komunikasi_anamnesa

71
”KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KONSELING DAN TEHNIK DASAR ANAMNESA” Dalam buku ini akan diuraikan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, serta berbagai hambatan yang muncul pada saat hubungan interpersonal terjadi. Para Psikolog sejak dahulu sudah menaruh minat yang besar pada hubungan interpersonal, seperti dikatakan Allport, Martin Bubers dan Carl Rogers. Mereka menyatakan ada tiga prinsip dalam hubungan interpersonal yaitu: 1. Makin baik hubungan interpersonal yang terjadi, maka makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya 2. Makin dalam ia meneliti perasaan seseorang, maka makin dalam ia mengetahui problema pasiennya 3. Makin efektif ia mendengar semua keluhan pasiennya, maka makin tinggi tingkat kepercayaan yang diberikan oleh pasien kepadanya (Jalaluddin Rakhmat, 2005). Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, maka perlu pemahaman definisi komunikasi, khususnya tentang komunikasi interpersonal. Oleh karena itu perlu pembahasan secara mendalam tentang konsep komunikasi interpersonal. Ada beberapa definisi komunikasi yang diungkapkan oleh Hovland, dikatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang menyampaikan suatu rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang, bahasa, gerakan untuk mempengaruhi orang lain. 1

Upload: purwana-nasir-drg

Post on 17-Jan-2016

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ok

TRANSCRIPT

Page 1: KOMUNIKASI_ANAMNESA

”KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KONSELING DAN TEHNIK DASAR ANAMNESA”

Dalam buku ini akan diuraikan bagaimana seseorang berhubungan dengan

orang lain, serta berbagai hambatan yang muncul pada saat hubungan interpersonal

terjadi. Para Psikolog sejak dahulu sudah menaruh minat yang besar pada hubungan

interpersonal, seperti dikatakan Allport, Martin Bubers dan Carl Rogers. Mereka

menyatakan ada tiga prinsip dalam hubungan interpersonal yaitu:

1. Makin baik hubungan interpersonal yang terjadi, maka makin terbuka pasien men-

gungkapkan perasaannya

2. Makin dalam ia meneliti perasaan seseorang, maka makin dalam ia mengetahui pro-

blema pasiennya

3. Makin efektif ia mendengar semua keluhan pasiennya, maka makin tinggi tingkat ke-

percayaan yang diberikan oleh pasien kepadanya

(Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Karena pentingnya hubungan interpersonal ini, maka perlu pemahaman definisi

komunikasi, khususnya tentang komunikasi interpersonal. Oleh karena itu perlu

pembahasan secara mendalam tentang konsep komunikasi interpersonal. Ada beberapa

definisi komunikasi yang diungkapkan oleh Hovland, dikatakan bahwa komunikasi

adalah proses dimana seseorang menyampaikan suatu rangsangan (stimulus) dalam

bentuk lambang, bahasa, gerakan untuk mempengaruhi orang lain. Wilbur Schramm

mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan kesamaan

informasi, sikap, ide-ide antara seorang dengan orang lain.

Sedangkan menurut Maramis, komunikasi adalah suatu proses yang dinamis

tentang pelimpahan pesan dari sumber komunikasi kepada penerima pesan melalui

saluran atau media. Dari beberapa definisi komunikasi tersebut disimpulkan bahwa;

”Communication is a process wich messages are transfered from a source to Receiver”.

Lebih jauh lagi Karl Britton mendefinisikan komunikasi adalah suatu kata yang

menggambarkan proses menciptakan “arti”, dimana arti itu sendiri diciptakan oleh

penerima pesan, bukan oleh sumber komunikasi. Sehingga suatu proses komunikasi tidak

1

Page 2: KOMUNIKASI_ANAMNESA

hanya proses penyampaian pesan, tetapi menentukan kadar hubungan interpersonal

(relationship), dan bila hubungan interpersonal baik maka dapat menumbuhkan sikap

percaya (trust), sikap mendukung (supportness), serta sikap terbuka (open minded)

(Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Setelah mempelajari buku ini, diharapkan Mahasiswa dapat:

1. Memahami etimologi komunikasi sebagai hakikat komunkasi manusia

2. Mengetahui, memahami dan dapat menjelaskan definisi komunikasi dan

membandingkan berbagai model definisi komunikasi.

3. Menguraikan berbagai contoh karakteristik komunikasi interpersonal

4. Menjelaskan peran komponen-komponen komunikasi dalam proses komunikasi

interpersonal

5. Menjelaskan berbagai cara menciptakan hubungan interpersonal

6. Menjelaskan berbagai cara membina hubungan inerpersonal dalam kehidupan

sehari-hari.

7. Menjelaskan bagaimana merancang tehnik dasar anamnesa melalui pendekatan

komunikasi interpersonal.

PENDAHULUAN

Ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling penting dikuasai oleh

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, sebagai bekal dalam kegiatannya berkomunikasi

dengan pasien bila nantinya akan bekerja di klinik. Pada semester ini titik berat kegiatan

ditujukan pada penguasaan ketrampilan komunikasi interpersonal antar individu,

terutama dalam melakukan interview kepada responden serta problem solving dalam

kegiatan konseling.

Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan

menjelaskan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata “komunikasi” (communication),

yang berasal dari bahasa latin “communicatio” yang terdiri dari dua akar kata: “com”

(bahasa latin “cum”) berarti “dengan” atau “bersama dengan” dan “unio” (bahasa latin

“union”) bersama dengan (together with ), sehingga arti yang lazim berarti bersama

dengan (bersatu dengan) orang lain. Dalam perkembangannya istilah latin tersebut

2

Page 3: KOMUNIKASI_ANAMNESA

mengalami peralihan makna kedalam bahasa Inggris yang dikenal dengan kata

“communess” (Losee,R, 1999)

Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri, manusia saling

tergantung satu dengan lainnya. Saling ketergantunan diantara manusia merupakan

keharusan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan timbal balik ini hanya dapat

berlangsung dalam konteks “Komunikasi”, dimana disatu saat seorang individu berperan

sebagai “sumber” (source) informasi dan pada saat bersamaan individu tersebut berperan

sebagai “penerima” (receiver) informasi. Situasi ini berlangsung terus sepanjang hidup ,

dan situasi inilah yang disebut “proses komunikasi”, sehingga komunikasi merupakan

kondisi yang mutlak (necessary) dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial

(Losee. R, 1999).

Tujuan mempelajari komunikasi interpersonal disamping nantinya mendapatkan

penguasaan tentang komunikasi interpersonal juga mendapatkan peluang mempelajari

mengapa suatu pesan mempunyai makna dibandingkan pesan yang lain, mengapa

komunikasi dua arah lebih efekif dibandingkan komunikasi satu arah, dan mengapa

materi komunikasi yang sama dapat menimbulkan pengertian yang berbeda-beda.

Saat kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi pesan,

tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Sebagai contoh; ketika seorang

dokter gigi mengucapkan salam ”Hallo, apa kabar” saat berjumpa dengan pasiennya di

pusat perbelanjaan, maka dapat timbul persepsi yang berbeda terhadap pesan salam

tersebut, misalkan; jangan-jangan si Dokter akan menanyakan kondisi kesehatan giginya

yang sebenarnya ia takutkan, atau sudah lama tidak memeriksakan giginya, sehingga

pasien menjawab dengan penuh keraguan dan perasaan cemas.

Hasil percakapan diatas merupakan gambaran bahwa satu pihak ingin

menunjukkan superioritas, sedangkan pihak yang lain melakukan komunikasi defensif.

Bila kedua belah pihak mempunyai kerangka rujukan (frame of reference) yang berbeda,

maka akan timbul perbedaan persepsi dalam menganalisa isi pesan tersebut, karena isi

pesan memiliki makna yang berbeda bila ditinjau dari sisi penerima komunikasi.

Jadi sekali lagi kalimat sapaan bukan hanya ingin menyampaikan isi pesan,

tetapi sangat menentukan kadar hubungan interpersonal, seperti dikatakan oleh

Watzlawick, Beavin, Jackson ”Every communication has a content and relationship”.

3

Page 4: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Oleh karena itu dalam menentukan kadar hubungan interpersonal diperlukan pemahaman

dipihak mana kita berada, karena pendekatan yang digunakan adalah berbeda antara satu

dan yang lainnya (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Pertanyaan pertama ketika kita membaca, mendengarkan, mendiskusikan,

memahami, menghayati dan melaksanakan komunikasi interpersonal dengan sesama,

sekurang-kurangnya kita dapat mencatat lebih dari 100 definisi komunikasi. Semua

definisi ini diperkenalkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi dalam cara berbeda-

beda pula (Losee.R, 1999).

KONSEP PSIKOLOGI KOMUNIKASI

Dikatakan oleh Ashley Montagu, bahwa kita belajar menjadi manusia melalui

proses komunikasi, seperti anak kecil, ia hanyalah seonggok daging sampai ia dapat

mengungkapkan perasaannya dan kebutuhannya melalui tangisan, tendangan atau

senyuman. Segera setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya sejalan dengan

bertambahnya usia, maka terciptalah apa yang disebut kepribadian. Bagaimana ia

menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain dan bagaimana ia menyampaikan pesan

kepada orang lain. Jadi manusia bukan dibentuk oleh lingkungannya, tetapi oleh caranya

menterjemahkan pesan-pesan lingkungannya terhadap dirinya (Jalaluddin Rakhmat,

2005).

Wajah ramah seorang ibu akan menimbulkan kehangatan apabila diartikan si

anak sebagai ungkapan rasa kasih sayang. Tetapi wajah yang sama dapat melahirkan

kebencian apabila anak tersebut memahaminya sebagai usaha ibu tiri untuk menarik

simpatinya yang ayahnya telah ia rebut. Menanyakan latar belakang pekerjaan kepada

seorang pasien bisa diartikan agar bisa menarik biaya perawatan yang mahal oleh

pasiennya

.

DEFINISI KOMUNIKASI

Ada beberapa definisi komunikasi yang ditetapkan oleh para ahli psikologi

komunikasi sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah proses yan mengambarkan “siapa” mengatakan “apa” dengan

“cara apa” kepada “siapa” dengan “efek apa”.

4

Page 5: KOMUNIKASI_ANAMNESA

2. Komunikasi merupakan rangkaian proses pengalihan informasi dari satu orang

kepada orang lain dengan maksud tertentu.

3. Komunikasi adalah proses melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda

(alamiah atau universal) berupa simbul-simbul (berdasarkan perjanjian manusia)

baik verbal maupun nonverbal yang disadari maupun tidak disadari yang bertujuan

untuk mempengaruhi sikap orang lain.

4. Komunikasi merupakan proses pengalihan suatu maksud dari suatu sumber

komunikasi kepada penerima komunikasi. Proses tersebut merupakan suatu seri

aktifitas, rangkaian atau tahapan yang memudahkan pengalihan maksud tersebut.

5. Komunikasi adalah segala aktifitas interaksi manusia yang bersifat human

relationship disertai peralihan sejumlah fakta.

6. Komunikasi merupakan interaksi antar pribadi yang menggunakan sistem atau

simbul linguistik, seperti sistem simbul verbal (kata-kata) dan non verbal (ekspresi

atau bahasa isyarat). Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung melalui tatap

muka atau juga melalui media lain.

7. Komunikasi adalah proses interaksi atau transkasi antara dua orang.

8. Komunikasi dapat diartikan suatu proses pengalihan pesan dari sumber komunikasi

kepada penerima komunikasi agar lebih dipahami.

9. Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran informasi, gagasan dan perasaan.

Proses ini meliputi informasi yang disampaikan secara lisan maupun tertulis dengan

kata-kata, atau dengan bahasa tubuh, gaya atau penampilan diri, dengan

menggunakan alat bantu yang ada disekitar kita sehingga sebuah pesan menjadi

lebih kaya.

10. Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan

dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan

dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metoda lain; (4) pengalihan

informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna antar pribadi

dengan sistem simbol dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu

kepada orang lain dengan efek tertentu.

(Laswell, 1978; Karlfried & Knapp, 2003; Azriel Winnet, 2004, Liliweri, 2007)

5

Page 6: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Dari beberapa definisi komunikasi tersebut, kita dapat mengatakan bahwa

komunikasi sebagai suatu aktifitas manusia yang selalu melibatkan :

1. Sumber komunikasi.

2. Pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan nonverbal.

3. Media atau saluran sebagai sarana atau tempat pesan atau rangkaian informasi

dialihkan.

