kisah nabi

Upload: fayzasuccess

Post on 17-Jul-2015

173 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Kisah Qarun Pada zaman Nabi Musa ada seorang umatnya yang sangat miskin. Namun, dia sanagt rajin beribadah. Dia bernama Qarun. Dia termasuk orang beriman yang disayangi Musa. Hidup Qarun sangatlah sederhana, dkadang-kadang dia tidak punya makanan dan pakaian. Dia pun merasa bosan dengan kemiskinan yang membelitnya. Suatu hari Qarun mendatangi Musa. Dia mengadukan nasibnya yang malang. Hai Musa, mohonkanlah kepada Tuhanmu agar aku tidak dililit kemiskinan, ucap Qarun dengan nada memohon. Baiklah, aku akan berdoa kepada Alalh, ucap Musa. Qarun pulang dengan hati lapang. Dia yakin Allah akan mengabulkan doa Musa. Musa pun berdoa kepada Allah. Dan Allah pun mengabulkan doanya. Qarun menjadi orang kaya. Malah menjadi sangat kaya. Hartanya sangat banyak. Gudang-gudang rumahnya berisi emas perak yang berlimpah. Dia memiliki beribu-ribu gudang harta. Sampai-sampai para pegawainya harus memikul kunci-kunci gudang hartanya tersebut. Musa yang mendengar bahwa Qarun telah menjadi orang kaya segera mendatangi Qarun. Musa akan menagih janji kepada Qarun agar menyedekahkan sebagian hartanya kepada orang yang miskin. Qarun yang telah menjadi orangkaya berubah menjadi orang yang sombong. Dia tidak mau menyedekahkan hartanya. Ketika Nabi Musa mendatanginya, dia menghadapinya dengan wajah congkak dan sombong. Hai, Qarun, janganlah engkau terlalu bangga karena hartamu karena semua itu milik Allah. Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi ini, ucap Musa yang sudah tidak sabar dengan kesombongan Qarun. Enak saja engkau bicara, aku mendapatkan harta ini karena kerja kerasku. Aku tidak akan mengeluarkan sepeser pun untuk orang lain. Ucap Qarun lagi. Qarun bertobatlah sebelum siksa Allah datang. Tidak akan ada yang bisa menyiksaku. Hartaku banyak, aku juga punya banyak penjaga yang akan melindungiku, ucap Qarun lagi. Ingatlah Qarun, siksa Allah akan datang, ucap Musa sambil pergi meninggalkan Qarun. Malam itu qarun tidak dapat tidur. Di telinganya terngiang-ngiang ucapan Musa. Namun semuany sudah terlmabat karena siksa Allah sudah ada di depan mata. Tanpa sempat diamenarik napas, bumi berguncang. Tiba-tiba, semua yang miliknya tenggelam di telan bumi. Begitu juga dengan Qarun yang ikut tenggelam bersama harta miliknya.

Kisah Nabi Ibrahim As Mencari Tuhan Nabi Ibrahim as. yang bergelar Kholilullah (Kekasih Allah) dilahirkan ditengah-tengah masyarakat yang penuh kemusyrikan dan kekufuran. Menurut Al Qur'an nama ayahnya adalah Azar dan didalam bahasa kitab Taurat namanya Taroh bin Tanur bin Siruj bin Sam bin Nuh as. Pada zaman itu telah bertahta seorang raja yang zalim dan suka bertindak semena-mena, namanya raja Namrudz yang mengaku menjadi Tuhan. Dia beserta seluruh rakyatnya menyembah berhala, termasuk ayah Nabi Ibrahim sendiri yang juga ahli dalam membuat patung yang sangat disukai oleh raja Namrudz. Pada suatu ketika Namrudz mendapat firasat yang menunjukkan, bahwa kelak akan lahir seorang anak laki-laki yang dapat menggulingkan kekuasaannya. Saat itu Namrudz menjadi gelisah dan cemas, akan firasatnya yang benar-benar akan terjadi. Maka Namrudz mengeluarkan undang-undang kerajaan, bahwa tidak ada satupun yang hidup dari bayi laki-laki dalam tahun ini, bila ada bayi laki-laki yang lahir id tidak akan segan-segan untuk membunuhnya, ia pun memerintahkan seluruh prajuritnya untuk menyebar kesegala penjuru daerah untuk mendata perempuan yang sedang hamil. Tanpa ada rasa kemanusiaan semua bayi laki-laki yang baru saja lahir langsung dibunuh. Ketika Nabi Ibrahim dilahirkan, ayahnya tidak kuasa untuk membunuh anaknya, nabi Ibrahim kemudian dibuang saja oleh ayahnya ke dalam hutan dengan fikiran nabi Ibrahim akan mati juga dimakan binatang buas. Tetapi kehendak Allah diluar kemampuan akal manusia, nabi Ibrahim dalam penjagaan Allah sehingga tak satupun binatang buas yang berada didalam hutan untuk mengganggu atau memakannya, bahkan nabi Ibrahim dalam keadaan sehat, karena Allah telah memberikan bila Nabi Ibrahim mengisap jarinya maka keluarlah madu yang manis, sehingga dengan demikian nabi Ibrahim tidak merasa lapar dan haus. Tentu saja kejadian ini adalah aneh bagi kita, namun bagi Allah itu mudah, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Inilah yang dinamakan IR-HASH, yaitu sesuatu keganjilan luar biasa yang terdapat pada diri Rasul semasa kecilnya dengan izin Allah Swt. Setelah serang beberapa lama kemudian, ayah beserta ibunya mencoba menengok anaknya di gua tempat Nabi Ibrahim disembunyikan. Mula-mulan mereka berkeyakinan anak pasti sudah mati, setelah mereka sampai disana, mereka terkejut melihat anaknya dalam keadaan sehat-sehat saja. Sejak itulah mereka sering menengok nabi Ibrahim secara sembunyi- sembunyi. Selama satu tahun nabi Ibrahim tinggal didalam gua, setelah umur nabi Ibrahim satu tahun, orang tuanya membawa nabi Ibrahim pulang kerumah, karena masa pemberlakuan undangundang kerajaan yang memerintahkan bahwa jika yang lahir anak laki-laki harus dibunuh. Semakin hari nabi Ibrahim semakin dewasa, ia pun mulai bertanya kepada orang tuanya, siapa yang menciptakan alam. "Wahai ibu dan ayahku, siapa yang telah menjadikan aku ini? Jawab ayahnya, ''Ayah dan Ibu

yang menjadikan kamu, karena kamu lahir disebabkan kami". Kemudian Ibrahim bertanya lagi: "Dan siapa pula yang menjadikan Ayah dan Ibu? Jawab orang tuanya: "Ya Kakek dan nenekmu." Demikian tanya jawab seterusnya sampai ketitik puncak, nabi Ibrahim menyatakan: "Siapakah orang pertama yang menjadikan semua ini? Maka orang tuanya tidak bisa menjawab, karena mereka tidak tahu kepada Tuhan. Ibrahim kemudian bertanya kepada orang lain, namun mereka semua tidak bisa menjawab. Nabi Ibrahim kemudian menggunakan akal dan fikirannya untuk mencari Tuhan Sang Pecipta alam semesta ini, karena akal manusia sangat terbatas, nabi Ibrahim gagal untuk mengetahui siapa sebenarnya yang telah menciptakan alam semesta ini. Firman Allah Swt. "Ketika hari telah malam, Ibrahim melihat bintang, katanya: Inilah Tuhanku...? Maka setelah dilihatnya bintang terbenam, ia berkata: Saya tidak akan berTuhan pada yang terbenam. Kemudian ketika melihat bulan purnama, iapun berkata lagi: Inilah Tuhanku...? Setelah bulan itu lenyap, lenyap pula pendapatnya berTuhan kepada bulan itu, seraya berkata: Sungguh kalau tidak Tuhan yang memberi petunjuk, tentu saya menjadi sesat. Maka ketika siang hari, nampak olehnya matahari yang sangat terang, ia pun berkata: Inikah Tuhanku yang sebenarnya...? Inilah yang lebih besar. Setelah matahari terbenam, iapun berkata: Hai kaumku! Saya tidak mau mempersekutukan Tuhan seperti kamu. Saya hanya berTuhan yang menjadikan langit dan bumi dengan ikhlas dan sekali-kali saya tidak mau menyekutukanNya." (QS. Al-An'am: 76-79) Itulah cara Nabi Ibrahim as. mencari Tuhan dengan menggunakan akal fikiran untuk memperhatikan alam sekitarnya. Awwaluddin ma'rifatullah, yaitu awal agama adalah mengenal Allah, barangsiapa yang ingin mengenal Allah, maka kenali dirinya baru ia akan mengenal siapa Allah itu sesungguhnya, dimana Allah itu, kenapa kita wajib menyembahnya.

Nabi Harun AS dan Patung Anak Sapi Mengisahkan Nabi Harun AS tidak bisa lepas dari kisah Nabi Musa, karena ia adalah juru bicara Nabi Musa ketika menghadapi Firaun ataupun umat Nabi Musa sendiri. Kisahnya dimulai ketika Nabi Musa berhasil membawa umatnya keluar dari Mesir dan selamat dari kejaran Firaun yang ingin membunuh mereka. Tibalah saatnya bagi Nabi Musa untuk menerima wahyu dari Allah SWT. Ia memerintahkan Nabi Harun untuk menjaga umatnya, jangan sampai mereka kufur. Lalu Nabi Musa naik ke Gunung Thursina untuk berkhalwat dan berpuasa selama 40 hari. Di atas gunung itu Nabi Musa memohon kepada Allah, Ya Allah, dapatkah aku melihat Engkau? Allah berfirman, engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cobalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya maka kau akan dapat melihat-Ku. Lalu Nabi Musa menoleh ke arah gunung yang dimaksud. Seketika itu gunung yang dilihat hancur luluh berantakan tanpa meninggalkan bekas, masuk kedalam perut bumi. Nabi Musa terperanjat, gemetar seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan. Setelah sadar ia bertasbih dan bertahmid seraya memohon ampun atas kelancangannya itu, Maha Besar Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah tobatku dan aku akan menjadi orang pertama yang beriman kepada-Mu. Selanjutnya Allah menurunkan kitab Taurat yang berupa kepingan-kepingan batu. Didalamnya tertulis pedoman hidup dan penuntun beribadah kepada Allah SWT. Patung Anak Sapi Ketika Nabi Musa turun dari gunung Thursina ia terkejut, kaumnya telah tersesat. Mereka berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas. Nabi Musa menegur saudaranya yaitu Nabi Harun yang telah dititipi agar menjaga umatnya. Nabi Harun berkata, bahwa ia telah memperingatkan mereka, namun mereka tidak memperdulikannya, Nabi Harun dianggap orang yang lemah. Ia telah bersusah payah melarang mereka menyembah patung anak sapi itu, tetapi mereka tidak mau mengindahkan nasehatnya, bahkan semakin keras tindakan Nabi Harun kepada mereka, makin keras pula perlawanan mereka, bahkan Nabi Harun diancam akan di bunuhnya. Nabi Musa marah kepada kaumnya, Alangkah buruknya perbuatan yang kalian lakukan sesudah kepergianku. Lalu Nabi Musa meletakkan papan Taurat di atas tanah, dan bergegas mendatangi Nabi Harun. Hai Harun apa yang menghalangi kamu ketika melihat mereka telah sesat, sehingga kamu tidak mengikuti aku? Nabi Harun menjawab, Hai putra ibuku, janganlah engkau pegang jenggotku dan jangan pula kepalaku.

