“konsep dan aplikasi peralihan kepemilikan pada...
TRANSCRIPT
“KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH
MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT);
STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA
DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM)”
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
Oleh :
Evi Tamala
NIM : 106046101613
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
ABSTRAKSI
Evi Tamala, 106046101613, “konsep dan aplikasi akad hibah dan jual beli pada
IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); studi komparatif (PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim)”, Program Strata
I, Program Studi Muamalah, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) adalah perpaduan akad sewa menyewa
yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan dengan akad jual Beli atau Hibah.
Jika dilihat sekilas Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) ini hampir sama dengan
Leasing, namun jelas berbeda dalam pelaksanaannya. Karena, Ijarah Muntahiyah
Bittamlik (IMBT) ini adalah produk pembiayaan yang sudah benar-benar
menggunakan prinsip syariah dan tidak akan ada unsure gharar didalamnya, seperti
mana halnya Leasing. Pada penelitian ini secara khusus membahas mengenai analisis
konsep dan aplikasi akad hibah dan jual beli pada IJARAH MUNTAHIYAH
BITTAMLIK (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan
Bank DKI Syariah Wahid Hasyim).
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan
pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan pengumpulan data dan
informasi melalui pengujian arsip dan dokumen. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh melalui wawancara dengan membuat list pertanyaan yang diajukan kepada
pihak PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim)
yang telah ditunjuk oleh pihak yang bersangkutan yaitu Operation Manager dan
Account Officer untuk PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, serta Analisis
Marketing untuk Bank DKI Syariah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data
yang dipublikasikan berupa gambaran umum mengenai pihak yang bersangkutan,
yang meliputi Visi dan Misi, Produk-produk, Struktur Organisasi, Kepemilikan
Saham serta Budaya Kerja, dll.
Selain membahas tentang Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah
Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing. penelitian ini juga membahas
mengenai Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam
Mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing bank, serta
kekurangan dan kelebihan dari pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT)
yang diterapkan pada masing-masing Bank.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa mekanisme perpindahan kepemilikan
pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk dan Bank DKI syariah telah sesuai
dengan Prinsip Syariah dan tidak bertentangan dengan fatwa DSN yang telah
dijadikan acuan. Adapun perbedaaan perpindahan kepemilikan antara masing-masing
bank adalah dengan akad Jual beli dan dilakukannya setelah masa ijarah-nya selesai
bagi PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Sedangkan pada Bank DKI Syariah
yaitu menggunakan akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum
masa sewa yang ditentukan berakhir (pelunasan dipercepat), serta akad Hibah apabila
masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan berakhir
Penulis menyarankan agar kedua bank tersebut dapat lebih meningkatkan lagi
kinerja masing-masing bank serta dapat lebih waspada terhadap resiko yang akan
terjadi. Juga dapat lebih mensosialisasikan berbagai produk pembiayaan yang ada
pada masing-masing bank, terutama Ijarah Muntahiyah Bittamlik.
الرحيمبسم اهللا الرحمنKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, karena atas ridha dan rahmat-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan keharibaan Nabi Besar Muhammad
SAW. (Allahumma shalli ala’ saidina Muhammad), beserta segenap keluarga, sahabat dan
bahkan umatnya. Insya Allah dan mudah-mudahan kita ada di dalamnya. Amin.
Selama proses skripsi ini, penulis sangat mentadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah
terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Euis Amalia, M.Ag., selaku ketua Jurusan Muamalat Ekonomi Islam Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus sebagai dosen
Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penyusunan
skripsi.
3. Ah. Azharuddin Lathif, M.H., Selaku sekretaris Jurusan Muamalat Ekonomi Islam
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sekaligus
sebagai dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan
selama penyusunan skripsi.
4. Prof. Dr. H. Fathurrahman jamil, MA dan A. M. Hasan Ali, MA, selaku dosen
pembimbing yang telah sangat sabar dalam membimbing dan yang telah memberikan
banyak sekali masukan atas penyelesaian skripsi ini.
5. Manajemen Perusahaan PT. Bank Mumalat Syariah Indonesia. Tbk cabang BSD
terutama Mbak Fitri dan Mbak Lolla serta Bpk. Hamdan Kosasih, dan seluruh staf
Muamalat Institute terutama Mba Sunarti yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
6. Manajemen Perusahaan PT. Bank DKI Syariah Wahid Hasyim terutama Bpk. Sofyan
Ibrahim dan Bpk. Erza Fatwa, serta Mba Pratiwi yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
7. Kedua orang tua yang amat terhormat dan tercinta, masing-masing adalah Ayahanda
Amun Karsa dan Ibunda Juriah yang telah memberikan kasih sayang, mendidik,
membesarkan dan senantiasa mendoakan ananda serta memberikan semangat yang
tiada henti.
8. Kakak-kakak dan adik-adik serta pihak keluarga lain yang saya sayangi yang telah
memberi dorongan dan dukungan kepada penulis.
9. Teruntuk Abdul Aziz, yang selalu setia memberikan dukungan serta semangat kepada
penulis, selama penulis melakukan penelitian lapangan serta bersedia mendampingi
penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
10. Kepada seluruh Staff Bagian Perpustakaan Syariah dan Utama yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuanganku semuanya, terutama Cybell (Diyanti), Fitrianingsih,
Annisa Auditasari, Ikrimah, Sari, Fadli Ilyas yang banyak memberikan dukungan dan
semangat dalam penyusunan skripsi ini serta berbagai pihak yang peduli.
12. Teman-teman kampus lainnya terutama kepada Fha, Ummie, Uyun, Dinar, Icha,
Linda, Santi, Teteh, Domenk atas perhatian dan bantuannya baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Besar harapan penulis bahwa penulisan ini dapat memberikan kontribusi yang positif
bagi pihak-pihak yang memberikan dukungan, terutama bagi rekan-rekan mahasiswa/I Fakultas
Syariah dan Hukum Jurusan Perbankan syariah, untuk menambah Khasanah ilmu Perbankan
Islam.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak sekali diperlukan penyempurnaan, karena
manusia bukanlah mahkluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan ucapan terima kasih
dari penulis. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan akan menjadi
investasi kekal di akhirat nanti. Amin.
Jakarta, 27 Agustus 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... iv
DFTAR ISI...................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A............................................................................................Larar
Belakang Masalah...................................................................... 1
B............................................................................................Pembata
san dan Perumusan Masalah...................................................... 4
C............................................................................................Tujuan
dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5
D............................................................................................Tujuan
Kajian Terdahulu ....................................................................... 7
E. ...........................................................................................Metedol
ogo Penelitian ............................................................................ 10
F. ...........................................................................................Sistemati
ka Penulisan............................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 16
A............................................................................................Sewa
Menyewa (Ijarah) .................................................................... 16
1. ......................................................................................Pengerti
an Ijarah ............................................................................... 16
2. ......................................................................................Landasa
n Hukum .............................................................................. 18
3. ......................................................................................Rukun
dan Syarat Ijarah.................................................................. 20
viii
4. ......................................................................................Sifat
Akad Ijarah .......................................................................... 22
5. ......................................................................................Macam-
macam Ijarah ....................................................................... 23
6. ......................................................................................Berakhir
nya Akad Ijarah ................................................................... 24
B............................................................................................Ijarah
Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) ............................................ 25
1. ......................................................................................Pengerti
an Injarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT) ......................... 25
2. ......................................................................................Bentuk
IMBT ................................................................................... 29
3. ......................................................................................Manfaat
dan Resiko yang harus Diantisipasi..................................... 30
C............................................................................................Kombin
asi Skema Akad IMBT............................................................ 31
1. ......................................................................................Al-Bai’
wal IMBT dengan jandi untuk menjual barang
tersebut di akhir masa sewa ................................................. 31
2. ......................................................................................Al-
Hibah wal IMBT dengan janji untuk memberi barang
secara hibah di akhir masa sewa.......................................... 34
BAB III GAMBARAN UMUM................................................................... 37
A............................................................................................PT.
Bank Muamalat Syariah Indonesi. Tbk ..................................... 37
B............................................................................................Bank
DKI Syariah............................................................................... 45
ix
BAB IV KONSEP DAN APLIKASI AKAD HIBAH DAN JUAL BELI PADA
IMBT; STUDI KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH
INDONESIA. TBK DAN BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM)
A. Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah Muntahiyyah
Bittamik (IMBT) ................................................................................ 72
B. Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam
Mekanisme IMBT pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk dan
Bank DKI Syariah................................................................................ 74
B.1 Aplikasi Ijarah Muntahiyyah Bittamik kepada Nasabah pada
PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk ................................ 74
B.2 Aplikasi Ijarah Muntahiyyah Bittamik kepada Nasabah pada
PT. Bank DKI Syariah .................................................................. 84
B.3 Komparasi Draft Kontrak/Perjanjian Ijarah Muntahiyyah Bittamik
pada Masing-masing Bank (PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia.
Tbk. Dan Bank DKI Syariah)............................................................... 90
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 100
A............................................................................................Kesimpu
lan .............................................................................................. 100
B............................................................................................Saran-
saran........................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam yang bersumber pada wahyu Illahi dan Sunnah Rasul
mengajarkan umatnya untuk berusaha mendapatkan kehidupan yang lebih baik di
dunia maupun di akhirat. Memperoleh kehidupan yang baik di dunia dan akhirat
inilah yang dapat menjamin tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini berarti
bahwa dalam mengajarkan kehidupan di dunia tidak dapat dilakukan dengan
menghalalkan segala cara. Oleh karena itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk
bekerja keras serta saling membantu sesuai dengan prinsip-prinsip ajarannya.
Dalam kehidupan sehari – hari, masyarakat memiliki kebutuhan – kebutuhan
yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya
masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh
karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat
muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan bank dan
lembaga keuangan non bank.
Lembaga perbankan merupakan salah satu aspek yang diatur dalam syariah
Islam, yakni bagian muamalah sebagai bagian yang mengatur hubungan sesama
manusia. Oleh karena itu, pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan
sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, maka lembaga perbankan ini pun
menjadi wajib untuk diadakan.1
Lembaga pembiayaan merupakan salah satu fungsi bank, selain fungsi
menghimpun dana dari masyarakat. Fungsi inilah yang lazim disebut sebagai
intermediasi keuangan (financial intermediary function). Hal ini diatur dalam pasal 1
ayat (1) UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Pembiayaan dikucurkan melalui dua jenis bank, yaitu Bank Konvensional
maupun Bank Syariah. Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan konvensional
telah mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa kecuali umat Islam di
Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai riba yang demikian
merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah ( haram ). Alasan mendasar inilah
yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan bebas bunga, salah satunya adalah
Bank Syariah.2
Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat,
bank syariah menawarkan beberapa macam produk perbankan. Yaitu diantaranya,
pembiayaan sewa beli (ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik) adalah
akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi
kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha
1Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2006, hal. 14-15 2Aris Dwi Suryadi, SH diunduh pada tanggal 18 Februari 2010 dari
http://arisdwisuryadi.blogspot.com/2009/01/praktek-pembiayaan-dalam-perbankan.html
dikenal dengan finance lease Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama diawal
perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi obyek sewa diisyaratkan harus
barang yang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat
diperhitungkan atau diukur, pembiayaan sewa beli ini dapat dilakukan dengan cara:
pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing yang berdasarkan syariah
Islam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah, setelah terbeli maka, lembaga
tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam
perjanjian kedua belah pihak.
Bahkan IMBT adalah akad yang belum ada pada masa Rasulullah, Akad ini
pertama didapatkan pada tahun 1846 masehi di Inggris, dan yang memulai
bertransaksi dengan akad ini adalah seorang pedagang alat-alat musik di inggris, dia
menyewakan alat musiknya yang diikuti dengan memberikan hak milik barang
tersebut, dengan maksud adanya jaminan haknya itu. Setelah itu tersebarlah akad
seperti ini dan pindah dari perindividu ke pabrik-pabrik, dan yang pertama kali
menerapkannya adalah pabrik sanjar penyedia alat-alat jahit di inggris. Selanjutnya
berkembang, dan tersebar akad ini dengan bentuk khusus di pabrik-pabrik besi yang
membeli barang-barang yang sudah jadi, lalu menyewakannya Kemudian setelah itu
tersebar akad semacam ini dan pindah ke Negara-negara dunia, hingga ke Amerika
Serikat pada tahun 1953 masehi.Lalu tersebar dan pindah ke Negara Perancis pada
tahun 1962 masehi.Terus tersebar dan pindah ke Negara-negara Islam dan Arab pada
tahun 1397 hijriyah.3
Penggunaan akad ini semakin banyak digunakan pada masa sekarang ini
sebagai salah satu pilihan akad yang dapat digunakan untuk melakukan pembiayaan
yang berkenaan dengan sewa yang diakhiri dengan hak kepemilikan oleh nasabah.
Bertumpu pada uraian yang penulis paparkan di atas, penulis memandang
perlu mengadakan penelitian untuk melakukan suatu pembahasan yang komparatif
tentang kelebihan dan kekurangan peralihan kepemilikan dalam pembiayaan Al-
ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT). Pembahasan ini dituangkan dalam sebuah
skripsi berjudul: “KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN
PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI
KOMPARATIF (PT. BANK MUAMALAT SYARIAH INDONESIA DAN
BANK DKI SYARIAH WAHID HASYIM).”
B. Pembatasan dan Perumusan Permasalahan
1. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian skripsi ini tidak meluas serta
menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian skripsi ini, maka
dalam penulisan ini, penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan hanya
3 Adiwarman A, Karim. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada). Hal 256
dalam ruang lingkup analisis konsep dan aplikasi peralihan kepemilikan pada
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT); studi komparatif (PT. Bank Muamalat
Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim).
Dari latar belakang di atas menyangkut perkembangan perbankan
syariah khususnya di Indonesia yaitu dalam penerapan prinsip ijarah yang
akhir akadnya dapat menggunakan hibah atau jual beli, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank ?
2. Perbedaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik
(IMBT) pada masing-masing Bank ?
3. Apa kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan peralihan
kepemilikan dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-
masing Bank ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang diangkat dalam skripsi ini,
maka tujuan yang hendak dicapai dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui mekanisme pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam
IMBT pada masing-masing Bank.
2. Mengetahui perbedaan peralihan kepemilikan dalam Ijarah
Muntahiyah Bittamlik (IMBT) pada masing-masing Bank.
3. Mengetahui kekurangan dan kelebihan aplikasi dari pelaksanaan
peralihan kepemilikan dalam IMBT pada masing-masing Bank.
2. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat
antara lain :
a. Masyarakat
Memberikan informasi yang komprehensif tentang analisa
peralihan kepemilikan pada pembiayaan berdasarkan IMBT
dalam praktek perbankan syariah. Serta merupakan sumber
referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang
lain.
b. Akademik
Memberikan sumbangsih hasil pemikiran tentang akad yang
digunakan setelah berakhir akad ijarah pada transaksi ijarah
al-muntahia bit-tamlik (IMBT) , dan juga menambah
literature kepustakaan khususnya mengenai transaksi ijarah al-
muntahia bit-tamlik (IMBT) bagi mahasiswa, staf pengajar
dan lainnya.
c. Penulis
Menambah wawasan mengenai ijarah al-muntahia bit-tamlik
(IMBT) dalam skala makro untuk mendukung perkembangan
pembiayaan pada perbankan syariah. Serta sebagai study awal
dan menambah wawasan dalam konsep dan mekanisme
pembiayaan ijarah al-muntahia bit-tamlik (IMBT).
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis menyimpulkan bahwa apa yang menjadi masalah pokok
penelitian ini tampaknya sangat penting.
