hubungan kerapatan lamun dan kandungan bahan organik …repository.umrah.ac.id/639/1/artikel.pdf ·...

14
1 Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik Total dengan Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus epidromis) di Perairan Pulau Dompak Indri Susanti, Winny Retna Melani, Tri Apriadi [email protected] Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Kerapatan lamun di Dompak pada setiap titik sampling dengan kisaran kerapatan antara 9-91 individu/m 2 . Rata-rata kerapatan lamun untuk seluruh titik diketahui sebesar 27 individu/m 2 .Kandungan bahah organik di perairan Dompak berkisar antara 3,43-30,09% dengan rata-rata bahan organik mencapai 13,29%. Kelimpahan siput gonggong S. epidromis rata-rata diperairan Dompak sebesar 93.33 ind/ha.Hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan siput gonggong adalah negatif, sedangkan hubungan antara kandungan bahan organik (TOM) tehadap kelimpahan siput gonggong adalah positif. Artinya Setiap kenaikan kandungan bahan organik didalam sedimen (TOM) maka akan meningkatkan kelimpahan siput gonggong. Kata Kunci : kerapatan lamun, bahan organik total (TOM), kelimpahan siput gonggong, Pulau Dompak.

Upload: ngothuan

Post on 02-Mar-2019

262 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

1

Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik Total dengan

Kelimpahan Siput Gonggong (Strombus epidromis) di Perairan Pulau

Dompak

Indri Susanti, Winny Retna Melani, Tri Apriadi

[email protected]

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Kerapatan lamun di Dompak pada setiap titik sampling dengan kisaran

kerapatan antara 9-91 individu/m2. Rata-rata kerapatan lamun untuk seluruh titik

diketahui sebesar 27 individu/m2.Kandungan bahah organik di perairan Dompak

berkisar antara 3,43-30,09% dengan rata-rata bahan organik mencapai 13,29%.

Kelimpahan siput gonggong S. epidromis rata-rata diperairan Dompak sebesar

93.33 ind/ha.Hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan siput

gonggong adalah negatif, sedangkan hubungan antara kandungan bahan organik

(TOM) tehadap kelimpahan siput gonggong adalah positif. Artinya Setiap

kenaikan kandungan bahan organik didalam sedimen (TOM) maka akan

meningkatkan kelimpahan siput gonggong.

Kata Kunci : kerapatan lamun, bahan organik total (TOM), kelimpahan siput

gonggong, Pulau Dompak.

Page 2: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

2

PENDAHULUAN

Kawasan pesisir dan laut di Indonesia memiliki nilai strategis berupa potensi

sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir.

Salah satu sumberdaya laut yang cukup potensial untuk dimanfaatkan adalah

lamun. Menurut Kordi (2011), padang lamun merupakan tempat pemijahan

(spawning ground), pengasuhan (nursery ground), tempat mencari makan

(feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi berbagai biota.

Salah satunya biota yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun adalah

Gonggong.

Gonggong adalah biota laut sebagai ikon Tanjungpinang yang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi karena dagingnya merupakan makanan yang lezat dan

bergizi. Gonggong merupakan makanan yang sangat disukai oleh masyarakat

lokal dan juga para wisatawan domestik maupun mancanegara. Karena tingginya

minat masyarakat untuk mengkonsumsi Gonggong tersebut menyebabkan

terjadinya eksplotasi yang tinggi yang akhirnya akan menyebabkan kepunahan.

Pulau Dompak merupakan salah satu wilayah pesisir yang ada di Kepulauan

Riau yang memiliki potensi sumber daya hayati laut yang beragam, salah satunya

yaitu ekosistem padang lamun. Secara visual sebaran vegetasi lamun yang ada di

perairan Pulau Dompak cukup luas dengan kondisi yang juga cukup beragam.

Luasnya sebaran lamun di perairan tersebut, memungkinkan adanya gastropoda

(siput gonggong) yang hidup berasosiasi dengan ekosistem lamun tersebut, namun

data tentang kajian kerapatan lamun dan kelimpahan siput gonggong (strombus

epidromis) di pulau Dompak masih minim , maka perlu adanya penelitian tentang

kajian kerapatan lamun dan kelimpahan siput gonggong (S. epidromis) di pulau

Dompak kota Tanjungpinang.

Ekosistem lamun dan gonggong memiliki hubungan secara ekologis.

Berdasarkan hasil penelitian Izuan (2014), diketahui bahwa kerapatan jenis lamun

di Dompak memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,64 sumbangan pengaruh

variabel kerapatan lamun dan siput gonggong. Hasil ini menunjukkan hubungan

antara ekosistem lamun dengan kelimpahan siput gonggong memiliki hubungan

yang sedang.

