,
tidak akan menambah bagi orang kafir kecuali kerugian.
Maksudnya adalah kehancuran, karena setiap diturunkan
kepada mereka ayat yang berupa perintah atau larangan,
mereka mengkafirkannya dan tidak pernah melaksanakannya,
19Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi,
(Medan: Duta Azhar), jilid 6, h. 292-294
83
serta tidak pernah meninggalkan apa yang dilarang kepada
mereka.20
Namun apakah syifâ Qurani hanya sekedar obat yang
bersifat maknawi bagi penyakit-penyakit hati dan jiwa,
sehingga dia menyelamatkan seorang muslim dari
kebingungan, keraguan, dan gundah gulana serta hilangnya
dalam dirinya sifat-sifat iri, dengki, hasad dan penyakit
maknawi lainnya, ataukah Al-Quran itu yang dapat dijadikan
obat untuk penyakit yang dapat menyerang tubuh?
Ayat yang menegaskan bahwa Al-Quran merupakan
obat bagi apa yang terdapat dalam dada (hati), menurut M.
Qurash Shihab dalam tafsir Al-Misbah, penyebutan kata dada
yang diartikan dengan hati, menunjukan bahwa wahyu-wahyu
Ilahi itu berfungsi menyembuhkan penyakit-penyakit rohani
seperti ragu, dengki takabbur dan semacamnya. Memang oleh
Al-Quran hati ditunjuknya sebagai wadah yang menampung
rasa cinta dan benci, berkehendak dan menolak. Bahkan hati
dinilai sebagai alat untuk mengetahui. Hati juga mampu
20Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-
Thabari, terj, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), jilid 16, h. 878
84
menghadirkan ketenangan dan jga kegelisahan, serta
menampung sifat-sifat baik dan terpuji.21
Menurut pendapat Al-Qurthubi kata penawar itu terbagi
menjadi dua pendapat: pertama, penawarhati dengan hilangnya
kebodohan dan keraguan. Juga karena terbukanya pebutup hati
dari penyakit kebodohan, serta pemahaman akan mukjizat dan
perkara-perkara yang menunjukan kepada esensi Allah.
Kedua,kesembuhan dari berbagai penyakit lahir dengan ruqyah
dan ta‟awwudz dan semacamnya itu.22
Sementara ulama memahami bahwa ayat-ayat Al-Quran
juga dapat menyembuhkan penyakit-penyakit jasmani. Seperti
hadis yang diriwayatkan bukharitentangsahabat yang
meruqyahkepalasukuyangtersengatkalajengkingdengansurat al-
fatihah.
Tanpa mengurangi penghormatan pada Al-Quran dan
hadist Nabi saw agaknya riwayat ini bila benar adanya maka
yang dimaksud bukanlah penyakit jasmani melainkan penyakit
ruhani yang diakibatkan oleh jiwa. Ia adalah psikosomatik.
Memang tidak jarang seseorang merasa sesak nafas atau dada
bagaikan tertekan karena tidak adanya keseimbangan ruhani.
21M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 6, h. 102
22
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 10, h. 785
85
Sufi besar Hasan al-Bashri, sebagaimana dikutip oleh
Muhammad Quraish Shihabberkata:
“Allah menjadikan Al-Quran obat terhadap penyakit-penyakit
hati, dan tidak menjadikanya obat penyakit jasmani.” 23
(31 : [13]“Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan
bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi
jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah
mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran Itulah dia)
sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah.
Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui
bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia
23M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, vol. 6, h. 102
86
beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia
semuanya. dan orang-orang yang kafir Senantiasa ditimpa
bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau
bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka,
sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak
menyalahi janji”. (QS. Ar-Ra‟d [13]: 31)
Dalam tafsir Al-Misbah mengutip pendapat Thahir Ibnu
„Asyur menjadikan perandaian ayat tersebut seakan-akan
menyatakan bahwa seandainya ada bacaan yang sifatnya
seperti disebutkan itu, maka tentulah kitab Al-Quran ini yang
dapat melakukannya, tetapi Al-Quran tidak diturunkan untuk
itu. Yang perlu digarisbawahi dan dikembangkan dari
padangan ulama ini, bahwa Al-Quran tidak diturunkan utuk
menjadi bukti indrawi yang dapat melahirkan hal yang bersifat
supra rasional, tetapi ia adalah bukti aqliyah sekaligus kitab
hidayah yang menerangi akal dan pikiran serta obat bagi
keresahan jiwa dan penyakit ruhani yang pada gilirannya
mengantar kepada kebahagiaan duniawi dan ukhrawi.24
Pendapat yang kuat yang tidak diragukan lagi adalah
bahwa Al-Quran merupakan obat penawar dengan arti yang
24M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol 6, h. 593-594
87
umum dan luas. Dia merupakan obat untuk badan jasmani dan
juga untuk jiwa (non materi). Pengobatan penyakit-penyakit
tubuh memang ada dalam sunnah dan hal itu bukanlah suatu
keanehan. Karena ketika kamu membaca Kalamullah, maka
ketahuilah bahwa yang berkata adalah Allah. Dia adalah Tuhan
pemilik segala sesuatu. Tatkala sebagian orang mengkritik dan
menolak masalah ini di depan seorang ulama, mereka
mengatakan : “Bagaimana si sakit bisa sembuh dengan sekedar
kata-kata ini ini tidak masuk akal.”Ulama tadi menjawab:
“Diamlah kau wahai unta!. Orang tadi pun marah dan ingin
meninggalkan tempat dalam kondisi emosi yang meningkat.
Lalu ulama tadi menoleh kepadanya dan berkata: “Lihatlah
bagaimana suatu kata dapat mempengaruhi kepada kamu tadi,
lalu bagaimana dengan kata-kata milik Allah.25
Demikian pula firman Allah
25Syeikh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir Sya‟rawi,
(Medan: Duta Azhar), terj, jilid 6, h. 246-247
88
(44 : [41] “Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam
bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa
tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran)
dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab?
Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak
beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al
Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. mereka itu adalah
(seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh”. (QS.
Fushshilat [41]: 44)
Mencakup sebagai penawar atau obat bagi penyakit hati,
seperti keraguan, kemunafikan dan selainnya. Sebagai obat
bagi badan jika dijadikan sebagai ruqyah dengan Al-Quran,
sebagaimana yang terdapat dalam kisah seseorang yang
mengobati orang yang disengat serangga dengan surat Al-
Fatihah.26
26Syeikh Asy-Syanqithi, Tafsir Adhwa‟ul Bayan, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2007), terj, jilid 3, h. 981
89
D. Konsep Psikoterapi dalam Al-Quran
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”
(QS. asy-Syu‟ara [26]:80)
Perhatian Islam terhadap penyembuhan kejiwaan tidak
kurang dari perhatiannya terhadap penyembuhan jasmani.
Karena penyakit jiwa lebih merusak bagi manusia daripada
penyakit badan/ jasmani. Awal kesembuhan bukan ditangan
dokter atau obat-obatan, melainkan dari Allah. Langkah awal
untuk kesembuhan dari penyakit adalah keyakinan dan
prasangka baik kepada Allah.27
Rasul bersabda
27Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Quran, terj. M.
Zaenal Arifin, dkk. (Jakarta: Zaman, 2013), cet ke 2, h. 47 28
يزيد القزوينى, صحيح سنن اتن ما جة, كتاب الطة, تاب سنن اللحا فظ أتى عثد الله محمد تن
. الجز ء الثا نى, )مكتثة المعارف : الر يا ض(2542العسل,
90
“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Salamah telah
menceritakan kepada kami Zaid bin Al Hubbab telah
menceritakan kepada kami Sufyan dari Abu Ishaq dari Abu
Al Ahwash dari Abdullah dia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Gunakanlah dua
jenis terapi penyembuhan; madu dan Al Qur'an."(HR. Ibnu
Majah)29
Gejala-gejala yang tersembunyi, rasa takut dan
ketidaktahuan, insomnia, kegoncangan saraf, rasa jahat, putus
asa, rasa ragu, dan setiap yang mengandung kejiwaan dan
perasaan manusia, semuanya menghancurkan harapan,
menghalangi kehendak, dan menjadikan pribadi yang goncang
itu tidak mampu menghadapi kesulitan dan beban hidup.
Oleh sebab itu, pengobatan penyakit kejiwaan dan
menghilangkan rasa putus asa, rasa takut dan keraguan dari
manusia serta merangkak menuju alam yang tenang, tentram
dan damai. Ini adalah kondisi yang diharapkan Islam dari
seorang muslim. Penyembuhan kejiwaan direalisasikan dengan
mencari kesembuhan dari Allah SWT lewat berkah doa atau
29Ibnu Majah, Kitab : Pengobatan, Bab : Madu, No. Hadist : 3443,
(LIDWA, Pustaka Hadis)
91
ruqiyah atau permohonan perlindngan kepada Allah dari
kejahatan jin dan diri sendiri (hawa nafsu).30
1. Terapi jiwa melalui ruqyah
a. Definisi Ruqyah
Secara terminologi ruqyah adalahsebuah perlindungan
yang digunakan untuk melindugi orang yang terkena
penyakit seperti panas karena disengat binatang,
kesurupan, dan yang lainya. Sedangkan makna ruqyah
secara etimologi syariah adalah doa dan bacaan-bacaan
yang mengandung permintaan tolong dan perlindungan
kepada Allah untuk mencegah atau mengobati bala dan
penyakit. Terkadang doa dan bacaan tersebut disertai
dengan sebuah tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan
atau anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang
diruqyah. Tentunya ruqyah yang paling utama adalah doa
dan bacaan yang bersumber dari Al-Quran dan As-
Sunnah.31
Dalam Al-Quran kata ruqyah tidak tertulis secara
eksplisit, namun isyarat yang menunjukan bahwa Al-
Quran bisa dijadikan media ruqyah tersirat dalam ayat
30Abdul Mun‟im Qindil, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam Al-
Quran dan As-Sunah, (Jakarta: Akademika Presindo, 2010), h. 133.
31
Abu Umar Basyir Al-Maidani, Metode Pengobatan Nabi SAW,
(Jakarta: Griya Ilmu, 2005) h. 39
92
(82: [17]
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian”.(QS. Al-Isrâ [17]: 82)
Junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya telah mencontohkan pengobatan dengan
mempergunakan Al-Qur‟an dan doa-doa untuk mengobati
berbagai macam penyakit, baik disebabkan oleh tukang sihir
seperti guna-guna dan lain-lainnya atau disebabkan oleh
gangguan jin seperti kerasukan dan penyakit-penyakit aneh
lainnya atau terkena gigitan binatang berbisa. Rasulullah juga
mempergunakan ayat-ayat Al-Qur‟an dan doa-doa untuk
penjagaan dan perlindungan.
93
“ Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Mutsanna
Telah menceritakan kepada kami Wahb Telah menceritakan
kepada kami Hisyam dari Muhammad dari Ma'bad dari Abu
Sa'id Al Khudri ia berkata; Dalam perjalanan yang kami
lakukan, kami singgah di suatu tempat, lalu datanglah
seorang wanita dan berkata, "Sesungguhnya ada seorang
kepala kampung sakit, sementara orang-orang kami sedang
tiada. Apakah salah seorang dari kalian ada yang bisa
meruqyah?" Maka berdirilah seorang laki-laki yang kami
sendiri tidak tahu bahwa ia bisa meruqyah. Ia beranjak
bersama wanita itu, lalu meruqyah, dan ternyata yang
diruqyah sembuh. Kemudian sang kepala kampung
memerintahkan agar laki-laki itu diberi tiga puluh ekor
32 Muhammad ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, kitâb
ath-Thib, bâb ar-Ruqâ bi fâtihati al-kitâb, no hadis: 5736, (Kairo: Dâr at-
Taufiqiyyah, 2012), jilid 4, h. 24
94
kambing, dan kami pun diberinya minuman susu. Setelah
pulang, kami bertanya padanya, "Apakah kamu memang
seorang yang pandai meruqyah?" Ia menjawab, "Tidak, dan
tidaklah aku meruqyahnya, kecuali dengan Ummul Kitab."
