komoditas pangan dan pertanian logam dan mineral · pdf file2 komoditas energi minyak mentah,...

18
Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Februari 2017 Komoditas Logam dan Mineral Komoditas Pangan dan Pertanian Komoditas Energi

Upload: duongduong

Post on 06-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

Direktorat Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Februari 2017

Komoditas Logam dan

Mineral

Komoditas Pangan dan

Pertanian

Komoditas Energi

Page 2: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

2

Komoditas Energi

Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam

Komoditas Logam dan Mineral

Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Komoditas Pangan dan Pertanian

Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kertas

DAFTAR ISI

Page 3: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

3

PENGANTAR

Harga sejumlah komoditas dunia perlahan-lahan mulai membaik, meski masih jauh di bawah masa keemasannya. Tren kenaikan harga terutama terjadi pada komoditas energi seperti minyak mentah (crude oil). Departemen Energi AS atau U.S. Energy Information Administration (EIA), memprediksi harga minyak mengalami tren menanjak sampai dengan 2018. Peningkatan harga terutama didukung oleh peningkatan konsumsi dari 2016 sebesar 95,57 juta barel per hari (bph) menuju 97,2 juta bph pada 2017 dan 98,71 juta bph pada 2018. Adapun tingkat produksi pada 2016 sejumlah 96,45 juta bph mengembang tipis ke 97,53 juta bph dan 98,86 juta bph pada 2017 serta 2018. Harga minyak mentah mulai memanas sejak pertengahan tahun lalu yang didukung oleh rencana pemangkasan produksi OPEC pada awal 2017. Sementara harga batu bara dan gas alam mengalmi perlambatan yang dipicu oleh faktor fundamental, yakni persediaan yang melimpah sementara permintaan menurun serta berakhirnya musim dingin di sebagian wilayah membuat kenaikan harga gas alam terhenti.

Dalam laporan bertajuk Commodity Markets Outlook Januari 2017, World Bank memperkirakan harga komoditas pertanian secara keseluruhan meningkat tipis kurang dari 1% (yoy) pada 2017. Kenaikan kecil terjadi pada minyak nabati, minyak biji-bijian, dan bahan baku, sedangkan harga biji-bijian turun hampir 3% (yoy) karena estimasi meningkatnya pasokan. Lonjakan harga juga terjadi pada komoditas mineral-logam, seperti aluminium, tembaga, dan seng, sementara timah, nikel, dan bijih besi sedikit terkoreksi. Pemulihan harga tersebut diyakini akan terus berlanjut dan mampu mendongkrak nilai ekspor Indonesia. Namun, di tengah tren kenaikan harga, pemerintah tidak harus mengendurkan program hilirisasi agar dapat memberikan nilai tambah pada komoditas primer serta mendorong transformasi industri.

Kenaikan harga komoditas primer akan membawa berkah bagi Indonesia karena memang selama ini ekspor Indonesia masih berupa komoditas primer. Neraca perdagangan akan membaik dengan kenaikan harga komoditas itu. Namun demikian, kenaikan harga komoditas primer tersebut akan menjadi tantangan tersendiri bagi program hilirisasi yang sudah dicanangkan pemerintah.

Pemerintah dan pengusaha berbasis komoditas harus komit bahwa hilirisasi merupakan strategi paling jitu untuk menciptakan perekonomian nasional yang berbasis sustainable. Margin atau keuntungan dari hilirisasi jauh lebih besar ketimbang mengekspor komoditas dalam bentuk mentah. Hilirisasi bukan saja menciptakan nilai tambah dari sisi produk, namun juga bisa menciptakan investasi baru dan menyerap banyak tenaga kerja di dalam negeri. Jadi meskipun harga komoditas sepertinya akan berlanjut, konsistensi pemerintah akan hilirisasi harus diutamakan*.

