klasifikasi lab pk

Upload: bimo-aji-pratama

Post on 12-Jul-2015

184 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEDOMAN PENGUJIAN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN TINGKAT I BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II PANGKALPINANG

I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya frekuensi arus lalulintas orang dan barang sebagai akibat globalisasi dan liberalisasi perdagangan berdampak terhadap meningkatnya frekuensi keluar masuknya Media Hama Penyakit Hewan Karantina. Hal ini membawa konsekuensi dimana Indonesia sebagai salah satu negara anggota World Trade Organization (WTO) untuk mengikuti dan menerapkan beberapa kesepakatan perdagangan internasional yang diatur oleh WTO dan persetujuan atau konvensi internasional lainnya, seperti Sanitary and Pytosanitary (SPS), Technical Barrier to Trade (TBT), Hazart Analyze Critical Control Point (HACCP) dan yang lainnya. Mengacu kondisi diatas, karantina hewan dalam pelayanannya dituntut peranannya secara professional, tangguh dan terpercaya. Salah satu upaya untuk mendukung pelaksanaan pengawasan lalulintas komoditi tersebut adalah pemeriksaan penyakit secara laboratorium untuk mendukung pengeluaran sertifikasi karantina terhadap media pembawa HPHK. Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang, dalam

penyelenggaraan perkarantinaan dari tahun ke tahun selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan pengujian di laboratorium yang memenuhi Standar Nasional dan Internasional. Tentunya dalam pelaksanaannya tidak lepas dari dukungan pusat berupa sarana dan sumber daya manusia yang memadai dan memenuhi kualifikasi.

B. Tujuan 1. Sebagai bahan dan gambaran pelaksanaan kegiatan pengujian yang dilakukan di laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang. 2. Dalam rangka evaluasi untuk meningkatkan kualitas pengujian dan kinerja laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang. 3. Sebagai bahan acuan untuk dijadikan pedoman dalam membuat rencana kegiatan laboratorium untuk tahun yang akan datang.

1

II.

KONDISI LABORATORIUM A. Sarana dan Prasarana Gedung laboratorium terdiri dari ; Penerimaan sampel dan refrigerator Penanggung jawab laboratorium Ruang perpustakaan, administrasi dan diskusi. Virologi. Bakteriologi. Parasitologi. Patologi. Klinik Hewan. Sterilisasi. Meubelair serta tersediannya air PDAM dan listrik 4.400 watt.

B. Sumber Daya Manusia Pelaksanaan pemeriksaan hewan, Bahan Asal Hewan Dan Hasil Bahan Asal Hewan, laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang dilakukan oleh : 1 (satu) orang Medik Veteriner sebagai Penanggung Jawab Lab. 1 (satu) orang calon Medik Veteriner. 1(satu) orang Calon Paramedic Veteriner

III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Kegiatan Pengujian Pengujian yang telah dilakukan terhadap komoditi Hewan dan Bahan Asal Hewan yang dilalulintaskan di Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang meliputi uji mikroskopis preparat darah dengan pewarnaan giemsa, uji Rose Bengal Test, uji organoleptik, pH dan pembusukan daging, uji cemaran mikroba daging (TPC/E.coli), uji HA/HI pada serum darah unggas untuk diagnosa penyakit Avian influenza, pengujian telur cacing dan pengujian Trypanosoma sp dan Pengujian sample otak anjing secara FAT untuk deteksi rabies. Dengan mikrohematokrit dengan metode sebagai berikut : 1. Uji Mikroskopik Preparat Ulas Darah dengan Pewarnaan Giemsa. a. Tujuan : Mendeteksi ada tidaknya mikroorganisme seperti B. antracis dan Trypanosoma sp. b. Prinsip Kerja : bentuk Trypanosoma dapat dilihat dengan pewarnaan Giemsa.

2

c. Alat dan Bahan Gelas obyek Mikroskop Api Bunsen Methanol Larutan Giemsa

d. Cara Pengujian 1. Buat ulas darah di atas obyek glas. 2. Letakkan preparat ulas darah di atas rak. 3. teteskan methanol/methyl alcohol di atas preparat sampai bagian darah tertutup seluruhnya. Biarkan selama 5 menit atau lebih lama lagi. 4. Bersihkan kelebihan methanol dari gelas obyek. 5. Kemudian rendam dalam larutan giemsa selama 30 menit. 6. Cuci dengan air suling/kran dan keringkan di udara. 7. Siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.

e. Pembacaan Hasil 1. Negatif (-) : tidak terlihat bentuk sel mikroorganisme.

