upaya konservasi ekosistem padang lamun di pesisir lempuyang

15
1 ANALISIS UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG TAMAN NASIONAL BALURAN, KABUPATEN SITUBONDO, JAWA TIMUR Artikel Skripsi (Forsep Maliki 1 , Dr. Ir. Endang Yuli H, MS 2 , Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS 3 ) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya ABSTRAK Telah diteliti upaya dan tingkat upaya dalam konservasi ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang Taman Nasional Baluran, pada bulan November 2008 dengan metode survei. Kerusakan padang lamun dikategorikan dalam 3 tingkat. Kerusakan tertinggi (89%) ditemukan di stasiun 2 yaitu daerah pemukiman. Tingkat kerusakan lebih rendah (80%) ditemukan di stasiun 1 yaitu daerah mangrove dekat pemukiman. Ekosistem padang lamun dengan kerusakan terendah (20,5%) ditemukan pada stasiun 3 yaitu daerah yang jauh dari pemukiman. Persepsi masyarakat sekitar terhadap ekosistem padang lamun tergolong rendah (<50%). Pengelola Taman Nasional Baluran telah mengupayakan konservasi terdiri dari upaya pemanfaatan, yaitu dengan cara memanfaatkan ekosistem padang lamun sebagai daerah ekowisata dan upaya pengawetan, yaitu melakukan pengamanan kawasan laut agar ekosistem tersebut terhindar dari aktivitas perusakan. Diperlukan adanya pelibatan dan pemberdayaan masyarakat sehingga upaya konservasi ekosistem padang lamun menjadi optimal. Kata kunci : Konservasi, padang lamun. ANALISYS CONSERVATION EFFORT TO THE SEAGRASS MEADOW AT LEMPUYANG COAST IN BALURAN NATIONAL PARK, SITUBONDO, EAST JAVA ABSTRACT The conservation level effort to the seagrass meadow at Lempuyang coast in the Baluran National Park Situbondo was surveied on November 2008. The seagrass ecosystem can divide by 3 levels of degradation. The high degradation (89%) found in stasiun 2 that closed to village. The lower degradation (80%) found in stasiun 1 that closed to village and mangrove area. The lowest degradation (20,5%) found in station 3 which far from village. The villagers who lived around Lempuyang coast have low in perception (<50%) to seagrass meadow. However, the manager of Baluran National Park and the villagers use the seagrass meadow and its ecosystem for ecotourism, and also keep it for conservation. Key words : Conservation, seagrass meadow. 1 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan 2 Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan 3 Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Upload: forsep-maliki

Post on 01-Jul-2015

1.877 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

1ANALISIS UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG TAMAN NASIONAL BALURAN, KABUPATEN SITUBONDO, JAWA TIMURArtikel Skripsi( Forsep Maliki1 , Dr. Ir. Endang Yuli H, MS2 , Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS3 ) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas BrawijayaABSTRAKTelah diteliti upaya dan tingkat upaya dalam konservasi ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang Taman Nasional Baluran, pada bulan November 2008 dengan metode survei. Kerusakan padang lamun dikategor

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

1

ANALISIS UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG TAMAN NASIONAL BALURAN, KABUPATEN SITUBONDO,

JAWA TIMUR

Artikel Skripsi

(Forsep Maliki1, Dr. Ir. Endang Yuli H, MS2, Prof. Dr. Ir. Diana Arfiati, MS3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Telah diteliti upaya dan tingkat upaya dalam konservasi ekosistem padang lamun di pesisir

Lempuyang Taman Nasional Baluran, pada bulan November 2008 dengan metode survei. Kerusakan padang lamun dikategorikan dalam 3 tingkat. Kerusakan tertinggi (89%) ditemukan di stasiun 2 yaitu daerah pemukiman. Tingkat kerusakan lebih rendah (80%) ditemukan di stasiun 1 yaitu daerah mangrove dekat pemukiman. Ekosistem padang lamun dengan kerusakan terendah (20,5%) ditemukan pada stasiun 3 yaitu daerah yang jauh dari pemukiman. Persepsi masyarakat sekitar terhadap ekosistem padang lamun tergolong rendah (<50%). Pengelola Taman Nasional Baluran telah mengupayakan konservasi terdiri dari upaya pemanfaatan, yaitu dengan cara memanfaatkan ekosistem padang lamun sebagai daerah ekowisata dan upaya pengawetan, yaitu melakukan pengamanan kawasan laut agar ekosistem tersebut terhindar dari aktivitas perusakan. Diperlukan adanya pelibatan dan pemberdayaan masyarakat sehingga upaya konservasi ekosistem padang lamun menjadi optimal. Kata kunci : Konservasi, padang lamun.

