kolelitiasis

26
ANAMNESIS 1. IDENTITAS Nama : Tn.B Usia : 49 tahun Pekerjaan : - Alamat : - Tanggal masuk: 2 Desember 2013 2. KELUHAN UTAMA : Nyeri perut kanan atas 3. RPS : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut disertai rasa berdenyut di perut kanan atas sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga meneluhkan kepala terasa pusing dan berdenyut, demam (+), batuk (+). 4. RP : riwayat dirawat inap (-) , riwayat operasi (-), riwayat penyakit DM (+), riwayat alergi (-). 5. RPK : - 6. Riw. Psikososial : merokok (+), alcohol (-), obat-obatan (-), olahraga tidak teratur. PEMERIKSAAN FISIK 1. KESADARAN : Compos mentis

Upload: yantiyhan7

Post on 16-Dec-2015

41 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

ANAMNESIS

1. IDENTITAS

Nama

: Tn.B

Usia

: 49 tahunPekerjaan: -

Alamat

: -

Tanggal masuk: 2 Desember 20132. KELUHAN UTAMA: Nyeri perut kanan atas3. RPS :Pasien datang dengan keluhan nyeri perut disertai rasa berdenyut di perut kanan atas sejak 2 hari yang lalu. Pasien juga meneluhkan kepala terasa pusing dan berdenyut, demam (+), batuk (+). 4. RP : riwayat dirawat inap (-) , riwayat operasi (-), riwayat penyakit DM (+), riwayat alergi (-).

5. RPK

: -

6. Riw. Psikososial: merokok (+), alcohol (-), obat-obatan (-), olahraga tidak teratur.

PEMERIKSAAN FISIK

1. KESADARAN: Compos mentis

2. KEADAAN UMUM: T (36,8o), N (80x/menit), TD (110/70 mmHg), R (20x/menit).

3. STATUS GENERALISATA

a. PERNAFASAN : irama nafas teratur, suara nafas vesikuler, sesak (-), batuk (+), sputum (-) , retraksi otot bantu nafas (-).

b. KARDIOVASKULER : nyeri dada (-), irama jantung regular, bunyi jantung normal, akral hangat.

c. PERSYARAFAN : kesadaran (compos mentis) , GCS (E4,V5,M6), reflex fisiologis normal, gangguan tidur (-)

d. PENGINDRAAN : BDN

e. PENCERNAAN : nafsu makan baik, pola makan 3x sehari, minum 8 gelas/ hari dengan jenis air putih, mulut bersih, mukosa lembab.

f. ABDOMEN: pembesaran hepar (-), BAB teratur dengan konsistensi lembek dan warna khas.

g. PERKEMIHAN: DBN

h. MUSKULOSKELETAL : DBN

i. PERSONAL HYGIENE : mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. PEMERIKSAAN LAB :Hb

: 14,5 mg%

Leukosit

: 5200 mm3LED

: 34 mm/jam

Trombosit

: 248.000 uL

HT

: 42,5 %

Eritrosit

: 4,85 jt/mm3Eosinofil

: 3

Basofil

: 0

Neutrofil Batang: 4

Neutrofil Segmen: 55

Limfosit

: 26

Monosit

: 12

GDS

: 215 mg/dl

Kreatinin

: 0,8 mg/dl

Ureum

: 21 mg/dl

Billirubun direc: 0,2 mg/dl

Billirubin total

: 0,4 mg/dl

SGOT

: 39 uL

SGPT

: 80 Ul

2. USG

3. Rongen

DIAGNOSIS BANDING:

DIAGNOSIS: CHOLELITIASIS

PENATALAKSANAAN

1. FARMAKOLOGI

: Infuse RL 20 rpm, Dumin 3x1, Inj. Cefum 2x1, Urdafal 2x1,Inj.Dumpitur 2x1, Clubazam 1x1, cefixime 2x1, ketesse 2x1.

