aaaa kk binaan ppd katung krisna

Upload: pandekrisnabayupramana

Post on 06-Jan-2016

238 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kk

TRANSCRIPT

BAB ILATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1 Data Demografi Keluarga BinaanPada kegiatan Pelatihan Pra-Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2015 ke-74, penulis mendapat tugas untuk membina tiga keluarga prasejahtera (Rumah Tangga Miskin) di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Secara geografis Desa Katung berlokasi 30 kilometer di utara Kota Bangli dan 10 kilometer dari kantor kecamatan. Desa Katung terdiri dari 1 banjar yakni Banjar Katung yang berpenduduk 1543 jiwa (357 Kepala Keluarga) dengan mayoritas berada pada grafik usia produktif dan tinggal tersebar dengan pola linear di antara jalan dan pekebunan. Luas daerah Desa Katung adalah sekitar 280 hektar dan terletak di ketinggian 700-900 meter di atas permukaan laut, hal ini menyebabkan Desa Katung memiliki suhu yang cukup dingin sekitar 19-23C. Dengan suhu dan keadaan tanah yang sesuai, lahan di Desa Katung sangat cocok digunakan untuk perkebunan, khususnya tanaman jeruk. Ketiga keluarga yang penulis bina juga merupakan petani dan memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh angkut jeruk. Adapun keluarga yang penulis bina adalah keluarga Bapak I Wayan Kantor, Bapak I Nyoman Rena dan Ibu Ni Wayan Nyunyur, di mana keluarga tersebut merupakan rekomendasi dari Kepala Desa Katung (I Wayan Warsana).

1.1.1 Keluarga I Wayan KantorKeluarga I Wayan Kantor hanya terdiri dari ayah dan seorang anak tunggal beserta istri dan cucu. Sang istri, Ni Nyoman Jepun, baru meninggal 1 bulan yang lalu. Keluarga ini beragama Hindu dan tinggal satu pekarangan dengan keluarga lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK, yakni I Wayan Kantor.

Susunan Keluarga I Wayan KantorNo.NamaStatusUmur(tahun)PendidikanPekerjaan

1I Wayan KantorKepala Keluarga55Tidak bersekolahPemahat kayu

2Ni Nyoman JepunIstri KK53Tidak bersekolahIbu Rumah Tangga

3I Wayan MudiraAnak KK28Tamat SMPPerajin kayu dan bertani jeruk

Sistem Kekerabatan I Wayan Kantor

12 3

1. I Wayan Kantor KK2. Ni Nyoman Jepun Istri KK 3. I Wayan Mudira Anak KK

1.1.2 Keluarga Ni Wayan NyunyurDi usianya yang sudah tua (60 tahun), Ni Wayan Nyunyur belum menikah. Sehari-harinya ia hidup menumpang di rumah keluarga besarnya. Ia mengatakan tidak menikah karena tidak ada yang cocok dan saat kecil tidak diberikan izin oleh keluarganya. Oleh karena itu Ni Wayan Nyunyur tidak memiliki keturunan.

Data keluarga Ni Wayan NyunyurNo.NamaStatusUmur(tahun)PendidikanPekerjaan

1Ni Wayan NyunyurTidak Menikah60Tidak bersekolahBertani jeruk

1.1.3 Keluarga I Nyoman RenaBapak I Nyoman Rena tinggal di sebuah rumah sederhana bersama istri dan putrinya. Saat ini putrinya (Putu Dwipayantini) berusia 8 tahun dan bersekolah di SD Negeri Katung. Mereka tinggal satu pekarangan dengan keluarga saudara I Nyoman Rena lainnya, namun dengan bangunan terpisah. Keluarga ini termasuk nuclear family dan dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan kepala keluarga, yakni Bapak I Nyoman Rena. Mata pencaharian keluarga ini berfokus kepada bertani jeruk. Selain sebagai ibu rumah tangga, istri I Nyoman Rena (Made Vera) juga sering membantu menambah penghasilan keluarga sebagai buruh angkut jeruk dan menjualnya secara eceran di depan rumah.

Susunan Keluarga I Nyoman RenaNo.NamaStatusUmur(tahun)PendidikanPekerjaan

1.I Nyoman RenaKepala Keluarga34Tamat SMPBertani jeruk

2.Made VeraIstri KK29Tamat SMAIbu rumah tangga

3.Putu DwipayantiniAnak KK8Sekolah DasarPelajar

Sistem Kekerabatan I Nyoman Rena

12 3

1. I Nyoman Rena KK2. Made Vera Istri KK3. Putu Dwipayantini Anak KK

1.2 Status Sosial Ekonomi1.2.1 Keluarga I Wayan KantorKeluarga Bapak I Wayan Kantor termasuk keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Sehari-hari, Bapak I Wayan Kantor bekerja sebagai pemahat kayu dengan penghasilan tidak menentu tergantung pemesanan. Dalam sebulan Wayan Kantor dan keluarga bisa mendapat 3-4 pesanan tergantung tingkat kerumitan dan ketersediaan bahan. Biasanya keluarga I Wayan Kantor mendapatkan 1 juta dalam sebulan dari memahat kayu. Penghasilan itu belum termasuk pembagian untuk anak dan keluarga lainnya. Dulu saat muda, Wayan Kantor juga bekerja sebagai petani jeruk. Namun karena masalah usia, kini Wayan Kantor tidak lagi berkebun jeruk dan kebun jeruknya diurus oleh anaknya. Dikatakan dari berkebun jeruk, keluarga Bapak Wayan Kantor mendapatkan tambahan penghasilan mencapai 1 juta, sehingga total pendapatan keluarga Bapak Wayan Kantor dalam sebulan sekitar 2 juta rupiah.

