presus hera psoriasis
DESCRIPTION
psoriasisTRANSCRIPT
1
I. PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ruliyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45
Alamat :
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan : 20 Oktober 2014
No CM :
Anamnesis : Pada tanggal 31 Juli 2014 (autoanamnesis)
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Gatal di lengan kiri, punggung bawah dan kedua tungkai.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sendiri ke poli kulit dan kelamin RSMS dengan keluhan
gatal di lengan kiri, punggung bawah dan tungkai. Keluhan gatal pertama kali
dirasakan sejak 3 bulan yll, berupa bercak-bercak kemerahan di kedua
tungkai disertai sisik tebal berlapis berwarna putih. Bila digaruk maka sisik
akan mengelupas seperti lilin yang digores. Keluhan tersebut kemudian
semakin memberat dan muncul di lengan kiri, dan punggung bawah. Selain
itu pasien juga mengeluhkan jari jari tangan pasien terasa pegal dan nyeri,
terkadang bengkak. Pasien sudah pernah berobat ke dokter spesialis kulit dan
diberi obat minum serta salep kemudian membaik. Namun bila obat habis
maka keluhan yang sama akan kembali muncul.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat keluhan sama diakui, riwayat
Alergi obat penisilin diakui oleh pasien
Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu pasien memiliki keluhan yang sama
dengan pasien.
2
C. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan gizi : Baik
Vital Sign : Tensi : 110/70
Nadi : 82 x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36.5 C
BB: 55 kg
Kepala : Normochepal, rambut hitam, distribusimerata
Mata : Konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis(-)
Tenggorokan : Tidak dilakukan
Thorax : Jantung : tidak dilakuakn
Paru : tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema
Nyeri tekan + digiti manus,
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi : Lengan kiri, punggung bawah, tungkai kanan-kiri
Regio : Brachii sinistra, Lumbalis Posterior, Cruris dexter et
sinister
Effloresensi : Plak eritem multipel bentuk bulat, berukuran numular
hingga plakat, berbatas tegas, tersebar diskrit dengan skuama
kasar di atasnya, berlapis lapis seperti mika. Fenomena
Koebner +, Fenomena tetesan lilin +
3
Gambar 1.Gambaran efloresensi pada penderita
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilaksanakan pemeriksaan penunjang
E. RESUME
1. Anamnesis
a. Pasien datang ke poli kulit dan dengan keluhan gatal di lengan kiri,
punggung bawah dan kedua tungkai
b. Keluhan dirasa sejak 3 bulan yll, di tungkai berupa bercak
kemerahan disertai sisik yang bila digaruk akan tampak seperti lilin
yang digores.
c. Keluhan yang sama kemudian muncul pada lengan dan punggung
bawah.
4
d. Pasien pernah berobat 1 kali ke dokter spesialis kulit dan diberi
obat minum serta salep. Keluhan membaik namun kembali muncul
ketika obat habis.
e. Ibu pasien mengalami keluhan serupa.
2. Pemeriksaan Fisik (Status Dermatologik)
Lokasi : Lengan kiri, punggung bawah, tungkai kanan-kiri
Regio : Brachii sinistra, Lumbalis Posterior, Cruris dexter et
sinister
Effloresensi : Plak eritem multipel bentuk bulat, berukuran numular
hingga plakat, berbatas tegas, tersebar diskrit dengan
skuama kasar di atasnya, berlapis lapis seperti mika.
Fenomena Koebner +, Fenomena tetesan lilin +
F. DIAGNOSIS KERJA
Psoriasis vulgaris
G. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Seboroik
H. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis.
a. Edukasi pasien tentang penyakit, pengobatan dan kemungkinan
relaps
2. Farmakologis
a. MTX 2,5 mg 1x2 tab/12 jam, 3 kali pemberian.
b. Desoximetason cream tube 3x1/hari
c. Asam mefenamat 3x500 mg
d. Ranitidin 3x150 mg
I. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Psoriasis adalah penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal
berlapis-lapis berwarna putih mengkilap serta transparan, disertai fenomen
tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Penyebab psoriasis hingga saat ini belum diketahui, tetapi yang pasti
pembentukan epidermis dipercepat, dimana proses pergantian kulit pada
pasien psoriasis berlangsung secara cepat yaitu sekitar 2-4 hari, sedangkan
pada orang normal berlangsung 3-4 minggu.
