kk ppd 2015 lembean hipertensi(1)

39
BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN 1.1 Data Demografi Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Lembean, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Lembean masuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Kintamani I. Desa Lembean memiliki sekitar 195 KK. Sebagian besar warganya bekerja sebagai petani. Jeruk merupakan hasil pertanian yang dominan di wilayah ini. 1.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura Keluarga I Wayan Sura terdiri dari suami, istri, dan anak laki-laki yang sudah berkeluarga yang tinggal di sebelah rumahnya. Keluarga ini beragama Hindu. Pengambilan keputusan berada di tangan KK yaitu Bapak I Wayan Sura di dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Sura No. Nama Status Umur (tahu n) Pendidika n Pekerja an 1 I Wayan Sura Kepala Keluarga 80 SD Petani 2 Ni Wayan Simpir Istri KK 75 SD Petani 3 I Wayan Sena Anak KK 43 SMP Buruh Banguna 1

Upload: artha-wiguna-sanjaya

Post on 04-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cc

TRANSCRIPT

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1 Data Demografi

Keluarga binaan bertempat tinggal di Desa Lembean, Kecamatan Kintamani,

Kabupaten Bangli. Desa Lembean masuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas

Kintamani I. Desa Lembean memiliki sekitar 195 KK. Sebagian besar warganya

bekerja sebagai petani. Jeruk merupakan hasil pertanian yang dominan di wilayah

ini.

1.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura

Keluarga I Wayan Sura terdiri dari suami, istri, dan anak laki-laki yang sudah

berkeluarga yang tinggal di sebelah rumahnya. Keluarga ini beragama Hindu.

Pengambilan keputusan berada di tangan KK yaitu Bapak I Wayan Sura di dalam

kehidupan sehari-hari.

Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Sura

No. Nama StatusUmur

(tahun)Pendidikan Pekerjaan

1 I Wayan SuraKepala

Keluarga80 SD Petani

2 Ni Wayan Simpir Istri KK 75 SD Petani

3 I Wayan Sena Anak KK 43 SMPBuruh

Bangunan

4 Made Seneng Anak KK 40 SD Pedagang

1

Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Wayan Sura

1. I Wayan Sura – KK

2. Ni Wayan Simpir – Istri KK

3. I Wayan Sena – Anak KK

4. Made Seneng – Anak KK

1.1.2 Keluarga Bapak I Made Genep

Keluarga I Made Genep terdiri dari dirinya sendiri sebagai KK, istri, dan anak laki-

laki. Mereka bertiga tinggal dalam satu rumah. Keluarga ini beragama Hindu.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, yakni

Bapak I Made Genep.

Tabel 2. Susunan Keluarga I Made Genep

No Nama JK Umur PendidikanHubungan dgn KK

Pekerjaan

1 I Made Genep L 42 th SMP KK Buruh Tani

2 Ni Made Tampi P 40 thTamatan

kelas 5 SDIstri Buruh Tani

3 Wayan Budiasih P22

tahunSMP Anak

Ibu Rumah Tangga

4 Kadek Suarjaya L16

tahunSMP Anak Buruh Tani

2

Gambar 2. Sistem Kekerabatan I Made Genep

1. I Made Genep – KK

2. Ni Made Tampi – Istri KK

3. Wayan Budiasih – Anak KK

4. Kadek Suarjaya – Anak KK

1.1.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel

Keluarga I Ketut Mondel terdiri dari dirinya, istri, dan anak yang sudah berkeluarga.

Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan

keputusan berada di tangan KK, yakni Bapak I Ketut Mondel.

Tabel 3. Susunan Keluarga I Ketut Mondel

No Nama JK UmurPendidik

anHubungan dgn KK

Pekerjaan

1 I Ketut Mondel L 50Tidak

tamat SDKK Petani

2 Wayan Karma P 45 Tidak

bersekolahIstri KK Petani

3 Wayan Ordi L 35Tidak

tamat SDAnak KK Petani

3

Gambar 3. Sistem Kekerabatan I Ketut Mondel

1. I Ketut Mondel – KK

2. Wayan Karma – Istri KK

3. Wayan Ordi – Anak KK

1.2 Status Sosial Ekonomi dan Kondisi Tempat Tinggal

1.2.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura

Keluarga Bapak I Wayan Sura tinggal dalam satu rumah seluas 1 are dan berlokasi

satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding rumah

keluarga Bapak I Wayan Sura terbuat dari kayu, tanpa lapisan semen dan tidak

bercat. Lantai rumah juga terbuat dari campuran pasir dan semen, nampak kotor dan

berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes yang kondisi nya sudah mulai usang. Dalam

rumah tersebut terdapat 2 ruangan dimana 1 ruangan difungsikan sebagai dapur.

Ruangan pertama difungsikan sebagai ruang keluarga sekaligus tempat tidur tanpa

ventilasi. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil. Ruangan

tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik.

Ruangan kedua, yakni ruangan yang lebih kecil difungsikan sebagai dapur. Anak

beliau beserta istri dan anak laki-lakinya tidur di dapur Bapak I Wayan Sura.

Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman

depan rumah terbuat dari tanah yang kerap menjadi becek ketika terjadi hujan.

Keluarga Bapak I Wayan Sura termasuk keluarga dengan ekonomi lemah. Sehari-

hari, Bapak I Wayan Sura bekerja sebagai petani yang menggarap kebun jeruk milik

pribadi bersama sang istri seluas 25 are dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp.

1.500.000,00. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I Wayan Sura

mengandalkan sumbangan beras miskin (raskin) yang didapatkan di Dusun

4

Lembean sebesar 15 kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk, Bapak I Wayan Sura

membeli sayur-sayuran dan tahu tempe rata-rata Rp. 10.000,00 per harinya.

