konjungtivits

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa. Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis 1

Upload: chicy-fauziah

Post on 19-Feb-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gftyguhuhuuh

TRANSCRIPT

Page 1: KONJUNGTIVITS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian

putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan

timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan

benda asing, misalnya kontak lensa.

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini,

mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis

bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata

dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi juga

mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan

terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga

berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah

konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak.

Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata

berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus

biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari.

Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen

agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi

dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.

1

Page 2: KONJUNGTIVITS

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati

konjungtivitis bakteri. Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi

di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan

kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala. Tablet atau tetes mata

antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan

juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata

dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.

Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan

paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti

menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi

untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.

Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada

beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada

salahnya berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis.

1.2 Tujuan

Mahasiswa kepaniteraan klinik senior dapat mampu mengetahui, memahami,

dan menjelaskan tentang :

1. Definisi

2. Epidemiologi

3. Klasifikasi

4. Patofisiologi

5. Diagnosis

6. Penatalaksanaan

2

Page 3: KONJUNGTIVITS

1.3 Manfaat

a. Bagi penulis

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,

mengidentifikasi, dan mengembangkan teori yang telah disampaikan

mengenai uveitis.

b. Bagi institute pendidikan

Dapat dijadikan sumber referensi atau bahan perbandingan bagi

kegiatan yang ada kaitanntya dengan pelayanan kesehatan, khususnya

yang berkaitan dengan uveitis.

3

Page 4: KONJUNGTIVITS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi

vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.

2.2 Klasifikasi

A. Konjungtivitis Karena agen infeksi

B. Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

C. Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoimun

D. Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

4

Page 5: KONJUNGTIVITS

E. Konjungtivitis yang Penyebabnya tidak Diketahui

F. Konjungtivitis yang Berhubungan dengan Penyakit Sistemik

G. Konjungtivitis pada Dakriosistitis atau Kanalikulitis

2.3 Konjungtivitis Karena agen infeksi

2.3.1 Konjungtivitis Bakterial

Terdapat dua bentuk konjungtivitis bacterial: akut (dan subakut) dan

menahun. Penyebab konjungtivitis bakteri paling sering

adalah Staphylococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus.Konjungtivitis

bacterial akut dapat sembuh sendiri bila disebabkan mikroorganisme

seperti Haemophilus influenza.Lamanya penyakit dapat mencapai 2 minggu

jika tidak diobati dengan memadai.

Konjungtivitis akut dapat menjadi menahun. Pengobatan dengan salah satu

dari sekian antibacterial yang tersedia biasanya mengenai keadaan ini dalam

beberapa hari. Konjungtivitis purulen yang disebabkan Neisseria

gonorroeae atau Neisseria meningitidesdapat menimbulkan komplikasi

berat bila tidak diobati secara dini

A. Tanda dan Gejala

- Iritasi mata,

- Mata merah,

- Sekret mata,

- Palpebra terasa lengket saat bangun tidur

- Kadang-kadang edema palpebra

5

Page 6: KONJUNGTIVITS

Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan menular ke sebelah oleh

tangan. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui bahan yang

dapat menyebarkan kuman seperti seprei, kain, dll.1,5

B. Pemeriksaan Laboratorium

Pada kebanyakan kasus konjungtivitis bacterial, organism dapat

diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik terhadap kerokan

konjungtiva yang dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa;

pemeriksaan ini mengungkapkan banyak neutrofil

polimorfonuklear.1,2,3 Kerokan konjungtiva untuk pemeriksaan

mikroskopik dan biakan disarankan untuk semua kasus dan diharuskan

jika penyakit itu purulen, bermembran atau berpseudomembran. Studi

sensitivitas antibiotika juga baik, namun sebaiknya harus dimulai terapi

antibiotika empiric. Bila hasil sensitifitas antibiotika telah ada, tetapi

antibiotika spesifik dapat diteruskan.

