kondisi komunitas padang lamun di perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/artikel...

14
1 Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis, Bintan Utara Suhandoko 1 , Winny Retna Melani 2 , Dedy Kurniawan 3 [email protected] Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis lamun, indeks nilai penting, serta kualitas perairan Kampung Bugis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 hingga Januari 2018 dengan menggunakan metode acak (Random sampling). Dari hasil penelitian tersebut, jenis lamun yang dijumpai pada penelitian ini sebanyak 3 jenis lamun yakni jenis E. acoroides, T. hemprichii, dan C. serrulata dengan total kerapatan sebesar 94,3 tegakan/m 2 , total tutupan jenis lamun sebesar 40,8%, dan frekuensi jenis yang paling sering dijumpai yakni E. acoroides. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis E. acoroides, dengan demikian jenis yang memiliki pengaruh paling besar terhadap komunitas lamun di perairan Kampung Bugis. Nilai indeks keanekaragaman tergolong sedang, yang mencirikan bahwa jenis lamun yang dijumpai tidak terlalu banyak. Nilai indeks keseragaman tergolong tinggi yang mengindikasikan bahwa jenis yang dijumpai jumlahnya tidak berselisih jauh. Serta nilai indeks dominansi tergolong rendah yang mencirikan bahwa tidak ada jenis yang mendominasi. Dari parameter yang telah diteliti, kondisi padang lamun diperairan Kampung Bugis yakni kurang baik. Kata kunci : Lamun, Tutupan, Kerapatan, Frekuensi, INP, Kampung Bugis.

Upload: hahanh

Post on 09-Mar-2019

263 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

1

Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan Kampung Bugis,

Bintan Utara

Suhandoko1, Winny Retna Melani2, Dedy Kurniawan3

[email protected]

Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis lamun, indeks nilai

penting, serta kualitas perairan Kampung Bugis. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Mei 2017 hingga Januari 2018 dengan menggunakan metode acak (Random

sampling). Dari hasil penelitian tersebut, jenis lamun yang dijumpai pada

penelitian ini sebanyak 3 jenis lamun yakni jenis E. acoroides, T. hemprichii, dan

C. serrulata dengan total kerapatan sebesar 94,3 tegakan/m2, total tutupan jenis

lamun sebesar 40,8%, dan frekuensi jenis yang paling sering dijumpai yakni E.

acoroides. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis E. acoroides, dengan

demikian jenis yang memiliki pengaruh paling besar terhadap komunitas lamun di

perairan Kampung Bugis. Nilai indeks keanekaragaman tergolong sedang, yang

mencirikan bahwa jenis lamun yang dijumpai tidak terlalu banyak. Nilai indeks

keseragaman tergolong tinggi yang mengindikasikan bahwa jenis yang dijumpai

jumlahnya tidak berselisih jauh. Serta nilai indeks dominansi tergolong rendah

yang mencirikan bahwa tidak ada jenis yang mendominasi. Dari parameter yang

telah diteliti, kondisi padang lamun diperairan Kampung Bugis yakni kurang baik.

Kata kunci : Lamun, Tutupan, Kerapatan, Frekuensi, INP, Kampung Bugis.

Page 2: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

2

PENDAHULUAN

Ekosistem lamun merupakan ekosistem penting sebagai penunjang kehidupan

biota – biota perairan dan dimanfaatkan sebagai area pengasuhan, pemijahan,

mencari makan, serta pembesaran larva – larva organisme akuatik, (Gosari dan

Haris 2012). Ekosistem lamun penting untuk dilindungi karena fungsinya yang

sangat penting bagi kelangsungan kelestarian sumberdaya perikanan. Pengkajian

terkait kondisi lamun menjadi sesuatu yang diperlukan sebagai kontrol untuk

melihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya

adalah sebagai penyedia tempat berlindung bagi biota-biota laut yang hidup di

dalamnya, serta merupakan daerah asuhan (nursery ground) bagi beberapa spesies

biota laut, (Kordi 2011).

Padang lamun adalah salah satu ekosistem produktif yang memiliki fungsi

ekologi sebagai tempat pemijahan, perlindungan, habitat hidup, serta pengasuhan

bagi biota ekonomis penting, dan biota – biota lainnya. Namun kerusakan area

padang lamun masih terus terjadi dan membahayakan bagi kelangsungan habitat

biota ekonomis penting meliputi ikan, kerang-kerangan, krustasea, Echinodermata

dan biota penting lainnya.

Status kondisi padang lamun sangat menentukan terjadinya indikasi kerusakan

lamun akibat dari aktivitas dan pengaruh yang ada di sekitar pesisir. Perubahan

kondisi dan status padang lamun dapat dianalisis menggunakan pendekatan

komunitas berupa tingkat tutupan dan kerapatannya. Dari kedua pendekatan

komunitas tersebut, dapat dilihat sejauh mana kerusakan lamun yang terjadi.