Keluarga Bapak I Wayan Sura mengeluarkan biaya untuk air yang dibeli per ember

Rp. 1.000,00 dan listrik Rp. 20.000,00 per bulan. Bapak I Wayan Sura juga tidak

mengeluarkan biaya untuk peralatan MCK, sebab keluarga Bapak I Wayan Sura

tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehingga aktivitas MCK dilakukan

di pondok terdekat. Setiap bulan Bapak I Wayan Sura membayar urunan

(sumbangan wajib sebagai warga desa adat) ke Pura Desa ± Rp. 50.000,00. Untuk

keperluan berobat, Bapak I Wayan Sura mendapatkan obat dari bidan di puskesdes,

dan mengeluarkan biaya kira-kira Rp. 15.000,00-30.000,00 sekali berobat. Keluarga

ini memiliki 1 buah televisi dan perkebunan jeruk seluas 25 are.

1.2.2 Keluarga Bapak I Made Genep

Keluarga Bapak I Made Genep tinggal dalam satu rumah seluas 0,5 are yang

berlokasi satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding

rumah keluarga Bapak I Made Genep terbuat dari kayu, tanpa lapisan semen dan

tidak bercat. Lantai rumah keluarga ini terbuat dari campuran pasir dan semen,

nampak kotor dan berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes dengan kondisi yang

sudah mulai usang. Dalam rumah tersebut terdapat 2 ruangan tanpa ventilasi dimana

1 ruangan difungsikan sebagai dapur sekaligus ruang keluarga dan 1 ruangan lagi

untuk tempat tidur. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil.

Ruangan tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang

kurang baik. Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat.

Halaman depan rumah terbuat dari tanah.

Bapak I Made Genep sehari-hari bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan Rp.

50.000,00 per hari, sedangkan istrinya Made Tampi diupah Rp. 40.000,00 per hari.

Rata-rata setiap bulan Bapak I Made Genep bisa mengumpulkan pendapatan sebesar

Rp. 2.500.000,00 - Rp. 2.700.000,00. Dan untuk penghasilan tambahan seperti

panen jeruk menghasilkan Rp. 1.000.000,00/tahun. Keluarga ini menerima bantuan

beras miskin (raskin) sebesar 30 kg/bulan. Untuk biaya listrik Bapak I Made Genep

menghabiskan sekitar Rp. 40.000,00/4 bulan, sedangkan untuk air menghabiskan

Rp. 5.000,00/bulan, akan tetapi untuk keperluan memasak menghabiskan sebesar

5

Rp. 500,00/ember. Keluarga ini tidak memiliki kepemilikan barang berharga.

Keluarga ini hanya memiliki lahan pondok milik mertua seluas ± 30 are yang

dimanfaatkan untuk perkebunan jeruk, labu siam, dan ternak sapi 2 ekor milik

pemerintah jika sapi-sapi tersebut sudah beranak nanti salah satu anak sapi tersebut

berhak menjadi milik Bapak I Made Genep, selain itu Bapak I Made Genep juga

memiliki 6 ekor ayam milik pribadi yang dipelihara.

1.2.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel

Keluarga Bapak I Ketut Mondel tinggal dalam satu rumah seluas 1,5 are. Dinding

rumah keluarga Bapak I Ketut Mondel terbuat dari batako, tanpa lapisan semen dan

tidak bercat. Lantai rumah keluarga ini terbuat dari campuran pasir dan semen, kotor

dan berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes dengan kondisi yang masih layak.

Dalam rumah tersebut terdapat 2 ruangan tanpa ventilasi dimana 1 ruangan

difungsikan sebagai dapur sekaligus tempat tidur dan 1 ruangan lagi untuk tempat

tidur anak dan keluarganya. Penerangan di rumah keluarga ini berasal dari lampu

pijar dengan watt yang kecil. Ruangan tersebut gelap dan lembab akibat

pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik. Keluarga ini belum memiliki

fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman depan rumah terbuat dari tanah.

Bapak I Ketut Mondel bekerja sebagai petani yang dibantu oleh istri dan anaknya

dengan penghasilan yang tidak menetap. Dalam sebulan, Bapak I Ketut Mondel

dapat mengumpulkan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 1.200.000,00 – Rp.

1.500.000,00. Setiap bulan, keluarga Bapak I Ketut Mondel mendapatkan

sumbangan beras miskin (raskin) sebesar 15 kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk

seperti sayur, tahu, dan tempe, Bapak I Ketut Mondel biasa membeli di pasar atau

warung terdekat. Keluarga ini mengeluarkan biaya per bulan untuk membayar listrik

sebesar Rp. 50.000,00 per 4 bulan dan membeli air Rp. 1.000,00 per ember.

Sewaktu-waktu, Bapak I Ketut Mondel juga membayar urunan desa, rata-rata

sebesar Rp.50.000,00 setiap kali membayar. Keluarga ini tidak memiliki barang

berharga seperti televisi, radio, dan sepeda motor. Namun, keluarga ini memiliki

perkebunan jeruk seluas 15 are dan ternak sapi 2 ekor.

6

1.3 Rumusan Masalah Masing – Masing Keluarga Binaan

1.3.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura

Berdasarkan hasil peneluSuran dalam keluarga Bapak I Wayan Sura, terdapat

beberapa masalah kesehatan. Bapak I Wayan Sura tidak memiliki riwayat penyakit

kronis berat yang membutuhkan pengobatan lama dan menimbulkan kecacatan.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Bapak I Wayan Sura mengatakan pernah

memeriksakan diri ke puskesdes karena sakit kepala, kelelahan, dan merasa berat di

daerah kepala. Bidan di puskesdes memeriksa tekanan darah beliau dan mengatakan

beliau memiliki tekanan darah tinggi dan diberikan obat penurun tekanan darah. Istri

Bapak I Wayan Sura mengalami batuk dan pilek beberapa bulan terakhir. Hal ini

dikatakan sudah biasa terjadi karena perubahan cuaca yang terjadi. Keluarga Bapak

I Wayan Sura telah memiliki tanggungan JKBM.

Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Wayan Sura masih tergolong

kurang. Keluarga ini belum menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun.