C. Komplikasi dan Sekuel

Blefaritis marginal menahun sering menyertai konjungtiva

stafilokokus kecuali pada pasien sangat muda yang bukan sasaran

blefaritis. Parut konjungtiva dapat terjadi pada konjungtivitis

6

Page 7: KONJUNGTIVITS

pseudomembranosa dan pada kasus tertentu yang diikuti ulserasi kornea

dan perforasi.

Ulserasi kornea marginal dapat terjadi pada infeksi N gonorroeae, N

konchii, N meningitides, H aegyptus, S gonorrhoeae berdifusi melalui

kornea masuk camera anterior, dapat timbul iritis toksik.1,3

D. Terapi

Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan

agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter

dapat mulai dengan terapi topical antimikroba. Pada setiap

konjungtivitis purulen, harus dipilih antibiotika yang cocok untuk

mengobati infeksi N gonorroeae, dan N meningitides. Terapi topical dan

sistemik harus segera dilkasanakan setelah materi untuk pemeriksaan

laboratorium telah diperoleh.

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut, saccus

konjungtiva harus dibilas dengan larutan garam agar dapat

menghilangkan secret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran

penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan secara khusus

hygiene perorangan.

E. Perjalanan dan Prognosis

Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri, infeksi

dapat berlangsung selama 10-14 hari; jika diobati dengan memadai, 1-3

hari, kecuali konjungtivitis stafilokokus (yang dapat berlanjut menjadi

blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap mnehun) dan konjungtivitis

gonokokus (yang bila tidak diobati dapat berakibat perforasi kornea dan

7

Page 8: KONJUNGTIVITS

endoftalmitis). Karena konjungtiva dapat menjadi gerbang masuk bagi

meningokokus ke dalam darah dan meninges, hasil akhir konjungtivitis

meningokokus adalah septicemia dan meningitis.

Konjungtivitis bacterial menahun mungkin tidak dapat sembuh

sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.

2.3.2 Konjungtivitis Virus

1. Konjungtivitis Folikuler Virus Akut

a). Demam Faringokonjungtival

 Tanda dan gejala

Demam Faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3-40 C,⁰

sakit tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau dua

mata. Folikuler sering sangat mencolok pada kedua konjungtiva dan

pada mukosa faring. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dan

kadang-kadang sedikit kekeruhan daerah subepitel. Yang khas adalah

limfadenopati preaurikuler (tidak nyeri tekan).

 Laboratorium

Demam faringokonjungtival umumnya disebabkan oleh adenovirus

tipe 3 dan kadang – kadang oleh tipe 4 dan 7. Virus itu dapat dibiakkan

dalam sel HeLa dan ditetapkan oleh tes netralisasi. Dengan

berkembangnya penyakit, virus ini dapat juga didiagnosis secara

serologic dengan meningkatnya titer antibody penetral virus. Diagnosis

klinis adalah hal mudah dan jelas lebih praktis.

8

Page 9: KONJUNGTIVITS

Kerokan konjungtiva terutama mengandung sel mononuclear, dan

tak ada bakteri yang tumbuh pada biakan. Keadaan ini lebih sering

pada anak-anak daripada orang dewasa dan sukar menular di kolam

renang berchlor.

 Terapi

Tidak ada pengobatan spesifik. Konjungtivitisnya sembuh sendiri,

umumnya dalam sekitar 10 hari. 

b). Keratokonjungtivitis Epidemika

 Tanda dan gejala

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya

sering pada satu mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah.

Pada awalnya pasien merasa ada infeksi dengan nyeri sedang dan

berair mata, kemudian diikuti dalam 5-14 hari oleh fotofobia, keratitis

epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Nodus preaurikuler yang nyeri

tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis, dan hyperemia

konjungtiva menandai fase akut. Folikel dan perdarahan konjungtiva

sering muncul dalam 48 jam. Dapat membentuk pseudomembran dan

mungkin diikuti parut datar atau pembentukan symblepharon. 

Konjungtivitis berlangsung paling lama 3-4 minggu.Kekeruhan

subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan

menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan

parut. 