Keluarga Bapak Wayan Kantor yang berpenghasilan sekitar 2 juta rupiah tergolong ke dalam keluarga yang hanya memfokuskan pemenuhan kebutuhannya hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, seperti untuk konsumsi, kesehatan, sosial dan kerohanian. Dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, terutama dalam hal pangan, Bapak Wayan Kantor membeli bahan makanan dan memasaknya sendiri. Sehari-harinya keluarga Wayan Kantor bisa menghabiskan dana sebesar kurang lebih 50.000 rupiah untuk menghidupkan asap dapur (membeli sembako dan bahan makanan) dan mengolah makanannya sendiri. Bahan makanan tersebut biasa dibeli di pasar terdekat maupun di toko-toko sekitar rumah. Sedangkan untuk papan, keluarga Bapak Wayan Kantor tidak memiliki utang maupun cicilan rumah, sebab bangungan yang ditempatinya saat ini merupakan milik leluhurnya. Untuk masalah sandang, keluarga Bapak Wayan Kantor tidak mempermasalahkan model pakaian yang dipergunakan. Mereka sudah merasa cukup akan pakaian yang dimiliki, asalkan bisa dan mampu melindungi badan mereka dari suhu yang dingin di Desa Katung. Jika memiliki sisa uang belanja ataupu dari pemenuhan kebutuhan lainnya, keluarga Wayan Kantor biasanya menyimpannya di rumah dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk membeli barang kebutuhan lain.

Bali terkenal dengan ikatan sosial antar warga banjar/desa yang sangat erat (mekrama), sehingga apapun yang diperlukan oleh banjar/desa setiap keluarga harus turut serta baik tenaga maupun materi. Begitu pula dengan keluarga Bapak Wayan Kantor, apabila kondangan keluarga ini biasanya membawa beras 2 kg, gula 1 kg, jajan maupun kelapa. Iuran di desa juga harus dibayarkan secara rutin setiap bulannya mencapai 10 ribu. Yang lebih besar lagi apabila ada iuran wajib baik untuk perbaikan pura maupun banjar yang besarnya bisa mencapai 1 juta rupiah. Biaya rutin lainnya yang harus dikeluarkan berupa biaya listrik dan air dengan total sekitar 50.000 rupiah setiap bulannya. Keluarga ini hanya memiliki sedikit barang berharga seperti TV dan sepeda motor yang sudah tampak usang.

1.2.2 Keluarga Ni Wayan NyunyurIbu Ni Wayan Nyunyur sehari-hari bekerja membantu saudaranya sebagai buruh petik jeruk di kebun. Karena tidak memiliki suami, ia hidup menumpang di rumah keluarganya dan tinggal dalam suatu ruangan sempit yang cukup kumuh. Ni Wayan Nyunyur bekerja di kebun milik orang lain dengan penghasilan yang tidak menetap. Rata-rata sekali memanen jeruk, ia mendapat upah sebesar 30.000 rupiah dalam satu hari. Penghasilan ini dirasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga untuk makan, ia menumpang di dapur milik adiknya yang masih terletak dalam 1 pekarangan. Keluarga ini menerima bantuan beras miskin (raskin) sebesar 20 kg/bulan. Sehari-hari, untuk keperluan lauk-pauk, Ni Wayan Nyunyur memanfaatkan sayuran yang didapat dari kebun, seperti terong, labu, sayur jepang dan daun singkong. Ni Wayan Nyunyur tidak mengeluarkan biaya untuk membayar air dan listrik karena listrik di kamarnya ditanggung oleh keluarganya yang lain. Untuk urusan iuran adat, Ni Wayan Nyunyur dibantu oleh adiknya yang sudah berkeluarga. Ni Wayan Nyunyur tidak memiliki barang berharga apapun di dalam kamarnya.

1.2.3 Keluarga I Nyoman RenaBapak I Nyoman Rena memiliki mata pencaharian sebagai petani jeruk dan bersama anggota Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Desa Katung lainnya, membawa hasil tersebut ke kota untuk dijual. Bapak I Nyoman Rena biasanya bekerja dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 16.00 WITA tergantung jumlah dan tujuan muatan. Dari bertani jeruk, sekali panen Bapak I Nyoman Rena mendapatkan penghasilan mencapai 2 juta rupiah. Istri Bapak I Nyoman Rena juga ikut membantu di kebun tersebut, namun hanya sesekali bila diminta bantuan oleh suaminya. Keluarga ini pernah mendapat bantuan dari pemerintah yaitu pengadaan kompor gas dan tabung gas. Untuk pengeluaran dapur bulanan, istri I Nyoman Rena mengatakan menghabiskan lebih dari 1 juta rupiah. Biaya ini di luar biaya listrik dan air yang biasanya mencapai 2 ratus ribu perbulannya. Untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan anaknya, Nyoman Rena biasanya menghabiskan dana sebesar 300 ribu rupiah perbulannya untuk membeli buku, keperluan sekolah dan uang saku anaknya. Biaya SPP ditanggung oleh Bantuan Operasional Sekolah sesuai dengan program Wajib Belajar 12 Tahun, sehingga hal ini meringankan beban keluarga I Nyoman Rena. Bila ada upacara agama, keluarga Bapak Nyoman Rena biasanya membuat banten sendiri dan membeli keperluan tambahan lainnya di toko dekat rumah. Iuran bulanan di desa juga rutin ia bayarkan sebesar 10 ribu rupiah. Keluarga ini memiliki beberapa barang berharga seperti televisi berwarna, radio, sepeda motor, handphone dan barang elektronik lainnya.