ANALISYS CONSERVATION EFFORT TO THE SEAGRASS MEADOW AT LEMPUYANG COAST IN BALURAN NATIONAL PARK,

SITUBONDO, EAST JAVA

ABSTRACT The conservation level effort to the seagrass meadow at Lempuyang coast in the Baluran

National Park Situbondo was surveied on November 2008. The seagrass ecosystem can divide by 3 levels of degradation. The high degradation (89%) found in stasiun 2 that closed to village. The lower degradation (80%) found in stasiun 1 that closed to village and mangrove area. The lowest degradation (20,5%) found in station 3 which far from village. The villagers who lived around Lempuyang coast have low in perception (<50%) to seagrass meadow. However, the manager of Baluran National Park and the villagers use the seagrass meadow and its ecosystem for ecotourism, and also keep it for conservation. Key words : Conservation, seagrass meadow.

1 Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan 2 Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan 3 Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Page 2: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

2

PENDAHULUAN

Seiring dengan kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk menghasilkan industri-

industri besar dan limbah yang berdampak pada kerusakan serius terhadap ekosistem padang

lamun. Sebagai contoh kasus yaitu menghilangnya padang lamun jenis Zostera marina, dari

sebagian besar habitatnya akibat kegiatan industri besar-besaran di daerah pesisir Atlantik

Amerika Utara pada tahun 1930-an yang menyebabkan terjadinya perubahan substrat dasar

pada garis pantai, hilangnya habitat pesisir sehingga terjadi penurunan produksi perikanan

(Rasmussen dalam Murdiyanto, 2004).

Belajar dari peristiwa tersebut dan untuk menjaga kelangsungan hidup ekosistem

padang lamun khususnya di Indonesia, maka yang dapat dilakukan adalah dengan

mengupayakan konservasi terhadap ekosistem padang lamun. Menurut Zulkifli (2003), upaya

konservasi terhadap ekosistem padang lamun sebenarnya tidak terlepas dari arahan kebijakan

pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu. Strategi pengelolaan ekosistem padang

lamun dapat diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu aspek biofisik, aspek sosial-ekonomi dan

budaya, serta aspek kelembagaan-hukum.

Padang lamun di wilayah pesisir Indonesia salah satunya terdapat di kawasan

konservasi Lempuyang Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Hasil penelitian Patria (2009)

menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran limbah organik dan logam berat dalam

ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang.

Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat upaya

konservasi ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang. Permasalahan dirumuskan sebagai

berikut:

Permasalahan apa yang terjadi dalam ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang ?

Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut ?

Bagaimana upaya tersebut dilaksanakan ?

Apakah tujuan upaya yang dilakukan tercapai ?

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mengetahui upaya dan tingkat upaya

konservasi ekosistem padang lamun oleh pengelola ditinjau dari kondisi biofisik padang

lamun di pesisir Lempuyang.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna sebagai umpan

balik dalam perencanaan upaya konservasi ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang

secara terpadu dan berkelanjutan.

Penelitian dilaksanakan di pesisir Lempuyang, resort pengelolaan wilayah Labuhan

Merak, kawasan Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur mulai tanggal

14 sampai 24 November 2008.

Page 3: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

3

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Padang Lamun

Ekosistem padang lamun merupakan bentuk komunitas di pesisir yang di dalamnya

terdapat dinamika fauna yang sangat mendukung usaha budidaya maupun pengelolaan

sumberdaya hayati. Ekosistem padang lamun berfungsi penting sebagai makanan (dalam

bentuk seresah), daerah asuhan dan perlindungan bagi kehidupan berbagai jenis biota perairan

(Dahuri et al., 2003).

Ekosistem padang lamun dan ekosistem terumbu karang seringkali hidup

berdampingan. Berdasarkan Hutomo (1999), diketahui terdapat hubungan fungsional antara

padang lamun dengan terumbu karang dimana akar dan rhizoma lamun menstabilkan

permukaan sedimen dan menghalangi penimbunan sedimen terhadap terumbu karang saat

terjadi arus dan ombak yang kuat. Banyak spesies ikan terumbu karang pada saat mudanya

memiliki habitat di padang lamun. Kerusakan dan hilangnya padang lamun dapat berakibat

pada penurunan produktivitas terumbu karang. Menurut Tomascik et al (1997), komunitas

lamun dan mangrove sangat bergantung pada keberadaan struktur kokoh dari bangunan kapur

terumbu karang sebagai penghalang aksi hidrodinamis lautan, yaitu arus dan gelombang.

