kode/nama bidang ilmu: 596/ilmu hukum -...

51
a. Kulit Muka LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE KANTOR CABANG DENPASAR SEBAGAI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN OLEH : IDA BAGUS PUTU SUTAMA, SH., M.Si NIP : 195707131986011002 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA JULI 2016 Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM

Upload: others

Post on 08-Sep-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

a. Kulit Muka

LAPORAN HASIL PENELITIAN MANDIRI

PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE

KANTOR CABANG DENPASAR SEBAGAI PERUSAHAAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN

OLEH :

IDA BAGUS PUTU SUTAMA, SH., M.Si

NIP : 195707131986011002

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

JULI 2016

Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM

Page 2: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

RINGKASAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE KANTOR CABANG

DENPASAR SEBAGAI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

Target dari penelitian ini yaitu utuk memecahkan permasalahan diantaranya :

1. Apa yang menjadi indikator wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang

Denpasar?

2. Bagaimana penyelesaian wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar?

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, dengan jenis pendekatan

perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu

menggambarkan/menjelaskan apa adanya fakta-fakta hukum yang ditemukan terkait dengan

penyelesaian wanprestasi pada suzuki finance kantor cabang denpasar sebagai perusahaan

pembiayaan konsumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber

data, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka

teknik yang digunakan diantaranya studi dokumen, dan wawancara. Dalam penelitian ini teknik

penentuan sampel penelitian yang digunakan adalah teknik Puposive Sampling (Non Probability

Sampling. Guna mendapatkan hasil atau jawaban atas permasalahan yang diteliti, maka

keseluruhan data yang terkumpul selanjutnya dioalah dan dianalisa dari aspek praktek dan

teorinya. Analisa data yang telah dilakukan adalah analisa kualitatif.

Hasil temuan yang diperoleh dari penelitian ini diantaranya :

1. Indikator wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar antara lain :

a. Tidak dibayarnya angsuran hutang pembiayaan dengan lewatnya waktu 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal jatuh temponya angsuran.

b. Sepeda motor digadaikan.

c. Sepeda motor dibawa keluar daerah.

d. Dilakukan over kredit tanpa sepengetahuan pihak Suzuki Finance.

2. Penyelesaian wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar diantaranya :

a. Menggunakan instrumen Surat Peringatan tiga kali berturut-turut selama 90 hari;

b. Pelimpahan kepada Divisi PSO (Problem Solving Officer);

c. Apabila PSO tidak dapat menarik barang modal, maka proses penarikannya akan

dilakukan oleh Debt Collector (DC).

Sehingga dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Sebaiknya sedapat mungkin Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar menghindari adanya

wanprestasi karena akan merugikan dari segi waktu, tenaga dan biaya-biaya yang diperlukan

untuk pengurusan perkaranya. Wanprestasi dapat dihindari dengan kehati-hatian dalam

pembiayaan saat diajukannya permohonan oleh konsumen sampai dilakukan survey terhadap

modal yang akan diberikan, yang dalam bidang perbankan dikenal dengan prinsip 5C.

2. Sebaiknya Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar melaporkan ke Kepolisian sebagai pihak

yag berwenang menyelidiki hilangnya barang, atau perbuatan melanggar hukum khususnya

hukum pidana, tidak menggunakan jasa Debt Collector yang kebsahan perbuatan hukumnya

tidak sah karena melanggar ketentuan perundang-undangan/tidak berwenang dalam

penyitaan.

Page 3: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 9

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................. 21

BAB IV JADWAL PENELITIAN ............................................................................................ 26

BAB V PEMBAHASAN .......................................................................................................... 27

BAB VI PENUTUP ................................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN UMUM

LAMPIRAN 1

BIODATA PENELITI

LAMPIRAN 2

KETENTUAN DAN ATURAN PADA SUZUKI FINANCE KANTOR CABANG DENPASAR

LAMPIRAN 3

FORM SURAT PERJANJIAN PADA SUZUKI FINANCE KANTOR CABANG DENPASAR

LAMPIRAN 4

SYARAT-SYARAT PERJANJIAN PADA SUZUKI FINANCE KANTOR CABANG

DENPASAR

Page 4: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

1

Judul Penelitian Mandiri :

PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE KANTOR CABANG

DENPASAR SEBAGAI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lembaga keuangan di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga yaitu lembaga keuangan

bank, lembaga keuangan bukan bank, dan lembaga pembiayaan.1 Seiring dengan perkembangan

jaman, pada kenyataannya saat ini lembaga keuangan bank tidak cukup ampuh untuk

menanggulangi berbagai keperluan dana dalam masyarakat, mengingat keterbatasan jangkauan

penyebaran kredit dan keterbatasan sumber dana yang dimiliki. Melihat berbagai kelemahan

yang terdapat pada lembaga keuangan bank dalam menyalurkan kebutuhan dana, maka muncul

lembaga keuangan bukan bank yang merupakan lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel

daripada bank. Dan sebagai lembaga keuangan terakhir yang muncul adalah lembaga

pembiayaan. Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan, yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang

menyediakan dana dan/atau barang modal bagi nasabahnya.

Eksistensi lembaga pembiayaan masih kalah jauh jika dibandingkan dengan lembanga

keuangan bank. Meskipun lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bersama-sama

dengan lembaga perbankan, dan dilihat dari istilah, kegiatan usaha antara lembaga pembiayaan

dan lembaga keuangan adalah berbeda. Lembaga pembiayaan ini kegiatan usahanya lebih

1 Sunaryo, 2008, Hukum Lembaga Keuangan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 9.

Page 5: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

2

menekankan pada fungsi pembiayaan, yaitu dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal

dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.2

Pada Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

mengenal tiga jenis lembaga pembiayaan yang meliputi :

1. Perusahaan Pembiayaan (PP), yaitu badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha

kartu kredit.

2. Perusahaan Modal Ventura, yaitu badan usaha yang melakukan usaha

pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang menerima bantuan

pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan

melalui pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian

atas hasil usaha.

3. Perusahaan Pembiayaan Insfrastruktur, yaitu badan usaha yang didirikan khusus

untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek

infrastruktur.

Pada Pasal 9 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan melarang

lembaga pembiayaan menarik dana secara langsung berupa giro, deposito, dan tabungan.

Meskupun demikian, saat ini keberadaan lembaga pembiayaan konsumen menunjukkan

perkembangan yang sangat baik. Pesatnya pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen ini

sekaligus menunjukkan tingginya minat masyarakat untuk membeli barang-barang dengan cara

mencicil seiring dengan meningkatnya pula taraf hidup masyarakat lapisan menengah kebawah.

2 Sunaryo, 2007, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.

Page 6: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

3

Menurut Abdulkadir dan Rilda Murniati, ada empat alasan yang mendorong perkembangan

pembiayaan konsumen, yaitu :

1. Keterbatasan sumber dana formal

Di dalam masyarakat sebenarnya sudah ada lembaga pembiayaan yang bernama Perum

Pegadaian. Namun dalam lembaga Pegadaian ini sistem pembiayaan yang diterapkan kurang

fleksibel, dimana ada keharusan menyerahkan barang jaminan, tidak sesuai dengan tingkat

kebutuhan masyarakat, dan tidak menjangkau masyarakat luas selaku konsumen. Kondisi

tersebut berbeda dengan pembiayaan konsumen, dimana sistem pembiayaannya yang fleksibel,

tidak memerlukan penyerahan barang jaminan, menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan

konsumen, jumlah pembayaran setiap angsuran relatif kecil, sehingga terasa sangat meringankan

konsumen. Hal inilah yang mendorong akan arti pentingnya keberadaan sebuah lembaga

pembiayaan konsumen bagi masyarakat.

2. Koperasi simpan pinjam sulit berkembang

Koperasi simpan pinjam sebenarnya merupakan salah satu bentuk pembiayaan konsumen

yang tepat bagi masyarakat lapisan bawah berpenghasilan rendah. Koperasi ini membeli barang-

barang berdasarkan kebutuhan konsumen langsung dari pemasok secara tunai, kemudian dijual

secara angsuran (kredit) kepada masyarakat konsumen. Namun dalam kenyataannya koperasi

simpan pinjam belum mampu berfungsi sebagai pembiayaan konsumen. Hal ini dipengaruhi oleh

beberapa sebab antara lain :

a. Manajemen koperasi ditangani oleh orang-orang yang tidak profesional, kalaupun ada

yang profesional masih bermental individualis, tidak berorintasi kepada kepentingan

bersama untuk kesejahteraan bersama.

Page 7: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

4

b. Pembinaan dan pengawasan koperasi lebih menekankan pada keberadaannya, tidak

kepada pemanfaatan modal usaha dan budaya usaha.

c. Apabila koperasi mulai mampu menghimpun modal dalam jumlah yang cukup besar,

ada kecenderungan untuk korupsi, dengan memanfaatkan modal koperasi untuk

perusahaan pribadi.