1.3 Rumusan Masalah Masing Masing Keluarga Binaan1.3.1 Keluarga I Wayan KantorBerdasarkan hasil penelusuran dalam keluarga Bapak I Wayan Kantor, terdapat beberapa masalah kesehatan. Keluarga Bapak I Wayan Kantor tidak memiliki riwayat penyakit kronis ataupun penyakit berat yang membutuhkan pengobatan lama serta yang dapat menimbulkan kecacatan. Namun, dalam 1 bulan terakhir, Bapak I Wayan Kantor sering mengeluhkan tangannya gatal. Hal ini dirasakan terutama di kedua telapak tangannya dan sering timbul beberapa saat setelah mencuci pakaian. Sebelumnya saat istri I Wayan Kantor masih hidup, keluhan yang dialami Wayan Kantor jarang muncul. Namun sekarang tangannya sering gatal, merah-merah dan terkadang mengelupas. Nyeri dan kaku di sekitar lutut dan pergelangan tangan juga sering dikatakan muncul terutama ketika cuaca dingin dan kondisi fisik I Wayan Kantor sedang turun. Dalam 6 bulan terakhir, keluarga I Wayan Kantor sering menderita demam, batuk, pilek dan diare. Jika sakit, keluarga I Wayan Kantor akan pergi berobat ke mantri di Desa Katung. Keluarga Bapak I Wayan Kantor jarang mencari pengobatan ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat, karena masalah biaya. Hal ini juga dikarenakan keluarga Bapak I Wayan Kantor tidak memiliki jaminan kesehatan apapun.

Bapak I Wayan Kantor saat ini bekerja sebagai pemahat kayu dan terkadang bertani jeruk. Namun pekerjaannya sering terhambat terutama ketika mengalami sesak nafas. Keluhan sesak nafas ini dimulai pertama kali ketika ia masih muda. Sesak dikatakan diikuti oleh suara mengi yang didengar saat mengeluarkan nafas. Karena Wayan Kantor juga mengatakan bahwa dia bahkan tidak mampu mengucapkan satu kalimat penuh ketika serangan sesaknya kambuh. Wayan Kantor pernah memeriksakan kesehatannya ke praktek dokter di dekat rumah dan didiagnosa menderita asma. Perilaku hidup bersih dan sehat keluarga Bapak I Wayan Kantor juga masih tergolong kurang baik. Keluarga ini belum menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Keluarga ini memiliki kebiasaan mencuci tangan seadanya di baskom yang biasanya diletakkan di dekat tempat cucian piring. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum biasanya dimasak terlebih dahulu dan disimpan di dalam ember besar yang tertutup. Menu makanan keluarga I Wayan Kantor sering kali hanya berupa nasi dan sayur yang dimakan dua kali dalam sehari. Kebutuhan protein ia dapatkan dari tempe, tahu serta kacang-kacangan.

Permasalahan lainnya yaitu tidak terdapatnya ventilasi dan jendela yang mencukupi di bangunan rumah I Wayan Kantor. Sirkulasi udara dan jalur masuk cahaya matahari hanya mengandalkan sebuah pintu yang dibuka saat siang hari dan selalu ditutup saat malam hari. Sedangkan di pekarangan rumah Bapak I Wayan Kantor hanya sedikit ditemui tanaman-tanaman perindang. Hal ini menyebabkan rumah Bapak I Wayan Kantor tampak gersang dan berdebu.

1.3.2 Keluarga Ni Wayan NyunyurDari hasil kunjungan, diketahui bahwa Ni Wayan Nyunyur hidup sendiri dan belum menikah di usianya yang sudah mencapai masa menopause. Ia mengaku saat kecil tidak diberikan izin untuk menikah dan saat ini tinggal menumpang di tempat adik laki-lakinya. Untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, Ni Wayan Nyunyur mengandalkan pemberian dari keluarga lainnya. Meskipun demikian, ia tetap sesekali bekerja bertani jeruk. Ni Wayan Nyunyur tidak memiliki riwayat penyakit kronis ataupun herediter. Keluhan yang sering dialami Ni Wayan Nyunyur berupa badan pegal dan nyeri di persendian. Ketika kondisinya melemah, ia cukup tidur beristirahat untuk menghilangkan keluhan yang dialaminya.

Perilaku hidup bersih dan sehat Ibu Ni Wayan Nyunyur tergolong masih kurang. Ni Wayan Nyunyur memiliki kebiasaan mandi 1 kali sehari. Untuk kebiasaan cuci tangan jarang dilakukan dengan baik dan benar. Untuk mencuci pakaian biasanya dilakukan setiap hari menggunakan deterjen di sungai terdekat. Mengingat keluarga ini belum memiliki sarana jamban sehat, aktivitas BAB dilakukan di sungai. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum biasanya dimasak terlebih dahulu, tetapi beberapa kali langsung saja diminum karena dinilai mata air sudah bersih. Meskipun demikian Ibu Ni Wayan Nyunyur jarang mengeluhkan terkena penyakit diare. Sakit yang sering dialaminya dalam 1 tahun terakhir adalah batuk dan kaki pegal-pegal. Batuk ini tidak disertai darah dan tidak mengeluarkan sekret. Batuk tersebut biasanya muncul ketika Desa Katung turun hujan. Sedangkan kaki pegal dirasakan ketika Ni Wayan Nyunyur harus berjalan jauh ke kebun jeruk. Ketika dilakukan pemeriksaan tekanan darah, didapatkan tekanan darah Ibu Ni Wayan Nyunyur tinggi yaitu 150/100 mmHg. Ibu Ni Wayan Nyunyur sebelumnya tidak pernah memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan karena tidak memiliki dana dan jaminan kesehatan apapun. Ni Wayan Nyunyur tidak memiliki riwayat merokok dan mengonsumsi alkohol. Dalam hal pengobatan, Ni Wayan Nyunyur lebih senang mengonsumsi obat-obatan tradisional dibandingkan dengan obat modern.