Konservasi Ekosistem Padang Lamun

Dalam pembuatan kebijakan konservasi ekosistem padang lamun tidak terlepas dari

arahan kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu yaitu diarahkan pada

3 aspek utama, yaitu : aspek biofisik, aspek sosial dan ekonomi serta aspek hukum dan

kelembagaan. Aspek sosial, ekonomi dan budaya merupakan komponen penunjang yang

sangat penting dan dapat memberikan nilai penting dari komponen biofisik. Aktivitas sosial,

ekonomi dan budaya dapat memberikan pengaruh negatif atau positif terhadap sumberdaya

ekosistem pesisir (Zulkifli, 2003).

Kajian keanekaragaman hayati menurut Iskandar (2000) menyangkut 3 tingkat yaitu :

Keanekaragaman genetik yang merupakan faktor keturunan dalam kromosomterdapat

dalam inti sel suatu organisme.

Keanekaragaman jenis yang merupakan suatu kelompok organisme yang secara genetik

sama dan mampu berkembang baik untuk menghasilkan keturunan.

Keanekaragaman ekosistem yang merupakan suatu lingkungan dengan kekhasan ciri-

ciri dan karakteristik dimana terdapat proses ekologis berbagai jenis hayati.

Konservasi dibagi atas 2 golongan yaitu konservasi di habitat aslinya (insitu) dan di luar

habitat asli (exsitu). Konservasi insitu dimaksudkan untuk konservasi keanekaragaman

genetik dan jenis di daerah yang dilindungi termasuk diantaranya Taman Nasional.

Page 4: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

4

Sedangkan konservasi exsitu adalah konservasi keanekaragaman jenis dan genetik yang

dilakukan di kebun raya dan arboretum.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berarti turut aktif dalam suatu proses kegiatan bagi siapapun yang terlibat

dan berkepentingan atau berkaitan dengan proses yang bersangkutan. Tujuan partisipasi

adalah mengikut sertakan masyarakat secara aktif dalam proses pengelolaan sumber daya

perikanan. Menurut Murdiyanto (2004) partisipasi adalah :

1. Upaya pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

konservasi sumberdaya perikanan.

2. Upaya mempercepat tercapainya keberhasilan proses pengelolaan sumberdaya

perikanan.

Aspek positif dalam pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam

menurut Carter dalam Zulkifli (2003), yaitu : mampu mendorong timbulnya pemerataan

dalam pemanfaatan sumberdaya alam, mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat

lokal yang spesifik, mampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis, responsif dan

adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan lokal, mampu meningkatkan

manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat, mampu menumbuhkan stabilitas dan

komitmen, dan masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.

METODE PENELITIAN

Materi Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian, terlebih dahulu diteliti permasalahan dalam aspek

biofisik padang lamun meliputi status kondisi padang lamun dan kualitas perairan di

ekosistem tersebut serta bagaimana persepsi masyarakat sekitar terhadap padang lamun.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan evaluasi formatif dengan metode survei deskriptif, yaitu

mengadakan kegiatan pengumpulan, analisis dan interpretasi data untuk mendeskripsikan

keadaan yang terjadi pada saat penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

observasi langsung ke lapang.

Teknik Pengumpulan Data

A. Wawancara dengan responden

Penentuan responden menggunakan teknik purposive sampling, yaitu menentukan

sampel (responden) dengan maksud atau tujuan tertentu berdasarkan informasi yang

Page 5: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

5

diperlukan oleh peneliti (Mustafa, 2000). Responden yang dipilih untuk wawancara disajikan

pada tabel 1. Tabel 1. Responden untuk Wawancara.

