konjungtivitis

29
I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa tipis yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 4 bagian yaitu - konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, - konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus, - konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera dibawahnya - dan konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi. Namun, secara letak areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal. Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus. Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial

Upload: cakra-diningrat

Post on 17-Feb-2016

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Modul 3 Blok Gg Indera Khusus

TRANSCRIPT

Page 1: Konjungtivitis

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVAKonjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata yang terdiri dari membran mukosa tipis

yang melapisi kelopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Secara anatomi, konjungtiva dibagi atas 4 bagian yaitu

- konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, - konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus, - konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera dibawahnya - dan konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan

konjungtiva bulbi. Namun, secara letak areanya, konjungtiva dibagi menjadi 6 area yaitu area

marginal, tarsal, orbital, forniks, bulbar dan limbal.

Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea pada limbus. Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata. Arteri-arteri konjungtiva

Page 2: Konjungtivitis

berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak. Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat pada tarsus, sedangkan bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah kornea.

Pada konjungtiva terdapat pembuluh darah:

Arteri konjungtiva posterior yang meperdarahi konjungtiva bulbi Arteri siliar anterior atau episklera yang memberikan cabang:

o Arteri episklera masuk kedalam bola mata dan dengan arteri siliar posterior lomus bergabung membentuk arteri sirkular mayor atau pleksus siliar, yang akan memperdarahi iris dan badan siliar.

o Arteri perikornea yang memperdarahi korneao Arteri episklera yang terletak diatas sclera, merupakan bagian arteri siliar anterior yang

memberikan perdarahan ke dalam bila mata.Bila terjadi pelebaran pembuluh-pembuluh darah diatas maka akan terJadi mata merah.

Fungsi dari konjungtiva adalah memproduksi air mata, menyediakan kebutuhan oksigen ke kornea ketika mata sedang terbuka dan melindungi mata, dengan mekanisme pertahanan nonspesifik yang berupa barier epitel, akt ivitas lakrimasi, dan menyuplai darah. Selain itu, terdapat pertahanan spesifik berupa mekanisme imunologis seperti sel mast, leukosit, adanya jaringan limfoid pada mukosa tersebut dan antibodi dalam bentuk IgA

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi dua grup besar yaitu

1. Penghasil musina. Sel goblet; terletak dibawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah inferonasal.b. Crypts of Henle; terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.c. Kelenjar Manz; mengelilingi daerah limbus.

2. Kelenjar asesoris lakrimalis. Kelenjar asesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua kelenjar ini terletak dalam dibawah substansi propria.Pada sakus konjungtiva tidak pernah bebas dari mikroorganisme namun karena suhunya yang cukup rendah, evaporasi dari cairan lakrimal dan suplai darah yang rendah menyebabkan bakteri kurang mampu berkembang biak. Selain itu, air mata bukan merupakan medium yang baik. 1

II. DEFINISI

Page 3: Konjungtivitis

Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalamkelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,iritasi bahan-bahan kimia.

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi

III. EPIDEMIOLOGI

Di Negara maju seperti Amerika, insidensi konjungitivitis bakteri mencapai 135 per 10.000 penderita. Pada penelitian yang dilakukan di Nepal pada Januari 2009 sampai dengan Desember 2010, dari 65 pasien dengan keluhan mata merah dan adanya sekret didapatkan hasil 90,8% sampel tidak menunjukan adanya pertumbuhan bakteri pada proses kultur, sementara itu 7,7 % sampel menunjukan pertumbuhan bakteri gram positif, sisanya menunjukan pertumbuhan gram negatif. Hal ini bertolak belakang dengan hasil yangdidapatkan pada penelitian di Nigeria pada bulan Februari sampai dengan September 2010. Pada penelitian di Nigeria, dari 83 sampel yang diambil didapatkan 100% pertumbuhan bakteri pada kultur yang dilakukan dengan total 155 bakteri terisolasi dari sampel tersebut.

Sementara itu di Indonesia pada tahun 2009 dari 135.749 kunjungan ke poli mata, total kasus konjungtivitis dan gangguan lain pada konjungtiva didapatkan hasil sebesar 73%. Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit terbesar yang dialami pasien rawat jalan pada tahun 2009.