1.3.3 Keluarga I Nyoman RenaKeluarga I Nyoman Rena termasuk dalam keluarga kecil bahagia dan peduli dengan kesehatan. Dari kunjungan yang dilakukan, didapatkan beberapa masalah kesehatan di keluarga Bapak I Nyoman Rena. Sekitar dua bulan yang lalu I Nyoman Rena menderita typhoid dan sempat dirawat inap di RSUD Bangli selama kurang lebih 1 minggu. Anak I Nyoman Rena (Putu Dwipayantini) juga sering mengeluhkan diare. Dalam sebulan dikatakan bisa mengalami diare hingga 2 kali. Kondisi ini terjadi terutama setelah makan jajanan di sekolah. Sehari-harinya Dwipayantini belum bisa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan baik. Sebelum makan biasanya dia hanya membilas tangannya di baskom air tanpa mencuci tangannya dengan baik dan benar. Kuku jarinya juga tampak panjang dan kotor. Ketika mengalami diare, Ibu Vera dengan sigap menyediakan oralit yang dibelinya di toko. Masalah kesehatan lain yang pernah dialami Dwipayantini adalah peradangan pada tonsil yang menyebabkan Dwipayantini sering panas dan batuk-batuk. Hal ini disebabkan perilaku Dwipayantini yang sering membeli snack sembarangan di warung. Ketika keluhan muncul, keluarganya segera memeriksakan kondisi Dwipayantini ke dokter di dekat rumahnya.

Ibu Vera juga memiliki masalah kesehatan, yakni cepat merasa sakit kepala. Hal ini sangat mengganggu Ibu Vera dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Kondisi ini mereda ketika Ibu Vera mengonsumsi obat penghilang nyeri yang dibelinya di toko dekat rumah. Selain sakit kepala, Ibu Vera juga sering merasa sesak nafas yang diserai suara mengi dan rasa penuh di dada. Ibu Vera juga mengeluhkan batuk-batuk saat pagi hari. Ia sempat memeriksakan dirinya ke dokter dan didiagnosis menderita asma dan secara teratur mengonsumsi obat ketika serangan muncul. Adik Ibu Vera juga mengalami hal serupa. Keluarga ini memiliki kebiasaan mandi dan menggosok gigi secara rutin. Keluarga ini juga sudah mempergunakan jamban untuk BAK/BAB. Untuk mencuci pakaian biasanya dilakukan 2x seminggu menggunakan deterjen. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum biasanya dimasak terlebih dahulu. Menu makanan yang dikonsumsi sehari-harinya sudah memiliki nilai gizi yang lengkap.

BAB IIKEGIATAN DAN HASIL PEMBINAANPADA KELUARGA BINAAN

2.1 Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga2.1.1 Keluarga Bapak I Wayan KantorNo.TanggalKegiatan

1.5 Agustus 2015Perkenalan dengan keluarga binaan.

2.7 Agustus 2015Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat Asma yang diderita Bapak I Wayan Kantor. Dermatitis kontak pada Bapak I Wayan Kantor. Arthritis di lutut dan pergelangan tangan pada I Wayan Kantor. Diare yang diderita I Wayan Mudira. Tingkat penerapan PHBS yang kurang pada keluarga Bapak I Wayan Kantor.

3.10 Agustus 2015 Pemeriksaan tekanan darah. Promosi kesehatan tentang asma. Promosi kesehatan tentang dermatitis kontak.

4.12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang arthritis. Promosi kesehatan tentang diare.

5.15 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang rabies. Penjelasan alur pendaftaran JKBM.

6.20 Agustus 2015Promosi kesehatan mengenai pentingnya pertolongan pertama pada kecelakaan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

7.25 Agustus 2015Diskusi dan pemeriksaan tekanan darah.

8. 29 Agustus 2015Pemberian vitamin B dan berpamitan.

Partisipasi keluarga bapak I Wayan Kantor saat dilakukan promosi kesehatan cukup antusias. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan penyuluhan, Bapak I Wayan Kantor menyimak dengan antusias dan mengajukan beberapa pertanyaan. Namun, sang anak, I Wayan Mudira tidak terlalu tertarik saat dilakukan penyuluhan ksehatan di rumah. Hal ini terlihat saat penyuluhan dilakukan, I Wayan Mudira keluar masuk kamar dan terkadang tidak keluar untuk sekadar menyapa. 2.1.2 Keluarga Ibu Ni Wayan NyunyurNo.TanggalKegiatan

1.5 Agustus 2015Perkenalan dengan keluarga binaan

2.7 Agustus 2015Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat. Myalgia dan Arthralgia pada Ibu Ni Wayan Nyunyur. Hipertensi pada Ibu Ni Wayan Nyunyur. Tingkat penerapan PHBS yang masih kurang pada Ibu Ni Wayan Nyunyur.

3.11 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang Myalgia dan Arthralgia.

4.12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang Hipertensi.

5.15 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai pentingnya pertolongan pertama pada kecelakaan dan komplikasi hipertensi.

6.20 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat.

7.29 Agustus 2015Pemberian vitamin B dan berpamitan.

Saat dilakukan promosi kesehatan, Ibu Ni Wayan Nyunyur mendengarkan dengan seksama. Meskipun terdapat sedikit hambatan dalam penggunaan dan tata bahasa yang digunakan saat melakukan penyuluhan, namun hal itu tidak menyurutkan perhatian Ibu Ni Wayan Nyunyur untuk memperhatikan penjelasan.

2.1.3 Keluarga Bapak I Nyoman RenaNo.TanggalKegiatan

1.5 Agustus 2015Perkenalan dengan keluarga binaan.

2.7 Agustus 2015Identifikasi masalah kesehatan dan perilaku hidup sehat Thypoid pada Bapak I Nyoman Rena. Diare pada Putu Dwipayantini. Tonsilitis pada Putu Dwipayantini. Cephalgia pada Ibu Vera. Asma pada Ibu Vera.

3.10 Agustus 2015 Pemeriksaan tekanan darah. Promosi kesehatan mengenai thypoid. Promosi kesehatan mengenai diare. Promosi kesehatan mengenai tonsillitis.

4.12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang cephalgia. Promosi kesehatan tentang asma.

5.15 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang rabies. Penjelasan alur pendaftaran JKBM.