Namun ekploitasi yang cenderung meningkat pada area padang lamun, dapat

memberikan dampak kerusakan padang lamun. Kerusakan yang umumnya terjadi

yakni berupa berkurangnya luasan dan tingkat kerapatan lamun yang cenderung

menurun. Maka perlu dilakukan pendekatan ilmiah terkait kajian kondisi dan

status padang lamun di Perairan Kampung Bugis dengan melihat kerapatan dan

tutupan lamun sehingga dapat diketahui kondisinya saat ini untuk pedoman

pengelolaan lamun pada masa yang akan datang.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017 sampai Januari 2018.

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Desa Kampung Bugis, Kecamatan Bintan

Utara, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Page 3: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

3

Pengambilan data kondisi lamun menggunakan metode Petak Contoh (Transect

Plot). Metode petak contoh adalah metode pencuplikan contoh populasi suatu

komunitas menggunakan pendekatan petak contoh yang diletakkan pada wilayah

ekosistem tersebut (KEPMEN LH No.200 Tahun 2004).

Setiap titik yang menyebar di Perairan Kampung Bugis akan diamati nilai

kerapatan jenis/spesies dan persentase tutupan. Pengambilan data kondisi tutupan

lamun dilakukan saat pasang dan kerapatan lamun dilakukan saat air laut

mengalami surut dengan kedalaman air antara 10 – 50 cm. Prosedur pengambilan

data adalah sebagai berikut:

1. Menentukan titik pengamatan

2. Pada setiap titik pengamatan diletakkan 1 plot

3. Transek plot yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ukuran

0,5x0,5 m yang dibagi menjadi 25 sub petak berukuran 10 x 10 cm.

Pengambilan sampel dilakukan ketika saat surut. Skema petak contoh yang

digunakan dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Petak Contoh (plot) untuk pengamatan Lamun

Identifikasi jenis dilakukan dengan mencocokan data – data di lapangan seperti

bentuk daun, bunga dan akar lamun dengan katalog, kemudian jenis–jenis lamun

yang didapat di lapangan disajikan dalam bentuk Tabel (KEPMEN LH No. 200

Tahun 2004). Identifikasi jenis – jenis lamun menggunakan panduan identifikasi

lamun menurut (McKenzie 2003). Pengukuran lamun meliputi; kerapatan jenis,

kerapatan relative, frekuensi jenis, frekuensi relatif, tutupan jenis, tutupan relative,

indeks nilai penting, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, dan indeks

dominansi. Untuk menentukan kondisi lamun dilihat dari nilai kerapatan dan

tutupannya seperti tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Skala kondisi padang lamun berdasarkan kerapatan

Skala Kerapatan (ind/m2) Kondisi

5 > 175 Sangat Rapat

4 125 – 175 Rapat

3 75 – 125 Agak Rapat

2 25 – 75 Jarang

1 < 25 Sangat Jarang

Sumber : Braun-Blanquet (1965) dalam Gosari dan Haris (2012).

Tabel 2. Status padang lamun

Status Kondisi Penutupan (%)

Baik Kaya/Sehat > 60

Rusak Kurang kaya/Kurang sehat 30 – 59,9

Rusak Miskin < 29, 9

Sumber: KEPMEN LH No. 200 Tahun 2004

Page 4: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

4

HASIL

1. Jenis Lamun

Hasil pengamatan selama penelitian untuk setiap titik sampling teridentifikasi

sebanyak 3 jenis lamun yakni jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan

Cymodocea serrulata. Ketiga jenis lamun ini dijumpai menyebar dari tepian

sungai kearah tubir pada area titik sampling yang ditentukan sebelumnya. Untuk

melihat jenis serta jumlah tegakan E. acoroides, T. hemprichii, dan C. serrulata

disajikan seperti pada Gambar 3.

E. acoroides T. hemprichii C. serrulata

Gambar 3. Jenis – jenis Lamun di Perairan Kel. Kampung Bugis

2. Kerapatan Lamun

Nilai kerapatan lamun dihitung dengan melihat jumlah tegakan untuk masing-

masing jenis yang dijumpai, kemudian dibandingkan dengan luasan area lamun.

Hasil pengamatan kerapatan lamun dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kerapatan lamun di perairan Kampung Bugis

3. Penutupan Lamun

Luasan cover area atau dikenal dengan istilah persentase penutupan lamun

merupakan pendekatan ekologis yang juga dapat melihat kondisi lamun pada

suatu lokasi. Berdasarkan hasil hitungan, diperolah nilai penutupan dan penutupan

relative seperti tersaji pada Gambar 5.

Page 5: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

5

Gambar 5. Penutupan lamun di perairan Kampung Bugis

4. Frekuensi Lamun

Frekuensi lamun merupakan gambaran data yang menggambarkan peluang

nilai kehadiran jenis lamun tertentu dalam plot sampling yang diambil. Nilai

frekuensi yang tinggi mencirikan bahwa jenis tersebut memiliki sebaran yang

luas, sedangkan jika nilainya rendah berarti jenis tersebut hanya dijumpai di

beberapa lokasi saja. Baiklah untuk melihat lebih jelasnya mengenai nilai

frekuensi jenis lamun di perairan Kampung Bugis maka disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Frekuensi lamun di perairan Kampung Bugis

5. Indeks Nilai Penting Lamun

Indeks nilai penting atau INP merupakan analisis komunitas yang

menggambarkan peran suatu jenis tertentu dalam suatu komunitas, dalam hal ini

komunitas lamun. Untuk melihat nilai INP dari komunitas lamun di perairan

Kampung Bugis, disajikan pada Gambar 7.