Keberadaan siput laut termasuk siput gonggong dipengaruhi oleh kandungan

terhadap bahan organik yang terdapat di dalam sedimen. Karena menurut Setyono

(2006), jenis-jenis siput biasanya aktif makan pada malam hari (gelap) dengan

cara keluar dari persembunyiannya dan memotong/memepat makanan (grazing)

dengan gigi parutnya. Dengan demikian, keberadaannya sangat berpengaruh

terhadap bahan organik total sehingga penulis ingin melanjutkan penelitian

tersebut dengan judul Hubungan kerapatan lamun dan bahan organik total dengan

kelimpahan siput gonggong (S. epidromis) di perairan Pulau Dompak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Pulau Dompak pada bulan November

2017-Januari 2018. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Fakultas Kelautan

dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Lokasi pengambilan sampel

dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 3: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

3

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel

1. Pengamatan Lamun

Pengambilan sampel untuk lamun dilakukan secara bersamaan yang tersebar

sebanyak 30 titik yang mewakili lokasi penelitian di Pulau Dompak. Proses

pengambilan sampel lamun dilakukan secara bersamaan yaitu pada saat air surut

dengan meletakkan transek pada titik/stasiun pengamatan. Pada masing-masing

titik pengamatan diletakkan transek berukuran (1 x 1) m.

Pengamatan lamun dengan menghitung jumlah dari tegakan lamun yang masuk

ke dalam kuadran pengamatan. Data lamun yang ditemukan di catat per tiap

transek dan plot-plot sehingga mempermudah untuk menghitung kerapatan lamun.

Menurut Fachrul (2007), dalam Putra (2013), kondisi ekosistem padang lamun

dapat dianalisis salah satunya dengan menghitung kerapatan jenis. Kerapatan jenis

dilakukan untuk melihat perbandingan antara jumlah total individu (Ni) dengan

unit area yang diukur (A). Kerapatan jenis lamun dapat dihitung berdasarkan

persamaan:

Ki =

Keterangan:

Ki = kerapatan jenis ke-i

Ni = Jumlah total dari jenis ke-i

A = Luas pengambilan sampel (m2)

2. Analisis Kandungan Bahan Organik Total (TOM)

Pengukuran kandungan organik dalam substrat (TOM) dilakukan dengan

metode pembakaran sederhana. Material organik dalam substrat akan habis bila

terbakar. Dengan demikian, selisih berat sedimen kering dengan berat sedimen

setelah pembakaran akan menunjukan berat material organik pada substrat

(TOM). Prosedur pengukuran TOM adalah sebagai berikut :

1. Cawan porselen kosong disiapkan, dimasukan kedalam oven dengan suhu

105oC selama 15-20 menit dan didinginkan dalam desikator selama 15 menit

dan ditimbang beratnya.

2. Sampel sedimen yang telah ditimbang sebanyak 25 gram diaduk rata dan

dimasukan kedalam oven, dipanaskan dengan suhu 105oC selama 1 jam.

3. Sampel didinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian ditimbang

dengan timbangan analitik.

4. Sampel didalam cawan dikeringkan didalam oven pada suhu 225oC selama 30-

50 menit dan didinginkan dalam desikator selama 30-60 menit, selanjutnya

sampel sedimen ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Page 4: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

4

5. Untuk menghitung Total Organic Matter (TOM) pada substrat dihitung dengan

rumus, (modifikasi Alaerts dan Santika1987 dalam Izuan 2014):

Total Organik

Keterangan :

d = berat sampel dan cawan setelah pengeringan dengan suhu 105oC

a = berat sampel dan cawan setelah pengeringan dengan suhu 275 oC

c = berat sampel (d-berat cawan) (gr)

3. Pengamatan gonggong

Pengamatan gonggong dilakukan dengan menghitung jumlah individu yang

ditemukan dalam transek pengamatan dengan cara menggali sedalam 5 cm untuk

melihat adanya keberadaan Gonggong. Dalam melakukan penelitian, usahakan

tidak merusak kelestarian biota laut lainnya untuk itu dalam melakukan aktivitas

menggali harus berhati-hati agar tidak merusak lamun yang hidup disekitarnya.

Setelah mengetahui keberadaan tiap objek, data tersebut kemudian dicatat dan

diidentifikasi setiap nama dari tiap-tiap jenisnya.

Untuk mengidentifikasi spesies yang ditemukan tidak perlu dibawa

kelaboratorium atau tempat yang jauh dari air laut, hal ini untuk menjaga

kelestarian biota laut. Sehingga alternatif lain yang dilakukan yaitu menggambil

gambar setiap objek yang dijumpai kemudian dibandingkan dengan buku

identifikasi atau literature lain yang membantu. Berikut adalah gambar alat

transek kuadran yang digunakan.