Kami katakan, "Janganlah kalian berbuat apa-apa, hingga
kita sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan
bertanya pada beliau." Ketika kami sampai di Madinah, kami
pun menuturkan hal itu pada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, dan beliau bersabda: "Lalu siapa yang
memberitahukannya, bahwa itu adalah ruqyah. Bagikanlah
kambing itu, dan aku juga diberi bagian." Abu Ma'mar
berkata; Telah menceritakan kepada kami Abdul Warits
Telah menceritakan kepada kami Hisyam Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Sirin Telah menceritakan
kepadaku Ma'bad bin Sirin dari Sa'id Al Khudri dengan
hadits ini. (HR. Bukhari)33
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbagai
bentuk gangguan mental berpangkal pada aspek kalbu sebagai
pusat dari diri manusia. Ini sama sekali bukan berarti
psikoterapi Islam dalam hal ini psikoterapi ruqyah
mengesampingkan peranan dimensi fisik, psikologis dan sosial.
33Bukhari, Kitab : Keutamaan Al-Qur`an Bab : Keutamaan al-
Fatihah No. Hadist : 4623, (LIDWA, Pustaka Hadis)
95
Suatu bentuk gangguan mental (psikopatologi) bisa juga
berpangkal pada dimensi fisik, psikologis atau sosial. Maka
peran agama Islam dalam terapi ruqyah lebih memfokuskan
pada dimensi spiritual (dengan memberikan Psikoterapi dan
konseling secara Islami dan membacakan ayat-ayat suci Al-
Qur‟an dan doa-doa Rasulullah) selain dimensi fisik, psikologis
atau sosial.34
b. Pembagian Ruqyah
Dalam syariat islam dikenal dua macam ruqyah yaitu
ruqyah syar‟iyah dan ruqyah syirkiyah. Ruqyah syar‟iyah yaitu
ruqyah yang benar menurut syariat islam diantaranya dengan
cara membacakan ayat Al-Quran, meminta perlindungan
kepada Allah dzikir dan doa dengan maksud menyembuhkan
penyakit. Sedangkan ruqyah syirkiyah adalah ruqyah yang
sering dipraktekan oleh para dukun. Ruqyah dikalangan para
dukun lebih sering dikenal dengan jampi-jampi.
34H.B.Adz-Dzakiey, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan
Metode sufistik, (Yogjakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003), h. 19
96
35 “Telah menceritakan kepadaku Abu Ath Thahir; Telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Wahb; Telah mengabarkan
kepadaku Mu'awiyah bin Shalih dari 'Abdur Rahman bin
Jubair dari Bapaknya dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i dia
berkata; "Kami biasa melakukan mantera pada masa
jahiliyah. Lalu kami bertanya kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam; 'Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda
tentang mantera? ' Jawab beliau: 'Peragakanlah manteramu
itu di hadapanku. Mantera itu tidak ada salahnya selama
tidak mengandung syirik.”36
c. Batasan Ruqyah
Ruqyah yang sesuai dengan syar‟i memiliki beberapa
ketentuan tertentu. Jika tidak memiliki kriteria tersebut maka
ruqyah tersebut sama dengan jampi-jampi yang dilakukan
oleh para dukun. Kriteria ruqyah yang syar‟i dijelaskan
berikut ini:
35Imam Abî Husain Muslim bin Al-Hajjâj Al-Qutsairy An-
Naisâbûrî, Shahih Muslim, (Beirut: Maktabah al-Ma‟arif), kitab: as-salâm,
bab: la ba‟sa bi ar-ruqô mâ lam yakun fîhi syirkun, hadis no: 2200, h. 1378
36
LIDWA, Pustaka Hadis
97
- Bacaan ruqyah dengan menggunakan ayat Al-quran, do‟a
yang syari atau tidak bertentangan dengan do‟a yang
dituntunkan rosul.
- Menggunakan bahasa arab kecuali tidak mampu
menggunakannya.
- Tidak bergantung pada ruqyah sebab ruqyah hanyalah
sebab yang dapat berpengaruh ataupun tidak.
- Tidak menggunakan do‟a atau permintaan kepada selain
Allah.
- Tidak menggunakan ungkapan yang diharamkan, seperti
celaan.
- Tidak mensyaratkan dengan cara-cara yang aneh seperti
harus dalam keadaan junub atau harus berada di kubur.37
Sebagaimana di nukil dari Fathul majid, imam As-
suyuti berkata,”ruqyah itu boleh jika memenuhi tiga syarat,
yaitu bacaaan ruqyah dengan menggunakan ayat Al-Quran atau
nama dan sifat Allah. Menggunakan bahasa arab atau kalimat
yang memilii makna dan jelas artinya, dan harus yakin bahwa
ruqyah hanya dapat berpengaruh dengan izin Allah, bukan dari
ruqyah itu sendiri.38
37Hasan Bishri, .Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah Terapi
Gangguan Sihir dan Jin Sesuai Syariat Islam, (Jakarta: Pustaka Baru,
2005), h. 47 38
98
d. Tahapan-tahapan dalam psikoterapi melalui ruqyah
1). Berwudhu
Para Pasien sebelum mengikuti prosesi terapi ruqyah
harus berwudhu terlebih dahulu untuk mesucikan dirinya agar
dirinya selalu dijaga malaikat yang ditugaskan Allah SWT.
Wudhu selain sudah dituntunkan Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam dalam penelitian terakhir ternyata memiliki efek
refreshing, penyegaran, membersihkan badan dan jiwa, serta
pemulihan tenaga. Oleh karena itu dapat dipahami apabila ada
seseorang yang sedang marah oleh Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam disarankan mengambil air wudhu. Disinilah
terletak salah satu rahasia dan hikmah wudhu‟.39
2). Berbaring atau duduk dengan mengambil sikap relaksasi
tubuh (otot) yang enak dan nyaman dan relaksasi fikiran.
Dengan berbaring atau duduk dengan melemaskan dan
mengendorkan semua bagian tubuh termasuk otot. Mengutip
beberapa hasil penelitian bahwa relaksasi otot ini ternyata
dapat mengurangi kecemasan, tidak dapat tidur (insomnia),
mengurangi hiperaktifitas pada anak, mengurangi toleransi
39Hembing Wijayakusuma, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan dan
Kesehatan, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1996), h. 67.
99
sakit dan membantu mengurangi merokok bagi para perokok
yang ingin sembuh atau berhenti merokok.40
3). Mendengarkan Lantunan Ayat Suci Al-Qur‟an dengan
Khusyuk.
Setelah berwudhu dan mengambil sikap tubuh yang
enak dan nyaman serta menenangkan fikiran. Maka para pasien
diperdengarkan dengan lantunan bacaan Ayat Suci Al-Qur‟an
dengan khusyuk dan boleh mengikuti bacaan Ayat suci Al-
Qur‟an dalam hati. Al-Qur‟an secara harfiah (kata demi kata,
bukan hanya makna) merupakan obat bagi penyakit-penyakit
hati. Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur‟an :
.(57: [10] “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
suatu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh terhadap
penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat
untuk orang-orang yang beriman.” (Yunus [10]:57)
Keutamaan membaca Al-Quran ialah dapat
menjernihkan hati dan mengobati penyakit jiwa. Sesungguhnya
ketenangan jiwa dan raga akan diberikan kepada orang yang
40Elvira SD. Kumpulan Makalah Psikoterapi,.( Balai Penerbit :
FKUI:2005), h. 5-7
100
mau membaca Al-Quran dengan penuh keikhlasan dan
berpasrah diri kepada Allah SWT. Oleh karena itu
mendengarkan atau membaca Al-Qur‟an dapat dijadikan
sebagai teknik membersihkan jiwa dari segala penyakit-
penyakit hati (iri, dengki, sombong, ujub, takabur, riya, dan
lain sebagainya).
Membaca Al-Quran dapat memperbanyak kebaikan,
dan menguatkan harapan untuk meraih surga. Membaca Al-
Quran dapat menjadi terapi bagi kegelisahan yang timbul
akibat rasa berdosa.41
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah
pernah bersabda:
)(
“Tidak ada suatu kelompok yang berada di rumah Allah
SWT yang membaca Al-Quran. Mereka saling memberi
41Muhammad Usman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadis, h.
356-357.
42
Imam Abî Husain Muslim bin Al-Hajjâj Al-Qutsairy An-
Naisâbûrî, Shahih Muslim, (Beirut: Maktabah al-Ma‟arif), kitab: adz-dzikr
wa ad-du‟â wa at-taubah wa al-istighfâr, bab: fadhl al-ijtimâ‟ „alâ tilâwatil
qurân wa „alâ dzikr, hadis no 2700, h.1647
101
pelajaran diantara mereka. Melainkan akan diturunkan
bagi mereka ketenangan, limpahan rahmat, dikelilingi oleh
para malakat, dan Allah akan mengingat orang yang
bersama mereka.”43
(HR. Muslim)
Menurut Alan Goldstein sebagaimana dikutip oleh
Sentot Haryanto, telah menemukan semacam zat morfin
alamiah pada diri manusia, yaitu dalam otak manusia yang
disebut endogegonius morphin atau yang sering disingkat
dengan endorphin atau endorfin yang memiliki fungsi
kenikmatan (pleasure principle).44
Zat tersebut dapat
dirangsang dan mempercepat tubuh untuk memproduksi
endorfin dengan cara relasasi otot dan fikiran yang
mengeluarkan gelombang-gelombang alfa yang berhubungan
dengan ketenangan dan kondiri relaks dalam menikmati
lantunan ayat suci Al-Qur‟an.45
Selain memberikan efek ketenangan dalam
mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur‟an, mungkin beberapa
pasien akan mengalami suatu keadaan tazkiah (pensucian jiwa)
untuk menghilangkan atau melenyapkan segala kotoran dan
43LIDWA, Pustaka Hadis
44
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 84
45
Sabiilatul, Psikoterapi Ruqyah dalam Tinjauan Psikoterapi
Islami, http://sabiilatul.wordpress.com/2012/05/01/psikoterapi-ruqyah-
dalam-tinjauan-psikologi-islami/. Diakses tanggal 2-10-2014.
102
najis yang terdapat dalam dirinya secara psikologis dan
rohaniyah. Dimana dapat terjadi kondisi unconscious
(ketidaksadaran) seperti menangis tanpa terkendali yang
mengeluarkan semua ketegangan dalam dirinya bahkan gerak
tubuhnya menjadi tidak terkendali (yang akan langsung
ditangani khusus oleh Ustadz yang meruqyah) jika dalam
dirinya sudah sangat banyak kotoran-kotoran dosa dan
kemaksiatan dalam jiwa, qalb, akal fikiran, inderawi dan fisik
yang tercemari sifat-sifat dan unsur-unsur syaitaniyah.46
Dari semua penjabaran dan pembahasan yang telah
dikemukakan menunjukkan bahwa ruqyah syar‟iyyah punya
legalitas yang begitu kuat baik dari segi dalil Al-Qur‟an dan
Sunnah maupun dari segi penelitian ilmiah, maka janganlah
kita ragu untuk mempraktikkan dan menjadikannya sebagai life
style kita sebagai seorang mukmin, pengikut Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam. Agar warisan Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam yang satu ini tidak asing dalam
kehidupan masyarakat Islam sekarang atau di masa mendatang.
46I.Mizra dan G.Iful, Holistic HSQ:Metode menemukan Karakter
Diri Berdasarkan Simbolisasi Al-Quran, (Bandung: Dzikr Press, 2007), h.
