kimia bahan alam uas
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
UNIVERSITAS PANCASILAPROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (TAKE HOME)Mata Kuliah : Kimia Bahan Alam
Dosen : Prof. Dr. Partomuan Simanjuntak, M.Sc
OlehNur Aji, S.Farm., Apt
NIM. 5413220025
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Ujian Mata Kuliah Kimia Bahan Alam pada Program Magister Ilmu Kefarmasian Universitas Pancasila
JAKARTA2014
Jawaban
1. Kimia Bahan Alam (Natural Product Chemistry) : Salah satu bagian dari ilmu
kimia organik yang mempelajari senyawa kimia yang dihasilkan oleh
organisme hidup yang ditemukan di alam (tumbuhan, hewan,
mikroorganisme dan sumber alam laut). Sedangkan Fitokimia berasal dari
kata phytochemical. Phyto berarti tumbuhan atau tanaman dan chemical
sama dengan zat kimia berarti zat kimia yang terdapat pada tanaman.
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organic yang
dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia,
biosintetis, perubahan dan metabolism, penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organic.
2. Golongan Senyawa fitokimia dapat diklasifikasikan sebagai 2 golongan besar
yaitu :
a. Senyawa metabolit primer : suatu zat/ senyawa essensial yang
terdapat dalam organisme dan tumbuhan, yang berperan dalam proses
semua kehidupan organisme tersebut atau merupakan kebutuhan
dasar untuk kelangsungan hidup bagi organisme / tumbuhan tersebut,
contoh : protein, lemak, karbohidrat. Fungsi metabolit primer bagi
tumbuhan :
i. Diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup bagi
tumbuhan.
ii. Untuk pertumbuhan atau perkembangan bagi tumbuhan
tersebut.
iii. Sebagai cadangan makanan.
b. Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme
biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-
beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya
ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga
tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau
pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang
1
menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit,
menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit
sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan
lingkungannya.
i. Macam- macam metabolit sekunder
Ada beberapa cara klasifikasi bisa dibuat, seperti berdasarkan sifat
struktur, asal-usul biosintesis, atau lainnya. Berdasarkan sifat
strukturnya, Hanson (2011) membagi Metabolit Sekunder ke
dalam 6 golongan, yaitu 1) poliketida dan asam lemak, 2)
terpenoid dan steroid, 3) fenilpropanoid, 4) alkaloid, 5) asam
amino khusus dan peptida, dan 6) karbohidrat khusus.
Berdasarkan asal-usul biosintesisnya, Springob dan Kutchan
(2009) membagi Metabolit Sekunder menjadi empat kelompok,
yaitu 1) alkaloid, 2) fenilpropanoid, 3) poliketida, dan 4)
terpenoid. Berdasarkan kandungan N, Wink (2010) membagi MS
ke dalam dua kelompok besar, yaitu1) Metabolit Sekunder yang
mengandung N dan 2) Meetbolit Sekunder yang tidak
mengandung N. Kelompok pertama dibagi lagi menjadi 7 anak
kelompok, dan kelompok kedua dibagi lagi menjadi 10 anak
kelompok.
1) Terpenoid
Terpenoida adalah merupakan komponen- komponen
tumbuhan yang mempunyai bau dan dapat diisolasi dari bahan
nabati dengan penyulingan disebut sebagai minyak atsiri. Minyak
atsiri yang berasal dari bunga pada awalnya dikenal dari
penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan perbandingan
aton hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid yaitu
8 : 5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa
senyawa tersebut adalah golongan terpenoid. Minyak atsiri
bukanlah senyawa murni akan tetapi merupakan campuran
senyawa organik yang kadangkala terdiri dari lebih dari 25
senyawa atau komponen yang berlainan. Sebagaian besar
komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya mengandung
karbon dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang
2
tidak bersifat aromatik yang secara umum disebut terpenoid.
Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang
dibangun oleh dua atau lebih unit C-5 yang disebut unit isopren.
Unit C-5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya
sama seperti senyawa isoprene.