Insidensi konjungtivitis di Indonesia berkisar antara 2-75%. Data perkiraan jumlah penderita penyakit mata di Indonesia adalah 10% dari seluruh golongan umur penduduk pertahun dan pernah menderita konjungtivitis. Sementara itu, pada penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2010, didapatkan 35% pasien konjungtivitis mengalami konjungtivitis bakterial dan perlu diberikan antibiotik.

Konjungtivitis adalah penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan dapat diderita oleh seluruh masyarakat tanpa dipengaruhi usia. Walaupun tidak ada dokumen yang secara rinci menjelaskan tentang prevalensi konjungtivitis, tetapi keadaan ini sudah ditetapkan sebagai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat (Chiang YP, dkk, 1995 dalam Rapuano et al, 2005). Di Indonesia penyakit ini masih banyak terdapat dan paling sering dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang tidak hygiene.

IV. ETIOLOGI

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :1. infeksi

oleh virus atau bakteri.2. reaksi alergi

terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.3. iritasi o

Page 4: Konjungtivitis

oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet4. dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.5. pemakaian lensa kontak,

terutama dalam jangka panjang.

Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:

6. entropion atau ektropion.7. kelainan saluran air mata.8. kepekaan terhadap bahan kimia.9. pemaparan oleh iritan.10. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).11. Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi

lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu.

12. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi).

Paling sering disebabkan oleh virus dan sangat menular. Penyebab lain dapat disebabkan oleh bakteri, parasit (jarang terjadi, namun bila terjadi sifatnya kronis), jamur, autoimunitas, alergi, zat kimia, idiopatik dan sebagai penyulit dari penyakit lain.

Secara umum penyebab tersering konjungtivitis bakterial adalah mikroorganisme gram positif yaitu:

- Staphylococcus aureus, - Streptococcus pneumonia, - Streptococcus viridians, dan

- Staphylococcus epidermidis.

- mikroorganisme gram negatif, diantaranya - Escherichia coli, - Klebsiella pneumonia, - Serratia marcescens, - Proteus, - Enterobacter, dan - Pseudomonas species.- Pada anak-anak penyebab tersering adalah - Haemophilus influenza, - Streptococcus pneumonia, dan - Moraxella species

Konjungtivitis bacterial Konjungtivitis blenore

Blenore neonaturum merupakan konjungtivitis pada bayi yang baru lahir.Penyebabnya adalah gonococ, clamidia dan stapilococcus.

Page 5: Konjungtivitis

Konjungtivitis gonoreRadang konjungtiva akut yang disertai dengan sekret purulen.Pada neonatus infeksi ini terjadi pada saat berada dijalan lahir.Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin pada kontak dengan penderita uretritis atau gonore.Manifestasi klinis yang muncul pada bayi baru lahir adanya sekret kuning kental, pada orang dewasa terdapat perasan sakit pada mata yang dapat disertai dengan tanda – tanda infeksi umum.

Konjungtivitis difteriRadang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri difteri memberikan gambaran khusus berupa terbentuknya membran pada konjungtiva

Konjungtivitis folikuler Konjungtivitis angular

Peradangan konjungtiva yang terutama didapatkan didaerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah peradangan, kongjungtivitis ini disebabkan oleh basil moraxella axenfeld.

Konjungtivitis mukopurulenKongjungtivitis ini disebabkan oleh staphylococcus, pneumococus, haemophylus aegepty. Gejala yang muncul adalah terdapatnya hiperemia konjungtiva dengan sekret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak mata lengket, pasien merasa seperti kelilipan, adanya gambaran pelangi ( halo).

BlefarokonjungivitisRadang kelopak dan konjungtiva ini disebabkan oleh staphilococcus dengan keluhan utama gatal pada mata disertai terbentuknya krusta pada tepi kelopak

Konjungtivitis viral               Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh

- adenovirus, herpes simplex, - Epstein-Barr, - varicella zoster, - molluscum contagiosum, - coxsackie, dan - enterovirus.

Adenoviral konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis, dan nonspesifik konjungtivitis.