Page 4: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

4

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) Januari 2017

• Harga minyak mentah menguat setelah Arab Saudi menyatakan akan memangkas produksi lebih dari yang dibutuhkan oleh kesepakatan OPEC. Departemen Energi AS atau U.S. Energy Information Administration (EIA) menyebutkan harga minyak mengalami tren menanjak sampai 2018. Peningkatan harga terutama didukung oleh peningkatan konsumsi dari 2016 sebesar 95,57 juta barel per hari (bph) menuju 97,2 juta bph pada 2017 dan 98,71 juta bph pada 2018. Adapun tingkat produksi pada 2016 sejumlah 96,45 juta bph mengembang tipis ke 97,53 juta bph dan 98,86 juta bph pada 2017 serta 2018. Sentimen lain yang mendonkrak harga minyak mentah adalah pasca-kabar sanksi pemerintah Amerika Serikat atas Iran.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan

2016 2017

Crude oil, average 29,8 31,0 37,3 40,8 45,9 47,7 44,1 44,9 45,0 49,3 45,3 52,6 53,6

Crude oil, Brent 30,8 33,2 39,1 42,3 47,1 48,5 45,1 46,1 46,2 49,7 46,4 54,1 54,9

Crude oil, Dubai 27,0 29,5 35,2 39,0 44,0 45,8 42,6 43,7 43,7 48,3 43,8 51,8 53,4

Crude oil, WTI 31,5 30,4 37,8 41,0 46,7 48,8 44,7 44,8 45,2 49,9 45,6 52,0 52,5

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) Januari 2017

Page 5: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

5

Harga minyak mentah mulai memanas sejak pertengahan tahun lalu yang didukung oleh rencana pemangkasan produksi OPEC pada awal 2017. Harga minyak mentah berpeluang mencapai level US$60 per barel pada kuartal I/2017 seiring dengan implementasi pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari. Sebelumnya, harga minyak sempat menyentuh level terendah dalam 12 tahun terakhir pada Februari 2016. Tren harga minyak semakin naik seiring dengan proses keseimbangan suplai dan permintaan. Pada pertengahan 2018 pasar menjadi lebih seimbang. Sementara itu, produksi AS pada 2016 turun sebesar 8,9 juta bph, atau turun 0,5 juta bph dari tahun sebelumnya. Secara bertahap, tingkat produksi kembali naik menuju 9 juta bph dan 9,3 juta bph pada 2017 serta 2018 (bisnis.com, Jumat 13/1/2017).

Selain itu, sentimen naiknya harga minyak dipicu oleh adanya pemberitaan penjatuhan sanksi tambahan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap entitas Iran yang dapat memicu tekanan geopolitik antara kedua negara tersebut. Presiden AS Donald Trump mengenakan sanksi atas Iran setelah Negara Persia tersebut melakukan tes peluncuran misil balistik. Di mana saja ada berita terkait Teluk Persia, akan ada respons di pasar. Langkah AS untuk menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Iran menjadi sesuatu yang mendukung sentimen para pedagang dalam jangaka pendek. Pergerakan harga minyak juga terpengaruh oleh data produksi OPEC. OPEC memproduksi 32,3 juta barel minyak per hari pada Januari. Survei Bloomberg menunjukkan 10 negara anggota OPEC telah mengimplementasikan 83% dari komitmen pemangkasan produksi. Namun, total produksi negara OPEC masih 550.000 barel per hari di atas target produksi karena peningkatan produksi minyak Iran, Nigeria, dan Libya (bisnis.com, 4/2/17).

Perkembangan Harga Minyak Mentah ($/bbl) Januari 2017

Page 6: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

6

Perkembangan Harga Batu bara dan Gas Alam ($/mt) Januari 2017

Harga batubara tergelincir mengiringi penurunan permintaan dari China dan kondisi ekonomi Eropa yang belum menentu turut memperburuk kinerja batubara di pasar komoditas dunia.

Harga gas alam terkoreksi di sepanjang bulan Januari. Cuaca ekstrim yang mulai menghilang membuat permintaan gas alam berkurang. Sejak akhir tahun lalu, harga gas alam bergerak dalam tren melemah dan di bulan Januari, harga sudah terkoreksi hingga 15,3%.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nop Des Jan

2016 2017

Coal, Australian ($/mt) 49,8 50,7 52,2 50,8 51,2 53,4 63,1 67,4 72,9 93,2 100,0 86,6 84,1

Natural gas, US ($/mmbtu) (RHS) 2,3 2,0 1,7 1,9 1,9 2,6 2,8 2,8 3,0 2,9 2,5 3,6 3,3

