kimper ku
DESCRIPTION
laporanTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA PERAIRAN DAN LINGKUNGAN
MODUL 3 (PENETAPAN SALINITAS AIR LAUT)
Oleh :
NUR RAHMAH
26020213140051
ASISTEN :
NINDITA EKA SETYAHANDANI 26020211130022
ARIFIYANA 26020211130025
CHAIRUN ANNISA ARYANTI 26020211130028
IKA RETNO ARYANTI R. 26020211130062
RETNO ARGIAN PANGESTI P. 26020211130063
KOMANG MUSTIAWAN 26020210110006
RIZQI AYU FARIHAH 26020212130044
AYUNINGTYAS HAGNI P 26020212190100
PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN
Semarang, Mei 2014
Asisten, Praktikan,
AYUNINGTYAS HAGNI P NUR RAHMAH
26020212190100 26020213140051
NO. MATERI NILAI
1. I.PENDAHULUAN
2. II. ISI
3. III. MATERI METODE
4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
5. V. KESIMPULAN
6. DAFTAR PUSTAKA
7. LAMPIRAN
TOTAL
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk sampai pada tahap
penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harus melalui pengolahan terlebih dahulu,
mengingat salinitas air laut sangat tinggi. HYDRO sea water membran dapat mengubah air laut
dengan salinitas tinggi menjadi air tawar untuk penggunaan sehari-hari.
Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:
densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa
tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak
terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di
laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%),
sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri
dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di
laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal
(hydrothermal vents) di laut dalam.
Sumber – sumber salinitas di laut di sebabkan oleh banyak faktor seperti Penguapan, makin
besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada
daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Curah
hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah
dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. Banyak sedikitnya
sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka
salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut
tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
1.2 Tujuan
Pada praktikum kali bertujuan agar mahasiswa dapat :
1. Menentukan kadar salinitas dalam perairan
2. Melakukan titrasi argentometri
3. Mengetahui pengaruh kadar salinitas di dalam suatu perairan
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salinitas
Salinitas merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut ( Millero
and Sons, 1992). Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe
tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk mengetahui
penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung menunjukkan
penyebaran dan peredaran massa air dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara
alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut
secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut, turbulensi percampuran,
dan aksi gelombang (Huboyo dalam Meadows dan Campbell., 1988; Illahude, 1999).
Di samudera salinitasnya berkisar antara 34-35 0/00 (Huboyo dalam Nontji, 1993). Variasi
salinitas di permukaan air sangat mirip dengan keseimbangan evaporasi dan presipitasi (Huboyo
dalam Meadow dan Campbell. 1988).
Salinitas merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan terutama yang berada pada
range yang sempit. Densitas air laut naik sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta
penurunan temperatur. Satu bagian per 1000 garam kenaikan densitasnya sekitaar 0,8 bagian per
1000 (Huboyo dalam Meadows dan Campbell, 1988)
2.2 Komponen Garam Di Laut
Air laut terasa asin karena mengandung zat yang disebut dengan garam. Garam yang terkandung
dalam air laut bukan hanya garam dapur, seperti yang digunakan untuk memasak . Tetapi, garam
secara umum yang didefinisikan oleh ilmu kimia, yaitu persenyawaan antara unsur logam dan unsur
bukan logam. Garam dapur adalah salah satu contohnya. Garam dapur merupakan senyawa antara
natrium (logam) dan klor ( bukan logam) (Abdullah ,2007).
Tabel 1. Komponen garam dilautan
Garam Presentase(%)
NaCl 68
MgCl 14
CaCl2 8,2
KCl 1,9
Na2SO4 1,4
Na2CO3 0,6
KBr 0,3
Garam lain 5,1
2.3 Argentometri
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan
titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan
yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Pinilih dalam
Al.Underwood,1992)
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam
larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia,
biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.
Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit (Pinilih dalam
skogg,1965)
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan
cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam
suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk
endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7 2- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis
diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.
Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya
dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat 4 kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan
NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada
titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan
larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah
habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat
yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan
kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat
merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan
menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji
dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan
standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan
kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan
AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion
Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah
dari FeSCN.