87
103
e. Ayat-Ayat Al-Quran Yang Bisa Digunakan Untuk
Meruqyah
1). Ruqyah untuk mengobati rasa sakit
Dalam kitab tafsir Al-Qurthubi disebutkan, Tulis surat
Al-Fatihah, empat ayat surat Al-Baqarah, ayat yang berbicara
tentang pengandalian angin, ayat kursi dan dua ayat setelahnya,
bagian akhir suratAl-Baqarah, bagian pertama surat An-Nisa,
ayat pertama surat Al-Maidah, ayat pertama surat Al-An‟am,
ayat pertama surat Al-A‟raf, ayat dalam surat Yunus, juga ayat
dalam surat Thâhâ, kemudian sepuluh ayat awal surat Ash-
Shaffât, Al-Ikhlas dan Al-Mu‟awwidzatain. Ditulis di
dalam bejana yang bersihkemudian mandi tiga kali denga air
itu juga disiramkan pada bagian yang sakit tiga kali, kemudian
berwudhu dengan air itu lalu menuaikan shalat dan memohon
kesembuhan kepada Allah. Lakukan hal tersebut selama tiga
hari.47
47Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 10, h. 787-788
104
48
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Abdul Warits dari Abdul Aziz dia
berkata; "Aku dan Tsabit pernah mengunjungi Anas bin
Malik, lalu Tsabit berkata; "Wahai Abu Hamzah, aku sedang
menderita suatu penyakit." Maka Anas berkata; "Maukah
kamu aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?" dia menjawab; "Tentu." Anas berkata;
"ALLAHUMMA RABBAN NAASI MUDZHIBIL BA`SA ISYFII
ANTA SYAAFI LAA SYAAFIYA ILLA ANTA SYIFAA`AN LAA
YUGHAADIRU SAQAMA (Ya Allah Rabb manusia, dzat yang
menghilangkan rasa sakit, sembuhkanlah sesungguhnya
Engkau Maha Penyembuh, tidak ada yang dapat
menyembuhkan melainkan Engkau, yaitu kesembuhan yang
tidak menyisakan rasa sakit)."49
2). Ruqyah untuk mengobati gangguan jin/ syaitan
48
Muhammad ibn Ismâ‟îl al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, kitâb
ath-Thib, bâb ar-Ruqyatun Nabi, no hadis: 5742, (Kairo: Dâr at-
Taufiqiyyah, 2012), jilid 4, h. 30
49
LIDWA, Pustaka Hadis, Kitab : Pengobatan Bab : Jampi nabi
ShollAllahu 'alaihi wa Salam
105
Adapula ayat-ayat Al-Quran yang digunakan untuk
mengobati orang-orang yang terkena gangguan syetan/jin yaitu
dengan bacaan ayat kursi, lalu setelah membaca ayat kursi
kemudian membaca Al-Mu‟awwidzatain(surat Al-Falaq dan
surat An-Nas)50
3). Ruqyah untuk mengobati sengatan hewan
Selain dengan bacaan surat Al-Fatihah untuk mengobati
sengatan kalajengking, Rasullulah pernah mengobati jemarinya
yang tersengat kalajengking, seperti yang ditulis dalam buku
karangan Abdul Mun‟im Qindil:
“Kalajengking menyengat jemari Rasulullah ketika beliau
sedang shalat. Setelah shalat beliau berkata: “Allah telah
melaknat kalajengking ini, ia tidak membiarkan orang shalat
dan yang lainnya”. Kemudian beliau mengambil air dan garam
lalu diusap pada jarinya yang disengat seraya berdoa membaca
Qul Yâ Ayyuhal Kâfirûn..., Qul A‟ûdzu bi Rabbil Falaq..., Qul
A‟ûdzu Bi Rabbin Nâs...51
4). Ruqyah untuk mengobati hilang akal
50 Ibn Qayyim Al-Jauziyyah, Panduan Rawatan Perubatan
Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, terj. Razali Muhammad isa,
(Selangor: Darul Ehsan, 1996), h. 29
51
Abdul Mun‟im Qindil, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam Al-
Quran dan Sunah,terj. Dedi Junaedi, (Jakarta:Akademika Pressindo, 2001),
h. 132
106
Al-Fatihah selain digunakan untuk mengobati sengatan
binatang juga bisa digunakan untuk mengobati/ meruqyah
orang yang hilang akal.
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah
menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Abu Bisyr dari
Abu Al Mutawakkil dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa beberapa
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pergi dalam suatu
perjalanan yang mereka lakukan. Kemudian mereka singgah di
sebuah kampung Arab, sebagian penduduk kampung tersebut
lalu berkata, "Sesungguhnya pemimpin kami tersengat, apakah
52 Abu Daud Sulaiman bin al-Asy‟ats al-Azdi as-Sijistani, Shohih
Sunan Abu Daud, (Ar-Riyadh: Maktabah Al-Ma‟arif), kitab : Ath-Thib, bab:
Kaifa Ar-Ruqô?, hadis no: 3896, h. 470
107
salah seorang di antara kalian memiliki sesuatu yang
bermanfaat bagi sahabat kami tersebut?" Kemudian salah
seorang dari para sahabat tersebut menjawab, "Ya. Demi
Allah, sesungguhnya aku akan menjampi, akan tetapi kami
telah meminta kalian agar menjamu kami namun kalian
menolak untuk menjadikan kami sebagai tamu. Aku tidak akan
menjampi hingga kalian memberikan hadiah kepadaku."
Penduduk kampung tersebut kemudian memberikan hadiah
sekumpulan kambing kepadanya, lalu sahabat tersebut datang
kepada orang yang tersengat dan membacakan Surat Al
Fatihah kepadanya, lalu meniupkan hingga orang tersebut
sembuh seolah-olah telah terbebas dari ikatan." Abu Sa'id Al
Khudri berkata, "Kemudian mereka memenuhi janjinya untuk
memberikan hadiah kepada para sahabat sebagaimana yang
mereka janjikan. Kemudian para sahabat berkata, "Bagilah
kambing-kambing tersebut!" Lalu sahabat yang telah
membacakan jampi mengatakan, "Kalian jangan
melakukannya hingga kita datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam dan minta pertimbangannya."
Lalu mereka pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dan menyebutkan hal tersebut kepada beliau.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bersabda: "Dari
mana kalian mengetahui bahwa Al Fatihah adalah jampi?
108
Kalian telah berbuat baik, bagilah dan berilah aku bagian
bersama kalian."53
Terapi Jiwa Melalui Sabar dan Shalat
a. Sabar dan sholat sebagai penolong
Berbagai pengalaman kita lalui dalam kehidupan
beragama. Ada orang yang sejak kecil taat beragama, sampai
dewasa ketaatan beragamanya tidak berubah, bahkan
meningkat. Sebaliknya ada pula orang yang ketatannya
melaksanakan ibadah berkurang setelah ia mengalami
kemajuan di bidang jabatan dan materi. Ada orang yang
semakin tinggi pangkatnya, semakin rajin shalatnya, sebaliknya
ada orang yang menghentikan shalatnya karena mengalami
kekecewaan dalam hidupnya. Berapa banyak orang yang
kehilangan makna hidup, sampai akhirnya orang tersebut
mencari jalan untuk melepaskan diri dari ketakutan,
kebingungan, kesedihan dan kekecewaan. 54
Obat paling manjur untuk penyakit seperti itu adalah
sabar dan takwa kepada Allah sebagaimana firmanNya
53 LIDWA, Pustaka Hadis, Abu Daud, Kitab : Pengobatan Bab :
Tata cara ruqyah No. Hadist : 3401.
54
Zakiah Darajat, Shalat Menjadikan Hidup Lebih Bermakna.
Jakarta: Ruhama, 1996), h. 29
109
..
“Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar
maka Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang
berbuat baik"(QS. Yusuf [12]: 90)
Kisah Nabi Yusuf ini menjadi suatu contoh nyata
bahwa sesungguhnya imbalan dari dari Allah atas kesabaran
dan ketakwaan itu sangat melimpah. Sesungguhnya siapa yang
bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak akan
menyia-nyiakan ganjaran buat mereka karena mereka termasuk
al-muhsinin yakni yang mantap kebajikannya.55
Sabar dan sholat adalah obat dari segala macam
penyakit dan masing-masing tidak terpisahkan dari yang lain.56
Para dokter jiwa sepakat bahwa gejala stres itu bisa
hilang dengan cara curhat kepada teman atau orang terdekat.
Kalau tidak ada orang yang dijadikan tempat untuk itu, maka
setidaknya cukuplah Allah sebagai tambatan dan penolong.
Telah terbukti banyak orang sakit yang tidak bisa disembuhkan
55M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, vol.6, h. 503
56
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, Indahnya Sabar, terj. AM. Halim,
(Jakarta: Magfirah Pustaka, 2006), h. 107
110
oleh dokter. Akhirnya mereka berserah diri dengan melakukan
shalat dan pasrah kepada Allah sehingga memperoleh
kesembuhan.57
Sabar dan sholat merupakan cara yang diberikan Allah
kepada manusia dalam menghadapi kegundahan-kegundahan
dalam menjalani kehidupan. Pendekatan-pendekatan spiritual
yang dalam juga sangat membentuk diri kita dalam
menghadapi permasalahan. Untuk membantu manusia dalam
menghadapi dirinya yang sedang menghadapi berbagai
masalah itu, maka Allah menyuruh kita shalat, disamping kita
harus bersabar. Sebagaimana firman Allah dalam Al-
Quran dalam surat Al-Baqarah
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu'. (QS. Al-Baqarah [02]: 45)
57Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-
Quran, (Jakarta: Akbar, 2002), h. 309
111
Wasta‟înu (dan mintalah pertolongan ), artinya
hendaklah kalian meminta pertolongan dan uluran tangan dari
yang Maha Kuasa dalam segala hal, karena pada hakikatnya
manusia tidak akan mampu melakukan apapun kecuali atas izin
Allah.
Bi ash-Shobri (dengan sabar), Allah memerintahkan
agar bersabar dalam ketaatan dan meninggalkan
penyimpangan. Jika dia bersabar dalam meninggalkan
kemaksiatan, maka sesungguhnya dia telah bersabar dalam
ketaatan. 58
..
[39]“...Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah
yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Apalagi jika perbuatan tersebut adalah suatu kebajikan,
untuk itu lakasanakanlah segala kebajikan dengan penuh
kesabaran semata-mata mengharapka ridho Allah.
58Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, jilid 1, h. 816
112
Wa ash-Sholâh (dan sholat), artinya menghadapkan diri
kepada Sang Pencipta, rukuk dan sujud dengan khusyuk, sesuai
syarat dan rukunnya. Memohon pertolongan Allah dengan
sholat juga bisa diartikan banyak membaca doa dan
permohonan ketika melakukan sholat, terutama pada saat
sujud. Sujud merupakan keadaan paling dekat antara hamba
dan Tuhannya.
Wa Innahâ la kabîratun illa „alaal-khôsyi‟în (dan
sesunguhnya yang demikian itu sungguh sangat berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk), artinya sholat sebagai suatu
kewajiban benar-benar menjadi sesuatu yang sangat berat
kecuali bagi orang-orang yang betul-betul taat, pasrah dan
ridha dengankketentuan Allah.
Kaliamat ...wainnahâ lakabîratun....(...dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh sangat berat....),
secara tersirat mengandung pengertian bahwa ketaatan dalam
bentuk shalat dengan tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan
Allah, tidaklah memiliki nilai sama sekali. Untuk itu dalam
melaksanakan shalat, seorang hamba hendaknya
memperhatikan rukun-rukun shalat dengan baik dan sungguh-
113
sungguh. Pada saat itu dia tidak ada satupun yang terlintas
dalam pikirannya kecuali Allah.59
Dengan shalat manusia tidak akan merasa sendirian
dalam menghadapi kesulitan. Walaupun ia tidak melihat Allah,
namun ia sadar bahwa Allah senantiasa bersamanya dan selalu
menjadi penolongnya. Shalat merupakan sarana hubungan
manusia dengan Tuhannya. Melalui shalat manusia dapat
berdialog secara langsung tanpa perantara dengan Sang
Pencipta. Sehingga hal ini akan memberikan efek ia merasa
atau menyadari bahwa dirinya tidak sendirian, tidak merasa
kesepian, selalu ada yang melihatnya, memperhatikannya,
yaitu Allah SWT. Dengan kondisi kejiwaan seperti itu ia
mampu mengungkapkan perasaannya kepada Allah, ia akan
berdoa memohon dan mengadu kepada Allah.60
Disamping itu, shalat juga memiliki pengaruh penting
dalam menyembuhkan perasaan bersalah yang menimbulkan
perasaan gelisah dan stress, yang dianggap biang keladi
munculnya penyakit jiwa. Hal itu karena shalat dapat
menghapus dosa dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran
59Qamaruddin Shaleh, dkk., Ayat-ayat Larangan dan Perintah
dalam Al-Quran, (Bandung: Diponegoro, 2002), h. 442
60
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, h. 89
114
kesalahan serta membangkitkan harapan meraih ampunan dan
ridha Allah swt.
