bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. diabetes mellitusrepository.ump.ac.id/4866/3/evi dwi...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes Mellitus
a. Definisi
Menurut ADA (2005) diabetes mellitus adalah suatu kelompok
penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin. Diabetes melitus merupakan kondisi
hiperglikemia persisten yang disebabkan oleh defek pada sekresi
insulin, aksi insulin atau keduanya (Konsensus, 2015). Diabetes melitus
merupakan penyakit jangka panjang apabila kadar gula tidak terkontrol
dan tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan komplikasi
penyakit yang menyerang seluruh anggota tubuh. Salah satu komplikasi
yang berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah
sangat rendah) yang dapat diakibatkan karena penderita tidak patuh
pada jadwal makanan (diet) yang telah ditetapkan (Rinto, 2008).
Penyakit diabetes militus dapat disertai berbagai komplikasi sebagai
penyebab kematian (David B Suck, 2011).
b. Diagnostic kriteria DM berdasarkan Konsensus (2009):
1). Adanya gejala klinis seperti polyuria, polidspia, polifagia, berat
badan yang menurun, serta kadar glukoasa darah sewaktu >200
mg/dL.
2). Ditemukannya kadar gula darah sewaktu >200m/dL atau kadar
glukosa puasa lebih tingi dari normal dengan tes toleransi glukosa
yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan pada
penderita yang asimtomatis.
c. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus dikelompokan menjadi beberapa kategori
berdasarkan ADA tahun 2015 yaitu:
1) Diabetes Tipe 1
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
5
Pada diabetes tipe 1 dikarenakan adanya kerusakan sel β, biasanya
disebabkan karena kekurangan Insulin.
2) Diabetes Tipe 2
3) Diabetes melitus gestasional (GDM)
4) Tipe spesifik diabetes karena penyebab lain, misalnya monogenic
diabetes sindrom (diabetes neonatal dan maturity-onset diabetes of
young (MODY), penyakit eksokrin pancreas ( seperti cyistic
fibrosis) dan penggunaan obat- obatan atau bahan kimia yang dapat
menyebabkan diabetes (seperti pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ)
d. Patofisiologi
1). Diabetes melitus tipe 1
Diabetes tipe 1 diperkirakan kurang dari 5-10 % dari
keseluruhan penderita diabetes mellitus. Pada pendertia diabtes
mellitus tipe 1 terjadi karena adanya ganguan insulin yang
disebabkan kerusakan sel beta pulau lengerhans pada pancreas
yang ditimbulkan akibat adnya reaksi aotoimun. Reaksi aoutoimun
secara selektif dapat menghancurkan sel sel beta yang
mengakibatkan terjadinya defisiensi sekresi Insulin serta fungsi sel
alfa pada pancreas menjadi tidak normal (Depkes, 2005).
2). Diabetes tipe 2
Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena adanya resistensi
insulin dimana sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Selain resistensi insulin dapat juga
disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa
hepatic yang berlebihan. Namun defisiensi fungsi insulin pada
penderita DM tipe 2 hanya bersifat relative. Sekresi kelenjar beta
pancreas terjadi melalui 2 fase. Pada fase pertama sekresi insulin
terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang
ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah sedangkan fase
kedua terjadi 20 menit sesudahnya. Pada awal diabetes mellitus
tipe 2 sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin
sehinga apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat mengalami
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
6
kerusakan sel-sel beta pancreas secara progressif yang
mengakibatkan defisiensi insulin sehingga penderita diabetes
memerlukan insulin eksogen untuk mengatasi defisiensi Insulin
(Depkes, 2005).
Diabetes melitus tipe 2 merupakan kondisi dimana terjadi
hiperglikemia persisten defek pada sekresi, aksi insulin atau
keduanya yang menghasilkan resistensi insulin dan defisiensi
insulin relative. Keseimbangan glukosa dalam tubuh tergantung
pada sekresi insulin oleh sel beta pancreas dan aktivitas insulin
didalam jaringan. Jika terjadi toleransi glukosa terganggu maka
dapat memperburuk resistensi insulin. (Konsensus, 2015).