Kelimpahan merupakan jumlah individu persatuan luas, (Brower dan Zar 1997

dalam Izuan 2014) dengan formulasi sebagai berikut:

D =

Keterangan:

D = Kelimpahan Individu (ind/m2)

Ni = Jumlah Individu

A = Luas Petak Pengambilan Contoh (m2)

4. Analisis Hubungan

Hubungan antara kerapatan lamun dan kandungan bahan organik total (TOM)

terhadap kelimpahan Gonggong dapat diketahui dengan menggunakan regresi

linear berganda, dimana untuk mengetahui hasil dari uji tersebut bisa

menggunakan software SPSS. Untuk melihat hubungan antara jenis lamun dengan

kelimpahan siput gonggong digunakan analisis regresi berganda. Dari hasil

tersebut dapat diketahui hubungan antara kerapatan lamun dan kandungan bahan

organik total (TOM) terhadap kelimpahan Gonggong. Persamaan regresi yang

digunakan sebagai berikut:

Y = a + bx1 + bx2 + ei

Page 5: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

5

Keterangan :

Y = kelimpahan siput laut gonggong

X1 = kerapatan lamun

X2 = bahan organik total (TOM)

a = intersept

b = slope

ei = error

HASIL

1. Kerapatan Lamun

Hasil pengukuran kerapatan lamun pada 4 jenis yang dijumpai di perairan

Dompak disajikan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Tingkat kerapatan lamun per jenis di perairan Dompak

Kemudian nilai kerapatan lamun di Dompak juga dihitung pertitik sampling

sebanyak 30 titik sampling. Data hasil perhitungan kerapatan pertitik sampling

dapat disajikan seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Tingkat kerapatan lamun per titik di Dompak

2. Kandungan Bahan Organik (TOM)

Kandungan bahan organik (%) di perairan Dompak yang dilakukan pada titik

pengamatan (Kelam Pagi, Tanjung Siambang, Sekatap, dan Tanjung Duku)

didapatkan hasil seperti pada Gambar 4.

Page 6: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

6

Gambar 4. Kandungan bahan organik TOM di perairan Dompak

3. Kelimpahan Gonggong

Kelimpahan siput gonggong disajikan dengan satuan jumlah individu per

satuan luas pengamatan (m2) kemudian dikonversi ke hektar. Nilai kelimpahannya

berbeda-beda pada setiap lokasi sampling seperti tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Kelimpahan siput gonggong di perairan Dompak

4. Kualitas Air

Parameter perairan yang diukur meliputi faktor fisika (suhu, arus, kecerahan,

dan substrat) sedangkan faktor kimia (salinitas, nitrat, fosfat, pH, dan oksigen

terlarut). Hasil pengukuran parameter perairan Desa Pengudang disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Parameter Kualitas Perairan

Faktor Parameter Satuan Kisaran Hasil rata-

rata

Baku mutu Kep Men LH

No. 51 (2004)

Fisika

1. Suhu oC

27-28 27,36 28-30

2. Arus m/s 0,08-0,13 0,10 -

3. Kecerahan m 100% 100% >5

4. Substrat - - Pasir -

Kimia

1. Salinitas o/oo

26-32 29,65 30-33

2. Nitrat mg/L 0,26-0,41 0,30 0,008

3. Fosfat mg/L 0,15-0,31 0,21 0,015

4. pH - 7,61-8,14 8,05 7-8,5

5. DO mg/L 6,8-7,8 7,03 >5

Page 7: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

7

PEMBAHASAN

Tingkat kerapatan lamun di perairan Dompak dari 30 titik sampling yang

diambil, diperoleh nilai tingkat kerapatan lamun berbeda-beda. Jenis lamun yang

dijumpai tergolong sedikit jika dibandingkan dengan penelitian Arkham et al.

(2015), di perairan Pulau Bintan umumnya ditemukan 10 jenis lamun dari 12 jenis

lamun yang ada di Indonesia. Jenis-jenis lamun yang ditemukan tersebut antara

lain adalah : C. rotundata, C. serrulata, E. accoroides, H. uninervis, H. pinifolia,

H. ovalis, H. spinulosa, T.hemprichii, T. ciliatum, dan S. isoetifolium. Kerapatan

lamun menggambarkan jumlah tegakan lamun yang diperoleh dalam satuan meter

persegi plot pengamatan lamun. Diketahui bahwa lamun yang dijumpai di

perairan Dompak terdiri dari 4 jenis yakni E. acoroides, T. hemprichii, C.

serrulata, dan H. uninervis.

Hasil identifikasi jenis lamun di perairan Dompak, komunitas lamun yang

dijumpai membentuk vegetasi campuran dengan berbagai jenis (4 spesies) yakni

E. accoroides, T. hemprichii, C. serrulata, dan H. uninervis, akan tetapi dominan

pada 2 spesies saja yakni Enhalus accoroides dan T. hemprichii. Menurut Patty

dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

lebih dari satu jenis dan dapat mencapai delapan jenis. Padang lamun vegetasi

campuran terbentuk di daerah intertidal lebih rendah dan subtidal yang dangkal.