9

Page 10: KONJUNGTIVITS

Keratokonjungtiva epidemika pada orang dewasa terbatas pada

bagian luar mata. Namun, pada anak-anak mungkin terdapat gejala

sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media,

dan diare.

 Laboratorium

Keratokonjungtiva epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8,

19, 29, dan 37 (subgroub D dari adenovirus manusia). Virus-virus ini

dapat diisolasi dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes

netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakkan reaksi radang

mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat

banyak neutrofil.

 

 Penyebaran

Transmisi nosokomial selama pemeriksaan mata sangat sering

terjadi melalui jari-jari tangan dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang

kurang steril, atau pemakaian larutan yang terkontaminasi. Larutan

mata, terutama anestetika topical, mungkin terkontaminasi saat ujung

penetes obat menyedot materi terinfeksi dari konjungtiva atau silia.

Virus itu dapat bertahan dalam larutan itu, yang menjadi sumber

penyebaran. 

 Pencegahan

Bahaya kontaminasi botol larutan dapat dihindari dengan dengan

memakai penetes steril pribadi atau memakai tetes mata dengan

kemasan unit-dose. Cuci tangan secara teratur di antara pemeriksaan

10

Page 11: KONJUNGTIVITS

dan pembersihan serta sterilisasi alat-alat yang menyentuh mata

khususnya tonometer juga suatu keharusan. Tonometer aplanasi harus

dibersihkan dengan alcohol atau hipoklorit, kemudian dibilas dengan

air steril dan dikeringkan dengan hati-hati. 

 Terapi

Sekarang ini belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin

akan mengurangi beberapa gejala. Kortikosteroidselama konjungtivitis

akut dapat memperpanjang keterlibatan kornea sehingga harus

dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi superinfeksi

bacterial. 

c). Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks

 Tanda dan gejala

Konjungtivitis virus herpes simplex biasanya merupakan penyakit

anak kecil, adalah keadaan yang luar biasa yang ditandai pelebaran

pembuluh darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit, dan

fotofobia ringan. Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri

yang umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkus-ulkus

epithelial yang bercabang banyak (dendritik). Konjungtivitisnya

folikuler. Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan

tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra. Khas terdapat

sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan. 

 Laboratorium

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear,

11

Page 12: KONJUNGTIVITS

namun jika pseudomembran, reaksinya terutama polimorfonuklear

akibat kemotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi intranuklear tampak

dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan

pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa.

Ditemukannya sel – sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai

nilai diagnostic.

Virus mudah diisolasi dengan mengusapkan sebuah aplikator

berujung kain kering di atas konjungtiva dan memindahkan sel-sel

terinfeksi ke jaringan biakan.

 Terapi

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada

orang dewasa, umunya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu

terapi. Namun, antivirus local maupun sistemik harus diberikan untuk

mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus kornea mungkin

diperlukan debridemen kornea dengan hati-hati yakni dengan

mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan

menutupkan mata selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus

diberikan 7 – 10 hari: trifluridine setiap 2 jam sewaktu bangun atau

salep vida rabine lima kali sehari, atau idoxuridine 0,1 %, 1 tetes

setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam.

Keratitis herpes dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima

kali sehari selama 10 hari atau dengan acyclovir oral, 400 mg lima

kali sehari selama 7 hari.

12

Page 13: KONJUNGTIVITS

Untuk ulkus kornea, debridmen kornea dapat dilakukan. Lebih

jarang adalah pemakaian vidarabine atau idoxuridine. Antivirus

topical harus dipakai 7-10 hari.Penggunaan kortikosteroid

dikontraindikasikan, karena makin memperburuk infeksi herpes

simplex dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh sendiri yang

singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat. 

d). Konjungtivitis Hemoragika Akut

 Epidemiologi

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami

epidemic besar konjungtivitis konjungtivitis hemoregika akut ini.

Pertama kali diketahui di Ghana dalam tahun 1969. Konjungtivitis ini

disebabkan oleh coxackie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek

(8-48 jam) dan berlangsung singkat (5-7 hari). 

