kimper ku

29
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA PERAIRAN DAN LINGKUNGAN MODUL 3 (PENETAPAN SALINITAS AIR LAUT) Oleh : NUR RAHMAH 26020213140051 ASISTEN : NINDITA EKA SETYAHANDANI 26020211130022 ARIFIYANA 26020211130025 CHAIRUN ANNISA ARYANTI 26020211130028 IKA RETNO ARYANTI R. 26020211130062 RETNO ARGIAN PANGESTI P. 26020211130063 KOMANG MUSTIAWAN 26020210110006 RIZQI AYU FARIHAH 26020212130044 AYUNINGTYAS HAGNI P 26020212190100 PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Upload: nur-rachmah

Post on 11-Dec-2015

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan

TRANSCRIPT

Page 1: kimper ku

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA PERAIRAN DAN LINGKUNGAN

MODUL 3 (PENETAPAN SALINITAS AIR LAUT)

Oleh :

NUR RAHMAH

26020213140051

ASISTEN :

NINDITA EKA SETYAHANDANI 26020211130022

ARIFIYANA 26020211130025

CHAIRUN ANNISA ARYANTI 26020211130028

IKA RETNO ARYANTI R. 26020211130062

RETNO ARGIAN PANGESTI P. 26020211130063

KOMANG MUSTIAWAN 26020210110006

RIZQI AYU FARIHAH 26020212130044

AYUNINGTYAS HAGNI P 26020212190100

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2014

Page 2: kimper ku

LEMBAR PENILAIAN DAN PENGESAHAN

Semarang, Mei 2014

Asisten, Praktikan,

AYUNINGTYAS HAGNI P NUR RAHMAH

26020212190100 26020213140051

NO. MATERI NILAI

1. I.PENDAHULUAN

2. II. ISI

3. III. MATERI METODE

4. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. V. KESIMPULAN

6. DAFTAR PUSTAKA

7. LAMPIRAN

TOTAL

Page 3: kimper ku

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber air terbanyak di bumi ini adalah air laut, namun untuk sampai pada tahap

penggunaan sehari-hari tidak bisa langsung digunakan harus melalui pengolahan terlebih dahulu,

mengingat salinitas air laut sangat tinggi. HYDRO sea water membran dapat mengubah air laut

dengan salinitas tinggi menjadi air tawar untuk penggunaan sehari-hari.

Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan

partikel-partikel tak terlarut. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti:

densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa

tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak

terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di

laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.

Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), natrium (31%),

sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri

dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di

laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal

(hydrothermal vents) di laut dalam.

Sumber – sumber salinitas di laut di sebabkan oleh banyak faktor seperti Penguapan, makin

besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada

daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Curah

hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah

dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi. Banyak sedikitnya

sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka

salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut

tersebut maka salinitasnya akan tinggi.

1.2 Tujuan

Pada praktikum kali bertujuan agar mahasiswa dapat :

1. Menentukan kadar salinitas dalam perairan

2. Melakukan titrasi argentometri

3. Mengetahui pengaruh kadar salinitas di dalam suatu perairan

Page 4: kimper ku

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salinitas

Salinitas merupakan jumlah gram garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut ( Millero

and Sons, 1992). Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe

tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk mengetahui

penyebaran massa air lautan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung menunjukkan

penyebaran dan peredaran massa air dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara

alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut

secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut, turbulensi percampuran,

dan aksi gelombang (Huboyo dalam Meadows dan Campbell., 1988; Illahude, 1999).

Di samudera salinitasnya berkisar antara 34-35 0/00 (Huboyo dalam Nontji, 1993). Variasi

salinitas di permukaan air sangat mirip dengan keseimbangan evaporasi dan presipitasi (Huboyo

dalam Meadow dan Campbell. 1988).