Bapak I Wayan Sura hanya mencuci tangan ketika merasa tangan beliau kotor.

Bapak I Wayan Sura juga tidak memiliki kebiasaan menggosok gigi secara teratur.

Mengingat keterbatasan sarana MCK, Bapak I Wayan Sura dan istrinya melakukan

aktivitas mandi dan BAK/BAB di pondok tempat perkebunan yang dimiliki. Untuk

mencuci pakaian, biasanya dilakukan 3-4x seminggu menggunakan deterjen di air

pancoran di desa. Tempat tidur yang digunakan juga jarang dibersihkan sehingga

terlihat kotor dan berantakan. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan

air sebelum dimasak. Air minum biasanya dimasak terlebih dahulu. Menu makanan

sehari-hari sering kali hanya berupa nasi dan sayur.

1.3.2 Keluarga Bapak I Made Genep

Keluarga Bapak I Made Genep tidak memiliki riwayat penyakit kronis berat yang

membutuhkan pengobatan lama dan menimbulkan kecacatan berdasarkan hasil

kunjungan. Namun, Bapak I Made Genep mengeluh nyeri pada pinggang akibat

jatuh dari sepeda motor 6 bulan yang lalu. Beliau juga mengeluh pusing-pusing dan

sakit pada bagian kepala belakang terutama saat kelelahan. Kadang-kadang, Bapak I

Made Genep juga sering mengeluh pegal-pegal di seluruh badan. Ibu Ni Made

7

Tampi mengeluh pusing ketika bangun tidur dan terkadang nyeri pada ulu hati

ketika beliau terlambat makan Jika sakit, keluarga ini berobat ke puskesdes yang

lokasinya cukup dekat dengan tempat tinggal mereka. Keluarga ini jarang berobat ke

rumah sakit terdekat. Keluarga ini telah memiliki tanggungan JKBM.

Perilaku hidup dan sehat keluarga Bapak I Made Genep tergolong masih kurang.

Anggota keluarga sudah memiliki kebiasaan sikat gigi setiap hari namun tidak

teratur. Keluarga ini biasa mandi 1 kali setiap harinya dikarenakan cuaca yang

sangat dingin beberapa bulan terakhir. Cuci tangan biasa dilakukan hanya setelah

makan dengan tangan, maupun ketika tangan dirasakan kotor. Cuci tangan yang

dilakukan hanya seadanya yaitu hanya dengan air tanpa sabun. Untuk mencuci

pakaian biasanya dilakukan 2-3 kali seminggu di air pancoran desa. Mengingat

keluarga ini belum memiliki sarana jamban sehat, aktivitas BAB dilakukan di

kebun. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak.

Menu makanan sehari-hari jarang mengkonsumsi daging karena keterbatasan biaya.

Menu sehari-hari hanya berupa nasi dan sayur-sayuran, terkadang disertai tahu dan

tempe. Keluarga Bapak I Made Genep biasanya memasak air untuk diminum

terlebih dahulu sebelum diminum.

1.3.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel

Keluarga Bapak I Ketut Mondel tidak memiliki permasalahan yang berat di bidang

kesehatan dari hasil kunjungan yang dilakukan. Keluarga Bapak I Ketut Mondel

tidak memiliki riwayat penyakit kronis berat yang membutuhkan pengobatan lama

dan menimbulkan kecacatan. Bapak I Ketut Mondel beserta istrinya mengeluhkan

nyeri pada perut beberapa bulan terakhir. Keluhan disertai nyeri pada ulu hati

disertai mual-mual. Keluhan ini timbul ketika beliau terlambat untuk makan. Anak

Bapak I Ketut Mondel dan keluarganya tidak mengalami sakit yang berat, namun

beberapa bulan ini hanya mengeluhkan flu dan batuk akibat perubahan cuaca.

Keluarga ini memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur. Jika sakit, mereka

terkadang hanya beristirahat di rumah atau pergi mencari pengobatan ke bidan di

Dusun Lembean. Keluarga ini telah memiliki tanggungan JKBM.

8

Perilaku hidup sehat keluarga Bapak I Ketut Mondel belum tergolong baik.

Keluarga ini belum memiliki kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar. Cuci

tangan yang dilakukan hanya sebatas mencuci menggunakan air mengalir tanpa

menggunakan sabun. Keluarga ini memiliki kebiasaan mandi 1-2 kali sehari di

pondok maupun di air pancoran desa. Kebiasaan menggosok gigi yang baik dan

benar belum teratur dilakukan oleh keluarga Bapak I Ketut Mondel. Keluarga ini

tidak mempunyai kamar mandi dan jamban untuk mandi, BAK maupun BAB.

Biasanya melakukan BAB maupun BAK di ladang tempat bekerja. Untuk mencuci

pakaian biasanya dilakukan 2-3x seminggu menggunakan deterjen. Untuk memasak,

bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum biasanya

dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sering kali hanya berupa nasi, sayur, dan

kacang-kacangan. Keluarga ini sangat jarang mengkonsumsi daging.

9

BAB II

KEGIATAN DAN HASIL PEMBINAAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga

2.1.1 Keluarga Bapak I Wayan Sura

No. Tanggal Kegiatan

1. 4 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan

2. 5 Agustus 2015 Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku

hidup sehat

- Hipertensi Grade II pada Bapak I Wayan

Sura.

- Tingkat penerapan PHBS yang sangat

kurang pada Bapak I Wayan Sura

3. 7 Agustus 2015 - Promosi kesehatan tentang hipertensi

- Promosi kesehatan tentang bahaya merokok

4. 9 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya penerapan

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meliputi

praktek bersama cara cuci tangan pakai sabun,

cara menggosok gigi dengan benar

5. 11 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai gaya hidup sehat

untuk mencegah hipertensi dan mengendalikan

penyakit hipertensi.

6. 13 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pentingnya

penerapan PHBS untuk pencegahan penyakit

diare.

