kilop
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 kilop
1/73
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Asma Persisten Sedang + ISPA
leh !
"i#kia Mul$asari
Pembimbing !
dr% &'%Sukartini(S)%A
*ibawakan *alam "angka Tugas Ke)aniteraan Klinik
Pada agian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
,-.
-
7/21/2019 kilop
2/73
L0MA" P0120SA&A1
Tutorial Klinik
Asma Persisten Sedang + ISPA
leh!
"i#kia Mul$asari
*i)resentasikan )ada 3uni ,-.
Mengetahui(
Pembimbing
dr%&'%Sukartini(S)%A
-
7/21/2019 kilop
3/73
A .
P01*A&ULUA1
.%. Latar elakang
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit kronis yang menyerang saluran
napas bagian atas dan seringkali dijumpai pada anak-anak.(1,2,3)Penyakit ini cukup
mendapat perhatian serius karena prealensinya yang cukup tinggi di berbagai
negara berkembang.(2)
!erdasarkan sebuah penelitian tentang asma yangdilakukan di Amerika "erikat, pada anak-anak dengan usia diba#ah 12 tahun di
"outh $ales, prealensi ri#ayat mengi (wheezing) mengalami peningkatan dari
1%& pada tahun 1'%3 menjadi 22& pada tahun 1'. "edangkan dalam prealensi
penyakit asma di dunia, ternyata populasi penduduk di ina yang mengidap
penyakit asma lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara barat.(*)
Adapun beberapa hal yang diduga menjadi penyebab meningkatnya
prealensi asma maupun meningkatnya penyakit alergi diantaranya yaitu
tingginya tingginya tingkat polusi udara, baik di dalam ruangan (indoor) maupun
di luar ruangan (outdoor).(+,)Polusi udara yang terjadi di dalam ruangan seperti
debu ruangan yang jarang dibersihkan dan juga kadang-kadang asap rokok.
"edangkan polusi yang terjadi di luar ruangan seperti asap yang disebabkan oleh
kendaraan bermotor, pabrik maupun rokok Polutan-polutan tersebut akan bereek
pada peningkatan hiperresponsiitas bronkus yang akan menimbulkan gejala klinis
berupa sesak napas. leh sebab itulah, aktor lingkungan sangat memegang
peranan penting dalam menentukan maniestasi penyakit ini.(2,+)
Pada penyakit ini, akan dijumpai peningkatan kepekaan saluran napas
yang memicu terjadinya periode mengi yang berulang, sesak napas dan batuk
yang seringkali terjadi pada #aktu malam hari. /ejala-gejala ini berhubungan
dengan luasnya inlamasi, hal ini bisa menyebabkan obstruksi saluran napas
dengan derajat yang berariasi dan bersiat reersible, baik secara spontan
-
7/21/2019 kilop
4/73
maupun dengan pengobatan.(1,,%) 0al tersebut bisa diperberat jika ditemukan
adanya ineksi pada saluran napas yang bisa menyebabkan terjadinya eksaserbasi
asma, baik pada anak-anak maupun de#asa. Penyebab tersering ineksi saluran
napas adalah ineksi irus saluran napas biasanya rhinovirus, coronavirus atau
influenza.()
Asma selalu dihubungkan dengan gangguan pada mediator otot polos di
saluran napas dan kelainan struktur anatomi mukosa saluran napas. alam
beberapa tahun terakhir, telah dikemukkaan bah#a pada sistem mediator imun,
seperti halnya leukotrien, prostaglandin, aktor pengaktiasi platelet, serta
beberapa aktor seperti histamine dan bronkokonstriktor lainnya juga mampu
meningkatkan kepekaan sistem mediator imun pada saluran napas, sehingga
menimbulkan kontraksi otot polos pada bronchus.(1,,%,') eskipun begitu,
penyebab-penyebab terjadinya penyakit asma dikategorikan menjadi penyebab
alergi dan non alergi, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa disebabkan oleh
kedua aktor tersebut.(%)
erlambatnya penanganan terhadap penderita asma dapat menimbulkan
dampak yang cukup atal, bahkan bisa berujung pada kematian. 0asil studi
penelitian yang dilakukan oleh "ears , menyebutkan bah#a terjadi
peningkatan angka kematian pada orang muda yang diakibatkan penyakit asma
antara tahun 1'%4-an hingga tahun 1'4-an.(2)!erikut dilaporkan sebuah kasus
penyakit asma bronkial persisten sedang dengan 5"PA pada anak berusia ' tahun
yang dira#at di 6"7 A$".