No Daftar Responden

1. Pengguna

Masyarakat Pesisir Lempuyang :

1. Ketua RT pesisir Lempuyang (Pak Kusnadi)

2. Kepala Keluarga pesisir Lempuyang (20 KK)

2. Pengelola

Balai Taman Nasional Baluran :

1. Pengendali Ekosistem Hutan (Arif Pratiwi)

2. Kepala resort PTNW Labuhan Merak (Pak Siswanto)

3. Polisi Hutan resort PTNW Labuhan Merak (Pak Untung Sumarno)

Hasil wawancara dengan pengguna (masyarakat) diperoleh profil dan karakteristik

sosial ekonomi serta persepsi masyarakat dalam variabel mengetahui dan memahami

ekosistem padang lamun. Sedangkan wawancara dengan pengelola Taman Nasional Baluran

diperoleh kondisi umum pesisir Lempuyang dan upaya-upaya konservasi ekosistem pesisir

Lempuyang (lampiran).

B. Kondisi ekosistem padang lamun

Pengamatan kondisi padang lamun berdasarkan KepMen LH No. 200 Th. 2004.

Sedangkan kualitas air di pesisir Lempuyang diperoleh dari data sekunder kemudian

dibandingkan dengan Baku Mutu Air Laut bagi Biota Laut (KepMen LH No. 51 Th. 2004).

Pengamatan kondisi padang lamun menggunakan metode garis transek dan petak

contoh pada 3 stasiun. Lokasi stasiun yang ditentukan harus mewakili wilayah kajian. Kondisi

padang lamun ditentukan berdasarkan tabel 3.

Tabel 3. Kondisi Padang Lamun

Kondisi Penutupan (%)

Baik Kaya/Sehat ≥ 60

Rusak Kurangkaya/Kurang Sehat 30 – 59,9

Miskin ≤ 29,9

Sumber : Pedoman Penentuan Status Padang Lamun Nomor 200 tahun 2004

Page 6: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

6

Analisis dan Pengolahan Data

Data yang terkumpul sebagai dasar dalam analisis upaya konservasi ekosistem padang

lamun oleh pengelola Taman Nasional Baluran. Untuk mengetahui tingkat upaya konservasi,

maka dilakukan analisis berdasarkan petunjuk Sudaryanti dalam Rahayu (2008) pada tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Tingkat Upaya Konservasi

No. Kriteria Tingkat Upaya

1. Tidak baik 0-25%

2. Kurang baik 26-50%

3. Baik 51-75%

4. Baik Sekali 76-100%

Sumber : Laporan Skripsi. Rahayu (2008)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Pesisir Lempuyang berada dibawah pengelolaan Taman Nasional Baluran yaitu resort Pengelolaan Wilayah Labuhan Merak, Seksi Karangtekok. Batas wilayah sebelah Utara

berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman penduduk

resort Labuhan Merak, sebelah Timur dan Selatan berbatasan dengan pemukiman penduduk

Simacan resort Balanan.

Jumlah penduduk Lempuyang yaitu 41 jiwa. Penduduk rata-rata berusia produktif

(85.39%) dan tidak tamat SD (63.41%). Umumnya bekerja sebagai pengembala sapi (32%).

Aktivitas pemanfaatan lahan oleh seluruh penduduk di wilayah darat menghasilkan

pendapatan/bulan yang lebih tinggi (±Rp.19.000.000,-/bulan) daripada di wilayah laut

(±Rp.3.500.000,-/bulan).

Persepsi Masyarakat

A. Keadaan responden

Responden yang dipilih adalah seluruh Kepala Keluarga termasuk Ketua RT di pesisir

Lempuyang (20 KK). Pemilihan responden tersebut berdasarkan penjelasan Pak Siswanto

bahwa peraturan dan kebijakan mengenai upaya konservasi ekosistem pesisir disosialisasikan

kepada seluruh Kepala Keluarga. Berdasarkan analisis wawancara dengan masyarakat,

diperoleh komposisi responden adalah pria (18 jiwa) dan wanita (2 jiwa), Umumnya berusia

produktif (16 jiwa) dengan tingkat pendidikan rata-rata setara SD/tidak tamat (13 jiwa). Mata

pencaharian responden umumnya adalah petani dan pengembala sapi (16 jiwa).

Page 7: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

7

B. Variabel mengetahui Hasil pengamatan mengenai pengetahuan responden terhadap fungsi ekosistem padang

lamun dan komponen konservasinya, diketahui bahwa responden rata-rata menjawab kurang

mengetahui tentang upaya konservasi ekosistem padang lamun, dengan kisaran persentase 30-

75%. Responden dengan jawaban mengetahui hanya pada indikator pertanyaan kedua (5%)

dan ketiga (15%) yaitu pengetahuan mengenai upaya pelestarian dan perlindungan. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.