84,1

3,3

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

Perkembangan Harga Batu Bara dan Gas Alam Januari 2017

Page 7: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

7

Batu Bara

Harga batubara mengalami tekanan di tengah tren kenaikan harga minyak global. Kebijakan China masih menjadi faktor utama yang menggerus laju harga komoditas ini;

1) China telah meningkatkan jumlah hari untuk tambang dapat beroperasi per tahun. Sebelumnya China memangkas waktu kerja perusahaan batu bara mulai April 2016, dari 330 hari per tahun menjadi 276 hari per tahun. Hal tersebut dilakukan untuk mengendalikan lonjakan harga batubara serta meningkatkan produksi sehingga mencukupi pasokan pada musim dingin. Sejak bulan September, National Development and Reform Commission (NDRC) China secara bertahap memperluas jumlah tambang batubara yang dapat meningkatkan produksi.

2) NDRC telah mengamankan kontrak jangka menengah hingga jangka panjang di antara pembangkit listrik dan penambang batubara. Kesepakatan terbaru di China Utara, di antara produsen dan pembangkit listrik untuk mengirim batubara thermal di harga 535 yuan (US$ 105) per metrik ton tahun 2017, jauh lebih rendah dari harga pasar di 750 yuan per ton. Hal tersebut mendorong harga batubara ke level yang lebih rendah, yang mendorong harga batubara ke level yang lebih rendah.

3) Diketahui, pasar batubara terbesar adalah Asia yang mengkonsumsi sekitar 54% dari konsumsi batubara dunia. Permintaan batubara biasanya mencapai puncak di bulan Desember lantaran kenaikan permintaan di musim dingin. Tetapi permintaan akan kembali jatuh pada bulan Januari dan Februari karena aktivitas industri yang tutup menjelang libur musim semi (Kontan co.id, Rabu, 07 Desember 2016).

Page 8: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

8

Gas Alam

• Melemahnya harga gas alam di bulan Januari terjadi lantaran kenaikan yang cukup signifikan sebulan sebelumnya. Pada bulan Desember, gas alam melaju dengan dukungan musim dingin ekstrim di sejumlah wilayah seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan China. Setelah itu, kondisi cuaca berangsur normal sehingga mengurangi permintaan gas alam.

• Koreksi pada harga gas alam yang terjadi saat ini diprediksi tidak akan bertahan lama. Sebab, masih banyak sentimen positif yang mampu mengangkat harga hingga akhir kuartal I-2017. Di antaranya adalah kebijakan The Fed untuk menahan suku bunga di level 0,75%. Belum ada sinyal kenaikan suku bunga The Fed sehingga dollar AS masih berpeluang melemah dan mengangkat harga gas alam. Sentimen lain yang dapat mengangkat harga gas alam adalah naiknya permintaan. Musim dingin masih melanda sejumlah wilayah sehingga terus mendorong permintaan gas alam. Menurut survey Bloomberg pada sejumlah analis, cadangan gas alam AS akan turun 87 miliar kaki kubik.

• Kenaikan permintaan gas alam turut didorong oleh membaiknya pertumbuhan ekonomi global. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan berada di level 2,7%. Uni Eropa kemungkinan akan mengurangi pelonggaran kuantitatif sehingga menunjukkan ekonomi yang lebih stabil.

• Harapan lain datang dari program infrastruktur Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Percepatan pembangunan infrastruktur AS akan diikuti oleh pembangunan properti termasuk rumah. Penambahan angka perumahan di AS berpeluang meningkatkan permintaan gas alam dari sektor rumah tangga. Terakhir, gas alam pada kuartal pertama tahun ini akan terkena imbas positif dari kenaikan harga minyak dunia setelah OPEC berhasil membatasi produksi. Dengan demikian, harga gas alam hingga akhir kuartal pertama akan menguat ke kisaran US$ 3,5 - US$ 3,8 per mmbtu (Kontan.co.id, Kamis, 02 Februari 2017).