2. PEMBEDAHAN

: cholelitectomi + laparotomy

PROGNOSIS: Dubia ed bonamTINJAUAN PUSTAKAKolelitiasis

Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam kandung empedu.Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol, pigmen empedu,kalsium dan matriks inorganik.4Anatomi dan Fisiologi Kandung EmpeduKandung empedu merupakan kantung berbentuk alpukat yang terletak tepat di bawah lobus kanan hati. Empedu yang disekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke saluran kecil empedu di dalam hati, yang disebut kanalikuli. Saluran kecil ini bersatu membentuk saluran empedu lebih besar (duktulus) dan akhirnya membentuk dua saluan besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis (common hepatic duct). Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus (common bile duct). Pada sebagian besar orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula Vateri (bagian duktus yang melebar) sebelum bermuara ke duodenum. Bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot sirkular yang dikenal sebagai sfingter Oddi.2

Kandung empedu mendapatkan aliran darah dari arteri sistikus yang merupakan cabang arteri hepatikus, dan mengalirkan darah ke vena sistikus yang bermuara ke dalam sistem vena porta.2Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu. Empedu yang dihasilkan oleh hati, setelah melewati duktus hepatikus akan masuk ke duktus sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah mengabsorpsi air dan garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira l0 kali lebih pekat dari pada empedu hati. Secara berkala kandung empedu mengosongkan isinya ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototinya dan relaksasi sfingter Oddi. Adanya lemak dalam makanan merupakan rangsang terkuat untuk menimbulkan kontraksi kandung empedu.2Fisiologi dan Kimiawi Empedu

Empedu merupakan suatu cairan yang mengandung 85-95% air, dan sisanya mengandung zat-zat organik seperti garam empedu, bilirubin, kolesterol, fosfolipid dan elektrolit seperti natrium, kalsium, kalium, klorida dan karbonat. Dalam proses pemekatan di dalam kandung empedu, air dan elektrolit direabsorpsi oleh mukosa kandung empedu.2Asam empedu merupakan komponen empedu yang terbanyak jumlahnya yaitu antara 8-53% dari total empedu. Asam empedu dibentuk dari kolesterol. Proses oksidasi dan hidroksilasi kolesterol di dalam sel-sel hati membentuk asam empedu primer, yaifu asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Keduanya akan berkonjugasi dengan glisin atau taurin untuk membentuk gliko dan tatro terkonjugasi-asam empedu dan disekresikan ke dalam empedu dalam bentuk garam natrium atau kaliumnya. Garam empedu ini berfurngsi membentuk kompleks-kompleks kecil dengan lemak yang disebut micelles (misel), sehingga menjadi mudah larut dan dapat diabsorpsi Mukosa usus.2

Kira-kira 95% asam empedu yang disekresikan akan diserap kembali di usus halus dan 5% sisanya masuk ke dalam kolon kemudian diubah oleh bakteri usus menjadi asam empedu sekunder, yaitu deoksikolat dan litokolat. Deoksikolat akan diserap dan kembali ke hati melalui vena porta (siklus enterohepatik), sedangkan litokolat sebagian besar dibuang melalui feses dan sebagian diubah oleh bakteri usus menjadi ursodeoksikolat dan diserap kembali. Di hati akan mengalarni konjugasi kembali dengan glisin atau taurin dan selanjutnya kembali mengikuti siklus enterohepatik.2

Empedu yang disekresikan oleh hati normalnya antara 600-1200 ml/hari. Empedu mempunyai dua fungsi penting, yaitu:21. Empedu berperan penting dalam pencernaan dan absorpsi lemak, karena mengandung asam empedu yang membantu mengemulsikan lemak sehingga dapat dicerna oleh enzim lipase pankreas serta membantu tanspor dan absorpsi produk akhir lemak menuju atau melalui membran mukosa usus

