kisah sahabat nabi

Upload: ladyvienya

Post on 13-Jul-2015

445 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Siti Rufaidah adalah perawat profesional Islam pertama dalam sejarah Islam. Rufaidah binti Sa ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Biografi Siti Rufaidah Perawat Islam Pertama dari Google Biografi Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam. Saat perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa ad bin Ma adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat leh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. 5)(Omar Hassan, 1998). Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis. Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5). Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education).

Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata8) Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka ab bin Maziniyat, dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang membela Nabi.

Siti Aisyah atau dikenal juga dengan Aisyah binti Abu Bakar adalah putri Abu Bakar Ashidiq yang juga merupakan istri Nabi Muhammad yang paling muda. Aisyah merupakan sosok wanita yang sangat cerdas dan kaya dengan lautan ilmu. Ia merupakan wanita yang istimewa karena kemahirannya dalam menyampaikan ilmu kepada para sahabat yang lain dan merupakan istri Nabi yang menghafal banyak hadits. Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Ia merupakan istri Nabi yang sangat dikasihinya. Ia dinikahi pada tahun 2 H saat usianya masih 9 tahun. Kelahiran Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Kaab bin Saad bin Tamim bin Marrah bin Kaab bin Luay, yang lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq dan berasal dari suku Quraisy at-Taimiyah al-Makkiyah. Ayahnya adalah ash-Shiddiq dan orang pertama yang mempercayai Rasulullah ketika terjadi Isra Miraj, saat orang-orang tidak mempercayainya. Menurut riwayat, ibunya bernama Ummu Ruman. Akan tetapi, riwayat-riwayat lain mengatakan bahwa ibunya adalah Zainab atau Waid binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams. Aisyah pun digolongkan sebagai wanita pertama yang masuk Islam, sebagaimana perkataannya, Sebelum aku berakal, kedua orang tuaku sudah menganut Islam. Ummu Ruman memberikan dua orang anak kepada Abu Bakar, yaitu Abdurrahman dan Aisyah. Anak Iainnya, yaitu Abdullah dan Asma, berasal dan Qatlah binti Abdul Uzza, istri pertama yang dia nikahi pada masa jahiliyah. Ketika masuk Islam, Abu Bakar menikahi Asma binti Umais yang kemudian melahirkan Muhammad, juga menikahi Habibah binti Kharijah yang melahirkan Ummu Kultsum. Aisyah dilabirkan empat tahun sesudah Nabi diutus menjadi Rasulullah. Ketika dakwah Islam dihambat oleh orang-orang musyrik, Aisyah melihat bahwa ayahnya menanggung

beban yang sangat besar. Semasa kecil dia bermain- main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahw Rasulullah membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Pernikahan yang Penuh Berkah Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a, datang wahyu kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam. untuk menikahi Aisyah . Setelah itu Rasulullah berkata kepada Aisyah, Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutera seraya berkata, Ini adalah istrimu. Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya, Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana. Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Mekah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk di dalamnya Aisyah . Karena cuaca buruk yang melanda Madinah, Aisyah sakit keras dan badannya menyusut seperti juga dialami orang-orang Muhajirin. Menyaksikan hal itu, Rasulullah berdoa, Ya Allah, jadikanlah karni sebagai orang yang mencintai Madinah sebagaimana cinta kami kepada Mekah, atau bahkan lebih lagi. Sembuhkanlah penghuninya dan penyakit. Berikanlah keberkahan kepada kami dalam timbangan dan takarannya. Lindungilah kami dan penyakit, dan alihkanlah penyakit itu ke Juhfah. Allah mengabulkan doa Rasulullah, dan cuaca berangsur membaik, sehingga hilanglah penyakit yang melanda kaum muhajirin. Aisyah pun sembuh dan bersiap-siap menghadapi hari pernikahan dengan Rasuhillah Shallallahu alaihi wassalam. Dengan izin Allah menikahlah Aisyah dengan maskawin lima ratus dirham. Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman tentang jumlah mahar yang diberikan Rasulullah: Aisyab menjawab, Mahar Rasulullah kepada istri-irstrinya adalah dua belas uqiyah dan satu nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, Tidak. Kemudian lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus dirham. Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istriistri beliau. (HR. Muslim) Istri Kecintaan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Di hati Rasulullah, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan itu tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, Cinta pertama yang terjadi di dalam Islam adalah cintanya Rasulullah kepada Aisyah . Di dalam riwayat Tirmidzi dikisahkan, Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah di hadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya, Sungguh celaka kamu. Kamu telab menyakiti istri kecintaan Rasulullah.

Selain itu ada juga kisah lain yang menunjukkan besarnya cinta Nabi kepada Aisyah, dan itu sudah diketahui oleh kaurn muslimin saat itu. Oleh karena itu, kaum muslimin senantiasa menanti-nanti datangnya hari giliran Rasulullah pada Aisyah sebagai hari untuk menghadiahkan sesuatu kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Keadaan seperti itu menimbulkan kecemburuan di kalangan istri Rasulullah lainnya. Tentang hal itu Aisyah pernah berkata: Orang-orang berbondong-bondong memberi hadiah pada hari giliran Rasulullah padaku. Karena itu, teman-temanku (istri Nabi yang lainnya) berkumpul di tempat Ummu Salamah. Mereka berkata, Hai Ummu Salamah, demi Allah, orang-orang berbondong-bondong mernberikan hadiah pada hari giliranRasulullah di rumah Aisyah, sedangkan kita juga ingin rnemperoleh kebaikan sebagaimana yang diinginkan oleh Aisyah. Melihat reaksi seperti itu, Rasulullah meminta kaum muslimin untuk memberikan hadiah kepada beliau pada hari giliran istri Rasulullah yang mana saja. Ummu Salamah pun telah menyatakan keberatan kepada Rasulullah. Dia berkata, Rasulullah berpaling dariiku. Ketika beliau mendatangi aku, akupun kernbali mernperingatkan hal itu, tetapi beliau berbuat hal yang serupa. Ketika aku rnenginatkan beliau untuk yang ketiga kalinya, beliau tetap berpaling dariku, sehingga akhirnya beliau bersabda, Demi Allah, wahyu tidak turun kepadaku selama aku berada di dekat kalian, kecuali ketika aku dalam satu selimut bersama Aisyah. (HR. Muslim). Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, Demi Allah, dia adalah manusia yang paling beliau cintai setelah ayahnya (Abu Bakar). Suatu waktu, Rasulullah ditanya oleh Amru bin Aash, Siapakah manusia yang paling engkau cintai? Beliau menjawab, Aisyah! Amru bertanya lagi, Dan dari kalangan laki-laki? Beliau menjawab, Ayahnya! (Hadits muttafaqirn alaihi) Di antar istri-istri Rasulullah, Saudah binti Zumah sangat memahami keutamaan- keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Suatu hari Shafiyah bin Huyay meminta kerelaan Rasulullah melalui Aisyah, yaitu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Aisyah. Suatu ketika Rasulullah enggan mendekati Shafiyah binti Huyay bin Ahthab. Karena itu Shafyyah berkata kepada Aisyah, Hai Aisyah, apakah engkau dapat merelakan Rasulullah kepadaku? Dan engkau akan mendapatkan hari bagianku. Aisyab menjawab, Ya! Kernudian Aisyah mengambil kerudung yang ditetesi zafaran dan disiram dengan air agar lebih harum. Setelah itu dia duduk di sebelah Rasulullah, narnun beliau bersabda, Ya Aisyah, menjauhlah engkau dariku. Hari ini bukan hari bagianmu. Aisyab berkata, Ini adalah keutamaan yang diberiikan Allah kepada dia yang dikehendaki-Nya. Aisyah kemudian menceritakan duduk permasalahannya dan Rasulullah pun rela kepada Shafyyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah. Menjelang wafat, Rasulullah meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat di rumah Aisyah selama sakitnya hingga wafatnya. Dalam hal ini Aisyah berkata, Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah wafat di pangkuanku.