 Tanda dan Gejala

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak

mengeluarkan air mata, merah, edema palpebra, dan hemoragi

subkonjungtival. Kadang-kadang terjadi kemosis. Hemoragi

subkonjungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik-bintik

pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke

bawah. Kebanyaka pasien mengalami limfadenopati preaurikuler,

folikel konjungtiva, dan keratitis epithelial. Uveitis anterior pernah

dilaporkan, demam, malaise, mialgia, umum pada 25% kasus. 

13

Page 14: KONJUNGTIVITS

 Penyebaran

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan

oleh fomite seperti sprei, alat-alat optic yang terkontaminasi, dan air.

Penyembuhan terjadi dalam 5-7 hari.

 Terapi

Tidak ada pengobatan yang pasti.

2. Konjungtivitis Virus Menahun

a). Blefarokonjungtivitis

Molluscum Contagiosum

Sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis mata

dapat menimbulkan konjungtivitis folikuler menahun unilateral,

keratitis superior, dan pannus superior, dan mungkin menyerupai

trachoma. Reaksi radang yang mononuclear (berbeda dengan reaksi

pada trachoma), dengan lesi bulat, berombak, putih mutiara, non-

radang dengan bagian pusat, adalah khas molluscum kontagiosum.

Biopsy menampakkan inklusi sitoplasma eosinofilik, yang memenuhi

seluruh sitoplasma sel yang membesar, mendesak inti ke satu sisi.

Eksisi, insisi sederhana nodul yang memungkinkan darah tepi

memasukinya, atau krioterapi akan menyembuhkan konjungtivitisnya.

14

Page 15: KONJUNGTIVITS

b). Blefarokonjungtivitis Varicella-Zoster

 Tanda dan gejala

Hyperemia dan konjungtivitis infiltrate disertai dengan erupsi

vesikuler khas sepanjang penyebaran dermatom nervus trigeminus

cabang oftalmika adalah khas herpes zoster. Konjungtivitisnya

biasanya papiler, namun pernah ditemukan folikel, pseudomembran,

dan vesikel temporer, yang kemudian berulserasi. Limfonodus

preaurikuler yang nyeri tekan terdapat pada awal penyakit. parut pada

palpebra, entropion, dan bulu mata salah arah adalah sekuele. 

 Laboratorium

Pada zoster maupun varicella, kerokan dari vesikel palpebra

mengandung sel raksasa dan banyak leukosit polimorfonuklear;

kerokan konjungtiva pada varicella dan zoster mengandung sel raksasa

dan monosit. Virus dapat diperoleh dari biakan jaringan sel – sel

embrio manusia. 

 Terapi

Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg oral lima kali sehari selama 10

hari), jika diberi pada awal perjalanan penyakit, agaknya akan

mengurangi dan menghambat penyakit. 

c). Keratokonjungtivitis Morbilli

 Tanda dan gejala

Pada awal penyakit, konjungtiva tampak mirip kaca yang aneh, yang

dalam beberapa hari diikuti pembengkakan lipatan semiluner.

15

Page 16: KONJUNGTIVITS

Beberapa hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis eksudatif

dengan secret mukopurulen, dan saat muncul erupsi kulit, timbul

bercak-bercak Koplik pada konjungtiva dan kadang-kadang pada

carunculus. 

Pada pasien imunokompeten, keratokonjungtivitis campak hanya

meninggalkan sedikit atau sama sekali tanpa sekuel, namun pada

pasien kurang gizi atau imunokompeten, penyakit mata ini seringkali

disertai infeksi HSV atau infeksi bacterial sekunder oleh S pneumonia,

H influenza, dan organism lain. Agen ini dapat menimbulkan

konjungtivitis purulen yang disertai ulserasi kornea dan penurunan

penglihatan yang berat. Infeksi herpes dapat menimbulkan ulserasi

kornea berat dengan perforasi dan kehilangan penglihatan pada anak-

anak kurang gizi di Negara berkembang. 