Virus picorna, atau enterovirus 70 menyebabkan konjungtivitis hemoragik epidemik akut. Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh sekret.                                                                               

Keratokonjungtivitis epidemikaRadang yang berjalan akut, disebabkan oleh adenovirus tipe 3,7,8 dan 19. Konjuntivitis ini bisa timbul sebagai suatu epidemi.Penularan bisa melalui kolam renang selain dari pada wabah. Gejala klinis berupa demam dengan mata seperti kelilipan, mata berair berat

Demam faringokonjungtivaKongjungtivitis demam faringokonjungtiva disebabkan infeksi virus. Kelainan ini akan memberikan gejala demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, yang mengenai satu atau kedua mata. Biasanya disebabkan adenovirus tipe 2,4 dan 7 terutama mengenai remaja, yang disebarkan melalui sekret atau kolam renang.

Page 6: Konjungtivitis

Keratokonjungtivitis herpeticKonjungtivitis herpetik biasanya ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun yang disertai ginggivostomatitis, disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Keratokonjungtivitis New CastleKonjungtivitis new castle merupakan bentuk konjungtivitis yang ditemukan pada peternak unggas, yang disebabkan oileh virus new castle. Gejala awal timbul perasaan adanya benda asing, silau dan berai pada mata, kelopak mata membengkak

Konjungtivitis hemoragik akut

Konjungtivitis jamurInfeksi jamur jarang terjadi, sedangkan 50% infeksi jamur yang terjadi tidak memperlihatkan gejala.Jamur yang dapat memberikan infeksi pada konjungtivitis jamur adalah candida albicans dan actinomyces.

Konjungtivitis alergikKonjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat

seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik.Umumnya disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti

- konjungtivitis flikten, Bakteri patogen yang paling umum pada konjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus, Staphylococcus aureus, Moraxella catarrhalis, dan Haemophilus influenzae. Sedangkan yang jarang adalah Neisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta, organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab tersering dari konjungtivitis persisten

- konjungtivitis vernal, Termasuk reaksi hipersensitif musiman, ada hubungan dengan sensitivitas

terhadap tepung sari rumput – rumput pada iklim panas. Keluhannya berupa gatal, kadang -kadang panas, lakrimasi, menjadi buruk pada cuaca panas dan berkurang pada cuaca dingin.

Konjungtivitis vernalis merupakan salah satu bentuk proses inflamasi kronik dan berulang pada mata, umumnya bilateral. Pasien dengan atopi mempunyai risiko lebih besar untuk menderita KV.

KonjungtivitisVernalis dibedakan atas 3 tipe yaitu tipe palpebra, tipe limbus atau campuran keduanya.

Patogenesis terjadinya kelainan ini belum diketahuisecara jelas, tapi terutama dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas pada mata. Reaksi hipersensitivitas tipe I merupakan dasar utama terjadinya proses inflamasi pada KV.

Diagnosis banding KV adalah konjungtivitis alergika musiman,

Pada konjungtivitis alergi musiman, bersifat akut, mereda saat musim dingin, terdapat edem

konjungtiva, jarang disertai perubahan pada kornea

Page 7: Konjungtivitis

Padakeratokonjungtivitis atopik tidak ada perbedaan usia atau jenis kelamin, adanya sekret yang jernih, letak kelainan lebih sering di palpebra inferior, tidak terdapat eosinofil pada scraping konjungtiva, keratokonjungtivitis atopik, dan

giant papillary conjungtivitis.Pada giant papillary conjunctivitis kelainan juga terdapat di konjungtiva tarsal superior namun dengan ukuran diameter papila yang lebih dari 0,3 mm, penyebab tersering iritasi mekanik yang lama terutama karena penggunaan lensa kontak. Pada umumnya KV dapat sembuh sendiri setelah 2– 10 tahun.

Tujuan pengobatan pada KV untuk menghilangkan gejala dan menghindari efek iatrogenic yang serius dari obat yang diberikan (kortikosteroid).

Prinsip pengobatan bersifat konservatif. Tata laksanakonjungtivitis vernalis berdasarkan beratnya gejala dantanda penyakit, yaitu1. Terapi utama :berupa penghindaran terhadap semua kemungkinan alergen penyebab.

Terapi topicalPemberian vasokonstriktor topikal dapat mengurangi gejala kemerahan dan

edem pada konjungtiva. Namun pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi obat vasokonstriktordan antihistamin topikal (vasocon A) mempunyai efek yang lebih efektif dibanding pemberian yang terpisah.

Pemberian stabilisator sel mast yaitu natrium kromoglikat 2% atau sodium kromolyn 4% atau iodoksamid trometamin dapat mencegah degranulasi dan lepasnya substansi vasoaktif, sehingga dapat mengurangi kebutuhan akan kortikosteroid topikal.