:[23]
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya”.
(QS. Al-Mu‟Minun[33]: 1-2)
Para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa manfaat shalat
bagi seorang ditinjau dari sudut kejiwaan lebih banyak dari
hanya sekedar dihitung, dan lebih umum dari hanya sekedar
disebut. Dalam shalat seseorang meningat Tuhannya.
Sesungguhnya semua urussan berada di tanganNya.
Sesungguhnya manusia dalam dunia ini hanya milik Allah
semata.
Manfaat lain dari shalat adalah untuk memantapkan
jiwa dan keinginan dengan bersandar dan menyerahkan diri
dan segala sesuatunya hanya kepada Allah swt bukan kepada
yang lainnya. Sholat juga melatih diri untuk mencintai aturan,
mematuhi keteraturan dalam pekerjaan dan kehidupan, karena
shalat dikerjakan pada waktu-waktu yang teratur. Dengan
115
mengerjakan sholat seseorang akan belajar bagaimana
bersaudara, bersikap, bersabar, santun, tenang dan
mebiasakan diri memfungsikan pikiran untuk hal-hal yang
bermanfaat. Hal ini dikarenakan seseorang akan fokus
terhadap makna ayat-ayat Al-Qur‟an dan menghayati makna
shalat dalam shalat.61
b. Sholat sebagai terapi psikis harian.
Allah SWT mewajibkan kepada seorang muslim untuk
melakukan sholat lima kali sehari semalam, dan Nabi SAW
menetapkan shalat-shalat sunah. Sholat bukan hanya sebuah
kewajiban yang harus dikerkajan dan dipatuhi oleh setiap
muslim, tapi juga harus dilakukan secara sungguh-sungguh
sehingga mereka dapat merasakan manfaat positif dari sholat.
Mendirikan shalat berarti menyelaraskan aspek-aspek
pikiran (niat), kata-kata (pelafalan), dan tindakan (gerakan)
sehingga meningkatkan kesehatan dan penyembuhan dalam
sebuah medan energi.62
Apabila seorang muslim senantiasa melakukan shalat pada
waktunya sejak mulai balighserta melakukan shalat-shalat
61Imam Musbikin, Melogikakan Rukun Islam. (Yogjakarta: Diva
Press, 2008), h.26-27
62
Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin, (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2005), h. 83
116
sunat sebatas kemampuannya, maka ia akan sehat karena
dalam pelaksanaan shalat itu ia melakukan gerakan-gerakan
untuk semua otot badan dan menggerakkan persendian dalam
setiap rakaat, yang karena nya dapat memacu detak jantung dan
melancarkan aliran darah.63
Aloe Saboe dalam bukunya “Hikmah Kesehatan dalam
Sholat” sebagaimanadikutipoleh Muhammad Kamil,
mengatakan bahwa hikmah yang didapat dari gerakan-gerakan
sholah tidak sedikit artinya bagi kesehatan jasmaniah dan
dengan sendirinya akan membawa efek pula pada kesehatan
rohaniah atau kesehatan mental jiwa seseorang. Ditinjau dari
ilmu kesehatan, setiap gerakan,sikap, serta setiap perubahan
dalam gerak dan sikap tubuh pada waktu melaksanakan sholat
adalah yang paling sempurna dalam memelihara kondisi
kesehatan tubuh.64
Lewat analisis kejiwaan bahwa shalat wajib yang lima
waktu itu mempunyai fungsi pengobatan atau fungsi kuratif
terhadap gangguan kejiwaan. Maka kita temukan fungsi
kejiwaan lainnya bagi shalat wajib yang harus dilaksanakan
pada waktu yang telah ditentukan. Semangat Islam untuk
melakukan shalat khususnya berjamaah mendorong
63Abdul Mun‟im Qindil, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam Al-
Quran dan Sunnah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2010), h. 22.
64
Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam, (Jakarta: Ruhama, 1994), h. 50
117
terealisasinya tujuan kejiwaan. Yaitu mempererat hubungan
mahabbah diantara orang-orang yang melakukan shalat dan
semakin menguatkan rasa kasih sayang diantara mereka.65
Shalat subuh. Pada waktu subuh batin orang yang
bangun tidur itu masih lega, belum menghadapi persoalan,
belum ada yang dikeluh kesahkan. Maka dalam memasuki hari
itu, setiap orang ingin merasa terjamin ketentraman dan
kemanan hidupnya sepanjang hari nanti. Untuk itulah ia perlu
memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar ia selamat dan tidak
terganggu dalam menjalani tugasnya selama satu hari nanti.
[17]:
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir
sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh.
Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”.
(QS. Al-Isra[17]:78)
Ini adalah perintah dari Allah untuk melaksanakan
shalat-shalat, akan tetapi Allah mengkhususkan shalat subuh
65Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-
Quran, (Jakarta: Akbar 2004) cet 5, hal 325-326
118
dengan memberikan pujian yang lebih, yaitu shalat subuh ini
disaksikan oleh malaikat-malaikat Allah.66
Dalam buku Pengobatan Dengan Shalat, Zahir Rabih
mengatakan, “Sesungguhnya hormon kortisol yang merupakan
hormon aktifitas dalam tubuh manusia mulai bertambah seiring
dengan masuknya waktu fajar. Karena itulah manusia merasa
bergairah dan memiliki semangat yang besar setelah shalat
fajar. Pada saat terbit matahari, tubuh memerlukan penyesuaian
fisik, diantaranya untuk mencairkan endapan lemak pada
dinding pembuluh darah yang terjadi pada saat kita tidur.
Untuk mencairkan endapan-endapan lemak itu kita perlu
bergerak dan berolahraga. Namun ternyata dalam shalat fajar
sudah cukup menjadi sarana untuk mencairkan lemak dalam
tubuh.67
Allah mewajibkan shalat subuh karena dengan shalat
itu hubungan batinnya dengan Allah akan diperkuat, ia ingat
bahwa Allah maha penyayang, Allah dekat dan senantiasa
melindungi. Dengan demikian hati mereka merasa tentram dan
aman dalam perjalanan hidupnya hari itu. Faidah lainnya juga
ialah menghilangkan kemalasan, melancarkan peredaran darah
setelah tidur, menjaga kesehatan, mengusir kesedihan, dan
66Imad Ali Abdus Sami Husain, Keajaiban Shalat Subuh, (Solo:
Wacana Ilmiah Press, 2006), h. 41
67
Jamal Elzaky, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, h. 128.
119
mencegah penyakit-penyakit jiwa dan tubuh. 68
Shalat dzuhur. Setiap muslim yang melakukan shalat
dengan perasaan lega dan optimis menghadapi tugas dan
pekerjaannya dipagi hari. Kendati pun ia telah memulai
pekerjaannya dengan senang hati, namun kadang-kadang
terjadi pula hambatan, rintangan yang tidak diperhitungkan
sebelumnya. Rencana dan pembagian waktu yang telah
direncanakan untuk menghadapi pekerjaan sehari itu
terganggu.
Menurut perhitungan kejiwaan, bila perasaan tidak
tenang dan pikiran penuh dengan berbagai masalah yang tidak
terselesaikan, maka daya pikir akan menurun atau bahkan
mungkin tidak bekerja. Sedangkan apabila orang tersebut
mengalami masalah-masalah yang agak menyakitkan,
menggelisahkan dan mencemaskan, maka semua itu tidak
dapat hilang hanya dengan istirahat siang selama 1 jam yang
diberikan kantor. Hal tersebut harus di atasi dengan pelegaan
batin yang dapat dilakukan dengan shalat dzuhur.69
Inilah barangkali hikmahya mengapa shalat dzuhur itu
wajib dan tidak boleh ditunda sampai terlewat waktunya.
Seseorang yang lelah bekerja dan menghadapi berbagai hal
68Adnan Tharsyah, Keajaiban Shalat bagi Kesehatan, Terj.
Abdullah,(Jakarta: Senayan Publishing, 2007), h. 180
69
Jamal Elzaki,Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, h. 128
120
yang mengganggu sejak pagi akan merasa agak segar apabila
bersuci dan berwudhu. Sedangkan pelaksanaan shalat dzuhur
akan memberikan kelegaan dan ketentraman seperti yang telah
diuraikansebelumnya.
Shalat ashar. Kemampuan jasmani beraktivitas atau
bekerja pada waktu siang hari dalam keadaan panas, memang
tidak sekuat pagi hari lagi. Kesegaran jasmani menurun,
kemampuan berfikir agak berkurang, sebaliknya emosi mudah
terangsang. Oleh karena itu manusia diwajibkan kembali shalat
asar. Dengannya dapat menjadi penyembuhan efektif dari
segala sesuatu yang dilalui pada hari itu, seperti kendala-
kendala emosional, ketegangan, dan kelelahan.70
Dari sana
dapat kita lihat bahwa fungsi sholat asar sebagai pencegah
gangguan kejiwaan adalah dengan sholat asar, syaraf-syaraf
dan otot-otot yang tegang karena bekerja di waktu siang hari
dapat kembali regang dan rileks. Sehingga dengan begitu,
kondisi fisik dan psikis manusia tetap terjaga. Allah pun
memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga shalat Ashar.
Allah berfirman
70Adnan Tharsyah, Keajaiban Shalat bagi Kesehatan, terj.
Abdullah,(Jakarta: Senayan Publishing, 2007), h. 187
121
]:[ “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat
wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan
khusyu'”. (QS. Al-Baqarah [2]: 238)
Dalam surat al-Baqarah ayat 238 ini Allah secara
khusus memerintahkan untuk memelihara shalat wusthâ.
Menurut sebagian ulama, shalat wusthâ ini merupakan shalat
Ashar yang memang sering luput dari perhatian kaum
Mukminin disebabkan oleh kesibukkan mereka dalam urusan
dunia.71
Shalat maghrib. Pada waktu pergantian siang dan
malam, yang kadang-kadang mencekam jiwa, terutama bagi
mereka yang merasa kurang berhasil mengerjakan tugasnya.
Setelah matahari terbenam, azan magrib bekumandang.
Rupanya Allah memberi kesempatan bahkan mewajibkan
kepada manusia untuk menghadap kepadaNya guna
menunaikan kewajiban pembersihan diri dari berbagai masalah
yang menyesakkan dada, serta memohon ampun atas
kekhilafan dan kesalahan dalam perjalanan hidup seharian tadi,
71Qamaruddin Shaleh, dkk., Ayat-ayat Larangan dan Perintah, h.
514
122
dan selanjutnya bersyukur atas segala keberhasilan yang
dicapainya pada hari itu. Dengan demikian terlepaslah dirinya
dari berbagai macam hal yang mengganggu perasaan, dan ini
jelas merupakan pencegahan terhadap gangguan kejiwaan.
Shalat isya. Agar tidur nyenyak, mohonlah
perlindungan kepada Allah agar dijaga Nya selama tidur.
Buatlah perhitungan terhadap pekerjaan sehari tadi, mulai dari
bangun tidur sampai kepada malam menjelang tidur kembali.
Inilah tempat kita muhasabah diri dan introspeksi diri.
Sehingga jika ada keberhasilan, kita dapat bersyukur, dan
apabila banyak hal yang belum tercapai kita mohonkan kepada
Allah jalan keluarnya. Hal ini dilakukan agar hati menjadi
tenang dan semua anggota tubuh serta pikiran dapat beristirahat
secara maksimal. “Batas antara kita dengan orang-orang
munafik adalah menghadiri shalat Isya dan Subuh, sebab
orang-orang munafik tidak sanggup menghadiri kedua shalat
tersebut” (Imam Malik).72
Selain sholat wajib, sholat-sholat sunnah juga memiliki
arti penting bagi terapi kejiwaan manusia. Bukan tanpa alasan
Rosululah mensyariatkan kepada ummatnya untuk merutinkan
melakukan sholat sholat sunnah karena didalamnya banyak
72Imad Ali Abdus Sami Husain, Keajaiban Shalat Subuh, (Solo:
Wacana Ilmiah Press, 2006), h. 58
123
sekali terkandung unsur ketenangan batin bagi manusia
sehingga manusia akan lebih siap menerima segala sesuatu
yang telah terjadi maupun yang akan terjadi. Diantara
pentingnya sholat-sholat sunnah sebagai sarana terapi jiwa
antara lain akan penulis terangkan berikut ini:
Shalat sunnah rawatib ialah sholat yang disunnahkan
sebelum atau sesudah sholat fardu yang lima. Mempunyai
manfaat pembinaan yang memperkuat mental, dan menambah
kesehatannya, karena pendekatan kepada Allah lebih
ditingkatkan dengan kesadaran dan kemauan untuk lebih
banyak memperoleh kesempatan untuk menentramkan batin.73
Sholat sunah rowatib secara psikis menjadikan manusia merasa
senang mendekati hal-hal positif dengan penuh keihklasan.
