komunikasi pemasaran sosial lpbi nu didalam …
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
KOMUNIKASI PEMASARAN SOSIAL LPBI NU DIDALAM MELAKUKAN
SOSIALISASI UNTUK MERUBAH PERILAKU MASYARAKAT DIDALAM
MENGATASI SAMPAH PLASTIK
Oleh
Nieke Monika Kulsum, S.E., M.Si
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL AGUSTUS 2021
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Komunikasi Pemasaran Sosial LPBI NU didalam
melakukan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat
didalam mengatasi sampah plastik
2. PENELITI:
a. Nama Lengkap : Nieke Monika Kulsum, S.E., M.Si
b. Tempat/tgl lahir : Bandung, 15 Mei 1974
c. NID : 0110110809
d. NIDN : 0315057403
e. Jabatan fungsional : Dosen Tetap
f. Pangkat/Golongan : Lektor/3C
g. Jabatan Struktural : Kepala Lab Multimedia
h. Fakultas/Prodi : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Ilmu Komunikasi
i. Alamat Rumah : Jl. Kutilang IV/Blok M-2 No.5 Sektor 2 Bintaro Jaya
j. Telepon/Fax : 0811- 151595
k. E-mail : [email protected]
3. Jangka waktu penelitian : 5 bulan (lima bulan)
4. Biaya penelitian : Rp. 8.000.000 (Delapan Juta Rupiah)
Jakarta, 16 Agustus 2021
Menyetujui,
Dekan FISIP UNAS Peneliti
Dr. Zulkarnain., M.Si Nieke Monika Kulsum,S.E., M.Si
NIP : 0102026669 NIP : 0110110809
Wakil Rektor Bidang PPMK
Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt
NIP 195507311981032001
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ............................................................................................................ i
Extended Abstract ................................................................................................................ ii
Abstrak ................................................................................................................................. iii
Abstract ……………………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah …. ............................................................................. 12
C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 12
D. Tujuan penelitian …………......................................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pemasaran Sosial .................…..................................................... 14
B. Perubahan Perilaku ...................................................................................... 26
C. Proses Sosialisasi ……………………………………………………….. 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………….......... 38
B. Lokasi Penelitian …………………………………………………….. 38
C. Informan Penelitian .........................………………………… ........ 38
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ……………………………...... 39
E. Uji Keabsahan Data ……………………………………………....... 40
F. Metode Analisis Data ……………………………………………....... 41
G. Keterbatasan Penelitian …………………………………………….. 43
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum .. ………………………………………………...... 44
B. Pembahasan . ………………………………….................................... 47
BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………… 57
Daftar Pustaka
Extended Abstrak
Persoalan sampah plastik telah menjadi isu global, penggunaan produk sampah plastik secara
tidak ramah lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius. Sampah
plastik tidak hanya menimbulkan masalah di perkotaan, namun juga di sungai dan lautan.
Dampak negatif sampah berbahan plastik tidak hanya pada kesehatan manusia dan membunuh
hewan yang dilindungi, tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis. Kota-kota di dunia,
menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 milyar ton setiap tahun. Menurut perkiraan Bank Dunia,
jumlah ini akan bertambah hingga 2,2 milyar ton pada tahun 2025. Hal ini terjadi karena plastik
telah menggantikan bahan-bahan seperti kaca dan logam, namun sebagian besar dalam bentuk
kemasan. Selama 50 tahun produksi dan konsumsi plastik global terus meningkat. Hal ini
tentunya menghasilkan persoalan serius, karena menurut program lingkungan PBB (UNEP),
antara 22 hingga 43 persen plastik yang digunakan di seluruh dunia dibuang ke tempat sampah.
Pencemaran lingkungan terutama yang diakibatkan oleh sampah plastik sudah sangat
memperihatinkan. Data terbaru menyebutkan bahwa status Indonesia saat ini sebagai penghasil
limbah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Indonesia menghasilkan sekitar 130.000
ton sampah plastik setiap hari. Hanya separo yang dibuang dan dikelola di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Sisanya dibakar secara ilegal atau dibuang ke sungai dan laut yang merusak
ekosistem. Ketika sampah mikroplastik berubah menjadi nanoplastik dan kemudian dimakan
ikan dan seterusnya dikonsumsi manusia, limbah plastik telah menjadi ancaman nyata bagi
kesehatan manusia dan lingkungan. Hal ini menandakan bahwa persoalan kelestarian lingkungan
bukanlah persoalan individu, melainkan sudah menjadi persoalan umum. Mengingat semakin
mendesaknya bahaya polusi sampah plastik, Nahdlatul Ulama mendesak pemerintah untuk
melakukan upaya-upaya yang lebih keras untuk menekan dan mengendalikan laju pencemaran
limbah plastik di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menilai persoalan
sampah sudah meresahkan semuan pihak. Bahkan Indonesia masuk dalam peringkat kedua di
dunia sebagai penghasil sampah plastic ke laut setelah China. Berdasarkan data , Indonesia
berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2
juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 jutaton. Berada di urutan ketiga adalah Filipina yang
menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai
55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per tahun. Dari angka tersebut, ternyata
baru sekitar 5% saja yang bisa di daur ulang . Dalam kasus Indonesia, berdasarkan data dari
KLHK terkait hasil temuan dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia
(APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sampah plastik sudah mencapai 10,95 juta lembar
sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik
atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola. Padahal, KLHK menargetkan pengurangan sampah
plastik lebih dari 1,9 juta ton hingga 2019. Masih menurut KLH, saat ini jumlah sampah
Indonesia di 2019 diprediksi akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan
mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Saat ini, komposisi sampah
utamanya 60 persen organic dan untuk plastiknya 14 persen. Ada beberapa jenis sampah plastik
yang paling sulit dikelola, seperti barang sekali pakai, microbeads, pembersih telinga, kemasan
sekali pakai, kantong plastik, polystyrene,flexible plastic, serta alat makan dan minum.
Karenanya diperlukan upaya serius dari produsen untuk menciptakan inovasi-inovasi baru untuk
membuat plastik yang ramah lingkungan atau membuat produk alternatif ramah lingkungan
sebagai pengganti plastik. Tanpa ada upaya serius dari pihak produsen rasanya mustlahil untuk
menyelesaikan kompleksitas problem sampah plastik. Dimana plastik merupakan bahan yang
dapat digunakan untuk banyak fungsi dan dapat diproduksi dengan harga murah. Sayangnya
penggunaan yang masif menimbulkan masalah bagi lingkungan karena prosesnya yang panjang
untuk bisa diurai secara alamiah. Akibatnya, hal ini menjadi problem bagi kelestarian
lingkungan.
Salah satu lembaga non pemerintah yang peduli akan sampah plastik ini adalah organisasi massa
terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama melalui salah satu badan otonominya yaitu
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) dengan
mengagas kegiatan Bank Sampah Nusantara (BSN). Berdasarkan pemaparan di atas maka
penulis tertarik untuk membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut; “Komunikasi
Pemasaran Sosial LPBI NU didalam melakukan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat
didalam menangani sampah plastik”. Adapun fokus pertanyaan penelitian ini adalah sebagai
berikut: “Bagaimana komunikasi pemasaran sosial yang dilakukan oleh LPBI NU didalam
melakukan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat didalam menangani sampah plastik?”.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran informasi tentang: Komunikasi pemasaran
sosial LPBI NU didalam melakukan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat didalam
menangani sampah plastik. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, studi dokumentasi dan studi
pustaka. Dengan kesimpulan akhir adalah Bank Sampah Nusantara LPBNI NU telah
menjalankan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakar didalam mengatasi sampah plastic
dengan menggunakan kaidah-kaidah konsep pemasaran sosial. Hal yang sudah dilakukan selama
ini oleh Direktur Bank Sampah Nusantara dan tim sudah menunjukan hasil yang baik, para
peserta training atau workshop yang diadakan oleh Bank Sampah Nusantara menjadi paham
bagaimana pengelolaan sampah plastic. Bahkan ada yang sudah bisa menggunakan sampah
plastic mereka sebagai tabungan sampah yang tentunya menghasilkan uang dan bisa menaikan
tingkat perekonomian mereka. Untuk itu diharapak kegiatan ini bisa terus di laksanakan secara
simultan oleh Bank Sampah Nusantara LPBI NU.
Kata kunci : komunikasi pemasaran sosial, Bank Sampah Nusantara LPBI NU, sosialisasi,
sampah plastik.
Abstrak
Persoalan sampah plastik telah menjadi isu global, penggunaan produk sampah plastik secara
tidak ramah lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius. Sampah
plastik tidak hanya menimbulkan masalah di perkotaan, namun juga di sungai dan lautan.
Dampak negatif sampah berbahan plastik tidak hanya pada kesehatan manusia dan membunuh
hewan yang dilindungi, tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis. Pencemaran
lingkungan terutama yang diakibatkan oleh sampah plastik sudah sangat memperihatinkan. Data
terbaru menyebutkan bahwa status Indonesia saat ini sebagai penghasil limbah plastik terbesar
kedua di dunia setelah China. Indonesia menghasilkan sekitar 130.000 ton sampah plastik setiap
hari. Hanya setengahnya yang dibuang dan dikelola di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sisanya dibakar secara ilegal atau dibuang ke sungai dan laut yang merusak ekosistem.
Mengingat semakin mendesaknya bahaya polusi sampah plastik, Nahdlatul Ulama (NU)
mendesak pemerintah untuk melakukan upaya-upaya yang lebih keras untuk menekan dan
mengendalikan laju pencemaran limbah plastik di Indonesia. Berdasarkan pemaparan di atas
maka penulis tertarik untuk membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut; “Komunikasi
Pemasaran Sosial LPBI NU didalam melakukan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat
didalam menangani sampah plastik”. Adapun pendekatan penelitian ini adalah kualitatif yang
bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka
dengan menjelajahi data yang relevan melalui buku, website, dokumentasi. Dengan kesimpulan
akhir adalah Bank Sampah Nusantara LPBNI NU telah menjalankan sosialisasi untuk merubah
perilaku masyarakar didalam mengatasi sampah plastic dengan menggunakan kaidah-kaidah
konsep pemasaran sosial. Hal yang sudah dilakukan selama ini oleh Direktur Bank Sampah
Nusantara dan tim sudah menunjukan hasil yang baik, para peserta training atau workshop yang
diadakan oleh Bank Sampah Nusantara menjadi paham bagaimana pengelolaan sampah plastic.
Bahkan ada yang sudah bisa menggunakan sampah plastic mereka sebagai tabungan sampah
yang tentunya menghasilkan uang dan bisa menaikan tingkat perekonomian mereka. Untuk itu
diharapak kegiatan ini bisa terus di laksanakan secara simultan oleh Bank Sampah Nusantara
LPBI NU.
Kata kunci : komunikasi pemasaran sosial, Bank Sampah Nusantara LPBI NU, sosialisasi,
sampah plastik.
Abstract
The problem of plastic waste has become a global issue, the use of plastic waste products that are
not environmentally friendly causes various serious environmental problems. Plastic waste not
only causes problems in cities, but also in rivers and oceans. The negative impact of plastic waste
is not only on human health and killing protected animals, but also systematically damages the
environment. Environmental pollution, especially that caused by plastic waste is very worrying.
The latest data states that Indonesia's current status as the second largest producer of plastic
waste in the world after China. Indonesia produces around 130,000 tons of plastic waste every
day. Only half of it is disposed of and managed in Final Disposal Sites (TPA). The rest is burned
illegally or dumped into rivers and seas that damage the ecosystem. Given the increasing
urgency of the danger of plastic waste pollution, Nahdlatul Ulama (NU) urges the government to
make tougher efforts to suppress and control the rate of plastic waste pollution in Indonesia.
Based on the explanation above, the writer is interested in formulating the research problem as
follows; "LPBI NU Social Marketing Communication in conducting socialization to change
people's behavior in dealing with plastic waste". The approach of this research is descriptive
qualitative. Data collection techniques used are interviews, literature study by exploring relevant
data through books, websites, documentation. With the final conclusion, the Nusantara Waste
Bank LPBNI NU has carried out socialization to change the behavior of the community in
dealing with plastic waste by using the principles of social marketing concepts. The things that
have been done so far by the Director of the Nusantara Waste Bank and the team have shown
good results, the participants of the training or workshop held by the Nusantara Garbage Bank
understand how to manage plastic waste. Some have even been able to use their plastic waste as
waste savings which of course generates money and can increase their economic level. For this
reason, it is hoped that this activity can continue to be carried out simultaneously by the
Nusantara Waste Bank LPBI NU.
Keywords: social marketing communication, Nusantara Trash Bank LPBI NU, socialization,
plastic waste.
BAB I
Komunikasi Pemasaran Sosial LPBI NU didalam melakukan sosialisasi untuk merubah
perilaku masyarakat didalam mengatasi sampah plastik
A. Latar Belakang Masalah
Persoalan sampah plastik telah menjadi isu global, penggunaan produk sampah plastik
secara tidak ramah lingkungan menyebabkan berbagai masalah lingkungan hidup yang serius.
Sampah plastik tidak hanya menimbulkan masalah di perkotaan, namun juga di sungai dan
lautan. Dampak negatif sampah berbahan plastik tidak hanya pada kesehatan manusia dan
membunuh hewan yang dilindungi, tetapi juga merusak lingkungan secara sistematis.1
Kota-kota di dunia, menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 milyar ton setiap tahun.