Kondisi yang demikian ini yang mendorong arti penting keberadaan lembaga pembiayaan

konsumen bagi masyarakat konsumen yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen

secara wajar. Penerapan sistem pembiayaan yang fleksibel sesuai dengan tingkat kemampuan

dan kebutuhan konsumen sulit tertandingi oleh koperasi yang serba tradisional dan tidak

berbudaya usaha.

3. Bank tidak melayani pembiayaan konsumen

Konsumen umumnya adalah masyarakat berpenghasilan rendah yang sulit mengakses

bank untuk memperoleh kredit ukuran kecil. Bank pada umumnya tidak melayani pemberian

kredit yang bersifat konsumtif dan ukuran kecil. Disamping itu bank selalu menerapkan prinsip

jaminan dalam pemberian kredit. Hal ini sulit dipenuhi oleh konsumen karena dirasakan berat.

Keadaan ini menjadi dorongan terhadap keberadaan dan perkembangan lembaga pembiayaan

konsumen yang mampu menampung kebutuhan konsumen secara wajar.

4. Pembiayaan lintah darat yang mencekik

Sistem pembiayaan yang diterapkan oleh lintah darat bersifat tradisional dengan bunga

yang sangat tinggi, bahkan jauh melebihi batas kewajaran yang berlaku dalam dunia bisnis.

Sistem penegihan yang sangat ketat dengan ancaman penarikan barang jika menunggak,

sehingga merupakan momok yang ditakuti oleh konsumen. Memang disatu sisi lintah darat

sebagai penolong konsumen, namun disisi lain dia berfungsi sebagai pencekik leher konsumen.

Page 8: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

5

Keadaan inilah yang mendorong arti pentingnya keberadaan dan perkembangan lembaga

pembiayaan konsumen yang menerapkan sistem pembayaran secara fleksibel sesuai dengan

kebutuhan dan tingkat kemampuan konsumen. Munculnya pranata hukum pembiayaan

konsumen yang diatur dan diawasi oleh pemerintah merupakan dewa penyelamat bagi konsumen

yang berpenghasilan rendah. 3

Dari tiga jenis lembaga pembiayaan tersebut diatas yang tidak kalah penting dengan yang

lainnya adalah Pembiayaan Konsumen atau yang dikenal dengan istilah Consumer Finance.

Menurut Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

Pembiayaan, yang dimaksud dengan Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah

kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

pembayaran secara angsuran.

Dalam memberikan fasilitas pembiayaan konsumen, perusahaan pembiayaan konsumen

membuat perjanjian pembiayaan konsumen diantara perusahaan pembiayaan dengan konsumen,

yang mengatur penyediaan dana bagi pembelian barang-barang tertentu. Dalam perjanjian

pembiayaan konsumen dilakukan penyerahan barang secara fidusia, dalam arti penyerahan barang

tersebut dilakukan berdasarkan atas kepercayaan, yang akan melahirkan mekanisme, dimana pihak

yang ingin memperoleh keuntungan dari pihak yang kurang mampu berhasrat untuk membeli

barang dengan cara yang memungkinkan baginya. Oleh karena itu diperlukan suatu hubungan

yang konkrit dari para pihak-pihak tersebut yang dituangkan dalam sebuah perjanjian

pembiayaan konsumen.

3 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan,

Citra Aditya Bakti, Bandung, h.250.

Page 9: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

6

Pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak menekankan pada aspek jaminan (collateral).

Meskipun demikian, sebagai lembaga bisnis, pembiayaan konsumen juga tidak lepas dari adanya

resiko. Oleh karena itu dalam praktek, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya meminta

jaminan tertentu sebagaimana jaminan dalam kredit.

Seperti yang diuraikan sebelumnya, dalam praktek tidak berarti bahwa munculnya

pembiayaan konsumen di dalam masyarakat tidak membawa masalah serta berbagai hambatan.

Hal ini muncul mengingat bahwa dalam memberikan fasilitas pembiayaan konsumen,

perusahaan pembiayaan akan melakukan perbuatan hukum yang termasuk dalam ruang lingkup

hukum perdata. Tindakan atau perbuatan perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyerahkan

dana pembiayaan yang diperlukan oleh konsumen serta demikian pula tindakan atau perbuatan

yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan pembayaran kembali hutang pembiayaan,

tentunya hal itu merupakan suatu perbuatan yang akan membawa akibat hukum.

Dalam pemberian fasilitas pembiayaan tersebut, pihak perusahaan pembiayaan harus

bertindak berhati-hati karena dari pembiayaan tersebut akan timbul sejumlah resiko yang cukup

besar, apakah dana dan bunga dari kredit yang dipinjam dapat kembali atau tidak. Dalam praktek

perjanjian pembiayaan konsumen, banyak dijumpai konsumen (debitur) tidak melakukan apa

yang diperjanjikan atau melanggar perjanjian yang biasa disebut wanprestasi. Dimana seringkali

debitur tidak mau melaksanakan kewajibannya untuk melaksanakan isi perjanjian yang telah

disepakati sebelumnya untuk menjaga dan merawat keutuhan barang jaminan atau justru

terlambat untuk membayar angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen sampai jangka

waktunya berakhir. Mengingat akibat-akibat yang timbul dari wanprestasi itu begitu penting,

maka di semua perusahaan pembiayaan harus ditetapkan terlebih dahulu apakah si debitur benar-

Page 10: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

7

benar melakukan wanprestasi agar dapat diambil langkah penyelesaian yang tepat apabila debitur

benar melakukan wanprestasi.

Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar merupakan lembaga pembiayaan konsumen

yang relatif besar karena mengelola lebih dari seratus nasabah dengan omset ratusan juta per

bulan, namun dalam penyelesaian wanprestasi dilakukan dengan meminta jasa Debt Collector

untuk menyita barang modal. Selain itu kriteria wanprestasi yang terapkan dianggap sepihak oleh

beberapa nasabah yang ditemui saat pra penelitian berlangsung, sehingga beberapa nasabah

masih merasa keberatan dengan kriteria maupun penyelesaian wan prestasi yang diterapkan

Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar.

Berdasarkan kenyataan sebagaimana diuraikan tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang indicator yang dipergunakan oleh perusahaan pembiayaan

untuk menentukan debitur dalam keadaan wanprestasi serta penyelesaian masalah yang timbul

jika terjadi wanprestasi oleh debitur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen dengan

judul “PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA SUZUKI FINANCE KANTOR

CABANG DENPASAR SEBAGAI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan yang akan

dibahas diantaranya :

1. Apa yang menjadi indikator wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang

Denpasar?

2. Bagaimana penyelesaian wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar?

Page 11: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

8

1.3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Peguruan Tinggi khususnya bidang penelitian yang

dilakukan oleh dosen.

2. Untuk melatih diri dalam usaha untuk menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui indikator wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar.

2. Untuk mengetahui penyelesaian wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang

Denpasar.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

bagi ilmu hukum pada umumnya dan khususnya mengenai hukum bisnis mengenai perjanjian

pembiayaan konsumen.

b. Manfaat Praktis

1. Memberikan sumbangan pemikiran yuridis kepada Suzuki Finance Kantor Cabang

Denpasar sehingga dapat memberikan pedoman yuridis sesuai permasalahan yang dikaji.

2. Memberikan pengetahuan dan informasi yang jelas kepada nasabah yang dalam hal ini

adalah masyarakat luas mengenai kriteria yang dipakai oleh Suzuki Finance Kantor

Cabang Denpasar untuk menentukan debitur dalam keadaan wanprestasi dan proses

penyelesaian masalah oleh Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar jika debitur

wanprestasi.

3. Sebagai pedoman bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

Page 12: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

Kegiatan pembiayaan konsumen mulai diperkenalkan dalam usaha perusahaan pembiayaan

pada waktu dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga

Pembiayaan yang diikuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang

dirubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 448/KMK.017/2000

tentang Perusahaan Pembiayaan. Dan saat ini sudah lahir peraturan yang mengatur tentang

pembiayaan konsumen sebagai badan usaha perusahaan pembiayaan yaitu Peraturan Presiden Nomor

9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

perusahaan pembiayaan. Target pasar dari model pembiayaan ini sudah jelas adalah konsumen.

Besarnya pembiayaan yang diberikan melalui fasilitas pembiayaan konsumen kepada konsumennya

adalah relatif kecil. Oleh karena itu resiko pembiayaannya juga menyebar berhubung akan terlibat

banyak konsumen dengan pemberian biaya yang relatif kecil ini, sehingga lebih aman juga bagi

pihak pemberi biaya yaitu perusahaan pembiayaan konsumen.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pemberian fasilitas pembiayaan

konsumen didasarkan pada adanya perjanjian antara perusahaan pembiayaan konsumen dan

konsumen, serta jual beli antara pemasok dan konsumen. Bila diartikan maka perjanjian

pembiayaan konsumen merupakan suatu perjanjian yang diadakan antara konsumen dengan

perusahaan pembiayaan guna pembelian barang-barang konsumen dimana perusahaan

Page 13: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

10

pembiayaan memberikan pinjaman sejumlah dana yang akan dibayar konsumen dalam jangka

waktu tertentu dengan tingkat bunga yang telah disepakati antara kedua belah pihak.