Shalat tahajjud. Ketahuilah bahwa shalat tahajud
adalah sholat sunah yang sangat dianjurkan. Sholat mala
merupakan keistimewaan orang-orang yang bertakwa.74
Dengan sholat tahajjud gumpalan masalah yang bertumpuk,
petaka benang kusut yang memusingkan kepala sedikit demi
sedikit mulai terurai, maka perasaannya mulai lega, pandangan
73Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Panduan Praktis Shalat
Sunah dan Puasa Sunah, terj. Ade Ichwan Ali, (Bogor: Pustaka Ibnu
„Umar, 2013), h. 5
74
Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Panduan Praktis Shalat
Sunah dan Puasa Sunah, h. 41
124
terhadap dunia dan kehidupannya mulai sedikit cerah dan
secercah harapan mulai muncul dalam hatinya.
Shalat Tahajjud merupakan shalat paling afdhal setelah
shalat fardu karena shalat malam merupakan bentuk
pendekatan diri kepada Allah dan sebaga penebus dosa.
75Betapaistimewanya sholat tahajjud ini sehingga Allah
memerintahkan manusia untuk berupaya mendirikanya.
Sebagaimana firman Allah:
(79:[17]“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat
yang Terpuji”.(QS. Al-Isra [17]: 79)
Shalat istikharah, Berapa banyak manusia yang
kebingungan menghadapi berbagai pilihan dalam hidupnya.
Agar pertimbangan itu mantap dan tidak disesali dikemudian
hari, maka mohonlah petunjuk kepada Allah.
Shalat istikharah jika ditinjau dari segi kejiwaan, maka dapat
75Yusuf Khaththar Muhammad, Mukjizat Shalat Tahajjud, (Solo:
Wacana Ilmiah Press, 2014), cet ke 3, h. 83-84
125
dikatakan bahwa ia merupakan terapi bagi gangguan kejiwaan
yang disebut konflik jiwa.
Sungguh banyak macam gangguan kejiwaan yang
disebabkan oleh konflik batin yang tidak teratasi, bahkan tidak
jarang orang yang terserang berbagai penyakit psikosomatik
seperti sesak nafas, sakit lambung dan lain-lain.
Maka shalat istikharah berfungsi sebagai cara untuk
mengatasi konlik jiwa dan menghindarkan seseorang dari
berbagai penyakit yang disebabkan oleh konflik jiwa tersebut.
Sholat istikharah secara psikis mampu menghilangkan
perasaan bimbang, ragu-ragu, serta perasaan kehilangan arah
tujuan.Allah berfirman
:[8]
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada
Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami
akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia
yang besar”. (QS. Al-Anfal [8]: 29).
126
Mengenai ayat ini Imam Nawawi berkata, “Hati orang
yang bertakwa akan dibersihkan dan pikirannya menjadi jernih,
sehingga ia dapat mengikuti mana yang hak dan menjauhi yang
batil. (Riyadush Shalihin).76
Shalat Hajat, Tiap orang mempunyai idaman hati, atau
satu cita-cita yang diidamkan. Kita tidak cukup hanya bekerja
dan berusaha dengan sungguh untuk mencapai cita-cita
tersebut. Tetapi kita perlu memperkuat usaha dengan shalat
hajat. Agar mental dan kejiwaan kita pun merasa tenang dan
optimis, bahwa apa yang kita inginkan pasti dikabulkan oleh
Allah Yang Maha Pengasih. Sholat hajat secara psikis
menjadikan manusia lebih energik, semangat, dan tidak mudah
putus asa dalam menempuh harapan hidup.77
c. Aspek Psikologis dalam Sholat
Ada empat aspek psikologis dalam shalat: aspek olah
raga, aspek meditasi, aspek autosugesti, dan aspek
kebersamaan.
Aspek olah raga.Shalat ditinjau dari segi kesehatan
dianggap sebagai latihan olahraga yang dilakukan dengan
teratur pada waktu tertentu, di siang hari dan malamnya.
76M. Sodik Mustika, dkk., Rahasia Shalat Istikharah, (Yogyakarta:
Mutiara Medika, 2008), h. 216
77
Dadang Hawari, Al-Qur‟an, Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa. (Jogjakarta: Dana Bhakti PrimaYasa,1996), h.107-110
127
Olahraga ini menjadikan badan kuat dan semangat. Dan telah
jelas bahwa seorang muslim yang senantiasa melaksanakan
shalat, ia tidak mengalami terkilit tulang rawan, bungkuknya
tulang belakang, atau keringnya persendian meskipun usia dan
ketuaan menghampirinya.78
Shalat adalah proses yang menuntut suatu aktifitas fisik.
Kontraksi otot, tekanan atau message pada bagian otot-otot
tertentu dalam pelaksanaan shalat merupakan suatu proses
relaksasi. Salah satu terapi yang banyak dipakai dalam proses
gangguan jiwa adalah relaksasi. Hasil riset menyatakan, shalat
berisi aktivitas yang menghasilkan bio-energi yang
menghantarkan si pelaku dalam situasi seimbang. Shalat yang
berisi aktivitas fisik dan rohani, khususnya shalat yang banyak
rakaatnya tidak dapat dipungkiri akan dapat meng-hilangkan
kecemasan.
Semua gerakan, sikap dan prilaku dalam Sholat dapat
melemaskan otot yang kaku, mengendorkan tegangan system
syaraf, menata dan mengkonstruksi persendian tubuh, sehingga
mampu mengurangi (atau bahkan menghilangkan) stress,
kekejangan, rheumatik, pegal-linu, encok, dan semua penyakit
syaraf dan persendian lainnya. Sholat juga merupakan terapi
78Abdul Mun‟im Qindil, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam Al-
Quran dan Sunnah, (Jakarta: Akademika Pressindo 2010), h. 22.
128
psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif
sekaligus. Kebersihan dalam sholat merupakan proses untuk
mencapai kesehatan, sedangkan kesehatan merupakan hasil
dari kebersihan. Karena itu, sholat merupakan terapi bagi
penyakit manusia, baik penyakit fisik maupun psikis.79
Aspek Meditasi.Shalat memiliki efek seperti meditasi
atau yoga, bahkan merupakan meditasi atau yoga tingkat tinggi
jika dilakukan dengan benar dan khusyu‟. Dalam shalat terjadi
hubungan rohani atau spiritual antara manusia dengan Allah.
Dalam aksi spiritualisasi islam, shalat dipandang sebagai
munajat (berdoa dalam hati dengan khusu‟) kepada Allah.
Kondisi inilah yang menurut Djamaludin Ancok mirip dengan
meditasi atau yoga.80
Orang yang sedang shalat, dalam
melakukan munajat, tidak merasa sendiri. Ia merasa seolah-
olah berhadapan dengan Allah, serta didengar dan diperhatikan
munajatnya. Suasana spiritualitas shalat yang demikian, dapat
menolong orang mengungkapkan segala perasaan, keluhan dan
permasalahannya kepada Allah. Dengan suasana shalat yang
khusu‟ itu pula orang memperoleh ketenangan jiwa (annafsul
muthmainnah) karena merasa diri dekat dengan Allah dan
79Djamaludin Ancok, Fuat Nashori, Psikologi Islami, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), cet ke-4, h. 98
80
Sentot Haryanto, Psikologi Shalat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), h. 81
129
meperoleh ampunannya. Bagi manusia yang melaksanakan
shalat wajib secara terus menerus dan melaksanakan shalat
sunnah secara rajin. Dan semua shalat itu dilaksanakan secara
khusu‟ maka nilai-nilai kesehatan mental yang terkandung
didalam ibadah shalat tersebut akan berpengaruh pada dirinya.
Nilai-nilai kesehatan mental yang terdapat dalam ibadah shalat
tersebut tertuang dalam bentuk fungsi shalat sebagai pengobat
(curative), pencegah (preventive), pembina (constructive),
dalam kesehatan mental. Aspek Autosugesti. Bacaan
dalam shalat disamping berisi pujian juga berisikan do‟a atau
permohonan pada Allah agar berkenan memberikan jaminan
keselamatan dunia akhirat. Ditinjau dari teori hipnosis yang
menjadi landasan terapi kejiwaan, pengucapan kata-kata do‟a
itu berisi suatu proses autosugesti. Lafazh do‟a shalat
merupakan terapi terapi self-hypnosis.81
Joe H. Slate (psikolog
berlisensi, profesor, dan pendiri Parapsychology Research
Foundation), dalam bukunya yang berjudul Energi Aura
memanfaatkan energi aura untuk menjaga kesehatan dan
meraih keberhasilan karier, menulis : Tahap intervensi
menyeluruh merupakan strategi pemberdayaan diri yang
terstruktur yang memanfaatkan relaksasi fisik, pembayangan
81Djamaludin Ancok, Fuat Nashori, Psikologi Islami, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), cet ke-4, h. 99
130
mental, dan ucapan-ucapan positif untuk menyuntik aura
dengan energi yang dahsyat. Energy ruhani shalat dapat
membantu membangkitkan harapan, menguatkan tekad,
meninggikan cita-cita, dan juga melepaskan kemampuan yang
luar biasa yang menjadikan seseorang lebih siap menerima
ilmu, pengetahuan, himah, serta sanggup melaksanakan tugas-
tugas kepahlawanan yang hebat.
Aspek Kebersamaan. Islam menyarankan agar shalat-
shalat fardhu dapat dilaksanakan secara berjamaah. Disamping
berpahala lebih banyak, ternyata secara psikologis berjamaah
atau kebersamaan akan memberikan aspek terapeutik. Akhir-
akhir ini berkembang terapi yang disebut terapi kelompok yang
tujuan utamanya adalah menimbulkan suasana kebersamaan.
Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa perasaan
keterasingan dari orang lain adalah penyebab utama terjadi-nya
gangguan jiwa. Rutinitas shalat berjamaah akan memunculkan
sense in-group, rasa keterlibatan, rasa kebersamaan sehingga
menepis perasaan terasing dari orang lain, dan menisbikan
stres.82
2. Terapi jiwa melalui puasa
82Henny Narendrani Hidayati dan Andri Y, Psikologi Agama,
(Jakarta: Uin Press, 2007), h. 33
131
[2]
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa” (QS. al-Baqarah[2]: 183)
Puasa dalam bahasa Indonesia berarti menahan makan
dan minum. Sedangkan dalam bahasa Arab puasa berasal dari
kata Shiyam dari akar kata :Shama-yashumu-shauman-
shiyaman artinya menahan dari makan dan minum, berkata-
kata kotor dan melakukan perbuatan jelek. Menurut
terminologi shiyam atau puasa, berarti: menahan diri dari
makan, minum dan berjima‟ mulai terbit fajar hingga terbenam
matahari.83
Puasa adalah sarana menstabilkan makanan dan
minuman dan sebagai pelaksanaan perintah dari Allah SWT.
Dalam ayat diatas dnyatakan bahwa berpuasa
khususnya di bulan Ramadhan diwajibkan bagi orang beriman
83Jaya,Yahya. Spiritualisasi Islam, (Jakarta: Ruhama, 1994), h. 75
132
supaya keimanannya bertambah. Keimanan dan ketakwaan
manusia kadang naik kadang turun (tidak stabil). Disinilah
puasa akan berperan mempebaharui jiwa manusia yang
semakin gersang dan bergelimang dengan dosa-dosa yang
menutupi kepekaan hatinya untuk melakukan kebaikan.