Adapun kajian pustaka dalam penelitian ini dengan melihat beberapa
penelitian skripsi:
1. Ifdhal Yuri Hendri, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
“Analisis SWOT Dalam Mengembangkan produk Pembiayaan IMBT
Pada Bank DKI Syariah”. Penelitian ini menggunakan metode
gabungan yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan. Dalam
penelitian ini menghasilkan bahwa memandang ijarah dari analisis
SWOT yang didasarkan pada logika yang dapat meminimalkan
klemahan dan ancaman pada bank DKI syariah. Tidak menjelaskan
peralihan kepemilikan yang digunakan dalam IMBT tersebut.
2. Nurasma Khairani, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
“Pembiayaan IMBT pada Perbankan Sariah (Studi pada Bank
Muamalat Indonesia.TBK)”. Dari penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa IMBT yang dilakukan di BMI sudah sesuai dengan
prinsip Bank Syariah, baik dari segi peneraannya ataupun segi
pelaksanaannya. Tidak menjelaskan peralihan kepemilikan yang
digunakan dalam IMBT tersebut..
3. Suhaeman, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
“Ijarah Dalam Sistem Perbankan Syariah Di Indonesia dan Malaysia
(Suatu Studi Perbandingan)”. Penelitian tersebut membahas
perbandingan perkembangan system perbankan syariah di Indonesia
dengan perkembangan system perbankan syariah di Malaysia. Serta,
membahas penerapan dari konsep ijarah di Indonesia dan Malaysia.
Tidak menjelaskan peralihan kepemilikan yang digunakan dalam
IMBT tersebut..
4. Rica Anggraeni, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
“Mekanisme Leasing Pada PT. Swadharma Surya Finance menurut
Huum Positif dan Hukum Islam”. Penelitian ini menggunakan library
and field research. Penelitian tersebut membahas tentang mekanisme
dan prosedur leasing pada PT PT. Swadharma Surya Finance, serta
menganalisa secara singkat mengenai mekanisme dan prosedur leasing
itu sendiri dari segi hukum posif dan hukum islam. Tidak atau bukan
membahas akad IMBT serta peralihan kepemilikan yang akan
digunakan dalam pembiayaan tersebut.
5. Puspita Sari Juniati, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
“Konsep dan Aplikasi Ijarah dan IMBT; Stusi Kasus di BPRS Harta
Insan Karimah Ciledug”. Penelitian ini menggunakan library and
field research, dimana menghasilkan penelitian mengenai proses
analisa akad serta pengikatan objek yang dibiayai oleh BPRS itu
sendiri serta mekanisme prosedural yang dilakukan BPRS dalam
sistem pembiayaan Ijarah dan IMBT, juga kebijakan yang akan
dilakukan oleh BPRS itu sendiri pada nasabah yang melakukan
wanprestasi pada pembiayaan yang menjadi tanggung jawab nasabah
tersebut.
Sedangkan dalam penelitian skripsi ini membahas tentang konsep dan
aplikasi peralihan kepemilikan pada IMBT; studi komparatif (PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim).
Yang dimana akan membahas mengenai pelaksanaan peralihan
kepemilikan dalam IMBT serta kekurangan dan kelebihan aplikasi dari
pelaksanaan peralihan kepemilikan dalam IMBT pada perbankan syariah
khususnya PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid
Hasyim, yaitu sebuah perbandingan dalam rangka membantu kemajuan
pembiayaan IMBT di perbankan syariah.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah paduan dari penelitian kepustakaan dan penelitian
lapangan, karena diawali dengan telaah bahan pustaka dan literatur. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk desain deskriptif
dan metode pegumpulan data dengan cara observasi. Deskriptif menurut
pengertiannya adalah:4
Penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (penulisan :
gambaran) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam pengertian
ini penelitian deskriptif menggunakan data dasar deskriptif semata, tidak perlu
4Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Rajawali Press, Jakarta, 2002), h.18-19.
mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat
ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi.
Pendapat lainnya mengatakan bahwa ”metode deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu”5.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun tipe atau pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini berupa penelitian langsung pada mekanisme dan prosedur
pembiayaan IMBT PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI
Syariah Wahid Hasyim dalam rangka menganalisa perbandingan mekanisme
peralihan kepemilikan dalam IMBT pada kedua Bank tersebut. Penelitian ini
juga menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu melakukan
pengumpulan data dan informasi melalui arsip dan dokumen.
3. Jenis Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan jenis data yaitu
data kualitatif berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun
ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang6. Serta menggunakan dua
sumber data yaitu :
5Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Rajawali Press, Jakarta,
2004, h. 22. 6 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. h. 51.
a. Sumber Data Primer
Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan pihak Bank yang kompeten dan ahli mengenai mekanisme dan
prosedur IMBT pada Bank tersebut.
b. Sumber Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lainnya yang berkaitan
dengan materi penulisan skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Penelitian kepustakaan ( library research )
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar
kesusastraan yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari,
mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya dengan
masalah pokok pembahasan melalui buku-buku, skripsi terdahulu,
majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan media
lainnya yang berhubungan dengan pembahasan penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan ( field research )
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, Yaitu dua Bank
yang telah disebutkan yang memiliki produk pembiayaan IMBT
tersebut yaitu PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI
Syariah Wahid Hasyim, sehingga dapat mengamati langsung
kegiatan-kegiatan yang terjadi disana. Penulis juga menggunakan
teknik wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan
berkompeten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari
masalah yang sedang dibahas.
5. Teknik Pengolahan Data
a. Seleksi Data : setelah memperoleh data dan bahan-bahan baik melalui
library research maupun field research, lalu data diperiksa kembali satu
persatu agar tidak terjadi kekeliruan.
b. Klasifikasi Data : setelah data diperiksa lalu diklasifikasikan dalam bentuk
dan jenis tertentu, kemudian diambil suatu kesimpulan.
6. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, yang meliputi Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu, Metode Penelitian serta
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, bab ini membahas tentang Sewa
Menyewa (Ijarah) yang meliputi Pengertian, Rukun dan Syarat,
Sifat Akad, Macam-macam Ijarah serta Berakhirnya Akad
Ijarah. Juga membahas ijarah muntahiyyah bi tamlik (IMBT)
yang meliputi Pengertian, Bentuk dan Aplikasi Dalam
Perbankan serta Manfaat dan Resiko yang harus diantisipasi.
Juga mengenai Kombinasi Skema Akad IMBT mengenai
skema Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk menjual barang
tersebut di akhir masa sewa dan skema Al-Hibah’ wal IMBT
dengan janji untuk memberi barang secara hibah di akhir masa
sewa.
BAB III GAMBARAN UMUM, bab ini membahas sekilas tentang
profil singkat dari kedua bank yaitu (PT. Bank Muamalat
Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah Wahid Hasyim),
yang meliputi Visi dan Misi, Produk-produk, Struktur
Organisasi, Kepemilikan Saham serta Budaya Kerja.
BAB IV KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN
PADA IJARAH MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT);
STUDI KOMPARATIF (BANK MUAMALAT
INDONESIA DAN BANK DKI SYARIAH) yang meliputi
Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah Muntahiyah
Bittamlik (IMBT). Serta membahas mengenai Analisa
Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam
Mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT), serta alasan
ketidakaplikatifan model akad Hibah dalam Ijarah Muntahiyah
Bittamlik (IMBT) pada kedua bank yaitu; Bank Muamalat
Indonesia dan Bank DKI Syariah.
BAB V PENUTUP yaitu merupakan bagian terakhir penulisan yang
akan menunjukkan pokok-pokok penting dari keseluruhan
pembahasan ini. Bagian ini menunjukkan jawaban ringkas dari
permasalahan yang dibahas pada bagian permasalahan di atas
yang berisi kesimpulan dan saran.
16
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sewa Menyewa (Ijarah)
1. Pengertian Ijarah
Lafal al-Ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau
(imbalan). Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia, seperti sewa menyewa,kontrak, atau
menjual jasa perhotelan dan lain-lain.1
Definisi akad Ijarah adalah pemanfaatan sesuatu yang dikehendaki dan
diketahui, dengan memungut imbalan uang sewa yang ditemukan, dan
penyewa boleh menggantikan pemanfaatan tersebut kepada orang lain.2
Menurut Nasrun Haroen dalam bukunya “Fiqh Muamalah” sewa menyewa
secara terminologi, ada beberapa definisi al-Ijarah yang dikemukakan para
ulama fiqh.
a. Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan transaksi suatu
manfaat dengan imbalan.
b. Ulama Syafi’iyah mendefinisikannya dengan transaksi terhadap
suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah dan boleh
dimanfaatkan imbalan tertentu.
1Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000) hal. 228 2Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, ifayatul akhyar 2, (Surabaya : PT. Bima Ilmu
Offset 1999) cet ke-1 hal.184
16
17
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan:
Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu
tertentu dengan suatu imbalan.
Menurut Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya “ Bank Syariah
Bagi Bankir & Praktisi Keuangan” al-Ijarah adalah pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikiti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.3
Dalam bukunya Sutan Remy Sjahdeini, mengatakan bahwa Ijarah
dalam konteks perbankan Islam adalah suatu lease contract di bawah mana
suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment),
sebuah bangunan atau barang-barang, seprti mesin-mesin, pesawat terbang,
dan lain-lain, kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya
yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).4
Ijarah serupa dengan kegiatan leasing dalam sistem keuangan
tradisional.5 Yaitu, dalam transaksi ijarah, bank menyewakan suatu asset
yang sebelumnya telah dibeli oleh bank kepada nasabahnya untuk jangka
waktu tertentu dengan jumlah sewa yang telah disetujui di muka.
3Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir & Praktisi Keuangan, (Jakarta:
Tazkiya institute 1999) hal. 181 4Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70 5Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70
18
Dalam pelaksanaannya, bank dapat membeli barang dari pemasok
barang dengan pemberian fasilitas bai’salam kepada pemasok barang. Pada
perjanjian ijarah, seperti halnya pada leasing yang diberikan oleh lembaga
pembiayaan tradisional, pada akhir perjanjian ijarah barang yang disewa itu
kembali kepada pihak yang menyewakan barang, yaitu bank. Pada perjanjian
ijarah sepanjang masa perjanjian ijarah tersebut kepemilikan atas barang tetap
berada pada bank. Setelah barang kembali pada akhir masa ijarah, bank dapat
menyewakannya kembali kepada pihak lain yang berminat atau menjual
barang itu dengan memperoleh harga atas penjualan barang bekas (second
hand) tersebut.6
2. Landasan Hukum Al-Ijarah
Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun landasan hokum Ijarah adalah
sebagai berikut:
1) Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:
☺ ☺
☺
⌫ ⌧
⌫
6 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 70
19
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
2) Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:
⌧ ☺
⌧ ☺
⌧
☺
☺
“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
3) Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26
20
☺
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, ‘Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’”
4) Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:
عرقه يجف أن قبل أجره األجير أعطوا . “Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”
5) Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri,
Nabi s.a.w. bersabda:
أجره فليعلمه أجيرا استأجر من . “Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”
6) Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
7) Kaidah fiqh:
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.”
المصالح جلب على مقدم المفاسد درء “Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.”
3. Rukun dan Syarat Ijarah
Ulama Mazhab Hanafi mengatakan bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu
ijab dan qabul saja (ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa).7
Jumhur Ulama mngemukakan bahwa ijarah mempunyai tiga rukun umum dan
7Dewan Sya’riah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional, (Jakarta : PT. Intermasa) Edisi ke-2
21
enam rukun khusus.8 Pertama adalah sighat (ucapan) yaitu pernyataan niat
dari dua pihak yang berkontrak, baik secara verbal maupun secara tulisan.
Pernyataan tersebut berupa tawaran (ijab) dari pemilik asset dan penerimaan
(qabul) yang dinyatakan oleh penyewa.
Kedua adalah pihak yang berakad atau berkontrak yang terdiri dari
pemberi sewa (lessor-pemilik asset) serta penyewa (lessee-pihak yang
mengambil manfaat dari penggunaan asset). Dimana orang yang boleh
melakukan kontrak ijarah adalah yang baligh dan berakal sehat, serta orang
yang berkompeten. Yaitu, orang-orang yang mempunyai kualifikasi dalam
menggunakan uang.9 Ketiga adalah objek kontrak yang terdiri dari
pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan asset, bukan asset itu
sendiri. Manfaat harus bisa dinilai dan memang dimungkinkan untuk
dilaksanakan dalam kontrak. Penyewaan mobil mogok atau rusak permanen
untuk dipakai sebagai kendaraan, jelas tidak dibenarkan.
Rukun dan syarat ijarah menurut fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000
yaitu, sebagai berikut :
1) Pernyataan ijab dan qabul.
8Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta :
Tazkiya Institute 1999) hal. 156 9Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta :
Tazkiya Institute 1999) hal. 157
22
2) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak); terdiri atas pemberian
sewa (lessor, pemilik asset, LKS) dan penyewa (lessee, pihak yang
mengambil manfaat dari pengguna asset, nasabah).
3) Objek kontrak; pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan
asset.
4) Manfaat dari penggunaan asset dalam ijarah adalah objek kontrak
yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai
ganti dari sewa dan buan asset itu sendiri.
5) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak
yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang
equivalent, dengan cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan
penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).
4. Sifat Akad Ijarah
Ulama fiqh berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah mngenai
mengikat kedua belah pihak atau tidak. Mazhab Hanafi berpndapat bahwa
sebuah kontrak ijarah boleh dibatalkan sepihak kalau ada alas an yang kuat
dan sangat substansial.10 Seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan
kecakapan bertindak hokum.
Jumhur ulama mengatakan bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat,
kecuali ada cacat atau barang itu tidak bisa dimanfaatkan. Perbedaan ini dapat
10Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta :
Tazkiya Institute 1999) hal.162
23
dilihat dari satu kasus yang terjadi. Apabila diantara dua orang yang berakad
itu meninggal dunia salah satu dari keduanya, menurut Mazhab Hanafi akad
ijarah akan batal. Pembatalan kontrak dengan sewa dengan alasan yang kuat
dibenarkan dengan pertimbangan salah satu yang memiliki alas an kuat itu
akan dirugikan oleh sesuatu yang ia tidak setujui dalam kontrak.11 Maka
pembatalan kontrak dalam kondisi seperti ini dimaksudkan untuk mencegah
salah satu pihak menderita kerugian secara terpaksa. Akan tetapi, Jumhur
ulama mengatakan bahwa manfaat itu bisa diwariskan karena termasuk harta
(al-mal). Oleh sebab ini, kematian salah satu pihak yang berakad tidak
membatalkan akad ijarah.12
5. Macam-macam Ijarah
Berdasarkan objeknya ijarah terdiri dari dua macam, yaitu :13
a. Ijarah dimana objeknya manfaat dari barang, seperti sewa mobil, sewa
rumah dan lain-lain. Apabila manfaat itu manfaat yang dibolehkan
syara’ untuk dipergunakan, maka boleh dijadikan objek sewa menyewa.
b. Ijarah dimana objeknya adalah manfaat dari tenaga seseorang. Ijarah
semacam ini dibolehkan apabila jenis pekerjaan itu jelas seperti buruh
bangunan, tukang jahit, tukang sepatu, supir taksi, jasa guru dan lain-
11Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan, (Jakarta :
Tazkiya Institute 1999) hal.163 12Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996),
Jilid 6, hal. 662 13Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2007) cet ke-3, hal. 44
24
lain. Ijarah seperti ini ada yang bersifat pribadi, seperti menggaji
seorang pembantu rumah tangga. Ada juga yang bersifat serikat, yaitu
seseorang atau sekelompok yang menjual jasanya untuk kepentingan
orang banyak, seperti buruh pabrik, tukang jahit dan lain-lain. Kedua
bentuk ijarah terhadap pekerjaan ini menurut ulama fiqh hukumnya
boleh.14 Pendapatan yang diterima dari transaksi ijarah ini disebut
ujrah, yaitu imbalan yang diperjanjikan dan dibayar oleh pengguna
manfaat sebagai imbalan atas manfaat yang diterimanya. Dari Abu
Said, Rasulullah SAW bersabda, “ Bila kamu menyewa seseorang
pekerja harus memberitahu upahnya.” (HR. an-Nasa’i).15
6. Berakhirnya Akad Ijarah
Para ulama fiqh menyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir
apabila:
a. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju yang
dijahitkan hilang.
b. Tenggang waktu yang disepakati dalam akad al-ijarah telah
berakhir. apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu
adalah jasa seseorang, maka ia berhak menerima upahnya. Kedua
14M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada 2004) ed, ke-1, cet ke-2, hal 236 15Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2007) cet ke-3, hal. 45
25
hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.16
c. Menurut uiama Hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad,
karena akad al-Ijarah, menurut mereka, tidak boleh diwariskan.