Page 6: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

6

0,00

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

140,00

160,00

180,00

E. acoroides T. hemprichii C. serrulata

INP

(%

)

Jenis

Indeks Nilai Penting

E. acoroides

T. hemprichii

C. serrulata

Gambar 7. Indeks Nilai Penting lamun di perairan Kampung Bugis

6. Indeks Ekologi (Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi)

Indeks ekologi yakni indeks yang meliputi indeks keanekaragaman jenis

(menggambarkan banyaknya jenis yang dijumpai), indeks keseragaman jenis

(kemerataan/selisih jumlah tegakan dari masing-masing jenis), serta indeks

dominansi (menggambarkan apakah ada jenis yang menguasai/dominan). Dari

hasil perhitungan nilai indeks ekologi, secara rinci disajkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominansi No. Indeks Nilai Indeks Kategori Nilai

1 Keanekaragaman 1.48 Sedang

2 Keseragaman 0.93 Tinggi

3 Dominansi 0.38 Rendah

Sumber : Hasil Olahan Data

7. Kualitas Air

Kondisi lingkungan meliputi parameter fisika dan kimia perairan Kampung

Bugis disajikan secara rinci seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Kondisi Perairan Kampung Bugis

No. Parameter Satuan Hasil Sampling

Rata-rata

Baku Mutu

Kepmen LH

No.51 (2004)

1. Fisika

- Suhu oC 27,90 28-30

- Arus m/s 0,10 -

- Kecerahan m Tampak Dasar >3

- Substrat - Pasir -

2. Kimia

- pH - 7,59 6-8,5

- Oksigen Terlarut mg/L 6,85 >5

- Salinitas o/oo 29,97 33-34

Sumber : Hasil Olahan Data

Page 7: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

7

PEMBAHASAN

1. Jenis Lamun

Penelitian ini menujukkan bahwa jenis yang dijumpai tergolong sedikit jika

dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan. Seperti

halnya penelitian yang dilakukan oleh Srianti (2017), di perairan Pantai Sakera

yang secara administrasi masih masuk dalam Kelurahan Kampung Bugis dijumpai

5 spesies lamun yakni E. acoroides, T. hemprichii, C. rotundata, H. uninervis dan

H. pinifolia. Jenis yang sebelumnya ditemukan lebih banyak dibandingkan dengan

penelitian ini. Namun beberapa jenis yang ditemukan spesiesnya sama. Akan

tetapi secara keseluruhan jenis yang dijumpai pada penelitian ini tergolong sedikit

hanya 3 jenis. Lokasi pada penelitian tersebut tidak terlalu jauh dengan lokasi

penelitian pada saat ini, komunitas lamun yang diamati masih dalam satu

hamparan komunitas padang lamun.

Jika dibandingkan dengan jenis lamun yang umum dijumpai di Indonesia yakni

sebanyak 12 spesies, (Syukur et al. 2011). Jenis yang dijumpai di perairan

Kampung Bugis hanya terdiri dari 3 spesies, atau dapat dikatakan hanya sebesar

25% dari jenis yang dijumpai di Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa jenis

yang dijumpai di perairan ini cukup sedikit. Hal yang mempengaruhi sedikitnya

jenis yang dijumpai yakni karakteristik lamun di perairan Kampung Bugis yang

cenderung membentuk vegetasi tunggal, yaitu jenis yang hidup disana hanya

dijumpai beberapa spesies saja.

Berdasarkan penelitian Menurut Arkham et al. (2015), wilayah Kabupaten

Bintan ditemukan 10 jenis lamun dari 12 jenis lamun yang ada di Indonesia. Hal

ini menunjukkan bahwa lokasi pengamatan (Kabupaten Bintan bagian utara-

timur) memiliki keaneka-ragaman jenis lamun yang tinggi. Jenis-jenis lamun yang

ditemukan tersebut antara lain adalah : Cymodocea rotundata, Cymodocea

serrulata, Ehbalus acroides, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila

ovalis, Hallophila. spinulosa, Thalassia hemprichii, Thalassodendron ciliatum,

dan Syringodium isoetifolium. Lebih lanjut Siswanto et al., (2017) mengatakan

bahwa jenis lamun yang umum dijumpai di perairan Pulau Bintan ialah Enhalus

acoroides, Syringodium isoetifolium, Thalasodendron ciliatum dan Cymodocea

rotundata.

