komunikasi persuasif riba crisis center dalam...
TRANSCRIPT
KOMUNIKASI PERSUASIF RIBA CRISIS
CENTER DALAM SOSIALISASI GERAKAN
ANTI RIBA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
HERA SETIAWATI
NIM 1112051000018
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEⅣIBIMBING
KOMIINIKASI PERSUASIF RIBA CRISIS CENTER
DALtt SOSIALISASI GERAKAN ANTI RIBA
Skripsi
Diaiukan untuk Memenuhi Persyaratan ⅣIemperoleh Gelar
Sattana sOsial(S・ SOS)
C)leh
Hera Setiawati
NIP1 1112051000018
Ade Rina Farida,MoSiNIP 197705132007012018
JIJRUSAN KOpluNIKASI DAN PENYIARAN ISLAPI
FAKULTASILMU DAKWAE DAN KOⅣ IUNIKASI
UNIVERSITASISLtt NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440H/2019M
LEⅣlBAR PENGESAHAN
Skripsi bcttudul``KO卜 IIINIKASI PERStiASIF RIBA CRIISIS
CENTER DALAMISOSIALISASI GERAKAN ANTI RIBA''
tclah dittikan dalam sidang inunaqasyah Fakultas IImu Dakawah
dan Komunikasi Univcrsitas lsial摯 Negcri Syarif Hidayatuliが11
Jaka“a padatangga1 05 Jul:2019 Skripsi:lni tclah ditcrilma sebagai
salah satu syarat mcmperolch gclar sattana sOsial(S.SOS)pada
lFakultas IIlllu Dak、 vah dan Kolllunikasi
Jakarta,05 Jtlli 201 9
Tim Ujian】旺ullaqasyah
Ket磯
Dr.Hi.Armawati ArbiNIP.196502071991032002
Sekretarls
Suhelldra.nd.SiNIP.199104252019031013
Peng理,11
Ade Masturi.MANIP.197506062007101001
PengllJ1 2
Dr.Ⅱ.Edi Amin,MANIP.197609082009011010
の言在、q勁器o9 JoLi 2-olg
os■ oは 2019
0, うもは スD19
03301998031004
Mengetahui:
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah inil
Nanla
NIM
:Hera Setiawati
:1112o51oOoo18
Dengan ini menyatakall ballwa slcl‐ipsi yallg bettudul
“KOMUNIIttSI PERSuASIF RIBA CttSIs cENTER
DALAⅣI SOsIALISASI cERAKAN ANTI RIBA" adalah
benar merupakall karya saya sendi五 dan tidak melakukan
tindakan plagiat dalanl pcllyusunannya.Adapun kutipan yang ada
dalaln pcnyusunan kava ini telall saya cmtuinkan suinber
kutipannya dalam slcipsi. saya bersedia lnelakukan prOses
semestinya sesuai dcngan pcraturan perundangan yang berlaku
jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan
plagiat karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipelgunakan seperlunya.
NIⅣl ll12051000018
J,kalta,21 Ap五12019
i
ABSTRAK
Hera Setiawati
1112051000018
Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center dalam Sosialisasi Gerakan Anti
Riba
Riba merupakan hal yang telah dilarang semenjak zaman Rasulullah
SAW. Saat ini riba menjadi tantangan dalam menerapkan perekonomian
syariah.. Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Riba Crisis
Center menjadi salah satu organisasi yang berfokus pada sosialisasi dengan
edukasi dan solusi untuk mengajak masyarakat menjauhi riba.
Berdasarkan konteks di atas, tujuan penelitian adalah menjawab
pertanyaan mayor dan minor. Pertanyaan mayornya adalah bagaimana
komunikasi persuasif Riba Crisis Center dalam sosialisasi gerakan anti riba?
Minornya adalah bagaimana tahapan dan teknik komunikasi persuasif yang
dilakukan Riba Crisis Center dalam sosialisasi gerakan anti riba?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Komunikasi
Persuasif dari Jalaludin Rakhmat, yang didefinisikan sebagai proses
mempengaruh perilaku dan tindakan orang lain melalui pendekatan manipulasi
psikologis, sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
Dan teori tahapan dan teknik komunikasi persuasif dari Effendy. Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis deskriptif. Dengan
pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Proses sosialisasi Riba Crisis Center dilakukan dengan tahapan dan
teknik komunikasi persuasi. Komunikasi persuasif kemudian terjadi dan
mempengaruhi perubahan sikap, perilaku dan tindakan masyarakat yang
bertujuan untuk menjahi riba. Tahapan komunikasi melalui perhatian, minat,
menumbuhkan hasrat, kemudian menimbulkan keputusan untuk melakukan
tindakan. Teknik komunikasinya melalui asosiasi, integrasi, penataan pesan,
memberikan ganjaran, dan memenangkan perdebatan dengan argumen yang
kuat.
Kata kunci : Komunikasi, Persuasif, Sosialisasi, Riba, Crisis Center
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahirrobbil„aalamiin, tiada hentinya penulis
mengucapkan rasa syukur atas segala rasa sayang dan limpahan
nikmat yang Allah berikan kepada penulis. Dia-lah sebaik-
baiknya tempat berharap yang selalu menyayangi hambaNya.
Tiada kemudahan tanpa seizin Allah, tiada pula tempat terbaik
untuk mengadu selain kepada Allah.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
tauladan hidup kita, Rasulullah Muhammad SAW. yang telah
membawa kedamaian di muka bumi ini serta menjadi sebaik-
baiknya contoh di kehidupan ini. Semoga kelak kita mendapat
syafaatnya di hari akhir. Aamiin.
Alhamdulillahirrobbil„aalamiin, berkat usaha dan doa,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komunikasi
Persuasif Riba Crisis Center dalam Sosialisasi Gerakan Anti
Riba” ini. Penulis menyadari banyaknya kontribusi berupa
bantuan, dukungan, motivasi, serta bimbingan dari banyak pihak.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Suparto, M.Ed, Ph, D,
beserta Ibu Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, selaku Wakil Dekan
I Bidang Akademik, Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA
selaku Dekan Bidang Administrasi Umum serta Bapak
iii
Cecep Sastra Wijaya, MA selaku Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Ibu Dr. Hj. Armawati Arbi, M.Si dan
Bapak Dr. H. Edi Amin, MA selaku Sekretaris Program
Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Ibu Ade Rina Farida, M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah begitu bijaksana memberikan ilmunya kepada
penulis dengan sabar agar skripsi ini selesai dengan baik,
tepat waktu dan juga bermanfaat.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu yang
telah diberikan kepada penulis.
5. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Utama dan Akademik
Mahasiswa yang telah melayani prosedur pelayanan dan
penggunaan fasilitas belajar dengan baik.
6. Bapak Ahmad Taufik selaku pendiri Riba Crisis Center
yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam
mencari data penelitian.
7. Kedua orangtua, Bapak H. Hendarto yang telah
memberikan nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada
peneliti dan alm. Ibu Hj. Eny Kardini yang selama
hidupnya telah mencurahkan kasih sayang yang tiada
batas kepada peneliti. Terimakasih mama, untuk
dukungan cintanya selama ini.
iv
8. Bapak dan Ibu mertua, Bapak Fatoni dan Ibu Darsih yang
telah menerima dan memberi kasih sayangnya untuk
penulis seperti anak kandung sendiri.
9. Suami tercinta, mas Ade Sucipto yang terus mendukung
penulis dengan penuh cinta dan sabar untuk
menyelesaikan skripsi ini. Dan untuk Khaylila Salsabila
Sucipto, terimakasih sudah menjadi motivasi terbesar
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga Mas Sigit Hadiyuanto dan Mba Zubaedah, yang
terus memotivasi penulis dan tulus mendoakan serta
memberikan tempat tinggal selama penelitian di
Cibinong.
11. Keluarga Bang Iwan Setiawan dan Mba Erni Ernawati
yang tulus mendoakan penulis supaya skripsi ini selesai.
12. Teman-teman seperjuangan, Rahmah Novitasari, Iryanti
Rachmaniar, Haris Mauluddin, Imad Aqil Abdurrahman,
serta Deden Ramadhan yang telah saling menyemangati
satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini
13. Teman sekaligus adik, Mujiyanti dan Lailatu Syifa yang
telah memberikan dukungan dalam hal semangat maupun
bantuan materi kepada penulis.
14. Teman-teman KKN Kebangsaan Desa Busung,
Kepulauan Riau, terimakasih sudah memberi inspirasi dan
motivasi untuk tetap menjadi seseorang yang bermanfaat.
15. Seluruh orang yang mengenal dan mendukung penulis
yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih
v
sudah menjadi motivasi dan inspirasi hingga selesainya
skripsi ini.
Semoga segala kebaikan dan semangat yang diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah
SWT dan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Aamiin.
Jakarta, 05 Juli 2019
Hera Setiawati
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ....................................... 8
1. Batasan Masalah .......................................................... 8
2. Rumusan Masalah ....................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 8
1. Tujuan Penelitian ......................................................... 8
2. Manfaat Penelitian ....................................................... 9
D. Tinjauan Pustaka ............................................................. 9
E. Metode Penelitian .......................................................... 11
1. Subjek dan Objek Penelitian ..................................... 12
2. Tempat Penelitian ...................................................... 12
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 13
4. Pengolahan Data ........................................................ 15
5. Teknik Analisis Data ................................................. 15
F. Sistematika Penulisan .................................................... 17
BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL .................... 19
A. Ruang Lingkup Komunikasi ......................................... 19
1. Pengertian Komunikasi ............................................. 19
2. Unsur-unsur Komunikasi .......................................... 20
3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi ................................ 21
vii
4. Jenis Komunikasi ...................................................... 24
5. Hambatan Komunikasi.............................................. 27
B. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif ......................... 29
1. Pengertian Komunikasi Persuasif ............................. 29
2. Bentuk Komunikasi Persuasif ................................... 30
3. Tahapan Komunikasi Persuasif................................. 32
4. Teknik Komunikasi Persuasif ................................... 33
C. Sosialisasi ...................................................................... 35
1. Pengertian Sosialisasi................................................ 35
2. Jenis-jenis Sosialisasi ................................................ 36
D. Riba ............................................................................... 37
1. Pengertian Riba ......................................................... 37
2. Bentuk Riba .............................................................. 38
3. Larangan Riba ........................................................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM................................................ 43
A. Profil Riba Crisis Center ............................................... 43
B. Struktur Organisasi dan Kantor Riba Crisis Center ...... 48
C. Program-Program Riba Crisis Center ........................... 50
D. Sosok Komunikator Riba Crisis Center ........................ 59
E. Media Sosial Riba Crisis Center ................................... 63
F. Paguyuban Anti Riba (PAGARI) .................................. 69
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................... 77
A. Tahapan Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center ...... 78
1. Perhatian (Attention) ................................................. 78
2. Minat (Interest) ......................................................... 81
3. Keinginan (Desire).................................................... 82
4. Keputusan (Decision)................................................ 84
viii
5. Tindakan (Action) ...................................................... 85
B. Teknik Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center ......... 89
1. Teknik Asosiasi ........................................................ 89
2. Teknik Integrasi ........................................................ 91
3. Teknik Icing ............................................................. 93
4. Teknik Pay Off dan Fear Arousing .......................... 94
5. Teknik Red-Herring ................................................. 96
BAB V PEMBAHASAN .......................................................... 101
A. Tahapan Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center .. 101
1. Perhatian (Attention)................................................ 101
2. Minat (Interest)........................................................ 102
3. Keinginan (Desire) .................................................. 103
4. Keputusan (Decision) .............................................. 104
5. Tindakan (Action) .................................................... 104
B. Teknik Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center ..... 105
1. Teknik Asosiasi ....................................................... 105
2. Teknik Integrasi ....................................................... 106
3. Teknik Tataan (Icing) .............................................. 107
4. Teknik Pay Off dan Fear Arousing ........................ 108
5. Teknik Red-Herring ................................................ 109
BAB VI PENUTUP .................................................................. 111
A. Kesimpulan ................................................................. 111
B. Saran ............................................................................ 113
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Logo Riba Crisis Center…………….......... 47
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Riba Crisis Center…… 49
Gambar 3.3 Open House Pagari Cilegon………………. 51
Gambar 3.4 Open House Pagari Tangerang……………. 51
Gambar 3.5 Tandatangan Dukungan Masyarakat……… 53
Gambar 3.6 Suasana Guyub Bulanan Pagari Bogor…… 54
Gambar 3.7 Pendampingan Riba Crisis Center…........... 58
Gambar 3.8 Guyub Bulanan bersama Ahmad Taufik….. 60
Gambar 3.9 Pernyataan Ahmad Taufik………………… 61
Gambar 3.10 Tampilan Pesan Persuasif RCC…………… 62
Gambar 3.11 Konten Persuasif Pagari…………………… 63
Gambar 3.12 Screencapture Fp RCC di Facebook…........ 65
Gambar 3.13 Screencapture Twitter RCC......................... 66
Gambar 3.14 Screencapture Instagram RCC……………. 67
Gambar 3.15 Screencapture Telegram RCC…………….. 68
Gambar 3.16 Screen Capture Youtube RCC…………….. 69
Gambar 3.17 Lima Pilar Pagari………………………….. 72
Gambar 3.18 Struktur Lembaga “Biar Riba Raib”............. 73
Gambar 4.1 Kegiatan Koperasi Hikmah Bersama……… 87
Gambar 4.2 Pesan Persuasif RCC di facebook…............. 89
Gambar 4.3 Bentuk Teknik Asosiasi RCC……………... 91
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia pada
quartal III-2018 mencapai 5,17% yang menjadi pertumbuhan
paling tinggi sejak tahun 2014 yang hanya mencapai angka
5,07%. Hal ini berdampak pada tumbuhnya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan meningkatnya daya beli
masyarakat.1
Perekonomian yang meningkat ini membuka banyak
peluang perusahaan untuk menawarkan produknya. Sebagian
masyarakat ada yang menyambut dengan baik, ada pula
sebagian masyarakat yang menyambutnya dengan
kekhawatiran karena banyak perusahaan asing yang mulai
masuk di beberapa sektor perekonomian Indonesia. Seperti
diungkapkan oleh Riawan, praktisi keuangan syariah bahwa
saat ini 65 persen bank-bank kita dimiliki asing, pasar
modal didominasi asing, dan manufacturing dikuasai
investasi asing. Uang asing pun mendominasi. Maka
otomatis sebetulnya pertahanan dan keamanan kita menjadi
sangat rentan.2
1https://ekonomi.kompas.com/jeo/jejak-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-dari-
masa-ke-masa diakses pada hari Senin, 4 Februari 2019 jam 23.34 WIB. 2https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/01/28/p38ik6374-riawan-amin-umat-islam-harus-konsisten-
berbank-syariah diakses pada hari Jumat, 8 Februari 2019 jam 11.55 WIB.
2
Riawan juga menambahkan bahwa sekarang ini
mayoritas umat Islam menyimpan dananya di bank-bank
ribawi dan ideologinya asing dari ideologi Islam. Pada saat
belanja benda-benda riil pun kita banyak menghabiskan
uang membeli produk-produk asing. Sedangkan menurut dia,
umat Islam harus konsisten berbank secara syariah.
Sehingga, sistem keuangan menjadi halal dan mendorong
keadilan bagi semua.3
Seperti yang diungkapkan oleh Schacht Hjalmar
seorang ekonom asal jerman yang mengatakan bahwa: 4
“Berdasarkan hitungan matematika bahwa harta
didunia akan dikuasai oleh segelintir orang pemberi
modal dalam bentuk riba, karena ia tidak akan
pernah mengalami kerugian, dan sebaliknya si
penerima pinjaman dihadapkan pada kenyataan
untung-rugi”
Menyinggung soal riba itu sendiri merupakan sistem
yang diharamkan oleh agama. Hal ini karena riba bukan
menyelesaikan permasalahan peminjam uang melainkan
justru menambah masalah baru yang bisa jadi lebih berat
bagi peminjam uang. Hal ini karena selain harus
mengembalikan hutang tersebut, peminjam juga harus
membayarkan bunga yang membuat hutang atau cicilan
3https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/01/28/p38ik6374-riawan-amin-umat-islam-harus-konsisten-
berbank-syariah diakses pada hari Jumat, 8 Februari 2019 jam 12.00 WIB. 4 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalah Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat
Mulia Insani, 2012), h. 395.
3
menjadi lebih berat untuk dibayarkan oleh peminjam.
Selain itu dampak dari riba juga dapat mencederai aspek
kemanusiaan seperti eksploitasi yang dilakukan oleh
segelintir pihak yang memiliki kemapanan finansial terhadap
pihak yang lemah secara finansial.5
Hakikat dari pelarangan riba ini adalah penolakan
terhadap resiko finansial tambahan yang ditetapkan dalam
transaksi uang, modal, atau jual beli, yang dibebankan pada
satu pihak saja. Sementara pihak yang lain dijamin
keuntungannya.6
Al-Qur‟an dengan tegas mengutuk riba dan mereka
yang mengamalkannya. Seperti yang terdapat pada ayat 39
surat Ar-Rum sebagai berikut:7
Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka
5 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalah Kontemporer, (Bogor: PT. Berkat
Mulia Insani, 2012), h. 395. 6 Abu Muhammad Dwiono Koesen Al-Jambi, Selamat Tinggal Bank
Konvesional (Haramnya Bank Konvesional dan Utamanya Bank Syariah),
(Jakarta: Tifa Publishing House, 2013), h. 75. 7 Shaykh Imran N. Hosein, Larangan Riba dalam Al-Qur‟an dan Sunnah,
(Jakarta: Pustaka Adina, 2018), h.20.
4
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa
yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipat gandakan (pahalanya)”.
Mayoritas ahli tafsir berpendapat bahwa yang
dimaksud dengan riba pada ayat tersebut adalah suatu bentuk
pemberian yang disampaikan seseorang kepada orang lain
bukan dengan tujuan untuk menggapai ridho Allah SWT.,
tetapi hanya untuk sekedar mendapatkan imbalan duniawi
semata. Karena itu, pelakunya tidak akan mendapatkan
pahala oleh Allah SWT., atas pemberiannya itu. Hal ini
berbeda dengan zakat yang ketika menunaikannya para
pelakunya hanya ingin mendapatkan ridho Allah SWT.8
Bentuk riba yang saat ini sedang menjamur adalah
bunga bank. Bentuk riba ini menjadi yang paling berbahaya
karena telah menjadi hal biasa di tengah masyarakat kita. Di
sisi lain, pada tahun 2004 Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menyimpulkan bahwa seluruh bunga,
terutama yang diberikan oleh bank-bank umum
dikategorikan sebagai riba.9
Fenomena ini memunculkan keresahan sebagian
masyarakat yang mayoritas transaksi ekonominya
8 „Abd al-azhim Jalal Abu Zayd, Fiqih al-Riba Dirasah Muqaranah wa
Syamilah li Thatbiqal al-mu‟ashirah, (Bayrut: Mu‟assasah al-Risalah,
1425H/2004 M), h.70. 9 https://www.liputan6.com/news/read/68337/mui-bunga-bank-riba diakses
pada hari Jumat, 08 Februari 2019 jam 13.09 WIB.
5
menggunakan jasa bank. Mereka khawatir realita seperti ini
termasuk ke dalam transaksi riba. Berawal dari
kekhawatiran ini, muncullah beberapa organisasi untuk
melawan riba di masyarakat. Salah satu dan yang pertama
mempelopori gerakan ini adalah organisasi Riba Crisis
Center. Riba Crisis Center berdiri jauh sebelum adanya
komunitas serupa yaitu Xbank yang baru didirikan dua tahun
lalu. Dengan sebuah semboyan “Biar Riba Raib”, organisasi
ini berusaha untuk menyadarkan umat mengenai bahaya riba.
Riba Crisis Center dibentuk sebagai pusat tanggap darurat,
membantu dan mengurangi beban penderitanya. Riba Crisis
Center berpegang teguh pada ayat Al-quran yang berisi
mengenai perintah untuk melawan riba, seperti yang tertuang
pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 279:10
Artinya: “Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa
Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak (dianiaya)”.
10
https://www.ribacrisiscenter.id/profil diakses pada hari Sabtu, 09 Februari
2019 jam 17.32 WIB.
6
Selain menjadi organisasi pelopor, Riba Crisis Center
juga telah berhasil menyelenggarakan dan memperkenalkan
HIT Riba atau Hari Indonesia Tanpa Riba sebagai bentuk
pengawalan fatwa MUI No. 1 tahun 2004 tentang haramnya
bunga. Selain itu yang menjadi kelebihan dari Riba Crisis
Center ini dapat dilihat dari konsistennya selama lima tahun
terakhir ini menjadi bagian untuk mewujudkan Indonesia
Tanpa Riba, tidak komersil dalam setiap kegiatannya,
memiliki titik pergerakan hampir di semua pulau dan daerah
Indonesia, menjadi organisasi pertama yang memiliki
Lembaga Bantuan Hukum yang khusus membantu para
penderita riba, serta mengadvokasi ratusan para penderita
riba yang banyak diantaranya hingga benar-benar bebas
hutang dan riba.11
Salah satu yang menarik adalah kegiatan ketika Riba
Crisis Center mengenalkan rekening halal kepada masyarakat
Pekanbaru. Kegiatan yang menghadirkan Ahmad Taufik
selaku pendiri Riba Crisis Center ini bertujuan mengedukasi
masyarakat tentang riba dan bagaimana meninggalkan serta
menjauhi transaksi-transaksi riba. Selain memperkenalkan
rekening halal, Riba Crisis Center juga menawarkan banyak
resolusi seperti Kredit Pemilikan Kendaraan, KPR Direct
11
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Kantor RCC Cibinong hari
Rabu,13 Maret 2019.
7
Owner, pelunasan hutang bergilir, bisnis modal tobat dan lain
lain.12
Berdasarkan hal-hal tersebut, Riba Crisis Center
membutuhkan komunikasi yang efektif dalam
mensosialisasikan dan mengajak masyarakat untuk menjauhi
riba. Komunikasi yang digunakan harus bersifat mengajak
dan membujuk. Dengan kata lain sosialisasi yang dilakukan
Riba Crisis Center perlu bersifat komunikasi persuasif
supaya masyarakat bisa lepas dari jeratan riba, lalu menjauhi
dan akhirnya dapat mandiri dalam perekonomian yang jauh
dari riba.
Komunikasi persuasif dapat dipahami sebagai suatu
pesan yang mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku
orang lain secara verbal maupun nonverbal. Proses tersebut
adalah gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu
perubahan sikap atau perlakuan secara terus-menerus.13
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik
untuk membahas lebih dalam tentang komunikasi persuasif
yang dilakukan Riba Crisis Center dalam sebuah penelitian
dengan judul “Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center
dalam Sosialisasi Gerakan Anti Riba”
12
http://kalbar.antaranews.com/berita/367127/pagari-siap-kenalkan-rekening-
halal-ke-pekan-baru diakses pada hari Kamis tanggal 21 Maret 2019 jam 21.00
WIB. 13
Roudhonah, Ilmu Komuunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013),
h. 164.
8
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah
agar penelitian lebih jelas dan terarah serta memfokuskan
penelitian pada komunikasi persuasif Riba Crisis Center
yang dilakukan dalam memnsosialisasikan gerakan anti
riba.
2. Rumusan Masalah
Dengan pembatasan masalah di atas, maka penulis
membuat rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
a. Bagaimana tahapan komunikasi persuasif Riba
Crisis Center dalam mensosialisasikan gerakan
anti riba?
b. Bagaimana teknik komunikasi persuasif Riba
Crisis Center dalam mensosialisasikan gerakan
anti riba?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tahapan komunikasi persuasif
Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan
gerakan anti riba.
b. Untuk mengetahui teknik komunikasi persuasif
Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan
gerakan anti riba.
9
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Secara akademis, adanya penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi bagi pengembangan ilmu
komunikasi serta teori-teori yang berkaitan bagi
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, adanya penelitian ini pembaca
diharapkan dapat mengaplikasikan komunikasi
persuasif yang baik dalam komunikasi yang dilakukan
secara individu ataupun kelompok. Khususnya,
penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
mensosialisasikan gerakan anti riba di kalangan
masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Langkah awal sebelum melakukan penelitian lebih
lanjut untuk kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya
ilmiah adalah menelaah terlebih dahulu skripsi dan penelitian
sebelumnya yang mempunyai subjek dan objek penelitian
yang sama atau hampir sama dengan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan tinjauan pustaka
pada penelitian sebelumnya, diantaranya:
10
Pertama, skripsi karya Ahmad Nurul Macky yang
berjudul “Komunikasi Persuasif Dr. KH. Khaitami M. Nuh,
M.A dalam Menarik Minat para Donatur melalui Darul
Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta Barat”,14
Dalam
skripsinya penulis membahas tentang analisis dan evaluasi
komunikasi persuasif yang dilakukan Dr. KH. Khaitami M.
Nuh, M.A dengan analisis SWOT dalam menarik minat para
donatur melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Ghayat Jakarta
Barat. Sementara skripsi yang peneliti tulis difokuskan pada
tahapan dan teknik komunikasi persuasif yang diterapkan
Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan gerakan anti
riba.