.%, Tu'uan
ujuan pembuatan laporan kasus ini adalah 8
1. enambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2. embandingkan inormasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan
yang terdapat pada kasus.
3. elatih mahasis#a dalam melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat.
-
7/21/2019 kilop
5/73
A ,
LAP"A1 KASUS
,%. Identitas
9ama 8 An. ":
7sia 8 * tahun 14 bulan
:enis ;elamin 8 Perempuan
!erat !adan 8 1 kilogram
inggi !adan 8 14+ centimeter
Anak ke 8 dua dari dua bersaudara
Agama 8 5slamAlamat 8 "amarinda
9ama Ayah 8 !pk.
7sia 8 3 tahun
Pendidikan erakhir 8 "A
Pekerjaan 8 "erabutan
"uku 8 !ugis
9ama 5bu 8 9y. 0
7sia 8 32 tahun
Pendidikan erakhir 8 "P
Pekerjaan 8 56
"uku 8 !ugis
6" tanggal 2+ juni 2413 pukul 11.44 $ita
5
-
7/21/2019 kilop
6/73
,%, Anamnesa
Anamnesa dilakukan pada tanggal 2+ :uni 2413 pukul 11.44 $5A, di ruang
elati 6"7 A$. "jahranie "amarinda. Alloanamnesa oleh ibu kandung pasien.
,%,%. Keluhan Utama
"esak
,%,%, "iwa$at Pen$akit Sekarang
"esak dialami satu hari "6". "esak dirasakan setelah pasien bermain dan
habis menangis pada sore hari. Pasien kemudian meminum obat rutinnya dan
sesak berkurang.adi pagi sesak kembali muncul, "uara napas pasien terdengar
berbunyi saat pasien mengeluarkan napas, sesak tidak berkurang #alaupun
pasien telah meminum obatnya. "ejak 3 hari yang lalu, pasien memiliki keluhan
batuk kering dan nyeri tenggorokan. Pasien mengeluhkan pilek sejak satu hari
terakhir dengan lendir yang ber#arna jernih dan banyak. idak ada keluhan
demam, mual,muntah. !A! dan !A; dalam batasan normal.
,%,% "iwa$at Pen$akit *ahulu
Pasien diketahui memiliki keluhan asma sejak 2 tahun yang lalu.
,%,%4 "iwa$at Pen$akit Keluarga
5bu pasien memiliki ri#ayat asma.
