komposit
DESCRIPTION
KompositTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi bahan semakin pesat. Salah satu teknologi bahan
mengalami perkembangan yang pesat adalah material komposit. Hal ini sangat dipengaruhi
oleh luasnya aplikasi bahan komposit dalam kehidupan sehari – hari. Penggunaan komposit
dalam kehidupan kita banyak kita jumpai misalnya: helm, bola bilyard, bumper mobil, dan
lain sebagainya sampai kepada peralatan modern pada industri – industri seperti kerangka
telepon, antena, raket tenis, stick golf, peluru, kaki palsu, industri kapal terbang dan peralatan
– peralatan militer
Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini, kebutuhan material untuk
sebuah produk bertambah. Penggunaan material logam pada berbagai komponen produk
semakin berkurang. Hal ini diakibatkan oleh beratnya komponen yang terbuat dari
logam, proses pembentukannya yang relatif susah, dapat mengalami korosi dan biaya
produksinya mahal. Oleh karena itu, banyak dikembangkan material lain yang
mempunyai sifat karekteristik yang sesuai dengan karakteristik material logam yang
diinginkan. Salah satu material yang banyak dikembangkan saat ini adalah komposit.
Komposit adalah bahan kombinasi antara dua atau lebih komponen atau material yang
memiliki sejumlah sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh masing–masing komponen
tersebut.
Secara umum komposit tersusun dari material pengikat (matriks) dan material
penguat (reinforce). Logam, keramik, dan polimer dapat digunakan sebagai material
pengikat pada pembuatan komposit tergantung dari sifat yang ingin dihasilkan. Fungsi
matriks adalah untuk mendukung dan mengikat reinforcement, mentransfer beban antar
reinforcement, dan melindungi reinforcement dari perubahan eksternal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat dari material komposit ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan dari komposit ?
3. Bagaimana pengaplikasiannya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
industry?
4. Bagaiman proses pembuatan dari komposit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu baja karbon, baja perkakas,baja paduan dan dies, baja tahan
karat dan besi tuang.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing logam besi
3. Untuk mengetahui aplikasi dari macam-macam logam besi tersebutbaik dalam
kehidupan sehari-hari maupun industry.
4. Untuk mengetahui proses pembuatan dari macam-macam logam besi tersebut.
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Komposit
Pengertian komposit adalah bahan yang terbentuk apabila dua atau lebih komponen
yang berlainan digabung (Kroschwitz, 1987). K. Van Rijswijk et.al dalam bukunya Natural
Fibre Composites (2001) menjelaskan komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin
polimer diperkuat dengan serat, menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik. Ilustrasi
ikatan dan sifat fisik polimer dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Komposisi Komposit fiber (serat) resin composite material
(Sumber: K. van Rijswijk, et.al, 2001)
Bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro yang didefinisikan
sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran atau kombinasi dua atau lebih
unsur-unsur utama yang secara makro berbeda dalam bentuk dan atau komposisi material
yang tidak dapat dipisahkan (Schwartz, 1984).
Material komposit mempunyai beberapa keuntungan diantaranya (Schwartz, 1997):
1. Bobotnya ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya produksi murah
4. Tahan korosi
Sedangkan Peter (2002) menjelaskan keuntungan dan kerugian komposit di dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 2.1. Keuntungan dan Kerugian dari Komposit Komersial (Jurnal Penelitian
Characterization and Treatments of Pineapple Leaf Fibre Thermoplastic Composite For
Construction Application, Munirah Mochtar, et.al, 2007)
Keuntungan Kekurangan
- Berat berkurang
- Rasio antara kekuatan atau rasio kekakuan
dengan berat tinggi
- Sifat-sifat yang mampu beradaptasi:
Kekuatan atau kekakuan
dapat beradaptasi terhadap pengaturan
beban
-Lebih tahan terhadap korosi
-Kehilangan sebagian sifat dasar material
- Ongkos manufaktur rendah
-Konduktivitas termal atau konduktivitas
listrik meningkat atau menurun
- Biaya bertambah untuk bahan baku dan
fabrikasi
- Sifat-sifat bidang melintang lemah
- Kelemahan matrik, kekerasan rendah
- Matriks dapat menimbulkan degradasi
lingkungan
- Sulit dalam mengikat
- Analisa sifat-sifat fisik dan mekanik sulit
dilakukan, analisis untuk efisiensi damping
tidak mencapai konsensus
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa aplikasi komposit masih terbatas disebabkan
oleh faktor ekonomi. Karena komposit menggunakan serat gelas atau material teknik yang
lain sebagai penguat, biaya bahan mentah dan biaya fabrikasi akan menjadi tinggi. Hal ini
jelas terlihat pada bidang industri yang memanfaatkan material komposit, seperti pada bidang
penerbangan dan kelautan.