2. Empedu berperan sebagai alat untuk mengeluarkan hasil buangan dari darah, seperti bilirubin dan kelebihan kolesterol yang dibentuk hati.Faktor resiko terjadinya penyakit kolelitiasis1. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin, menurut penelitian penyakit batu kandung empedu lebih tinggi resikonya dua kali terjadi pada wanita di bandingkan pada pria. Karena pada wanita terdapat hormon progesteron dan esterogen yang apabila bergabung akan mempengaruhi kolesterol di dalam empedu sehingga mengalami suatu proses untuk pembentukan batu empedu.12. UsiaFaktor usia mempengaruhi terjadinya resiko penyakit batu kandung empedu. Dan menurut penelitian pada usia 40 tahun keatas penyakit batu kandung empedu lebih mudah terbentuk karena tubuh cenderung mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam cairan tubuh.13. Kehamilan/KesuburanPada saat proses kehamilan terjadi penggabungan pengaruh hormon progesteron dan esterogen. Akibat penggabungan ini meningkatkan hipersekresi kolesterol yang mengakibatkan kolesterol di dalam empedu mengalami proses (predis proses) untuk pembentukan batu empedu. Bukan hanya pada masa kehamilan tetapi pada saat terapi sulih hormon atau penggunaan pil KB juga memudahkan terbentuknya batu.14. KegemukanPerbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25 -30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.1Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi.1Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun salah satunya adalah penyakit batu kandung empedu. Mereka lebih bayak mencerna dan mensintesis kolesterol sehingga mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam empedu.15. Sindrom metabolikSindrom metabolik adalah kombinasi dari gangguan medis yang meningkatkan resiko suatu penyakit salah satunya adalah penyakit diabetes. Pada penderita yang mengalami masalah sindrom penyakit diabetes pada umumnya memiliki kadar asam lemak atau trigliserida yang tinggi, sehingga resiko menderita penyakit batu kandung empedu semakin besar.16. Faktor GenetikFaktor genetik juga terlibat pada pembentukan batu empedu ini dibuktikan oleh prevalensi batu empedu yang tersebar luas diantara berbagai bangsa dan kelompok etnik tertentu. Dan penyakit batu kandung empedu ini seringkali merupakan penyakit keturunan dalam keluarga dan berhubungan dengan pola hidup keluarga tersebut.17. Diet rendah seratPola makan yang rendah serat tapi tinggi lemak serta kolesterol dapat mengakibatkan beberapa penyakit, salah satunya adalah penyakit batu kandung empedu. Dengan pola diet yang rendah serat ini menambah resiko terjadinya penyakit batu kandung empedu.1Klasifikasi Batu Empedu

Batu empedu (kolelitiasis, gallstone) mempunyai berbagai macam bentuk, ukuran, wama dan corak tergantung pada komposisi yang menyusunnya. Klasifikasi batu empedu biasanya berdasarkan pada gambaran arsitektur secara gross dan komposisi utama batu tersebut. Terdapat 2 jenis utama batu empedu, yaitu batu kolesterol dan batu pigmen.21. Batu Kolesterol

Merupakan jenis batu yang terbanyak dan mengandung lebih dari 50% kolesterol (51 -99%),sisanya kalsium karbonat, fosfat, bilirubinat, fosfolipid, glikoprotein dan mukopolisakarida. Bentuknya bulat atau oval dengan permukaan yang halus atau sedikit granuler, berwarna kuning pucat dengan bagian inti yang lebih gelap, dari titik tengah menyebar garis-garis radier ke tepi. Batu jenis ini sebagian besar bersifat radiolusen dan biasanya soliter. Merupakan jenis batu empedu yang banyak didapat di negara Barat (>85%).2

2. Batu PigmenBatu pigmen terdiri atas 2 jenis, yaitu batu pigmen coklat dan batu pigmen hitam. Komponen utama batu pigmen ini ialah kalsium bilirubinat (40-60%) sedangkan kadar kolesterolnya kurang dari 30%. Batu pigmen hitam berwarna coklat tua sampai hitam dan bila dipotong permukaannnya seperti gelas. Komponen utamanya ialah kalsium bilirubinat dengan jalinan musin glikoprotein-garam kalsium. Garam kalsiumnya dapat berupa kalsium karbonat atau kalsium non-karbonat. Intinya mengandung belerang dan tembaga dalam kadar yang tinggi.Batu pigmen coklat permukaannya kasar dan seperti lumpur serta pada potongan melintang tampak lapisan berwarna coklat dan coklat muda berselang-seling. Lapisan coklat mengandung garam bilirubinat sedangkan lapisan coklat muda mengandung kalsium palmitat dan stearat.2Patogenesis batu empedu

Patogenesis Batu Kolesterol dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Ada 3 mekanisme utama yang berperan dalam pembentukan batu kolesterol yaitu:a. Perubahan Komposisi Empedu

