komunikasi kpd anak dan keluarga.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam tindakan keperawatan faktor komunikasi yang baik antara perawat dengan
kliennya sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan keperawatan. Komunikasi merupakan
bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita dengan klien. Tetapi untuk
mewujudkan komunikasi yang baik dengan klien tidaklah mudah, apalagi dengan klien anak.
Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan selanjutnya anak
akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam tinjauan ilmu keperawatan anak, anak
merupakan seseorang membutuhkan suatu perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan
khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun
nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi
dapat tercapai. Tetapi, dalam mencapai tujuan komunikasi yang baik ini tidaklah mudah,
misalnya saja anak yang belum bisa bercerita. Kadang kala dalam komunikasi dengan anak,
seorang perawat dalam tindakan keperawatannya dapat membuat/menyebabkan anak
menjadi menangis, marah, dan lain sebagainya yang bisa membuat hati dan pikiran si klie
(anak) menjadi tidak enak. Maka dari itu, kami terdorong untuk membuat makalah yang
membahas tentang teknik komunikasi dengan anak.
B. Ruang Lingkup Masalah
1. Definisi komunikasi
2. Sikap komunikasi terapeutik pada anak
3. Komunikasi Pada Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
4. Cara komunikasi dengan anak
5. Komunikasi dengan keluarga
6. Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
7. Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak
8. Implikasi komunikasi dalam keperawatan
C. Tujuan
Untuk mengetahui komunikasi pada anak dan keluarga.
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui
simbol-simbol , tanda, atau tingkah laku (Haber,1987).
Menurut William Ablig :Komunikasi adalah proses pengoperan lambang- lambang yang
mengandung pengertian antara individu- individu.
Menurut Dale Yoder :Kata communications berasal dari sumber yang sama , seperti kata
common yang artinya bersama , bersama-sama dalam membagi ide,apabila seseorang
berbicara, orang yang lain mendengarkan .
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah : komunikasi dilakukan
dua orang atau lebih, komunikasi merupakan pembagian ide, pikiran, fakta , pendapat, dan
Komunikasi melalui lambang-lambang yang harus dimengerti oleh pelaku komunikasi.
Sedangkan Komunikasi terapeutik adalah Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
1. Komponen dalam komunikasi
a. Komunikator/ Pengirim pesan : Yang menjadikomunikator dalam hal ini adalah
anak, keluarga, atau kelompok.
b. Komunikan / penerima pesan : penerima pesan merupakan orang yang menerima
berita atau lambang.
c. Pesan : Berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui lambang,
pembicara, gerakan atau sikap.Ex : Informasi ttg masalah kesehatan anak.
d. Media, Sarana atau saluran dari komunikasi. Dapat berupa media cetak, audio,
visual, atau audio visual.
e. Umpan Balik : Reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan
yg disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Sikap dalam komunikasi
Menurut Egan (1995) menyatakan bahwa sikap komunikasi merupakan sesuatu apa
yang harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
Diantaranya :
a. Sikap berhadapan
Bentuk sikap dimana seseorang langsung bertatap muka atau berhadapan langsung
dgn anak ( Komunikator siap utk berkomunikasi).
b. Sikap mempertahankan kontak
3
Bertujuan menghargai klien dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap
berkomunikasi dgn cara selalu memperhatikan apa yg diinformasikan atau
disampaikandgn tidak melakukan kegiatan yg dapat mengalihkan perhatian dgn
lainnya.
c. Sikap membungkuk kearah pasien
Menunjukkan keinginan utk mengatakan atau mendengar sesuatu dgn cara
membungkuk sedikit kearah klien.
d. Sikap tetap relaks
Menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dlm
memberi respons pada klien selama komunikasi.
e. Sikap terbuka
Bentuk sikap dgn memberikan posisi kaki tidak melipat,tangan menunjukkan
keterbukaan untuk berkomunikasi
B. Sikap komunikasi terapeutik pada anak
1) Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yg terlalu dini sampai dgn anak menunjukkan kesiapan utk
berespon positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan kita pada anak.
2) Sikap empati
Bentuk sikap dgn cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan org tua.
3) Sikap hormat
Bentuk sikap yg menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa suka dan
menghargai klien. ex : senyum pada saat yg tepat, melakukan jabat tangan atau sentuhan
yang lembut dgn seizin komunikan.
4) Sikap Konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminologi yg spesifik dan bukan abstrak pada saat
kom dgn klien , EX : gambar, mainan, dll.