4. Cara, alat atau metoda untuk memindahkan pesan.

5. Penerima atau sasaran yang menerima pesan komunikasi.

6. Tujuan dan maksud komunikasi

7. Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau penerima

pesan.

8. Situasi dimana proses komunikasi sedang berlangsung.

9. Proses komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi dan proses transaksi.

10. Pemberian makna yang diakui secara bersama atas pesan dari sumber penerima

yang terlibat dalam proses komunikasi.

11. Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan penerima

yang terlibat dalam komunikasi.

KARAKTERISTIK KOMUNIKASI

Setiap proses komunikasi manusia berawal dan berdasarkan komunikasi

interpersonal, dan dari komunikasi interpersonal berkembang menjadi komunikasi

kelompok, organisasi, publik dan komunikasi massa.

Secara umum komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Komunikasi merupakan proses simbolis.

Contoh : Ketika seorang dokter gigi (drg. Tony) memperagakan cara menjaga

kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak SD Kelurahan Ketabang Surabaya. Drg.

Tony menerangkan cara menggunakan sikat gigi yang benar dengan menyiapkan

sikat gigi yang diolesi odol dan segelas air, lalu mulai memperagakan cara berkumur

yang benar, hingga cara menyikat gigi yang benar. Sementara itu drg Tony juga

menunjukkan selembar poster yang bergambar perkembangan pertumbuhan gigi

sulung dan gigi permanen serta jaringan rongga mulut. Ketika menerangkan kondisi

6

Page 7: KOMUNIKASI_ANAMNESA

gigi yang sakit, drg. Tony juga memperagakan bagaimana wajah yang bengkak

sebagai akibat infeksi gigi. Cerita tersebut menggambarkan bahwa komunikasi

merupakan suatu proses simbolis, karena pesan-pesan tentang cara menggosok gigi

yang benar disampaikan dalam bentuk simbul kata-kata (verbal), juga pesan simbolik

melalui poster, dan pesan simbolik tentang wajah yang bengkak dilakukan dengan

bahasa tubuh atau ekspresi (nonverbal).

2. Komunikasi merupakan proses sosial.

Cerita tersebut juga menjelaskan bahwa komunikasi merupakan proses sosial karena

(1) drg. Tony terlibat dalam relasi sosial dengan anak-anak SD, yakni drg. Tony

sebagai sumber komunikasi mengirim pesan dan berinteraksi dengan penerima

informasi, yaitu anak-anak SD. (2) drg Tony sedang melakukan proses sosialisasi,

yakni menjelaskan cara menjaga kesehatan gigi dengan cara menggosok gigi yang

benar sebagai aturan (norma) yang patut ditaati anak-anak SD.

3. Komunikasi merupakan proses satu arah dan dua arah

Kegiatan komunikasi antara drg. Tony dengan anak-anak SD bisa disebut proses

komunikasi satu arah, bila drg.Tony tidak memberikan kesempatan kepada anak-

anak SD untuk bertanya. Kegiatan komunikasi bisa dua arah, apabila terjadi dialog

(tanya jawab) antara drg. Tony dengan anak-anak SD tersebut. Dan komunikasi dua

arah akan lebih efektif bila terjadi “umpan balik yang maksimal”, artinya penerima

(receiver) dapat memahami dan memberikan respon yang positif terhadap pesan

yang disampaikan oleh sumber komunikasi, seperti mengikuti petunjuk yang

disampaikan sumber komunikasi.

4. Komunikasi bersifat koorientasi.

Komunikasi manusia bersifat koorientasi karena kedua belah pihak atau lebih yang

terlibat dalam komunikasi mempunyai tujuan yang sama, yakni penyuluhan

kesehatan gigi. Komunikasi akan semakin lengkap bila kita menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti oleh anak-anak SD, terutama juga bila disertai peragaan cara

menggosok gigi.

5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasif.

Komunikasi bersifat purposif dan persuasif karena komunikasi merupakan

aktifitas penyampaian dan pertukaran pesan dengan tujuan yang sudah ditentukan,

7

Page 8: KOMUNIKASI_ANAMNESA

yaitu merubah sikap anak-anak SD. Kita mengetahui bahwa tujuan drg. Tony

memberikan penyuluhan kepada anak-anak SD tersebut dengan tujuan agar terjadi

perubahan pengetahuan dan sikap anak-anak SD terhadap kesehatan giginya.

6. Komunikasi mendorong interpretasi individu

Komunikasi mendorong interpretasi individu, artinya pengirim pesan maupun

penerima pesan harus dapat menginterpretasikan pesan sesuai dengan maksud

pengirim pesan atau sumber komunikasi.

Contoh: drg. Tony tidak akan dapat berkonsentrasi atau menghindari interpretasi yang

keliru, bila anak-anak SD yang usil mengganggu jalannya penyuluhan, atau beberapa

pertanyaan anak yang usil tentang;

- Apakah dokter menggosok gigi persis atau sesuai dengan peragaan itu.

- Apakah dokter mendapat bonus dari perusahaan pasta gigi tersebut.

- Apakah dokter juga sering periksa gigi dan lain-lain.

Interpretasi akan sama bila drg. Tony melakukan sikat gigi sama dengan peragaan

itu, drg. Tony tidak mendapatkan bonus apapun dari perusahaan pasta gigi, atau drg.

Tony sering melakukan pemeriksaan gigi secara teratur. Karena apa yang drg. Tony

lakukan hanyalah wujud dari kecintaannya pada tugas dan pengabdian kepada

masyarakat.

7. Komunikasi merupakan aktifitas pertukaran makna.

Baik pada komunikasi yang diucapkan atau yang ditulis, komunikasi baru dapat

dipahami jika pesan-pesan komunikasi dipahami dalam dua makna yakni (1) Makna

denotatif (arti kata berdasarkan kamus), (2) makna konotatif (arti kata berdasarkan

konteks tertentu dari situasi yang berada dibalik kata-kata itu). Karena makna kata

itu ada dan hanya dapat dipahami oleh sumber komunikasi atau penerima

komunikasi, maka agar komunikasi berjalan efektif dibutuhkan aktifitas pertukaran

makna pesan. Kata “gosok gigi” dapat mengandung makna denotatif yang diartikan

aktifitas menggosok gigi dengan menggunakan sikat gigi. Namun kata “gosok gigi”

juga dapat mengandung makna konotatif, yang artinya sebagai aktifitas mandi.

8

Page 9: KOMUNIKASI_ANAMNESA

8. Komunikasi terjadi dalam konteks.

Komunikiasi terjadi dalam konteks, karena setiap proses komunikasi selalu berada

dalam ruang dan waktu. Karena itu dapat dikatakan bahwa komunikasi dapat

dilakukan dalam konteks :

- Lingkungan fisik, misalkan di Puskesmas, di Ruang kuliah, di Klinik dan

difasilitas umum yang lain.

- Antar budaya, manakala komunikasi melibatkan komunikator dan penerima

komunikasi yang berbeda latar belakang budayanya. Seperti pada contoh kata

“gosok gigi”, karena latar belakang budaya yang berbeda maka mempunyai

makna konotatif berbeda pula. Jadi aktifitas gogok gigi disamakan dengan

aktifitas mandi.

- Psikologis, artinya komunikasi memperhatikan beragam faktor psikologis

seperti persepsi, sikap, motivasi, kebutuhan dan keinginan.

- Personal, artinya komunikasi memperhatikan hubungan antar pribadi (interaksi

sosial, relasi sosial atau transaksi sosial), misalnya hubungan antara drg. Tony

dengan anak-anak SD dan lain-lain.

- Kelompok, artinya aktifitas komunikasi turut memperhatikan sifat karakteristik

kelompok, daya tarik kelompok, dinamika kelompok.

- Organisasi, artinya komunikasi memperhatikan tujuan organisasi, sifat

organisasi, sifat orang dalam organisasi dan dinamika organisasi.

- Massa, artinya aktifitas komunikasi turut memperhatikan sifat-sifat, kategori

massa, seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, gaya hidup.

MODEL-MODEL KOMUNIKASI

Kita dapat memahami sebuah proses komunikasi melalui gambaran model atau

“peraga teoritis” yang menunjukkan bagaimana bentuk, alur atau cara komunikasi mulai

berlangsung hingga berakhir. Pada umumnya model-model komunikasi itu menunjukkan

aktifitas komunikasi yang (1) satu arah (linier), (2) dua arah atau model interaksi sosial

dan (3) model transaksional (Davis Foulger, 2004).

9

Page 10: KOMUNIKASI_ANAMNESA

1. Model Linier

Ada beberapa macam model linier dalam komunikasi, tetapi kita akan membahas

model linier menurut model Laswell yang tertuang dalam definisi komunikasi.

Dijelaskan bahwa komunikasi adalah sebuah jawaban terhadap pertanyaan ; Who

says What to Whom through Which Channel and with What Effect. Model ini

dikembangkan berdasarkan pemikiran psikologis dimana proses komunikasi berarah

linier dari Source > Massage > Receiver atau disingkat sebagai S – M – R.

Model Laswell ini dapat diterapkan sebagai komunikasi persuasif, sehingga

membutuhkan saluran khusus agar dapat membangkitkan respons dari sasaran atau

disebut “umpan balik”. Dan pengaruh persuasif itu akan semakin besar manakala

kita menggunakan media cetak atau elektronik.

Menurut model ini efek komunikasi sangat bervariasi, tergantung dari tujuan

komunikasi, misalkan bahwa aktifitas komunikasi adalah untuk:

1. Mengirim informasi (to inform) tentang sebuah promosi kesehatan gigi, seperti

pasta gigi, iklan susu Anlene pada siaran TV swasta.

2. Menghibur (to entertain) audiens yang dikemas melalui acara musik baik

dengan cara verbal maupun visualisasi.

3. Membangkitkan minat (to aggrevate) audiens, sehinga mempengaruhi (to

persuade) pendengar atau pemirsa untuk membeli produk susu.

Model Linier ini juga menawarkan konsep ruang lingkup subyek komunikasi yang

hendak diteliti, misalkan kita hendak meneliti :

1. WHO atau siapa yang menjadi sumber informasi, maka penelitian tersebut

dilakukan pada “komunikator”, disebut dengan “penelitian kontrol”.

2. SAYS WHAT, merupakan penelitian teradap pesan, disebut “penelitian terhadap

isi”.

2. IN WHAT CHANNEL merupakan “penelitian terhadap media”, baik media

cetak maupun media elektronik.

3. TO WHOM, merupakan “penelitian terhadap audiens”, baik pendengar maupun

pemirsa.

4. WITH WHAT EFFECT, adalah “penelitian terhadap efek komunikasi”.

10

Page 11: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Bagan model proses komunikasi menurut Laswell adalah sebagai berikut:

WHO WHAT CHANNEL WHOM = EFFECT

Source Massage Medium Listener feed back

or Speaker or audiens

(Sumber : Davis Foulger, 2004).

2. Model Interaksi

Salah satu model Interaksi yang ditawarkan oleh Wilbur Schramm mengatakan

bahwa; Komunikasi adalah usaha membangun suatu Commonness, jadi persoalannya

adalah terletak pada apa yang coba dibangun oleh sumber komunikasi harus

mendapat makna yang sama dengan penerima komunikasi (Bandingkan model ini

dengan contoh penyuluhan gosok gigi oleh drg. Tony).

Proses ini dimulai dari sumber komunikasi melakukan encode terhadap pesan yang

akan disampaikan, jadi sumber mengolah pesan dalam suatu bentuk yang dapat

dipindahkan kepada penerima, selanjutnya penerima melakukan decode terhadap

pesan tersebut.

Menurut Schramm, efektifitas komunikasi itu terjadi karena baik sumber komunikasi

maupun penerima memahami makna terhadap pesan (memberi makna yang sama

terhadap isi pesan).

Kesamaan makna terhadap pesan ini sangat tergantung dari latar belakang

pengetahuan sumber dan penerima pesan komunikasi.

3. Model Transaksional

Bagan komunikasi “model transaksional”

field of experience field of experience

SIGNAL

SOURCE ENCODER DECODER DESTINATION

(Sumber: Davis Foulger,2004)

11

Page 12: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Model ini mengatakan bahwa aktifitas komunikasi dikatakan efektif bila terjadi

transaksi antara sumber (pengirim pesan) dan receiver (penerima). Komunikasi

model transaksional seperti yang tergambar pada bagan diatas mengambarkan

komunikasi antar personal antara dua partisipan, yakni partisipan A dan partisipan B

sebagai berikut:

1. Partisipan A merupakan sumber komunikasi menyusun gagasan atau pesan

(encode) yang ingin disampaikan kepada partisipan B.