Nabi Harun memberi pengertian kepada Nabi Musa bahwa ia sama sekali tidak bermaksud menentang perintahnya, dan tidak juga menunjukkan sikap merestui penyembahan patung anak sapi tersebut. Tetapi ia merasa khawatir, jika bani Israel ditinggalkannya, Nabi Musa akan bertanya kepadanya, mengapa mereka ditinggalkan, mengapa orang yang seharusnya bertanggung jawab justru meninggalkan mereka? Di sisi lain, Nabi Harun juga khawatir, jika perbuatan bani Israel dihadapi dengan kekerasan, akan terjadi peperangan diantara mereka, dan Nabi Musa tentu akan bertanya, mengapa ia menciptakan perpecahan diantara mereka dan mengapa pula tidak menunggu kembalinya Nabi Musa? Nabi Musa akhirnya menyadari bahwa Nabi Harun telah melaksanakan tugas dengan sebaikbaiknya. Ia meminta ampun kepada Allah SWT bagi dirinya dan juga saudaranya Nabi Harun. Setelah diselidiki ternyata Samiri-lah orang yang mengajak mereka membuat patung anak sapi dan menyembahnya. Nabi Musa marah sekali. Samiri di usir, tidak boleh bergaul dengan masyarakat, sebab Samiri terkena kutukan, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka badannya akan menjadi demam-panas, itulah siksa di dunia, adapun nanti di akherat akan di masukkan ke dalam neraka. Kemudian Nabi Musa memerintahkan kaumnya yang telah tersesat menyembah patung anak sapi itu supaya bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya tobat. Tujuh puluh orang diantara kaumnya diajak ke gunung Thursina, mereka adalah orang-orang terbaik, diajak Nabi Musa untuk memohon ampun buat kaumnya yang berdosa. Setibanya diatas gunung, datanglah awan tebal yang meliputi seluruh gunung. Nabi Musa dan kaumnya masuk ke dalam awan itu dan mereka segera bersujud. Selagi bersujud itu mereka mendengar percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada saat itu timbullah keinginan di benak mereka untuk melihat Allah secara langsung. Setelah Nabi Musa selesai bercakap-cakap dengan Allah, mereka berkata kepada Nabi Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami dapat melihat Allah dengan jelas. Sebagai jawaban, kontan atas kelancangan mereka itu Allah mengirim Halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus. Nabi Musa sedih melihat nasib mereka itu. Mereka adalah orang-orang terbaik yang dikumpulkan dari kaumnya. Ia memohon kepada Allah agar mereka diampuni dosanya dan dihidupkan kembali. Allah mengabulkan doanya. 70 orang yang sudah meninggal itu dihidupkan lagi. Nabi Musa kemudian menyuruh orang-orang itu bersumpah untuk berpegang teguh pada kitab Taurat sebagai pedoman hidup. Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Nabi Ilyas As: Berbuka Puasa dengan Makanan Surga Nabi Ilyas AS adalah keturunan Nabi Harun yang Ke empat, ia di utus Allah kepada kaum Bani Israel yang suka menyembah berhala, yang di sebut Berhala Baal. Sebuah riwayat menyebutkan, Nabi Ilyas Al-Nasyabi, yang mendapat panggilan Ibnu Yasin, di yakini masih hidup di Bumi. bersama Nabi Khidir. Sedangkan Nabi Isa dan Nabi Idris juga masih hidup di langit. Ilyas dan Khidir saling berkumpul pada saat bulan Ramadhan di Baitulmakdis. Keduanya mengerjakan ibadah haji di Padang Arafah dan minum air Zamzam. Dalam suatu perjalanan bersama Rasul SAW, di suatu lembah, Anas bin Malik mendengar seseorang berkata, Ya Allah, jadikanlah aku salah satu dari umat Muhammad yang di cintai, diberi ampunan, dan diterima tobatnya. Selanjutnya Anas berkisah: Kudekati lembah itu, dan ternyata ada seseorang di sana. Siapa kamu? dia bertanya. Anas bin Malik, aku pelayan Rasul, jawabku. Dimana beliau? ia bertanya lagi. Ada di sini, beliau mendengar ucapanmu, jawabku. Temuilah beliau, dan sampaikan salamku, katakan padanya, Saudaramu, Ilyas, menyampaikan salam, katanya. Maka kuberitahukan hal itu kepada beliau, kemudian Rasulullah SAW menemui, memeluk dan mengucapkan salam kepadanya. Setelah itu keduanya duduk dan berbincang-bincang. Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak makan dalam setahun kecuali hanya satu hari. Di hari ini adalah hari berbukaku, aku akan makan bersamamu. Maka turunlah meja makan dari langit yang di atasnya terdapat roti, ikan laut dan daun seledri. Lalu mereka berdua makan dan juga memberiku makan, lalu kami salat ashar. Setelah Ilyas meninggalkan Rasulullah dan aku melihat lintasan perjalanannya di awan menuju langit. Sebuah riwayat menyebutkan, hal itu terjadi dalam perang tabuk, ketika Rasulullah mengutus Anas bin Malik dan Hudzaifah bin Al-Yaman menemuinya. Keduanya mengatakan, ternyata ia seorang yang berbadan dua atau tiga hasta lebih tinggi dari kami. Ketika Rasul berkumpul dengan Ilyas, keduanya makan makanan dari surga. Ilyas berkata, setiap 40 hari saya baru makan. Sedangkan di Meja makan Itu terdapat Roti, Anggur, pisang, Kurma, dan sayur-sayuran selain bawang. Rasulullah bertanya perihal Khidir, maka ia menjawab, Sesungguhnya engkau akan bertemu dengannya sebelumku, maka sampaikan salamku untuknya. Pengalaman Tsabit, salah seorang sahabat, menyebutkan, ketika ia sedang salat sunah di pinggir kota Kufah bersama Mushab bin Zubair, tiba-tiba dari belakang terdengar suara, jika

kamu membaca Ghafirudz Dzanbi (yang menghapuskan dosa), ucapkanlah, Wahai Dzat yang menghapuskan dosa, ampunilah aku atas dosa-dosaku. Jika kamu membaca Qarbilut Taubati (yang menerima Taubat), ucapkan, Wahai Dzat yang menerima taubat, terimalah tobatku. Jika kamu membaca Syadiul Iqabi (yang keras hukuman-Nya), Wahai Dzat yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku. Dan jika kamu membaca Dzat Tuuli (yang mempunyai karunia), ucapkan, Wahai Dzat yang karunia, keruniakanlah kepadaku rahmat dalam waktu yang lama. Ketika itu ia membaca surat Al-Mukmin ayat 1-3, yang artinya, Ha Mim, turunnya kitab (AlQuran) ini dari Allah, yang Maha Perkasa, yang Maha Mengetahui. Yang menghapuskan dosa, yang menerima Tobat, amat keras hukuman-Nya, dan besar kekuasaan-Nya. Tiada Tuhan selain Dia, kepada-Nya lah tujuan kembali, Setelah itu aku menoleh dan ternyata tidak menemukan seorang pun di belakangku. Lalu aku keluar dan bertanya kepada orang-orang. Apakah orang yang melintas di depan kalian menaiki seekor keledai yang besar? Mereka menjawab, Tidak ada orang yang melintas di sini, dan mereka tidak mengetahui melainkan Ilyas. Ilyas adalah Nabi yang ke 17. Ia di utus untuk menyadarkan penduduk Baalbak atau Punicia yang menyembah berhala Baal. Negaranya terletak di bagian pantai Arab Utara, tapi ada yang menyebut sebelah barat Damaskus sekarang. Bangsa Punicia adalah bangsa pelaut. Di wilayah Libanon ditemukan bangunan altar penyembahan Baal yang disebut Heliopolis. Nama Ilyas disebut dua kali dalam surat Al-Anam ayat 85, bersama dengan Nabi Zakaria, Yahya, dan Isa , sebagai orang-orang yag saleh, dan Surah As-Saffat ayat 123, sebagai orang yang di utus oleh Allah. Surah As-Saffat ayat 123-130 mengungkapkan tugas dakwah Nabi Ilyas dalam menyeru kaumnya bertauhid, menyembah hanya kepada Allah. Apakah kamu tidak takut pada siksaan Allah? Kenapa kamu menyembah berhala Baal dan mengabaikan Allah? seruan itu dijawab, Kami sudah sejak lama menyembah Baal, sejak nenek moyang kami, oleh karena itu kami tidak bisa meningglkan begitu saja. Karena penolakan itu, Allah menurunkan azab, kecuali orang-orang yang menerima seruan Ilyas, berupa musim kering selama tiga tahun berturut-turut, sehingga mereka kelaparan, karena tanaman dan ternak mereka rusak. Akhirnya mereka menerima ajakan Ilyas, tetapi setelah kehidupan kembali normal, mereka mengulang menyembah berhala.

Nabi Ilyas selalu dikejar dan dicari-cari oleh kaumnya untuk dibunuhnya. Oleh karena itu Nabi Ilyas lari menghindar untuk menyelamatkan diri, bersembunyi di rumah-rumah yang sepi dan kosong. Berkat kekuasaan Allah, setiap rumah yang dimasuki Nabi Ilyas, maka disana sudah tersedia makanan. Akhirnya orang-orang mengetahui, setiap mereka memperoleh makanan dalam sebuah rumah, mereka mengatakan, Pasti rumah ini sudah di masuki oleh Ilyas. Melihat kenyataan itu, Ilyas memohon kepada Allah agar tugasnya di akhiri, dan beliau pun wafat. Tugasnya diteruskan oleh Nabi Ilyasa keponakannya sendiri. Tapi ada riwayat yang menyebutkan, Ilyasa adalah anak seorang perempuan Bani Israel tempat Ilyas menyembunyikan diri dari kejaran umatnya yang tetap durhaka. Dia mempunyai seorang anak laki-laki, bernama Ilyasa, yang penyakitan. Setelah disembuhkan Ilyas, Ilyasa menjadi pengiring setia Ilyas. Nama Ilyasa disebut dua kali dalam Al-Quran, yaitu dalam surah Shad ayat 48 dan Surah AlAnam ayat 86. Ia termasuk dalam daftar Nabi Bani Israel.