2. Kerapatan

Nilai kerapatan berdasarkan hasil hitungan di perairan Kampung Bugis

menunjukkan bahwa kerapatan jenis E. acoroides sebesar 44,0 tegakan/m2, untuk

jenis T. hemprichii sebesar 16,0 tegakan/m2, serta kerapatan untuk jenis C.

serullata yakni 34,3 tegakan/m2. Dengan total kerapatan untuk semua jenis yakni

sebesar 94,3 tegakan/m2. Jika mengacu pada kategori kerapatan menurut Supriadi

et al., (2012) bahwa kerapatan yang rendah bernilai <50 tegakan/m2, kerapatan

yang sedang yakni bernilai 50 – 100 tegakan/m2, serta kerapatan yang tinggi

bernilai <100 tegakan/m2. Maka jika dibandingkan dari nilai tersebut, kondisi

kerapatan lamun di perairan Kampung Bugis temasuk kerapatan yang sedang.

Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Srianti (2017), disekitar perairan

Pantai Sakera yang masih dalam satu hamparan lamun Desa Kampung Bugis

menunjukkan bahwa kerapatan lamun total untuk semua jenis juga cukup rendah

hanya sebesar 44 tegakan/m2. Penelitian ini kondisi lamunnya tergolong dengan

Page 8: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

8

kerapatan yang rendah. Kerapatan lamun pada penelitian saat ini lebih tinggi,

meskipun dari jumlah jenisnya lebih sedikit dijumpai. Secara keseluruhan

mencirikan bahwa kondisi lamun di perairan Kampung Bugis terus mengalami

tekanan.

Tekanan yang diterima oleh ekosistem lamun akan mengarah kepada

penurunan nilai kerapatannya serta kerusakan dan penurunan luasannya. Sehingga

jika lamun terus mengalami penurunan jumlah ekologinya akan berdampak pada

kerusakan bagi organisme yang hidup didalamnya. Seperti hasil pengamatan di

lapangan yang menunjukkan adanya aktivitas masyarakat berupa berkarang,

tambak labuh pompong, aktivitas wisata pantai, serta permukiman pesisie

disekitar area lamun perairan Kampung Bugis yang menyebabkan rusaknya

ekosistem lamun. Menurut Supriadi et al. (2012) bahwa kondisi lamun yang rusak

berpengaruh terhadap peranan lamun sebagai habitat, tempat memijah dan tempat

mencari makan berbagai organisme serta peran lamun sebagai penyerap dan

penyimpan karbon. Dengan penurunan kondisi lamun tersebut, akan mengurangi

fungsi ekologis pada lamun dan berimbas pada stabilitas ekosistem yang lainnya.

Asumsi peneliti, bahwa kerapatan lamun yang sedang (tidak rapat) disebabkan

oleh faktor manusia yaitu aktivitas – aktivitas pesisir yang memiliki dampak

terhadap lamun. Diperairan Kampung Bugis diketahui merupakan area wisata

pantai, permukiman, aktivitas perikanan, serta transportasi laut. Aktivitas tersebut

sangat berpotensi untuk mengakibatkan penurunan kondisi padang lamun

sehingga dari waktu ke waktu terus mengalami tekanan. Dari aktivitas

permukiman, banyak dihasilkan sampah-sampah yang dapat menutupi area lamun

sehingga menyebabkan terhambatnya fotosintesis.

Dari aktivitas transportasi kapal akan mengakibatkan adanya lapisan minyak

dari limbah buangan minyak kapal (air ballas) yang juga akan menghambat

masuknya cahaya matahari. Dari aktivitas perikanan seperti jaring ikan akan

mengakibatkan tercabutnya lamun di dasar perairan pada saat penarikan jarring,

serta dari aktivitas wisata pantai dan berkarang yang dilakukan oleh masyarakat

akan menginjak – injak lamun sehingga juga akan mengakibatkan kerusakan

lamun. Lebih lanjut Syukur et al. (2011), mengatakan bahwa kerusakan lamun

pada dasarnya adalah akibat dari cara masyarakat dalam memanfaatkan

sumberdaya yang benilai konsumsi seperti moluska dan sumberdaya lain yang

berdampak pada rusaknya lamun. Menurut Supriadi et al. (2012), kerusakan

lamun selain faktor alami, juga disebabkan oleh meningkatnya tekanan

(kerusakan) ekosistem padang lamun karena aktifitas manusia.

3. Tutupan

Hasil penutupan jenis lamun diatas, diketahui bahwa E. acoroides memiliki

persentase penutupan jenis sebesar 15,8%, kemudian untuk jenis lamun T.

hemprichii memiliki persentase tutupan yakni 10,5%, sedangkan untuk jenis

lamun C. serrulata yakni sebesar 14,5%. Untuk total tutupan jenis lamun secara

keseluruhan sebesar 40,8%. Dalam peraturan yang diatur dalam Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004, membagi kelas penutupan

lamun menjadi 3 bagian yakni penutupan kaya/sehat (60%), kurang kaya/kurang

sehat (30-59,9%), serta tutupan terkategori miskin (29,9%).

Dengan demikian nilai tutupan lamun di perairan Kampung Bugis yakni

tergolong pada penutupan yang kurang kaya/kurang sehat (sedang). Kondisi ini

Page 9: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

9

serupa dengan data hasil tingkat kerapatan lamun yang juga tergolong sedang.

Kerusakan lamun diakibatkan oleh adanya aktivitas permukiman, wisata pantai,

transportasi laut, aktivitas perikanan yang ada di sekitar perairan Kampung Bugis.