6.20 Agustus 2015Promosi kesehatan mengenai pentingnya pertolongan pertama pada kecelakaan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

7.25 Agustus 2015Diskusi dan pemeriksaan tekanan darah.

8. 29 Agustus 2015Pemberian vitamin B dan berpamitan.

Bapak I Nyoman Rena bersama istri dengan sangat antusias mendengarkan promosi kesehatan yang dilakukan saat kunjungan. Hal tersebut dapat terlihat pada saat dilakukan promosi kesehatan mengenai penyakit yang diderita, mereka ikut aktif berdiskusi dan mengajukan pertanyaan.

2.2 Hasil Pembinaan Keluarga2.2.1 Keluarga Bapak I Wayan KantorSelama kegiatan pemberian promosi kesehatan, Bapak I Wayan Kantor antusias menerima edukasi dari mahasiswa PPD. Secara umum, telah terjadi peningkatan pengetahuan Bapak I Wayan Kantor akan pentingnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Promosi kesehatan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilakukan mencakup cara mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini telah merubah pola hidup Bapak I Wayan Kantor dan keluarga menjadi bersih dan sehat. Terlebih lagi dengan adanya riwayat penyakit diare di keluarga, diharapkan nantinya kejadian diare di keluarga Bapak I Wayan Kantor bisa menurun. Setelah mendapatkan edukasi, Bapak I Wayan Kantor telah merubah kebiasaannya yakni kegiatan menyikat gigi yang sebelumnya hanya dilakukan jarang-jarang, saat ini menjadi 2 kali sehari. Cuci tangan yang sebelumnya dilakukan hanya saat setelah makan dengan menggunakan air seadanya, saat ini kegiatan cuci tangan meggunakan sabun dan air mengalir dengan langkah yang benar dilakukan saat sebelum dan setelah makan, sesudah BAB/BAK. Pakaian diganti setiap 1-2 kali sehari. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Menu makanan sehari-hari lebih beranekaragam, biasanya berupa nasi, sayur, kadang kadang berisi sumber protein seperti kacang-kacangan, tahu dan tempe.

Setelah dilakukan edukasi tentang penyakit yang diderita, keluarga Bapak I Wayan Kantor mulai paham akan seluk beluk penyakitnya dan mulai merubah pola hidup serta melakukan tindakan pencegahan dan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan yang diinformasikan. Untuk penyakit asma dan dermatitis kontak yang diderita, Bapak I Wayan Kantor sudah mengenal hal-hal yang mencetuskan munculnya gejala tersebut. Diharapkan dengan edukasi yang diberikan, penyakit-penyakit tersebut dapat dihindari dan ditangani dengan baik. Keluarga binaan ini memiliki dapur yang masih menggunakan tungku dan kayu bakar yang asapnya tidak baik untuk kesehatan dan ventilasi ruangan yang kurang. Sehingga perlu ditekankan untuk membuat cerobong asap dan lebih sering membuka jendela sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik dan dapat mencegah penyakit yang diperantarai oleh udara. Keluarga Bapak Wayan Kantor juga diberikan informasi tentang jaminan kesehatan yang dapat dimiliki dan digunakan sewaktu-waktu jika salah satu anggota keluarga ada yang jatuh sakit.

2.2.2 Keluarga Ni Wayan NyunyurSelama kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan pada kegiatan PPD ini, Ni Wayan Nyunyur cukup antusias menerima promosi kesehatan yang diberikan dan telah terjadi peningkatan pengetahuan. Promosi kesehatan PHBS dilakukan dan cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari Ni Wayan Nyunyur. Ni Wayan Nyunyur memiliki tekanan darah yang tinggi, maka promosi kesehatan diutamakan pada penyakit tersebut. Promosi Kesehatan pengetahuan tentang Hipertensi, terutama faktor risiko, penatalaksaan dan komplikasinya diberikan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Setelah mendapatkan pengetahuan tersebut, keluarga ini dapat memahami dan menanggulangi serta mengontrol penyakit tersebut dengan baik. Penjelasan tentang myalgia dan arthralgia yang dialami Ni Wayan nYunyur juga diberikan dalam sesi selanjutnya. Edukasi serta latihan ringan diinstruksikan untuk melatih otot-otot yang pegal tersbut. Nutrisi seimbang juga mulai diterapkan dalam menu makananan Ni Wayan Nyunyur.

2.2.3 Keluarga I Nyoman RenaKeluarga Bapak I Nyoman Rena memiliki prioritas yang tinggi dalam bidang kesehatan. Pada saat dilakukan promosi kesehatan terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Keluarga ini sudah menerapkan kebiasaan mencuci tangan, menggosok gigi, serta asupan nutrisi seimbang. Namun penerapan pola hidup pada anak yang masih kecil masih menjadi suatu tantangan. Hal ini terlihat dari seringnya Putu Dwipayantini menderita diare dalam beberapa bulan terakhir. Keluarga ini sudah membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum dan sesudah makan, dan setelah BAB/BAK. Keluarga ini juga sudah mandi teratur dengan air bersih dan untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan air. Untuk keperluan minum, air dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Asupan nutrisi sudah beragam baik sumber karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Keluarga ini juga sudah BAB di jamban milik keluarga yang tinggal satu pekarangan dengan mereka.