Penyakit ini tidak menyebabkan kematian, tidak menular, tetapi karena
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menyebabkan gangguan kosmetik, menurunkan kualitas hidup, gangguan
psikologis (mental), sosial, dan finansial.
Psoriasis ditemukan di mana-mana di dunia, tetapi catatan prevalensi di daerah
yang berbeda bervariasi kurang dari 1% hingga mencapai 3% dari populasi.2,5
Insiden pada orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan orang yang
kulit berwarna.
Di United States, psoriasis dijumpai sebanyak 2% dari populasi, dengan rata-
rata 150.000 kasus baru pertahun. Psoriasis jarang ditemukan di Afrika Barat
dan Amerika Utara. Insiden penyakit ini juga rendah pada bangsa Jepang dan
Eskimo, serta populasi kulit hitam.
Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita, psoriasis dapat
terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa muda. Onset
penyakit ini umumnya kurang pada usia yang sangat muda dan orang tua.2,5
Dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 – 30 tahun dan
yang lebih sedikit pada usia antara 50 – 60 tahun. Psoriasis lebih banyak
dijumpai pada daerah dingin dan lebih banyak terjadi pada musim hujan.
7
1.2. Etiologi
Penyebab psoriasis hingga saat ini tidak diketahui, terdapat predisposisi
genetik tetapi secara pasti cara diturunkan tidak diketahui. Psoriasis tampaknya
merupakan suatu penyakit keturunan dan tampaknya juga berhubungan dengan
kekebalan dan respon peradangan. Diketahui faktor utama yang menunjang
penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis. Penyelidikan sel kinetik
menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi sel-sel epidermis
serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel pada kulit normal.
Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari sedangkan turn over time
epidermis normalnya adalah 28-56 hari.
Faktor genetik sangat berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita
psoriasis, resiko untuk mendapat psoriasis 12 %, sedangkan jika salah seorang orang
tuanya menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39 %. Hal lain yang menyokong
adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA. Berdasarkan
awitan penyakit dikenal dua tipe : Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial
dan berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6 sedangkan psoriasis tipe
II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan berhubungan dengan HLA-B27 dan
Cw2 dan Psoriasis Pustulosa berkorelasi dengan HLAB27. Psoriasis merupakan
kelainan multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan memegang peranan
penting.
Ada beberapa faktor – faktor yang dapat mencetuskan psoriasis, yaitu:
a. Trauma: Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan
psoriasis.
b. Infeksi: Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis
dalam 2-3 minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal
yang mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah
Psoriasis Gutata, sedangkan hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak
jelas dan pernah di laporkan kasus kasus Psoriasis Gutata yang sembuh
setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes telah diisolasi
sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis
Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik.
8
c. Stres : Dalam penyelidikan klinik, sekitar 30-40 % kasus terjadi
perburukan oleh karena stres. Stres bisa merangsang kekambuhan
psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien tidak stabil. Pada anak-
anak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stres terjadi lebih dari 90 %.
Stres psikis merupakan faktor pencetus utama.2,12 Tidak ditemukan
gangguan kepribadiaan pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan
bahwa stres psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan
menerima terapi dan dapat menyebabkan deteriorasi terutama pada kasus
berat.
d. Alkohol : Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat
psoriasis tetapi pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini
muncul berdasarkan observasi pecandu alkohol yang menderita psoriasis.
Peminum berat yang telah sampai pada level yang membayakan
kesehatan sering ditemukan pada pasien psorasis berat lakilaki
dibandingkan penderita psorasis lainnya. Kemungkinan alkohol yang
berlebihan dapat mengurangi kemampuan pengobatan dan juga adanya
gejala stres menyebabkan parahnya penyakit kulit.
e. Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada
masa pasca partus memburuk.
f. Sinar matahari : Dilaporkan 10 % terjadi perburukan lesi.