Kerokan konjungtivitis menunjukkan reaksi sel mononuclear, kecuali

jika ada pseudomembran atau infeksi sekunder. Sedian terpulas

giemsa mengandung sel-sel raksasa. Karena tidak ada terapi spesifik,

hanya tindakan penunjang saja yang dilakukan, kecuali jika ada

infeksi sekunder. 

16

Page 17: KONJUNGTIVITS

2.4 Konjungtivitis Imunologik (Alergik)

Reaksi Hipersensitivitas Humoral Langsung

2.4.1 Konjungtivitis Demam Jerami (Hay Fever)

 Tanda dan gejala

Radang konjungtivitis non-spesifik ringan umumnya menyertai demam

jerami (rhinitis alergika). Bianya ada riwayat alergi terhadap tepung sari,

rumput, bulu hewan, dan lainnya. Pasien mengeluh tentang gatal-gatal,

berair mata, mata merah, dan sering mengatakan bahwa matanya seakan-

akan “tenggelam dalam jaringan sekitarnya”. Terdapat sedikit penambahan

pembuluh pada palpebra dan konjungtiva bulbi, dan selama serangan akut

sering terdapat kemosis berat (yang menjadi sebab “tenggelamnya” tadi).

Mungkin terdapat sedikit tahi mata, khususnya jika pasien telah mengucek

matanya.

 Laboratorium

Sulit ditemukan eosinofil dalam kerokan konjungtiva

 Terapi

Meneteskan vasokonstriktor local pada tahap akut (epineprin, larutan

1:1000 yang diberikan secara topical, akan menghilangkan kemosis dan

gejalanya dalam 30 menit). Kompres dingin membantu mengatasi gatal-

gatal dan antihistamin hanya sedikit manfaatnya. Respon langsung terhadap

pengobatan cukup baik, namun sering kambuh kecuali anti-gennya dapat

dihilangkan.

17

Page 18: KONJUNGTIVITS

2.4.2 Konjungtivitis Vernalis

 Definisi

Penyakit ini, juga dikenal sebagai “konjungtivitis musiman” atau

“konjungtivitis musim kemarau”, adalah penyakit alergi bilateral yang

jarang. Penyakit ini lebih jarang di daerah beriklim sedang daripada di

daerah dingin. Penyakit ini hamper selalu lebih parah selama musim semi,

musim panas dan musim gugur daripada musim gugur.

 Insiden

Biasanya mulai dalam tahun-tahun prapubertas dan berlangsung 5 – 10

tahun. Penyakit ini lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. 

 Tanda dan gejala

Pasien mengeluh gatal-gatal yang sangat dan bertahi mata berserat-

serat. Biasanya terdapat riwayat keluarga alergi (demam jerami, eczema,

dan lainnya). Konjungtiva tampak putih seperti susu, dan terdapat banyak

papilla halus di konjungtiva tarsalis inferior. Konjungtiva palpebra superior

sering memiliki papilla raksasa mirip batu kali. Setiap papilla raksasa

berbentuk polygonal, dengan atap rata, dan mengandung berkas kapiler.

 Laboratorium

Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat banyak

eosinofil dan granula eosinofilik bebas. 

 Terapi

Penyakit ini sembuh sendiri tetapi medikasi yang dipakai terhadap

gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai untuk

18

Page 19: KONJUNGTIVITS

jangka panjang. steroid sisremik, yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit

mempengharuhi penyakit kornea ini, dan efek sampingnya (glaucoma,

katarak, dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Crmolyn topical

adalah agen profilaktik yang baik untuk kasus sedang sampai berat.

Vasokonstriktor, kompres dingin dan kompres es ada manfaatnya, dan tidur

di tempat ber AC sangat menyamankan pasien. Yang paling baik adalah

pindah ke tempat beriklim sejuk dan lembab.

2.4.3 Konjungtivitis Atopik

 Tanda dan gejala

Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian

palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat

papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada

keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior.

Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang

terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada

perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi

berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan

vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan

bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan.

Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada

pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis

atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan

pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya,

19

Page 20: KONJUNGTIVITS

keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami

eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini

cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun.

