koefisien partisi dil

16
KOEFISIEN PARTISI A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air. B. LANDASAN TEORI Koefisien partisi memiliki perannya tersendiri dalam dunia farmasi.Salah satunya, yaitu pada penentuan fase sediaan emulsi.Nilai koefisien partisi dapat menunjukkan suatu senyawa obat apakah bersifat lipofil ataupun hidrofil. Dengan menegetahui sifat tersebut maka seorang farmasis dapat menentukan sediaan emulsi harus dibuat dalam fase w/o; o/w; ataupun w/o/w dan o/w/o (Hendradi, 2012). Selain untuk menentukan fase sediaan emulsi, nilai dari koefisien partisi juga dapat membantu dalam menentukan metode ekstraksi dan larutan pengekstrasi.Metode ekstraksi didasarkan atas nilai koefisien partisi (K D ) antara cairan dengan fase organik, sedangkan nilai K D maksimum digunakan untuk menentukan larutan pengekstraksi (Harahap, 2006).

Upload: mika-febryati

Post on 18-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Farfis

TRANSCRIPT

KOEFISIEN PARTISIA. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air.B. LANDASAN TEORI Koefisien partisi memiliki perannya tersendiri dalam dunia farmasi.Salah satunya, yaitu pada penentuan fase sediaan emulsi.Nilai koefisien partisi dapat menunjukkan suatu senyawa obat apakah bersifat lipofil ataupun hidrofil. Dengan menegetahui sifat tersebut maka seorang farmasis dapat menentukan sediaan emulsi harus dibuat dalam fase w/o; o/w; ataupun w/o/w dan o/w/o (Hendradi, 2012). Selain untuk menentukan fase sediaan emulsi, nilai dari koefisien partisi juga dapat membantu dalam menentukan metode ekstraksi dan larutan pengekstrasi.Metode ekstraksi didasarkan atas nilai koefisien partisi (KD) antara cairan dengan fase organik, sedangkan nilai KD maksimum digunakan untuk menentukan larutan pengekstraksi (Harahap, 2006).Koefisien partisi tiap zat adalah tetap sesuai dengan sifat alamiah zat itu sendiri. Pas adalah koefisien partisi yang menyatakan rasio konsentrasi zat dalam air dan sediment, atau sebaliknya Psa adalah rasio konsentrasi zat dalam sediment dan air. Tingkat partisi antara media air dan biota tergantung pada sifat-sifat zat yaitu hidrofilik (suka air), lipofilik (suka lemak) dan organofilik (suka zat organik). Faktor biokonsentrasi (bioconcentration factor - BCF) adalah rasio konsentrasi zat dalam biota (berat zat/berat biota) dan dalam air (berat zat/berat air) pada kondisi setimbang, Untuk zat lipofilik, BCF dapat diestimasi menggunakan koefisien partisi n-octano/ water atau Pow. Koefisien partisi zat lipofilik antara biota (direpresentasikan sebagai ikan) dan air dinyatakan dalam hubungan: Log Pba = log Cb/Ca = log BCF = 0,79 log Pow 0,40 6). Kebalikan hasil formula adalah koefisien partisi zat lipofilik antara air dan biota (Pab). Partisi zat dalam udara dan tanah tidak dapat langsung udara dan tanah tetapi melalui intermedia air tanah. Zat-zat udara masuk ke dalam pori tanh berisi air tanah. Zat itu kemudian terlarut dalam air tanah, yang dapat siap berpartisi dengan partikel tanah. Sebaliknya, zat-zat dalam partikel tanah dapat berpartisi dengan air tanah untuk selanjutnya dengan udara (Sarwoko, 2005). Koefisien partisi terlarut dari organik-ke-air, KCorg / Caq, ditentukan secara eksperimen dengan menggunakan perunut radioaktif. Sevolume yang sama fasa organik dan air disetimbangkan dalam tabung terbuat dari teflon. Kedua cairan tersebut dipaksa-kontakkan dengan cara mengocoknya menggunakan pengaduk magnetik selama sekitar 24 jam. Kuantitas AA dalam kedua fasa ditentukan setelah sebelumnya disentrifugasi. Koefisien aktivitas AA kemudian dihitung dengan ungkapan : K / Krefbila K dan Kref masing-masing adalah koefisien partisi AA pada konsentrasi tertentu garam, Cs, dan untuk Cs = 0 (rujukan) (Hendrawan, 2002).