2. Hasil encode adalah pesan yang akan dikirimkan melalui media tertentu.

2. Partisipan B sebagai sasaran atau penerima akan melakukan decode terhadap

pesan yang diterimanya juga melalui media tertentu.

3. Pesan sebagai sesuatu yang menjadi maksud atau isi dari gagasan yang dialihkan

dari kedua partisipan, ini disebut common language.

4. Reaksi dari partisipan B berupa respons dikirim kembali ke partisipan A.

5. Disini partisipan B berubah fungsi menjadi sumber komunikasi, sedangkan

partisipan A berubah menjadi penerima pesan.

6. Masing-masing partisipan A dan B baik dalam menyusun gagasan hingga proses

mengirim pesan sangat didasari oleh pengalaman pendidikan dan

pengetahuannya (Individual field of experience), ini sangat berpengaruh dalam

menginterpretasikan pesan.

7. Dalam kegiatan komunikasi secara keseluruhan, baik pengiriman dan

penerimaan pesan terdapat gangguan (noise) yang akan menghambat proses

komunikasi tersebut.

HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI

Sebagai seorang calon tenaga medis gigi, kita sering menemui banyak kesulitan

dalam berkomunikasi, sehingga memahami beberapa hambatan komunikasi merupakan

langkah awal sebelum kita dapat mengatasi masalahnya. Sebab tidak ada cara pemecahan

yang mudah dalam mengatasi hambatan komunikasi, kecuali kesadaran melalui latihan,

belajar dari pengalaman untuk mendapatkan ketrampilan berkomunikasi yang efektif

sehingga bermanfaat di kemudian hari.

12

Page 13: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Secara umum hambatan Komunikasi dapat dikelompokkan dalam enam

kelompok sebagai berikut:

1. Kesenjangan Sosial dan Budaya.

Sejumlah faktor yang dapat menyebabkan kesenjangan ini antara lain:

a. Latar belakang etnik yang berbeda antara sumber komunikasi dengan penerima

komunikasi atau audiens. Sebagai contoh; ketika seorang pimpinan VOC

bermaksud menghormati seorang Pangeran Madura dengan cara mencium

tangan permaisuri sang Pangeran, maka sang Pangeran tersebut marah lalu

menghunus kerisnya dan menusuk pimpinan VOC tersebut hingga tewas,

selanjutnya terjadilah perang berlarut-larut yang menimbulkan ribuan korban

jiwa di kedua belah pihak. Ini menggambarkan bahwa betapa seringnya kita

bertengkar hanya karena pesan kita diartikan lain oleh orang lain. Kegagalan

menerima isi pesan ini disebut sebagai kegagalan komunikasi primer (Primary

communication breakdown) (Stewart & Moss, 1974).

b. Kelas sosial yang berbeda, biasanya tampak pada perbedaan tentang cara

berpakaian, cara menggunakan asesoris, dan penampilan-penampilan yang khas

lainnya akan berpengaruh terhadap komunikasi atau hubungan antar individu,

sehingga pesan-pesan yang sudah dirancang sedemikian rupa akan dinilai

negatif atau bahkan ditolak.

c. Perbedaan budaya atau kepercayaan yang lain, misalkan tentang nilai kebersihan

makanan. Sebagai contoh; sayuran kangkung Pulau Lombok menurut

kepercayaan beberapa kelompok masyarakat disana tidak perlu harus dimasak

terlebih dahulu. Padahal menurut pendekatan medis sayur kangkung

mengandung ion Brom yang berpengaruh pada gangguan pertumbuhan

manusia.

d. Sistem nilai (value) yang berbeda, ini tercermin pada saat kita akan melakukan

pendekatan layanan kesehatan gigi, contohnya tentang pemakaian alat

meratakan gigi (orthodontic treatment). Dikalangan anak muda, pemakaian alat

meratakan gigi (orthodontic treatment) yang cenderung meningkat bukan

disebabkan karena kesadaran dalam aspek kesehatan gigi, tetapi lebih banyak

13

Page 14: KOMUNIKASI_ANAMNESA

disebabkan karena aspek nilai atau status sosial, apalagi bila bentuknya

bervariasi dan dilengkapi asesoris yang harganya cukup mahal.

e. Jenis kelamin yang berbeda, juga tercermin dalam pendekatan minat dan nilai

tentang pentingnya arti sehat. Sebagai contoh; Wanita lebih memperhatikan

kesehatan giginya dibandingkan kaum pria.

2. Penerimaan terbatas.

Kita mungkin ingin berkomunikasi dengan lawan bicara kita, tetapi tidak demikian

dengan lawan bicara kita yang tidak ingin berkomunikasi dengan kita. Kita kadang-

kadang keliru dalam mendiskripsikan lawan bicara kita dengan menyimpulkan ia

mengerti dan dapat merespons pesan yang kita sampaikan. Tetapi kita tidak pernah

menyadari bahwa lawan bicara kita mau merespons pesan yang kita sampaikan

karena beberapa alasan, seperti:

a. Sedang mengalami rasa nyeri gigi yang hebat, sehingga membutuhkan

pertolongan untuk membantu mengatasi rasa nyerinya.

b. Sedang dalam kesusahan atau stress yang hebat, sehingga membutuhkan teman

bicara dan lain-lain.

Kendala lain yang muncul adalah, bahwa lawan bicara kita tidak mau merespon

pesan yang kita sampaikan karena beberapa alasan :

a. Memiliki keterbelakangan mental.

b. Dalam kondisi lelah.

c. Terlalu sibuk.

d. Tingkat emosional yang tinggi.

e. Kurang percaya atau tidak yakin terhadap kita.

3. Sikap negative terhadap sumber komunikasi.

Beberapa orang mungkin tidak senang atau antipati terhadap kita, ini disebabkan

karena:

a. Pengalaman masa lalu yang buruk (pengalaman hubungan interpersonal yang

buruk di masa lalu).

b. Tidak percaya kepada kita, karena figur otoriter kita.

c. Persepsi kita tentang lawan bicara kita dianggap sebagai ancaman

14

Page 15: KOMUNIKASI_ANAMNESA

d. Mereka percaya bahwa saran yang kita sampaikan tidak mungkin bisa

dilaksanakan.

e. Mereka percaya sudah mengetahui semua terhadap apa yang akan kita

sampaikan, sehingga mereka menganggap percuma terhadap informasi yang kita

sampaikan.

4. Pemahaman memori yang terbatas.

Mungkin kita akan sering menjumpai kesulitan dalam berkomunikasi dengan lawan

bicara kita atau orang lain karena alasan:

a. Intelegensia yang terbatas sehingga pemahaman akan kurang.

b. Dihadapkan pada kata-kata yang bersifat tehnis, seperti jenis obat, atau jenis

perawatan gigi tertentu yang sulit diterjemahkan.

b. Daya memori yang terbatas sehingga tidak dapat mengingat apa yang telah

dibicarakan sebelumnya.

c. Kendala bahasa suatu daerah tertentu yang sulit dimengerti.

5. Kurang penekanan aktifitas komunikasi.

Komunikasi bisa gagal karena kita kurang memberikan waktu dan perhatian yang

cukup kepada lawan bicara kita, karena alasan:

a. Enggan berbagi infomasi.

b. Terlalu sibuk dengan kegiatan lain.

c. Kurang percaya diri, sehingga menghindar dari lawan bicara kita.

6. Pesan yang berlawanan.

Hambatan komunikasi juga dapat timbul bila orang menerima pesan berbeda-beda

dari orang yang juga berbeda, misalnya:

a. Profesi kesehatan yang berbeda memberikan nasehat yang bebeda pula.

b. Pesan dari pihak keluarga atau referensi sumber yang lain memberikan

informasi yang berbeda dengan pihak kesehatan gigi.

b. Para ahli kesehatan gigi selalu berubah pendapat dalam menyampaikan

informasi kesehatan gigi kepada kliennya.

( Linda Ewles & Ina Simnett, 1994).

15

Page 16: KOMUNIKASI_ANAMNESA

MENGATASI HAMBATAN KOMUNIKASI.

Bahasa merupakan salah satu hambatan yang dapat tejadi antara orang dengan

latar belakang etnik dan pengetahuan yang berbeda, namun demikian bila kita lebih

memusatkan pada pertanyaan tentang hambatan bahasa, maka kita dapat mempelajari

beberapa kata atau ungkapan penting yang dapat berguna untuk mengatasi hambatan

bahasa tersebut.

Seperti diketahui bahwa tidak semua komunikasi ditujukan untuk

menyampaikan infomasi dan membentuk pengertian, seperti ketika kita mengucapkan

”Selamat pagi”, dan ”Apa kabar”, kita tidak bermaksud untuk mencari keterangan, tetapi

mengupayakan agar orang lain yang kita sapa merasa senang atau merasa diperhatikan.

Ini disebut sebagai komunikasi fatis (phatic communication). Komunikasi semacam

inilah yang membuat hubungan kita dengan orang lain menjadi hangat, akrab dan

menyenangkan.

Komunikasi juga dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain, contoh;

Seorang politisi ingin menciptakan citra yang baik kepada calon pemilihnya, bukan

karena ia ingin masuk surga, tetapi agar terpilih menjadi anggota DPR. Namun bila pesan

moral seperti janji-janji kampanye tadi tidak terpenuhi saat ia terpilih menjadi pemimpin,

maka akan timbul antipati terhadap pemimpin tersebut, dan lebih fatal lagi adalah

masyarakat pemilih dapat cenderung agresif dan melakukan perusakan fasilitas umum

yang ada. Ini merupakan gambaran dari gagalnya membina hubungan sosial dengan

orang lain yang sudah menaruh tingkat kepercayaan yang tinggi kepadanya, dan

kegagalan dalam membina hubungan sosial disebut sebagai kegagalan komunikasi

sekunder (Secondary communication breakdown) (Stewart & Moss, 1974).

Gambaran ini bisa juga terjadi dalam hubungan dokter gigi dengan pasiennya,

dimana seorang dokter menjajikan hasil kekuatan tambalan gigi yang bisa bertahan lama,

namun kenyataannya tambalan tersebut sudah lepas beberapa hari setelah dilakukan

perawatan, maka akan menimbulkan antipati pada terhadap dokter gigi yang merawatnya,

atau hilangnya kepercayaan.

Phillip Zimbardo berteori, Anonimitas menjadikan orang agresif dan kehilangan

tanggung jawab sosial, dan anonimitas terjadi sebagai akibat salah pengertian dan

hilangnya kepercayaan. Untuk mengantisipasi hal ini diperlukan ketrampilan memahami

16

Page 17: KOMUNIKASI_ANAMNESA

faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi interpersonal, seperti persepsi

interpesonal dan hubungan interpersonal (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Menimbulkan tindakan nyata memang merupakan indikator efektifitas

komunikasi interpersonal yang paling pokok, karena untuk menimbulkan tindakan nyata

kita harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah

sikap atau menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik. Karena tindakan nyata

merupakan hasil kumulatif seluruh proses komunikasi interpersonal atau hubungan

interpersonal.

Fisher (1978) menyebutkan bahwa ada empat ciri pendekatan psikologi

komunikasi, antara lain; penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli),

proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal mediation of stimuli and

responses), prediksi respon (prediction of responses) dan peneguhan respon

(reinforcement of responses).

Psikologi komunikasi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat

dalam proses komunikasi, pada diri seluruh peserta komunikasi (komunikan),

karakteristik komunikan, serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang

mempengaruhi perilaku komunikasinya. Pada saat pesan dikirim oleh komunikator,

maupun sebaliknya diterima oleh komunikator, psikologi komunikasi mengamati proses

penerimaan pesan, seperti mengungkapkan ide-ide dalam bentuk lambang-lambang, dan

bagaimana suatu pesan dapat menimbulkan respon pada individu yang lain.

Saat ini psikologi komunikasi sudah terlibat lebih jauh dalam dunia pengobatan

dan terapi medis dan disebut sebagai komunikasi terapeutik (terapeutic communication).

Dengan metoda ini seorang dokter mengarahkan model komunikasi begitu rupa sehingga

seorang pasien dihadapkan pada situasi pertukaran pesan yang dapat menimbulkan

hubungan sosial yang bermanfaat bagi kedua belah pihak (Ruesch, 1973).