 Laboratorium

Kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak

yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. 

 Terapi

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari),

astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur,

dinaikkan sampai 200 mg). Obat-obat antiradang non-steroid, seperti

ketorolac dan iodoxamid,

Reaksi Hipersensitivitas Tipe Lambat

2.5.1 Phlyctenulosis

 Definisi

Keratokonjungtivitis phlcytenularis adalah respon hipersensitivitas

lambat terhadap protein mikroba, termasuk protein dari basil

tuberkel, Staphylococcus spp, Candida albicans, Coccidioides immitis,

Haemophilus aegyptus, danChlamydia trachomatis serotype L1, L2, dan

L3. 

 Tanda dan Gejala

Phlyctenule konjungtiva mulai berupa lesi kecil yang keras, merah,

menimbul, dan dikelilingi zona hyperemia. Di limbus sering berbentuk

20

Page 21: KONJUNGTIVITS

segitiga, dengan apeks mengarah ke kornea. Di sini terbentuk pusat putih

kelabu, yang segera menjadi ulkus dan mereda dalam 10-12 hari.

Phlyctenule pertama pada pasien dan pada kebanyakan kasus kambuh

terjadi di limbus, namun ada juga yang di kornea, bulbus, dan sangat jarang

di tarsus. 

Phlyctenule konjungtiva biasanya hanya menimbulkan iritasi dan air

mata, namun phlyctenule kornea dan limbus umumnya disertai fotofobia

hebat. Phlyctenulosis sering dipicu oleh blefaritis aktif, konjungtivitis

bacterial akut, dan defisiensi diet.

 Terapi

Phlyctenulosis yang diinduksi oleh tuberkuloprotein dan protein dari

infeksi sistemik lain berespon secara dramatis terhadap kortikosteroid

topical. Terjadi reduksi sebagian besar gejala dalam 24 jam dan lesi hilang

dalam 24 jam berikutnya. Antibiotika topical hendaknya ditambahkan untuk

blefarikonjungtivitis stafilokokus aktif. Pengobatan hendaknya ditujukan

terhadap penyakit penyebab, dan steroid bila efektif, hendaknya hanya

dipakai untuk mengatasi gejala akut dan parut kornea yang menetap. Parut

kornea berat mungkin memerlukan tranplantasi. 

2.5.2 Konjungtivitis Ringan Sekunder terhadap Blefaritis kontak

Blefaritis kontak yang disebabkan oleh atropine, neomycin,

antibiotika spectrum luas, dan medikasi topical lain sering diikuti oleh

konjungtivitis infiltrate ringan yang menimbukan hyperemia, hipertropi

papiler ringan, bertahi mata mukoid ringan, dan sedikit iritasi. Pemeriksaan

21

Page 22: KONJUNGTIVITS

kerokan berpulas giemsa sering hanya menampakkan sedikit sel epitel

matim, sedikit sel polimorfonuklear dan mononuclear tanpa eosinofil. 

Pengobatan diarahkan pada penemuan agen penyebab dan

menghilangkannya. Blefaritis kontak dengan cepat membaik dengan

kortikosteroid topical, namun pemakaiannya harus dibatasi. Penggunaan

steroid jangka panjang pada palpebra dapat menimbulkan glaucoma steroid

dan atropi kulit dengan telangiektasis yang menjelekkan.

2.6 Konjungtivitis Akibat Penyakit Autoim

2.6.1 Keratokonjungtivitis Sicca

Berkaitan dgn. Sindrom Sjorgen (trias: keratokonj. sika, xerostomia,

artritis).

 Gejala:

- khas: hiperemia konjungtivitis bulbi dan gejala iritasi yang tidak sebanding

dengan tanda-tanda radang.

- Dimulai dengan konjungtivitis kataralis

- Pada pagi hari tidak ada atau hampir tidak ada rasa sakit, tetapi menjelang

siang atau malam hari rasa sakit semakin hebat.