Menurut perkiraan Bank Dunia, jumlah ini akan bertambah hingga 2,2 milyar ton pada tahun
2025.2 Hal ini terjadi karena plastik telah menggantikan bahan-bahan seperti kaca dan logam,
namun sebagian besar dalam bentuk kemasan. Selama 50 tahun produksi dan konsumsi plastik
global terus meningkat. Hal ini tentunya menghasilkan persoalan serius, karena menurut program
lingkungan PBB (UNEP), antara 22 hingga 43 persen plastik yang digunakan di seluruh dunia
dibuang ke tempat sampah.3
Pencemaran lingkungan terutama yang diakibatkan oleh sampah plastik sudah sangat
memperihatinkan. Data terbaru menyebutkan bahwa status Indonesia saat ini sebagai penghasil
limbah plastik terbesar kedua di dunia setelah China. Indonesia menghasilkan sekitar 130.000
ton sampah plastik setiap hari. Hanya separo yang dibuang dan dikelola di Tempat Pembuangan
1 https://lingkunganhidup.co/sampah-plastik-indonesia-dunia/ 2 https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53522290 3 Ilyasa, Raden Muhammad Arvy (2020). Analisis Pertanggungjawaban Negara Yang Menimbulkan Dampak
Kerugian Dalam Kasus Pembuangan Sampah Plastik di Samudra Pasifik Dalam Perspektif Hukum Internasional. Jurnal Padjadjaran Law Review . Volume 8, Nomor 1, 2020. P-ISSN : 2407-6546 E-ISSN : 2685-2357
Akhir (TPA). Sisanya dibakar secara ilegal atau dibuang ke sungai dan laut yang merusak
ekosistem.4
Ketika sampah mikroplastik berubah menjadi nanoplastik dan kemudian dimakan ikan
dan seterusnya dikonsumsi manusia, limbah plastik telah menjadi ancaman nyata bagi kesehatan
manusia dan lingkungan. Hal ini menandakan bahwa persoalan kelestarian lingkungan bukanlah
persoalan individu, melainkan sudah menjadi persoalan umum. Mengingat semakin
mendesaknya bahaya polusi sampah plastik, Nahdlatul Ulama (NU) mendesak pemerintah untuk
melakukan upaya-upaya yang lebih keras untuk menekan dan mengendalikan laju pencemaran
limbah plastik di Indonesia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah
sudah meresahkan semuan pihak. Bahkan Indonesia masuk dalam peringkat kedua di dunia
sebagai penghasil sampah plastic ke laut setelah China. Berdasarkan data Jambeck (2015),
Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai
sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 jutaton. Berada di urutan ketiga adalah
Filipina yang menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang
mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per tahun. Dari angka
tersebut, ternyata baru sekitar 5% saja yang bisa di daur ulang5.
Dalam kasus Indonesia, berdasarkan data dari KLHK terkait hasil temuan dari 100 toko
atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja,
sampah plastik sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata
setara dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola.
Padahal, KLHK menargetkan pengurangan sampah plastik lebih dari 1,9 juta ton hingga 2019 .
Masih menurut KLH, saat ini jumlah sampah Indonesia di 2019 diprediksi akan mencapai
68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari
total sampah yang ada. Saat ini, komposisi sampah utamanya 60 persen organic dan untuk
plastiknya 14 persen. Ada beberapa jenis sampah plastik yang paling sulit dikelola, seperti
barang sekali pakai, microbeads, pembersih telinga, kemasan sekali pakai, kantong plastik,
4 Purwaningrum, Pramiati (2016). Upaya Mengurangi Timbunan Sampah Plastik di Lingkungan. Indonesian Journal
of Urban and Environment Technology. Vol 8, No 2 (2016) . Open Journal System. Universitas Trisakti, Jakarta 5
polystyrene (styrofoam), flexible plastik (sachet dan pouch), serta alat makan dan minum
(sedotan, cup, piring, sendok, garpu).6
Sampah berbahan plastik adalah salah satu sumber pencemaran lingkungan hidup. Plastik
jika dibuang ke tanah, plastik mengganggu kesuburan tanah dan mencemari tanah. Plastik juga
akan berinteraksi dengan air, kemudian membentuk bahan kimia berbahaya. Ketika bahan kimia
itu meresap ke bawah tanah, akan menurunkan kualitas air. Didarat sudah banyak binatang yang
mati karena menelan plastik. Limbah plastik tidak hanya merusak tanah, tapi juga telah merusak
air sungai. Sampah plastik yang masuk ke dalam aliran sungai tidak terurai sebagaimana limbah
organik. Sebagai gambaran sederhana, daun yang membusuk akan terurai menjadi komponen
organik penyusunnya yaitu karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), dan lain-lain yang tak
membahayakan lingkungan. Beda dengan plastik, berasal dari polimer sintetik, plastik
membutuhkan minimal 40 tahun untuk hancur. Hancur belum tentu terurai. Manusia juga
memproduksi plastik dengan mengguakan bahan-bahan kimia beracun.
Sehingga penggunaan wadah makanan dan minuman berbahan plastic terkait dengan
sejumlah kesehatan manusia. Pencemaran plastik juga banyak terjadi pada air sungai. Hasil riset
yang dilakukan ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation) dan dipublish
pada tanggal 28 Maret 2019, menyimpulkan bahwa air Kali Surabaya yang menjadi bahan baku
PDAM Surabaya sudah tercemar mikroplastik. Pun ikannya, 73% ikan dari kali tersebut
mengandung mikroplastik. Sejumlah 103 sampel ikan yang diambil dari Kali Surabaya, 73%
mengandung mikroplastik dalam perutnya. Jumlah ikan yang mengandung mikroplastik tertinggi
pada kelompok ikan herbivora (67%-87%), disusul kelompok ikan omnivora (67%-8%), dan
kandungan terendah pada kelompok karnivora (33%-38%).7
Selain mikroplastik, dalam perut ikan yang dibedah dalam penelitian tersebut berisi
material plastik berupa tali rafia dan bungkus makanan. Plastik-plastik tersebut termakan oleh
ikan dan tidak tercerna sehingga tetap utuh di dalam perut ikan. Dalam jumlah tertentu,
menyebabkan
6 https://indonesiaimaji.com/warga-nu-dan-masalah-sampah-plastik/ 7 https://www.mongabay.co.id/2020/07/28/ecoton-pencemaran-sungai-surabaya-meningkat-selama-pandemi/
kematian pada ikan . Pencemaran lingkungan oleh plastik, tidak hanya terjadi di sungai tapi juga
lautan. Sekitar 10-20 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahunnya. Sebuah studi
menyebutkan sekitar 5 triltyun partikel plastic dengan berat total 268. 940 ton saat ini
mengambang di lautan.8
Untuk itu tidak heran, jika baru-baru ini Paus sperma (Physeter macrocephalus)
ditemukan mati akibat menelan puluhan kilo sampah plastik. Bangkainya ditemukan terdampar
pada 3/4/2019 di satu pantai di Porto Cervo, tujuan wisata populer di Sardinia, Italia. Mirisnya,
ketika ahli melakukan pembedahan tubuh paus, mamalia laut ini diketahui sedang mengandung.
Di dalam perut paus pun ditemukan 22 kilogram plastik. Luca Bittau, presiden SEAME sebuah
organisasi nirlaba yang bertujuan untuk melindungi cetacea (ordo paus) di Mediterania
mengatakan bahwa isi perut mamalia itu terdiri dari kantong plastik, jala dan tali pancing, serta
benda lain yang tidak bisa terurai .
Akhir-akhir ini, kasus paus yang mati akibat menelan puluhan kilo bahkan ton sampah
plastik, menjadi sering dijumpai di beberapa wilayah atau negara. Sebelumnya ikan Paus
ditemukan mati dengan perut penuh sampah plastik di Filipina. Mirisnya, jumlah plastik yang
ditemukan lebih banyak yaitu 40 kg. The Guardian melansir berita, Selasa (19/3/2019), ahli
biologi kelautan dan sukarelawan dari D’Bone Collector Museum di Davao City, Filipina
terkejut menemukan penyebab kematian brutal paus itu. Paus tersebut terdampar di pantai pada
tanggal 15/3/2019.9
Beberapa bulan sebelumnya, seekor ikan paus juga ditemukan mati di Wakatobi.
Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (19/11/2018). Pihak berwenang belum dapat memastikan
penyebab kematian paus jenis Sperm wale yang terdampar di perairan Wakatobi tersebut. Dalam
perut paus sepanjang 9,6 meter itu ditemukan sampah plastik yang jumlah cukup besar yakni
sekitar 5,9 kg. Aktivis dari Yayasan Lestari Alam Wakatobi, Saleh Hanan memperkirakan
penyebab kematian paus itu karena sampah plastik. Sebab, sampah plastik tak bisa dicerna oleh
perut paus .
8 file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/Fiqih%20Penanggulangan%20Sampah%20Plastik%20-%20[PDF].pdf
9 https://news.detik.com/foto-news/d-4473901/kebangetan-ini-penampakan-40-kg-plastik-dalam-perut-paus-di-filipina
Tidak ada data akurat tentang jumlah sampah plastik di lautan Indonesia, namun
diperkirakan sekitar 46 ribu sampah plastik mengapung di setiap mil persegi samudera kita.
Bahkan di Samudera Pasific, kedalaman sampah plastik mencamai 100 meter dari permukaan
laut. Pencemaran laut Indonesia 75 persen masuk kategori sangat tercemar, 20 persen sedang,
dan hanya 5 persen kategori ringan . Keberadaan sampah plastik masih menjadi momok bagi
pemerintah dan rakyat Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
bahkan menyebutkan bahwa jumlah sampah plastik di Indonesia telah mencapai level
mengkhawatirkan. Sejak 2002 hingga 2016 terjadi peningkatan jumlah sampah plastik sebesar 5
persen.
Ada beberapa faktor yang kemudian memunculkan adanya peningkatan jumlah sampah
plastik tersebut. Faktor pertama adalah berkaitan dengan perubahan gaya hidup. Saat ini
masyarakat ingin segala hal yang simpel dan tak ribet.10
Penggunaan segala jenis kemasan
plastik oleh banyak produsen pun mendukung meningkatnya penggunaan plastik. Hal ini karena
keunggulan plastik, dimana plastik merupakan produk serba guna, ringan, fleksibel, tahan
kelembaban, kuat, dan relatif murah. Selain penggunaan plastik, membuang sampah
sembarangan atau limbah di tempat yang tidak semestinya juga masih banyak dilakukan
masyarakat. Perairan laut bisa tercemar karena ulah tindakan manusia membuang sampah ke
sungai yang kemudiaan terbawa arus sungai ke laut.
Tanpa kesadaran untuk mengurangi sampah plastik akan menjadi bencana bagi manusia.
Sebab unsur plastic ada yang dalam bentuk mikro dan nanoplastik, karena ukurannya sangat
kecil, maka bisa dengan mudah dimakan oleh biota laut dari yang berukuran sangat kecil seperti
plankton hingga besar. Plankton ini dimakan ikan kecil, dan ikan kecil dimakan oleh ikan besar,
dimana ikan besar ini dimakan oleh manusia. Jadi, manusia juga sangat rentan. Saat mikroplastik
masuk ke dalam tubuh manusia, maka bahan pencemar akan bekerja untuk mengusir plastik dan
tubuh pada akhirnya akan menjadi penuh dengan polusi .
Untuk itu, pengendalian sampah plastik yang paling sederhana dan efektif adalah dengan
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri sendiri untuk tidak merusak lingkungan dengan
membuang sampah plastik tidak pada tempatnya dan menggugah kesadaran untuk mengurangi
10 https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/26/135610326/sampah-plastik-di-indonesia-jadi-perhatian-presiden-bank-dunia?page=all
penggunaan plastik karena berbahaya bagi lingkungan hidup. Sampah plastik merupakan sampah
yang sangat sulit terurai, bahkan selama puluhan tahun. Untuk itu, kesadaran masyarakat untuk
meminimalisasi penggunaan sampah plastik perlu ditingkatkan.
Jika dikaji secara jujur, persoalan pengelolaan lingkungan di Indonesia masih belum
sesuai harapan. Ada beberapa faktor yang menjadi kendala yaitu, pertama Kelembagaan
lingkungan, mulai dari tingkat pemerintah pusat, provinsi, sampai kabupaten/kota, hingga kini
belum memiliki struktur kewenangan yang kuat. Jadi tidak heran jika lingkungan hidup apalagi
sampah plastik, belum menjadi agenda dan kebijakan utama di negeri ini. Di tingkat
kementerian, institusi lingkungan hidup hanya berbentuk kementerian negara, di provinsi dan
kabupaten/kota hanya sedikit dibentuk lembaga kedinasan dengan nomenklatur dinas atau badan,
tetapi hanya kantor yang tak memiliki otoritas.
Secara politik, kementerian Negara atau kantor jelas tak memiliki bargaining power
dalam proses kebijakan strategis yang mengikat terhadap departemen atau kedinasan. Dengan
kerapuhan struktural ini, kerusakan lingkungan pun berlangsung dalam deret ukur. Padahal,
kemampuan untuk mengatasi kerusakan itu berjalan dalam deret hitung. Ini berarti proses
desentralisasi dan demokratisasi kebijakan lingkungan di daerah dan keberlanjutan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi taruhan hidup-mati.
Kedua, regulasi yang ditetapkan terkait penanggulangan sampah platik, masih sebatas
pemakaian plastik berbayar, dan itupun bagi retailer modern. Belum ada kebijakan yang
memaksa warung-warung dan pasar-pasar tradisional. Selain itu, harusnya pemerintah juga bisa
memaksa secara radikal kepada produsen untuk menyediakan plastik yang mudah terurai
sehingga bisa mengurangi bahaya yanag ditimbulkan oleh kantong plastik. Regulasi pengelolaan
sampah plastik yang efektif sangat dibutuhkan, sebagai acuan bagi masyarakat dalam
meminimalisir limbah plastik.
Ketiga, pengawasan terhadap implementasi kebijakan terkait lingkungan masih lemah.
Eksploitasi sumberdaya alam yang dilakukan banyak pihak, namun tidak ada tindakan
penegakan hukum, padahal sumber daya alam dan lingkungan merupakan aset yang tak
terperikan bagi suatu bangsa. Untuk itu fungsi pemerintah tidak hanya penyusunan kebijakan
tapi penegakan hukum yang tegas sangat diperlukan. Dengan adanya sangsi yang tegas,
diharapkan bisa mencegah dan meminimalkan perusakan lingkungan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggung jawab.
Selain itu, penyebab utama pencemaran yang diakibatkan sampah plastik adalah
banyaknya produsen-produsen penghasil kemasan berbahan plastik yang masih belum sadar
terhadap bahaya dan kerugian yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Upaya produsen dan
masyarakat untuk mengurangi dan memiliki peran penting dalam penyelesaian masalah sampah
plastik. Namun, bila hanya mengandalkan masyarakat, program pemerintah untuk mengurangi
dan menekan sampah akan sulit tercapai maksimal. Oleh karena itu, produsen wajib pula
bertanggung jawab atas sampah produk yang dihasilkannya.