Dengan puasa hati ditempa kembali, kepekaan sosial
ditumbuhkan dan rasa solidaritas ditumbuhkan kembali,
membimbing atau mengendalikan hawa nafsu dan menahan
diri dari dorongan-dorongan naluri yang bersifat negatif, atau
dalam istilah psikologi disebut self-control.84
Menurut
Zakiah Darajat, peranan puasa dalam menciptakan kesehatan
mental cukup besar, baik sebagai media psikoterapi, sebagai
pencegahan, ataupun sebagai alat bina kesehatan.85
Dua aspek dalam diri manusia yang tidak pernah lepas
dari pelaksanaan puasa, pertama aspek fisikal, dan yang kedua
aspek psikologis. Pada aspek fisikal seorang muslim yang
berpuasa akan senantiasa menahan dari makan dan minum.
Sedangkan pada aspek psikologis, seorang muslim yang
berpuasa mematuhi peraturan dan perintah berhubungan
84Rahman, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kesehatan, (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2001), h. 5-6
85
Sudirman Tebba, Sehat Lahir Batin, h. 95
133
dengan sifat tercela, seperti; berdusta, takabbur, mengumpat,
hasad, iri hati, dan riya‟.
Sifat-sifat tercela yang bersarang dalam hawa nafsu dan
keinginan yang berpusat di perut dan yang ditunggangi oleh
sifat-sifat syaitan menjadi sasaran asasi dalam ibadah puasa.
Seorang muslim yang berpuasa berusaha dan berjuang mati-
matian untuk menekan, menahan, menindas dan
mengendalikan hawa nafsu, terutama dari sifat-sifat tercela.86
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ibadah puasa
bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik atau jasmani.
Pada saat seseorang melaksanakan ibadah puasa, maka terjadi
pengurangan jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya
sehingga kerja beberapa organ tubuh seperti hati, ginjal, dan
lambung terkurangi. Puasa memberikan kesempatan kepada
metabolisme (pencernaan) untuk beristirahat beberapa jam
sehingga efektivitas fungsionalnya akan selalu normal dan
semakin terjamin. Di samping memberikan kesempatan kepada
metabolisme (pencernaan) untuk beristirahat beberapa jam,
puasa juga memberikan kesempatan kepada otot jantung untuk
memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya.87
86Jaya,Yahya. Spiritualisasi Islam, h. 90
87
Rahman, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kesehatan, (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2001), h. 136
134
Disamping bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan
fisik atau jasmani, puasa bermanfaat pula bagi kesehatan
psikis. Cott (Ancok & Suroso, 1995), seorang ahli jiwa bangsa
Amerika, menyebutkan bahwa pernah dilakukan eksperimen
untuk menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan cara
berpuasa. Eksperimen tersebut dilaku-kan oleh Nicolayev,
seorang guru besar pada The Moscow Psychiatric Institute.
Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok yang sama
besar baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita.
Kelompok pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-
obatan, sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk
berpuasa selama 30 hari. Hasil eksperimen tersebut
menyimpulkan bahwa pasien-pasien yang tidak bisa
disembuhkan dengan terapi medik ternyata bisa disembuhkan
dengan cara berpuasa, selain itu kemungkinan pasien untuk
tidak kambuh lagi setelah 6 tahun kemudian ternyata tinggi
dengan terapi melalui puasa. Cott juga menyebutkan bahwa
penyakit susah tidur (insomnia), dan rasa rendah diri juga dapat
disembuhkan dengan cara melakukan puasa. 88
Rasulullah bersabda: berpuasalah, niscaya kalian sehat!
88Djamaludin Ancok, Fuat Nashori, Psikologi Islami, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001), cet ke-4, h. 58
135
Penelitian ilmiah mengatakan bahwa sistem pertahanan
tubuh orang yang berpuasa lebih baik daripada orang yang
tidak berpuasa, terutama pada kinerja otot, hati, pencernaan dan
pernapasan. Puasa juga membuat orang yang melaksanakannya
memiliki kondisi kejiwaan yang lebih stabil, kecerdasan yag
tinggi, perasaan lebih dekat kepada Sang Pencipta, senang
melakukan ibadah, lebih mengasihi dan bersimpati kepada
orang lain dan merasa lepas dari berbagai tekanan.89
Hikmah di balik pelaksanaan ibadah puasa meliputi
penguatan iman dan pemantapannya. Dengan keimanan yang
tertanam dalam diri seorang muslim, maka ia akan merasa
dikawal dan diawasi sehingga kemauan untuk melakukan
perbuatan tercela dan maksiat mampu dihindari. Puasa
mendidik kemauan agar selalu kuat dan tabah untuk melakukan
kebajikan.90
Seorang muslim yang berpuasa harus punya
keyakinan bahwa ia selalu dikawal dan diawasi oleh Allah
SWT. Dengan demikian apabila ia berniat untuk melakukan
suatu pelanggaran terhadap ketentuan puasa, maka ia selalu
ingat bahwa ia sedang berpuasa. Jika seseorang menyakiti
89Zaghlul Raghib al-Najar, Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis
Nabi, terj. Yodi Indrayadi, (Jakarta: Zaman, 20010) h. 371
90
T. A. Lathief Rousydiy, Puasa Hukum dan Hikmahnya, (Medan:
Rimbow, 1993), h. 28
136
hatinya atau merugikan pribadinya, maka kemarahannya
dibendung dan keyakinannya senantiasa bersama Allah SWT.
Seorang yang berpuasa secara kontinyu melatih dirinya supaya
selalu dalam kesabaran dan ketaqwaan kepada Allah SWT.91
Puasa yang diamalkan dengan penuh perhitungan,
keimanan dan ketaqwaan akan melahirkan kejujuran,
keikhlasan dan kesabaran yang akhirnya akan mendatangkan
anugerah sebagai orang yang bertaqwa dan mencapai kondisi
psikologis yang nyaman, damai, dan memiliki kesehatan
mental yang baik. Puasa dengan dorongan iman, taqwa dan
penuh perhitungan merupakan puasa hakiki yang melahirkan
solidaritas dan dapat pula memaklumi perasaan orang-orang
fakir dan miskin.
Maka seorang mukmin yang berpuasa akan menghadapi
hidupnya di hari itu dengan psikologis yang lebih lapang,
bersikap lebih toleran dan tolong-menolong, lebih mampu
beradaptasi dengan alam lingkungannya, serta lebih mampu
91Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
(Yogjakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), h. 211-213
137
menahan pelbagai interaksi dan perbincangan sesama
manusia.92
Dengan demikian, psikoterapi puasa dapat dijadikan
sebagai metode baru dalam kesehatan mental. Psikoterapi
Puasa juga merupakan suatu langkah bagi usaha manusia
dalam mensimilarkan antara sains modern dengan kemajuan
yang membelakangi dimensi spiritual, sehingga pakar-pakar
sains dan ilmu pengetahuan, tanpa agama melahirkan
kegersangan dan kegoncangan psikologis manusia. Dengan
demikian psikoterapi puasa yang esensial dari teori dan
metode psikoterapi Islam dapat membantu
menumbuhkembangkan kesehatan mental dan kepribadian,
serta menjadi realitas bagi kepentingan spiritual manusia
dalam menghadapi rintangan dan tantangan zaman yang
semakin sulit.93
92Jamal Elzaki, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, terj. Dedi
Slamet Riyadi, h. 241 93
Khairunnasihin, Puasa Sebagai Sarana Penyucian Jiwa,
http://khairunnas.tripod.com/artikel/id3.html. diakses pada tanggal 2-10-
2014
138
[7] :
13)
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap
(memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-„Araf [7]: 31)
Tidak ada yang lebih membahayakan umat manusia
daripada sikap berlebih-lebihan, karena berlebih-lebihan
merupakan bahaya dan perbuatan yang merugikan. Tetapi
Allah juga melarang tindakan yang menyusahkan dan
menyengsarakan dengan membatasi konsumsi makanan karena
ini merupakan kebakhilan dan membahayakan.94
Oleh karena
itu Allah mewajibkan kita untuk berpuasa karena didalam
puasa terdapat hikmah yang sangat besar.
3. Terapi jiwa melalui dzikir dan doa
a. Dzikir
94Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Wasith, jilid 1, h. 564
139
Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat
Allah dan keagungannya dalam bentuk yang meliputi hampir
semua ibadah, perbuatan baik, berdoa, membaca Al Quran,
mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan
dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim.
Dalam arti khusus dzikrullah adalah menyebut nama Allah
sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tatatertib, metode,
rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh Allah dan
rosulnya.95
Berdzikir menimbulkan efek ketenangan badi yang
melakukannya. Sebagimana firman Allah
[13]“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar Rad
[13] : 28)
Menurut M. Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah,
ketentraman itu bersemi di dada mereka dikarenakan dzikrullah
yakni mengingat Allah, atau karena ayat-ayat Allah yakni Al-
95Abdul Muiz, Makna Dzikir Bagi Kehidupan Muslim, (Buletin
Jumat: Suara Quran, 2013)
140
Quran yang sangat mempesona kandungan dan redaksinya.
Sungguh! Camkanlah bahwa dengan hanya mengingat Allah
hati menjadi tentram.96
Para ulama berbeda pendapat tentang apa yang
dimaksud dzikrillah dalam ayat ini. Ada yang memahaminya
dalam arti Al-Quran, ada juga yang memahaminya dalam arti
zikir secara umum, baik berupa ayat Al-Quran ataupun
selainnya. Bahwa zikir bisa mengantar pada ketenangan jiwa,
tentu saja apabila zikir itu dimaksudkan untuk mendorong hati
mneuju kessadaran tentang kebesaran dan kekuasaan Allah
SWT. bukan sekedar ucapa dengan lidah. 97
Kita dapat berkesimpulan bahwa kehidupa manusia
betapapun mewahnya tidak akan menyenangkan jika tidak
dibarengi dengan ketentraman hati, sedangkan ketentraman
hati baru dapat dirasakan bila manusia yakin dan percaya
bahwa ada sumber yang tidak bisa dikalahkan yang selalu
mendampingi dan memberi harapan.98
Ilmu modern telah menetapkan bahwa kesuksesan
hidup di dunia merupakan buah hasil bagi ketenangan jiwa. Hal
96M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Penerbit Lentera
Hati, 2002), vol. 6, h. 587
97
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tentang Zikir dan Doa,
(Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 121-122
98
M. Quraish Shihab, Wawasan Al0Quran Tentang Zikir dan Doa,
h. 126.
141
ini menjadi obsesi bagi kebanyakan orang sakit saat kini yang
sedang tertimpa kerusakan. Sedangkan, kegelisahan jiwa
adalah sebagai pertanda dan presenden buruk untuk masa
sekarang.99
Tidak ada obat yang lebih baik untuk mengobati hati
selain dzikir. Kebanyakan para ulama
menganjurkanpengobatan baik melalui pendekatan dan
memasukan dzikir kepada Allah sebagai hal yang pokok.100
Nabi Isa AS, pernah mengingatkan “ Janganlah kalian
berkumpul tanpa mengingat Allah, karena berkumpul tanpa
mengingat Allah itu akan mengeraskan hati.” Semakin banyak
lidah digunakan mengingat Allah, akan menjadi semakin
lembut hatinya, dikaruniai dengan perasaan sayang, rahmat dan
cinta.101
Dzikir dibagi tiga:pertama,Dzikir dengan lisan (dzikr
bil al-lisan), yakni membaca atau mengucapkan kalimat-
kalimat takbir, tahmid, dan tahlil dengan
bersuara.Kedua,Dzikir dalam hati (dzikr bi al-qalb), yakni
membaca atau mengucapkan kalimat-kalimat takbir, tahmid,
99Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam Al-
Quran, (Jakarta: Akbar 2004) cet ke 5, hal 310.
100
Hamza Yusuf, Hatiku Surgaku, (Ciputat: Penerbit Lentera Hati,
2009), h. 292
101
Hamza Yusuf, Hatiku Surgaku, h. 272
142
dan tahlil dengan membatin, tanpa mengeluarkan suara.
Sebagian ulama menafsirkan dzikir dalam hati ni, adalah
bertafakkur merenungi keMahabenaran dan keMahabesaran
Allah SWT dengan penuh keyakinan dan perasaan tulus.