Pemakaian iodoksamid dikatakan mempunyai efek yang lebih baikdibandingkan dengan natrium kromoglikat 2% maupun sodium kromolyn 4%.

Pemberian obat antiinflamasi non-steroid topical seperti diklofenak, suprofen, flubirofen dan ketorolak dapat menghambat kerja enzim siklooksigenase, namun saat ini hanya ketorolak yang mendapat rekomendasi dari Food Drug Administration. Bila obat-obatan topikal seperti antihistamin, vasokonstriktor, atau sodium kromolyn tidak adekuat maka dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid topikal.

Allansmith melaporkan bahwa pemberian terapi “pulse” dengan deksametason 1% topikal, diberikan tiap 2 jam, 8 kali sehari kemudian diturunkan secara bertahap selama 1 minggu, dapat mengobati inflamasi pada KV, tetapi bila tidak dalam serangan akut pemberian steroid topikal tidak diperbolehkan. Saat ini preparat steroid digunakan dengan cara injeksi supratarsal pada kasus KV yang refrakter. Siklosporin bekerja menghambat aksi interleukin 2 pada limfosit T dan menekan efek sel T dan eosinofil, terbukti bermanfaat menurunkan gejala dan tanda KV. Terapi untuk kasus berulang yang tidak dapat diobati dengan natrium kromoglikat atau steroid, diberikan siklosporin topikal 2% dan mitomisin-C topikal 0,01%.3,6-8

2 Terapi sistemikPengobatan dengan antihistamin sistemik bermanfaat untuk menambah efektivitas pengobatanntopikal. Pemberian aspirin dan indometasinn(golongan antiinflamasi non-steroid) yang bekerja sebagai penghambat enzim siklooksigenase dilaporkan dapat mengurangi gejala KV. Kortikosteroid sistemik diberikan bila ada indikasi khusus

Page 8: Konjungtivitis

yaitu inflamasi berat pada kornea dan konjungtiva, bertujuan untuk mencegah kerusakan jaringan. Pemberian montelukas dilaporkan dapat mengurangi gejala pada pasien KV yang juga menderita asma atau pada pasien yang mempunyai risiko terhadap terapi steroid. Namun hal ini masih dalam perdebatan.Efektivitas pemberian imunoterapi sebagai terapi alergi pada mata sampai saat ini belum memberikan hasil yang memuaskan.

3. Terapi suportif - Desensitisasi dengan alergen inhalan.- Kompres dingin pada mata dan menggunakankacamata hitam.- Tetes mata artifisial dapat melarutkan alergen danberguna untuk mencuci mata- Klimatoterapi seperti pendingin udara di rumah atau pindah ke tempat berhawa dingin.

4. Terapi bedahTerapi bedah yang dapat dilakukan adalah otograf konjungtiva dan krio terapi, namun kelemahan kedua terapi ini dapat menyebabkan terjadinya sikatriks, trikiasis, defisiensi air mata dan entropion. Keratotomi superfisial dapat dilakukan untuk reepitelisasi kornea.

Tata laksana yang diberikan pada pasien ini adalah menghindari penyebab dengan cara mengurangi frekuensi bermain di luar rumah, menjaga kebersihan lingkungan, memakai kacamata hitam, diberikan kortikosteroid topikal, stabilisator sel mast (iodoksamid) topikal, dan terapi sistemik berupa antihistamin, dan kortikosteroid. Kortikosteroid topikal dan sistemik diberikan karena saat ini pasien termasuk dalam derajat penyakit sedang ke berat. Penggunaan stabilisator sel mast perlu diberikan dalam jangka panjang (4-6 bulan) untuk mencegah kekambuhan.

5. Komplikasi yang timbul dapat diakibatkan oleh perjalanan penyakitnya atau efek samping pengobatan yang diberikan. Bila proses penyakit meluas ke kornea, dapat terjadi parut kornea, astigmatisme, keratokonus, dan kebutaan.

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan glaukoma, katarak dan infeksi bakteri sekunder.

Komplikasi yang terjadi pada pasien ini yaitu adanya bintik-bintik epitelial di kornea dan sikatriks di tengah kornea mata kiri yang disebabkan karena pasien sering menggosok-gosok matanya. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadi penurunan visus.