Kisah Nabi Daud AS, Si Pengembala Kambing yang Jadi Pahlawan (Bagian ke-1) Sejak kecil Daud adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT. Ia mengetahui keimanan kepada Allah SWT adalah hakekat kekuatan alam ini. Dalam perang, kemenangan baginya bukan semata-mata ditentukan canggihnya sistem persenjataan dan banyaknya jumlah pasukan. Nabi Daud AS adalah keturunan yang ke 13 dari Nabi Ibrahim AS dari garis keturunan anaknya yang kedua yaitu Nabi Ishak. Beliau menjadi Raja menggantikan Thalut. Sedangkan di masa itu ada raja kafir yang bernama Jalut. Sepeninggal Nabi Musa dan Nabi Harun, berlalulah tahun-tahun yang cukup panjang tanpa ada peristiwa mengejutkan. Bani Israel telah terusir dari negerinya disebabkan mereka ingkar terhadap kitab suci Taurat. Ketika itu mereka tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran kitab Taurat yang merupakan warisan ajaran Nabi Musa AS. Kitab Taurat telah hilang dan tercerabut dari dalam dada mereka. Keadaan mereka sungguh tragis. Yang tersisa dari mereka hanyalah seorang wanita hamil yang hari-harinya dilalui dengan berdoa memohon kepada Allah SWT agar Dia memberinya seorang anak laki-laki dan menamainya Asymuil, yang dalam bahasa Ibrani berarti Allah SWT mendengar Doaku. Lalu anak laki-laki itu tumbuh menjadi dewasa. Ibunya mengirimkan dan menyerahkan kepada seorang lelaki saleh agar belajar kebaikan dan ibadah darinya. Anak lelaki itu pun berada dalam asuhan lelaki saleh itu. Pada suatu malam, ketika ia telah menjadi dewasa, dalam

tidurnya ia mendengar suara datang dari sisi masjid. Ia bangun dalam keadaan ketakutan dan mengira bahwa gurunya memanggilnya. Lalu ia pergi menghadap gurunya dan bertanya. Apakah Guru memanggilku? sambil keheranan gurunya menjawab. Ya, ya, pasalnya ia tidak ingin anak asuhnya merasa ketakutan. Lalu ia pun tidur lagi. Tak lama kemudian, suara itu pun datang lagi. Memanggil untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya hingga ia pun terbangun. Betapa terkejutnya. Saat ia melihat ternyata sumber suara tersebut mengaku sebagai Malaikat Jibril seraya berkata, Tuhanmu telah mengutusmu kepada kaummu. Pada suatu hari, Bani Israel menemui Nabi yang mulia ini (Nabi Samuel, yang nama Aslinya, Asymuil). Mereka bertanya. Tidakkah kami orang-orang yang teraniaya? dia menjawab, Benar. Mereka pun berkata, Tidakkah kami orang-orang yang terusir? lalu Nabi tersebut membenarkan. Kaumnya berkata lagi. Kirimkanlah untuk kami seorang Raja yang dapat mengumpulkan kami di bawah satu bendera agar kami dapat berperang di jalan Allah SWT untuk mengembalikan tanah kami dan kemuliaan kami. Nabi Samuel berkata kepada mereka. Apakah kalian yakin akan menjalankan peperangan jika diwajibkan berperang kepada kalian? mereka menjawab, Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah SWT sedangkan kami telah terusir dari negeri kami. Nabi Samuel berkata, Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus Thalut sebagai penguasa kalian. Mereka berkata, Bagaimana ia menjadi penguasa atas kami, sedangkan kami lebih berhak mendapatkan kekuasaan. Lagi pula ia bukan seorang yang kaya, sedangkan diantara kami ada orang yang lebih kaya daripadanya. Mendengar keberatan dari kaumnya, Nabi mulia itu pun berkata, Sesungguhnya Allah SWT telah memilihnya atas kalian karena ia memiliki keutamaan dari sisi ilmu dan fisik. Dan Allah memberikan kekuasaan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Mereka bertanya, Apa tanda-tanda kekuasaan-Nya? Jika itu pilihan Allah, kami tidak dapat berbuat apa-apa. Tapi agar kami yakin, tunjukkanlah kepada kami suatu tanda? Nabi mulia itu menjawab, Baik, sesungguhnya Allah telah mengenal watak kalian yang keras kepala, Imanmu tidak di hati, tetapi di kelopak mata. Pergilah kalian ke padang sana. Kitab Taurat yang dirampas musuh kalian akan kembali kepada kalian. Kitab itu akan dibawa oleh para Malaikat dan diserahkan kepada kalian. Itulah tanda-tanda kekuasaan-Nya. Para pemuka Israel pun pergi ke padang yang ditunjuk Nabi mereka. Benar saja, di sana Mukjizat tersebut benar-benar terjadi. Di sana mereka melihat peti perjanjian kitab Taurat. Tak ada alasan lagi, mereka pun akhirnya menerima penunjukan Thalut sebagai Raja mereka. Saat Pasukan Thalut Dibentuk Tanpa menunggu lama, Thalut segera mempersiapkan diri, setelah pengangkatannya sebagai Raja, ia lalu memanggil putra-putra Israel yang cinta kemerdekaan untuk menjadi tentara. Ia membentuk sebuah pasukan tentara yang kuat untuk memerangi Jalut, yakni seorang penguasa yang gagah perkasa dan tak seorang pun yang dapat mengalahkannya.

Salah seorang dari tentara itu adalah Daud. Usianya masih belasan tahun. Negara membutuhkan tenaga kalian, anak-anakku. Pergilah kalian berjuang membantu Raja Thalut. Tetapi kamu berdualah yang bertempur. Adapun adikmu, Daud, biarlah ikut untuk melayani keperluan kalian berdua. Ia akan membawa persediaan makanan untuk kalian, serta mengirim berita kepadaku! kata Yusha, ayah Daud, berpesan kepada tiga orang putranya. Maka pergilah ketiga bersaudara itu bergabung dengan tentara Raja Thalut. Sesuai dengan pesan ayahnya, Daud hanya berada di garis belakang. Tentara Thalut sudah tersusun rapi, mereka terdiri dari para pemuda dan orang-orang pilihan yang kuat. Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai tanggungan, sebab hanya orangorang seperti itulah yang dapat memusatkan diri pada pertempuran. Berangkatlah pasukan itu ke medan perang. Mereka membawa segala macam senjata yang dapat dipergunakan untuk berperang. Tentara itu sangat sederhana jika dibandingkan dengan tentara Jalut yang jauh lebih maju. Sekalipun sudah menjadi tentara pilihan, Thalut ingin menguji ketaatan tentaranya pada perintahnya. Sebab masih ada orang-orang yang belum mau menerimanya sebagai Raja. Tatkala hendak menyebrangi sungai, setelah berjalan dalam waktu yang cukup jauh dan melewati gurun dan Gunung sehingga mereka merasa kehausan, Thalut berkata, Kita akan menyebrangi sungai itu. Ingatlah, tidak boleh minum air sungai itu lebih dari dua teguk, sekedar untuk membasahi kerongkongan. Barang siapa yang meminum air sungai itu sampai dahaga terobati, dia bukanlah tentaraku yang kupercaya. Kita memang sudah berjalan jauh, kita haus, sementara matahari sangat terik. Tetapi ingat, pertempuran yang akan kita hadapi lebih berat lagi daripada sekedar menahan haus. Kalau menahan haus saja kalian tidak sanggup, apalagi untuk memenangkan peperangan! Alangkah kecewanya Thalut, ketika tentaranya menyebrangi sungai, sebagian besar tidak mengindahkan larangannya, hanya sebagian kecil yang patuh. Sadarlah Thalut, kekuatannya tidak seperti yang dibayangkannya. Namun jalan mundur sudah tidak ada, apapun yang terjadi, ia harus menjalankan kewajibannya. Biarpun tentaranya tinggal beberapa orang ia tetap bertekad untuk meneruskan peperangan. Thalut ingat akan kata-kata Nabi mereka, Allah akan selalu melindunginya, mengkaruniai kemujuran dan kemenangan. Kisah Nabi Daud AS, Saat Daud Menjadi Pahlawan (Bagian ke-2) Pertempuran Pun Terjadi Akhirnya tentara Thalut bertemu dengan tentara Jalut yang gagah perkasa. Jumlah mereka jauh lebih banyak, senjata mereka juga lebih lengkap, semua di lindungi oleh baju besi. Pimpinan mereka bernama Jalut, seorang yang gagah perkasa. Badannya tegap, tingginya mencapai tiga meter. Sudah sangat terkenal, dalam setiap peperangan Jalut selalu mengamuk dengan ganasnya, tak seorang pun dibiarkan lolos dari sergapannya.

Kedua pasukan tentara yang saling berhadapan itu segera membuat pertahanan masingmasing. Melihat kekuatan tentara Jalut, tentara Thalut mulai berkecil hati. Kami tidak sanggup menghadapi tentara Jalut. Mereka lebih banyak dan lebih lengkap peralatanya. Tetapi sekelompok kecil tentara Thalut tetap pada pendirianya. Mereka ini adalah pasukan yang tidak melanggar perintah Thalut tatkala mereka menyebrangi sungai itu. Mereka berkata, Sudah sering terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak, dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah: 249). Sementara itu, Jalut si pemimpin pasukan yang perkasa itu terdengar berteriak-teriak. Suaranya menggelagar jauh melintasi gurun, menggema dari lembah ke lembah, membuat takut burung-burung. Jalut berteriak menantang, siapa jagoan dari tentara Thalut untuk berduel satu lawan satu. Suara Jalut terdengar jelas, sekalipun cukup jauh. Tetapi tidak ada seorang pun tentara Thalut itu yang berani maju menantang Jalut. Meskipun ejekan dan hinaan datang bertubi-tubi dari Jalut, tentara Tahlut diam ketakutan. Siapakah orang yang berani menjawab tantangan Jalut ini? Sesungguhnya ini adalah kesempatan baik untuk memenangkan peperangan ini. Sebab jika Jalut kalah, tentara musuh itu pasti mudah dikalahkan. Mereka akan lari ketakutan. Sedangkan kalau peperangan melawan mereka semuanya, belum tentu akan menang! pikir Thalut di dalam kemahnya. Timbul keinginan ia sendiri yang akan menghadapi Jalut. Tetapi kalau ia gugur, tentaranya akan lari tunggang-langgang karena tidak ada yang memimipin. Daud menjadi Pehlawan Ketika Thalut sedang resah, masuklah menghadap seorang anak, badannya tegap, matanya bercahaya, wajahnya tampan, suaranya pun merdu, dialah Daud bin Yusya. Saya ingin menutup mulut Jalut yang sombong itu! kata Daud kepada Thalut. Di seluruh tentara yang banyak ini, hanya kau yang berani, tetapi kau masih anak-anak, kata Thalut sambil menatap mata Daud dalam-dalam. Hatinya mengatakan, anak yang berdiri dihadapannya ini bukanlah manusia biasa. Mungkinkah Allah telah mengirimkan anak ini kepadaku untuk memenangkan peperangan ini? Pikir Thalut sambil membandingkan dirinya yang tadinya juga hanya seorang gembala, sama dengan Daud. Tetapi karena Allah SWT menghedaki, saat ini ia menjadi Raja. Beberapa hari yang lalu saya telah menangkap seekor singa karena ia hendak menerkam dombaku. Sebelum itu saya juga pernah membunuh seekor beruang ganas! kata Daud meyakinkan. Mendengar kata-kata Daud itu, Thalut tidak bimbang lagi, Daud di izinkan maju ke gelanggang. Maka di berikanlah Daud baju Zirah, pedang dan perisai. Namun ia menolak mengenakan baju besi, topi baja dan senjata yang diberikan kepadanya. Saya tidak bisa menggunakan itu semua, kata Daud.