Ketiga,Dzikir dengan panca indra atau anggotabadan(dzikr bi
al-jawarih), yakni menundukkan seluruh anggota badan kepada
Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintah dan
meninggalkan segala larangan-Nya. Tentang dzikir dengan
panca indra ini, sebagian ulama tasawuf memiliki pengertian
dan konsep yang berdeda, yakni melalui tujuh penjuru panca
indra:
- Dzikir kedua mata dengan menangis
- Dzikir kedua telingan dengan mendengarkan hal-hal yang
baik
- Dzikir lidah dan mulut dengan mengucapkan puji-pujian
- Dzikir hati dengan penuh rasa takut dan harap kepada
Allah SWT
- Dzikir ruh dengan menyerah kepada Allah dan rela atas
segala keputusan-Nya
- Dzikir badan dengan memenuhi berbagai kewajiban
143
- Dzikir kedua tangan dengan bersedekah.102
Pengungkapan dzikir tersebut merupakan kalimat
tafakkur atas penciptaan Allah berupa gerak nafas dzikir
seluruh mahluk-Nya baik yang tidak terlihat. Penghayatan
dzikir ini sesuai dengan firman Allah:
(191 : [3] “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran [3]: 191).
b. Do‟a
102Dadang Hawari, Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi
Medis, (Bandung: Raja Grafindo, 2005), h. 92
144
Do‟aberasal dari bahasa Arab, du‟a.Kata tersebut
dalam sistem kata bahasa Arab berbentuk masdar yang
bermakna mencari, meminta dan memohon.103
Doa dalam
istilah agamawan adalah permohonan hamba terhadap
Tuhannya agar memperoleh anugerah pemeliharaan dan
pertolongan, baik untuk pemohon maupun orang lain. Doa itu
harus beriringan dengan keyakinan dan penuh pengharapan,
yaitu sikap yang memastikan diri bahwa sesuatu yang
dilakukannya akan berhasil. Salah satu ayat yang populer
dalam konteks doa ialah firman Allah
]:[
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-
103Muhammad Ismail Ishak, Ensiklopedi Do‟a dan Dzikir, (Jakarta:
ALIFBATA, 2007), h. 1
145
Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.(QS. Al-
Baqarah [2]: 186)
Dalam hal ini, seorang muslim yakin bahwa doanya
pasti didengar oleh Allah SWT dan dikabulkan-Nya apa yang
menjadi harapannya.104
Doa senantiasa dikabulkan oleh Yang
Maha Kuasa, apabila doa itu disertai dengan kerendahan hati
dan suara yang lembut. Orang yang congkak dan tidak mau
bermohon dan meminta bantuan kepada Allah SWT dianggap
sebagai orang yang hina dan akan diazab di neraka Jahannam.
Ia merupakan sebab yang paling utama dalam
melenyapkan perkara yang tidak dikehendaki dan dalam
memperoleh apa yang diminta. Akan tetapi pengaruhnya bisa
berbeda-beda baik karena lemahnya doa yang dipanjatkan,
karena doa tersebut tidak disukai Allah seperti mengandung
permusuhan didalamnya atau karena lemahnya hati orang yang
berdoa.105
Doa adalah obat yang paling baik dan merupakan
musuh segala bencana. Doa akan melenyapkan penyakit
sekaligus menyembuhkannya, mencegah datangnya penyakit
104 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran tentang Dzikir dan
Doa, h. 179
105
Ibnu al Qayyim al-Jauzi, Siraman Rohani bagi Orang yang
Mendambakan Ketenangan Hati, (Jakarta:PT. Lentera Basritama, 2000), h.
18-19
146
sekaligus menghilangkannya. Ia adalah senjata orang
beriman.106
Al Isra: 82
[17]
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian”. (QS. Al-Isra [17]: 82)
Menurut Dadang Hawari, dari Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdoa dan berdzikir
merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang
merupakan unsur penyembuh penyakit atau sebagai
psikoterapeutik yang mendalam. Doa dan dzikir merupakan
terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya
diri dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan
medis.107
106Ibnu al Qayyim al-Jauzi, Siraman Rohani Bagi Orang yang
Mendambakan Ketenangan Hati, h. 20
107
SandiSetiawan,http://setiawansandisijalu.blogspot.com/2014/01/
makalah-psikologi-agama-tentang-dzikir.html. diakses tanggal 2-10-2014.
147
Harus diingat bahwa kalaupun apa yang dimohonkan
tidak sepenuhnya tercapai, namun dengan doa tersebut seseotag
telah hidup dalam suasana optimisme, harapan, dan hal ini tidak
diragukan lagi akan memberikan dampak yang sangat baik
dalam kehidupannya. Karena itu jika doa tidak menghasilkan
apa yang diminta, paling tidak manfaatnya adalah ketenangan
batin si pendoa karena ia telah hidup dalam harapan.108
Berkaitan dengan itu , doa dan dzikir merupakan komitmen
keimanan seseorang. Doa adalah permohonan yang
dimunajatkan ke kehadirat Allah SWT. Dzikir adalah
mengingat Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya.
4. Terapi Jiwa Melalui Zakat dan Sedekah
a. Sedekah Bagi Kesehatan Jiwa
Sedekah berasal dari kata shodaqoh yang berarti suatu
pemberian yang diberikan seseorang kepada orang lain secara
spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh
seseorang sebaga kebajikan yang mengharap ridho Allah dan
pahala semata.
Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang
menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa membeerikan
108M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran tentang Dzikir dan Doa,
h. 183
148
sedekah. Salah satu ayat yang menganjurkan untuk bersedekah
yaitu sebagaimana firman Allah SWT
][
“tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan
mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau
Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan
Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya
pahala yang besar”. (QS.An-Nisa [4]: 114)
Selain dalam Al-Quran Rasulullah SAW dalam
beberapa hadisnya pun mengutarakan betapa pentingnya
sedekah karena di dalamnya mengandung berbagai keutamaan-
keutamaan besar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
“Obatilah penyakit kalian dengan sedekah”109
Islam adalah agama yang lebih maju dan bisa melintas
batas dari sekedar pengetahuan yang bisa disaksikan secara
109Diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam Mu‟jam al Kabir, 10/128,
no 10196
149
kasat mata oleh manusia. Artinya dalam memandang sebuah
penyakit untuk mendapatkan penyembuhan pun, islaam sangat
mendalam. Tidak terbatas dari kondisi fisik, akan tetapi lebih
jauh lagi. Islam yang mempunyai sisi-sisi yang terkadang sulit
diterima oleh akal mansia yang terbatas.
Fakta ilmiah telah membuktikan keajaiban sedekah
untuk kesembuhan dari penyakit. menurut riset yang dilakukan
oleh Michal Ann Strahilevitz menyumbang memberiakan
cahaya kehangatan dan kebahagiaan, memberi sedekah
membuat diri kita merasa senang dengan diri kita sendiri,
memberi sedekah membantu kita menghindari perasaan
bersalah diri, dan memberi dapat mempertahankan image diri.
Seseorang akan terangsang memiliki perasaan bahagia. Ketika
seseorang mengeluarkan sebagian hartanya, akan memberikan
rasa senang yang samadengan ketika menerima uang. Dengan
demikian, berarti juga bahwa sedekah secara langsung akan
berpengaruh pada kondisi psikis seseorang.
Imam Ibn Qayyim al-Jauzi mengatakan, “Sedekah
memiliki dampak yang sangat besar untuk mencegah petaka
dan musibah meskipun sedekah itu dilakukan oleh orang yang
jahat ataupun berdosa, bahkan jika dilakukan oleh orang kafir.
Sesungguhnya Allah mencegah segala bahaya, malapetaka dan
bencana dari orang atau masyarakat yang selalu bersedekah.
150
Perintah zakat merupakan perintah yang berlaku umum bagi
semua golongan masyarakat.”110
Dari tinjauan psikologi sedekah dapat melepaskan
bindingproblem (keterikatan terhadap sesuatu). Binding
problem adalahmasalah yang sangat besar dalam berspiritual.
Keterikatan manusia terhadap dorongan nafsu adalah penyebab
utama ketidakbahagiaan. Untuk itulah perlu adanya cara praktis
untuk dapat melepaskan diri dari keterikatan ini. Dan dalam hal
ini sedekah merupakan cara yang ampuh. Bersedekah akan
membuat seseorang terlatih untuk melepaskan segala apa saja
yang mengikat dalam dirinya. Manusia terdiri dari jasad, nafs,
dan ruh. Untuk mencapai kesadaran ruh/jiwa diperlukan
pembebasan dari belenggu atau ikatan jasad dan nafs.
Pembebasan terhadap ikatan dan belenggu ini menjadi hal
terpenting untuk berspiritual.Tindakan yang paling tepat untuk
melepaskan keterikatan ini adalah dengan bersedekah.111
110Jamal Elzaki, h. 222
111
Setiyo Purwanto,makalah psikologi sedekah:tips praktis meraih
bahagia.UMS
151
b. Zakat Menghilangkan Iri Dengki
][
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah [9]:
103)
Zakat dari segi bahasa berarti suci, bersih. Pengertian
suci dan bersih ini berarti membersihkan harta dan
membersihkan diri orang orang kaya daripada sifat bakhil.
Zakat dapat membersihkan jiwa dari kotornya sifat kikir,
tamak, berfoya-foya, egoisme dan keras hati terhadap fakir
miskin. 112
Zakiah Daradjat dalam bukunya “Zakat Pembersih
Harta dan Jiwa” (1992) membahas hubungan zakat dengan
112M. Usman Najati, Ilmu Jiwa dalam Al-Quran, h. 290
152
kesehatan mental, disertai contoh yang terjadi di kehidupan
nyata. Dalam kehidupan sehari-hari ada orang yang mengeluh
cemas dan gelisah tanpa sebab, padahal orang itu kaya dan
bekecukupan. Orang tersebut datang dan bertanya kepada
Zakiah Daradjat,
“Saya sering merasa gelisah dan hidup tidak tentram, benarkah
penyakit saya tersebut dikarenakan saya tidak berzakat?”,
“Berapa anda menentukan zakat yang wajib anda keluarkan?”
“Yah itu tidak saya hitung. Yang penting hampir setiap hari
saya mengeluarkan uang sepuluh ribu rupiah, kadang lebih.”
“Yang anda berikan kepada orang miskin atau peminta
sumbangan dengan cara seperti itu bukanlah zakat, akan tetapi
shadaqoh atau sumbangan sukarela. Anda berpahala dengan
sumbangan seperti itu, tetapi kewajiban anda untuk
melaksanakan zakat dengan cara seperti itu belum terlaksana.”
153
Wanita itu terdiam. Ia tersentak dan menyesali
dirinyamengapa selama ini ia tidak menanyakan kepada orang
yang mengerti zakat.113
Manfaat zakat bagi penerimanya sudah jelas,
membantunya dalam memenuhi keperluan hidup yang tidak
dapat dipenuhinya sendiri. Sedangkan manfaat bagi yang
menunaikan cukup banyak, terutama dalam menjadikan hidup
bersih dan sehat. Boleh jadi orang tidak pernah menyangka
bahwa zakat mempunyai pengaruh bagi kesehatan, baik
jasmani maupun rohani. Ada hubungan antara kesehatan dan
zakat, terutama kesehatan mental.114
Tekanan kehidupan yang sulit seringkali menumbuhkan
sifat iri dan dengki dalam jiwa orang yang fakir dan
membutuhkan. Orang yang iri dan dengki tidak merasa senang
jika orang lain mendapatkan limpahan anugerah dan nikmat
semetara ia tidak. Gangguan kejiwaan seperti itu dapat
disembuhkan jika si penderita membuka diri dan bergaul
dengan semua kalangan masyarakat, serta aktif menolong dan
113
Zakiah Daradjat,Zakat Pembersih Harta dan Jiwa, (Jakarta:
alifbata,1992), h. 33
114
M. Fuad Nasar, Zakat Sebagai Terapi KegelisahanJjiwa,
pusat.baznas.go.id/berita-artikel/zakat-sebagai-terapi-kegelisahan-jiwa/.
Diakses pada tanggal 18-10-2014
154
membantu orang lain, serta mengambil sebagian hartanya
untuk dibagikan kepada orang lain. Karena itulah Allah
mewajibkan kepada hambaNya yang lebih kaya untuk
membantu orang yang lebih fakir.