Salinitas merupakan faktor pembatas bagi organisme perairan terutama yang berada pada

range yang sempit. Densitas air laut naik sejalan dengan kenaikan salinitas dan tekanan serta

penurunan temperatur. Satu bagian per 1000 garam kenaikan densitasnya sekitaar 0,8 bagian per

1000 (Huboyo dalam Meadows dan Campbell, 1988)

2.2 Komponen Garam Di Laut

Air laut terasa asin karena mengandung zat yang disebut dengan garam. Garam yang terkandung

dalam air laut bukan hanya garam dapur, seperti yang digunakan untuk memasak . Tetapi, garam

secara umum yang didefinisikan oleh ilmu kimia, yaitu persenyawaan antara unsur logam dan unsur

bukan logam. Garam dapur adalah salah satu contohnya. Garam dapur merupakan senyawa antara

natrium (logam) dan klor ( bukan logam) (Abdullah ,2007).

Tabel 1. Komponen garam dilautan

Garam Presentase(%)

NaCl 68

MgCl 14

CaCl2 8,2

KCl 1,9

Na2SO4 1,4

Na2CO3 0,6

KBr 0,3

Garam lain 5,1

Page 5: kimper ku

2.3 Argentometri

Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri

merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan

titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan

yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).

Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat

diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Pinilih dalam

Al.Underwood,1992)

Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :

1. Indikator

2. Amperometri

3. Indikator kimia

Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan kedalam

larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang

mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia,

biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi.

Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :

1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen /analit.

2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit (Pinilih dalam

skogg,1965)

Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :

1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)

Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana

netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan

cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam

suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk

endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :

Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7 2- + H2O

Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O

Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis

diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.

Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya

dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat 4 kuat menyerang kromat,

maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan

NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada

titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan

larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah

Page 6: kimper ku

habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat

yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan

kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat

merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan

menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji

dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

2. Model Valhard (Penentu zat warna yang mudah larut).

Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan penambahan larutan

standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan

kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan

AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion

Fe3+ dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah

dari FeSCN.

3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)

Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat

perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah

indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh

Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam

anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan

endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik

ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik

ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka

kelebihan sedikit AgNO3menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan

berada pada lapisan sekunder. (Pinilih dalam Khopkhar, SM.1990)

Pembentukan Endapan Berwarna Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator

untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan

lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida

dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen

dan dini dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE). Titrasi

Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0. Dalam larutan asam

konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi

pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi

reaksi :

2H+ + 2CrO4- ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O72- + 2H2O

Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan

sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar.

Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang

menghasilkan endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3

Page 7: kimper ku

sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam dari

halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa

kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

NaCL + Ag+ → AgCl ↓ + Na+

KCN + Ag+ → AgCl ↓ + K+

KCN + AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]

Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai

larutan standar primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks

K [Ag(CN)2 ]6 karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat

dilakukan dalam suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion

komplek diamilum.

(Pinilih Harizul, Rivai. 1995)

2.4Faktor Faktor Yang Memengaruhi Kadar Salinitas

Kadar garam antara laut yang satu berbeda dengan laut yang lain, bergantung pada beberapa faktor.

Ada tiga faktor yang menentukan tingkat rendahnya kadar garam, yaitu:

Banyaknya curah hujan

Banyaknya sungai yang bermuara pada laut tersebut dan

Banyaknya penguapan

Laut laut yang terletak didaerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, sedikit penguapan , dan

banyak sungai yang bermuara di laut tersebut akan memiliki kadar garam yang rendah. Laut yang

terletak di daerah yang memiliki kondisi sebaliknya akan memiliki kadar garam yang tinggi.Laut

yang di sekitar katulistiwa (daerah tropis) memiliki kadar garam yang rendah karena curah

hujannya sangat tinggi, meskipun banyak terjadi penguapan. Kadar garam rata-rata adalah 35 %.