2) Steroid
Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan
penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis yang
diberikan oleh masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu
adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon
adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi
struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini
ditentukan oleh jenis substituen R1, R2, R3 yang terikat pada
kerangka dasar karbon. sedangkan perbedaan antara senyawa
yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu
ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, gugus fungsi yang
terdapat pada substituen R1, R2, R3, jumlah serta posisi gugus
fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-
pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut.
Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa
steroid yang terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid
yang terdapat dalam jaringan hewan beasal dari triterpenoid
lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan
berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini
mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari
biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu
pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen
(suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol.
3
Struktur umum senyawa steroid
3) Alkaloida
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai
jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian
besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada
pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin,
morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai
efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat ditemukan dalam
berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil
dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang
berasal dari jaringan tumbuhan.
Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu,
suatu alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin,
morfin dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in
yang mencirikan alkaloida.
4) Flavonoid
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol
yang terbesar yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini
merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna
4
kuning yang ditemuykan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoida
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu
rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susnan C6 – C3 –
C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa
flavonoida. Contoh senyawa flavonoida, diantaranya
isoflavonoida.
5) Saponin
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak
macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan
konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi
oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam
tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk
penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari
metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah
sebagai pelindung terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat Saponin adalah:
1) Mempunyai rasa pahit
2) Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3) Menghemolisa eritrosit
4) Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5) Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan
hidroksisteroid lainnya
6) Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7) Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya
menghasilkan formula empiris yang mendekati.
5
Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan
permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan
dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose
dan saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi
dalam dua kelompok:
1) Steroids dengan 27 C atom.
2) Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi
kimiawinya, yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga
karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan tertentu dapat
mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti:
·Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin
·Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin
·Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam
sapogenin, atau karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
3. Mikroba endofit adalah mikroba yang hidup di dalam jaringan tanaman pada
periode tertentu dan mampu hidup dengan membentuk koloni dalam jaringan
tanaman tanpa membahayakan inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi dapat
mengandung beberapa mikroba endofit yang mampu menghasilkan senyawa
biologi atau metabolit sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau
transfer genetik (genetic recombination) dari tanaman inangnya ke dalam
mikroba endofit. 1
Kemampuan mikroba endofit memproduksi senyawa metabolit sekunder
sesuai dengan tanaman inangnya merupakan peluang yang sangat besar dan
dapat diandalkan untuk memproduksi metabolit sekunder dari mikroba
endofit yang diisolasi dari tanaman inangnya tersebut. Sehingga apabila
endofit yang diisolasi dari suatu tanaman obat dapat menghasilkan alkaloid
atau metabolit sekunder sama dengan tanaman aslinya atau bahkan dalam
jumlah yang lebih tinggi, maka kita tidak perlu menebang tanaman aslinya
untuk diambil sebagai simplisia, yang kemungkinan besar memerlukan
puluhan tahun untuk dapat dipanen. Berbagai jenis endofit telah berhasil
diisolasi dari tanaman inangnya, dan telah berhasil dibiakkan dalam media
6
perbenihan yang sesuai. Demikian pula metabolit sekunder yang diproduksi
oleh mikroba endofit tersebut telah berhasil diisolasi dan dimurnikan serta
telah dielusidasi struktur molekulnya. Beberapa diantaranya adalah : 1
a. Mikroba endofit yang menghasilkan antibiotika Cryptocandin adalah
antifungi yang dihasilkan oleh mikroba endofit Cryptosporiopsis
quercina yang berhasil diisolasi dari tanaman obat Tripterigeum
wilfordii, dan berhasiat sebagai antijamur yang patogen terhadap manusia
yaitu Candida albicans dan Trichopyton spp.. Beberapa zat aktif lain
yang diisolasi dari mikroba endofit misalnya ecomycin diproduksi oleh
Pseudomonas viridiflava juga aktif terhadap Cryptococcus neoformans
dan C.albicans. Ecomycin merupakan lipopeptida yang disamping terdiri
dari molekul asam amino yang umum juga mengandung homoserin dan
beta-hidroksi asam arpartat, sedangkan senyawa kimia yang diproduksi
oleh mikroba endofit Pseudomonas Syringae yang berhasiat sebagai anti
jamur adalah pseudomycin, yang dapat menghambat pertumbuhan
Candida albicans dan Cryptococcus neoformans. Pestalotiopsis
micrispora, merupakan mikroba endofit yang paling sering ditemukan di
tanaman hutan lindung di seluruh dunia. Endofit ini menghasilkan
metabolit sekunder ambuic acid yang berhasiat sebagai antifungi.