2. Positif (+) : terlihat adanya bentuk sel B.antracis yang batang, pipih dan berderet dalam rangkaian yang panjang.

2.

Uji Rose Bengal Plate a. Tujuan b. Prinsip Kerja : Mendeteksi ada tidaknya penyakit Brucellosis. : Reaksi antigen Rose Bengal dengan serum

sampel terjadi aglutinasi. c. Alat dan Bahan Cawan WHO Hemaglutinator. Rotary Aglutinator. Pipet pastur atau pipet mikro. Antigen standar. Serum sampel. Kapas. Alkohol 70%.

d. Cara Pengujian 1. Sampel serum sebanyak 0,025 ml dimasukkan ke dalam tiap lubang cawan. 2. Tambahkan 0,025 ml antigen standar (Rose Bengal).

3

3. Goyangkan cawan yang sudah terisi campuran dengan penggoyang/rotary agglutinator selama 4 menit.

e. Pembacaan Hasil 1. Negatif (-) homogen. 2. Positif (+) : Terlihat penggumpalan yang halus dan : Tidak ada aglutinasi, campuran tetap

batas pinggir terjadi seperti garis tepi yang lebar. 3. Positif (++) : Terlihat jelas penggumpalan yang halus agar garis tepi yang lebar. 4. Positif (+++) : Terlihat penggumpalan yang kasar/besar dan cairan menjadi jernih.

3.

Uji Organoleptik, pH dan Pembusukan Daging a. Tujuan : Memeriksa kondisi fisik, pH dan ada tidaknya awal

kebusukan daging. b. Prinsip Kerja : kondisi fisik diperiksa secara organoleptik

(bau, warna dan kekenyalan), pH diukur dengan Ph meter, ikatan NH3 daging busuk dengan HCl, akan menimbulkan embun/uap putih. c. Alat dan Bahan Timbangan analitik pH meter digital Beker glas Pipet pastur Timer Api bunsen/spritus Gunting Pinset bergerigi Pisau skalpel Tutup Karet Kawat Tabung Reaksi dan raknya Kertas label Alat Tulis (pensil/bulpen) Kapas Alkohol 70% Tisue/Lap tangan Slop Tangan

4

-

Bahan Uji ETHER (metode kimia) : HCl 1 bag, Alkohol 96% 3 bag, ether 1 bag.

d. Cara Kerja 1. Pemeriksaan Organoleptik Uji Bau (Cium) Ambil sepotong daging dengan ibu jari dan telunjuk atau diusap dengan telapak tangan kemudian dicium baunya. Hasil : Normal bila bau aromatis (khas daging sapi). Uji warna Sampel daging hewan dilihat dan diamati warnanya dengan seksama. Hasil : Warna sampel daging hewan normal tergantung dari jenis daging hewan (sampel) yaitu merah, merah muda khas daging hewan (khas daging sapi). Konsistensi Konsistensi/kekenyalan daging diraba dengan tangan. Hasil : Normal jika daging kenyal/liat/tidak lembek.

2. Pemeriksaan pH daging Sekantung sampel daging diambil diameter 8 cm kemudian ditusuk dengan alat tusuk pada pH meter digital, kemudian baca pada print out (hasilnya). Standar pH Normal : sapi pH 5,9-6. 3. Pemeriksaan awal kebusukan daging a. Cara Kerja : Tuangkan reagen ether sebanyak 5 cc kedalam tabung reaksi dan tutup dengan sumbat karet. Letakkan sepotong daging pada ujung kawat sehingga tergantung pada permukaan reagen dan ditutup. Gas NH3 akan keluar dari daging tersebut akan berikatan dengan gas HCl yang ada di permukaan reagen. Terjadilah uap putih dan NH4Cl yang berbentuk embun. Penilaian dari uji ini harus dilakukan secepat mungkin karena embun hanya muncul sebentar seperti awan.

5

b. Hasil

: (+) bila ada uap putih berbentuk embun tebal.

4.