Zakat juga melatih jiwa agar jujur, terpercaya, ikhlas,
mementingkan orang lain, dermawan dan rela berkorban. Jika
sifat-sifat seperti itu telah dimiliki oleh setiap muslim, niscaya
komunitas islam akan menjadi komunitas yang kokoh dalam
berbagai kehidupan termasuk bidang ekonomi.115
115Jamal Elzaki, Buku Induk Mukjizat Kesehatan Ibadah, h. 228
157
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikoterapi mengandung arti ganda. Pada satu sisi ia
mengandung arti yang jelas yaitu satu bentuk terapi psikologis.
Tetapi pada segi lain ia menunjuk pada sekelompok terapi
psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis
pada suatu titik dan konseling pada titik lainnya. Psikoterapi
fokus pada masalah penyembuhan-penyesuaian-pengobatan.
Psikoterapi juga dijalankan berdasarkan ilmu atau teori
kepribadian.1
Istilah Psikoterapi tidak tertulis secara jelas dalam Al-
Quran. Namun banyak ayat Al-Quran yang mengisyaratkan
bahwa Al-Quran ini merupakan terapi jiwa. Banyak terapi-
terapi yang ditawarkan oleh Al-Quran untuk menyembuhkan
segala penyakit fisik maupun psikis .
Terapi-terapi fisik atau psikis yang ditawarkan Al-Quran antara
lain:
1 Andi Mappiare, pengantar konseling dan psikoterapi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada) h. 20
158
1. Ruqyah
2. Sabar dan Shalat
3. Puasa
4. Dzikir dan Doa
5. Zakat dan Sedekah
B. SARAN
1. Kepada para psikiater muslim-muslimah agar
memebudayakan pengobatan kejiwaan berdasarkan
konsep yang ditawarkan Al-Quran. Selain dari
keilmuan Barat yang telah dipelajari
2. Kepada muslim-muslimah hendaklah selalu menjadikan
Al-Quran sebagai pegangan hidup kita agar senatiasa
terjaga dari berbagai macam penyakit jasmani maupun
rohani seperti yang sudah dibahas pada bab sebelumnya
159
DAFTAR PUSTAKA
Abdushshamad, Muhammad Kamil Mukjizat Ilmiah dalam Al-
Quran, Jakarta: Akbar, 2002
Ancok, Djamaludin Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1995
Bishri, Hasan.Penjelasan Lengkap tentang Ruqyah Terapi
Gangguan Sihir dan Jin Sesuai Syariat Islam,
Jakarta:2005
al-Bukhârî , Muhammad ibn Ismâ’îl, Shahîh al-Bukhari, Kairo:
Dâr at-Taufiqiyyah, 2012
Corey, Gerald Konseling dan Psikoterapi, terj: Budi Anwar,
Jakarta: PT Refika Aditama, 2009
Corsini, R.J. &Wedding, D. Current Psychotherapies. Edisi 9.
Belmont: Brooks/Cole, 2011
Daradjat, Zakiah, Psikoterapi Islami, Jakarta: Bulan Bintang
2002
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi
Islam: Penerapan Metode Sufistik, Jakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2001
160
Elvira, Kumpulan Makalah Psikoterapi, Balai Penerbit :
FKUI:2005
Feist, Jess & Gregory J. Fest.Teori kepribadian, edisi 7 buku 1,
terj: Widya Setiarini Jakarta: Salemba Humanika, 2011
Fordman, Frieda, Pengantar Psikologi Carl. G. Jung, Jakarta:
Bhatara Karya Aksara, 1988
Ghazali, Syeikh Muhammad, Tafsir Tematik dalam Al-Quran,
Jakarta: Gaya Media Pratama 2005
Gunarsa, Singgih D. Konseling dan Psikoterapi, Gunung
Mulia, Jakarta, 1992
Haryanto, Sentot, Psikologi Shalat, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001
Hawari, Dadang, Al-quran, Ilmu Kedokteran Jiwa dan
Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Prima Yasa, 1995
Hawari, Dadang, Doa dan Dzikir Sebagai Pelengkap Terapi
Medis, Bandung: Raja Grafindo, 2005
Henrikus, Sejarah Psikoterapi ppt
Hidayati, Henny Narendrani dan Andri Y, Psikologi Agama,
Jakarta: Uin Press, 2007
Husain, Imad Ali Abdus Sami Keajaiban Shalat Subuh, Solo:
Wacana Ilmiah Press, 2006
161
J. Mcleod,Pengantarkonseling: Teori dan study kasus, Terj:
A.K. Anwar, Jakarta: KencanaPrenanda Media Group,
2008
Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim, Panduan Rawatan Perubatan
Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, terj. Razali
Muhammad isa, Selangor: Darul Ehsan, 1996
Al-Jauzi, Ibnu al Qayyim, Siraman Rohani bagi Orang yang
Mendambakan Ketenangan Hati, Jakarta:PT.
Lentera Basritama, 2000
Al-Jauzi, Ibnul Qayyim, Terapi Penyakit Hati, Jakarta : Qisthi
Press 2006
Jaya, Yahya. Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994
Langgulung, Hasan Teori-teori Kesehatan Mental, Jakarta:
Pustaka al-Husna, 1992
Mahmud, Muhammad Ilm al-Nafs al-Ma’ashir fi Dhaui al-
Islam, Jeddah: Dar al- syuruq, 1984
Al-Maidani, Abu Umar Basyir, Metode Pengobatan Nabi SAW,
Jakarta: Griya Ilmu, 2005
Mappiare, Andi Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta:
PT.Raja Grafindo, 1992
Mizra, I. dan G.Iful, Holistic HSQ:Metode menemukan
Karakter Diri Berdasarkan Simbolisasi Al-Quran,
Bandung: Dzikr Press, 2007
162
Muhammad, Yusuf Khaththar, Mukjizat Shalat Tahajjud, Solo:
Wacana Ilmiah Press, 2014
Mujib, Abdul, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam.(Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2002
Musbikin, Imam Melogikakan Rukun Islam. Yogyakarta: Diva
Press, 2008
Mustika, M. Sodik, dkk., Rahasia Shalat Istikharah,
Yogyakarta: Mutiara Medika, 2008
Muiz, Abdul Makna Dzikir Bagi Kehidupan Muslim, Buletin
Jumat: Suara Quran, 2013
An-Naisâbûrî , Abî Husain Muslim bin Al-Hajjâj Al-Qutsairy,
Shahih Muslim, Beirut: Maktabah al-Ma’arif
Al-Najar, Zaghlul Raghib Buku Induk Mukjizat Ilmiah Hadis
Nabi, terj. Yodi Indrayadi, Jakarta: Zaman, 2010
An-Najar, Amir Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, Jakarta: Pustaka
Azzam 2010
An-Najar, Amir Psikoterapi Sufistik, Jakarta: Mizan Publika
2004
Najati, Muhammad Usman, Ilmu Jiwa dalam Al-quran,
Jakarta:Pustaka Azzam 2005
Najati, Muhammad Usman, Psikologi Qurani, Bandung: Marja
2010
163
Najati, Muhammad Usman, Psikologi dalam Perspektif Hadis,
Jakarta: Pustaka al-Husna Baru 2004
Nata, Abudin, Perspektif Islam tentang Pendidikan
Kedokteran, Jakarta: UIN Jakarta Press 2004
Permanarian, Sunardi & M. Assjari. Teori Konseling Bandung:
PLB FIP UPI 2008
Prabowo, Hendro & B.P. Riyanti. Psikologi Umum 2. Jakarta:
Universitas Gunadarma, 1998
Purwakania , Aliah B., Pengantar Psikologi kesehatan Islami,
Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada 2008
Purwanto, Setiyo, Makalah Psikologi Sedekah: Tips Praktis
Meraih Bahagia. UMS
Qindil, Abdul Mun’im, Isyarat-isyarat Kedokteran dalam
Al-Quran dan As-Sunah, Jakarta: Akademika Presindo,
2010
Rahman, Hikmah Puasa Tinjauan Ilmu Kesehatan, Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2001
Rousydiy, T. A. Lathief Puasa Hukum dan Hikmahnya,
Medan: Rimbow, 1993
Sa’adi, Nilai Kesehatan Mental Islam dalam Kebatinan
Kawruh Jiwa Suryomentaram, Jakarta: Puslitbang
164
Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI, 2010
Salim, Ahmad Husain Ali, Terapi Al-Quran Untuk Penyakit
Fisik dan Psikis Manusia, Jakarta: Asta Buana
Sejahtera, 2006
Semiun, Yustinus, Kesehatan Mental 3, Yogyakarta: Penerbit
Kanisius 2006
Shaleh, Qamaruddin dkk., Ayat-ayat Larangan dan Perintah
dalam Al-Quran,Bandung: Diponegoro, 2002
Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan 2007
Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran Tentang Zikir dan
Doa, Jakarta: Penerbit Lentera Hati 2008
As-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’ats al-Azdi,
Shohih Sunan Abu Daud, Ar-Riyadh: Maktabah Al-
Ma’arif
Subandi, M.A. Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan
Kontemporer, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset,
2002
Subandi, psikologi Islam, (Surakarta: Muhamadiyah University
Press, 1996
165
Surya, M., Teori-teori Konseling, Bandung: C.V. Pustaka Bani
Quraisy, 2003
Sya’rawi, Syeikh Muhammad Mutawalli Tafsir Sya’rawi,
Medan: Duta Azhar
Asy-Syanqithi, Syeikh Tafsir Adhwa’ul Bayan, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007
Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif, Bogor: Kencana 2003
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Tafsir Ath-
Thabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2009
Thalbah, Hisham dkk, Ensiklopedia Al-Quran Dan Hadis,
Bekasi: Sapta Sentosa 2008
Tharsyah, Adnan, Keajaiban Shalat bagi Kesehatan, Terj.
Abdullah,Jakarta: Senayan Publishing, 2007
Thayyarah, Nadiah Buku Pintar Sains dalam Al-Quran, terj. M.
Zaenal Arifin, dkk. Jakarta: Zaman, 2013
Thohir, Muhammad, 10 Langkah Menuju Jiwa Sehat, Jakarta :
Lentera Hati 2006
Turmudhi, Audith M. Membangun Paradigma Psikologi Islam,
Yogyakarta: SIPRESS, 1994
Wijayakusuma, Hembing, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan
dan Kesehatan, Jakarta: Pustaka Kartini, 1996
Wilcox, Lynn Ilmu Jiwa Berjumpa Tasawuf, Jakarta : PT.
Serambi Ilmu Semesta 2003
166
Yusuf, Hamza Hatiku Surgaku, Ciputat: Penerbit Lentera Hati,
2009
Az-Zahrani, Musfir bin Said, Konseling Terapi, Depok: Gema
Insani 2005
Az-Zuhaili, Wahbah Tafsir Al-Wasith, terj. Muhtadi, dkk.
Jakarta: Gema Insani, 2012
Elzaky, Jamal Muhammad, Buku Induk Mukjizat Kesehatan
Ibadah, Jakarta : penerbit zaman 2011
LIDWA, Pustaka Hadis
TIM Artikel Buddha, Kepribadian Yang Sehat Dalam
Perspektif Agama Budha.
Artikelbuddhist.com/2011/05/psikologi-agama-
buddha-dalam-perspektif-kepribadian-yang-sehat.html.
diakses pada taggal 2-10-2014.
Sabiilatul, Ruqyah dalam Tinjauan Psikologi Islami,
http://sabiilatul.wordpress.com/2012/05/01/psikoterapi-
ruqyah-dalam-tinjauan-psikologi-islami/.
Diakses tanggal 2-10-2014.
M. Fuad Nasar,Zakat Sebagai Terapi Kegelisahan Jiwa,
pusat.baznas.go.id/berita-artikel/zakat-sebagai-terapi-
kegelisahan-jiwa/. Diakses pada tanggal 18-10-
2014
167
Khairunnasihin, http://khairunnas.tripod.com/artikel/id3.html.
diakses pada tanggal 2-10-2014
Sandi Setiawan, http://setiawansandisijalu.blogspot.com/2014/
01/makalah-psikologiagama-tentang-dzikir.html.
diakses tanggal 2-10-2014.