inventarisasi dan evaluasi mineral non logam daerah

7
INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DAERAH KABUPATEN SINJAI DAN BONE, PROVINSI SULAWESI SELATAN Oleh : Sugeng Priyono; Ganjar Labaik; Sudirman Abdullah; Toto T. Kusumah; Heru Susilo; Jajah. Sub Dit. Mineral Non Logam S A R I Kabupaten Sinjai berada di antara koordinat 5 o 19’ 50” - 5 o 36’ 47” LS. dan 119 o 48’ 30” - 120 o 10’ 00” BT. serta Kabupaten Bone koordinat 4 o 13’ 00” - 5 o 6’ 00” LS. Dan 119 o 42’ 00”-120 o 30’ 00’ BT. Stratigrafi Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dari tua ke muda disusun oleh : Komplek Metamorf (S), Batuan Ultrabasa (Ku) berumur Kapur, Komplek Melang Tektonik Bantimala (m), berumur Jura, Formasi Balangbaru (Kb), Formasi Maranda (Km) yang berumur Kapur, Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), berumur Paleosen, Formasi Malawa (Tem), berumur Eosen, Formasi Salo Kalupang (Teos), Formasi Tonassa (Temt), Anggota Batuan Gunungapi Formasi Salo Kalupang (Teol), Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv), Intrusi Granodiorit (gd), Intrusi Basal (b), Intrusi Diorit (di), Intrusi Andesit (a), Trakhit (t) berumur Miosen Bawah, Formasi Camba (Tmc), Anggota Batugamping Formasi Camba (Tmcl), Anggota Batuan Leusit Formasi Camba (Tmca), Anggota Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv), Batuan Gunungapi Parepare (Tppv), Batuan Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), Lava Gunungapi Baturape Cindako (Tpbl), Tuf Lapili Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), berumur Pliosen, Formasi Walanae (Tmpw), Anggota Tacipi Formasi Walanae (Tmpt), Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv), Anggota Breksi Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlvb), berumur Plistosen, Endapan Undak (Qpt), Batugamping Terumbu (Ql), berumur Plistosen dan batuan termuda adalah Endapan Sungai dan Danau (Qa) serta Endapan Aluvium dan Pantai (Qac), berumur Holosen. Bahan galian non logam yang cukup prospek dikembangkan antara lain : Di Kabupaten Sinjai :Bahan galian andesit, granodiorit, lempung, trakhit serta pasir dan batu (sirtu), Di Kabupaten Bone :Bahan galian andesit, batugamping, lempung, marmer (batugamping marmeran), trakhit, pasir dan batu (sirtu). PENDAHULUAN Inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral non logam di Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dilakukan terhadap bahan galian mineral non logam baik yang masih berupa potensi sumber daya, ataupun yang sedang dieksploitasi, serta pengumpulan data produksi per tahun yang diperlukan untuk melengkapi data-awal guna pemutakhiran Basis Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Nasional, sebagai bahan pertimbangan para pengambil keputusan dalam rangka pengembangan potensi daerah dalam sektor komoditi mineral, agar dapat diakses dengan cepat dan mudah setiap saat, dengan nilai akurasi yang tinggi, serta volume data yang maksimal, sehingga pihak investor dengan cepat dapat mengambil keputusan atau pilihan untuk menanamkan modalnya terutama di Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. GEOLOGI BAHAN GALIAN NON LOGAM Daerah evaluasi termasuk dalam Peta Geologi Bersistem Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai serta Lembar Pangkajene dan Watampone Barat, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung (Sukamto, Rab. dkk., 1982). Kabupaten Sinjai berada di antara koordinat 5 o 19’ 50” - 5 o 36’ 47” LS. dan 119 o 48’ 30” - 120 o 10’ 00” BT. serta Kabupaten Bone koordinat 4 o 13’ 00” - 5 o 6’ 00” LS. Dan 119 o 42’ 00”-120 o 30’ 00’ BT. Stratigrafi Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dari tua ke muda disusun oleh : Batuan Alas merupakan Komplek Metamorf (S) dan Ultrabasa (Ku) berumur Kapur. Di atas Batuan Alas bersentuhan secara tektonik terdapat Komplek Melang Tektonik Bantimala (m), berumur Jura. Di atas Komplek Melang Tektonik Bantimala (m) bersentuhan secara 1