1.3. Patogenesis
Psoriasis merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan aktivitas
berbagai gen yang berinteraksi dengan lingkungan, berhubungan kuat dengan alel
HLA-CW-6. The Human Genom Project akan membantu mengidentifikasi major
histocompatibility Complex (MHC) dan gen non MHC yang terlibat pada psoriasis.
Patogenesis psoriasis tetap tidak diketahui tetapi beberapa penulis percaya bahwa
penyakit ini merupakan autoimun murni dan sel T mediated. Beberapa penemuan
mendukung autoimun ini seperti histokompatibiliti kompleks mayor (MHC) antigen,
akumulasi sel T terutama memori, serta adanya lapisan anti korneum dan anti
keratinosit antibodi nukleus.
9
Beragam data yang diperoleh akhir-akhir ini pada penyelidikan psoriasis
menekankan bahwa terdapat aktivitas infiltrasi sel-sel CD4 pada lesi-lesi kulit. Lesi
psoriasis lama umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang
terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam
epidermis.
Pada psoriasis terdapat sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel
langerhans juga berperan pada imunopatogenesis. Terjadinya proliferasi epidermis
diawali dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel
Langerhans.
Beberapa sitokin dan reseptornya memperlihatkan peningkatan level pada
epidermis psoriasis. Perubahan-perubahan biokimia yang ditemukan pada psoriasis
meliputi : Konsentrasi lipid yang tinggi dan peningkatan level enzim protein nuklear
pada glikolitik pathway yang menyebabkan turn over sel meningkat.
Perhatian yang sungguh-sungguh difokuskan pada level siklik nukleotida
terutama AMP siklik (cAMP) yang mengontrol epidermopoesis. Juga dilaporkan
terjadinya kenaikan yang menyolok dari level siklik GMP (cGMP) dalam epidermis.
Walaupun demikian peningkatan cGMP yang menyebabkan peningkatan kecepatan
proliferasi seluler tidak diketahui hingga saat ini. cAMP epidermis sangat menurun
selanjutnya asam arakidonik meningkat dalam epidermis.
1.4. Bentuk Klinis Psoriasis
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
a. Psoriasis Vulgaris
Hampir 80 % penderita psoriasis adalah tipe Psoriasis Plak yang secara
ilmiah disebut juga Psoriasis Vulgaris. Dinamakan pula tipe plak karena
lesi-lesinya umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang
telah diterangkan di atas.
10
Gambaran. Psoriasis Plak (Vulgaris)
b. Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian
atas atau sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa
muda.2,5,8,9,12 Selain itu, juga dapat timbul setelah infeksi yang lain, baik
bakterial maupun viral, pada stres, luka pada kulit, penggunaan obat
tertentu (antimalaria dan beta bloker)
Gambaran. Psoriasis Gutata
c. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada darerah fleksor sesuai
dengan namanya, misalnya pada daerah aksilla, pangkal pahadi bawah
payudara, lipatan-lipatan kulit di seklitas kemalua dan panggul.
11
Gambaran. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)
d. Psoriasis Pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua
bentuk psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata dan generalisata. Bentuk
lokalisata contohnya psoriasis pustulosa palm plantar (Barber) yang
menyerang telapak tangan dan kaki serta ujung jari. Sedangkan bentuk
generalisata, contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von
Zumbusch) jika pustula timbul pada lesi psoriasis dan juga kulit di luar lesi,
dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar.
Gambaran. Psoriasisi Pustula
e. Psoriasis Eritroderma
Psoriasis Eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal terlalu
kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Bentuk ini dapat juga
ditimbulkan oleh infeksi, hipokalsemia, obat antimalaria, tar dan
penghentian kortikosterid, baik topikal maupun sistemik. Biasanya lesi
12
yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan
skuama tebal universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-
samar, yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi.