Sedangkan menurut jumhur ulama, akad al-Ijarah tidak bata!
dengan wafatnya salah seorang yang berakad, karena manfaat,
menurut mereka, boleh diwariskan dan al-ijarah sama dengan jual
beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang berakad.
d. Menurut Ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak,
seperti rumah yang disewakan disita negara karena terkait utang
yang banyak, maka akad al-Ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat
membatalkan akad al-Ijarah itu, menurut ulama Hanafiyah adalah
salah satu pihak jatuh muflis, dan berpindah tempatnya penyewa,
misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumurdisuatu desa,
sebelum sumur itu selesai, penduduk desa itu pindah ke desa lain.
Akan tetapi, menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan
akad al-Ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat
atau manfaat yang dituju dalam akad itu hilang, seperti kebakaran
dan dilanda banjir.
B. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik (IMBT)
16Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi hukum Islam, (Jakarta; Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996)
jilid 6. Hal 663
26
1. Pengertian ijarah muntahiyyah bittamlik (IMBT)
Banyak persepsi mengenai definisi dari istilah al-ijarah al-
muntahiyah bittamlik (IMB) yaitu, M. Syafi’I Antonio dalam bukunya
mengatakan bahwa al-ijarah al-muntahiyah bittamlik (IMB) adalah sebuah
istilah modern yang tidak terdapat dikalangan fuqaha terdahulu.
Definisinya: Istilah ini tersusun dari dua kata;
a. at-ta’jiir / al-ijaaroh (sewa)
b. at-tamliik (kepemilikan)
Pertama: at-ta’jiir menurut bahasa; diambil dari kata al-ajr ,yaitu
imbalan atas sebuah pekerjaan, dan juga dimaksudkan dengan
pahala.Adapun al-ijaaroh: nama untuk upah, yaitu suatu yang
diberikan berupa upah terhadap pekerjaan.
Kedua: at-tamliik secara bahasa bermakna: menjadikan orang lain
memiliki sesuatu. Adapun menurut istilah ia tidak keluar dari
maknanya secara bahasa. Dan at-tamliik bisa berupa kepemilikan
terhadap benda, kepemilikan terhadap manfaat, bisa dengan ganti
atau tidak. Sebagaimana ungkapan di bawah ini :
Jika kepemilikan terhadap sesuatu terjadi dengan adanya
ganti maka ini adalah jual beli.
Jika kepemilikan terhadap suatu manfaat dengan adanya
ganti maka disebut persewaan.
27
Jika kepemilikan terhadap sesuatu tanpa adanya ganti
maka ini adalah hibah/pemberian.
Adapun jika kepemilikan terhadap suatu manfaat tanpa
adanya ganti maka disebut pinjaman.
Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa definisi “al
ijarah al muntahia bit tamlik” (persewaan yang berujung kepada
kepemilikan) yang terdiri dari dua kata tersebut adalah; kepemilikan suatu
manfaat (jasa) berupa barang yang jelas dalam tempo waktu yang jelas,
diikuti dengan adanya pemberian kepemilikan suatu barang yang
bersifat khusus dengan adanya ganti yang jelas.
Ungkapan “ kepemilikan suatu manfaat (jasa)”, bermakna
ijaaroh/sewa menyewa. Sedangkan, Ungkapan “diikuti dengan adanya
pemberian kepemilikan suatu barang”, ini bermakna jual beli. Maka ini yang
disebut persewaan yang berujung kepada kepemilikan (al ijarah al muntahia
bit tamlik).
Al-Ba’i wa al-ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan rangkaian dua
buah akad, yakni akad al-ba’i dan akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik. Al-
ba’i merupakan akad jual beli, sedangkan al-ijarah muntahia bi al-tamlik
merupakan kombinasi sewa menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah di
akhir masa sewa. Ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa dengan
28
perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode,
sehingga transaksi ini diakhiri dengan kepemilikan objek sewa.17
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.7/DSN-
MUI/III/2002 al-ijarah al muntahiyah bittamlik adalah perjanjian sewa beli
yang disertai dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang di sewa,
kepada penyewa, setelah selesai masa sewa.
Selain fatwa DSN, BI juga mengatur hal tentang akad produk bank
syariah di Indonesia. PBI 7/46/PBI/2005 telah menetapkan syarat untuk
berbagai produk perbankan syariah, baik berupa penghimpunan maupun
penyaluran dana. Di bidang penghimpunan dana, telah diatur simpanan yang
bersifat titipan, yakni: Giro Wadi’ah dan Tabungan Wadi’ah. Juga simpanan
yang bersifat investasi, yakni: Giro Mudharabah, Tabungan Mudharabah dan
Deposito Mudharabah.
Di bidang penyaluran dana, PBI dimaksud telah mengatur di Bagian
Kedua – Penyaluran Dana (Pasal 6 – 18 PBI 7/46/PBI/2005): Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Ijarah Muntahiya Bit
Tamlik, dan Qardh.
Menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya mengatakan bahwa
transaksi IMBT merupakan pengembangan transaksi ijarah untuk
17Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, (Gema Insani
Press:Jakarta) 2001 Hal. 48
29
mengakomodasi kebutuhan pasar. Sehingga ketentuannya mengikuti
ketentuan Ijarah.18
Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah berlaku pula
dalam akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik. Pihak yang melakukan al-
ijarah al-muntahiyah bittamlik harus melaksanakan akad ijarah sampai
selesai terlebih dahulu, sebelum melakukan akad pemindahan kepemilikan,
baik dengan jual beli atau pemberian (hibah).
Perjanjian untuk melakukan akad al-ijarah al-muntahiyah bittamlik
harus disepakati ketika akad ijarah ditandatangani. Janji pemindahan
kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad, yang
hukumnya tidak mengikat, jika ingin dilaksanakan, maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai.19
2. Bentuk IMBT
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) memiliki banyak bentuk,
tergantung apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak.20 Dalam Ijarah
18Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2007) cet ke-3, hal. 48 19HB. Tamam Ali, dkk. Ekonomi Syariah Dalam Sorotan: Tinjauan dari Berbagai Perspektif
dan Dilengkapi dengan Praktek-praktek Ekonomi Syariah yang Telah Difatwakan, (Jakarta : Yayasan amanah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), TT ) hal. 171
20Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan, ( Jakarta : Tazkiya Institute, 1999) cet ke-1, hal. 182
30
Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak milik barang terjadi dengan salah
satu dari dua cara berikut ini :21
1. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
2. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang
yang disewaakan tersebut pada akhir masa sewa.
Kedua cara pemindahan hak milik ini terjadi secara bertahap selama
periode sewa, yaitu ketika dilakukannya pembayaran cicilan selama periode
sewa.
Transaksi yang disebut dengan al-ijarah al muntahiyah bittamlik
(IMB) adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa atau lebih
tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si
penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan
al ijarah biasa.
3. Manfaat dan Resiko yang harus diantisipasi
Manfaat dan transaksi al-ijarah untuk bank adalah keuntungan sewa
dan kembalinya uang pokok. Adapun risiko yang munkin terjadi dalam al-
ijarah adalah sebagai berikut:22
Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.
21Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktek, (Gema Insani
Press:Jakarta) 2001 Hal. 48 22Abdul Manan, Ekonomi Islam teori dan praktek,s (PT. Dana Bhakti Prima Yasa,
Yogyakarta, 1997 Hal. 145
31
Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan
bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa
pemeliharaan harus dilakukan oleh bank
Berhenti; nasabah berhenti ditengah kontrak dan tidak dan tidak mau
membeli aset tersebut. Akibatnya, bank harus menghitung kembali
keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah
Adapun manfaat dari transaksi al-ijarah al muntahiyah bittamlik yang
diterima pihak nasabah adalah23
Nasabah dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
Nasabah dapat terbantu dalam menjalankan usahanya (sektor
produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya
(sektor konsumtif).
Adapun risiko yang mungkin dihadapi nasabah dalam al-ijarah al
muntahiyah bittamlik ini adalah tidak berbeda dengan yang di alami oleh
bank. Karena nasabah kerap memiliki masalah dalam hidupnya. Maka
nasabah harus memanajemen keuangan yang ia miliki agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginkan.
C. Kombinasi Skema Akad IMBT
23Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari`ah. (Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN, yogyakarta, 2005) Hal. 19
32
1. Al-Bai’ wal IMBT dengan janji untuk menjual barang tersebut di akhir
masa sewa.
Dalam IMBT ini bank syariah menawarkan skim ijarah with promise
to sell (dengan janji untuk menjual barang). Pada skim ini, bank membeli
terlebih dahulu objek pembiayaan kepada pemasok (suplier) secara tunai.
Bank kemudian menyewakan objek tersebut kepada nasabah untuk jangka
waktu tertentu dengan menggunakan akad ijarah. Pada akhir masa sewa,
nasabah akan diberikan opsi (pilihan) untuk membeli atau mengakhiri sewa
begitu saja.
Apabila nasabah memilih untujk membeli objek dimaksud, bank dapat
menjualnya senilai harga buku ataupun nilai tertentu sesuai perhitungan bank.
Dengan demikian, harga objek dimaksud dengan harga penjualan menjadi
jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. Penentuan harga bank
sesuai dengan kebijakan bank. Namun, sebagai acuan bank dapat menentukan
harga sewa dengan rumus;24
Harga Sewa = HBO – RV + KYD
Dimana;
HBO = Harga Beli Objek
RV = Residuel Value (Nilai Sisa)
KYD = Keuntungan yang Diharapkan
24Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2007) cet ke-3, hal. 69
33
Pada akhir masa periode sewa, bank akan merealisasikan promise to
sell dimana bank bertindak selaku penjual. Sebagai bagian dari pelayanan,
bank dapat menawarkan sistem pembayaran tangguh atau cicilan maupun
tunai.
Skema Skim Ijarah dengan janji untuk menjual barang
7.Realisasi Promise to Sell
1.spesifikasi Barang 2. Spesifikasi Barang
4. Akad Ijarah
3. Bayar tunai
5. Pengiriman Barang
6.Pembayaran Sewa secara Tunai, Cicil atau Tangguh
Contoh perhitungan Bank :
Harga Beli Mobil = Rp 120.000.000
Residuel Value = Rp 120.000.000 x 60%
= Rp 72.000.000
Penyusutan = 5 tahun (untuk kendaraan)
= 20% pertahun
Penyusutan untuk 2 tahun = 20% x 2 x Rp 120.000.000
= Rp 48.000.000
Keuntungan yang diharapkan = Rp 120.000.000 x 12%/th x 2
th
= Rp 28.800.000
PemasokBankNasabah
34
Harga sewa = Rp 120.000.000 – Rp
72.000.000
+ Rp 28.800.000
= Rp 76.800.000 (untuk 2
tahun)
Angsuran sewa per bulan = Rp 76.800.000/24
= Rp 3.200.000
(catatan : 1. Residual Value dapat dianggap sebagai nilai opsi beli)
2.Uang Muka dalam sewa tidak dikenal)
Skim untuk nasabah:
Jenis fasilitas : Ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB) with
promise to sell
Angsuran sewa 9bln pertama : Rp 28.800.000
Angsuran sewa selanjutnya : Rp 3.200.000/bulan (selama 15 bln)
Akhir masa sewa : Rp 72.000.000
Karena nasabah memiliki dana sebesar Rp 30.000.000, bank dapat
mensyaratkan pembayaran sewa dimuka 9 bulan pertama yakni sebesar Rp
24.800.000. namun, hal ini juga termasuk kebijakan bank. Dengan
pertimbangan tertentu, bank juga dapat memberikan fasilitas pembayaran
sewa perbulan tanpa pembayaran sewa dimuka.
2. Al-Hibah’ wal IMBT dengan janji untuk memberi barang secara hibah di
akhir masa sewa.
Selain menggunakan prinsip Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMB) with
Promise to sell (janji untuk menjual barang), bank juga menawarkan skim
35
Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMB) dengan hibah. Pada skim ini bank
membeli terlebih dahulu objek yang diinginkan oleh nasabah dari suplier.
Objek tersebut kemudian di ijarahkan kepada nasabah dengan menggunakan
skim IMBT.
Pada akhir masa sewa, bank akan menghibahkan barang dimaksud
kepada nasabah sehingga terjadi proses perpindahan kepemilikan dari bank
kepada nasabah. Pada skim ini, angsuran dipastikan telah meliputi seluruh
harga pokok barang dimaksud.25
Contoh :
Perhitungan Bank:
Harga Beli Mobil oleh Bank = Rp 120.000.000
Residual value = Rp 0
Keuntungan yang diharapkan bank = Rp 120.000.000 x Rp 12%/th x 2
th
= Rp 28.800.000
Harga sewa = Rp 120.000.000 + Rp 28.800.000
= Rp 148.000.000 (untuk 2 th)
Angsuran sewa per bulan = Rp 148.000.000/24
= Rp 6.200.000
(catatan: uang muka dalam sewa tidak dikenal)
Skema Skim IMBT dengan Hibah
7.Realisasi Hibah & Perpindahan Kepemilikan
25Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta : Zikrul Hakim,
2007) cet ke-3, hal. 68
36
1.Spesifikasi Barang 2. Spesifikasi barang
4.Akad Ijarah
6.Bayar Sewa 3.Bayar Tunai
Nasabah Bank Suplier
5.Pengiriman Barang
Karena nasabah memiliki dana sebesar Rp 30.000.000, bank dapat
mensyaratkan pembayaran sewa dimuka 4 bulan pertama yakni sebesar Rp
24.800.000. namun, hal ini juga termasuk kebijakan bank. Dengan
pertimbangan tertentu, bank juga dapat memberikan fasilitas pembayaran
sewa perbulan tanpa pembayaran sewa dimuka.
Skim untuk nasabah:
Jenis fasilitas : Ijarah al muntahiyah bittamlik (IMB)
dengan Hibah
Angsuran sewa 9bln pertama : Rp 24.800.000
Angsuran sewa : Rp 6.200.000/bulan (selama 15 bln)
Akhir masa sewa : Barang dihibahkan
IMBT dengan hibah ini adalah kondisi dimana bank menyewakan
manfaat sewa atas asset yang bukan miliknya kepada pihak lain, dan diakhiri
37
dengan perpindahan kepemilikan secara hibah di akhir masa sewa. Dalam
kondisi ini yang diijarahkan adalah manfaat obyek bukan obyek itu sendiri.26
26Ibid. hal. 86
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk
A.1. Sejarah Singkat
PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia. Tbk, didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27
Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan
Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim,
pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari
komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat
penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi
peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari
masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
37
38
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun
1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%.
Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai
titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor
awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.
Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa
yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian
39
menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak
melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii)
pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha
baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun
kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga
dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul
Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Saat ini Bank Mumalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta
nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan
BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP
di seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini
juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar
negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas
nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic
Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses di lebih dari 2000
ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply
terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga
40
pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa,
lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70
award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun Terakhir. Penghargaan
yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh
Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Financial Institution
in Indonesia 2009 oleh Global Finance (New York) serta sebagai The Best
Islamic Finance House in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong
Kong).1
A.2. Visi dan Misi
Adapun Visi dari Bank Muamalat ini adalah; Menjadi bank syariah utama
di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional. Serta Misi
dari Bank Muamalat Indonesia ini adalah; Menjadi ROLE MODEL Lembaga
Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan,
keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.2
1PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk http:// www. Muamalatbank .com/ index.php
/home/about/profile, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010 2 PT. BANK MUAMALAT INDONESIA Tbk http:// www. Muamalatbank .com/ index.php/
home/ about/visi_misi, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
41
A.3. Budaya Corporate
Celestial ( yang berhubungan dengan angkasa/ sorga) adalah lawan kata
dari terrestrial ( yang berhubungan dengan bumi). Mengapa dalam konsep ini
digunakan kata Celestial ( yang berhubungan dengan angkasa/ sorga)? Tak lain
adalah untuk mengingatkan bahwa apapun yang kita perjuangkan hari ini
sesungguhnya memiliki konteks yang lebih luas, jangka panjang, yaitu: hidup
yang sejati barulah dimulai pada saat nafas terakhir terhembus. Itulah saat ketika
kenisbian beranjak menuju keabadian. Namun, konsep ini bisa saja ada yang tidak
menyepakatinya. "Bagaimana mungkin kebinasaan dinisbatkan dengan
kehidupan? Bukankah ini bertolak belakang? Ini tak lain merupakan
pandangan yang terlampau sulit untuk dimengerti oleh rasionalitas yang kita
miliki. Bukankah kematian adalah akhir segala-galanya?" Begitu, kurang
42
lebih, kritik yang disampaikan oleh mereka yang tak sependapat. Argumen
para penentang keabadian hidup ini, rupanya, telah pula ditunjukkan Allah
SWT di dalam al-quran :"Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan kita di
dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan
lagi" (QS 23:37).
Padahal, siapapun yang menggunakan akal sehatnya dengan baik, akan
menemukan realitas ini. Alam semesta menjadi fakta yang sangat jelas
terpampang, bahwa dunia ini adalah bukan bagian terbesar dari kehidupan kita.
Ada kekuatan matahari dengan trilyunan megawatt tenaga listriknya. Bukan
hanya satu di semesta ini. Pengetahuan moderen menunjukkan adanya jutaan
bahkan milyaran matahari dalam tatasurya yang berbeda, di mana matahari kita
hanya satu dari milyaran itu. Begitu luas dan luar biasa. Dan manusia hanyalah
laksana virus-virus teramat kecil yang menempel dan berputar bersama putaran
tata surya dan alam semesta. Dunia, tempat manusia hidup, bukanlah segalanya.
Ia hanyalah noktah kecil di tengah jagat raya.
Kerananya, tak lagi terpungkiri fakta yang ada di alam semesta ini
memastikan bahwa terrestrial is not comparable ( tidak sebanding) to celestial.
Bahwa dunia tidak sebanding dengan kebesaran alam semesta. Dengan kata lain,
perjuangan untuk menguasai dunia dengan menggunakan pendekatan duniawi
semata tak akan pernah menjadikan kita terpuaskan. Semua perjuangan
hendaknya menjadi bagian utuh dari implementasi celestial values di wilayah
terrestrial. Semuanya berujung pada pencapaian kesempurnaan pengabdian
43
kepada Sang Pencipta. Itulah sebabnya segala sesuatu, termasuk di dalam bisnis,
selayaknya berada dalam konteks etika ilahiyah. Dan Celestial Management
berupaya untuk menjadi bagian solusi atas pengelolaan kehidupan berogranisasi
di bola dunia yang nisbi ini dengan pendekatan keabadian, ilahiyah.
Tiga Ranah Kehidupan
Celestial Management, dalam konsep intinya, membagi kehidupan
manusia dalam 3 (tiga) ranah utama. Masing-masing akan menjadi pendorong
bagi terciptanya ranah lainnya. Pertama adalah bahwa kehidupan ini merupakan a
place of Worship (tempat beribadah). Kehidupan dengan segala pernik aktivitas
dan kerja yang kita lakukan merupakan tempat penyembahan (baca: ibadah) bagi
manusia. Dan tak ada satupun alasan bagi kita untuk melakukan sesuatu yang
berada di luar konteks ini. Kita melakukan segalanya sebagai bagian pengabdian
kepada suatu cita-cita atau tujuan yang jauh lebih besar dari hidup itu sendiri.
Kedua adalah bahwa kehidupan ini sebagai a place of Wealth (tempat
kekayaan). Kita ditugasi oleh Sang Pencipta untuk menciptakan, memelihara, dan
mendistribusikan kemakmuran atas nama keadilan dan kemanusiaan. Eksplorasi
sumber-sumber kemakmuran hendaknya ditujukan dalam rangka meningkatkan
kualitas kehidupan yang semakin efektif. Jika kita tak mampu melakukannya,
maka kita akan masuk pada ranah ketiga, yaitu kehidupan sebagai a place of
Warfare (tempat berperang).
Dalam hidup keseharian, warfare merupakan sebuah keniscayaan. Setiap
saat manusia berhadapan dengan musuh-musuh yang harus ditundukkan.
44
Kalaulah ia tidak memerangi orang lain, paling tidak, setiap waktu manusia
berupaya untuk memerangi dan menundukkan dirinya sendiri. Berusaha
mengatasi kemalasan, kurangnya pengetahuan, tingkat kompetitif yang rendah,
dsb merupakan contoh kongkrit atas penaklukan tak pernah henti.3
3 http://www.muamalatbank.com/index.php/home/about/budaya_korporasi, diunduh pada hari
Sabtu, 26 Juni 2010
45
A.4. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
B. Bank DKI Syariah
B.1. Sejarah Singkat
Perseroan pertama kali didirikan di Jakarta dengan nama “PT Bank
Pembangunan Daerah Djakarta Raya” sebagaimana termaktub dalam akta
Perseroan Terbatas Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya (PT
Bank Pembangunan Daerah Djakarta Raya) No. 30 tanggal 11 April 1961 dibuat
46
oleh dan dihadapan Eliza Pondaag S.H., Notaris di Jakarta, yang telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusannya No. J.A.5/31/13 tanggal 11 April 1961 dan telah didaftarkan
dalam buku register di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta di bawah No. 1274
tanggal 26 Juni 1961 serta telah diumumkan dalam Tambahan No. 206 Berita
Negara Republik Indonesia No. 41 tanggal 1 Juni 1962.
Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang- Undang Republik
Indonesia No. 13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank
Pembangunan Daerah, kedudukan hukum Perseroan diubah dan dialihkan dari
Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Jakarta Raya menjadi Bank
Pembangunan Daerah DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Daerah, Jakarta - DKI
No. 6 Tahun 1978 tanggal 21 Agustus 1978 tentang Bank Pembangunan Daerah
Jakarta (BPD Jaya) yang telah disahkan oleh Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. Pem.10/87/1-858-sk. tanggal 5 Desember
1978 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah DKI Jakarta No. 12 Tahun 1979
Seri D No. 11 tanggal 2 Mei 1979 serta sebagaimana Peraturan Daerah No. 1
tahun 1993 tanggal 15 Januari 1993 dengan merubah modal dasar dari sebesar
Rp50.000.000.000 menjadi sebesar Rp300.000.000.000 sampai dengan tanggal 5
Mei 1999 dan sejak tanggal 6 Mei 1999 berubah menjadi Perseroan Terbatas
dengan modal dasar sebesar Rp700.000.000.000.
Perubahan tersebut telah disetujui oleh Pemerintah Daerah Propinsi DKI
Jakarta melalui Peraturan Daerah Propinsi DKI Jakarta No. 1 tahun 1999 tanggal
47
1 Pebruari 1999 dengan Akta yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Harun
Kamil, S.H., No. 4 tanggal 6 Mei 1999 dan telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C-8270.HT.01.01.Th. 99 tanggal 7
Mei 1999. Tanggal 4 Juni 1999, diumumkan dalam Berita Negara No. 45,
Tambahan No. 3283.
Ruang lingkup kegiatan Bank adalah untuk menjalankan aktivitas umum
perbankan. Pada tanggal 30 Nopember 1992, Bank memperoleh ijin untuk
melakukan aktivitas sebagai Bank Devisa berdasarkan SK Direksi Bank
Indonesia No. 25/67/KEP/DIR. Pada bulan Maret 2004, Bank mulai melakukan
kegiatan operasional berdasarkan prinsip syariah berdasarkan Surat Bank
Indonesia No.6/39/DpbS, tanggal 13 Januari 2004 tentang prinsip pembukaan
kantor cabang syariah Bank dalam aktivitas komersial Bank.
Anggaran Dasar Bank telah mengalami beberapa kali perubahan, dan yang
terakhir berdasarkan Akta No. 101 yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris Ny
Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., Notaris di Jakarta pada tanggal 28 September
2007 tentang Penambahan Modal Dasar menjadi Rp1.500.000.000.000 dan
peningkatan Modal Disetor yang telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan No. C-04111.HT.01.04 Tahun
2007 tanggal 22 Nopember 2007.
Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham tanggal 26 April 2010,
Struktur pemegang saham Bank DKI saat ini adalah 99,83% (Rp610.159.000.000)
dimiliki oleh Pemprov DKI Jakarta, sedangkan 0,17% (Rp1.000.000.000) dimiliki
48
oleh PD Pasar Jaya.
Konsistensi pertumbuhan kinerja untuk meraih kepercayaan masyarakat
melalui inovasi produk dan jasa perbankan, peningkatan kualitas pelayanan,
implementasi tata kelola perusahaan yang dipadu dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia menjadi fokus Bank DKI yang berdiri sejak 11 April 1961.
Visi menjadi yang terbaik dan membanggakan dan misi sebagai bank
berkinerja unggul, mitra strategis dunia usaha, masyarakat dan andalan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi stakeholder
melalui pelayanan terpadu dan profesional diawali dengan membangun budaya
kerja yang digali dari nilai-nilai intern yang positif guna menghasilkan sumber
daya manusia yang berbasis human capital yang mempunyai perilaku KTPPDKI
(komitmen, teamwork, professional, pelayanan, disiplin, kerja keras dan
integritas).
Bank DKI memfokuskan kegiatan usahanya pada empat segmen utama
yang memberi peluang pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, yaitu
segmen perbankan konsumer, segmen perbankan komersial dan segmen
perbankan KPR dan UMKM, serta perbankan syariah.
Segmen perbankan konsumer memberikan Bank DKI niche market berupa
guru lebih dari 200.000 nasabah, pegawai Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang
berjumlah lebih dari 100.000 orang selain pengembangan produk JakCard yang
berkesinambungan, antara lain sebagai alat bayar Busway, kartu bayar pada
jaringan Indomaret, dan nantinya dapat dipergunakan untuk pembayaran tiket
49
transportasi di Kereta Api Listrik yang menghubungkan Jakarta dengan beberapa
kota satelitnya. Ke depan, JakCard akan dapat digunakan sebagai alat pembayaran
semua moda transportasi se-DKI-Jaya.
Segmen perkembangan komersial menitikberatkan pada pembiayaan
segmen pekerjaan umum dan pengembangan infrastruktur, khususnya di wilayah
DKI Jaya, merupakan bisnis inti Bank DKI sebagai Bank Pembangunan Daerah.
Segmen Mortgage & Housing memfokuskan pada pembiayaan Kredit
Perumahan Rakyat baik primary house maupun secondary mortage serta kredit
program kerjasama dengan berbagai lembaga. Selain itu, juga melayani sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan merupakan wujud komitmen
Bank DKI dalam mendukung program pembangunan DKI Jaya yang juga
mencakup upaya pemberdayaan perekonomian masyarakat melalui
pengembangan sektor UMKM.
Segmen perbankan syariah melayani kebutuhan masyarakat akan manfaat
pelayanan perbankan yang berbasiskan syariah Islam, sekaligus juga mengisi
salah satu segmen perbankan yang tumbuh secara pesat dalam beberapa tahun ini.
Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, Bank DKI
terus memperkuat tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal
dan manajemen risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam
dan transparan.4
4 PT. Bank DKI, http:// www. bankdki. co.id/ index.php? option= com_content &
view=article&id=1&Itemid=3, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
50
B.2. Visi dan Misi5
VISI :
"Menjadi Bank Terbaik Yang Membanggakan"
_Bank Terbaik:
• Memiliki kinerja terbaik diantara bank sekelasnya (Menurut Kriteria
Permodalan API).
• Menjadi bank jangkar yang terbaik.
_Yang Membanggakan:
• Memiliki kinerja dan reputasi yang baik dan menjadi pilihan utama nasabah
dan stakeholder lainnya.
• Memberikan deviden dan kontribusi yang tinggi kepada Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
• Karyawan memiliki jalur karir yang jelas dan kesejahteraan yang baik.
MISI :
"Bank berkinerja unggul, mitra strategis dunia usaha, masyarakat dan
andalanPemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberi nilai tambah bagi
stakeholder melalui pelayanan terpadu dan profesional."