Menurut Pasal 1 angka 7 Perpres Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, yang

dimaksud dengan Pembiayaan Konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk

pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiyaan yang dilakukan oleh

perusahaan financial, disamping kegiatan seperti leasing, factoring, kartu kredit dan sebagainya.

Target pasar dari model pembiayaan konsumen ini sudah jelas yaitu konsumen. Di samping itu

besarnya biaya yang diberikan per konsumen relatif kecil mengingat barang yang dibidik untuk

dibiayai secara pembiayaan konsumen adalah barang-barang keperluan yang akan dipakai oleh

konsumen untuk keperluan hidupnya. Karena itu, risiko dari pembiayaan ini juga menyebar,

berhubung akan terlibat banyak konsumen dengan pemberian biaya yang relatif kecil, ini lebih aman

bagi pihak pemberi biaya. 4

Pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak menekankan pada aspek jaminan. Meskipun

demikian sebagai lembaga bisnis, pembiayaan konsumen juga tidak lepas dari adanya resiko. Oleh

karena itu dalam praktek, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya meminta jaminan tertentu

sebagaimana jaminan dalam kredit, dengan jaminan utama berupa kepercayaan.

Transaksi pembiayaan konsumen didasarkan pada adanya suatu perjanjian, yaitu perjanjian

antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta perjanjian jual beli antara pemasok

(supplier) dan konsumen. Dengan demikian dalam kegiatan pembiayaan konsumen terdapat 3 (tiga)

pihak yang terlibat, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen, konsumen, dan pemasok (supplier).

Berdasarkan pada perjanjian tersebut maka akan lahir hubungan hukum diantara pihak-pihak

tersebut, yang harus melaksanakan perjanjian tersebut dengan itikad baik oleh masing-masing pihak.

4 Munir Fuady, 1995, Hukum Tentang Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 161.

Page 14: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

11

Perjanjian merupakan bentuk persetujuan dari dua pihak atau lebih, yang saling berjanji

untuk mengikatkan diri untuk melakukan sesuatu. Oleh karenanya perjanjian ini sangat penting,

sehingga dalam pelaksanaannya hendaknya selalu di buat dalam bentuk tertulis agar memiliki

kekuatan hukum dan kepastian hukum.

Pengertian perjanjian disebutkan dalam Pasal 1313 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata

(selanjutnya disingkat KUHPerdata), yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Kemudian R. Subekti mengemukakan

pendapatnya tentang perjanjian sebagai berikut :

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di

mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini timbullah

suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian ini

menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya,

perjanjian ini berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji atau

kesanggupan yang diucapkan atau di tulis.5

Sedangkan J. Satrio, menyatakan bahwa perjanjian adalah peristiwa yang menimbulkan

dan berisi ketentuan-ketentuan hak dan kewajiban antara dua pihak. Atau dengan perkataan lain,

bahwa perjanjian berisi perikatan.6 Perjanjian adalah merupakan bagian dari perikatan, jadi

perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan dari perikatan itu mempunyai cakupan yang

lebih luas daripada perjanjian. Mengenai perikatan itu sendiri diatur dalam Buku III KUHPerdata,

sebagaimana diketahui bahwa suatu perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang.

Suatu perjanjian demikian halnya dengan perjanjian pembiayaan konsumen dinyatakan

sah apabila perjanjian tersebut setelah memenuhi empat syarat sebagai mana yang telah

dirumuskan dalam Pasal 1320 KUHPerdata yaitu :

5 R. Subekti, 1963, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, h.1.

6 J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, h. 5.

Page 15: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

12

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

Maksud dari kata sepakat adalah tercapainya persetujuan kehendak antara para pihak

mengenai pokok-pokok perjanjian yang dibuat itu. Kata sepakat dinamakan juga perizinan,

artinya bahwa kedua belah pihak yang mengadakan suatu perjanjian harus bersepakat.

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

Pasal 1329 KUHPerdata menyebutkan bahwa : “setiap orang adalah cakap untuk

membuat perikatan-perikatan, jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak cakap”.

Berkaitan dengan hal ini, Pasal 1330 KUHPerdata merumuskan tentang orang-orang yang tidak

cakap membuat suatu perjanjian, yaitu :

1) Orang-orang yang belum dewasa;

2) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan;

3) Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan semua

orang kepada siapa Undang- Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian

tertentu.

3. Suatu hal tertentu.

Suatu hal tertentu maksudnya adalah obyek perjanjian. Obyek perjanjian biasanya berupa

barang atau benda. Menurut Pasal 1332 KUHPerdata “hanya barang-barang yang dapat menjadi

pokok persetujuan-persetujuan”. Dalam Pasal 1333 ayat (1) KUHPerdata dirumuskan bahwa :

“suatu persetujuan harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan

jenisnya“. Jadi penentuan obyek perjanjian sangatlah penting untuk menentukan hak dan

kewajiban para pihak dalam suatu perjanjian jika timbul perselisihan dalam pelaksanaannya.

4. Suatu sebab yang halal.

Page 16: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

13

Suatu sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian. Menurut pengertiannya,

“sebab causa” adalah isi dan tujuan perjanjian, di mana hal tersebut tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan (Pasal 1337 KUHPerdata). Sedangkan

dalam Pasal 1335 KUHPerdata disebutkan: “suatu persetujuan tanpa sebab, atau yang telah

dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”. Berkaitan

dengan hal ini, maka akibat yang timbul dari perjanjian yang berisi sebab yang tidak halal adalah

batal demi hukum.

2.2. WANPRESTASI

Dalam suatu perjanjian, begitu juga dalam perjanjian pembiayaan konsumen, debitur

diwajibakn untuk memenuhi prestasinya yang telah desepati sebelumnya dengan kreditur yang

dituangkan dalam perjanjian pembiayaan konsumen. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata yang

dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan

tidak melakukan sesuatu sebaliknya dianggap melakukan wanprestasi. Dalam perjanjian

pembiayaan konsumen apabila debitur tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya, yakni debitur

tidak dapat membayar lunas hutang setelah jangka waktu perjanjian habis maka sejak saat itu

sudah dapat dikatakan melakukan wanprestasi.

Wanprestasi merupakan bentuk terjemahan dari bahasa Belanda “Wanprestatie” yang

mempunyai arti tidak terpenuhinya kewajiban yang telah ditetapkan dalam suatu perikatan, baik

perikatan yang ditimbulkan dari Undang-Undang maupun dari perjanjian.7 Tidak terpenuhinya

kewajiban tersebut ada dua macam kemungkinan yang dapat digunakan sebagai alasan yaitu :

a. Karena kesalahan debitur, baik kesengajaan maupun kelalaian.

7 Abdulkadir Muhammad 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, (Selanjutnya Disebut Abdulkadir

Muhammad I) h. 20.

Page 17: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

14

b. Karena keadaan memaksa (force majeur), yaitu diluar kemampuan debitur dalam arti

debitur tidak bersalah.

Dari rumusan tersebut diatas, maka wanprestasi dikatakan merupakan suatu keadaan

dimana seseorang tidak memenuhi kewajiban untuk melaksanakan isi dari perjanjian yang

disepakati sebelumnya yang telah dibuat secara patut dan benar, sehingga ia dapat dikatakan

telah memiliki perestasi yang buruk.

Menurut R. Subekti, wanprestasi seorang debitur dapat berupa 4 (empat) macam, yaitu:

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 8

Seorang debitur yang melakukan wanprestasi sebagai pihak yang wajib melaksanakan

sesuatu, mengakibatkan ia dapat dikenai sanksi atau hukuman sebagai upaya penyelesaian

wanprestasi sebagai salah satu bentuk akibat yang ditimbulkan dari wanprestasi itu sendiri, yakni

berupa :

a. Membayar kerugian yang di derita oleh kreditur atau ganti rugi (Pasal 1243

KUHPerdata).

b. Pembatalan perjanjian melalui hakim (Pasal 1266 KUHPerdata).

c. Peralihan risiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2)

KUHPerdata).

8 R. Subekti, op.cit, h. 45.

Page 18: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

15

Wanprestasi disebutkan dalam Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata), yaitu “si berutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan

sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika ini

menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang telah

ditentukan”.