Pada substrat berlumpur di daerah mangrove ke arah laut sering dijumpai padang

lamun dari spesies tunggal yang berasosiasi tinggi, diantaranya E. accoroides dan

T. hemprichii. Seperti yang dijumpai pada perairan Dompak, jenis Enhalus

accoroides dan T. hemprichii merupakan jenis dominan dan mencirikan terjadinya

asosiasi terhadap kedua jenis tersebut

Kerapatan lamun untuk jenis T. hemprichii merupakan kerapatan tertinggi

dengan nilai 23,1 tegakan/m2, dan terendah pada jenis lamun H. uninervis dengan

tingkat kerapatan sebesar 2,5 tegakan /m2. Total kerapatan lamun untuk semua

jenis secara keseluruhan yakni 52 tegakan/m2. Data penelitian ini menunjukkan

bahwa jenis yang memiliki kerapatan tertinggi yakni T. hemprichii sedangkan

yang paling kecil nilai kerapatannya yakani H. uninervis.

Diduga jenis T. hemprichii memiliki pertumbuhan yang lebih cepat di perairan

Dompak dengan kondisi substrat yang dominan pasir berlumpur. Menurut Patty

dan Rifai (2013), Enhalus accoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis dan

Syringodium isoetifolium yang tumbuh pada substrat lumpur, pasir dan puing

karang mati/koral. Namun jenis T. hemprichii tumbuh baik pada substrat halus

mencapai 48,14% dibandingkan pada substrat kasar. Untuk itu, jenis lamun T.

hemprichii yang dijumpai dengan nilai kerapatan yang lebih banyak di Dompak

karena kemampuan yag baik terhadap kondisi lingkunganya.

Selain itu, dominan jenis T. hemprichii dipengaruhi oleh kemampuan jenis ini

untuk berkembang pada berbagai tipikal substrat dasar mulai dari substrat halus

hingga kasar. Sesuai dengan pernyataan Leefan et al. (2013), bahwa T.

hemprichii umumnya ditemukan dominan pada daerah rataan terumbu yang sudah

mati dan rataan subtidal dengan substrat pasir dan pecahan karang, substrat

campuran lumpur dan pasir serta lumpur lunak. Jenis T. hemprichii memiliki

kemampuan adaptasi terhadap berbagai tipikal substrat. Lebih lanjut Supriati

(2009), menyebutkan bahwa spesies T. hemprichii tumbuh baik pada tipikal

substrat pasir hingga pecahan karang.

Page 8: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

8

Kerapatan jenis T. hemprichii juga dipengaruhi oleh struktur akar dan

rhizomanya yang erat menempel dan terbenam pada substrat. Sehingga kokoh

meskipun diterpa oleh harus dan gelombang. Sesuai dengan pernyataan Supriati

(2009), bahwa T. hemprichii memiliki rhizoma yang kokoh, terdapat garis-garis

yang mencolok diantara dua tunas tegak yang berturutan. Buku-buku (nodus-

nodus) diantara dua tunas tegak yang berturutan, memiliki sisik yang dapat dilihat

dengan jelas. Dari permukaan bawah rhizoma, keluar akar- akar yang

mengeratkan pada susbtrat sehingga jenis lamun ini mampu menahan terpaan arus

gelombang.

Kerapatan lamun di Dompak pada setiap titik sampling dengan kisaran

kerapatan antara 9-91 individu/m2. Rata-rata kerapatan lamun dari seluruh titik

diketahui sebesar 27 individu/m2. Gosari dan Haris (2012), menyatakan bahwa

kerapatan lamun memiliki kelas nilai yang berbeda-beda. Kerapatan lamun dibagi

atas 5 skala yakni kerapatan <25 ind/m2 tergolong sangat jarang, kerapatan 25-75

ind/m2 tergolong jarang, kerapatan >75-125 ind/m

2 tergolong agak rapat,

kerapatan >125-175 ind/m2 tergolong rapat, dan kerapatan <175 ind/m

2 tergolong

sangat rapat. Jika melihat dari nilai kerapatan lamun di perairan Dompak, maka

termasuk kerapatan yang jarang. Jarangnya kerapatan lamun dipengaruhi oleh

faktor manusia, salah satunya yakni berlimpahnya sampah-sampah plastik dan

kain, serta botol bekas.

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa banyak sampah-sampah plastik dan

sampah-sampah kain yang dibuang ke laut sehingga menempel pada permukaan

substrat dan lamun. Kondisi paling buruk terjadi pada titik stasiun di perairan

Kelam Pagi yang jumlah sampahnya paling banyak (Lampiran 7). Diketahui

bahwa pada titik di perairan Kelam Pagi berdekatan dengan permukiman warga

serta kompleks perkantoran provinsi. Selain itu, bekas penambangan bauksit di

wilayah perairan Dompak juga masih memengaruhi ekosistem disekitarnya. Dari

hasil pengamatan, limbah bekas tambang bauksit (lumpur bauksit) masih

ditemukan dipermukaan substrat yang ditumbuhi lamun, sehingga daun lamun

tertutupi substrat bauksit. Kondisi ini terjadi pada titik stasiun di sekitaran Sekatap

dan Tanjung Siambang. Sedangkan pada titik stasiun di sekitar Kampung Duku

yang berdekatan dengan pelabuhan Ferry Terminal Internasional dan jembatan

penghubung Dompak-Tanjungpinang secara visual terjadi sedimentasi dengan

lapisan lumpur yang tebal. Kondisi-kondisi tersebut, diduga dapat mengakibatkan

rendahnya kerapatan lamun.