,%,%5 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
!erat badan lahir 8 3444 gr
Panjang badan lahir 8 keluarga pasien tidak ingat
!erat badan sekarang 8 1 kg
inggi badan sekarang 8 14+ cm
/igi keluar 8 ibu lupa
ersenyum 8 ibu lupa
iring 8 ibu lupa
engkurap 8 ibu lupa
uduk 8 usia % bulan
erangkak 8 usia bulan
6
-
7/21/2019 kilop
7/73
!erdiri 8 usia 14 bulan
!erjalan 8 usia 1 tahun
!erbicara 8 usia 2 tahun
,%,%6 Makan dan Minum Anak
A"5 8 hingga usia 2 tahun
ihentikan 8 -
"usu ormula 8 2 tahun hingga sekarang
!uah 8 bulan- sekarang
!ubur susu 8 usia bulan < 1 tahun
im saring 8 -
akan padat dan lauknya 8 mulai usia 1 tahun,%,%7 Pemeriksaan Prenatal
Periksa di 8 Puskesmas ( 1 kali)
Penyakit kehamilan 8 tidak ada
bat-obat yang sering diminum 8 bat penambah darah
,%,%8 "iwa$at Kelahiran
=ahir di 8 6umah
itolong oleh 8 !idan
7sia dalam kandungan 8 Aterm
:enis partus 8 "pontan peaginam
,%,%9 Pemeliharaan Postnatal
Periksa di 8 idak pernah
;eadaan anak 8 -
,%%- Keluarga eren:ana
;eluarga !erencana 8 >a
emakai sistem 8 Pil
"ikap dan kepercayaan 8 percaya
,%%. 3adwal Imunisasi
7
-
7/21/2019 kilop
8/73
Imunisasi3adwal Imunisasi
I II III I; ooster I ooster II
-
7/21/2019 kilop
9/73
9
-
7/21/2019 kilop
10/73
Ke)ala/leher
6ambut 8 $arna hitam, tidak mudah dicabut,
ata 8 ;onjungtia anemis (-@-), sclera ikterik (-@-),
pupil isokor diameter 3mm@3mm, releB
cahaya (?@?), mata co#ong (-@-)
0idung 8 "ekret hidung (?) #arna putih jernih,
pernaasan cuping hidung (-)
ulut 8 ukosa bibir tampak basah, sianosis (-),
Daring hiperemis (?@?), Pembesaran osil
(4@4)=eher8pembesaran kelenjar getah
bening (-)
10
-
7/21/2019 kilop
11/73
Thora=
Paru 5nspeksi 8 ampak simetris, pergerakan simetris, retraksi
suprasternal (-), retraksi interkosta (?),
retraksi subcostal (?)
Palpasi 8 Pelebaran 5" (-), remitus raba E"
Perkusi 8 "onor
Auskultasi 8 #heeCing (?@?), rhonki (?@?)
:antung 5nspeksi 85ctus cordis tampak pada 5" + midclaicularis
sinistra
Palpasi 85ctus cordis teraba pada 5" + midclaicularissinistra
Perkusi 8 9ormal pada batas jantung
Auskultasi 8 bising jantung (-)
Abdomen
5nspeksi 8 Dlat, massa (-)
Palpasi 8 "oel, nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor
kembali cepat
Perkusi 8 impani
Auskultasi 8 !ising usus (?) kesan normal
0kstremitas
Fkstremitas superior 8 Akral hangat, pucat (-@-), edem (-@-)
Fkstremitas inerior 8 Akral hangat, pucat (-@-), edem (-@-)
Status 1eurologis
;esadaran 8 omposmentis
anda meningeal 8;aku kuduk (-), ;ernig (-),
6eleks Disiologis 8 6eleB biceps (?@?) normal
6eleks triceps (?@?) normal
11
-
7/21/2019 kilop
12/73
6eleks patella (?@?) normal
6eleks achiles (?@?) normal
,%4 Pemeriksaan Penun'ang
Pemeriksaan Laboratorium
*arah Lengka)
&asil Pemeriksaan . Februari ,-.
=eukosit 1'.44 @mm3
0b 14.' g@dl
0 33 &
rombosit 322.444 @ mm3
/ula arah "e#aktu '
Foto "ontgen Thoraks
,%5 Lembar Follow U)
anggal Perjalanan penyakit Perintah pengobatan@ tindakan
23@4@1
3
(0P-5)
S !"esak,!atuk, Pilek
!9 8 114B@i, 66 8 34B@i, 8 3,1
5D + G 9" ' tpm
etagam 1.+44 5
iaCepam per 9/ * mg@* jam, jika
masih kejang berikan diaCepam 5
4,3 mg@kg!!