_Berkinerja Unggul:
• Berkinerja baik sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan otoritas lainnya
5 PT. Bank DKI http:// www. bankdki.co.id/ index.php? option=com_content & view = article&id= 9&Itemid=20, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
51
• Mampu mengelola risiko dengan memperhitungkan kecukupan modal (capital
charge)
• Tumbuh progresif dan berkelanjutan
• Memiliki keunggulan bersaing dalam produk dan layanan
_Mitra Strategis Dunia Usaha:
• Meningkatkan kepercayaan mitra bisnis untuk tetap bekerjasama
• Memberikan solusi kepada nasabah dengan prinsip saling menguntungkan
• Memberikan nilai tambah kepada nasabah dalam produk dan layanan bank
_Mitra Strategis Masyarakat:
Customer centric, antara lain;
• Berorientasi pada kebutuhan nasabah (sistem prosedur, produk, layanan)
• Aktif membangun hubungan baik dengan nasabah
• Bank pilihan masyarakat
• Peka terhadap perubahan dan kebutuhan masyarakat
• Memberikan/menjadi sumber informasi yang berguna dalam produk dan
layanan bank
_Andalan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta:
• Menjadi bank pilihan utama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam
pengelolaan keuangan
• Memberikan kontribusi deviden tertinggi diantara perusahaan daerah/BUMD
sesuai kesepakatan dengan pemegang saham
52
• Mendukung program-program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara
profesional
• Berperan aktif membantu pertumbuhan ekonomi daerah dalam rangka
tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat DKI Jakarta dan
sekitarnya
• _Memberi Nilai Tambah Bagi Stakeholder:
• Menjadikan produk dan layanan yang berkualitas dengan biaya yang efisien
• Menyelaraskan program tanggung jawab sosial perusahaan Bank DKI dengan
program program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
• Meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan dan pengurus secara
berkesinambungan
• Memenuhi semua kewajiban hukum dan kesepakatan dengan baik
_Pelayanan Terpadu:
• Menyediakan produk dan layanan yang lengkap dengan dukungan Teknologi
Informasi yang unggul
• Memberikan layanan yang efektif dan efisien dengan risiko yang dapat
diterima
• Cepat dan tanggap dalam menangani pengaduan nasabah dan memberikan
solusi beragam termasuk cross selling secara profesional
• Memiliki karyawan yang terlatih dengan kemampuan untuk memberikan
informasi yang berkualitas
53
_Profesional:
• Memiliki kompetensi (skill dan knowledge) dan integritas yang tinggi
• Memiliki standar kompetensi dan etika yang tinggi
• Mendahulukan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi
B.3. Budaya Perusahaan
Dengan visi dan misi yang baru, telah terformulasikan rumusan nilai-
nilai budaya kerja yang digali dari proses internalisasi yang menjadi Panduan
bagi seluruh karyawan Bank DKI sekaligus sebagai Code of Conduct.6
KTPP DKI = Komitmen - Teamwork - Profesional - Pelayanan -
Disiplin - Kerjakeras – Integritas
Komitmen
Menjunjung tinggi nilai-nilai yang disepakati dan bertanggung
jawab dengan sepenuh hati. Panduan Perilaku:
• Memegang teguh dan berupaya keras untuk mencapai
target
• Melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung-jawab
• Dapat dipercaya dalam mengemban setiap pekerjaan
dengan benar
• Menjalankan tugas mengikuti aturan yang berlaku
6PT. BANK DKI http://www. bankdki.co.id/ index.php? option=com_ content & view=
article&id=61 &Itemid=61, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
54
• Menindaklanjuti setiap masalah yang menjadi tanggung-
jawab saya dan memastikan penyelesaiannya hingga
tuntas
Teamwork
Kerjasama yang dilandasi semangat saling menghargai dan
menghormati untuk mencapai hasil yang terbaik. Panduan Perilaku:
• Bersedia mendengar dan menghargai pendapat orang lain
• Tidak memaksakan kehendak atau pendapat pribadi
• Aktif memberi saran, pendapat untuk keberhasilan tim
• Berpikir positif
• Bersedia bekerja dengan penuh keikhlasan, tanggung
jawab dan dedikasi
Profesional
Menjalankan tugas sesuai dengan keahlian, keterampilan dan
pengetahuan di bidangnya untuk mencapai kinerja terbaik dengan
tetap menjunjung tinggi kode etik bankir. Panduan Perilaku:
• Bekerja efektif dan efisien
• Inovatif dan kreatif
• Selalu belajar untuk mengembangkan keterampilan,
pengetahuan dan keahliannya
• Positif thinking
55
• Berwawasan luas dan pandangan jauh ke depan
• Bekerja berdasarkan prinsip kehati-hatian (prudent)
Pelayanan
Memberikan layanan terbaik kepada seluruh nasabah dengan
sikap ramah, sopan, tulus dan rendah hati sehingga dapat memberikan
kepuasan. Panduan Perilaku:
• Senyum Salam Sapa
• Mendengarkan dengan sepenuh hati untuk memahami
kebutuhan nasabah
• Memberikan layanan dengan sigap, cepat dan akurat
• Siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan layanan
Disiplin
Melaksanakan tugas secara tepat waktu, tepat guna, dan tepat
manfaat. Panduan Perilaku:
• Tepat waktu
• Bertindak sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang
berlaku dengan penuh tanggung jawab
• Melaksanakan rencana yang telah ditetapkan
• Menggunakan sarana dan prasarana kantor sebagaimana
mestinya
56
Kerja Keras
Melaksanakan tugas dengan segala upaya untuk mencapai hasil
yang terbaik. Panduan Perilaku:
• Pantang menyerah untuk mencari solusi yang lebih baik
• Menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang terbaik
• Selalu bersemangat untuk memberikan hasil yang lebih
baik
• Tidak cepat puas atas hasil yang dicapai
• Rela mengorbankan kepentingan pribadi demi tercapainya
kepentingan perusahaan
Integritas
Membangun kepercayaan dengan kejujuran, tanggung jawab,
moral, serta satu kata dengan perbuatan Panduan Perilaku:
• Berani menyatakan fakta apa adanya secara transparan dan
jujur dengan tetap menjaga rahasia bank dan perusahaan
• Menjunjung tinggi kebenaran sesuai dengan kode etik
banker
• Melaksanakan tugas dengan ikhlas
• Bersikap terbuka dalam mengungkap gagasan dan
pendapat
• Mencintai pekerjaan dan menjaga citra bank
57
B.4. Tata Kelola Perusahaan
Dalam rangka memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan, serta
mencapai visi Bank DKI untuk menjadi bank terbaik dalam kelasnya yang dapat
dibanggakan oleh seluruh pemangku kepentingan, Bank DKI terus memperkuat
tata kelola perusahaan, termasuk struktur pengendalian internal dan manajemen
risiko, serta penerapan standar baku operasi yang lebih seragam dan transparan.
Prinsip-prinsip dasar pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik di
Bank DKI merujuk pada Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 dan No.
8/14/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum, Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007
perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta
Undang Undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, maupun ketentuan lainnya yang mengatur hal tersebut.7
Guna mencapai tingkat penerapan GCG secara maksimal, Bank DKI
berpedoman pada prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan operasional
perbankan. Prinsip-prinsip GCG yang secara umum dikenal dengan akronim
TARIF dijabarkan sebagai berikut:
7PT BANK DKI http:// www. bankdki.co.id/ index.php? option=com_content &
view=article&id = 64&Itemid=65, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
58
_Transparency
Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan dalam
proses pengambilan keputusan.
_Accountability
Kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga
pengelolaan berjalan efektif.
_Responsibility
Kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat.
_Independent
Pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun.
_Fairness
Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bank DKI sangat concern dalam meningkatkan efektivitas fungsi
manajemen risiko melalui upaya penerapan Enterprise Risk Management (ERM),
yang bekerja sama dengan D'lloyd. ERM merupakan suatu pengelolaan risiko
perusahaan secara menyeluruh dan terintegrasi, yang me-nyelaraskan visi dan
misi dengan strategi pemilihan risk appetite dan risk tolerance serta tindakan
mitigasi yang akan dilakukan, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai.
59
B.5. Struktur Tata Kelola Perusahaan
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Sesuai dengan Anggaran Dasar Bank DKI, RUPS merupakan
elemen tertinggi dalam struktur pengelolaan perusahaan. RUPS
membahas dan menghasilkan keputusan penting atas masalah-masalah
yang sedang atau akan dihadapi oleh Bank DKI. Di dalam RUPS
tersebut juga dibahas dan diputuskan beberapa hal, diantaranya adalah
menerima dengan baik atau menolak laporan pertanggungjawaban
Dewan Komisaris atau Direksi, memilih dan memberhentikan anggota
Dewan Komisaris dan Direksi, serta mengevaluasi kinerja dari masing-
masing anggota Dewan Komisaris dan Direksi. RUPS diselenggarakan
setidaknya sekali dalam setahun. Selain RUPS, atas permintaan
pemegang saham, Bank DKI dapat menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
2. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris diangkat oleh pemegang saham melalui
RUPS. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan
Komisaris mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai
dengan fungsinya masing-masing, sebagaimana diamanatkan dalam
Anggaran Dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Dewan Komisaris memiliki Pedoman Kerja bagi setiap anggota
60
Dewan Komisaris sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan
Direksi No.95 tahun 2007 tanggal 29 Juni 2007 tentang Buku Pedoman
Kerja Dewan Komisaris Bank DKI. Buku panduan tersebut memuat
antara lain komposisi, kedudukan Dewan Komisaris dalam organisasi
Bank serta tugas dan tanggung jawabnya yang meliputi
• Komisaris memastikan terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam
setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi.
• Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan
nasihat kepada Direksi melalui berbagai surat yang disampaikan
kepada Direksi maupun dalam berbagai kesempatan rapat pengurus.
• Dalam melakukan pengawasan tersebut, Komisaris juga telah
mengarahkan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan
strategis Bank, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan
terhadap kegiatan operasional Bank, kecuali: penyediaan dana
kepada pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum,
dan hal-hallain yangditetapkan dalam Anggaran Dasar Bank atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Dewan Komisaris bertanggung jawab dalam penerapan manajemen
61
risiko, antara lain menyetujui dan mengevaluasi kebijakan
manajemen risiko.
• Dewan Komisaris memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti
temuan audit dan rekomendasi dari auditor internal dan eksternal
• Dewan Komisaris melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
independen.
3. Komite-komite dibawah Dewan Komisaris
Komite Audit Sebagai salah satu kelengkapan perangkat Dewan
Komisaris dalam melaksanakan GCG, maka Bank DKI telah memiliki
Komite Audit sejak tanggal 25 September 2006, sebagaimana Surat
Keputusan Direksi No.108 tahun 2006 dan terhitung sejak 2 Oktober
2006 sampai dengan 22 Agustus 2009, dan/atau tanpa mengurangi hak
Dewan Komisaris untuk sewaktu-waktu memberhentikan anggota
Komite Audit. Dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan GCG, Komite Audit Bank DKI berpedoman pada
Piagam Komite Audit yang disahkan pada tanggal 6 Oktober 2006.
Piagam tersebut merupakan pedoman tertulis yang dijadikan sebagai
acuan dari setiap kegiatan operasional Komite Audit yang memuat Visi
& Misi Organisasi, wewenang, serta tugas dan tanggung jawab Komite
Audit.
Komite Pemantau Risik Sebagai salah satu kelengkapan
62
perangkat Dewan Komisaris dalam melaksanakan GCG, maka Bank
DKI telah memiliki Komite Pemantau Risiko sejak tanggal 7 Februari
2007, sebagaimana Surat Keputusan Direksi No.16 tahun 2007 tentang
pengangkatan Komite Pemantau Risiko dan telah mengalami perubahan
sebagaimana Keputusan Direksi No. 50A tahun 2008 tentang Perubahan
Komite Pemantau Risiko, dan/atau tanpa mengurangi hak Dewan
Komisaris untuk sewaktu-waktu memberhentikan anggota Komite
Pemantau Risiko.
Dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan kualitas
pelaksanaan GCG, Komite Pemantau Risiko Bank DKI memiliki
pedoman sebagaimana disahkan dalam Keputusan Pengurus Bank
No.123 tahun 2007 tentang Piagam Komite Pemantau Risiko Bank DKI.
Piagam tersebut merupakan pedoman tertulis yang dijadikan sebagai
acuan dari setiap kegiatan operasional Komite Pemantau Risiko yang
memuat Visi & Misi Organisasi, wewenang, serta tugas dan tanggung
jawab Komite Pemantau Risiko.
Komite Remunerasi dan Nominasi Sebagai salah satu
kelengkapan perangkat Dewan Komisaris dalam melaksanakan GCG,
maka Bank DKI telah memiliki Komite Remunerasi dan Nominasi sejak
tanggal 21 Juni 2007, sebagaimana Surat Keputusan Direksi No.88
tahun 2007 tentang pengangkatan Komite Remunerasi dan
Nominasi,dan telah mengalami perubahan sebagaimana Keputusan
63
Direksi Bank DKI No.116 tahun 2007 tanggal 3 Agustus 2007 tentang
Perubahan Komite Remunerasi dan Nominasi Bank DKI serta
keputusan Direksi No. 38A tahun 2009 tanggal 16 Maret 2009 tentang
Pengangkatan Sukri Bey sebagai anggota Komite Remunerasi dan
Nominasi PT Bank DKI, dan/atau tanpa mengurangi hak Dewan
Komisaris untuk sewaktu-waktu memberhentikan anggota Komite
Remunerasi dan Nominasi.
4. Direksi
Direksi bertanggung jawab menyusun dan melaksanakan strategi
dan kebijakan bisnis, anggaran dan rencana kerja sesuai dengan Visi dan
Misi Bank serta memastikan pencapaian sasaran dan tujuan usaha.
Direksi juga bertanggung jawab terhadap struktur pengendalian internal
Bank dan penerapan manajemen risiko dan praktik-praktik tata kelola
yang baik. Direksi memastikan agar praktik-praktik akuntansi dan
pembukuan Bank sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia; lebih jauh
lagi Direksi mengawasi pelaksanaan audit internal, melakukan tindak
lanjut yang diperlukan sesuai dengan arahan Dewan Komisaris.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengelolaan
Bank sehari-harinya, Direksi berpedoman pada Buku Pedoman Kerja
Direksi sebagaimana keputusan Direksi No.97 tahun 2007, yang
dilakukan pembagian tugas Direksi didasari pada struktur organisasi
Bank, yaitu:
64
• Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kepengurusan
Bank
• Direksi mengelola Bank sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan
kewenangan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dan
Peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Direksi melaksanakan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan
usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi
• Direksi bertanggung jawab memastikan kebijakan dan strategi
manajemen risiko dan tugas-tugas lainnya yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku mengenai perbankan
yang diatur oleh Bank Indonesia dan lembaga atau instansi terkait
lainnya.
• Direksi bertanggung jawab dalam menindaklanjuti temuan audit dan
rekomendasi dari auditor internal dan eksternal.
5. Komite-Komite dibawah Direksi
Komite Manajemen Risiko
Pengelolaan seluruh risiko bisnis Bank DKI harus dilakukan
secara sistematis, terintegrasi dan berkesinambungan. Untuk itu
diperlukan perumusan kebijakan yang bersifat strategis melalui
koordinasi lintas unit, lintas fungsional dan melibatkan Manajemen
Bank DKI. Sarana untuk merumuskan kebijakan tersebut adalah melalui
65
Komite Manajemen Risiko (KMR).
KMR berfungsi memberikan rekomendasi kepada Direktur
Utama yang sekurang-kurangnya meliputi :
• Penyusunan kebijakan manajemen risiko serta perubahannya,
termasuk strategi manajemen risiko dan contingency plan apabila
kondisi eksternal tidak normal.
• Perbaikan atau penyempurnaan penerapan manajemen risiko yang
dilakukan secara berkala maupun yang bersifat insidentil sebagai
akibat dari suatu perubahan kondisi eksternal dan internal Bank
DKI yang mempengaruhi kecukupan permodalan dan profil risiko
bank dan hasil evaluasi terhadap efektivitas penerapan tersebut.
• Penetapan atas hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang
menyimpang dari prosedur normal (irregulations) seperti keputusan
pelampauan ekspansi usaha yang signifikan dibandingkan rencana
bisnis bank yang telah melampaui limit yang telah ditetapkan.
Komite Asset and Liability (ALCO)
Pengelolaan seluruh risiko bisnis Bank DKI harus dilakukan
secara sistematis, terintegrasi dan berkesinambungan. Untuk itu, dalam
proses pelaksanaan asset dan liability, Bank DKI telah dilengkapi
dengan Komite ALCO, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan
Direksi No. 164 Tahun 2006 tanggal 19 Desember 2006 tentang Asset
66
Liability Committee (ALCO) yang merupakan penyempurnaan dari
Keputusan Direksi No. 88 Tahun 2006 dan Keputusan Direksi No. 39
tahun 2008. Terakhir, Komite ALCO ditetapkan dengan Keputusan
Direksi No.125 tahun 2009 tanggal 9 Juni 2009.
Tugas pokok yang diemban ALCO adalah mengkaji,
menganalisa dan dan menetapkan, memutuskan kebijakan-kebijakan
strategis antara lain: penghimpunan dana, penggunaan dana, penetapan
harga dan pengendalian risiko sehingga pengelolaan aset dan liabilitas
dapat lebih terarah dan optimal dengan tetap mengacu kepada marketing
oriented. Selain itu adalah menetapkan kebijakan yang terkait dengan
manajemen likuiditas (liquidity management), management dan GAP,
manajemen valuta asing, dan manajemen investasi & pendapatan.
Komite Kebijakan Kredit dan Pembiayaan
Kredit dan pembiayaan merupakan sektor yang sangat strategis
di setiap usaha keuangan dan perbankan. Oleh karena itu, kebijakan-
kebijakan yang menyangkut sektor tersebut membutuhkan perencanaan,
riset dan evaluasi mendalam. Setelah itu, harusdiimplementasikan secara
tepat dan dalam pengawasan yang cukup ketat. Untuk itu Bank DKI
telah membentuk Komite Kebijakan Kredit dan Pembiayaan (KKKP)
sebagaimana Keputusan Direksi No. 183 tahun 2007 tanggal 18
Desember 2007, yang disempurnakan sesuai keputusan Direksi No. 99
tahun 2009 tentang perubahan Komite Kebijakan Kredit & Pembiayaan
67
Bank DKI. Adapun Tugas dan Tanggung Jawab sebagai berikut;
• Merumuskan dan menetapkan permasalahan yang bersifat
signifikan dan material, meliputi penyusunan kebijakan kredit dan
pembiayaan serta perubahannya, perbaikan atau penyempurnaan
penerapannya termasuk strategi kebijakan kredit dan pembiayaan,
serta contingency plan apabila kondisi eksternal tidak normal.