Berdasarkan hasil penelitian Mandasari (2014), diketahui bahwa tertutupinya

lamun oleh sampah dapat menyebabkan penetrasi sinar matahari sulit mencapai

permukaan daun lamun, sehingga lamun sulit berfotosintesis dan mengakibatkan

perubahan warna daun, morofomertik daun lamun, dan kematian pada lamun.

terhambatnya fotosintesis pada lamun juga dipengaruhi oleh adanya sedimentasi

ke perairan yang ditumbuhi oleh lamun. Partikel sedimen yang halus akan

menempel pada daun lamun dan akan membentuk lumut sehingga juga akan

memengaruhi fotosintesis. Sedimentasi pada lamun disebabkan oleh masukan

partikel secara berlebihan ke perairan.

Kandungan bahah organik di perairan Dompak berkisar 3,43-30,09% dengan

rata-rata bahan organik mencapai 13,29%. Kandungan bahan organik di perairan

Dompak termasuk rendah. Kandungan bahan organik sangat penting bagi

kehidupan organisme siput gonggong sebagai makanan. Menurut Nasution

Page 9: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

9

(2011), siput laut biasanya makan dengan cara mengerik permukaan substrat yang

ditempeli atau ditumbuhi oleh flora dan fauna renik (grazer), sangat

memungkinkan bagi siput untuk mengkonsumsi bahan organik. Bahan organik

berasal dari aktivitas manusia yang ada sekitar perairan dan adanya organisme

yang mati.

Menurut Amin et al. (2012), aktivitas manusia bisa menjadi penyebab utama

terjadinya pencemaran pada perairan yang akan menghasilkan material organik

dan anorganik yang dapat memengaruhi tingkat kesuburan perairan yang

menyebabkan terganggunya keseimbangan organisme yang ada. Penambahan

bahan organik maupun anorganik berupa limbah ke dalam perairan akan

memengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut. Rendahnya kandungan

bahan organik dapat disebabkan oleh jenis substrat yang agak kasar dengan

dominan bertipe pasir berlumpur. Meskipun terdapat jenis fraksi lumpur, namun

persentase butir lebih dominan pasir. Umumnya kandungan bahan organik lebih

tinggi pada substrat dengan tipikal halus. Seperti penelitian Nariratih et al. (2013),

ada 3 jenis substrat yang umum dijumpai di indonesia yakni jenis Entisol

bertekstur kasar, Inceptisol bertekstur agak kasar dan Ultisol merupakan tanah

yang mengalami perkembangan sudah lanjut, bertekstur halus. Dari hasil

penelitiannya, jenis tekstur entisol dengan rata-rata 1,05%, tekstur inceptisol

dengan rata-rata 0,97%, sedangkan pada jenis tekstur inceptisol sebesar 1,18%.

Kandungan bahan organik total (TOM) pada perairan nilainya berbeda-beda

berdasarkan jenis fraksi dan asupan bahan organik dari darat. Dari hasil penelitian

Manengkey (2010), diketahui bahwa kandungan bahan organik di perairan

berkisar antara 9,14-20,7% tergantung pada jenis fraksinya. Fraksi yang lebih

halus menyumbang persentase bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan

fraksi sedimen kasar. Berdasarkan data di lapangan, bahwa kandungan bahan

organik tertinggi pada titik 28 di lokasi Tanjung Duku yang bertipikal substrat

halus lumpur dan lumpur berpasir.

Lebih lanjut menurut Putri et al. (2016), terkait dengan hubungan tekstur

sedimen dengan kandungan bahan organik yang memperoleh hasil bahwa fraksi

pasir memiliki nilai kandungan bahan organik yang lebih rendah dan berhubungan

negatif. Sedangkan fraksi lumpur dan liat memiliki keterkaitan positif terhadap

kandungan bahan organik di perairan dan lebih tinggi persentasenya dibandingkan

pada substrat pasir. Dari penelitian Putri et al. (2016), tersebut dapat disimpulkan

bahwa adanya pengaruh positif nyata antara tekstur sedimen dalam berbagai fraksi

dengan kandungan bahan organik dalam substrat. Kondisi tersebut menyatakan

bahwa jenis substrat/sedimen cukup signifikan memengaruhi kandungan bahan

organik.

Bahan organik menjadi parameter penting untuk kehidupan organisme siput

gonggong. Menurut Riniatsih (2015), bahan organik merupakan sumber nutrien

yang penting, yang sangat dibutuhkan oleh organisme laut. Melalui proses

dekomposisi oleh organisme pengurai, bahan organik di perairan akan dirombak

untuk menjadi bahan anorganik sebagai nutrien penting di perairan. Selanjutnya

nutrien tersebut akan dipergunakan dalam proses produksi oleh produsen perairan

dan sangat menentukan produktivitas primer di perairan tersebut. Dengan

demikian, dapat dipastikan bahwa keberadaan organisme bentos salah satunya

siput gonggong sangat bergantung pada kandungan bahan organik yang

terkandung pada substrat.