Uji Cemaran Mikroba Daging (TPC dan E.coli) a. Tujuan : Mendeteksi ada tidaknya mikroorganisme dalam

produk daging. b. Prinsip Kerja : Jika sel mikroba masih hidup ditumbuhkan

pada media agar, maka sel mikroba akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata. c. Alat dan Bahan Sampel daging 10 gram. Pepton water 0,1% Nutrient agar Tisu Alumunium foil Aquades streril Alkohol Kapas Oven Cawan Petri Inkubator Coloni Counter Autoclave Mikropipet Timbangan Ose Api bunsen Labu Elemeyer Botol bigau Mortir Blender/penghancur daging

d. Cara kerja 1. Prosedur pembuatan pepton water 0,1% Siapkan timbangan elektrik, alumunium foil dan labu elemeyer. Timbang 1 gram Peptone Water dengan timbangan elektrik. Tuang ke dalam labu elemeyer, kemudian ditambah 1000 ml aquades.

6

-

Dengan magnetik stirer campuran tersebut digoyang sampai homogen.

-

Selanjutnya disterilisasi dalam autoclave suhu 121C selama 15 menit kemudian didinginkan.

-

Selanjutnya stok Pepton water 0,1% disimpan ke dalam refrigerator 5C, siap untuk digunakan.

2. Prosedur kerja pembuatan Nutrien Agar Timbang 28 gram Nutrient agar ditambah 1 liter aquades. Masukkan ke dalam elemeyer kemudian dipanaskan sampai larut. Kemudian disterilisasi dengan autoclave. Setelah suhu Nutrien agar 45C maka selanjutnya di tuang ke dalam cawan petri ( 15 menit/plate). Simpan dalam refrigerator 5C, siap untuk digunakan.

3. Prosedur pembuatan mac conkay agar Timbang 15,45 gram Mac.Conkay Agar ditambah 300 ml aquades. Masukkan kedalam elemeyer kemudian dipanaskan sampai larut. Kemudian disterilisasi dengan autoclave. Setelah suhu Mac. Conkay Agar 45C selanjutnya dituangkan kedalam cawan petri (10-15 ml/plate). Simpan pada refrigerator 5C, siap untuk digunakan.

4. Prosedur pengujian TPC/ALT Sampel daging ditimbang secara aseptis sebanyak 10 gram dan diberi kode. Masukkan kedalam wadah blender dan ditambah 90 ml Peptone Water (PW) 0,1%. Daging diblender selama 1-2 menit. Siapkan botol bigau sterril sebanyak 5 buah yang sudah diberi nomor I, II, III, IV, V dan kode. Masing-masing pipet diisi dengan PW 0,1% sebanyak 9 ml. Lakukan pengenceran sampel daging tersebut secara berseri dengan pipet sebanyak 1 ml campuran daging

7

dipindahkan kedalam botol bigau 1 dan dari botol bigau 1 ke botol bigau II dan seterusnya sampai botol ke V. Ekmudian siapkan cawan petri yang sudah berisi Nutrien Agar (NA) yang telah diberi nomer dan kode sebanyak 2 buah (duplo) untuk masing-masing pengenceran. Pindahkan sebanyak 0,1 ml dari botol bigau I dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi Nurient Agar secara duplo. Demikian juga dari botol bigau II pindahkan sebanyak 0,1 ml dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi Nurient Agar secara duplo. Demikian seterusnya sampai botol bigau no.V Setelah selesai penanaman, cawan petri dibalik hingga posisi tutupnya berada dibawah dan diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37C. Dihitung jumlah koloni kuman. Penghitungan koloni kuman dianggap masih akurat apabila jumlah yang dihitung antara 25-250 koloni kuman pada setiap cawan petri. Pembacaan hasil yaitu jumlah kuman dalam 1 gr daging = jumlah koloni (h) X 1/faktor per cawan petri.

5. Prosedur pengujian E.coli Sampel daging secara aseptis ditimbang sebanyak 10 gr dan diberi kode. Selanjutnya dimasukkan kedalam elemeyer steril ditambah 90 ml PW 0,1 %. Kemudian sampel daging dihaluskan dengan mortir steril. Selanjutnya siapkan cawan petri yang sudah berisi Mac.Conkay agar dan diberi no kode. Pindahkan sebanyak 0,1 ml dengan pipet steril campuran sampel daging yang telah dihaluskan ditanam pada cawan petri yang sudah berisi media Mac. Conkay agar secara duplo. Setelah selesai penanaman cawan petri dibalik sehingga posisi tutup berada di bawah dan diinkubasi pada inkubator selama 24 jam dengan suhu 37C. Pembacaan hasil yaitu koloni yang tumbuh dan dicurigai sebagai koloni E.coli yakni adanya kemampuan

8

memfermentasi laktosa sehingga akan terlihat berwarna merah pada media Mac. Conkay Agar.