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim injeksi 3B344mg 5
6a#at di ruang isolasi gelap
1*@42@1 S ! ;ejang (-), badan mulai lurus 5D + G 9" ' tpm
12
-
7/21/2019 kilop
13/73
3
(0P-2)
(?), !A! dan !A; normal,
!9 8 14B@i, 66 834B@i, 83%,
pistotonus (-), trismus (-)
etagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim injeksi 3B344mg 5
iaCepam 112 mg@hari dengan
syringe pump setiap * jam
pemberian 1+ mg
Penisilin Prokain 1B %+4.444 5
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
1+@42@1
3
(0P-3)
S ! ;ejang (-), demam (-)
!9 8 14*B@i, 66 8 3B@i, 8
3%,2
pistotonus (-), trismus (-)
5D + G 9" ' tpm
etagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim 3B344 mg 5
iaCepam 112 mg@hari
Penisilin Prokain 1B %+4.444 5
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
1@42@1
3(0P-*)
S ! ;ejang (-), emam (-)
!9 8 14B@i, 66 8 33B@i, 83%,3
5D + G 9" ' tpm
etagam 1.+44 5Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim 3B344 mg 5
iaCepam 112 mg@hari, jika 2 hari
sudah tidak ada kejang dosis
diaCepam diturunkan 1+& menjadi
'+,2 mg@hari
Penisilin Prokain 2B*+4.444
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
1%@42@1 S ! ;ejang (-), emam (-) 5D + G 9" ' tpm
13
-
7/21/2019 kilop
14/73
3
(0P-+)
!9 8 144B@i, 66 8 3*B@i, 8
3%,+
etagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim 3B344 mg 5
iaCepam 112 mg@hari, jika 2 hari
sudah tidak ada kejang dosis
diaCepam diturunkan 1+& menjadi
'+,2 mg@hari
Penisilin Prokain 2B*+4.444
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
1@42@1
3
(0P-)
S ! ;ejang (-), emam (-)
! trismus 1,+ cm 9 8 114B@i,
66 8 31B@i, 8 3%,+
5D + G 9" ' tpm
etagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim 3B344 mg 5
iaCepam %,+ mg@hari
Penisilin Prokain 2B*+4.444
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
1'@42@13
(0P-%)
S ! ;ejang (-), emam (-) ! trismus 1,+ cm 9 8 11+B@i,
66 8 33B@i, 8 3%,3
5D + G 9" ' tpmetagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim 3B344 mg 5
iaCepam %,+ mg@hari,
Penisilin Prokain 2B*+4.444
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
24@42@1
3
(0P-)
S ! ;ejang (-), emam (-)
! trismus 1,+ cm 9 8 11B@i,
66 8 31B@i, 8 3%,*
5D + G 9" ' tpm
etagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
14
-
7/21/2019 kilop
15/73
eotaBim 3B344 mg 5
iaCepam %,+ mg@hari
Penisilin Prokain 2B*+4.444
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
21@42@1
3
(0P-')
S ! ;ejang (-), emam (-)
! rismus 3 cm9 8 14'B@i, 66 8
33B@i, 8 3%,1
5D + G 9" ' tpm
etagam 1.+44 5
Paracetamol syr 3Bcth 5
eotaBim 3B344 mg 5"P
AmoBicilin 3B344 mg
iaCepam mg@kg@hari
Penisilin Prokain 2B*+4.444
6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup
kasa steril
,%6 *iagnosis Sementara
etanus
,%7 *iagnosa Kom)likasi ! >
,%8 *iagnosa Lain! >
,%9 *iagnosis anding
5neksi 8 eningoencepalitis, polio, rabies, lesi oropharyngeal,
peritonitis
;elainan metabolic 8 etany, keracunan strychnine, reaksi phenothiaCine
Penyakit 9" 8 status epileptikus, hemorage satu tumor
;elainan psikiatri 8 hysteria
;alainan musculoskeletal 8 trauma
,%.- Penatalaksanaan
5D + G 9" ' tpm Pasang ateter
etagam 1+44 ui 5
PP 5njeksi 1B %+4.444 ui kemudian 2 B *+4.444
15
-
7/21/2019 kilop
16/73
iaCepam per 9/ * mg@* jam, apabila kejang bias diberikan diaCepam 5
4,3 mg@kg!!. Pemberian saat di ruangan, diaCepam dimasukkan dalam
syringe pump @* jam dengan 1+ mg diaCepam, kecepatan 12,+cc@jam
Paracetamol syr 3 B cth 1
6a#at di ruang isolasi gelap
5njeksi ceotaBim 3B344 mg 5
Pera#atan luka dengan 9al 4,'& tutup kasa steril dan akan debrideman bila
bebas tetanus
Pemasangan 9/ dengan diet sonde B +4 cc
,%.. Prognosis
ubia ad bonam
16
-
7/21/2019 kilop
17/73
A
TI13AUA1 PUSTAKA
%. Imunisasi dan ;aksinasi
5munisasi adalah suatu pemindahan atau transer antibodi secara pasi, sedangkan
istilah aksinasi dimaksudkan sebagai pemberian aksin ( antigen ) yang dapat
merangsang pembentukan imunitas ( antibodi ) dari sistem imun di dalam tubuh.