3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat
perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah
indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh
Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam
anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik
ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik
ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka
kelebihan sedikit AgNO3menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan
berada pada lapisan sekunder. (Pinilih dalam Khopkhar, SM.1990)
Pembentukan Endapan Berwarna Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator
untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan
lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida
dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen
dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi
Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0. Dalam larutan asam
konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi
pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi
reaksi :
2H+ + 2CrO4- ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O72- + 2H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan
sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar.
Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang
menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3
sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari
halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa
kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCL + Ag+ → AgCl ↓ + Na+
KCN + Ag+ → AgCl ↓ + K+
KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai
larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks
K [Ag(CN)2 ]6 karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat
dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion
komplek diamilum.
(Pinilih Harizul, Rivai. 1995)
2.4Faktor Faktor Yang Memengaruhi Kadar Salinitas
Kadar garam antara laut yang satu berbeda dengan laut yang lain, bergantung pada beberapa faktor.
Ada tiga faktor yang menentukan tingkat rendahnya kadar garam, yaitu:
Banyaknya curah hujan
Banyaknya sungai yang bermuara pada laut tersebut dan
Banyaknya penguapan
Laut laut yang terletak didaerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, sedikit penguapan , dan
banyak sungai yang bermuara di laut tersebut akan memiliki kadar garam yang rendah. Laut yang
terletak di daerah yang memiliki kondisi sebaliknya akan memiliki kadar garam yang tinggi.Laut
yang di sekitar katulistiwa (daerah tropis) memiliki kadar garam yang rendah karena curah
hujannya sangat tinggi, meskipun banyak terjadi penguapan. Kadar garam rata-rata adalah 35 %.
Laut di daerah subtropis ( antara lintang 200 dan 300) memiliki kadar garam yang tinggi yaitu sekitar
37% karena curah hujannya rendah dan banyak terjadi penguapan. Laut di daerah kutub memiliki
kadar yang sangat rendah di bawah 35% karena tidak banyak penguapan.Kadar garam yang terlalu
tinggi terdapat di laut mati yang mencapai 240%. Kadar garam di laut merah mencapai 40% dan
laut tengah 38%. Ketiga laut ini tertak di subtropis.(Mikrajudin, 2006)
2.5 Hubungan Ksp dengan Kelarutan
Mengetahui bahwa suatu proses kimia tidak mungkin terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu,
dapat menghemat banyak waktu yang terbuang percuma untuk membuatnya terjadi dengan adanya
termodinamika. Termodinamika merupakan alat bantu untuk menetukan sifat-sifat makroskopik
tertentu tetapi tidak dapat menjelaskan mengapa suatu zat itu mempunyai sifat-sifat tertentu.
Termodinamika juga dapat menetukan apakah suatuproses dapat berjalan, tetapi tidak dapat
mengatakan seberapa cepat proses tersebut akan berlangsung. Dalam mempelajari suatu peristiwa,
kita harus memperhatikan suatu bagian yang disebut sistem, sistem adalah bagian dari alam semesta
yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu eksperimen tertentu yang dikontrol eksperimen
itu. Termodinamika berhubungan dengan sifat-sifat makroskopik sistem dan bagaimana sistem
tersebut berubah. Sifat-sifat tersebut ada dua macam yaitu ekstensif dan intensif. Sifat ekstensif
sistem adalah sifatyang ditulis sebagai jumlah dari masing-masing sifat subsistem. Sifat intensif