• Menetapkan hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang
menyimpang dari prosedur normal di bidang kredit dan
pembiayaan, antara lain seperti keputusan pelampauan ekspansi
kredit dan pembiayaan yang signiikan dibandingkan dengan
rencana bisnis Bank yang telah ditetapkan sebelumnya atau
pengambilan posisi/eksposur risiko yang melampaui limit yang
telah ditetapkan.
• Merumuskan kebijakan risiko kredit dan pembiayaan berdasar hal-
hal khusus yang dikehendaki (risk appetite) yang berkaitan dengan :
• target market dan porsi
• segmentasi
• risk based pricing per segment
• risk mitigation
• maksimum hapus buku
• Memantau portofolio kredit dan pembiayaan termasuk eksposur
68
risikonya, baik on balance sheet maupun off balance sheet serta
pemantauannya.
• Melakukan perbaikan atau penyempurnaan pedoman dan arah
kebijakan kredit dan pembiayaan yang dilaksanakan secara berkala
maupun bersifat insidentil.
• Menetapkan kebijakan dalam hal kredit dan pembiayaan
bermasalah, berupa:
• Penyelamatan (rescheduling, reconditioning, restructuring), atau
• Penyelesaian melalui proses di pengadilan ataupun proses di luar
pengadilan
• Menetapkan kewenangan dalam bidang kredit dan pembiayaan.
Guna mendukung pelaksanaan tugasnya, telah ditetapkan
Kebijakan Perkreditan & Pembiayaan sebagaimana Keputusan Direksi
No.159 Tahun 2009. Komite Pengarah Teknologi Informasi
Guna pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia No. 9/15/PBI/2007
tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi
Informasi pada Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/30/DPNP tentang penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan
Teknologi Informasi pada Bank Umum, maka PT Bank DKI wajib
membentuk Komite Pengarah Teknologi Informasi (KPTI). Adapun
KPTI di Bank DKI dibentuk berdasarkan Keputusan Direksi No.111
69
Tahun 2008. Adapun Tugas dan Tanggung Jawab sebagai berikut;
1. Membantu Dewan Komisaris dan Direksi mengawasi kegiatan
terkait Teknologi Informasi di PT Bank DKI.
2. Melakukan pertemuan secara berkala untuk membicarakan hal-hal
yang berkaitan dengan strategi Teknologi Informasi yang
didokumentasikan dalam bentuk risalah rapat.
3. Memberikan rekomendasi kepada Direksi, mencakup:
• Rencana Strategis Teknologi Informasi
• Perumusan Kebijakan dan Prosedur Teknologi Informasi yang
utama seperti pengamanan Teknologi Informasi dan manajemen
risiko terkait penggunaan teknologi Informasi di PT Bank DKI.
• Kesesuaian proyek-proyek Teknologi Informasi yang disetujui
dengan Rencana Strategis Teknologi informasi.
• Kesesuaian pelaksanaan proyek-proyek Teknologi informasi
dengan rencana proyek yang disepakati dalam Service Level
Agreement.
• Kesesuaian Teknologi Informasi dengan kebutuhan sistem
informasi manajemen yang mendukung pengelolaan kegiatan
usaha Bank.
• Efektiitas langkah-langkah minimalisasi risiko atas investasi
Bank DKI pada sektor Teknologi Informasi.
70
• Pemantauan atas kinerja Teknologi Informasi dan upaya
peningkatannya.
• Upaya penyelesaian berbagai masalah terkait Teknologi
informasi, yang tidak dapat diselesaikan oleh satuan kerja
pengguna dan satuan kerja penyelenggara dengan memfasilitasi
hubungan antara kedua satuan.
• Kecukupan dan alokasi sumber daya yang dimiliki Bank DKI.
Guna pelaksanaan tugasnya, telah dibuat Buku Pedoman
Perusahaan Komite Pengarah Teknologi Informasi sebagaimana
Keputusan Direksi No. 58 Tahun 2009.
B.6. Produk dan Layanan
Adapun Produk da Layanan yand ditawarkan Bank DKI adalah; 8
Dana
• Tabungan Monas
• Tabungan Simpeda
• Tabungan Ku
• Giro
• Deposito
8PT BANK DKI http://www. bankdki. co.id/index.php? option=com_ content&view=
article&id= 47&Itemid=52, diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010
71
Kredit
• Kredit Multiguna
• Kredit Usaha Kecil
• Kredit Investasi
• Kredit Modal Kerja
• Kredit Bangun Karya
• KPR Griya Monas
• KUMK Monas
Layanan
• ATM
• Debit DKI
• Auto Debit Bank DKI
• Jakcard
• Samsat Drive Thru
• Pembayaran Pajak
• BPD Net Online
• Transaksi Valuta Asing
• Western Union
72
BAB IV
KONSEP DAN APLIKASI PERALIHAN KEPEMILIKAN PADA IJARAH
MUNTAHIYAH BITTAMLIK (IMBT); STUDI KOMPARATIF (PT. BANK
MUAMALAT SYARIAH INDONESIA. TBK, DAN BANK DKI SYARIAH
WAHID HASYIM)
A. Mekanisme dan Prosedur transaksi Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT).
Akad Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT) boleh dilakukan dengan
ketentuan sbb;1
1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah (Fatwa DSN nomor :
09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad Ijarah muntahiyah Bittamlik
(IMBT).
2. Perjanjian untuk melakukan akad Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT) harus
disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.
3. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.
4. Pihak yang melakukan Ijarah muntahiyah Bittamlik (IMBT) harus
melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan,
baik dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa
ijarah selesai.
1 Zainul Arifin. Pelatihan Dasar Perbankan Syariah-Bank Indonesia, (Jakarta; Rafa
Consulting (economic Building with Islamic Value). 2007)
72
73
5. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah
wa’ad yang hukumnya tidak mengikat. Apabila wa’ad itu ingin dilaksanakan,
maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa
ijarah selesai.
Posisi Bank dalam IMBT
Dalam IMBT bank bertindak selaku pihak yang menyewakan dalam
akad pertama dan selaku pemberi hibah atau penjual dalam akad kedua.
Sedangkan nasabah bertindak selaku penyewa pada tahap pertama dan selaku
penerima hibah/pembeli pada akad kedua.
Hal itu karena akad ijarah dan akad hibah / jual beli tidak bisa
digabungkan pada waktu, aset dan pihak yang sama
Tahapan IMBT di Bank Syariah:2
• Nasabah menjelaskan kepada bank bahwa suatu saat di tengah atau di
akhir periode ijarah ia ingin memiliki
• Setelah melakukan penelitian, bank setuju akan menyewakan asset itu
kepada nasabah
• Apabila bank setuju, bank terlebih dahulu memiliki aset tersebut
• Bank membeli atau menyewa aset yang dibutuhkan nasabah
• Bank membuat perjanjian ijarah dengan nasabah untuk jangka waktu
tertentu dan menyerahkan asset itu untuk dimanfaatkan
2Esa Muhammad putra yang di unduh dari www.Hendrakholid.net Tentang IMBT pada
3/12/2009
74
• Nasabah membayar sewa setiap bulan yang jumlahnya sesuai dengan
kesepakatan
• Bank melakukan penyusutan terhadap aset. Biaya penyusutan dibebankan
kepada laporan laba rugi
• Di tengah atau di akhir masa sewa, bank dan nasabah dapat melakukan
pemindahan kepemilikan asset tersebut secara jual beli cicilan
• Jika pemindahan kepemilikan di akhir masa sewa, akadnya dilakukan
secara hibah.
B. Analisa Komparatif peralihan kepemilikan yang diterapkan dalam Mekanisme
IMBT pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syariah
Wahid Hasyim
B.1. Aplikasi Ijarah Muntahiyah Bittamlik kepada Nasabah pada PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia
Bank Muamalat Syariah Indonesia selain produk Ijarah juga
menyediakan produk pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT).
Bagi nasabah yang berminat untuk melakukan pembiayaan IMBT harus
melaksanakan pembiayaan ijarah terlebih dahulu. Seperti sebagaimana yang
telah dituangkan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No.27/DSN-
MUI/III/2002, tanggal 28 Maret 2002 (Himpunan Fatwa DSN hal. 167-168.
Dalam proses Ijarah Muntahiyah Bittamlik secara umum mencakup
langkah sebagai berikut ;
75
1. Bank dan nasabah menyepakati syarat-syarat penyewaan
2. Bank membeli aset dari penjualan
3. Nasabah menyewa aset dari bank dengan membayar biaya sewa tetap
setiap bulan
4. Nasabah membeli aset dari bank diakhir periode sewa
Dalam hal pengajuan permohonan pembiayaan Ijarah
Muntahiyah Bittamlik calon nasabah ( Musta’jir ) harus memberikan
data yang dibutuhkan oleh bank Muamalat Syariah Indonesia yang
merupakan prosedur yang harus dipenuhi oleh ( Musta’jir ) calon
mustajir. Data-data yang diberikan oleh calon musta’jir antara lain;
profil Perusahaan tersebut yang termasuk didalamnya yaitu ( akte
pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan dan juga Surat Izin Usaha
Perusahaan), laporan keuangan perusahaan tersebut 2 tahun terakhir,
data proyeksi cashflow dan data jaminan.
Setelah Bank Muamalat Syariah Indonesia menerima proposal
permohonan pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik dari calon
musta’jir, selanjutnya bank akan menganalisa data yang telah diberikan
calon musta’jir untuk di nilai apakah calon musta’jir layak untuk
mendapatkan pembiayaan dari PT.BMI, tbk atau sebaliknya. Setelah itu
lalu dilakukan pencairan.
Adapun proses analisa akad pembiayaan meliputi enam tahapan,
yaitu;
76
1. Bagi calon musta’jir yang akan mengajukan pembiayaan ke PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia Tbk, dapat menemui petugas marketing atau
Acount Officer. Setelah calon musta’jir dipertemukan ke bagian AO,
disana calon musta’jir dapat mengemukakan tujuan pembiayaan, sehingga
petugas dapat membimbing dan mengarahkan jenis pembiayaan yang
dimaksud untuk diwawancarai, serta calon musta’jir harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan oleh PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia.
Setelah Acount Officer mewawancarai calon musta’jir secara singkat dan
menganalisa data permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon
musta’jir, maka dari hasil wawancara singkat dan analisa tersebut account
officer dapat memutuskan layak atau tidaknya pembiayaan tersebut untuk
diberikan. Jika menurut account officer pembiayaan tersebut layak maka
account officer akan melakukan survey usaha untuk mengetahui
kebenaran dari hasil wawncara singkat yang telah dilakukan. Jika usaha
yang disurvei itu memiliki prospek yang bagus maka dari pihak bank akan
melakukan survey ulang untuk memastikan kembali bahwa usahanya
benar-benar layak untuk dibiayai. Dari hasil wawancara dan survey
account officer dapat menyimpulkan dengan membuat proposal usaha
Musta’jir serta menerima taksasi jaminan dari legal.
2. Setelah pembuatan proposal usaha Musta’jir tersebut account officer akan
membawa proposal tersebut ke rapat komitte pembiayaan untuk dianalisa.
Nilai nominal 50 juta hingga milyaran rupiah komitte dilaksanakan oleh
77
manajer pemasaran, 2 direksi, dan 3 komisaris. Apabila dari hasil komitte
tersebut calon nasabah mendapat persetujuan maka seluruh berkas-berkas
penting akan diberikan kebagian legal officer. Adapun untuk taksasi
jaminan diatas 500 juta hingga milyaran keatas dibuat oleh bagian legal
officer kemudian diajukan ke direksi.
3. Setelah pengecekan ulang secara keseluruhan oleh bagian legal officer,
setelah itu legal officer akan membuat dan menyiapkan akad perjanjian
pembiayaan dan akad pengikatan jaminan, kemudian setelah itu seluruh
berkas-berkas akan di cek oleh kepala bagian legal dan setelah selesai
mengecek maka bagian legal akan menghubungi calon musta’jir untuk
menentukan waktu akad, pemberitahuan dokumen jaminan,
pemberitahuan kekurangan berkas persyaratan lainnya, pemberitahuan
yang wajib dihadirkan di bank/notaries serta pemberitahuan persyaratan
pengecakan jaminan.
4. Calon nasabah/ musta’jir mendatangi kantor dengan membawa jaminan
asli untuk di cek oleh bagian legal agar dapat dibuktikan keabsahannya.
Setelah itu pihak bank akan menjelaskan tentang akad yang dijalankan
serta diikuti dengan penandatanganan akad perjanjian pembiayaan serta
pengikatan jaminan.
5. Setelah akad dilaksanakan, format perusahaan Musta’jir akan dicek dan
ditandatangani oleh kepala bagian legal untuk diserahkan ke bagian
operasional untuk melakukan pencairan.
78
6. Tahap pencairan.
Selain keenam tahap proses analisa pembiayaan oleh PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, mereka juga menetapkan suatu standar yang
harus dipenuhi oleh calo musta’jir ketika akan mengajukan pembiayaan
Ijarah Muntahiyyah Bittamlik, dalam pembiayaan harus termuat minimal,
antara lain;
Gambaran umum usaha, yaitu calon musta’jir harus mendeskripsikan
profil perusahaan, serta juga menjelaskan apa tujuan dari penggunaan
pembiayaan yang akan dilakukan.
Rencana atau prospek usaha, artinta calon musta’jir menjelaskan
bagaimana prospek usahanya kedepan nanti, yang nantinya akan
dianalisis oleh bank untuk melihat apakah dimasa mendatang calon
musta’jir mampu membayar uang sewa yang telah ditetapkan bank
dengan usaha yang dijalankannya.
Legalitas perusahaan, yang didalamnya harus termuat antara lain akte
pendirian, NPWP, Tanda Daftar Perusahaan, surat keterangan domisili
usaha serta identitas lainnya.
Laporan keuangan dari calon musta’jir periode 2 tahun terakhir,
maksudnya PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia akan melihat
kondisi laporan keuangan calon musta’jir apakah layak untuk
mendapatkan pembiayaan dari bank atau tidak.
79
Proyeksi cashflow, maksudnya untuk melihat sumber pengembalian
pembiayaan yang akan diberikan oleh calon musta’jir kepada PT.
Bank Muamalat Syariah Indonesia.
Data jaminan, artinya calon musta’jir harus dapat menberikan data
jamina kepada bank untuk memastikan bahwa calon musta’jir akan
tetap membayar tarif sewa yang ditetapkan oleh bank.
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap pihak PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. bahwa PT. Bank Muamalat Syariah
Indonesia, Tbk. Telah bertindak sebagai penjual, dimana PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Membeli barang dari supplier dan
menjualnya untuk nasabah atas nama perusahaan PT. Bank Muamalat
Syariah Indonesia, Tbk. Dengan menjual barang sesuai harga beli
ditambah dengan margin. Artinya apa yang telah ditetapkan pada Unit
Usaha Syariah DSN-MUI sudah dilakukan dengan baik oleh PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
Nasabah yang membeli produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik
dengan sistem sewa-beli pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia,
Tbk.telah sesuai dengan syarat-syarat ijarah dalam rukun dan syarat ijarah
yang terdapat dalam bab II landasan teori penulis. Hal ini sejalan dengan
perjanjian pembiayaan syariah yang diberlakukan dalam PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Bahwa nasabah yang melakukan akad
80
sewa-beli itu harus baliq dan berakal, serta memiliki kemampuan atau
kecakapan dalam melakukan pembiayaan.3
Dari marketing akan diberikan kepada support pembiayaan,
adapun tiga hal yang dilakukan oleh support pembiayaan dari PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk. Antara lain :
Melakukan Pasar Internal
Melakukan analisa yuridis
Melakukan Banking Bank yang dilakukan oleh pihak BI
Oleh pihak marketingnya sendiri dilakukan evaluasi keuangan ( data
keuangan)4
Dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak ,milik
barang (baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak) dilakukan
dengan salah satu dari dua cara misalnya; pihak yang menyewa berjanji
akan menjual barang yang disewakan atau menghibahkan barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
Pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini harga sewa dan harga
jual disepakati pada awal perjanjian dan pada akhir masa sewa bank dapat
saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah, namun apabila
3 Wawancara Pribadi dengan Mbak Lolla ( Account Officer Marketing Cabang BSD) pada 20
Agustus 2010 4 Data diperoleh dari riset di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
81
nasabah bank tidak menggunakan hak opsinya maka kepemilikan barang
itu tetap berada ditangan bank.5
Disini dijelaskan bahwa pihak PT. Bank Muamalat Syariah
Indonesia, Tbk. Juga melakukan penilaian seluruh aspek yang diperlukan.