Berdasarkan pasal tersebut maka seorang debitur dikatakan wanprestasi apabila dia sudah

diperingatkan dengan diberikan surat perintah atau akta sejenis atau yang lebih dikenal dengan

sebutan somasi oleh kreditur. Dimana somasi biasanya diberikan minimal sebanyak tiga kali.

Apabila somasi tidak diindahkan maka kreditur berhak membawa persoalan wanprestasi tersebut

ke Pengadilan.

Menurut Yahya Harahap, M. seseorang dikatakan wanprestasi apabila orang tersebut

dalam melaksanakan kewajibannya tidak tepat pada waktunya.9 Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa seseorang wanprestasi apabila ia dalam melaksanakan prestasinya telah lalai

sehingga terlambat dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tersebut

tidak menurut sepatutnya atau selayaknya. Sehingga untuk menghindari agar tidak terjadinya

wanprestasi maka dalam melaksanakan perjanjian haruslah dibuat menurut yang sepatutnya,

serasi, layak, serta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dan disetujui

bersama.

Menurut Yahya Harahap, M. dalam mewujudkan usaha untuk memenuhi suatu perjanjian

dapat dilakukan oleh :

a. Dilakukan sendiri oleh debitur, seperti dalam perjanjian membuat lukisan, hanya

dapat dilakukan oleh debitur itu sendiri.

b. Dilakukan dengan bantuan orang lain, misalnya dalam suatu operasi, dokter sebagai

debitur biasanya dibantu oleh beberapa orang.

9 Yahya Harahap, M., 1986, Segi-Segi Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, h. 60.

Page 19: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

16

c. Bisa juga pemenuhan prestasi perjanjian dilakukan oleh pihak ketiga untuk

kepentingan dan atas nama debitur, umpamanya orang dari pihak debitur.10

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa dalam setiap persetujuan atau perjanjian akan terdapat

pihak-pihak yang mempunyai kewajiban untuk memenuhi prestasinya sesuai dengan apa yang

telah disepakati bersama. Atau dengan kata lain bahwa setiap pihak yang terlibat dalam suatu

perjanjian diharuskan untuk memenuhi isi perjanjiannya tersebut secara patut dan benar. Sebab

apabila tidak, maka pihak yang tidak memenuhi isi perjanjian secara patut dapat dikatakan

cedera janji atau wanprestasi. Karena pihak tersebut tidak melaksanakan prestasinya sejalan

dengan tujuan perjanjian yang telah disepakatinya serta keadaan seperti itu merupakan

pelanggaran atas hak pihak lainnya.

Menurut Abdul Kadir Muhammad :

Untuk menentukan apakah seorang debitur dinyatakan bersalah melakukan wanprestasi,

terlebih dahulu perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana seorang debitur itu dikatakan

sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi, ada empat keadaan yaitu sebagai berikut :

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak memenuhi

kewajiban yang telah disanggupinya untuk dipenuhi akan suatu perjanjian atau tidak

memenuhi kewajiban yang ditetapkan Undang-Undang dalam perikatan yang timbul

karena Undang-Undang.

b. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak ada itikad baik atau melakukan kekeliruan,

artinya disini debitur telah melaksanakan atau memenuhi sebagaimana mestinya

menurut kwalitas yang telah ditentukan dalam perjanjian atau menurut kwalitas yang

telah ditentukan oleh Undang-Undang.

c. Debitur memenuhi prestasi tetapi tidak tepat pada waktunya, disini debitur memenuhi

prestasi tetapi terlambat atau waktu yang telah ditetapkan tidak dipenuhi.

d. Melakukan sesuatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukan tetapi oleh pihak debitur

hal yang dilarang tersebut tetap dilakukan.11

Menurut R.Setiawan, ada tiga kriteria untuk menentukan wanprestasi yaitu :

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali

b. Terlambat memenuhi prestasi

10

Ibid, 56. 11

Abdul Kadir Muhammad, 1990, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

(Selanjutnya Disebut Abdul Kadir Muhammad II)h. 62.

Page 20: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

17

c. Memenuhi prestasi secara tidak baik.12

Sehubungan dengan ketiga hal tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa debitur tidak lagi mampu

memenuhi prestasinya maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sedangkan

jika prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka digolongkan ke dalam

terlambat memenuhi prestasi. Jika debitur memenuhi prestasi secara tidak baik, ia dianggap

terlambat memenuhi prestasi. Jika prestasi masih dapat diperbaiki dan jika tidak, maka dianggap

tidak memenuhi prestasi sama sekali.

Menurut Wirjono Projodikoro, wanprestasi ada tiga (3) bentuk atau kriteria yaitu :

a. Pihak yang berwajib sama sekali tidak melaksanakan;

b. Pihak yang berwajib terlambat melaksanakan kewajibannya; serta

c. Melaksanakan kewajiban tetapi tidak semestinya atau sebaik-baiknya.13

Menurut Abdulkadir Muhammad, beliau membagi kriteria wanprestasi menjadi tiga (3) yaitu :

a. Tidak memenuhi prestasi sama sekali, artinya debitur tidak memenuhi kewajiban

yang telah disanggupinya yuntuk dipenuhi dalam suatu perjanjian, atau tidak

memenuhi kwewajiban yang ditetapkan Undang-Undang dalam perikatan yang

timbul karena Undang-Undang.

b. Memenuhi prestasi tetapi tidak atau keliru artinya debitur melaksanakan atau

memenuhi apa yang diperjanjikan atau apa yang ditentukan oleh Undang-Undang

tetapi tidak sebagaimana mestinya menurut kualitas yang ditentukan dalam perjanjian

atau menurut kualitas yang ditetapkan Undang-Undang.

c. Memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada waktunya artinya debitur memenuhi

prestasi tetapi terlambat dengan waktu yang ditetapkan dalam perjanjian tidak

dipenuhi.14

Begitu pula menurut R.M. Suryodiningrat, kriteria wanprestasi ada tiga (3) yaitu :

a. Sama sekali tidak berprestasi artinya debitur tidak perlu dinyatakan lalai oleh kreditur

karena dalam hal ini tidak dapat diharapkan debitur dapat berprestasi.

12

R. Setiawan, 1994, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, h. 18.

13

Wirjono Projodikoro, 1985, Asas-Asas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung, h. 45.

14

Abdulkadir Muhammad I, op.cit, h. 21.

Page 21: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

18

b. Salah berprestasi artinya apakah debitur perlu dinyatakan lalai terlebih dahulu oleh

kreditur agar kreditur dapat menuntut pembatalan perikatan dengan/tanpa tambahan

ganti rugi, biaya, dan bunga.

c. Terlambat berprestasi artinya dalam terlambat berprestasi sama saja dengan tak

berprestasi sama sekali.15

Sedangkan menurut Purwahid Patrik, kriteria dari wanprestasi adalah :

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

b. Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi.

c. Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya.16

Dari kriteria wanprestasi tersebut diatas, kadang-kadang menimbulkan keraguan pada waktu

debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali atau terlambat dalam memenuhi prestasi. Apabila

debitur sudah tidak mampu memenuhi prestasinya maka ia akan termasuk tidak memenuhi

prestasi sama sekali, tetapi apabila debitur masih mampu memenuhi prestasi, ia dianggap sebagai

terlambat dalam memenuhi prestasi. Demikian pula debitur memenuhi prestasinya, apabila

prestasi masih dapat diharapkan untuk diperbaiki maka debitur dianggap terlambat tetapi tidak

dapat diperbaiki lagi, debitur sudah dianggap sama sekali tidak memenuhi prestasi. Dari uraian

kriteria wanprestasi diatas maka dapatlah diketahui bahwa yang dimaksud dengan wanprestasi

adalah suatu keadaan dimana seorang debitur tidak dapat memenuhi isi persetujuan yang telah

dibuat secara patut dan benar. Adapun dasar hukum bagi berlakunya wanprestasi itu sendiri

adalah ketentuan-ketentuan hukum yang dipergunakan sebagai dasar yuridis untuk meletakkan

keadaan tidak mampu memenuhi prestasi tersebut sebagai suatu prestasi. Tentang wanprestasi,

baik dalam ketentuan pasal-pasal KUHPerdata maupun ketentuan lainnya mengatur tentang

keadaan memenuhi kewajibannya setelah dinyatakan lalai untuk dimana seorang debitur dapat

dikategorikan telah tidak dinyatakan lalai untuk berprestasi.

15

R.M. Suryodiningrat, 1995, Azaz-Azaz Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, h. 24.

16

Purwahid Patrik, 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, h. 11.

Page 22: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

19

Ketentuan tentang lalai dapat dilihat dalam Pasal 1238 KUHPerdata. Demikian pula

tentang resiko dari kelalaian itu diatur dalam Pasal 1237 KUHPerdata, yang merupakan

pengaturan atas sanksi atau pertanggungjawaban hukum karena lalai itu. Kedua ketentuan

tersebut merupakan ketentuan yang mengatur tentang keadaan bagaimana seorang debitur dapat

dikatakan wanpestasi. Demikian pula tentang resiko dalam perjanjian yang gunanya untuk

meletakkan dasar tentang keadaan bagaimana debitur yang lalai dimintakan tanggung jawab

karena wanprestasi.