Laut di daerah subtropis ( antara lintang 200 dan 300) memiliki kadar garam yang tinggi yaitu sekitar

37% karena curah hujannya rendah dan banyak terjadi penguapan. Laut di daerah kutub memiliki

kadar yang sangat rendah di bawah 35% karena tidak banyak penguapan.Kadar garam yang terlalu

tinggi terdapat di laut mati yang mencapai 240%. Kadar garam di laut merah mencapai 40% dan

laut tengah 38%. Ketiga laut ini tertak di subtropis.(Mikrajudin, 2006)

2.5 Hubungan Ksp dengan Kelarutan

Mengetahui bahwa suatu proses kimia tidak mungkin terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu,

dapat menghemat banyak waktu yang terbuang percuma untuk membuatnya terjadi dengan adanya

termodinamika. Termodinamika merupakan alat bantu untuk menetukan sifat-sifat makroskopik

tertentu tetapi tidak dapat menjelaskan mengapa suatu zat itu mempunyai sifat-sifat tertentu.

Termodinamika juga dapat menetukan apakah suatuproses dapat berjalan, tetapi tidak dapat

mengatakan seberapa cepat proses tersebut akan berlangsung. Dalam mempelajari suatu peristiwa,

Page 8: kimper ku

kita harus memperhatikan suatu bagian yang disebut sistem, sistem adalah bagian dari alam semesta

yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu eksperimen tertentu yang dikontrol eksperimen

itu. Termodinamika berhubungan dengan sifat-sifat makroskopik sistem dan bagaimana sistem

tersebut berubah. Sifat-sifat tersebut ada dua macam yaitu ekstensif dan intensif. Sifat ekstensif

sistem adalah sifatyang ditulis sebagai jumlah dari masing-masing sifat subsistem. Sifat intensif

sistem adalah sifat yang sama dengan sifat-sifat yang bersesuaian dengan masing-masing subsistem

tersebut. Suatu proses termodinamika menyebabkan perubahan keadaan termodinamika suatu

sistem. Proses seperti ini bisa sebuah proses fisika atau suatu proses kimia dimana terjadi perubahan

dalam distribusi materi diantara senyawa-senyawa yang berbeda Hasil kali kelarutan jenuh suatu

garam, yang juga mengandung garam tersebut yang tak terlarut dengan berlebihan merupakan suatu

sistem kesetimbangan terhadap hukum kegiatan massa dapat diberlakukan.Nilai Ksp berguna untuk

menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh,

yaitu dengan membandingkan hasilkali ion dengan hasil kali kelarutan (Mikrajuddin,2007)

Page 9: kimper ku

III MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Kimia Perairan Modul 3 Pentapan Salinitas di Air Laut dilaksanakan pada :

Hari : Jumat, 22 Mei 2014

Pukul : 16.00- 18.00 WIB

Tempat : Laboratorium Kimia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan , UNDIP

3.1.1 Alat

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam Penentuan Salinitas

3.1.3 Bahan

Tabel 2 Bahan yang digunakan dalam Penentuan Salinitas

NO Nama Gambar Fungsi

1 Buret Sebagai wadah titrasi pada

saat proses titrasi

2 Statif Sebagai penyangga buret

saat proses titrasi

3 Erlenmeyer Sebagai wadah air sampel

saat proses titrasi

4 Pipet Tetes Sebagai alat untuk

meneteskan indikator

K2CrO4

5 Gelas Ukur Sebagai wadah untuk

mengukur air sampel

6 Gelas Beker Sebagai wadah indikator

K2CrO4

Page 10: kimper ku

No Nama Gambar Fungsi

1 Air Sampel Sebagai larutan yang akan

ditentukan kadar

salinitasnya

2 K2CrO4 Sebagai indikator dalam

titrasi

3 AgNO3 Sebagai larutan standar

saat titrasi

3.2 Metode

1) Sampel sebanyak 10 ml dituangkan ke dalam Erlenmeyer

2) Sampel ditetesi 2 tetes indikator K2CrO4 dengan menggunakan pipet tetes

3) Larutan AgNO3 dititrasi hingga terbentuk endapan berwarna merah bata

4) Catat kebutuhan AgNO3

5) Dihitung Chlorinitas kemudian dihitung salinitasnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Page 11: kimper ku

4.1.1 Perhitungan

Kelompok 5

Diketahui : ml titrasi = 0,4 ml

Ditanya : Salinitas ?