Penyelesaian masalah menggunakan pendekatan psikologis juga diberikan kepada Ibu Vera yang sering menderita sakit kepala. Selain diiedukasi mengenai jam tidur yang baik guna mengurangi sakit kepala, Ibu Vera juga diharapkan mampu mengatur waktu untuk mengurus keluarganya, sehingga tidak banyak yang jatuh sakit. Dalam kunjungan KK binaan, juga diselipkan informasi mengenai jaminan kesehatan yang berhak dimiliki oleh keluarga ini. Selain itu, karena banyak terdapat anjing di sekitar rumah keluarga Bapak Nyoman Rena, diharapkan anjing tersebut sudah diberikan vaksin/bebas rabies untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

BAB IIIPENANGGULANGAN PENYAKIT PADA KELUARGA BINAAN

3.1Latar Belakang KasusI Wayan Kantor merupakan kepala keluarga dari keluarga dampingan pertama. Keluarga Bapak I Wayan Kantor tinggal dan berasal dari Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Saat ini I Wayan Kantor bekerja sebagai pemahat kayu dan sesekali bertani jeruk bersama anaknya. Ketika dilakukan kunjungan pertama, tampak suasana duka menyelimuti kediaman I Wayan Kantor sebab istrinya baru meninggal 1 bulan yang lalu. Ketika ditelusuri lebih dalam saat kunjungan selanjutnya, didapatkan riwayat asma pada I Wayan Kantor. Keluhan ini dimulai pertama kali ketika ia masih muda. Sesak napas mulai dirasakan semakin memberat sejak 2 minggu yang lalu. Sesak dikatakan diikuti oleh suara mengi yang didengar saat mengeluarkan nafas. Wayan Kantor mengatakan bahwa sesaknya terasa cukup berat, sehingga ia tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Ia mengakui sesak yang dialami memang jarang terjadi. Dalam kesempatan PPD ke-74 ini, penulis melakukan pendekatan dokter keluarga ke keluarga binaan I Wayan Kantor sehingga diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup serta kesehatan dari Bapak I Wayan Kantor.Identitas PasienNama: I Wayan KantorUmur: 55 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAlamat: Desa Katung, Kecamatan Kintamani - BangliAgama / Suku: Hindu / BaliStatus: Menikah (duda)Pendidikan: Tidak bersekolahPekerjaan: Pemahat kayu

3.2Analisis Situasi Keluarga Bapak I Wayan Kantor bertempat tinggal di Banjar Katung Desa Katung Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Keluarga I Wayan Kantor merupakan keluarga sederhana dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Di usianya yang sudah tua (55 tahun), I Wayan Kantor tinggal bersama dengan anak sematawayangnya (Wayan Mudira). Sekitar 1 bulan yang lalu, istri I Wayan Kantor (Ni Nyoman Jepun) meninggal karena sakit. Istrinya dikatakan pernah jatuh di kebun pada tahun 2012 sehingga menyebabkan lumpuh dan sulit untuk beraktivitas. Bapak Wayan Kantor sempat membawa istrinya ke salah satu pengobatan alternatif di daerah Gianyar, namun kondisi istrinya tidak membaik. Beliau tidak pernah memeriksakan istrinya ke tempat pelayanan kesehatan, karena tidak memiliki dana.

Sehari-harinya, selain bekerja sebagai pengrajin pahat kayu, Bapak Wayan Kantor mengurus dan menemani istrinya di rumah. Sepeninggal istrinya, Wayan Kantor nampak semakin murung. Hal ini masih terlihat ketika penulis melakukan kunjungan pertama ke rumah I Wayan Kantor. Keluarga Bapak I Wayan Kantor menempati lahan dengan luas sekitar 10 are, dimana lahan tersebut merupakan milik leluhur Beliau dan saat ini ditempati oleh 2 KK. Wayan Kantor tinggal dalam sebuah bangunan sederhana seluas 2 are. Rumah yang ditempatinya berupa bangunan semipermanen dimana hanya terdapat 1 ruangan yang menggabungkan kamar tidur dan dapur. Wayan Kantor masih menggunakan tungku dan kayu bakar dalam memasak makanan. Tidak terdapat ventilasi dan jendela yang mencukupi di bangunan Wayan Kantor yang tampak rapuh tersebut. Sirkulasi udara dan jalur masuk cahaya matahari hanya mengandalkan sebuah pintu yang dibuka saat siang hari dan selalu ditutup saat malam hari. Sehari-harinya Wayan Kantor mandi di kamar mandi keluarga yang terletak di bangunan yang berbeda. Rumah Wayan Kantor sudah teraliri listrik yang biasanya digunakan Wayan Kantor hanya untuk penerangan di rumah. Untuk air, Wayan Kantor menggunakan air PAM swadaya masyarakat Desa Katung. Di sebelah rumah, tampak garasi yang terisi dengan pahatan-pahatan kayu hasil kerja dari Bapak Wayan Kantor dan keluarga. Secara umum, kondisi rumah Bapak I Wayan Kantor layak untuk ditempati.

I Wayan Kantor bekerja sebagai pemahat kayu dengan penghasilan tidak menentu tergantung pemesanan. Dalam sebulan Wayan Kantor dan keluarga bisa mendapat 3-4 pesanan tergantung tingkat kerumitan dan ketersediaan bahan. Biasanya keluarga I Wayan Kantor mendapatkan 1 juta dalam sebulan dari memahat kayu. Penghasilan itu belum termasuk pembagian untuk anak dan keluarga lainnya. Dulu saat muda, Wayan Kantor juga bekerja sebagai petani jeruk. Namun karena masalah usia, kini Wayan Kantor tidak lagi berkebun jeruk dan kebun jeruknya diurus oleh anaknya. Dikatakan dari berkebun jeruk, keluarga Bapak Wayan Kantor mendapatkan tambahan penghasilan mencapai 1 juta, sehingga total pendapatan keluarga Bapak Wayan Kantor dalam sebulan sekitar 2 juta rupiah.