Phomopsichalasin, merupakan metabolit yang diisolasi dari mikroba
endofit Phomopsis spp. berhasiat sebagai anti bakteri Bacillus subtilis,
Salmonella enterica, Staphylococcos aureus, dan juga dapat menghambat
pertumbuhan jamur Candida tropicalis. Antibiotika berspektrum luas
yang disebut munumbicin, dihasilkan oleh endofit Streptomyces spp.
strain NRRL 30562 yang merupakan endofit yang diisolasi dari tanaman
Kennedia nigriscans, dapat menghambat pertumbuhan Bacillus
anthracis, dan Mycobacterium tuberculosis yang multiresisten terhadap
berbagai obat anti tbc. Jenis endofit lainnya yang juga menghasilkan
antibiotika berspaktrum luas adalah mikroba endofit yang diisolasi dari
tanaman Grevillea pteridifolia. Endofit ini menghasilkan metabolit
kakadumycin. Aktifitas antibakterinya sama seperti munumbicin D, dan
kakadumycin ini juga berkhasiat sebagai anti malaria. 1
b. Mikroba endofit yang memproduksi Antivirus Jamur endofit Cytonaema
sp. Dapat menghasilkan metabolit cytonic acid A dan B, yang struktur
7
malekulnya merupakan isomer p-tridepside, berhasiat sebagai anti virus.
Cytonic acid A dan B ini merupakan protease inhibitor dan dapat
menghambat pertumbuhan cytomegalovirus manusia. 1
c. Mikroba endofit yang menghasilkan metabolit sebagai antikanker
Paclitaxel dan derivatnya merupakan zat yang berkhasiat sebagai
antikanker yang pertama kali ditemukan yang diproduksi oleh mikroba
endofit. Paclitaxel merupakan senyawa diterpenoid yang didapatkan
dalam tanaman Taxus. Senyawa yang dapat mempengaruhi molekul
tubulin dalam proses pembelahan sel-sel kanker ini, umumnya diproduksi
oleh endofit Pestalotiopsis microspora, yang diisolasi dari tanaman Taxus
andreanae, T. brevifolia, dan T. wallichiana. Saat ini beberapa jenis
endofit lainnya telah dapat diisolasi dari berbagai jenis Taxus dan
didapatkan berbagai senyawa yang berhasiat sebagai anti tumor.
Demikian pula upaya untuk sintesisnya telah berhasil dilakukan. 1
d. Mikroba endofit penghasil zat anti malaria Colletotrichum sp. Merupakan
endofit yang diisolasi dari tanaman Artemisia annua, menghasilkan
metabolit artemisinin yang sangat potensial sebagai anti malaria (Lu H.,
et.al. 2000). Disamping itu beberapa mikroba endofit yang diisolasi dari
tanaman Cinchona spp, juga mampu menghasilkan alkaloid cinchona
yang dapat dikembangkan sebagai sumber bahan baku obat anti malaria. 1
e. Endofit yang memproduksi Antioksidan Pestacin dan isopestacin
merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh endofit P.