Upload: phamthuan

Post on 31-Dec-2016

239 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DAERAH KABUPATEN SINJAI DAN BONE, PROVINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :

Sugeng Priyono; Ganjar Labaik; Sudirman Abdullah; Toto T. Kusumah; Heru Susilo; Jajah. Sub Dit. Mineral Non Logam

S A R I

Kabupaten Sinjai berada di antara koordinat 5o 19’ 50” - 5o 36’ 47” LS. dan 119o 48’ 30” - 120o 10’ 00” BT. serta Kabupaten Bone koordinat 4o 13’ 00” - 5o 6’ 00” LS. Dan 119o 42’ 00”-120o 30’ 00’ BT.

Stratigrafi Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dari tua ke muda disusun oleh : Komplek Metamorf (S), Batuan Ultrabasa (Ku) berumur Kapur, Komplek Melang Tektonik Bantimala (m), berumur Jura, Formasi Balangbaru (Kb), Formasi Maranda (Km) yang berumur Kapur, Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), berumur Paleosen, Formasi Malawa (Tem), berumur Eosen, Formasi Salo Kalupang (Teos), Formasi Tonassa (Temt), Anggota Batuan Gunungapi Formasi Salo Kalupang (Teol), Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv), Intrusi Granodiorit (gd), Intrusi Basal (b), Intrusi Diorit (di), Intrusi Andesit (a), Trakhit (t) berumur Miosen Bawah, Formasi Camba (Tmc), Anggota Batugamping Formasi Camba (Tmcl), Anggota Batuan Leusit Formasi Camba (Tmca), Anggota Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv), Batuan Gunungapi Parepare (Tppv), Batuan Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), Lava Gunungapi Baturape Cindako (Tpbl), Tuf Lapili Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), berumur Pliosen, Formasi Walanae (Tmpw), Anggota Tacipi Formasi Walanae (Tmpt), Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv), Anggota Breksi Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlvb), berumur Plistosen, Endapan Undak (Qpt), Batugamping Terumbu (Ql), berumur Plistosen dan batuan termuda adalah Endapan Sungai dan Danau (Qa) serta Endapan Aluvium dan Pantai (Qac), berumur Holosen.

Bahan galian non logam yang cukup prospek dikembangkan antara lain : Di Kabupaten Sinjai :Bahan galian andesit, granodiorit, lempung, trakhit serta pasir dan batu (sirtu), Di Kabupaten Bone :Bahan galian andesit, batugamping, lempung, marmer (batugamping marmeran), trakhit, pasir dan batu (sirtu).

PENDAHULUAN

Inventarisasi dan evaluasi bahan galian mineral non logam di Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dilakukan terhadap bahan galian mineral non logam baik yang masih berupa potensi sumber daya, ataupun yang sedang dieksploitasi, serta pengumpulan data produksi per tahun yang diperlukan untuk melengkapi data-awal guna pemutakhiran Basis Data dan Neraca Sumber Daya Mineral Nasional, sebagai bahan pertimbangan para pengambil keputusan dalam rangka pengembangan potensi daerah dalam sektor komoditi mineral, agar dapat diakses dengan cepat dan mudah setiap saat, dengan nilai akurasi yang tinggi, serta volume data yang maksimal, sehingga pihak investor dengan cepat dapat mengambil keputusan atau pilihan untuk menanamkan modalnya terutama di Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

GEOLOGI BAHAN GALIAN NON LOGAM

Daerah evaluasi termasuk dalam Peta Geologi Bersistem Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai serta Lembar Pangkajene dan Watampone Barat, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung (Sukamto, Rab. dkk., 1982). Kabupaten Sinjai berada di antara koordinat 5o 19’ 50” - 5o 36’ 47” LS. dan 119o 48’ 30” - 120o 10’ 00” BT. serta Kabupaten Bone koordinat 4o 13’ 00” - 5o 6’ 00” LS. Dan 119o

42’ 00”-120o 30’ 00’ BT.