Saat ini dunia media dibuat kaget terkait penemuan sampah bungkus mi instan yang
berusia 19 tahun. Foto penemuan tersebut ramai di Twitter, usia sampah teridentifikasi
berdasarkan tulisan ‘Dirgahayu 55 Tahun Indonesiaku’. Penemuan bungkus Indomie
mengirimkan pesan bahwa Indonesia belum memikirkan pengurangan hingga pola pengelolaan
sampah dengan baik.11
Saat ini, berbagai gerakan masif memang telah dilakukan masyarakat peduli lingkungan
lewat berbagai kampanye. Mulai dari diet kantong plastik, penggunaan botol minum untuk
mengurangi sampah air minum kemasan, hingga pengurangan penggunaan sedotan plastik.
Gerakan masyarakat sangat baik dan penting. Namun, tanpa peran produsen itu tidak cukup
untuk mewujudkan target pengurangan sampah pemerintah pada 2025. Sebagaimana telah
disebutkan, Pemerintah menargetkan pengurangan sampah sebanyak 20,9 juta ton tau sebesar
30% dari proyeksi sampah Indonesia pada 2025 sebesar 70,8 ton.
Untuk lebih mendorong efektiftas hal tersebut, dibutuhkan beberapa kebijakan bagi dunia usaha
(produsen pengguna plastik) yaitu, pertama, perlu tanggung jawab dari produsen untuk
mengumpulkan kembali sampah-sampah kemasan yang mereka produksi. Kedua, plastik yang
diproduksi harus dibuat dari bahan yang lebih mudah didaur ulang. Ketiga, pengganti kemasan
plastic dengan non-plastik harus digalakkan. Keempat, dunia usaha harus intentens memberikan
edukasi kepada masyarakat untuk mengurangi pemakaian plastik.
11 https://news.detik.com/berita/d-4501063/cerita-di-balik-viral-penemuan-sampah-plastik-utuh-berusia-19-tahun
Sejak 21 Februari 2016 pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) mencanangkan sistem kantong plastik berbayar dimulai retail-retail modem.
Langkah awal dilakukan uji coba serentak di 22 kota, termasuk Kota Medan. KLHK menetapkan
harga minimal standar Rp200 untuk setiap kantong plastik. Kebijakan ini bertujuan untuk
mengurangi produksi sampah terutama dari bahan plastik. Namun kebijakan ini mendapat respon
pro dan kontra oleh masyarakat. Kalau tujuannya mengurangi produksi sampah plastik, mengapa
dengan cara membebani masyarakat harus membayar ketika berbelanja dipasar modern.
Mengapa pemerintah tidak langsung mengeluarkan kebijakan larangan menggunakan kantong
plastik. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul di tengah-tengah masyarakat.
Kebijakan kantong plastik berbayar bagi konsumen yang berbelanja di retail modern
merupakan hal yang rasional. Alasannya demi menjaga dan mengurangi tingkat kerusakan
lingkungan yang lebih parah. Kebijakan tersebut tentunya harus didukung semua pihak, karena
diharapkan akan menekan penggunaan plastik oleh masyarakat. Namun demikian, harus diakui
nominal Rp200 per pemakaian setiap kantong plastik belum akan memberikan efek jera bagi
konsumen untuk tidak menggunakan bungkus plastik.
Terkait pertanyaan, untuk apa uang Rp200 yang telah terkumpul dari program plastik
berbayar. Uang dari pembelian kantong plastik itu, akan dikembalikan ke rakyat melalui kegiatan
pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Adapun pihak pasar retail hanya sebagai
pengumpul saja. Pemerintah DKI Jakarta. Melalui Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah, toko-toko diwajibkan menyediakan kantong plastik ramah
lingkungan. Pemprov DKI memang tak bisa melarang pemakaian kantong plastik. Namun ada
Perda yang mengatur pemakaian kantong plastik ramah lingkungan. Jadi secara tidak langsung
memaksa untuk menggunakan plastik ramah lingkungan.12
Bahkan Pemprov DKI menetapkan
sanksi bagi toko-toko modern yang tidak menyediakan kantong plastik ramah lingkungan,
dikenakan denda Rp 5 sampai Rp 25 juta. Namun demikian, karena pelaksanaan aturan ini tidak
melalui proses sosialisasi, sebagaian warga masih bingung. Bahkan akan berimbas kepada pasar
modern yang bukan tidak mungkin mendapat protes dari konsumen karena dikenakan biaya
tambahan untuk membayar kantong plastik. Karena selama ini pemberian kantong plastik gratis
kepada konsumen merupakan bentuk pelayanan yang diberikan pengelola retail.
12 https://www.beritasatu.com/archive/164831/penanganan-dampak-plastik-tak-sebanding-tingginya-permintaan
Untuk itu, hal lain yang patut dipikirkan pemerintah adalah bukan hanya sebatas
pemberlakukan kantong plastik berbayar sebagai upaya mengurangi limbah berbahan plastik,
tapi harus ada sosialisasi dan pengawasan lebih ketat serta inovasi untuk menekan produksi
sampah plastik. Bahkan bagi pemakai kantong plastik diwajibkan untuk mempertanggung-
jawabkan pemakaiannya. Tidak boleh dibuang sembarangan. Karena Rp.200 bukan angka yang
terlalu dan tidak sebanding dengan limbah yang dihasilkan. Artinya pemerintah harus memiliki
kebijakan yang lebih tegas lagi terhadap penggunaan berbahan plastik. Sehingga bukan hanya
sebatas mengurangi, tetapi menghentikan pemakaian kantong berbahan plastik yang tidak ramah
lingkungan, diganti dengan kantong dari kertas.
Presiden Jokowi sebenarnya telah mengeluarkan Perpres nomor 18 tahun 2017 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Rumah Tangga. Perpres tersebut memang tidak spesifik mengatur sampah plastik, namun
diharapkan melalui peraturan di bawahnya dapat diatur kebijakan tentang pengurangan sampah
plastik secara lebih rinci.
Pemerintah Indonesia sudah membuat rencana aksi nasional (RAN) pengelolaan sampah
laut dan sudah terlaksana sejak 2017. Sementara, untuk mendukung dan memuluskan RAN,
Pemerintah juga menggelontorkan dana sebesar USD1 miliar dan diharapkan bisa berguna untuk
memerangi produksi sampah plastik di laut. Dari situ, diharapkan pada 2025 mendatang produksi
sampah plastik bisa berkurang hingga 70 persen.13
Saat ini, KLHK sedang menyusun dua
rancangan permen terkait pembatasan penggunaan kantong belanja plastik dan peta jalan atau
roadmap untuk para produsen penghasil bungkus atau kemasan plastik. Dengan kata lain, ke dua
Permen akan mengatur kewajiban konsumen dan produsen. Keberadaan sampah plastik tersebut
tak terlepas dari produsen dan konsumen. Produsen dalam hal ini mengemas barang buatannya
menggunakan bungkus plastik, sedangkan konsumen masih kerap menggunakan produk plastik
sekali pakai.
Untuk pedoman bagi pemerintah, meski belum ada permennya, beberapa daerah sudah
menjalankan kebijakan tersebut. Sebut saja Banjarmasin, Balikpapan, dan Padang. Banjarmasin
itu sudah menjadi contoh karena sejak 2016 telah melakukan pelarangan terhadap ritel besar
13 https://maritim.go.id/penanganan-sampah-laut-masih-terus-berlanjut/
yakni supermarket untuk tidak memberikan kantong belanja plastik. Dengan pembatasan itu
jumlah timbunan sampah yang ada berkurang sekitar 20 persen di TPA. Sementara di Balikpapan
telah diterbitkan peraturan wali kota untuk melarang penggunaan kantong belanja plastik,
sedangkan di Padang meski sudah ada peraturan wali kotanya, tetapi masih dalam tahap
sosialisasi ke masyarakatnya.
Sebagai daerah wisata dunia, pemerintahan Provinsi Bali dan Kota Denpasar juga telah
mengeluarkan regulasi terkait sampah plastik. Regulasi tersebut adalah Peraturan Walikota
Denpasar No.36/2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik dan Peraturan
Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbunan Sampah Plastik Sekali Pakai. Isi
Peraturan Gubernur (Pergub) lebih panjang dan bahasanya cukup ambisius. Pergub Pembatasan
Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai ini bertujuan pengurangan limbah plastik sekali pakai dan
mencegah kerusakan lingkungan. Plastik Sekali Pakai (PSP), adalah segala bentuk alat/bahan
yang terbuat dari atau mengandung bahan dasar plastik, lateks sintetis atau polyethylene,
thermoplastik synthetic polymericdan diperuntukkan untuk penggunaan sekali pakai.
Namun hanya tiga jenis PSP yang dilarang dalam Pergub ini yakni kantong plastik,
polysterina (styrofoam), dan sedotan plastik. Aturan ini mewajibkan setiap orang dan lembaga
baik pemasok, distributor, produsen, penjual menyediakan pengganti atau substitusi PSP. Juga
melarang peredaran, distribusi, dan penyediaan PSP baik oleh masyarakat, pelaku usaha, desa
adat, dan lainnya.14
Kemasan plastik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, padahal kemasan plastik
selain memiliki manfaat praktis juga memiliki konsekuensi luar biasa yang tidak diinginkan.
Plastik yang butuh waktu sangat lama untuk terurai. Untuk itu gerakan mengurangi penggunaan
kantong plastik harus terus digalakkan, utamanya di kalangan pelaku usaha yang selama ini
diketahui sebagai penyedia sekaligus produsen sampah plastik. Kita patut bersyukur, sejalan
berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, dalam beberapa tahun terakhir upaya minimalisasi
sampah plastik makin menggema.
Sejak tahun 2010, Danone Ecosysteme dan Danone-Aqua telah mendukung bisnis social
yang ditujukan untuk pengumpulan sampah plastik di Indonesia. Bekerja bersama komunitas
14 https://www.mongabay.co.id/2018/12/29/bali-larang-plastik-sekali-pakai-mulai-2019/
pemulung, Danone dapat mengumpulkan 12 ribu ton sampah plastik untuk didaur ulang, melalui
sampah plastik. Hal tersebut merupakan dukungan inisiatif social untuk mengubah sampah
kemasan menjadi sumber daya bernilai guna, dengan menambah 10 pusat pengumpulan sampah
plastik dan 10 fasilitas untuk komunitas pengelola sampah.
Gerakan meminimalisasi penggunaan plastik juga dilakukan sejumlah ritel modern.
Misalnya Superindo sejak 2015 lalu secara konsisten menerapkan program plastik berbayar.
Selain itu, LotteMart, Carrefour, Hypermart, Giant, Alfamart, Indomart dan Alfamidi juga sejak
2016 telah menerapkan kantong plastik berbayar Rp200. Beberapa perusahaan tersebut masih
menerapkannya hingga kini. Namun demikian beberapa mengganti kebijakan dengan
menyediakan pengganti plastik dengan kardus atau pembelian tas belanja dengan harga
terjangkau, antara lain: Superindo, Carrefour, dan Giant.15
Minimalisasi penggunaan plastik dilakukan perusahaan perabotan rumah tangga, Ikea.
Sejak pertama kali didirikan, Ikea tidak menyediakan kantong plastik cuma-cuma. Proyek “Ikea
Blue Bag” atau tas biru yang dijual seharga Rp 9.900, yang disarankan agar dipakai pelanggan
Ikea setiap berbelanja. Kantong dari bahan daur ulang dan boleh dibawa konsumen tersebut
untuk berbelanja berulang kali
Produsen kebutuhan perkakas dan gaya hidup lainnya, ACE Hardware, juga menawarkan
kantong plastik yang lebih mudah terdekomposisi atau terurai. Ace juga akan mengikuti aturan
pemerintah soal plastik berbayar. ACE tengah mengampanyekan program Serba Bersih mulai
dari lima Januari sampai Sembilan Februari 2016. Program itu merupakan resolusi awal tahun
ACE untuk mengajak pelanggan agar hidup lebih bersih
Sementara itu KFC Indonesia, telah menetapkan lahirnya program bernama
#NoStrawMovement di awal tahun 2017. Gerakan ini bertujuan mengurangi penggunaan sedotan
plastik, terutama di gerai-gerai KFC. Pertimbangannya adalah bahwa sedotan plastik adalah
sampah laut terbesar ke-lima di dunia. Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 93 juta batang
sedotan yang dipakai dan dibuang setiap hari. Selain itu, sedotan plastik adalah sampah yang
tidak diambil pemulung karena nilai jualnya rendah .
15 Opcit
Padahal problem sampah plastik itu juga terkait erat dengan produsen yang menggunakan
plastik yang tidak ramah lingkungan sebagai pengemas produknya. Dengan kata lain, produsen
juga sebenarnya turut berkontribusi dalam menciptakan tumpukan plastik yang tidak ramah
lingkungan. Masyarakat atau konsumen tidak akan membuang sampah plastik kalau produsen
juga tidak mengemas produk mereka dengan plastik. Dari sini kemudian dapat dipahami
produsen juga perlu mendapatkan peringantan bahkan sanksi apabila dalam mengemas produkya
menggunakan plastik yang tidak ramah lingkungan.
Karenanya diperlukan upaya serius dari produsen untuk menciptakan inovasi-inovasi
baru untuk membuat plastik yang ramah lingkungan atau membuat produk alternatif ramah
lingkungan sebagai pengganti plastik. Tanpa ada upaya serius dari pihak produsen rasanya
mustlahil untuk menyelesaikan kompleksitas problem sampah plastik. Dimana plastik
merupakan bahan yang dapat digunakan untuk banyak fungsi dan dapat diproduksi dengan harga
murah. Sayangnya penggunaan yang masif menimbulkan masalah bagi lingkungan karena
prosesnya yang panjang untuk bisa diurai secara alamiah. Akibatnya, hal ini menjadi problem
bagi kelestarian lingkungan.