0

25

50

75

100Pe

rsen

tase

1 2 3 4Indikator

MengetahuiKurang mengetahuiTidak mengetahui

Variabel :

Gambar 1. Persepsi Responden dalam Variabel Mengetahui

C. Variabel memahami

Hasil pengamatan mengenai pemahaman responden terhadap fungsi ekosistem padang

lamun dan komponen konservasinya, diketahui bahwa responden rata-rata menjawab tidak

memahami tentang upaya konservasi ekosistem padang lamun, dengan kisaran persentase 55-

100%. Responden dengan jawaban memahami hanya pada indikator kedua dan ketiga dengan

persentase 10%, yaitu pemahaman terhadap upaya pelestarian dan perlindungan. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.

0

2550

75

100

Pers

enta

se

1 2 3 4Indikator

Memahami

Kurang memahami

Tidak memahami

Variabel :

Gambar 2. Persepsi Responden dalam Variabel Memahami

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat persepsi masyarakat tergolong rendah

dalam variabel mengetahui (5-15%) dan memahami (10%) terhadap fungsi ekosistem padang

lamun dan komponen konservasinya. Berdasarkan Sudaryanti (2008) dalam Rahayu (2008)

Page 8: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

8

bahwa persepsi bisa dikatakan baik apabila jumlah masyarakat yang mengetahui dan paham

lebih dari 50% dan rendah apabila jumlah masyarakat yang mengetahui dan paham kurang

dari 50%.

Kondisi Ekosistem Padang Lamun

A. Deskripsi stasiun pengamatan

Stasiun pengamatan kondisi padang lamun ditentukan sebagai berikut :

Stasiun 1 dekat vegetasi bakau dan dekat dengan pemukiman. Jarak antara lamun dengan

vegetasi bakau ±23 m.

Stasiun 2 merupakan daerah pemukiman penduduk dengan aktivitas di daratan antara lain

peternakan, pertanian, nelayan, jasa perdagangan, rumah tangga, dan wisata.

Stasiun 3 merupakan daerah dekat vegetasi mangrove yang hanya tumbuh di darat.

B. Kondisi padang lamun secara umum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum terdapat kondisi padang lamun

rusak (miskin dan kurang sehat) dan dalam kondisi baik (sehat). Lebih jelasnya dapat dilihat

gambar 3.

0

20

40

60

80

pe

rsen

tase

1 2 3

S ta s iun

m isk ink uran g seha tseha t

Kondisi:

Gambar 3. Kondisi Padang Lamun secara Umum

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada stasiun 1 terdapat padang lamun kondisi sehat

(20%), miskin (60%) dan kurang sehat (20%). Kondisi padang lamun rusak lebih tinggi (80%)

daripada kondisi baik (20%).

Pada stasiun 2, terdapat padang lamun kondisi sehat (10.3%), miskin (34.5%) dan

kurang sehat (55.2%). Kondisi padang lamun rusak lebih tinggi (89.7%) daripada kondisi baik

(10.3%).

Pada stasiun 3 terdapat padang lamun kondisi sehat (79.5%), miskin (2.6%) dan kurang

sehat (17.9%). Kondisi padang lamun baik lebih tinggi (79.5%) daripada kondisi rusak

(20.5%).

Page 9: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

9

Hasil penelitian pada masing-masing stasiun menunjukkan bahwa secara umum padang

lamun pada stasiun 1 dan 2 dalam kondisi rusak. Hal ini diduga dipengaruhi oleh aktivitas

masyarakat di sekitar stasiun tersebut yang menyebabkan terjadinya sedimentasi dan

pencemaran. Berbeda pada stasiun 3, terdapat padang lamun dalam kondisi baik sehingga

ekosistem tersebut mendukung keberadaan biota laut.