Berdasarkan definisi tersebut diatas, Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati telah

memerinci unsur-unsur yang terkadung dalam pengertian pembiayaan konsumen sebagai berikut:

a. Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum pembiayaan

konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen (kreditur), konsumen (debitur),

dan penyedia barang (pemasok, supplier).

b. Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai untuk

keperluan hidup, misalnya alat-alat perabot rumah tangga dan kendaraan.

c. Perjanjian, yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang akan diadakan antara

perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara pemasok dan

konsumen. Perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen.

d. Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen wajib

membiayai harga pembelian barang yang diperlukan konsumen dan membayarnya

secara tunai kepada pemasok. Konsumen wajib membayar secara angsuran kepada

perusahaan pembiayaan konsumen, dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada

konsumen.

e. Jaminan, yaitu terdiri dari jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan.

Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitur) bahwa konsumen

dapat dipercaya untuk membayar angsurannya sampai selesai. Jaminan pokok secara

fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dimana

semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan konsumen

sampai angsuran terakhir dilunasi. Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan

utang dari konsumen. 17

Dalam sistem pembiayaan konsumen ini, dapat saja suatu perusahaan pembiayaan memberikan

bantuan dana untuk pembelian barang-barang produk dari perusahaan dalam kelompoknya. Jadi

marketnya sudah tertentu. Perusahaan pembiayaan seperti ini disebut Captive Finance Company.

17

Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, op.cit, h. 246

Page 23: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

20

Misalnya seperti yang dilakukan oleh Suzuki Finance yang menyediakan pembiayaan konsumen

terhadap penjualan produk-produk motor khusus merk Suzuki. 18

Dilihat dari kegiatan perusahaan pembiayaan yaitu menyediakan dana bagi konsumen

untuk pembelian sejumlah barang, yang pembayarannya dilakukan secara berkala oleh

konsumen, dimana dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perusahaan pembiayaan konsumen

meminjamkan sejumlah uang melalui fasilitas pembiayaan konsumen kepada konsumennya,

maka dapat dikatakan bahwa perjanjian pembiayaan konsumen adalah bagian dari perjanjian

pinjam meminjam seperti yang diatur dalam Pasal 1754 KUHPerdata yang menyatakan :

”Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada

pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan

syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan

mutu yang sama”.

18

Munir Fuady, op.cit, h. 163.

Page 24: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum empiris, yaitu

penelitian berdasarkan praktek di lapangan atau bagaimana norma hukum dalam hal ini tentang

perjanjian pembiayaan konsumen yang diterapkan di Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar.

3.2. Jenis Pendekatan

Jenis pendekatan yang dilakukan dalap penelitian ini yaitu : jenis pendekatan perundang-

undangan, dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan, yaitu dilakukan analisis

terhadap norma hukum terkait penyelesaian wanprestasi pada perusahaan pembiayaan konsumen

dengan menelusuri sebanyak-banyaknya data sekunder yaitu : bahan hukum primer (aturan-

aturan dan penjelasannya) terkait dengan objek penelitian yang dapat menjelaskan secara pasti

makna dari aturan yang dikaji, sehingga dapat memberikan kepastian hukumnya. Sedangkan

pada pendekatan fakta dilakukan dengan menelusuri data primer yang didapatkan langsung dari

lokasi penelitian (Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar) terkait indikator wanprestasi yang

digunakan serta penyelesaiannya.

3.3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan/menjelaskan apa adanya fakta-

fakta hukum yang ditemukan terkait dengan penyelesaian wanprestasi pada suzuki finance

kantor cabang denpasar sebagai perusahaan pembiayaan konsumen, kemudian dilakukan

pengkajian mendalam terhadap fakta-fakta tersebut dengan mengkaitkan peraturan perundang-

Page 25: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

22

undangan, teori-teori hukum, serta bahan-bahan hukum lain terkait yang dapat meggambarkan

serta dapat menganalisis permasalahan hukum yang ingin diselesaikan.

3.4. Data Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari 2 (dua) sumber data, yaitu :

1. Data Primer (data lapangan), yakni data yang diperoleh dari peneliti, dari sumber

asalnya yang pertama dan belum diolah dan diuraikan oleh orang lain. Data yang

diperoleh didapatkan secara langsung melalui teknik wawancara dengan responden di

Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar.

2. Data Sekunder, yakni adalah data yang diperoleh dari kepustakaan yaitu dengan

meneliti bahan-bahan hukum, yaitu :

a. Bahan hukum yang bersifat primer berupa peraturan perundang-undangan yang

dapat membantu dalam menganalisa dan memahami permasalahan dalam

penelitian ini, antara lain :

- KUHPerdata;

- Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia;

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor : 9 Tahun 2009 tentang

Lembaga Pembiayaan;

- Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan;

- Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor :

448/KMK.017/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan.

Page 26: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

23

- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 220 / PMK /2012

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor43 / PMK /2012

Tentang Uang Muka Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor

Pada Perusahaan Pembiayaan.

- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012

Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang

Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan

Pembebanan Jaminan Fidusia

b. Bahan hukum yang bersifat sekunder, berupa literatur-literatur hukum, majalah,

koran, dan karya tulis yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian

ini.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Menurut Soerjono Soekanto, dalam penelitian lazimnya dikenal 3 (tiga) jenis alat

pengumpul data yaitu bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan wawancara atau interview.”

19 Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan sebagai berikut :

- Data studi dokumen atau bahan kepustakaan yang juga disebut sebagai data sekunder

terutama dapat diperoleh dari perpustakaan.20

Maksudnya bahwa dalam penelitian ini

akan dikumpulkan data-data kepustakan yang dikumpulkan dengan cara membaca

dan memahami, selanjutnya dilakukan teknik pencatatan dengan mengutip teori dan

19

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h. 67.

20

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukun Normatif, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, h. 13.

Page 27: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

24

penjelasan yang penting dari bahan-bahan yang relevan dengan pokok permasalahan

dalam penelitian ini, baik itu berupa kutipan langsung maupun kutipan tidak

langsung.

- Teknik wawancara (interview), yaitu suatu cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data guna mencari informasi dengan cara mengadakan tanya jawab

secara lisan dan tulisan yang diarahkan pada masalah tertentu dengan informan yang

berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan populasi dan sampel yang tepat sangat penting artinya dalam suatu penelitian.

Populasi adalah keseluruhan dari objek pengamatan atau objek penelitian, sedangkan sampel

adalah bagian dari populasi yang akan diteliti yang dianggap mewakili populasinya. Maka

populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pembiayaan.

Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan adalah teknik

Puposive Sampling (Non Probability Sampling), dimana penarikan sampel ini dilakukan

berdasarkan tujuan tertentu, yaitu sampel dipilih atau ditentukan sendiri oleh si peneliti yang

dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan pada tujuan tertentu, tanpa menggunakan

perhitungan random. Teknik ini dipilih karena pertimbangan keterbatasan waktu dan tenaga,

sehingga tidak mengambil sampel dalam jumlah yang besar.

Untuk menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, harus memenuhi syarat yaitu

berdasarkan kriteria dan sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari

populasinya. Subjek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subjek yang

paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi.

Page 28: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

25

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka sampel dalam penelitian ini adalah Suzuki Finance

Kantor Cabang Denpasar karena sampel tersebut memenuhi kriteria dan sifat-sifat yang peneliti

tentukan, Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar terdapat masalah yakni debitur wanprestasi

pada lembaga pembiayaan konsumen tersebut.

3.7. Pengolahan Dan Analisis Data

Guna mendapatkan hasil atau jawaban atas permasalahan yang diteliti, maka keseluruhan

data yang terkumpul selanjutnya dioalah dan dianalisa dari aspek praktek dan teorinya. Analisa

data yang telah dilakukan adalah analisa kualitatif, dalam arti keseluruhan data yang terkumpul

diklasifikasikan sedemikian rupa kemudian diambil yang ada hubungannya dengan

permasalahan yang akan dibahas. Akhirnya akan diperoleh kesimpulan yang menjawab semua

permasalahan yang diajukan. Setelah data tersebut semua diolah, selanjutnya pembahasan

disajikan secara analisis deskriptif yaitu memaparkan secara lengkap dan mendetail aspek-aspek

tertentu yang berkaitan atau bersangkut paut dengan masalah, diberikan uraian-uraian dan

disajikan secara berurutan sesuai dengan data.