Dari aktivitas transportasi laut dengan limbah minyaknya, serta sampah yang

dihasilkan oleh permukiman, dan aktivitas menjaring ikan oleh nelayan yang akan

mengakibatkan kekeruhan perairan meningkat dan terbentuknya lapisan minyak di

kolom air yang akan menghambat terjadinya fotosintesis pada lamun. Dengan

demikian akan berdampak pada penurunan pertumbuhan daun lamun, dan

mengakibatkan penurunan persentase tutupannya. Tutupan yang tidak tergolong

tinggi mencirikan bahwa luasan area lamun di perairan Kampung Bugis semakin

menurun. Menurut Poedjiraharjoe et al. (2013), bahwa rendahnya angka

penutupan di suatu perairan umumnya diduga karena adanya aktivitas manusia

dan tingginya aktivitas perikanan, sehingga terjadi berbagai macam gangguan,

salah satunya yakni peningkatan kekeruhan yang dapat menghambat terjadinya

fotosintesis.

Kondisi penutupan jenis lamun yang menurun di perairan Kampung Bugis,

merupakan indikasi terjadinya perubahan luasan padang lamun di perairan

tersebut. Seperti penelitian Setiawan et al. (2012), bahwa berdasarkan hasil citra

pemetaan luasan lamun di perairan Banten, terindikasi bahwa telah terjadi

penurunan luasan padang lamun yakni sebesar 45,2 ha pada tahun 2008 menjadi

sebesar 43,8 ha pada tahun 2010. Kondisi ini juga diprediksi umum terjadi di

perairan-perairan pesisir Indonesia, penurunan tersebut lebih besar disebabkan

oleh faktor aktivitas manusia. Pada data tersebut juga diperoleh bahwa terjadi

penurunan nilai tutupan lamun dari tahun ke tahun. Dapat disimpulkan bahwa

penutupan lamun memiliki hubungan dengan nilai luasan lamun. Semakin rendah

nilai penutupan lamun, maka mengindikasikan terjadinya penurunan luasannya.

Sebaliknya juga demikian, jika penutupan lamun semakin meningkat maka dapat

dipastikan bahwa luasan area lamunnya juga meningkat.

4. Frekuensi

Nilai frekuensi jenis lamun E. acoroides yakni 0,9. Untuk jenis T. hemprichii

dan C. serrulata yakni masing-masing 0,2 dan 0,1. Nilai frekuensi diketahui

tertinggi pada jenis E. acoroides mencapai 1 (satu) artinya hampir seluruh plot

pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini, dapat ditemukan jenis E.

acoroides. Sedangkan jenis yang nilai frekuensi paling rendah yakni jenis C.

serullata menggambarkan jenis ini paling kecil sebarannya dan hanya dijumpai di

beberapa plot saja. Diketahui dari hasil pengamatan sebanyak 30 plot sampling,

jenis C. serullata hanya dijumpai di 4 (empat) plot saja, sedangkan untuk jenis E.

acoroides dijumpai di 27 dari 30 plot pengamatan.

Dapat dilihat dari data frekuensi relatif bahwa jenis E. acoroides memiliki nilai

frekuensi relatif tertinggi yakni 71,05%. Artinya jenis E. acoroides dapat dijumpai

sebesar 71,05% (27 plot) dari 100% (30 plot) pengamatan. Kondisi ini sangat

memungkinkan jika jenis E. acoroides merupakan jenis yang umum dijumpai dan

memiliki sebaran yang cukup luas di perairan Kampung Bugis. Dari hasil

penelitian sebelumnya bahwa nilai persentase komposisi lamun di sekitar perairan

Pantai Sakera yang berdekatan dengan perairan Kampung Bugis menunjukkan

bahwa komposisi tertinggi pada jenis Enhalus acoroides sebesar 54 % (Srianti,

Page 10: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

10

2017). Dominasi jenis E. acoroides memang selalu terlihat baik pada penelitian

saat ini maupun penelitian-penelitian terdahulu.

Dari hasil frekuensi lamun yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa sebaran

yang luas terhadap jenis E. acoroides dipengaruhi oleh kondisi organisme lamun

itu sendiri. Diketahui bahwa jenis lamun E. acoroides memiliki sistem perakaran

yang kokoh, struktur daun yang besar dan kasar, serta merupakan spesies yang

paling besar dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan demikian, bukan tidak

mungkin jenis lamun E. acoroides memiliki daya tahan dan toleransi yang cukup

baik terhadap perubahan lingkungan, serta dapat lebih cepat pertumbuhannya

sehingga sebarannya semakin luas.

Diperoleh dari hasil penelitian Rahman et al. (2016), bahwa kisaran rata-rata

pertumbuhan lamun E. acoroides mencapai 4,7 – 15,2 mm/hari. Sedangkan jika

menurut penelitian Alie (2010), terkait dengan pertumbuhan lamun jenis T.

hemprichii sebesar 2,9 mm/hari. Serta menurut Tasabaramo et al. (2015), bahwa

pertumbuhan lamun jenis Cymodocea sp. dapat mencapai 2,2 mm/hari. Dari data-

data tersebut menjelaskan bahwa memang jenis E. acoroides pertumbuhannya

paling cepat, sehingga dapat menyebar lebih luas dan memiliki peluang

pertumbuhan yang lebih cepat sehingga nilai frekuensinya lebih tinggi

dibandingkan dengan jenis lainnya.

5. Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting lamun di perairan Kampung Bugis menunjukkan bahwa

jenis E. acoroides memiliki nilai INP mencapai 156,52. Untuk jenis T. hemprichii

dan jenis C. serullata masing-masing memiliki nilai INP yakni 61,08 dan 82,40.

Melihat nilai INP, jenis yang memiliki nilai INP tinggi yakni jenis E. acoroides

menunjukkan jenis ini paling memiliki pengaruh yang besar terhadap komunitas

lamun di perairan Kampung Bugis. Artinya jenis lamun E. acoroides merupakan

jenis yang digunakan sebagai indicator kondisi lamun di perairan Kampung

Bugis, jika kondisi lamun jenis E. acoroides terganggu maka dapat dipastikan

lamun jenis lain juga keberadaannya terganggu. Menurut Feryatun et al. (2012),

bahwa INP digunakan untuk menghitung dan menduga secara keseluruhan dari

peranan satu spesies di dalam suatu komunitas.

6. Indeks Ekologi

Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh dari hasil perhitungan yakni

sebesar 1,48 dengan kategori indeks tergolong sedang. Nilai indeks keseragaman

diperoleh sebesar 0,93 dengan kategori indeks keseragaman tergolong tinggi,

sedangkan untuk indeks dominansi diperoleh sebesar 0,38 yang tergolong dengan

kondisi rendah. Hasil data tersebut menggambarkan bahwa jenis lamun yang

dijumpai di perairan Kampung Bugis tidak terlalu banyak (hanya 3 spesies)

sehingga nilai keanekaragamannya sedang. Jumlah tegakan dari masing-masing

jenis lamun yang dijumpai, tidak berselisih jauh sehingga nilai keseragamannya

tergolong tinggi (jumlah jenis hamper merata). Selanjutnya dari hasil indeks

dominansi dapat dilihat tidak ada satu spesies yang dominan meskipun secara

keseluruhan jenis E.acoroides memiliki nilai komunitas yang lebih tinggi. Artinya

meskipun lebih banyak tegakan jenis E. acoroides akan tetapi masih dalam

kondisi yang sesuai. Hasil indeks tersebut mencirikan bahwa kondisi lingkungan

dan kondisi perairan masih cukup baik untuk mendukung kehidupan lamun.

Page 11: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

11

7. Kualitas Air

Hasil pengukuran suhu perairan diperoleh rata-rata yakni sebesar 27,9 oC, jika

mengacu pada nilai baku mutu perairan dalam KEPMEN LH No.51 Tahun 2004,

bahwa suhu yang sesuai bagi kehidupan lamun yakni 28 – 30 oC. Tentunya jika

dilihat dari hasil pengukuran suhu lebih rendah dibandingkan dengan baku mutu,

akan tetapi tidak selisih jauh. Rendahnya nilai suhu dikarenakan oleh sampling

yang dilakukan pada saat air surut yang terjadi pada pagi hari, sehingga suhu akan

lebih rendah dibandingkan dengan siang hari.

Kecepatan arus di perairan Kampung Bugis diperoleh rata – rata sebesar 0,10

m/s. Jika dibandingkan dengan kecepatan arus yang baik bagi pertumbuhan lamun

yang dikemukakan oleh Kordi (2011) yakni sebesar 0,5 m/s. Maka data kecepatan

arus diatas tergolong pada kecepatan arus yang lambat. Lemahnya arus di perairan

Kampung Bugis tersebut disebabkan dengan kondisi topografi dan morfologi

perairan yang termasuk dalam bentuk perairan teluk. Dengan kondisi tersebut

maka arus akan lebih lemah karena terhalang dengan kawasan tanjung yang lebih

menjorok ke arah laut. Menurut Pamungkas dan Jaelani (2016), Selain aktivitas

manusia, kerusakan padang lamun juga diakibatkan oleh perubahan kualitas

perairan tempat habitat hidupnya. Faktor lingkungan yang berpengaruh langsung

bagi kelangsungan hidup lamun diantaranya yaitu salinitas, suhu, dan kecerahan

perairan.

Nilai kecerahan perairan Kampung Bugis pada setiap titik sampling yang

kecerahan/cahaya matahari sampai hingga ke dasar perairan. Kecerahan tentunya

mendukung kelangsungan proses fotosintesis lamun yang membutuhkan sinar

matahari untuk berfotosintesis. Dengan demikian, nilai kecerahan di perairan

Kampung Bugis tergolong baik bagi pertumbuhan lamun. Menurut Christon et al.

(2012), bahwa kondisi kecerahan yang tinggi menguntungkan bagi lamun karena

proses fotosintesis dapat berlangsung secara optimal, karena cahaya yang masuk

kedalam kolom air sangat penting untuk aktivitas fotosintesis.