Kedua, skripsi karya Lianti Meida “Komunikasi
Persuasif Komunitas Sedekah Rombongan DKI Jakarta
dalam Mengajak Masyarakat Bersedekah melalui Program
Pendampingan Pasien”.15
Dalam skripsinya penulis
membahas tentang tahapan komunikasi persuasif yang
dilakukan Komunitas Sedekah Rombongan DKI Jakarta
dalam mengajak masyarakat bersedekah serta faktor
pendukung dan penghambat dalam pendampingan pasien.
Sementara skripsi yang peneliti tulis difokuskan pada
tahapan dan teknik komunikasi persuasif yang diterapkan
14
Ahmad Nurul Macky, Komunikasi Persuasif Dr. KH. Khaitami M. Nuh, M.A
dalam Menarik Minat para Donatur melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal
Ghayat Jakarta Barat, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2017). 15
Lianti Meida, Komunikasi Persuasif Komunitas Sedekah Rombongan DKI
Jakarta dalam Mengajak Masyarakat Bersedekah melalui Program
Pendampingan Pasien, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2017).
11
Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan gerakan anti
riba.
Ketiga, skripsi karya Rizky Nurul Ambia yang
berjudul “Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar”.
Dalam skripsinya penulis membahas tentang tahapan strategi
komunikasi yang dilakukan Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam mensosialisasikan jilbab bercadar.16
Sementara skripsi yang peneliti tulis difokuskan pada
tahapan dan teknik komunikasi persuasif yang diterapkan
oleh Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan gerakan
anti riba.
E. Metode Penelitian
Dalam penelitian “Komunikasi Persuasif Riba Crisis
Center dalam Sosialiasi Gerakan Anti Riba” ini, peneliti
menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara
mendalam. Menurut Bogdan dan Taylor (1990), penelitian
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.17
16
Rizky Nurul Ambia, Strategi Komunikasi Komunitas Wanita Indonesia
Bercadar (WIB) dalam Mensosialisasikan Jilbab Bercadar, (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2016). 17
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), cet.1, h.80-82.
12
Adapun definisi lain dari penelitian kualitatif yaitu
suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami
suatu fenomena dalam konteks sosial yang mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti
dengan fenomena yang diteliti.18
Penggunaan pendekatan kualitatif lebih tepat untuk
penelitian ini, karena penulis ingin mengetahui secara
mendalam dan rinci mengenai komunikasi persuasif Riba
Crisis Center dalam sosialiasi gerakan anti riba.
1. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pengurus Riba Crisis
Center dan masyarakat yang berhasil terlepas dari
jeratan riba yang kini berpartisipasi aktif dalam
kegiatan Riba Crisis Center. Adapun pengurus Riba
Crisis Center yang dijadikan subjek penelitian, yaitu
Ahmad Taufik, selaku pendiri dan ketua Riba Crisis
Center.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah terkait dengan
komunikasi persuasif Riba Crisis Center dalam
sosialisasi gerakan anti riba.
2. Tempat Penelitian
18
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
(Jakarta: Salemba Humanika, 2010), h.9.
13
Kantor Pusat dari Riba Crisis Center yang
beralamat di Ruko Graha Cibinong Blok E1 No. 19 Jalan
Raya Jakarta Bogor KM.43 Cirimekar, Cibinong,
Kabupaten Bogor dan penelitian langsung di lapangan
yang bertempat di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh,
Tangerang.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data kualitatif yang paling
independen terhadap semua metode pengumpulan data
dan teknik analisis data adalah metode wawancara
mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter, serta
metode-metode baru seperti metode bahan visual dan
metode penelusuran bahan internet.19
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.20
Dalam penelitian ini, peneliti akan
melakukan pengamatan terhadap komunikasi persuasif
Riba Crisis Center dalam sosialisasi gerakan anti riba.
19
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 110. 20
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 118.
14
Observasi yang dilakukan melingkupi kegiatan-
kegiatan Riba Crisis Center dalam sosialisasi gerakan
anti riba .
b. Wawancara
Wawancara mendalam adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa
pedoman wawancara.21
Dalam wawancara,
pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap,
dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan
dengan masalah yang diteliti.22
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai
Ketua sekaligus pendiri Riba Crisis Center, Ahmad
Taufik. Dian Hestika Sari dan Usep sebagai anggota
sekaligus masyarakat yang memiliki masalah riba.
c. Dokumentasi
Dokumen adalah catatan peristiwa yang telah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, biografi, peraturan dan kebijakan.
21
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 111. 22
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h. 162.
15
Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto,
gambar, sketsa, dan lain-lain. Studi dokumen ini
merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.23
Dalam penelitian ini peneliti menelusuri jejak-
jejak informasi yang disimpan atau didokumentasikan
dari beberapa sumber, baik itu media cetak maupun
media online yang terkait dengan komunikasi
persuasif Riba Crisis Center dalam sosialisasi gerakan
anti riba.
4. Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data dari penelitian ini,
adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap suatu
objek penelitian melalui data yang terkumpul dan
membuat kesimpulan yang berlaku umum.24
Analisis
deskripstif mengungkapkan suatu masalah atau keadaan
atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat
untuk mengungkapkan fakta.25
5. Teknik Analisis Data
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kualiatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2013) h. 224. 24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualiatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung:
Alfabeta, 2013) h. 221. 25
Hadari Nawawi, Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2005) h.3
16
Analisis data merupakan proses mengatur data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Analisis data merupakan proses
sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi
wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang
telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman
mengenai materi-materi tersebut dan untuk
memungkinkan menyajikan temuan-temuan tersebut.26
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, analisis ini
bertujuan untuk mendeskripsikan fakta-fakta, sifat-sifat
dan objek tertentu secara terpercaya, jelas, sistematis.27
Dalam penelitian ini, peneliti mengolah data dan
mengorganisasikan hasil temuan dalam pengamatan, hasil
wawancara, serta dokumentasi yang terkait dengan
komunikasi persuasif Riba Crisis Center dalam sosialisasi
gerakan anti riba.
Data-data yang sudah diperoleh kemudian
direduksi untuk kemudian disajikan dalam sebuah data
hingga akhirnya dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Pengolahan data dilakukan secara sistematis dan penulis
menganalisis dengan teori yang digunakan, yakni konsep
tahapan dan teknik komunikasi persuasif
Menurut Miles dam Huberman mengemukakan
ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam
26
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), h. 85. 27
Rachmat Krisyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana
Pranada Group, 2007), h.116.
17
menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi
data; (2) paparan data; dan (3) penarikan kesimpulan.
Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan
dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya
kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan selama dan
sesudah pengumpulan data.28
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dan menjadikan penulisan
skripsi yang sistematis, maka disusun sistematika yang
dibagi menjadi enam bab dan dalam masing-masing bab
terdapat sub-bab sebagai berikut:
Pendahuluan, pada bab pertama ini meliputi latar
belakang masalah yang menjelaskan gambaran singkat
tentang haram dan bahayanya riba serta latar belakang
berdirinya Riba Crisis Center. Bab ini juga mencakup
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan
sistematika penulisan.
Kajian Teoritis dan Kerangka Konseptual, pada bab
ini membahas tentang teori-teori dan kerangka konseptual
yang menunjang dan berhubungan sebagai dasar pemikiran
untuk membahas permasalahan dalam penelitian skripsi ini.
Kajian teoritis dan kerangka konseptual pada bab ini meliputi
28
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), h. 210-211.
18
ruang lingkup komunikasi, ruang lingkup komunikasi
persuasif, sosialisasi, dan ruang lingkup riba.
Gambaran Umum, pada bab ini menjelaskan
gambaran umum dari Riba Crisis Center , mulai dari latar
belakang berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi serta
program-program dari Riba Crisis Center.
Data dan Temuan Penelitian, pada bab ini berisi
uraian penyajian data dan temuan penelitian.
Pembahasan, pada bab ini penulis menganalisis
temuan data dari proses pengumpulan data, selanjutnya
temuan itu akan dianalisis dengan cara mengkorelasikan
dengan teori yang ada dalam penelitian ini. Pada bab ini
penulis membahas tentang tahapan dan teknik komunikasi
persuasif yang diterapkan oleh Riba Crisis Center.
Kesimpulan, pada bab ini penulis menjelaskan
kesimpulan dalam penelitian berdasarkan temuan dan
analisis hasil data, serta implikasi penelitian ini kepada
masyarakat dan saran yang ditujukan untuk pembaca dan
penelitian selanjutnya.
19
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KONSEPTUAL
A. Ruang Lingkup Komunikasi
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, komunikasi dipelajari menurut asal-
usul katanya, yaitu berasal dari Bahasa latin communication,
kata ini bersumber pada kata comminis, yang artinya sama
makna. Berarti komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan
makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator yang diterima oleh komunikan.29
Secara
terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.30
Everett M. Rogers & Lawrence Kincaid, menyatakan
bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi
antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling
pengertian yang mendalam. Komunikasi merupakan proses
sosial dimana melibatkan manusia untuk selalu berinteraksi
satu sama lain, sehingga mencapai suatu pemahaman yang
sama.31
29
Yusuf Zaenal Abidin, Manajemen Komunikasi: Filosofi, Konsep dan
Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.34. 30
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 4. 31
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung,
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 32.
20
2. Unsur-unsur Komunikasi
Ada empat komponen atau unsur dalam komunikasi,
yaitu orang yang mengirimkan pesan, pesan yang akan
dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui pesan dari
pengirim kepada penerima, dan penerima pesan. Karena
komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik,
unsur output perlu ada dalam proses komunikasi. Dengan
demikian, unsur dasar komunikasi sebagai berikut: 32
a) Pengirim pesan (Komunikator)
Pengirim pesan adalah individu atau orang
yang mengirimkan pesan. Pesan atau informasi yang
akan dikirmkan berasal dari otak pengirim pesan.
b) Pesan
Pesan adalah informasi yang akan dikirimkan
kepada penerima. Pesan dapat berupa verbal maupun
non verbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis,
seperti surat, buku, dan pesan secara lisan seperti
percakapan. Adapun pesan yang non verbal dapat
berupa isyarat gerakan badan, ekspresi muka, dan nada
suara.
c) Saluran dan Media Komunikasi
Saluran merupakan jalan berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan. Ada dua jalan agar
32
Yusuf Zaenal Abidin, Manajemen Kominikasi: Filosofi, Konsep dan
Aplikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 35.
21
pesan komunikator sampai pada komunikannya, yaitu
tanpa media yang berlansung secara tatap muka dan
komunikasi yang menggunakan media. Media yang
dimaksud ialah teknologi media komunikasi.
d) Penerima Pesan (Komunikan)
Penerima pesan adalah orang yang
menganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang
diterimanya. Umpan balik dari penerima pesan
memainkan peranan yang amat penting dalam
komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya
komunikasi atau berhentinya komunikasi yang
diutarakan oleh pengirim pesan (komunikator).
e) Output
Output adalah respon penerima terhadap pesan
yang diterimanya. Adanya reaksi ini membantu
pengirim untuk mengetahui sesuai tidaknya interpretasi
pesan yang dikirimkan dengan hal-hal yang
dimaksudkan oleh pengirim. Apabila arti pesan yang
dimaksudkan oleh pengirim diinterpretasikan sama
oleh penerima, berarti komunikasi tersebut efektif.
3. Fungsi dan Tujuan Komunikasi
Komunikasi tidak hanya berkutat pada persoalan
pertukaran berita dan pesan, tetapi juga melingkupi kegiatan
individu dan kelompok berkaitan dengan tukar-menukar
data, fakta, ide. menurut Onong Uchyana (1996), ada
22
beberapa fungsi yang melekat dalam proses komunikasi,
yaitu sebagai berikut:33
a) Informasi, pengumpulan, penyimpanan,
pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar,
pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap
kondisi lingkungan dan orang lain sehingga
mengambil keputusan yang tepat.
b) Sosialisasi (masyarakat), penyediaan sumber ilmu
pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap
dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang
efektif sehingga sadar akan fungsi sosialnya dan
dapat aktif dalam masyarakat.
c) Motivasi, menjelaskan tujuan setiap masyarakat
jangka pendek ataupun jangka panjang,
mendorong kegiatan individu dan kelompok
berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
d) Debat dan diskusi, menyediakan dan saling
menukar fakta yang diperlukan untuk
memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan
perbedaan pendapat mengenai maslah publik,
menyediakan bukti-bukti relevan yang diperlukan
untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih
melibatkan diri dengan masalah yang menyangkut
kepentingan bersama.
33
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.
28-29.
23
e) Pendidikan, pengalihan ilmu pengetahuan dapat
mendorong perkembangan intelektual,
pembentukan watak, serta pembentukan
keterampilan dan kemahiran yang diperlukan
dalam semua bidang kehidupan.
f) Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil
kebudayaan dan seni dengan tujuan melestarikan
warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan
dengan memperluas horizon seseorang serta
membangun imajinasi dan mendorong kreativitas
dan kebutuhan estetikaya.
g) Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbil, suara, dan
imaji dari tari, drama, kesenian, kesusastraan,
musik, olahraga, kesenangan, kelompok, dan
individu.
h) Integrasi, menyediakan bagi bangsa, kelompok,
dan individu kesempatan untuk memperoleh
berbagai pesan yang diperlukan agar saling
mengenal, mengerti, serta menghargai kondisi
pandangan dan keinginan orang lain.
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dam M. Dallas
Burnent, dalam buku yang berjudul “Teaching for Effective
Communication” bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri
atas tiga tujuan, yaitu: 34
34
H. A. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Bandung: Bumi
Askara, 1997), h. 10.
24
a) To Secure Understanding (untuk menyamakan
pemahaman).
b) To establish acceptance (membangun penerimaan)
c) To motivate action (memotivasi tindakan).
Tujuan pertama dari komunikasi adalah to secure
understanding yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti
pesan yang diterimanya. Setelah komunikan mengerti dan
menerima, maka penerimanya itu harus dibina (to establish
acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to
motive action). Jadi. Tujuan komunikasi bagaimana suatu
pesan dapat sampai dan diterima oleh komunikan sehingga
menimbulkan efek tertentu.
4. Jenis Komunikasi
Pengelompokan jenis-jenis komunikasi bertujuan
untuk membedakan antara satu bentuk komunikasi dan
komunikasi yang lainnya dengan tujuan efektifitas pesan
komunikasi, terutama pada sasaran dan media yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan agar sesuai dengan
tujuan komunikasi.
Jenis komunikasi dapat dibedakan menjadi:
1) Komunikasi personal yang terdiri atas:
a. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi Intrapribadi atau komunikasi
intrapersonal adalah proses penggunaan Bahasa
atau pikiran yang terjadi dalam diri komunikator,
antara diri sendiri. Jenis komunikasi ini
25
merupakan keterlibatan internal secara aktif dari
individu dalam pemrosesan simbolis dari pesan-
pesan yang di produksi nmelalui proses pemikiran
internal individu.35
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang
dilakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri
pribadi, diantaranya berdoa, bersyukur, intropeksi
diri, dengan meninjau perbuatan, seperti melamun,
merencanakan aktivitas yang akan dilakukan,
berimajinasi secara kreatif.
b. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau komunikasi
antarpribadi adalah komunikasi antar individu
yang lain atau kurang lebih secara tatap muka
(face to face). Sebagaimana dinyatakan oleh R.
Wayne Pace yang dikutip oleh hafied Changara,
“international communication involving to more
people in face to face setting.” 36
Menurut sifatnya komunikasi antar Pribadi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu komunikasi
diadik dan komunikasi triadik. Adapun yang
dimaksud dengan komunikasi diadik adalah
komunikasi yang berlangsung dua orang secara
tatap muka. Oleh karena perilaku komunikasinya
35
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.
102. 36
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 31.
26
dua orang, maka dialog yang terjadi secara intens.
Komunikator memusatkan perhatiannya hanya
kepada diri komunikan seorang itu.
Sedangkan komunikasi triadik adalah komunikasi
yang berlangsung antara tiga orang atau lebih
secara atap muka yang anggotanya yang satu sama
lain saling berinteraksi. 37
Apabila dibandingkan dengan komunikasi triadik,
maka komunikasi diadik lebih efektif karena
komunikator memusatkan perhatiannya kepada
seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai
frame of reference komunikan sepenuhnya, juga
umpan balik yang berlangsung, kedua faktor
tersebut sangat berpengaruh terhadap efektif
tidaknya proses komunikasi. 38
2) Komunikasi Publik
Komunikasi Publik adalah Proses komunikasi
yang terjadi antara satu individu dengan khayalak yang
banyak secara tatap muka sepaerti acara pidato presiden,
ceramah agama, kutbah jumat, dan pengajian majelis
ta‟lim.
Dalam komunikasi publik penyampaian pesan
berlangsung secara kontinu dengan pembicara dan yang
dapat diidentifikasi. Interaksi antara narasumber dengan
37
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), h. 32. 38
Awo Liliweri, Komunikasi Antarpersonal, (Jakarta: Kencana, 2015) h. 16.
27
penerima pesan sangat terbata. Hal ini karena waktu yang
digunakan sangat terbatas. 39
3) Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah jenis komunikasi
dimana pesan yang disampaikan secar langsung oleh
komunikan, tapi melalui sebuah media massa seperti
radio, televise, media cetak, dan internet.
Perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi
lain intinya adalah sifat pesan dan komunikasi massa yang
terbuka dengan khayalak yang variatif baik dilihat dari
segi agama, suku, pekerjaan, dan sebagainya. 40
5. Hambatan Komunikasi
Secara umum, hambatan komunikasi dapat terjadi pada
semua unsur komunikasi. Hambatan-hambatan komunikasi
meliputi sebagai berikut:41
a) Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya
komunikasi yang menurut sifatnya dapat dikategorikan
sebagai gangguan mekanik dan gangguan semantic.
Pertama, gangguan mekanik ialah gangguan yang
disebabkan oleh saluran komunikasi atau kegaduhan
yang bersifat fisik. Kedua, gangguan semantik ialah
39
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), cet ke-2, h. 33. 40
Hafied Changara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000), cet ke-2, h. 35-37. 41
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Atma Kencana Publishing, 2013),
h.94-95.
28
gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi
yang pengertiannya menjadi rusak.
b) Kepentingan
Kepentingan menjadi salah satu hambatan
komunikasi karena kepentingan bukan hanya
mempengaruhi perhatian saja tetapi juga menentukan
daya tanggap, perasaan, fikiran, dan tingkah laku yang
akan menjadi sifat reaktif terhadap segala perangsang
yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu
kepentingan.
c) Motivasi
Motivasi akan mendorong seseorang untuk berbuat
sesuatu yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan
kekurangannya. Semakin sesuai komunikasinya dengan
motivasi seseorang semakin besar kemungkinan
komunikasi tersebut diterimadengan baik. Demikian
sebaliknya.
d) Prasangka
Prasangka merupakan hambatan yang berat bagi
kegiatan komunikasi, karena orang yan mempunyai
prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan
dapat menentang komunikator yamg hendak
melakukan komunikasi.
29
B. Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif
1. Pengertian Komunikasi Persuasif
Istilah persuasi (persuasion) bersumber dari kata Latin
Persuasio. Kata kerjanya adalah persuadere yang dalam
Bahasa Inggris berarti to persuade, to induce, to believe atau
dalam Bahasa Indonesia artinya membujuk, merayu.42
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
persuasif diartikan sebagai ajakan kepada seseorang dengan
cara memberikan alasan dan prospek baik yang
meyakinkannya. Persuasif bersifat membujuk secara halus
supaya menjadi yakin.43
Adapun pengertian komunikasi persuasif menurut
beberapa ahli antara lain:
a) Menurut Suranto A.W, komunikasi persuasif adalah
seseorang atau sekelompok orang yang dibujuk dan
diharapkan sikapnya berubah secara sukarela dengan
senang hati dan sesuai dengan pesan-pesan yang
diterimanya.44
b) Menurut Jalaluddin Rakhmat, komunikasi persuasif
adalah salah satu teknik komunikasi yang
menekankan pada pesan mempengaruhi pendapa,
sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan
42
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung:
Alumni, 1986), h. 84. 43
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 2002), h. 864. 44
Suranto A.W, Komunikasi Perkantoran: Prinsip Komunikasi untuk
Meningkatkan Kinerja Perkantoran, (Yogyakarta: Media Wacana, 2005), h.
116.
30
manipulasi psikologis sehingga orang tersebut
bertindak seperti kehendaknya sendiri.45
c) Menurut Phil Astrid, komunikasi persuasif adalah
suatu teknik mempengaruhi manusia dengan
memanfaatkan atau menggunakan data dan fakta
psikologis maupun sosiologis dari komunikasi yang
hendak dipengaruhi.46
2. Bentuk Komunikasi Persuasif
Dalam komunikasi persuasif terdapat bentuk-bentuk
komunikasi persuasif, yaitu: 47
a) Iklan
Di dalam iklan, komunikasi persuasif seringkali
dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pemasaran.
Karena, iklan sendiri merupakan bagian dari jenis
promosi. Sehingga iklan merupakan bagian kecil dari
aktivitas promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang
menggunakan komunikasi persuasif sebagai sebagai
bahasa mengajak para calon pelanggan untuk
menggunakan produknya.
45
Jalaluddin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004), h. 102. 46
Phil Astrid S. Susanto, Komumikasi dalam Teori dan Praktek, (Jakarta:
Binacipta, 1977), h. 17. 47
Awo Liliweri, Komunikasi Antar Pribadi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bhakti, 1991) h. 13.
31
b) Dakwah
Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat
menyerukan seperti layaknya orasi namun sifatnya
mengajak orang-orang untuk berjalan ke jalan yang
benar. Sehingga aktivitas ini memerlukan bahasa
persuasif yang dapat membuat orang yang mendengar
pesan tersebut menjadi ikut pengaruh dalam bahasa
dan kata-kata yang disampaikan.
c) Pamflet
Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif
secara verbal yang berbentuk tulisan. Bentuk ini
sebenarnya masuk kedalam kategori iklan. Namun
pada umumnya dijaman sekarang manjadi paradigma
dalam bentuk audiovisual. Di dalam pamflet pastinya
berunsur iklan yang bersifat mengajak, sehingga
pamflet merupakan salah satu bentuk komunikasi
persuasif.
d) Komunikasi Antar Pribadi
Merupakan pengiriman pesan-pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain, atau
sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang
langsung. Dalam setiap kegiatan komunikasi
antarpribadi selalu melibatkan organ pelaksana dalam
penyampaian pesan, karenanya agar pesan
disampaikan oleh komunikator dapat memberikan
hasil yang lebih baik, dapat digunakan dengan teknik
persuasif. Adapun teknik persuasif yang dimaksud
32
dalam hal ini adalah suatu kegiatan dalam upaya
membujuk komunikan agar melakukan atau berbuat
sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator.
3. Tahapan Komunikasi Persuasif
Untuk keberhasilan komunikasi persuasif, tampaknya
perlua dilaksanakan tahapan-tahapan secara sistematis.
mengemukakan bahwa berhasilnya komunikasi persuasif
perlu dilaksanakan suatu persuasif yang biasa disebut
Formula yang biasa disebut dengan AIDDA dapat dijadikan
landasan dalam pelaksanaannya. Formula AIDDA
merupakan kesatuan dari tahapan-tahapan komunikasi
Persuasif yakni:48
a) Attention (Perhatian)
b) Interest (Rasa Tertarik)
c) Desire (Keinginan)
d) Decision (Keputusan)
e) Action (Melakukan)
Tahapan-tahapan ini dimaksudkan agar komunikasi
persuasif dimulai dari tahap membangkitkan perhatian
(attention). Jika tidak ada perhatian secara langsung dari
komunikan kepada komunikator, komunikasi persuasi tidak
akan dapat dilakukan. Usaha dalam membangkitkan
perhatian ini tidak hanya dalam gaya megemukakan pesan,
tapi juga dalam penampilan saat menghadapi komunikan.
48
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 25-26.
33
Perhatian dari seorang komunikan juga dapat ditumbuhkan
ketika seorang komunikator memberikan senyum simpatik
terhadap komunikan. Apabila perhatian tersebut sudah
tumbuh, tahap selanjutnya yaitu dengan menumbuhkan rasa
tertarik (interest) sehingga seorang komunikan mempunyai
hasrat atau keinginan (desire) untuk memenuhi apa yang
diajukan komunikator, dan kemudian akan ada keputusan
(decision) untuk melakukan kegiatan (action) sesuai dengan
ajakan komunikator.
4. Teknik Komunikasi Persuasif
Menurut Effendy, Persuasif merupakan kegiatan
psikologi yang bertujuan untuk merubah sikap, perbuatan,
dan tingkah laku dengan kesadaran yang disertai dengan
perasaan senang agar komunikasi tersebut sasaran dan
tujuan, perlu dilakukan perencanaan yang matang.
Perencanaan dilakukan berdasarkan komponen-komponen
proses komunikasi yang mencakup: Pesan, media, dan
komunikan.49
Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh komunikator
adalah suatu hal yang berkaitan dengan pengelolaan pesan.