Empedu mengandung 85-95% air. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, sehingga harus dipertahankan dalam keadaan larut dengan disekresikan dari membran kanalikuli dalam bentuk vesikel fosfolipid, yaitu gabungan kolesterolfosfolipid. Kelarutan kolesterol tergantung pada konsentrasi fosfolipid dan asam empedu dalam empedu, juga jenis fosfolipid dan asam empedu yang ada.2Pada keadaan empedu tidak lewat jenuh oleh kolesterol serta mengandung cukup asam empedu dan fosfolipid, kolesterol akan terikat pada bagian hidrofobik dari campuran misel (terdiri atas fosfolipid terutama lesitin, asam empedu dan kolesterol). Karena bersifat larut dalam air, campuran misel ini memungkinkan hanspor dan absorpsi produk akhir lemak menuju atau melalui membran mukosa usus.2Bila empedu mengandung kolesterol yang tinggi (lewat jenuh) atau kadar asam empedu serta fosfolipid rendah, kelebihan kolesterol tidak dapat ditranspor ke dalam campuran misel, tetap terbentuk vesikel. Vesikel ini bersifat tidak stabil dan akan beragregasi membentuk vesikel yang lebih besar dan berlapis-lapis (vesikel multilamellar) sehingga membentuk inti kristal kolesterol.2b. Pembentukan lnti Kolesterol

Meningkatnya kadar kolesterol akan menyebabkan cairan empedu menjadi lewat jenuh dan memungkinkan tedadi kristalisasi dan terbentuknya inti kristal kolesterol yang merupakan kunci penting dalam rangkaian patogenesis batu kolesterol.

Pembentukan inti kristal juga dipenganrhi oleh waktu pembentukan inti (nucleationtine). Pada penderita batu empedu ternyata waktu pembentukan intinya jauh lebih pendek dibandingkan dengan yang tanpa batu empedu. Hal ini disebabkan adanya fbktor-faktor lain yang berperan mempercepat atau mengharnbat terbentuknya batu, di antaranya berupa protein atau musin (mukus) di dalam empedu.t'to Beberapa peneliti menduga bahwa musin yang bersifat gel di dalam kandung empedu dapat mencetuskan kristalisasi kolesterol. Selain itu, glikoprotein 120 kda dan infeksi juga diduga dapat menyebabkan kristalisasi kolesterol.2

Patogenesis Batu Pigmen dan Faktor faktor yang Mempengaruhi

Batu pigmen merupakan jenis batu yang banyak ditemukan di negara Timur dengan komponen utamanya adalah kalsium bilirubinat. Kandungan kolesterol pada batu pigmen kurang dari 30%. .Batu pigmen hitam terutama mengandung kompleks kalsium bilirubinat dengan kalsium dan glikoprotein. Mekanisme pembentukannya belum diketahui pasti, tetapi diduga disebabkan karena empedu mengalami supersaturasi oleh bilirubin indirek, perubahan pH dan kalsium serta produksi yang berlebihan dari glikoprotein. Kadar bilirubin indirek yang tinggi dalam empedu biasanya ditemukan pada penderita hemolisis kronik.2Batu pigmen coklat terutama mengandung garam kalsium dari bilirubin indirek (kalsium bilirubinat) dan lebih sering dihubungkan dengan stasis empedu dan infeksi. Stasis empedu sering disertai infeksi kandung empedu tetapi masih belum jelas apakah stasis menyebabkan infeksi atau infeksi yang menyebabkan kerusakan epitel kandung empedu dan mengakibatkan fibrosis sehingga terjadi stasis. Infeksi oleh parasit seperti Ascaris lumbricoides dan Clonorchis sinensis akan menyebabkan iritasi dan fibrosis sfingter Oddi sehingga terjadi stasis.2Enzim beta glukoronidase yang dihasilkan kelompok bakteri koli (misalnya Escherichia coli) akan menghidrolisis bilirubin direk menjadi bilirubin indirek dan asam glukoronida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas enzim ini meningkat pada keadaan inflamasi taktus biliaris. Bilirubin indirek ini bergabung dengan kalsium menghasilkan kalsium bilirubinat yang tidak larut dalam air sehingga terjadi pengendapan.2Manifestasi klinis

Setengah sampai dua per tiga penderita batu kandung empedu adalah asimtomatik. Keluhan yang ada mungkin berupa dispepsia yang kadang di sertai intolerans terhadap makanan berlemak.2Pada yang simtomatik, keluhan utama adalah nyeri di daerah epigastrium, kuadran kanan atas atau prekordium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin memanjang lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbul awal nyeri kebanyakan perlahan-lahan, tetapi pada sepertiga kasus timbul tiba-tiba.2Penyebaran nyeri dapat ke punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri menghilang setelah makan antasida. Kalau terjadi kolesistitis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada waktu menarik nafas dalam dan sewaktu kandung empedu tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien berhenti menarik nafas, yang merupakan tanda rangsang peritoneum setempat.2,31. Kolik Biliaris