5.

Uji HA/HI pada serum Darah Unggas untuk Diagnosa Penyakit Avian influenza a. Tujuan : Mendeteksi adanya antibodi virus avian influenza. : titer serum (HI) merupakan pengenceran

b. Prinsip Kerja

tertinggi dari serum yang memperlihatkan hambatan komplek terhadap 4 HA unit antigen. c. Alat dan Bahan Ayam hidup dewasa RBC unggas 1% PBS pH 7,2 Antigen H5N1 Antigen ND 4 HA unit Serum sampel Mikroplate dasar V Mikropipet single dan Multichanel 5-50 ml atau 50-200 ml. Fintip Mikroshaker Bio Hazard Cabinet. Autoclave. Refrigerator 4C Sentrifuse Mikrohematokrit reader pH meter Magnetik stirrer Pipet pastur Elemeyer 250 ml Buket plastik untuk mengencerkan RBC, PBS, Antigen dan anti serum. Venojek dengan heparin. Microhematokrit tube dengan heparin Alumunium foil Pensil dan spidol Kertas label Tabung reaksi dengan tutup karet.

9

d. Cara Pengujian 1. Pembuatan larutan PBS pH 7,2 (stock PBS). Bahan - NaCl - KCl - Na2 HPO4 - KH2 PO4 : 8,0 gram : 0,2 gram : 1,15 gram : 0,2 gram

- Aquades : 1000 gram

Cara kerja Setelah semua bahan ditimbang kemudian tambah aquades dan larutan dengan menggunakan magnetic stirer,

selanjutnya seterilkan dengan autoclave suhu 120C selama 20 menit dan ukur pH dengan pH meter, jika terlalu asam tambahkan NaOH dan jika terlalu basa tambahkan HCl. Setelah dingin simpan dan tutup dengan alumunium foil pada suhu 4C.

2. Larutan Alsevier Bahan - Dextrose - Sodium Sitrat - Citric Acid - NaCl - Aquades Cara kerja Setelah semua bahan ditimbang Tambahkan Aquades 1000 gram Larutkan dengan magnetic stirer Sterilkan dengan autoclave pada suhu 120C selama 20 menit. : 20,5 gram : 8,0 gram : 0,55 gram : 4,2 gram :1000 gram

3. Pengambilan darah ayam dan pembuatan RBC 1% Pengambilan darah ayam Cara kerja Ambil ayam hidup dewasa, bentangkan sayap untuk mencari vena sayap. Bulu sekitar vena dicabut dan dibersihkan dengan alkohol.

10

Setelah jarum, handle dan venojack berisi heparin disiapkan maka melalui urat daging tusuk vena sayap untuk mendapat darah. Kemudian setelah darah ayam didapat volum venojack selanjutnya dengan hati-hati digoyang mengikuti angka 8 agar homogen.

Pembuatan RBC 1% Cara kerja Darah ayam yang telah diisi antikoagulan ditambah PBS ( 1-1/2 ml darah). Sentrifuse dengan kecepatan 1000-1500 rpm selama 10 menit. Selanjutnya plasma darah (bagian warna bening) dibuang dengan spuit. Pencucian dilakukan 3 kali. Endapan RBC dapat ditambah PBS ml dari yang didapat kemudian endapan dibuat suspensi 1 %. Dengan tabung mikrohematokrit yang berisi

antikoagulan suspensi RBC diambil duplo atau sepasang. Ujunya ditutup dengan plastisin atau dibakar kemudian di sentrifuse. Diukur PCV dengan mikrohematokrit reader. Untuk dapat persentase (%) PCV dengan memakai rumus : C1.V1=C2.V2 Misal : PCV duplo (sepasang) didapat 41% maka untuk memperoleh RBC 1% dilakukan pengambilan RBC 1 ml ditambah 40 ml PBS Kemudian dikocok perlahan sampai homogen. Selanjutnya RBC dapat diletakkan dalam botol elemeyer dan di tutup dengan aluminium foil. Untuk pemakaian lama selajutnya ditambah

Streptomycin 1 ml dan disimpan di rak dengan suhu 4C.

