koherentisme

3
1. Koherentisme Kaum internalis bisa saja tidak puas karena foundasionalisme memberi ruang bagi kemungkinan keyakinan yang dibuktikan tanpa didasarkan pada keyakinan-keyakinan lain. Sejauh ini merupakan solusi kita atas masalah kemunduran yang mengantar kita kepada foundasionalisme, dan sejauh tak satu pun dari alternatif tampaknya meyakinkan, kita mungkin saja melihat solusinya dalam problem itu sendiri. Hendaknya diingat bahwa problem didasarkan pada asumsi yang tidak terkatakan, yakni bahwa justifikasi bersifat linear dalam penampakannya. Yakni bahwa pernyataan dari problem regres mengasumsikan bahwa pendasaran relasi menyejajarkan sebuah argumen logis, dengan satu keyakinan didasarkan pada yang lainnya atau lebih banyak keyakinan lainnya dalam bentuknya yang tidak simetris. Jadi, kaum internalis yang menemukan bahwa foundasionalisme adalah pandangan yang tidak meyakinkan bisa saja menolak asumsi ini, dan mempertahankan pendapat bahwa justifikasi adalah hasil dari sebuah hubungan menyeluruh (holistic) di antara berbagai keyakinan. Demikianlah, orang bisa mempertahankan posisi bahwa keyakinan menurunkan justifikasi mereka dengan menginklusikan ke dalam serangkaian keyakinan yang berkoherensi satu sama lain sebagai keseluruhan. Pendukung dari pandangan semacam ini disebut kaum koherentis. Seorang pendukung koherentisme kemudian memandang justifikasi sebagai saling mendukung timbal-balik antar berbagai keyakinan, dan bukan serangkaian keyakinan yang tidak simetris satu dengan lainnya. Menurut pandangan ini, sebuah keyakinan menurunkan justifikasinya tidak melalui mendasarkan dirinya pada sati atau lebih keyakinan, tetapi karena statusnya sebagai anggota dari serangkaian keyakinan yang semuanya cocok satu sama lain dalam cara yang benar. Kohenrentisme adalah pandangan yang rentan terhadap “keberatan isolasi” (“isolation objection”). Tampaknya mungkin bagi serangkaian keyakinan untuk menjadi koheren, tetapi untuk semua keyakinan itu harus terisolasi dari realitas. Pertimbangkan, misalnya, sebuah karya fiksi. Semua pernyataan dalam karya fiksi dapat membentuk sebuah rangkaian yang koheren, tetapi mempercayai semua dan hanya pernyataan- pernyataan dalam karya fiksi tidak akan render one justified.

Upload: gekeka

Post on 27-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

KoherentismeFilsafat Ilmu

TRANSCRIPT

Page 1: Koherentisme

1. Koherentisme

Kaum internalis bisa saja tidak puas karena foundasionalisme memberi ruang bagi kemungkinan keyakinan yang dibuktikan tanpa didasarkan pada keyakinan-keyakinan lain. Sejauh ini merupakan solusi kita atas masalah kemunduran yang mengantar kita kepada foundasionalisme, dan sejauh tak satu pun dari alternatif tampaknya meyakinkan, kita mungkin saja melihat solusinya dalam problem itu sendiri. Hendaknya diingat bahwa problem didasarkan pada asumsi yang tidak terkatakan, yakni bahwa justifikasi bersifat linear dalam penampakannya. Yakni bahwa pernyataan dari problem regres mengasumsikan bahwa pendasaran relasi menyejajarkan sebuah argumen logis, dengan satu keyakinan didasarkan pada yang lainnya atau lebih banyak keyakinan lainnya dalam bentuknya yang tidak simetris.

Jadi, kaum internalis yang menemukan bahwa foundasionalisme adalah pandangan yang tidak meyakinkan bisa saja menolak asumsi ini, dan mempertahankan pendapat bahwa justifikasi adalah hasil dari sebuah hubungan menyeluruh (holistic) di antara berbagai keyakinan. Demikianlah, orang bisa mempertahankan posisi bahwa keyakinan menurunkan justifikasi mereka dengan menginklusikan ke dalam serangkaian keyakinan yang berkoherensi satu sama lain sebagai keseluruhan. Pendukung dari pandangan semacam ini disebut kaum koherentis.

Seorang pendukung koherentisme kemudian memandang justifikasi sebagai saling mendukung timbal-balik antar berbagai keyakinan, dan bukan serangkaian keyakinan yang tidak simetris satu dengan lainnya. Menurut pandangan ini, sebuah keyakinan menurunkan justifikasinya tidak melalui mendasarkan dirinya pada sati atau lebih keyakinan, tetapi karena statusnya sebagai anggota dari serangkaian keyakinan yang semuanya cocok satu sama lain dalam cara yang benar.