Jadi dengan timbulnya hubungan sosial yang baik antara dokter dengan

pasiennya, maka pasien dapat secara lebih terbuka mengungkapkan kondisi dirinya,

terutama yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang dialaminya. Oleh karena itu

psikologi komunikasi juga sangat berperan dalam kegiatan anamnesa pasien, tujuannya

untuk mengetahui secara lebih dalam tentang riwayat penyakit, gejala, maupun tanda-

tanda yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.

17

Page 18: KOMUNIKASI_ANAMNESA

PSIKOLOGI KOMUNIKATOR

Suatu saat ketika anda sedang mengikuti ceramah tentang kebersihan, moral dan

lingkungan, dimana penceramah tersebut tampil dengan baju yang kotor, berjaket hitam

dan rambut yang gondrong tidak disisir, memakai kalung hitam dengan gantungan apel

besar warna merah, serta gelang akar bahar melingkar di lengannya, besar dugaannya

bahwa anda tidak akan mempercayai ocehannya, anda akan menganggap ia orang gila

yang tersesat ke ruang ceramah tersebut.

Contoh tersebut menunjukkan bahwa ketika komunikator berkomunikasi

menyampaikan pesan, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi justru

keadaan dirinya sendiri. ”He doesn’t communicate what he says, but he communicate

what he is”. Ia tidak dapat memaksakan pendengar terhadap apa yang ia katakan, tetapi

pendengar juga memperhatikan siapa yang mengatakan. Jadi kadang-kadang siapa lebih

penting dari apa.

Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menulis; persuasi tercapai karena

karakteristik personal pembicara, jadi tidak benar anggapan penulis retorika bahwa

kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada

kekuatan persuasinya, sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi

yang paling efektif yang dimilikinya. Kita lebih mudah percaya penuh kepada orang-

orang baik daripada pada orang lain yang kurang baik penampilannya (Jalaluddin

Rakhmat, 2005).

Kata Aristoteles, jika anda adalah komunikan (penerima pesan), maka anda akan

dipengaruhi oleh seorang pembicara, hanya karena dia menampilkan diri sebagai orang

yang dilihat dan dirasakan audiens sebagai orang (sumber, pengirim, komunikator) yang

mempunyai ciri-ciri:

1. Etos

a. Inteligence ; Komunikator yang tampil sebagai orang pandai dan cakap, percaya

diri, mengetahui fakta, berbicara jelas, serta berdiri atau duduk dengan postur

tubuh yang gagah

18

Page 19: KOMUNIKASI_ANAMNESA

b. Karakter ; Komunikator yang tampil dengan karakter yang jujur, adil dan

memiliki reputasi, sehingga kita mempunyai kesan bahwa orang tersebut berkata

benar dan jujur.

c. Goodwill ; Kita akan lebih percaya kepada komunikator yang menunjukkan

kemauan baik, pernyataan yang pasti, kontak mata dan gerakan yang

meyakinkan serta ada kesan melindungi kita.

Dengan demikian sebenarnya Aristoteles lebih menekankan aspek ”reputasi” yang

tergambar dari proses komunikasi sebagai:

a. Seorang pribadi yang mengesankan, jujur mampu mengatur pembicaraan, sangat

terlatih, mempunyai keahlian dan berpengalaman.

b. Seorang pribadi yang ketika berbicara mampu menggunakan bahasa isyarat (non

verbal), memainkan kontak mata, melantunkan kata yang sangat bervariasi

2. Pathos

Pathos berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator mampu

menampilkan daya tarik emosional, sehingga mampu membangkitkan perasaan

komunikan. Kemampuan ini ditunjukkan dengan melalui manipulasi:

a. Making and calming – anger ; Mampu membuat komunikan merasa sejuk atau

marah

b. Love – hate ; mampu membuat komunikan mencintai atau membenci

c. Fear – confidence ; mampu membuat komunikan merasa takut atau percaya diri

d. Shame – shamelessness ; mampu membuat komunikan merasa malu atau

membangkitkan keberanian

e. Indignation – envy ; mampu membangkitkan rasa berkuasa atau kehilangan

kekuasaan atau kehilangan pengaruh

f. Adminiration – envy ; mampu membangkitkan semangat kerja atau melemahkan

semangat

3. Logos

Ini berkaitan dengan kemampuan komunikator yang secara intelek (cerdik)

mengatakan secara rasional dan argumentatif menyampaikan issue atau data secara

tepat, atau memberikan kesaksian (testimoni).

19

Page 20: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Logos ini meliputi :

a. Invention ; kemampuan menyampaikan sebuah informasi yang logis atau masuk

akal

b. Arrangement ; kemampuan menyampaikan sebuah topik secara sederhana sesuai

posisis komunikator

c. Style ; kemampuan menyampaikan informasi dengan gaya berbicara yang

menyenangkan komunikan

d. Memory ; kemampuan menyampaikan informasi dengan gambaran apa yang

diingat secara spontan berdasarkan frame of reference-nya.

e. Delivery ; kemampuan berbicara secara efektif.

(Liliweri, 2007).

PERSEPSI DAN SENSASI.

Secara psikologis selama proses komunikasi interpersonal berlangsung maka

dalam diri penerima pesan (komunikan) akan terjadi proses persepsi, sensasi, memori dan

berpikir. Keempat proses ini merupkan tahapan ketika orang menerima pesan atau

stimulus hingga menghasilkan respon. Oleh karena itu, ketepatan dan kecepatan

pemahaman stimulus bergantung kepekaan indera manusia, sehingga ini akan

berpengaruh pada proses selanjutnya.

Proses persepsi akan melibatkan memori dan proses berpikir, karena persepsi

merupakan proses ketika otak manusia memberi makna dan

menafsirkan stimulus, sedangkan memori adalah proses menyimpan

informasi yang dapat dipakai sebagai kerangka rujukan (frame of

reference), dan akan dikeluarkan kembali bila informasi tersebut

dibutuhkan. Selanjutnya berpikir adalah suatu proses untuk menetapkan

keputusan, memecahkan masalah dan memproduksi respon (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Bila kita meletakkan buku dalam keadaan terbuka dan berjarak 50 cm

dihadapan kita, maka akan terlihat huruf-huruf yang kabur, namun apabila buku tersebut

diletakkan lebih dekat kurang dari 50 cm dihadapan kita maka hurufnya tampak makin

jelas. Ini disebut ”Sensasi”, yang berawal dari kata ”sense” artinya alat penginderaan

20

Page 21: KOMUNIKASI_ANAMNESA

yang mengubah informasi menjadi impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak

manusia.

Sensasi adalah pengalaman elementer yang secara segera dan tidak memerlukan

penguraian verbal, simbolis atau konseptual yang sangat berhubungan dengan alat indera

( Dennis Coon, 1977). Jadi melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik

lingkungannya dan melalui inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua

kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Dikatakan oleh John Locke ; ”There is

nothing in the mind except what was first in the sense”, artinya tidak ada apa-apa dalam

jiwa kita kecuali harus lebih dahulu melewati alat indera (Lefrancois, 1974).

Apabila tulisan pada buku yang ada dihadapan kita dapat dibaca dan kita dapat

menangkap makna dari huruf yang kita baca, maka inilah yang disebut ”Persepsi”.

Definisi persepsi itu sendiri adalah; “Pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan

yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan” (Lefrancois,

1974).

Bila kita menyapa seseorang yang berjalan dihadapan kita dengan anggapan

bahwa ia adalah teman yang kita kenal, tetapi setelah orang tersebut menoleh dan

ternyata keliru, ini merupakan contoh “kesalahan persepsi” dan bukan kesalahan sensasi.

Tetapi bila kita sayup-sayup mendengar panggilan Agus, tetapi nama kita sebenarnya

adalah Bagus, maka ini merupakan “kesalahan sensasi”.

Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977), persepsi dan sensasi

sangat dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional, atau faktor fungsional dan

struktural. Jadi hubungan antara persepsi dan sensasi sudah jelas, dimana sensasi

merupakan bagian dari persepsi, tetapi dapat mempengaruhi persepsi. Sedangkan

perbedaan sensasi itu sendiri disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman, lingkungan

budaya, serta kapasitas alat indera, dan perbedaan kapasitas alat indera dapat

menyebabkan perbedaan dalam menentukan pilihan, seperti dalam menentukan pilihan

perawatan gigi yang ditawarkan oleh dokter.

Ada beberapa faktor struktural yang berpengaruh pada persepsi seseorang,

karena sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh

sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Sebagai contoh seorang Ustad yang menjadi

panutan masyarakat ternyata melakukan poligami, maka di mata masyarakat pamornya

21

Page 22: KOMUNIKASI_ANAMNESA

akan turun, sedangkan seorang dokter gigi yang sering muncul sebagai bintang iklan di

TV, bila suatu saat ia berpakaian lusuh pada saat melayani pasiennya akan tetap dianggap

dokter yang berpenampilan rapi.

Pada persepsi sosial, pengelompokan jenis mahluk hidup tidak murni

struktural, sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu tidak

dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain, karena kerangka rujukan setiap

individu adalah berbeda. Seorang ahli Zoologi menganggap kuda, manusia dan ikan paus

sebagai satu kelompok, karena sama-sama golongan mamalia. Sedangkan kita

beranggapan bahwa ketiga jenis mahluk hidup tersebut jelas bukan merupakan satu

kelompok. Disinilah peran persepsi ditinjau dari aspek struktural, kultural dalam menilai

perbedaan dan kesamaan, terutama peranannya dalam hubungan sosial antara individu

dengan lingkungannya ( Krech & Crutchfield, 1977).

Ada beberapa pedoman berguna untuk mengatasi hambatan persepsi yang

sering terjadi dalam proses komunikasi, antara lain:

1. Bicaralah dengan jelas dan pelan.

Hindari menggunakan suara yang bernada tinggi, agar lebih mudah dipahami

2. Perlu mengulangi kalimat yang sulit

untuk dimengerti, untuk memberi waktu bagi pendengar menyesuaikan kedalam alam

pikirannya dan memahaminya.

3. Gunakan kata-kata yang mudah dan

sedehana dan bentuk aktif, contoh: ”Saya akan memeriksa gigi anda”, jangan ”Gigi

anda akan saya periksa”.

4. Gunakanlah kata-kata dengan urutan

yang logis dan jelas, rangkaian kata-kata harus sesuai dengan urutan kejadian, con-

toh: ” Silahkan makan dahulu, kemudian minum obatnya”, jangan ”Minum obatnya

setelah makan”, karena kata setelah kemungkinan tidak terdengar, maka kemungki-

nan yang terjadi obat diminum sebelum makan atau bersamaan dengan waktu makan.

5. Hati-hati menggunakan ungkapan

yang tidak dimengerti pendengarnya, contoh: ”Apakah tambalan giginya menggan-

jal?” ungkapan mengganjal mempunyai beberapa makna atau pengertian seperti tam-

balan terlalu tebal, atau tambalan terlalu tinggi.

22

Page 23: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Berikut sebuah contoh kasus ketika seorang pasien dengan kondisi gusi bengkak

disertai keluhan nyeri datang ke dokter gigi. Setelah dilakukan pemeriksaan, ia mendapat

resep obat yang harus segera diambil di apotik. Pada hari ketiga ia kembali sesuai anjuran

dokter tersebut, dan dengan perasaan kesal dan emosional menyalahkan Dokter gigi

tersebut karena bengkak pada gusinya bertambah besar dan semakin nyeri.

Dengan perasaan heran Dokter gigi tersebut balik bertanya kepada pasiennya

apakah obatnya sudah diminum, dan dijawab oleh pasien tersebut ; ”sudah dokter,

obatnya sudah saya minum satu tablet dan rasanya manis”. Dokter gigi tersebut terkejut

karena anjuran sesuai resep yang diberikan adalah 12 kapsul dan diminum 3 kali sehari.