Sekitar 60-70% dari pasien dengan batu empedu simtomatik mengalami episode kolik biliaris, yaitu nyeri yang terutama dirasakan di daerah epigasfrium setelah makan atau di daerah kuadran atas kanan perut, kadang-kadang menjalar ke belakang (interskapula) atau sampai ke bahu kanan. Nyeri dapat dirasakan beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri yang hebat sering disertai rasa mual dan muntah sehingga menyebabkan penderita dirawat di rumah sakit.2Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri epigastrium pada palpasi atau nyeri di daerah kuadran atas kanan tetapi sebagian besar pasien tidak menunjukkan kelainan pada pemerilsaan fisik.22. Kolesistitis AkutKolesistitis akut merupakan komplikasi paling sering, yaitu sekitar 15-20% drt pasien dengan batu empedu simtomatik. Pasien mengalami nyeri hebat yang dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, sehingga pasien merasa membutuhkan pertolongan emergensi. Obstruksi duktus sistikus yang menetap oleh batu, disertai iritasi kimia oleh empedu menyebabkan inflamasi dan edema dari dinding kandung empedu, biasanya pasien mengalami mual dan muntah.2Pemeriksaan fi sik biasanya menunjukkannyeri dan rasapenuh di daerahkuadran atas kanan. Pada palpasi di daerah kuadran atas kanan selama inspirasi sering menyebabkan rasa nyeri sehingga pasien menghentikan napas sejenak (Murphy's sign positif). Tanda peritonitis lokal dan demamjuga sering ditemukan.23. Batu pada Duktus Koledokus (Koledokolitiesis)

Koledokolitiasis dapat terjadi bila batu tempat dari kandung empedu dan menyumbat duktus koledokus. Sumbatan batu ini dapat menyebabkan kolangitis atau pankreatitis akut. Pasien dengan batu pada duktus koledokus sering menunjuldcan gejala jaundice dan deman, selain rasa nyeri.2

Diagnosis 1. Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita batu empedu di antaranya hitung sel darah lengkap, urinalisis, pemeriksaan feses, tes fungsi hati' dan kadar amilase serta lipase serum. Pada episode kolik biliaris, sebagian besar penderita mempunyai hasil laboratorium yang normal.2Tetapi bila disertai komplikasi dapat menunjukkan leukositosis dan peningkatan kadar enzim hati (aspartate am inotransf eras e, alanine aminotransferase, fosfatase alkali), gamma glutamyl transferase dan bilirubin serum, terutama jika terdapat batu pada duktus koledokus.2Pada pemeriksaan urinalisis, adanya bilirubin tanpa adanya urobilinogen dalam urin dapat mengarahkan pada kemungkinan adanya obstruksi saluran empedu. Sedangkan pada pemeriksaan feses, tergantung pada obstruksi oleh batu empedu, bila tedadi obstruksi total saluran empedu, maka feses tampak pucat (akholis).22. Pemeriksean Radiologis

a. Ultrasonography (USG)

Ultrasonography (USG) merupakan suatu prosedru non-invasif yang cukup aman, cepat, tidak memerlukan persiapan khusus, relatif tidak mahal dan tidak melibatkan paparan radiasi, sehingga menjadi pemeriksaan terpilih untuk pasien dengan dugaan kolik biliaris. Ultasonography mempunyai spesifisitas 90% dan sensitivitas 95% dalam mendeteksi adanya batu kandung empedu. Prosedur ini menggunakan gelombang suara (sound wave) untuk membentuk gambaran (image) suatu organ tubuh. Indikasi adanya kolesistitis akut pada pemeriksaan USG ditunjukkan dengan adanya batu, penebalan dinding kandung empedu, cairan perikolesistikus dan Murphy sign positif akibat kontak dengan probe USG.2,3b. Magnetic Resonunce Imaging dan Magnetic.Re sonance ChoIangiopan creatography

Pada Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) adalatr suatu pemeriksaan yang relatif banr, yang menggunakan MRI imaging dengan software khusus. Pemeriksaan ini mampu menghasilkan gambaran (images) yang serup a Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatograpfty (ERCP) tanpa risiko sedasi, pankreatitis atau perforasi. MRCP membantu dalam menilai obstruksi biliaris dan anatomi duktus pankreatilars. Pemeriksaan ini lebih efektif dalam mendeteksi batu empedu dan mengevaluasi kandung empedu untuk melihat adanya kolesistitis.2c. Endoscopic Retrograde ChoIangiopan creatography