C. ALAT DAN BAHAN1. AlatAlat yang akan digunakan pada percobaan ini adalah Gelas kimia Shaking thermostatic waterbath Tabung Erlenmeyer 3 buah Pipet tetes Pipet ukur Filler Corong pisah Spektro uv-vis Botol semprot Kuvet 2 buah2. BahanBahan yang akan digunakan pada percobaan ini adalah Larutan buffer pH 3, pH 4, dan pH 5 FeCl3 Kloroform Aquadest

D. PROSEDUR KERJA

Dapar salisilat denganpH 3,pH 4 dan pH 5

diambil 25 ml dan di masukkan dalam erlenmeyer ditambahkan dengan kloroform p.a masing-masing 10 ml diinkubasi selama 20 menit dimasukkan dalam corong pisah didiamkan dimasukkan dalam tabung percobaan diukur volume fase air (salisilat) Dapar salisilat( fase air )Kloroform( fase lipid )diukur volume fase lipida ( kloroform)

Ditambahkan FeCl3 Dimasukkan dalam kuvet dan spektrofotometer dan diukur absorbansinya Dihitung APC ( koefisien partisi semunya )

Hasil pengamatan = ........?

E. HASIL PENGAMATANa. Tabel pengamatan No.pHVolume pelarutAbsorbansi

kloroformair

1.233454,8 ml3,9 ml4 ml10,2 ml10 ml10 ml0.111 A1,583 A1,668 A

b. Perhitungan 1. Untuk pH = 3 [H+] = 10-3 Menghitung kadar obat atau asam salisilat dalam fase air mula-mula.[H+] = Ka. 10-3 = 1,06. 10-3 10-3 = 1,06. 10-31,06 X= 0,01 X1,06 X + X= 0,012,06 X = 0,01 X = c2= 4,8. 10-3 M

Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbangan A= . I.c0,111= 401. 0,1. c0,111= 40,1. cc = c2' = = 2,7 . 10-3 M

Menghitung APCAPC= = (4,8 . 10-3 2,7 . 10-3) . 10,2 ml2,7 . 10-3 . 4,3 ml= 2,1 . 10-3 . 10,2 ml 2,7. 10-3 . 4,3 ml= 21,42 11,61= 1,844

2. Untuk Ph = 4 [H+] = 10-4 Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula[H+]= Ka. 10-3 = 1,06. 10-3 10-4 = 1,06.10-310-1= 1,0610-1 (10-2 X) = 1,06 X10-3 10-1= 1,06 X10-3= 1,06 X + 0,1 X10-3= 1,16 XX = c2 = 10-3 1,16= 0,86 . 10-3

Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbanganA= . I. c1,583= 401. 0,1. c1,583= 40,1 . cc = c2'= 1,583 = 0,0394 M 40,1 = 39,4 . 10-3 M Menghitung APCAPC= = (0,86 . 10-3 39,4 . 10-3) . 10 39,4 . 10-3 . 3,9= -38,54 . 10-3 10153,66 . 10-3= -2,5

3. Untuk pH = 5 Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula[H+]= Ka. 10-3 = 1,06. 10-3 10-5 = 1,06.10-310-2= 1,061,06 X= 10-2 (10-2 X)1,06 X= 10-4 10-2 X1,06 X + 0.01 X = 10-41,07 X = 10-4C2 = X = 10-4 = 0,93 . 10-4 M 1,07 Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbanganA= . I. c1,668= 401 . 0,1 . c1,668= 40,1 . cc = c2= 1,668 = 0,0415 M 40,1 Menghitung APCAPC= = (0,93 . 10-4 415 . 10-4 M) . 10 ml415. 10-4 . 4 ml= -414,07 . 10-4 . 10415. 10-4 . 4 =-4,1407 1,66= -2,49

c. Table pengamatanNopHAbsorbansiAPC (Koefisisen Partisi Semu)