Setelah ditelusuri ternyata pada saat pengambilan obat di apotik dan pembayaran resep

obat di apotik, Pasien tersebut mendapat sisa pembayaran uang ditambah satu gula-gula

(permen) “Nano-nano”. Karena ia kurang memahami bahwa ia harus menunggu obat

yang sedang diproses, maka permen tersebut dipersepsi sebagai obat yang harus

diminum, lalu pulang kerumah tanpa membawa obat tersebut. Artinya, pasien tersebut

tidak mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter, tetapi hanya menelan satu permen yang

dipersepsi sebagai obat, akibatnya bengkak pada gusinya tidak sembuh, bahkan

bertambah parah disertai rasa nyeri yang hebat. Dari contoh tersebut jelaskan letak

kesalahan komunikasi yang terjadi antara Dokter gigi dengan pasiennya, dan bagaimana

seharusnya pesan komunikasi dikemas sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi.

Kita menyadari bahwa kesalahan persepsi bisa terjadi kapan saja dan dimana

saja, seperti ketika kita memberikan contoh melalui gambar atau poster yang kurang jelas

tentang makanan sehat pada saat penyuluhan gizi untuk kesehatan gigi pada anak-anak

sekolah dasar. Bagi anak-anak yang kenyang gambar tersebut tidak menarik

perhatiannya, sedangkan bagi anak-anak yang lapar menganggap itu makanan yang lezat,

karena didorong rasa lapar.

Dapat dikatakan bahwa yang menentukan persepsi bukan bentuk dan jenis

stimulus atau pesan, tetapi adalah karakteristik orang yang memberikan respons terhadap

stimulus tersebut, dalam contoh tersebut kondisi biologis anak sangat mempengaruhi

persepsi terhadap pesan yang diterimanya. Bruner dan Goodman menyuruh dua

kelompok anak untuk mengukur besaran bermacam-macam uang recehan. Kelompok

anak yang miskin cenderung memberikan ukuran uang yang lebih besar dibandingkan

23

Page 24: KOMUNIKASI_ANAMNESA

kelompok anak yang kaya. Disini menunjukkan bahwa nilai sosial suatu obyek atau

stimulus tergantung juga pada latar belakang sosial kelompok anak-anak yang menilai.

Krech dan Crutchfield (1977), merumuskan Dalil Persepsi yang pertama

bahwa: Persepsi bersifat selektif secara fungsional, artinya bahwa obyek-obyek yang

mendapat tekanan dalam persepsi adalah obyek yang memenuhi tujuan individu yang

melakukan persepsi. Mereka memberikan contoh pengaruh kebutuhan, kesiapan mental,

suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Bila orang lapar dan orang haus

ketika berada disuatu restoran, maka orang lapar akan akan melihat nasi dan lauk pauk

sebagai priotitas, sedangkan orang yang haus akan melihat jenis minuman sebagai

prioritas. Disini menunjukkan bahwa kebutuhan biologis dapat menyebabkan perbedaan

persepsi.

Dalil persepsi yang kedua: Medan perseptual dan kognitif selalu

diorganisasikan dan diberi arti. Disini kita mengorganisai stimulus dengan melihat

konteksnya, walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita selalu mengisinya

dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.

Solomon Asch (1959), melakukan beberapa eksperimen tentang persepsi orang

pada serangkaian kata-kata sifat, dua kelompok penanggap ditugaskan memberikan

ulasan antara lain; kelompok pertama pada rangkaian kata-kata A dan kelompok kedua

pada rangkaian kata- kata B, sebagai berikut:

A. cerdas – rajin – impulsif – kritis – kepala batu - iri

B. iri – kepala batu – kritis – impulsif – rajin – cerdas

Kata- kata pada setiap rangkaian sama, namun urutan diubah, pada A dimulai dengan

sifat positif, sedang pada B dimulai dengan sifat negatif. Ternyata komentar orang

berbeda, A dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan, tetapi mempunyai

kelemahan yang tidak begitu merusak. Sedang B dianggap sebagai orang yang rusak,

yang kemampuannya tertutup oleh kelemahannya yang gawat. Dari contoh ini

menunjukkan bagaimana konteks kata-kata menentukan makna pesan.

24

Page 25: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Tanpa eksperimenpun kita menyadari dalam kehidupan sehari-hari bagaimana

kita menaruh simpati kepada seorang gadis yang cantik, walaupun tidak setia,

dibandingkan pada gadis yang tidak setia, walaupun sebenarnya cantik.

Dalam hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalam

Dalil persepsi yang ketiga : Sifat- sifat perseptual dan kognitif dari substruktur

ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jadi jika individu

dianggap sebagai anggota kelompok, maka semua sifat-sifat individu yang berkaitan

dengan sifat-sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya dengan

efek yang berupa asimilasi atau kontras. Misalnya; si Kamto terkenal sebagai tokoh gali

berpakaian jelek, maka anda akan menilai pakaiannya “kusut dan kotor”. Namun bila

pakaian yang sama dikenakan oleh Kiai Tony walaupun miskin, maka anda

mengomentarinya dengan pakaian lusuh tetapi ditambal dan disetrika dengan rapi. Disini

terjadi asimilasi, dimana sifat- sifat kelompok menonjolkan atau melemahkan ciri

individu.

Jika si Rumi seorang Ratu kecantikan dijumpai dengan rambut yang kusut

walaupun belum disisir, maka anda akan menganggapnya tetap menawan, tetapi bila kita

menjumpai si Upik dengan giginya yang tongos apalagi pakaiaannya tidak sesuai untuk

ikut kontes Ratu kecantikan, maka anda akan menilainya jelek sekali. Kita sangat

menaruh simpati yang berlebihan kepada Roy Marten dan Jhoni Indo, walaupun

tersangkut perkara narkoba dan perampokan. Tetapi kita akan memaki habis-habisan si

Robot Gedek yang melakukan sodomi pada anak-anak, apalagi disertai pembunuhan.

Disini terlihat bahwa kata “walaupun” bergeser menjadi kata “apalagi” yang

secara struktural mempengaruhi persepsi orang. Karena orang selalu memandang stimuli

dalam konteksnya, dalam strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada

rangkaian kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan mengatakan bahwa stimulus

yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok.

Pada gambar dibawah ini, A diangap sebagai deretan bintang yang terdiri dari

empat kelompok. Anda akan memasukkan d pada kelompok yang pertama dalam

rangkaian abcd efgh, tetapi mengelompokannya pada kelompok yang kedua dalam

rangkaian abc def ghi. B kita anggap sebagai gambar yang terdiri dari tiga kelompok

segitiga dan tiga kelompok segitiga dan tiga kelompok bintang. Disini kita tidak

25

Page 26: KOMUNIKASI_ANAMNESA

menyebutnya sebagai tiga kelompok baris yang masing-masing terdiri dari bintang dan

titik- titik.

A

B

Ini merupakan prinsip Gestalt yang disebut “principles of similarity”.

Dari prinsip ini Kretch dan Crutchfield menyebutkan Dalil persepsi yang

keempat: Obyek dan peristiwa yang berdekatan alam ruang dan waktu atau menyerupai

satu sama lain, cenderung ditangapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini

umumnya benar-benar bersifat struktural dalam mengelompokkan obyek-obyek fisik,

seperti titik, garis atau balok. Kita segera menganggap bentuk-bentuk segitiga sebagai

satu kelompok, dan bintang-bintang sebagai kelompok yang lain. Kita dapat meramalkan

dengan cermat dengan mengukur jarak diantara obyek atau melihat kesamaan bentuk

benda-benda mana yang akan dikelompokkan.

Dalam pembahasan terdahulu dikatakan bahwa seorang ahli Zoologi menganggap

kuda (hewan darat), ikan paus (hewan laut), sebagai satu kelompok, karena sama-sama

mamalia. Lalu katakanlah, mana diantara rangkaian benda dibawah ini yang tidak

merupakan satu kelompok; Televisi, emas, radio kaset, surat kabar. Tony menyebut

“surat kabar”, karena emas, radio kaset dan TV termasuk barang mewah dan mahal

harganya. Tetapi seorang mahasiswa fakultas komunikasi mengatakan “emas”, karena

TV, radio kaset, surat kabar sama-sama merupakan media massa. Jadi perbedaan

pengelompokan ini terjadi karena perbedaan pendidikan dan pengetahuan (frame of

reference).

Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh

komunikator untuk menigkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya dengan

orang-orang yang mempunyai prestise tinggi, duduk berdampingan dengan orang yang

terhormat (public figure) maka terjadilah apa yang disebut “gilt by association”

(cemerlang karena hubungan). Sebaliknya kredibilitas dapat berkurang karena

berdampingan dengan orang yang kredibilitasnya rendah pula, ini disebut “guilt by

26

Page 27: KOMUNIKASI_ANAMNESA

association” ( bersalah karena hubungan). Menurut Krech dan Crutchfield (1977),

kecenderungan mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah

hal yang universal, “it’s not something that only the poor logicians can do”, kita semua

sering atau pernah melakukannya.

Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila kita menyadari bahwa persepsi kita

mungkin keliru, komunikasi interpersonal yang kita lakukan akan menjadi lebih baik bila

kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subyektif dan cenderung keliru.

Seorang dokter gigi mewawancarai pasiennya sebagai berikut;

Pasien : Bau mulut suami saya sangat tidak sedap dokter, sehingga saya tidak mau

berdekatan dengan dia.

Dokter gigi : Bagaimana kalau bau mulut nyonya juga tidak sedap, apakah suami nyonya

juga mau berdekatan dengan anda.

Pasien : Jelas tidak mungkin dokter, karena saya selalu menyikat gigi tiga kali

dalam sehari.

Pasien tersebut jelas melakukan persepsi yang keliru terhadap pertanyaan dokter gigi,

tetapi tanpa disadari betapa seringnya kita juga melakukan kekeliruan semacam itu.

PSIKOLOGI PESAN

Ada seorang psikolog yang mempelajari pengaruh tubuh terhadap perilaku

manusia, dan menemukan hal yang aneh. Suatu ketika pada saat orang dirangsang

amigdagala-nya (bagian otak pada sistim limbik) dengan arus listrik 5 miliamper, orang

tersebut berubah menjadi agresif, suaranya berubah, tubuhnya bergetar sambil marah;

ketika stimulasi listrik tersebut diturunkan menjadi 4 miliamper, sikap orang tersebut

berubah, ia mulai tersenyum sambil menyesali sikap agresif dan kasar yang baru ia

lakukan.

Jose Delgado kemudian menghabiskan waktunya untuk mengembangkan alat-alat

stimulasi yang dapat merangsang otak, dengan menggunakan alat transdermal

stimoceiver yang ditanamkan pada otak seorang pasien. Dari jauh Delgado dapat

menggerakkan perilaku pasien tersebut dengan merubah perilaku pasien tersebut menjadi

tenang dan sebaliknya. Dengan yakin Delgado menyatakan bahwa ”Predictable

behavioral and mental respons may be induced in direct manipulation of the brain”,

27

Page 28: KOMUNIKASI_ANAMNESA

artinya perilaku dan respon mental dapat diramalkan dan dapat diinduksikan dengan

memanipulasi otak secara langsung (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Pertanyaannya; Apakah diri kita memiliki alat yang bisa mempengaruhi perilaku

orang? Jawabannya, ”benar”, kata George Miller (seorang pakar psikolinguistik).

Dikatakan bahwa setiap orang memiliki seperangkat perilaku untuk mengendalikan

pikiran orang lain. Kita dapat mempengaruhi pikiran orang lain, membuat orang lain

menjadi senang atau sedih, dan memasukkan gagasan baru dalam pikiran kita.

Sebenarnya teknik ini tidak ditemukan oleh para ahli psikologi, bukan pemberian

makhluk halus atau ahli teknik lain, akan tetapi teknik ini sudah dikenal sejak zaman pra

sejarah, yang lazim disebut bahasa. Karena dengan bahasa atau kumpulan kata kita dapat

mempengaruhi pikiran dan perilaku orang lain. Contohnya :

- Dengan kata-kata; ”Maju jalan”, seorang sersan dapat menggerakkan pasukan atau

barisan melakukan langkah tegap

- Dengan teriakan ”Bapak”, seorang anak dapat menggerakkan laki-laki besar di

seberang jalan untuk datang mendekatinya.

Inilah kekuatan bahasa atau kekuatan kata-kata (the power of words). Bahasa

adalah pesan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang disebut sebagai pesan linguistik.