Page 29: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

26

BAB IV

JADWAL PENELITIAN

4.1 Jadwal Kegiatan

Jadwal kegiatan penelitian meliputi kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan

laporan penelitian dalam bar-chart. Bar-chart memberikan rincian kegiatan dan jadwal

pelaksanaan kegiatan tersebut. Jadwal pelaksaanaan mengacu pada metode penelitian.

No

Jenis kegiatan Tahun I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Pengurusan Surat

Tugas

2 Pengambilan dan

Penyusunan Bahan

3 Penyusunan Hasil

Penelitian

4 Publikasi Hasil

Penelitian/Luaran

Page 30: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

27

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Akibat Hukum Debitur Wanprestasi Pada Perusahaan Pembiayaan Konsumen

Akibat hukum debitur wanprestasi pada perusahaan pembiayaan adalah secara nyata

dapatlah dilihat tidak dapatnya perjanjian dipenuhi atau dilaksanakan secara patut dan benar.

Atau paling tidak adalah dengan adanya keadaan wanprestasi dari debitur, seorang kreditur tidak

mendapatkan pemenuhan hak-haknya yang semestinya didapatkan dengan adanya perjanjian

tersebut. Hal ini terjadi karena hubungan hukum yang terjadi antara debitur dengan perusahaan

pembiayaan didasarkan pada adanya sebuah perjanjian yakni perjanjian pembiayaan konsumen.

Secara yuridis, akibat hukum dari wanprestasi dalam suatu perjanjian tidaklah

sesederhana itu. Sebab perjanjian sebagai ikatan dalam bidang hukum perdata antara dua subjek

hukum atau lebih, dimana satu pihak berhak atas sesuatu dan pihak yang lainnya berkewajiban

untuk melakukannya.21

Akibat- akibat yang diatur oleh hukum terhadap perjanjian karena

wanprestasi adalah berupa sanksi-sanksi hukum yang penerapannya terdapat dalam perjanjian

yang penerapannya terdapat dalam KUHPerdata, sebagai peraturan formal yang mengatur

perihal perjanjian-perjanjian beserta aspek yuridis lainnya.

Dikenakannya sanksi hukum dalam suatu keadaan wanprestasi pada suatu perjanjian

sebagai akibat hukumnya, disamping karena perjanjian merupakan suatu ikatan hubungan hukum

adalah :

Juga dikarenakan oleh dalam suatu perjanjian mengandung asas obligatoir, yaitu hak dan

kewajiban yang ditimbal balik. Konsekuensi dari asas obligatoir tersebut adalah kalau

satu pihak dalam perjanjian sebagaimana telah disepakati maka pihak yang lainnya dapat

21

R.M. Suryodiningrat, 1987, Asas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, h.18.

Page 31: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

28

meminta pemenuhannya secara hukum kepada pihak yang lainnya tersebut. Oleh

Achmad Icksan, asas obligatoir itu dikatakan sebagai segi-segi dalam perjanjian sehingga

menurutnya perjanjian memiliki dua (2) segi yaitu segi pasif berupa kewajiban dan segi

aktif berupa hak-hak.22

Sedangkan segi pasifnya mempunyai dua (2) unsur yakni kewajiban (schuld) dari debitur

untuk melaksanakan suatu prestasi dan haftung atau tanggung jawab yuridis dari debitur atas

kewajiban itu. Dari dua unsur inilah kreditur dapat memaksa debitur untuk memenuhi

prestasinya, sebab schuld (kewajiban berprestasi) harus diikuti oleh haftung (tanggung jawab

yuridis untuk memenuhi kewajiban) dan tanpa adanya haftung dari debitur maka kreditur tidak

dapat memaksa debitur untuk memenuhi prestasinya.

Berdasar atas unsur haftung dalam suatu perjanjian, jikalau debitur kemudian hari tidak

melaksanakan atau memenuhi isi perjanjiannya dapat dijadikan dasar yuridis untuk menuntut

pemenuhannya, misalnya dalam bentuk penuntutan hak atas dasar wanprestasi.

Menurut Purwahid Patrik, akibat hukum terhadap perjanjian karena wanprestasi, maka

debitur harus :

1. Mengganti kerugian

2. Benda yang dijadikan obyek dari perikatan sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban

menjadi tanggung jawab dari debitur.

3. Jika perikatan itu timbul dari perjanjian yang timbal balik, kreditur dapat minta

pembatalan (pemutusan) perjanjian.23

Subekti menyatakan : Karena wanprestasi (kelalaian) mempunyai akibat-akibat yang begitu

penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah si berhutang melakukan wanprestasi atau

lalai, dan kalau hal ini disangkal olehnya harus dibuktikan dimuka hakim.24

22

Achmad Icksan, 1967, Hukum Perdata, Pembimbing Masa, Jakarta, h.15.

23

Purwahid Patrik, loc.cit.

Page 32: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

29

Berbeda halnya dengan yang dinyatakan oleh Abdulkadir Muhammad, bahwa : Sejak

kapan debitur itu dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi ? Hal ini perlu

dipersoalkan karena wanprestasi itu mempunyai akibat hukum yang penting bagi debitur. Untuk

mengetahui sejak saat kapan debitur itu dalam keadaan wanprestasi perlu diperhatikan apakah

dalam perikatan itu ditentukan tenggang pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak.25

Untuk menetapkan kapan dan bilamana seorang debitur telah dinyatakan lalai sehingga

selanjutnya dikatakan wanprestasi, dalam suatu perjanjian hendaknya dilihat dari jenis atau

bentuk perjanjian itu sendiri. Artinya bahwa untuk dapat dikatakan lalai tergantung dari

perjanjiannya itu sendiri. Apakah perjanjian tersebut telah diisyaratkan dengan batas waktu atau

tidak. Sebab dalam suatu perjanjian baik untuk menyerahkan suatu barang atau untuk

melaksanakan suatu perbuatan jika dalam perjanjiannya tidak ditetapkan batas waktunya maka

seorang debitur dapat dikatakan lalai apabila atas pelaksanaan perjanjian tersebut terlebih dahulu

ditagih, yaitu kepada debitur itu diperingatkan bahwa kreditur menghendaki pelaksanaan

perjanjian, sehingga apabila debitur tidak dapat memenuhi tagihan sampai batas waktunya, maka

debitur yang bersangkutan dapayt dinyatakan lalai atau wanprestasi. Dan berdasarkan atas

keadaan ini seorang debitur dapat dinyatakan dalam keadaan wanprestasi setelah berlakunya

waktu lalai, diberikan surat teguran atau surat perintah berupa teguran atau surat perintah berupa

surat peringatan resmi oleh juru sita Pengadilan Negeri yang menyatakan hal itu.

Sedangkan dalam suatu perjanjian baik menyerahkan atau berbuat sesuatu telah

ditentukan dengan batas waktu, maka dengan lewatnya batas waktu pemenuhan kewajiban bagi

debitur seketika itu pula ia dikatakan wanprestasi, karena dengan lewatnya tenggang waktu

untuk memenuhi kewajiban, seorang debitur tergolong lalai untuk memenuhi prestasinya.

24

R. Subekti, loc.cit.

25

Abdulkadir Muhammad I, op.cit, h. 21.

Page 33: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

30

Apabila seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas ditagih janjinya,

seperti yang diterangkan diatas, maka jika ia tetap tidak melaksanakan prestasinya, ia berada

dalam keadaan lalai atau alpa sehingga dapat dikatakan sebagai keadaan wanprestasi dan

terhadapnya ia dapat diperlakukan sanksi-sanksi yuridis sebagai akibat hukum dari padanya.

Sanksi-sanksi hukum sebagaimana dimaksud diatas disebutkan dalam Pasal 1243

KUHPerdata yang menentukan bahwa ”Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak

dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berhutang setelah dinyatakan

lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau

dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukan.”

Pengenaan biaya, rugi dan bunga dalam penyelesaian upaya hukum wanprestasi

merupakan salah satu bentuk dari akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh wanprestasi itu

sendiri yang dalam hal ini terjadi di perusahaan pembiayaan.

Menurut Subekti tentang akibat hukum sebagai tanggung jawab debitur atas keadaan

wanprestasi tersebut adalah :

Pertama, kreditur dapat meminta pelaksanaan perjanjian meskipun pelaksanaannya sudah

terlambat; Kedua, kreditur dapat meminta pengganti kerugian saja, yaitu kerugian yang

diterimanya karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan atau dilaksanakan tetapi

tidak sebagaimana mestinya; Ketiga, kreditur dapat menuntut pelaksanaan perjanjian

disertai dengan pengganti kerugian yang diderita olehnya sebagai akibat terlambatnya

pelaksanaan perjanjian; Keempat, dalam hal suatu perjanjian yang meletakkan kewajiban

timbal balik, kelalaian satu pihak memberikan hak kepada pihak lainnya untuk meminta

kepada hakim supaya perjanjian dibatalkan disertai dengan permintaan pengganti

kerugian.26

Lain halnya dengan Abdulkadir Muhammad yang memberikan akibat hukum bagi debitur

yang wanprestasi, dibagi menjadi lima (5), yaitu :

1. Debitur diharuskan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur.

2. Dalam perjanjian timbal balik wanprestasi dari satu pihak memberikan hak kepada

pihak lainnya untuk membatalkan atau memutuskan perjanjian lewat hukum.