C. Kondisi kualitas air

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 Th. 2004 tentang Baku

Mutu Air Laut untuk Biota Laut, maka kualitas air di pesisir Lempuyang berada dalam status

tercemar. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kondisi Kualitas Air

Parameter Kualitas Air

Kisaran Nilai

(mg/l) Kondisi Perairan Lempuyang Baku mutu

Phospat 4.2 - 5.1 0.015 Tercemar

Nitrat 0.2 - 0.3 0.008 Tercemar

Timbal 0.1 - 0.6 ≤ 0.01 Tercemar

Sumber : Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004

Tabel 4 menunjukkan bahwa parameter kualitas air meliputi phospat (4.19-5.07 mg/l),

nitrat (4.34-6.45 mg/l) dan timbal (0.12-0.20 mg/l) di perairan pesisir Lempuyang telah

melampaui kisaran nilai baku mutu air laut untuk biota laut dan mengindikasikan bahwa

perairan tersebut berada dalam kondisi tercemar atau mengalami penurunan kualitas. Kondisi

tersebut memungkinkan perairan bersifat toksik bagi biota-biota laut yang hidup dalam

ekosistem padang lamun.

Konservasi Ekosistem Pesisir oleh Pengelola

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konservasi wilayah pesisir oleh pengelola

merupakan konservasi insitu meliputi pengawetan dan pemanfaatan terhadap keanekaragaman

genetik dan spesies dalam ekosistem. Sesuai dengan PP No. 68 Th. 1998 pasal 45 ayat 1

bahwa pengawetan dilakukan dengan upaya pengamanan dan perlindungan kawasan terhadap

kerusakan. Upaya konservasi terhadap ekosistem pesisir oleh pengelola dapat dilihat pada

lampiran 1.

Hasil wawancara dengan Arif pratiwi4 (2008), mengungkapkan upaya pengawetan

keanekaragaman jenis dalam ekosistem pesisir yang telah dilakukan diantaranya inventarisasi

4 Pengendali Ekosistem Hutan (PEH)

Page 10: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

10

jenis biota laut, terumbu karang dan mangrove. Padang lamun belum diupayakan

konservasinya karena kondisinya masih cukup baik.

Pernyataan tersebut cukup disayangkan karena terumbu karang, padang lamun dan

mangrove merupakan kesatuan ekologis yang saling berkaitan. Untuk itu, nilai-nilai

konservasi ekosistem padang lamun seharusnya juga perlu diperhatikan sehingga proses

ekologis ketiga ekosistem tersebut terjaga.

Upaya dan Tingkat Upaya Konservasi Ekosistem Padang Lamun

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari seluruh kegiatan konservasi ekosistem

wilayah pesisir, beberapa telah diupayakan oleh pengelola Taman Nasional Baluran untuk

menjawab permasalahan yang terjadi dalam ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang.

Upaya konservasi yang telah dilakukan oleh pengelola terhadap ekosistem padang lamun

meliputi pengawetan dan pemanfaatan, dapat dilihat pada lampiran 2.

A. Tingkat upaya konservasi berdasarkan aspek-aspek komponennya

Aspek komponen pengawetan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pengawetan dalam aspek biofisik telah

dicapai dengan kriteria tidak baik (11%) dan belum menjawab permasalahan yang terjadi.

Upaya pengawetan melalui perlindungan dan pengamanan dalam aspek kelembagaan-hukum

telah dicapai dengan kriteria sangat baik (89%). Hal ini ditunjukkan dengan sudah adanya

berbagai peraturan yang ditanamkan oleh pihak pengelola terhadap ekosistem pesisir

termasuk padang lamun.

Upaya pengawetan dalam aspek biofisik perlu ditambah dan ditingkatkan agar menjadi

baik. Dalam aspek sosial ekonomi belum diupayakan. Diduga hal ini disebabkan belum

adanya dasar yang kuat dari pengelola tentang nilai-nilai konservasi ekosistem padang lamun,

sehingga pendidikan konservasi ekosistem padang lamun kepada masyarakat belum

diupayakan, ditunjukkan dengan persepsi masyarakat yang rendah terhadap jenis-jenis lamun.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.

11%(tidak baik)

89%(sangat

baik)

0% (belum

diupayakan)

BiofisikKelembagaan dan HukumSosial Masyarakat

Aspek :

Gambar 4. Tingkat Upaya Aspek Komponen Pengawetan

Page 11: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

11

Aspek komponen pemanfaatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa upaya pemanfaatan dalam aspek biofisik

telah dicapai dengan kriteria sangat baik (100%). Hal ini berarti dalam upaya pemanfaatan

hanya terdapat aspek biofisik saja belum mencakup aspek-aspek konservasi yang lainnya.

Upaya pemanfaatan dalam aspek sosial-ekonomi belum diupayakan.