7. 15 Agustus 2015 Pemberian obat-obatan, alat-alat MCK, bahan

pangan, dan tanaman obat keluarga (TOGA)

kepada keluarga Bapak I Wayan Sura.

Partisipasi keluarga bapak I Wayan Sura saat dilakukan promosi kesehatan

cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan penyuluhan, Bapak I

Wayan Sura menyimak dengan antusias dan mengajukan beberapa pertanyaan.

10

2.1.2 Keluarga Bapak I Made Genep

No. Tanggal Kegiatan

1. 6 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan

2. 8 Agustus 2015 Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku

hidup sehat.

- Hipertensi Grade I pada Bapak I Made

Genep

- Gastritis pada Ibu Ni Made Tampi

- Tingkat penerapan PHBS yang masih

kurang pada keluarga Bapak I Made Genep

3. 12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang hipertensi

4. 15 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci

tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan

benar dan pentingnya nutrisi seimbang

5. 17 Agustus 2015 Promosi kesehatan dengan praktik cuci tangan

yang baik dan benar, gosok gigi yang baik dan

benar.

6. 21 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pencegahan

hipertensi

7. 22 Agustus 2015 Pemberian obat-obatan, bahan pangan, dan

tanaman obat keluarga (TOGA) kepada keluarga

Bapak I Made Genep

Partisipasi keluarga Bapak I Made Genep saat dilakukan promosi kesehatan

cukup antusias. Keluarga Bapak I Made Genep menyimak pemaparan materi

penyuluhan mengenai PHBS dan pencegahan hipertensi dengan seksama. Bapak I Made

Genep dan Ibu Ni Made Tampi aktif bertanya dan berdiskusi mengenai hipertensi dan

meminta solusi mengenai penyakit yang dialami oleh Bapak I Made Genep.

2.1.3 Keluarga Bapak I Ketut Mondel

11

No. Tanggal Kegiatan

1. 10 Agustus 2015 Perkenalan dengan keluarga binaan

2. 13 Agustus 2015 Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku

hidup sehat

- Gastritis pada Bapak I Ketut Mondel

- ISPA pada Wayan Ordi

- Tingkat penerapan PHBS yang masih kurang

pada keluarga Bapak I Ketut Mondel

3. 14 Agustus 2015 - Promosi kesehatan mengenai gastritis

- Promosi kesehatan mengenai ISPA

4. 16 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) meliputi praktek bersama cara cuci

tangan pakai sabun, cara menggosok gigi dengan

benar dan pentingnya nutrisi seimbang

5. 18 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pencegahan

gastritis

6. 20 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pencegahan untuk

penyakit diare akibat PHBS yang kurang

7. 23 Agustus 2015 Pemberian obat-obatan, bahan pangan, dan

tanaman obat keluarga (TOGA) kepada keluarga

Bapak I Ketut Mondel

Partisipasi keluarga Bapak I Ketut Mondel saat dilakukan promosi kesehatan

cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi kesehatan

mengenai pentingnya penerapan PHBS, penyakit gastritis dan infeksi saluran pernafasan

atas (ISPA) Bapak I Ketut Mondel bersama sang istri, Wayan Karma cukup aktif

berdiskusi dan mengajukan pertanyaan.

2.2 Hasil Pembinaan pada Keluarga Binaan

2.2.1 Keluarga I Wayan Sura

Selama kegiatan pemberian promosi kesehatan oleh mahasiswa PPD ke-74, Bapak I

Wayan Sura dan keluarga cukup antusias menerima edukasi. Promosi kesehatan

12

yang diberikan meliputi penyakit hipertensi mendapat tanggapan yang sangat baik.

Setelah diberikan edukasi hipertensi mengenai arti dari penyakit tersebut, faktor

risiko, komplikasi, dan tata cara pencegahan. Keluarga ini sudah mulai menghindari

faktor-faktor risiko yang memperberat hipertensi seperti mengurangi kebiasaan

merokok dan minum kopi yang berlebihan seperti yang biasa dilakukan oleh Bapak

I Wayan Sura. Beliau memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus yang habis dalam 1-2

hari, namun setelah diberikan edukasi mengenai apa saja bahaya dari merokok,

maka kebiasaan merokok beliau berkurang menjadi 1 bungkus habis dalam 3-4 hari.

Kebiasaan minum kopi di dalam keluarga ini cukup tinggi tiap harinya yaitu 7-8

gelas, namun setelah diberikan edukasi kebiasaan minum kopi menjadi 5 gelas per

hari. Kedua hal ini susah untuk dikurangi secara signifikan karena kebiasaan yang

sudah lama dijalani di dalam kehidupan mereka sehari – hari. Bapak I Wayan Sura

mulai mengontrol tekanan darahnya ke bidan di puskesdes secara rutin untuk

mengobati hipertensinya setelah diberikan edukasi mengenai bahaya hipertensi yang

berkelanjutan. Pengobatan yang dilakukan menggunakan jaminan kesehatan yang

dimiliki berupa JKBM sehingga beliau tidak dipungut biaya. Kegiatan untuk

mengkontrol tekanan darah ini diharapkan rutin dilakukan hingga tekanan darah

beliau stabil.

Secara umum, telah terjadi peningkatan pengetahuan mengenai akan pentingnya

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam keluarga Bapak I

Wayan Sura. Promosi kesehatan yang dilakukan meliputi cara mencuci tangan

dengan sabun dan air mengalir, menggosok gigi dengan baik dan benar, serta

kebersihan diri dan lingkungan, cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari

keluarga Bapak I Wayan Sura. Setelah mendapatkan edukasi, Bapak I Wayan Sura

telah merubah kebiasaannya yakni kegiatan menyikat gigi yang sebelumnya hanya

dilakukan sangat jarang menjadi 2 kali sehari pada saat mandi pagi dan sore hari.