Material komposit terdiri dari dua buah penyusun yaitu filler (bahan pengisi) dan
matrik. Adapun definisi dari keduanya adalah sebagai berikut:
1. Filler adalah bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan komposit, biasanya
berupa serat atau serbuk. Serat yang sering digunakan dalam pembuatan komposit
antara lain serat E-Glass, Boron, Carbon dan lain sebagainya. Bisa juga dari serat
alam antara lain serat kenaf, jute, rami, cantula dan lain sebagainya.
2. Matriks. Gibson R.F. (1994) mengatakan bahwa matriks dalam struktur komposit bisa
berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Matriks secara umum berfungsi
untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit. Matriks memiliki fungsi:
a. Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur
b. Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan
c. Mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat
d. Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan
tahanan listrik.
2.2 Klasifikasi Komposit
2.2.1 Berdasarkan matriks yang digunakan komposit dapat dikelompokkan atas:
1. MMC: Metal Matriks Composite (menggunakan matriks logam) Metal Matriks
Composite adalah salah satu jenis komposit yang memiliki matriks logam. MMC
mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous
Filamen MMC yag digunakan dalam industri penerbangan
2. CMC: Ceramic Matriks Composite (menggunakan matriks keramik) CMC merupakan
material dua fasa dengan satu fasa berfungsi sebagai penguat dan satu fasa sebagai
matriks dimana matriksnya terbuat dari keramik. Penguat yang umum digunakan pada
CMC adalah; oksida, carbide, nitride. Salah saru proses pembuatan dari CMC yaitu
dengan proses DIMOX yaitu proses pembentukan komposit dengan reaksi oksidasi
leburan logam untuk pertumbuhan matriks keramik di sekeliling daerah filler.
3. PMC: Polymer Matriks Composite (menggunakan matriks polimer).
Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material komposit.
Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan lebih ringan. Matriks
polimer terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaannya polimer termoset
tidak dapat didaur ulang sedangkan termoplastik dapat didaur ulang sehingga lebih
banyak digunakan
belakangan ini. Jenis-jenis termoplastik yang biasa digunakan adalah polypropylene
(PP), polystryrene (PS), polyethylene (PE), dan lain-lain.
2.2.2 Berdasarkan serat yang digunakan komposit serat (fiber-matriks composites)
dibedakan menjadi:
1. Fibre composites (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik.
2. Flake composites adalah gabungan serpih rata dengan matrik.
3. Particulate composites adalah gabungan partikel dengan matrik.
4. Filled composites adalah gabungan matrik continous skeletal
5. Laminar composites adalah gabungan lapisan atau unsur pokok lamina.
2.2.3 Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit
yaitu:
1.Continuous Fibre Composite
Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina diantara
matriksnya. Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar lapisan.
2.Woven Fibre Composite (bi-directional)
Komposit ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan karena susunan
seratnya mengikat antar lapisan. Susunan serat memanjangnya yang tidak begitu lurus
mengakibatkan kekuatan dan kekakuan melemah.
3.Discontinous Fibre Composite
Discontinous Fibre Composite adalah tipe komposit dengan serat pendek.
Tipe ini dibedakan lagi menjadi 3 :
a) Aligned discontinous fibre
b) Off-axis aligned discontinous fibre
c) Randomly oriented discontinous fibre
2.2.4 Berdasarkan strukturnya komposit dibedakan atas:
1. Particulate Composite Materials (komposit partikel) merupakan jenis komposit yang
menggunakan partikel/butiran sebagai filler (pengisi). Partikel berupa logam atau non
logam dapat digunakan sebagai filler.
2. Fibrous Composite Materials (komposit serat) terdiri dari dua komponen penyusun
yaitu matriks dan serat.