C. Komunikasi Pada Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu memperhatikan berbagai aspek
diantaranya adalah usia tumbuh kembang anak, cara berkomunikasi dengan anak, metode
dalam berkomunikasi dengan anak tahapan atau langkah-langkah dalam melakukan
komunikasi dengan anak serta peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan
anak sehingga bisa didapatkan informasi yang benar dan akurat.
4
1) Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping
itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan
komunikasipada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang
menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-
suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu
ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada
minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi
sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan
tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan
lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap
namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun
pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga
kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif
pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik
sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2) Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh
kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata
ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan
ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan
sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya
sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih
belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Pada usia ini cara berkomunikasi yang
dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi
kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas
5
dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata “jawab dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika
diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak
merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau
bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3) Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca
disini sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai
berfikir tentang kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural
dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam
sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4) Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai
menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang
masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai
menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini
adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia
ini adalah berdiskusi atau curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa
pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi
6
mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam
bersikap dewasa.
D. Cara komunikasi dengan anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil berbagai
data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah
keperawatan atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi dengan anak, antara lain :
1) Melalui orang lain atau pihak ketiga.
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu
dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang
sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok
pembicaraan.
2) Bercerita.
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar
3) Memfasilitasi.
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau
respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan
respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh
perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang
jelek pada anak.
4) Biblioterapi.
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang
akan disampaikan kepada anak.
5) Meminta untuk menyebutkan keinginan.
7
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak
dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6) Pilihan pro dan kontra.
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan
pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7) Penggunaan skala.
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8) Menulis.
Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah
dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk
menulis.
9) Menggambar.
Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya dapat diungkapkan melalui
gambar dan anak akan mengungkapkan perasaannya apabila perawat menanyakan
maksud dari gambar yang ditulisnya.
10) Bermain.
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin,
dan pesan-pesan dapat disampaikan.
E. Komunikasi dengan keluarga
Komunikasi dengan keluarga merupakan proses segi tiga antara perawat orang tua dan
anak. Walaupun orang tua merupakan fokus penting dalam berkomunikasi segi tiga. Saudara
kandung, sanak keluraga lainnya dan pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses
komunikasi.
Melaksanakan penjajakan terhadap anak memerlukan input dari anak itu sendiri ( verbal
dan non verbal), informasi dari orang tua dan observasi perawat sendiri. Untuk itu lakukanlah
langkah-langkah sebagai berikut :
8
a) Mendorong orang tua untuk berbicara
Informasi tentang faktor kehidupan anak. Berhati-hatilah dan gunakan pertanyaan-
pertanyaan terbuka untuk menggali data sebanyak mungkin.
b) Mengarahkan pada pokok permasalahan
Kemampuan untuk mengarahkan pada pokok permasalahan selama berwawancara
adalah salah satu kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasi efektif. Salah satu
pendekatan adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan luas.
c) Mendengarkan
Mendengarkan adalah unsur yang paling penting dalam komunikasi yang efektif.
Dalam proses mendengarkan perawat harus mengarahkan perhatiannya dengan
sungguh-sungguh pada klien. Ini merupakan proses aktif karena konsetrasi dan
perhatian ditujukan pada semua aspek percakapan yaitu : verbal, non verbal dan yang
bersifat abstrak.
d) Bersikap empati
Empati berarti ikut merasakan perasaan orang lain secara obyektif. Perawat yang
empati berusaha sebanyak mungkin melihat keadaan dari sudut pandang klien /
keluarga. Empati berbeda dengan simpati, simpati tidak selalu ada unsur hubungan “
membantu “ dengan klien.
e) Menyakinkan
Hampir semua orang tua ingin menjadi orang tua yang baik dan ingin menunjukkan
kemampuannya dalam perannya. Orang tua membutuhkan perawat yang
menghargai dan memperhatikan perannya sebagai orang tua dan ingin agar perawat
memperhatikan anaknya. Hindarkan pembicaraan yang menyinggung harga diri
sebagai orang tua.
f) Menentukan Masalah.
Perawat dan orang tua harus sepakat bahwa masalah itu ada. Perawat akan bersama
ibu menetapkan apakah masalahnya ini benar atau tidak.
g) Memecahkan Masalah.
Pemahaman dan pengenalan masalah harus disepakati oleh orang tua kemudian mulai
merencanakan pemecahannya.Perawat harus mendiskusikan resikonya terhadap
keluarga dan mencoba mencari pemecahan masalah yang lebih efektif.
h) Mengadaptasi Bimbingan.
Segera setelah masalah diidentifikasi & disetujui oleh perawat dan orang tua, maka
dapat mulai merencanakan pemecahannya. Orang tua yang dilibatkan dalam
9
memecahkan masalah berfartisipasi penuh selama perawatan berlangsung. Bila situasi
memungkinkan, keputusan yang diambil adalah berasal dari orang tua dan perawat
berperan sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah.