Jadi manusia menyampaikan pesan berupa kata-kata atau kalimat, disebut dengan pesan

paralinguistik, sedangkan bila dengan bahasa ekspresi atau isyarat, disebut dengan pesan

extralinguistik atau pesan non verbal (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Menurut George Miller, tata bahasa memiliki tiga unsur yaitu; fonologis, sintaksis

dan semantik. Sehingga untuk menguasai bahasa tertentu kita harus menguasai ketiga

tahap tersebut. Tahap pertama kita harus memiliki informasi fonologis tentang bunyi-

bunyi dalam bahasa tersebut, misalkan kita harus bisa membedakan bunyi ”th” dengan

”the” dalam ”think”. Tahap kedua kita harus memiliki pengetahauan sintaksis tentang

cara pembentukan kalimat, misalnya dalam bahasa Inggris kita harus tahu cara

menempatkan ”to be” pada kalimat nominal. Pada tahap ketiga, kita harus mengetahui

secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata, misalnya kita harus tahu arti kata ”take”

dan ”take into account”.

Anda boleh saja mengetahui tata bahasa Inggris, menguasai lebih dari 50.000 kata

dan mampu membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris dengan cemat, tetapi anda

28

Page 29: KOMUNIKASI_ANAMNESA

tidak dapat tertawa lepas ketika seorang profesor berkebangsaan Inggris yang sangat

humoris menyampaikan ceramah yang selalu disertai joke-joke, sementara teman-teman

anda yang lain dapat tertawa terbahak-bahak. Beberapa tahun kemudian ketika anda

mengingat kembali joke-joke yang disampaikan profesor tersebut, barulah anda bisa

tertawa terbahak-bahak. Ini artinya pada diri anda sekarang sudah terbentuk kerangka

konseptual dan sistem kepercayaan kepada diri sendiri (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Mungkin kita pernah mendengar pertengkaran antara supir Sunda dan kernet

orang Jawa; ketika truk mereka berhenti di tengah jalan karena ban roda belakang pecah,

Supir memberi perintah kepada kernet dalam bahasa sunda, ”Cokot dongkrak”, kernet

yang tidak mengerti perintah supir menjawab ”Atos, Pak”. Keduanya bertengkar hampir

saling memukul. Mengapa demikian?

”Cokot dongkrak” : - Dalam bahasa Sunda artinya ”Pasang dongkrak”.

- Dalam bahasa Jawa artinya ”Gigit dongkrak”

”Atos” : - Dalam bahasa Sunda artinya ”Sudah”

- Dalam bahasa Jawa artinya ”Keras”

Kita menyadari betapa seringnya terjadi kesalah pahaman hanya karena bahasa

yang kita gunakan disalah artikan oleh penerima pesan. Oleh karena itu para ahli

psikologi komunikasi sekali lagi mengingatkan bahwa: ”Sebenarnya kata-kata atau pesan

itu tidak mempunyai makna, tetapi oranglah yang memberi makna pada kata-kata atau

pesan tersebut.

Oleh karena itu dalam menyusun pesan komunikasi perlu dicermati cara dan

strategi penyampaian pesan agar tidak terjadi gap komunikasi, terutama yang

menyangkut persepsi interpersonal.

HUBUNGAN INTERPERSONAL

Secara teori, komunikasi yang efektif ditandai dengan terciptanya hubungan

interpersonal yang baik. Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur,

tetapi yang paling penting adalah bagaimana menciptakan hubungan interpersonal.

Karena walaupun dengan teknik komunikasi yang baik, pesan yang sempurna, tetapi

hubungan interpersonal kurang baik, maka terjadilah secondary communication

breakdown, hubungan interpersonal terputus (Anita Taylor, 1977).

29

Page 30: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Apabila kita perhatikan kalimat di bawah ini, kita dapat membedakan mana

diantara kalimat tersebut yang isinya lebih mengarah kepada terciptanya hubungan

interpersonal.

1) Sebutkan siapa namamu.

2) Siapa nama anda?

3) Bolehkah saya mengetahui nama anda?

4) Sudikah kiranya anda menyebutkan nama anda?

Gerald R. Miller dalam bukunya ”Explorations in interpersonal communication”

mengatakan bahwa: ”Understanding the interpersonal communication process demands

an understanding of the symbiotic relationship between communication an relational

development : relational development influences the nature of communication between

parties to the relationship”, yang artinya : “Memahami komunikasi interpersonal

menurut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan

relasional, dan pada gilirannya (secara serentak) perkembangan relasional mempengaruhi

sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut (Jalaluddin

Rakhmat, 2005).

Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-sifatnya,

dan untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu yang terlibat,

sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Karena setiap hubungan interpersonal

harus dilihat dari tujuan bersama, metoda komunikasi yang digunakan, ekspektasi,

pelaksanaa peranan, serta bentuk permainan yang dilakukan. Dengan singkat dapat

dikatakan bahwa model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran pesan,

peranan dan permainan (Newcomb, 1961).

Adapun teori hubungan interpersonal yang kita gunakan, kita akan melihat hal

yang sama, yaitu melibatkan kedua belah pihak dan membentuk relasi interpersonal.

Ketika saya berhubungan dengan anda, anda bukan lagi anda yang biasa, tetapi anda

sudah berubah karena pertemuan dengan saya, dan sayapun berubah karena kehadiran

anda. Saya dan anda berbagi pengalaman. Bila pengalaman itu menyenangkan, maka

hubungan interpersonal akan berlanjut terus, tetapi bila pengalaman tidak menyenangkan

maka hubungan interpersonal akan putus. Misalkan hubungan saya dengan anda dapat

menimbulkan kepedihan, maka hubungan interpersonal akan sulit dilanjutkan.

30

Page 31: KOMUNIKASI_ANAMNESA

TAHAP-TAHAP HUBUNGAN INTERPERSONAL

Hubungan interpersonal bisa tercipta melalui tiga tahap, yaitu; Pembentukan

hubungan, Peneguhan hubungan dan Pemutusan hubungan interpersonal.

Pembentukan hubungan interpersonal

Tahap ini sering disebut sebagai tahap perkenalan (acquaintance process) yang

diuraikan oleh Theodore Newcomb (1961) dalam bukunya ”the acquaintance process”.

Dikatakan bahwa : ”Acquaintance is a communication process wherby an individual

transmits (consciously) or convey (sometimes unitentionally) information about his

personality structure and content to potential friends, using subtly different means at

different stages of the friendship’s development”, yang artinya : “ Perkenalan adalah

proses komunikasi dimana individu mengirimkan (secara sadar) atau menyampaikan

(kadang-kadang tidak sengaja) informasi tentang struktur dan isi kepribadiannya kepada

calon teman bicara, dengan menggunakan cara-cara yang agak berbeda pada bermacam-

macam tahap perkembangan persahabatan. Kalau tahap perkenalan adalah awal dari

proses penyampaian informasi, maka bentuk informasi macam apa yang disampaikan?

Oleh karena itu, beberapa peneliti hubungan interpersonal seperti New Comb,

Berger, Zunin dan Duck menemukan hal-hal yang menarik selama proses perkenalan.

Fase pertama; Fase kontak awal (initial contact phase) ditandai adanya kontak mata, dan

saling menangkap informasi atau reaksi dari lawan bicaranya. Disamping itu masing-

masing pihak berusaha menggali secara cepat identitas, sikap dan nilai dari pihak lain.

Bila mereka merasa ada kesamaan, maka mulailah proses pengungkapan diri, yang

menurut New Comb disebut ”Reciprocal scanning” (saling menyelidiki). Dan bila tidak

terjadi kesamaan, maka masing-masing berusaha menyembunyikan identitas diri, maka

tahap perkenalan tidak bisa berlanjut atau putus.

Pada tahap ini informasi yang digali adalah masalah seputar data demografis

(usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga) (Jalaluddin Rakhmat, 2005). Dengan

data demografis orang berusaha membentuk kesan tentang siapa dan bagaimana

gambaran teman bicaranya. Misalnya kita segera memberikan kesan, bila ia lahir di

Aceh, seperti budayanya, ia beragama Islam, sikap-sikapnya yang khas orang Aceh dan

sebagainya.

31

Page 32: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Menurut Charles R. Berger, informasi pada tahap perkenalan dapat

dikelompokkan dalam tujuh kategori yaitu:

1. Informasi demografis, seperti nama, usia, alamat rumah, pekerjaan

2. Sikap dan pendapat tentang orang atau obyek

3. Rencana yang akan datang, atau yang menyangkut kegiatan

4. Kepribadian atau sikap, misalnya; bagaimana anda menghadapi kenaikan harga saat

ini

5. Perilaku pada masa lalu, misalnya mengapa anda memilih sekolah katolik

6. Tentang orang lain, misalnya apakah anda mengenal dokter Tony

7. Tentang hoby dan minat

(Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Peneguhan hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah (dinamis).

Untuk memperteguh hubungan interpersonal diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk

mengembalikan keseimbangan (equilibrium). Menurut Argyle ada empat faktor utama

dalam memelihara keseimbangan :

1. Keakraban, ini merupakan pemenuhan kebutuhan tentang kasih sayang. Ini tercipta

bila kedua belah pihak sepakat terhadap tingkat keakraban yang diperlukan. Menurut

Argyle, ”Jika dua orang melakukan tingkat keakraban yang berbeda maka akan

terjadi ketidak serasian dan kejanggalan”. Misalnya jika A menggunakan teknik

sosial; berdiri lebih dekat, lebih sering memandang dan selalu tersenyum, maka si B

merasa si A bersifat agresif, dan terlalu akrab (ada apa di balik itu?). Sedangkan A

menganggap si B acuh tak acuh dan sombong.

2. Kesepakatan, adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan

bilamana atau kapan. Jika kedua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum

mengambil kesimpulan, siapakah yang berbicara lebih banyak, atau siapakah yang

menentukan, siapa yang dominan. Konflik akan terjadi bila masing-masing ingin

berkuasa atau dominan, dan tidak ada yang mau mengalah.

3. Ketepatan respon, artinya respon A harus diikuti oleh respon B yang sesuai.

Misalnya dalam suatu percakapan, pertanyaan harus disambut dengan jawaban,

lelucon, tertawa, penjelasan dan alasan. Respon ini bukan saja hanya dengan pesan

32

Page 33: KOMUNIKASI_ANAMNESA

verbal tetapi juga non verbal. Jika pembicara yang serius dijawab dengan tidak

serius, atau ungkapan wajah yang sungguh-sungguh diterima dengan ekspresi yang

menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal akan mengalami

keretakan. Menurut Tubbs dan Moss, dalam konteks ini kita bagi respon ke dalam

dua kelompok yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi adalah ” Any

behaviour that causes another person to value himself more”. Sedangkan sebaliknya,

diskonfirmasi adalah “Behaviour that cause a person to value himself less”. Artinya

konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal sedangkan diskonfirmasi

justru merusaknya. Bayangkanlah, ketika kita habis menonton film bersama-sama.

Usai menonton, anda memberikan komentar sangat positif terhadap pemeran utama

dalam film tersebut, tetapi saya memberikan reaksi yang negatif terhadap pemeran

utama tersebut. Maka respon saya merupakan diskonfirmasi (respon yang merusak)

(Argyle M., 1983)

Pemutusan hubungan interpersonal

Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa kedua tahap terbentuknya hubungan

interpersonal di atas menerangkan bahwa hubungan interpersonal tidak dapat diakhiri,

namun belum banyak penelitian dilakukan terhadap tahap yang ketiga yaitu tentang

pemutusan hubungan interpersonal.

R.D. Nye dalam bukunya ”Conflict among humans”, mengatakan bahwa ada lima

sumber konflik yaitu :

1. Kompetisi, disini salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan

mengorbankan pihak lain, misalkan menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu

dengan merendahkan orang lain.

2. Dominasi, ialah satu pihak berusaha mengendalikan pihak yang lain, sementara

pihak yang lain merasa haknya dilanggar

3. Kegagalan, disini salah satu pihak menyalahkan pihak yang lain apabila tujuan

bersama tidak tercapai

4. Provokasi, disini salah satu pihak secara sadar selalu berusaha menyinggung

perasaan pihak yang lain

5. Perbedaan nilai, artinya kedua belah pihak tidak sepaham atau tidak sepakat tentang

nilai-nilai yang mereka anut

33

Page 34: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Pola hubungan interpersonal mempunyai efek yang berlainan dalam komunikasi

interpersonal. Jadi tidak benar anggapan beberapa orang bahwa makin sering orang

melakukan komunikasi interpersonal, maka makin baik pula hubungan mereka

(Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Sebagai tenaga profesional kedokteran gigi, kita sudah seharusnya memiliki

kemampuan melakukan komunikasi dan hubungan interpersonal dengan pasien yang

mengalami masalah dengan kesehatan giginya. Oleh karena itu pendekatan komunikasi

dengan pasien sudah seharusnya menggunakan pendekatan ”Komunikasi terapeutik”

(Terapeutic communication) (Burnard, 1989).