3. Structural Composite Materials (komposit berlapis) terdiri dari sekurang- kurangnya
dua material berbeda yang direkatkan bersama-sama. Prosespelapisan dilakukan
dengan mengkombinasikan aspek terbaik dari masing-masing lapisan untuk
memperoleh bahan yang berguna.
Untuk lebih jelasnya, pembagian komposit dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.2. Struktur Bagan Komposit (Sumber: K. van Rijswijk, et.al, 2001)
2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur komosit
a. Faktor Ikatan Fiber-Matriks
Komposit berpenguat serat banyak diaplikasikan pada alat-alat yang membutuhkan
material yang mempunyai perpaduan dua sifat dasar yaitu kuat namun juga ringan. Komposit
serat yang baik harus mampu menyerap matriks yang memudahkan terjadi antara dua fase
(Schwartz, 1984). Selain itu komposit serat juga harus mempunyai kemampuan untuk
menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan matriks berinteraksi dan pada akhirnya
terjadi pendistribusian tegangan. Kemampuan ini harus dimiliki oleh matriks dan serat. Hal
yang mempengaruhi ikatan antara serat dan matriks adalah void, yaitu adanya celah pada
serat atau bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan
mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima beban, maka
daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan mengurangi kekuatan
komposit tersebut (Schwartz, 1984)
b. Faktor Ikatan Filler-Matriks
Dengan adanya partikel berupa filler, maka pada beberapa daerah pada resin sebagai
matriks akan terisi oleh partikel, sehingga pada saat terjadi interlamellar stretching, deformasi
yang terjadi pada bagian amorph dapat diminimalisir oleh partikel. Mekanisme penguatannya
adalah bahwa dengan adanya partikel, maka jarak antara bagian polimer yang strukturnya
kristalin (berbentuk seperti lempengan/lamelar) akan diperpendek oleh adanya partikel tadi.
Dengan semakin meningkatnya jumlah partikel yang ada (sampai pada batasan tertentu
dimana matriks masih mampu mengikat partikel), maka deformasi yang terjadi juga akan
semakin berkurang, karena beban yang sebelumnya diterima oleh matriks akan diteruskan
atau ditanggung juga oleh partikel sebagai penguat. Ikatan antara matriks dan filler harus
kuat. Apabila ikatan yang terjadi cukup kuat, maka mekanisme penguatan dapat terjadi.
Tetapi apabila ikatan antar permukaan partikel dan matriks tidak bagus, maka yang terjadi
adalah filler hanya akan berperan sebagai impurities atau pengotor saja dalam spesimen.
Akibatnya filler akan terjebak dalam matriks tanpa memiliki ikatan yang kuat dengan
matriksnya. Sehingga akan ada udara yang terjebak dalam matriks sehingga dapat
menimbulkan cacat pada spesimen. Akibatnya beban atau tegangan yang diberikan pada
spesimen tidak akan terdistribusi secara merata. Hal inilah yang menyebabkan turunnya
kekuatan mekanik pada komposit.
Ikatan antar permukaan yang terjadi pada awalnya merupakan gaya adhesi yang
ditimbulkan karena kekasaran bentuk permukaan, yang memungkinkanterjadinya
interlocking antar muka, gaya elektrostatik yaitu gaya tarik menarik antara atom bermuatan
ion, ikatan Van der Waals karena adanya dipol antara partikel dengan resin. Permulaan
kekristalan (nukleasi) pada polimer bisa terjadi secara acak di seluruh matriks ketika
molekul-molekul polimer mulai bersekutu (nukleasi homogen) atau mungkin juga terjadi
disekitar permukaan suatu kotoran (impurities asing), yaitu mungkin suatu nukleator sengaja
ditambahkan sehingga terjadi nukleasi heterogen. Jadi partikel yang ditambahkan pada
polimer akan berpengaruh terhadap kristalisasi dari polimer itu sendiri. Peningkatan volume
filler akan mengurangi deformability (khususnya pada permukaan) dari matriks sehingga
menurunkan keuletannya. Selanjutnya, komposit akan memiliki kekuatan lentur yang rendah.
Namun apabila terjadi ikatan antara matriks dan filler kuat sifat mekanik akan meningkat
karena distribusi tegangan merata.
Pola distribusi dari partikel juga akan mempengaruhi kekuatan mekanik. Pola
distribusi partikel dalam matriks dapat dianalisa secara sederhana dengan menghitung
densitas dari komposit pada beberapa bagiannya dalam satu variabel. Dari hasil
perhitungannya, densitas komposit memiliki nilai-nilai yang berbeda- beda dalam satu
variabelnya. Hal ini menunjukkan pola sebaran dari partikel yang kurang homogen.