Hasil pemeriksaan visus pada pasien ini belum dapat disimpulkan karena saat ini kondisi mata pasien sedang dalam keadaan akut.

Seharusnya kejadian tersebut dapat dicegah bila pasien atau orangtuanya mendapat penjelasan tentang cara menghindari komplikasi penyakitnya sejak awal. Walaupun penyakit ini termasuk self-limiting, namun bila proses keratokonjungtivitis tidak dapat teratasi maka prognosisnya menjadi buruk.

- konjungtivitis atopi, - konjungtivitis alergi bakteri, - konjungtivitis alergi akut, - konjungtivitis alergi kronik, - sindrom Stevens Johnson, - pemfigoid okuli, dan

Page 9: Konjungtivitis

- sindrom Sjogren

13. KLASIFIKASI

Klasifikasi berdasarkan sifat perjalanan:

1. Hiperakut Perjalanannya hiperakut dan mengeluarkan sekret yang purulent. Dapat disebabkan Nesisseria gonorrhoe dan N.Meningitidis.1

2. Akut Perjalananya akut dan menghasilkan sekret yang mukopurulen. Dapat disebabkan bakteri pneumokokus dan haemohilus aegyptius.1Biasanya dimulai pada satu mata yang menyebar ke mata yang sebelahnya, terjadi kurang dari 4 minggu.

3. Subakut Perjalanannya subakut dan dapat disebabkan oleh bakteri H.Influenza.1

4. Kronis Perjalanan bersifat kronis termasuk blefarokonjungtivitis dapat disebabkan oleh staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata.1 Terjadi lebih dari 4 minggu.

Klasifikasi berdasarkan sifat eksudat:

1. Eksudat serosaSekret seperti air yaitu berupa eksudat serosa dan air mata yang dapat disesbabkan karena infeksi virus, inflamasi dan toksik.1,2

2. Eksudat mukoidSekret seperti mukus dapat ditemukan pada konjungtivitis vernalis dan keratokonjuntktivitis sika.1,2

Eksudat purulen dan mukopurulenSekret purulen ditemukan pada infeksi bakteri akut yang berat. Manakala sekret mukopurulen dietmukan pada infeksi bakteri ringan dan infeksi klamidia.

14. PATOFISIOLOGI

Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan sel goblet. Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe 1 terhadap alergen.Alergen terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap IgE terjadi, menyebabkan degranulasi dari sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. Hal ini menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin, kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.

Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal.Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva.Kedua infeksi bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. Sel darah putih ini mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.

Page 10: Konjungtivitis

Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva.Rusaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi.Pertahanan sekunder adalah sistem imunologi (tear-film immunoglobulin dan lisozyme) yang merangsang lakrimasi.

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan.Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus.Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.Sensasi ini merangsang sekresi air mata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena.

Konjungtiva merupakan jaringan ikat longgar yang menutupi permukaan mata (konjungtiva bulbi), kemudian melipat untuk membentuk bagian dalam palpebra (konjungtiva palpebra). Konjungtiva melekat erat dengan sklera pada bagian limbus, dimana konjungtiva berhubungan dengan kornea. Glandula lakrima aksesori (Kraus dan Wolfring) serta sel Goblet yang terdapat pada konjungtiva bertanggung jawab untuk mempertahankan lubrikasi mata. Seperti halnya membrane mukosa lain, agen infeksi dapat melekat dan mengalahkan mekanisme pertahanan normal dan menimbulkan gejala kinis seperti mata merah, iritasi serta fotofobia. Pada umumnya konjungtivitis merupakan proses yang dapat menyembuh dengan sendirinya, namun pada beberapa kasus dapat menimbulkan infeksi dan komplikasi yang berat tergantung daya tahan tubuh dan virulensi virus tersebut.3

15. MANIFESTASI KLINIS

1. Rasa adanya benda asingRasa ini disertai dengan rasa pedih dan panas karena pembengkakan dan hipertrofi papil.Jika rasa sakitnya berat, maka harus dicurigai kemungkinan terjadinya kerusakan pada kornea.