Diduga hal ini disebabkan belum adanya penelitian dan pengembangan oleh pengelola

terhadap potensi keanekaragaman jenis lamun, sehingga yang terjadi adalah belum adanya

informasi dalam masyarakat, ditunjukkan dengan masih rendahnya persepsi masyarakat

terhadap jenis-jenis lamun dan biota yang hidup di dalamnya. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar 5.

0% (belum

diupayakan)

100%(sangat

baik) BiofisikSosial Masyarakat

Aspek :

Gambar 5. Tingkat Upaya Aspek Komponen Pemanfaatan

B. Tingkat upaya konservasi berdasarkan komponennya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kriteria baik pada komponen pengawetan

(66.67%), dan kurang baik pada komponen pemanfaatan (33.33%).

Tingkat upaya konservasi dalam komponen pengawetan melalui perlindungan, telah

dicapai kriteria baik dan perlu dipertahankan. Sedangkan pada komponen pemanfaatan kurang

baik dan perlu ditingkatkan agar menjadi baik. Diduga hal ini karena upaya pemanfaatan

belum mencakup aspek sosial ekonomi masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik

dalam gambar 6.

33.33 %(Kurang baik)

66.67 %(Baik)

pengawetan dan perlindunganpemanfaatan

Komponen :

Gambar 6. Tingkat Upaya Konservasi Ekosistem Padang Lamun

Page 12: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

12

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dalam upaya konservasi

keanekaragaman genetik dan spesies dalam ekosistem pesisir masih terjadi permasalahan-

permasalahan seperti terdapat kondisi padang lamun rusak pada stasiun 1 dan 2 serta

penurunan kualitas air dan sedimentasi. Diduga hal ini disebabkan persepsi masyarakat yang

masih tergolong rendah terhadap keanekaragaman jenis lamun dan nilai-nilai konservasi

ekosistem padang lamun di pesisir Lempuyang. Bengen (2001) menjelaskan, persepsi

masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan terhadap cara

pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam pesisir, dalam hal ini ekosistem

padang lamun.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Padang lamun pada stasiun 1 dan 2 dalam kondisi miskin (80% dan 89.7%), sedangkan

pada stasiun 3 dalam kondisi baik (80%). Pengawetan ekosistem padang lamun melalui upaya

perlindungan sudah mencakup aspek biofisik (tidak baik (11%)) dan kelembagaan-hukum

(sangat baik (89%)). Upaya pemanfaatan sudah mencakup aspek biofisik (sangat baik

(100%)). Pada kedua komponen konservasi yang belum diupayakan pada aspek sosial-

ekonomi masyarakat. Tingkat upaya komponen konservasi, diperoleh kriteria baik pada

komponen pengawetan (67.7%) dan kurang baik pada komponen pemanfaatan (33.3%).

Saran

Diperlukan adanya upaya konservasi meliputi pengawetan, perlindungan, dan

pemanfaatan terhadap keanekaragaman genetik dan spesies dalam ekosistem padang lamun.

Diperlukan juga pemberdayaan terhadap masyarakat sehingga upaya konservasi menjadi

optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen DG. 2001. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip

Pengolahannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dahuri R.J, Rais SP, Ginting MJ, Sitepu. 2001. Pengolahan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan

Lautan Secara Terpadu, Edisi Revisi. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Fahruddin. 2002. Pemanfaatan, Ancaman, dan Isu-isu Pengelolaan Sumberdaya Ekosistem Padang

Lamun. Makalah Falsafah Sains (PPS 702) Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Page 13: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

13

Hutomo M. 1999. Proses Peningkatan Nutrien Mempengaruhi Kelangsungan Hidup Lamun. Reef

Research Volume 09 Nomor 1.

Iskandar J. 2000. Konservasi . Warta Kehati Edisi Juni-Juli. Jakarta.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang Kriteria Baku

Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.

Mustafa H. 2000. Teknik Sampling. Versi HTML google dari berkas

http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING.doc.

Murdiyanto B. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Pantai. COFISH Project. Jakarta.

Patria I. 2009. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Lamun di Pesisir Lempuyang Taman

Nasional Baluran. Laporan Skripsi. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Tidak

diterbitkan.

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan

Laut

Rahayu DM. 2008. Analisis Upaya Konservasi Sub-Sub DAS Kali Ampo di Kota Batu. Laporan

Skripsi.. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. Tidak diterbitkan.

Tomascik JW, AJ. Mah, A. Nontji, MK. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesians Seas, Part

Two. Periplus Edition (HK) Ltd. Singapore.