Salah satu lembaga non pemerintah yang peduli akan sampah plastik ini adalah organisasi
massa terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama melalui salah satu badan otonominya yaitu
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) dengan
mengagas kegiatan Bank Sampah Nusantara (BSN). Untuk itu peneliti tertarik mengangkat tema
ini sebagai penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk membuat rumusan masalah
penelitian sebagai berikut; “Komunikasi Pemasaran Sosial LPBI NU didalam melakukan
sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat didalam menangani sampah plastik”
C. Pertanyaan Penelitian
Adapun fokus pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana komunikasi
pemasaran sosial yang dilakukan oleh LPBI NU didalam melakukan sosialisasi untuk merubah
perilaku masyarakat didalam menangani sampah plastik?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran informasi tentang: Komunikasi
pemasaran sosial LPBI NU didalam melakukan sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat
didalam menangani sampah plastik.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pemasaran Sosial
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep pemasaran sosial, dimana ilmu
pemasaran sosial muncul terutama untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang ada di
masyarakat. Antara lain pendidikan, kesehatan, kebersihan lingkungan, kemiskinan,
pengangguran, lingkungan hidup dan lain-lain. Konsep pemasaran sosial berkaitan dengan cara
atau langkah untuk mengubah perilaku masyarakat menuju ke arah yang lebih baik. Pemasaran
sosial menurut Kotler, adalah sebagai berikut; “Social marketing is a process that applies
marketing principles and techniques to create, communicate, and deliver value in order to
influence target audience behaviors that benefit society (public health, safety, the environment,
and communitie.16
Pada dasarnya, pemasaran sosial atau social marketing merupakan sebuah
strategi yang digunakan oleh suatu kelompok/institusi, khususnya pemerintah, dengan tujuan
untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan dari kelompok sosial tertentu.
Pemasaran sosial biasanya dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial yang ada dalam
masyarakat. Misalnya, LSM Internasional - Green Peace, yang sangat aktif mengampanyekan
gerakan peduli terhadap lingkungan hidup atau LSM-LSM yang ada di Indonesia pada saat ini
yang aktif mengampanyekan isu demokratisasi dan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia
(HAM). Sementara itu, orang yang dijadikan sasaran dari kegiatan pemasaran sosial disebut
sebagai target adopter.
Pemasaran sosial terdiri atas : elemen-elemen pendekatan sosial terbaik untuk perubahan
sosial yang berbentuk kerangka tindakan dan perencanaan yang terintegrasi serta menggunakan
kemajuan teknologi komunikasi dan keahlian pemasaran. Kerangka tindakan umumnya berupa
konsep dan perencanaan. Pemasaran atau Marketing adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
konsepsi, penetapan harga promosi dan distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan
pertukaran untuk memuaskan tujuan organisasi dan individu.
16 Nanda, Ajit Kumar (2016). Social Marketing: A Literature Review. International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064 Index Copernicus Value (2013): 6.14 | Impact Factor (2013): 4.438
Definisi ini berbeda dengan definisi sebelumnya yang tidak menyertakan unsur ide di
dalamnya. Sebelum waktu itu, pengertian marketing adalah kegiatan pemasaran yang bertujuan
menjual produk saja. Perubahan ini menandai tonggak perubahan dalam evolusi marketing yang
mencerminkan penekanan dalam penyebaran dan pertukaran ide. Dengan kata lain, social
marketing adalah suatu kegiatan yang bisa menganut asas-asas marketing pada umumnya.
Istilah pemasaran sosial sendiri pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1971 untuk
menguraikan penggunaan prinsip dan teknik pemasaran dalam menjelaskan suatu penyebab
gejala sosial, ide, atau kebiasaan. Sejak saat itu, istilah ini menjadi pengertian dalam teknologi
manajemen perubahan sosial yang meliputi desain, implementasi, dan kontrol program yang
diarahkan untuk meningkatkan akseptabilitas terhadap ide atau praktik sosial dalam satu atau
lebih kelompok target adopter.
Pemasaran sosial menggunakan segmentasi pasar, riset konsumen, pengembangan dan tes
produk, komunikasi terarah, fasilitas, insentif, dan teori pertukaran untuk memaksimalkan
respons dari target adopter. Contohnya adalah kampanye mengenai “wajib belajar” yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa Indonesia. Target adopternya terdiri atas
dua kelompok, yakni kelompok orang tua dan kelompok anak-anak usia
Terdapat 3 unsur utama yang mendukung pemasaran sosial, yaitu :17
1. Produk Sosial: Ide/gagasan dan Praktik
Perubahan dari sebuah ide atau kebiasaan yang kurang baik menjadi lebih baik atau
adopsi ide dan kebiasaan-kebiasaan baru adalah tujuan dari pemasaran sosial (social
marketing).Bentuk pertama produk sosial dapat berupa Ide dan kebiasaan. Produk sosial berupa
ide bisa berbentuk belief (kepercayaan), attitude (sikap), atau value (nilai).
Kepercayaan adalah sebuah persepsi yang didasarkan kepada fakta dan umumnya tanpa
evaluasi. Misalnya, “merokok dapat merusak kesehatan”, sedangkan sikap adalah evaluasi atau
penilaian baik buruk tentang orang, objek, ide, atau kejadian dari seseorang. Ide sosial bisa pula
berbentuk sebuah nilai (value) yang diartikan sebagai keseluruhan gagasan mengenai apa yang
benar dan apa yang tidak. Misalnya, poster dan spanduk-spanduk yang dipajang di markas, barak
17 otler, P, Roberto, N & Lee, N 2002, Social Marketing: Improving the Quality of Life. 2nd edn, Sage Publications.
atau kantor TNI AD serta di jalan raya yang berbunyi “Ternyata Damai itu Indah” Maksudnya
adalah agar masyarakat tidak bertengkar yang berujung pada kerusuhan.
Bentuk kedua produk sosial berupa praktik sosial. Praktik sosial ini bisa berupa sebuah
tindakan yang terlihat pada pelaksanaan vaksinasi atau pengambilan suara pada pemilihan
umum. Bisa juga berupa penetapan perubahan sebuah pola tingkah laku, seperti upaya
penghentian kebiasaan merokok atau penggunaan suatu jenis kontrasepsi dalam program
keluarga berencana.
Bentuk ketiga produk sosial merupakan objek terukur (tangible object) yang berbentuk
fisik, seperti pil kontrasepsi yang dimaksudkan untuk menekan angka kelahiran bayi atau seperti
sabuk keselamatan dengan tujuan untuk meningkatkan disiplin pengemudi di jalan raya serta
dalam rangka mengikuti standar internasional.
Objek terukur tersebut mengacu pada produk-produk (benda) yang secara fisik menyertai
kampanye. Khususnya untuk penggunaan sabuk keselamatan bagi pengendara mobil dan
penumpang yang ada di depan sangat terkait dengan ada atau tidaknya serta berfungsi atau
tidaknya sabuk keselamatan.
Meski demikian, tidak ada pendapat yang menyebutkan pembedaan dalam penekanan
pada salah satu bentuk, baik ide maupun praktik sosial secara teoretis. Aspek-aspek mana yang
akan ditonjolkan adalah tergantung dari tujuan, sifat, dan karakter dari pemasaran sosial tersebut.
Umumnya para pelaku pemasaran sosial mempromosikan ide sama baiknya dengan
praktik sosial karena tujuan akhir mereka adalah mengubah kebiasaan dari yang selama ini
dilakukan menjadi suatu perilaku yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Misalnya, ketika
presiden Soeharto memopulerkan untuk mengonsumsi makanan secara lebih variatif dan bukan
hanya padi maka pemasaran ide ini kemudian diikuti oleh perilaku pejabat yang mulai
menggemari makanan kentang dan roti.
2.Target Adopter (Audience)
Target adopter atau sasaran dalam pemasaran sosial terdiri dari satu atau lebih kelompok
yang dapat dibagi berdasarkan usia, status sosial, letak geografis. Sama halnya dengan target
market dalam pemasaran komersial, ketidakakuratan dalam mendefinisikan target adopter akan
mengurangi tingkat keberhasilan dari aktivitas pemasaran yang kita lakukan.18
Oleh karena masing-masing kelompok tersebut memiliki perangkat kepercayaan, sikap
dan nilai yang tidak sama. Oleh karena itu, perlu diperhatikan perbedaan karakter dari target
adopter sebagai berikut (Kotler, 1989: 26–28).19
Keberhasilan program Keluarga Berencana dikarenakan pemerintah selaku aktor dalam
kegiatan pemasaran sosial berhasil mendekati dan meyakinkan kelompok yang berpengaruh
dalam masyarakat, ulama, pemuka adat dan pemimpin informal lainnya.
Adapun kelompok-kelompok berpengaruh ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Kelompok Pemberi Izin, seperti badan-badan pengatur di mana izin atau peraturan mungkin
dibutuhkan dalam memulai penyebaran program.
Kelompok Pendukung, seperti dokter atau staf medis lainnya yang mendukung atau
berpartisipasi dalam pelaksanaan program. Dalam pemasaran program keluarga berencana
dukungan dari dokter sangatlah penting. Oleh karena cukup banyaknya pro dan kontra di
kalangan masyarakat termasuk dari pihak medis (dokter) maka KB dengan vasektomi dan
tubektomi tidak bisa berkembang di Indonesia saat ini. Dengan kata lain, program ini tidak
berhasil karena tidak didukung oleh kelompok pendukung.
Kelompok Oposisi. Contoh klasik yang sering ditampilkan adalah para ulama yang menentang
Keluarga Berencana pada awal disosialisasikan (tahun 1970-an). Upaya yang paling tepat untuk
menaklukkan kelompok ini adalah dengan memberikan keyakinan yang masuk akal bahwa
program yang dilaksanakan adalah benar dan tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Kelompok Evaluasi, seperti komite legislatif yang memberikan evaluasi yang dapat menilai
apakah program tersebut menguntungkan atau merugikan.
Contohnya program pemerintah Kanada untuk mengurangi konsumsi rokok, seperti disinggung
di atas akan berjalan sangat efektif karena didukung oleh parlemen.
18 Adnan, Ricardi S (2016). Pemasaran Sosial : Suatu Pengantar. Modul UT. Jakarta, Indonesia 19 Opcit
3. Teknologi Manajemen Perubahan Sosial
Sebuah teknologi manajemen perubahan sosial haruslah dapat menjawab pertanyaan
berikut secara efektif. Apa ide dan praktik sosial yang cocok dan apa yang dicari kelompok
sasaran (target adopter)? Bagaimana membuatnya cocok? Bagaimana membawanya kepada
target sasaran? Bagaimana menjaga atau mengubahnya untuk mempertahankannya dari kematian
yang prematur? Dari pertanyaan tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk
menjawabnya, yaitu mendefinisikan, mendesain, mengirimkan, dan mempertahankan produk
yang cocok dengan apa yang dicari oleh kelompok sasaran (Kotler, 1989: 28–36).20
a. Mendefinisikan produk yang cocok
Hal pertama yang dibutuhkan dalam menyukseskan pemasaran sosial adalah menciptakan
produk sosial baru untuk memenuhi keinginan target sasaran atau produk yang lebih baik dari
yang sudah ada. Tentu saja hal ini membutuhkan penjelasan tentang apa yang dibutuhkan dan
bagaimana memenuhinya, dengan kata lain harus dibuat apa yang disebut konsep pemasaran (the
marketing concept).
Konsep pemasaran ini memegang kunci menuju keberhasilan tujuan organisasional yang
di dalamnya mengandung penentuan kebutuhan target sasaran dan mengirimkan kepuasan yang
diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibanding dengan kompetitor/pesaing lain.
b. Mendesain produk yang cocok
Desain atau rancangan produk yang cocok dilakukan dengan menerjemahkan sesuatu
yang cocok ke dalam posisi yang sesuai dengan ide sosial dan praktik, kemudian memakainya
untuk menguatkan posisinya, lalu mengembangkan gambaran sebagai penyebab yang konsisten
dengan sumber penyebab tersebut.
Misalnya, kampanye untuk menolong atau meringankan penderitaan korban AIDS/HIV adalah
dengan mendesain program yang memiliki tema “Jangan Singkirkan Mereka”.
c. Mengirimkan produk yang cocok
20 Ibid
Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan apakah ada sumber produk terukur (benda yang
digunakan dalam kampanye) dan apakah diperlukan pelayanan dalam pelaksanaannya.
Ada empat kemungkinan situasi pengiriman, (Kotler, 1980: 34) sebagai berikut.21
Kampanye menggunakan produk terukur yang membutuhkan presentasi dan demonstrasi.
Misalnya, peningkatan kesehatan bayi, di mana di samping diberikan PIN di Posyandu, ibu-ibu
juga diberikan pelatihan bagaimana merawat bayi, bagaimana memasak dan memberikan
makanan bayi secara lebih baik.
Kampanye menggunakan produk terukur tanpa perlu presentasi atau pelatihan. Contohnya
penggunaan sabuk pengaman pada kendaraan.
Kampanye tanpa produk terukur, tetapi memerlukan presentasi dan demonstrasi. Contohnya,
program pemberantasan buta huruf (Kejar Paket A).
Kampanye tanpa produk terukur yang tidak memerlukan presentasi dan demonstrasi. Misalnya,
pada kampanye mengenai penegakan hak asasi manusia atau himbauan untuk tidak membuat
kerusuhan.
d. Mempertahankan produk yang cocok
Tugas terakhir untuk meneruskan atau mengubah produk sebagai respon terhadap
perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahap (Kotler, 1989: 36).
Tahap pertama dilakukan dengan melakukan riset dan pengawasan terhadap kondisi masyarakat
(target sasaran).