F. Menghindari hambatan-hambatan komunikasi
Hambatan yang mempengaruhi proses hubungan dalam berkomunikasi :
o Sosialisasi
o Memberi nasehat-nasehat yang tidak ada kaitannya dan yang tidak diperlukan
o Memberikan dorongan sepintas
o Melindungi suatu situasi/opini
o Menawarkan keyakinan yang kurang sesuai
o Memberikan pujian secara stereotipi
o Menahan ekspresi emosi dengan pertanyaan tertutup
o Menginterupsi & menyelesaikan kalimat seseorang
o Lebih banyak bicara dari pada orang yang diintervien
o Membuat konklusi yang menghakimi
o Mengubah fokus pembicaraan dengan sengaja
G. Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada anak
1) Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi dan makin bagus pengatahuan yang dimiliki sehingga
penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam komunikasi
dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat pendidikan khususnya orang
tua karena berbagai informasi akan mudah diterima jika bahasa yang disampaikan sesuai
dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan
keterampilan. Faktor pengetahuan dalam proses komunikasi dapat diperlihatkan apabila
seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang disampaikan akannjelas dan mudah
10
diterima oleh penerima kan tetapi apabila pengetahuan kurang maka akan menghasilkan
informasi yang kurang.
3) Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan berjalan efektif
atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang baik
akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian
sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka dapat
menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang diharapkan
dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai dan lain-lain,
kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi terapeutik.
4) Usia Tumbuh kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat ditunjukkan
semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin
kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
5) Status kesehatan anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat
diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka cenderung
anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam komunikasi
membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai komunikasi yang
efektif.
6) Sistem social
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di mana
setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal tersebut dapat
juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batak engan orang Madura ketika
berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan sama-sama tidak memahami
bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk mencapai tujuan dan komunikasi.
7) Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi seperti
intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akna dapat memberikan pengaruh
dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita berkomunikasi dengan orang yang
memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat mudah kita menerima informasi ataupun
pesan yang disampaikan. Demukian sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang
yang memiliki suara yang tidak jelas kita akan kesulitan menerimapesan atau informasi
yang disampaikan.
11
8) Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam hal
komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada.
Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan
komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang
kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak pada tempat
yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi tidak akan bisa
berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi secara efektif karena suara
yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan disampaikan sulit diterima oleh anak.
H. Implikasi Komunikasi Dalam Keperawatan
Implikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat mengingat
berbagai pengkajian atau pemeriksaan pada klien dapat dilakukan melalui komunikasi di
antaranya implikasi yang dapat dilakukan adalah:
a) Ajak berbicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunikasi dengan anak
atau mengkaji anak dengan menjalin hubungan dalam tindakan keperawatan.
b) Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain agar anak
mau berkomunikasi.
c) Berikan maianan sebelum masuk ke dalam pembicaraan inti.
d) Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemeriksaan yang diinginkan
sambil duduk, berdiri atau tidur.
e) Lakukan pemeriksaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang berdampak
trauma lakukan diakhir pemeriksaan.
f) Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri kesempatan
untuk memegang alat periksa
12
ROLE PLAY KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK USIA SEKOLAH
Narator :
Kepala Bangsal :
Perawat :
Pasien Nisa :
Ibu Dina :
Di Rumah Sakit Sinar Asih terdapat pasien anak usia sekolah umurnya 7 tahun dengan didampingi ibunya, dia bernama Nisa. Nisa sudah 3hari di rawat di ruang mawar no.004, dia dirawat karena keracunan makanan yang dibelinya saat di Sekolah. Pagi hari perawat Arif bertugas untuk memberikan obat kepada pasien Nisa. Sebelum perawat Arif menemui pasien Nisa, terlebih dahulu dia izin ke kepala bangsal.
Perawat Arif : Selamat pagi Bu ?
Kepala bangsal : selamat pagi, silahkan duduk. Ada apa yah mas ?
Perawat Arif : begini bu, menurut catatan rekam medis yang ada, bahwa pasien Nisa yang dirawat di ruang mawar nomor 004 pagi ini jadwalnya untuk minum obat. Saya akan membantunya minum obat. Bagaimana bu, apakah saya diizinkan ?
Kepala bangsal : baik, kalau begitu lakukan sesuai prosedur yang ada yah mas.
Perawat Arif : baik bu, terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu.
Kepala bangsal : iya, silahkan.