KOMUNIKASI KESEHATAN (KOMUNIKASI TERAPEUTIK)

Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa upaya pendekatan kesehatan

kepada pasien sangat efektif bila menggunakan pendekatan komunikasi kesehatan

(komunikasi terapeutik), mengingat bahwa pendekatan kepada masyarakat secara

komprehensif berfokus pada pendekatan berbasis pelanggan (costumer oriented). Adapun

langkah-langkah penting yang harus dilakukan dan yang menyebabkan pendekatan ini

sangat efektif, adalah dilakukakannya berbagai langkah sebelum program komunikasi

kesehatan itu dilakukan, misalnya dengan melakukan riset awal (formative research)

serta uji coba produk dan perilaku di lapangan.

Walaupun setiap kelompok budaya masyarakat di Indonesia sangat bervariasi,

namun strategi pokok melalui pendekatan komunikasi kesehatan ternyata sangat efektif

dan dapat diterapkan diseluruh masyarakat Indonesia. Tujuan utama pendekatan

komunikasi kesehatan adalah untuk perubahan perilaku kesehatan kelompok maupun

individu kearah perilaku kesehatan yang lebih kondusif, sehingga memungkinkan

terjadinya peningkatan status kesehatan sebagai dampak (impact) dari program

komunikasi kesehatan.

Di Indonesia pengalaman sukses dari program komunikasi kesehatan dapat

dilihat pada program penyuluhan Gizi, Keluarga Berencana, kelangsungan hidup anak,

dan konsumsi garam beryodium di masyarakat (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

34

Page 35: KOMUNIKASI_ANAMNESA

RUANG LINGKUP KOMUNIKASI KESEHATAN

Secara teori proses komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar

individu maupun kelompok. Komunikasi itu sendiri mempunyai banyak arti, dari

pengertian yang umum maupun yang spesifik, seperti halnya dengan komunikasi

kesehatan. Pada bagian ini akan diuraikan beberapa definisi komunikasi dari pengertian

yang bersifat umum maupun yang spesifik.

Beberapa ahli Psikologi mendefinisikan komunikasi berdasarkan perspektif

mereka tergantung latar belakang minat ilmu mereka. Menurut George Miller,

”Komunikasi berarti suatu proses informasi yang disampaikan dari satu tempat tertentu

ke tempat lain”. Definisi ini menekankan pada ”Ide”, bahwa suatu informasi disampaikan

dari satu poin ke poin yang lain, yang terjadi pada dua orang yang sedang berbicara tatap

muka, atau melalui telpon dan lain-lain (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

Clevenger, menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu terminologi yang

merujuk pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis, dimana masing-masing

pihak baik sumber komunikasi (source) maupun penerima (receiver) terlibat dalam

proses berbagi informasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

Situasi ini dapat dilihat pada interaksi antara pekerja sosial dengan seorang

perawat yang bekerja sama dalam menangani seorang pasien dengan HIV Aids, dimana

terjadi interaksi yang efektif untuk menumbuhkan kepercayaan dan keterbukaan

penderita Aids tersebut, mengingat penderita Aids sifatnya sangat ”tertutup” terutama

yang berkaitan dengan kondisi penyakitnya.

Definisi lain dari komunikasi yang

diungkapkan oleh Fisher (1986) yang menyatakan

bahwa ”Komunikasi berarti berbagi elemen-elemen

perilaku dengan kesepakatan yang ditetapkan secara

bersama”. Definisi ini juga mencakup pengertian

transfer informasi antara dua pihak. Ciri khas

pengertian definisi ini adalah bahwa seperangkat aturan yang disepakati bersama

terutama dalam menggunakan ”bahasa medis”, seperti gigi karies, abses dan lain-lain.

35

Page 36: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Komunikasi Kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar manusia yang

berfokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok masyarakat

menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berusaha meningkatkan

derajat kesehatannya (Northouse,1985). Fokus dalam komunikasi kesehatan adalah

”Transaksi spesifik yang berhubungan dengan kesehatan dan faktor-faktor yang

mempengaruhi transaksi tersebut”. Transaksi antar ahli kesehatan maupun antara ahli

kesehatan dengan klien merupakan fokus utama dalam komunikasi kesehatan. Dengan

demikian maka Komunikasi kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori

komunikasi dalam transaksi yang berlangsung antar individu maupun dengan masyarakat

terhadap isu-isu kesehatan.

Menurut Rasmuson (1988), dan ahli komunikasi lainnya yang terlibat dalam

proyek USAID, komunikasi kesehatan dipandang sebagai ilmu disiplin ilmu komunikasi

terapan yang digunakan secara positif untuk mempengaruhi perilaku kesehatan

masyarakat. Disiplin ilmu ini dikembangkan oleh para ahli yang berkecimpung dalam

bidang kedokteran, keperawatan, pekerja sosial, Psikolog dan Sosiolog. Jadi komunikasi

kesehatan merupakan cabang ilmu yang multi disiplin atau mencakup semua bidang

ilmu, baik medis maupun non medis.

BEBERAPA MODEL KOMUNIKASI KESEHATAN.

Ada beberapa model komunikasi kesehatan yang secara praktis dapat digunakan

dalam semua kegiatan perubahan perilaku kesehatan di masyarakat;

1. Shanon & Weaver.

Menurut Shanon dan Weaver, komunikasi dipandang sebagai suatu ”sistem”

dimana ”Sumber” informasi (source) merumuskan informasi (encode) dalam bentuk

”Pesan” (message). Selanjutnya pesan tersebut dikirim dengan ”Isyarat” (signal)

melalui ”Saluran” (chanel) atau Media kepada ”Penerima” (receiver). Kemudian

penerima menerjemahkan pesan tersebut didalam alam pikirannya. Selanjutnya pesan

yang sudah diterjemahkan oleh penerima bisa disimpan dalam memorinya, atau

dijawab atau juga diteruskan kesasaran yang lain (destination). Ciri utama model ini

adalah selalu adanya konsep ”noise” atau pengganggu, yakni faktor-faktor yang

36

Page 37: KOMUNIKASI_ANAMNESA

mempengaruhi atau menghambat pesan saat melewati media, baik media udara,

media elektronik maupun media cetak. Model ini hanya mampu menggambarkan

suatu proses penyampaian informasi satu arah (oneway event), padahal komunikasi

antar manusia sebaiknya berjalan dua arah (two way event) (Soekidjo Notoatmodjo,

2005).

Contohnya adalah proses komunikasi antara Dokter gigi dengan pasiennya,

dimana Dokter gigi sangat aktif menyampaikan pesan, tetapi pasiennya sebagai

pendengar berperilaku pasif (hanya mendengar saja), dan tidak memberikan respon

atau jawaban.

2. Model SMCR ( Source, message, Chanel, Receiver).

Model ini menerangkan proses komunikasi berdasarkan ketrampilan, sikap,

pengetahuan dan latar belakang budaya baik dari sumber komunikasi. Sementara

pesan (message) yang disampaikan mengandung elemen-elemen tertentu seperti

struktur, isi serta kode-kode yang unik. Pesan tersebut ditransfer melalui saluran

(media) yang melibatkan pendengaran, penglihatan, perabaan dan perasaan.

Kemudian penerima pesan (receiver) menginterpretasikan pesan tersebut berdasakan

ketrampilan, sikap, pengetahuan, sosio budayanya, disinilah sering terjadi salah

interpretasi terhadap pesan yang diterima, mengapa? Kita sering tidak menyadari

bahwa yang memberi makna (arti) terhadap pesan adalah penerima (receiver),

sehingga pesan yang menurut sumber komunikasi dianggap sudah benar, ternyata

diartikan berbeda oleh penerima pesan, akhirnya terjadilah gap komunikasi ( Stewart

& Moss,1974). Salah satu kekuatan dari model ini adalah, bahwa komunikasi dapat

dipandang sebagai proses yang dinamis, namun kekurangan model ini adalah tidak

adanya mekanisme umpan balik (feed back).

Apabila model ini diaplikasikan dalam komunikasi terapeutik, maka model ini

tidak mampu menjelaskan betapa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

efektifitas komunikasi antara dokter dengan kliennya, yang sama-sama memiliki latar

belakang pengetahuan, ketrampilan sosial budaya yang berbeda. Mekanisme umpan

balik sangat penting agar proses komunikasi berlangsung lebih dinamis dan

menghindari gap komunikasi antara dokter dengan kliennya.

37

Page 38: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Model SMCR dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini:Source Message Chanel Receiver

Communication skills Elemen Seeing Communication skillsAttitudes Structure Hearing AttitudesKnowledges Content Touching KnowledgesSocial Systems Treatments Smelling Social systemsCulture Code Tasting Culture

(sumber : David K Berlo; The process of communication), 1976.

3. Speech Communication Model

Model ini dikembangkan oleh Miller (1972), proses komunikasi terdiri dari tiga

variable, yaitu : Pembicara (speaker), Pendengar (receiver) dan Umpan balik (feed

back). Dalam proses ini Pembicara menyampaikan pesan (informasi), sedangkan

pendengar menginterpretasikan pesan tersebut berdasarkan latar belakang

pengetahuan, ketrampilan dan sosial budayanya, kemudian pendengar memberikan

umpan balik, bisa positif atau negative kepada pembicara, demikian selanjutnya

sehingga terjadi proses komunikasi yang dinamis. Model inilah yang sering

diaplikasikan dalam kegiatan komunikasi terapeutik antara dokter dengan kliennya:

Model ini dapat diilustrasikan pada gambar dibawah ini :

Positive/Negative

Feed Back

(Sumber: Nourthouse and Northouse; Health communication for health personal, 1985).

STRATEGI KOMUNIKASI KESEHATAN (Terapeutic Communication Strategy)

Menurut Northouse and Northouse (1985) Secara umum strategi komunikasi

kesehatan (communication terapeutic) antara Dokter dengan kliennya digambarkan

dalam langkah-langkah sebagai berikut :

38

Speaker

AttitudeEncodingSkills

Listener

AttitudeEncodingSkills

Page 39: KOMUNIKASI_ANAMNESA

1. Identifikasi masalah.

Pada tahap ini merupakan langkah awal dan sistematis untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan yang hendak ditangani, dengan mengumpulkan secara kronologis

riwayat sakit dari pasiennya. Ini merupakan langkah awal dari suatu proses Anamnese.

Pada tahap inilah terjadi pertemuan awal dimana proses komunikasi terjadi, sehingga

diperlukan ketrampilan dalam merancang pertanyaan atau wawancara tahap awal, dan

mendapatkan feed back yang maksimal dari klien, yang artinya klien memahami benar

pesan atau makna dari pertanyaan yang disampaikan oleh dokternya.

Seperti telah dijelaskan (pada halaman) tentang hubungan interpersonal, maka tahap

ini merupakan tahap awal tejadinya hubungan interpersonal, sehingga disebut sebagai

tahap perkenalan (acquaintance process), dimana seorang individu mengirimkan (secara

sadar) atau menyampaikan (secara tidak sengaja), informasi tentang struktur dan

kepribadiannya kepada lawan bicaranya dengan menggunakan cara-cara yang berbeda

sesuai perkembangan yang berlangsung pada proses awal komunikasi tersebut

(Newcomb, 1961).

Salah satu factor yang amat penting untuk menyelami kepribadian dari klien kita

adalah menumbuhkan “Keserasian hubungan emosional”, atau disebut sebagai

“Komunikasi tingkat empati”.

Empati

Empati adalah keserasian emosional ketika terjadi hubungan interpersonal, dimana

sumber komunikasi merasakan tingkat emosional dari lawan bicaranya. Contohnya :

“Saya sangat merasakan keluhan sakit yang anda alami” (Anita Taylor, 1977).

Empati telah didefinisikan dalam bermacam-macam versi. Menurut Freud, dianggap

sebagai cara memahami orang lain tetapi tidak mempunyai arti emosional. Menurut

Scotland et all, empati adalah keadaan ketika kita bereaksi secara emosional dengan

menanggapi orang lain yang mengalami atau siap mengalami suatu emosi. Sedangkan

menurut Bennet, empati adalah “Imaginative intellectual and emotional participation in

another person’s experience” (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Definisi empati sering dikontraskan dengan “simpati”, yang artinya kita

menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Contohnya “Bila saya

39

Page 40: KOMUNIKASI_ANAMNESA

melihat anda menangis karena kehilangan orang tua anda, maka saya coba

membayangkan bila saya juga kehilangan orang tua saya”. Saya beranggapan andapun

mempunyai perasaan seperti apa yang saya rasakan.