Fitnah Terhadapnya Aisyah pernah mengalami fitnah yang mengotori lembaran sejarah kehidupan sucinya, hingga turun ayat Al-Q uran yang menerangkan kesucian dirinya. Kisahnya bermula dari sini. Seperti biasanya, sebelum berangkat perang, Rasulullah mengundi istrinya yang akan menyertainya berperang. Ternyata undian jatuh kepada Aisyah, sehingga Aisyah yang menyertai beliau dalam Perang Bani al-Musthaliq. Saat itu bertepatan dengan turunnya perintah memakai hijab. Setelah perang selesai dan kaum muslimin memetik kemenangan, Rasulullah kembali ke Madinah. Ketika tentara Islam tengah beristirahat di sebuah pelataran, Aisyah masih berada di dalam sekedup untanya. Pada malam harinya, Rasulullah mengizinkan rombongan berangkat pulang. Ketika itu Aisyah pergi untuk hajatnya, dan kembali. Ternyata, kalung di lehernya jatuh dan hilang, sehingga dia keluar dan sekedup dan mencari-cari kalungnya yang hilang. Ketika pasukan siap berangkat, sekedup yang mereka angkat ternyata kosong. Mereka mengira Aisyah berada di dalam sekedup. Setelah kalungnya ditemukan, Aisyah kembali ke pasukan, namun alangkah kagetnya karena tidak ada seorang pun yang dia temukan. Aisyah tidak meninggalkan tempat itu, dan mengira bahwa penuntun unta akan tahu bahwa dirinya tidak berada di dalamnya, sehingga mereka pun akan kembali ke tempat semula. Ketika Aisyah tertidur, lewatlah Shafwan bin Muthil yang terheran-heran melihat Aisyah tidur. Dia pun mempersilakan Aisyah menunggangi untanya dan dia menuntun di depannya. Berawal dari kejadian itulah fitnah tersebar, yang disulut oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Ketika tuduhan itu sarnpai ke telinga Nabi, beliau mengumpulkan para sahabat dan meminta pendapat mereka. Usamah bin Zaid berkata, Ya Rasulullah, dia adalah keluargamu yang kau ketahui hanyalah kebaikan semata. Ali juga berpendapat, Ya Rasulullah, Allah tidak pernah mempersulit engkau. Banyak wanita selain dia. Dari perkataan Ali, ada pihak yang memperuncing masalah sehingga terjadilah pertentangan berkelanjutan antara Aisyah dan Ali. Mendengar pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi, bentambah sedihlah Aisyah, terlebih setelah dia melihat adanya perubahan sikap pada diri Nabi. Ketika Aisyah sedang duduk-duduk bersarna orang tuanya, Rasulullah menghampirinya dan bersabda: Wahai Aisyah aku mendengar berita bahwa kau telah begini dan begitu. Jika engkau benarbenar suci, niscaya Allah akan menyucikanmu. Akan tetapi, jika engkau telah berbuat dosa, bertobatlah dengan penuh penyesalan, niscaya Allah akan mengampuni dosamu. Aisyah menjawab, Demi Allah, aku tahu bahwa engkau telah mendengar kabar inmi, dan ternyata engkau mempercayainya. Seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci pun, niscaya hanya Allahlah yang mengetahui kesucianku, dan tentunya engkau tak akan mempercayaiku. Akan tetapi, jika aku mengakui perbuatan itu, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tetap suci, maka kau akan mempercayai perkataanku. Aku hanya dapat mengatakan apa yang dikatakan Nabi Yusuf, Maka bersabar itu lebih baik. Dan Allah pula yang akan menolong atas apa yang engkau gambarkan. Aisyah sangat mengharapkan Allah menurunkan wahyu berkaitan dengan masalahnya, namun wahyu itu tidak kunjung turun. Baru setelah beberapa saat, sebelum seorang pun meninggalkan rumah Rasulullah, wahyu yang menerangkan kesucian Aisyah pun turun kepada beliau.

Rasulullah segera menemui Aisyah dan berkata, Hai Aisyah, Allah telah menyucikanmu dengan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS. An-Nuur:11) Demikianlah kemulian yang disandang Aisyah, sehingga bertambahlah kemuliaan dan keagungannya di hati Rasulullah. Perjalanan Hidup yang Mulia Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki kelemahan, begitu juga halnya dengan Aisyah, yang selain memiliki kehormatan dan martabat juga memiliki kekurangan. Dalam hal ini dia pernah berkata, Aku tidak pernah melihat pembuat makanan seperti Shafiyyah. Dia selalu menghadiahi makanan kepada Rasulullah. Tanpa sadar aku pernah memecahkan tempat makanan yang dibawa Shafiyyah. Aku bertanya kepada Rasulullah apa yang dapat dijadikan sebagai tempat yang pecah itu. Rasulullab menjawab, Tempat diganti dengan tempat dan makanan diganti dengan makanan. (HR. Bukhari) Aisyah pernah berkata: Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, meminta izin kepada Rasulullah. Ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. merasa bahwa cara Halah meminta izin sama dengan cara Khadijah meminta izin, dan beliau merasa senang atas semua itu. Lalu beliau berkata, Ya Allah, inilah Halah binti Khuwailid. Aku berkata, Apa yang engkau sebut itu adalab seorang nenek dari nenek-nenek kaum Quraisy, yang kedua sudut mulutnya merah. Dia telah tua renta ditelan masa. Semoga Allah memberi untukmu pengganti yang lebih baik daripada dia. Mendengar itu Rasulullah menjawab, Allah tidak akan memberikan pengganti yang lebib baik darpada Khadijah. Dia telah beriman kepadaku ketika orang lain mengingkariku. Dia telah mempercayaiku ketika orang lain mendustakanku. Dia telah mendermakan harta bendanya untuk perjuanganku ketika orang lain menolak memberikan harta mereka. Allah telah memberkahiku dengan putra-putri lewat Khadijah ketika yang lain tidak memberiku anak. (HR. Ahmad dan Muslim) Terdapat beberapa pendirian yang tegas dan pemecahan problema hukum yang penting, baik khusus yang berkaitan dengan wanita maupun secara umum yang berkaitan dengan kehidupan kaum muslimin secara umum. Diriwayatkan bahwa pada zaman dahulu seorang laki-laki dapat menceraikan istrinya dengan sekehendak hati. Wanita itu akan kembali menjadi istrinya jika suaminya membujuk kembali dalam keadaan iddah, sekalipun dia telah menceraikannya seratus kali. Bahkan suami itu berkata kepada istrinya, Demi Allah, aku akan menceraikanmu sehingga engkau menjadi jelas, dan aku tidak akan memberimu nafkah selamanya. Istrinya menemui Aisyah dan menceritakan. Dia menjawab, Aku menceraikanmu jika iddahmu hampir berakhir, dan jika engkau telah suci kembali, aku akan merujukmu kembali. Istrinya menemui Aisyah dan menceritakan masalah yang dihadapinya. Aisyah terdiarn hingga Rasulullah datang. Beliau pun diam tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut hingga turunlah ayat:

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelab itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikannya dengan cara yang baik. (al-Baqarah: 229) Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Suatu ketika dia mendengar bahwa kaum wanita dari Hamash di Syam mandi di tempat pemandian umum. Aisyah mendatangi mereka dan berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda, Perempuan yang menanggalkan pakaiannya di rumah selain rumah suaminya maka dia telah membuka tabir penutup antara dia dengan Tuhannya. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah) Aisyah pun pernah menyaksikan adanya perubahan pada pakaian yang dikenakan wanita-wanita Islam setelah Rasulullah wafat. Aisyah menentang perubahan tersebut seraya berkata, Seandainya Rasulullah melihat apa yang terjadi pada wanita (masa kini), niscaya beliau akan melarang mereka memasuki masjid sebagaimana wanita Israel dilarang memasuki tempat ibadah mereka. Di dalam Thabaqat Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui UmmulMukminin Aisyah . Ketika itu Hafsyah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Hadist yang Diriwayatkan Aisyah Aisyah memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Quran, hadits-hadits Nabi, maupun ilmi fikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yang dimiliki Aisyah ini, di dalam Al-Mustadrak, al-Hakim mengatakan bahwa sepertiga dari hukum-hukum syariat dinukil dan Aisyah. Abu Musa al-Asyaari berkata, Setiap kali kami menemukan kesulitan, kami temukan kemudahannya pada Aisyah. Para sahabat sering meminta pendapat jika menemukan masalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Aisyah pun sering mengoreksi ayat, hadits, dan hukum yang keliru diberlakukan untuk kemudian dijelaskan kembali maksud yang sebenarnya. Salah satu contoh adalah perkataan yang diungkapkan oleh Abu Hurairah. Ketika itu Abu Hurairah merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Fadhi ibnu Abbas bahwa barang siapa yang masih dalam keadaan junub pada terbit fajar, maka dia dilarang berpuasa. Ketika Abu Hurairah bertanya kepada Aisyah, Aisyah menjawab, Rasulullah pernah junub (pada waktu fajar) bukan karena mimpi, kemudian beliau meneruskan puasanya. Setelah mengetahui hal itu, Abu Hurairah berkata, Dia lebih mengetahui tentang keluarnya hadits tersebut. Kamar Aisyah lebih banyak berfungsi scbagai sekolah, yang murid-muridnya berdatangan dari segala penjuru untuk menuntut ilmu. Bagi murid yang bukan mahramnya, Aisyah senantiasa membentangkan kain hijab di antara mereka. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari A1-Quran dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau, sebagairnana perkataannya ini: Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari yang sangat dingin sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat bercucuran dari dahi beliau. (HR. Bukhari) Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dia memperoleh ilmu langsung dan Rasulullah sebagaimana ungkapannya ini: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut. (QS. Al-Muminun: 60). Apakah yang