Kebiasaan cuci tangan yang sebelumnya dilakukan hanya saat tangan terlihat kotor

maupun setelah makan yang hanya menggunakan air seadanya, saat ini sudah

menggunakan sabun dan air mengalir yang dilakukan saat sebelum dan setelah

makan, serta sesudah buang air besar (BAB) maupun buang air kecil (BAK). BAB

dan BAK dilakukan di lading tempat bekerja karena ladangnya berada agak jauh

dari pemukiman. Oleh karena itu, kurang memungkinkan untuk mereka meminjam

13

jamban ke orang lain. Pakaian yang digunakan diganti setiap hari. Bahan makanan

yang akan digunakan untuk memasak dicuci terlebih dahulu dengan air dan air yang

akan diminum dimasak terlebih dahulu. Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi

lebih beraneka ragam, seperti nasi, sayur, dan terkadang berisi sumber protein dari

kacang-kacangan, tahu dan tempe.

2.2.2 Keluarga I Made Genep

Keluarga Bapak I Made Genep menunjukkan sikap yang cukup antusias selama

pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan selama kegiatan PPD ke-74. Keluarga ini

telah menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai promosi kesehatan yang

diberikan yaitu penyakit hipertensi dan gastritis. Promosi kesehatan mengenai

hipertensi sudah ditanggapi dengan baik dimana Bapak I Made Genep dengan

mengurangi faktor-faktor risikonya seperti merokok dan minum kopi. Bapak I Made

Genep sudahn menggunakan jaminan kesehatan yang dimiliki yaitu JKBM untuk

mengkontrol tekanan darahnya. Ibu Ni Made Tampi sudah bisa mengkontrol jadwal

makan sehari-harinya supaya tidak menyebabkan maagnya kambuh. Ibu Ni Made

Tampi juga mengkontrol jadwal makan dan jenis makanan yang di konsumsi tiap

harinya untuk semua keluarganya supaya tidak menderita maag seperti dirinya. Saat

ini nyeri ulu hati yang diderita ibu Ni Made Tampi sudah jarang kambuh.

Promosi kesehatan PHBS dilakukan pada semua anggota keluarga I Made Genep

dan berdampak pada perubahan pola hidup bersih dan sehat dari keluarga ini.

Setelah diberikan edukasi pada keluarga binaan Bapak I Made Genep, kegiatan

mandi yang sebelumnya dilakukan sebanyak 1 kali sehari saat ini telah dilakukan 1-

2 kali sehari. Kegiatan menggosok gigi yang sudah biasa dilakukan namun tidak

teratur, sudah dilakukan secara teratur setiap harinya minimal sekali dalam sehari.

Pakaian yang digunakan selalu diganti setiap hari minimal 1 kali. Kegiatan mencuci

tangan dilakukan dengan menggunakan sabun dan air mengalir yang dilakukan

sebelum dan sesudah makan, setelah BAB/BAK, maupun sebelum menyiapkan

makanan. Penerapan nutrisi seimbang juga sudah dimulai di keluarga ini dimana

sudah mengkonsumsi makanan yang lebih beraneka ragam terutama sumber protein

nabati seperti kacang-kacangan, tahu, dan tempe.

14

2.2.3 Keluarga I Ketut Mondel

Keluarga Bapak I Ketut Mondel menunjukkan sikap yang cukup antusias menerima

promosi kesehatan yang diberikan oleh mahasiswa PPD ke-74. Peningkatan

pengetahuan telah terlihat di keluarga ini mencakup penerapan pola hidup bersih

dan sehat (PHBS) yang telah ditanggapi dengan baik. Keluarga ini sudah

menerapkan kebiasaan mencuci tangan dan menggosok gigi yang baik dan benar

yang dilakukan secara teratur, serta asupan nutrisi seimbang di kehidupan sehari-

harinya. Keluarga ini sudah membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir setiap sebelum dan sesudah makan, dan setelah BAB maupun BAK.

Keluarga ini juga sudah menerapkan mandi secara teratur dengan air bersih minimal

sekali sehari. Bahan makanan yang digunakan untuk memasak sudah dicuci

menggunakan air sebelum dimasak. Air minum sudah dimasak terlebih dahulu

sebelum diminum. Asupan nutrisi sudah beragam baik sumber karbohidrat, protein,

dan lemak. Keluarga ini juga sudah BAB di jamban milik keluarga maupun tetangga

yang tinggal satu pekarangan dengan mereka.

15

BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA

BAB III

PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN (KASUS)

3.1 Latar Belakang Kasus

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling

tidak dalam tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dikatakan menderita

hipertensi apabila tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan

diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2. Penyebab hipertensi digolongkan

menjadi 2 yaitu hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Sebagian besar etiologi

dari kasus hipertensi masih belum jelas. Faktor risiko terjadinya hipertensi dapat

dibagi menjadi 2 macam yaitu faktor risiko yang dapat diubah seperti kebiasaan

konsumsi garam yang berlebihan, obesitas, kurang berolahraga, merokok, konsumsi

minuman beralkohol, kondisi medis lainnya seperti diabetes mellitus, penyakit

ginjal, dan lain-lain, dan konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain

umur, riwayat keluarga hipertensi, dan jenis kelamin.

Berdasarkan atas uraian di atas, maka penulis akan membahas kasus hipertensi pada

penderita ini.

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : I Wayan Sura

Umur : 80 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Riwayat keluarga : Ibu kandung

16

3.1.2 Riwayat Penyakit

Melalui autoanamnesis dengan Bapak I Wayan Sura, pasien mengatakan sering

mengeluhkan sakit kepala. Keluhan ini muncul sejak 2 tahun yang lalu yang

dirasakan seperti ditaruh beban di leher dan kepala seperti diikat. Sakit kepala ini

bisa muncul 3-4 kali dalam seminggu. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami

sakit kepala sesering ini sebelumnya, namun 2 tahun terakhir ini sakit kepala ini

sering muncul hingga sekarang. Sakit kepala ini dikatakan memberat ketika sedang

bekerja di kebun atau memikirkan banyak hal, dan keluhan ini menjadi lebih ringan

ketika pasien beristirahat. Keluhan seperti pusing berputar, mimisan, kelumpuhan,

dan sering pingsan disangkal oleh pasien.