Tetapi Jalut mengenakan baju perang dan bersenjata lengkap. Kau memakai senjata apa? tanya Thalut. Saya pakai ini saja! sahut Daud. Ia memperlihatkan sebuah tongkat, sebuah ketapel, dan beberapa batu kerikil. Kau yakin akan menang dengan senjata itu saja, tanya Thalut keheranan. Allah telah menyelamatkan diriku dari terkaman singa dan beruang ganas, kenapa Ia tidak menolongku dari pedang Jalut yang durhaka itu? Bukankah ia telah menghina Tuhan, Allah SWT? kata Daud bersemangat. Daud lalu berangkat, di iringi doa oleh Thalut, kemudian diarak keluar barisan tentara. Daud maju ke gelanggang dengan senjata apa adanya. Di sana Jalut sudah menanti seraya berkoar petentang-petenteng. Hai, bocah cilik! Apakah engkau sudah bosan hidup? Mana pedangmu, hah? Tongkatmu itu? Untuk memukul anjingkah itu? Atau untuk bermain dengan teman sebayamu? Sayang betul, engkau masih muda akan mati dulu. Kalau kau tetap menentangku juga, dagingmu akan menjadi makanan burung dan binatang buas! kata Jalut berteriak-teriak menyombongkan diri. Tetapi Daud tidak gentar, ia terus maju mendekat. Melihat Daud maju terus, Jalut mulai waspada. Ia mendekati tombak panjangnya yang dipancangkan beberapa buah tak jauh darinya. Jalut engkau boleh menyombongkan diri dengan tombak dan pedangmu. Boleh merasa aman dilindungi baju zirah dan topi bajamu. Tetapi percayalah, semuanya itu takkan mampu melindungimu. Ketahuilah, aku datang ini atas nama Tuhan, Allah SWT, yang menciptakan langit dan bumi serta seisinya, yang telah kau hina dan kau ejek selama ini. Sebentar lagi akan kita buktikan, pedang atau tombakmu yang menghabisi nyawaku, atau kehendak Tuhan yang berlaku atas dirimu! sahut Daud menjawab tantangan Jalut. Mendengar kata-kata Daud itu, Jalut amat marah sekali. Disambarnya tombaknya, lalu dilemparkannya ke arah Daud, tapi Daud menghindar dengan gerakan yang sangat tangkas. Berkali-kali Jalut melemparkan tombaknya, tapi tak satupun yang mengenai Daud, sebab ia selalau bisa menghindar. Sekarang giliranku! teriak Daud. Daud mengambil ketapelnya, dengan batu kerikil sebagai pelurunya. Dengan gerakan yang sangat cepat, ketapel itu di tembakkan ke muka Jalut. Batu kerikil itu menancap diantara kedua alisnya. Darah mengalir membasahi matanya. Jalut tidak dapat melihat dengan jelas. Ia berteriak-teriak, meraung-raung kesakitan seperti seekor singa yang terluka. Daud tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, batu kedua dan ketiga dilepaskannya, keduanya mengenai kepala Jalut. Penglihatan Jalut berkunang-kunang. Dunia terasa berputar. Akhirnya, Jalut yang bersenjatakan lengkap dan selalu di agung-agungkan itu tersungkur jatuh mencium tanah. Tak lama kemudian, dia pun mati, dengan cara yang sangat sederhana, dengan senjata ketapel.

Lalu Daud mengambil pedang Jalut. Sementara hampir seluruh pasukan lawan lari tunggang langgang karena ketakutan. Namun masih ada sisa-sisa tentara Jalut yang terpaksa bertahan, dan peperangan pun terjadi antara kedua pasukan itu. Tentara Thalut di bawah pimpinan Daud bersorak sorai, kemenangan di pihak mereka. Mereka mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) apa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 251). Bangsa Israel pun kembali memasuki kampung halamannya. Nama pahlawan Daud harum semerbak. Setiap orang membicarakannya, setiap orang mengisahkan keberaniannya, kegagahannya, kepintarannya. Namun tak kurang pula yang membicarakan ketampanan wajahnya. Seluruh rakyat menghormati Daud, tidak hanya karena kepahlawanannya, tetapi juga budi pekertinya yang mulia, sifat-sifatnya yang terpuji, serta suaranya yang amat merdu. Segalanya menjadi bahan pujian yang tak habis-habisnya. Raja Thalut pun tak luput memujinya. Ia mencintai dan menghormati Daud. Ia lalu diangkat menjadi penasehatnya. Selain itu, Daud juga diserahi tugas untuk memimpin tentara sekaligus dijadikan menantu Raja, menjadi suami putri Raja yang paling cantik. Namun Daud tidak begitu senang dengan semua itu. Ia pergi ke gurun dan gunung. Ia merasakan kedamaian di tengah-tengah makhluk yang lain. Di saat mengasingkan diri, Daud bertobat kepada Allah SWT dan memuliakan-Nya. Allah memilih Daud sebagai seorang Nabi dan memberinya Kitab Zabur. Dan kami berikan Kitab Zabur kepada Daud. (QS. Al-Isra: 55). Kisah Nabi Daud AS, Alam Pun Bertasbih Bersamanya (Bagian ke-3) Ketika Allah mencintai seorang hamba, dia jadikan manusia juga mencintai mereka. Begitu pula yang terjadi pada Daud. Manusia mencintai Nabi Daud sebagaimana burungburung, hewan-hewan dan gunung-gunung pun mencintainya. Sungguh nama Daud menjadi pujaan seluruh negeri, ia tetap rendah hati, ia tidak pernah menyombongkan diri, bahkan tidak pernah menceritakan kepahlawanannya. Meski begitu, melihat hal demikian, timbul rasa cemburu dalam hati Raja Thalut, ia khawatir suatu saat, tak lama lagi, menantunya Daud akan mengambil tahta darinya. Padahal Daud tidak pernah berpikir untuk menjadi Raja. Bahkan ia tidak ingin di puja-puja, rakyatnya sendirilah yang memperlakukan demikian. Maka, tatkala melihat perubahan sikap ayah mertuanya, ia sangat heran. Daud mencoba mawas diri, apa sesungguhnya kesalahan yang telah diperbuatnya. Mengapa Thalut sering bermuka masam terhadapnya? Daud tidak menemukan jawabannya. Ia merasa tidak melakukan kesalahan kepada Rajanya, tetapi tingkah laku Thalut semakin menjadi-jadi. Maka di tanyakanlah hal itu kepada istrinya. Menurut sang istri, ayahnya merasa iri kepada Daud. Kecintaan kepada Daud yang semakin meluas dikalangan rakyat sudah melebihi kecintaan mereka kepada Rajanya. Hal itu sangat mencemaskan Thalut.

Ayahku khawatir, karena semakin tinggi wibawamu, semakin merosot pula wibawa ayahku. Sungguh, semula ayahku seorang petani miskin, tetapi sekarang ia sudah merasakan nikmat menjadi orang yang berkuasa. Beliau tidak rela tahta yang di dudukinya diambil alih orang. Ayahku sudah lupa, ia menjadi Raja atas kehendak Allah SWT. Sebaiknya kita menyingkir saja dari sini. Kata istri Daud seraya menangis. Malam sudah larut, Daud tidak bisa memejamkan matanya. Akhirnya Daud menyerahkan semua persoalan itu kepada Allah SWT. Jika Allah menghendaki, apapun bisa terjadi! bisik Daud dalam hati, dengan pasrah dan tawakkal, Daud pun tertidur. Keesokan harinya, tanpa di duga, seorang utusan datang memberi tahukan, ia dipanggil menghadap Raja, Baik saya segera datang! sahut Daud tanpa ragu. Tidak lama, Daud sudah berdiri di hadapan sang Raja. Tipu Muslihat Raja Daud! kata Raja dengan muka manis yang dibuat-buat, Belakangan ini hatiku selalu dibuat risau, soalnya musuh kita bangsa Kanan, telah mempersiapkan tentaranya yang sangat kuat, mereka akan menyerbu kita. Mula-mula saya ragu untuk menugasimu. Kau tahu aku sangat menyayangimu, lagipula kau adalah menantuku. Tapi sekarang tidak ada pilihan lagi, tugas negara jauh lebih penting. Pimpinlah tentara kita ke luar kota, hadapi musuh di luar daerah kita. Hancurkan mereka, saya hanya ingin mendengar berita kemenangan! Perintah Raja saya laksnakan! Jika Allah mengizinan, saya pasti kembali dengan bendera kemenangan! sahut Daud dengan keyakinan penuh. Daud merasa ada tipu muslihat di dalam perintah itu, namun ia tidak ragu menjalankan perintah itu. Memang sesungguhnya Thalut sedang mengatur rencana jahat. Ia mengharapkan Daud gugur dalam pertempuran itu. Ia tahu tentara musuh sangat kuat, sedangkan tentara yang dibawa Daud hanya sedikit jumlahnya. Thalut ingin memperoleh dua keuntungan sekaligus, Daud gugur, sedangkan musuh ikut binasa. Tetapi apa yang terjadi? Daud memimpin tentaranya menyerbu ke tengah-tengah musuh yang sangat banyak jumlahnya. Seperti ada tentara malaikat yang membantunya turun dari langit. Tentara musuh di halaunya. Tentara musuh di hancurkan, sisanya lari tunggang langgang. Maka kembalilah Daud dengan bendera kemenangan. Sepanjang jalan Daud di elu-elukan rakyat. Kegagahannya di medan perang makin kesohor. Keharumanya sebagai pahlawan tiada tandingannya. Thalut sangat kecewa ketika Daud kembali dengan kemenangan yang gilang gemilang. Maka timbullah rencana paling keji di hati Raja itu. Ia akan membunuh Daud dengan tangannya sendiri. Raja Thalut yang dulu alim itu, sekarang benar-benar dikuasai iblis. Namun rencana itu di ketahui oleh istri Daud yang telah memasang mata-mata di segenap sudut istana. Sekarang kita harus menyingkir, ayah sudah mengatur rencana serapi-rapinya. Kau akan di bunuh, tidak akan bisa lolos jika kita tidak menyingkir terlebih dahulu! kata istri Daud.