Endoscopic Retrograde Cholangio pancreatography (ERCP) adalah pemeriksaan gold standard untuk mendeteksi batu empedu di dalam duktus koledokus dan mempunyai keuntungan terapeutik untuk mengangkat batu empedu. ERCP adalah suatu teknik endoskopi untuk visualisasi duktus koledokus dan duktus pankreatikus. Pada pemeriksaan ini mengggunakan suatu kateter untuk memasukkan alat yang dimasukkan ke dalam duktus biliari dan pankreatikus untuk mendapatkan gambaran x-ray dengan fluoroscopy. Selama prosedur, klinisi dapat melihat secara langsung gambaran endoskopi dari duodenum dan papila major, serta gambaran duktus biliari dan pankreatikus seperti tampak pada gambar berikut.2Penatalaksanaan

asimtomatik tidak perlu dilakukan penanganan apa pun sampai terjadi perkembangan berikutnya. simtomatik terdapat beberapa pilihan penatalaksanaan yang tergantung manifestasi klinis, dengan tujuan utama mengurangi gejala klinis dan mencegah berkembangnya komplikasi.21. Terapi Operatif Kolesistektomi

Kolesistektorni' merupakan satu satunya terapi definiti untuk penderita batu simtomiatik, yaitu dengan mengangkat batu dan kandung empedu, dapat mencegah berulangnya penyakit. Kolesistektomi dapat dilakukan dengan cara operasi membuka rongga perut (laparotomi abdomen) atau dengan menggunakan laparoskopi. Kolesistektomi laparoskopi telah berkembang cepat setelah pertama kali diperkenalkan pada tahun 1987, menggantikan kolesistektomi terbuka dan 80-90% kolesistektomi di Inggris dilalarkan dengan cara ini.2Kolesistektomi laparoskopi adalah suatu prosedur invasif dengan membuat insisi kecil pada abdomen serta menggunakan kamera video kecil untuk memperbesar organ di dalam rongga perut. Dengan menggunakan monitor video sebagai pemandu, dokter bedah mengidentifikasi, mengisolasi dan mengangkat kandung empedu dengan laparoskop.Kadang-kadang dokter bedah melalekan pemeriksaan secara laparoskopi terlebih dahulu untuk melihat adanya kelainan lain. Risiko dari teknik laparoskopi ini adalah trauma duktus hepatikus atau duktus koledokus.22. Terapi Non-operatif

Beberapa teknik non-operatif telah digunakanuntuk mengobati batu empedu simtomatik, seperti pemberian obat pelanrt batu empedu (chenodeoxycholic dan ursodeorycholic acid dan menghancurkan batu dengan utracorporeal shoclcwave litho tripsy.2Ursodeoxycholic acid dapat menghambat sintesis kolesterol oleh hati. Kurang dari l0% pasien dengan batu empedu dapat ditangani secara non-operatif dan hampir setengatr dari pasien yang terpilih untuk pengobatan non-operatif berhasil, tetapi pengobatan cara ini membutuhkan biaya lebih banyak karena pengobatannya lebih lama (sampai 5 tahun). Pengobatan cara ini hanya untuk pasien dengan batu empedu berulcuran kecil dan batu kolesterol tanpa kalsifikasi.2Extracorporeal shockwave lithotripsy (ESWL) adalah suatu terapi nonoperatif, yang menggunakan gelombang suara berenergi tinggi yang dapat menghasilkan shock wave. Shock wave ini akan ditransmisikan melalui air dan jaringan serta mempunyai kemampuan untuk memecah batu empedu. Teknik ini sudah jarang dilaktrkan karena tergeser oleh kolesisteltomi laparoskopi.2Daftar pustaka1. widyastuti A. 2010. Jurnal Patogenesis Batu Empedu. Volme 1. 2010

2. Ginting S. 2011. A description characteristic risk factor of the kolelitiasis disease. Jurnal darma agung. Vol.1

3. Sudoyo,Aru W.et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jilid I.Ed 1V.Internal Publishing. Jakarta: 2009.4. Sylvia A Price et al. Patofisiologi Konsep klinis Proses Proses Penyakit. Volume 1. Edisi 6. EGC.2006