3). Diabetes mellitus Gastasional
Pada diabetes gastasional merupaka diabetes yang terjadi
dengan adanya in toleransi glukosa yang timbul selama masa
kehamilan yang berlangsung sementara atau temporer. Diabetes
melitus pada ibu hamil dapat mengakibatkan dampuk buruk pada
bayi yaitu malformasi kongenital, peningkatan berat badan bayi
serta meningkatkan mortalitas perninatal. Sedangkan pada wanita
yang pernah mengaami diabetes gastisional dapat beresiko terkena
diabetes lagi dimasa depan. Sehingga untuk mencegah resiko
tersebut sebaiknya dilakukan control metabolisme yang ketat.
(Depkes, 2005).
e. Faktor Resiko
Berdasarkan Depkes (2005) faktor resiko diabetes mellitus tipe
2 diantaranya:
1) Faktor Riwayat seperti diabetes dalam keluarga, diabetes
gastasional, melahirkan bayi dengan BB >4kg, kista ovarium, IFG
(Impaired fasting Glucose), IGT (Impaired Glucose Toleranse).
2) Obesitas
Salah satu faktor resiko terjadinya Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah
berat badan >120 % berat badan ideal.
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
7
3) Umur
Pada umur 20-59 sekitar 8,7 % beresiko terjadi diabetes mellitus. >
65 tahun beresiko sekitar 18% beresiko terjadinya diabetes mellitus
4) Etnik/ Ras
5) Hipertensi
6) Hyperlipidemia
f. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Penatalaksanaan diabetes melitus bertujuan untuk menjaga agar
kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal serta mencegah atau
meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes (Depkes,
2005).
Penatalaksanaan terapi pada diabetes melitus dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu terapi non farmakologis dan
terapi farmakologis. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan
penagturan pola makan dan olahraga sedangkan pada terapi
farmakologi dengan antitiabetik oral dan insulin ataupu kombinasi
keduanya. (Depkes, 2005)
2. Gula Darah
a. Kadar gula darah puasa adalah sebuah parameter yang
menggambarkan konsentrasi glukosa di dalam plasma darah yang
diukur pada subyek yang berpuasa selama 8-12 jam (Syauqy, 2015).
Rachmawati (2015) menyebutkan bahwa dengan melakukan control
kadar gula darah puasa secara teratur dapat mengurangi jumlah pasien
yang mempunyai nilai kadar gula darah buruk.
b. Kadar Diagnostik Gula darah
Berikut kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM (mg/ml) (Konsesus, 2015)
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
8
Tabel 1. Diagnostik DM
Bukan DM Belum pasti
DM
DM
Kadar glukosa
darah
sewaktu(mg/ml)
Plasma Vena
Darah Kapiler
<100
<90
100-199
90-199
≥200
≥200
Kadar glukosa
darah puasa
(mg/ml)
Plasma Vena
Darah Kapiler
<100
<90
100-125
90-99
≥126
≥100
Sumber: Konsesus, (2016)
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar glukosa darah pasien
<50mg/dL. Kadar gluosa yang rendah dapat mengakibatkan sel- sel otak
tidak mendapatkan pasokan energy sehingga tidak dapat menjalankan
fungsinya dan dapat rusak. Hipoglikemia sering terjadi pada penderita DM
tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali perminggu (Depkes, 2005)
d. Hipergilkemia
Hiperglikemia terjadi karena meningkatnya kadar gula darah secara tiba-
tiba. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat mengakibatkan
ketoasidosis diabetic. Untuk mencegah terjadinya hiperglikemia dapat
dilakukan dengan control kadar gula darah yang ketat (Depkes, 2005)
3. Kepatuhan
Kepatuhan merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh pasien
untuk menjaga dan mematuhi aturan dosis obat terhadap obat yang diberikan
oleh dokter dari suatu penyakit yang diderita (Wijaya dalam Hussar, 2015).