Pagi harinya, saat Thalut sudah tahu bahwa Daud telah lari, ia sangat marah, kesal dan kecewa bercampur rasa malu, karena rencana jahatnya telah bocor. Sekarang perselisihan dengan Daud sudah semakin terbuka dan hal itu diketahui oleh rakyatnya. Keluar dari Istana Tentara dan rakyat tahu bahwa Daud keluar dari Istana, desas-desus tersiar luas, Raja Thalut hendak membunuh panglima perang dan menantunya itu, Daud. Raja iri hati, dengki, takut kalau-kalau Daud semakin dicintai rakyatnya. Mendengar hal itu, rakyat dan tentara bukannya menjauhi Daud, mereka tahu bahwa Daud adalah panglima perang gagah perkasa yang telah mengangkat derajat mereka. Ia telah menyelamatkan mereka dari ancaman musuh. Rakyat dan tentara pun berbondong-bondong pergi keluar kota. Mereka mencari Daud, saat menemukannya, mereka menyatakan kesetiaannya kepada Daud. Raja Thalut semakin geram melihat pengaruh Daud. Sekarang sudah jelas Daud mempunyai tentara dan rakyat sendiri. Tentara dan rakyat hanya taat kepada Daud. Mereka tidak lagi mengakui kekuasaan Thalut. Tentu saja hal ini semakin membuat Thalut marah dan kalap. Ia ingin membinasakan Daud. Apapun resikonya Daud harus dilenyapkan! Pada suatu hari Thalut memimpin pasukannya langsung untuk menghancurkan Daud. Saya tidak ingin berperang kalau tidak karena terpaksa. Karena itu, sebaiknya kita mencari tempat bersembunyi, kata Daud kepada para pengikutnya saat di laporkan kepadanya bahwa Thalut sedang bergerak maju. Dipimpin oleh Daud sendiri, akhirnya mereka menemukan sebuah tempat perlindungan dalam gua batu-batu. Sangat sulit menemukan tempat yang aman itu. Sementara Daud memerintahkan tentaranya untuk menyusun siasat, tujuannya agar dapat mengelabui Raja Thalut dan tentaranya. Benar saja, setelah berhari-hari Thalut dan tentaranya tidak berhasil menemukan persembunyian Daud, akhirnya Thalut memerintahkan agar semua tentaranya beristirahat karena kecapaian. Mereka pun terlelap tidur dengan cepat. Para pengintai melaporkan kepada Daud, bahwa Raja Thalut dan semua prajuritnya sedang tidur kecapaian, tak jauh dari tempat persembunyian mereka. Sekarang saatnya kita menghancurkan Thalut, kata para pengikut Daud mendesak. Tetapi diluar dugaan, Daud menolak desakan para pengikutnya. Belum waktunya kita menghancurkan mereka, saya yang akan memberikan pelajaran kepada Thalut. Kata Daud. Diiringi beberapa orang tentaranya, Daud mendatangi tempat Thalut dan pasukannya tidur, Daud mengambil sendiri Lembing Thalut yang diletakkan dekat kepalanya. Suatu perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang tidak mengenal rasa takut.

Bukan main terkejutnya Thalut saat terbangun dari tidurnya, dimana ia kehilangan senjata andalannya semua prajurit dan pengawal yang ditanyai tidak ada yang tahu. Keadaan gempar. Tiba-tiba muncul seorang utusan Daud. Lembing tuan tidak hilang, tetapi diambil oleh Daud selagi tuan tertidur lelap. Saya disuruh mengembalikannya. Daud tentu dapat membunuh tuan jika mau, namun beliau hanya ingin menyadarkan tuan, agar kembali insyaf. Hendaklah tuan segera bertobat kepada Allah SWT serta menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk, dengki serta berburuk sangka, kata utusan itu menyampaikan pesan Daud seraya menyerahkan lembing kepada Thalut. Gemetar sekujur tubuh Thalut. Mukanya pucat. Katakan kepada Daud, aku mengakui bahwa ia lebih adil dan lebih baik dari aku. Ia telah menunjukkan jiwa besarnya serta keluhuran budi yang luar biasa, kata Thalut. Di puncak bukit Daud dan beberapa pengikutnya tampak berdiri. Thalut memandangnya dengan terharu, marah, kesal bercampur malu. Berbagai perasaan bercampur baur dalam hatinya. Pikiran dan perasaannya benar-benar tidak menentu. Thalut pulang dengan perasaan kecewa. Tetapi Thalut bukannya bertobat, malah semakain sakit hatinya. Ia ingin membuktikan bahwa ia mampu menghajar Daud. Lagipula kedudukannya tidak akan aman selagi Daud masih hidup. Lebih-lebih tentaranya sudah lebih dari dua pertiga bergabung dengan Daud. Pada suatu hari Thalut kembali memimpin tentaranya, jumlahnya lebih besar, dengan peralatan yang jauh lebih hebat dan lengkap. Para pengintai melaporkan kedatangan Thalut kepada Daud, segera setelah itu, Daud memerintahkan tentaranya untuk bersembunyi demi menghindari perang saudara. Maka dibagilah tentara Daud menjadi beberapa kelompok untuk mengelabui Raja Thalut dan tentaranya. Strategi Daud berhasil, mereka tidak menemukan persembunyiannya. Di lain pihak, Thalut dan tentaranya kelelahan dan istirahat hingga tertidur kelelahan. Mereka semuanya telah tidur, kalau kita menyerang mereka , niscaya binasalah mereka, termasuk Thalut, kata seorang prajurit pengintai melaporkan. Daud dan beberapa pengikutnya yang paling setia lalu mendatangi Thalut dan tentaranya yang sedang tertidur lelap. Daud melangkahi beberapa prajurit musuh. Setelah sampai di dekat Thalut, ia mengambil senjata dan kendi berisi air yang di letakkan di dekat kepala Thalut. Kemudian dari atas bukit, tidak jauh dari tempat itu, Daud berseru sekuat suaranya. Lihatlah ini panah dan kendi Raja Thalut yang telah saya ambil sendiri dari dekat lehernya. Silahkan ambil kesini. Saya tidak bermaksud membunuh Raja Thalut, tetapi untuk memberikan peringatan yang kedua kali, agar tidak menuruti kata-kata iblis yang telah menguasai dirinya. Jika saya mau, tentulah saya dapat membunuhnya. Thalut, sadarlah! Teriakan Daud itu terdengar sangat agung, seperti bukan suara manusia biasa. Kata-kata Daud itu amat berkesan di hati Thalut. Sekarang ia sadar, iblislah yang mendorongnya untuk merencanakan pembunuhan terhadap Daud. Thalut sekarang benar-benar insyaf, ia menyesal dan menangis, mencucurkan air mata, minta pengampunan Allah SWT.

Dengan langkah tertegun-tegun ia pulang ke Istananya. Setibanya disana, ditanggalkannya semua baju kebesarannya. Sekarang pikiran dan tujuan hidup satu-satunya hanyalah minta pengampunan Allah SWT. Ia ingin bertobat, menebus dosa-dosanya. Tengah malam ia keluar dari Istananya, tidak seorang pun yang mengetahui kemana ia pergi. Ia pergi dan tak pernah kembali. Ia mengembara melepaskan rindu di hati. Rindu kepada pengampunan Allah SWT. Tak lama setelah kepergian Thalut itu, Daud di nobatkan sebagai Raja. Itulah yang menjadi kehendak Allah SWT. Kisah Nabi Daud AS, Saat Nabi Daud menjadi Hakim (Bagian ke-4) Daud menjadi Nabi yang diutus oleh Allah SWT sekaligus menjadi Raja. Kekuasaan tersebut justru meningkatkan rasa syukur kepada Allah dan meningkatkan ibadah kepada-Nya serta mendorong beliau untuk lebih meningkatkan kebaikan dan menyantuni orang-orang fakir serta menjaga kepentingan masyarakat umum. Allah SWT memperkuat kerajaan Daud, dan selalu menjadikannya menang ketika melawan musuh-musuhnya. Allah menjadikan kerajaannya sangat besar, sehingga diakui oleh musuhmusuhnya meskipun tidak dalam peperangan. Allah menambahkan nikmat-Nya kepada Daud dalam bentuk hikmah dan kemampuan untuk membedakan kebenaran dari kebatilan. Maka sempurnalah kenabian yang Allah berikan kepada Daud. Nabi Daud mempunyai seorang anak bernama Sulaiman. ia adalah anak yang cerdas, dan kecerdasannya itu tampak sejak masih kecil. Seperti biasa Daud duduk dan memberikan keputusan hukum kepada rakyatnya dan menyelesaikan persoalan mereka. Seorang lelaki pemilik kebun datang kepadanya disertai lelaki lain. Pemilik kebun itu berkata kepadanya, Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing laki-laki ini masuk ke kebonku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Aku menuntut ganti rugi. Daud berkata kepada pemilik kambing. Apakah benar bahwa kambingmu telah memakan kebun lelaki ini? Pemilik kambing itu berkata, Benar wahai tuanku. Daud berkata, Aku telah memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah di rusak oleh kambingmu. Lalu Sulaiman yang saat itu baru berusia 11 tahun, berkata, Aku memiliki hukum yang lain, wahai ayahku. Daud berkata, Katakanlah wahai Sulaiman. Sulaiman berkata, Aku memutuskan agar pemilik kambing mengambil kebun laki-laki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam disitu sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru. Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya. Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rusak atau

kembali seperti semula, pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya, dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya. Daud berkata, ini adalah keputusan yang hebat, wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana. (AlAnbiya: 78-79). Nabi Daud AS adalah Rasul yang kuat agamanya dan luas kerajaannya. Ia dapat mempergunakan gunung-gunung untuk mempertahankan negaranya dari serangan musuh. Burung-burung berkumpul di dekat istananya, berbunyi, bertasbih memuji Allah. Diantaranya ada yang dipergunakan untuk mengantar surat-surat ke daerah yang jauh. Dia seorang ahli hukum, menghukumi manusia dengan seadil-adilnya. Dia mempunyai istri 99 orang, maka untuk mencukupkan menjadi 100 orang, dimintanya istri seorang petani, supaya mau menyerahkan kepadanya. Lalu petani itu berkata, Bagaimana Baginda meminta istri saya yang hanya satu orang, padahal istri Baginda sudah 99 orang banyaknya? Daud menjawab, Saya ingin menggenapkan menjadi 100 orang. Allah menegur Nabi Daud AS dengan mengutus dua Malaikat ke Istana Daud. Pada suatu hari Nabi Daud duduk di Mihrabnya yang di situ ia salat dan beribadah. Ketika memasuki kamarnya, ia memerintahkan para pengawalnya untuk tidak mengizinkan seseorang pun masuk menemuinya atau mengganggunya saat ia salat. Tiba-tiba dua orang laki-laki tak dikenal masuk ke kamarnya. Kedua tamu tak undang itu mengatakan bahwa mereka akan minta hukum yang adil dari Raja. Raja Daud heran, bagaimana kedua laki-laki itu masuk. Bukankah pintu gerbang dijaga ketat oleh para pengawal istana? Daud pun bertanya, Apa masalahnya? laki-laki yang pertama berkata, Saudaraku ini mempunyai 99 kambing betina, sadangkan aku hanya mempunyai seekor, ia telah mengambilnya dariku untuk menggenapkan miliknya menjadi 100 ekor. Ia mengajukan beribu macam alasan, sehingga sulit bagiku untuk menolaknya, lagipula ia memang lebih pintar berdebat denganku, kata salah seorang laki-laki itu. Benarkah apa yang dikatakan oleh saudaramu itu? Tanya Nabi Daud kepada laki-laki yang seorang lagi. Benar, kata orang itu. Kalau benar demikian, sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dia sesungguhnya dari kebanyakan orang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang yang beriman. Daud berkata tanpa mendengar pendapat atau argumentasi pihak lain. Daud terkejut ketika tiba-tiba dua orang itu menghilang dari hadapannya. Akhirnya, tahulah Daud, bahwa kedua lelaki itu adalah Malaikat yang diutus oleh Allah SWT kepadanya untuk memberikan pelajaran. Hendaklah ia tidak mengambil keputusan hukum diantara dua orang yang berselisih kecuali setelah mendengar perkataan kedua belah pihak.