Stratigrafi Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, dari tua ke muda disusun oleh : Batuan Alas merupakan Komplek Metamorf (S) dan Ultrabasa (Ku) berumur Kapur. Di atas Batuan Alas bersentuhan secara tektonik terdapat Komplek Melang Tektonik Bantimala (m), berumur Jura. Di atas Komplek Melang Tektonik Bantimala (m) bersentuhan secara

1

tektonik terdapat Formasi Balangbaru (Kb) dan Formasi Maranda (Km) yang berumur Kapur. Tidak selaras di atas nya terdapat Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), berumur Paleosen. Tidak selaras di atas Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), terdapat Formasi Malawa (Tem), berumur Eosen. Tidak selaras di atasnya terdapat Formasi Salo Kalupang (Teos), Formasi Tonassa (Temt) dan Anggota Batuan Gunungapi Formasi Salo Kalupang (Teol) yang mana bagian atas dari ketiga formasi ini berhubungan saling menjemari. Tidak selaras di atasnya terdapat Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv), Intrusi Granodiorit (gd), Intrusi Basal (b), Intrusi Diorit (di) serta Intrusi Andesit (a) dan Trakhit (t) yang berumur Miosen Bawah. Batuan Intrusi Granodiorit (gd), Basal (b), Diorit (di) serta Andesit (a) dan Trakhit (t), menerobos batuan dari Formasi Tonassa (Temt), Formasi Salo Kalupang (Teos), Formasi Malawa (Tem), Batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv), Formasi Balangbaru (Kb), Formasi Maranda (Km), Komplek Melange (m), Komplek Malihan Tektonik Bantimala (S) dan Komplek Batuan Ultrabasa Tektonik Bantimala (Ku). Tidak selaras di atas Batuan Gunungapi Kalamiseng (Tmkv), Intrusi Granodiorit (gd), Intrusi Basal (b), Intrusi Diorit (di) serta Intrusi Andesit (a) dan Trakhit (t). terdapat Formasi Camba (Tmc), Anggota Batugamping Formasi Camba (Tmcl), Anggota Batuan Leusit Formasi Camba (Tmca) dan Anggota Batuan Gunungapi Formasi Camba (Tmcv) yang mana ke empat formasi ini berhubungan saling menjemari. Tidak selaras di atasnya terdapat Batuan Gunungapi Parepare (Tppv), Batuan Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), Lava Gunungapi Baturape Cindako (Tpbl) dan Tuf Lapili Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv) yang mana ke empat satuan ini berhubungan saling menjemari, yang berumur Pliosen. Tidak selaras di atas Batuan Gunungapi Parepare (Tppv), Batuan Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), Lava Gunungapi Baturape Cindako (Tpbl) dan Tuf Lapili Gunungapi Baturape Cindako (Tpbv), terdapat Formasi Walanae (Tmpw) dan Anggota Tacipi Formasi Walanae (Tmpt), yang mana keduanya berhubungan saling menjemari, berumur Pliosen Atas. Tidak selaras di atas Formasi Walanae (Tmpw) dan Anggota Tacipi Formasi Walanae (Tmpt), terdapat Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv) dan Anggota Breksi Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlvb) yang keduanya berhubungan saling menjemari, berumur

Plistosen. Tidak selaras di atas Batuan Gunungapi Lompobatang (Qlv) terdapat Endapan Undak (Qpt) dan Batugamping Terumbu (Ql), berumur Plistosen. Tidak selaras di atas Endapan Undak (Qpt) dan Batugamping Terumbu (Ql), terdapat Endapan Sungai dan Danau (Qa) serta Endapan Aluvium dan Pantai (Qac), berumur Holosen yang proses pembentukanya masing berlangsung hingga kini.