Penyelesaian :

N air laut =

mltitrasi×NAgNO3

1083

=

0,4×0,11083

= 0,33 N

Chlorinitas = N air laut × 35,46 ‰

= 0,33 ×35,46 ‰

= 11,7 ‰

Salinitas = (11,7 ‰ x 1,805) + 0,03

= 21,15 ‰

Kelompok 6

Diketahui : ml titrasi = 0,9 ml

Ditanya : Salinitas ?

Penyelesaian :

N air =

mltitrasi×NAgNO3

1083

=

0,9×0,11083

= 0,747 N

Chlorinitas = N air laut× 35,46 ‰

= 0,747 × 35,46 ‰

= 26,49 ‰

Salinitas = (26,49 ‰ x 1,805) + 0,03

= 47,84‰

Kelompok 7

Page 12: kimper ku

Diketahui : ml titrasi = 1 ml

Ditanya : Salinitas ?

Penyelesaian :

N air =

mltitrasi×NAgNO3

1083

=

1×0,11083

= 0,83 N

Chlorinitas = N air laut × 35,46 ‰

= 0,83× 35,46 ‰

= 29,43‰

Salinitas = (29,43 ‰× 1,805) + 0,03

= 53,15 ‰

Kelompok 8

Diketahui : ml titrasi= 0,8 ml

Ditanya : Salinitas ?

Penyelesaian :

N air laut =

mltitrasi×NAgNO3

1083

=

0,8×0,11083

= 0,666 N

Chlorinitas = N air laut × 35,46 ‰

= 0,666 × 35,46 ‰

= 23,61‰

Salinitas = (23,61% ×1,805) + 0,03

= 42,65‰

Page 13: kimper ku

4.1.2 Tabel Hasil

Tabel 3 Perbandingan Tiap Kelompok

Kelompok Lokasi Salinitas

5 Di encerkan dengan 3ml

NaCl+ aquadest

21,15 ‰

6 Di garis pantai 47,84‰

7 Di daerah Tambak 29,43‰

8 Di tambak 42,65 ‰

Pada saat praktikum modul 3 tentang salinitas di perairan kelompok shift 2 terdiri dari 4

kelompok yaitu 5,6,7,dan 8. Kelompok 5 mendapatkan salinitas sebesar 21,15 ‰ sampel di

encerkan dengan 3 ml NaCl + aquadest. Kelompok 6 mendapatkan salinitas sebesar 47,84‰ lokasi

pengambilan sampel berada di garis pantai . Kelompok 7 mendapatkan salinitas sebesar 29,43‰

lokasi berada di daerah tambak dan terakhir kelompok 8 mendapatkan salinitas sebesar 42,65 ‰

lokasi pengambilan sampel berada di daerah tambak.

4.2 Pembahasan

Pada praktikum modul 3 digunakan titrasi argentometri dengan metode Mohr dapat

digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan

standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus

dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam,

perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan

perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :

Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO7 2- + H2O

Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O

Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis

diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat.

Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya

dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat 4 kuat menyerang kromat,

maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan

NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada

titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan

larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah

habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat

Page 14: kimper ku

yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan

kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat

merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan

menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji

dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

Pada saat praktikum modul 3 tentang salinitas di perairan kelompok shift 2 terdiri dari 4

kelompok yaitu 5,6,7,dan 8. Kelompok 5 mendapatkan salinitas sebesar 21,15 ‰ sampel di

encerkan dengan 3 ml NaCl + aquadest karena sampel diencerkan maka salinitas menjadi rendah

dan terjadi hujan yang cukup banyak. Kelompok 6 mendapatkan salinitas sebesar 47,84‰ lokasi

pengambilan sampel berada di garis pantai di dekat garis pantai sangat dipengaruhi oleh faktor

penguapan, salinitas hingga 47,84 ‰ karena dilaut mampu menstabilkan salinitas agar biota- biota