Dalam empati kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tetapi kita

ikut serta secara emosional dan intelektual ke dalam pengalaman orang lain. Jadi,

ber”empati” artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.

Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat dan merasakan seperti

juga orang lain merasakan (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

Milton J Bennett melukiskan perbedaan antara ”simpati” dan ”empati” sesuai

pengalaman pribadinya; ”Aku dan istriku telah menemukan bahwa perbedaan antara

simpati dengan empati sangat menentukan komunikasi yang menyangkut hubungan

interpersonal. Sebagai contoh pengalaman kami dalam berhubungan satu sama lain ketika

sakit. Bila sakit, aku ingin ditinggalkan sendirian (mungkin lebih baik menanggung

sendirian dengan tabah). Tetapi bila istriku yang sakit, ia ingin diperhatikan secara penuh

(mungkin makin menyenanginya). Ketika kami baru menikah, aku ungkapkan simpatiku

kepada istriku dengan meninggalkannya sendirian, jika dia sedang sakit. Tentu saja ia

juga bersimpati kepadaku ketika aku sakit dengan menanyakan apa perasaanku kira-kira

setiap sepuluh menit. Setelah bertahun-tahun kami menikah, mulai muncul rasa

kebingungan mengapa kami jengkel ketika kami sakit. Kami menemukan bahwa kami

mempunyai ekspektasi yang berbeda bagaimana seharusnya yang sakit dilayani. Kami

sekarang berusaha ber-empati, dan bukan simpati. Dengan membayangkan pengalaman

orang lain ketika sakit, kami memperlakukan orang lain berbeda dengan cara kami

memperlakukan diri kami sendiri”.

Jadi komunikasi tingkat empati merupakan gambaran kesamaan atau keserasian

emosional antara kedua pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal. Jadi agar

empati tidak ditanggapi sebagai keadaan berpura-pura atau dipersepsi salah oleh orang

lain, maka kita harus jujur dalam mengungkapkan diri kita yang sebenarnya, baik secara

verbal maupun non verbal, dan kita harus menghindari ”penopengan” atau pengelolaan

kesan (Jalaluddin Rakhmat, 2005).

40

Page 41: KOMUNIKASI_ANAMNESA

2. Tehnik Mendengarkan.

Pada saat kita beraktifitas, kita sering mendengarkan berbagai macam suara, suara

klakson mobil, deru sepeda motor, orang berbicara dan suara- suara lain. Dalam proses

Komunikasi interpersonal, mendengakan adalah salah satu

aspek penting yang perlu dipahami agar terjadi keserasian

dan keharmonisan dalam hubungan intepersonal

(Citrobroto,1979). Nelson & Jones (1990),

mengungkapkan bahwa ”Mendengarkan merupakan proses

aktif, bukan sekedar mendengarkan kata-kata, tetapi

melibatkan upaya secara sadar tentang kata-kata yang diucapkan, memperhatikan dengan

serius, serta menunjukkan perasaan ingin tahu terhadap apa yang dikatakannya”.

Pada saat proses mendengarkan berlangsung, sering terjadi perhatian menjadi

terpecah, ini sebagai akibat dari kurangnya minat terhadap topik pembicaraan, atau

gangguan suara (noise) yang terjadi pada saat pembicaraan berlangsung. Tugas seorang

pendengar adalah membantu orang mengemukakan situasinya, kondisi pribadinya dengan

tidak tergesa-gesa dan tidak terpotong dan dapat menggali pengetahuan, sikap dan

pendapatnya (Nelson & Jones, 1990).

Dalam kegiatan komunikasi terapeutik, tehnik mendengar yang efektif merupakan

hal yang harus dipahami, karena kita sangat berkepentingan mendapatkan gambaran

perjalanan penyakit berdasarkan uraian yang disampaikan oleh klien. Hal ini dapat

memperkuat tangungjawab pembicara untuk dirinya sendiri dan penting untuk membantu

mereka menentukan pilihan dalam upaya penanganan kesehatan. Latihan soal proses

mendengarkan pada kegiatan percakapan antara dua pihak digambarkan sebagai berikut :

Adakan percakapan dengan lawan bicara, pertama jaraknya agak rapat, selanjutnya

jaraknya agak jauh. Apa yang terjadi atau apakah ada perbedaan dalam hasil yang di-

dengarkan.

Bila kita berbicara dengan klien kita dan dibatasi oleh meja yang tinggi atau meja

yang besar, apa yang terjadi ?

Bila berbicara dengan pasangan kita dimana posisi kita berdiri sedangkan posisi

pasangan kita duduk dikursi, apa yang terjadi dan bagaimana efektifitas hasil pem-

bicaraan tersebut?

41

Page 42: KOMUNIKASI_ANAMNESA

Buat percakapan dengan pasangan kita , pertama kita saling bertatap muka dan be-

dakan bila kita berbicara tidak saling berpandangan, apa yang dapat kita rasakan

pada proses tersebut?

(Boyd, Shepherd, 2003).

Meningkatkan kemampuan mendengar

Kemampuan mendengarkan dengan efektif bukanlah merupakan bakat atau

bawaan, akan tetapi dapat dilatih dan dapat juga dipelajari melalui pengalaman terdahulu.

Setiap orang dapat menjadi pendengar yang efektif asalkan mau berlatih secara tekun dan

kontunyu (Citrobroto, 1979). Adapun cara-cara untuk menjadi pendengar yang efektif

adalah :

1. Kesiapan mendengarkan, disini diperlukan kesiapan jasmani (fisik) dan mental. Ke-

siapan jasmani ini dapat kita bandingkan bila seseorang hendak bepergian mengen-

darai mobil, ia harus mengecek terlebih dahulu peralatan dan kesiapan mobil seperti

oli, bensin, rem, ban roda dan lain-lainnya. Demikian juga bila kita ingin menden-

garkan informasi dari klien kita, maka kita harus siap secara fisik (kelima indera

kita), serta menyiapkan alat tulis bila diperlukan untuk mencatat hal-hal yang pent-

ing.

2. Menyiapkan tempat duduk yang nyaman bagi kliennya, menjaga jarak atau posisi

yang tidak terlalu jauh, bisa di samping klien, atau duduk berhadapan dengan klien.

Hindarkan adanya barang-barang yang tidak perlu seperti meja tulis, karena akan

menjadi barier yang akhirnya dapat menimbulkan gap sosial antara kita dengan

klien (klien menjadi tertutup).

3. Menyiapkan materi yang akan dibicarakan, yang meliputi hal-hal apa saja yang

akan digali dan diketahui dari klien, terutama yang terkait dengan masalah kese-

hatan klien.

4. Mempersilahkan klien untuk duduk dengan santai dan menyampaikan salam perke-

nalan, misalkan tentang nama, tempat tinggal, pekerjaan dan maksud kedatangan-

nya. Hindarkan pertanyaan yang sangat sensitive yang dapat menimbulkan hubun-

gan interpersonal terputus, seperti : “Apakah sudah menikah?” atau “Berapa jumlah

puteranya?”, karena tidak semua orang senang bila ditanyakan tentang status

42

Page 43: KOMUNIKASI_ANAMNESA

pernikahan dan jumlah anak, terutama bagi mereka yang tidak menikah atau tidak

memiliki putera atau puteri.

5. Selanjutnya menanyakan tentang hal-hal yang terkait dengan masalah kesehatan

giginya, seperti keluhan yang sekarang paling dirasakan, seberapa parah keluhan

tersebut, berapa lama keluhan tersebut sudah dialami, dan sebagainya.

6. Melakukan pemeriksaan berdasarkan keluhan pasien, untuk mendapatkan diagnosa

masalah kesehatan gigi secara tepat

7. Setelahmendapatkan diagnosa yang tepat berdasarkan pemeriksaan dan keluhan,

maka dilanjutkan dengan penjelasan tentang rencana perawatan. Adapun rencana

perawatan ini harus dijelaskan dengan sangat rinci dan secara jelas, baik yang

menyangkut keuntungan dan kerugian atau kelemahannya bila melakukan atau

menerima perawatan tertentu yang kita tawarkan. Sebagai contoh; Apabila kita in-

gin menawarkan jenis perawatan tumpatan amalgam atau tumpatan inlay kepada

pasien kita, kita harus menjelaskan proses atau tahap perawatannya, apa keuntungan

dan kerugiannya bila dibandingkan dengan jenis perawatan yang lain, misalkan

pencabutan gigi dan sebagainya. Selanjutnya kita mendengarkan dengan seksama

apa pilihan perawatan yang diinginkan pasien sesuai dengan penjelasan yang baru

kita berikan.

8. Selanjutnya memberikan kesempatan kepada klien atau pasien untuk mengungkap-

kan pendapat atau pilihan perawatan sesuai kemampuannya. Disinilah tingkat

kepercayaan pasien terhadap kita dipertaruhkan dan kita harus siap menerima keny-

ataan terhadap apa yang diinginkan klien terutama yang terkait dengan rencana per-

awatan (Annette Hannah & Jane Millichamp & Kathryn MS. Ayers, 2004).

3. Problem solving (Pemecahan masalah).

Seperti pola perilaku manusia yang lainnya, pemecahan masalah dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti faktor situasional maupun faktor personal. Pada faktor situasional

seperti stimulus yang menimbulkan masalah, berat ringannya masalah, masalah lama atau

baru, penting atau tidaknya masalah. Beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor

biologis dan sosiopsikologis berpengaruh terhadap pemecahan masalah, contoh orang

yang kurang tidur karena mengalami kesakitan pada giginya, akan mengalami penurunan

43

Page 44: KOMUNIKASI_ANAMNESA

kemampuan berpikir. Sedangkan contoh faktor sosio psikologis adalah motivasi yang

tinggi akan mendorong orang akan bersemangat dalam memecahkan masalah, sedangkan

motivasi yang rendah akan mendorong orang mengalihkan perhatian apabila mendapat

stimulus untuk memecahkan masalahnya (Coleman,1974).

Gambaran tentang problem solving itu sendiri adalah bagaimana kita dapat

mengungkap masalah, perilaku apa yang terjadi, dan bagaimana mengatasi atau

memecahkan masalah tersebut. Menurut Coleman (1974) proses pemecahan masalah

tersebut berlangsung melalui lima tahap, antara lain:

1) Suatu keadaan ketika perilaku yang biasa kita lakukan terhambat karena sebab ter-

tentu, dan kita mencoba mengatasinya dengan hal yang rutin. Contoh : Dalam

menghadapi kasus kesehatan yang rutin, kita selalu menanganinya dengan cara

yang rutin pula. Namun bila kasusnya agak berbeda dari biasanya kita akan men-

galami masalah bagaimana cara menanganinya.

2) Kita mencoba menggali memori kita untuk mengenali masalah tersebut secara rinci.

3) Kita mencoba dengan seluruh kemungkinan untuk mendapatkan cara pemecahan

masalah, hasilnya bisa lebih baik atau bahkan akan lebih buruk.

4) Kita menggunakan lambang-lambang verbal atau non verbal seperti gambar, grafik,

sketsa dan lain-lain untuk menjelaskan kerangka permasalahan, dan mencari

informasi tentang cara menangani masalah tersebut.

5) Akhirnya terlintas dalam pikiran bahwa kita dapat menetapkan kerangka

pemecahan masalah.

Tujuan dari Pemecahan masalah (Problem solving ) dalam komunikasi kesehatan

adalah;

1) Memahami perbedaan dalam mengatasai suatu permasalahan kesehatan

2) Mendorong sasaran atau klien untuk menggali riwayat sakit yang dialaminya

3) Mendorong sasaran atau klien untuk mengungkapkan ide-idenya yang mungkin

sangat berguna dalam membantu mengatasi masalah kesehatannya.

4) Meningkatkan pengetahuan sasaran atau klien dalam mengatasi masalah kesehatan

yang dialaminya

44

Page 45: KOMUNIKASI_ANAMNESA

5) Mendorong sasaran atau klien membuat keputusan untuk dirinya sendiri dalam

memilih cara penanganan masalah kesehatan yang dialaminya

(Coleman,1974).

45