Bapak I Wayan Sura mengatakan dirinya tidak pernah mengalami keluhan seperti

ini sebelumnya. Baru 2 tahun yang lalu keluhan sakit kepala ini sering muncul dan

memeriksakan diri ke bidan desa yang dikatakan bahwa tekanan darahnya 140/90

mmHg. Setelah itu Bapak I Wayan Sura memeriksakan diri setiap bulan atau jika

keluhan sakit kepalanya muncul lagi. Riwayat penyakit saraf dan ginjal disangkal.

Riwayat penyakit kencing manis disangkal oleh Bapak I Wayan Sura.

Bapak I Wayan Sura mengatakan ibu kandungnya juga mengalami keluhan yang

sama dengan dirinya, namun sudah meninggal ±10 tahun yang lalu. Bapak I Wayan

Sura memiliki kebiasaan untuk merokok 1 bungkus yang habis dalam 1-2 hari.

Bapak I Wayan Sura juga mengatakan dirinya sering mengkonsumsi kopi yaitu 7-8

gelas per hari. Bapak I Wayan Sura adalah seorang petani jeruk.

Melalui pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit ringan, TD

150/90 mmHg, TB 158cm, BB 45 kg, lingkar lengan atas (LILA) 155 mm.

3.2 Analisis Situasi Keluarga Kasus

3.2.1 Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Kasus

Keluarga Bapak I Wayan Sura tinggal dalam satu rumah seluas 1 are dan berlokasi

satu pekarangan dengan rumah keluarga saudara-saudaranya. Dinding rumah

keluarga Bapak I Wayan Sura terbuat dari kayu, tanpa lapisan semen dan tidak

17

bercat. Lantai rumah juga terbuat dari campuran pasir dan semen, nampak kotor dan

berdebu. Atap rumah terbuat dari asbes yang kondisi nya sudah mulai usang. Dalam

rumah tersebut terdapat 2 ruangan dimana 1 ruangan difungsikan sebagai dapur.

Ruangan pertama difungsikan sebagai ruang keluarga sekaligus tempat tidur tanpa

ventilasi. Penerangan berasal dari lampu pijar dengan watt yang kecil. Ruangan

tersebut gelap dan lembab akibat pencahayaan dan sirkulasi udara yang kurang baik.

Ruangan kedua, yakni ruangan yang lebih kecil difungsikan sebagai dapur. Anak

beliau beserta istri dan anak laki-lakinya tidur di dapur Bapak I Wayan Sura.

Keluarga ini belum memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehat. Halaman

depan rumah terbuat dari tanah yang kerap menjadi becek ketika terjadi hujan.

3.2.2 Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Kasus

Keluarga Bapak I Wayan Sura termasuk keluarga dengan ekonomi lemah. Sehari-

hari, Bapak I Wayan Sura bekerja sebagai petani yang menggarap kebun jeruk milik

pribadi bersama sang istri dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp. 1.500.000,00.

Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Bapak I Wayan Sura mengandalkan

sumbangan beras miskin (raskin) yang didapatkan di Dusun Lembean sebesar 15

kg/bulan. Untuk keperluan lauk-pauk, Bapak I Wayan Sura membeli sayur-sayuran

dan tahu tempe rata-rata Rp. 10.000,00 per harinya.

Keluarga Bapak I Wayan Sura mengeluarkan biaya untuk air yang dibeli per ember

Rp. 1.000,00 dan listrik Rp. 20.000,00 per bulan. Bapak I Wayan Sura juga tidak

mengeluarkan biaya untuk peralatan MCK, sebab keluarga Bapak I Wayan Sura

tidak memiliki fasilitas kamar mandi dan jamban sehingga aktivitas MCK dilakukan

di pondok terdekat. Setiap bulan Bapak I Wayan Sura membayar urunan

(sumbangan wajib sebagai warga desa adat) ke Pura Desa ± Rp. 50.000,00. Untuk

keperluan berobat, Bapak I Wayan Sura mendapatkan obat dari bidan di puskesdes,

dan mengeluarkan biaya kira-kira Rp. 15.000,00-30.000,00 sekali berobat. Keluarga

ini memiliki 1 buah televisi dan perkebunan jeruk seluas 25 are.

2.3 Aspek Sosial Budaya Keluarga Kasus

Semua keputusan dalam keluarga diputuskan oleh Bapak I Wayan Sura dengan

pertimbangan bersama istri yaitu Ibu Ni Wayan Simpir. Kegiatan upacara agama

18

dan ngayah masih bisa dilakukan oleh Bapak I Wayan Sura dan sang istri. Namun,

apabila salah satu dari beliau kelelahan, anak dan menantu beliau bersedia untuk

membantu Bapak I Wayan Sura dan istrinya.

2.4 Aspek Sosial Psikologis Keluarga Kasus

Aspek sosial psikologis pada keluarga ini cukup baik. Hal tersebut dapat terlihat

dari hubungan yang rukun dalam keluarga tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan

setiap dilakukan kunjungan, saya disambut dengan baik oleh Bapak I Wayan Sura

dan keluarganya. Hubungan dengan tetangga sekitar juga nampak harmonis. Hal ini

dapat dilihat dari saling tolong menolong antar tetangga bila ada warga yang sedang

dalam kesusahan.