- Lapisan air mata berkurang (uji Schirmer: abnormal)

 Pengobatan:

- air mata buatan  vitamin A topikal

- obliterasi pungta lakrimal.

22

Page 23: KONJUNGTIVITS

2.7 Konjungtivitis Kimia atau Iritatif

2.7.1 Konjungtivitis Iatrogenik Pemberian Obat Topikal

Konjungtivitis folikular toksik atau konjungtivitis non-spesifik

infiltrate, yang diikuti pembentukan parut, sering kali terjadi akibat

pemberian lama dipivefrin, miotika, idoxuridine, neomycin, dan obat-obat

lain yang disiapkan dalam bahan pengawet atau yang menimbulakan

iritasi. Perak nitrat yang diteteskan ke dalam saccus conjingtiva saat lahir

sering menjadi penyebab konjungtivitis kimia ringan. Jika produksi air

mata berkurang akibat iritasi yang kontinyu, konjungtiva kemudian akan

cedera karena tidak ada pengenceran terhadap agen yang merusak saat

diteteskan kedalam saccus conjungtivae.

Kerokan konjungtiva sering mengandung sel-sel epitel berkeratin,

beberapa neutrofil polimorfonuklear, dan sesekali ada sel berbentuk aneh.

Pengobatan terdiri atas menghentikan agen penyebab dan memakai tetesan

yang lembut atau lunak, atau sama sekali tanpa tetesan. Sering reaksi

konjungtiva menetap sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan

lamanya setelah penyebabnya dihilangkan.

2.7.2 Konjungtivitis Pekerjaan oleh Bahan Kimia dan Iritans

Asam, alkali, asap, angin, dan hamper setiap substansi iritan yang

masuk ke saccus conjungtiva dapat menimbulkan konjungtivitis. Beberapa

iritan umum adalah pupuk, sabun, deodorant, spray rambut, tembakau,

bahan-bahan make-up, dan berbagai asam dan alkali. Di daerah

tertentu,asbut (campuran asap dan kabut) menjadi penyebab utama

konjungtivitis kimia ringan. Iritan spesifik dalam asbut belum dapat

23

Page 24: KONJUNGTIVITS

ditetapkan secara positif, dan pengobatannya non-spesifik. Tidak ada efek

pada mata yang permanen, namun mata yang terkena seringkali merah dan

terasa mengganggu secara menahun. 

Pada luka karena asam, asam itu mengubah sifat protein jaringan

dan efek langsung. Alkali tidak mengubah sifat protein dan cenderung

cepat menyusup kedalam jaringan dan menetap di dalam jaringan

konjungtiva. Disini mereka terus menerus merusak selama berjam-jam

atau berhari-hari lamanya, tergantung konsentrasi molar alkali tersebut dan

jumlah yang masuk. Perlekatan antara konjungtiva bulbi dan palpebra dan

leokoma kornea lebih besar kemungkinan terjadi jika agen penyebabnya

adalah alkali. Pada kejadian manapun, gejala utama luka bahan kimia

adalah sakit, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme.

Riwayat kejadian pemicu biasanya dapat diungkapkan.

Pembilasan segera dan menyeluruh saccus conjungtivae dengan air

atau larutan garam sangat penting, dan setiap materi padat harus

disingkirkan secara mekanik. Jangan memakai antidotum kimiawi.

Tindakan simtomatik umum adalah kompres dingin selama 20 menit

setiap jam, teteskan atropine 1% dua kali sehari, dan beri analgetika

sistemik bila perlu. Konjungtivitis bacterial dapat diobati dengan agen

antibakteri yang cocok. Parut kornea mungkin memerlukan transplantasi

kornea, dan symblepharon mungkin memerlukan bedah plastic terhadap

konjungtiva. Luka bakar berat pada kojungtiva dan kornea prognosisnya

buruk meskipun dibedah. Namun jika pengobatan memadai dimulai

segera, parut yang terbentuk akan minim dan prognosisnya lebih baik.