Keluarga Bapak Wayan Kantor yang berpenghasilan sekitar 2 juta rupiah tergolong ke dalam keluarga yang hanya memfokuskan pemenuhan kebutuhannya hanya pada pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, seperti untuk konsumsi, kesehatan, sosial dan kerohanian. Dalam pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari, terutama dalam hal pangan, Bapak Wayan Kantor membeli bahan makanan dan memasaknya sendiri. Sehari-harinya keluarga Wayan Kantor bisa menghabiskan dana sebesar Rp. 50.000,- untuk menghidupkan asap dapur (membeli sembako dan bahan makanan) dan mengolah makanannya sendiri. Bahan makanan tersebut biasa dibeli di pasar terdekat maupun di toko-toko sekitar rumah. Sedangkan untuk papan, keluarga Bapak Wayan Kantor tidak memiliki utang maupun cicilan rumah, sebab bangungan yang ditempatinya saat ini merupakan milik leluhurnya. Untuk masalah sandang, keluarga Bapak Wayan Kantor tidak mempermasalahkan model pakaian yang dipergunakan. Mereka sudah merasa cukup akan pakaian yang dimiliki, asalkan bisa dan mampu melindungi badan mereka dari suhu yang dingin di Desa Katung. Jika memiliki sisa uang belanja ataupu dari pemenuhan kebutuhan lainnya, keluarga Wayan Kantor biasanya menyimpannya di rumah dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk membeli barang kebutuhan lain.

Perihal kesehatan, keluarga Wayan Kantor tidak memiliki jaminan kesehatan apapun yang dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu menderita sakit. Biasanya jika sakit Wayan Kantor berobat ke perawat ataupun bidan di desa dan membayar secara umum (uang pribadi) untuk membeli obat-obatan. Terkadang keluarga Bapak Wayan Kantor juga menggunakan jasa pengobatan alternatif (balian) dan pengobatan tradisional untuk mengurangi keluhan yang dialaminya. Sekali berobat, Bapak Wayan Kantor mengatakan mengeluarkan uang mencapai 100.000 rupiah. Meskipun Bapak I Wayan Kantor termasuk dalam keluarga prasejahtera, namun mereka belum mengurus jaminan kesehatan yang diperuntukan untuk warga tidak mampu yakni JKBM (Jaminan Kesehatan Bali Mandara), karena dikatakan sulit untuk mengurus kelengkapannya. Keluarga ini juga tidak menganggarkan dana kesehatan secara khusus, sehingga jika kekurangan dana dan terjadi sakit yang mendadak, mereka biasanya meminjam uang dari keluarga ataupun kerabat lainnya.

Seluruh anggota keluarga Bapak Wayan Kantor beragama Hindu. Untuk keperluan sembayang sehari-harinya, keluarga Wayan Kantor tidak pernah membeli banten, namun mereka membuatnya sendiri dari bahan-bahan yang mereka dapatkan di kebun ataupun membeli bahan di toko sekitar untuk menghemat dana. Apabila ada upacara besar seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan keluarga ini biasanya mengeluarkan biaya sekitar Rp. 70.000, karena Keluarga Bapak Wayan Kantor jarang menggunakan sesajen/banten yang mewah dan mahal untuk persembahan. Mereka cukup menggunakan apa yang mereka miliki dan yang mereka mampu untuk dipersembahkan.

Bali terkenal dengan ikatan sosial antar warga banjar/desa yang sangat erat (mekrama), sehingga apapun yang diperlukan oleh banjar/desa setiap keluarga harus turut serta baik tenaga maupun materi. Begitu pula dengan keluarga Bapak Wayan Kantor, apabila kondangan keluarga ini biasanya membawa beras 2 kg, gula 1 kg, jajan maupun kelapa. Iuran di desa juga harus dibayarkan secara rutin setiap bulannya mencapai 5 ribu. Yang lebih besar lagi apabila ada iuran wajib baik untuk perbaikan pura maupun banjar yang besarnya bisa mencapai 1 juta rupiah. Biaya rutin lainnya yang harus dikeluarkan berupa biaya listrik dan air dengan total sekitar 50.000 rupiah setiap bulannya. Untuk pembelian pupuk dan pestisida di kebun jeruk, keluarga Bapak Wayan Kantor menghabiskan dana sekitar 100.000 rupiah.

3.3 Rumusan Masalah dan Solusi Kasus3.3.1 Riwayat PenyakitPermasalahan kesehatan yang ditemukan pada keluarga binaan I adalah kepala keluarga yaitu I Wayan Kantor, laki-laki usia 55 tahun yang mengalami keluhan sesak napas. Sesak napas terjadi kurang lebih sejak 2 minggu yang lalu. Sesak dikatakan diikuti oleh suara mengi yang didengar saat mengeluarkan nafas. Penderita mengatakan bahwa sesaknya terasa cukup berat, sehingga dia tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa. Sesak sedikit membaik ketika dalam posisi duduk dan bertambah berat ketika pasien dalam posisi berbaring, hal ini menyebabkan pasien tidak mampu berbaring. Pasien juga mengeluhkan batuk yang dikeluhkan yang dirasakan sejak 2 hari sebelum serangan sesaknya kambuh. Batuk dikatakan hilang timbul sepanjang hari dan tidak disertai suara serak, tenggorokan gatal serta tidak disertai panas badan.

Sebelumnya penderita pernah mengalami hal yang serupa yaitu ketika masih muda. Karena tidak kunjung sembuh, iat dibawa ke mantri dan dikatakan mengalami asma. Riwayat alergi baik terhadap obat-obatan maupun makanan disangkal. Riwayat menjalani operasi maupun tranfusi darah juga disangkal. Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit kronis seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, maupun penyakit ginjal.

Di lingkungan keluarga, dikatakan ada yang memiliki keluhan yang serupa. Adik penderita dikatakan memiliki penyakit asma yang sama seperti penderita ketika masih kecil. Riwayat penyakit herediter lainnya disangkal penderita. Penderita saat ini bekerja sebagai pengrajin kayu dan sesekali bertani jeruk. Sehari-hari kegiatan yang dilakukan pasien adalah berada di rumah memahat kayu dengan jam kerja mulai dari jam 9 pagi hingga jam 2 siang. Penderita mengakui memiliki waktu istirahat yang cukup. Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol disangkal.

Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan darah Bapak I Wayan Kantor adalah 120/70 mmHg, nadi 86 x/menit, laju napas 22 x/menit. Penderita mengakui kurang mengerti tentang penyakit yang dialaminya serta cara menanggulangi dan menghindari kekambuhan penyakit tersebut.