sistem adalah sifat yang sama dengan sifat-sifat yang bersesuaian dengan masing-masing subsistem
tersebut. Suatu proses termodinamika menyebabkan perubahan keadaan termodinamika suatu
sistem. Proses seperti ini bisa sebuah proses fisika atau suatu proses kimia dimana terjadi perubahan
dalam distribusi materi diantara senyawa-senyawa yang berbeda Hasil kali kelarutan jenuh suatu
garam, yang juga mengandung garam tersebut yang tak terlarut dengan berlebihan merupakan suatu
sistem kesetimbangan terhadap hukum kegiatan massa dapat diberlakukan.Nilai Ksp berguna untuk
menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh,
yaitu dengan membandingkan hasilkali ion dengan hasil kali kelarutan (Mikrajuddin,2007)
III MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Kimia Perairan Modul 3 Pentapan Salinitas di Air Laut dilaksanakan pada :
Hari : Jumat, 22 Mei 2014
Pukul : 16.00- 18.00 WIB
Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , UNDIP
3.1.1 Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Penentuan Salinitas
3.1.3 Bahan
Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam Penentuan Salinitas
NO Nama Gambar Fungsi
1 Buret Sebagai wadah titrasi pada
saat proses titrasi
2 Statif Sebagai penyangga buret
saat proses titrasi
3 Erlenmeyer Sebagai wadah air sampel
saat proses titrasi
4 Pipet Tetes Sebagai alat untuk
meneteskan indikator
K2CrO4
5 Gelas Ukur Sebagai wadah untuk
mengukur air sampel
6 Gelas Beker Sebagai wadah indikator
K2CrO4
No Nama Gambar Fungsi
1 Air Sampel Sebagai larutan yang akan
ditentukan kadar
salinitasnya
2 K2CrO4 Sebagai indikator dalam
titrasi
3 AgNO3 Sebagai larutan standar
saat titrasi
3.2 Metode
1) Sampel sebanyak 10 ml dituangkan ke dalam Erlenmeyer
2) Sampel ditetesi 2 tetes indikator K2CrO4 dengan menggunakan pipet tetes
3) Larutan AgNO3 dititrasi hingga terbentuk endapan berwarna merah bata
4) Catat kebutuhan AgNO3
5) Dihitung Chlorinitas kemudian dihitung salinitasnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Perhitungan
Kelompok 5
Diketahui : ml titrasi = 0,4 ml
Ditanya : Salinitas ?
Penyelesaian :
N air laut =
mltitrasi×NAgNO3
1083
=
0,4×0,11083
= 0,33 N
Chlorinitas = N air laut × 35,46 ‰
= 0,33 ×35,46 ‰
= 11,7 ‰
Salinitas = (11,7 ‰ x 1,805) + 0,03
= 21,15 ‰
Kelompok 6
Diketahui : ml titrasi = 0,9 ml
Ditanya : Salinitas ?
Penyelesaian :
N air =
mltitrasi×NAgNO3
1083
=
0,9×0,11083
= 0,747 N
Chlorinitas = N air laut× 35,46 ‰
= 0,747 × 35,46 ‰
= 26,49 ‰
Salinitas = (26,49 ‰ x 1,805) + 0,03
= 47,84‰
Kelompok 7
Diketahui : ml titrasi = 1 ml
Ditanya : Salinitas ?
Penyelesaian :
N air =
mltitrasi×NAgNO3
1083
=
1×0,11083
= 0,83 N
Chlorinitas = N air laut × 35,46 ‰
= 0,83× 35,46 ‰
= 29,43‰
Salinitas = (29,43 ‰× 1,805) + 0,03
= 53,15 ‰
Kelompok 8
Diketahui : ml titrasi= 0,8 ml
Ditanya : Salinitas ?
Penyelesaian :
N air laut =
mltitrasi×NAgNO3
1083
=
0,8×0,11083
= 0,666 N
Chlorinitas = N air laut × 35,46 ‰
= 0,666 × 35,46 ‰
= 23,61‰
Salinitas = (23,61% ×1,805) + 0,03
= 42,65‰
4.1.2 Tabel Hasil
Tabel 3 Perbandingan Tiap Kelompok
Kelompok Lokasi Salinitas
5 Di encerkan dengan 3ml
NaCl+ aquadest
21,15 ‰
6 Di garis pantai 47,84‰
7 Di daerah Tambak 29,43‰
8 Di tambak 42,65 ‰
Pada saat praktikum modul 3 tentang salinitas di perairan kelompok shift 2 terdiri dari 4
kelompok yaitu 5,6,7,dan 8. Kelompok 5 mendapatkan salinitas sebesar 21,15 ‰ sampel di
encerkan dengan 3 ml NaCl + aquadest. Kelompok 6 mendapatkan salinitas sebesar 47,84‰ lokasi
pengambilan sampel berada di garis pantai . Kelompok 7 mendapatkan salinitas sebesar 29,43‰
lokasi berada di daerah tambak dan terakhir kelompok 8 mendapatkan salinitas sebesar 42,65 ‰
lokasi pengambilan sampel berada di daerah tambak.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum modul 3 digunakan titrasi argentometri dengan metode Mohr dapat
digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan
standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus
dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam,
perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan
perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7 2- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis
diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.
Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya
dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat 4 kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan
NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada
titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan
larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah
habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat
yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan
kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat
merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan
menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji
dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada saat praktikum modul 3 tentang salinitas di perairan kelompok shift 2 terdiri dari 4
kelompok yaitu 5,6,7,dan 8. Kelompok 5 mendapatkan salinitas sebesar 21,15 ‰ sampel di
encerkan dengan 3 ml NaCl + aquadest karena sampel diencerkan maka salinitas menjadi rendah
dan terjadi hujan yang cukup banyak. Kelompok 6 mendapatkan salinitas sebesar 47,84‰ lokasi
pengambilan sampel berada di garis pantai di dekat garis pantai sangat dipengaruhi oleh faktor
penguapan, salinitas hingga 47,84 ‰ karena dilaut mampu menstabilkan salinitas agar biota- biota
laut dapat hidup. Kelompok 7 mendapatkan salinitas sebesar 29,43‰ lokasi berada di daerah
tambak daerah tambak juga termasuk ke dalam laut tetapi lebih berada di pinggir pantai salinitas
cukup wajar karena mungkin masih banyak dipengaruhi oleh air hujan dan terakhir kelompok 8
mendapatkan salinitas sebesar 42,65 ‰ lokasi pengambilan sampel berada di daerah tambak. Pada
praktikum penetapan salinitas di air laut banyak hal yang menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran salinitas di laut seperti saat meneteskan indikator yang berlebiha, atau pada saat
membaca buret yang kurang teliti.
Kadar garam antara laut yang satu berbeda dengan laut yang lain, bergantung pada beberapa
faktor. Ada tiga faktor yang menentukan tingkat rendahnya kadar garam, yaitu:
Banyaknya curah hujan
Banyaknya sungai yang bermuara pada laut tersebut dan
Banyaknya penguapan
Laut laut yang terletak didaerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, sedikit penguapan , dan
banyak sungai yang bermuara di laut tersebut akan memiliki kadar garam yang rendah. Laut yang
terletak di daerah yang memiliki kondisi sebaliknya akan memiliki kadar garam yang tinggi.Laut
yang di sekitar katulistiwa (daerah tropis) memiliki kadar garam yang rendah karena curah
hujannya sangat tinggi, meskipun banyak terjadi penguapan. Kadar garam rata-rata adalah 35 %.
Laut di daerah subtropis ( antara lintang 200 dan 300) memiliki kadar garam yang tinggi yaitu sekitar
37% karena curah hujannya rendah dan banyak terjadi penguapan. Laut di daerah kutub memiliki
kadar yang sangat rendah di bawah 35% karena tidak banyak penguapan.Kadar garam yang terlalu
tinggi terdapat di laut mati yang mencapai 240%. Kadar garam di laut merah mencapai 40% dan
laut tengah 38%. Ketiga laut ini tertak di subtropis.(Mikrajudin,
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum salinitas di perairan dapat disimpulkan bahwa
1. Kadar salinitas di perairan berbedaa beda rata- rata kadar salinitas di laut yaitu
berkisar diantara 30-50 per mill. Pada praktikum penentuan salinitas diperoleh alkalinitas
dari 21,15- 42,65
2. Pada praktikum ini digunakan titrasi argentometri Argentometri diturunkan dari
bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara
untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang
telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
3. Kadar salinitas disuatu perairan di pengaruhi beberapa faktor seperti : banyaknya
curah hujan,banyaknya sungai yang bermuara pada laut tersebut dan banyaknya penguapan
V.2 Saran
1. Sebaiknya dalam membaca titrasi dalam buret harus dengan teliti
2. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum harus steril sebelum digunakan
3. Alat- alat yang digunakan dalam praktikum mungkin diperbanyak
DAFTAR PUSTAKA
Huboyo, haryono setiyo. 2009. “Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas Air Limbah PLTU-
PLTGU Berdasarkan Sistem Pemetaan Spasial (Studi kasus : PLTU-PLTG Tambak Lorok
Semarang”. Semarang: Universitas Diponegoro
Abdullah, mikrajudin. 2007. IPA Fisika 3 SMP dan MTS untuk Kelas IX. Jakarta: ESIS
Pinilih, Intyastiwi dkk. 2007. Laporan Praktikum Kimia Analitik Dasar Percobaan IV
Argentometri.Surakarta: FMIPA Universitas Sebelas Maret
Mikrajudin, Saktiyono, Lutfi. 2006. IPA Terpadu SMP dan MTs 3B untuk kelas IX semester
2.Jakarta: ESIS
LAMPIRAN