Contoh kasusnya adalah ketika kementrian kesehatan Amerika Tengah melaksanakan
program peningkatan gizi bagi anak-anak warga miskin. Kampanye dilakukan dengan
penyebaran biskuit kaya gizi dengan harga murah. Biskuit ini diposisikan sebagai makanan
utama untuk makan siang dan makan malam, bukan sebagai camilan (snack). Setelah empat
bulan, terjadi penurunan penjualan. Berdasarkan hasil evaluasi melalui survei, didapat bahwa
sebagian besar kaum ibu menjadikan biskuit tersebut sebagai camilan walaupun tertulis jelas
bahwa biskuit tersebut adalah makanan utama. Dengan posisinya sebagai camilan maka banyak
21 Ibid
produk lain yang menjadi pesaing sehingga menurunkan penggunaan biskuit tersebut. Hasil
survei juga mengungkapkan bahwa bentuk, ukuran, pengemasan, dan rasa dari biskuit tersebut
lebih kuat kesannya sebagai camilan dibanding dengan apa yang tertera dalam kemasan biskuit
itu, yaitu bahwa bahan biskuit ini adalah makanan utama.
Tahap kedua adalah memanfaatkan hasil riset yang telah di lakukan.
Dalam kasus ini ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan oleh kementrian kesehatan, sebagai
berikut.
Tidak melakukan perubahan apa pun pada produk, melainkan melaksanakan komunikasi
persuasif yang lebih intensif lagi agar kaum ibu menyajikannya sebagai makanan utama.
Tidak melakukan perubahan pada bentuk, tetapi melakukan penambahan pada kandungan
gizinya.
Memodifikasi bentuk dan pengemasannya menyerupai roti dengan harapan para ibu
menyajikannya untuk makan siang dan makan malam.
Mengubah produk dari bentuk padat menjadi cair, seperti sup kalengan atau menjadi bubuk,
seperti makanan instan.
Tahap ketiga pelaksanaan pemasaran sosial/social marketing adalah melakukan penyesuaian dan
perubahan dalam rencana pemasaran dan pelaksanaannya.
Oleh karena setiap program tidak ada yang benarbenar sempurna, maka berbagai kelemahan dan
kekurangan seyogianya diperbaiki agar program tersebut menjadi lebih baik (Adnan, 2017).
Berikut adalah definisi pemasaran sosial menurut beberapa ahli :22
Pemasaran sosial adalah penerapan konsep pemasaran komersial dan alat untuk
mempengaruhi perilaku secara sukarela terhadap khalayak untuk memperbaiki kehidupan
mereka atau bagian dari masyarakat tersebut.(Alan Andreasen, 2011)
22 Newton-Ward, Mike, et al (2011). Positioning Social Marketing, Social Marketing Quaterly, 10:3-4, 17-22
Pemasaran sosial adalah penerapan prinsip-prinsip pemasaran untuk membentuk pasar
yang lebih efektif, efisien, berkelanjutan, dan hanya dalam memajukan kesejahteraan masyarakat
dan kesejahteraan Sosial. (Craig Lefebvre, 2011) .
Pemasaran sosial adalah cara untuk mengurangi hambatan dan meningkatkan kualitas
hidup bagi perilaku individu dan masyarakat. Menggunakan konsep dan proses perencanaan dari
pemasaran komersial untuk menciptakan perilaku “menyenangkan, mudah, dan populer.” tidak
melampaui komunikasi, iklan layanan masyarakat, dan pendidikan untuk memberikan persepsi
360-derajat penyebab potensial dan solusi untuk masalah kesehatan dan pelayanan manusia.
(Mike Newton-Ward, 2011).
Pemasaran sosial adalah aktivitas dan proses untuk memahami, menciptakan,
berkomunikasi, dan memberikan penawaran yang unik dan inovatif untuk mengatasi masalah
sosial.(Sharyn Rundle-Thiele 2011)
Philip Kotler dan Nancy Lee dalam bukunya SOCIAL MARKETING : changing
Behaviors for Good, mengungkapkan pandanganya dan beberapa orang ahli dalam bidang
pemasaran. Menurutnya pemasaran sosial adalah tentang :
Mempengaruhi perilaku, memanfaatkan proses perencanaan sistematis yang berlaku pada
prinsip-prinsip pemasaran dan teknik, fokus pada prioritas target yaitu masyarakat dan
memberikan manfaat positif bagi masyarakat.
Menurut Kotler dan Roberto (1989) pemasaran sosial memiliki tiga unsur yakni ide atau
praktek sosial, satu atau lebih target adopsi dan manajemen teknologi perubahan sosial.
Kotler dan Roberto (1989) juga mengatakan bahwa ide dan kebiasaan adalah produk
yang akan dipasarkan. Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan dan dapat
memuaskan kebutuhan atau keinginan. Produk bisa berupa barang, jasa, orang, tempat,
organisasi, ide.
Adapun defenisi dari produk-produk sosial adalah produk yang akan dipasarkan kepada
masyarakat untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat tersebut. Membuat sebuah produk di
pemasaran sosial lebih sulit dibandingkan dengan komersial, oleh karena:Inflexibility.
Pemasar komersial lebih mudah mendesain ulang produknya dibandingkan pemasar
sosial. Mereka bisa dengan mudah merubah warna, bentuk, desain, atau fitur yang lain. Pemasar
sosial lebih sulit dalam merubah produknya.
Intangibility.
Produk di pemasaran komersial bentuknya lebih jelas dan mudah diamati. Produk di
pemasaran sosial lebih sulit diamati keluarannya (output) karena sering memberikan pemahaman
di dalam kesadaran manusia.
Complexity.
Produk sosial lebih kompleks dibandingan produk komersial oleh karena produk
komersial dapat fokus pada satu manfaat. Produk sosial mempunyai manfaat lebih banyak, tetapi
tidak nampak jelas dan harus tetap dijelaskan efek negatifnya pada masyarakat.
Controversial.
Produk sosial sering kontradiksi dengan nilai atau norma yang ada di masyarakat.
Weak personal benefit.
Pada produk sosial, manfaat yang didapatkan seringkali untuk masyarakat, dan jarang
untuk pribadi.
Negative frame.
Produk sosial, terutama yang merubah perilaku, sering terdengar negatif dan tidak
nyaman dilakukan.
Untuk membedakan sebuah produk dengan produk dari kompetitor lain, dibutuhkan
sebuah nama, simbol, terminologi, desain, atau kombinasi dari itu semua yang disebut brand.
Simbol ini haruslah mudah diingat, mudah dikenali, mudah diucapkan, unik, dan memberikan
manfaat. Branding ini tidak sekedar memberikan nama sebuah produk, tapi juga membangun
semua atribut yang melekat di seluruh elemen bauran pemasaran. Ide dan perilaku merupakan
produk yang jual pada pemasaran sosial.
Menurut Kotler dan Roberto (1989) produk sosial marketing terbagi atas 3 yaitu ide, praktek dan
objek berwujud.
Ide sosial adalah sebuah gagasan yang muncul karena adanya permasalahan sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat. Produk yang berbentuk ide akan membentuk tiga hal yakni
kepercayaan (belief), sikap (attitude) dan nilai (value).
Kepercayaan (belief) adalah sebuah persepsi yang diambil sekitar hal-hal faktual, suatu
hal yang tidak membutuhkan evaluasi secara kritis. Bentuk produk yang menghasilkan
kepercayaan adalah kampanye “merokok merusak kesehatan” dimana akan terbentuk
kepercayaan masyarakat tentang kesehatan.
Untuk ide yang membentuk sikap dapat berupa kampanye program perencanaan
keluarga, dari hasil kampanye tersebut dapat menghasilkan sebuah sikap dari keluarga yang
merencanakan kehidupan keluargannya.
Sedangkan untuk yang membentuk nilai dapat berupa kampanye hak asasi manusia
dimana nilai kemanusiaan diangkat sehingga terbentuk sebuah opini yang menyatakan tentang
kebenaran. Nilai merupakan keseluruhan ide yang menyatakan benar atau salah.
Sikap (attitude) adalah evaluasi positif atau negatif terhadap orang, objek, ide atau
peristiwa. Misalnya, iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh PLN. Dalam iklan tersebut
masyarakat dianjurkan untuk mematikan lampu pada pukul 17.00-22.00. Iklan tersebut
menghimbau masyarakat untuk menentukan sikap dalam rangka penghematan Bahan Bakar
Minyak.
Nilai (value) adalah keseluruhan ide mengenai suatu hal yang baik atau salah. Masalah
nilai biasanya menyangkut masalah hak asasi manusia. Misalnya, konflik ras yang terjadi di
Amerika. Ras kulit hitam dipandang lebih rendah dari ras kulit putih. Oleh karena itu, dibuatlah
kampanye anti rasialisme dimana semua ras dipandang sama tanpa membeda-bedakan satu sama
lain. Selain itu, banyak artis-artis mancanegara menuangkan ide anti rasialisme di dalam lirik
lagunya untuk mengubah nilai-nilai yang selama ini dianut oleh masyarakat.23
23 Firmansyah, Anang (2018) Perilaku Konsumen: Sikap dan Pemasaran) Deepublish, CV Budi Utama, Jogjakarta
Praktek Sosial atau pelatihan sosial pada dasarnya bukanlah produk sosial, melainkan
cara untuk mempromosikan ide sosial. Act : Act atau aksi adalah tindakan yang dilakukan untuk
menyampaikan kampanye sosial tersebut kepada publik.
Single Act atau aksi perorangan adalah tindakan yang dilakukan individu secara
perseorangan. Misalnya, dalam sosialisasi Pemilihan Umum diharapkan keikutsertaan individu
untuk memberikan hak pilihnya kepada salah satu kandidat calon legislatif dan calon presiden.
Hal ini tentu dapat mengajak orang lain untuk ikut memberikan suara pada pemilu.
Sustain Act cenderung kepada tindakan tambahan untuk menyokong suatu kampanye
sosial yang dilakukan terus menerus atau berkelanjutan. Misalnya, seminar- seminar atau
kampanye mengenai pelaksanaan Keluarga Berencana terus digalakkan untuk menekan angka
kelahiran bayi di Indonesia.
Behavior; behavior mengacu pada perilkau seseorang atau masyarakat terhadap suatu
permasalahan sosial. Misalnya, tindakan orang yang memberhentikan dirinya dari merokok dan
tidak akan mengulangi perilakunya tersebut.
Objek berwujud (tangible object) adalah produk fisik yang menyertai kampanye sosial.
Tangible object ini merupakan alat yang dilibatkan untuk mencapai suatu tujuan perubahan
sosial. Jenis ini mengharapkan masyarakat dapat menggunakan produk tersebut sehingga
terjadinya keselamatan atau terhindar dari hal yang dapat merugikan baik langsung maupun tidak
langsung terhadap dirinya. Pada jenis ini dapat dicontohkan untuk penggunaan sabuk pengaman
sebuah produk berwujud yang seharusnya digunakan oleh masyarakat ketika sedang
berkendaraan. Produk publik merupakan produk bersama dimana dalam pemenuhan
konsumsinya tidak dapat dilakukan oleh pribadi masyarakat saja sehingga produk ini dikelola
oleh pemerintah.
Dalam pemasaran sosial produk yang dijual (dipasarkan) adalah produk sosial atau produk yang
secara sosial bermanfaat, yakni :‟prilaku baru‟.
Produk sosial berbeda dengan produk komersial dalam arti.:24
24 https://www.yonomaulana.com/2018/04/social-marketing-definition.html
produk sosial lebih rumit penggunaannya dibanding dengan produk komersial, lebih
kontroversial, keuntungan produk sosial tidak cepat dirasakan, saluran distribusi produk sosial
lebih sukar digunakan dan di control. Pasar produk sosial sukar dianalisis ukuran keberhasilan
“penjualan” atau adopsi produk sosial lebih berat dari produk komersial.
Dalam social marketing (pemasaran sosial) yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu
yang ditawarkan untuk dibeli, yang berbentuk perilaku yang diharapkan dan manfaat perilaku
tersebut. Hal yang ditawarkan tersebut bisa termasuk juga sebuah barang dan layanan untuk
mendukung perubahan perilaku dari sasaran. Dalam pemasaran komersial hal tersebut sering
dikatakan sebagai paket manfaat yang ditawarkan.pada.pasar.untuk.memenuhi.kebutuhan.pasar.
Social marketing (pemasaran sosial) dinilai oleh banyak pihak memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan strategi perubahan sosial secara tradisional dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemasaran sosial dibangun atas pengetahuan yang
diperoleh dari praktik bisnis yang mempertimbangkan objek terukur, riset tentang kebutuhan
manusia, mengarahkan produk kepada kelompok konsumen tertentu, memanfaatkan teknologi
untuk menunjang aktivitas (seperti pemanfaatan komputer untuk desain grafis),
mengomunikasikan keuntungan/manfaat yang mereka peroleh secara efektif, kewaspadaan yang
tetap untuk mengubah lingkungan, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan.s) as well as
the target audience” (Kotler 2008:7).
Ada sepuluh langkah didalam membangun perencanaan pemasaran sosial, atau yang dikenal
dengan sebutan Ten Steps to Develop a Social Marketing Plan: 25
Step 1 : Describe the Plan Background, Purpose an focus
Step 2 : Conduct a Situation Analysis
Step 3 : Select Target Market
Step 4 : Set Objectives and Goals
Step 5 : Identify the Competition Target Market Barriers and Motivators
25 Kotler, Philip and Nancy Lee (2011). Social Marketing: : Influencing Behaviors for Good. Sage 4th Edition, SAGE, USA
Step 6 : Craft a Desired Positioning
Step 7 : Develop a Strategic Marketing Mix (4Ps)
Step 8 : Outline a plan for Monitoring and Evaluating
Step 9 : Establish Budget and Find Funding Source
Step 10 : Complete an Implementation Plan
B. Perubahan Perilaku
Selain itu menurut Piotrow26
ada langkah-langkah didalam pelaksanaan perubahan
perilaku, atau dikenal dengan nama The steps to behavior change framework (SBC).
Langkah-langkah tersebut adalah; knowledge, approval, intention, practice and advocacy.
Notoatmodjo27
membedakan perilaku menjadi dua berdasarkan untuk respon terhadap stimulus,
yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka. Perilaku tertutup merupakan respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh yang
menerima stimulus itu. Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon seseorang terhadap
stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain, misalnya anak sekolah mencuci tangan sebelum beaktifitas.