Salah satu penyebab yang menimbulkan kegagalan terapi pada pasien adalah
ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan terapi yang diberikan. Faktor-
faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan pada pasien biasanya dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan pemahaman pasien tentang penggunaan obat
dalam menajalankan terapinya. Pengobatan pada pasien diabetes mellitus
dapat menyebabkan kejenuhan pada pasien karena penggunaan obat yang
banyak selain penggunaan obat antidiabetik karena terjadinya komplikasi
(Wijaya, 2015)
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
9
Tabel 2. Metode pengukuran Kepatuhan
Test Kelebihan Kekurangan
Terapi Observasi Langsung Paling akurat Tidak praktis untuk penggunaan
rutin
Pengukuran kadar obat atau
hasil metabolisme dalam
darah
Objektif Variasi metabolisme & white
coat adherence dapat
memberikan kesan salah,
kurang ekonomis
Pengukuran tanda biologis
dalam darah
Objektif Membutuhkan pengujian
kuantitatif yang mahal
Metode tidak langsung
Kuesioner patient self report Sederhana,
ekonomis, metode
paling berguna pada
area klinik
Rentan terhadap kesalahan,
hasilnya mudah didistorsi oleh
pasien
Catatan harian pasien Membantu
mengatasi recaal
yang buruk
Mudah dipengaruhi oleh pasien
Bila pasien anak-anak
menggunakan kuesioner
pada orsng tua atau guru
Sederhana, objektif Rentan terhadap ditorsi data
Pengukuran tanda fisiologis Mudah untuk
dilaksanakan
Pertanda mungkin tidak
ditemukan karena sebab lain,
contohnya meningkatknya
metabolisme, absorbs yang
buruk dan kurangnya respon
Sumber: Osterberg (2005)
4. Insulin
Insulin merupakan suatu hormone dalam tubuh yang dikeluarkan oleh
pancreas yang berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi energy yang
dibutuhkan oleh sel untuk menjalankan fungsinya. Pada penderita diabetes
mellitus tipe 1 pankreas tidak dapat memproduksi insulin sehingga pemberian
insulin dibutuhkan sedangkan pada penderita diabetes mellitus tipe 2 untuk
mengatasi resistensi insulin dapat dengan pemberian insulin. (Rismayanthi,
2010). Berdasarkan hasil penelitian (ejeta fikadu, 2015) alasan dalam
ketidakpatuhan penggunaan insulin adalah daerah pemakain, menyebabkan
sakit, beban saat sibuk bekerja, timbulnya reaksi obat yang merugikan.
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
10
Tabel 3. Berikut Jenis Insulin dan Cara Kerjanya
Jenis Insulin Onset Puncak
kerja
Lama
kerja
(jam)
Aturan pengaturan gula darah
Kerja cepat
(rapid acting)
15-30 30-90 1-5 jam Digunakan bersamaan makan. Pada jenis ini
diguanakan bersamaan dengan jenis insulin longer-
acting
Short acting
½-1 jam 2-5 jam 2-8 jam Digunakan untuk mencukupi insulin setelah makan
30-60 menit.
Intermediate
acting
1-2 1/2
jam
3-12 jam 18-24
jam
Digunakan untuk mencukupi insulin selama setengah
hari atau sepanjang malam. Dapat dikombinasi
dengan rapid acting atau short acting
Long acting 1/2 – 3
jam
6-20 jam 20-36
jam
Digunakan untuk mencukupi insulin untuk seharian.
Dapat dikombinasi dengan rapid acting atau short
acting.
Pre-Mixed 10-30 1/2 – 12
jam
14-24
jam
Digunakan 2x sehari sebelum makan. Merupakan
proporsi kombinasi spesifik dari insulin intermediet
acting dan short insulin di satu botol atau insulin pen
Sumber (Rismayanthi, 2010)
Menurut AACE/ACE, (2009) Ketika tiga terapi kombinasi oral gagal mencapai
control glukosa maka terapi insulin diperlukan. Terapi insulin yang dapat
digunakan seperti insulin basal, premix, prandial, atau basal bolus insulin.
Tabel 4 Regimen and frequency Insulin
Regimen Insulin Komponen dan frekuensi administrasi Injeksi per
hari
Basal Glargir atau Determir (sehari atau 2x sehari) 1 atau 2
Premixed Novolog Mix atau Humalog Mix (biasanya 2x sehari,
occasionally digunakan sehari atau 3 kali sehari)
2
Prandial Novolog, Humalog or Aprida biasanya 3 kali sehari) 3
Basal- bolus
(Multiple daily
injection)
Novolog, Humalog or Aprida biasanya 3 kali sehari)
pada kombinasi dengan glargin atau detemir (daily)
4
Continous
subcutaneous insulin
infusion
Novolog, Humalog, or Apidra Berkelanju
tan
Sumber: AACE/ACE, 2009
5. Diet
Diet merupakan penatalaksanaan yang penting untuk pasien
Diabetes Mellitus. Makanan yang dikonsumsi harus dibagi merata
sepanjang hari, ini harus konsisiten dari hari ke hari.dan sangat penting
bagi pasien yang menerima insulin dikoordinasikan antara makanan yang
masuk dengan aktivitas insulin. Pada orang dengan DM tipe 2 yang
cenderung mengalami kegemukann, dimana ini berhubungan dengan
resistensi insulin dan hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik
dengan penurunan berat badan (Courtney, 2012).