Gambaran. Psoriasis Eritroderma
1.6 Diagnosis Psoriasis
Diagnosis Psoriasis dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan Kulit
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak
kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah, tertutup
dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin melebar,
bisa pecah dan menimbulkan nyeri, jarang menyebabkan gatal. Kelainan
kulit pada psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi
(plak) dengan skuama di atasnya. Bisa ditemukan eritema sirkumskrip dan
merata, tetapi pada stadium penyembuhannya sering eritema yang di
tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir.
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like
scale), serta transparan. Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular,
numular, sampai plakat, dan berkonfluensi, dengan gambaran yang
beraneka ragam, dapat arsinar, sirsinar, polisiklis atau geografis.
13
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut,
lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp,
perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan
bawah, umbilikus, serta kuku.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
(isomorfik). Fenomena tetesan lilin dan Auspitz merupakan gambaran
khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai diagnostik, kecuali pada
psoriasis inverse (psoriasis pustular) dan digunakan untuk
membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang mempunyai
morfologi yang sama, sedangkan Kobner tidak khas, karena didapati pula
pada penyakit lain, misalnya liken planus, liken nitidus, veruka plana
juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier. Fenomena Kobner
didapatkan insiden yang bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi
putih pada goresan, seperti lilin yang digores disebabkan oleh berubahnya
indeks bias. Cara menggores dapat menggunakan pingir gelas alas.
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebakan oleh papilomatosis. Cara megerjakannya : skuama yang
berlapis-lapis itu dikerok, bisa dengan pinggir gelas alas. Setelah
skuamanya habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahanlahan, jika
terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintik-bintik
melainkan perdarahan yang merata.
Fenomena Kobner dapat terjadi 7-14 hari setelah trauma pada kulit
penderita psoriasis, misalnya garukan dapat menyebabkan kelainan yang
sama dengan kelainan psoriasis. Dua puluh lima sampai lima puluh persen
penderita psoriasis yang lama juga dapat menyebabkan kelainan pada
kuku, dimana perubahan yang dijumpai berupa pitting nail atau nail pit
pada lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar.
Perubahan pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau
sebagian kuku dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian
distalnya terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots
subungual, dan koilonikia ( spooning of nail plate).
14
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat
pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi jarang terjadi. Antara 10-30
% pasien psoriasis berhubungan dengan atritis disebut Psoriasis Artritis
yang menyebabkan radang pada sendi. Umumnya bersifat poliartikular,
tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat
pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan
lesi kistik subkorteks.
b. Histopatologi
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan
(akantosis) reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila dermis,
lapisan sel granuler menghilang, parakeratosis, mikro abses munro
(kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang menyerupai pustul
spongiform kecil) dalam stratum korneum, penebalan suprapapiler
epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler papila dermis dan
pembuluh darah berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan
sampai sedang dalam papila dermis atas.
c. Laboratorium
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita psoriasis
tanpa terkecuali pada psoriasis pustular general serta eritroderma psoriasis
dan pada plak serta psoriasis gutata.Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan bertujuan menganalisis penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan
darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat.
Bila penyakit tersebar luas, pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam
urat, dimana hal ini berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifnya
penyakit. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya Artritis Gout. Laju
endapan eritrosit dapat meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat
juga ditemukan peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin.
Pada psoriasis berat, psoriasis pustular general dan eritroderma
keseimbangan nitrogen terganggu terutama penurunan serum albumin.
Protein C reaktif, makroglobulin, level IgA serum dan kompleks imun IgA
meningkat, dimana sampai saat ini peranan pada psoriasis tidak diketahui.
15
1.7. Diagnosis Banding
a. Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa eritema dapat
terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaannya
adalah skuama umumnya pada perifer lesi dengan gambaran khas adanya
central healing, keluhan pada dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan
langsung ditemukan jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis
psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat tembaga dan
sering disertai demam pada malam hari (dolores nocturnal), STS positif
(tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama tersangka (coitus
suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening menyeluruh serta
alopesia areata.
c. Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial, telinga
sternum dan fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan ekstensor
terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama pada psoriasis kering, putih,
mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama berminyak, tidak
bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika skuama diangkat
tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz sign), dimana tanda
ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.