11

4. Uji hemaglutinasi (HA test) Cara kerja Sebanyak 0,025 ml PBS dimasukkan ke dalam setiap lubang mikroplate bentuk V (dari lubang A1-A12) Sebanyak 0,025 ml Antigen Virus AI (H5N1) dimasukkan kedalam mikroplate pertama (A1), kemudian dilakukan pengenceran serial kelipatan dua sampai dengan lubang A11 (dari lubang A1A11). Sebanyak 0,025 ml RBC 1% ditambahkan kedalam setiap lubang mikroplate (dari lubang A1-A12). Kemudian digoyang dengan shaker selama 30 menit, selanjutnya mikroplate di inkubasi pada ruang kamar 20C selama 40 menit. Penentuan uji hemaglutinasi (HA) dengan

memiringkan mikroplate dan melihat bentuk air mata dari RBC pada setiap lubang mikroplate. Pembacaan hasil Titer antigen AI dibaca pada pengenceran serial tertinggi yang m,emperlihatkan komplit aglutinasi (aglutinasi

sempurna) yang tidak ada bentuk air mata dari RBC ditetapkan sebagai 1 HA unit (1 HAU).

5. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test) Cara kerja Sebanyak 0,025 ml PBS dimasukkan kedalam setiap lubang-lubanmg mikroplate (dari lubang A1-A12). Sebanyak 0,025 ml sampel serum pada lubang A1 mikroplate, kemudian di lakukan pengenceran serial kelipatan 2 sampai dengan lubvang A10, dan serum kontrol ke dalam lubang A11 pertama. Sebanyak 0,025 ml 4 HAU antigen AI (H5N1) ditambahkan kedalam lubang pertama sampai dengan lubang ke-11 mikroplate, sedangkan lubang ke-12 ditambah PBS sebanyak 0,025 ml.

12

Kemudian digoyangkan dengan shaker selama 30 detik dan di inkubasi pada ruang kamar dengan suhu 20C selama 30 menit. Sebanyak 0,025 ml RBC 1% di tambahkan kedalam setiap lubang pada mikroplate. Kemudian digoyang selama 30 detik dan

diinkubasi pada ruang kamar dengan suhu 20C selama 40 menit.

Pembacaan hasil Titer HI diperlihatkan pada serum pengenceran tertinggi yang memberikan inhibisi sempurna pada antigen 4 HAU. Aglutinasi ditetapkan dengan cara memiringkan mikroplate dan hanya pada lubang-lubang yang memperlihatkan bentuk air mata yang sama dengan lubang kontrol ke-12 (yang m,engandung 0,025 ml RBC dan 0,025 ml PBS). Catatan : saat ini pengujian Avian influenza secara rapid test dengan produk biofarma untuk pengujian H1N5 dengan metode : 1. Ambil feses dari kloaka ayam/burung dengan cutton swab dan diaduk ke cairan reagen yang sudah 1 paket. 2. setelah 30 detik lalu diambil cairan dari kotoran yang sudah mengendap dan diteteskan 8 tetes ke alat test rapid test, ditunggu sampai ada hasil berupa strip merah di kontrol dan test,kalau ada satu strip di kontrol berarti negatif dan kalau dua strip berarti positif.

6.

Pengujian telur Cacing a. Tujuan nematode. b. Prinsip Kerja jenuh/garam jenuh c. Alat dan Bahan : telur nematode diapungkan dengan gula : Mendeteksi adanya dan menghitung jumlah cacing

13

-

Plastik Timbangan Saringan Beker Gelas Whithlock Chambet Pipet pastur Mikroskop Gula jenuh BJ 1,2 Feses segar atau dengan formalin 10%. Kertas Label Pensil Sendok plastic Sarung tangan.

d. Cara Pengujian 1. Ambil feses langsung dari sekum 10 gram dalam kantong plastic. 2. Fese diaduk, timbang 3 gram tambahkan gula jenuh sampai/mencapai volum 60 ml. 3. kemudian diaduk-aduk lalu disaring. 4. Filparat ditambung dan dengan pipet segera masukkan dalam kamar Whithlock. 5. Aduk lagi dan isi kamar iWhithlock yang lain sampai semua kamar terisi. 6. Siap diperiksa dibawah mikroskop, hitung jumlah telur terhitung dikalikan 40 (jumlah telur/gr).

7.