130,1111,884

241,583-2,5

351,668-2,49

d. Kurva Pengamatan

F. PEMBAHASAN

Koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang tidak bercampur. Pada percobaan, larutan asam salisilat dengan pelarut air dicampurkan dengan pelarut n-heksan dalam corong pisah dan digojog.Penggunaan corong pisah, yaitu untuk memisahkan antara dua fase yang berbeda, fase minyak dan fase cair.Pelarut n-heksan dipilih berdasarkan sifatnya yang non polar sehingga tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar.Hal ini memenuhi syarat dalam menentukan koefisien partisi, yaitu antara dua pelarut yang tidak saling larut atau antara pelarut polar dan pelarut non-polar.Hasil dari pemisahan ini yaitu setelah dipisahkan antara air dan kloroform, air di tampung pada tabung Erlenmeyer untuk dititrasi dengan menggunakan larutan FeCl3 sehingga menghasilkan warna ungu. Setelah itu, ketiga larutan tersebut di masukkan dalam spektro uv-vis untuk di hitung nilai absorbansinya. Namun ada salah satu larutan yang dititrasi menghasilkan warna ungu pekat, hal ini di karenakan penambahan larutan FeCl3 pada larutan buffer pH 5 sangat banyak di tambahkan FeCl3. Dan penambahan larutan FeCl3 ini tidak sesuai dengan prosedur kerja. Dari pengukuran obsorbansi didapatkan hasil dari larutan buffer pH 3 dengan nilai absorbansi 0,111 A, pH 4 nilai absorbansinya 1,58 A, dan pH 5 nilai absorbansinya 1,668 A.Faktor utama yang mempengaruhi absorpsi obat adalah sifat fisika kimia, yakni koefisien partisi. Koefisien partisi (P) : menggambarkan rasio pendistribusian obat ke dalam sistem dua fase (lemak dan air). Permukaan membran biologis berupa lipid, sehingga dapat dianggap bahwa penerobosan obat melalui usus dapat dianggap sebagai kompetisi molekul obat diantara lingkungan air dan lipid membran. Oleh sebab itu, prinsip kimia menentukan perpindahan obat dari lingkungan air ke fase lipid membran.Pengamatan tersebut sesuai dengan teori yang ada, dimana pada uraian bahan dapat dilihat bahwa asam salisilat kelarutannya, yaitu sukar larut dalam air dan agak sukar larut dalam kloroform.Sedangkan, pelarut n-Heksana lebih mudah larut dalam kloroform daripada kelarutannya dalam air. Hal ini menunjukkan bahwa pelarut n-heksana dan asam salisilat sama-sama cenderung akan larut dalam pelarut kloroform yang berarti pelarut n-heksana, asam salisilat, dan kloroform memiliki sifat kepolaran yang sama, karena senyawa polar larut lebih baik dalam pelarut polar dan senyawa non-polar larut lebih baik dalam pelarut non-polar. Dapat dikatakan bahwa asam salisilat dan n-heksana cenderung bersifat non-polar dan asam salisilat akan lebih tertarik larut dalam pelarut n-heksana yang juga bersifat non-polar ketimbang tertarik larut dalam pelarut air yang bersifat polar.

A. KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh pH terhadap koefisien partisi adalah mempengaruhi kecepatan absorpsi pada obat, yang mana obat-obat tersebut bersifat asam atau lemah yang menyebabkan sebagian akan terionisasi jika dilarutkan dalam air. Dalam artian jika suatu senyawa pada obat yang bersifat asam atau basa mengalami ionisasi sebesar 50% (pH = pKa). Maka koefisien partisinya setengah dari obat-obat yang tidak mengalami ionisasi.

A. SaranSaran dalam praktikum ini yaitu praktikan harus lebih teliti melihat volume saat melakukan percobaan juga dalam menimbang bahan, sehingga data yang di dapatkan lebih akurat.