3.3.2 Solusi KasusKesehatan merupakan suatu masalah yang krusial dan komplek sehingga dalam penatalaksanaanya memerlukan tindakan yang bersifat holistik (menyeluruh). Secara holistik dalam memandang sebuah penyakit, merupakan suatu pendekatan dalam menilai penyakit yang sedang dialami oleh seseorang secara utuh, tidak hanya aspek medis atau biologis namun juga dari aspek lainnya seperti psikologis, sosial, ekonomi dan religius. Pendekatan holistik dalam memandang faktor risiko sebuah permasalahan kesehatan tentunya tidaklah hanya melihat dari sisi penyakit yang menjangkiti manusia, namun juga dari faktor lingkungan, gaya hidup atau perilaku, kebugaran, nutrisi dan sebagainya. Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi di keluarga binaan dilakukan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga. Berbagai aspek harus diperhatikan dalam pengelolaan kasus penyakit asma baik individu, keluarga dan lingkungan. Tahapan pengelolaan kasus asma pada keluarga binaan dilakukan sesuai dengan enam prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut, yaitu: personal, komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta memberdayakan keluarga dan/atau masyarakat.

1. PersonalMengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, penderita ditangani secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis, dan lingkungan sosial. Secara fisik, penderita mengalami keluhan sesak nafas. Untuk mengatasi masalah fisik ini, kita perlu memberikan penanganan penyakitnya, dengan melakukan pemeriksaan fisik dan memberikan obat yang tepat sesuai dengan diagnosis, rasionalitas, indikasi, efektifitas dan tepat guna. Dari segi sosial, asma pada penderita menyebabkan terganggunya aktivitas dan pekerjaan sehari-hari penderita. Sedangkan dari segi psikis, penderita akan mengalami gangguan karena dalam penatalaksanaan asma memerlukan waktu yang tidak sebentar.

2. Paripurna (Komprehensif)Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer, sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit asma.

Pencegahan primer: Memberi penjelasan tentang penyakit asma, faktor resiko, pencegahan dan pengobatannya. Menyarankan untuk mencegah terjadinya asma dengan menghindari alergen dalam dan luar ruangan yang berperan dalam menyebabkan eksaserbasi dari asma serta dengan meningkatkan konsumsi makanan yang kaya antioksidan seperti buah dan sayuran hijau.

Pencegahan sekunder Memberikan pengobatan asma secara tepat. Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang harus dijalani penderita Menyarankan untuk segera memeriksakan saudara, anak maupun keponakan penderita apabila ada yang memiliki keluhan dalam kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

Pencegahan tersier Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan pemeriksaan dan pengobatannya untuk menghindari komplikasi. 3. BerkesinambunganBerkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam perubahan perilaku dan pengobatan. Dilakukan pemantauan pencegahan kekambuhan penyakit penderita dengan rutin mengadakan kunjungan rumah selama kegiatan PPD. Dan setelah PPD selesai, keluarga diharapkan melakukan pemantauan berkelanjutan untuk mencegah kekambuhan dan komplikasi.

4 Koordinatif dan kolaboratifBekerja sama dengan tenaga medis, paramedis dan nonmedis terkait seperti dokter spesialis, apoteker, analis kesehatan, pemuka/tokoh masyarakat, termasuk keluarga pasien sendiri. Selain itu dilakukan koordinasi dengan keluarga penderita untuk berperan aktif mendukung pengobatan penderita dan menciptakan lingkungan yang kondusif demi kesehatan penderita.

5. Mengutamakan pencegahan Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang berisiko (belum sakit). Penyakit asma pada pasien ini terkait dengan faktor genetik, sehingga ada kemungkinan anak penderita dapat menderita asma. Sehingga perlu diterapkan pola hidup sehat dan skrining terhadap penyakit asma.

6. Memberdayakan keluarga dan masyarakat Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi penderita yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa diperlukan adanya tindakan pencegahan agar penyakitnya tidak kambuh kembali. Menjelaskan mengenai pengobatan dan efek sampingnya. Apabila muncul keluhan agar segera ke pusat pelayanan kesehatan untuk menerima pengobatan yang adekuat. Mengajak semua lapisan masyarakat untuk turut serta menerapkan pola hidup sehat sehingga dapat meminimalisir angka morbiditas dari asma.

BAB IVSIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan1. Keluarga-keluarga binaan penulis memiliki karakteristik yang beragam. Mayoritas merupakan keluarga prasejahtera (ekonomi menengah ke bawah) dengan mata pencaharian utama di bidang pertanian jeruk.2. Terdapat budaya serta persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit. Tingkat pendidikan, pengaruh lingkungan sekitar serta kondisi ekonomi menyebabkan penanganan penyakit di keluarga tidak maksimal. 3. Terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta konsep penyakit sehingga dapat meminimalisasikan kejadian morbiditas serta mortalitas di keluarga. 4. Konsep dan teori kedokteran keluarga telah dipraktekan dan diaplikasikan selama kegiatan PPD ke-74 di Desa Katung-Kintamani, dengan memberikan KIE dan motivasi kepada penderita dan juga keluarganya (kasus asma) baik secara personal, komprehensif, berkesinambungan, mengutamakan pencegahan, koordinatif dan kolaboratif, serta memberdayakan keluarga dan masyarakat.

4.2 Saran1. Penganggulangan dan pemahaman tentang konsep penyakit harus terus ditingkatkan dengan melibatkan kader kesehatan baik dari puskesmas maupun dari pemerintah secara berkesinambungan dengan memberikan penyuluhan, pemeriksaan kesehatan serta pemberian obat secara gratis.2. Pengentasan masalah kesehatan tidak bisa berjalan sendiri, namun harus dibarengi dengan peningkatan kondisi ekonomi keluarga. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat diperlukan dalam upaya peningkatan taraf hidup keluarga binaan.

25