Page 9: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

9

Komoditas Pangan dan Pertanian

Minyak Kelapa Sawit (CPO)

Bubur Kertas

Kakao

Kedelai

Karet

Udang Kopi

Page 10: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

10

Perkembangan Harga Komoditas Pangan dan Pertanian: Kakao, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu

Harga komoditas pangan dan pertanian pada bulan Januari terpantau mengalami kenaikan kecuali harga kakao, kedelai yang terkoreksi serta bubur kayu yang harganya bergerak mendatar.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sep Okt Nop Des Jan

2016 2017

Cocoa ($/kg) 2,95 2,92 3,07 3,08 3,10 3,13 3,05 3,04 2,89 2,71 2,50 2,30 2,20

Coffee, robusta ($/kg) 1,65 1,63 1,67 1,77 1,85 1,89 2,00 2,02 2,13 2,28 2,29 2,25 2,39

Rubber, SGP/MYS ($/kg) 1,22 1,26 1,45 1,72 1,67 1,58 1,59 1,55 1,57 1,66 1,87 2,23 2,56

Shirmps, Mexican ($/kg) 10,44 11,02 11,02 11,02 10,69 10,69 10,69 10,69 10,69 12,79 12,35 12,35 12,13

Palm oil ($/mt) (RHS) 566 640 686 722 706 683 652 736 756 716 751 783 806

Soybean ($/mt) (RHS) 367 369 375 393 422 457 432 414 405 404 412 421 425

Woodpulp ($/mt) (RHS) 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875 875

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0,0

2,0

4,0

6,0

8,0

10,0

12,0

14,0

Perkembangan Harga Kokoa, Kopi, Karet, Udang, Minyak Kelapa Sawit, Kedelai, dan Bubur Kayu Januari 2017

Page 11: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

11

Komoditas Kakao & Kopi

Prediksi terhadap pergerakan harga kakao di pasar internasional untuk tahun 2017 mengesankan belum ada kepastian. Sebagai ilustrasi, harga

kakao berjangka ICE Futures New York, AS, pada akhir perdagangan pekan ketiga Desember 2016, ditutup merosot. Pelemahan harga kakao terpicu

prospek positif panen raya di Afrika Barat, wilayah terbesar tanaman kakao di dunia, yang pulih lebih baik dari perkiraan menyusul musim kering

yang merusak tanaman awal tahun ini. Harga kakao diperkirakan bakal tertekan akibat membaiknya suplai setelah membaiknya cuaca. Sampai akhir

tahun, Bank Dunia memprediksi harga kakao di posisi US$3,1 per kg, turun 1,27% dari 2015 senilai US$3,14 per kg. Meskipun tren harga kakao dalam

jangka panjang cenderung meningkat namun dalam jangka pendek harga akan ditentukan oleh kondisi supply dan demand. Indonesia dikenal sebagai

produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Untuk lingkup Asia, Indonesia menempati urutan pertama sebagai

penghasil kakao dengan produksi lebih kurang 450.000 ton per tahun, disusul Papua New Guinea lebih kurang 50.000 ton per tahun. Menurut riset

CDMI, peluang Indonesia untuk merebut pasar Asia dan dunia sangat luas, pasalnya beberapa negara produsen kakao seperti Vietnam, Malaysia

dan Filipina masih jauh dibawah Indonesia, apalagi luas area tanaman kakao terus mengalami peningkatan yang saat ini mencapai 1,4 juta hektar.

Bank Dunia melaporkan harga kopi mencapai level tertinggi dalam dua tahun terakhir, akibat cuaca kering yang melanda Brasil dan Vietnam. Masing-

masing negara tersebut merupakan pemasok arabika dan robusta terbesar di dunia. Societe Generale dalam sebuah laporan mengemukakan, pasaran

kopi terus meningkat karena cuaca yang buruk dan stok menyusut. Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi di dunia

meskipun masih dibawah Brasil dan Vietnam dengan total ekspor produk kopi pada 2015 mencapai US$1,19 miliar, naik US$158 juta dibandingkan

tahun sebelumnya. Selama periode 2011-2015 ekspor kopi Indonesia mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,05% per tahun dengan negara utama

tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Jepang, Italia, Malaysia, dan Jerman. Bagi Indonesia kopi merupakan penghasil devisa terbesar keempat sektor

agrikultura setelah minyak sawit, karet dan kakao (bisnic.com, 4/12/16).