dimaksud dengan ayat di atas adalah para peminum khamar dan pencuri? Beliau menjawab, Bukan, putri ash-Shiddiq! Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, tetapi takut (amal mereka tidak diterima). Mereka menyegerakan diri dalam kebaikan, tetapi mendahului (menentukan sendiri) kebaikan tersebut. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi). Aisyah berkata lagi: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang firman Allah: Yauma tabdalulardhu ghairal-ardha was-samawati. Di manakah manusia berada, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Manusia berada di atas shirath. (HR. Muslim) Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wassalam, sehingga para ahli hadits menernpatkan dia pada urutan kelima dari para penghafal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. Aisyah memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun, yaitu meriwayatkan hadits yang langsung dia peroleh dan Rasulullah dan menghafalkannya di rumah. Karena itu, sering dia meriwayatkan hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh perawi hadits lain. Para sahabat penghafal hadits sering mengunjungi rurnah Aisyah untuk langsung memperoleh hadits Rasulullah karena kualitas kebenarannya sangat terjamin. Jika berselisih pendapat tentang suatu masalah, tidak segan-segan mereka meminta penyelesaian dari Aisyah. Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, anak saudara laki-laki Aisyah, mengatakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, Aisyah rnenjadi penasihat pemerintah hingga wafat. Aisyah dikenal sebagai perawi hadits yang mengistinbath hukum sendiri ketika kejelasan hukumnya tidak ditemukan dalam Al-Quran dan hadits lain. Dalam hal ini, Abu Salamah berkata, Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana Al-Quran turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Aisyah. Suatu ketika Saad bin Hisyam menemui Aisyah, dan berkata, Aku ingin bertanya tentang bagaimana pendapatmu jika aku tetap membujang selarnanya. Aisyah menjawab, Janganlah kau lakukan hal itu, karena aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda tentang firman Allah: Telah kami utus rasul-rasul sebelummu, dan Kami telah ciptakan bagi mereka istri-istri dan keturunan. Oleh karena itu, janganlah kamu membujang. Urwah bin Zubeir, salah seorang murid Aisyah, sangat mengagumi keluarbiasaan penguasaan ilmu Aisyah. Dia berkata, Aku berpikir tentang urusanmu. Sungguh aku mengagumimu. Menurutku engkau adalah manusia yang paling banyak mengetahui sesuatu. Aisyah berkata, Apa yang menyebabkanmu berpendapat seperti itu? Dia menjawab, Engkau adalah istri Nabi Shallallahu alaihi wassalam dan putri Abu Bakar. Engkau mengetahui hari-hari, nasab, dan syair orangorang Arab. Dia berkata lagi, Apa yang menyebabkan engkau dan ayahmu menjadi orang yang paling pandai dariipada seluruh orang Quraisy? Aku sangat mengagumi kepandaianmu tentang ilmu medis. Dari manakah engkau mendapatkan ilmu itu? Aisyah menjawab, Wahai Urwah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sering sakit, sehingga dokter-dokter Arab dan bukan Arab datang mengobati beliau. Dari merekalah aku belajar. Tentang penguasaan bahasa dan sastranya, kembali Urwah berkomentar, Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih fasih dariipada Aisyah selain Rasulullah sendiri. Al-Ahnaf bin Qais berkata, Aku telah mendengar khutbah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Alii bin Abi Thalib. Hingga saat ini aku belum pernah mendengar satu

perkataan pun dari makhluk Tuhan yang lebih berisi dan baik daripada perkataan Aisyah. Salah satu contoh kefasihannya dapat kita lihat dari kata-katanya pada kuburan ayahnya, Abu Bakar: Allah telah mengilaukan wajahmu, dan bersyukur atas kebaikan yang telah engkau perbuat. Engkau merendahkan dunia karena engkau berpaling darinya. Akan tetapi, untuk engkau adalah mulia, karena engkau selalu menghadap untuknya. Kalau peristiwa terbesar setelah Rasulullah wafat dan musibah terbesar adalah kematianmu, Kitab Allah rnenghibur dengan kesabaran dan menggantikan yang baik selainmu. Aku merasakan janji Allah yang telah ditetapkan bagirnu dan ikhlas atas kepergianmu. Dengan memohon dari-Nya gantimu dan aku berdoa untukmu. Kami hanyalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Bagimu salam sejahtera dan rahmat Allah. Dari Aisyah pun sering keluar kata-kata hikmah yang terkenal, seperti: Bagi Allah mutiara takwa. Takkan ada kesembuhan bagi orang yang di dalarn hatinya terbersit kemarahan. Pernikahan adalah perbudakan, maka seseorang hendaklah melihat kepada siapa dia mengabdikan putri kemuliaannya. Rasulullah Wafat dan Dikuburkan di Kamarnya Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah selama sakit di kamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Di bawah ini dia melukiskan detik-detik terakhir beliau menjelang wafat: Sungguh merupakan nikmat Allah bagiku, Rasulullab wafat di rurnahku pada hariku dan dalam dekapanku. Allah telah menyatukan ludahku dan ludah beliau menjelang wafat. Abdurrahman menemuiku, di tangannya tergenggam siwak, sementara aku menyandarkan beliau. Aku melihat beliau menoleh ke arah Abdurrahman, aku segera memahami bahwa beliau menyukai siwak. Aku berbisik kepada beliau, Bolehkah aku haluskan siwak untukmu? beliau memberi isyarat dengan kepala, sepertinya mengisyaratkan ya. Kemudian beliau menyuruhku menghentikan menghaluskan siwak, sernentara di tangan beliau ada bejana berisi air. Beliau mernasukkan kedua belab tangan dan mengusapkannya ke wajah seraya berkata, Laa ilaaha illahu setiap kematian mengalami sekarat (beliau mengangkat tangannya) pada Allah Yang Maha Tinggi. Beliau menggenggam tangan dan perlahan-lahan tangan beliau jatuh ke bawab. (HR. Muttafaq Alaih) Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dikuburkan di kamar Aisyah, tepat di tempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal itu kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, Jika yang engkau lihat itu benar, maka di rumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi. Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar berkata, Beliau adalah orang yang paling mulia di antara ketiga bulanmu. Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur di rumah Aisyah. Setelah Rasulullah Wafat Setelah Rasulullah wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap takdir Allah, dan selalu berdiam diri di dalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah. Allah Subhanahu wa taala berfirman:

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah berrnaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya. (QS. Al-Ahzab:33) Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah ke makam Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Ketika istri-istri Nabi hendak mengutus Utsman menghadap Khalifh Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, Bukankah Rasulullah telah berkata, Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah. Semasa kekhalifahan Abu Bakar, kadar keilmuan Aisyah tidak begitu tampak di kalangan kaum muslimin, karena dengan jarak waktu wafatnya Rasulullah sangat dekat, juga karena kaum muslimin sedang disibukkan oleh perang Riddah (perang melawan kaum murtad). Setelah dua tahun tiga bulan dan sepuluh malam, khalifah pertama, Abu Bakar, meninggal dunia. Sebelum meninggal, Abu Bakar berwasiat kepada putrinya agar menguburkannya di sisi Rasulullah. Aisyah melaksanakan perintah ayahnya, dan ketika Abu Bakar rneninggal, Aisyah menguburkan jenazahnya di sisi Nabi, kepalanya diletakkan pada sisi pundak Nabi. Ilmu Aisyah mulai tampak pada masa kekhalifahan Umar, sehingga para sahabat besar senantiasa merujuk pendapat Aisyah jika mereka dihadapkan pada permasalahan- permasalahan yang berkenaan dengan kaum muslimin. Di dalam Thabaqat, dari Mahmud bin Luhaid, lbnu Saad berkata, Para istri Nabi banyak rnenghafal hadits Nabi, namun hafalan Aisyah dan Ummu Salamah tidak ada yang dapat menandingi. Aisyah adalah penasihat kekhalifahan Umar dan Utsman hingga dia meninggal. Pada waktu itu, Umar sangat memperhatikan keadaan istri-istri Nabi. Tentang hal itu Aisyah berkata, Umar bin Khaththab selalu memperhatikan keadaan kami dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia memiliki tempat kurma besar yang selalu diisi buahbuahan dan kemudian dikirimkan kepada istri-istrii Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Begitu juga dengan Utsman bin Affan. Aisyah sangat menghormati Utsman karena kedudukannya sangat terhormat di hati Rasulullah. Utsman bin Affan memiliki kedermawanan dan rasa malu yang besar, sehingga Aisyah pernah berkata, Nabi Shallallahu alaihi wassalam. sangat malu jika bertemu dengan Utsman. Jika Nabi bertemu dengannya, beliau akan duduk di sampingnya dan merapikan bajunya. Ketika Aisyah menanyakan hal itu, beliau menjawab, Aku merasa malu kepada seseorang yang kepadanya malaikat sangat malu. Di dalam hadits Nabi, Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah berwasiat kepada Utsman agar jangan turun dari kekhalifahan jika belum terlaksana dengan sempurna. Beliau bersabda, Wahai Utsman, sesungguhnya pada suatu hari nanti Allah akan mengangkatmu dalam urusan ini. Jika orang-orang munafik menginginkan agar engkau meninggalkan baju kebesaran yang Allah pakaikan kepadamu, janganlah engkau melepaskannya. Beliau mengulang perkataan tersebut tiga kali. Ketika Utsman meninggal di tangan pemberontak, Aisyahlah yang pertama menuntut balas atas kematiannya. Berkaitan dengan masalah permusuhan Aisyah dan Ali, terdapat hadits dari Aisyah sendiri yang menetralkan isu tersebut. Aisyah dan Ali memiliki kedudukan yang mulia dan terhormat, dan tentunya Aisyah tidak akan melupakan bahwa Ali adalah anak paman Rasulullah sekaligus sebagai suami dari putri Rasulullah. Aisyah pun tentu tidak akan melupakan kegigihan Ali dalam