Struktur Geologi yang berkembang antara lain berupa perlipatan, pesesaran dan pengkekaran. Sumbu perlipatan membentang berarah relatif utara-selatan dan baratlaut-tenggara, membentuk antiklin dan sinklin melipat batuan sedimen berumur Pra-Tersier (Batuan Malihan Formasi Balangbaru, Formasi Malawa, Formasi Tonassa, Formasi Camba, Formasi Salo Kalupang hingga Formasi Walanae) yang terbentuk pada kala Miosen Akhir-Pliosen secara tektonik regional. Pensesaran berupa sesar naik, normal dan mendatar. Sesar naik hingga sungkup berarah baratlaut- tenggara dan utara-selatan. Batuan berumur Pra-Tersier menyungkup batuan-batuan berumur Tersier. Sesar normal berarah utara-selatan dan baratlaut-tenggara, menyayat batuan berumur Pra-Tersier dan Paleogen (Formasi Balangbaru, Formasi Malawa, Batuan Gunungapi Terpropilitkan, Batuan Gunungapi Formasi Camba dan Formasi Tonassa). Sesar mendatar berarah timur-barat menyayat batuan berumur Tersier (Formasi Tonassa, Tonasa Malawa, Formasi Camba dan Intrusi Trakhit, Granodiorit dan Basal).

Bahan galian non logam yang dapat dikembangkan di Kabupaten Sinjai antara lain :

1. Bahan galian andesit terdapat di daerah-daerah Bulu Congkoe, Desa Bilalang (90.000.000 ton); Kelurahan Bulu Poddo (250.000.000 ton); Bulu Riattang (80.000.000 ton); Desa Duampanuae (An-04-S = 130.000.000 ton); Desa Tompobulu (An-05-S = 55.000.000 ton); Bulu Bonito, Desa Bonito (An-06-S = 140.000.000 ton); Bulu Lembang, Desa Puncak (An-07-S = 80.000.000 ton); Bulu Saukang, Desa Songing (An-08-S = 45.500.000 ton); Bulu Tellu Lempe, Desa Linrung (An-09-S = 40.000.000 ton); Bulu Pepara, Desa Saohiring (An-10-S = 130.000.000 ton); Bulu Banyira, Desa Kompang (An-11-S = 65.000.000 ton); Bulu Banyira, Desa Kompang (An-

2

12-S = 72.000.000 ton) Bulu Tarangkeke, Desa Kanrung (An-13-S = 60.000.000 ton); Desa Samaenre (An-14-S = 16.500.000 ton) dan Bulu Borong (An-15-S = 96.000.000 ton), cukup prospek untuk dikembangkan, umumnya dapat digunakan sebagai bahan fondasi bangunan dan agregat beton, status lahan tanah milik rakyat setempat, tanah adat dan hutan produksi terbatas.

2. Bahan galian basal terdapat di daerah-daerah Bulu Periuk, Desa Logora (Ba-01-S = 9.500.000 ton); analisis kimia SiO2 = 53,71%; Al2O3 = 14,19%; Fe2O3 = 12,30%; CaO = 6,13%; MgO = 4,45%; Na2O = 2,48%; K2O = 1,14%; TiO2 = 0,87%; MnO = 0,21%; P2O5 = 0,10%; SO3 = 0,01%; H2O = 0,35%; HD = 4,10% ; Bulu Palae, Desa Balakia (Ba-02-S = 33.000.000 ton); Bulu Kamasse, Desa Palae (Ba-03-S = 52.000.000 ton); kuat tekan rata-rata 633 Kg/cm2 (SII.0387-80; Azis A, 1993); Bulu Lohe, Desa Samaenre (Ba-04-S = 12.000.000 ton), cukup prospek untuk dikembangkan, umumnya dapat digunakan sebagai bahan fondasi bangunan dan agregat beton, status lahan tanah milik rakyat setempat, tanah adat dan hutan produksi terbatas.

3. Bahan galian granodiorit terdapat di daerah Bulu Bana, Desa Tompobulu (Gd-01-S = 93.500.000 ton) dan Perbukitan Manippi, Desa Turungan Baji (Gd-02-S = 115.000.000 ton), cukup prospek untuk dikembangkan, dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan ornamen, lahan berupa tanah milik, hutan produksi terbatas dan hutan lindung.