Komposisi substrat dasar perairan Kampung Bugis didominasi oleh butiran

pasir, cenderung jenis substrat/sedimen berbutir kasar. Komposisi sedimen

berbutir halus (lanau/lumpur) memiliki kandungan yang besar terhadap

ketersediaan nutrient. Dari hasil kajian bahwa kerapatan lamun cenderung akan

meningkat pada tipe substrat yang komposisi jenis lumpurnya lebih banyak,

dibandingkan dengan substrat yang mengandung sedikit kandungan lumpur.

Lamun cenderung hidup baik pada substrat pasir campuran lumpur (Feryatun et

al. 2012). Mengacu dari literature diatas, bahwa kondisi substrat masih tergolong

kasar sehingga kurang baik bagi pertumbuhan lamun. Akan tetapi, secara

keseluruhan lamun masih dijumpai sebanyak 3 jenis, membuktikan bahwa jenis

substrat pasir ini juga dapat ditumbuhi oleh lamun meskipun kerapatannya kurang

baik.

Mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004

menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) yang baik bagi pertumbuhan lamun

yakni antara 6 – 8,5 sedangka kandungan oksigen terlarut yang baik yakni

>5mg/L. Diketahui bahwa derajat keasaman di perairan Kampung Bugis yakni

rata – rata sebesar 7,59 sedangkan oksigen terlarut rata – rata yakni 6,85 mg/L.

Dengan melihat data tersebut maka dapat dipastikan bahwa kandungan oksigen

terlarut dan derajat keasaman masih baik bagi kehidupan lamun secara

keseluruhan.

Page 12: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

12

Salinitas di perairan Kampung Bugis rata – rata sebesar 29,97oC, mengacu

pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 menyatakan

bahwa salinitas yang baik untuk kehidupan lamun yakni antara 33 – 34 oC.

Kondisi salinitas terlihat jauh dari nilai baku mutu yang ditentukan, salinitasnya

lebih rendah. Kondisi ini dapat terjadi karena pada saat pengambilan data di

lapangan dilakukan pada saat pagi hari pada saat sampling lamun, sehingga belum

ada pengaruh dari sinar matahari sehingga salinitasnya tergolong rendah.

8. Pengelolaan Lamun

Jenis lamun yang dijumpai hanya terdiri dari 3 jenis yakni E. acoroides, T.

hemprichii, dan C. serullata sehingga nilai keanekaragaman jenisnya tidak

tergolong tinggi. Kerapatan lamun untuk semua jenis diperairan Kampung Bugis

juga tergolong sedang sehingga menggambarkan kondisi lamun yang kurang baik.

Permasalahan ini juga dapat terjadi pada area – area yang tidak ditumbuhi lamun.

Kategori nilai tutupan lamun di perairan Kampung Bugis juga tergolong kurang

sehat. Artinya kondisi padang lamun juga kurang baik jika ditinjau dari nilai

tutupannya. Nilai frekuensi dan indeks nilai penting lamun tertinggi pada jenis E.

acoroides sedangkan jenis lain memiliki nilai yang lebih rendah dan selisih jauh.

Dengan demikian dikhawatirkan akan terjadi dominan jenis E. acoroides dan akan

terjadi lamun yang monospesies yang tentunya kurang baik bagi keberagaman

ekosistem lamun. Kualitas air meliputi parameter fisika dan kimia perairan, secara

umum masih memenuhi kisaran baku mutu menurut KEPMEN LH No. 51 tahun

2004, sehingga kondisi ini harus selalu ditingkatkan dengan menjaga kelestarian

lingkungan oleh semua pihak, baik masyarakat sekitar perairan Kampung Bugis

maupun para pengunjung.

Jika dilihat dari data secara keseluruhan terhadap komunitas lamun di perairan

Kampung Bugis, kesimpulannya adalah kondisi lamun di perairan Kampung

Bugis termasuk cukup baik (sedang). Sehingga diperlukan peningkatan

pengelolaan berbasis masyarakat dengan menggunakan alat tangkap yang ramah

lingkungan. Diantara parameter fisika dan kimia yang tidak sesuai dengan baku

mutu menurut KEPMEN LH No. 51 tahun 2004 yakni suhu salinitas yang

nilainya dibawah ambang batas yang ditetapkan, serta kondisi arus perairan

Kampung Bugis yang tergolong lemah. Untuk itu perlu adanya partisipasi

masyarakat dalam berbagai kegiatan terkait dengan buangan air tawar dari

aktivitas permukiman secara langsung keperairan laut agar tidak berlebihan dan

kegiatan bersih pantai dan pengelolaan sampah sehingga akan mempengaruhi

salinitas secara alami diperairan tersebut.

KESIMPULAN

1. Jenis lamun yang dijumpai pada penelitian ini sebanyak 3 jenis lamun yakni

jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea serrulata.