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
11
Berdasarkan dari hasil penelitian Wofram (2011) menyebutkan
bahwa diet mewakili dalam perawatan dan management diabetes melitus
tipe 2. Diet dapat menimbulkan efek positif pada control kadar gula darah
serta kadar lemak dalam darah pada orang dengan prediabetes dan
diabetes. Dari hasil tersebut dilihat melalui penilaian terhadap peranan dan
efektivitas diet tinggi serat, diet rendah lemak, dan diet sayur pada
penanganan pasien diabetes tipe 2.
Salah satu kunci penatalaksanaan terapi diabetes mellitus adalah
dengan adanya terapi gizi medis (TGM). Dengan prinsip pengaturan pola
makan penderita diabetes mellitus dengan makanan yang seimbang dan
sesuai kebutuhan kalori serta zat gizi pada masing-masing individu. Pada
penderita diabetes mellitus perlu diperhatikan pengaturan makan dalam
jadwal makan, jenis serta jumlah makanan terutama bagi mereka yang
menggunakan obat-obatan penurun kadar gula dan insulin (PERKENI,
2006)
Prinsip dalam melakukan perencanaan makan anjuran makan
seimbang dengan makan sehat pada umumnya, membatasi makanan sesuai
dengan kebutuhan kalori (tidak berlebih), teratur dalam jadwal jumlah dan
jenis makan. Porsi makan diusahakan tersebar di sepanjang hari
disarankan porsi terbagi menjadi makan pagi, makan siang, makan malam
yang diselingi makanan selingan. (Depkes RI, 2008)
Tabel 5 Berikut jenis makanan penukar dan kandungan karbohidrat.
Kelompok makanan penukar Porsi KH G KH/item
Pati/tepung I unit 15 g KH
Buah 1 unit 15 g KH
Susu 1unit 12 g KH
KH lain(kudapan) 1unit 15 g KH
Sayur 1/3 unit 5 g KH
Daging 0 unit 0 g KH
Lemak 0 unit 0 g KH
Sumber: Brosur Kemenkes RI, 2011
Pasien harus mengkonsumsi makanan penukar dengan jumlah dan
waktu yang sama setiap harinya. Apabila pengobatan menggunakan
insulin makanan dan snack harus dikoordinasikan dengan mula kerja
aktivitas puncak, lama kerja insulin. Karbohidrat harus tersedia pada
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
12
segala aktivitas insulin untuk mencegah terjadinya hipoglikemia
(Courtney, 2012).
Dalam menggunakan daftar penukar dapat dilakukan langkah
langkah sebagai berikut (Courtney, 2012):
a. Dengan menghitung kebutuhan Kkal setiap harinya
b. Bagi kkal yang diijinkan diantara protein, karbohidrat dan lemak
biasanya protein diberikan 12-20% (0,8g/kg BB) karbohidrat 50-60%
dan lemak 30 % dari total kkal.
c. Menentukan beberapa penukar dari daftar yang dapat memenuhi
jumlah karbohidrat, protein dan lemak yang diinginkan.
d. Buat penukar makanan dan snack didistribusikan sepanjang hari.
Pasien harus mengkonsumsi makanan penukar dalam jumlah yang
sama dan pada waku yang sama setiap harinya. Untuk memperlambat
pencernaan dan absorbs setiap kali makan harus mengandung
karbohidrat dengan lemak atau protein. Pada pasien yang
menggunakan insulin makanan dan snack harus di koordinasikan
dengan mula kerja, aktivitas puncak, dan lama kerja insulin.
Karbohidrat harus ada pada segala aktivitas insulin untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia.
Pengaturan jenis makan berdasarkan KEMENKES RI:
1). Bahan makanan yang dianjurkan diantaranya:
a) Sumber protein hewani ayam tanpa kulit, ikan telur rendah
klesterol atau putih telur, daging tidak berlemak.
b) Sumber protein nabati seperti tempe tahu kacang hijau kacang
merah, kacang tanah, kacang kedelai.
c) Sayuran diantaranya sayur tinggi serat seperti kangkung, daun
kacang, oyong, ketimun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi,
salada, seledri, terong.
d) Buah-buahan seperti jeruk, apel, papaya, jambu air, salak,
belimbing (sesuai kebutuan).