Daud merasa bersalah, saat itu juga ia tunduk dan bersujud serta rukuk kepada Allah SWT dan minta ampun kepada-Nya (QS. As-Shad: 25). Sejak mendapat teguran itu, Daud semakin tekun beribadah, ia semakin banyak bertasbih. Allah menganugrahinya kepintaran dan kebesaran yang belum pernah diperoleh manusia pada masanya. Allah juga menganugrahinya kebesaran kerajaan yang jaya. Tatkala Daud bertasbih, memuji kepada Allah SWT pada waktu pagi dan petang, atas perintah Allah gunung-gunung dan burung-burung pun ikut bertasbih bersamanya. Segala burung pada waktu-waktu tertentu datang berkumpul menghadap Nabi Daud. Allah SWT menurunkan kepadanya Kitab Zabur. Kitab suci ini berisi tasbih dan pujaan kepada

Allah SWT serta kisah manusia dan Nabi-nabi terdahulu dan yang akan datang.

Saat Nabi Daud melagukan puji-pujian kepada Allah dengan suaranya yang merdu. Semesta alam pun mendengarnya dengan syahdu. Suaranya yang merdu, indah tak terlukiskan, maka gunung, pohon dan burung-burung pun ikut bertasbih memuja kebesaran Allah SWT bersama Daud (QS. As- Shad; 17-20). Nabi Daud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Sehubungan dengan itu, Rasulullah bersabda, Sebaik-baiknya berpuasa (Sunah) adalah puasa Daud. Beliau berpuasa satu hari dan berbuka satu hari. Beliau membaca Zabur dengan 70 suara, beliau melakukan salat di tengah malam dan menangis di dalamnya, dan karena tangisnya, segala sesuatu pun ikut menangis, dan suaranya dapat menyembuhkan orang yang sakit dan orang yang menderita. Nabi Daud memerintah selama 40 tahun. Pemerintahannya mendatangkan kemakmuran, keadilan serta kesentosaan bagi rakyatnya. Ia meninggal dalam usia lanjut. Dalam kemuliaan dan kebesaran, putranya Sulaiman telah dipersiapkan sebagai penggantinya. Sulaiman sama halnya dengan ayahnya, selain sebagai Raja juga sebagai seorang Nabi Allah. Kisah Nabi Daud AS, Tentang Shalat dan Puasa Nabi Daud (Bagian ke-5 Habis) Nabi Daud adalah salah seorang Nabi Allah yang amalan salat dan puasanya sangat disukai Allah, sehingga karena kehebatannya inilah Nabi Muhammad memberitahukannya kepada para sahabat. Abdullah bin Amr meriwayatkan, Rasulullah bertanya kepadaku, saya mendengar kabar bahwa anda selalu berjaga di waktu malam (beribadah) dan berpuasa di siang hari. Benar, ya Rasulullah, jawab saya. Nabi bersabda, berpuasalah dan berbukalah, salatlah dan tidurlah! Karena tubuhmu mempunyai hak terhadapmu, dan tamumu juga mempunyai hak terhadapmu. Cukuplah bagimu berpuasa sebanyak tiga hari pada tiap bulan. Abdullah berkomentar, Saya bertahan. Nabi pun bersikeras pula. Akhirnya saya memberikan alasan: Ya Rasulullah, saya kuat melakukannya. Kalau begitu, berpuasalah tiga hari setiap minggu, ujar Nabi.

Abdullah berkomentar lagi, Saya tetap bertahan. Tapi Nabi bersikeras pula. Saya berdalih, Ya Rasulullah, saya masih sanggup. Kalau begitu, berpuasalah seperti puasa Nabi Daud, dan jangan melebihi lagi! sabda Rasulullah memperingatkan dengan keras. Ya Rasulullah, bagaimana puasa Nabi Daud itu, tanya saya. Beliau sehari berpuasa, sehari tidak, sabda Nabi. (HR Ahmad dan lain-lain). Dalam redaksi lain, Abdullah bin Amr meriwayatkan, Rasulullah bersabda, Puasa yang lebih di sukai oleh Allah ialah puasa Daud, dan salat yang paling disukai Allah, ialah salat Daud. Beliau tidur seperdua malam, bangun sepertiganya, lalu tidur seperenamnya. Beliau berpuasa satu hari, lalu berbuka satu hari. (HR Bukhari Muslim). Al-Quran melukiskan kepribadian Nabi Daud cukup lengkap. Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah hamba kami, Daud yang mempunyai kekuatan (Al-Ayad), sesungguhnya dia amat taat. Sesungguhnya kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia diwaktu petang dan pagi, dan burung-burung dalam keadaan terkumpul. Masing-masing amat taat kepada Allah. Dan kami kuatkan kerajaannya dan kami berikan kepadanya hikmah dan kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. Dan adakah sampai kepadamu berita orang-orang yang berperkara ketika mereka memanjat pagar? Ketika mereka masuk menemui Daud, ia terkejut karena kedatangan mereka. Mereka berkata, Jangan kamu merasa takut, kami adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zalim kepada yang lain, maka berilah keputusan antara kami dengan adil, dan janganlah kamu menyimpang dari kebenaran dan tunjukilah kami jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing betina, dan aku mempunyai seekor saja, maka dia berkata, Serahkanlah kambingmu itu kepadaku dan dia mengalahkan aku dalam perdebatan. Daud berkata, Sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkaan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orangorang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan amatlah sedikit mereka ini, dan Daud mengetahui, bahwa kami mengujinya, maka ia minta ampun kepada tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertobat. Maka kami hapuskan kesalahan itu, dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat di sisi kami dan tempat kembali yang baik.

Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi, maka berilah keputusan diantara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat di jalan Allah, akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah, yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu, karena mereka akan masuk neraka. Pantaskah kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh sama dengan orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi? Patutkah kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama denga orang-orang yang berbuat maksiat? (QS Shad: 1728). Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan, kata Al-Ayad berarti kekuatan dalam ketaatan, maksudnya adalah kekuatan dalam beribadah dan beramal salih. Sedang Qatadah mengemukakan, Nabi Daud diberi kekuatan beribadah dan diberi taufik dalam memegang keyakinannya, sebagaimana telah disebutkan, Daud senantiasa melakukan Qiyamul Lail (salat Tahajud) dan mengerjakan puasa Dahr (puasa sepanjang tahun, sehari puasa, sehari tidak). Selain tekun beribadah, salat dan puasa, Nabi Daud juga diberi kitab Zabur. Di dalam AlQuran disebutkan, Dan kami berikan Zabur kepada Daud. (QS An-Nisa: 163). Zabur adalah kitab yang sudah populer sebelum Al-Quran diturunkan. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, kitab Zabur itu diturunkan pada bulan Ramadhan, di dalamnya terdapat berbagai macam nasehat, hikmah dan pelajaran. Ketika Nabi Daud membaca kitab Zabur, suaranya begitu indah, maka burung-burung berhenti di udara seraya ikut bertasbih, demikian juga dengan gunung-gunung yang senantiasa bertasbih bersama-sama dengan Daud pada pagi hari dan petang. Abdurrazak menceritakan, dari Ibnu Juraij, Aku pernah bertanya kepada Atha tentang membaca Al-Quran dengan menggunakan lagu, maka dia pun menjawab, Apakah memang ada larangan untuk itu? Aku pernah mendengar Ubaid bin Umar berkata: dulu Daud AS pernah mengambil rebana dan menabuhnya lalu membaca kitab Zabur. Imam Ahmad meriwayatkan, dari Abdurrazak, dari Muammar, dari Al-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, Rasulullah pernah mendengar suara Abu Musa Al-Asyari sedang beliau tengah membaca Al-Quran, maka beliau bersabda, Sesungguhnya Abu Musa telah di karuniai bagian dari seruling keluarga Daud. Kemampuan Nabi Daud berpuasa, ternyata menurun kepada anaknya, Nabi Sulaiman. menurut Ibn Abbas, Nabi Sulaiman berpuasa tiga hari pada awal bulan, tiga hari pada pertengahan bulan dan tiga hari pada akhir bulan. jadi beliau mengawali bulan dengan puasa, menjalani pertengahannya dengan puasa, dan menutupnya dengan puasa pula.