26

Abdulkadir Muhammad I, op.cit, h. 147.

Page 34: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

31

3. Resiko beralih kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi. Ketentuan ini hanya

berlaku bagi perikatan untuk memberikan sesuatu.

4. Membayar biaya perkara apabila diperkarakan dimuka hakim. Debitur yang terbukti

melakukan wanprestasi tentu dikalahkan dalam perkara.

5. Memenuhi perjanjian jika masih dapat dilakukan atau membatalkan perjanjian

disertai dengan pembayaran ganti kerugian.27

Demikian pula halnya menurut Purwahid Patrik yang menyatakan bahwa debitur harus

bertanggung gugat tentang hal yang dapat dilakukan oleh kreditur menghadapi debitur yang

wanprestasi adalah sebagai berikut :

1. Dapat menuntut pembatalan/pemutusan perjanjian.

2. Dapat menuntut pemenuhan perjanjian.

3. Dapat menuntut pengganti kerugian.

4. Dapat menuntut pembatalan dan pengganti kerugian.

5. Dapat menuntut pemenuhan dan pengganti kerugian.28

Dari akibat hukum tersebut diatas, kreditur dapat memiliki diantara beberapa kemungkinan

tuntutan terhadap debitur yang melakukan wanprestasi, yaitu : dapat menuntut pemenuhan

perikatan; atau pemenuhan perikatan disertai dengan ganti kerugian; atau menuntut ganti

kerugian saja; atau menuntut pembatalan perjanjian lewat hakim; atau menuntut pembatalan

perjanjian disertai dengan ganti kerugian.

Akibat hukum wanprestasi menurut KUHPerdata diantaranya:

a. Membayar kerugian yang di derita oleh kreditur atau ganti rugi (Pasal 1243

KUHPerdata).

b. Pembatalan perjanjian melalui hakim (Pasal 1266 KUHPerdata).

27

Abdulkadir Muhammad I, op.cit, h. 24.

28

Purwahid Patrik, op.cit, h. 12.

Page 35: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

32

c. Peralihan risiko kepada debitur sejak saat terjadinya wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2)

KUHPerdata).

5.2 Indikator Debitur Wanprestasi Oleh Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar

Indikator penentuan wanprestasi yang dilakukan oleh seorang debitur dalam suatu

perusahaan pembiayaan konsumen hampir sama antara perusahaan pembiayaan satu dengan

yang lainnya. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Putu Dharma Kurniawan

(CMO (Credit Marketing Officer) Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar) diketahui bahwa

terdapat beberapa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan

konsumen pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar, yaitu sebagai berikut :

1. Debitur tidak memenuhi salah satu kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian,

yakni tidak membayar angsuran dengan lewatnya waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

tanggal jatuh temponya angsuran.

2. Debitur tidak menjaga dan merawat barang jaminan yakni sepeda motor dari

kemungkinan rusak atau hilang.

3. Debitur menjual, meminjamkan, atau melakukan hal-hal lain yang menyebabkan

beralihnya sepeda motor kepada pihak ketiga dengan bentuk dan cara apapun tanpa

sepengetahuan pihak kreditur, seperti misalnya sepeda motor biasanya diperuntukkan

untuk orang lain dimana jika suatu saat orang yang menggunakan sepeda motor

tersebut hilang bersama dengan sepeda motornya maka atas nama kredit biasanya

tidak mau bertanggung jawab terhadap angsurannya. (Wawancara pada hari Selasa,

20 September 2011)

Adapun ukuran yang dipakai untuk menentukan seorang debitur telah melakukan

wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar, masih menurut Bapak Putu Dharma

Page 36: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

33

Kurniawan, (CMO (Credit Marketing Officer) Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar)

Denpasar antara lain :

1. Tidak dibayarnya angsuran hutang pembiayaan dengan lewatnya waktu 90 (sembilan

puluh) hari sejak tanggal jatuh temponya angsuran.

2. Sepeda motor digadaikan

3. Sepeda motor dibawa keluar daerah.

4. Dilakukan over kredit tanpa sepengetahuan pihak Suzuki Finance Cabang Denpasar.

(Wawancara pada hari Selasa, 20 September 2011)

Ketentuan terkait peringatan (SP) diterapkan sejak keterlambatan 30 hari pembayaran

oleh Suzuki Finance Cabang Denpasar sebelum menetapkan debiturnya Wanprestasi, hal ini

sesuai dengan pasal 1238 KUHPerdata. Indikator yang dijadikan menentukan wanprestasi juga

sejalan dengan KUHPerdata, yaitu apabila debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali setelah

diperingatkan, melakukan prestasi yang keliru dimana sepeda motor/objek jaminan digadaikan

atau dibawa keluar daerah atau dengan sengaja melakukan over kredit tanpa sepengetahuan

pihak Suzuki Finance Cabang Denpasar. Hal ini tidak hanya memenuhi unsur-unsur wanprestasi

namun juga perbuatan dengan etikad tidak baik seperti yang diwajibkan dalam pasal 1338

KUHPerdata, sehingga dapat juga dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (Pasal 1365

KUHPerdata) dan berakibat perjanjian batal demi hukum. Kreditur dapat dikenakan sanksi

pidana disamping upaya hukum perdata tetap dapat dilakukan dimuka pengadilan.

5.3 Penyelesaian Perusahaan Pembiayaan Konsumen Dalam Hal Debitur Wanprestasi

Pada Perusahaan Pembiayaan Konsumen

Page 37: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

34

Dalam hal debitur atau konsumen melakukan wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor

Cabang Denpasar seperti sudah dijelaskan diatas sebelumnya, perusahaan pembiayaan memiliki

upaya-upaya yang ditempuh untuk menyelesaikannya.

Untuk penyelesaian wanprestasi pada Suzuki Finance cabang Denpasar, Bapak Putu

Dharma Kurniawan (CMO (Credit Marketing Officer) Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar)

menjelaskan bahwa debitur pertama-tama akan di somasi atau diberikan SP (Surat Peringatan)

oleh Collector, dimana masing-masing sebagai berikut :

1. Surat Peringatan (SP) 1 diberikan kepada debitur yang terlambat melakukan

pembayaran selama 1 bulan atau 30 hari.

2. Surat Peringatan (SP) 2 diberikan kepada debitur yang terlambat melakukan

pembayaran selama 2 bulan atau 60 hari.

3. Surat Peringatan (SP) 3 diberikan kepada debitur yang terlambat melakukan

pembayaran selama 3 bulan atau 90 hari.

Jika dalam tenggang waktu 3 bulan atau 90 hari debitur tetap tidak bisa melakukan pembayaran,

maka kasusnya akan dilimpahkan ke Divisi PSO (Problem Solving Officer) yaitu divisi

penanganan debitur yang terlambat melakukan kewajiban selama 3 bulan keatas. Apabila dalam

penanganan PSO (Problem Solving Officer) debitur juga tidak bisa melakukan pembayaran,

maka unit dalam hal ini sepeda motor akan langsung diamankan oleh Divisi PSO (Problem

Solving Officer). Jika Divisi PSO (Problem Solving Officer) tidak sanggup melakukan penarikan

maka proses penarikannya akan dilakukan oleh Debt Collector (DC) yang notabene adalah

karyawan eksternal perusahaan (free lance). Dalam hal sepeda motor hilang karena debitur tidak

menjaganya dengan baik atau sepeda motor digadaikan tanpa sepengetahuan terlebih dahulu dari

pihak Suzuki Finance, maka pihak Suzuki Finance akan meminta bantuan kepada Debt Collector

Page 38: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

35

(DC) untuk melakukan pencarian sepeda motor yang menjadi barang jaminan tersebut.

(Wawancara pada hari Selasa, 20 September 2011)

Yang perlu dikritisi disini adalah penggunaan jasa Debt Collector yang secara hukum

tidak berwenang untuk melakukan perbuatan penyitaan karena hal tersebut diberikan kepada

aparatur negara yaitu Juru Sita setelah perkaranya disidangkan, atau setelah permohonan

eksekusi dikabulkan hakim. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum

menentukan pada pasal 65 :

(1) Jurusita bertugas:

a. melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Ketua Sidang;.

b. menyampaikan pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, protes-protes, dan

pemberitahuan putusan Pengadilan menurut cara-cara berdasarkan ketentuan

undang-undang;

c. Melakukan penyitaan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri;

d. membuat berita acara penyitaan, yang salinannya diserahkan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan.