Untuk itu diperlukan teknik-teknik tertentu dalam melakukan
49
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 21.
34
komunikasi persuasif. Menurut Effendy, teknik-teknik yang
dapat dilakukan dalam komunikasi persuasif, yaitu: 50
a) Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi adalah penyajian pesan
komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu
objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian
khayalak.
b) Teknik Integrasi
Teknik integrasi adalah kemampuan komunikator
untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan
komunikan. Hal ini berarti bahwa melalui kata-kata
verbal atau non verbal, komunikator menggambarkan
bahwa ia “senasib” dank arena itu menjadi satu dengan
komunikan.
c) Teknik Ganjaran (pay-off technique and fear
arousing)
Teknik ganjaran (pay-off technique) adalah
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain dengan cara
mengiming-iming hal yang menguntungkan atau yang
menjanjikan harapan. Sedangkan (fear arousing)
adalah menakut-nakuti atau menggambarkan situasi
yang buruk.
50
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 22-24.
35
d) Teknik Tataan (icing)
Yang dimaksud tataan disini sebagai terjemahan
dari icing adalah upaya menyusun pesan komunikasi
sedemikian rupa , sehingga enak didengar atau dibaca
serta termotivasikan untuk melakukan sebagaimana
disarankan oleh pesan tersebut.
e) Teknik red-herring
Dalam hubungannya dengan komunikasi
persuasive, teknik red-herring adalah seni seorang
komunikator untuk meraih kemenangan dalam
perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian megalihkannya sedikit demi
sedikit ke aspek yang dikuasainya guna dijadikan
senjata ampuh dalam menyerang lawan.
C. Sosialisasi
1. Pengertian Sosialisasi
Menurut James W. Vander Zanden, sosialisasi adalah
suatu proses interaksi sosial dimana seorang memperoleh
pengetahuan, nilai, sikap, serta perilaku esensial untuk
berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. 51
Sosialisasi merupakan suatu hal yang mendasar bagi
perkembangan manusia. Dengan berinteraksi dengan orang
lain, seorang individu belajar bagaimana berpikir,
mempertimbangkan dengan nalar dan berperasaan. Hasil
51
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 60.
36
akhirnya ialah membentuk perilaku kita, termasuk pikiran
dan emosi kita sesuai dengan budaya yang berlaku. 52
2. Jenis-jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua:53
a) Sosialisasi Primer
Sosialisasi Primer terjadi pada masa pertumbuhan,
yakni dengan cara mengucapkan kalimat, mengucapkan
kata, cara bersikap dan lain sebagainya. Pada masa ini
agen sosialisasi utamanya adalah keluarga. Menurut Peter
L. Berger dan Luckman mandefinisikan sosialisasi primer
sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu menjadi
anggota masyarakat (keluarga).
b) Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan
individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat.
Menurut Goffman, kedua proses tersebut berlangsung
dalam institusi sosial, yaitu tempat tinggal dan tempat
bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah
individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-
sama menjalani hidup terkurung, dan diatur secara formal.
52
Jamen M Henselin, Sosiologi: Dengan Pendekatan Bumi, (Jakarta:
Erlangga, 2007), h. 74. 53
M. Amin Nurdin dan Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006) h. 80.
37
D. Riba
1. Pengertian Riba
Menurut bahasa riba artinya “bertambah”, karena salah
satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu
yang dihutangkan. Sedangkan menurut istilah riba adalah
akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak
diketahui pertimbangannya. Sedangkan menurut Syaikh
Muhammad Abduh, riba adalah penambahan-penambahan
yang disyaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada
orang yang meminjam hartanya.54
Riba adalah satu hal yang diharamkan menurut syariat
Islam. Adapun dalil yang mengharamkan riba terdapat dalam
firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 130:55
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”
54
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa,
2010), h.57-58 55
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa,
2010), h. 58.
38
Ayat lain yang menjelakan mengenai riba dalam Al-
Qur‟an tercantum pada surat Ar-Rum ayat 39 yakni:
Artinya: “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu
berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
2. Bentuk Riba
Beberapa bentuk Riba sebagai berikut:56
a. Riba Fadhl yaitu berlebih pada salah satu dari dua
pertukaran yang diperjualbelikan. Bila yang
diperjualbelikan sejenis, berlebihan timbangannya
pada barang-barang yang ditimbang atau barang
yang tidak bisa ditakar. Contohnya menukar emas
56
Isnawati Rais, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.79.
39
dengan emas tetapi dengan takaran dan kualitas
yang berbeda.
b. Riba Nasi‟ah yaitu riba yang dikenakan kepada
orang yang berhutang disebabkan
memperhitungkan waktu yang ditangguhkan.
Contohnya: salah seorang memberikan hartanya
kepada orang lain sampai waktu tertentu dengan
syarat di akan mengambil tambahan setiap
bulannya dan jika sudah jatuh tempo, ia akan
mengambil modalnya dan jika orang tersebut
belum mapu membayar, maka waktu dan
bunganya bertambah.57
c. Riba Qardh yaitu pinjam meminjam atau hutang-
piutang dengan menarik keuntungan dari orang
yang meminjam atau yang berhutang. Contohnya
seseorang memberi pinjaman uang kepada orang
lain dan dia memberi syarat supaya di penghutang
memberi manfaat seperti menikahi anaknya atau
keuntungan lainnya.
d. Riba Yad yaitu bila salah satu dari penjual atau
pembeli telah meninggalkan majelis akad sebelum
saling menyerah terimakan barang. Disini antara
penjual dan pembeli tidak melihat langsung barang
yang diperjualbelikan.
57
Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqh Muamalat (Sistem Transaksi dalam
Fiqh Islam), (Jakarta: Amzah, 2010), h. 222
40
3. Larangan Riba
Riba diharamkan oleh semua agama samawi. Dan telah
diketahui bahwa riba telah diharamkan kepada kaum Yahudi
sebelum kedatangan Islam, riba ini merupakan salah satu
amalan buruk yang telah menyebabkan kesengsaraan
masyarakat.58
Dalam Al-qur‟an larangan riba datang secara
berangsur-angsur, yaitu:59
Pertama, Al-qur‟an menekankan pada kenyataan
bahwa bunga tidak dapat meningkatkan kesejahteraan baik
terhadap individu maupun masyarakat banyak. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 39:
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam
pandangan Allah”
Kedua, larangan bagi kaum muslim untuk tidak
memungut bunga. Jika mereka benar-benar ingin berhasil
dalam hidupnya. Sesuai dalam surat Ali Imran ayat 130:
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu beruntung”
Ketiga, perintah selanjutnya membedakan antara
perdagangan dengan riba dan menunjukkan bahwa
58
Muhammad Muslehuddin, Insurance in Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), h.101. 59
Shaykh Imran N. Hosein, Larangan Riba dalam Al-Qur‟an dan Sunnah,
(Jakarta: Pustaka Adina, 2018), h.43-45.
41
sesungguhnya riba itu menghancurkan kesejahteraan suatu
bangsa. Selanjutnya perintah itu memberikan nasihat kepada
orang beriman untuk menjauhkan diri dari pungutan
bungaatau yang semacamnya yang dapat mengakibatkan
kesengsaraan bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat.
Hal ini tercantum pada surat Al-Baqarah ayat 275-276:
“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang kemasukan syaitan
lantara (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu adalah disebabkan mereka berpendapat
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan daari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang-
orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan
sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran dan selalu berbuat dosa”
Keempat, Kemudian Allah melarang riba dan
menyatakannya sebagai perbuatan terlarang di kalangan
masyarakat Islam. Hal ini terdapat dalam surat Al-Baqarah
ayat 278-279:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkanlah sisa riba, jika kamu orang-orang
42
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan
RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba) maka bagimu poko hartamu, kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”
Terakhir, kaum muslim diperingatkan untuk mematuhi
larangan memungut riba jika tidak ingin mendapatkan nasib
yang buruk sebagaimana yang dialami kaum Yahudi, seperti
terdapat dalam an-Nisa ayat 161:
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang dari padanya dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang bathil. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka
itu siksa yang pedih”.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM
Kini banyak muncul organisasi sosial keagaamaan yang
bertujuan untuk mengembalikan peran agama di ruang publik.
Riba Crisis Center kemudian muncul sebagai salah satu
organisasi keagamaan yang ingin mengembalikan peran agama di
kegiatan perekonomian masyarakat. Berawal dari maraknya riba
di masyarakat dan keluarnya fatwa MUI No. 1 tahun 2004, hal ini
yang kemudain menjadi alasan Riba Crisis Center didirikan.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini penulis akan mendeskripsikan
terkait gambaran umum dari Riba Crisis Center.
A. Profil Riba Crisis Center
Riba Crisis Center merupakan salah satu komunitas yang
berupaya mensosialisasikan dan memberi pemahaman pada
masyarakat tentang bahaya riba, sekaligus memberi solusi untuk
dapat menghindari dan meninggalkan semua yang berhubungan
dengan riba.60
Pendiri dari Riba Crisis Center adalah Ahmad Taufik
yang merupakan seorang aktifis anti riba dan pegiat koperasi
syariah Hikmah Bersama. Riba Crisis Center berdiri pada tanggal
31 Juli 2013, ditandai dengan dibentuknya grup sharing dan
diskusi di media sosial Facebook
(www.facebook.com/groups/ribacrisiscenter). Kemudian pada
60
http://www.muslimdaily.net/artikel/redaksi/perjuangan-mewujudkan-hidup-
tanpa-riba.html diakses pada hari Minggu, 10 Maret 2019 jam 20.45 WIB.
44
tanggal 05 Oktober 2018 Riba Crisis Cener resmi berbadan
Hukum dengan nama Riba Crisis Center.
Pada dasarya Riba Criris Center didirikan sebagai bentuk
kepedulian dan antisipasi pada praktek riba yang semakin marak.
Oleh karena itu, Riba Crisis Center merasa perlu untuk
menyadarkan masyarakat (terutama umat muslim) dari ancaman
riba. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Ahmad Taufik yang
merupakan founding father dari Riba Crisis Center:
“Riba Criris Center ini diawali dari keprihatinan, dari
bentuk persoalan itu sendiri secara pribadi karena
hampir-hampir sekarang kalau berurusan dengan bisnis,
kalau bekerja, ketemunya riba-riba juga, padahal
Al‟quran telah mengancam dengan sangat ngeri bagi
semua orang yang berurusan dengan riba. Maka dari itu
ketika merasakan hal tersebut, saya merasa perlu
melaksanakan fungsi edukasi mengenai riba… sementara
alasan kedua adalah untuk mencari solusi bersama
mengentaskan riba. Selama ini cara mengentaskan riba
baru ditunjukan dengan cara sabar. Meskipun hal
tersebut memang benar secara aqidah, namun untuk
mengentaskan riba juga dibutuhkan solusi secara praktis
agar masyarakat dapat benar-benar meninggalkan unsur-
unsur ribawi dan tak menganggap bahwa meninggalkan
riba hanyalah jargon-jargon utopis semata“ 61
61
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Kantor RCC Cibinong hari
Rabu,13 Maret 2019.
45
Dari kutipan wawancara diatas dijelaskan bahwa alasan
pendirian Riba Crisis Center adalah masih banyaknya masyarakat
khususnya umat Islam yang masih menganggap sepele urusan
riba yang korbannya pun kadang tidak menyadari bahwa dirinya
telah terjangkit “virus” riba. Dari kutipan tersebut juga dijelaskan
bahwa Riba Crisis Center ingin membangun solidaritas untuk
mencari solusi praktis bersama dalam hal mengentaskan riba.
Sementara itu, penamaan Riba Crisis Center itu sendiri
merupakan ide dari Ahmad Taufik selaku pendiri komunitas ini.
Berdasarkan penuturannya, ide tersebut didapatkan setelah
melihat berita di koran tentang kecelakaan pesawat jatuh, lalu di
bandara tersebut dibangun crisis center sebagai wadah yang cepat
dan tanggap dalam menangani tragedi pesawat jatuh tersebut.
Maka dari itu dirinya menamakan komunitas ini dengan Riba
Crisis Center dengan tujuan komunitas ini menjadi pusat tanggap
darurat untuk mengentaskan sebuah “bencana nasional” di bidang
ekonomi yang bernama riba. Selain itu, filosofi dari penamaan
Riba Crisis Center ini ialah bahwa apa yang dilakukan Riba
Crisis Center itu bukan untuk memenuhi tuntutan orang lain, tapi
semata-mata untuk kemanusiaan (hal ini karena korban riba baik
yang sadar atau tidak sadar sudah banyak dan mengkhawatirkan).
Riba Crisis Center berusaha untuk membantu apa yang bisa
dibantu untuk mengentaskan riba, tapi tidak pula memaksakan
diri. Hal ini karena Riba Crisis Center tidak bisa berjalan sendiri
melainkan butuh bantuan dari banyak pihak, menurut mereka
46
“aspirasi tanpa partisipasi itu akan pincang, kalau menuntut
solusi tanpa peran serta maka hanya akan menjadi ilusi.”62
Seperti organisasi lainnya, Riba Criris Center memiliki
visi dan misi untuk dapat mencapai tujuannya. Visi Riba Crisis
Center adalah Indonesia Tanpa Riba. Dengan misinya yaitu
edukasi ke seluruh lapisan masyarakat, advokasi lepas riba di
seluruh nusantara, dan penguatan ekonomi keumatan.
Riba Crisis Center juga memiliki logo yang
mencerminkan identitas gerakan mereka supaya mudah dikenali
oleh masyarakat umum. Logo tersebut dibuat dengan warna dasar
merah yang berarti keberanian melawan kedzoliman,
menggambarkan pula kekuatan bersama dalam barisan Allah dan
Rasulnya, mengisyaratkan energi, gairah, dan semangat untuk
bejuang sampai akhir. Serta terdapat tulisan Riba Crisis Center
dengan warna dasar putih yang artinya adalah bersih dari
berbagai tendensi, senantiasa menjaga kesucian gerakan
dakwahnya. Selain itu dibagian tengah tulisan riba terdapat
gambar peta Indonesia yang menggambarkan Visi Riba Crisis
Center untuk mewujudkan Indonesia tanpa riba.
62
https://www.ribacrisiscenter.id/profil diakses pada hari Rabu, 20 Maret 2019
jam 14.02 WIB
47
Gambar 3.1
Logo Riba Crisis Center63
Menurut Ahmad Taufik, gambar tersebut memiliki makna
yang identik dengan tujuan gerakan komunitas Riba Crisis
Center. Peta Indonesia yang berada dalam tulisan riba memiliki
makna bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang sudah
terkepung dengan unsur-unsur riba. Dibawah tulisan riba terdapat
kalimat crisis center, sehingga bila disatukan akan membentuk
kalimat Riba Crisis Center. Sehingga secara keseluruhan, logo ini
memberikan makna bahwa komunitas ini merupakan komunitas
yang ingin mengeluarkan Indonesia dari segala unsur-unsur riba.
Dalam setiap organisasi pasti memerlukan pendanaan
yang memang merupakan hal yang sangat vital agar tujuan yang
ingin mereka capai dapat direalisasikan. Terkait pendanaan ini,
Riba Crisis Center sangat selektif, karena sebagai organisasi yang
bergerak untuk melawan riba tentunya mereka tidak ingin
tercebur ke dalam riba itu sendiri yang sifatnya kamuflase. Riba
Crisis Center tidak menerima bantuan pendanaan atau dengan
kata lain “menutup pintu” kerja sama dengan lembaga-lembaga
63
https://www.ribacrisiscenter.id/profil diakses pada hari Rabu, 20 Maret 2019
jam 13.33 WIB.
48
ribawi (seperti bank, lembaga asuransi dan sebagainya) karena
menurut mereka dana yang berasal dari lembaga tersebut
merupakan sumber kemaksiatan yang telah dilarang oleh Al-
Quran. Maka dari itu sumber pendanaan dari komunitas Riba
Crisis Center ini salah satunya adalah dari tabungan pasar
anggota Riba Crisis Center. Sedangkan pengeluaran tersebar ada
pada peneyelenggaraan event. Terkait sumber pendanaan Riba
Crisis Center ini, Ahmad Taufik selaku ketua Riba Crisis Center
mengutarakan sebagai berikut:
“Jadi sebenarnya yang paling besar itu bukan untuk
biaya sdm karena biaya sdm itu kebanyakan keikhlasan,
baru kalo ada pendapatan kemudian baru dibagi.
Pengeluaran paling besar adalah di penyelenggaran
event, termasuk yang rutin operasional seperti transport,
komunikasi, itu ternyata besar juga. Jadi di koperasi
Hikmah Bersama itu dulu kita punya namanya tabungna
pasar, tabungan pasar ini yang kita jadikan sebagai
Qard, ini adalah jadi salah satu implementasi dari akad
syariah, yang saat ini bank syariah pun tidak
menggunakan itu padahal itu adalah sumber dana yang
free”.64
B. Struktur Organisasi dan Kantor Riba Crisis Center
Struktur organisasi dalam suatu organisasai mempunyai
tujuan yang menggambarkan bagaimana komunikasi yang
64
Hasil Wawancara dengan Ahmad Taufik di Kantor RCC Cibinong pada hari
Rabu, 13 Maret 2019
49
terbangun dalam mengatur hubungan antar anggota dan antar
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Adapun struktur
organisasai dari Riba Crisis Center adalah seperti di bawah ini:
Gambar 3.2
Struktur Organisasi Riba Crisis Center65
Riba Crisis Center memiliki kantor pusat yang beralamat
di Ruko Graha Cibinong blok E1 no.19 Jalan Raya Jakarta-Bogor
km 43 Cirimekar, Cibinong, Kabupaten Bogor. Adapun selain
kantor pusat, Riba Crisis Center memiliki kantor cabang yang
tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Untuk kantor-kantor
cabang ini, Riba Crisis Center menyebutnya dengan PAGARI
(Paguyuban Anti Riba). Pagari ini bersifat otonom atau
kewilayahan. Tujuannya adalah untuk menghimpun kumpulan
orang. Pagari juga dapat dikatakan sebagai cara atau strategi
supaya dakwah “BIar Riba RaIB” ini menyebar dan meluas serta
65
Surat Keputusan Yayasan Riba Crisis Center tahun 2018.
Pengawas
Renato Amri
Ketua
Muhammad Ridho
Sekretaris
Tiara
Pembina
Ahmad Taufik
Pengawas
Renato Amri
50
untuk menghindari dari ancaman musuh yang tidak menyukai
Islam berkembang. Keberadaan Pagari ini menjadi wadah untuk
mengeratkan komitmen dalam berjuang bersama melawan riba.
Seperti yang tertulis oleh Ahmad Taufik di laman
telegram grup Pagari bahwa kita butuh pendekatan sektoral dan
cair untuk menghimpun kumpulan orang. Di samping itu, Pagari
juga sebagai cara kita untuk mengalihkan perhatian, karena yang
sentralistik itu mudah ketembak dan dihancurkan. Jadi Pagari ini
akan menjadi goa-goa Ashabul Kahfinya. Ini juga strategi BIar
Riba RaIB luas dan menyebar untuk menghindari ancaman
musuh yang tidak suka Islam berkembang.66
Dari tulisan di atas menjelaskan bahwa keberadaan Pagari
merupakan strategi dalam menghimpun banyak orang dari
berbagai daerah dengan tujuan mengedukasi masyarakat tentang
bahaya riba dan untuk melakukan perlawanan yang lebih luas
terhadap riba.
C. Program-Program Riba Crisis Center
Untuk mencapai tujuan organisasi dan mewujudkan
Indonesia Tanpa Riba, Riba Crisis Center mempunyai program-
program yang rutin diselenggarakan. Adapun program-
parogramnya meliputi :
1. Open House
Open house adalah program Riba Crisis Center dalam
mengawali sosialisasi dan pengenalan tentang Riba Crisis
66
https://web.telegram.org/#/im?=@PagariNusantara diakses pada hari Kamis,
21 Maret 2019 jam 14.27 WIB.
51
Center kepada masyarakat. Setelah itu, melalui open
house Riba Crisis Center menyampaikan apa yang
menjadi sumber masalah dan penyelesaiannya, yang
kemudian ditindaklanjuti oleh kepengurusan Pagari
sebagai simpul pergerakan dan perpanjangan tangan
organisasi.
Gambar 3.3
Open House Pagari Cilegon, Banten67
Gambar 3.4
Open House Pagari Tangerang68
67
https://web.telegram.org/#/im?p=@PagariNusantara diakses pada hari Rabu
tanggal 20 Maret 2019 pukul 23.47 WIB.
52
2. AdXriba (forum advokasi dan forum bisnis)
adXriba adalah program Riba Crisis Center dalam
bentuk forum advokasi dan forum bisnis. Advokasi
eXpo berisi dengan kegiatan-kegiatan tentang
advokasi lepas riba. Dalam hal ini Riba Crisis Center
menjelaskan mengenai Lembaga Bantuan Hukum
yang ada di Riba Crisis Center dalam membantu
masyarakat lepas dari riba. Sedangkan Xriba adalah
program Riba Crisis Center dalam menyelenggarakan
berbagai kegiatan pasca riba yang berfokus untuk
memperbaiki ekonomi keumatan.
3. HIT RIBA (Hari Indonesia Tanpa Riba)
HIT Riba adalah singkatan dari Hari Indonesia Tanpa
Riba. Program ini rutin dilakukan setiap tahun utk
mengawal fatwa Majelis Ulama Indonesia no.1 tahun
2004 tentang haramnya bunga.
“Hit Riba itu kan salah satu program RCC yang
memang idealnya kaya semacam roadshow gitu, tapi
tahun ini sempat roadshow juga kan. Ini tahun kedua
HIT Riba. Kita charter bis dari Jakarta ke NTB,
mampir ke Bali juga. Itu artinya itu sudah kita
semarakkan di tiga pulau, di Jawa, Bali dan Lombok.
Jadi kita perjalanan sepuluh hari itu mampir ke Jawa
Timur dan ke Pagari-pagari yang kita lewati yah.
68
Hasil Observasi di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh pada hari Minggu, 21
April 2019 jam 10.06 WIB.
53
Tahun kemaren kita membuat tanda tangan dukungan
juga di setiap tempat persinggahan”.69
Dari kutipan wawancara di atas, tahun ini program
HIT Riba sudah memasuki tahun kedua. Tahun pertama
HIT Riba diselenggarakan di stadion Pakansari Cibinong
tanggal 27 Januari 2018. Pada HIT Riba yang pertama,
Riba Crisis Center membuat tanda tangan dukungan
sebagai bentuk dukungan masyarakat dalam ikut serta
mewujudkan Indonesia Tanpa Riba.
Gambar 3.5
Tanda tangan sebagai bentuk dukungan masyarakat70
4. Guyub Bulanan
Guyub bulanan merupakan program bulanan Riba
Crisis Center yang diselenggarakan di setiap wilayah
untuk saling mengenal, saling memahami, pembahasan
69
Hasil Wawancara dengan Ahmad Taufik di Kantor RCC Cibinong pada hari
Rabu, 13 Maret 2019. 70
Hasil Observasi pada hari Rabu, 13 Maret 2019 jam 13.32 WIB.
54
masalah dan pemberdayaan anggota. Guyub bulanan ini
dilakukan dalam bentuk diskusi intensif antar anggota.
Gambar 3.6
Suasana diskusi guyub bulanan di Pagari Bogor
71
5. RIBAdrenalin
RibAdrenalin merupakan program Riba Crisis Center
yang ditujukan kepada masyarakat yang sedang
menghadapi jeratan riba atau yang sudah lepas dari riba.
Program ini bertujuan untuk penguatan mental bagi
penderita riba untuk menghadapi berbagai tekanan.
Seperti yang dijelaskan Ahmad Taufik dalam kutipan
wawancara di bawah ini:
“Ribadrenalin itu dasarnya gini, temen-temen
penderita riba itu biasanya mereka penuh dengan
tekanan. Belum-belum aja psikologisnya sudah jatuh
duluan. Udah down duluan, makanya butuh kita
kuatkan. Contohnya di ribadrenalin yang pertama,
kita ajak mereka berkuda dan memanah. Kuda itu
71
https://web.telegram.org/#/im?p=@PagariNusantara diakses pada hari
Jumat, 05 April jam 11.00 WIB.
55
memang termasuk binatang yang punya keunikan itu,
yang artinya memang untuk adrenalin kita, kuda itu
udah cocok banget tuh. Sedangkan kalo yang sudah
pernah naik kuda dan terbiasa naik kuda, mereka kita
ajarin untuk memanah sambil berkuda. Jadi segala
sesuatunya yang memang harus mengeluarkan
adrenalin. Karena disitu kami berharap mereka
harus siap dan terbiasa di segala tekanan, terbiasa
menghadapi tekanan, terbiasa tidak berfikir yang
macam-macam. Atau kalo memang kalo sudah
terjadi, karena mereka sudah terbiasa jadi mereka
gak akan khawatir”.
6. Camp 2:279
Program Camp 2:279 adalah sarana kaderisasi bagi
anggota yang mau aktif dan intensif untuk mencapai visi
Indonesia Tanpa Riba.