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
13
2). Bahan makanan yang dibatasi diantaranya
a) Semua sumber karbohidrat dibatasi seperti nasi, bubur, roti, mie,
kentang, singkong, ubi, sagu, gandum, pasta, jagung, talas,
havermout, sereal, ketan macaroni.
b) Sumber protein hewani seperti hewani tinggi lemak jenuh ( kornet,
sosis, sarden, otak, jeroan, kuning telur,)
c) Sayuran seperti bayam, buncis, daun melinjo, labu siam, daun
singkong, daun ketela, jagung muda, kapri, kacang panjang, pare,
wortel, daun katuk
d) Buah- buahan seperti nanas, anggur, manga, sirsak, pisang,
alpukat, sawo, semangka, nangka masak.
3).Makanan yang dihindari:
a. Sumber protein hewani seperti keju, abon, dendeng, susu full
cream
b. Buah- buahan yang manis dan diawetkan misalnya durian, nangka
alpukat, kurma, manisan buah.
c. Minuman yang mengandung alcohol, susu kental manis, soft drink,
es krim, yoghurt, susu.
6. Dukungan Keluarga
a. Definisi
Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi
dirinya sebagai bagian dari kelurga. Selain itu keluarga merupakan
kelompok individu yang tinggal bersama atau tidak adanya hubungan
darah, pernikahan adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan
dalam suatu rumah tangga. Dukungan keluarga merupakan suatu
proses yang terjadi selama hidup dengan sifat dan jenis dukungan yang
bervariasi pada masing- masing tahap kehidupannya yang
memungkinkan berfungsi secara optimal dan dapat meningkatkan
adaptasi dalam kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
14
Anggota keluarga merupakan sumber dukungan yang
berlangsung terus menerus dan merupakan bagian dari perjuangan
untuk membantu dalam melakukan perawatan kesehatan. Keterlibatan
anggota keluarga dalam proses DSME/S setidaknya dapat membantu
sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang positif (Powers, 2015)
Dukungan keluarga adalah salah satu sumber manajemen
diabetes mellitus yang intensive. Dengan adanya dorongan dari
keluarga dan teman diperlukan sebagai penegas komitmen dalam
perawatan diabetes secara intensive. Dan tim kesehatan keluarga dapat
memberikan bantuan teknis ketika menjawab pertanyaan yang muncul
sehingga pasien meyakinkan pasien untuk melakukan hal yang benar
dan memutuskan dengan bijak selain itu membantu dalam hal
keuangan pasien (ADA, 2011)
b. Keluarga sebagai system.
System merupakan suatu unit kesatuan atau bagian dari
fungsional untuk mencapai tujuan dengan cara berinteraksi dan
bergantung antara satu dengan lainnya yang dapat bertahan dalam
jangka waktu tertentu. System keluarga adalah suatu kelompok yang
memiliki hubungan erat satu sama lainnya yang saling berinteraksi
dengan saling tergantung sama lainnya yang tertata dalam unit tunggal
untuk mencapai suatu tujuan (Setyowati, 2008).
c. Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) diantaranya:
1) Fungsi efektif
Fungsi mempertahankan kepribadian: memfasilitasi stabilisasi
kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis
anggota keluarga. Fungsi afektif membantu untuk mengurangi
ketegangan dan mempertahankan moral. Fungsi tersebut berkaitan
dengan persepsi keluarga dan kepedulian terrhadap sosioemosianal
pada semua anggota keluarganya.
2) Fungsi social berperan dalam memfasilitasi sosialisasi primer
anggota keluarga yang bertujuan untuk menjadikan anggota
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
15
keluarga yang produktif serta memberikan status pada anggota
keluarga.
3) Fungsi reproduksi berperan dalam mempertahankan kontinuitas
keluarga selama beberapa generasi dan untuk kelangsungan hidup
masyarakat.
4) Fungsi ekonomi berperan dalam menyediakan sumber ekonomi
yang cukup dan alokasi efektifnya.