5munitas secara pasi dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu
imunoglobulin yang non-spesiik atau disebut juga gamaglobulin dan imunoglobulin
yang spesiik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja
mendapatkan aksinasi penyakit tertentu. 5munuglobulin non-spesiik digunakanpada anak dengan deisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan
dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian. 0anya saja
perlindungan tersebut tidaklah permanen melainkan hanya berlangsung beberapa
minggu saja. "elain itu cara tersebut juga mahal dan memungkinkan anak justru
menjadi sakit karena secara kebetulan atau karena suatu kecelakaan serum yang
diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang akti. "edangkan
imunoglobulin yang spesiik diberikan pada anak yang belum terlindungi karena
belum pernah mendapatkan aksinasi dan kemudian terserang misalnya diteria,
tetanus, hepatitis A dan !.
aksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan
pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat
demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limosit yang
peka, antibodi dan sel memori. ara ini menirukan ineksi alamiah yang tidak
menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. ujuannya adalah
memberikan H ineksi ringan H yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan
respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian
hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan
mematikan antigen @ penyakit yang masuk tersebut.
17
-
7/21/2019 kilop
18/73
%, Imunisasi
5munisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara akti
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit. ilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu
kekebalan pasi dan kekebalan akti. ;ekebalan pasi adalah kekebalan yang
diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh indiidu itu sendiri. ontohnya adalah
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah
pemberian suntikan imunoglobulin. ;ekebalan pasi tidak berlangsung lama karena
akan langsung dimetabolisme oleh tubuh. ;ekebalan akti adalah kekebalan yang
dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau
terpajan secara alamiah. ;ekebalan akti biasanya berlangsung lebih lama karenaadanya memori imunologi.
% Proses Imunologi Pada Imunisasi
6espons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks
terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. ikenal dua macam
pertahanan tubuh yaitu 8 1) mekanisme pertahanan nonspesiiik disebut juga
komponen nonadaptif atau innateartinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam
antigen , tetapi untuk berbagai macam antigen, 2) mekanisme pertahanan tubuhspesiik atau komponen adptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen,
terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen
berikutnya. !ila pertahanan nonspesiik belum dapat mengatasi inasi
mikroorganisme maka imunitas spesiik akan terangsang. 7munya antigen bersiat
tergantung pada sel (E dependent antigen) artinya antigen akan mengaktikan
sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan sel h ( helper) melalui Cat yang
dilepaskan sel h akti. Antigen adalah antigen yang kompleks seperti bakteri,
irus dan antigen yang bersiat hapten. "edangkan antigen yang tidak memerlukan sel
( independent) untuk menghasilkan antibody dengan cara langsung merangsang
sel limosit ! misalnya antigen yang strukturnya sederhana dan berulang-ulang,
18
-
7/21/2019 kilop
19/73
biasanya merupakan molekul bedar dan menghasilkan 5g 5g/ dan sel memori yang
lemah.
ekanisme pertahanan spesiik terdiri atas imunitas seluler dan imunitas
humoral. 5munitas humoral akan menghasilkan antibody bila dirangsang oleh antigen.