“camp 2:279 diambil dari surat Al-Baqarah ayat
279, yang artinya Allah akan memerangi riba,
dengan sendirinya kita ya sebagai hamba-hamba
Allah harus bersiap diri sebagai tentara-tentara
Allah yang memerangi riba itu kan. Itu lebih banyak
untuk fungsi kaderisasi internal. Jadi diperuntukkan
untuk mereka yang betul-betul mau terlibat menjadi
bagian”.
Menurut kutipan di atas menjelaskan bahwa nama
program ini terinspirasi dari surat Al Baqarah ayat 279
56
yang isinya perintah Allah kepada kita untuk memerangi
riba. Program ini juga bertujuan sebagai wadah kaderisasi
internal organisasi yang diperuntukkan bagi anggota yang
memang serius untuk terlibat langsung menjadi bagian
dakwah Riba Crisis Center dalam memerangi riba.
Program-program Riba Crisis Center dalam
mensosialisasikan gerakan anti riba ini bersifat preventif dan
kuratif. Adapun program-program yang digunakan melalui
pendekatan preventif berupa sosialisasi-sosialisasi yang bertujuan
untuk mengedukasi tentang riba dan mengajak masyarakat yang
belum terjerumus ke dalam riba untuk menjauhi riba. Sosialisasi
yang bersifat ajakan ini berkolaborasi dengan semangat
kemandirian supaya menciptakan perekonomian umat yang kuat
dan mampu berdaya saing.
Riba Crisis Center memandang bahwa masih banyak
masyarakat yang mengabaikan persoalan riba, padahal
kenyataannya pada tahun 2004 Majelis Ulama Indonesia (MUI)
telah mengeluarkan fatwa haram terkait riba (bunga). Atas dasar
itulah Riba Crisis Center berusaha membuka mata masyarakat
agar menjauhi riba yang jelas-jelas telah dilarang dalam agama
dan banyak menimbulkan kerugian di kehidupan sosial.
Langkah preventif yang dilakukan oleh Riba Crisis
Center merupakan langkah untuk mencegah masyarakat masuk
ke dalam lingkaran riba dan bagi masyarakat yang sudah berada
dalam lingkaran riba, Riba Crisis Center mengajaknya untuk
bertaubat dan memulai menerapkan perekonomian yang jauh dari
57
riba. Semangat meninggalkan riba ini juga didukung dengan
semangat kemandirian agar masyarakat yang telah benar-benar
meninggalkan riba mendapatkan solusi nyata berupa kemandirian
ekonomi. Dengan demikian, Riba Crisis Center turut aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengedukasi masyarakat (baik
melalui media sosial atau pertemuan langsung).
Program-program yang dilakukan Riba Crisis Center yang
termasuk ke dalam langkah preventif yaitu dibentuknya Pagari-
pagari area untuk menampung aspirasi masyarakat dan wadah
untuk melaksanakan program Guyub Bulanan. Selain itu, ada
juga program Hari Indonesia Tanpa Riba (HIT RIBA) yang
merupakan salah satu bentuk langkah preventif dengan
melakukan sosialisasi di berbagai wilayah di Indonesia untuk
menyuarakan ajakan menjauhi Indonesia dari riba.
Sementara langkah yang ditempuh secara kuratif
(penyembuhan) ialah dengan membuka konsultasi secara gratis
bagi masyarakat yang ingin lepas dari riba. Konsultasi ini berupa
pendampingan bagi masyarakat yang memiliki permasalahan
ingin benar-benar lepas dari riba namun dihambat oleh lembaga-
lembaga ribawi. Konsultasi ini berada dalam naungan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia Tanpa Riba (LBH INTRA). Melalui
konsultasi ini, Riba Crisis Center terjun langsung dalam
mendampingi masyarakat berhadapan langsung dengan lembaga
ribawi melalui jalur hukum.
58
Gambar 3.7
Salah satu bentuk pendampingan Riba Crisis Center di
Pengadilan Negeri Subang72
Hingga bulan April 2019 sudah banyak kasus-kasus yang
telah diselesaikan oleh Riba Crisis Center melalui pendampingan
Lembaga Bantuan Hukum Riba Crisis Center, tercatat sejak bulan
Mei 2017 pendampingan tobat riba di Pagari Jawa Timur telah
memperoleh hasilnya, diantaranya:73
- Putusan Pengadilan Negeri yang memerintahkan debitur
Bank BUMN di Jombang untuk membayar 10 juta rupiah
setiap panen dari sisa pokok 100 juta rupiah.
- Kredit Pegawai di Bank BUMN Madiun, bayar pokok saja
sebesar 125 juta rupiah, sekaligus melunasi pinjaman di
koperasi.
- Leasing di Sidoarjo dengan tagihan 11 juta rupiah, cukup
dilunasi sebesar 5,5 juta rupiah.
- Pelunasan KPR Bank BUMN di Gresik, tanpa bunga
72
https://web.telegram.org/#/im?p=@PagariNusantara diakses pada hari Rabu
tanggal 20 Maret 2019 jam 10.43 WIB. 73
https://www.facebook.com/CrisisRIBA diakses pada hari Kamis, 21 Maret
2019 jam 11.05 WIB.
59
- Pelunasan bank swasta hanya 85 juta rupiah dari pokok
240 juta rupiah dengan total tagihan satu milyar rupiah.
Dibayar bertahap mulai Desember 2018 sampai
pertengahan Maret 2019.
- Pelunasan bank asing hanya 40 juta rupiah dari pokok
39,6 juta rupiah dengan total tagihan 48 juta rupiah.
Selain pendampingan dan konsultasi dengan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia Tanpa Riba, adapula langkah kuratif
Riba Crisis Center yang lain, yaitu program AdXriba dan
RibAdrenalin. Program AdXriba bisa dikatakan sebagai strategi
Riba Crisis Center dalam menyembuhkan penderita dengan
memberikan penyuluhan-penyuluhan hukum terkait bagaimana
lepas dari riba jika diharuskan melalui lembaga hukum. AdXriba
juga berisi kegiatan-kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat
pasca lepas dari riba. Sedangkan RibAdrenalin merupakan
langkah kuratif Riba Crisis Center dalam memberi penguatan
mental kepada penderita riba untuk siap menghadapi berbagai
tekanan dari penjahat riba.
D. Sosok Komunikator Riba Crisis Center
Setiap organisasi sosial pasti memiliki figur yang
dianggap kharismatik untuk menghidupkan dan mengarahkan
organisasi. Biasanya, peran figur tersebut sangat krusial karena
mampu memberikan motivasi kepada anggota supaya tetap
istiqomah dalam berjuang bersama. Bahkan tak jarang, figur
tersebut menjadi alasan bagi anggota untuk turut bergabung
dalam sebuah organisasi.
60
Sosok kharismatik dalam organisasi Riba Crisis Center ini
sekaligus menjadi komunikator yang mempengaruhi banyak
komunikan dalam menyampaikan pesan-pesan persuasif terkait
riba. Komunikator yang aktif dan berkharismatik ini adalah
Ahmad Taufik yang juga merupakan founder dari Riba Crisis
Center. Pria yang telah lama berkecimpung dalam berbagai
praktek muamalah syariah ini kerap diminta menjadi pembicara
dalam setiap pertemuan yang dilakukan oleh Riba Crisis Center
di berbagai daerah.
Gambar 3.8
Ahmad Taufik sedang berdiskusi terkait riba dengan
anggota pada saat guyub bulanan74
Dalam setiap pertemuan, Ahmad Taufik menjadi
komunikator yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan-pesan
persuasif terkait menjauhi riba. Awalnya Ahmad Taufik
74
https://web.telegram.org/#/im?p=@PagariNusantara diakses pada hari
Jumat, 22 Maret 2019 jam 15.34 WIB.
61
senantiasa mengingatkan para anggota yang hadir untuk
mengingat ancaman Allah Swt yang terdapat dalam Al-Quran
mengenai bahaya riba kemudian materi pesan beranjak kepada
solusi untuk mengentaskan riba. Bahkan tak jarang, setelah
mengikuti pertemuan tersebut, para anggota atau masyarakat
yang sebelumnya awam tentang riba menjadi terinspirasi untuk
mendalami dan meminta saran mengenai cara-cara menjauhi riba.
Selain mensosialisasikan gerakan anti riba secara tatap
muka (langsung), Ahmad Taufik juga menggunakan media sosial,
bahkan Ahmad Taufik menjadi inisiator sekaligus pengelola
semua akun media sosial Riba Crisis Center.
Gambar 3.9
Screen Capture kutipan Ahmad Taufik sebagai inisiator
sekaligus pengelola akun media sosial Riba Crisis Center75
75
https://www.facebook.com/CrisisRIBA diakses pada hari Minggu, 24 Maret
2019 jam 13.45 WIB.
62
Selaku pengisi konten dalam akun media sosial Riba
Crisis Center, Ahmad Taufik juga giat dalam menyebarkan
pandangan-pandangan mengenai bahaya riba. Pandangan-
pandangan tersebut kebanyakan bersifat persuasif atau ajakan
kepada masyarakat untuk menjauhi riba dan bahaya-bahaya riba.
Pesan-pesan komunikasi ini dikemas oleh Ahmad Taufik dengan
semenarik mungkin supaya pembaca dapat terpengaruh oleh
pesan tersebut.
Gambar 3.10
Tampilan pesan persuasif RCC di media sosial76
76
https://www.instagram.com/ribacrisiscenterofficial/?hl=id diakses pada hari
Selasa, 23 April 2019 jam 15.33 WIB.
63
Tidak hanya itu, melalui sosial media, Ahmad Taufik juga
mengajak para pegiat sosial media yang tergabung dalam akun
sosial media Riba Crisis Center untuk ikut berguyub dan
berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan riba bersama-
sama dan menemukan solusi aktif untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang jauh dari riba.. Hal tersebut membuktikan bahwa
Ahmad Taufik merupakan komunikator yang turut aktif
berpatisipasti dalam mengajak masyarakat untuk bersama-sama
mewujudkan Indonesia Tanpa Riba.
Gambar 3.11
Konten media sosial Riba Crisis Center yang mengajak
untuk bergabung dalam Pagari77
E. Media Sosial Riba Crisis Center
Mc Luhan mengatakan bahwa media adalah pesan.
Dengan kata lain, ia ingin menjelaskan bahwa media atau saluran
komunikasi memiliki kekuatan dan memberikan pengaruhnya
77
https://www.facebook.com/pg/CrisisRIBA/posts di akses pada hari Selasa,
23 April 2019 jam 17.30 WIB.
64
kepada masyarakat. Menurutnya, media membentuk dan
mempengaruhi pesan atau informasi yang disampaikan.78
Riba Crisis Center menyadari bahwa media komunikasi
sangat penting dalam menyampaikan pesan-pesan persuasif ini.
Oleh karena itu, Riba Crisis Center memanfaatkan media-media
sosial yang sekarang sedang berkembang di tengah masyarakat
dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut. Pemanfaatan media
sosial ini dipercaya Riba Crisis Center sebagai sarana yang
efektif bagi Riba Crisis Center dalam melakukan sosialisasi
gerakan anti riba.79
Adapun akun media sosial yang digunakan Riba Crisis
Center antara lain:
1. Facebook
Fanspage pada media sosial facebook ini bernama Riba
Crisis Center (https://www.facebook.com/CrisisRIBA).
Fanspage ini dibuat pada tanggal 13 Agustus 2013 yang
bertujuan sebagai media komunikasi dalam menyampaikan
informasi-infromasi mengenai bahaya riba sekaligus sebagai
wadah organisasi dalam mengajak masyarakat untuk turut
berpartisipasi dalam gerakan ini. Hingga tanggal 23 April
2019 laman fanspage Riba Crisis Center telah diikuti
sejumlah 118 orang yang mengikuti setiap postingannya.
78
Morrisan, M.A, Teori Komunikasi Massa, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013),
hal. 39 79
Hasil Wawancara dengan Ahmad Taufik pada hari Rabu, 13 April 2019.
65
Gambar 3.12
Postingan persuasif Riba Crisis Center di laman fanspage
facebook80
2. Twitter
Selain melalui akun fanspage di facebook, Riba Crisis
Center juga mensosialisasikan gerakannya melalui akun
twitter dengan nama akun @IDTanpaRiba. Hal yang biasa di
posting di akun twitter merupakan hasil saduran dari akun
facebook Riba Crisis Center itu sendiri.
80
Screen Capture laman facebook Riba Crisis Center
https://www.facebook.com/pg/CrisisRIBA/about/?ref=page_internal diambil
pada hari Selasa, 23 April 2019 jam 18.00 WIB
66
Gambar 3.13
Postingan persuasif Twitter Riba Crisis Center81
3. Instagram (@ribacrisiscenterofficial)
Instagram merupakan media komunikasi baru yang kini
banyak disukai masyarakat terutama kalangan remaja.
Konten Instagram yang berupa gambar menjadikan Riba
Crisis Center mengemas pesan-pesan persuasifnya dalam
bentuk yang lebih menarik. Hingga bulan April 2019, akun
81
Screen Capture laman twitter Riba Crisis Center
https://twitter.com/IDTanpaRiba diambil pada hari Selasa, 23 April 2019 jam
19.06 WIB.
67
Instagram @ribacrisiscenterofficial telah diikuti sebanyak 22
ribu pengikut.
Gambar 3.14
Postingan persuasif Instagram
@ribacrisiscenterofficial82
4. Telegram
Media komunikasi massa lainnya yang menjadi faktor
pendukung dalam komunikasi antar anggota adalah telegram.
Dengan nama telegram Paguyuban Anti Riba, media
komunikasi ini sangat efektif untuk menjaring masyarakat
82
Screen Capture laman Instagram Riba Crisis Center
https://www.instagram.com/ribacrisiscenterofficial/?hl=id diambil pada hari
Selasa, 23 April 2019 jam 20.08 WIB.
68
yang baru bergabung atau yang sudah lama bergabung untuk
bersama-sama mencari solusi melalui pemberdayaan.
Gambar 3.15
Postingan telegram Riba Crisis Center83
5. Youtube
Riba Crisis Center juga memanfaatkan Youtube sebagai
media komunikasinya dalam mensosialisasikan bahaya riba.
Di media Youtube ini, Riba Crisis Center berbagi video yang
berisi dakwah untuk menjauhi riba, serta video-video terkait
83
Screen Capture laman web telegram Riba Crisis Center
https://web.telegram.org/#/im?p=@infoPAGARI diambil pada hari Selasa, 23
April 2019 jam 20.13 WIB.
69
kegiatan Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan gerakan
anti riba. Channel youtube Riba Crisis Center ini telah diikuti
sebanyak 1,7 ribu pengikut.
Gambar 3.16
Tampilan laman channel Youtube Riba Crisis Center84
F. Paguyuban Anti Riba (PAGARI)
PAGARI atau paguyuban anti RIBA adalah simpul
pergerakan Yayasan Indonesia Tanpa RIBA di setiap wilayah,
perpanjangan tangan organisasi dalam melaksanakan program.
Program tersebut meliputi program edukasi, advokasi dan
ekonomi.
84
Screen Capture laman channel Youtube Riba Crisis Center
https://www.youtube.com/channel/UC67paROhoXspx4emqVLqRAA diambil
pada hari Selasa, 23 April 20.40 WIB.
70
Program edukasi adalah program dimana Pagari di setiap
wilayah tersebut memberi pengetahuan kepada masyarakat luas
mengenai bahaya riba dan larangan keras dari Alquran mengenai
riba. Sedangkan program advokasi adalah progam dari lembaga
hukum Riba Crisis Center dalam membantu pelaku riba untuk
lepas dari jeratan riba. Yang terakhir adalah program ekonomi,
yaitu program Pagari untuk membantu menguatkan
perekonomian masyarakat hingga masyarakat tidak lagi terjerat
dalam lingkaran riba.
Selain sebagai perpanjangan tangan dari Riba Crisis
Center, Pagari di setiap wilayah juga memiliki tujuan supaya
setiap masalah yang ada di daerah dapat tertampung dan dapat di
cari soulusinya bersama sama.
“Setelah kita sampaikan cara pemecahan masalah, kita
bentuk kepengurusan supaya yang menjadi
permasalahnnya bisa terfollow up penyelesaiannya kan,
maka dibentuklah Pagari. Anggota nya yaa dari anggota
page kita komunikasi lewat media sosial. Setelah kita
melakukan open house, mereka mulailah membentuk
kepengurusan Pagari nya, dari situlah yang nanti nya
koordinasi ke pusat dilakukan. Kalo dulu kan kalo ada
masalah ke saya semua, kalo sekarang harus melalui
Pagari dulu, di tabulasi kalo ada masalah nanti baru kita
pecahkan masalahnya”.85
85
Hasil Wawancara dengan Ahmad Taufik pada hari Rabu, 13 Maret 2019 jam
10.30 WIB.
71
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa Pagari di bentuk
setelah dilakukan open house di wilayah tersebut. Kemudian
dibentuk kepengurusan Pagari yang nantinya akan berkoordinasi
dengan kepengurusan pusat dalam menampung semua masalah
yang diterima, lalu dipecahkan bersama-sama melalui solusi yang
baik.
Dalam prakteknya, Pagari memiliki lima pilar yang terdiri
dari Ta‟aruf (saling mengenal), Tafahum (saling memahami),
Ta‟awun (saling tolong menolong), Takaful (saling
menanggung), Itsar (mendahulukan kepentingan orang lain).
Dalam kutipan wawancara, Ahmad Taufik menjelaskan bahwa
lima pilar ini sebagai pencerminan dari budaya nusantara.
“Praktek riba yang demikian massif, membutuhkan
bangun solusi yang merata dan integral. Setiap orang
harus mau ikut berperan serta dan saling mendukung.
Guyub ini mencerminkan budaya nusantara yang
diterapkan dalam lima pilar ukhuwah meliputi ta‟aruf,
tafahum, ta‟awun, takaful, dan itsar. Saling mengenal
akan mewujudkan saling paham, lantas saling menolong
dan menanggung bahkan saling mendahulukan”.
72
Gambar 3.17
Lima pilar dalam PAGARI Riba Crisis Center86
Struktur Biar Riba Raib yang terdapat dalam Pagari sesuai
dengan visi Riba Crisis Center. Struktur ini meliputi tiga lembaga
yang mempresentasikan fungsi edukasi, advokasi dan ekonomi.
Kolektifitas ketiga lembaga tersebut menandai pintu masuk
dalam Riba Crisis Center. Hikmah Bersama menjadi wadah untuk
saling menguatkan perekonomian masyarakat. Lembaga Bantuan
Hukum Indonesia Tanpa Riba sebagai bentuk nyata
pendampingan masyarakat yang ingin lepas dari riba. Dan Pagari
yang merupakan perpanjangan dari Riba Crisis Center yang
menjalankan fungsi-fungsinya di setiap daerah di Indonesia.
86
https://web.telegram.org/#/im?p=@infoPAGARI diakses pada hari Selasa,
23 April 2019 jam 21.03 WIB.
73
Gambar 3.18
Gambar struktur Biar Riba RaiB dengan tiga lembaganya
dalam mewujudkan Indonesia Tanpa Riba87
Dalam menjalankan program dan fungsinya, Pagari
melaksanakannya secara otonom. Untuk melaksanakan fungsi
advokasi, Pagari berkoordinasi dengan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia Tanpa Riba (LBH Intra) dan dalam melaksanakan
fungsi ekonominya, Pagari berkoordinasi dengan Koperasi
Hikmah Bersama (HiBer).
Selain memiliki tiga fungsi pokok di atas, Pagari juga
memiliki fungsi tambahan karena sifatnya yang otonom dan
koordinatif. Fungsi tambahan tersebut diantaranya:
1. Sebagai titik distribusi barang dan jasa
2. Sebagai cluster pemecahan masalah
3. Sebagai titik penguat kesadaran
87
https://web.telegram.org/#/im?p=@infoPAGARI diakses pada hari Selasa,
23 April 2019 jam 21.15 WIB.
74
4. Sebagai inkubasi aktifis Riba Crisis Center
5. Sebagai penumbuh dan penguat kepercayaan
6. Sebagai seleksi anggota dan penguatan program
7. Sebagai pemupuk kepercayaan dan istiqomah sampai
akhir
8. Sebagai sarana mengenal dan saling memahami di
antara para anggota secara intensif.
Pagari yang merupakan gerakan otonom dari Riba Crisis
Center memiliki sekretariat atau posko yang menjadi tempat
guyub para anggotanya. Berikut ini adalah tabel alamat dari
sekretariat Pagari area Riba Crisis Center:
Kota Alamat
Jakarta Gang H. Muh. Akib RT 07/02 No.15
Kelurahan Rambutan, Jakarta Timur
Bogor Ruko Graha Cibinong blok E1 No.19
Jalan Raya Jakarta-Bogor KM 43
Cirimekar, Cibinong, Bogor
Depok Jalan Anjasmara IV No.55 Sukmajaya,
Depok II
Tangerang Ruko Permata 1 No.11 Perumahan
Taman Royal 1 Kelurahan Tanah
Tinggi, Tangerang
Bekasi Komplek Pertokoan Ruko Duta
75
Permai Blok A2/08 Jaka Permai, Jaka
Sampurna, Bekasi
Karawang Perumahan Buana Taman Sari Raya
Blok A13 No. 9, Klari, Karawang
Subang Jalan Ki Hajar Dewantara No.29,
Tegalkelapa, Subang
Cilegon Perumahan Wanasari RKB 03 No.05
RT 01/05 Kelurahan Wanasari,
Kecamatan Citangkil, Cilegon
Bandung Jalan Cimanuk No. 5A, Citarum,
Bandung Wetan, Kota Bandung
Bandar Lampung Jalan Soekarno Hatta, Kelurahan
Sepang Jaya, Kecamatan Wayhalim,
Bandar Lampung
Pekanbaru Jalan Kaharuddin Nasution No. 63B
Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu,
Kabupaten Kampar, Riau.
Nusa Tenggara
Barat
Jalan Gunung Tambora No.3 Gomong,
Mataram, Nusa Tenggara Barat
Bangka Belitung Jalan H. Jumat Yahya No.153 RT
03/03 Kelurahan Kejaksaan,
Kecamatan Taman Sari, Kota Pangkal
Pinang
76
Palembang Jalan Iswahyudi No.16 Kelurahan
Kalidoni, Kecamatan Kalidoni Sekojo
Ujung, Palembang
77
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam menganalisis penelitian ini, penulis menggunakan
teori komunikasi persuasif Jalaludin Rakhmat. Komunikasi
persuasif didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengendalikan pendapat, perilaku, dan tindakan orang lain
melalui pendekatan manipulasi psikologis sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri. Proses itu
adalah setiap gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu
perubahan yang terus-menerus dalam konteks waktu di setiap
pelaksanaan atau perlakuan yang dilakukan oleh komunikator
secara terus-menerus, komunikator di sini yaitu Riba Crisis
Center.
Komunikasi yang dibangun oleh Riba Crisis Center dalam
mensosialisasikan anti riba adalah komunikasi persuasif. Hal ini
diungkapkan oleh founder Riba Crisis Center dalam kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Iyah, jadi mau tidak mau memang komunikasi yang
dibangun itu harus persuasif. Karena kita berbicara
dengan orang-orang yang sedang sakit. Kalo kemudian
kita berkomunikasi dengan frontal mereka yang ada
semakin jauh dan malah memusuhi kita. Apalagi kita
berbicara sesuatu yang ketika disampaikan mereka
langsung balik menuntut, meminta untuk difasilitasi.
Karena memang kan ketika kita menyampaikan riba itu
dilarang, lantas mereka akan bertanya apa solusinya?
78
Jadi memang, kita betul betul mencari upaya komunikasi
yang tidak menyinggung secara langsung, secara tegas
kalo memang mereka terbidik ya memang karena faktor
dalilnya seperti itu. Tapi untuk siasat komunikasinya
memang tetap kita bangun komunikasi persuasif”.88
Dalam kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa
komunikasi yang dibangun oleh Riba Crisis Center adalah
komunikasi persuasif. Komunikasi ini sesuai dengan sasaran
komunikan dari Riba Crisis Center yaitu masyarakat yang sedang
menjadi penderita riba. Sifatnya yang berupa ajakan, membuat
masyarakat terpengaruh untuk melakukan perubahan yang lebih
baik yaitu meninggalkan riba.
A. Tahapan Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center
Dalam kegiatan sosialisasinya, komunikasi persuasif yang
dilakukan Riba Crisis Center melalui beberapa tahapan, yaitu
memunculkan perhatian masyarakat, menciptakan ketertarikan,
kemudian memunculkan keinginan masyarakat untuk memahami
riba hingga akhirnya masyarakat dapat mengambil keputusan
untuk meninggalkan dan menjauhi riba.
Menurut Effendy, tahapan-tahapan komunikasi persuasif
adalah sebagai berikut:
1. Perhatian (Attention)
Pada tahap awal ini, cara Riba Crisis Center untuk
memunculkan perhatian masyarakat adalah dengan
88
Hasil Wawancara dengan Ahmad Taufik di masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
79
mengangkat tema-tema menarik di setiap acara open house
atau sosialisasi lainnya.