2. Indeks Nilai Penting tertinggi terdapat pada jenis E. acoroides, dengan

demikian jenis yang memiliki pengaruh paling besar terhadap komunitas lamun

di perairan Kampung Bugis. Nilai indeks keanekaragaman tergolong sedang,

yang mencirikan bahwa jenis lamun yang dijumpai tidak terlalu banyak. Nilai

indeks keseragaman tergolong tinggi yang mengindikasikan bahwa jenis yang

dijumpai jumlahnya tidak berselisih jauh. Serta nilai indeks dominansi

tergolong rendah yang mencirikan bahwa tidak ada jenis yang mendominasi.

Page 13: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

13

3. Kondisi parameter perairan secara keseluruhan masih tergolong baik, akan

tetapi parameter suhu dan salinitas tidak sesuai dengan baku mutu yang

ditentukan menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

2004

DAFTAR PUSTAKA

Alie, K. 2010. Pertumbuhan Dan Biomassa Lamun Thalassia hemprichii Di

Perairan Pulau Bone Batang, Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Jurnal

Sains MIPA. Vol 16 (2). Hal 105-110.

Arkham, M.N., Adrianto. L., dan Wardiatno, Y. 2015. Studi Keterkaitan

Ekosistem Lamun Dan Perikanan Skala Kecil (Studi Kasus: Desa Malang

Rapat Dan Berakit, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau). Jurnal Sosek

Kelautan dan Perikanan. Vol 10 (2). Hal 137-148.

Christon, Djunaedi. O.S., Purba, N.P. 2012. Pengaruh Tinggi Pasang Surut

Terhadap Pertumbuhan Dan Biomassa Daun Lamun Enhalus acoroides Di

Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Jurnal Perikanan dank ELAUTAN. Vol 3

(3). HaL 287-294.

Feryatun, F., Hendrarto, B., Widyorini, N. 2012. Kerapatan Dan Distribusi Lamun

(Seagrass) Berdasarkan Zona Kegiatan Yang Berbeda Di Perairan Pulau

Pramuka, Kepulauan Seribu. Jurnal Manajement of Aquatic Resources. Vol 1

(1). Hal 1-7.

Gosari, J.A., Haris, A. 2012. Studi Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di

Kepulauan Spermonde. Torani. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Vol. 22

(3). Hal 256-162.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004. Kriteria Baku

kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Baku Mutu Air

Laut Untuk Biota Laut.

Kordi, K.G. 2011. Ekosistem Lamun (seagrass) fungsi, potensi pengelolaan.

Rineka Cipta. Jakarta.

McKenzie, L.J. 2003. Guidelines for The Rapid Assessment and Mapping of

Tropical Seagrass Habitats. The State of Queensland. Department of Primary

Industries.

Pamungkas, M.W.T., Jaelani, L.M. 2012. Pemodelan Persamaan Hubungan

Kualitas Perairan Menggunakan Citra Landsat 8 untuk Pendugaan Habitat

Padang Lamun (Studi Kasus: Pantai Sanur, Bali). Jurnal Teknik ITS. Vol 5 (2).

Hal 170-175.

Page 14: Kondisi Komunitas Padang Lamun Di Perairan …repository.umrah.ac.id/392/1/Artikel Suhandoko.pdfmelihat kondisi padang lamun pada masa ke masa. Fungsi lamun diantaranya adalah sebagai

14

Poedjiraharjoe, E., Mahayani, N.P.D., Sidharta, B.R., Salamuddin, M. 2013.

Tutupan Lamun dan Kondisi Ekosistemnya di Kawasan Pesisir Madasanger,

Jelenga, dan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi

Kelautan Tropis. Vol 5 (1). Hal 36-46.

Rahman, A.A., Nur, A.I., Ramli, M. 2016. Studi Laju Pertumbuhan Lamun

(Enhalus acoroides) Di Perairan Pantai Desa Tanjung Tiram Kabupaten

Konawe Selatan. Jurnal Sapa Laut. Vol 1 (1). Hal 10-16.

Srianti. 2017. Karakteristik dan Distribusi Perifiton pada Daun Lamun yang

Berbeda di Perairan Pantai Sakera Kabupaten Bintan. [Skripsi]. Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Supriadi., Soedarma, D., Kaswadji, R.F. 2006. Beberapa Aspek Pertumbuhan

Lamun Enhalus acoroides (Linn. F) Royle di Pulau Barrang Lompo Makassar.

Jurnal Biosfera. Vol 23 (1). Hal 1-8.

Supriadi., Kaswadji, R.F., Bengen, D.G., Hutomo, M. 2012. Komunitas Lamun di

Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan Karakteristik Habitat. Jurnal

Maspari. Vol 4 (2). Hal 148-158.

Syukur, A. 2015. Distribusi, Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) dan di Pulau

Lombok Status Konservasinya. Jurnal Biologi Tropis. Vol 15 (1). Hal 171-182.

Tasabaramo, I.A., Kawaroe, M., Rappe, R.A. 2015. Laju Pertumbuhan,

Penutupan, Dan Tingkat Kelangsungan Hidup Enhalus acoroides yang

Ditransplantasi Secara Monospesies dan Multispesies. Jurnal Ilmu dan

Teknologi Kelautan Tropis. Vol 7 (2). Hal 757-770.