Page 10: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

10

Kelimpahan rata-rata siput gonggong S. epidromis di perairan Dompak sebesar

9333 ind/ha. Jika dibandingkan dengan penelitian Marwoto et al. (1993), hasil

pengamatan menunjukkan bahwa kelimpahan keong gonggong di stasiun Dompak

rata-rata sebesar 6000 ind/ha, maka kelimpahan keong gonggong di Dompak

dapat dikatakan relatif rendah. Dengan demikian nilai kelimpahan siput gonggong

di dompak tergolong tinggi. Akan tetapi, jika dilihat dari penelitian Hasniar et al.

(2013) bahwa nilai kelimpahan siput Strombus sp., dapat mencapai 18.500 ind/ha.

Dibandingkan dengan penelitian tersebut, kelimpahan siput gonggong di perairan

Dompak tergolong rendah. Namun penelitian Rosady et al. (2016), bahwa

kelimpahan siput gonggong (S. turturella) yakni antara 400-500 ind/ha.

Kelimpahan tersebut tergolong rendah jika dibandingkan dengan nilai kelimpahan

yang diperoleh dari hasil kelimpahan siput gonggong di perairan Dompak.

Kelimpahan yang rendah, diduga karena penelitian dilakukan pada bulan

November- Januari, bukan musim tangkapan optimal. Berdasarkan penelitian

Waris (2014), bahwa produksi siput gonggong berkisar 500 - 600

ekor/nelayan/hari, bahkan pada saat musim puncak pada bulan Mei sampai

Oktober produksinya bisa mencapai 3000 - 4000 ekor/nelayan/hari. Dengan

demikian, bahwa kelimpahan siput gonggong optimum pada bulan Mei-Oktober.

Hasil pengukuran suhu di perairan Dompak berkisar 27,4-29,8oC dengan

ratarata suhu 29,29 o

C. Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 51 Tahun 2004, yang menganjurkan suhu perairan bagi organisme

akuatik yakni 28-30 o

C. Hasil pengukuran suhu di perairan Dompak masih sangat

cocok bagi kehidupan siput gonggong dengan kondisi suhu yang sesuai. Menurut

Hasniar et al. (2013), bahwa temperatur normal kehidupan organisme di air laut

adalah sekitar 26-32°C, tetapi jenis avertebrata dapat mentolerir suhu yang lebih

tinggi. Hal ini disebabkan bentuk morfologi dari gastropoda umumnya memiliki

cangkang, sehingga dapat bertahan sampai pada suhu tertentu yang cukup tinggi.

Karakteristik substrat perairan Dompak yakni beragam mulai dari pasir halus

hingga substrat lumpur. Akan tetapi jika dianalisis dengan segitiga shepard

substrat, karakteristik substratnya yakni pasir berlumpur. Menurut Marwoto et al.

(1993), bahwa keong gonggong lebih menyukai tipe habitat lumpur berpasir

karena lumpur ini berguna untuk membenamkan diri atau berlindung dari

perubahan fisik lingkungan, seperti gelombang dan kondisi lain yang

mengharuskan dia bersembunyi. Dengan demikian, kondisi substrat di perairan

Dompak masih baik bagi kehidupan siput gonggong. Penelitian Rosady et al.

(2016), terkait dengan kelimpahan siput gonggong, menyatakan bahwa

kelimpahan siput gonggong lebih tinggi terjadi pada kawasan dengan persentase

lumpur lebih tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan siput gonggong lebih

menyukai sedimen yang berukuran halus atau pasir berlumpur (dominan lumpur).

Berdasarkan hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan Dompak berkisar

antara 6,2-8,7 mg/L dengan rata-rata oksigen terlarut yakni 8,01 mg/L. Mengacu

pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004, bahwa

oksigen terlarut yang baik bagi kehidupan organisme akuatik yakni >5 mg/L.

Dengan demikian, hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan Dompak masih

sangat baik bagi kehidupan lamun dan siput gonggong. Kandungan bahan organik

pada dasar substrat akan memengaruhi oksigen terlarut, karena pada proses

penguraian oleh bakteri akan berlangsung secara aerob yang membutuhkan

oksigen. Seperti yang dikemukakan oleh Mushthofa et al. (2014), bahwa bahan

Page 11: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

11

organik di dalam perairan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di

dalam perairan karena akan digunakan untuk penguraian bahan organik.