Pengujian Trypanosoma sp. Dan Mikrohematokrit a. Tujuan : Mendeteksi adanya Trypanosoma sp. :

b. Alat dan Bahan

Tabung mikrohematokrit Sentrifuse mikrohematokrit Plastisin mikroskop Darah segar Kapas alcohol sarung tangan Antikoagulan/EDTA

14

Spuit 3 cc Jarum dan handle. 1. Cara kerja a. Masukkan darah kedalam tabung mikrohematokrit yang mengandung antikoagulan. b. Tutup salah satu tabung dengan plastisin. c. Tabung disentrifuse dengan kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. d. Kemudian diperiksa dibawah mikroskop.

2.

Pembacaan Hasil Fokus mikroskop digerakkan naik turun pada daerah perbatasan antara lapisan buffy coat dan plasma darah. Kemungkinan yang terlihat ; Trypanosoma evansi,

Trypanosoma dheilesi, Mikrofilaria. Trypanosoma evansi o Ukuran relatif kecil o Gerakan gesit dan progresif (maju menyerang). Trypanosoma dheilesi o Ukuran relatif besar o Gerakan lambat dan statis (di tempat) Mikrofilaria o Ukuran besar sekali dan gerakan khas, gerakan larva cacing.

8. Pengujian otak anjing dengan FAT a. Fluorescent Antibody Tecknique (FAT) Prinsip : Prinsip dari uji ini adalah terbentuknya ikatan antara antigen (virus rabies) dengan spesifik antibodi virus rabies yang telah dikonjugasi dengan zat fluorescent sehingga tampak agregat yang berpendar hijau (fluorescensi) pada sampel yang diamati dengan menggunakan mikroskop fluorescen. Alat penting yang diperlukan : Laminar flow cabinet, Mikroskop fluoresensi. Larutan PBS pH 7,2 tanpa Ca2+ dan Mg2+, disimpan pada suhu 4C,

Reagensia dan bahan-bahan biologik : -

15

-

Aseton (high grade), Konjugat anti rabies FITC, Kontrol otak posoyif rabies, Kontrol otak negatif rabies.

Prosedur Uji : Specimen otak yang diawetkan dalam larutan gliserin dibilas dengan larutan penyangga steril (PBS pH 7,4) sebanyak 3 kali, lalu direndam selama 30 menit. Jika specimen otak segar (tanpa pengawetan) maka specimen tidak perlu dibilas terlebih dahulu. Buat preparat sentuh yang tipis atau preparat ulas tipis di atas 2 buah gelas objek yang telah dibersihkan sebelumnya dengan alcohol, biarkan beberapa saat dalam biohazard (selama 30 menit) agar mongering. Gelas objek tersebut kemudian di rendam dalam aceton dingin (20C) dalam freezer selama 60 menit untuk fiksasi preparat. Keringkan gelas objek tersebut dengan menaruhnya beberapa saat di biohazard (selama 30 menit) dan biarkan kena angin. Setelah gelas objek kering maka ditambahkan beberapa tetes larutan konjugat FITC yang telah diukur kemampuannya, biarkan gelas objek dalam incubator 37C selama 60 menit. Bilas gelas objek dengan larutan PBs pH 7,4 sebanyak 3 kali. Keringkan gelas objek, teteskan larutan mounting dan tutupi dengan gelas penutup (cover glass), selanjutnya gelas objek siap diperiksa di bawah mikroskop fluorescent. Reaksi posotif ditujukkan dengan warna hijau berpendar berlokasi pada sel otak. Pada setiap pengujian sertakan preparat otak positif dan negatif sebagai pembanding.

B.

Kegiatan Sterilisasi i. Tujuan : Agar peralatan laboratorium terjaga kebersihannya dan mampu memberikan jaminan atas keabsahan pengukuran. ii. Cara kerja Alat Gelas Baru Alat gelas baru pada umumnya masih bersifat alkalir sehingga perlu dinetralkan dengan merendamnya dalam larutan asam klorida 2 % selama 24 jam, kemudian dibilas dengan air sehingga bebas asam ( 3 kali) dan dengan air suling 3 kali. Keringkan peralatan

16

gelas yang sudah bersih, bila harus disterilkan lakukan sterilisasi dalam oven pada suhu dan waktu yang sesuai.