1.1 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus

3.3.1 Status Kesehatan Anggota Keluarga

a. Status Gizi

I Wayan Sura memiliki status gizi cukup aitu dengan tinggi badan 158 cm dan

berat badan 45 kg, didapatkan BMI sebesar 18,07 kg/m2 (normal) serta lingkar

lengan atas (LILA) sebesar 155 mm. Sedangkan anggota keluarga yang lain

status gizinya masih dalam batas yang normal.

b. Kelahiran

I Wayan Sura dikatakan lahir dengan normal, lahir di dukun beranak di desa

Lembean, dan lahir segera menangis. Beliau tidak memiliki keterlambatan

perkembangan motorik dan bahasa sejak kecil. Perkembangan Bapak I Wayan

Sura dikatakan normal.

c. Kematian

Sepuluh tahun yang lalu ibu kandung Bapak I Wayan Sura meninggal karena

serangan jantung dan memiliki riwayat hipertensi.

d. Kesakitan

Dalam 6 bulan terakhir, Bapak I Wayan Sura sering menderita sakit kepala.

Asupan nutrisi Bapak I Wayan Sura dirasa cukup baik dari segi kualitas dan

kuantitas. Gaya hidup Bapak I Wayan Sura yaitu merokok dan sering

mengkonsumsi kopi menyebabkan beliau memiliki tekanan darah yang tinggi.

e. Latar Belakang Penyakit

19

Penderita, Bapak I Wayan Sura, menderita sakit kepala yang dirasakan seperti

diikat dan merasa ditaruh beban di lehernya sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan ini

dirasakan 3-4 kali dalam seminggu. Bapak I Wayan Sura pernah memeriksakan

tekanan darahnya ke bidan desa 2 tahun yang lalu dan didapatkan tekanan

darahnya 140/90 mmHg. Bapak I Wayan Sura memiliki kebiasaan merokok,

dimana 1 bungkus rokok dikatakan habis dalam 1-2 hari. Bapak I Wayan Sura

juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi kopi sekitar 7-8 kali dalam sehari.

3.3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit

Persepsi sakit-sehat masih kurang tepat di keluarga Bapak I Wayan Sura. Menurut

persepsi mereka, dikatakan sakit apabila sudah lemas hingga tidak bisa bekerja

kembali ataupun melakukan aktivitas sehari-hari dan dikatakan sudah sembuh

apabila sudah tidak ada gejala yang timbul yang menyebabkan tidak bisa

beraktivitas tersebut. Keluarga ini tidak memahami bahwa kesehatan tidak hanya

mencakup kesehatan badan saja, melainkan juga sehat secara psikologis (mental)

dan sehat secara sosial. Keluarga ini juga belum memahami bahwa faktor risiko

beberapa penyakit sangat berkaitan erat dengan gaya hidup sehari-hari dan pola

hidup bersih dan sehat (PHBS).

3.3.3 Solusi Masalah Kesehatan

Bertolak pada tujuan dari PPD ke-74 ini sebagai dokter keluarga dengan menangani

kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, langkah-langkah yang

dapat diambil untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah sesuai dengan prinsip-

prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut, antara lain personal, komprehensif,

berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta

memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat. Dari beberapa masalah yang

dijelaskan sebelumnya, saya mengusulkan penyelesaian masalah yang sesuai dengan

prinsip-prinsip kedokteran keluarga yakni:

A. Paripurna (Komprehensif)

1. Pencegahan Primer

- Memberikan penjelasan kepada seluruh anggota keluarga penderita

untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit hipetensi, terutama

20

mengenai definisi, penyebab, cara penularan, gejala, dan upaya

pencegahannya (promosi kesehatan).

- Memberikan penjelasan kepada penderita dan keluarga bagaimana cara-

cara mencegah terjadinya hipertensi bagi anak – anak dari Bapak I

Wayan Sura mengingat sudah terdapat riwayat hipertensi pada keluarga.

Cara – cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi

yang disampaikan yaitu tidak mengkonsumsi minuman beralkohol,

menjaga agar berat badan tetap ideal, mengurangi mengkonsumsi garam,

sering berolahraga/beraktivitas, memakan makanan yang berserat, tidak

merokok, dan tidak mengkonsumsi kopi, (promosi kesehatan).

- Menekankan kepada penderita bahwa sangat diperlukan kesadaran

penderita unutuk mengurangi kebiasaan merokok, mengurangi

mengkonsumsi kopi, dan sering beraktivitas untuk mempertahankan

kestabilan dari tekanan darah penderita. (promosi kesehatan).

- Memberikan penjelasan dan pengertian mengenai pengobatan yang harus

dijalani penderita terkait kondisi hipertensi yang dimilikinya. Penjelasan

mengenai jenis obat, tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibat

yang dapat timbul apabila tidak patuh dalam menjalani pengobatan

(promosi kesehatan).

2. Pencegahan Sekunder

-Memberikan pengobatan yang tepat dan mengingatkan penderita untuk

tetap rajin dan patuh menggunakan obat (pengobatan yang tepat). Untuk

hipertensi grade I yang dialami oleh penderita, obat hipertensi yang

sering digunakan adalah golongan Angiotensin Converting Enzyme

Inhibitor, Angiotensin Receptor Blocker, Beta Blocker, Calcium Channel

Blocker, dan Diuretic. Untuk penderita dengan hipertensi grade I, obat –

obat yang digunakan biasanya terdiri dari 1 golongan obat dan

diharapkan tekanan darah akan stabil. Setelah tekanan darah stabil, dosis

obat yang digunakan saat itu harus dipertahankan dan rutin

mengkonsumsi obat tersebut.

- Memberi pemahaman kepada keluarga penderita apabila terdapat

anggota keluarga yang mengalami gejala – gejala seperti sakit kepala,

21

sakit tengkuk, sering mimisan, dan lain-lain untuk segera memeriksakan

diri ke dokter (deteksi dini).

- Menganjurkan kepada seluruh anggota keluarga untuk rutin

memeriksakan tekanan darah setiap 6 bulan untuk mengetahui status

tekanan darahnya. (deteksi dini)

- Menganjurkan kepada penderita untuk mengkonsumsi makanan yang

rendah garam, lemak dan kolesterol dan makanan tinggi potassium

sehingga hipertensi yang dimilikinya tidak semakin memberat

(pengobatan yang tepat).