berjihad di jalan Allah dan menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Isu pertentangan Ali dan Aisyah tentu saja tidak beralasan karena Aisyah sangat meyakini kualitas ilmu dan sifat amanah Ali. Ketika Suraih bin Hani menanyakan kepada Aisyah tentang mengusap khuffain (penutup kepala) ketika berwudhu, maka Aisyah menjawab, Datanglah kepada Ali, karena dia selalu bepergian (safar) bersama Rasulullah. Setelah Ali wafat, Aisyah senantiasa berada di rumah dan memberikan pelajaran hadits dan tafsir ayat Al-Quran. Aisyah tidak pernah rela membiarkan sepak terjang Muawiyah bin Abu Sufyan yang banyak bertentangan dengan syariat Islam walaupun Muawiyah senantiasa berusaha menarik simpatik dan kerelaan Aisyah. Suatu saat, Muawiyah mengutus seseorang untuk meminta fatwa kepada Aisyah yang isinya, Tuliskan untukku, dan jangan terlalu banyak! Aisyah menjawab, Salam sejahtera buatmu. Aku mendengar Rasululiah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda, Barang siapa yang mencari keridhaan Allah sementara manusia marah, niscaya Allah cukupkan baginya pemaafan manusia. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, niscaya Allah wakilkan masalah tersebut kepada manusia. Salam sejahtera untukmu. Wafatnya Aisyah Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 hijriah, dan dikuburkan di Baqi. Kehidupan Aisyah penuh kernuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Bahkan dia sering memberikan anjuran untuk shalat malam kepada kaum muslimin. Dari Abdullah bin Qais, Imam Ahmad menceritakan, Aisyah berkata, Janganlah engkau tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah meninggalkannya. Jika beliau sakit atau sedang malas, beliau melakukannya sambil duduk. Aisyah memiliki kebiasaan untuk memperpanjang shalat, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan Abdullah bin Abu Musa, Mudrik atau Ibnu Mudrik mengutusku kepada Aisyah untuk menanyakan segala urusan. Aku tiba ketika dia sedang shalat dhuha, lalu aku duduk sampai dia selesai melaksanakan shalat. Mereka berkata, Sabar-sabarlah kau menunggunya. Aisyah pun senantiasa memperbanyak doa, sangat takut kepada Allah, dan banyak berpuasa sekalipun cuaca sedang sangat panas. Di dalam Musnad-nya, Ahmad berkata, Abdurrahman bin Abu Bakar menemui Aisyah pada hari Arafah yang ketika itu sedang berpuasa sehingga air yang dia bawa disiramkan kepada Aisyah. Abdurrahman berkata, Berbukalah. Aisyah menjawab, Bagaimana aku akan berbuka sementara aku mendengar Rasulullah telah bersabda, Sesungguhnya puasa pada hari Arafah akan menebus dosa-dosa tahun sebelumnya. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Nabi Shallallahu alaihi wassalam. pernah bersabda, Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Di dalam riwayat lain dikatakan, Aku didatangi oleh seorang ibu yang membawa dua orang putrinya. Dia meminta sesuatu dariku sedangkan aku tidak memiliki apa pun untuk diberikan kepada mereka selain satu biji kurma. Aku memberikan kurma itu kepadanya, dan ibu itu membaginya kepada kedua anaknya. Dia berdiri kern udian pergi. Setelab itu Rasulullab masuk

dan bersabda, Barang siapa mengasuh anak-anak itu dan berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan rnenjadi penghalang baginya dari api neraka. (HR. Muttafaq Alaihi). Ada juga riwayat lain yang membuktikan kedermawanan Aisyah. Urwah berkata, Muawiyah memberikan uang sebanyak seratus ribu dirham kepada Aisyah. Demi Allah, sebelum matahari terbenam, Aisyah sudah membagi-bagikan sernuanya. Budaknya berkata, Seandainya engkau belikan daging untuk kami dengan uang satu dirham. Aisyah menjawab, Seandainya engkau katakan hal itu sebelum aku membagikan seluruh uang itu, niscaya akan aku lakukan hal itu untukmu.

Fatimah Az-Zahra adalah putri kesayangan Nabi Muhammad hasil buah cintanya dengan Siti Khadijah. Ia dilahirkan beberapa saat sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus sebagai Nabi. Ia sangat mencintai dan dicintai Nabi Muhammad sehingga ia dijuluki Ummu Abiha, putri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Nabi shallallahu alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Taala.

Fatimah radhiallahu anha adalah pemimpin kaum wanita dunia pada zamannya, yaitu pada masa kenabian. Dia adalah wanita pilihan, ia diberi kuniah (dijuluki) Ummu Abiha, putri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, al-Qurasyiyah, al-Hasyimiyah, dan Ummu al-Husain. Dia dilahirkan beberapa saat sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus sebagai Nabi. Kelahiran Fatimah Az Zahra adalah anak perempuan ke empat pasangan Nabi Muhammad dan Ummul mu'minin Khadijah. (Nabi Muhammad dan Siti Khadijah dikaruniai empat orang putri; Zeinab, Raqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Mayoritas sejarawan Syiah dan Ahlussunnah menetapkan bahwa ia lahir di Makkah pada tanggal 20 Jumadits Tsani 5 H (akhir lima tahun sebelum bi'tsah (turun wahyu kepada Nabi Muhammad)). Akan tetapi, sebagian yang lain menyatakan bahwa hal itu jatuh pada tahun 3 H, dan kelompok ketiga menetapkannya pada tahun 2 H. Salah seorang sejarawan dan ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa kelahirannya jatuh pada tahun 1 H. Kelahiran Fahimah disambut gembira oleh Nabi Muhammadu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fathimah dan julakannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya). Fatimah adalah putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. Sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian ibunya. Fathimah a.s. dididik di rumah ayahnya, sebuah rumah kenabian dan tempat turunnya wahyu. Rumah tempat kelahiran kelompok pertama yang beriman kepada keesaan Allah dan dengan

tegar memegang iman mereka. Rumah itu adalah satu-satunya rumah dari sekian banyak rumah di jazirah Arab yang dari dalamnya berkumandang suara Allahu Akbar, dan Fathimah a.s. adalah satu-satunya anak wanita yang mengalami kehangatan semacam itu. Ia berada di rumah itu sendirian dan masa kecilnya ia lalui dengan segala kesendirian. Dua saudarinya, Ruqaiyah dan Ummi Kultsum lebih besar beberapa tahun dari dirinya. Mungkin salah satu rahasia kesendiriannya adalah supaya ia dapat memfokuskan diri terhadap penggemblengan raga dan jiwa. Kasih Sayang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Kepadanya Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu anha, dia berkata, Aku tidak pernah melihat seorang pun yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam selain Fatimah, dan jika Fatimah menghadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka beliau berdiri lalu menciumnya dan memanjakan dirinya. Begitu juga Fatimah memperlakukan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Aisyah radhiallahu anha berkata, Fatimah hidup selama enam bulan setelah Nabi shallallahu alaihi wasallam wafat. Kemudian beliau diwafatkan pada malam hari. Al-Waqidi berkata, Ini adalah pendapat yang paling kuat menurut kami. Al-Abbas radhiallahu anhu ikut menshalatinya. Kemudian Al-Abbas, Ali, dan Al Fadhl radhiallahu anhum turun ke liang lahadnya saat jasadnya dikubur. Diriwayatkan dari masruq rahimahullah, bahwa Aisyah pernah berkata kepadaku : suatu hari istri-istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berkumpul disisinya, tidak satupun diantara mereka yang pergi. Kemudian Fatimah datang dengan langkah yang jauh berbeda dengan langkahnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya seraya bersabda, Selamat datang anakku ! Kemudian dia didudukkan disamping kanan atau kirinya, lalu berbisik kepadanya hingga ia menangis. Setelah itu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berbisik lagi kepadanya hingga Fatimah tertawa. Ketika beliau berdiri aku berkata kepada Fatimah, Hanya karena Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berbisik kepadamu, kamu menangis. Aku sebenarnya ingin tahu, apa yang dibisikkan beliau kepadamu dan aku punya hak untuk mengetahuinya darimu. Ketika dia ingin menjelaskan kepadaku apa yang menjadikannya tertawa dan menangis, dia berkata, Aku tidak akan menyebarluaskan rahasia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam wafat, aku bertanya kepadanya, Aku masih ingin mengetahui sesuatu yang berhak aku ketahui darimu. Fatimah menjawab, Kalau sekarang aku mau menceritakannya. Pertama, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepadaku bahwa biasanya malaikat Jibril turun menemui beliau dengan Al-Quran setiap tahun sekali, namun kemudian beliau mengatakan bahwa Jibril mendatanginya pada tahun ini setahun dua kali. Lalu beliau bersabda, Maka aku tidak mengira kecuali bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Aku pun menangis. Ketika beliau melihatku sedih, beliau bersabda, Apakah kamu tidak rela jika nanti kamu menjadi pemimpin wanita dunia atau pemimpin wanita umat ini ? Aku pun tertawa. (HR. al-Bukhari).