"emua antibody adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut
immunoglobulin (5g). 6espon imun terdiri dari dua ase yaitu ase pengenalan yang
diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen (AP), sel limosit ! dan sel
limosit dan ase eektor yang diperankan oleh antibody dan limosit eektor
=imosit h umumnya mengenal antigen bila dipresntasikan bersama molekul
0 (major histocompability compleB) kelas 5 dan 55 yaitu molekul yang antara lain
terdapat pada membran sel makroag. "etelah antigen diproses oleh sel makroagakan dipresntasikan bersama 0 kelas 5 atau kelas 55 kepada sel h sehingga terjadi
ikatan antara 6 ( cell receptor) dengan antigen. ;emudian akan terjadi
dierensiasi menjadi sel h eektor, sel c eektor serta sel h memori atas pengaruh
sitokin di jaringan perier. "el th eektor mengaktiasi makroag. Peran utama sel h
ialah membantu sel limosit ! menghasilkan antibody.
Pada manusia terdapat dua jenis sel h yaitu sel h1 dan sel h2 yang dapat
dibedakan dengan sitokin yang dihasilkannya dan ungsi eektornya. isalnya h1
mensekresi sitokin 5=-2, 5=-3, 9Da dan h2 mensekresi 5=-*, 5=-+, 5=-, 5=-14, dan
5=-13. "edangkan peran utama sel c atau sel ialah untuk mengenal dan
kemudian melisis sel target yang terineksi sehingga disebut juga sel cytotoBic
lymphosit (=s) yang berperan pada ineksi irus, bakteri dan parasit. Antigen akan
berikatan dengan immunoglobulin permukaan sel ! dan dengan bantuan sel h ( bagi
antigen ) akan terjadi aktiasi enCim dalam sel ! sedemikian rupa hingga
terjadilah tranormasi blast, prolierasi dan dierensiasi menjadi sel plasma yang
mensekresi antibody dan membentuk sel ! memori. "edangkan antigen 1 dapat
secara langsung mengaktiasi sel ! tanpa bantuan sel h. Antibody yang disekresi
dapat menetralkan Ag sehingga irulensinya menghilang, atau berikatan dengan Ag
sehingga lebih mudah diagositosis oleh makroag dalam proses opsonisasi. ;adang
19
-
7/21/2019 kilop
20/73
agositosis dapat dibantu dengan melibatkan komplemen sehingga terjadi
penghacuran Ag. "elain itu ikatan antibody dengan Ag juga mempermudah lisis oleh
sel c. Peristi#a ini disebut antibody dependent celluler mediated cytotoBicity
(A). 0asil aktiasi sel ! adalah eliminasi Ag dan pembentukan sel memori yang
kelak bila terpapar lagi dengan Ag serupa akan cepat berprolierasi dan
berdierensiasi. 0al inilah yang diharapkan pada imunisasi. Peran utama aksinasi
ialah menimbulakn memori imunologik yang banyak. "el ! memori terbentuk di
jaringan limois di bagian sentral germinal. Antigen asing yang sudah terikat dengan
antibodi akan membentuk komplek Ag-antibodi dan akan terikat dengan komplemen.
;omplek ag-ab- akan menempel pada sel dendrite olikel (DE ollicular dendritic
cells) karena terdapat reseptor di permukaan sel dendrite terjadi prolierasi dandierensiasi sel limosit ! dan akan terbentuk sel plasma yang menghasilkan antibody
dan sel ! memori yang mempunyai ainitas antigen yang tinggi. "el ! memori akan
berada di sirkulasi sedangkan sel plasma akan migrasi ke sum-sum tulang. !ila sel !
memori kembali ke jaringan limoid yang mempunyai antigen serupa maka akan
terjadi proses prolierasi dan dan dierensisasi seperti semula dengan menghasilkan
antibidi yang lebih banyak dengan ainitas yang lebih tinggi.
"el memori dibentuk dengan melalui beberapa tahapan. "el AP akan
mempresentasikan antigen yang sudah diprosesnya bersama molekul 0 di
jaringan limoid perier pada sel limosit I bersamaan ini akan disekresi sitokin.