Perawat Arif menghampiri pasien Nisa di ruang mawar nomor 004 dengan membawa obat. Namun mengetahui bahwa nisa akan disuapin obat, dia ketakutan karena tidak suka dengan rasa pahit obat tersebut.
Perawat Arif : assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu.
Ibu Dina : waalaikum salam mas.
Perawat Arif : perkenalkan bu, nama saya perawat Arif. Saya bertugas dari jam 07.00 sampai jam 12.00 siang nanti. Anak ibu namanya dek Nisa yah bu?. Kebetulan hari ini saya yang akan merawat anak ibu. Hari ini saya akan memberikan obat kepada anak ibu, tujuannya supaya rasa nyeri pada perut anak ibu bisa berkurang. Nanti ibu bisa tolong membantu saya supaya anak ibu mau meminum obat. Bagaimana bu, apakah ibu bersedia?
Ibu Dina : oh begitu yah mas, yasudah nanti saya akan bantu supaya anak saya cepet sembuh.
13
Perawat Arif : baik bu, sejauh ini bagaimana keadaan dek nisa, bu ?
Ibu Dina : ya begini lah mas, rewel disuruh minum obat ngga mau.
Perawat Arif : oh begitu yah. Nah, dek Nisa apa kabar ?
Nisa : baik mas, aku sehat.
Perawat Arif : wah dek nisa sudah sehat yah. Biar dek nisa tambah sehat, dek nisa minum obat ini dulu yah.
Nisa : apa itu mas, aku ngga mau minum obat, obatnya pahit !
Ibu Dina : Nisa yang nurut yah, biar nisa cepet pulang kerumah. Nanti nisa bisa sekolah lagi.
Perawat Arif : iya dek nisa, ini syrup. Dek nisa pernah minum syrup yang rasa strawberry kan? Ini manis kok. Coba dulu yuk. Coba sedikit aja. Manis kok dek.
Nisa : beneran ngga pahit mas ? mas dulu coba yang minum.
Perawat Arif menuangkan madu pada sendok dan diminumnya supaya pasien Nisa percaya dan mau meminum obat. Lalu, perawat Arif meminta pasien Nisa untuk meminumna satu tetes.
Perawat Arif : hemm, tuh, manis kan dek? Engga pahit?
Nisa : iya mas, enak.
Perawat arif : nah sekarang dek nisa minum lagi yah, tadi kan cuma minum sedikit.
Perawat Arif menuangkan obat yang sebenarnya diminum pasien Nisa pada sendok yang sudah disiapkan, tidak menaruh madu lagi.
Nisa : (merasa kepahitan)
Nisa merasa kepahitan dengan obat yang diminumnya. Lalu perawat Arif memberi madu lagi supaya Nisa tidak merasa pahit lagi. Setelah pemberian obat selesai, perawat Arif pamit kepada Ibu Dina dan pasien Nisa.
Ibu Dina : makasih yah mas, mas sudah membantu anak saya minum obat. Dari kemaren dia nangis terus, perutnya kesakitan. Alhamdulilah setelah dibantu mas, dia nurut minum obat.
Perawat Arif : iya bu, sama-sama. ini sudah menjadi tugas saya untuk membantu dek Nisa minum obat, dan saya jug senang membantunya. Dek nisa cepet sembuh yah, biar bisa sekolah lagi, main sama teman-teman dek Nisa lagi.
Nisa : iya mas.
Perawat Arif : kalau begitu saya permisi dulu yah Bu. Nanti jam 12.00 saya akan kesini lagi untuk melihat keadaan dek nisa selanjutnya, sekaligus mengantarkan makanan untuk dek Nisa. Semisal ibu perlu bantuan saya lagi sebelum jam 12.00, ibu bisa memencet tombol
14
yang ada disamping tempat tidur dek Nisa atau ibu bisa menemui saya di ruang keperawatan yah bu. Assalamu’alaikum bu.
Ibu Dina : waalaikum salam.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang.
Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan obyek yang maknanya
disepakati bersama lambang menjembatani hubungan antara manusia dengan objek
B. Saran
Bagi perawat harus mempunyai komunkasi yang baik kepada klien sehingga dapat
membangun rasa saling percaya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Mills, Elizabeth. 2010. Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan Perilaku, Gajah Mada
Uiversity Press: Yogjakarta
Putri H Trikaloka dan Fanani Ahmad.2013.komunikasi Kesehatan.yogyakarta: Merkid Press.
Muslih dan Fatmawati Siti.2009.Komunikasi Kesehatan.yogyakarta:Nuha Medika
Priyanto agus.2009.Komunikasi dan konseling.jakarta:Salemba Medika.s