Alat Gelas Bekas Pakai 1. Alat gelas bekas pakai. Buang larutan dalam gelas dengan cara yang sesuai, bilas dengan air, rendam dalam larutan deterjen netral dalam waktu secukupnya, kemudian cuci, bilas dengan air hingga bersih, bilas dengan air suling, tiriskan. Bila perlu lakukan sterilisasi dengan cara yang sesuai.

2. Alat gelas bekas pakai yang tercemar mikroba Lakukan destruksi dalam autoclave pada suhu 121C selama 15-20 menit, biarkan hingga dingin. Untuk alat gelas berisi media agar yang telah didestruksi dan menjadi padat, buang terlebih dahulu media agar kedalam wadah khusus, rendam dalam larutan deterjen netral selama semalam. Satu persatu alat gelas dibersihkan dengan air mengalir. Bilas kembali dengan air suling dan tiriskan hingga kering. Sterilisasi dalam oven pada suhu dan waktu yang sesuai.

3. Alat gelas yang mengandung parafin atau lemak. Alat gelas yang mengandung parafin, vaselin atau berlemak dihilangkan terlebih dahulu kemudian direndam dalam larutan kalium bikarbonat 5% dalam asam sulfat pekat selama 1 malam, cuci seperti pada no.2.

4. Alat gelas tercemar mikroba patogen, virus dan toksin. Alat gelas yang tercemar setelah digunakan, rendam dalam larutan lisol atau desinfektan lain yang sesuai kemudian didestruksi dalam autoclave pada suhu 121C baru dicuci seperti pada no.2

5. Alat gelas satu kali pakai. Alat gelas satu kali pakai seperti jarum dan alat suntik setelah pemakaian didestruksi dalam autoclave sebelum dibuang.

C.

Pemeliharaan, Penanganan dan Penggunaan Alat Tujuan : agar peralatan laboratorium mampu memberikan jaminan atas keabsahan pengukurannya.

17

i.

Penanggungjawab alat laboratorium adalah semua personil yang menggunakan alat tersebut.

ii.

Seluruh alat laboratorium dirawat sesuai instruksi/petunjuk kerja dari pabrik.

iii. iv. v.

Semua alat laboratorium ditempatkan pada tempat yang sesuai. Alat timbangan diletakkan di atas meja yang tahan getar. Inventarisasi peralatan dan bahan laboratorium.

IV.

PELAPORAN Laporan Hasil Pengujian/pemeriksaan dilampirkan beserta sertifikat Kesehatan Hewan /Bahan Asla Hewan. Secara bulanan, laporan hasil uji laboratorium direkapitulasi dalam laporan Bulanan Intersepsi Penyakit Hewan (form B3). (Terlampir).

V.

RENCANA PROGRAM KERJA LABORATORIUM Rencana program kerja laboratorium dibuat sesuai dengan tupoksi Balai Karantina Hewan dan mengacu pada visi dan misi Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkalpinang. A. Tupoksi Laboratorium Berdasarkan Mentan Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian

No.22/Permentan/OT.140/4/2008 dan Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.150/Kpts/HK.030/L/3/2010: 1. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan Pembebasan Media Pembawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) hewan,bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan. 2. Pelaksanan pemantauan daerah sebar HPHK hewan,bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan 3. Pelaksanan pembuatan koleksi HPHK untuk hewan,bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan 4. Pengelolaan laboratorium karantina hewan berdasarkan klasifikasi laboratorium karantina hewan.

B. Visi : Menjadi garda terdepan terhadap masuknya Hama dan Penyakit Hewan di Prov. Kep. Bangka Belitung demi perlindungan sumber daya alam hayati melalui tindakan karantina yang profesional dan terpercaya. C. Misi :

18

1. Memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan pertanian di Bangka-Belitung melalui pencegahan, penolakan hama dan penyakit hewan dan pelayanan prima kepada masyarakat pengguna jasa. 2. Mewujudkan laboratorium karantina hewan yang terakreditasi. 3. membangun jaringan kerja dengan stakeholder.

D.

Tujuan 1. Meningkatkan kegiatan pengujian laboratorium BKP Kls II

Pangkalpinang, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana serta SDM yang ada secara profesional dan akuntabel. 2. Meningkatkan kualitas pengujian laboratorium BKP Kls II

Pangkalpinang menuju Standar Nasional dan Internasional.

E.