“Kita buat tema-tema yang menarik yah, seperti tema
open house hari ini, “ZIS Solusi Alternatif Bebas Riba”,
dan kebanyakan masyarakat yang datang ke acara ini
memang mereka yang butuh solusi akan masalah riba
yang mereka derita. Jadi dengan sendirinya acara ini
menjadi menarik untuk mereka yang mencari solusi”.89
Menurut pernyataan di atas menjelaskan bahwa Riba
Crisis Center memunculkan perhatian masyarakat dengan
cara mengangkat tema yang menarik terkait riba. Cara ini
bertujuan supaya masyarakat atau komunikan tertarik dan
memperhatikan di setiap acara sosialisasi yang
diselenggarakan oleh Riba Crisis Center.
“Saya merasa tertarik yah untuk mengikuti open house
ini, karena biasanya untuk acara open house yang
didatangkan hanya coach Ahmad Taufik, tapi kali ini
RCC mendatangkan Prof. Didin mantan Ketua Baznas,
dari tahun 2004–2015 yang pasti bisa share lebih
banyak ilmu tentang perekonomian syariah. Temanya
juga menarik perhatian saya yaaa, saya ingin
mengetahui bagaimana cara untuk meninggalkan riba
dengan cara zakat, infaq dan shodaqoh.”90
89
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019. 90
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
80
Menurut pernyataan salah satu peserta open house Pagari
Tangerang di atas menunjukkan bahwa masyarakat merespon
baik usaha Riba Crisis Center untuk membangkitkan
perhatian masyarakat dengan mendatangkan narasumber
yang kompeten di bidang perekonomian syariah dan tema
yang menarik terkait riba.
Sedangkan bagi masyarakat yang sedang mencari solusi,
sosialisasi ini menjadi sangat menarik dan penting untuk
diperhatikan karena mereka berharap mendapat solusi dari
permasalahannya. Seperti penuturan salah satu anggota Riba
Crisis Center, pak Usep yang menceritakan awal mula
mengenal Riba Crisis Center dengan alasan untuk mencari
solusi dari permasalahan kartu kreditnya.
“Pada waktu itu bertemu dengan LBH Intra berawal
dari pencarian saya untuk mencari solusi, sebelumnya
kenal Intra dari Riba Crisis Center. Saya baru tahu kalo
kartu kredit itu termasuk riba dan itu dosa besar. Saya
taunya dari grup whatsapp melalui broadcast-broadcast
pesan mengenai kajian fiqh muamalah. Komunitas anti
riba kan baru-baru ini booming sementara lembaga
ribawinya telah lama menjamur di Indonesia, mereka
menyebarkan riba itu melalui seminar-seminar, dan
saya salah satu orang di dalamnya, menjadi debt
collector kartu kredit, ternyata itu salah jalan, usaha
gak bener yang ada malah semakin ancur. Ibaratnya
saya dimiskinkan oleh Allah. Dari situ lalu saya mencari
81
komunitas anti riba, dan akhirnya saya kenal Riba
Crisis Center”.91
2. Minat (Interest)
Pada tahap kedua, Riba Crisis Center menumbuhkan
minat dan rasa ingin tahu masyarakat tentang riba dengan
mengingatkan supaya kita kembali kepada dalil Allah untuk
meninggalkan dan menjauhi riba.
“Yang jelas materi yang kita sampaikan yaitu
bagaimana orientasi hidup masing-masing orang kan,
artinya ketika kita sudah memiliki trust yang sangat
jauh, tidak hanya di dunia saja pasti mereka akan
berfikir bagaimana nanti (di akhirat) itu kan. Jadi tetap
pendekatannya adalah bagaimana kita berbicara itu
semua tentang akhirat, tentang semua di dunia yang
harus dipertanggung jawabkan. Kemudian riba ini
menjadi sesuatu yang sangat unik, kenapa unik? Karena
memang betul betul tidak ada model ancaman yang
selengkap riba. Jadi kita sampaikan itu terlebih dahulu,
lalu kemudian arahnya adalah bagaimana mereka mau
meninggalkan dulu, karena pesannya begitu, tinggalkan
riba”.92
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa cara RCC dalam
menumbuhkan minat masyarakat yaitu dengan
mengembalikan nilai-nilai kepercayaan kita pada Al-quran.
91
Hasil Wawancara dengan Usep Karta Sumarna di Rumah Singgah RCC
Karawang pada hari Rabu, 17 April 2019. 92
Has Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik pada hari Minggu, 21 April
2019.
82
Serta mengingatkan masyarakat bahwa apa yang kita lakukan
di dunia termasuk penggunaan harta dan transaksi ekonomi
yang kita lakukan di dunia kelak akan
dipertanggungjawabkan di akhirat.
3. Keinginan (Desire)
Tahapan ketiga dalam komunikasi persuasif yaitu
bagaimana cara komunikator mengajak komunikan hingga
akhirnya komunikan memiliki keinginan lebih dalam untuk
mengetahui tentang riba dan terpengaruh oleh pesan-pesan
persuasif yang di sampaikan.
Pada tahap ini, Riba Crisis Center mengajak masyarakat
untuk mengenal lebih dalam terkait riba melalui guyub
bulanan yang diselenggarakan di tiap Pagari area dan
membuka konsultasi gratis bagi penderita riba yang memiliki
keinginan untuk mengetahui terkait solusi ribanya.
“Nah ternyata saya baru tahu kalau ternyata ada Pagari
per wilayah tuh. Saya kemudian cari tahu di telegram,
dan ternyata ada. Nah dari situ saya mulai cari tahu
kegiatan-kegiatannya. Dan ternyata ada grup whatsapp
nya juga, akhirnya saya minta dimasukkan di grup
whatsapp nya. Nah di sana saya baru tahu kalo
kegiatannya ternyata ada yang namanya guyub. Dari
situlah saya akhirnya dapat mengenal teman-teman dari
Pagari Tangerang”.93
93
Hasil Wawancara dengan Dian Hestika Sari di Masjid Baiturrahmah,
Cipondoh pada hari Mingu, 21 April 2019.
83
Dari kutipan wawancara di atas menjelaskan bahwa
wadah pertama masyarakat untuk mengenal lebih dalam
terkait riba ataupun solusinya melalui guyub.
“Di Pagari mereka harus ikut guyub, karena disitulah
mindset dan metalitas itu pelan pelan kita bangun, kita
ubah. Karena kita berharap dengan soliditas kumpulan
orang ada dorongan dan keterikatan hati, ada saling
kenal terus akhirnya kita bisa bersama sama
membangun rasa kepercayaan dan menjalankan
peluang-peluang bisnis atau sumber daya yang kita
punya untuk syirkah, gitu kan. Yang sudah saling kenal
bisa saling memahami. Karena ini kan termasuk pilar-
pilar ukhuwah juga. Artinya sekarang kalo ada orang
yang meminta bantuan ayo ikut guyub dulu aja karena
persoalan mereka itu sebetulnya gak perlu buru-buru
juga untuk diselesaikan. Yang penting mentalnya dan
mindsetnya, kalo mindsetnya belum benar, masalah
masalah ini akan terus berulang bahkan semakin
menyusahkan orang itu. Makanya kita coba dengan
guyub itu untuk membantu mengubah mindset itu”.94
Menurut Ahmad Taufik, selaku pendiri Riba Crisis,
melalui guyub inilah kita bisa saling membantu dan berbagi.
Di guyub ini soliditas dibangun untuk saling mengingatkan
dan akhirnya terbangun kepercayaan untuk membangun
perekonomian yang jauh dari riba.
94
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Kantor RCC Ciboning pada hari
Rabu, 13 Maret 2019.
84
4. Keputusan (Decision)
Setelah Riba Crisis Center berhasil mengajak
masyarakat untuk meninggalkan riba, tentunya Riba Crisis
Center membuat langkah-langkah persuasif selanjutnya. Bagi
masyarakat yang memutuskan untuk bergabung menjadi
bagian Riba Crisis Center, masyarakat akan diajak untuk
bergabung dalam guyub terlebih dahulu di Pagari-Pagari
area.
“Saat sosialisasi tersebut awalnya kita memberi
formulir untuk bergabung. Awalnya pasti lewat guyub
dulu yahh, karena guyub itu yang menjadi wadah taaruf
anggota kita. Nantinya jika ada yang mau konsultasi
lebih lanjut di guyub juga bisa share masalah-masalah
itu”.95
Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa Pagari ini
adalah wadah untuk guyub saling mengenal dan memahami
lebih dalam tentang riba melalui diskusi-diskusi yang
diadakan pada saat guyub bulanan. Di guyub masyarakat bisa
berkonsultasi langsung terkait permasalahan riba yang
menjeratnya. Tidak ada syarat khusus untuk bergabung
dalam Riba Crisis Center ini. Hal ini diungkapkan oleh Usep,
salah satu anggota Pagari yang aktif mengikuti guyub:
“syaratnya cuma taubat untuk tidak melakukan dan
mendekati riba lagi”96
95
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019. 96
Hasil Wawancara dengan Usep Karta Sumarna di Rumah Singgah RCC
Karawang pada hari Rabu, 17 April 2019.
85
Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa syarat utama
untuk bisa menjadi anggota Riba Crisis Center hanyalah
taubat, tidak ada syarat-syarat khusus lainnya. Dengan begitu
semua kalangan masyarakat dapat bergabung menjadi bagian
dari Riba Crisis Center.
Salah satu anggota Pagari Tangerang, Dian Hestika Sari
menuturkan bahwa dengan bergabung dalam guyub atau
Pagari area, maka disana akan muncul keberaniaan untuk
menghadapi permasalahan riba yang menjeratnya. Karena di
dalam guyub, anggotanya saling tolong-menolong dan
mendukung. Hal ini diungkapkan Dian Hestika Sari dalam
kutipan wawancaranya sebagai berikut:
“Nah pas saya guyub, baru punya keberanian. Jadi
dengan ikut pagari wilayah, pada waktu itu Pagari di
Tangerang, saya dapat informasi. Karena kegiatannya
adalah dengan edukasi lalu konsultasi”.97
5. Tindakan (Action)
Setelah melalui semua tahapan di atas, tahapan terakhir
dalam komunikasi persuasif yaitu tindakan (Action). Pada
tahapan ini, keberhasilan komunikasi persuasif Riba Crisis
Center dalam mengajak masyarakat untuk menjauhi riba
dapat terlihat dari bagaimana masyarakat tetap menjaga
prinsip-prinsipnya untuk menjauhi riba. Dan menerapkan
kegiatan perekonomian yang jauh dari riba.
97
Hasil Wawancara dengan Dian Hestika Sari di Masjid Baiturrahmah,
Cipondoh pada hari Mingu, 21 April 2019.
86
“Setelah meninggalkan itu, kemudian bagaimana
mereka meninggalkan itu di kemudian hari, karena
setelah lepas, mereka belum tentu bisa lepas terus, itu
bahaya latennya kalo mereka mengulangi lagi kan,
kemudian setelah itu barulah kita perkuat ekonomi
umat”.98
Dari pernyataan di atas menjelaskan bahwa langkah
persuasif selanjutnya yang dilakukan oleh Riba Crisis Center
yaitu penguatan ekonomi. Dalam penguatan ekonomi ini ,
Riba Crisis Center melakukan langkah bagaimana
masyarakat yang belum terkena riba supaya bisa menjauhi
riba, dan yang sudah terjerat riba supaya bisa lepas dari riba.
Dan yang sudah lepas dari riba bagaimana caranya supaya
tidak kembali terjerat riba. Kuncinya adalah penguatan
ekonomi.
“Kenapa ekonomi? Karena memang jika seseorang
sudah bebas riba gak ada yang menjamin ia tidak akan
terkena riba lagi. Karena kebanyakan yang sudah bebas
hutang juga kemudian mereka akan berhutang lagi
karena memang masalah nya ada di kebutuhan. Jadi
ekonomi adalah cara kita untuk memastikan bahwa
orang yang sudah bebas riba tidak akan lagi terdampak
atau berhutang karena ekonomi yang sudah membaik
dan kuat”.99
98
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019. 99
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik pada hari Rabu, 13 Maret 2019.
87
Menurut Ahmad Taufik, untuk saat ini penguatan
ekonomi menjadi hal penting sebagai langkah preventif
masyarakat jauh dari riba. Jika ekonominya sudah kuat, maka
masyarakat tidak lagi tergoda untuk melakukan transaksi
riba. Penguatan ekonomi ini yang sekarang sedang terus
dikembangkan oleh Riba Crisis Center melalui koperasi
Hikmah Bersama.
Gambar 4.1
Kegiatan ekonomi umat bersama koperasi Hikmah
Bersama100
Pada tahap tindakan (action) ini, Riba Crisis Center juga
memberi arahan-arahan kepada masyarakat yang menjadi
penderita riba. Arahan-arahan ini yang menjadi langkah
taktis untuk lepas dari riba. Dan jika masyarakat tersebut
melakukan langkah-langkah taktis yang diarahkan oleh Riba
Crisis Center, maka dapat dikatakan jika tahapan komunikasi
persuasif sudah mencapai tahapan tindakan (action).
100
https://web.telegram.org/#im?p=@PagariNusantara diakses pada hari
Senin, 6 Mei 2019 jam 14.32 WIB.
88
“lalu saya diminta syaratnya seperti penyerahan billing-
billing dan KTA ke petugas atau staff nya pak Taufik
yaitu Pak Roni. Lalu saya kasih berkas-berkas billing
tagihannya ke beliau dan saya harus menggunting kartu
kredit tersebut”.101
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa Riba Crisis
Center akan memberi saran berupa langkah-langkah kepada
masyarakat penderita riba yang ingin lepas dari riba. Dan
kutipan diatas adalah langkah awal yang dilakukan Usep
Karta Sumarna yang diarahkan Riba Crisis Center.
Lain halnya dengan Usep, di bawah ini merupakan
kutipan wawancara dengan Dian Hestika Sari yang
menuturkan bagaimana arahan-arahan dari Riba Crisis
Center terkait permasalahan ribanya.
“kita diberi edukasi bagaimana langkah-langkah yang
harus dilakukan, harus bersikap seperti apa kalo
menghadapi Debt Collector, baik melalui telepon, kata
katanya seperti apa, ataupun kalo didatengin harus
gimana. Sampai akhirnya saya berani tidak membayar
cicilan KPA. Nah tapi disitu juga tidak serta merta
begitu saja untuk tidak bayar, harus ada langkah-
langkahnya, seperti bersurat, begitu. Sampai cara
komunikasi nya pun saya diajarin dari Pagari.
…Kata-katanya seperti apa, dan pastinya harus ada
tanda terima dan siapa yang menerimanya. Dan hal-hal
101
Hasil Wawancara dengan Usep Karta Sumarna pada hari Rabu, 17 April
2019.
89
seperti itu, saya dapatkan dari Riba Crisis Center yang
dalam kasus ini adalah Pagari Tangerang”.102
B. Teknik Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara
peneliti, secara garis besar Riba Crisis Center menerapkan
beberapa teknik komunikasi persuasif. Adapun teknik
komunikasi yang dilakukan oleh Riba Crisis Center dalam
mensosialisasikan gerakan anti riba adalah sebagai berikut:
1. Teknik Asosiasi
Teknik asosiasi merupakan salah satu teknik
dalam komunikasi persuasif yang dilakukan dengan cara
menumpangkan pesan pada suatu objek atau peristiwa
yang sedang menarik. Teknik ini kemudian
diimplementasikan oleh Riba Crisis Center dalam
menyampaikan pesan-pesan persuasif untuk
meninggalkan riba melalui media sosial.
Gambar 4.2
Pesan Persuasif Riba Crisis Center di Media Sosial103
102
Hasil Wawancara dengan Dian Hestika Sari pada hari Mingu, 21 April
2019. 103
Screen Capture laman https://www.facebook.com/CrisisRIBA/posts pada
hari Selasa, 07 Mei 2019 jam 10.00 WIB.
90
Pada gambar di atas menjelaskan bahwa Riba
Crisis Center melakukan teknik asosiasi dengan
menumpangkan pesan-pesan persuasifnya sesuai dengan
peristiwa yang sedang terjadi yaitu momen Hari
Pendidikan dan Pemilu yang sedang berlangsung.
Menurut pesan tersebut, bebas dari Riba
merupakan salah satu indikator kesuksesan peserta didik.
Hal ini merupakan ajakan Riba Crisis Ceter untuk bebas
dari riba, karena dengan bebas riba itu artinya
masyarakat menerapkan apa yang sudah diperoleh dari
bangku pendidikannya. Sedangkan uraian yang kedua
terkait dengan momen Pemilu, Riba Crisis Center
menyampaikan bahwa Allah akan melaknat semua yang
terlibat dalam transaksi riba, berbeda dengan pemilu
yang hanya ada dua kubu yaitu menang dan kalah.
Gambar 4.3
Bentuk Teknik Asosiasi Riba Crisis Center104
104
Screen Capture laman https://www.facebook.com/CrisisRIBA/posts pada
hari Selasa, 07 Mei 2019 jam 10.00 WIB.
91
Salah satu bentuk teknik asosiasi Riba Crsis
Center yang lainnya yaitu menumpangkan pesan
persuasifnya dengan peristiwa atau fakta yang ada di
tengah masyarakat. Seperti pada tanggl 06 April 2019,
Riba Crisis Center menyampaikan pesan persuasifnya
dengan mengaitkan kejadian pembunuhan di daerah
Bogor yang dimuat di media Bogor. Banyaknya kejadian
pembunuhan yang disebabkan oleh permasalahan riba
membuat Riba Crisis Center perlu menyampaikan pesan
persuasifnya dengan menggunakan fakta tersebut
sebagai peringatan akan bahaya riba. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Ahmad taufik dalam kutipan
wawancaranya sebagai berikut:
“Di beberapa kesempatan, kita memang
menumpangkan pesan-pesan riba ini dengan
realita yang ada. Seperti kasus-kasus bunuh diri
yang kemarin menjadi sorotan. Hal-hal tersebut
kita jadikan media kepada masyarakat untuk
menyadarkan efek bahayanya riba dalam bentuk
hutang yang berbunga ini”.105
2. Teknik Integrasi
Teknik berikutnya yang dilakukan oleh Riba Crisis
Center yaitu teknik integrasi. Teknik ini
dimplementasikan Riba Crisis Center dengan cara
105
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
92
penyampaian materi yang kerap kali menggunakan kata
“kita” dengan tujuan menyatukan diri dengan
komunikan atau masyarakat. Penggunaan kata “kita” ini
mengandung makna bahwa yang diperjuangkan
komunikator bukan kepentingan diri sendiri melainkan
juga kepentingan bersama.
“dulu awalnya kita mulai dengan BMT sebetulnya.
Ketika tahu BMT ternyata akadnya salah, jadi
yang kita lakukan riba riba juga nih. Maka yang
harus kita ambil kan memutuskan untuk terus saja
atau tidak, karena banyak juga teman-teman yang
melakukan itu kan. Tapi karena kita tahu itu salah,
akhirnya ya mau tidak mau harus kita ambil
keputusan. Waktu itu saya ambil keputusan sudah
kita stop saja”.106
Dari kutipan wawancara di atas, dijelaskan bahwa
latar belakang berdirinya Riba Crisis Center berawal dari
BMT yang ternyata akad yang diterapkan juga termasuk
ke riba, setelah mengetahui itu mereka menghentikan
semua kegiatan BMT demi kemashalahatan bersama. Itu
artinya, awalnya mereka juga penderita riba yang
kemudian bertaubat dan berniat untuk menjauhi dan
mengajak masyarakat untuk meninggalkan riba.
“Karena kita menyampaikan juga sebagai pihak
yang menderita, bahkan masih gitu kan. Kita
106
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Kantor RCC Cibinong pada hari
Rabu, 13 Maret 2019.
93
akhirnya bisa merasakan apa yang sedang mereka
rasakan. Dengan sendirinya, kita sadar, kita
sama-sama sedang ada masalah. Kalo kita tidak
bersatu, kalo kita tidak bersama yaa masalahnya
akan tidak ada jalan keluarnya. Akhirnya memang
bagaimana kita bisa berperan serta, seminim
mungkin peran serta itu harus ada. Jadi memang
terintegrasi, gitu. Seperti komunikasi empati
gitu”.107
Menurut uraian di atas, Riba Crisis Center
memposisikan diri sebagai penderita riba untuk dapat
menyatu dengan komunikan, yang akhirnya dapat
menumbuhkan empati satu sama lain. Dengan begitu
pesan komunikasi persuasifnya akan mudah
tersampaikan kepada komunikan, dalam hal ini yaitu
masyarakat yang memiliki permasalahan riba.
3. Teknik Icing
Teknik selanjutnya, Riba Crisis Center
menggunakan teknik icing, yaitu menata pesan-pesan
yang digunakan dengan kata-kata yang jelas, masuk akal
dan mudah dipahami sehingga menimbulkan imbauan
emosional (emotional appeal) pada diri masing-masing
masyarakat.
“Riba itu haram, bahkan bagi yang membayar.
Advokasi iman ini berbicara soal itu, bagaimana
107
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
94
urusan riba ini sudah menyandera dunia akhirat
kita. Kenapa ancaman riba itu disebutkan secara
detail? Kenapa tidak disebutkan, hukuman riba itu
seperti zina begitu? Kenapa disana disebutkan
bahwa setiap satu dirhamnya riba itu sama
dengan tiga puluh enam kali zina, detail
disebutkan disana. Kenapa? Supaya kita bisa
menghitung sendiri berapa kali dosa zina yang
kita perbuat setiap riba yang kita bayar. Itu yang
perlu kita khawatirkan. Dan hari ini riba
dianggapnya sepele”.108
Kutipan uraian pada saat sosialisasi Riba Crisis
Center ini menunjukkan bahwa Riba Crisis center
menyampaikan pesan-pesan persuasifnya dengan kata-
kata yang jelas dan mengandung makna emosional
terkait ancaman riba. Dengan begitu, pesan-pesan yang
timbul dapat memotivasi komunikan untuk menjauhi
riba.
4. Teknik Pay Off dan Fear Arousing
Teknik komunikasi persuasif selanjutnya adalah
teknik ganjaran (pay off) dan hukuman (fear arousing).
Pada teknik ini, Riba Crisis Center lebih banyak
menggunakan teknik fear arousing atau pembangkitan
rasa takut dengan cara menakut-nakuti akan ancaman
108
Ahmad Taufik, Pengamatan Langsung, Open House ZIS Solusi Alternatif
Bebas Riba, Tangerang, 21 April 2019.
95
riba yang nyata dan menggambarkan konsekuensi yang
buruk.
“Kalo iming iming terkait lembaga RCC nya jelas
tidak, tapi fokus kita lebih kepada ribanya. Nah
kita memang kalo berbicara iming-iming
barangkali memang dulu pernah, terasanya begitu
dengan misalkan dengan kalimat “kalau kamu
bergabung, mau bersama-sama kita akan bantu
kamu dari tekanan-tekanan, bahkan kita akan
bantu pelunasannya”. Itu semua memang
sebenarnya bukan iming-iming tetapi tuntutan di
luar yang mau tidak mau harus disampaikan. Tapi
sekarang ini tidak ada iming-iming seperti itu,
sekarang lebih berfokus pada dalil perintah untuk
meninggalkan riba dan ancaman Allah terhadap
orang-orang yang tidak meninggalkan riba”.109
Uraian di atas yang kemudian menjelaskan bahwa
Riba Crisis Center tidak berfokus pada keuntungan
(ganjaran) yang didapatkan masyarakat setelah
bergabung dengan Riba Crisis Center. Dalam hal ini,
Riba Crisis Center berfokus pada dalil perintah untuk
meninggalkan riba dan ancaman-ancaman riba yang
nyata pada Alquran dan hadits.
“Kemudian riba ini menjadi sesuatu yang sangat
unik, kenapa unik? Karena memang betul betul
109
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
96
tidak ada model ancaman yang selengkap riba.
Jadi kita sampaikan itu terlebih dahulu, lalu
kemudian arahnya adalah bagaimana mereka mau
meninggalkan dulu, karena pesannya begitu,
tinggalkan riba”.110
Menurut kutipan wawancara di atas menegaskan
bahwa ancaman riba memang nyata adanya, oleh karena
itu perintah Allah sangat tegas dan jelas dalam Alquran
untuk meninggalkan riba.
5. Teknik Red-Herring
Dalam hubungannya dengan komunikasi
persuasif, teknik red herring adalah seni seorang
komunikator untuk meraih kemenangan dalam
perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi
sedikit ke aspek yang dikuasinya guna dijadikan senjata
ampuh dalam menyerang lawan. Dalam hal ini, yang
banyak menggunakan teknik red herring dalam Riba
Crisis Center yaitu Lembaga Bantuan Hukum Indonesia
Tanpa Riba (LBH Intra).
Kasus-kasus masyarakat yang terjerat dengan riba
ini masuk ke LBH Intra yang kemudian ditampung
untuk diselesaikan satu per satu.