5) Fungsi perawatan kesehatan berperan dalam menyediakan
kebutuhan fisik, makanan, pakaian dan tempat tinggal serta
perawatan kseshatan.
d. Dimensi dukungan keluarga
Menurut Hensring (2009) dimensi dukungan keluarga diantaranya:
a) Dimensi emosional atau empati
Dukungan ini berkaitan dengan ekspresi, dan rasa empati serta
perhatian kepada seseorang sehingga membuatnya merasa lebih
baik dan mendapatkan lagi keyakinannya, merasa dimilik dan
dicintai pada saat stress. Pada dimensi emosional anggota yang
menderita DM mendapatkan adanya dukungan keluarga, serta
pengertian dari anggota kelurga yang lain. Pada dimensi ini diukur
dengan persepsi pasien tentang dukungan keluarga berupa
pengertian, serta kasih saying dari angota keluarga lain. (Yusra,
2010)
Pada penderita diabetes mellitus dapat memberika dampak
psikologis karena pada penyakit diabetes mellitus tidak dapat
disembuhkan dan mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi.
Pada kondisi seperti ini dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengendalikan emosi. Apabila terjadi depresi pada pasien diabetes
mellitus dukungan keluarga berperan untuk memberikan pasien
dorongan agar dapat mengendalikan emosi dan waspada terhadap
hal yang mungkin saja terjadi (Yusra, 2010)
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
16
b) Dimensi Penghargaan
Dimensi penghargaan dapat diberikan dengan ekspresi berupa
sambutan yang positif dengan orang- orang disekitarnya dorongan
atau pernyataan setuju terhadap ide-ide atau perasaan individu.
Sehingga pada dukungan dimensi penghargaan dapat menjadikan
seseorang merasa berharga, kompeten dan dihargai. Bentuk
dukungan keluarga ini dapat dilakukan dengan pengakuan dan
penghargaan terhadap kemampuan dan prestasi yang dimiliki
seseorang. Serta dapat dengan penerimaan dan penghargaan
terhadap keberdaan seseorang secara total meliputi kelebihan dan
kekurangan yang dimilki (Yusra, 2010).
c) Dimensi Instrumental
Dukungan instrumentaf bersifat nyata, dimana pada dukungan ini
dilakukan dengan memberikan bantuan langsung. Serta dapat juga
melalui bantuan mengerjakan tugas tertentu pada saat stress
(Yusra, 2010)
d) Dukungan Informasi
Dukungan informasi diberikan melalui pemberian saran
percakapan atau umpan balik mengenai bagaimana seseorang
melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang mengalami kesulitan
dalam pengambilan suatu keputusan, kemudian melalui dukungan
ini dia akan menerima saran serta umpan balik mengenai ide-ide
dari keluarganya. Pada pasien DM dibutuhkan dukungan keluarga
berupa dukungan informasi. Dukungan ini dapat diberikan melalui
informasi terkait dengan kondisi yang dialami dan bagaimana cara
perawatannya (Yusra, 2010)
7. Pengendalian Gula Darah
Dengan melakukan kontrol gula darah dengan baik maka dapat
mencegah resiko komplikasi pada pasien DM (Kurniawan, 2010). Kontrol
gula darah meliputi 4 aspek yaitu control diet, upaya pengobatan, olahraga,
dan kontrol gula darah. Kontrol kadar gula darah berperan untuk melihat
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017
17
pengaruh dari pola makan, olahraga, dan pengobatan yang telah dilakukan
sehingga jika gula darah pasien tinggi dan pasien melakukan kebiasaan
yang dapat membuat gula darah tinggi maka pasien dapat mengalami
komplikasi (Alfiah, 2015). Menurut Konsesus Nasional Pengelolaan
Diabetes Melitus Tipe 1, (2009) beberapa pemeriksaan untuk mengontrol
glikemik yang lebih baik yaitu pemeriksaan kadar gula darah, Glycated
hemoglobin (misalnya Hba1c) Glycated serum protein (missal
fruktosamin). Informasi yang didapat dari hasil glukosa darah dapat
dikaitkan dengan kadar Hba1c serta parameter klinis lainnya untuk
merubah dan memperbaiki tata laksana terapi DM untuk memperbaiki dan
menjaga control metabolic tetap normal).
Kepatuhan Pemakaian Insulin..., Evi Dwi Kusuma Putri, Fakultas Farmasi UMP, 2017