Sasaran 1. Terselenggaranya kegiatan pengujian laboratorium terhadap media Hama Penyakit Hewan Karantina secara optimal. 2. Terselenggaranya pengujian laboratorium menuju Standar Nasional dan Internasional. 3. Terwujudnya SDM laboratorium yang profesional dan akuntabel. 4. Termanfaatnya sarana dan prasarana laboratorium yang ada secara optimal.

F. Program 1. Optimalisasi pelaksanaan pengujian yang telah dilakukan. 2. Peningkatan jenis-jenis pengujian laboratorium terhadap komoditi yang dilalulintaskan di BKP kelas II Pangkalpinang. 3. Peningkatan jaringan kerja teknis laboratorium veteriner. 4. Peningkatan kualitas SDM dalam mengelola laboratorium. 5. Persiapan proses akreditasi laboratorium. 6. Optimalisasi administrasi dan data laboratorium.

G. Kegiatan 1. Mengoptimalkan pelaksanaan pengujian rutin mikroskopis preparat ulas darah terhadap komoditi sapi bibit dan potong. 2. Mengoptimalkan pengujian Rose Bengal Test terhadap komoditi sapi bibit. 3. Mengoptimalkan pelaksanaan pengujian rutin organoleptik, pH dan pembusukan terhadap komoditi daging.

19

4. Mengoptimalkan uji cemaran mikroba TPC dan E.coli terhadap komoditi daging. 5. Mengoptimalkan uji HA/HI dan rapid test terhadap serum DOC dan unggas. 6. Identifikasi adanya formalin dalam bahan asal hewan, dan hasil bahan asal hewan. 7. Mengoptimalkan pemeriksaan telur cacing. 8. Membuat koleksi HPHK hewan,bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan 9. Melaksanakan pemantauan daerah sebar HPHK hewan,bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan. 10. Melaksanakan surveillance bersama laboratorium veteriner terkait. 11. Mendatangkan ahli diagnosa dan analis laboratorium veteriner sebagai bentuk dukungan teknis dalam mengoptimalkan kemampuan SDM untuk diagnosa laboratorium, pengujian dan mengelola/mengoprasikan alat dan bahan laboratorium. 12. Melaksanakan magang di laboratorium veteriner terakreditasi. 13. Mengoptimalkan proses administrasi laboratorium. 14. Membuat data hasil pengujian laboratorium. 15. Mengoptimalkan pelaksanaan manajemen mutu laboratorium. 16. Menyiapkan standarisasi metode dan alat laboratorium. 17. Mengoptimalkan pembuatan koleksi HPHK hewan,bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan

VI. A.

PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN MASALAH Permasalahan 1. Masih belum optimalnya kualitas dan kuantitas SDM laboratorium. 2. Belum optimalnya penggunaan alat laboratorium yang dikirim dari pusat tidak lengkap. 3. Belum optimalnya administrasi dan data laboratorium.

B.

Penyelesaian Masalah 1. meningklatkan frekuensi pelatihanSDM baik tehnis maupun non tehnis pengelolaan laboratorium dalam bentuk dukungan teknis ataupun magang di laboratorium veteriner yang terakreditasi. 2. Penambahan jumlah SDM laboratorium yang berkualitas pendidikan laboratorium.

20

3. Dapat kiranya BBUS mensosialisasikan panduan uji dan pelaporan laboratorium kepada setiap UPT dan memberiikan pembinaan ke UPT dan dukungan teknis laboratorium.

VII.

PENUTUP Laboratorium juga telah dilengkapi sarana dan prasarana seperti bangunan, penyekatan ruang bakteriologi, virology, parasitologi, patologi dan klinik hewan. Selain itu dilengkapi dengan meubelair, penambahan daya listrik menjadi 4.400 watt, computer dan alat serta bahan laboratorium. Dengan keterbatasan yang dimiliki laboratorium tetap berupaya meningkatkan kualitas pengujian maupun SDM nya untuk mendukung upaya tindakan karantina hewan pada Balai Karantina Pertanian kelas II Pangkalpinang. Namun demikian untuk mengatasi kendala dan permasalahan yang ada untuk mencapai keberhasilan tersebut diperlukan kerjasama, kedisiplinan dan komitmen yang kuat antar berbagai pihak. Pada akhirnya nanti tupoksi karantina hewan dalam mencegah dan menolak masuk dan menyebarnya hama dan penyakit hewan yang dilalulintaskan dapat diselenggarakan dengan profesional dan terpercaya.

21