laut dapat hidup. Kelompok 7 mendapatkan salinitas sebesar 29,43‰ lokasi berada di daerah

tambak daerah tambak juga termasuk ke dalam laut tetapi lebih berada di pinggir pantai salinitas

cukup wajar karena mungkin masih banyak dipengaruhi oleh air hujan dan terakhir kelompok 8

mendapatkan salinitas sebesar 42,65 ‰ lokasi pengambilan sampel berada di daerah tambak. Pada

praktikum penetapan salinitas di air laut banyak hal yang menyebabkan kesalahan dalam

pengukuran salinitas di laut seperti saat meneteskan indikator yang berlebiha, atau pada saat

membaca buret yang kurang teliti.

Kadar garam antara laut yang satu berbeda dengan laut yang lain, bergantung pada beberapa

faktor. Ada tiga faktor yang menentukan tingkat rendahnya kadar garam, yaitu:

Banyaknya curah hujan

Banyaknya sungai yang bermuara pada laut tersebut dan

Banyaknya penguapan

Laut laut yang terletak didaerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, sedikit penguapan , dan

banyak sungai yang bermuara di laut tersebut akan memiliki kadar garam yang rendah. Laut yang

terletak di daerah yang memiliki kondisi sebaliknya akan memiliki kadar garam yang tinggi.Laut

yang di sekitar katulistiwa (daerah tropis) memiliki kadar garam yang rendah karena curah

hujannya sangat tinggi, meskipun banyak terjadi penguapan. Kadar garam rata-rata adalah 35 %.

Laut di daerah subtropis ( antara lintang 200 dan 300) memiliki kadar garam yang tinggi yaitu sekitar

37% karena curah hujannya rendah dan banyak terjadi penguapan. Laut di daerah kutub memiliki

kadar yang sangat rendah di bawah 35% karena tidak banyak penguapan.Kadar garam yang terlalu

tinggi terdapat di laut mati yang mencapai 240%. Kadar garam di laut merah mencapai 40% dan

laut tengah 38%. Ketiga laut ini tertak di subtropis.(Mikrajudin,

V. PENUTUP

Page 15: kimper ku

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum salinitas di perairan dapat disimpulkan bahwa

1. Kadar salinitas di perairan berbedaa beda rata- rata kadar salinitas di laut yaitu

berkisar diantara 30-50 per mill. Pada praktikum penentuan salinitas diperoleh alkalinitas

dari 21,15- 42,65

2. Pada praktikum ini digunakan titrasi argentometri Argentometri diturunkan dari

bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara

untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar

pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang

telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3).

Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat

tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.

3. Kadar salinitas disuatu perairan di pengaruhi beberapa faktor seperti : banyaknya

curah hujan,banyaknya sungai yang bermuara pada laut tersebut dan banyaknya penguapan

V.2 Saran

1. Sebaiknya dalam membaca titrasi dalam buret harus dengan teliti

2. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum harus steril sebelum digunakan

3. Alat- alat yang digunakan dalam praktikum mungkin diperbanyak

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: kimper ku

Huboyo, haryono setiyo. 2009. “Analisis Sebaran Temperatur dan Salinitas Air Limbah PLTU-

PLTGU Berdasarkan Sistem Pemetaan Spasial (Studi kasus : PLTU-PLTG Tambak Lorok

Semarang”. Semarang: Universitas Diponegoro

Abdullah, mikrajudin. 2007. IPA Fisika 3 SMP dan MTS untuk Kelas IX. Jakarta: ESIS

Pinilih, Intyastiwi dkk. 2007. Laporan Praktikum Kimia Analitik Dasar Percobaan IV

Argentometri.Surakarta: FMIPA Universitas Sebelas Maret

Mikrajudin, Saktiyono, Lutfi. 2006. IPA Terpadu SMP dan MTs 3B untuk kelas IX semester

2.Jakarta: ESIS

LAMPIRAN

Page 17: kimper ku
Page 18: kimper ku
Page 19: kimper ku
Page 20: kimper ku
Page 21: kimper ku