Page 12: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

12

Minyak Kelapa Sawit & Karet

Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali menguat. Menurut paparan BMI Research, harga minyak kelapa sawit diprediksi akan melanjutkan tren penguatan pada kuartal pertama seiring tetap ketatnya jumlah persediaan global akibat dampak El Nino terhadap produksi sepanjang 2016. Perkiraan berkurangnya persediaan dan produksi memberikan sentimen positif dari sisi suplai. Adapun, permintaan terdorong oleh pelemahan ringgit, sehingga memicu investor yang menggunakan mata uang lain meningkatkan pembelian. Tingginya curah hujan yang menyebabkan banjir di semenanjung Malaysia menahan laju produksi. Terhambatnya proses panen dan akomodasi dari kebun ke pabrik menjadi alasan. Banjir juga dapat memengaruhi kualitas minyak kelapa sawit (bisnis.com, 11/01/2017 ).

Harga karet menembus rekor tertinggi selama empat tahun dan diprediksi mempertahankan tren penguatan pada kuartal I/2017 seiring dengan berkurangnya produksi akibat hujan yang melanda sejumlah wilayah di Asia Tenggara. Dengan estimasi puncak musim hujan berlangsung hingga Februari 2017, harga karet berpeluang mencapai level 325 yen per kg pada triwulan pertama tahun ini, yang merupakan posisi tertingginya sejak Februari 2013. Ada sejumlah faktor yang menguatkan harga karet. Dari sisi fundamental, produksi sedang mengalami hambatan akibat jumlah curah hujan yang tinggi di wilayah Asia Tenggara. Petani karet umumnya enggan melakukan penyadapan saat curah hujan melimpah, karena getahnya cepat membeku ketika terkena air. Kadar air di dalam getah juga lebih tinggi sehingga membutuhkan upaya lebih dalam proses pengeringan. Adanya gangguan suplai turut memicu kenaikan permintaan, karena antisipasi kelangkaan pasokan sehingga harga karet menguat. Selain faktor fundamental, harga karet juga dipengaruhi nilai tukar yen dan harga minyak. Mata uang Jepang itu menjadi patokan karena bursa karet global mengacu pada harga di Tokyo Commodity Exchange. Bila yen melemah, maka harganya menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan denominasi mata uang lain. Sentimen ini turut memberikan dorongan terhadap harga (bisnis.com Selasa, 17/01/2017 ).

Page 13: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

13

Komoditas Udang, Kedelai & Bubur Kertas

Udang merupakan produk andalan ekspor perikanan, yang memberikan kontribusi devisa yang cukup besar bagi Indonesia. Pasar ekspor utama udang Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Ada dua jenis udang unggulan ekspor Indonesia, yaitu spesies Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dan Udang Windu (Penaeus monodon). Total produksi udang Indonesia mencapai 645 ribu ton pada 2014. Vietnam menempati posisi kedua dengan produksi 569 ribu ton. Posisi ketiga dipegang oleh Thailand dengan 220 ribu ton, kemudian Filipina 75 ribu ton dan Myanmar 53 ribu ton. Udang tersebut diekspor dalam beberapa bentuk. Sebagian besar (70,0 %) diekspor dalam bentuk beku, kemudian dalam bentuk olahan (27,9 %), dan udang segar (1,5 %), yang telah menyumbang devisa miliaran US$. Seringkali volume produksi udang Indonesia kalah dari dua negara pesaing terdekat yakni Vietnam dan Thailand (jawapos.com, 6/4/16). Produk kedelai Jepang dalam negeri ternyata makin diminati pasar mancanegara. Kedelai yang lebih dikenal dengan edamame ini permintaannya makin meningkat dari tahun ke tahun. Diperkirakan kebutuhan edamame dunia mencapai 100.000 ton per tahun. Negara tujuan ekspor edamame, yakni Jepang, Eropa, Amerika, Australia, sebagian Timur Tengah, Singapura dan Malaysia. Di tahun 2017 ini, target produksi edamame hingga 7.900 ton, jumlah ini meningkat 800 ton dibanding produksi tahun lalu. Dari angka tersebut, dan alokasi ekspor sekitar 5.200 ton. Sementara 2.700 ton edamame untuk kebutuhan domestik. Permintaan edamame domestik diprediksi akan meningkat sekitar 20% - 25% sepanjang tahun 2017 (kontan.co.id, 17/2017).