microspora. Endofit ini berhasil diisolasi dari tanaman Terminalia
morobensis, yang tumbuh di Papua New Guinea. Baik pestacin ataupun
isopestacin berhasiat sebagai antioksidan, dimana aktivitas ini diduga
karena struktur molekulnya mirip dengan flavonoid. 1
f. Endofit yang menghasilkan metabolit yang berkhasiat sebagai
antidiabetes Endofit Pseudomassaria sp yang diisolasi dari hutan lindung,
menghasilkan metabolit sekunder yang bekerja seperti insulin. Senyawa
ini sangat menjanjikan karena tidak sebagaimana insulin, senyawa ini
tidak rusak jika diberikan peroral. Dalam uji praklinik terhadap binatang
coba membuktikan bahwa aktivitasnya sangat baik dalam menurunkan
glukosa darah tikus yang diabetes. Hasil tersebut diperkirakan dapat
menjadi awal dari era terapi baru untuk mengatasi diabetes dimasa
8
mendatang. Endofit yang memproduksi senyawa imunosupresif. Obat-
obat imunospresif merupakan obat yang digunakan untuk pasien yang
akan dilakukan tindakan transplantasi organ. Selain itu imunosupresif
juga dapat digunakan untuk mengatasi penyakit autoimum seperti
rematoid artritis dan insulin dependent diabetes. Senyawa subglutinol A
dan B yang dihasilkan oleh endofit Fusarium subglutinans yang diisolasi
dari tanaman T. wilfordii, merupakan senyawa imunosupresif yang sangat
poten. 1
4. Proses penemuan obat baru merupakan langkah yang sangat panjang dan
melibatkan berbagai disiplin ilmu. Secara garis besar, penelitian dan
pengembangan suatu obat dibagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:2
a. Pencarian senyawa bioaktif
b. Sintesis dan screening molekul
c. Studi pada hewan percobaan
d. Studi pada manusia yang sehat (healthy volunteers)
e. Studi pada manusia yang sakit (pasien)
f. Studi pada manusia yang sakit dengan populasi diperbesar
g. Studi lanjutan (post marketing surveillance)
Pencarian senyawa bioaktif/ analog bioaktif merupakan tahap pertama yang
penting dilakukan dalam pencarian senyawa obat, baik dari tanaman, hewan
maupun mineral. Pencarian senyawa biasanya ditemukan secara tidak sengaja
ataupun berdasarkan adat kebiasaan masarakat dalam penggunaan obat dari
bahan alam. 2
Sintesis dan screening molekul, merupakan tahap lanjutan dari rangkaian
penemuan suatu obat. Pada tahap ini berbagai molekul atau senyawa yang
berpotensi sebagai obat disintesis, dimodifikasi atau bahkan direkayasa untuk
mendapatkan senyawa atau molekul obat yang diinginkan. Oleh karena
penelitian obat biasanya ditargetkan untuk suatu daerah tertapetik yang khas,
potensi relatif pada produk saingan dan bentuk sediaan untuk manusia bisa
diketahui. Serupa dengan hal tersebut, ahli kimia medisinal mungkin
mendalami kelemahan molekul tersebut sebagai hasil usaha untuk
mensintesis senyawa tersebut. 2
9
Ada dua paradigma teknologi baru yang berpengaruh radikal terhadap
industri farmasi yaitu teknologi informasi dan komunikasi (information and
communication technologies/ICT) dan bioteknologi. Dalam hal R&D,
ICTmemungkinkan mekanisasi dan automatisasi penemuan obat dan proses
pengembangannya. Dengan Combinatorial Chemistry dapat dilakuakn
sintesis molekul yang lebih masal yang dikontrol oleh robot komputer.
Dengan menggunakan teknologi ini permutasi dan kombinasi building block
kimia dapat dilakukan secra cepat, mencapai ratusan ribu senyawa tiap
minggu. 2
Dengan metode yang lama hanya mengasilkan beberapa ratus senyawa kimia.