Pada penelitian ini komposit dianalisa secara makroskopik. Makroskopik adalah
menganalisa bahan komposit dengan anggapan bahan komposit bersifat homogen sehingga
dalam analisa kekuatan komposit berdasarkan kekuatan komposit secara keseluruhan.
Sedangkan tinjauan secara mikroskopik pada penelitian ini diabaikan. Mikroskopik adalah
menganalisa bahan komposit berdasarkan interaksi antara penguat dan matriksnya.
c. Pembebanan
Bahan komposit dibentuk pada saat yang sama ketika struktur tersebut dibuat. Hal ini
berarti bahwa orang yang membuat struktur menciptakan sifat-sifat bahan komposit yang
dihasilkan. Proses manufaktur yang digunakan biasanya merupakan bagian yang kritikal yang
berperan menentukan kinerja struktur yang dihasilkan.
Terdapat empat beban langsung utama dimana setiap bahan dalam suatu struktur
harus menahannya yaitu tarik, tekan, geser/lintang dan lentur.
1.Tarik
Reaksi komposit terhadap beban tarik sangat tergantung pada sifat kekakuan dan
kekuatan tarik dari serat penguat, dimana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
resinnya.
2.Tekan
Sifat daya rekat dan kekakuan dari sistem resin sangat penting. Resin menjaga serat
sebagai kolom lurus dan mencegah dari tekukan (buckling).
3.Geser/Lintang
Beban ini mencoba untuk meluncurkan setiap lapisan seratnya. Di bawahbeban geser
resin memainkan peranan utama, memindahkan tegangan melintang komposit. Untuk
membuat komposit tahan terhadap beban geser, unsur resin diharuskan tidak hanya
mempunyai sifat-sifat mekanis yang baik tetapi juga daya rekat yang tinggi terhadap
serat penguat.
4.Lenturan
Beban lentur sebetulnya merupakan kombinasi beban tarik, tekan dan geser. Ketika
beban seperti diperlihatkan, bagian atas terjadi tekan, bagian bawah terjadi tarik dan
bagian tengah lapisan terjadi geser.
d. Daya Serap Air (Water Absorbtion)
Water-absorbtion dalam komposit merupakan kemampuan komposit dalam menyerap
uap air dalam waktu tertentu. Water-absorbtion pada komposit merupakan salah satu masalah
terutama dalam penggunaan komposit di luar ruangan. Semua komposit polimer akan
menyerap air jika berada di udara lembab atau ketika polimer tersebut dicelupkan di dalam
air. Water-absorption pada komposit berpenguat serat alami memiliki beberapa pengaruh
yang merugikan
dalam propertiesnya dan mempengaruhi kemampuannya dalam jangka waktu yang lama juga
penurunan secara perlahan dari ikatan interface komposit serta menurunkan sifat mekanis
komposit seperti kekuatan tariknya.
Penurunan ikatan interface komposit menyebabkan penurunan properties mekanis
komposit tersebut. Karena itu, pengaruh dari water-absorption sangat vital untuk penggunaan
komposit berpenguat serat alami di lingkungan terbuka. Salah satu karakteristik serat alami
memiliki kemampuan menyerap air yang lebih besar. Adanya serat alam yang memiliki
kemampuan menyerap air sebesar 11%- 12% ( Surdia et al), menyebabkan komposit
berpenguat serat alami dapat menyerap air lebih. Semakin besar fraksi volume serat pada
komposit menyebabkan peningkatan water absorpton. Demikian pula ikatan matrik dengan
serat membuat adanya celah yang membuat aliran air dapat masuk secara kapilarisasi Dhakal
et.al (2006).