4. Bahan galian lempung terdapat di daerah-daerah Desa Karampuang (Cly-01-S = 1.500.000 ton), analisis kimia SiO2 = 49,97%; Al2O3 = 16,38%; Fe2O3 = 6,71%; CaO = 1,80%; MgO = 3,02%; Na2O = 1,21%; K2O = 3,22%; TiO2 = 0,91%; MnO = 0,16%; P2O5 = 0,52%; SO3 = 0,00%; H2O = 8,81%; HD = 15,53%; Desa Bonto Sinala Pasir Putih (Cly-02-S = 4.200.000 ton), analisis kimia SiO2 = 52,75%; Al2O3 = 18,18%; Fe2O3 = 4,29%; CaO = 0,00%; MgO = 1,66%; Na2O = 0,98%; K2O = 3,41%; TiO2 = 0,98%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,26%; SO3 = 1,24%; H2O = 8,74%; HD = 15,46%; Tanaeja, Desa Saotanre Baru (Cly-03-S = 1.800.000 ton), analisis kimia SiO2 =

51,50%; Al2O3 = 23,92%; Fe2O3 = 9,21%; CaO = 0,00%; MgO = 0,00%; Na2O = 0,24%; K2O = 0,82%; TiO2 = 1,46%; MnO = 0,07%; P2O5 = 0,18%; SO3 = 0,03%; H2O = 1,76%; HD = 11,58%; Desa (Cly-04-S = 9.500.000 ton); Desa Kampala. (Cly-05-S = 2.000.000 ton); Kelurahan Biringere (Cly-06-S = 1.200.000 ton) ; Desa Lamatti Riattang. (Cly-07-S = 5.400.000 ton); sifat keramik : Susut Kering 5,51%; Air Pembentuk 32,6%; Suhu Bakar 1.200OC; Susut Bakar 6,41%; Susut Jumlah 11,76%; Warna Krem Muda; Kuat Lentur 231,30 Kg/cm2; Peresapan 9,16; Karakteristik baik untuk badan keramik berwarna, sangat prospek untuk dikembangkan, status lahan tanah milik rakyat setempat

5. Bahan galian sirtu terdapat di daerah-daerah Desa Mangassa (Gra-01-S = 50.000.000 ton); Desa Tompobulu (Gra-02-S = 230.000 ton); Desa Logora (Gra-03-S = 3.450.000 ton); Desa Bikeru (Gra-04-S = 1.800.000 ton); Desa Labettang (Gra-05-S = 45.000.000 ton); Desa Lembang Lohe Biroro (Gra-06-S 2.250.000 ton); Desa Bonto (Gra-07-S = 1.150.000 ton) ; Desa Kanrung (Gra-08-S = 650.000 ton); Desa Bongki (Gra-09-S = 85.000.000 ton); Desa Batumimbalo (Gra-10-S = 2.600.000 ton); Kelurahan Biringere (Gra-11-S = 800.000 ton), sangat prospek untuk dikembangkan, cukup baik untuk bahan bangunan dan agregat beton.

6. Bahan galian trakhit terdapat di daerah-daerah perbukitan Desa Kassibuleng (Tr-01-S = 16.000.000 ton); Bulu Bonto Tinggi, Desa Palangka (Tr-02-S = 43.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 68,99%; Al2O3 = 17,28%; Fe2O3 = 0,94%; CaO = 2,82%; MgO = 0,23%; Na2O = 3,39%; K2O = 2,93%; TiO2 = 0,26%; MnO = 0,00%; P2O5 = 0,01%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,58%; HD = 2,58%; dan Desa Pattongko (Tr-03-S = 20.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 70,17%; Al2O3 = 16,32%; Fe2O3 = 0,77%; CaO = 1,86%; MgO = 0,62%; Na2O = 3,48%; K2O = 3,06%; TiO2 = 0,26%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,06%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,15%; HD = 1,97%; sangat prospek untuk dikembangkan, baik untuk campuran bahan baku badan keramik putih, status

3

lahan hutan produksi terbatas dan tanah adat.