Rasullah sangat menyayangi Fathimah, setelah Nabi Muhammad bepergian ia lebih dulu menemui Fathimah sebelum menemui istri-istrinya. Aisyah berkata , Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Nabi Muhammad selain Fathimah, jika ia datang mengunjungi Nabi Muhammad, Nabi Muhammad berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fathimah bila Nabi Muhammad datang mengunjunginya.. Nabi Muhammad mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar: Sungguh Fathima bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah bearti membuat aku marah. Dan dalam riwayat lain disebutkan, Fathimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.. Setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada dan ketika ia melihat Fathimah, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata, Selamat datang wahai putriku. Lalu Beliau menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikan sesuatu, sehingga Fathimah menangis dengan tangisan yang keras, tak kala Fathimah sedih lalu Beliau membisikan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fathimah tersenyum. Pernikahannya dengan Ali bin Abu Thalib Radhiallahu Anhu Dia dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib pada bulan Dzul Qadah, atau sebelumnya dua tahun setelah perang Badar. Nabi shallallahu alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Taala. Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah marah kepadanya ketika sampai berita bahwa Abu Hasan (Ali bin Abi Thalib) ingin menikahi putri Abu Jahal. Ketika itu beliau bersabda, Demi Allah, putri Nabiyullah tidak boleh dicampur dengan putri musuh Allah. Sesungguhnya Fatimah merupakan bagian dariku. Sesuatu yang meragukanku berarti meragukannya dan sesuatu yang menyakitiku berarti menyakitinya. Ali bin Abi Thalib akhirnya tidak jadi meminang putri Abu Jahal karena menjaga kehormatan Fatimah. Oleh karena itu, Ali tidak menikah dengan wanita lain dan tidak membeli budak perempuan.setelah Fatimah meninggal, Ali radhiallahu anhu menikah lagi dan membeli budak perempuan. Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathima dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminag Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut.Lalau Ali bin Abi Thalib datang kepada Nabi Muhammad untuk melamar, lalu ketika nabi bertanya, Apakah engkau mempunyai sesuatu ?, Tidak ada ya Nabi Muhammad, jawabku. Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu, Tanya beliau. Masih ada padaku wahai Nabi Muhammad, jawabku. Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar,.kata beliau. Lalu Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affat seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin. Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu

dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Syaban tahun ke 4 H. Pada tahun kelima H ia melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang terakhir benama Ummu Kultsum. Fatimah, memiliki banyak julukan, julukannya yang paling masyhur adalah Az Zahra yang artinya bercahaya,berkilau. Ulama berbeda pendapat dalam sebab dijulukinya Az Zahra, ada yang mengatakan karena Fatimah adalah bunga Nabi Muhammad, yang lain mengatakan karena fatimah berkulit putih, pendapat ketiga mengatakan karena apabila fatimah beribadah dalam mihrabnya (musholah) maka cahayanya menerangi mahkluq yang ada di langit seperti halnya cahaya bintang menerangi makhluq yang ada di bumi. Selain Az Zahra, fatimah mendapat julukan Ash Shiddiqah (orang yang percaya), Al Mubarakah, At Thahirah, Az Zakiyyah, Ar Radhiyah, Al Murdhiyyah. Di samping julukan-julukan di atas, Fatimah mendapat julukan Al butul, sebagaimana Siti Maryam mendapat julukan tersebut. Yang dimaksud dengan al butul di sini adalah memutuskan hubungan dengan dunia untuk beribadah kepada Allah. Julukan yang tidak kurang istimewanya dari julukan-julukan di atas adalah julukan ibu dari bapaknya "ummu abiha" Para ulama berusaha menafsirkan julukan ini dengan berbagai penafsiran di antaranya: 1. Fatimah adalah anak bungsu Nabi Muhammad SAW. Dan ialah satu-satunya anak Nabi Muhammad yang tinggal bersama Nabi Muhammad setelah Khadijah wafat. Maka ialah yang menggantikan ibunya menyediakan keperluan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu Fatimah dijuluki "ummu abiha". 2. Dijuluki "ummu abiha", karena Nabi Muhammad melalui wahyu sudah mengetahui bahwa hanya Fatimah lah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya. 3. Dijuluki Nabi Muhammad "ummu abiha", karena sama namanya dengan ibu asuh Nabi Muhammad Fatimah binti Asad. Fatimah Az Zahra, anak teladan Tak sedikit riwayat yang menegaskan keistimewaan Fatimah di hati Nabi Muhammad, di antaranya adalah riwayat yang menceritakan ketika Rasul mengajak keluarganya untuk memeluk Islam, dalam khutbahnya yang masyhur Nabi Muhammad memilih Fatimah di antara putriputrinya yang lain. Ketika itu ia berseru "Ya Fatimah binti Nabi Muhammad mintalah padaku apa yang kamu mau, tapi kelak di hadapan Allah aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu." Atau dalam riwayat lain ketika Nabi Muhammad mendengar kaum Muslim tidak melakukan hukuman potong tangan karena yang melakukan pencurian berasal dari pembesar Quraisy, Nabi Muhammad menyatakan statemennya yang spektrakuler: "Apabila Fatimah binti Nabi Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya." Dua peristiwa ini sebagai bukti begitu dekatnya fatimah di hati Nabi Muhammad SAW. Apakah dengan demikian Fatimah menjadi anak manja dan besar kepala? Tidak ada waktu bagi seorang putri Nabi Muhammad untuk bermanja, bayangkan di usianya yang baru menginjak 12 tahun Fatimah sudah mengalami apa yang kita kenal dengan embargo ekonomi dan sosial kaum quraisy terhadap kaum Muslimin. Selama tiga tahun ia mengalami kelaparan yang sangat dan

menyaksikan bagaimana kaum muslimin meninggal satu demi satu untuk mempertahankan aqidahnya. Belum lagi ia menikmati berakhirnya embargo yang dilakukan kaum Quraisy, ia harus kehilangan kakek yang dicintainya, Abu Thalib, motivator dakwah ayahnya, Nabi Muhammad. Yang menambah kesedihannya adalah Abu Thalib wafat dalam keadaan musyrik menolak untuk masuk Islam. Tidak cukup duka yang menimpa gadis kecil Fatimah, tak lama kemudian ibunda Khadijah dipanggil oleh Sang Pencipta. Setelah puas menangis dengan penuh kesabaran ia menggantikan posisi ibunya dalam menyiapkan segala keperluan Nabi Muhammad SAW. Walaupun Fatimah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus segala keperluan Nabi Muhammad, tapi ia menyadari bahwa Nabi Muhammad memerlukan pendamping, tempat berbagi suka dan duka. Oleh karenanya ketika Nabi Muhammad menikah lagi, ia tidak menentang sedikitpun dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Fatimah, sebagaimana disinggung di atas adalah anak kesayangan Nabi Muhammad, sering Nabi Muhammad mengatakan bahwa: "Fatimah adalah bagian dariku, apa yang membuatnya marah maka membuatku marah" (HR. Bukhari, Turmudzi, Ahmad, Hakim). Demikian sebaliknya,sebagai anak berbakti Fatimah selalu berusaha untuk melakukan apa yang membuat ayahnya senang. Pernah suatu hari Fatimah berkunjung ke rumah ayahnya, Nabi Muhammad, ketika itu ia memakai seuntai kalung emas hanya seuntai kalung sementara wanita yang lain waktu itu memakai jauh lebih banyak darinya- ia tidak tahu kalau hal itu akan membuat Nabi Muhammad marah. Ketika keduanya tengah bercengkrama, pandangan Nabi Muhammad tertuju pada kalung yang dikenakan Fatimah. Air muka Nabi Muhammad langsung berubah dan beliau langsung membisu. Fatimah mengerti dan minta izin. Sepanjang perjalanan ia berfikir dan menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad marah kepadanya karena ia mengenakan kalung emas, Fatimah memutuskan untuk menjual kalung tersebut dan asil penjualannya akan ia belikan seorang budak untuk membantu pekerjaannya. Tapi keberadaan budak tersebut di rumahnya akan selalu mengingatkan Nabi Muhammad SAW. Bahwa itu hasil penjualan kalung emas yang menyebabkan kemarahannya. Akhirnya untuk mendapatkan ridho ayahnya ia memutuskan untuk membeli budak dengan hasil penjualan kalung dan membebaskan budak tersebut. Setelah itu pergilah Az Zahra mengunjungi Nabi Muhammad, Nabi Muhammad langsung mencari-cari kalung yang dikenakan Fatimah ketika kunjungannya terakhir tetapi ia tidak menemukannya. Belum sempat Nabi Muhammad bertanya, Fatimah mendahului menjelaskan apa yang ia lakukan dengan kalungnya. Wajah Nabi Muhammad langsung berubah cerah dan sumringah setelah mendengar apa yang dituturkan Fatimah. Maka keluarlah ucapan Nabi Muhammad untuk Fatimah: Anti bintu abik "kamu betul-betul anak bapakmu." Demikianlah, Fatimah Az Zahra sebagai anak. Ia meninggalkan perhiasan bukan karena haram baginya, ia tahu mubah hukumnya bagi wanita mengenakan perhiasan emas, tapi ketika ia mengetahui ayahnya tidak menyukainya, maka ia rela meninggalkannya. Fatimah Az Zahra, istri teladan