Kohenrentisme adalah pandangan yang rentan terhadap “keberatan isolasi” (“isolation objection”). Tampaknya mungkin bagi serangkaian keyakinan untuk menjadi koheren, tetapi untuk semua keyakinan itu harus terisolasi dari realitas. Pertimbangkan, misalnya, sebuah karya fiksi. Semua pernyataan dalam karya fiksi dapat membentuk sebuah rangkaian yang koheren, tetapi mempercayai semua dan hanya pernyataan-pernyataan dalam karya fiksi tidak akan render one justified. Demikianlah, bentuk apa pun dari internalisme tampaknya rentan terhadap keberatan ini, dan dengan demikian sebuah penjelasan yang komplet dari kaum internalis mengenai justifikasi harus menjawab persoalan ini. Ingat bahwa justifikasi menuntut adanya kesesuaian (match) antara pikiran seseorang dengan dunia, karena itu sebuah penekanan yang inordinate pada relasi antara keyakinan-keyakinan dalam pikiran seseorang tampaknya meremehkan pertanyaan apakah keyakinan-keyakinan itu cocok atau sesuai dengan adanya benda-benda (objek) secara aktual.

1. Eksternalisme

Mengikuti uraian di atas, orang mungkin saja berkesimpulan bahwa menaruh perhatian berlebihan pada faktor-faktor internal dari pikiran subjek yang memiliki keyakinan akan mengarahkan secara tak terelakkan kepada kekeliruan pembuktian. Alternatif dari ini adalah asumsi bahwa setidak-tidaknya ada faktor eksternal tertentu dari pikiran subjek pengetahuan yang menentukan apakah keyakinannya terbukti atau tidak terbukti. Pendukung dari pandangan seperti ini disebut eksternalis.

Page 2: Koherentisme

Menurut eksternalisme, satu-satunya jalan untuk menghindari isolasi objek dan memastikan bahwa pengetahuan tidak menyertakan keberuntungan adalah mempertimbangkan beberapa faktor berbeda dari keyakinan yang dimiliki subjek yang meyakini. Faktor-faktor apakah yang harus dipertimbangkan? Versi yang paling terkenal dari eksternalisme adalah reliabilisme, mengusulkan bahwa kita mempertimbangkan sumber (source) dari keyakinan. Keyakinan dapat dibentuk sebagai hasil dari banyak sumber yang berbeda, seperti misalnya pengalaman pengindraan inderawi, reason, kesaksian, ingatan, dan sebagainya. Tepatnya, kita bisa merinci lagi indera yang manakah yang digunakan, siapa yang memberikan kesaksian, jenis penalaan seperti apa yang digunakan, atau ingatan terbaru apa yang relevan, Untuk setiap keyakinan, kita dapat mengindikasikan proses kognitif yang mengarahkan kepada pembentukannya. Dalam bentuknya yang sederhana dan lebih langsung, reliabilisme mempertahankan pandangan bahwa apakah sebuah keyakinan terbuktikan atau tidak tergantung pada apakah proses itu adalah sebuah sumber yang andal dari keyakinan-keyakinan yang benar. Sejauh kita mencari kesesuaian antara pikiran kita dengan dunia, keyakinan yang terbuktikan adalah keyakinan-keyakinan yang dihasilkan dari proses yang secara reguler mencapai kesesuaian (match) dimaksud. Jadi, misalnya, menggunakan visi untuk menentukan warna dari sebuah objek yang well-lit dan relatif dekat adalah proses pembentukan keyakinan yang reliabel bagi seseorang yang memiliki penglihatan normal, dan bukan seseorang yang menderita buta warna. Pembentukan keyakinan berdasarkan kesaksian dari seorang ahli tampaknya menegaskan keyakinan yang benar, tetapi pembentukan keyakinan dengan mendasarkan pada kesaksian dari orang pembohong tentu bukanlah keyakinan yang terbuktikan. Singkatnya, jika sebuah keyakinan adalah hasl dari sebuah proses kognitif yang bersifat reliabel mengarahkan kepada keyakinan yang benar, maka keyakinan seperti itu terbuktikan.

Satu kritik kepada reliabilisme dapat dikemukakan. Pembentukan keyakinan adalah sebuah kejadian yang terjadi sekali (one-time event), tetapi kelenturan (reliability) dari proses sangat tergantung pada performans dari proses yang lama. Dan ini menuntut agar kita menspesifikasi proses yang mana yang sedang digunakan, sehingga kita bisa mengevaluasi ferformansnya dalam contoh-contoh lainnya. Bagaimana pun, proses kognitif dapat dideskripsikan dakan term yang kurang lebih umum: misalnya, proses pembentukan-keyakinan yang sama dapat dideskripsikan secara beragam sebagai pengalaman inderawi, visi, visi oleh mereka yang memiliki penglihatan yang normal, visi dari mereka yang memiliki penglihatan yang normal hanya di siang hari, visi bagi mereka yang memiliki penglihatan yang normal di siang hari ketika melihat sebuah pohon, dan seterusnya. “Problem menyeluruh” (generality problem) menunjukkan bahwa beberapa dari deskripsi ini dapat menspesifikasi sebuah proses yang lentur (reliable) tetapi yang lainnya mungkin saja menspesifikasi proses yang tidak lentur, sehingga kita tidak dapat mengetahui apakah sebuah keyakinan terbuktikan atau tidak terbuktikan kecuali kita mengetahui level yang sesuai (appropriate) dari generalitas yang digunakan dalam mendeskripsikan proses.