C. Proses Sosialisasi
Konsep teori lain yang digunakan adalah sosialisasi, dimana menurut Peter Berger yang
diterjemahkan oleh Kamanto Sunarto yaitu, “Sosialisasi sebagai proses melalui mana seorang
anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang diajarkan
26
Piotrow, P. T., Kincaid, D. L., Rimon, J. G., & Rhinehart, W. (1997). Health communication: Lessons from family planning and reproductive health. 27 Notoatmojo, Soekidjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan Rineka Cipta, Jakarta
melalui sosialisasi adalah peran-peran”.28
Menurut Soesilo, sosialisasi adalah suatu proses
interaksi sosial dengan mana orang memperoleh pengetahuan, sikap, nilai dan perilaku esensial
untuk keikutsertaan (partisipasi) efektif dalam masyarakat.
Sosialisasi terjadi interaksi antar manusia, yaitu dengan mempelajari sesuatu yang
penting dalam hidupnya sehari-hari (Tim Peduli Pelajar, 2010:49-50). Menurut tahapannya,
sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap, yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder.
Seringkali orang menuding ketidak berhasilan program pemerintah yang diperuntukan bagi
orang banyak karena kurang sosialisasi, tetapi banyak pula yang kurang mengerti sosialisasi
seperti apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sosialisasi adalah proses
mempelajari seluruh kebiasaan yang dipunyai manusia di bidang ekonomi, kekeluargaan,
pendidikan, agama, politik dan sebagainya yang harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu
masyarakat.
Menurut Berger, “A process by which to learn to be a participant member of society”
(Berger, 1978). Sosialisasi adalah proses melalui nama seorang anak belajar menjadi seorang
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dapat disimpulkan sosialisasi adalah proses
komunikasi yang dilakukan oleh lembaga/organisasi/perusahaan dengan tujuan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat di bidang ekonomi, kekeluargaan, pendidikan, agama,
politik dan sebagainya.
Pengertian Sosialisasi adalah suatu proses belajar-mengajar atau penanaman nilai,
kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya
sesuai dengan peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok masyarakat.
Pengertian sosialisasi dalam arti sempit adalah proses pembelajaran yang dilakukan
individu dalam mengenal lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Sedangkan
pengertian sosialisasi dalam arti luas adalah suatu proses interaksi dan pembelajaran yang
dilakukan seseorang sejak ia lahir hingga akhir hayatnya di dalam suatu budaya masyarakat.
Melalui proses sosialisasi maka seseorang dapat memahami dan menjalankan hak dan
kewajibannya berdasarkan peran status masing-masing sesuai budaya masyarakat. Dengan kata
28 Sunarto, Kamanto (2004) Pengantar Sosiologi Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Indonesia
lain, individu mempelajari dan mengembangkan pola-pola perilaku sosial dalam proses
pendewasaan diri.29
Beberapa ahli sosial mengatakan bahwa sosialisasi sebagai teori tentang peranan. Agar lebih
memahami apa arti sosialisasi, maka kita dapat melihat pendapat beberapa ahli tentang definisi
sosialisasi. Berikut ini adalah pengertian sosialisasi menurut para ahli:
1. Soejono Dirdjosisworo
Menurut Soejono Dirdjosisworo (1985), pengertian sosialisasi mengandung tiga arti, yaitu:
Proses belajar; yaitu suatu proses akomodasi dimana individu menahan, mengubah impuls-
impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya.
Kebiasaan; dalam bersosialisasi setiap individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola
nilai dan tingkah laku, dan ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup.
Sifat dan kecakapan; semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu
disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan dalam diri seseorang.
2. Charl Menurut Charlotte Buhler pengertian sosialisasi adalah suatu proses yang membantu
anggota masyarakat untuk belajar dan menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan
bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompok
tersebut.
3. Peter L. Berger
Menurut Peter L. Berger pengertian sosialisasi adalah suatu proses seorang anak belajar menjadi
anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
4. Greenberg
Menurut Greenberg pengertian sosialisasi adalah suatu proses untuk mentransformasikan
individu kepada pihak luar agar dapat ikut serta berpartisipasi secara aktif sebagai anggota suatu
organisasi.
29 Berger, Peter (2011), Adventures of an Accidental Sociologist: How to Explain the World Without Becoming a Bore. Porometheous USA
5. Gibson
Menurut Gibson arti sosialisasi adalah sebuah aktivitas dari organisasi untuk mewujudkan dan
mengintegrasikan tujuan organisasi maupun individu. Sehingga dari dua pengertian sosialisasi
tersebut terdapat dua kepentingan yang berbeda, yakni kepentingan individu dan kepentingan
organisasi.
6. Robert M.Z. Lawang
Menurut Robert M.Z. Lawang arti sosialisasi adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan
semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif
dalam kehidupan sosial.
7. Karel J.Veeger
Menurut Karel J. Veeger pengertian sosialisasi adalah suatu proses belajar mengajar. contoh:
orang tua mendidik anaknya tata krama dan sopan santun.
8. Bruce J. Cohen
Menurut Bruce J. Cohen pengertian sosialisasi adalah proses pembelajaran seorang individu
terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang menjadi
bagian dari masyarakat.otte Buhler
Sosialisasi juga dapat didefinisikan sebagai berikut:
1. Pola-pola mengenai aksi sosial, atau aspek-aspek tingkah laku yang menanamkan pada
individu-individu, keterampilan-keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan). Sikap-sikap yang
perlu untuk menampilkan perananperanan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan
yang terus berlanjut) sepanjang kehidupan, sejauh peranan-peranan baru masih terus dipelajari.
2. Segenap proses dengan mana individu, yang dilahirkan dengan banyak sekali potensi tingkah
laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi didalam satu jajaran
yang menjadi kebiasaannya dan bisa diterimakan olehnya sesuai dengan standar-standar dari
kelompoknya.
3. Komunikasi dipelajari dari manusianya lainnya, siapa individu itu berharap memasuki
beberapa jenis relasi-relasi umum.
Pada dasarnya sosialisasi dilakukan melalui dua cara yaitu:
1. Tatap Muka Sosialisasi melalui pertemuan langsung dilakukan dengan menggunakan
pertemuan-pertemuan formal yang sengaja dilakukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan,
maupun secara informal menggunakan pertemuan-pertemuan yang telah ada sebelumnya.
2. Media Massa Yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak (surat kabar,
majalah, tabloid), media elektronik (radio, televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat
tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Tujuan sosialisasi adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan kepentingan umum yang dilaksanaan pemerintah,
karena hal itu menyangkut aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Dalam menyosialisasikan suatu
informasi mengenai kebijakan-kebijakan atau yang lainnya, merupakan suatu yang penting yang
harus dilakukan oleh setiap Humas Pemerintah/organisasi. Kegiatan menyosialisasikan informasi
dilakukan demi mengutamakan kepentingan masyarakat luas. Dalam bersosialisasi dibutuhkan
interaksi yang baik dari komunikan dan komunikator samasama memberikan pendapat, sehingga
terciptalah komunikasi yang efektif.
Fuller dan Jacobs yang ditejemahkan oleh Kamanto Sunarto dalam bukunya “Pengantar
Sosiologi” mengidentifikasi empat agen sosialisasi utama, yaitu keluarga, kelompok bermain,
sekolah dan media massa. Dan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan
sosialisasi program Humas, maka dapat dilakukan hal-hal berikut:
a) Tentukan tujuan yang hendak dicapai;
b) Tentukan target;
c) Tentukan ruang lingkup;
d) Tentukan jangka waktu;
e) Tentukan publik sasaran
f) Tentukan tema, topik, atau isu dari kampanye tersebut;
g) Tentukan efek yang diinginkan dalam suatu kampanye;
h) Tentukan fasilitas, perlengkapan sarana yang menunjang suatu kampanye
i) Pembentukan team work yang solid dan profesional.
2. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah
sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses
sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)
dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi
tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas
dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur
secara formal .
a. Sosialisasi Primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum
masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara
bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting
sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian
anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak
dengan anggota keluarga terdekatnya.
Sosialisasi primer merupakan proses di mana individu terlibat dengan dunia sosial lebih
dari sekedar belajar kognitif semata-mata. Sosialisasi primer berlangsung dalam kondisi yang
bermuatan emosi yang tinggi, hubungan antara individu dengan orang lain dalam kondisi sangan
akrab dan berada dalam situasi kelompok primer.
Sifat sosialisasi primer dipengaruhi oleh beberapa persyaratan dalam pengalihan
cadangan pengetahuan (social stock of knowledge). Persyaratan tersebut oleh Berger dan
Luckman dikatakan legitimasi tertentu menurut tingkat kompleksitas linguistic yang lebih tinggi
bagi pemahamannya disbanding dengan legitimasi lainnya.
Sosialisasi primer berakhir apabila konsep tentang orang lain pada umumnya dan segala
sesuatu yang menyertainya, telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini
ia sudah merupakan anggota efektif masyarakat dan secara subyektif memiliki suatu diri dan
sebuah dunia.
b. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer
yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-
bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi
suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami
'pencabutan' identitas diri yang lama.
Sosialisasi menunjuk pada semua faktor dan proses yang membuat setiap manusia
menjadi selaras dalam hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Seorang anak dikatakan telah
melakukan sosialisasi dengan baik, apabila ia bukan hanya menampilkan kebutuhannya sendiri
saja, tetapi juga memerhatikan kepentingan dan tuntutan orang lain.
Sedangkan menurut Peter Berger yang diterjemahkan oleh Kamanto Sunarto yaitu,
“Sosialisasi sebagai proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Yang diajarkan melalui sosialisasi adalah peran-peran.
Menurut Soesilo, sosialisasi adalah suatu proses interaksi sosial dengan mana orang
memperoleh pengetahuan, sikap, nilai dan perilaku esensial untuk keikut-sertaan (partisipasi)
efektif dalam masyarakat.
Dalam sosialisasi sekunder, telah terjadi internalisasi “sub-dunia” kelembagaan atau yang
berlandaskan lembaga, karena itu lingkup jangkauan dan sifatnya ditentukan oleh kompleksitas
pembagian kerja dan distribusi pengetahuan dalam masyarakat yang menyertainya. Berger dan
Luckman mengatakan bahwa sosialisasi sekunder adalah proses memperoleh pengetahuan
khusus sesuai dengan perannya (role-specific-knowledge), di mana peran –peran secara langsung
atau tidak langsung berakar dalam pembagian kerja.
c. Proses sosialisasi menurut Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan
melalui tahap-tahap sebagai berikut.
1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini
juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan
"mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak
memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran
yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri
dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa
yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain,
kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini.
Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian
dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan
bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-
orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other)
3 Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada
posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara
bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama
dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya
semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah.
Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.
Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya.
4. Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya
dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia
dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain
yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah
menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Sedangkan Charles H Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teori tentang
sosialisasi. Menurutnya, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya
dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut looking-glass self terbentuk melalui tiga
tahapan sebagai berikut;
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.'
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang
anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.'
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan
pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada
tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya
selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya
kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa
dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan
hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada
anak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan
bangga dan penuh percaya diri.
Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori labeling, dimana seseorang akan
berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang
anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal"
sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.
1. Agen sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada
empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan
lembaga pendidikan sekolah. Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak
selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa
jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah
anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-
obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman
sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-
agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan
tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena
dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
Fuller dan Jacobs yang ditejemahkan oleh Kamanto Sunarto dalam bukunya “Pengantar
Sosiologi” mengidentifikasi empat agen sosialisasi utama, yaitu :
a) Keluarga
Pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara
kandung. Pada masyarakat yang mengenal system keluarga luas (extended family) agen
sosialisasi bisa berjumlah lebih banyak dan mencakup pula nenek, kakek, paman, bibi, dan
sebagainya. Arti penting agen sosialisasi pertama terletak pada pentingnya kemampuan yang
diajarkan pada tahap ini. Untuk dapat berinteraksi dengan significant others pada tahap ini
seorang bayi belajar berkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan penglihatan tetapi juga
melalui panca indera lain, terutama sentuhan fisik.
b) Teman Bermain
Setelah mulai dapat bepergian, seorang anak memperoleh agar sosialisasi lain. Teman
bermain, baik yang terdiri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Pada tahap inilah
seorang anak memasuki game stage (tahap siap bertindak) mempelajari aturan-aturan yang
mengatur pesan orang yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok bermain pulalah seorang
anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.
c) Sekolah
Agen sosialisasi berikut tentu dalam masyarakat yang telah mengenalnya adalah sistem
pendidikan formal. Di sini seseorang mempelajari hal yang belum dipelajarinya dalam keluarga
ataupun kelompok bermain. Pendidikan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-
peran baru dikemudian hari, di kala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya.
d) Media massa
Light, Keller dan Calhoun mengemukakan bahwa media massa yang terdiri atas media
cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televisi, film, internet) merupakan bentuk
komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diindentifikasi sebagai agen
sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku khalayaknya. Peningkatan teknologi yang
memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta frekuensi penerapan masyarakat pun member
peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang penting.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan paradigm interpretif yang
bertujuan untuk membangun dan mengonstruksi sesuatu kehidupan sosial berdasarkan setting
alamiah.30
Pendekatannya adalah kualitatif dimana menurut Bogdan dan Taylor (Sukidin, 2002)
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan dan perilaku orang-
orang yang diamati, sehingga peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa yang mereka
alami dalam kehidupan sehari-hari, yang mementingkan proses (bagaimana sesuatu terjadi)
daripada produk hasilnya.31
Makna dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan bagaimana
persepsi dan pengalaman orang-orang yang ada sehingga muncul saling memahami bagaimana
orang memaknai kehidupan, dalam hal ini peneliti adalah sebagai instrument dan menggunakan
interpretasi ideographic dalam setting natural. Subyek dalam penelitian ini adalah LPBI NU,
sementara objek kajiannya adalah tentang komunikasi pemasaran sosial LPBI NU dalam
sosialisasi untuk merubah perilaku masyarakat didalam mengatasi sampah plastik.
B. Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis buat maka penelitian ini akan dilakukan pada kegiatan
komunikasi pemasaran sosial yang dilakukan oleh LPBI NU didalam sosialisasi untuk merubah
perilaku masyarakat didalam mengatasi sampah plastik.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Informan merupakan orang yang benar-
benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sebagai narasumber
dipilih yang sangat memahami permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini adalah Direktur Badan
Sampah Nasional, Ibu Fitria Aryani
30
Newman, W. Lawrence (2000) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches Edition: Fourth Publisher: Allyn and Bacon ISBN: 0205297714 31 Sukidin, Suko Susilo, Basrowi (2012) Sosiologi Politik Ghalia Indonesia Indonesia
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset
untuk mengumpulkan data. Dalam riset kualitatif dikenal dengan metode pegumpulan data:
observasi (field observation), focus group discussion, wawancara mendalam (intensive/depth
interview). Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangka mencapai tujuan penelitian. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian.
Metode pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara wawancara, observasi, studi
kepustakaan, dan data-data lainnya. Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan atas data
primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:
1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan
dicatat untuk pertama kalinya. Bila dikaitkan dengan penelitian, data primer merupakan data
utama yang berkaitan dengan komunikasi pemasaran sosial LPIB NU didalam merubah perilaku
perilaku masyarakat didalam mengatasi sampah plastik. Tanpa adanya data primer, peelitian ini
tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara kepada
Key Informan dan Informan.
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dalam metode survey melalui
data pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden atau subjek. Penulis memilih
metode wawancara dalam penelitian ini karena didalam penelitian ini, informasi yang diperlukan
adalah berupa kata-kata yang diungkapkan subjek secara langsung, sehingga dapat dengan jelas
menggambarkan perasaan subjek penelitian dan mewakili kebutuhan informasi dalam penelitian.
Di dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara sebagai data primer.
2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan
informasi yang dikeluarkan diberbagai organisasi atau perusahaan . Peneliti memperoleh data
dengan mempelajari data-data yang dipublikasikan seperti buku-buku, website, dokumen-
dokumen ataupun sumber lain yang masih relevan dengan masalah yang diteliti.
Dengan teknik dokumentasi ini peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari
narasumber, tetapi peneliti memperoleh informasi dari macam-macam tertulis atau dari dokumen
yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni dan karya pikir. Dokumen
adalah data pendukung lainnya yang dapat dijadikan acuan dalam memperkuat suatu penelitian,
dokumen dapat berupa file-file, foto, maupun gambar. Data Sekunder juga berupa data yang
didapat dari buku serta materi tertulis yang relevan dengan tujuan penelitian.
Sedangkan menurut Rachmat Kriyantono “data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari sumber kedua.”32
Data sekunder yang dimanfaatkan dan diperoleh dapat berupa teks, seperti
buku-buku, artikel-artikel yang terdapat pada media cetak, artikel-artikel melalui
surfing di internet, dan jurnal ilmiah. Pada pengumpulan data sekunder, penulis melakukan
pengumpulan data melalui metode dokumentasi dimana penulis melakukan pengumpulan data
dan informasi baik melalui buku, majalah, internet dan sebagainya setelah terkumpul, maka yang
dilakukan selanjutnya yaitu pengolahan data.
E. Uji Keabsahan Data
Agar data yang diperoleh lebih jelas dan memiliki kekuatan validitas dan reliabilitas,
maka penulis juga akan melakukan wawancara terhadap pihak yang terkait dengan kegiatan
komunikasi pemasaran sosial terhadap pengemudi muda yang dilakukan oleh LPBI NU.
Sedangkan teknik yang penulis lakukan untuk keabsahan data pada penelitian ini adalah teknik
triangulasi.
Tekhnik triangulasi yaitu tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data yang ada, untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
untuk data tersebut dan juga untuk memperkaya data.
Denzin dalam Moleong membedakan triangulasi kedalam empat bentuk yang meliputi
triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini, hanya digunakan jenis
triangulasi sumber. Maksudnya adalah, pengujian dilakukan dengan membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Hal ini dilakukan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data
32 Kriyantono, Rachmat (2014) Teknik Praktis Riset Komunikasi Prenada Media, Jakarta, Indonesia
hasil wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
F. Metode Analisis Data.
Perolehan data primer dengan cara wawancara mendalam dan pengumpulan data
sekunder dengan teknik observasi yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif. Dalam
mengolah dan menganalisa data, peneliti melakukan beberapa tahapan, sebagaimana yang
dianjurkan oleh W. Laurence Newman di antaranya melakukan reduksi terhadap data yang
diperoleh di lapangan, proses kategorisasi. Lalu penyajian data dalam bentuk narasi dan
menganalisanya.
1. Menentukan tujuan dan hasil.
Setiap program atau kegiatan biasanya mempunyai tujuan dan hasil yang akan
diperoleh. Biasanya para perumus kegiatan membuat definisi tentang tujuan dan
hasil yang akan dicapai.
2. Seleksi audiens yang menjadi sasaran.
Perencanaan komunikasi menentukan kategori audiens yang menjadi sasaran
komunikasi.
3. Mengembangkan pesan .
Kriterianya adalah semua pesan yang dirancang sedapat mungkin memiliki isi
(content) khusus, jelas, persuasif, dan merefleksikan nilai-nilai audiens, tampilan
isi yang dapat memberikan solusi bagi masyarakat, atau menunjukkan tindakan
tertentu.
4. Identifikasi pembawa pesan (tampilan komunikator ).
Kriteria komunikator antara lain kredibilitas, kredibilitas dalam ilmu pengetahuan,
keahlian, professional, dan keterampilan yang berkaitan dengan isu tertentu.
5. Mekanisme komunikasi / media .
Kriterianya adalah memilih media yang tepat memperlancar mekanisme
pengiriman dan pengiriman balik, atau pertukaran informasi . Kriteria media
adalah media yang mudah diakses atau yang paling disukai a udiens, misalnya
melalui radio, koran kampung, dan leaflet.
6. Scan konteks dan persaingan.
Kriterianya adalah menghitung resiko dan konteks yang akan mempengaruhi
strategi komunikasi, misalnya menghitung peluang untuk memenangkan
persaingan dengan merebut hati audiens.
Kegiatan berikutnya adalah implementasi strategi melalui lima tahapan/jenis kegiatan,
yaitu:
1. Mengembangkan materil untuk mengimplementasikan strategi .
2. Mengembangkan mitra yang bernilai.
3. Melatih para pembawa atau para penyebar pesan.
4. Mengembangkan semacam tata aturan bagi kegiatan penyebarluaskan informasi
kepada audiens misalnya melalui pemantauan, dan evaluasi implementasi.
5. Mengontrol setiap tahapan/jenis kegiatan melalui criteria dan strandar yang ada.
Pada bagian akhir dari strategi komunikasi organisasi tersebut terdiri dari empat
tahapan/ jenis kegiatan, yaitu:
1. Mendukung komunikasi terutama pada level kepemimpinan.
2. Melengkapi sumber daya.
3. Mengintegrasikan komunikasi melalui organisasi.
4. Melibatkan staf pada semua level untuk memberikan dukungan dan integrasi (keempat
tahap/jenis kegiatan tersebut dapat dikontrol melalui kriteria dan standar yang ada)
Ada beberapa perbedaan antara pelaksanaan suatu kegiatan yang berdasarkan
rencana strategi komunikasi dan perencanaan kegiatan tanpa rencana strategi
komunikasi. Perencanaan kegiatan yang berdasarkan pada strategi komunikasi akan
berjalan secara baik dan akan mencapai hasil yang maksimal dan efektif, sedangkan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan tanpa strategi komunikasi hasilnya kurang
maksimal dan komunikasi yang dilakukan tidak akan efektif. Karena pada dasarnya
strategi komunikasi itu adalah:
a. Perencanaan untuk menyelesaikan suatu aktivitas sebagai bagian dari upaya mencapai
tujuan tertentu.
b. Usaha untuk mencapai kelompok sasaran terentu yang telah ditergetkan
c. Rencana untuk mendapatkan hasil yang diinginkan meskipun selalu mungkin terjadi
perubahan kebijakan, praktek-praktek organisasi, ataupun prilaku individu.
d. Bertujuan untuk mendapatkan hasil sebaik mungkin dengan menggunakan waktu dan
sumber daya yang terbatas.
G. Keterbatasan Penelitian
Dengan adanya pandemi Covid 19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia
ini, maka peneliti pun mengalami keterbatasan didalam mendapatkan data. Proses
wawancara yang di rencanakan akan melibatkan beberapa orang dari Bank Sampah
Nasional secara tatap muka, terpaksa dilaksana melalui media whatsapp. Observasi turun
ke lapangan untuk melihat langsung proses sosialisasi yang dilakukan pun tidak bisa
dilakukan mengingat adanya peraturan pemerintah mengenai PPKM.
Sehingga data penelitian (selain dari hasil wawancara dengan Diretur Bank
Sampah Nusantara LPBI NU) didapatkan dari studi dokumentasi dan studi pustaka
melalui media internet dan beberapa dokumentasi lain yang diberikan oleh Direktur Bank
Sampah LPBI NU.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI
NU) adalah lembaga yang secara struktural-organisatoris merupakan pelaksana kebijakan
dan program Nahdlatul Ulama di bidang penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan
pelestarian lingkungan. Pembentukan LPBI NU disepakati pada Muktamar NU ke-32 di
Makassar tahun 2010. Semangat ini kemudian dikukuhkan dan ditetapkan dalam rapat
pleno harian PBNU untuk membentuk LPBI NU. Setelah Muktamar ke-33 Nahdlatul
Ulama di Jombang tahun 2015 dibentuk kepengurusan baru PP. LPBI NU berdasarkan
SK No. 19/A.II.04/09/2015.
VISI
Terwujudnya masyarakat yang memiliki ketahanan dan adaptif terhadap bencana,
menurunnya daya dukung lingkungan dan perubahan iklim.
MISI
Meningkatkan kapasitas multi stakeholder melalui penguatan simpul basis.
Meningkatkan jejaring dan kerjasama guna mewujudkan organisasi yang kredibel dan
profesional.
Mendorong penyebarluasan informasi dan pengetahuan terkait pengurangan risiko
bencana, adaptasi perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan. Meningkatkan kapasitas
emergency response yang berkualitas.
Pembidangan dalam Struktur LPBI NU
Untuk menjalankan mandat yang telah ditetapkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama, Pengurus Pusat LPBI NU menetapkan pembidangan dalam struktur kepengurusan
sebagai berikut:
Riset & Pengembangan
Kelembagaan & Advokasi Kebijakan
Pengelolaan Risiko Bencana
Tanggap Darurat & Rehabilitasi-Rekonstruksi Bencana
Knowledge Management & Networking
Pengendalian Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan.
Beberapa program dan kegiatan terkait Penanggulangan Bencana, Pengendalian
Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan telah dilaksanakan oleh LPBI NU, di
antaranya:
Kajian dan riset terkait isu Penanggulangan Bencana, Pengendalian Perubahan
Iklim dan Pelestarian Lingkungan. Hasil kajian kemudian didokumentasikan dalam
bentuk buku, manual, booklet, majalah, poster dan stiker. Saat ini, tercatat ada 13 judul
buku termasuk manual terkait dengan 3 (tiga) isu tersebut.
Advokasi kebijakan di tingkat Provinsi dan Kabupaten dengan melakukan
pendampingan:
Penyusunan regulasi yaitu Perda Penanggulangan Bencana dan regulasi turunan dari
Perda tersebut.
Penyusunan perencanaan dalam Penanggulangan Bencana meliputi: Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Daerah Pengurangan Resiko Bencana
(RAD PRB) dan Rencana Kontijensi Penanggulangan Bencana.
Penguatan Koordinasi Stakeholder dalam Penanggulangan Bencana dengan
mendorong dan menginisiasi pembentukan Forum PRB Provinsi dan Kabupaten. Forum
PRB merupakan wadah koordinasi para pihak (Pemerintah, Masyarakat dan Dunia
Usaha) dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Bencana dengan menyelenggarakan
workshop dan pelatihan: PRB, PDRA, Tanggap Darurat dan Penyusunan Rencana
Kontijensi, Fasilitator, Community Organizer (CO), Teknik dan Strategi Advokasi serta
Kajian Risiko Bencana Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Rangkaian kegiatan
tersebut diikuti oleh perwakilan Pemerintah, masyarakat dan media.
Pengarusutamaan isu pengurangan risiko Bencana, pengendalian perubahan iklim dan
pelestarian lingkungan kepada masyarakat di daerah rawan bencana.
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana, pengendalian
perubahan iklim dan pelestarian lingkungan dengan mengadakan pelatihan: PRB, PDRA,
tanggap darurat, adaptasi perubahan iklim serta pengelolaan sampah.
Pengendalian perubahan iklim dalam bentuk konservasi kawasan pesisir, penanaman
pohon, dan pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Mengumpulkan dan mendistribusikan bantuan kemanusiaan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar, psikososial serta pengembalian fungsi dasar fasilitas umum untuk
masyarakat terdampak bencana berdasarkan hasil penilaian dan kajian (assessment).
Terlibat aktif dalam forum nasional terkait pengurangan risiko bencana seperti Platform
Nasional Pengurangan Risiko Bencana (PLANAS PRB) dan Konsorsium Pendidikan
Bencana (KPB).
Terlibat dalam forum atau pertemuan regional dan internasional seperti UNFCCC,
WCDRR, GPDRR, WOC, International MACCA dan AMCDRR. Untuk melaksanakan
program dan kegiatan tersebut di atas, LPBI NU bekerjasama dengan berbagai pihak di
antaranya: AusAID/DFAT, UN OCHA, UNDP, MFF, ODA Jepang, Islamic Help,
Islamic Relief, WWF, KUEHNE Foundation, KUEHNE Help, BNPB & BPBD, KLHK,
Kemenag, Kemenkes, Kemendes PDT dan Transmigrasi, dan lain-lain.Setiap program
kerjasama diaudit oleh akuntan publik. Secara keseluruhan, hasil audit program LPBI
NU adalah WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).