Sudah lama Ali menyembunyikan keinginan untuk memperistri Fatimah. Keinginan tersebut bertambah menggebu setelah Nabi Muhammad menikah dengan Siti 'Aisyah. Bagi Fatimah, Ali bukanlah orang asing, ia adalah anak paman Nabi Muhammad, Abu Thalib. Keduanya dibesarkan dalam rumah yang sama dengan orang tua yang sama (Ali dikafil oleh Nabi Muhammad sebagai balas jasa Nabi Muhammad terhadap Abu Thalib). Tapi apa daya Ali tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan sebagai mahar. Abu Bakar dan Umar mendahului Ali melamar Fatimah, keduanya ditolak Nabi Muhammad dengan halus. Setelah penolakan itu keduanya menemui Ali agar melamar Fatimah. Maka pergilah Ali menemui Nabi Muhammad untuk melamar Fatimah. Karena malu Ali menyampaikan lamarannya dengan cara halus. Nabi Muhammad hanya menjawab: "Ahlan wamarhaban" lalu keduanya sama-sama diam. Keesokan harinya Ali kembali menemui Nabi Muhammad, kali ini dengan terang-terangan ia melamar Fatimah, dan menjadikan baju bsinya sebagai mahar. Kemudian atas perintah Nabi Muhammad ia menjual baju besinya seharga 470 dirham untuk keperluan perkawinannya. Demikianlah perkawinan putri Nabi Muhammad, dengan Ali, pemuda faqir yang hanya memiliki baju besi untuk dijadikan mahar. Ketika itu usia Fatimah 18 tahun. Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Nabi Muhammad mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Nabi Muhammad guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Nabi Muhammad ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Nabi Muhammad, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Nabi Muhammad untuk memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Nabi Muhammad tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh hati Nabi Muhammad sebagai seorang ayah. Malamnya Nabi Muhammad mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Nabi Muhammad." Nabi Muhammad berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali." Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Nabi Muhammad ingin membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata penyejuk hati. Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Nabi Muhammad berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."

Demikianlah Fatimah, putri Nabi Muhammad dengan sabar dan qana'ah dan penuh keridhoan, ia jalani kehidupan rumah tangganya dengan Ali. Maka tak mengherankan betapa sakit hatinya Fatimah ketika Ali berniat akan menikah dengan wanita lain. Apalagi setelah tahu siapa wanita yang akan dinikahi Ali, yaitu; putri dari musuh Allah Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Jahal. Adapun Ali, tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti hati Fatimah apalagi hati Nabi Muhammad SAW. Dalam pandangannya selama ini, Nabi Muhammad tidak membeda-bedakan antara putrinya dengan yang lain. Buktinya Nabi Muhammad pernah berkata bahwa apabila Fatimah mencuri, maka akan dipotong tangannya sebagaimana yang lain. Berarti sebagaimana wanita muslimah yang lain boleh dimadu demikian halnya dengan Fatimah. Tapi ternyata dugaan Ali salah, Fatimah sangat marah dengan apa yang diniatkan Ali, demikian halnya Nabi Muhammad. Nabi Muhammad naik ke mimbar dan berkata: " Aku tidak mengijinkan Ali menikah dengan anak perempuan bani Hisayam, kecuali jika Ali menceraikan Fatimah, Aku bukan mengharamkan yang halal, tapi demi Allah tidak bersatu antara putri Nabi Muhammad dan putri musuh Allah pada satu laki-laki." Begitu istimewanya Fatimah di hati Nabi Muhammad, sampai beliau tidak tega melihatnya dimadu. Hal ini merupakan kekhususan Az Zahra sebagaimana kekhususannya dalam dilarangnya ia mengenakan perhiasan. Az Zahra memiliki dua orang putra, Hasan dan Husein. Dan dua orang putri: Ummu Kultsum dan Zeinab. Takala Aisyah bertanya tentang apa yang dibisiknnya lalu Fathimah menjawab, Saya tak ingin membuka rahasia. Setelah Nabi Muhammad wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fathimah tentang apa yang dibisikan Nabi Muhammad kepadanya sehingga membuat Fathimah menangis dan tersenyum. Lalu Fathimah menjawab, Adapun yang Beliau kepada saya pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Quraan dengan hapalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Beliau berkata Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku.. Maka akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Beliau membisikan yang kedua kali, Beliau berkata, Wahai Fathimah apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku. Kemudian saya tertawa. Wafat Sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, segala kesulitan hidup yang dialaminya sirna dengan melihat wajah berseri sang ayah. Bertemu dengan sang ayah dapat membasmi semua kepenatan dan menganugerahkan ketenteraman dan kekuatan baru. Akan tetapi, meninggalnya sang ayah, terzaliminya sang suami, hilangnya kebenaran dan lebih penting dari semua itu, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAWW dalam waktu yang sangat singkat, sangat menyakiti jiwa dan kemudian raga Fathimah a.s. Berdasarkan pembuktian sejarah, sebelum sang ayah meninggal dunia, ia tidak pernah memiliki penyakit raga.

Fatimah Az Zahra adalah wafat 6 bulan setelah Rasulullah wafat, sementara putra-putri Rasulullah yang lain wafat sebelum Rasulullah. Az Zahra wafat pada usia 28 tahun dan dikuburkan di Baqi'. Pada akhirnya putri Nabi Muhammad SAW itu mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dan berjumpa dengan Tuhannya. Imam Ali a.s. menguburkan jasadnya pada malam hari sehingga tidak ada kesempatan bagi Abu Bakar untuk menghadiri penguburannya. Ia meninggal dunia sebagai syahid yang terzalimi. Berkenaan dengan tanggal wafatnya, pendapat yang masyhur adalah 13 Jumadil Ula 11 H., dan pendapat lain menyatakannya jatuh pada tanggal 3 Jumadits Tsani 11 H.

Ummu Salamah adalah seorang wanita jelita yang menjadi isteri rosulullah setelah suaminya Abu Salamah wafat dalam peperangan. Ummu Salamah mempunyai nama lengkap Hindun bintu Abi Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah Al-Qurasyiyyah Al-Makhzumiyyah. Dia seorang istri yang penuh cinta bagi suaminya, Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad bin Hilal bin Abdillah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah bin Ka b Al-Makhzumi radhiyallahu anhu. Dalam beratnya cobaan dan gangguan, mereka meninggalkan negeri Makkah menuju Habasyah untuk berhijrah, membawa keimanan. Di negeri inilah Ummu Salamah radhiyallahu anha melahirkan anak-anaknya, Salamah, Umar, Durrah dan Zainab. Biografi Ummu Salamah dari Google Biografi Tatkala terdengar kabar tentang Islamnya penduduk Makkah, mereka pun kembali bersama kaum muslimin yang lain. Namun, ternyata semua itu berita hampa semata, hingga mereka pun harus beranjak hijrah untuk kedua kalinya menuju Madinah. Di sanalah mereka membangun hidup bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Selang beberapa lama di Madinah, seruan perang Badr bergema. Abu Salamah radhiyallahu anhu masuk dalam barisan para shahabat yang terjun dalam kancah pertempuran. Begitu pula ketika perang Uhud berkobar, Abu Salamah radhiyallahu anhu ada di sana, hingga mendapatkan luka-luka. Tak lama Ummu Salamah radhiyallahu anha berdampingan dengan kekasihnya, karena Abu Salamah harus kembali ke hadapan Rabb-nya akibat luka-luka yang dideritanya. Ummu Salamah melepas kepergian Abu Salamah pada bulan Jumadits Tsaniyah tahun keempat Hijriyah dengan pilu. Dia mengatakan, Siapakah yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah? Berulang kali dia berucap demikian, hingga akhirnya diucapkannya doa yang pernah diajarkan oleh kekasihnya, Abu Salamah, jauh hari sebelum Abu Salamah tiada. Kala itu, Ummu Salamah berkata kepada suaminya, Aku telah mendengar bahwa seorang wanita yang suaminya tiada, dan suaminya itu termasuk ahli surga, kemudian dia tidak menikah lagi sepeninggalnya, Allah mengumpulkan mereka berdua di surga. Mari kita saling berjanji agar engkau tidak menikah lagi sepeninggalku dan aku tidak akan menikah lagi sepeninggalmu. Mendengar perkataan istrinya, Abu Salamah mengatakan, Apakah engkau mau taat kepadaku? Kata Ummu Salamah, Ya. Abu Salamah berkata lagi, Kalau aku kelak