Kombinasi dari Combinatorial Chemsitry dan High Throuhput Screening
(HTS) dapat meningkatakan 7 kali lipat dalam pengujian (test) senyawa
kimia untuk dikembankan lebih lanjut sebagai obat penemuan baru. Pada saat
yang sama telah dikembangkan program komputer yang dapat menunjukkan
(display) tiga dimensi images of molecule ketika dirotasi dan juga
memberikan representasi dinamik dari potensi reaksi antara obat dengan
enzim tertentu. Selain itu komputer dapat menunjukkan manipulasi dari sites
of biochemical action dan prediksi tentang toksisitas dan khasiat (efficacy)
dari struktur kimia termaskud serta efek biologisnya. 2
Selain itu, penelusuran literatur juga harus dilakukan untuk memberikan
pengertian tentang mekanisme pelapukan yang mungkin terjadi dan kondisi-
kondisi yang dapat meningkatkan peruraian obat. Informasi ini dapat
menyarankan suatu cara stabilisasi, kunci uji stabilitas atau senyawa acuan
stabilitas. Informasi tentang cara atau metode yang diusulkan dari pemberian
obat, seperti juga melihat kembali literatur tentang formulasi, bioavaibilitas,
dan farmakokinetika dari obat-obat yang serupa, seringkali berguna bila
menentukan bagaimana mengoptimumkan bioavaibilitas suatu kandidat obat
baru. Jika suatu senyawa atau molekul aktif telah dibuktikan secara
farmakologis, maka senyawa tersebut selanjutnya memasuki tahap
pengembangan dalam bentuk molekul optimumnya. 2
Setelah disintesis, suatu senyawa melalui proses screening, yang melibatkan
pengujian awal obat pada sejumlah kecil hewan dari jenis yang berbeda
(biasanya 3 jenis hewan) ditambah uji mikrobiologi untuk menemukan
adanya efek senyawa kimia yang menguntungkan. Meskipun ada faktor lucky
10
(kebetulan) dalam upaya ini, umumnya pendekatannya cukup terkontrol
berdasarkan struktur senyawa yang telah diketahui. Pada tahap ini sering kali
dilakukan pengujian yang melibatkan teratogenitas, mutagenesis dan
karsinogenitas, di samping pemeriksaan LD50, toksisitas akut dan kronik. Uji
praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat. Dari uji ini diperoleh
informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan
toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah
pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ
terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewan
yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci,
marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primata. Hewan-
hewan ini sangat berjasa bagi pengembangan obat. Karena hanya dengan
menggunakan hewan utuh dapat diketahui apakah obat menimbulkan efek
toksik pada dosis pengobatan atau tidak.
Penelitian toksistas merupakan cara potesial untuk mengevaluasi: 2
a. Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis
b. Kerusakan genetik (genotoksisitas atau mutagensis)
c. Pertumbuhan tumor (onkogenesis atau karsinogenesis)
d. Kejadian cacat waktu lahir (teratogenik)
Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat farmakokinetika
obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Semua hasil
pengamatan pada hewan tersebut menetukan apakah calon obat tersebut
dapat diteruskan dengan uji pada manusia atau tidak. Ahli farmakologi
bekerja sam dengan ahli teknologi farmasi dalam pembuatan formula obat,
menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat yang akan diuji pada manusia. Di
samping uji pada hewan untuk mengurangi penggunaan hewan percobaan
telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat
contonya uji aktivitas enzim, uji antikanker menggunakan cell line, uji
antimikroba pada pembenihan mikroba, uji antioksidan dengan DPPH, uji
antiinflamasi, dll untuk menggantikan uji khasiat pada hewan. Akan tetapi
belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji toksistas sampai saat ini
masih tetap dilakukan pada hewan percobaan, belum ada metode lain yang
menjamin hasil yang dapat menggambarkan toksisitas pada manusia. Di
samping itu, uji pada hewan percobaan ini juga dirancang dengan perhatian
11
khusus pada kemungkinan pengujian obat itu lebih lanjut pada manusia atau
uji klinis. Oleh karenanya, pada uji pra-klnis ini dirancang dengan
pertimbangan: 2
a. Lamanya pemberian obat itu menurut dugaan lepada manusia
b. Kelompok umur dan kondisi fisik manusia yang dituju dengan
pertimbangan khusus untuk anak-anak, wanita hamil atau orang usia
lanjut.
c. Efek obat menurut dugaan pada manusia.