Bahan galian non logam yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bone antara lain :

1. Bahan galian andesit terdapat di daerah-daerah perbukitan Desa Abumpungeng (An-01-B = 26.000.000 ton); Desa Awangtangka (An-02-B = 45.500.000 ton); Desa Tanpa' Kiling (An-03-B = 55.000.000 ton); Desa Nusa (An-04-B = 36.000.000 ton); Kelurahan Tanabatue (An-05-B = 11.000.000 ton); Desa Ujung Salang Keto (An-06-B = 12.900.000 ton); Desa Ujung Salang Keto (An-07-B = 125.000.000 ton); dan Desa Mario (An-08-B = 33.000.000 ton), sangat prospek untuk dikembangkan, baik digunakan sebagai bahan fondasi konstruksi menengah hingga berat, status lahan tanah milik, tanah adat dan hutan produksi terbatas.

2. Bahan galian basal terdapat di Bulu Bulue, Desa Pattiongi Talabangi (Ba-09-B = 50.000.000 ton), dapat digunakan sebagai bahan fondasi dan batuan ornamen, prospek untuk dikembangkan.

3. Bahan galian batugamping terdapat di daerah-daerah perbukitan Desa Liliriawang (Ls-01-B = 31.000.000 ton); Desa Mattaro Pulli (Ls-02-B = 52.000.000 ton); Desa Canni Sirenreng (Ls-03-B = 133.600.000 ton); Desa Lampoko Wollangi (Ls-04-B = 27.000.000 ton); Desa Langi Kahu (Ls-05-B = 400.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 2,57%; Al2O3 = 0,72%; Fe2O3 = 0,38%; CaO = 51,71%; MgO = 1,17%; Na2O = 0,01%; K2O = 0,11%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,15%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,48 ; HD = 42,32%; Desa Tempee (Ls-06-B = 32.000.000 ton); Desa Pasempe (Ls-07-B = 81.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 1,65%; Al2O3 = 0,65%; Fe2O3 = 0,32%; CaO = 52,82%; MgO = 0,88%; Na2O = 0,01%; K2O = 0,04%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,03%; P2O5 = 0,16%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,39; HD = 42,74%; Bulu Paleonro Tanabatue (Ls-08-B = 12.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 0,18%; Al2O3 = 0,14%; Fe2O3 = 0,04%; CaO = 54,38%; MgO = 0,68%; Na2O = 0,01%; K2O = 0,00%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,05%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,18; HD = 43,49%; Desa

Tanatenga Usa (Ls-09-B = 55.000.000 ton); Desa Mulamenre Sapewalie (Ls-10-B), Kecamatan Taccipi, sumber daya hipotetik 16.000.000 ton, analisis kimia SiO2 = 0,29%; Al2O3 = 0,14%; Fe2O3 = 0,08%; CaO = 54,38%; MgO = 0,68%; Na2O = 0,00%; K2O = 0,01%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,07%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,13; HD = 43,34%; Desa Cinnong Ulaweng (Ls-11-B = 16.500.000 ton), analisis kimia SiO2 = 0,67%; Al2O3 = 0,11%; Fe2O3 = 0,05%; CaO = 54,04%; MgO = 0,88%; Na2O = 0,01%; K2O = 0,02%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,02%; SO3 = 0,01%; H2O = 0,14; HD = 43,30%; Desa Waemputtaeng (Ls-12-B = 180.000.000 ton); Desa Pallette (Ls-13-B = 165.000.000 ton); Hatcheri, Desa Pallette (Ls-14-B = 115.000.000 ton); Desa Mattiro Walie (Ls-15-B = 3.500.000 ton); Desa Lattekko Otting (Ls-16-B = 81.500.000 ton); dan Desa Manurunge Ningo (Ls-17-B = 200.000.000 ton), sangat prospek untuk dikembangkan, dapat digunakan untuk bahan baku semen portland, fondasi dan ornamen, status lahan hutan produksi terbatas, hutan lindung dan tanah adat.