tiada, menikahlah! Ya Allah, berikan pada Ummu Salamah sepeninggalku nanti seseorang yang lebih baik dariku, yang tak akan membuatnya berduka dan tak akan menyakitinya. Waktu terus berjalan. Ummu Salamah pun telah melalui masa iddahnya sepeninggal Abu Salamah. Datang seorang yang paling mulia setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu untuk meminang Ummu Salamah. Namun Ummu Salamah menolaknya. Setelah itu, datang pula Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu, menawarkan pinangan pula ke hadapan Ummu Salamah. Kembali Ummu Salamah menyatakan penolakannya. Ternyata Allah Subhanahu wa Ta ala hendak menganugerahkan sesuatu yang lebih besar daripada itu semua. Datanglah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kepada Ummu Salamah radhiyallahu anha, membuka pintu baginya untuk memasuki rumah tangga nubuwwah. Ummu Salamah radhiyallahu anha menjawab tawaran itu, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang sudah cukup berumur, dan aku memiliki anak-anak yatim, lagi pula aku wanita yang sangat pencemburu. Dari balik tabir, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menanggapi, Adapun masalah umur, sesungguhnya aku lebih tua darimu. Adapun anak-anak, maka Allah akan mencukupinya. Sedangkan kecemburuanmu, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menghilangkannya. Tak ada lagi yang memberatkan langkah Ummu Salamah untuk menyambut uluran tangan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Bulan Syawwal tahun keempat setelah hijrah adalah saat-saat yang indah bagi Ummu Salamah radhiyallahu anha, mengawali hidupnya di samping seorang yang paling mulia, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Berita tentang kecantikan Ummu Salamah radhiyallahu anha sempat meletupkan kecemburuan Aisyah radhiyallahu anha. Ketika itu Aisyah radhiyallahu anha sangat bersedih. Dia menahan diri sampai memiliki kesempatan melihat Ummu Salamah. Tatkala datang kesempatan itu, Aisyah melihat kecantikan Ummu Salamah berkali lipat daripada gambaran yang sampai padanya. Dia beritahukan hal itu kepada Hafshah radhiyallahu anha. Hafshah pun menjawab, Tidak, demi Allah. Itu tidak lain hanya karena kecemburuanmu saja. Dia tidaklah seperti yang kaukatakan, namun dia memang cantik. Aisyah pun mengisahkan, Setelah itu, aku sempat melihatnya lagi dan dia memang seperti yang dikatakan oleh Hafshah. Ummu Salamah radhiyallahu anha memulai rangkaian kehidupannya di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Banyak rentetan peristiwa dilaluinya bersama beliau. Satu dialaminya dalam Perjanjian Hudaibiyah. Kala itu, pada bulan Dzulqa dah tahun keenam setelah hijrah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersama seribu empat ratus orang muslimin ingin menunaikan umrah di Makkah sembari melihat kembali tanah air mereka yang sekian lama ditinggalkan. Ummu Salamah radhiyallahu anha turut menyertai perjalanan beliau ini. Namun setiba beliau dan para shahabat di Dzul Hulaifah untuk berihram dan memberi tanda hewan sembelihan, kaum musyrikin Quraisy menghalangi kaum muslimin. Dari peristiwa ini tercetuslah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian itu di antaranya berisi larangan bagi kaum

muslimin memasuki Makkah hingga tahun depan. Betapa kecewanya para shahabat saat itu, karena mereka urung memasuki Makkah. Usai menyelesaikan penulisan perjanjian itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pun memerintahkan kepada para shahabat, Bangkitlah, sembelihlah hewan kalian, kemudian bercukurlah! Namun tak satu pun dari mereka yang bangkit. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengulangi perintahnya hingga ketiga kalinya, namun tetap tak ada satu pun yang beranjak. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menemui Ummu Salamah radhiyallahu anha dan menceritakan apa yang terjadi. Ummu Salamah pun memberikan gagasan kepada beliau, Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin agar mereka melakukannya? Bangkitlah, jangan berbicara pada siapa pun hingga engkau menyembelih hewan dan memanggil seseorang untuk mencukur rambutmu. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdiri, kemudian segera melaksanakan usulan Ummu Salamah radhiyallahu anha. Seketika itu juga, para shahabat yang melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallammenyembelih hewannya dan menyuruh seseorang untuk mencukur rambutnya serta merta bangkit untuk memotong hewan sembelihan mereka dan saling mencukur rambut, hingga seakan-akan mereka akan saling membunuh karena riuhnya. Semenjak bersama Abu Salamah radhiallahu anhu, Ummu Salamah radhiyallahu anha meraup banyak ilmu. Terlebih lagi setelah berada dalam naungan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, di bawah bimbingan nubuwwah, Ummu Salamah mendulang ilmu. Juga dari putri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Fathimah radhiyallahu anha. Ummu Salamah menyampaikan apa yang ada pada dirinya hingga bertaburanlah riwayat dari dirinya. Tercatat deretan panjang nama-nama ulama besar dari generasi pendahulu yang mengambil ilmu darinya. Dia termasuk fuqaha dari kalangan shahabiyah. Ummu Salamah radhiyallahu anha telah melalui rentang panjang masa hidupnya dengan menebarkan banyak faidah. Masa-masa kekhalifahan pun dia saksikan hingga masa pemerintahan Yazid bin Mu awiyah. Pada masa inilah terjadi pembunuhan cucu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma. Ummu Salamah sangat berduka mendengar berita itu. Dia benar-benar merasakan kepiluan. Tak lama setelah itu, Ummu Salamah radhiyallahu anha kembali menghadap Rabb-nya. Tergurat peristiwa itu pada tahun keenam puluh satu setelah hijrah.

Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW, wanita terbaik dari golongan Islam. Nabi Muhammad sangat mencintai Khadijah karena jasanya yang sangat besar untuk perkembangan da'wah Nabi Muhammad. Khadijah juga merupakan golongan yang pertama (assabiquunal awwaluun) mempercayai kenabian Muhammad. Ia merupakan teladan utama dari para pemilik akidah yang penyabar, akhlak yang suci dan perilaku yang luhur. Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang kemudian menjadi suaminya. Khadijah mempunyai julukan

Ratu Mekkah karena terkenal dalam kaya raya dan mahir dalam perniagaannya. Setelah menjadi istri Nabi Muhammad, sebagian besar hartanya digunakan untuk perjuangan da'wah Nabi Muhammad. Nama Nasab Dan Gelar Khadijah mempunyai nama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Khadijah lahir di Mekah tahun 68 sebelum Hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ia memiliki nasab yang suci, luhur dan mulia laksana untaian mutiara yang berkilauan. Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ayah Siti Khadijah ini juga merupakan salah seorang delegasi Quraisy yang diutus ke Yaman untuk memberi ucapan selamat kepada rajanya yang berbangsa Arab iaitu Saif bin Dziyazin, atas keberhasilannya mengusir pasukan Abessinia dari negerinya. Peristiwa ini terjadi dua tahun sesudah peristiwa penyeragan Mekah pada tahun Gajah. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Luai. Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Luai bin Ghalib. Masingmasing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ayahanda berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-empat, Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab adalah pemimpin Quraisy yang berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari tangan kaum Khuzaah pada abad ke-5M yang telah lama menguasai kota ini selama berabad-abad. Setelah itu, Qushai menjadi pemimpin agama dan pemerintahan kota Mekah yang kemudian diteruskan oleh keturunannya. Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dengan demikian, dari pihak ayah mahupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Dan beliau merupakan isteri Rasulullah SAW yang paling dekat nasabnya dengan beliau berbanding istri yang lain. Khadijah biasa dipanggil dengan nama Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-thhirah (wanita suci) atau ummul mukminin ( ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia di tengah-tengah kaumnya, dan kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayan spiritual) pada zaman jahiliyah. Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) kerana ia adalah sebaikbaik isteri yang dan mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mahu mengikutinya. Ia telah menyediakan rumah yang nyaman dan tenteram untuk Nabi Muhammad SAW sebelum baginda diutus sebagai seorang Rasul.

Menikah dengan Muhammad Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga. Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin Aid bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan. Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail). Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad. Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.

Setelah menikah dengan baginda Rasulullah SAW, beliau dikurniakan enam orang anak. Padahal, saat menikah dengan Rasulullah SAW ia sudah menginjak usia 40 tahun. Berarti keenam orang anaknya hasil pernikahannya dengan baginda lahir setelah ia berusia 40 tahun. Sungguh luar biasa anugerah dan kehendak Yang Maha Kuasa. Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim. Dengan nama ini, Rasulullah mendapat julukan Abu Qasim. Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib keraa dilahirkan setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi. Anak ketiga bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Zainab menikah dengan Abu Al-Ash dan berhijrah memeluk islam lebih awal dari suaminya Abu Al-Ash. Zainab meninggal dunia pada awal tahun ke-lapan sesudah memeluk Islam dan dimakamkan di Baqi. Anak ke-empat dan ke-lima adalah Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Apabila mengetahui kedua anaknya menikahi putri Rasulullah SAW, Abu Lahab jadi marah seraya berkata : Aku tidak akan berkumpul dengan kalian bila kalian tidak menceraikan kedua anak Muhammad itu. maka keduanya menceraikan istri masing-masing sebelum sempat menggaulinya. Setelah itu, Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Ia ikut berhijrah ke kota Madinah bersama suaminya. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi. Sepeninggalan Ruqayyah, Utsman menikah lagi dengan Ummu Kultsum. Namun, tidak lama kemudian, Ummu Kultsum juga kembali ke rahmatullah. Kerana menikah dengan kedua puri baginda, utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya) Anak yang ke-enam adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani iaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein. Fatimah telah menghembuskan nafas terakhir pada tahun 11 H dalam usia 30 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi. Dengan yang demikian, putra putri Rasulullah SAW lahir dari rahim Khadijah, kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim Maria al Qibthiyah, seorang budak perempun yang diterima pleh Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Muqaiqis, raja Mesir. Keperibadian Dan Keutamaan Keistimewaan dan keutamaan wanita suci ini sungguh tidak terbilang. Perjalanan hidupnya bertabur kemuliaan yang tidak terbatas. Keperibadian dan perilakunya yang lurus benar-benar sesuai dengan sifat orang mukmin. Terdapat banyak hadits dan informasi dari data sejarah Islam yang menerangkan pelbagai keutamaan wanita suci nan mulia ini. Diantaranya adalah seperti berikut : Iman, agama dan kedalaman pemahamannya.