(2) Jurusita berwenang melakukan tugasnya di daerah hukum Pengadilan yang

bersangkutan.

Tanpa Juru Sita, maka penyitaan menjadi ilegal/tidak sah sehingga dapat dikategorikan sebagai

perbuatan perampasan yang diatur dalam Kitab Hukum Pidana Pasal 365 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana. Bagi konsumen pembiayaan hal ini dapat dijdikan dasar untuk menuntut balik,

sehingga akan merugikan dan menambah panjang proses penyelesaiannya.

Page 39: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

36

BAB VI

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Indikator wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar antara lain :

a. Tidak dibayarnya angsuran hutang pembiayaan dengan lewatnya waktu 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal jatuh temponya angsuran.

b. Sepeda motor digadaikan.

c. Sepeda motor dibawa keluar daerah.

d. Dilakukan over kredit tanpa sepengetahuan pihak Suzuki Finance.

2. Penyelesaian wanprestasi pada Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar diantaranya :

a. Menggunakan instrumen Surat Peringatan tiga kali berturut-turut selama 90 hari;

b. Pelimpahan kepada Divisi PSO (Problem Solving Officer);

c. Apabila PSO tidak dapat menarik barang modal, maka proses penarikannya akan

dilakukan oleh Debt Collector (DC).

5.2 Saran

1. Sebaiknya sedapat mungkin Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar menghindari adanya

wanprestasi karena akan merugikan dari segi waktu, tenaga dan biaya-biaya yang diperlukan

untuk pengurusan perkaranya. Wanprestasi dapat dihindari dengan kehati-hatian dalam

pembiayaan saat diajukannya permohonan oleh konsumen sampai dilakukan survey terhadap

modal yang akan diberikan, yang dalam bidang perbankan dikenal dengan prinsip 5C.

2. Sebaiknya Suzuki Finance Kantor Cabang Denpasar melaporkan ke Kepolisian sebagai pihak

yag berwenang menyelidiki hilangnya barang, atau perbuatan melanggar hukum khususnya

Page 40: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

37

hukum pidana, tidak menggunakan jasa Debt Collector yang kebsahan perbuatan hukumnya

tidak sah karena melanggar ketentuan perundang-undangan/tidak berwenang dalam

penyitaan.

Page 41: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Abdulkadir Muhammad 1982, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung.

_______, 1990, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

_______, dan Rilda Murniati, 2000, Segi Hukum Lembaga Keuangan Dan Pembiayaan, Citra

Aditya Bakti, Bandung.

Achmad Icksan, 1967, Hukum Perdata, Pembimbing Masa, Jakarta.

Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung.

Munir Fuady, 1995, Hukum Tentang Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Purwahid Patrik, 1994, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung.

R.M. Suryodiningrat, 1987, Asas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung.

R.M. Suryodiningrat, 1995, Azaz-Azaz Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung.

R. Setiawan, 1994, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung.

R. Subekti, 1963, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukun Normatif, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Sunaryo, 2007, Hukum Lembaga Pembiayaan, Sinar Grafika, Jakarta.

_______, 2008, Hukum Lembaga Keuangan, Sinar Grafika, Jakarta.

Wirjono Projodikoro, 1985, Asas-Asas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung.

Yahya Harahap, M., 1986, Segi-Segi Hukum Perikatan, Alumni, Bandung.

Peraturan Perudang-undangan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum.

Page 42: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang

Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan

Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1251/KMK.013/1988 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 448/KMK.017/2000 tentang

Perusahaan Pembiayaan

Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Tim Visi Yustisia, 2015, Visi Media, Jakarta.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Tim Visi Yustisia, 2016, Visi Media, Jakarta.

Page 43: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

LAMPIRAN 1. BIODATA PENELITI

A. Identitas Diri 1.

Nama Lengkap (dengan gelar) IDA BAGUS PUTU SUTAMA,SH.,M.Si L 2.

Jabatan Fungsional LEKTOR KEPALA 3.

Jabatan Struktural IV.a/PEMBINA 4.

NIP 195707131986011002 5.

NIDN 0013065706 6.

Tempat dan Tanggal Lahir DENPASAR 13 JULI 1957 7 Alamat Rumah JL.TANDAKAN NO.10 SANUR,

DENPASAR

8.

Nomor Telepon/Faks /HP 081936012646 9.

Alamat Kantor JL. PULAU BALI NO.1 DENPASAR 10 Nomor Telepon/Faks 0361222666 11 Alamat e-mail [email protected]

12 Lulusan yang telah dihasilkan S-1= 1008 orang 13 Mata Kuliah yg diampu 1. HUKUM PERBANKAN

2. HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

B. Riwayat Pendidikan

Program S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan Tinggi UNIVERSITAS

UDAYANA

UNIVERSITAS

HINDU INDONESIA

-

Bidang Ilmu HUKUM KAJIAN BUDAYA

DAN AGAMA

-

Tahun Masuk 1977 2006 -

Tahun Lulus 1983 2008 -

Judul Skripsi PERTANGGUNGANJA

WAB PIHAK KE III

DALAM PERJANJIAN

JAMINAN

PEMBIMBING

PERLINDUNGAN

SENI PATUNG

TRADISIONAL BALI

KAJIAN ESTETIKA

HINDU DAN

UNDANG-UDANG

HAK CIPTA

-

Nama Pembimbing DEWA MADE

SUKAWATI, SH

IDA BAGUS RAI

DJAJA, SH

PROF.DR. I PUTU

GELGEL,

SH.,M.HUM

IB. RADENDRA

SUASTAMA,

SH.,M.HUM

-

Page 44: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)

No.

Tahun

Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp.)

1. 2016 PENCANTUMAN LABEL

BERBAHASA INDONESIA OLEH

PELAKU USAHA PADA PRODUK

PANGAN OLAHAN IMPOR YANG

MERUGIKAN KONSUMEN DALAM

PEMBANGUNAN ELEKTRONIK (E-

COMMERCE)

MANDIRI -

2. 2015 PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP NASABAH DALAM

TRANSAKSI PERBANKAN MELALUI

M-BANKING PADA BANK MANDIRI

KANTOR CABANG GAJAH MADA

DENPASAR

MANDIRI -

3. 2014 PERLINDUNGAN HUKUM

TERHADAP NASABAH AKIBAT

PERUBAHAN MELAWAN HUKUM

OLEH BANK BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1999

MANDIRI -

4. 2013 TANGGUNG JAWAB PELAKU

USAHA ATAS KERUGIAN

KONSUMEN BERDASARKAN UU

PERLINDUNGAN KONSUMEN

MANDIRI -

5. 2012 PELAKSANAAN GADAI POLIS

ASURANSI JIWA SEBAGAI JAMINAN

PINJAMAN PADA PERUSAHAAN

ASURANSI DI DENPASAR

MANDIRI -

Page 45: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

D. Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir

No.

Tahun Judul Pengabdian

Kepada Masyaraka

Pendanaan Sumber Jml (Juta

Rp.) 1. 2016 MEMBERIKAN DISKUSI DAN

BANTUAN HUKUM PADA IDA BAGUS

RAI JANADAW TENTANG HAK- HAK

KONSUMEN

MANDIRI -

2. 2015 MEMBIRIKAN KONSULTASI DAN

BANTUAN HUKUM TENTANG TEKNIS

RUMUSAN TUNTUTAN PERCERAIAN

MANDIRI -

3. 2014 PENYULUHAN HUKUM

IMPLEMENTASI HAK-HAK NORMATIF

TENAGA KERJA

MANDIRI -

4. 2013 PENYULUHAN TENTANG SYARAT-

SYARAT SAHNYA PERKAWINAN DAN

PERCERAIAN SERTA AKIBAT

HUKUMNYA TERHADAP HAK

MEWARIS DI DESA PEGUYANGAN

KANGIN, DENPASAR.

MANDIRI -

5. 2012 SOSIALISASI PERANAN JAMINAN

DALAM PEMBERIAN KREDIT MODAL

KERJA OLEH KOPERASI KEPADA

WANITA YANG BERDAGANG DI

PASAR KABUPATEN BADUNG.

MANDIRI -

Page 46: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga

E. Pengalaman Penulisan Blok Book dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1. HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN 2015 64 FH. UNUD

2. HUKUM PERBANKAN 2014 48 FH. UNUD

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-

sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Denpasar, 18 Mei 2016 Pengusul,

Tanda tangan

& materai

Rp.6000

(IDA BAGUS PUTU SUTAMA, SH., M.Si)

NIP : 195707131986011002

Page 47: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga
Page 48: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga
Page 49: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga
Page 50: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga
Page 51: Kode/Nama Bidang Ilmu: 596/ILMU HUKUM - UNUDerepo.unud.ac.id/id/eprint/4866/1/184b54d6d4faffe3bb43a... · 2020. 7. 21. · BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... besar, apakah dana dan bunga