d. Pitiriasis Rosea
Pada pitiriasis Rosea, lokasi erupsi pada lengan atas, badan dan paha,
bentuk oval, distribusi memanjang mengikuti garis tubuh (pohon cemara),
skuama sedikit tidak berlapis-lapis dan didahului oleh herald patch.
e. Mikosis Fungoides
Pada Mikosis Fungoides gambaran plak identik dengan psoriasis dan
hanya bisa dibedakan dengan biopsi. Plak pada miksosis fungoides pada
umumnya asimetris dan tebalnya bervariasi dengan sedikit atau tidak ada
skuama.
f. Dermatitis Atopi
16
Distribusi biasanya tidak ada pada permukaan ekstensor siku dan lutut,
biasanya disertai eksudasi dengan skuama keabu-abuan disertai gatal berat.
1.8. Penatalaksanaan
Oleh karena penyebab pasti belum jelas, maka diberikan pengobatan simtomatis
sambil berusaha mencari / mengeliminasi faktor pencetus :
a. Topikal
1) Preparat ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya
adalah anti radang. Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
a) Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal
atau takhifilaksis oleh karena pemakaian pada lesi luas.
b) Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid
topikal kurang bijaksana.
c) Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat
penyakit sistemik.
Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni yang berasal dari :
a) Fosil, misalnya iktiol.
b) Kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski.
c) Batubara, misalnya liantral dan likuor karbonis detergens.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter
batubara lebih efektif dari pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan
memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada psoriasis yang menahun
lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara, sebaliknya psoriasis
akut dipilih ter dari kayu. Preparat ter digunakan dengan konsentrasi 2-
5 %. Untuk mempercepat, ter dapat dikombinasi dengan asam salisilat
2-10 % dan sulfur presipitatum 3 - 5 %.
2) Kortikosteroid
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara,
yaitu:
17
a) Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
b) Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi
seluler.
c) Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit
memegang peranan dan steroid topikal dapat menurunkan
inflamasi.
Fluorinate, triamcinolone 0,1 % dan flucinolone topikal efektif untuk
kebanyakan kasus psoriasis pada anak. Preparat hidrokortison 1%-
2,5% harus digunakan pada fase akut dan sebagai pengobatan
maintenance. Kortikosteoid tersedia dalam bentuk gel, lotion, solution
dan krim, serta ointment dimana pada pemakaian jangka panjang
dapat terjadi efek samping. Efek samping berupa atrofi, erupsi
akneiformis, striae, telangiektasis di muka, dapat terjadi pada
pemakaian topikal potensi kuat, terutama bila digunakan under
occlusion. Kadang-kadang pada pemakaian jangka panjang dapat
terjadi hypothalamic pituitary adrenal axis (HPA) sehingga dianjurkan
pemeriksaaan level serum kortisol.
3) Ditranol (antralin)
Antralin mempunyai efek sitostatik, sebab dapat mengikat asam
nukleat, menghambat sintesis DNA dan menggabungkan uridin ke
dalam RNA nukleus.6,8 Obat ini dikatakan efektif pada Psoriasis
Gutata.2,8 Kekurangannya adalah mewarnai kulit dan pakaian.2,6,7,8
Konsentrasi yang digunakan biasanya 02-0,8 persen dalam pasta,
salep, atau krim.1,2 Lama pemakaian hanya ¼ – ½ jam sehari sekali
untuk mencegah iritasi penyembuhan dalam 3 minggu.
4) Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vit D yang bekerja dengan menghambat
proliferasi sel dan diferensiasi sel terminal, meningkatkan diferensiasi
terminal keratinosit, dan menghambat proliferasi keratinosit.2,6,8
Preparatnya berupa salep atau krim 50 mg/g.2 Efek sampingnya berupa
iritasi, yakni rasa terbakar dan tersengat, dapat pula telihat eritema dan
18
skuamasi.Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari obat
dihentikan.
5) Tazarofen
Merupakan molekul retinoid asetilinik topikal, efeknya menghambat
proliferasi dan normalisasi petanda differensiasi keratinosit dan
menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi
kulit. Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 %
dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang
dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi.
Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, dan eritema
pada 30 % kasus, juga bersifat fotosensitif.
6) Emolen
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh
(selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan salep
dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai
emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi
emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.
b. Sistemik
1) Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, dan diindikasikan pada
Psoriasis Eritroderma, Psoriasis Artritis, dan Psoriasis Pustulosa Tipe
Zumbusch. Dimulai dengan prednison dosis rendah 30-60 mg (1-2
mg/kgBB/hari), atau steroid lain dengan dosis ekivalen. Setelah
membaik, dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan
kekambuhan dan dapat terjadi Psoriasis Pustulosa Generalisata.
2) Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan ialah metotreksat (MTX).
Indikasinya ialah untuk psoriasis, Psoriasis Pustulosa, Psoriasis
Artritis dengan lesi kulit, dan Psoriasis Eritroderma yang sukar
19
terkontrol dengan obat. Dosis 2,5-5 mg/hari selama 14 hari dengan
istirahat yang cukup. Dapat dicoba dengan dosis tunggal 25
mg/minggu dan 50 mg tiap minggu berikutnya. Dapat pula diberikan
intramuskular 25 mg/minggu, dan 50 mg pada tiap minggu
berikutnya.
Kerja metotreksat adalah menghambat sintesis DNA dengan cara
menghambat dihidrofolat reduktase dan dengan demikian
menghasilkan kerja antimitotik pada epidermis. Penyelidikan in vitro
akhir-akhir ini, metotreksat 10-100 kali lebih efektif dalam
menghambat proliferasi sel-sel limfoid.
Kontraindikasinya ialah kelainan hepar, ginjal, sistem hematopoietik,
kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus
peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek samping metotreksat
berupa nyeri kepala, alopesia, kerusakan kromosom, aktivasi
tuberkulosis, nefrotoksik, juga terhadap saluran cerna, sumsum tulang
belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna berupa nausea, nyeri
lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat terjadi
enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Sumsum tulang berakibat
timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada
hepar dapat terjadi fibrosis portal dan sirosis hepatik.
3) DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan Psoriasis
Pustulosa tipe Barber dengan dosis 2×100 mg/hari.1,2 Efek
sampingnya ialah anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan
agranulositosis.
4) Etretinat (tegison, tigason)
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A digunakan
bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain
mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk Psoriasis Pustular
dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Kerja retinoid
yaitu mengatur pertumbuhan dan diferensiasi terminal keratinosit
yang pada akhirnya dapat menetralkan stadium hiperproliferasi.
20
Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada
lesi psoriasis dan kulit normal. Retinoid juga memberikan efek anti
inflamasi seperti menghambat netrofil. Dosisnya bervariasi : pada
bulan pertama diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan
dosis dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgbb/hari.
Efek sampingnya berupa kulit menipis dan kering, selaput lendir pada
mulut, mata, dan hidung kering, kerontokan rambut, cheilitis, pruritus,
nyeri tulang dan persendian, peninggian lipid darah, gangguan fungsi
hepar (peningkatan enzim hati), hiperostosis, dan teratogenik.
Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah obat
dihentikan.
5) Asitretin (neotigason)
Merupakan metabolit aktif etretinat yang utama. Asitretin sebagai
monoterapi sangat efektif untuk Psoriasis Eritroderma dan
Pustular.2,8,13 Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan
etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2-4 hari,
dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100-120 hari.2,6,8
Dosisnya 0,5 mg/kgbb/hari. Obat ini lebih menjanjikan untuk
penderita anak-anak dan wanita usia produktif.
6) Siklosporin A
Digunakan bila tidak berespon dengan pengobatan konvensional.
Efeknya ialah imunosupresif.2,7,16 Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.6
Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik, gastrointestinal, flu like
symptoms, hipertrikosis, hipertrofi gingiva, serta hipertensi. Hasil
pengobatan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat
terjadi kekambuhan.
7) Eritromisin
Merupakan antibiotik pilihan karena menghambat efek kemotaksis
netrofil dan biasanya pada psoriasis gutata yang rekuren setelah
infeksi streptokokus dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan kultur
tenggorokan.
c. Fototerapi
21
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapt diukur dan jika
berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu, digunakan
sinar ulraviolet artfisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA.
Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi
dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA,
atau bersama-sama dengan preparat ter yang dikenal sebagai pengobatan
cara Goeckerman. PUVA efektif pada 85 % kasus, ketika psoriasis tidak
berespon terhadap terapi yang lain.
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek
sinergik. Diberikan 0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran
ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu, kesembuhan terjadi 2-4 kali
pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan (maintenance)
tiap 2 bulan.
Efek samping overdosis dari fototerapi berupa mual, muntah, pusing dan
sakit kepala. Adapun kanker kulit (karsinoma sel skuamos) yang dianggap
sebagai resiko PUVA masih kontroversial.
22
III. PEMBAHASAN
Pasien datang dengan ibu dan adiknya ke poli kulit dan dengan keluhan
gatal di kedua tangan dan punggung.Keluhan berawal dari gatal kemudian timbul
bercak-bercak kemerahan yang dirasakan sejak 2minggu yang lalu.Awalnya
merasa gatal hanya di tangan kemudian menyebar sampai ke punggung.Keluhan
gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari.Pasien tinggal dalam 1
rumah yang padat.Adik pasien mengalami keluhan serupa. Pasien belum berobat
ke dokter.
Pasien didiagnosis menderita penyakit skabies, dikarenakan terdapat 2 dari 4
tanda kardinal skabies, yaitu pruritus nokturnal dan menyerang sekelompok
orang(adik pasien) sehingga diagnosis klinis dapat ditegakkan.
Status dermatologi menunjukkan terdapat lesi didaerah punggung tangan
kanan-kiri, punggung berupa papul eritema multipel, bentuk bulat berbatas tegas,
penyebaran diskrit, dan erosi. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana
didalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum
korneum yang tipis.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin
(Scabimite) cream 5% yang dioleskan sebelum tidur ke seluruh permukaan kulit
tubuh dari leher sampai kaki sekali dalam seminggudibiarkan minimal 8 jam.
Menurut teori, obat topikal yang paling baik diberikan berupa permetrin 5%
karena obat ini efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah.
Obat sistemik yang diberikan adalah Loratadine tablet 10mg 2x1 setelah makan
sebagai antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian
juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga
pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies
tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup
dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes
scabiei.
23
IV. KESIMPULAN
1. Pasien mempunyai diagnosis skabies
2. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan
produknya.
3. Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
cardinal yaitu pruritus nikturna, menyerang sekelompok orang,
terowongan, menemukan tungau.
24
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 1. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin.
Chosidow O. 2007. Scabies. New England J Med. Vol. 354. Hal. 1718-27.
Handoko, R. P. 2013. Skabies. Dalam: A. Djuanda, A. Kosasih, B. E. Wiryadi,
E. C. Natahusada et al, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima (Hal.
122-125). Jakarta: FK UI.
Orkin Miltoin, Howard L. Maibach. 2008. Scabies And Pedicuosis. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine, 7th. USA:Mcgrawhill.
Siregar, R.S. 2005. Penyakit Kulit Karena Parasit Dan Insecta. Dalam : Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Walton SF, Currie BJ. 2007. Problems In Diagnosing Scabies, A Global Disease
In Human And Animal Ppulations. Clin Microbiol Rev. Hal. 268-79.
Wardhana AH, Manurung J, Iskandar T. 2009. Skabies: Tantangan Penyakit
Zoonosis Masa Kini dan Masa Datang. Balai Penelitian Veteriner.
.
25
PRESENTASI KASUS
PSORIASIS VULGARIS
Pembimbing :
dr.Ismiralda Oke, Sp.KK
Disusun oleh :
Pramasanti Hera K.S
G4A013061
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMANRSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2014
26
HALAMAN PENGESAHAN
PSORIASIS VULGARIS
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin RS Margono Soekarjo Purwokerto.
Disusun Oleh :
Pramasanti Hera K.S
G4A013061
Purwokerto, November 2014
Menyetujui
dr. Ismiralda Oke, Sp.KK