2.3 Proses pembuatan MMC
Secara garis besar metode pembuatan A-MMCs dibagi menjadi dua bagian utama
yaitu :
1. Solid State Processing / Metalurgi Serbuk
Proses kondisi padat bisa dilakukan dengan salah satu cara yaitu dengan metalurgi
serbuk. Metalurgi serbuk merupakan suatu proses pembuatan serbuk dan benda jadi dari
serbuk logam atau paduan logam dengan ukuran serbuk tertentu tanpa melalui proses
peleburan. Tahapan dari proses metalurgi serbuk secara umum dibagi menjadi 3(tiga) bagian,
yaitu pencampuran serbuk matriks dan penguat (mixing), penekanan, dan pemanasan
(sintering) pada suhu tinggi. Teknik pembuatan dengan metalurgi serbuk memiliki kelebihan
dibanding proses lainnya, diantaranya adalah diperoleh distribusi partikel penguat lebih
merata dan sifat mekanik yang lebih baik, produk lebih beraneka ragam dan temperatur
proses lebih rendah. Sedangkan kekurangan dari proses metalurgi serbuk dibandingkan
teknik pengecoran adalah biaya relatif lebih mahal, ukuran benda yang dibuat terbatas dan
dihasilkan produk dengan porositas lebih tinggi. Oleh karena itu pembuatan komposit Al/Fe
banyak dikembangkan dengan teknik pengecoran (liquid-state).
2. Liquid State Processing
Metal matrix composite dapat diproses dengan memasukkan atau menggabungkan
matriks penguat logam cair. Ada beberapa keuntungan untuk menggunakan rute fasa cair
dalam pengolahan. Termasuk dalam bentuk (ketika dibandingkan dengan proses keadaan
padat seperti ekstrusi atau ikatan difusi), yang lebih cepat tingkat pengolahannya, dan suhu
relatif rendah terkait dengan pencairan logam, seperti Al dan Mg. Cairan yang paling umum
digunakan dalam fasa teknik pengolahan dapat dibagi menjadi empat kategori:
1. Casting or liquid infiltration: ini melibatkan infiltrasi berserat atau partikulat preform
oleh metal cair. Dalam kasus pengenalan langsung dari serat pendek atau partikel ke
dalam campuran cair, terdiri dari cairan metal dan partikel keramik atau serat pendek,
sering diaduk untuk mendapatkan distribusi partikel yang homogen. Dalam pengecoran
sentrifugal, gradien dalam penguatan diperoleh partikel pemuatan. Hal ini bisa sangat
menguntungkan dari perspektif mesin atau kinerja.
2. Squeeze casting atau pressure infiltration: Metode ini meliputi tekanan-dibantu
infiltrasi cairan dari berserat atau membentuk sebelumnya partikulat. Proses ini sangat
cocok untuk komponen berbentuk kompleks, penguatan selektif atau lokal, dan di mana
kecepatan produksi kritis.
3. Spray co-deposition: Dalam proses ini logam cair atau dikabutkan disemprotkan
injektor sementara partikel mengenai partikel keramik yang disemprot aliran untuk
menghasilkan pasir campuran partikel komposit. Partikel komposit tersebut kemudian
dikonsolidasikan menggunakan teknik lain yang cocok, seperti penekanan-panas,
ekstrusi, penempaan, dll.
4. In situ processes : Dalam hal ini, fase penguatan terbentuk baik oleh reaksi selama
sintesis atau dengan pembekuan terkendali paduan eutektik.
2.4 Aplikasi MMC
Adapun aplikasi dari penggunaan MMC adalah sebagai berikut:
a. Komponen automotive (blok-silinder-mesin,pully,poros gardan,dll)
b. Peralatan militer (sudu turbin,cakram kompresor,dll)
c. Aircraft (rak listrik pada pesawat terbang)
d. Peralatan Elektronik
BAB 3
SIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adapun hal yang dapat disimpulkan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material sehingga dihasilkan material komposit yang mempunyai sifat mekanik
dan karakteristik yang berbeda dari material pembentuknya.
2. Klasifikasi bahan komposit dapat dibentuk dari sifat dan sturkturnya.
3. Pembuatan komposit matriks logam terbagi menjadi dua bagian utama yaitu solid-
state dan liquid-state process.
DAFTAR PUSTAKA
K. Van Rijswijk. 2001. Natural Fibre Composites
Anonim.2012.Pengertian komposit secara luas .eatrenkz.blogspot.com/2012/.../bab-ii-
pengertian komposit-secara-luas.html. Diakses minggu,17 Mei 2015 pukul 20:03 WIB
Faisal.2012.Metode pembuatan komposit. http://faisalpupa.blogspot.com/2011/09/metoda-
pembuatan-komposit.html. Diakses senin, 17 Mei 2015 pukul 20:08 WIB