110
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
97
“Berbicara argumen yang berkenaan kenapa kita
melakukan sesuatu atau dalam hal ini kan
sebenarnya lebih kepada pembelaan…Nah yang
kita coba pilah adalah apa yang menjadi orientasi
awal yang bersangkutan? Apa memang karena
betul-betul sedang tidak mampu bayar? Atau
memang mereka yang punya kesadaran? Dalam
hal ini sebetulnya mereka mampu membayar tetapi
tahu terkait riba dilarang namun dalam hal ini
mereka terikat dengan perjanjian”.111
Menurut uraian di atas menjelaskan bahwa cara
Riba Crisis Center untuk dapat melakukan pembelaan-
pembelaannya adalah dengan cara mengetahui akar
permasalahannya terlebih dahulu. Apa yang
melatarbelakangi hingga akhirnya orang tersebut terjerat
riba.
“kemudian argumen-argumen yang kita gunakan
di pengadilan memang harus berlandaskan aturan
UU. Dan dalam hal ini memang ada aturannya
dimana tidak boleh memaksakan kehendak,
hutangnya memang wajib harus dibayar tetapi
tidak harus saat itu juga kalo memang uangnya
belum ada. Nah dari situlah aspek legalnya
ternyata ada UU yang mengatur disetiap
alasannya makanya kita sekarang punya dua hal
111
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
98
yang pertama hak untuk tidak bayar riba, dan
yang kedua hak untuk bayar hutangnya sesuai
kemampuan. Hak-hak ini yang harus ada
pembelaan dan harus ada yang membelanya. Nah
untuk pembelaannya kita siapkan kesadaran terus,
dan untuk yang membelanya kita sudah siapkan
Lembaga Bantuan Hukum, kemudian tim tim
Lawyers yang advokasinya semakin kuat dan
paralel juga”.112
Setelah mengetahui apa yang melatarbelakangi,
kemudian Riba Crisis Center melakukan pembelaan atas
hak-hak yang sudah diatur dalam UU tersebut, yaitu hak
untuk tidak membayar riba dan hak untuk membayar
hutang sesuai kemampuan. Untuk melakukan pembelaan
hak-hak tersebut, Riba Crisis Center melakukan
kesadaran terus menerus kepada masyarakat, sedangkan
untuk yang membelanya, Riba Crisis Center telah
menyiapkan RCC Law Ofice yang memiliki tim-tim
lawyers dan advokasi yang semakin kuat.
“Nah kemudian untuk penyelesaiannya, ada yang
secara delegitasi dan legitasi. Delegitasi artinya
diluar pengadilan, dan legitasi artinya sampai ke
pengadilan. Sebetulnya dari sisi persuasif dari
lembaga keuangannya kan sebenarnya yang
dituntut uang itu kembali kan, daripada berlarut
112
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019..
99
larut, lembaga hanya ingin uang nya kembali lalu
selesai. Nah ini yang ingin kita tekankan, selesai
tanpa harus sampai ke pengadilan”.113
Kemudian untuk penyelesaian masalah-
masalahnya, Riba Crisis Center melakukannya dengan
jalur delegitasi dan legitasi. Untuk jalur delegitasi yaitu
cara Riba Crisis Center menyelesaikan masalah di luar
pengadilan. Dalam hal ini, ada unsur musyawarah antar
kedua belah pihak yang akhirnya menemukan solusi
bersama. Sedangkan jalur legitasi adalah melalui jalur
pengadilan.
“untuk masalah-masalah yang sampai ke
pengadilan, sebenarnya argumen-argumen itu
tidak terlalu penting. Memang ada dasar, disini
ada delik yang memang argumen-argumen ini
ditunjang oleh UU tetapi karena memang
pemahaman hakim sampai saat ini kelihatannya
tidak terlalu concern pada hal ini gitu yaa. Jadi
peluang-peluang ini akan lebih banyak bukan di
pengadilan negeri tetapi mungkin akan ada di
Mahkamah Agungnya. Karena MA itu kan tempat
pengadilan tertinggi kita kan. Semua itu yaa pasti
arahnya akan kesana. Dari situlah kita sebetulnya
punya aspirasi formil kan, karena sebetulnya
mereka juga buat statistik terkait masalah-
masalah yang masuk. Jadi kembali lagi, argumen
113
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik pada hari Minggu, 21 April 2019.
100
itu tidak terlalu menjadi penting karena mengingat
pengetahuan dan concernnya yang belum
kesitu”.114
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa argumen-
tidak menjadi sesuatu yang penting di pengadilan. Hal
ini dikarenakan pemahaman hakim saat ini masih belum
concern pada permasalahan riba ini. Kenyataannya riba
menjadi suatu kejahatan yang telah menyandera umat
baik harta maupun jiwa. Jadi untuk teknik red herring,
Riba Crisis Center dalam hal ini lebih mengarahkan
untuk menyerahkan semua kasus-kasus ini hingga ke
Mahkamah Agung. Dengan begitu, Riba Crisis Center
telah ikut serta dalam memberikan aspirasi formil supaya
kejahatan riba ini menjadi perhatian oleh negara.
Selama proses sosialisasinya tersebut, Riba Crisis Center
menerapkan tahapan-tahapan dan teknik-teknik komunikasi
persuasif. Hal ini dapat dilihat dari perubahan masyarakat yang
terpengaruh oleh pesan-pesan persuasif yang disampaikan oleh
Riba Crisis Center. Pesan persuasif tersebut mampu memberikan
pemahaman, mengubah persepsi dan mengubah sikap masyarakat
untuk meninggalkan dan menjauhi riba sesuai yang menjadi
tujuan Riba Crisis Center.
114
Hasil wawancara dengan Ahmad Taufik di Masjid Baiturrahmah, Cipondoh
pada hari Minggu, 21 April 2019.
101
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah melakukan penelitian kemudian peneliti
mengumpulkan data penelitian. Peneliti melakukan analisis data
deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan fakta-fakta,
sifat-sifat dan obejek tertentu secara terpercaya, jelas dan
sitematis. Dalam pembahasannya, peneliti berpedoman pada teori
Komunikasi Persuasif yang terkait dengan tahapan dan teknik
komunikasi persuasif yang dijelaskan oleh Effendy. Semua
tahapan dan teknik komunikasi persuasif ini menjadi langkah
yang dilakukan Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan
gerakan anti riba kepada masyarakat.
A. Tahapan Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center
Pada tahapan komunikasi persuasif, Riba Crisis Center
menggunakan model AIDDA. Model ini dinilai dapat memberi
gambaran aspek-aspek efek, yaitu efek kognitif, afektif, dan
konatif.
1. Perhatian (Attention)
Pada tahapan ini, perhatian (attention) masuk ke
dalam ranah kognitif, yaitu menyangkut kesadaran dan
pengetahuan masyarakat. Misalnya menjadi tahu dan
kenal. Untuk mencapai tujuan itu, Riba Crisis Center
melakukan penyebaran informasi terkait setiap acaranya
melalui berbagai media sosial, mulai dari Facebook,
Instagram, Youtube, Telegram dan Twitter. Sedangkan
102
komunikasi persuasif yang dibangun sebagai upaya
membangkitkan perhatian masyarakat adalah dengan
mengangkat tema-tema yang menarik di setiap acara
sosialisasinya, serta mendatangkan narasumber yang
berkompeten di bidang perekonomian syariah. Upaya
lainnya untuk membangkitkan perhatian masyarakat yaitu
dengan membuka stand-stand produk koperasi Hikmah
Bersama. Hal itu dapat meningkatkan perhatian
masyarakat karena masyarakat dapat melihat bentuk nyata
semangat Riba Crisis Center dalam membangun
kemandirian ekonomi umat yang jauh dari riba. Dan
tentunya dalam menyampaikan pesan-pesan persuasifnya,
Riba Crisis Center memperhatikan penampilan dan gaya
bahasa yang baik ketika berhadapan dengan masyarakat.
2. Minat (Interest)
Ketika perhatian sudah berhasil dibangkitkan, tahapan
berikutnya yaitu upaya untuk menumbuhkan minat
masyarakat. Tahapan minat (interest) ini masuk ke dalam
ranah aspek afektif, yaitu menyangkut sikap dan perasaan
atau emosi masyarakat. Pada tahapan ini, komunikasi
yang dibangun yaitu dengan cara menyampaikan narasi-
narasi terkait larangan riba yang dikaitkan dengan
keimanan kita. Riba Crisis Center mengajak masyarakat
untuk kembali kepada nilai-nilai kepercayaan kita kepada
Alquran. Dimana dalam Alquran telah dijelaskan dengan
tegas dalil perintah untuk menjauhi riba dan bagaimana
103
ancamannya. Riba Crisis Center kemudian mengingatkan
kembali jika kita beriman dan bertakwa kepada Allah
maka kita harus kembali kepada nilai-nilai itu, dan saling
mengingatkan satu sama lain untuk menjauhi riba. Dengan
begitu, Riba Crisis Center dapat menyentuh aspek
emosional masyarakat dengan mengingatkan bahwa apa
yang kita lakukan di dunia kelak akan
dipertanggungjawabkan di akhirat.
3. Keinginan (Desire)
Tahapan berikutnya yaitu memunculkan hasrat atau
keinginan pada komunikan untuk melakukan ajakan,
rayuan, atau bujukan yang disampaikan oleh komunikator.
Pada tahapan ini, Riba Crisis Center mengajak masyarakat
untuk bergabung dalam kegiatan guyub bulanan. Kegiatan
ini merupakan agenda rutin bulanan dari Riba Crisis
Center untuk menampung semua permasalahan
masyarakat terkait riba dan bersama-sama mencari
solusinya. Selain itu, Riba Crisis Center juga membuka
konsultasi baik langsung atau tidak langsung bagi
masyarakat penderita riba. Konsultasi langsung diadakan
RCC pada saat open house sosialisasi anti riba, yang
kemudian konsultasi dapat dilanjutkan melalui media-
media komunikasi online seperti telegram dan whatsapp.
Dan kemudian masyarakat dapat lebih lanjut memahami
terkait riba dan solusinya melalui guyub bulanan tersebut.
104
4. Keputusan (Decision)
Tahapan komunikasi persuasif selanjutnya yaitu
keputusan (decision). Keputusan ini masuk ke dalam
ranah konatif yang terpengaruh oleh imbauan emosional
di tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap ini, masyarakat
sudah terpengaruh oleh pesan-pesan persuasif yang
disampikan oleh Riba Crisis Center. Hingga akhirnya
masyarakat memutuskan untuk meninggalkan dan
menjauhi riba, seperti apa yang menjadi tujuan RCC.
Setelah masyarakat sudah memutuskan itu maka dengan
sendirinya masyarakat masuk ke dalam bagian Riba Crisis
Center untuk mengingatkan masyarakat yang lain dan ikut
serta mensosialisasikan pesan-pesan persuasif anti riba
kepada masyarakat luas.
5. Tindakan (Action)
Tahapan yang terakhir adalah tindakan (action).
Tahapan ini adalah hasil dari tahapan komunikasi
persuasif yang telah dilalui sebelumnya. Ketika
komunikasi persuasif pada tahapan sebelumnya berhasil,
maka masyarakat akan melakukan tindakan untuk
melakukan suatu kegiatan sebagaimana yang diharapkan
oleh komunikator. Tahap tindakan ini masuk ke dalam
ranah aspek konatif dimana masyarakat melakukan apa
yang disarankan oleh Riba Crisis Center.
Penggambaran tahapan komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh Riba Crisis Center dimulai dari membangkitkan
105
perhatian (attention) masyarakat untuk ikut serta dalam
sosialisasi anti riba yang diselenggarakan oleh Riba Crisis Center.
Setelah perhatian masyarakat telah berhasil dibangkitkan,
menyusul upaya Riba Crisis Center menumbuhkan minat
(interest) masyarakat untuk mengetahui lebih dalam lagi terkait
apa itu riba. Setelah masyarakat sudah menegtahui dan mengerti
bahwa riba itu dilarang, mulai muncul hasrat (desire) untuk
meninggalkan bagi mereka yang sudah masuk ke dalam jeratan
riba, dan ada hasrat untuk menjauhi bagi mereka yang belum
terjerat riba. Setelah hasrat itu muncul, kemudian masyarakat
memutuskan (decision) untuk bergabung dalam kegiatan Riba
Crisis Center atau memulainya dengan berkonsultasi terkait
permasalahan ribanya. Dan keberhasilan komunikasi persuasif
akan terlihat ketika masyarakat melakukan tindakan (action) atau
perilaku ekonomi anti riba. Itu artinya tujuan Riba Crisis Center
untuk mewujudkan Indonesia Tanpa Riba tercapai.
B. Teknik Komunikasi Persuasif Riba Crisis Center
Agar komunikasi persuasif itu mencapai tujuan dan
sasarannya, yang perlu dilakukan Riba Crisis Center yaitu
menggunakan teknik-teknik komunikasi persuasif. Adapun
menurut Effendy, teknik-teknik komunikasi persuasif adalah
sebagai berikut:
1. Teknik Asosiasi
Teknik pertama yang biasa dilakukan dalam
komunikasi persuasif adalah dengan teknik asosiasi.
106
Teknik ini terkait dengan penyajian pesan persuasif Riba
Crisis Center kepada masyarakat. Dilakukan dengan cara
menumpangkan pada suatu objek atau peristiwa yang
sedang menarik perhatian masyarakat. Dalam hal ini, Riba
Crisis Center lebih banyak memanfaatkan media sosial
dalam menyampaikan pesan-pesan persuasifnya. Dan
untuk menarik perhatian masyarakat dan dapat
mempengaruhi masyarakat, Riba Crisis Center
mengaitkan pesan-pesan tersebut dengan peristiwa yang
sedang menjadi perhatian seperti pada saat memperingati
hari Kartini dengan mengangkat slogan “Habis Riba,
Terbitlah Daya”. Kemudian pada saat momen Pemilu,
Riba Crisis Center mengaitkan tanggap darutat Riba itu
sama sepertinya formulir C1 yang harus terus diwaspadai.
Teknik seperti ini dinilai ampuh untuk mempengaruhi
masyarakat karena pesan persuasif mudah diterima oleh
masyarakat.
2. Teknik Integrasi
Teknik komunikasi persuasif berikutnya yaitu teknik
integrasi. Teknik ini berbicara tentang kemampuan
komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif
dengan komunikan. Dalam hal ini, Riba Crisis Center
menggunakan kata “kita” dalam penyampaian pesan-
pesan persuasifnya. Kata “kita” ini mengandung makna
bahwa apa yang diperjuangkan komunikator bukanlah
untuk kepentingan diri sendiri, melainkan juga
107
kepentingan komunikan. Dengan begitu, komunikan
merasa dilibatkan juga dalam penyelesaian masalah riba
ini. Secara psikologisnya, Riba Crisis Center juga
menempatkan diri sebagai penderita riba untuk dapat
menyatu dengan komunikan. Dengan begitu rasa empati
akan terbentuk dan akhirnya pesan-pesan persuasifnya
akan mudah diterima oleh masyarakat.
Hal lain yang dilakukan Riba Crisis Center dalam
menerapkan teknik integrasi yaitu dengan guyub bulanan.
Salah satu program Riba Crisis Center ini memiliki lima
pilar diantaranya adalah tafahum (saling memahami),
ta‟awun (saling menolong), takaful (saling menanggung),
itsar (mendahulukan kepentingan orang lain). Pilar-pilar
inilah yang nantinya menjadi dasar para anggota untuk
saling mengerti dan memahami penderitaan anggota lain.
Dengan memahami dan ikut merasakan penderitaan orang
lain maka akan muncul rasa ingin saling menolong antar
anggota.
3. Teknik Tataan (Icing)
Teknik berikutnya adalah teknik tataan (icing). Yang
dimaksud dengan tataan di sini adalah upaya menyusun
pesan komunikasi sedemikian rupa, sehingga enak
didengar atau dibaca. Teknik tataan dalam kegiatan
persuasif ini ialah seni menata pesan dengan imbauan
emosional, sehingga komunikan termotivasi untuk
melakukan sebagaimana yang disarankan komunikator.
108
Dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan tegas,
Riba Crisis Center berusaha memunculkan rasa emosional
dan memotivasi masyarakat dengan mengingatkan
kembali perintah untuk menjauhi dan ancaman-ancaman
riba.
Riba Crisis Center juga menerapkan teknik ini dengan
cara memperindah tampilan-tampilan pesan persuasifnya
yang dibagikan di berbagai media sosialnya. Dengan
begitu, Riba Crisis Center berharap pesan tersebut mudah
menarik perhatian masyarakat untuk membacanya dan
terpengaruh dengan isi pesannya.
4. Teknik Pay Off dan Fear Arousing
Teknik ganjaran (pay off) adalah kegiatan untuk
mempengaruhi orang lain dengan cara mengiming-iming
hal yang menguntungkan atau menjanjikan sebuah
harapan. Sedangkan teknik fear arousing atau teknik
pembangkitan rasa takut yaitu dengan cara menyampaikan
sesuatu yang bersifat menakut-nakuti atau dengan
menggambarkan konsekuensi yang buruk. Pada teknik ini,
Riba Crisis Center lebih banyak menggunakan teknik fear
arousing, yaitu dengan menggunakan narasi-narasi
ancaman riba yang terdapat dalam Alquran dan hadits.
Ancaman riba yang sudah jelas nyata terdapat pada
Alquran dan hadits ini digunakan untuk mempengaruhi
masyarakat supaya segera menjauhi riba.
109
5. Teknik Red-Herring
Teknik selanjutnya adalah teknik red-herring, yaitu
seni seorang komunikan untuk meraih kemenangan.
Dalam hal ini Riba Crisis Center menggunakan teknik
red-herring dalam memenangkan kasusnya yang masuk
ke pengadilan. Yang digunakan Riba Crisis Center dalam
memenangkan kasus-kasusnya yaitu dengan mengetahui
terlebih dahulu akar permasalahannya, alasan mengappa
orang tersebut dapat terjerat riba, dan kesediaan orang
tersebut utntuk bertaubat dan terbuka dalam
menyelesaikan setiap permasalahannya. Selain itu, yang
menjadi dasar kuat Riba Crisis Center untuk melakukan
pembelaannya adalah argumen-argumen yang ditunjang
oleh UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang kebebasan
beragama dan menjalankan ibadah sesuai dengan apa
yang sudah dipercayai. Kemudian dipertegas dengan UU
HAM No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,yang
kemudian diperkuat lagi dengan fatwa MUI No.1 tahun
2004 yang mengharamkan riba berupa bunga bank.
Meski begitu, kenyataan di lapangan masih banyak
hakim pengadilan yang belum concern dalam
permasalahan ini karena pemahaman mereka belum
sampai pada kenyataan bahwa riba adalah kejahatan yang
telah menyandera fisik dan psikis masyarakat. Meskipun
begitu, Riba Crisis Center terus menggalakkan sosialisasi
kepada masyarakat sebagai langkah menyadarkan,
sedangkan untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka
110
tidak sendiri, maka Riba Crisis Center memiliki Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia Tanpa Riba yang akan
membantu masyarakat menyelesaikan permasalahan di
jalur hukumnya.
111
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penemuan data, analisis serta
pembahasan yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa komunikasi yang dibangun Riba Crisis Center dalam
sosialisasi gerakan anti riba kepada masyarakat adalah
komunikasi persuasif. Dalam menyampaikan pesan
persuasifnya, Riba Crisis Center menggunakan dua
perencanaan supaya pesan yang disampaikan mudah diterima
oleh masyarakat, yaitu tahapan dan teknik komunikasi
persuasif.
1. Tahapan Komunikasi Persuasif
Dalam tahapan komunikasi persuasif, ada lima
tahapan, yaitu perhatian, minat, keinginan, keputusan,
dan tindakan yang mempengaruhi aspek kognitif,
afektif dan konatif masyarakat. Tahapan tersebut
adalah membangkitkan perhatian, kemudian
memunculkan ketertarikan dan menumbuhkan minat
sehingga masyarakat membuat keputusan dan
melakukan tindakan sesuai yang diharapkan Riba
Crisis Center.
Untuk membangkitkan perhatian masyarakat,
Riba Crisis Center mengangkat tema-tema yang
menarik dan mendatangkan narasumber yang
berkompeten dalam kegiatan sosialisasinya kepada
112
masyarakat. Selanjutnya Riba Crisis Center
memunculkan ketertarikan dengan mengingatkan
masyarakat untuk kembali kepada nilai-nilai
kepercayaan kita kepada dalil Alquran terkait
larangan dan ancaman riba. Kemudian tumbuh minat
masyarakat untuk menjauhi riba dan meninggalkan
riba dengan mempelajari serta mendalami materi-
materi tentang riba. Sehingga pada akhirnya
masyarakat akan memutuskan untuk menjadi bagian
dari Riba Crisis Center dan mengikuti setiap kegiatan
serta bersama-sama mewujudkan Indonesia Tanpa
Riba.
2. Teknik Komunikasi Persuasif
Dalam implementasi programnya, Riba Crisis
Center menggunakan beberapa teknik komunikasi
persuasif yaitu teknik asosiasi, teknik integrasi, teknik
tataan, teknik pay off dan fear arousing, dan teknik
red-herring.
Teknik asosiasi dilakukan Riba Crisis Center
dengan menumpangkan pesan-pesan persuasifnya
pada peristiwa yang sedang menarik perhatian
masyarakat, seperti memperingati hari besar Nasional
atau momen-momen tertentu. Teknik integrasi
seringkali digunakan Riba Crisis Center dengan
menggunakan kata “kita” dalam penyampaian
pesannya serta Riba Crisis Center akan memposisikan
113
dirinya sebagai penderita riba juga yang sama dengan
masyarakat. Teknik berikutnya yaitu teknik tataan
yang lebih banyak Riba Crisis Center gunakan dalam
mengemas pesan-pesan persuasifnya semenarik
mungkin di media sosial. Kemudian melalui dalil-
dalil ancaman Allah yang ada pada Alquran, Riba
Crisis Center menggunakan teknik fear arousing nya
kepada masyarakat. Dan teknik berikutnya adalah
teknik red-herring yang digunakan Riba Crisis Center
dengan menggunakan argumen-argumen kuat selain
Alquran dan hadits yaitu berlandaskan Undang-
undanng dan fatwa MUI.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian mengenaik komunikasi
persuasif Riba Crisis Center dalam mensosialisasikan
gerakan anti riba kepada masyarakat, peneliti merasa perlu
memberikan saran kepada Riba Crisis Center sebagai objek
penelitian, masyarakat, dan akademisi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan komunikasi persuasif organisasi Riba
Crisis Center.
Riba Crisis Center yang merupakan organisasi
keagamaan yang telah lama berfokus untuk menggerakan
Indonesia Tanpa Riba sudah cukup baik dalam melakukan
tahapan dan teknik komunikasi persuasif. Riba Crisis Center
harus lebih meningkatkan kembali sosialisasinya terkait
kemandirian ekonomi keumatan yang menjadi solusi dari
114
ekonomi riba. Namun, di sisi lain,Riba Crisis Center juga
masih perlu untuk meneruskan edukasi-edukasi kepada
masyarakat yang masih belum memahami tentang larangan
riba dan apa itu riba. Karena kedua hal ini menjadi penting
untuk terus dilakukan sebagai sosialisasi dan solusi kepada
masyarakat.
Masyarakat bisa menjadikan Riba Crisis Center
sebagai wadah atau referensi mencari informasi terkait riba
melalui gerakan sosialisasi-sosialisasinya, dan mencari solusi
terkait permasalahannya melalui konsultasi dengan Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia Tanpa Riba, serta menjadi wadah
untuk menyemangati satu sama lain dalam mewujudkan
kemandirian ekonomi umat melalui koperasi Hikmah
Bersama.
Untuk para akademisi, khususnya akademisi
komunikasi yang akan meneliti menggunakan teori
komunikasi persuasif terkait teknik dan tahapan
komunikasinya dihimbau untuk terus mengembangkan
penelitiannya dengan lebih memahami teori dan metode lain
yang digunakan. Selain itu juga harus mampu menggali
informasi yang lebih dalam terkait subjek dan objek
penelitian, dengan begitu penelitian selanjutnya akan lebih
baik dari penelitian-penelitian sebelumnya.
Daftar Pustaka
Abidin, Yusuf Zaenal. 2015. Manajemen Komunikasi: Filosofi,
Konsep dan Aplikasi. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Jambi, Abu Muhammad Dwiono Koesen. 2013. Selamat
Tinggal Bank Konvensional (Haramnya Bank
Konvensional dan Utamanya Bank Syariah). Jakarta: Tifa
Publishing House.
Azam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat (Sistem
Transaksi dalam Fiqh Islam). Jakarta: Amzah.
Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif : Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Politik, dan Ilmu Sosial lainnya.
Jakarta: Kencana.
Changara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Effendy, Onong Uchjana. 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
—. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
—. 1986. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Alumni.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data.
Jakarta: Rajawali Pers.
Gunawan, Imam. 2003. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Henselin, M Jamen. 2007. Sosiologi: dengan Pendekatan Bumi.