- Dianjurkan agar keluarga mengawasi dan memotivasi penderita untuk

menjalani pengobatan (pengobatan tepat).

3. Pencegahan Tersier

- Menganjurkan keluarga penderita untuk memberikan perhatian dan

motivasi terhadap penderita agar teratur mengkonsumsi obat sehingga

penyakit hipertensi yang dimiliki tidak menyebabkan komplikasi yang

berbahaya. (pembatasan disabilitas)

B. Berkesinambungan

- Memantau perkembangan penyakit dari penderita dengan rutin

mengadakan kunjungan rumah setiap minggunya.

- Pengobatan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan untuk

menstabilkan tekanan darah penderita dan mengoptimalkan status

kesehatan dari penderita. .

C. Koordinatif dan kolaboratif

- Memberikan saran kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi

aktif dalam pengobatan penderita karena penyakit hipertensi adalah

penyakit seumur hidup. Misalnya mengantarkan penderita setiap kali

berobat, mengawasai kepatuhan pengobatan penderita, memberi motivasi

kepada penderita untuk berobat, mengawasi makanan yang dikonsumsi

oleh penderita, dan mengajak penderita untuk berolahraga bersama –

sama.

22

- Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain khususnya pihak di bidang

kesehaatan seperti bidan desa Lembean sehingga penanganan hipertensi

yang dimiliki oleh Bapak I Wayan Sura dapat dilakukan secara

berkelanjutan.

- Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat mengenai pelaporan

tentang kasus – kasus hipertensi yang terjadi di masyarakat dan

menganjurkan penderita hipertensi untuk rutin berobat ke layanan

kesehatan untuk mencegah komplikasi dari hipertensi.

- Meningkatkan kerjasama dengan puskesmas khususnya melalui program

penanggulangan penyakit (P2) dengan upaya penanggulangan penyakit

hipertensi di masyarakat yang dapat dilakukan secara optimal melalui

skrining hipertensi yang rutin pada masyarakat.

- Meningkatkan kerjasama dengan kantor Perbekel Desa Lembean dalam

memfasilitasi pengobatan penderita melalui asuransi JKBM.

D. Mengutamakan Pencegahan

- Menjelaskan kepada keluarga bahwa penyakit hipertensi merupakan

penyakit berbahaya yang dapat membunuh secara diam – diam apabila

tidak ditangani dengan segera dan mencegah komplikasi yang bisa

terjadi di kemudian hari (silent killer).

- Memberikan saran kepada penderita dan anggota keluarganya agar tetap

menjaga pola hidup yang sehat untuk mencegah terkena penyakit

hipertensi.

E. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya

Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang

penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang

lain. Jelaskan bahwa penyakit hipertensi yang diderita tidak akan bisa sembuh

(seumur hidup) namun dapat dikontrol apabila penderita rutin untuk

mengkonsumsi obat yang diberikan. Menghilangkan stigma di masyarakat

bahwa mengkonsumsi obat hipertensi secara terus menerus adalah berbahaya

perlu dilakukan juga. Edukasi yang diberikan kepada masyarakat bahwa tidak

mengkonsumsi obat hipertensi lebih berbahaya dibandingkan dengan rutin

23

mengkonsumsi obat hipertensi. Selain itu, jelaskan juga kepada anggota

keluarga penderita bahwa pengobatan untuk penyakit hipertensi sudah

ditanggung asuransi JKBM sehingga keluarga sebaiknya mengurus segala

keperluan penderita untuk pengobatan penderita.

F. Personal

Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia yang utuh

bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Hal ini berarti penderita ditangani

secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik secara biologis, psikologis,

sosial ekonomi, budaya, serta agama.

- Secara biologis, penderita dan keluarga diberikan penyuluhan mengenai

pola hidup yang sehat untuk mencegah hipertensi dan komplikasinya.

Sebaiknya dilakukan pemantauan secara berkelanjutan mengenai

pengobatan penderita dari berbagai pihak seperti keluarga penderita dan

petugas kesehatan.

- Secara psikologis, dengan memperbaiki kondisi mental penderita karena

penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup. Hal

yang perlu dilakukan adalah meningkatkan rasa kasih sayang dan

keharmonisan didalam keluarga.

- Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan yang diberikan disesuaikan

dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh keluarga penderita.

Pengobatan hipertensi sudah ditanggung asuransi JKBM sehingga

penderita dan keluarga dapat segera mengurus segala keperluan untuk

berobat dengan memanfaatkan JKBM.

- Secara budaya dan agama, pengobatan yang diberikan disesuaikan

dengan budaya dan agama setempat. Pengobatan hipertensi yang diderita

tidak bertentangan dengan budaya dan agama setempat. Keluarga

diharapkan tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya.

24

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

4.1.1 Keluarga binaan dalam laporan kasus kedokteran keluarga ini memiliki

lingkungan fisik tempat tinggal yang belum terlalu baik, keadaan ekonomi

yang masih tergolong rendah, gaya hidup yang kurang baik dan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih rendah.

4.1.2 Persepsi tentang konsep sehat dan sakit pada keluarga ini masih kurang tepat,

terutama mengenai faktor-faktor risiko penyakit dan keteraturan untuk

berobat ke pelayanan kesehatan.

4.1.3 Selama kegiatan PPD ke-74 ini, khususnya di keluarga binaan I Wayan Sura

telah dilakukan beberapa konsep kedokteran keluarga terutama menyangkut

promosi kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi

serta memberikan motivasi baik kepada pihak penderita dan keluarga tentang

penyakit yang sedang atau pernah diderita.

4.2 Saran

4.2.1 Keluarga sebaiknya mendukung pengobatan pasien secara psikis, fisik, dan

material sehingga mengoptimalkan status kesehatan penderita.

4.2.2 Peran keluarga sebagai motivator penderita hipertensi perlu dioptimalkan demi

terwujudnya pengobatan hipertensi yang berkelanjutan.

25