Tingginya tarif masuk yang diberlakukan Australia dan Amerika Serikat membuat perusahaan industri kertas terancam menghentikan ekspor ke negara tersebut. Berdasarkan dokumen Statement of Essential Facts per 9 Desember 2016, Biaya Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) yang diterapkan oleh Australian Anti-Dumping Commission (AADC) berkisar antara 2,4% — 72.8%. Perusahaan yang masih melakukan ekspor ke Australia karena adanya perjanjian jual beli yang dilakukan sebelum berlakunya BMADS. Data Kemendag mencatat kontribusi ekspor kertas Indonesia mengalami penurunan hingga Oktober 2016. Nilai ekspor kertas periode Januari — Oktober 2016 sebesar US$2.844 juta mengalami penurunan 5% dari periode sebelumnya sebesar US$3.004 juta. Adapun kontribusi terhadap ekspor pada periode tersebut tetap dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 2%. Kemendag mencatat terjadi tren penurunan ekspor kertas Indonesia dalam rentang 2011 — 2015 dengan rata-rata penurunan tiap tahun sebesar 3% (kontan.co.id, 09/01/2017).

Page 14: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

14

Komoditas Logam dan Mineral: Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Tembaga Timah

Seng Nikel Bijih Besi

Page 15: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

15

Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi

Harga logam mendapatkan sentimen negatif akibat melemahnya industri properti di China. Namun, nilai jual masih berpotensi meningkat pada 2017 seiring dengan meningkatnya permintaan. Hasil pantauan harga komoditas logam dan mineral pada bulan Januari hanya tembaga, dan seng, yang bergerak positif, sementara nikel dan timah mengalami koreksi, serta bijih besi bergerak mendatar.

Sumber: LCMO Pink Sheet, World Bank

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nop Des Jan

2016 2017

Copper ($/mt) 4471,8 4598,6 4953,8 4872,7 4694,5 4632,5 4864,9 4751,7 4722,2 4725,8 5450,9 5660,4 5742,6

Nickel ($/mt) 8507,3 8298,5 8717,3 8878,9 8660,4 8905,9 10262,9 10365,9 10175,8 10250,9 11128,9 10972,3 9975,06

Tin ($/mt) 13808,1 15610,1 16897,6 17032,7 16707,0 16961,5 17826,2 18405,4 19499,5 20060,5 21126,1 21204,4 20737,2

Zinc ($/mt) 1520,4 1709,9 1801,7 1855,4 1869,0 2022,6 2183,3 2277,3 2288,3 2304,4 2566,2 2664,8 2707,9

Iron ore, cfr spot ($/dmtu) (RHS) 42 47 56 61 55 52 57 61 58 59 73 80 80

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0,0

5000,0

10000,0

15000,0

20000,0

25000,0

Perkembangan Harga Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih Besi Januari 2017

Page 16: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

16

Komoditas Tembaga & Seng

• Harga tembaga menguat seiring dengan membaiknya data manufaktur China yang meningkatkan proyeksi tumbuhnya permintaan. Data

manufaktur Caixin Purchasing Managers Index (PMI) China periode Desember 2016 mencapai 51,9, tertinggi sejak Januari 2013 sekaligus

naik dari November sebesar 50,9. Indeks di atas 50 menandakan adanya ekspansi di sektor industri. Peningkatan harga tembaga didukung

oleh sinyal rebound permintaan di China dan AS. Presiden Trump berencana meningkatkan belanja infrastruktur, sementara pemerintah

China melonggarkan kebijakan moneter untuk memacu pertumbuhan ekonomi dengan memompa 4,7 triliun yuan (US$721,8 miliar) ke

dalam sektor transportasi dalam tiga tahun ke depan. Bank Dunia, 2015 mencatat Chili merupakan produsen tembaga terbesar di dunia

dengan produksi sejumlah 5,76 juta ton. Adapun Indonesia menjadi produsen ke-10 tertinggi tembaga dunia dengan suplai baru 580 ton

(bisnis.com, Januari 03/ 2017).