Bank Sampah Nusantara (BSN) yang digagas oleh Lembaga Penanggulangan
Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) mempunyai strategi terkait
sampah khususnya plastik di Indonesia yang masih menjadi sorotan dunia saat ini. Bank
Sampah Nusantara (BSN), bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Prov DKI
Jakarta melaksanakan kegiatan pengurangan timbunan sampah melalui program bank
sampah berbasis masyarakat dengan pendekatan komunitas, masjid, dan pondok
pesantren.33
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur Bank Sampah Nusantara LPBI NU
ibu Fitria Aryani, ditunjang dengan dokumentasi yang ditemukan di lapangan didapatkan
bahwa Bank Sampah Nusantara melakukan beberapa langkah yang sesuai dengan kaidah
dan konsep didalam komunikasi pemasaran sosial. Berikut akan dijelaskan dengan
dokumentasi berupa foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh Bank Sampah Nusantara.
Berikut adalah buku saku pengelolaan rumah kompos didalam salah satu kampanye yang
dilakukan oleh BSN adalah dengan melakukan sosialisasi mengenai sampah melalui bahan
bacaan.
33 https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/layanan_kami/bank_sampah
Berikut adalah dokumentasi kegiatan yang dilakukan BSN dimana didalam hal ini melakukan
sosialisasi tentang pemilihan sampah dengan menggandeng siswa sekolah menengah sebagai
salah satu agent of change mereka.
Gambar di atas menunjukan dokumentasi Kerjasama yang dilakukan oleh BSN LPBI NU dengan
salah satu bank milik pemerintah (BNI). Kerjasama ini dilakukan untuk mendorong masyarakat
agar lebih peduli akan sampah.
Berikut adalah dokumentasi ketika LPBI NU bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Administrasi
Niaga Politeknik Negeri Jakarta menggelar Pelatihan Pengelolaan Sampah Non Organik sekaligus
meresmikan pembentukan Bank Sampah Nusantara Cabang Kp. Langkop Desa Gunung Picung,
Kabupaten Bogor.
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) melalui Bank
Sampah Nusantara (BSN) kembali membuka cabang. Kali ini BSN membuka dua cabang di Brebes
sebagai upaya pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan berbasis komunitas dan pesantren.
Salah satu kegiatan sosialisasi yang dilakukan LPBI NU adalah juga melakukan berbagai macam kegiatan
edukatif seperti mengadakan talkshow :
Juga kegiatan webinar seperti contoh dokumentasi dibawah ini :
"Kita ingin menyadarkan masyarakat agar tidak membakar sampah sekaligus memberikan
edukasi mengenali jenis sampah. Dengan begitu masyarakat bisa memisahkan jenis sampah yang
dapat dimanfaatkan sehingga tidak langsung dibuang," terang Fitria Aryani selaku Direktur
Utama Bank Sampah Nusantara pada Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim
Nahdlatul Ulama (BSN LPBI NU) pada Liputan6.com, Jumat, 19 Februari 2021.34
Hasil kerajinan dari para pegiat komunitas yang tergabung dalam Bank Sampah Nusantara
(BNS) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nadhatul Ulama (LPBI NU).35
34 https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4487896/cerita-akhir-pekan-aktivitas-bank-sampah-di-masa-pandemi 35 https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/ngaji-manajemen-sampah-islam-nusantara/1243216#
Hingga Desember 2016 Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI NU telah memiliki asset sebesar
206 juta rupiah. Keuntungan ini diperoleh dari penjualan sampah dan produk Hal ini marupakan
capaian yang sangat baik, mengingat BSN sendiri baru didirikan April 2016. Artinya dalam
kurun waktu 8 bulan BSN berhasil menunjukkan eksistensi dan prestasinya di bidang lingkungan
dan bisnis ekonomi).36
Penjelasan mengenai pengelolaan sampah dengan baik dan benar disampaikan Fitri Aryani pada
Bimbingan Teknis Komunitas di Kawasan Industri yang dilaksanakan di D'Khayangan Senior
Living Jababeka, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/3). Direktur Bank Sampah Nusantara (BSN)
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) ini hadir
pada kegiatan yang digagas Direktorat Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup
36 http://lpbi-nu.org/8-bulan-aset-bank-sampah-nusantara-lpbinu-capai-rp206-juta/
dan Kehutanan (KLHK). Hal tersebut dalam rangka mendorong peran serta masyarakat dalam
kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.37
Kegiatan Bank Sampah Nusantara Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU
(LPBI NU) dan BNI 46 berlangsung di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, menggelar acara yang
bertajuk "Nusantara bebas sampah dan pemberdayaan kewirausahaan sosial berbasis komunitas"
Acara tersebut bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam mengelola sampah.38
Salah satu bentuk edukasi yang dilakukan oleh Bank Sampah Nusantara adalah melakukan
Workshop pengolahan sampah ecobrick dengan menggandeng beberapa sekolah yang berada di
wilayah Gombong – Kebumen.39
37 https://www.nu.or.id/post/read/104126/bank-sampah-nusantara-beri-pelatihan-pengolahan-sampah-mandiri 38 https://www.asshiddiqiyah.com/2017/02/lpbi-nu-dan-apdupi-resmikan-bank-sampah.html
39
https://www.google.com/search?q=bank+sampah+nusantara&client=firefox-b-d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiWhbe4_6zyAhVi8XMBHT2HCgQQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1284&bih=722#imgrc=kHo7umqMCo3KwM
Tidak hanya di Pulau Jawa saja, tetapi LPBI NU juga sudah menancapkan gerakannya didalam
melakukan kegiatan sosialisasi di luar pulau. Salah satunya adalah dengan membuka cabang
Bank Sampah Nusantara di Hutan Kota Kaombona, Palu.40
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) melalui
Bank Sampah Nusantara (BSN) turut terlibat dalam kegiatan Seminar dan Workshop
“Entrepreneurship for Better Future” di Gedung SMESCO. Seminar dan workshop ini
merupakan rangkaian acara AN EXPO 2016 yang digelar mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta
(PNJ) Program Studi Administrasi Bisnis. Kegiatan yang berlangsung sehari penuh ini diawali
dengan seminar yang diisi oleh beberapa Narasumber.41
40 https://sultengraya.com/read/77754/peresmian-bank-sampah-nusantara/ 41 https://www.republika.co.id/berita/ogj8lq280/bank-sampah-nusantara-berbagi-pengalaman-ke-mahasiswa
Pada Hari Peduli Sampah Nasional, Bank Sampah Nusantara LPBI NU mengadakan Rangkaian
Kegiatan di Beberapa Wilayah di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan dari mulai tanggal 12
sampai dengan 25 Februari 2017.42
Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI NU adakan diskusi seputar Legalitas Kelembagaan Bank
Sampah bersama Yani Rahman (Manajer Operasional BSN LPBI NU). Acara dilangsungkan
secara virtual melalui zoom meeting pada tanggal 14 Agustus 2020.43
42 https://www.atmago.com/berita-warga/hari-peduli-sampah-nasional-bank-sampah-nusantara-lpbi-nu-mengadakan-rangkaian-kegiatan-di-beberapa-wilayah_cb3b13f8-15d1-467b-9e08-fe1375aaeef7 43
https://www.google.com/search?q=bank+sampah+nusantara&client=firefox-b-d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiWhbe4_6zyAhVi8XMBHT2HCgQQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1284&bih=722#imgrc=nst20UgJLiuPOM
Direktur BSN LPBI NU didalam upayanya menggaet target audience perempuan sebagai
lokomotif rumah tangga yang mengelola sampah rumah tangga dari mulai awal sampai dengan
akhir. Hal yang dilakukan adalah mencoba membuat target audience merubah mindset mereka
tentang memandang dan memperlakukan sampah.44
Salah satu aksi yang dilakukan oleh BSN LPBI NU adalah Ngaji Plastik. Ngaji Plastik ini adalah
bentuk sosialisasi pengendalian plastik yang dikemas dalam bentuk pengajian. Program ini sudah
berjalan dua tahun belakangan.Hal ini sudah diterapkan baik ke pesantren maupun pengajian
anak-anak. Dalam Ngaji Plastik, konten yang dibahas mulai dari bahan plastik, bahaya plastik
hingga hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi plastik.45
44 https://www.bregasnews.com/2017/02/di-brebes-bank-sampah-nusantara-lpbi-nu.html 45 https://www.gatra.com/detail/news/419060/politik/atasi-sampah-plastik-nu-adakan-ngaji-plastik
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat di simpulkan
bahwa Bank Sampah Nusantara LPBNI NU telah menjalankan sosialisasi untuk merubah
perilaku masyarakar didalam mengatasi sampah plastic dengan menggunakan kaidah-kaidah
konsep pemasaran sosial. Hal yang sudah dilakukan selama ini oleh Direktur Bank Sampah
Nusantara dan tim sudah menunjukan hasil yang baik, para peserta training atau workshop yang
diadakan oleh Bank Sampah Nusantara menjadi paham bagaimana pengelolaan sampah plastic.
Bahkan ada yang sudah bisa menggunakan sampah plastic mereka sebagai tabungan sampah
yang tentunya menghasilkan uang dan bisa menaikan tingkat perekonomian mereka. Untuk itu
diharapak kegiatan ini bisa terus di laksanakan secara simultan oleh Bank Sampah Nusantara
LPBI NU.
Daftar Pustaka
Adnan, Ricardi S (2016). Pemasaran Sosial : Suatu Pengantar. Modul UT. Jakarta, Indonesia
Berger, Peter (2011), Adventures of an Accidental Sociologist: How to Explain the World
Without Becoming a Bore. Porometheous USA
Firmansyah, Anang (2018) Perilaku Konsumen: Sikap dan Pemasaran) Deepublish, CV Budi
Utama, Jogjakarta
Ilyasa, Raden Muhammad Arvy (2020). Analisis Pertanggungjawaban Negara Yang
Menimbulkan Dampak Kerugian Dalam Kasus Pembuangan Sampah Plastik di Samudra Pasifik
Dalam Perspektif Hukum Internasional. Jurnal Padjadjaran Law Review . Volume 8, Nomor 1,
2020. P-ISSN : 2407-6546 E-ISSN : 2685-2357
Istirokhatun, Titik, Winardi Dwi Nugraha (2019). Pelatihan Pembuatan Ecobricks sebagai
Pengelolaan sampa plastic di RT 01 RW 05 Kelurahan Kramas, Kecamatan Tembalang,
Semarang. Jurnal Pasopati Vol. 1, No. 2 Tahun 2019
Kotler, P, Roberto, N & Lee, N 2002, Social Marketing: Improving the Quality of Life. 2nd edn,
Sage Publications.
Kotler, Philip and Nancy Lee (2011). Social Marketing: : Influencing Behaviors for Good. Sage
4th Edition, SAGE, USA
Kriyantono, Rachmat (2014) Teknik Praktis Riset Komunikasi Prenada Media, Jakarta,
Indonesia
Nanda, Ajit Kumar (2016). Social Marketing: A Literature Review. International Journal of
Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064 Index Copernicus Value (2013): 6.14 |
Impact Factor (2013): 4.438
Newman, W. Lawrence (2000) Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches Edition: Fourth Publisher: Allyn and Bacon ISBN: 0205297714
Newton-Ward, Mike, et al (2011). Positioning Social Marketing, Social Marketing Quaterly,
10:3-4, 17-22
Notoatmojo, Soekidjo (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan Rineka Cipta, Jakarta
Piotrow, P. T., Kincaid, D. L., Rimon, J. G., & Rhinehart, W. (1997). Health communication:
Lessons from family planning and reproductive health.
Purwaningrum, Pramiati (2016). Upaya Mengurangi Timbunan Sampah Plastik di Lingkungan.
Indonesian Journal of Urban and Environment Technology. Vol 8, No 2 (2016) . Open Journal
System. Universitas Trisakti, Jakarta
Sukidin, Suko Susilo, Basrowi (2012) Sosiologi Politik Ghalia Indonesia Indonesia
Sunarto, Kamanto (2004) Pengantar Sosiologi Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Indonesia
https://lingkunganhidup.co/sampah-plastik-indonesia-dunia/
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53522290
https://indonesiaimaji.com/warga-nu-dan-masalah-sampah-plastik/
https://www.mongabay.co.id/2020/07/28/ecoton-pencemaran-sungai-surabaya-meningkat-
selama-pandemi/
file:///C:/Users/USER/AppData/Local/Temp/Fiqih%20Penanggulangan%20Sampah%20Plastik
%20-%20[PDF].pdf
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/26/135610326/sampah-plastik-di-indonesia-jadi-
perhatian-presiden-bank-dunia?page=all
https://news.detik.com/berita/d-4501063/cerita-di-balik-viral-penemuan-sampah-plastik-utuh-
berusia-19-tahun
https://maritim.go.id/penanganan-sampah-laut-masih-terus-berlanjut/
https://www.yonomaulana.com/2018/04/social-marketing-definition.html
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4487896/cerita-akhir-pekan-aktivitas-bank-sampah-di-
masa-pandemi
https://www.asshiddiqiyah.com/2017/02/lpbi-nu-dan-apdupi-resmikan-bank-sampah.html
https://www.gatra.com/detail/news/419060/politik/atasi-sampah-plastik-nu-adakan-ngaji-plastik
https://www.bregasnews.com/2017/02/di-brebes-bank-sampah-nusantara-lpbi-nu.html
https://www.atmago.com/berita-warga/hari-peduli-sampah-nasional-bank-sampah-nusantara-
lpbi-nu-mengadakan-rangkaian-kegiatan-di-beberapa-wilayah_cb3b13f8-15d1-467b-9e08-
fe1375aaeef7
https://www.google.com/search?q=bank+sampah+nusantara&client=firefox-b-
d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiWhbe4_6zyAhVi8XMBHT2HCgQQ_AUo
AXoECAEQAw&biw=1284&bih=722#imgrc=nst20UgJLiuPOM
https://sultengraya.com/read/77754/peresmian-bank-sampah-nusantara/
https://www.republika.co.id/berita/ogj8lq280/bank-sampah-nusantara-berbagi-pengalaman-ke-
mahasiswa
https://www.google.com/search?q=bank+sampah+nusantara&client=firefox-b-
d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiWhbe4_6zyAhVi8XMBHT2HCgQQ_AUo
AXoECAEQAw&biw=1284&bih=722#imgrc=kHo7umqMCo3KwM