Sebetulnya hampir setiap Nabi memiliki tradisi berpuasa, seperti disebutkan di dalam AlQuran surah Al-Baqarah ayat 183, Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu (umat Muhammad) berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar bertakwa. Mukjizat Nabi Daud Nabi Daud sangat terkenal sebagai Nabi yang memiliki suara yang sangat merdu dan tidak ada yang bisa menandinginya. Inilah karunia dan rahmat Allah atasnya. Apabila Nabi Daud bernyanyi melagukan kitab Zabur yang berisikan petunjuk dan tuntunan dari Allah SWT, maka orang-orang yang sakit menjadi sembuh. Jin dan Manusia serta burung-burung berkumpul di dekatnya untuk mendengarkan nyanyian itu, serta angin pun menjadi tenang, gunung, burungburung ikut bertasbih memuji kebesaran Allah. Ketika ia memegang besi, maka besi itu menjadi lunak, seperti kertas, dan dapat dijadikan bermacam-macam keperluan hidup tanpa harus dibakar terlebih dahulu dengan api dan tidak perlu di tempa seperti kebiasaan orang pande besi (As-Saba: 10-11) Kisah Nabi Ismail, Cermin Ketaatan Seorang Anak Nabi Ismail adalah putra Nabi Ibrahim dengan istrinya, Siti Hajar. Siti hajar berasal dari budak kecil Raja Mesir yang diberikan kepada Siti Sarah, dan setelah besar lalu dijadikan istri oleh Nabi Ibrahim. Dari istrinya inilah Nabi Ibrahim memperoleh anak yang bernama Ismail. Adapun istrinya yang pertama, yaitu Siti Sarah, sedari muda sudah mandul (tidak mempunyai anak) dan karena ia ingin sekali mempunyai keturunan, maka setelah usianya sudah agak lanjut, barulah ia dikaruniahi Allah seorang anak laki-laki yang bernama Ishak. Rupanya Siti Sarah kurang senang apabila selalu berdekatan dengan madunya, seperti halnya watak wanita pada umumnya, apalagi madunya itu sudah mempunyai anak, sedangkan ia sendiri masih belum. Kemudian Nabi Ibrahim membawa pindah istrinya (Siti Hajar) bersama bayinya, Ismail ke negeri Mekah yang pada saat itu masih berupa lautan padang pasir yang belum ada seorang manusia pun disana. Seperti diceritakan dalam Al-Quran: surah Ibrahim ayat, 37: Hai Tuhan kami! Sesungguhnya kami telah menempatkan anak keturunan kami di lembah yang tidak ada tanaman sama sekali (Mekah) pada tempat rumah-Mu (Kabah) yang terhormat. Hai Tuhan kami! Semoga mereka tetap mendirikan salat. Hendaklah Engkau jadikan hati manusia rindu kepada mereka. Berilah mereka rezeki yang berupa buah-buahan, mudah-mudahan mereka mengucapkan syukur kepada Tuhan. Nabi Ibrahim kembali ke Negeri Syam. Ketika Siti Hajar telah kehabisan air, ia merasa sangat haus, karena itu air susunya terasa berkurang, dan bayinya (Ismail) ikut menderita karena kekurangan air susu. Siti Hajar mencari air kemana-mana, mondar mandir antara bukit Sofa dan Bukit Marwa, kalau- kalau ada air di situ. Perbuatan Siti Hajar ini sampai sekarang dijadikan sebagian dari

rukun Ibadah haji yang dinamakan Sai (pulang balik antara Sofa dan Marwa) sebanyak tujuh kali, dengan membacakan nama kebesaran Allah, mensucikan dan mengagungkan Allah.

Tak lama kemudian Siti Hajar mendengar suara (suara Jibril) yang membawa dan menunjukkan Siti Hajar ke suatu tempat, dan disana di hentakkan kakinya ke bumi, maka terpancarlah mata air yang sangat jernih dari dalamnya. Maka dengan segera Siti Hajar mengambil air itu untuk memberi minum anaknya.. mata air itu semula meluap kemana-mana, kemudian Malaikat berkata, Zamzam artinya, berkumpullah. Maka, mata air itu pun berkumpul, dan sampai sekarang mata air itu dinamakan sebagai Air Zam zam. Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa, air zamzam itu tidak pernah kering sampai sekarang walau pun dipergunakan oleh sangat banyak manusia yang mengambilnya. Pada suatu hari lewatlah di sana serombongan orang Arab Jurhum, yang kebetulan mereka sangat memerlukan air, mereka sudah mencari kesana kemari, tapi belum menemukannya Tiba-tiba terlihat oleh mereka burung-burung yang sedang berterbangan di atas suatu bukit, biasanya ini suatu pertanda bahwa disana ada mata air. Karena burung itu biasanya senang terbang di atas mata air. Maka pergilah mereka ke sana, dan ternyata benar disana ada mata air, yang disana ada Siti Hajar dan Bayinya, Ismail. Karena kebaikan hati Siti Hajar kepada mereka dengan memberi air zamzam itu sekehendak yang mereka butuhkan, sehingga mereka tertarik hatinya untuk tinggal di sana bersama Siti Hajar. Atas kebaikan hati Siti Hajar pula, maka rombongan orang Arab Jurhum itu memberikan sebagian barang dagangannya kepada Siti Hajar, sehingga Siti Hajar merasa senang dan bahagia hidupnya di sana. Lama-kelamaan, bertambahlah penduduknya dan jadilah suatu desa yang aman tentram serta subur dan makmur. Setelah Ibrahim kembali ke Mekah untuk menemui istri dan anaknya, alangkah terkejutnya beliau melihat tempat itu sudah menjadi sebuah desa yang subur dan makmur, dan meliahat Siti Hajar hidup senang dan bahagia karena hidupnya berkecukupan. Siti Hajar menceritakan semua kejadian yang dialaminya kepada suaminya. Nabi Ibrahim memuji kebesaran Allah, yang telah mengabulkan doanya yang lalu.

Mendirikan Kabah Pada suatu hari Nabi Ibrahim mendapat perintah untuk mendirikan Kabah di dekat telaga Zamzam. Hal itu diberitahukan kepada anaknya Ismail. Maka keduanya sepakat untuk membangun rumah Allah yang akan digunakan untuk beribadah. Mereka membangun Kabah tersebut dengan tangan-tangan mereka sendiri. Mengangkut batu dan pasir serta bahan-bahan lainnya dengan tenaga yang ada padanya. Setiap selesai bekerja Nabi Ibrahim bersama anaknya, Ismail, keduanya berdoa, Ya Tuhan! Terimalah kerja kami ini, sungguh Engkau maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Ya Tuhan! Jadikanlah kami dan keturunan kami umat yang menyerahkan diri kepada-Mu, dan perlihatkanlah kepada kami, Ibadah kami, dan beri tobatlah kami, sesungguhnya Tuhan Maha Pemberi Tobat dan amat Pengasih. Pada saat membangun rumah suci itu, Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah Batu Besar berwarna Hitam mengkilat. Sebelum meletakkan batu itu diciumnya sambil mengelilingi bangunan Kabah. Batu tersebut sampai sekarang masih ada, itulah Hajar Aswad. Setelah bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail tata cara beribadah menyembah Allah. Tata cara beribadah yang diajarkan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail inilah yang juga diajarkan kepada Nabi-nabi dan Rasul yang sesudahnya hingga kepada Nabi Muhammad SAW. Ya Tuhan, bangkitkanlah seorang utusan dari mereka itu yang mengajarkan ayat dan kitab serta segala hikmah dan yang akan membersihkan dari dosa-dosa, Engkaulah Tuhan Yang Maha Mulia lagi Perkasa. Nabi Ismail, Cermin Anak yang Patuh Pada suatu hari Nabi Ibrahim bermimpi diperintah Tuhan untuk menyembelih anaknya (Ismail). Maka Nabi Ibrahim bermusyawarah dengan anak-istrinya (Siti Hajar dan Ismail), bagaimana pendapat keduanya tentang mimpinya itu. Siti Hajar berkata, Barangkali mimpi itu hanya permainan tidur belaka, maka janganlah engkau melakukannya, akan tetapi apabila mimpi itu merupakan wahyu Tuhan yang harus di taati, maka saya berserah diri kepada-Nya yang sangat pengasih dan Penyayang terhadap hambanya. Ismail berkata, Ayahku! Apabila ini merupakan wahyu yang harus kita taati, maka saya rela untuk disembelih. Ketiga orang anak beranak itu sudah ikhlas melakukan perintah Tuhannya, maka keesokan harinya dilaksanakan perintah itu. Selanjutnya Ismail usul kepada ayahnya, Ibrahim: Sebaiknya saya disembelih dengan keadaan menelungkup, tapi mata ayah hendaklah di tutup, kemudian ayah harus dapat mengira-ngira arah mana pedang yang tajam itu ayah pukulkan, supaya tepat pada leher saya.

Maka Nabi Ibrahim melaksanakan usul anaknya itu, beliau mengucapkan kalimat atas nama Allah, seraya memancungkan pedangnya yang tajam itu ke leher anaknya. Kisah-kisah Penting di Masa Nabi Ibrahim Lainnya (III) A. Kisah Nabi Ibrahim Dibakar Raja Namrud kehilangan kesabarannya, rakyat disuruh mengumpulkan kayu bakar sebanyakbanyaknya untuk membakar Ibrahim. Setelah kayu bakar itu terkumpul bertimbun-timbun, maka Api unggun besar pun dibuatnya. Tapi mereka merasa kebingungan sendiri, bagaimana caranya memasukkan Ibrahim ke dalam api yang sedang berkobar-kobar itu. Akan diantarkan sendiri oleh mereka tentu tidak mungkin, sebab mereka tidak mampu mendekati kobaran api besar itu dari jarak yang agak dekat. Kemudian Ibrahim di bakar di dalam api unggun yang berkobar-kobar itu dengan memasukkan Nabi Ibrahim ke dalam api dari jarak yang jauh dengan cara Ibrahim di letakkan di suatu tempat yang dapat dilentingkan seperti anak panah yang dapat di lentingkan dari jarak jauh ke arah sasaran yang dituju. Merekapun merasa puas dan berkerumun menonton dari jauh peristiwa yang sangat mengerikan itu. Mereka mengira bahwa Nabi Ibrahim telah berakhir hidupnya dan merekalah yang menang dalam hal ini. Tetapi alangkah terkejutnya mereka sewaktu api sudah padam, kayu bakar sudah habis, Nabi Ibrahim keluar dari dalam api dengan selamat, bahkan sehelai rambut pun tak ada yang terbakar dan tak sedikitpun merasakan panasnya api tersebut. Allah berfirman kepada Api, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran, Hai api hendaklah dingin dan selamatkan Ibrahim! (Al-Ambiya: 69). Nabi Ibrahim selamat, ia merasakan api yang berkobar-kobar itu dingin saja. B. Kisah Nabi Ibrahim Pindah ke Negeri Kanan Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk cepat bertobat dan memeluk agama Allah, seperti tercantum di dalam AL-Quran, surah Maryam, ayat 41 45, Sesungguhnya ia adalah Nabi yang benar. Ketika ia berkata kepada Bapaknya, ya Bapakku! mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar dan tidak melihat dan tiada bermanfaat kepada Engkau sedikitpun? Ya Bapakku!, jangan engkau sembah setan, sesungguhnya Setan itu durhaka kepada Allah. Ya Bapakku!, sesungguhnya aku takut kepada siksaan Allah yang akan menimpa engkau, maka engkau akan berteman dengan setan di dalam Neraka. Ayah Nabi Ibrahim menjawab, Adakah engkau membenci kepada sesembahanku (patungpatung) ya Ibrahim?, ingatlah, jika engkau tidak berhenti menghina Tuhanku, niscaya aku akan melempar (menyiksa)-mu, dan enyahlah engkau dari sini selama-lamanya. (Maryam: 46).