Membaiknya faktor fundamental membuat seng menjadi logam terbaik dengan kenaikan harga sekitar 44% sepanjang tahun berjalan. Tren

positif ini diperkirakan berlanjut hingga 2017. Pengetatan pasokan bijih seng menjadi sentimen positif terhadap harga. Di sisi lain, ekonomi

China yang mulai rebound meningkatkan prospek tumbuhnya permintaan. Seng digunakan dalam proses pembuatan baja untuk

pengembangan infrastruktur di China. Mengutip data Goldman Sachs Group Inc., seng menjadi logam andalan dalam pembentukan

infrastruktur China. Secara keseluruhan, pasokan seng pada tahun ini turun 3,2%, sedangkan konsumsi naik 1,9%. Hal tersebut memicu

defisit dalam pasar global pada 2016 sebanyak 114.000 ton dan 360.000 ton pada 2017. Kebutuhan dan cadangan yang tidak seimbang

menjadi katalis positif bagi harga seng (kontan.co.id, 29/09/2016 ).

Page 17: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih

17

Komoditas Logam

• Pergerakan harga nikel untuk kontrak Mei 2017 di Shanghai Futures Exchange berakhir turun tajam. Harga nikel melemah akibat ekspektasi

Indonesia akan melonggarkan pembatasan ekspor bijih nikel secepatnya. Hal ini menciptakan gap pada jumlah suplai di saat Filipina menutup

sejumlah tambang demi alasan lingkungan. Tekanan dari kekhawatiran pasokan yang kembali melonjak terutama dari Indonesia jadi beban

utama yang menyeret harga nikel. Relaksasi aturan ini akan membuat tren harga nikel menjadi bearish sebab bisa memicu tingginya aktivitas

investasi dan pengembangan tambang baru yang akan menggenjot produksi (Kontan co.id Senin, 16 Januari 2017).

• Harga timah kembali terkoreksi, meskipun secara fundamental masih kuat, sehinga peluang kenaikan harga berlanjut juga masih ada. Namun

posisi harga yang terhitung cukup tinggi saat ini membuat pelaku pasar melakukan profit taking sesaat. Koreksi terjadi berbarengan dengan

kabar negatif yang datang dari China. Pemerintah Tiongkok mengestimasi tambang timah di sana masih kelebihan produksi, meski belum ada

angka detail berapa besar kelebihannya. Efeknya, China diperkirakan mengikis impor timahnya, terutama dari Myanmar dan fokus

menggunakan timah produksi dalam negeri. Saat ini pasar juga sedang wait and see data ekonomi AS. Kalau kebijakan politikus partai Republik

itu telah pasti, pergerakan harga akan kembali normal. Namun kenyataannya, timah justru mendapatkan sentimen negatif dari keputusan

pemerintah Indonesia untuk memberikan kelonggaran ekspor minerba termasuk timah. Tak hanya Indonesia, isu penambahan pasokan juga

datang dari China yang berencana menghapuskan pajak ekspor timah yang selama ini ditetapkan sekitar 10%. Kelonggaran aturan ini mau tak

mau berpotensi menimbulkan peningkatan pasokan di timah secara global (tribun, Jumat, 6 Januari 2017).

• Kendati diperkirakan tumbuh dari tahun lalu, harga bijih besi pada 2017 berpotensi mengalami tren menurun akibat surplus pasokan. Pasalnya, melambungnya harga mendorong produsen memacu suplai baru. Harga bijih besi melonjak pada tahun lalu karena dukungan stimulus terhadap produksi baja yang menaikkan sisi konsumsi. Negeri Panda menyerap sepertiga suplai bijih besi global dan memasok sekitar 50% baja di dunia, sehingga kinerjanya sangat berpengaruh terhadap pasar komoditas tersebut. Analis Fagan dan Stackpool memperkirakan, jumlah suprlus pasar bijih besi semakin bertumbuh seiring dengan berjalannya waktu. Pada 2016, surplus suplai mencapai 17 juta ton, kemudian menuju 36 juta ton pada 2017, dan 71 juta ton pada 2018 (bisnis.com, 8/2/17).

Page 18: Komoditas Pangan dan Pertanian Logam dan Mineral · PDF file2 Komoditas Energi Minyak Mentah, Batu Bara dan Gas Alam Komoditas Logam dan Mineral Tembaga, Nikel, Timah, Seng dan Bijih