4. Bahan galian dolomit terdapat di daerah-daerah perbukitan Desa Pattimpa Ajangpulu (Do-01-B = 20.000.000 ton), pengujian kimia SiO2 = 0,18%; Al2O3 = 0,08%; Fe2O3 = 0,06%; CaO = 33,71%; MgO = 18,92%; Na2O = 0,02%; K2O = 0,00%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,04%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,24; HD = 45,94; Gatareng, Desa Patimpeng (Do-02-B = 7.700.000 ton), pengujian kimia SiO2 = 0,50%; Al2O3 = 0,31%; Fe2O3 = 0,14%; CaO = 33,05%; MgO = 18,30%; Na2O = 0,02%; K2O = 0,02%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,01%; P2O5 = 0,11%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,23; HD = 46,00%, cukup prospek untuk dikembangkan, cukup baik untuk bahan baku industri kimia, pupuk dan obat-obatan.

5. Bahan galian granodiorit terdapat di daerah-daerah Bulu Biru, Desa Kahu Matajang (Gr-01-B = 45.000.000 ton); Salobenteng, Desa Wattang Cani (Gd-01-B = 36.000.000 ton); , dapat digunakan sebagai bahan fondasi bangunan dan ornamen.dan Bulu Aluh Pangeh, Desa Mattiro Walie (Gd-02-B = 126.500.000 ton), sangat propek untuk dikembangkan,

4

dapat digunakan sebagai bahan baku batu berdimensi, batuukir, bahan fondasi dan ornamen.

6. Bahan galian jasper Bulu Masale, Desa Biccoing Bacu (Jas-01-B = 6.000.000 ton), hitam legam, mikrokristalin, baik untuk batuan ornamen, cukup prospek untuk dikembangkan.

7. Bahan galian lempung Pedataran Desa Manciri (Cly-01-B 1.800.000 ton), analisis kimia SiO2 = 58,06%; Al2O3 = 16,01%; Fe2O3 = 16,86%; CaO = 0,42%; MgO = 1,64%; Na2O = 0,76%; K2O = 2,56%; TiO2 = 0,97%; MnO = 0,10%; P2O5 = 0,06%; SO3 = 0,02%; H2O = 7,31%; HD = 12,67%; Desa Lebbae (Cly-02-B = 1.100.000 ton), analisis kimia SiO2 = 52,58%; Al2O3 = 15,24%; Fe2O3 = 16,44%; CaO = 0,00%; MgO = 0,34%; Na2O = 0,25%; K2O = 0,03%; TiO2 = 1,53%; MnO = 0,49%; P2O5 = 0,07%; SO3 = 0,01%; H2O = 4,53%; HD = 12,62%; Desa Salewangeng (1.500.000 ton); Desa Leppangeng (1.650.000 ton); Desa Sampulili (320.000 ton); Desa Langi Bulusirua (320.000 ton); Desa Abumpungeng (9.700.000 ton), pengujian sifat keramik : Susut Kering 10,28%; Air Pembentuk 37,5%; Suhu Bakar 1.200OC; Susut Bakar 3,72%; Susut Jumlah 13,83%; Warna Coklat Pucat; Kuat Lentur 244,93 Kg/cm2; Peresapan 11,12; Karakteristik baik untuk badan keramik berwarna dan krem, sangat prospek untuk dikembangkan, status lahan tanah milik.

8. Bahan galian marmer (batugamping marmeran) terdapat di daerah daerah Bulu Kebunge, Desa Wattang Cani (Ma-01-B), (800.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 0,37%; Al2O3 = 0,04%; Fe2O3 = 0,04%; CaO = 54,04%; MgO = 1,17%; Na2O = 0,00%; K2O = 0,01%; TiO2 = 0,03%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,03%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,12; HD = 43,29%; dan Bulu Diompoe, Desa Wattang Cani (Ma-02-B), Kecamatan Bontocani (900.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 1,13%; Al2O3 = 0,24%; Fe2O3 = 0,13%; CaO = 53,17%; MgO = 0,58%; Na2O = 0,01%; K2O = 0,02%; TiO2 = 0,00%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,05%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,13; HD = 42,80% ; dapat digunakan sebagai marmer, batupoles dan ornamen.