Setelah melewati uji pra klinis, maka senyawa atau molekul kandidat calon
obat tersebut menjadi IND (Investigasional New Drug) atau obat baru dalam
penelitian. Setelah calon obat dinaytakan mempunyai kemanfaatan danaman
pada hewan percobaan maka selanjutnya diji pada manusia (uji klinik). Uji
pada manusia Uji klinis pada manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh
komite etik mengikuti Deklarasi Helsinki. 2
Uji klinik terdiri dari 4 fase yaitu: 2
Fase I, calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah
sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada
fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan
profil farmakokinetik obat pada manusia. 2
Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu diamati efikasi pada penyakit
yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang
potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Pada fase ini mulai
dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat. 2
Fase III, melibatkan kelompok besar pasien. Di sini obat baru dibandingkan
efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui.
Semula uji klinik banyak senyawa calon obat dinyatakan tidak dapat
digunakan. Akhirnya obat baru hanya lolos satu atau lebih kurang 10.000
seyawa yang disintesis karena risikonya lebih besar dari manfaatnya atau
kemanfaatnnya lebih kecil dari obat yang sudah ada. Keputusan untuk
mengakui obat baru dilakukan oleh badan pengatur nasional di Indonesia
oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), di AS adalah FDA (Food
12
and Drug Administration), di Kanada oleh Health Canada, di Inggris oleh
MHRA (Medicine and Healthcare Product Regulatory Agency), di negara
Eropa lain oleh EMEA (European Agency for the Evaluation of Medicinal
Product) dan di Australia oleh TGA (Therapeutics Good Administration).
Untuk dapat dinilai oleh badan tersebut, industri pengusul harus
menyerahkan data dokumen uji praklinik dan klinik yang sesuai dengan
indikasi yang diajukan, efikasi dan keamanannya harus sudah ditentukan dari
bentuk produknya (tablet, kapsul, dll) yang telah memenuhi persyaratan
produk melalui kontrol kualitas. Pengembangan obat tidak terbatas pada
pembuatan produk dengan zat baru, tetapi dapat juga dengan memodifikasi
bentuk sediaan yang sudah ada atau meneliti indikasi baru sebagai tambahan
dari indikasi yang suda ada. Baik bentuk sediaan baru maupun tambahan
indikasi atau perubahan dosis dalam sediaan harus didaftarkan ke Badan
POM dan dinilai oleh Komisi Nasional Penilai Obat Jadi. Pengembangan
ilmu teknologi farmai dan biofarmasi melahirkan new drug delivery system
terutama bentuk sediaan seperti tablet lepas lambat, sediaan liposom, tablet
salut enterik,mikro-enkapsulasi, dll. Kemajuan dalam teknik rekombinasi
DNA, kultur sel dan kultur jaringan telah memicu kemajuan dalam produksi
bahan baku obat seperti produksi insulin dll. (Baca lebih lengkap :
Perkembangan Produk Bioteknologi di Dunia) Setelah calon dapat
dibuktikan berkhasiat sekurang-kurangnya sama dengan obat yang sudah ada
dan menunjukkan keamanan bagi si pemakai maka obat baru diizinkan untuk
diproduksi oleh industri sebagai legal drug dan dipasarkan dengan nama
dagang tertentu serta dapat diresepkan oleh dokter. 2
Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran
(post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai
kondisi, berbagai usia dan ras. Studi ini dilakukan dalam jangka panjang
untuk melihat terapetik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan
obat. Setelah hasil studi IV dievaluasi masih memungkinkan obat ditarik dari
perdagangan jika membahayakan. 2
13
Pustaka :
1. Radji, M. Peranan Bioteknologi dan Mikroba Endofit dalam Pengembangan Obat
Herbal. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, Desember 2005, 113 – 126.
2. Priyambod, B. Dalam Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama Yogyakarta.
2007.
14