Pengukuran salinitas di perairan Dompak berkisar 30-32o/oo dengan rata-rata

salinitas 30,9 o

/oo. Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan

Hidup Nomor 51 tahun 2004, yang menganjurkan salinitas bagi organisme akuatik

yakni 28-30 o/oo. Hasil pengukuran di lapangan diketahui lebih tinggi

dibandingkan dengan kisaran baku mutu yang ditentukan, akan tetapi tidak terlalu

signifikan dan masih dapat ditoleransi oleh siput gonggong. Hal ini didukung oleh

pernyataan Rosady et al. (2016), bahwa siput gonggong mampu hidup dengan

kadar salinitas mencapai 31,66 o/oo. Dengan demikian menjelaskan bahwa siput

gonggong di perairan Dompak masih dapat beradaptasi meskipun kandungan

salinitasnya lebih tinggi.

Hasil pengukuran derajat keasaman di perairan Dompak berkisar 7,57-7,87

dengan rata-rata salinitas 7,72. Jika dibandingkan dengan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004, yang menganjurkan keasaman perairan

bagi organisme akuatik yakni antara 7-8,5. Hasil pengukuran derajat keasaman di

perairan Dompak masih sangat cocok bagi kehidupan siput gonggong dengan

kondisi derajat keasaman yang netral. Kondisi pH masih baik bagi kehidupan

siput gonggong di perairan Dompak.

Setelah dilakukan analisis dengan software SPSS diketahui hubungan tingkat

kerapatan lamun dan kandungan bahan organik (TOM) dengan kelimpahan siput

gonggong. Hubungan antara kerapatan lamun dan bahan organik total terhadap

kelimpahan siput gonggong dianalisis dengan model persamaan sebagai berikut:

Nilai koefisien korelasi r antara yaitu 0,47, artinya hubungan antara kerapatan

lamun dan bahan organik total terhadap kelimpahan siput gonggong adalah adalah

positif sedang. Jika dibandingkan dengan penelitian Amin et al. (2012), bahwa

Tingginya kandungan bahan organik sangat mendukung kelimpahan organisme

makrozoobenthos, termasuk siput gonggong. Hasil analisis regresi berganda

antara kandungan bahan organik sedimen dengan kelimpahan makrozoobenthos

diperoleh hubungan yang positif. Selanjutnya penelitian Putri et al. (2016),

menyatakan bahwa banyak sedikitnya kandungan bahan organik dalam substrat

akan sangat memengaruhi penyebaran dan jumlah kelimpahan makrobenthos di

dalamnya. Menurut hasil penelitiannya diperoleh hubungan positif sedang antara

kandungan bahan organik sedimen dengan kelimpahan gonggong. Data-data

penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kandungan bahan

organik pada sedimen dengan kelimpahan siput gonggong, demikian juga yang

terjadi di perairan Dompak.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, tersusun arahan

pengelolaan siput gonggong serta ekosistem lamun di perairan Dompak sebagai

berikut:

1. Kelimpahan Siput Gonggong

Kelimpahan siput gonggong semakin mengkhawatirkan dan kelimpahannya

semakin rendah (9333 ind/ha). Memberikan pemahaman kepada masyarakat

Y= 0,140 – 0,009 X1 + 0,078 X2 + ei

Page 12: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

12

yang menangkap siput gonggong agar tidak berlebihan sehingga

mengakibatkan penurunan populasi.

2. Kerapatan Lamun

Kerapatan lamun di perairan Dompak juga telah mengalami penurunan

kerapatan, tidak lain imbasnya ialah adanya pengaruh oleh aktivitas sekitar

perairan Dompak meliputi aktivitas penangkapan ikan, permukiman,

perkantoran, serta bekas tambang bauksit. Untuk itu, perlu dilakukan langkah

rehabilitasi lamun berupa transplantasi pada kawasan-kawasan dengan

kerapatan rendah. Transpantasi akan menambah tegakan-tegakan lamun baru

sehingga dapat berfungsi sebagai habitat bagi biota.

3. Bahan Organik

Kandungan bahan organik pada substrat masih tergolong rendah, karena jenis

substrat yang dominan pasir dibandingkan dengan lumpur. Transplantasi

lamun dapat memperkaya kerapatan jenis sehingga bahan organik akan

meningkat oleh adanya produktivitas lamun yang di transplantasi.

4. Hubungan antara Kerapatan Lamun dan Bahan Organik Total (TOM) dengan

Kelimpahan Siput Gonggong

Berdasarkan hasil analisis hubungan Kerapatan Lamun dan Bahan Organik

Total (TOM) dengan Kelimpahan Siput Gonggong yang tergolong sedang.

Dengan demikian, untuk menjaga keberlangsungan populasi siput gonggong

di perairan Dompak diperlukan untuk menjaga kondisi padang lamun serta

kandungan bahan organik pada sedimen.

5. Kualitas Air

Kualitas air secara keseluruhan masih tergolong sesuai, baik parameter fisika

dan kimia. Untuk itu, diharapkan bagi seluruh masyarakat sekitar perairan

Dompak untuk dapat menjaga kualitas perairan Dompak dengan tidak

membuang sampah ke perairan laut.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini diantaranya yakni :

1. Rata-rata kerapatan lamun perairan Pulau Dompak sebesar 27 individu/m2. Jika

melihat dari nilai kerapatan lamun di perairan Dompak, maka termasuk

kerapatan yang jarang.