2. Rasa sakit yang temporer3. Informasi ini dapat membentu kita menegakkan diagnosis karena rasa sakit yang datang

pada saat-saat tertentu merupakan symptom bagi infeksi bakteri tertentu, misalnya; Sakitnya lebih parah saat bangun pagi dan berkurang siang hari, rasa sakitnya (tingkat

keparahan) meningkat setiap harinya, dapat menandakan infeksi stafilokokus. Sakit parah sepanjang hari, berkurang saat bangun tidur, menandakan keratokonjungtiva

sisca (mata kering).4. Gatal

Biasanya menunjukkan adanya konjungtivitis alergi.

Page 11: Konjungtivitis

5. Fotofobia Tanda Penting Konjungtivitis8

1. HiperemiHiperemi pada konjungtivitis berasal dari rasa superficial, tanda ini merupakan tanda konjungtivitis yang paling mancolok.Hiperemi yang tampak merah cerah biasanya menandakan konjungtivitis bakterial sedangkan hiperemi yang tampak seperti kabut biasanya menandakan konjungtivitis karena alergi.Kemerahan paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva posterior. Terdapat perbedaan antara injeksi konjungtiva dan siliaris yaitu;

   Injeksi Konjungtiva Injeksi SiliarisKausa Iritasi, Konjungtivitis Keratitis, Iridosiklitis, Glaukoma AkutLokasi Forniks ke limbus makin

kecilLimbus ke forniks makin kecil

Warna Merah terang Merah padamPembuluh darah Bergerak dengan dengan

konjungtivaTidak bergerak

Adrenalin Menghilang MenetapSekret Sekret (+) Lakrimasi (+)Intensitas Nyeri Sedikit Nyeri

INJEKSI KONJUNGTIVA INJEKSI SILIARIS

Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.

2. LakrimasiDiakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.4

3. EksudasiEksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.

- Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut

Page 12: Konjungtivitis

- Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi- Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri

4. PseudoptosisPseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M. Tarsalis superior).Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.

5. Khemosis (Edema Konjungtiva)Ini terjadi akibat terkumpulnya eksudat di jaringan yang longgar.Khemosis merupakan tanda yang khas pada hay fever konjungtivitis, akut gonococcal atau meningococcal konjungtivitis, serta kerato konjungtivitis.

6. Hipertrofi PapilHipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila mirip jeruji payung.4

7. Pembentukan FolikelFolikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva dan biasanya mengandung sentrum germinotivum.Kebanyakan terjadi pada viral conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication.Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.

8. Pseudomembran dan MembranPseudomembran adalah koagulum yang melapisi permukaan epitel konjungtiva yang bila lepas, epitelnya akan tetap utuh, sedangkan membran adalah koagulum yang meluas mengenai epitel sehingga kalau dilepas akan berdarah.

9. Adenopati PreaurikulerBeberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe preaurikuler.

16. DIAGNOSIS

Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia.Sensasi benda asing dan tergores atau terbakar sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi konjungtiva. Sakit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertrofi papiler, kemosis (edem stroma konjungtiva), folikel (hipertrofi lapis limfoid stroma), pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre-aurikuler.

A. Anamnesis

B. Pemeriksaan FisikPemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan

slit-lamp biomikroskopi.Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini:5

Page 13: Konjungtivitis

1. Limfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler2. Kulit: tanda-tanda rosacea, eksema, seborrhea3. Kelainan kelopak mata dan adneksa: pembengkakan, perubahan warna, malposisi,

kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan4. Konjungtiva: bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan sikatrikal,

simblepharon, massa, sekret

Slit-lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati-hati terhadap:1. Margo palpebra: inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa

kulit berwarna darah, keratinisasi2. Bulu mata: kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu3. Punctum lacrimal dan canaliculi: penonjolan, sekret4. Konjungtiva tarsal dan forniks

a. Adanya papila, folikel dan ukurannyab. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharonc. Membran dan psudomembrand. Ulserasie. Perdarahanf. Benda asingg. Massah. Kelemahan palpebra

5. Konjungtiva bulbar/limbus: a. folikel, b. edema, c. nodul, d. kemosis, e. kelemahan, f. papila, g. ulserasi, h. luka, i. flikten, j. perdarahan, k. benda asing, l. keratinisasi

6. Korneaa. Defek epitelialb. Keratopati punctata dan keratitis dendritikc. Filamend. Ulserasie. Infiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan fliktenf. Vaskularisasig. Keratik presipitat

7. Bilik mata depan: rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi8. Corak pewarnaan: konjungtiva dan kornea

 

Page 14: Konjungtivitis

C. Pemeriksaan PenunjangKebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik membantu.Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear.

Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.1. Kultur

Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis tidak berespon terhadap pengobatan.

2. Kultur virusBukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa.

Tes imunodiagnostik yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 88% sampai 89% dan spesifikasi 91% sampai 94%.

Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui untuk spesimen dari okuler. PCR dapat digunakan untuk mendeteksi DNA virus. Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.

3. Tes diagnostik klamidiaKasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat

dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan enzyme-linked imunosorbent assay.

Tes ini telah secara luas digantikan oleh PCR untuk spesimen genital, dan, karena itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PCR untuk mengetes sampel okuler beragam.

Meskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh FDA. 

4. Smear/sitologiSmear untuk sitologi dan pewarnaan khusus (mis.,gram, giemsa) direkomendasikan pada kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang, dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.

5. BiopsiBiopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada

terapi.Oleh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup.

Biopsi konjungtival dan tes diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari penyakit seperti OMMP dan paraneoplastik sindrom.Biopsi dari konjungtiva bulbar harus dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai OMMP.

Page 15: Konjungtivitis

Pada kasus dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan.Saat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.

6. Tes darahTes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan SLK yang tidak mengetahui

menderita penyakit tiroid. Konjungtivitis non-infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien.

Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis toksik/kimiawi.Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, pH okuler harus dites dan irigasi mata terus dilakukan hingga pH mencapai 7.

Konjungtivitis juga dapat disebabkan penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata

17. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa Banding Konjungtivitis

Konjungtivitis

Keratitis Uveitis Anterior Glaukoma Kongestif Akut

Visus Normal Tergantung letak infiltrat

Menurun perlahan, tergantung letak radang

Menurun mendadak

Hiperemi konjungtiva perikornea siliar Mix injeksiEpifora, fotofobia - + + -Sekret Banyak - - -Palpebra Normal Normal normal EdemaKornea Jernih Bercak

infiltratGumpalan sel radang Edema, suram

(tidak bening), halo (+)

COA Cukup cukup Sel radang (+) dangkalH. Aquous Normal normal Sel radang (+),

flare (+), tyndal efek (+)

Kental

Iris Normal normal Kadang edema (bombans)

Kripta menghilang karena edema

Pupil Normal normal miosis Mid midriasis (d:5mm)

Lensa Normal normal Sel radang menempel Keruh

18. TATA LAKSANAA. Non Farmakologi

Page 16: Konjungtivitis

Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.

Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.

B. Farmakologi1. Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen

mikrobiologinya.2. Untuk menghilangkan sekret dapat dibilas dengan garam fisiologis.3. Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus conjunctivalis harus dibilas dengan

larutan saline agar dapat dihilangkan sekret konjungtiva. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pasien dan keluarga diminta memperhatikan hygieneperorangan secara khusus

Penatalaksanaan Konjungtivitis Bakteri Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan antibiotic tunggal seperti

Kloramfenikol Gentamisin Tobramisin Eritromisin Sulfa

Bila pengobatan tidak memberikan hasil setelah 3 – 5 hari maka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan sediaan langsung  (pewarnaan Gram atau Giemsa) untuk mengetahui penyebabnya. Bila ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan.Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5x/hari.

Apabila memakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 %).Apabila tidak sembuh dalam 1 minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.

Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Sambil menunggu hasil laboratorium, dokter dapat memulai terapi antimikroba spectrum luas (mis., polymyxin-trimethoprim). Pada setiap konjungtivitis purulen yang pulasan gramnya menunjukkan diplokokus gram negative, dugaan neisseria, harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Jika kornea tidak terlibat, ceftriaxone 1g diberikan dosis tunggal per intramuscularbiasanya merupakan terapi sistemik yang adekuat. Jika kornea terkena, dibutuhkan ceftriaxoneparental, 1-2g perhari selama 5 hari.

Perbaikan klinis pada konjungtivitis klamidia umunya dapat dicapai dengan tetracycline, 1-1,5g/hari peroral dalam empat dosis selama 3-4 minggu, dozycycline, 100 mg peroral dua kali

Page 17: Konjungtivitis

sehari selama 3 minggu, atau erythromycin, 1g/hari peroral dibagi dalam empat dosis selama 3-4 minggu. 

Penatalaksanaan Konjungtivitis Virus Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah

terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.

Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sedmbuh sendiri sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi.Pada kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari. Steroid tetes deksametason 0,1 % diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat diberikan  analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan  cara mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama 24jam.

 

Penatalaksanaan Konjungtivitis Alergi      Umumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan

sampai ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang.Penyakit ringan sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai (steril) ulkus kornea.

Karena konjungtivitis alergi merupakan penyakit yang dapat sembuh sediri maka perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai untuk meredakan gejala dapat member perbaikan dalam waktu singkat, tetapi dapat memberikan kerugian jangka panjang. Steroid topikal atau sistemik dapat dipakai untuk mengurangi rasa gatal dan mempunyai efek samping (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) yang sangat merugikan.

1. Alergi ringanKonjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres dingin.Air mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan yang mungkin ada pada permukaan okuler.

2. Alergi sedangKonjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang

timbul musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan/atau mast cell stabilizer.Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.Mast cell stabilizer mencegah degranulasi sel mast; contoh yang paling sering dipakai termasuk sodium kromolin dan Iodoxamide.

Antihistamin topikal mempunyai masa kerja cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek samping; tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabilizer.Antihistamin oral, yang mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari, antihistamin topikal.

Page 18: Konjungtivitis

Vasokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin, yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal NSAID juga digunakan pada konjungtivitis sedang-berat jika diperlukan tambahan efek anti-peradangan.

3. Alergi beratPenyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan

dihubungkan dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer.

Rujukan spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabilizer.Topikal NSAID dapat ditambahkan jika memerlukan efek anti-inflamasi yang lebih lanjut.

Kortikosteroid punya beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat, infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak.

Kortikosteroid yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.Siklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid.Dapat terutama sekali berguna sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.

Konjungtivitis akibat jamur Infeksi pada konjungtivitis jamur berespons terhadap amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air (bukan garam) atau terhadap krim kulit nystatin(100.000 U/g) empat sampai enam kali sehari. Obat ini harus diberikan secara hati-hati agar benar-benar masuk dalam saccus conjunctivalis.

19. KOMPLIKASI

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang  tidak tertangani diantaranya:

1. glaukoma2. katarak3. ablasi retina4. konjungtivitis kataral teronik segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis5. konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea6. konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea bila sembuh akan meninggalkan

jaringan perut yang tebal di kornea dapat mengganggu penglihatan lama- kelamaan  buta

7. konjungtivitis vernal pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan8. Ulserasi kornea.9. Membaliknya bulu mata ke dalam (trikiasis).10. Membaliknya seluruh tepian palpebra (enteropion)11. Obstruksi ductus nasolacrimalis.12. Turunnya kelopak mata atas karena kelumpuhan (ptosis)

Komplikasi dari konjungtivitis viral, antara lain:

Page 19: Konjungtivitis

Infeksi pada kornea (keratitis) dan apabila tidak ditangani bisa menjadi ulkus kornea.

20. PENCEGAHAN

1. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

2. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit3. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain4. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.5. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.6. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.7. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan

hindari mengucek-ngucek mata.8. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah

membersihkan kotoran mata.

- Makanan yang disarankan untuk penderita konjungtivitis adalah makanan tinggi protein dan tinggi kalori guna untuk mempercepat proses penyembuhan dan

- dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A guna untuk memperbaiki sensori penglihatan dan juga

- vitamin C untuk memperbaiki sistem pertahanan tubuh.- Kompres mata dengan air hangat jika disebabkan oleh bakteri atau virus, Jika

disebabkan oleh alergi, kompres dengan air dingin.

21. PROGNOSIS KONJUNGTIVITIS

Mata dapat terkena berbagai kondisi.beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat dipertahankan

Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina

Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi apabila tidak ditangani dengan baik.

DAPUS

Page 20: Konjungtivitis

POLA BAKTERI AEROB PENYEBAB KONJUNGTIVITIS PADA PENDERITA RAWAT JALAN DI BALAI KESEHATAN MATA MASYARAKAT KOTA MANADO - Manly Lolowang et al. ejournal.unsrat.ac.id

academia.edu

Konjungtivitis Case Report Session Yoan Putrasos Arif Konjungtivitis Vernalis Siti Budiati Widyastuti, Sjawitri P. Siregar Sari Pediari Pediatri, Vol. 5, No. 4, Maret 2004\

AAG Medicine