Aspek yang dinilai antara lain dengan melakukan analisa yuridis/hokum,
aspek pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek
manajemen, aspek social ekonomi, aspek amdal serta yang terpenting
aspek syariah.
Adapun Dampak Resiko Pembiayaan terhadap Perkembangan PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk yaitu:
Dalam manajemen resiko, resiko ada beberapa macam, yaitu
resiko yang mesti dihindari,ditangani sendiri dan resiko yang mesti
dipindahkan ke pihak lain ( asuransi ), yaitu sebagai berikut;
Resiko yang harus dihindari yaitu resiko pemberian pembiayaan
dengan tujuan sbb:
a. Pembiayaan yang tidak sesuai dengan Syariah
1. bank konvensional
2. peternakan babi
3. usaha minuman keras
4. usaha perjudian
5 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia, (Jakarta : PT. Temprint 1999) cet ke-1 hal. 71
82
5. jenis usaha yang dikategorikan subhat, antara lain Perusahaan
rokok dan turunannya, perhotelan yang tidak dinyatakan sebagai
hotel syariah.
b. Pembiayaan dengan tujuan spekulatif,.
c. Pembiayaan tanpa informasi keuangan yang memadai, jelas
(transparan) dan tidak akurat.
d. Pembiayaan pada sektor usaha yang tidak dikuasai Bank.
e. Pembiayaan kepada nasabah yang bermasalah atau macet pada bank
lain
f. Pembiayaan kepada industri yang sudah memasuki tahap jenuh, yaitu
masa siklus produknya (product life cycle) dalam tahap usaha yang
menurun, sehingga permintaan pasarnya menurun.
g. Menyalurkan pembiayaan kepada nasabah dengan score yang tidak
direkomendasikan, atau nasabah dengan rating non-investment grade.
h. Setiap resiko pembiayaan mayoritas ditanggung oleh bank namun
dimungkinkan juga Bank menggandeng pihak lain untuk berbagi
resiko, seperti:
1. Pihak Asuransi
Asuransi Jiwa - untuk mengcover kematian)
Asuransi Kebakaran - untuk mengcover kebakaran atas barang
yang dijaminkan
83
Asuransi Kehilangan - untuk mengcover resiko kehilangan atas
barang jaminan
2. Pihak Perum Penjaminan
Mengcover resiko apabila nasabah tidak membayar angsuran
(contoh: Perum Sarana)
3. Pihak Appraisal Jaminan
Membantu Bank menilai/ taksasi atas nilai jaminan pembiayaan
(Collateral Risk
Dari penjelasan di atas serta dengan melihat pada acuan draft kontrak
yang di dapat langsung melalui riset di PT. Bank Muamalat Syariah
Indonesia, Tbk. Bahwa dalam Ijarah Muntahiyah Bittamlik, pemindahan hak
milik barang (baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak) dilakukan
dengan cara pihak yang menyewa berjanji akan menjual barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.
Pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini harga sewa dan harga jual
disepakati pada awal perjanjian dan pada akhir masa sewa bank dapat saja
menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Dalam hal ini tertuang
dalam draft kontrak pada pasal 1 dalam hal definisi; yaitu “Ijarah
Muntahiyah Bittamlik” adalah akad antara mu’ajjir/bank sebagai pihak yang
menyewakan Ma’jur/Objek sewa (pemilik barang) dengan Musta’jir/Nasabah
sebagai penyewa. Pada akhir masa sewa Musta’jir/Nasabah berjanji untuk
membeli ma’jur/Objek Sewa tersebut.
84
Jadi penulis menyimpulkan berdasarkan uraian yang telah dilakukan,
maka konsep mekanisme pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik di PT.
Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk ini telah sesuai dengan prinsip Islam.
Memang seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Ijarah
Muntahiyah Bittamlik adalah perpaduan antara sewa-menyewa (Ijarah) dan
jual beli atau Hibah di akhir masa Sewa. Tetapi perpindahan kepemilikan
pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk ini yang digunakan adalah
dengan akad Jual beli dan dilakukannya setelah masa ijarah-nya selesai.6
Perjanjian perpindahan kepemilikan ini di sepakati diawal akad di sepakati
dan di tandatangani.
Berbeda dengan mekanisme perpindahan kepemilikan pada Bank DKI
Syariah. Adapun mekanismenya yaitu sebagai berikut.
B.2. Aplikasi Ijarah Muntahiyah Bittamlik kepada Nasabah pada Bank DKI
Syariah
Selain PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, bank DKI Syariah
juga memiliki produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang ditawarkan
kepada nasabah. Bank DKI Syariah ini menawarkan produk Ijarah
Muntahiyah bittamlik ini pada Pembiayaan KPR. Dalam KPR Syariah ini
dapat menggunakan akad jual beli saja, yaitu bank syariah akan
6 Draft kontrak akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada pasal 1, yang didapat dari riset di PT.
Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk
85
membelikan rumah dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan
tambahan margin yang telah disepakati. Namun dalam pembiayaan jual
beli ini dapat dikatakan lebih menguntungkan pihak nasabah dari pada
pihak bank karna pembiayaan KPR ini dapat dikatakan pembiayaan dalam
jangka waktu panjang, jadi jika pihak nasabah melunasi pembiayaan KPR
ini lebih awal dari waktu ketentuan yang telah disepakati maka keuntungan
yang diperoleh pihak bank tidak sesuai dengan yang telah diperhitungkan.7
Namun bank DKI Syariah juga menawarkan produk Ijarah
Muntahiyah Bittamlik pada pembiayaan KPR ini. Yaitu, bank syariah
menyewakan rumah tersebut sampai jangka waktu tertentu hingga nasabah
dapat memilikinya sendiri dengan perpindahan kepemilikan.
Secara sepintas, perhitungan KPR syariah ini tidak berbeda dengan
KPR konvensional yang mempergunakan system bunga. Perbedaannya
dalam KPR syariah ini tidak diterapkan penyesuaian bunga kredit sehingga
angsuran akan tetap sampai kredit lunas. Selain itu, karena dalam system
syariah tidak dikenal system bunga, maka apabila terjadi penunggakkan
maka tidak dapat diterapkan perhitungan denda yang berdasarkan suku
bunga. Namun dengan akad atau perjanjian yang berbeda akan memiliki
konsekuensi hukum yang berbeda pula. Pada KPR konvensional
transaksinya adalah bank meminjamkan uang kepada nasabah, dan nasabah
7 Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank
DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010.
86
harus mengembalikannya dengan cara mencicil pokok utang ditambah
dengan bunganya selama jangka waktu tertentu. Jika ditengah jalan suku
bunga naik maka cicilan yang harus dibayar kan akan naik juga sesuai
dengan kenaikan suku bunga. Akibatnya, nasabah harus membayar lebih
mahal dari rencana/ketentuan awal.
Sedangkan dalam KPR syariah, cicilan yang harus dibayarkan akan
tetap meskipun suku bunga perbankan gonjang ganjing. Cicilan KPR yang
disalurkan oleh bank syariah itu sifatnya tetap selama masa perjanjian.
Bank DKI Syariah menggunakan dua jenis akad pada pembiayaan KPR ini.
Yaitu akad jual beli (Murabahah) untuk pembiayaan berjangka waktu di
bawah lima tahun dan akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik (Sewa yang
diakhiri perpindahan kepemilikan) untuk pembiayaan berjangka waktu di
atas lima belas tahun.8
Perpindahan kepemilikan pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik
pada Bank DKI syariah ini akan mengunakan dua jenis akad, yaitu akad
Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum masa sewa
yang ditentukan berakhir serta akad Hibah apabila masa sewa diselesaikan
sesuai waktu yang telah ditentukan berakhir.9
8 Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank
DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010. 9 Tertuang pada Draft Perjanjian Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik pada pasal 10 ayat
4-5, yang didapat langsung dari riset di Bank DKI syariah Wahid Hasyim.
87
Disini penulis menyimpulkan pemberian KPR dengan system
syariah ini dapat menjadi alternative penyaluran KPR yang sama-sama
menguntungkan bagi nasabah ataupun pihak bank. Bagi yang
berpenghasilan tetap tidak perlu khawatir dengan spekulasi bunga bank
yang terjadi di perbankan karena system angsuran pada KPR syariah ini
akan tetap selama jangka waktu yang telah disepakati.
Adapun prosedural pembiayaan pada bank DKI syariah ini yaitu,
sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pembiayaan, calon debitur (nasabah) terlebih
dahulu mendatangi Account officer untuk mendaftarkan diri dan
mengisi formulir permohonan pembiayaan Ijarah Muntahiyah
Bittamlik. Tidak lupa dengan mempersiapkan persyaratan administrasi
yaitu sebagai berikut :
a. Fotocopy KTP pemohon
b. Fotocopy KTP suami/istri pemohon (kalau sudah menikah)
c. Faotocopy kartu keluarga
d. Fotocopy surat nikah/cerai]
e. Pas photo pemohon
f. Pas photo suami/istri pemohon
g. Rencana anggaran biaya
h. Surat keterangan dari perusahaan
i. Fotocopy kartu pegawai
88
j. Fotocoppy surat keterangan pegawai tetap
k. Fotocopy surat keterangan terakhir
l. Fotocopy kartu jamsostek/taspen/askes
m. Asli slip gaji terakhir
n. Fotocopy rekening tabungan/ rekening Koran 3 bulan terakhir
o. Fotocopy rekening pembayaran listrik/telepon 3 bulan terakhir
p. Fotocopy SHM/SHGB/BPKB
q. Fotocopy IMB
r. Fotocopy PBB terakhir
s. Fotocopy suami istri pemilik jaminan
t. Fotocopy surat keluarga pemilik jaminan
2. Setelah calon debitur dinyatakan lulus dalam persyaratan administrasi,
maka pihak account officer melakukan on the spot (OTS) atau
kunjungan kelapangan untuk menilai appraisal. Setelah melakukan
kunjungan barulah diputuskan apakah layak diterima sebagai jaminan
atau tidak
3. Apabila permohonan pembiayaan itu disetujui, maka berkas
administrasi calon debitur dibawa account officer kepada brand
manager senior supaya dikeluarkan surat pemberitahuan persetujuan
pembiayaan.
4. Setelah surat pembiayaan dikeluarkan lalu diserahkan kepada calon
debitur dan ditanyakan kepada nasabah, apakah masih ingin terus
89
mengajukan pembiayaan atau tidak?. Apabila masih menyetujui
pembiayaan, maka akan ditentukan waktunya untuk melakukan
pengikatan pembiayaan. Biasanya jangka waktu dari pengajuan
permohonan pembiayaan sampai turunnya surat persetujuan
pembiayaan minimal dua minggu setelah permohonan dan maksimal
satu bulan setelah permohonan.10
Dari uraian di atas maka penulis menyimpulkan perbedaan
mekanisme dari Perpindahan kepemilikan pada akad Ijarah Muntahiyah
Bittamlik pada Bank DKI syariah ini adalah mengunakan dua jenis akad,
yaitu akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan sebelum
masa sewa yang ditentukan berakhir (pelunasan dipercepat), serta akad
Hibah apabila masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan
berakhir.
Jadi, di Bank DKI Syariah ini bukanlah opsi yang menyatakan
bahwa nasabah ingin melakukan perpindahan kepemilikan atau tidak pada
akhir masa sewa. Melainkan, kapan nasabah mau melakukan perpindahan
kepemilikan objek sewa ini. Karena apabila si nasabah ini normal
melakukan pelunasan angsuran sewa sesuai dengan waktu yang telah
disepakati maka dengan sendirinya objek sewa ini akan berpindah
kepemilikannya dari milik bank menjadi milik nasabah yang melakukan
10 Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010.
90
pembiayaan dengan akad hibah. Dan adapun pengikatan yang dilakukan
agar kuat di mata hukum adalah dengan akta hibah yang di berikan oleh
bank kepada nasabah.
Sedangkan pada PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, sejak
diawal akad nasabah memiliki hak opsi perpindahan kepemilikan melalui
penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sebelum
berakhirnya masa sewa dan PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia
nantinya akan mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut
sebesar selisih antara harga jual dan nilai bersih objek sewa.
B.3. Komparasi Draft Kontrak/ Perjanjian Ijarah Muntahiyah Bittamlik Pada
Masing-masing Bank ( PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank
DKI syariah)
Pada dasarnya, susunan dan anatomi kontrak dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga hal
itu dijelaskan berikut ini :11
1. Bagian Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan dibagi menjadi tiga subbagian.
a. Subbagian pembuka (description of the instrument); subbagian ini
memuat tiga hal, yaitu :
11 Salim. Hukum kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), 2003, Sinar grafika; Jakarta.
Hal 127
91
a) Sebutan atau nama kontrak dan penyebutan selanjutnya
(penyingkatan) yang dilakukan,
b) Tanggal dari kontrak yang dibuat dan ditandatangani, dan
c) Tempat dibuat dan ditandatanganinya kontrak.
b. Subbagian pencantuman identitas para pihak (caption); dalam
subbagian ini dicantumkan identitas para pihak yang mengikat diri
dalam kontrak dan siapa-siapa yang menandatangani kontrak
tersebut.
c. Subbagian penjelasan; pada subbagian ini diberikan penjelasan
mengapa para pihak mengatakan kontrak (disebut bagian premis).
2. Bagian Isi
Ada empat hal yang tercantum dalam bagian isi.
a. Klausula definisi (definition); yang biasanya dicantumkan berbagai
definisi untuk keperluan kontrak. Definisi ini hanya berlaku pada
kontrak tersebut dan dapat mempunyai arti dari pengertian umum.
Klausula definisi penting dalam rangka mengefisienkan klausula-
klausula selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan.
b. Klausula transaksi (operative language); adalah klausula-klausula
yang berisi tentang transaksi yang akan dilakukan. Misalnya dalam
jual beli asset maka harus diatur tentang objek yang akan dibeli
dan pembayarannya. Demikian pula dengan suatu kontrak usaha
92
patungan, perlu diatur tentang kesepakatan para pihak dalam
kontrak tersebut.
c. Klausula spesifik; yaitu mengatur hal-hal yang spesifik dalam
suatu transaksi. Artinya klausula tersebut tidak terdapat dalam
kontrak dengan sanksi yang berbeda.
d. Klausula ketentuan umum; adalah klausula yang seringkali
dijumpai dalam berbagai kontrak dagang maupun kontrak lainnya.
Klausula ini antara lain mengatur tentang domisili hukkum,
penyelesaian sengketa, pilihan hukum, pemberitahuan,
keseluruhan dari perjanjian, dan lain-lain.
3. Bagian Penutup
Ada dua hal yang tercantum pada bagian penutup.
a. Subbagian kata penutup (closing), kata penutup biasanya
menerangkan bahwa perjanjian tersebut dibuat dan ditandatangani
oleh pihak-pihak yang memiliki kapasitas untuk itu. Atau para
pihak menyatakan ulang bahwa mereka akan terikat dengan isi
kontrak.
b. Subbagian ruang penempatan tanda tangan adalah
tempat pihak-pihak menandatangani perjanjian atau
kontrak dengan menyebutkan nama pihak yang
terlibat dalam kontrak, nama jelas orang yang
93
menandatangani dan jabatan dari orang yang
menandatangani.