Jakarta : Erlangga.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hosein, Shaykh Imran N. 2018. Larangan Riba Dalam Al-Quran
dan Sunnah. Jakarta: Pustaka Adina.
Krisyantono, Rachmat. 2007. Tehnik Praktis Riset Komunikasi.
Jakarta: Kencana Pranada Group.
Liliweri, Awo. 2015. Komunikasi Antarpersonal. Jakarta:
Kencana.
M.A, Morrisan. 2013. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia
Indonesia.
—. 2017. Komunikasi Persuasif Dr. KH. M. Nuh , M.A dalam
Menarik Minat par Donartur melalui Darul Aitam
Yayasan Aqshal Ghayat. Jakarta: Universitas Islam Negri
Jakarta.
—. 2017. Komunikasi Persuasif Komunitas Sedekah Rombongan
DKI Jakarta dalam Mengajak Masyarakat Bersedekah
Melalui Program Pendampingan Pasien. Jakarta: UIN.
Muslehuddin, Muhammad. 1995. Insurance in Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Nasional, Departemen Pendidikan. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nawawi, Hadari. 2005. Penelitian Bidang Sosial . Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Nurdin, M Amin, and Ahmad Abrori. 2006. Mengerti Sosiologi.
Jakarta: UIN Jakarta Press.
Rais, Isnawati. 2011. Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada
LKS. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Retorika Modern Pendekatan Praktis.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ritonga, M Jamiluddin. 2005. Tipologi Pesan Persuasif. Jakarta:
PT. Indeks.
Roudhonah. 2013. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Atma Kencana
Publishing.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhendi, Hendi. 2010. Fiqih Muamalah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Perkasa.
Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka
Setia.
Susanto, Phil Astrid S. 1977. Komunikasi dalam Teori dan
Praktek. Jakarta: Binacipta.
Tarmizi, Erwandi. 2012. Harta Haram Muamalah Kontemporer.
Bogor: PT. Berkat Mutiara Insani.
W, Suranto A. 2005. Komunikasi Perkantoran: Prinsip
Komunikasi untuk Meningkakan Kinerja Perkantoran.
Yogyakarta: Media Wacana.
Widjaja, H.A. 1997. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.
Bandung: Bumi Askara.
Zayd, Abd Al-azim Jalal Abu. 2004. Fiqih al-Riba Dirasah
Muqaranah wa Syamilah li Thatbiqal al-mu'asirah.
Bayrut: Mu'assasah al-Risalah.
SKRIPSI
Ambia, Rizky Nurul. 2016. Strategi Komunikasi Komunitas
Wanita Indonesia Bercadar (WIB) dalam
Mensosialisasikan Jilbab Bercadar. Jakarta : UIN.
Macky, Ahmad Nurul. 2017. Komunikasi Persuasif Dr. KH.
Khaitami M. Nuh, M.A dalam Menarik Minat Para
Donatur melalui Darul Aitam Yayasan Aqshal Gahayat
Jakarta Barat. Jakarta: UIN.
Meida, Lianti. 2017. Komunikasi Persuasif Komunitas Sedekah
Rombongan DKI Jakarta dalam Mengajak Masyarakat
Bersedekah melalui Program Pendampingan Pasien.
Jakarta: Universitas Islam Negri Jakarta.
INTERNET
https://ekonomi.kompas.com/jeo/jejak-pertumbuhan-ekonomi-
indonesia-dari-masa-ke-masa
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/01/28/p38ik6374-riawan-amin-umat-islam-harus-
konsisten-berbank-syariah
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-
ekonomi/18/01/28/p38ik6374-riawan-amin-umat-islam-harus-
konsisten-berbank-syariah
https://www.liputan6.com/news/read/68337/mui-bunga-bank-riba
https://www.ribacrisiscenter.id/profil
http://kalbar.antaranews.com/berita/367127/pagari-siap-kenalkan-
rekening-halal-ke-pekan-baru
http://www.muslimdaily.net/artikel/redaksi/perjuangan-
mewujudkan-hidup-tanpa-riba.html
https://web.telegram.org/#/im?p=@PagariNusantara
https://www.facebook.com/CrisisRIBA
https://www.instagram.com/ribacrisiscenterofficial/?hl=id
https://www.facebook.com/pg/CrisisRIBA/posts
https://www.facebook.com/pg/CrisisRIBA/about/?ref=page_inter
nal
https://twitter.com/IDTanpaRiba
https://www.youtube.com/channel/UC67paROhoXspx4emqVLq
RAA
https://web.telegram.org/#/im?p=@infoPAGARI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA
A. Wawancara Pertama
Nama Lengkap : Ahmad Taufik
Jabatan : Pendiri Riba Crisis Center
Hari, Tanggal : Rabu, 13 Maret 2019
Jam : Pukul 09.30-11.45 WIB
Hasil Wawancara:
1. Peneliti (P): Bagaimana latar belakang berdirinya Riba
Crisis Center?
Narasumber (N): berdirinya RCC berawal dari persoalan
saya sendiri secara pribadi maupun keprihatinan juga
karena duulu waktu saya di bank syariah saya melakukan
sesuatu yang sebenarnya riba tetapi waktu itu saya
memahaminya bukan riba, karena itulah yang biasanya
kami lakukan di bank syariah. Waktu itu kami (saya)
berfikir, kalau saya saja yang berkecimpung di dunia
ekonomi syariah terkecoh apalagi masyarakat yang
memang masih awam terhadap praktek-praktek riba. Maka
dari itu RCC diawali dari keprihatinan, dari bentuk
persoalan kita sendiri secara pribadi karena hampir-hampir
sekarang ini kalau berurusan dengan bisnis atau bekerja
ketemunya sama riba-riba juga. Jadi RCC sekarang banyak
mejadi semacam pemicu pembuka jalan untuk nanti
sumber-sumber daya kaum muslimin jadi bersatu.
2. P : Lalu langkah awal apa yang dilakukan RCC setelah
berdiri apa pak?
N : Saya merasa perlu melaksanakan fungsi edukasi itu
yang pertama…lalu yang kedua , selama ini riba kan secara
solusi masih ditunjukkan jalan keluarnya hanya dengan cara
sabar, yaa memang hal itu merupakan hal yang sangat
penting yaa selain juga aqidah. Tetapi jalan keluarnya
secara praktis harus kita punya. Hampir-hampir sekarang
tiap tiap orang yang berdakwah tentang riba lalu ada yang
bertanya solusi, kita bungkam dan gak bisa menjawab
lancar apa yang bisa menggantikan. Jadi langkah awal RCC
adalah mengedukasi terlebih dulu.
3. P : Kapan tepatnya RCC itu dibentuk?
N: RCC dibentuk ditandai dengan dibentuknya grup
Facebook . kita merasa pada waktu itu facebook adalah
media yang sangat efektif sebagai sarana komunikasi.
Waktu itu tanggal 31 Juli 2013 dan resmi berbadan hukum
dengan nama Yayasan Riba Crisis Center pada tanggal 05
Oktober 2018.
4. P : Kenapa dinamakan Riba Crisis Center?
N : Waktu itu pas lion air jatuh, di bandara bandara itu ada
namanya crisis center. Nah saya terinspirasi itu. Nah dari
situ saya buat crisis center riba. Karena riba pada waktu itu
juga sudah terasa sebagai sebuah bencana, kita melihat juga
kedepan akan sangat banyak orang yang saya kira akan
terdampak, akhirnya saya buat Riba Crisis Center, waktu
itu bulan Juli 2013.
5. P : lalu apa saja yang di sharing oleh Riba Crisis Center?
N: Waktu itu mulainya dengan grup facebook. Kita
menghimpun orang. Memang waktu itu betul betul sebagai
sebuah gambaran bahwa ini tuh sudah menjadi masalah
semua orang. Orang begitu banyak yang bergabung,
sekarang rata-rata ada seribu orang yang bergabung secara
online. Jadi waku itu kita buat, kita posting dan kita
diskusikan. Waktu itu diskusi diskusi awal kita banyak
terdapat pada peranan bank syariah. Jadi lebih banyak
diskusi tentang konsep riba. Kalo hari ini kita udah gak
diskusi tentang konsep lagi. Kita liat implementasinya
bagaimana dengan lembaga hukum, ada saja teman teman
yang dari debitur bank syariah menyampaikan masalahnya,
akhirnya kan kita bedah akad tuh. Dan akhirnya
terkonfirmasi kebanyakan memang akadanya tidak sesuai
dengan implementasinya. Mau tidak mau berhadapan
dengan hukum, dengan sendirinya kan yang terjadi
pengelabuhan gitu.
Jadi 2013 sampai hari ini kita akhirnya mengkonsep
formula yang paling pas buat penanganannya yang menjadi
respon dari masyarakat pada saat dakwah pertama kita,
mereka kan baru paham ternya riba ini adalah maksiat, riba
adalah perbuatan yang sangat keji, perbuatan yang
diancamkan begitu ngeri sampai sampai di antara mereka
ada yang merasa bahwa ancaman anacaman riba ini seperti
ayat ayat yang baru turun, karena mereka baru tahu.
Padahal itu letaknya di Albaqarah. Terus juga mereka baru
tahu sampai diancamkan sedemikian rupa. Kemudian yang
kedua, yang mereka pahami soal riba adalah yasudah saya
terlanjur riba, tolong bantu dong bayari saya. Padahal
dalam sebuah hadits juga dijelaskan yang bayar riba juga
dilaknat oleh Allah. Yang menjadi masalah itu, yang harus
kita garis bawahi banyak masyarakat yang sudah tahu tapi
belum paham atau sudah paham tapi belum berani, gitu.
Berkenaan dengan bahwa mereka sebagai debitur sudah
terlanjur itu kan harus berhenti membayar ribanya kalo
tidak mereka dilaknat oleh Allah dan Rasul. Itu yang selalu
kita garis bawahi, ini persoalannya laknat jauh dari rahmat
Allah.
6. P : Apa makna dari logo RCC?
N : Logo tersebut memiliki makna yang identik dengan
tujuan gerakan komunitas Riba Crisis Center, yaitu
mewujudkan Indonesia tanpa riba. Kita menggambarkan
peta Indonesia dalam frame tuisan riba itu karena saat ini
Indonesia sudah terkepung dengan riba. Dibawah tulisan
riba terdapat kalimat crisis center, sehingga bila disatukan
akan membentuk kalimat Riba Crisis Center. Sehingga
secara keseluruhan, logo ini memberikan makna bahwa
komunitas ini merupakan komunitas yang ingin
mengeluarkan Indonesia dari segala unsur-unsur riba.
7. P : Bagaimana sumber dana yang diperoleh oleh RCC
untuk menjalankan organisasi ini?
N : Jadi sebenarnya pengeluaran yang paling besar di RCC
itu bukan untuk biaya sdm karena biaya sdm itu
kebanyakan keikhlasan, baru kalo ada pendapatan
kemudian baru dibagi. Pengeluaran paling besar adalah di
penyelenggaran event, termasuk yang rutin operasional
seperti transport, komunikasi, itu ternyata besar juga. Jadi
di koperasi Hikmah Bersama itu dulu kita punya namanya
tabungan pasar, tabungan pasar ini yang kita jadikan
sebagai Qard (hutang), ini adalah jadi salah satu
implementasi dari akad syariah, yang saat ini bank syariah
pun tidak menggunakan itu padahal ini adalah smber dana
yang free. Karena bayangkan uang masyarakat belum
terpakai tapi dapat kita gunakan apa saja, akad qard itu kan
hakikatnya bahwa uang orang itu kan jadi milik kita
dengan meminjamkan ke kita, bisa kita gunakan untuk
apasaja, tapi haram untuk kita tambahkan.
8. P : Dalam program Riba Crisis Center, ada yang namanya
RibAdrenalin dan Camp 2:279. Bisa tolong jelaskan
tentang program ini pak?
N : Ribadrenalin itu dasarnya gini, temen-temen penderita
riba itu biasanya mereka penuh dengan tekanan. Belum-
belum aja psikologisnya sudah jatuh duluan. Udah down
duluan, makanya butuh kita kuatkan. Contohnya di
ribadrenalin yang pertama, kita ajak mereka berkuda dan
memanah, jadi di kesempatan itu, mereka kita paksa yang
memang belum sama sekali naik kuda saat itu mereka harus
naik kuda, naik tanpa dipegangi. Kuda itu memang
termasuk binatang yang punya keunikan itu, yang artinya
memang untuk adrenalin kita, kuda itu udah cocok banget
tuh. Sedangkan kalo yang sudah pernah naik kuda dan
terbiasa naik kuda, mereka kita ajarin untuk memanah
sambil berkuda. Sementara itu. Dan ini akan kita lakukan
secara rutin dan gak cuma di olahraga berkuda dan
memanah saja tapi juga salah satunya nanti di waktu dekat
kita berencana akan ke Purwakarta di tempat yang naik
tebing itu. Jadi segala sesuatunya yang memang harus
mengeluarkan adrenalin. Karena disitu kami berharap
mereka harus siap dan terbiasa di segala tekanan, terbiasa
menghadapi tekanan, terbiasa tidak berfikir yang macam-
macam. Atau kalo memang kalo sudah terjadi, karena
mereka sudah terbiasa jadi mereka gak akan khawatir.
Sedangkan camp 2:279 diambil dari surat al-baqarah 279,
yang artinya Allah akan memerangi riba. Dengan
sendirinya kita ya sebagai hamba-hamba Allah kita harus
bersiap diri sebagai tentara-tentara Allah yang memerangi
riba itu kan. Itu lebih banyak untuk fungsi kaderisasi
internal. Jadi diperuntukkan untuk mereka yang betul-betul
mau terlibat menjadi bagian. Untuk camp 2:279 ini dulu
pernah di setting tapi gagal acaranya, jadi untuk saat ini
program ini belum terselenggara, tapi ini yang nantinya
akan menjadi konsep kita dalam kaderisasi di 2019.
9. P : Kemaren juga saya memperhatikan media sosial Riba
Crisis Center, banyak memposting foto foto dan ajakan
untuk HIT Riba, itu apa yah pak?
N : Hit Riba itu kan salah satu program RCC yang memang
idealnya kaya semacam roadshow gitu, tapi tahun ini
sempat roadshow juga kan. Ini tahun kedua HIT Riba. Kita
charter bis dari Jakarta ke NTB, mampir ke Bali juga. Itu
artinya sudah kita semarakkan di tiga pulau, di Jawa, Bali
dan Lombok. Jadi perjalanan kita sepuluh hari itu mampir
ke Jawa Timur dan ke Pagari-pagari yang kita lewati yah.
Tahun kemaren kita membuat tanda tangan dukungan juga
di setiap tempat persinggahan.
10. P : Kenapa harus ada Pagari area pak? Apa yang
melatarbelakanginya?
N : Setelah kita sampaikan cara pemecahan masalah, kita
bentuk kepengurusan supaya yang menjadi permasalahnnya
bisa terfollow up penyelesaiannya kan, maka dibentuklah
Pagari. Anggota nya yaa dari anggota page kita,
komunikasi lewat media sosial. Setelah kita melakukan
open house, mereka mulailah membentuk kepengurusan
Pagari nya, dari situlah yang nanti nya koordinasi ke pusat
dilakukan. Kalo dulu kan kalo ada masalah ke saya semua,
kalo sekarang harus melalui Pagari dulu, di tabulasi kalo
ada masalah nanti baru kita pecahkan masalahnya.
Selain itu kita juga butuh pendekatan sektoral dan cair
untuk menghimpun kumpulan orang. Di samping itu, Pagari
juga sebagai cara kita untuk mengalihkan perhatian, karena
yang sentralistik itu mudah ketembak dan dihancurkan. Jadi
Pagari ini akan menjadi goa-goa Ashabul Kahfinya. Ini juga
strategi BIar Riba RaIB luas dan menyebar untuk
menghindari ancaman musuh yang tidak suka Islam
berkembang
11. P : Kenapa namanya Paguyuban?
N : Kenapa namanya paguyuban, karena kita butuh
membangun kekuatan secara bersama sama, karena yang
kita hadapi kan kumpulan uang, kita gak akan menang,
maka kita butuh kumpulan orang. Tapi bukan sekedar orang
kumpul, tapi yang solid, nah soliditas itu yang kita coba
wakili dengan istilah guyub. Kita punya tujuan sama, jadi
kita berjuang bersama sama. Kita merasa butuh ada follow
up yang lebih spesifik perwilayah. Jadi Pagari itu adalah
gerak kewilayahannnya dari crisis center. Jadi setelah crisis
center adalah orang-orangy yang sudah bisa dan meyakini
bahwa riba itu haram dibayar dia bisa dinyatakan bebas
riba ketika dia tidak bayar riba. Setelah bebas riba mereka
harus menjadi orang-orang yang anti riba supaya tidak kena
lagi kan, makanya namaya paguyuban anti riba.
12. P : Lalu apa tujuan dari dibentuknya Pagari-Pagari
tersebut?
N : Karena memang terlalu kompleks, yaa artinya tidak
mungkin ini ditangani. Katakanlah sebanyak mungkin
dengan adanya delegasi delegasi akan semakin intensif,
karena visi kita kan Indonesia Tanpa Riba, kemudian untuk
mencapai itu maka kita akan menjangkau minimal sampai
pada kecamatan, sekarang ini yang penting fokus setiap
Pagari ini bisa berjalan sesuai dengan fungsi dan
peranannya.
13. P : Setelah ada Pagari, lalu hal-hal apa lagi yang dilakukan
RCC untuk mecapai tujuannya?
N : Dari crisis center, kemudian kita punya Yayasan
Indonesia Tanpa Riba sebagai fungsi edukasi, kemudian
lembaga hukum untuk advokasinya, kemudian kita ada
koperasi untuk ekonominya bernama Hikmah Bersama.
Jadi ada tiga lembaga dengan simpulnya itu ada di
paguyuban anti riba. Nah kalo Pagari itu per area kemudian
mereka juga menjalankan fungsi yang tiga tadi, edukasi
advokasi dan ekonomi. Nah advokasinya berkoordinasi di
forum advokasi dengan lembaga hukum, kemudian
ekonomominya berkoordinasi dengan koperasi Hikmah
Bersama menjadi forum bisnis. Nah di wilayah-wilayah
yang sudah mapan artinya konsepnya sudah jalan kita
berikan keleluasaan mereka untuk buat koperasi di wilayah
itu. Kaya misalnya di NTB sudah ada Hikmah Bersama
NTB, jadi nanti Hikmah Bersama yang sekarang kita miliki
berbadan hukum nasional, kita akan jadikan sebagai
lembaga hukum koperasi sekunder. Jadi nantinya kita
kumpulin semua kopersi Hikmah Bersama disetiap wilayah.
Nah kita butuh identitas pergerakan, artinya kesaman
sebagai sebuah branding, sebagai sebuah portofolio ke
masyarakat, karena sekali lagi masyarakat juga butuh
dibuat percaya, kita memantaskan diri bersama dengan itu
kita menunjukkan bahwa kita tuh bisa dipercaya dengan
bukti pergerakan.
14. P : Apa saja hal-hal yang diperjuangkan di Lembaga
Bantuan Hukum Indonesia Tanpa Riba?
N : Kita buat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) yang hingga
hari ini perjuangan kita sudah sampai pada kita akan
memperjuangkan hak-hak kita sebagai muslim, yang
pertama adalah hak untuk tidak membayar riba, itu sudah
dijamin sama UU, itu hak konstitusional kita, kemudian
yang kedua hak untuk membayarkan riba sesuai dengan
kesanggupan. Jadi hari ini kan lembaga-lembaga riba itu
menjadikan hutang sebagai komoditi sebagai jualan. Nah
kita akan hadapi itu. Karena memang yang namanya hutang
itu, dalam UU HAM itu tidak ada urusannya gara gara
hutang orang dipenjara, jadi memang betul betul
konstitusional negara kita juga sudah menjamin bahwa
setiap warga negara juga punya perlindungan terhadap
pihak-pihak yang mengancam yang berkenaan dengan
hutang yang timbul. Jadi misalnya penarikan jaminan pun
termasuk ke dalam pemaksaan itu. Itu dua hal yang kita
terus perjuangkan sebagai LBH, supaya apa yang kita
lakukan ini secara formal dan legal dan bisa dibilang
mengikuti logika hukum yang ada. Karena menang
meninggalkan riba sekarang ini terkesan illegal karena
ribanya kan legal.
15. P : setelah ada fungsi edukasi dan advokasi melalui LBH,
lalu fungsi ekonominya gimana pak?
N : Makanya kalo dalam sebuah konsep pergerakan, pintu
masuknya yaitu melalui crisis center kemudian ada edukasi,
advokasi dan ekonomi. Kenapa ekonomi? Karena memang
jika seseorang sudah bebas riba gak ada yang menjamin ia
tidak akan terkena riba lagi. Karena kebanyakan yang sudah
bebas hutang juga kemudian mereka akan berhutang lagi
karena memang masalah nya ada di kebutuhan. Jadi
ekonomi adalah cara kita untuk memastikan bahwa orang
yang sudah bebas riba tidak akan lagi terdampak atau
berhutang karena ekonomi sudah membaik dan kuat.
16. P : Apa saja kendala-kendala yang dihadapi RCC?
N : Karena memang tantangan di pergerakan yang memang
nirlaba yaa kendala mereka adalah nafkah, ketika fokus
mereka dengan waktu yang tersisa, yaa hasilnya akan
setengah-setengah. Itu yang sekarang sedang kita tekankan,
jangan pake waktu sisa, minimal pake waktu fokus deh,
karena waktu fokus itu yang paling bagus, setidaknya
mereka benar-benar meluangkan waktu 1-2 hari dalam
sepekan, kalo memang gak bisa mendingan gak usah,
karena memang kalo pake waktu sisa kadangkala sudah
diamanatin kemudian karena tadi waktu sisa, yang awalnya
itu primer kemudian itu mudah untuk ditinggalin jadi
tantangan kita memang ini sebagai pergerakan nirlaba.
Yang sebetulnya nih sebentar lagi saya yakin ini akan
bertransformasi dari yang nirlaba menjadi kegiatan yang
komersil. Kita sudah siap siap dengan PT dan seterusnya,
karena saya kira akad akad sosial dengan akad akad
komersil harus menjadi satu, gak bisa dipisah-pisahkan, jadi
harus saling kuat menguatkan gitu.
17. P : Apa tantangan yang pernah dihadapi RCC?
N : Kita tahu, kalo sekarang banyak lembaga-lembaga yang
memiliki tujuan yang sama seperti Yayasan Indonesia
Bebas Riba, Nusantara Bebas Riba dan lain lain. Tantangan
kita adalah memang secara internal itu kita punya tantangan
menyatu kan, bagaimana menyatukan. Tapi ancamannya
juga mendua, sudah bersatu ya gak ada jaminan harus
bersama-sama juga. Tapi prinsipnya memang mungkin
semua orang tidak bisa dikumpulkan dalam satu wadah tapi
nanti kalo kita sudah fix dengan wadah masing-masing, kita
akan bisa bersatu antar wadah wadah itu selama nanti gak
ada muamalah yang menggantung. Jadi nantinya kita tentu
akan membuka diri terhadap persatuan yang lebih besar
lagi. Kalo ketika kita bersama masih muncul prasangka,
sebaiknya pada saat itu kita sebaiknya berpisah, karena
prasangka itu menjadi bagian dari riba, malah lebih ngeri.
Jadi kita gak bisa menahan diri. Prasangka itu kan sesuatu
yang tidak dikonfirmasi dan muncul dengan sendirinya dari
dalam diri kita. Daripada kita berdekatan tetapi selalu
berprasangka, lebih baik kita berjauhan tetapi saling
merindukan. Itu lebih baik untuk menjaga ukhuwah.
B. Wawancara Kedua
Nama Lengkap : Usep Karta Sumarna
Status : Klien Lembaga Bantuan Hukum RCC
Hari, Tanggal : Rabu, 17 April 2019
Jam : 13.30-14.30 WIB
Hasil Wawancara:
1. Peneliti (P): Apa yang melatarbelakangi bapak ke Lembaga
Bantuan Hukum Riba Crisis Center?
Narasumber (N): alasan saya ke sini untuk pendampingan
kasus dan permasalahan kartu kredit dan KTA karena
tingkat kemampuan bayar saya yang sudah tidak mampu
untuk membayar kartu kredit dan KTA tersebut.
2. P : Apa permasalahan riba yang bapak alami?
N : Karena saya punya usaha, saya gali lubang tutup
lubang. Kartu kredit buat modal usaha ternyata salah, saya
salah jalan dengan melakukan usaha dimulai dari pinjaman
bank.
3. P : apakah untuk mendapat bantuan hukum dari LBH Intra,
bapak diminta syarat-syarat terlebih dahulu?
N : syaratnya cuma taubat untuk tidak melakukan dan
mendekati riba lagi serta menggunting semua kartu kredit
saya.
4. P : Bagaimana alur cerita bapak hingga akhirnya bapak bisa
dibantu oleh LBH Intra Riba Crisis Center?