2. Kandungan bahah organik rata-rata bahan organik mencapai 13,29% tergolong

rendah.

3. Kelimpahan siput gonggong S. epidromis rata-rata di perairan Dompak sebesar

9333 ind/ha. Kelimpahan yang rendah, diduga penelitian dilakukan pada bulan

November- Januari, bukan musim tangkapan optimal.

4. Korelasi antara kerapatan lamun dan kandungan bahan organik (TOM)

terhadap kelimpahan gonggong adalah ”positif sedang” dengan nilai koefisien

korelasi r sebesar 0,47.

DAFTAR PUSTAKA

Amin. B, Nurrachmi. I, Dan Marwan., 2012. Kandungan Bahan Organik Sedimen

Dan Kelimpahan Makrozoobenthos Sebagai Indikator Pencemaran Perairan

Pantai Tanjung Uban Kepulauan Riau. Lembaga Penelitian Universitas

Page 13: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

13

Riau, Pekanbaru. Hal 1-9.

Dody, S. 2011. Pola Sebaran Kondisi Habitat dan Pemanfaatan Siput Gonggong

(Strombus turturella) di Kepaulauan Bangka Belitung. Oseanologi dan

Limnologi Indonesia 37 (2): 339-353.

Hasniar, Litaay. M, dan Priosambodo. D., 2013. Biodiversitas Gastropoda Di

Padang Lamun Perairan Mara’bombang Kabupaten Pinrang Sulawesi

Selatan. Torani 23 (3): 127-136.

Izuan, M, 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput Gonggong

(Strombus epidromis) di Pulau Dompak. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja

Ali Haji, Tanjungpinang.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004. Tentang Baku

Mutu Air Laut. Hal 1489-1498.

Leefan. P. t, Setiadi. D, dan Djokosetyanto. D., 2013. Struktur Komunitas

Lamun di Perairan Pesisir Manokwari. Maspari 5 (2): 69-

Mandasari. M., 2014. Hubungan Kondisi Padang Lamun Dengan Sampah Laut

Di Pulau Barranglompo. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin.

Manengkey. H. W. K., 2010. Kandungan Bahan Organik Pada Sedimen Di

Perairan Teluk Buyat Dan Sekitarnya. Perikanan dan Kelautan Tropis 6 (3):

114-119.

Marwoto. R. M, Andiarto. H, dan Widodo. R., 1993. Komunitas Keong

Canarium Linne, 1758 dan Asosiasinya Dengan Moluska Lin di Perairan

Pulau Bintan, Riau. Ilmu-Ilmu Perikanan Indonesia 1 (2): 44-55.

Mushthofa. A, Muskananfola. M. R, dan Rudiyanti. S., 2014. Analisis Struktur

Komunitas MakrozoobenthosSebagai Bioindikator Kualitas Perairan

Sungai Wedung Kabupaten Demak. Maquares 3 (1): 81-88.

Nasution. S., 2011. Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu)

pada Sedimen dan Siput Strombus Canarium Pantai Pulau Bintan. Natur

Indonesia 13 (3): 262-268.

Patty. S. I, dan Rifai. H., 2013. Struktur Komunitas Padang LamunDi

Perairan Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax 1 (4): 177-

186.

Putra, I. P., 2014. Kajian Kerapatan Lamun Terhadap Kepadatan Siput

Gonggong (Strombus Canarium) Di Perairan Pulau Penyengat Kepulauan

Riau. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.

Putri. M. S. P, Suryanti, dan Widyorini, N., 2016. The Relation of Sediment

Texture to Organic Matter and Macrozoobenthos Abundance in the

Estuarine of Banjir Kanal Timur River. Saintek Perikanan 12 (1): 75-80.

Riniatsih. I., 2015. Distribusi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) di Padang

Lamun di Perairan Teluk Awur dan Pantai Prawean Jepara. Jurnal Kelautan

Tropis 18 (3): 121-126.

Rosady. V. P, Astuti. S, dan Prihadi. D. J., 2016. The Abundance and Habitat

Conditions of Gonggong Snails (Strombus turturella) on the Coast of Bintan

Regency, Riau Islands. Jurnal Perikanan Kelautan 7 (2): 35-44.

Setyono. D. E. D., 2006. Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan Laut.

Page 14: Hubungan Kerapatan Lamun dan Kandungan Bahan Organik …repository.umrah.ac.id/639/1/ARTIKEL.pdf · dan Rifai (2013), tipe padang lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri

14

Oseana 31 (1): 1-7.

Supriati. R., 2009. Sea Grasses Diversity And Distribution In Intertidal Area Of

Teluk Sepang Selebar Region The City Of Bengkulu. Konservasi Hayati 5

(1): 74-80.

Waris. R. W., 2014. Kajian Stok Siput Gonggong (Strombus canarium) di

Perairan Madong. [Skripsi]. Universitas Maritim Raja Ali Haji,

Tanjungpinang.