24

Page 25: KONJUNGTIVITS

LAPORAN KASUS

Keluhan utama : Kelopak mata kanan bengkak sejak 4 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang : kelopaak mata kanan bengkak sejak 4 hari yang

lalu, sebelumnya mata kemasukan air saat mencuci muka, setelah itu terasa perih.

Mata juga berair dan terasa gatal.

Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah menderita penyakit seperti ini

sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti

pasien

OD OS

Visus (Non corrected)

(Cum corrected)

6/6 F 6/6

Refleks fundus + jernih + jernih

Silia/ supersilia:

Madarosis

Trikhiasis

Krusta/ skuama

Distikhiasis

-

-

-

-

-

-

-

-

Palpebra superior:

Ptosis/ pseudoptosis - -

25

Page 26: KONJUNGTIVITS

Epikantus

Hordeolum

Kalazion

Abses

Tumor

Xanthelasma

Nevus

Edema

Blefarokalasis

Enteropion

Ekteropion

-

-

-

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Palpebra inferior:

Hordeolum

Kalazion

Abses

Tumor

Edema

Blefaritis

Enteropion

Ekteropion

Nevus

Meibomitis

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Aparat lakrimalis:

Hiperlakrimasi + -

26

Page 27: KONJUNGTIVITS

Obstruksi

Epifora

Dakriosistitis

Dakriostenosis

-

-

-

-

-

-

-

-

Konjungtiva tarsalis:

Folikel

Papil

Lithiasis

Hiperemis

Sikatrik

Membrane

Pseudomembran

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Konjungtiva bulbi:

Injeksi konjungtiva

Injeksi siliar

Pinguekula

Pterygium

Kemosis

Pendarahan subkonjungtiva

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Sclera:

Warna Putih Putih

Kornea:

Infiltrate

Sikatrik

-

-

-

-

27

Page 28: KONJUNGTIVITS

Ulkus

Edema

Neovaskularisasi

Injeksi siliar

Arkus kornea

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Kamera okuli anterior:

Kedalaman

Flare

Hipopion

Hifema

Pigmen

Cukup dalam

-

-

-

-

Cukup dalam

-

-

-

-

Iris:

Warna

Rugae

Atropi iris

Koloboma

Sinekia

Coklat

+

-

-

-

Coklat

+

-

-

-

Pupil:

Bentuk

Reflek pupil langsung

Tak langsung

Bulat

+

+

Bulat

+

+

Lensa:

Bening/keruh Bening Bening

28

Page 29: KONJUNGTIVITS

Kelainan letak - -

Corpus vitreus:

Bening / keruh Bening Bening

Funduskopi:

Media

Papil N.optikus

Warna

Batas

Cup/disk

Pembuluh darah

Aa.Vv

Retina perifer

Pendarahan

Eksudat

Pigmentasi

Sikatrik

Macula

Reflex

Tekanan bulbus okuli

Gerakan bulbus okuli Bebas kesegala arah Bebas kesegala arah

Posisi bulbus okuli Orthoporia Orthoporia

29

Page 30: KONJUNGTIVITS

Diagnose kerja : konjungtivitis bacterial OD

Terapi :

R/ Floxa ED fls no. 1

S4dd gtt 1 OD

R/ chlorampenicol 3 % fls n0.1

S3dd gtt 1 OD

30

Page 31: KONJUNGTIVITS

Tindakan :

Anjuran : Menjaga kebersihan mata

Jangan mengucek mata jika gatal

Pakai obat tetes teratur

Pemeriksaan penunjang : Slit lamp

31

Page 32: KONJUNGTIVITS

BAB III

KESIMPULAN

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian

putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan

timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Obat tetes

atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri.

Antibiotik sistemik juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain.

Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah

mata untuk meringankan gejala.

32

Page 33: KONJUNGTIVITS

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. dkk. Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta.

2000

2. James, Brus, dkk. Lecture Notes Oftalmologi. Erlangga. Jakarta. 2005

3. Ilyas DSM, Sidarta,. Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta. 1998

4. www.dcmsonline.org, tentang conjunctivitis

5. www.eyepathologisyt.com/disease

33