N : pada waktu itu bertemu dengan LBH Intra berawal dari
pencarian saya untuk mencari solusi, sebelumnya kenal
Intra dari Riba Crisis Center. Saya baru tahu kalo kartu
kredit itu termasuk riba dan itu dosa besar. Saya taunya dari
grup whatsapp melalui broadcast-broadcast pesan
mengenai kajian fiqh muamalah. Komunitas anti riba kan
baru-baru ini booming sementara lembaga ribawinya telah
lama menjamur di Indonesia, mereka menyebarkan riba itu
melalui seminar-seminar, dan saya salah satu orang di
dalamnya, menjadi debt collector kartu kredit, ternyata itu
salah jalan, usaha gak bener yang ada malah semakin ancur.
Ibaratnya saya dimiskinkan oleh Allah.
Dari situ lalu saya mencari komunitas anti riba, dan
akhirnya saya kenal Riba Crisis Center. Di RCC saya dapat
info kalo ada bantuan hukum terkait korban riba yang
bernama intra. Saya diinfokan ada perkumpulan solusi
pendampingan tersebut di Cipinang Muara, lalu saya kenal
dengan foundernya ustadz Ahmad Taufik , lalu saya
berkomunikasi dengan beliau. Barulah disitu saya mulai
meminta bantuan melalui intra. Saya Cuma sekedar ngobrol
ke pak Taufik lalu saya diminta syaratnya seperti
penyerahan billing-billing dan KTA ke petugas atau staff
nya pak Taufik yaitu Pak Roni. Lalu saya kasih berkas-
berkas billing tagihannya ke beliau dan saya harus
menggunting kartu kredit tersebut.
5. P : Apa saja pendampingan yang bapak rasakan?
N : Pengalihan tagihan alamat, nomer telepon, chip saya
semua dipegang oleh Intra, jadi kalo dari pihak collector
adayang nelpon, pihak intra yang langsung mengangkat dan
mengurusnya. Jadi bukan saya lagi. Intinya baru
menjalankan fungsi edukasi dan advokasi, belum
merasakan fungsi pemberdayaan.
6. P : Perubahan apa saja yang bapak rasakan setelah dibantu
oleh LBH Intra?
N : saya merasa plong, tidak pusing dan stress lagi karena
selam ini kan saya harus menghadapi dan “diterror” oleh
pihak debt collector tersebut seperti ditelepon dengan
kalimat tinggi yang kurang etis. Intinya sudah plong dan
bisa fokus jualan meski ada sedikit yang masih terasa
beban. Intinya tinggal komitmen buat bayar hutang
pokoknya bukan bayar ribanya.
7. P : setelah apa yang sudah bapak alami dan akhirnya dapat
dibantu oleh LBH Intra, masih adakah keinginan bapak
untuk ngeriba lagi?
N : Kapok, saya berhenti total dari hal-hal yang riba dan
semoga Allah memberi jalan keluar untuk saya istiqomahh
dan kuat menahan godaan. Dalam hati kecil saya taubat dan
gak mau kenali riba lagi karena saya sudah disengsarakan
oleh riba.
C. Wawancara Ketiga
Nama Lengkap : Dian Hestika Sari
Status : Anggota dan Peserta Open House Pagari
Tangerang
Hari, Tanggal : Minggu, 21 April 2019
Jam : 11.45-12.15 WIB
Hasil Wawancara:
1. Peneliti (P) : Bagaimana cerita ibu hingga akhirnya menjadi
anggota Pagari ini?
Narasumber (N) : Tahu RCC tahun 2017 di Bandung. Awal
mulanya waktu itu saya ikutan dauroh di Daarut Tauhid
Bandung, terus saya cerita masalah saya sama ketua
program disana, saya cerita kalau saya sedang terlilit
masalah hutang riba, kartu kredit. Pada waktu itu saya
pokoknya lagi pusing banget denga urusan-urusan yang
syubhat dan haram. Akhirnya saya dapat nasehat dari ustad
tersebut, untuk segera menyelesaikan masalah-masalah
tersebut. Sampai suatu hari saya diajak sama temen bahwa
ada open house, dia bilangnya seminar RCC, kemudian
saya datang. Setelah itu ada follow up dari komunitas
Pagari Bandung nya, tetapi ternyata follow up terkait
produk dari Pagari Bandung yaitu D‟Jilbab.
Kemudian saya balik lagi ke Jakarta, tinggal di Ciputat.
Nah ternyata saya baru tahu kalau ternyata ada Pagari per
wilayah tuh. Saya kemudian cari tahu di telegram, dan
ternyata ada. Dan di telegram ternyata sudah dipisah-pisah
perwilayah, akhirnya saya klik link Pagari Tangerang Raya,
nah dari situ saya mulai cari tahu kegiatan-kegiatannya.
Dan ternyata ada grup whatsapp nya juga, akhirnya saya
minta dimasukkan di grup whatsapp nya. Nah di sana saya
baru tahu kalo kegiatannya ternyata ada yang namanya
guyub. Dari situlah saya akhirnya dapat mengenal teman-
teman dari Pagari Tangerang.
2. P : Masalah ibu tersebut bisa dipecahkan tidak dari Pagari
Bandung?
N : Saat ini sedang dalam proses penyelesaian. Pas RCC di
Bandung saya belum menemukan solusinya, saya waktu itu
konsultasi dengan ketua yang ada disana. Lalu beliau
memberi saran, “tinggalin saja hutangnya, jangan dibayar,
macetkan selama enam bulan minimal”, cuma saya
bingung, Cuma dikasih clue itu aja kan, jadi saya masih
bingung pada waktu itu. Terus gimana? Apa efeknya?
Terus dampaknya bagaimana?. hanya sekedar itu. Pada
waktu itu saya memang belum tergabung menjadi anggota.
3. P : Memang apa saja permasalahan riba yang ibu alami?
N : Waktu itu dua masalah yang terjadi sama saya yaitu
hutang kartu kredit (KTA), satu lagi KPA (Kepemilikan
Apartemen). Nah saya bingung, sementara KTA saya sudah
berani untuk tidak bayar, sudah saya tinggalin pada waktu
itu dari bulan Agustus. Sedangkan saya tahu RCC pada
bulan September, dan ternyata memang harus dimacetkan.
Terus karena saya belum berani mengambil langkah
selanjutnya, kondisi saya juga pada waktu itu masih bisa
bayar apartemen, akhirnya saya masih melakukan
pembayaran itu.
4. P : Lalu apa saja yang ibu rasakan setelah bergabung guyub
di Pagari Tangerang?
N : Nah pas saya guyub, baru punya keberanian. Jadi
dengan ikut pagari wilayah, pada waktu itu Pagari di
Tangerang, saya dapat informasi. Karena kegiatannya
dengan edukasi lalu konsultasi.
5. P : Langkah-langkah apa saja yang diarahkan dari Pagari
untuk menyelesaikan permasalahan ibu?
N : Jadi setelah itu, memang maksud dari Ketua Pagari
yang di Bandung yang waktu itu mengatakan untuk
dimacetkan memang itu benar. Nah pada saat di Pagari
Tangerang saya sudah mulai jelas, kalo nanti saya tidak
bayar apa efeknya, apa dampaknya. Itu semua dijelaskan.
Di Pagari Tangerang kemudian kita diberi edukasi
bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan, harus
bersikap seperti apa kalo menghadapi Debt Collector, baik
melalui telepon, kata katanya seperti apa, ataupun kalo
didatengin harus gimana. Sampai akhirnya saya berani
tidak membayar cicilan KPA. Nah tapi disitu juga tidak
serta merta begitu saja untuk tidak bayar, harus ada
langkah-langkahnya, seperti bersurat, begitu. Sampai cara
komunikasi nya pun saya diajarin dari Pagari.
Pada saat saya belum membayar empat bulan, saya
langsung diberikan surat peringatan satu sama bank
langsung di kolong unit saya. Nah yang kedua langsung
surat peringatan ketiga, pada waktu itu malam saya
sepulang dari kerja itu sudah ditempelin stiker bahwa
sedang dalam pengawasan bank dan akan dilelang, begitu.
Dan akhirnya saya surat menyurat dengan langkah-langkah
yang sudah diberitahu kan. Kata-katanya seperti apa, dan
pastinya harus ada tanda terima, siapa yang menerimanya.
Dan hal-hal seperti itu, saya dapatkan dari Pagari
Tangerang.
6. P : Lalu bagaimana progress permasalahan riba ibu hingga
saat ini?
N : Kalo yang kartu kredit, alhamdulillah sudah dapat
hasil, hampir selesai. Pada bulan Januari saya ditelpon oleh
pihak bank bahwa saya mendapatkan keringanan untuk
bebas bunga, bebas pinalti dan dan mendapat diskon 50%
dari pokoknya, dan kemudian saya berkomunikasi bahwa
saya tidak mampu membayar semua, saya meminta
keringanan untuk dicicil sampai akhirnya bisa dicicil.
Alhamdulillah
Ikhtiar nya dengan saya mengikuti paguyuban, saya jadi
punya keberanian kalo lagi ada masalah saya akan cerita di
Paguyuban. Karena takutnya kalo nanti saya mengambil
langkah A, takutnya yang ada nanti malah muncul B,C atau
D yang saya tidak punya prediksi begitu. Dan ternyata kalo
di paguyuban saya dapat informasi, dapat juga keberanian
apa yang harus dilakukan dan insyallah benar karena dasar
RCC yaitu dalil untuk tingglakn sisa riba, disuruh
tinggalkan ya harus ditinggalkan.
Dan tinggal yang di KPA, karena ada agunannya, saya
sedang dalam proses penyelesaian, saya sudah
mengirimkan surat di bulan Februari sampai bulan April ini
belum ada jawaban dan belum ada proses selanjutnya. Dan
akhirnya dapat edukasi lagi, kalopun belum ada komunikasi
lebih lanjut, antisipasinya adalah saya harus menabung.
Jadi suatu saat jika akan maju ke persidangan, saya sudah
punya uang sejumlah pokoknya yang saya pinjam. Itu
semua saran-saran dari Pagari.
7. P : Pemberian saran-saran itu diberikan kapan bu?
N : Pemberian saran atau konsultasi itu pada saat guyub
bulanan. Tapi karena itu kan sifatnya sebulan sekali, jadi
bisa juga konsultasi di whatsapp grup. Jadi ada dua
komunikasi, melalui sosmed sama tatap muka langsung.
8. P : Kalo terkait acara open house hari ini, ibu dapat
informasinya dari mana?
N : Dari whatsapp yahh, karena gak semua orang kan pake
telegram, jadi informasi itu lebih cepet tersebar lewat
whatsapp.
9. P : Menurut ibu, apa yang perlu diperbaiki dari kegiatan
ini?
N : Karena setiap bulan di guyub bulanan Pagari Tangerang
memang ada tema tema khusus untuk disampaikan. Kalo
untuk masalah yang harus diperbaiki, ini lebih masalah
kepada segi individunya. Kadang masih ada anggotanya
yang masih malu malu pada saat guyub atau di grup
whatsaap. Jadi yang harus diperbaiki yaitu tentang
keberanian aja untuk menceritakan kasusnya. Dan satu lagi
untuk memberi sesi tambahan untuk konsultasi masalah di
setiap sesi guyub bulanan seperti update masalah di setiap
anggotanya begitu.
10. P : Kalo pemilihan pembicara itu yang menentukan siapa?
N : Kalo pembicara kan itu internal. Jadi pembicara itu
kan dari orangnya kita sendiri, jadi dari kita untuk kita.
Gak ada aturan khusus untuk menjadi pembicara. Cuma
paling ditanyakan sebulan sebelum guyub, kita mau
ngangkat tema apa nih? siapa yang mau share
pengalamannya kaya gitu. Karena kita tahu kan setiap
individu punya masalah yang berbeda dan pasti punya
solusinya juga berbeda jadi itu yang berharga untuk di
sharing.
11. P : Apakah pesan-pesan tersebut tersampaikan dengan
baik dan jelas?
N : sampai saat ini semua informasi-informasi itu
tersampaikan dengan jelas yah. Untuk pengarahan
langkah-langkah saat konsulasi itu juga sudah jelas. Tapi
sampai sekarang yang belum jelas itu untuk
pemberdayaan ekonominya.
12. P : Apakah pembicara untuk acara ini menarik?
N : menarik yah, karena biasanya untuk acara open house
yang didatangkan hanya coach Ahmad Taufik, tapi kali ini
RCC mendatangkan Prof. Didin mantan Ketua Baznas,
yang pasti bisa share lebih banyak ilmu tentang
perekonomian syariah.
13. P : Apa harapan ibu ke depan terkait sosialisasi anti riba
yang dilakukan RCC?
N : Yaa walaupun kita anggotanya masih sedikit, harapan
saya kegiatan ini jangan sampai mati. Jadi saya pikir
walaupun kita sedikit tapi kita terus jadi nantinya akan
semakin banyak. Jadi nantinya tujuan RCC supaya
mewujudkan Indonesia Tanpa Riba yang pilarnya
pemberdayaan ekonomi melalui syirkah itu akan nyata.
D. Wawancara Keempat
Nama Lengkap : Ahmad Taufik
Status : Pendiri Riba Crisis Center
Hari, Tanggal : Minggu, 21 April 2019
Jam : 12.30-13.00 WIB
Hasil Wawancara:
1. Peneliti (P): Bagaimana komunikasi yang dibangun dalam
sosialisasi? Apakah Riba Crisis Center menggunakan
komunikasi persuasif?
Narasumber (N): Iyah, jadi mau tidak mau memang
komunikasi yang dibangun itu harus persuasif.
2. P : Jika iya, lalu bagaimana gambaran proses komunikasi
persuasif yang dilakukan?
N : Karena kita berbicara dengan orang-orang yang
sedang sakit. Kalo kemudian kita berkomunikasi dengan
frontal mereka yang ada semakin jauh dan malah
memusuhi kita. Apalagi kita berbicara sesuatu yang ketika
disampaikan mereka langsung balik menuntut, meminta
untuk difasilitasi. Karena memang kan ketika kita
menyampaikan riba itu dilarang, lantas mereka akan
bertanya apa solusinya? Jadi memang, kita betul betul
mencari upaya komunikasi yang tidak menyinggung
secara langsung, secara tegas kalo memang mereka
terbidik ya memang karena faktor dalilnya seperti itu.
Tapi untuk siasat komunikasinya memang tetap kita
bangun komunikasi persuasif.
3. P : Materi apa saja yang disampaikan ke masyarakat?
N : Yang jelas materi yang pertama kita sampaikan yaitu
bagaimana orientasi hidup masing-masing orang kan,
artinya ketika kita sudah memiliki trust yang sangat jauh,
tidak hanya di dunia saja pasti mereka akan berfikir
bagaimana nanti (di akhirat) itu kan. Jadi tetap
pendekatannya adalah bagaimana kita berbicara itu semua
tentang akhirat, tentang semua di dunia yang harus
dipertanggungjawabkan. Kemudian riba ini menjadi
sesuatu yang sangat unik, kenapa unik? Karena memang
betul betul tidak ada model ancaman yang selengkap riba.
Jadi kita sampaikan itu terlebih dahulu, lalu kemudian
arahnya adalah bagaimana mereka mau meninggalkan
dulu, karena pesannya begitu, tinggalkan riba. Setelah
meninggalkan itu, kemudian bagaimana mereka
meninggalkan itu di kemudian hari, karena setelah lepas,
mereka belum tentu bisa lepas terus, itu bahaya latennya
kalo mereka mengulangi lagi kan, kemudian setelah itu
barulah kita perkuat ekonomi umat.
4. P : Adakah klien Riba Crisis Center yang kembali lagi
melakukan riba setelah taubat? Jika ada, bagaima Riba
Crisis Center melakukan pendekatan komunikasi kepada
orang tersebut?
N : Sebetulnya kalo kita menemui hal seperti itu ujung-
ujungnya akan nafsi nafsi kan. Kalo memang kita sudah
membantu tapi tetap begitu sikapnya yaaa sudah selesai.
Toh kita sedang tidak mencari keuntungan apapun. Jadi
kalo mereka akhirnya kemudian begitu yaa kita akan
melepas diri. Kita akan mencari orang yang betul-betul
mau diarahkan saja.
5. P : Apakah sudah efektif kegiatan-kegiatan tersebut untuk
menyampaikan pesan anti riba?
N : Di dua tahun ini saya merasa sudah ada
kefektifitasannya, sejak ada paguyuban di tiap area ini
saya merasakan keefektifitasannya. Dulu di awal-awal
kan tidak terpola dengan baik, nah dua tahun terakhir ini
sudah mulai terpola dan tersusun dengan baik kemudian
efektifitasnya juga sudah mulai kita rasakan gitu. Itu
setelah eranya paguyuban ini.
6. P : Bagaimana RCC membangkitkan perhatian
masyarakat dalam setiap kegiatan sosialisasai RCC?
N : Kita buat tema-tema yang menarik yah, seperti tema
open house hari ini, “ZIS Solusi Alternatif Bebas Riba”,
dan kebanyakan masyarakat yang datang ke acara ini
memang mereka yang butuh solusi akan masalah riba
yang mereka derita. Jadi dengan sendirinya acara ini
memang menarik untuk mereka yang mencari solusi.
Selain itu juga kita membuka stand-stand produk dari
koperasi Hiber, jadi itu nantinya menjadi bentuk nyata
dari RCC kepada masyarakat dalam hal pemberdayaan
ekonominya.
7. P : Lalu jika sudah merasa tertarik apa yang biasa RCC
lakukan kepada masyarakat tersebut yang memutuskan
untuk bergabung menjadi bagian RCC atau bahkan
menjadi klien RCC untuk menyelesaikan masalahnya?
N : Saat sosialisasi tersebut awalnya kita memberi
formulir untuk bergabung. Awalnya pasti lewat guyub
dulu yahh, karena guyub itu yang menjadi wadah taaruf
anggota kita. Nantinya jika ada yang mau konsultasi lebih
lanjut di guyub juga bisa share masalah-masalah itu.
8. P : Bagaimana RCC menyajikan pesan-pesan persuasif
itu? Apakah RCC pernah mengangkat tema khusus?
N : Di beberapa kesempatan, kita memang
menumpangkan pesan-pesan riba ini dengan realita yang
ada. Seperti kasus-kasus bunuh diri yang kemarin menjadi
sorotan. Hal-hal tersebut kita jadikan media kepada
masyarakat untuk menyadarkan efek bahayanya riba
dalam bentuk hutang yang berbunga ini.
9. P : Bagaimana cara RCC supaya dapat menyatu secara
komunikatif dengan masyarakat atau audiens?
N : Karena kita menyampaikan juga sebagai pihak yang
menderita, bahkan masih gitu kan. Kita akhirnya bisa
merasakan apa yang sedang mereka rasakan. Dengan
sendirinya, kita sadar, kita sama-sama sedang ada
masalah. Kalo kita tidak bersatu, kalo kita tidak bersama
yaa masalahnya akan tidak ada jalan keluarnya. Akhirnya
memang bagaimana kita bisa berperan serta seminim
mungkin peran serta itu harus ada. Jadi memang
terintegrasi, gitu. Seperti komunikasi empati gitu.
10. P : Apakah RCC pernah memberi iming iming kepada
masyarakat supaya melakukan ajakan RCC untuk
menjauhi Riba, baik itu iming-iming yang positif atau
menggambarkan situasi yang buruk?
N : Kalo iming iming terkait lembaga RCC nya jelas
tidak, tapi fokus kita lebih kepada ribanya. Nah kita
memang kalo berbicara iming-iming barangkali memang
dulu pernah, terasanya begitu dengan misalkan dengan
kalimat “kalau kamu bergabung, mau bersama-sama kita
akan bantu kamu dari tekanan-tekanan, bahkan kita akan
bantu pelunasannya”. Itu semua memang sebenarnya
bukan iming-iming tetapi tuntutan di luar yang mau tidak
mau harus disampaikan. Tapi sekarang ini tidak ada
iming-iming seperti itu, sekarang lebih berfokus pada dalil
perintah untuk meninggalkan riba dan ancaman Allah
terhadap orang-orang yang tidak meninggalkan riba.
11. P : Apakah RCC sebelum melakukan sosialisasi
menyusun pesan-pesan persuasifnya terlebih dahulu?
N : Nah kembali memang nanti secara penilaian kepada
masyarakat atau pendengar, namun memang secara
penyampaian tidak dikhususkan. Tapi mungkin karena
berawal dari saya yang suka membaca, kemudian
akhirnya banyak terinspirasi dari bacaan-bacaan tersebut.
Tapi memang kami tidak ada tim yang secara khusus
menyusun narasi-narasi itu.
12. P : Bagaimana cara RCC dalam memenangkan setiap
kasus yang masuk ke pengadilan?
N : Berbicara argumen yang berkenaan kenapa kita
melakukan sesuatu atau dalam hal ini kan sebenarnya
lebih kepada pembelaan. Ketika ada tekanan yaa tentu
pasti ada pembelaan disitu. Kalo dalam bahasa mereka,
kenapa akhirnya kita bisa mencapai one prestasi. Jadi
memang disini kita harus mencari dan punya alasan yang
kuat karena nantinya kita berurusan dengan lembaga lain
yang kita punya keterikatan dimana kita sudah bubuhkan
tandatangan kesepakatan disana.
Nah yang kita coba pilah adalah apa yang menjadi
orientasi awal yang bersangkutan? Apa memang karena
betul-betul sedang tidak mampu bayar? Atau memang
mereka yang punya kesadaran? Dalam hal ini sebetulnya
mereka mampu membayar tetapi tahu terkait riba dilarang
namun dalam hal ini mereka terikat dengan perjanjian.
Jadi awalnya kita memang harus tahu terlebih dahulu akar
permasalahannya, kemudian argumen-argumen yang kita
gunakan di pengadilan memang harus berlandaskan aturan
UU. Dan dalam hal ini memang ada aturannya dimana
tidak boleh memaksakan kehendak, hutangnya memang
wajib harus dibayar tetapi tidak harus saat itu juga kalo
memang uangnya belum ada. Nah dari situlah aspek
legalnya ternyata ada UU yang mengatur disetiap
alasannya makanya kita sekarang punya dua hal yang
pertama hak untuk tidak bayar riba, dan yang kedua hak
untuk bayar hutangnya sesuai kemampuan. Hak-hak ini
yang harus ada pembelaan dan harus ada yang
membelanya. Nah untuk pembelaannya kita siapkan
kesadaran terus, dan untuk yang membelanya kita sudah
siapkan Lembaga Bantuan Hukum, kemudian tim tim
Lawyers yang advokasinya semakin kuat dan paralel juga.
Nah kemudian untuk penyelesaiannya, ada yang secara
delegitasi dan legitasi. Delegitasi artinya diluar
pengadilan, dan legitasi artinya sampai ke pengadilan.
Sebetulnya dari sisi persuasif dari lembaga keuangannya
kan sebenarnya yang dituntut uang itu kembali kan,
daripada berlarut larut, lembaga hanya ingin uang nya
kembali lalu selesai. Nah ini yang ingin kita tekankan,
selesai tanpa harus sampai ke pengadilan.
Tetapi untuk masalah-masalah yang sampai ke
pengadilan, sebenarnya argumen-argumen itu tidak terlalu
penting. Memang ada dasar, disini ada delik yang
memang argumen-argumen ini ditunjang oleh UU tetapi
karena memang pemahaman hakim sampai saat ini
kelihatannya tidak terlalu concern pada hal ini gitu yaa.
Jadi peluang-peluang ini akan lebih banyak bukan di
pengadilan negeri tetapi mungkin akan ada di Mahkamah
Agungnya. Karena MA itu kan tempat pengadilan
tertinggi kita kan. Semua itu yaa pasti arahnya akan
kesana. Dari situlah kita sebetulnya punya aspirasi formil
kan, karena sebetulnya mereka juga buat statistik terkait
masalah-masalah yang masuk. Jadi kembali lagi,
argumen itu tidak terlalu menjadi penting karena
mengingat pengetahuan dan concernnya yang belum
kesitu.
13. P : Apa harapan RCC kedepannya?
N : Saya berharap RCC kedepannya sudah bisa
memberikan solusi taktis. Mungkin dulu kan kita selalu
mendengar solusi yang diberikan hanya sekedar sabar,
sabar, dan sabar. Nah saya pribadi juga merasa harusnya
ada solusi yang lebih taktis karena beban yang sudah
semakin massif bahkan menggadaikan banyak hal gitu
kan. Jadi saya berharap nantinya RCC itu dapat menjadi
tempat dimana orang-orang yang sedang punya masalah
berkenaan dengan riba lalu bertanya solusi, kita dapat
menjelaskan penanganannya seperti ini, seperti ini jadi
memang sudah terstruktur dan mereka sudah tahu
penanganannya lalu pemulihan yang kemudian mereka
dapat berkontribusi di RCC untuk membantu yang lain.
Foto Penelitian
Narasumber Ahmad Taufik (sebelah kiri) saat mengisi acara
Open House Pagari Tangerang pada hari Minggu, 21 April
2019.
Bersama narasumber Dian Hestika Sari pada hari Minggu,
21 April 2019.
Kegiatan open house Riba Crisis Center pada hari Minggu,
21 April 2019.