Pada masa Jahiliyah, Khadijah tidak seperti wanita Quraisy pada umumya. Ia begitu istimewa kerana memiliki kehormatan, kedudukan yang tinggi, keimanan sejati, berjiwa besar dan perilaku yang suci sehingga memperoleh gelaran sebagai ath-thairah atau wanita suci. Ia adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Di dalam jiwaya, ia banyak merasakan kegelisahan terhadap fenomena paganisme jahiliyah. Oleh kerana itu, tidak jarang ia mencurahkan kegelisahannya kepada Waraqah bin Naufal. Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang kepada manhaj tauhid. Keimanannya sama sekali tidak pernah tercemar dengan lumpur ataupun noda-noda paganisme jahiliyah yang masih tersebar. Demikianlah potret dan kualiti keimanan wanita terbaik penghuni syurga ini sebelum kedatangan Islam. Setelah Khadijah dipilih oleh Allah SWT menjadi pendamping hidup Muhammad SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW. Tentang keimanan Khadijah, Rasulullah SAW bersabda : "Allah tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia telah beriman kepada ku ketika orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai ku. Ia memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku. Dan, Allah SWT juga menganugerahkan aku anak-anak melalui rahimnya, sementara isteri-isteri ku yang lain tidak memberikan aku anak. (Hadits Riwayat Bukhari, Ahmad dan Thabrani). Keimanan Khadijah lahir dari ketajaman pandangan, keyakinan, kepercayaan dan penyucian yang ditempuh untuk keimanan tersebut. Sebagai bukti, pada saat Rasulullah masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan yang penuh ketakutan, Jibril masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi Muhammad SAW tidak berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi Muhammad pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan ketakutan. Nabi Muhammad pulang dengan tubuh menggigil ketakutan. Apabila melihat Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian, Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami tercinta dengan manisnya senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula bersarang. Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian baginda Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW : Tidak suami ku, demi Allah Allah itu tidak akan mungkin sekali pun merendahkan dirimu. Kerana engkau selalu menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang tamu, membantu orang miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau wahai pura bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas kekuasaan-Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini.

Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah, dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah membantah dan mendustai Rasulullah. Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati dan menghilangkan kesedihan Rasulullah SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta pemahamam yang baik terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah, suaminya memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan Nabi Muhammad. Wanita Solehah Khadijah merupakah salah satu wanita terbaik di dunia. Hal ini jelas apbila merujuk kepada sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Cukuplah bagimu empat wanita terbaik di dunia, yaitu Maryam binti Imran, Khadijah Binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiah, isteri Firaun. (Hadits Riwayat Ahmad, Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) Ia adalah wanita terbaik di golongan Islam sebagaimana Maryam binti Imran yang menjadi wanita terbaik dari golongan Nasrani. Hal ini shahih berdasarkan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa : "Wanita terbaik dari golongan itu adalah Maryam binti Imran dan wanita terbaik dari golongan ini adalah Khadijah binti Khuwailid. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim) Selain itu juga ia termasuk salah satu di antara empat wanita terbaik penghuni syurga. Ibnu Abbas berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menggambar empat garis di atas tanah, lalu beliau bertanya : Tahukah kalian apa ini? Para sahabat mejawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah SAW lalu bersabda : Sebaik-baik wanita yang menghuni syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah isteri Firaun. Semua ahli hadits sepakat mengatakan bahawa ke-empat-empat wanita yang disebutkan itu adalah wanita-wanita paling utama dan paling mulia di seluruh semesta alam. Namun ada yang berselisihan pendapat dalam menentukan siapakah diantara mereka yang paling utama dan paling mulia. Mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira

Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Khadijah binti Khuwailid adalah wanita yang mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira dengan sebuah rumah yang terbuat dari kayu di syurga, yang didalamnya tidak ada kepayahan dan kesusahan. Seperti sabda Rasulullah : Ketika Jibril datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata : "Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari kayu yang didalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan. (Hadits Riwayat Bukhari) Anas Bin Malik berkata : Suatu ketika Jibril datang menemui Rasulullah pada saat itu beliau sedang bersama Khadijah. Maka Jibril pun berkata : Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah. Maka Khadijah menyahut : Sesungguhnya Allah itulah As-Salam. Salam (sejahtera) pula atas Jibril dan atasmu pula salam dari Allah beserta rahmat dan berkah-Nya. (Hadits Riwayat Nasai dan Hakim)

Semua putra-putri Rasulullah SAW lahir dari rahimnya, kecuali Ibrahim Khadijah adalah wanita yang subur rahimnya. Bagaimana tidak, sebelum berkahwin dengan Rasulullah, ia telah dikurniakan tiga orang anak hasil pernikahannya dengan suami pertama dan keduanya.

Dijuluki Ummul Mukminin yang paling utama Khadijah adalah seorang ummul mukminim iaitu ibu orang-orang mukmin yang paling utama. Ia lebih utama dibanding isteri Rasulullah lainnya. Ia memperolehi keutamaan ini kerana beliau merupakan wanita pertama yang beriman, yang pertama memeluk Islam, yang pertama mempercayai ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang bersama baginda, yag menemani baginda Rasulullah SAW di kala suka mahupun duka, yang menenangkan dan meneguhkan hati dikala baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum Quraisy, yang turut mendampingi baginda dan bersama-sama merasakan beban penderitaan dalam aksi boikot yang dilancarkan kaum Quraisy ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim, dan kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan putra putri baginda Rasulullah kecuali Ibrahim.

Wafat Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah alKubra binti Khuwailid. Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Abu Bakar Ashidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang mulia dan merupakan golongan Assabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Abu Bakar lahir di Mekkah pada tahun 572 M dan wafat pada tanggal 23 Agustus 634/ 21 Jumadil Akhir 13 H. Abu Bakar merupakan keturunan Bani Tamim ( Attamimi ), suku bangsa Quraish. Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar menjadi khalifah yang pertama Khulafaur Rasyidin pada tahun 632.

Biografi Abu Bakar Ashidiq dari Biografi WebNama Abu Bakar Ia bernama lengkap 'Abd Allah ibn 'Uthman ibn Amir ibn Amru ibn Ka'ab ibn Sa'ad ibn Taim ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ai ibn Ghalib ibn Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Panggilan Abu Bakar Sidik ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. Abu artinya bapak, Bakar artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian Ash-Shiddiq, artinya yang amat membenarkan. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Miraj. Ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma Ummul Khair.

Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Kab. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Abu Bakar itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair As-Sahmi binti Shakhr bin Amir, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir. Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat Abu Bakar lalu menjulukinya atiiqullah minan nar, orang yang dibebaskan Allah dari api neraka.

Era bersama NabiKetika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Muhammad saw. pindah dan hidup dengannya. Pada saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.

Memeluk IslamIstrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman ibn Abi Bakar menerima Islam. Sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu Bakar berpegaruh besar dalam Islam. Teman - teman dekatnya diajak untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam karena diajak oleh Abu Bakar adalah :y y y y y y y y y y y

Utsman bin Affan (yang akan menjadi Khalifah ketiga) Al-Zubayr Talhah Abdur Rahman bin Awf Sa`d ibn Abi Waqqas Umar ibn Masoan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah Abdullah bin Abdul Asad Abu Salma Khalid bin Sa`id Abu Hudhaifah bin al-Mughirah

Jasa Abu Bakar di dalam Mengumpulkan Al-QuranPada tahun 12 H., Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Quran dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun dari hafalan yang tersimpan dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari penghafal AlQuran banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah. Zaid bin Tsabit pernah berkata,

Abu Bakar mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah. Pada saat aku mendatanginya, aku melihat Umar bin Khathab berada disampingnya. Abu bakar lalu berkata, Umar mendatangiku dan berkata, Sesungguhnya banyak Qari penghafal AlQuran yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari yang masih hidup, lalu di kamudian hari terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagaian besar dari ayat Al-Quran. Menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan Al-Quran. Aku (Abu Bakar) bertanya kepada Umar, Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah? Umar menjawab, Demi Allah, ini adalah kebaikan! Dan Umar terus menuntut Abu Bakar hingga Allah melapangkan dadanya untuk segera melaksanakannya, akhirnya Abu Bakar pun setuju dengan pendapat Umar. Zaid bin Tsabit berkata, Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah. Selain itu, engkau pun telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka carilah seluruh ayat Al-Quran yang berserakan dan kumpulkanlah. Lalu, Zaid berkata pada dirinya sendiri, Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung, tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan perintah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Quran. Kemudian Zaid bin Tsabit pun mulai mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Quran yang tertulis di daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal Al-Quran.

Kedermawanan Abu BakarDalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Umar Bin Khathab, dia berkata, Rasulullah me