"alah satu ungsi sitokin adalah prolierasi sel dengan Ag spesiik dan dierensiasi
yang menghasilkan sel eektor dan sel memori. "el eektor akan meninggalkan
jarinngan limoid dan berada di sirkulasi dan bermigrasi ke tempat terjadi ineksi
untuk mengeliminasi ineksi sedangkan sel memori yang tidak akti akan berada di
sirkulasi untuk jangka yang lama. Antigen ekstraseluler akan diproses di AP
menjadi peptide yang akan dikenal oleh molekul 0 kelas 55, Ag intraseluler oleh
0 kelas 5.
20
-
7/21/2019 kilop
21/73
%4 Prosedur Imunisasi
Prosedur imunisasi dimulai dari menyiapkan dan memba#a aksin,
mempersiakan anak dan orang tua, teknik penyuntikan yang aman, pencatatan,
pembuangan limbah sampai pada teknik penyimpanan dan penggunaan sisa aksin
dengan benar.
ata cara pemberian imunisasi8
"ebelum melakukan aksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut 8
emberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
diaksinasi.
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
!aca dengan teliit inormasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapat persetujuan orang tua.
injau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap aksin yang akan
diberikan
Periksa identitas penerima aksin dan diberikan antipiretik bila diperlukan
Periksa jenis aksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda
perubahan.
>akin bah#a aksin yang akan diberikan sesuai jad#al dan dita#arkan pula
aksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertingal (catch up accination)
bila diperlukan.
!erikan aksin dengan teknik yang benar
"etelah pemberian aksin berikan edukasi pada orang tua mengenai kejadian
pasca imunisasi.
atat imunisasi dalam rekan medis secara rinci
Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan ta#arkan aksinasi
untuk mengejar ketertinggalan bila diperlukan.
Pen$im)ananaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Aturan umum untuk sebagian besar aksin, bah#a aksin harus
didinginkan pada temperature 2-4 dan tidak membeku. "ecara umum ada 2 jenis
21
-
7/21/2019 kilop
22/73
aksin yaitu aksin hidup (polio oral, !/, campak, 6, arisella dan demam
kuning) dan aksi mati atau inakti (P,0ib, pneimokokus, yphoid, inluenCa,
polio inakti, meningokokus).
"ecara umum semua aksin sebaiknya disimpan pada suhu ?2 s@d ? 4 aksin
hidup akan cepat mati, aksin polio hanya bertahan 2 hari, aksin !/ dan campak
yang belum dilarutkan mati dalam % hari. aksin hidup potensinya masih tetap baik
pada suhu kurang dari 24 s@d beku. aksin polio oral yang belum dibuka lebih
bertahan lama (2tahun) bila disimpan pada suhu -2+4 s@d -1+4, namun hanya
bertahan bulan pada suhu ?24 s@d ?4. aksin !/ dan campak berbeda,
#alaupun disimpan pada suhu -2+4 s@d -1+4, umur aksin tidak lebih lama dari
suhu ?2
4
s@d ?
4
, yaitu !/ tetap 1 tahun dan campak tetap 2 tahun. leh karenaitu aksin !/ dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di -2+4 s@d
-1+4 atau di dalam reeCer.
aksin inakti (mati) sebaiknya disimpan dalam suhu ?24 s@d ?4 juga, pada
suhu diba#ah ?24 (beku) aksin mati akan cepat rusak. !ila beku dalam suhu -4,+ 4
aksin hepatitis ! dan P-0epatitis ! (kombo) akan rusak dalam G jam, tetapi
dalam suhu diatas 4 aksin 0epatitis ! bias bertahan sampai 34 hari, P-
0epatitis ! kombinasi sampai 1* hari. ibekukan dalam suhu -+4 s@d -144 aksin
P, dan akan rusak dalam 1,+ s@d 2 jam, tetapi bisa bertahan sampai 1* hari
dalam suhu diatas 4.
Tekhnik dan ukuran 'arum
Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai
dan steril. "ebaiknya tidak digunakan botol aksin yang multidosis, karena resiko
ineksi. Apabila memakai botol multidosis maka jarum suntik yang telah digunakan
menyuntik tidak boleh dipakai lagi mengambil aksin.
"tandar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 2+ mm, tetapi adaperkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut 8
- pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayi-bayi
kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 2 dengan panjang 1 mm.