Dengan uraian diatas, penulis membuat komparasi draft
kontrak/ perjanjian antara masing-masing bank, yaitu
sebagai berikut :
KOMPARASI DRAFT KONTRAK/ PERJANJIAN
Struktur dan anatomi
kontrak
Draft Kontrak PT. Bank
Muamalat Syariah
Indonesia
Draft Kontrak Bank
DKI Syariah
1. Sebutan/nama kontrak
dan penyebutan
selanjutnya
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
2. Tanggal dari kontrak
yang dibuat dan
ditandatangani
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
3. Tempat dibuat dan
ditandatangani kontrak
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
4. Para pihak harus
disebutkan secara
jelas;
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
5. Orang yang
menandatangani harus
disebutkan
kapasitasnya sebagai
apa;
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
94
6. Pendefinisian pihak-
pihak yang terlibat
dalam kontrak.
Ada, yaitu jelas tertera
pada awal kontrak/
perjanjian
Ada, namun tidak tertera
adanya pendefinisian
pihak saksi & notaries
(tergantung dalam jangka
waktu yang disepakati)
7. Klausula Definisi Ada, yaitu tertera dalam
pasal satu (1) Tidak Ada
8. Klausul Shighat Ijarah
Muntahiyah Bittamlik
• Jenis Fasilitas
• Harga Sewa &
Jangka Waktu
Akad
• Jangka Waktu &
Kewenangan
Mu’ajjir/ Bank
Ada, yaitu tertera dalam
pasal dua (2) dan
terangkum dalam satu (1)
pasal
Ada, namun tertera dalam
berbeda pasal/ tidak
terangkum dalam satu (1)
pasal. Yaitu pada pasal
satu (1), Dua (2) dan Tiga
(3)
9. Klausul Biaya
Administrasi, Denda
dan biaya lainnya.
Ada, yaitu tertera dalam
pasal tiga (3)
Ada, yaitu tertera dalam
pasal enam (6)
10. Syarat-syarat
Pemberian Fasilitas Ada, yaitu tertera pada
pasal empat (4)
Ada, yaitu tertera pada
pasal lima (5) dengan
penyebutan klausul yang
berbeda yaitu “Penarikan
Pembiayaan IMBT”
11. Klausul Kewajiban &
Tanggung Jawab
Musta’jir/ Nasabah
Ada, yaitu tertera pada
pasal lima (5)
Ada, yaitu tertera pada
pasal empat belas (14)
12. Klausul Larangan & Ada, yaitu tertera pada Ada, yaitu tertera pada
95
Cidera Janji bagi
Musta’jir
pasal enam (6) pasal lima belas (15)
dengan klausul
“Pembatasan Tindakan
Musta’jir” dan pada pasal
delapan belas (18) dengan
klausul “Peristiwa Cidera
Janji (Wanprestasi)”
13. Klausul Pernyataan &
Jaminan.
Ada, yaitu tertera pada
pasal tujuh (7)
Ada, yaitu tertera pada
pasal tujuh belas (17)
14. Klausul Sanksi-sanksi
Ada, yaitu tertera pada
pasal delapan (8)
Tidak ada klausul khusus
yang menerangkan poin
ini melainkan menjadi
satu dengan pasal delapan
belas (18) ayat dua (2)
tentang klausul “Peristiwa
Cidera Janji
(Wanprestasi)”
15. Klausul Jaminan/
Agunan
Ada, yaitu tertera pada
pasal sembilan (9)
Ada, yaitu tertera pada
pasal tujuh (7)
16. Kalusul Asuransi Ada, yaitu pada pasal
sepuluh (10)
Ada, yaitu tertera pada
pasal delapan (8)
17. Klausul Pendebetan
Rekening Ada, yaitu tertera pada
pasal sebelas (11)
Ada, yaitu tertera pada
pasal empat (4) dengan
penyebutan klausul yang
berbeda, yaitu
“Pembayaran Uang Sewa”
18. Klausul Force Majeure Ada, yaitu tertera pada
pasal dua belas (12)
Tidak ada klausul yang
menjelaskan poin ini
96
19. Klausul
Pemberitahuan
Ada, yaitu tertera pada
pasal empat belas (14)
Ada, yaitu tertera pada
pasal dua belas (12) dan
tiga belas (13) dengan
penyebutan klausul yang
berbeda yaitu “Kewajiban
Bank” dan klausul “Hak
Musta’jir”
20. Klausul Pemeliharaan,
Pemakaian dan
Kerugian Atas Objek
IMBT
Tidak ada klausul khusus
yang menerangkan poin
ini, melainkan tergabung
dalam klausul “Kewajiban
dan Tanggung Jawab
Musta’jir/Nasabah” pada
pasal lima (5) ayat satu (1)
Ada, yaitu tertera pada
pasal enam belas (16)
21. Klausul Status Objek
IMBT
Tidak ada klausul khusus
yang menerangkan poin ini
Ada, yaitu tertera pada
pasal sepuluh (10)
22. Klausul Hak Bank Tidak ada klausul khusus
yang menerangkan poin
ini, melainkan tergabung
dalam klausul “Kewajiban
dan Tanggung Jawab
Musta’jir/Nasabah” pada
pasal lima (5)
Ada, yaitu tertera pada
pasal sebelas (11)
23. Klausul Pilihan
Hukum & Domisili Ada, yaitu tertera pada
pasal lima belas (15)
Ada, yaitu tertera pada
pasal sembilan belas (19)
dan dua puluh (20) dengan
penyebutan klausul yang
berbeda yaitu
97
“Korespondensi” dan
klausul “Penyelesaian
Perselisihan”
24. Klausul Perubahan-
perubahan
Tidak ada klausul khusus
yang menerangkan tentang
poin ini, melainkan
menyatu dalam klausul
penutup yaitu pasal enam
belas (16) ayat enam belas
titik tiga (16.3)
Ada, yaitu tertera pada
pasal dua puluh satu (21)
25. Klausul Lampiran-
lampiran
Tidak ada klausul khusus
yang menerangkan tentang
poin ini, melainkan
menyatu dalam klausul
penutup yaitu pasal enam
belas (16) ayat enam belas
titik delapan (16.8)
Ada, yaitu tertera pada
pasal dua puluh dua (22)
26. Klausul Ketentuan
Penutup
Ada, yaitu tertera pada
pasal enam belas (16)
Ada, yaitu tertera pada
pasal dua puluh tiga (23)
27. Subbagian Ruang
Penempatan Tanda
Tangan
Ada, yaitu terdapat pada
akhir bagian kontrak
Ada, yaitu terdapat pada
akhir bagian kontrak
Dari table di atas, penulis menyimpulkan bahwa urutan 1-6 yaitu termasuk
Dalam bagian pendahuluan terdiri dari tiga subbagian. Yaitu; Subbagian pembuka
(description of the instrument, Subbagian pencantuman identitas para pihak (caption)
dan Subbagian penjelasan.
98
Urutan 7 sampai urutan 25 adalah merupakan bagian isi kontrak/ perjanjian
yang didalamnya tercakup klausula definisi (definition), klausula transaksi (operative
language), klausula spesifik dan klausula ketentuan umum.
Serta sisanya yaitu urutan 26 dan 27 adalah merupakan bagian penutup yang
masing-masing adalah Subbagian kata penutup (closing) dan Subbagian ruang
penempatan tanda tangan.
Dari uraian perbedaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa perbedaan di atas
tidak mempengaruhi mekanisme Ijarah Muntahiyah Bittamlik dengan prinsip Ijarah
Muntahiyah Bittamlik secara syariah. Karena semua rukun dan syarat yang diatur
melalui fatwa DSN-MUI ada dalam kontrak yang disebutkan. Menurut penulis yang
sangat sesuai yaitu antara pelaksanaan dengan kontrak yang ada yaitu Bank DKI
Syariah Wahid Hasyim, sedangkan PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk.
Adalah berbeda dari sebutan akad, dalam pelaksanaannya PT. Bank Muamalat
Syariah Indonesia, Tbk menggunakan Syirkah al-Milk12 sedangkan dalam kontrak
menggunakan Ijarah Muntahiyah Bittamlik.
Penulis juga menyimpulkan perbedaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini
dengan Murabahah (Jual Beli) yaitu, jangka waktu dari kedua nya. Murabahah
pembiayaan yang hanya berkisar pada 1-5 tahun sedangkan Ijarah Muntahiyah
Bittamlik bisa mencapai sampai 15 tahun. Dari segi mekanisme pun sangat berbeda,
karena kalau Murabahah keuntungan di dapat dari harga pokok ditambah dengan
12 Wawancara Pribadi dengan Mbak Lolla ( Account Officer Marketing Cabang BSD) pada
20 Agustus 2010
99
margin ( keuntungan ) yang di bayar dengan cara mencicil, sedangkan keuntungan
Ijarah Muntahiyah Bittamlik di peroleh dari angsuran sewa yang di angsur perbulan.
Angsuran sewa ini tetap sifatnya.13
13 Wawancara pribadi dengan pak. Sofyan Ibrahim sebagai kepala analisis marketing di Bank
DKI Syariah, Jakarta 28 Juli 2010.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. mekanisme perpindahan kepemilikan pada PT. Bank Muamalat Syariah
Indonesia, Tbk dan Bank DKI syariah telah sesuai dengan Prinsip Syariah
dan tidak bertentangan dengan fatwa DSN yang telah dijadikan acuan.
2. Perbedaan mekanisme perpindahan kepemilikan pada PT. Bank Muamalat
Syariah Indonesia, Tbk ini yang digunakan adalah dengan akad Jual beli
dan dilakukannya setelah masa ijarah-nya selesai. Sedangkan mekanisme
dari Perpindahan kepemilikan pada akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik
pada Bank DKI syariah Wahid Hasyim ini adalah mengunakan dua jenis
akad, yaitu akad Jual beli (Murabahah) bila masa sewa diselesaikan
sebelum masa sewa yang ditentukan berakhir (pelunasan dipercepat), serta
akad Hibah apabila masa sewa diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan berakhir.
3. Adapun kekurangan dari akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini menurut
PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia, Tbk adalah Resiko yang bisa lebih
besar ditanggung oleh bank karena objek sewa adalah milik bank sebelum
ada akad peralihan kepemilikan. Kelebihannya sama seperti pembiayaan-
pembiayaan pada umumnya, yaitu memberikan keuntungan pada bank
yang akhirnya menjadi pendapatan bank. Adapun kekurangan dari akad
100
101
Ijarah Muntahiyah Bittamlik menurut Bank DKI Syariah Wahid Hasyim
adalah masih banyak masyarakat yang mengira bahwa produk ini sama
saja seperti produk leasing yang dilaksanakan di bank konvensional.
Adapun kelebihan dari Ijarah muntahiyah Bittamlik ini adalah dapat
mempermudah masyarakat yang ingin melakukan pembiayaan khususnya
pembiayaan KPR.
B. Saran
1. Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank, maka PT. Bank
Muamalat Syariah Indonesia, Tbk dan Bank DKI syariah diharapkan dapat
menerapkan kegiatan pembiayaan dengan lebih baik lagi, mulai dari
perencanaan pembiayaan, pengorganisasian, pergerakan, hingga
pengawasan pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik.
2. Pihak bank dapat meningkatkan pelayanan operasoinal nya kepada
masyarakat, sesering mungkin mamberikan sosialisasi terhadap
masyarakat luas tentang produk-produk perbankan syariah yang terdapat
di PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI syariah terutama
untuk produk Ijarah Muntahiyah Bittamlik ini. Karena masih banyak
masyarakat yang membutuhkan informasi tentang apa dan bagaimana
Bank Syariah, serta masih banyak masyarakat yang mengira kalau Ijarah
Muntahiyah Bittamlik ini sama seperti Leasing yang ada di Bank
102
Konvensional, walaupun memang benar ada persamaan antara keduanya
namun tetap keduanya itu berbeda.
3. Sebagai pembiyaan yang ada pada bank DKI Syariah maka Ijarah
Muntahiyah Bittamlik disarankan agar Bank Dki Syariah dapat lebih
meluaskan dari segi objeknya, tidak hanya terbatas dengan KPR saja,
melainkan untuk kendaraan dan lainnya juga.
4. Rencana-rencana yang sudah di persiapkan untuk memajukan profit bank,
diharapkan segera dapat terlaksana agar ada perkembangan yang
signifikan dan ide-ide yang sudah tertuang dapat di aplikasikan.
DAFTAR PUSTAKA
AI-Quran Al-Karim Al Jawi, Shiddiq. Kerjasama Bisnis (Syirkah) Dalam Islam. Majalah Al Waie 57 2.
An Nabhani, Taqiyuddin. 1996. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif. Surabaya: Risalah Gusti.3. Abu Bakr Jabr Al Jazairi, Ensiklopedia Muslim, Minhajul Muslim, Penerbit Buku Islam Kaffah, Edisi Revisi, 2005.
Ali, HB. Tamam. dkk. Ekonomi Syariah Dalam Sorotan: Tinjauan dari Berbagai
Perspektif dan Dilengkapi dengan Praktek-praktek Ekonomi Syariah yang Telah Difafrvakan. Jakarta : Yayasan amanah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), TT.
Antonio, Muhammad Syafi'I. Bank Syariah dari teori ke praktek. Jakarta : Gema
Insani Press. 2001. ________________. Bank Syariah Wacana Ulama dan Cendekiawan. Jakarta :
Tazkiya Institute 1999. ________________. Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Kenangan. Jakarta :
Tazkiya Institute. 1999. Get ke-1. Arifin, Zainul. Pelatihan Dasar Perbankan Syariah-Bank Indonesia, Jakarta; Rafa
Consulting (economic Building with Islamic Value). 2007. Ascarya, Akad dan Produk Bak Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Danim, Sudarwan. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia, 2002. Dahlan, Abdul Aziz . Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar Barn Van Hoeve.
1996. Jilid6. Dewan Sya'riah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan
Syari 'ah Nasional. Jakarta : PT. Intermasa. Edisi ke-2. Hasan, M. Ali. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada 2004. Edisi ke-1, cet ke-2.
x
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000. Himpunan Fatwa De\van Syari'ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan Syari'ah,
DSN,MUI,BI,2001. Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 2004. Manan, Abdul. Ekonomi Islam teori dan praktek, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti
Prima Yasa. 1997 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Jakarta : PT. Remaja
Rosdakarya. 2005. Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syari'ah. Yogyakarta : Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN. 2005. Nazir, Habib dan Muhamad Hasan. Ensiklopedi Ekonomi Syari'ah, Bandung : Kaki
Langit. 2004. Salim. Hukum Kontrak " Teori & Teknik Penyusunan Kontrak". Jakarta : Sinar Grafika.
2003. Get ke-1. Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta : PT. Temprint. 1999. Get ke-1. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press. 2002. Taqiyuddin Abu Bakar Al-Husaini, Al-Imam. Kifayatul akhyar 2. Surabaya : PT.
Bima Ilmu Offset. 1999. Get ke-1. Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta
: Fakultas Syariah dan Hukum, 2007. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Rajawali
Press. 2004. Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta : Zikrul
Hakim. 2007. Get ke-3.
xi
xii
http://www.Hendrakholid.net Tentang IMBT yang di unduh pada hari Kamis, 3 Desember 2009.
http://arisdwisuryadi.blogspot.com yang di unduh pada hari Rabu, 18 Februari 2010. http://www.muamalatbank.com/index.php/home yang diunduh pada hari Sabtu, 26
Juni2010. http://www.bankdki.co.id/index.php?option=com_content&view:=article&id
yang diunduh pada hari Sabtu, 26 Juni 2010.