9. Bahan galian pasir terdapat di daerah-daerah Desa Selli (1.150.000 ton), Sungai

Labembe (7.200.000 ton); Desa Gona (450.000 ton); Desa Nusa (11.000.000 ton); Desa Kepe (10.000.000 ton); Mattiro Walie (690.000 ton); dan Desa Tanabatue (430.000 ton), cukup prospek untuk dikembangkan, baik digunakan untuk pasir beton dan bahan bangunan.

10. Bahan galian trakhit terdapat di daerah-daerah perbukitan Desa Buarong (9.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 60,76%; Al2O3 = 17,28%; Fe2O3 = 4,34%; CaO = 4,07%; MgO = 1,31%; Na2O = 2,63%; K2O = 5,36%; TiO2 = 0,45%; MnO = 0,11%; P2O5 = 0,15%; SO3 = 0,01%; H2O = 0,91; HD = 2,60%; Desa Ulubalang (17.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 42,74%; Al2O3 = 11,04%; Fe2O3 = 6,30%; CaO = 13,21%; MgO = 7,91%; Na2O = 1,36%; K2O = 2,52%; TiO2 = 0,81%; MnO = 0,16%; P2O5 = 0,58%; SO3 = 0,01%; H2O = 4,66; HD = 12,91%; Desa Patimpeng (2.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 69,22%; Al2O3 = 16,32%; Fe2O3 = 0,94%; CaO = 2,00%; MgO = 1,04%; Na2O = 4,19%; K2O = 2,94%; TiO2 = 0,28%; MnO = 0,03%; P2O5 = 0,07%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,21; HD = 2,08%; Desa Gatareng (5.400.000 ton); Desa Gareccing (20.000.000 ton), Desa Bincoing Bacu (130.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 69,99%; Al2O3 = 17,01%; Fe2O3 = 0,85%; CaO = 2,20%; MgO = 0,28%; Na2O = 2,66%; K2O = 3,01%; TiO2 = 0,28%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,06%; SO3 = 0,00%; H2O = 1,09; HD = 2,93%; Desa Bonepute Bacu (250.000.000 ton), analisis kimia SiO2 = 69,28%; Al2O3 = 17,23%; Fe2O3 = 0,81%; CaO = 2,02%; MgO = 0,62%; Na2O = 3,26%; K2O = 2,85%; TiO2 = 0,26%; MnO = 0,02%; P2O5 = 0,07%; SO3 = 0,00%; H2O = 0,20; HD = 2,56%; sangat prospek untuk dikembangkan, cukup baik digunakan untuk campuran bahan baku badan keramik putih dan krem, status lahan hutan produksi terbatas, tanah milik dan tanah adat.

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, R. W. van, 1949 : The Geology of Indonesia, volume I-A dan I-B, Government Printting Office, The Haque.

Madiadipoera, T, 1990 : Bahan Galian Industri di Indonesia, Direktorat Sumber Daya Mineral, Bandung.

5

Sukamto, Rab, 1982 : Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Sukamto Rab, 1982, Peta Geologi bersistem Lembar Pangkajene Kepulauan dan Watampone Bagian Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Surwanda Wijaya dan kawan kawan, 1998 : Penyelidikan Geologi Terpadu di Kabupaten Dati II Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, Kantor Wilayah

Departemen Pertambangan Dan Energi, Provinsi Sulawesi Selatan.

Darwis dan kawan kawan, 1997 : Penyelidikan Geologi Terpadu di Kabupaten Dati II Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, Kantor Wilayah Departemen Pertambangan Dan Energi, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kabupaten Sinjai Dalam Angka Tahun 2003, Biro Pusat Statistik Kabupaten Sinjai.

Kabupaten Bone Dalam Angka Tahun 2003, Biro Pusat Statistik Kabupaten Bone.

Gambar 1. Peta Lokasi Mineral Non Logam Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.

6

Gambar 2. Peta Lokasi Mineral Non Logam Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

7