Zulkifli. 2003. Pengelolaan dan Pengembangan Ekosistem Padang Lamun Berwawasan

Lingkungan, Berbasis Masyarakat dan Berkelanjutan. Makalah Falsafah Sains (PPS702).

Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. Posted 13 November 2003.

Page 14: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

14

Lampiran 1. Upaya Konservasi terhadap Ekosistem Pesisir oleh Pengelola. (Sumber: Pengendali Ekosistem Hutan (PEH), 2008)

Aspek Upaya Konservasi

Biofisik Inventarisasi bakau

Inventarisasi jenis Terumbu Karang

Transplantasi Terumbu Karang

Penanaman bakau dan pembibitan mangrove

Inventarisasi jenis biota laut dan pesisir

Inventarisasi laporan hasil penelitian tentang lamun, mangrove dan terumbu

karang dari para akademisi dan peneliti

Sosial dan

Ekonomi Pembatasan area pengembalaan ternak

Pendataan penduduk dan pengembalaan liar dalam kawasan

Penyuluhan ternak sistem kandang dan penanaman hijauan tanah

Pengembangan kegiatan pendidikan konservasi sumberdaya alam untuk

masyarakat kawasan pesisir

Penyuluhan dan pendidikan mengenai sumberdaya alam dan ekosistem

hutan di tengah-tengah kegiatan keagamaan penduduk

Pengembangan ekowisata dan penelitian ekosistem pesisir bagi pelajar,

mahasiswa dan masyarakat

Kelembagaan

dan Hukum

Peraturan tentang pembatasan jumlah penduduk yang masuk kawasan

Peraturan tentang pembatasan wilayah lahan dan pemukiman untuk

penduduk dalam kawasan

Peraturan tentang batas wilayah laut Taman Nasional Baluran dalam radius

500 meter dari garis pantai ke tengah laut

Patroli wilayah perbatasan laut dan pesisir secara berkala

Penindakan dan sanksi pengeluaran dari kawasan terhadap penduduk yang

mendirikan bangunan permanen (beton)

Penindakan dan sanksi pengeluaran dari kawasan terhadap masyarakat yang

melakukan penebangan pohon mangrove

Page 15: UPAYA KONSERVASI EKOSISTEM PADANG LAMUN DI PESISIR LEMPUYANG

15

Lampiran 2. Upaya dan Tingkat Upaya Konservasi Ekosistem Padang Lamun di Pesisir Lempuyang

Permasalahan Upaya Konservasi Tingkat Upaya (%) Aspek Komponen

Padang lamun di wilayah pemukiman dan alur transportasi, terutama pada stasiun 1 dan 2 dalam kondisi rusak

Pencemaran logam berat timbal (Pb) akibat intensnya lalu lintas kapal

Pencemaran limbah organik ditunjukkan dengan terjadinya sedimentasi dan peningkatan kandungan fosfat dan nitrat di perairan terutama stasiun 2

A. Pengawetan dan Perlindungan Aspek Biofisik

Inventarisasi hasil penelitian tentang komunitas lamun

11

66.67

Aspek Kelembagaan dan Hukum 1. Patroli wilayah perbatasan laut 2. Peraturan tentang batas wilayah laut

dalam radius 500 m dari garis pantai 3. Penindakan dan sanksi terhadap

masyarakat yang melakukan penebangan mangrove

4. Peraturan tentang pembatasan jumlah penduduk yang masuk kawasan

5. Peraturan tentang pembatasan wilayah lahan dan pemukiman untuk penduduk dalam kawasan

6. Penindakan dan sanksi pengeluaran dari kawasan terhadap penduduk yang mendirikan bangunan permanen

7. Pembatasan area pengembalaan ternak 8. Pendataan penduduk dan

pengembalaan liar dalam kawasan

89

Rendahnya persepsi masyarakat tentang pengawetan dan perlindungan ekosistem padang lamun

Aspek Sosial Masyarakat (Belum diupayakan) 0

Jumlah Total 100 66.67 C. Pemanfaatan

Aspek Biofisik Pengembangan ekowisata dan penelitian ekosistem pesisir bagi masyarakat pada umumnya

100

33.33

Rendahnya persepsi masyarakat tentang pemanfaatan lamun

Aspek Sosial Masyarakat (Belum diupayakan) 0

Jumlah Total 100 33.33