Karena negeri Babilon tidak aman lagi bagi Nabi Ibrahim maka ia memutuskan untuk pindah ke Syam (Palestina), bersama Luth yang kemudian juga menjadi Nabi, dan beberapa pengikutnya ia meninggalkan Babilon. Namun tidak beberapa lama negeri Palestina diserang bahaya kelaparan dan penyakit menular. Ibrahim dan pengikutnya kemudian pindah ke Mesir. Mesir waktu itu diperintah oleh Raja yang kejam dan suka berbuat seenaknya. Raja Mesir suka merampas wanita-wanita cantik walaupun wanita itu sudah bersuami. Ketika Raja Mesir mendengar bahwa Sarah adalah perempuan yang cantik, maka Ibrahim dan Sarah dipanggil menghadap. Ibrahim berdebar, Raja Mesir memang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu merampas istri orang yang berwajah cantik sekedar untuk menunjukkan betapa besar kekuasaannya. Tak seorangpun berani menghalangi perbuatannya. Setelah menghadap raja Mesir. Ibrahim di tanya, Siapakah perempuan itu? Saudaraku jawab Ibrahim, sengaja ia berbohong, sebab jika ia berkata terus terang, pasti ia akan dibunuh oleh Raja Mesir itu dan istrinya akan dirampas. Nabi Ibrahim dan istrinya boleh tinggal di Istana. Pada suatu hari Sarah dapat menyembuhkan sakit Raja Mesir itu, yaitu sepasang tangan Raja itu mengatup rapat tidak dapat digerakkan. Atas jasanya itu Sarah kemudian diberi hadiah seorang budak perempuan bernama Hajar. Dan dengan ikhlas Hajar kemudian diberikan kepada Ibrahim untuk dijadikan isteri. Di Mesir, Ibrahim dapat hidup tenteram dan makmur, hartanya melimpah ruah. Tapi justru ini menjadikan iri hati bagi penduduk asli Mesir. Maka kemudian Ibrahim memutuskan kembali ke Palestina. Sejak saat itulah, Nabi Ibrahim hijrah ke Negeri Kanan (Palestina), dan disanalah ia membina rumah tangga sampai mendapat keturunan. Nabi Ibrahim menikahi Siti Sarah, karena tidak mendapat keturunan, ia menikah lagi dengan Siti Hajar. Pernikahannya dengan Siti Hajar dianugrahi Allah seorang putra bernama Ismail. Setelah Siti Sarah berusia lanjut, dia hamil. Lahirlah seorang putra yang diberi nama Ishak. Kelak Nabi Ishak mempunyai anak bernama Yakub. Menurut riwayat, keturunan Nabi Ishak selanjutnya adalah Nabi Musa. Keturunan dari Nabi Ismaillah yang kemudian menurunkan Nabi Muhammad SAW. Menurut silsilah, Nabi Ismail adalah kakek Nabi Muhammad yang kedua

Puluh.

Istri pertama Nabi Ibrahim, Siti Sarah tinggal di Palestina. Sedangkan istri keduanya, Siti Hajar, dan putranya Ismail tinggal di Mekah. Karena itu Nabi Ibrahim kadang pergi ke Palestina, kadang tinggal di Mekah. Setelah Ismail besar, Ibrahim mengajaknya membangun Baitullah (Kabah) sesuai dengan perintah Allah SWT. Selanjutnya Kabah menjadi kiblat bagi umat Islam yang mendirikan salat.

C. Nabi Ibrahim dan Ujian Keimanan dari Allah Suatu hari Nabi Ibrahim AS bermimpi diperintah Tuhan untuk menyembelih anaknya (Ismail). Beliau kemudian bermusyawarah dengan anak-istrinya (Siti Hajar dan Ismail) ia bertanya bagaimana pendapat keduanya tentang mimpi itu. Siti Hajar berkata, Barangkali mimpi itu hanyalah permainan tidur belaka, maka dari itu janganlah engkau melakukannya. Akan tetapi apabila mimpi itu merupakan wahyu Tuhan yang harus ditaati, maka saya berserah diri kepada Allah yang sangat pengasih dan penyayang kepada hambanya. Selanjutnya Ismail berkata, Ayahku! Apabila ini merupakan wahyu yang harus kita taati, maka saya rela untuk disembelih. Ketiga orang mulya tersebut ikhlas melakukan perintah Tuhannya. Maka pada keesokan harinya dilakukanlah perintah itu. Hal ini banyak diketahui oleh banyak orang, mereka menyangka, bahwa Nabi Ibrahim sudah gila, karena itu dia harus di bunuh, jika tidak, pasti kita semua nantinya juga akan disembelihnya. Ismail usul kepada ayahnya: Sebaiknya saya disembelih dalam keadaan menelungkup, tetapi mata ayah hendaklah di tutup. Kemudian ayah harus dapat mengira-ngira arah mana pedang yang tajam itu ayah pukulkan, supaya tidak meleset dan tepat mengenai leher saya. Nabi Ibrahim AS menerima dan melaksanakan usul itu, dengan mengucapkan kalimat atas nama Allah, seraya memancungkan pedangnya yang tajam itu ke leher anaknya. Menyemburlah darah segar ke sekujur tubuh Nabi Ibrahim, ia gemetar, membayangkan anaknya telah mati dengan kepala terpisah dari badannya. Namun alangkah terkejut dan gembiranya dia setelah membuka kain penutup matanya, apa yang terjadi? Ternyata anaknya Ismail selamat tidak tersembelih, tidak kurang suatu apapun, malahan seekor Kibas yang tersembelih. Padahal tadinya tidak ada seekor kibas di sekitar tempat itu, dan Ismail berdiri tepat disamping nya. Dengan memuji kebesaran dan kekuasaan Allah, mereka berdua berangkulan, karena mereka bersyukur telah dapat melaksanakan perintah tuhannya. Setelah itu, mereka pulang ke rumahnya, di sepanjang jalan mereka bertakbir dan bertasbih sambil memuji kebesaran Allah, tuhan yang menjadikan alam semesta alam ini. Siti Hajar mendengar suara takbir dan tasbih dari jauh yang semakin lama semakin dekat, ternyata suara itu adalah suara suami dan anaknya. Betapa terkejutnya ia sambil berlari menyongsong suami dan anaknya itu. Ketiga orang itu bukan main senangnya, karena telah dapat melaksanakan ibadah dan darma baktinya kepada Tuhan. Orang-orang yang tadinya berniat jahat untuk membunuh Ibrahim yang di kiranya sudah gila itu, akhirnya tidak jadi dilaksanakan.

E. Kisah Haji dan Khitan di Masa Nabi Ibrahim

Sesudah Kabah berdiri, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT, agar memanggil kaum muslimin untuk menunaikan ibadah haji, mengunjungi Baitullah, baik yang dekat dengan Kabah maupun yang jauh, sesuai surah Al-Hajji ayat 27, Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus, yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Pada saat berusia 90 tahun (sebagian riwayat menjelaskan pada usia 80 tahun), Nabi Ibrahim menerima perintah Khitan, maka Nabi Ibrahim pun mengkhitan dirinya. Sedang Ismail di khitan pada usia 13 tahun (dalam kitab Injil Barnabas diterangkan, dulu Nabi Adam AS, berdosa setelah memakan buah yang dilarang Allah, buah Khuldi, setelah bertobat, dan diampuni dosanya oleh Allah, Nabi Adam bernazar, akan memotong sebagian dagingnya, kemudian Malaikat menunjukkan bagian daging yang dipotong, yakni pada bagian yang dikhitan). Selanjutnya khitan menjadi syariat agama Islam. F. Nabi Ibrahim Memohon Supaya Diperlihatkan Bagaimana Allah Menghidupkan Orang Mati Sewaktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah supaya diperlihatkan kepadanya bagaimana cara menghidupkan orang mati, maka Allah berfirman kepadanya, Hai Ibrahim apakah engkau belum percaya kepada kekuasaan-Ku? Ibrahim menjawab, Maha Suci, Tuhanku! Permohonanku ini supaya lebih mendekatkan diriku kepada-Mu, semoga doaku ini dikabulkan. Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim, bagaimana Allah memperlihatkan dan cara menghidupkan sesuatu yang sudah mati. Hal ini dapat dilihat dalam Surat Al-Baqarah ayat 260: Ingatlah ketika Ibrahim berkata, Hai Tuhanku, perlihatkan kepadaku bagaimana Engkau dapat menghidupkan orang mati! Allah berfirman, Tiadakah engkau percaya kepadaku? Sahut Ibrahim, Ya, aku percaya kepada Tuhanku, tetapi hal ini buat meneguhkan hatiku. Allah berfirman, Ambillah empat ekor burung, hampirkan kepadamu (dan potong-potonglah ia), kemudian masing-masing di letakkan diatas bukit sebagian (dari burung yang telah di potong-potong itu), setelah itu panggillah burung-burung itu, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan segera. Ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Bijaksana.

Allah SWT memperlihatkan kekuasaannya kepada Nabi Ibrahim sehingga keempat burung yang sudah disembelih dan dihancurkan tulang-tulangnya itu dan diaduk jadi satu, sehingga sulit ditentukan satu persatunya nama-nama dan bagian-bagian anggota burung itu. Potongan-potongan itu juga dibagi-bagi menjadi beberapa tumpukan yang diletakkan di atas bukit-bukit yang saling berjauhan. Namun setelah dipanggil nama-nama burung itu satu persatu, maka berlari-larilah daging, tulang, bulu-bulunya dari bukit yang satu ke bukit yang lain untuk menjadi burung utuh kembali sebagaimana semula. Dan burung itu terbang menuju ke arah Nabi Ibrahim. G. Akhir Hayat Raja Namrud Manusia keji seperti Namrud, atas kehendak Allah, mengakhiri hayatnya dengan menyedihkan. Bagaimana Namrud ingkar atas kekuasaa Allah di riwayatkan dalam bentuk dialog antara Raja itu dengan Nabi Ibrahim. Suatu hari Raja Namrud berdebat hebat dengan Ibrahim. Ibrahim, siapakah yang menjadikan alam ini? tanya Raja Namrud. Yang menjadikan alam ini adalah Dzat yang dapat menghidupkan dan yang dapat mematikan, dan berkuasa atas segala-galanya, jawab Nabi Ibrahim tangkas. Aku juga berkuasa, sahut Raja Namrud. Barangsiapa yang aku perintahkan untuk membunuhnya, matilah dia, dan apabila aku tidak bunuh, hiduplah dia. Nabi Ibrahim segera menukas, Tuhan kami adalah yang menerbitkan matahari dari sebelah timur, maka cobalah engkau putar terbitnya dari sebelah barat! Mendengar perkataan Nabi Ibrahim, tercenganglah Raja Namrud. Dia tidak dapat menjawab, namun ia tetap tak mau beriman. Akhirnya raja Namrud dan pengikutnya mendapat siksa. Allah mengirimkan nyamuk yang sangat banyak untuk menyerang. Ternyata kekuasaan sang Raja yang begitu hebat, tak ada artinya saat menghadapi makhluk kecil itu. Pasukan nyamuk menyerbu lubang telinga sang Raja sampai akhirnya ia mati kesakitan.