22
-
7/21/2019 kilop
23/73
- untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 2+ dengan
panjang 1mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 2% dengan panjang 12
mm.
- untuk suntikan intramuscular pada oaring de#asa yang sangat gemuk (obese)
diapakai jarum ukuran 23 dengan panjang 3 mm.
- untuk suntikan intradermal pada aksinasi !/ dipakai jarum ukuran 2+-2%
dengan panjang 14 mm.
Arah sudut 'arum )ada suntikan Intramus:ular
:arum suntik harus disuntikkan dengan sudut *+4sampai 44ke dalam otot astus
lateralis atau otot deltoid. 7ntuk otot astus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah
lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. ;erusakan sara dan
pembuluh ascular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut '44. Pada
suntikan dengan sudut jarum *+4sampai 44akan mengalami hambatan ringan pada
#aktu jarum masuk ke dalam otot.
Tem)at suntikan $ang dian'urkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk aksinasi pada
bayi-bayi dan anak-anak umur diba#ah 12 bulan. 6egio deltoid adalah alternati
untuk aksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang dapat berjalan) dan
orang de#asa."ejak akhir 1'4, $0, buku pedoman A5P, AAP dan selandia baru telah
memberi rekomendasi bah#a daerah anterolateral paha adalah bagian yang
dianjurkan untuk aksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk
menghindari resiko kerusakan sara iskhiadika (nerus ischiadicus).
6esiko kerusakan sara ischiadika akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak
dijumpai pada bayi karena ariasi posisi sara tersebut, masa otot lebih tebal,
sehingga pada aksinasi dengan suntikan intramuscular di daerah gluteal dengan
tidak disengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi local yang lebih berat.
aksinasi hepatitis ! dan rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang
imunogenikI hal ini berlaku untuk semua umur. "edangkan untuk aksin !/, harus
23
-
7/21/2019 kilop
24/73
disuntik pada kulit diatas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan
diatas puncak pundak memeberi resiko terjadinya keloid.
Posisi anak dan lokasi suntikan
Alasan memilih otot astus lateralis pada bayi dan anak umur di ba#ahh 12 bulanadalah8
- enghindari resiko kerusakan sara ischiadika pada suntikan daerah gluteal.
- aerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan
secara adekuat.
- "iat imunogenesitas aksin hepatitis ! dan rabies berkurang bila disuntikkan di
daerah gluteal.
- enghindari resiko reaksi local dan terbentuk pembengkakan ditempat suntikan
yang menahun.
- enghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
Vastus lateralis, posisi anak dan lokasi suntikan
astus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian
anterolateral paha. aksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot
bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. :arum
harus membuat sudut *+4-44 terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut,
maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari diatas (kearahproksiimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot.
24
-
7/21/2019 kilop
25/73
2ambar .%iagram =okasi "untikan >ang ianjurkan pada otot paha.
2ambar ,%Potongan =intang Paha 8 enunjukkan !agian >ang isuntik
=okasi suntikan pada astus lateralis
- =etakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.
- ungkai ba#ah sedikit di tekuk dengan leksi pada lutut.
- ari trochanter mayor emur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik
garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. empat suntikan aksin ialah
batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai ba#ah
25
-
7/21/2019 kilop
26/73
sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan
garis bagian distal lebih jelas)
- "upaya aksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara sepertiga
bagian atas dan tengah, jarumditusukkan satu jari diatas batas tersebut.
Deltoid, posisi anak dan lokasi suntikan
- Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikkan di daerah deltoid ialah
duduk diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya.
- =engan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi,sementara
lengan lainnya diletakkan di belaknag tubuh orang tua atau pengasuh.
- =okasi deltoid yang benar adalah penting supaya aksinasi berlangsung aman dan
berhasil.
- Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan
meningkatkan resiko penetrasi sara.
7ntuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik, membuka lengan atas dari pundak
ke siku. =okasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara
akromion dan insersi pada tengah humerus. :arum suntik ditusukkan membuat sudut
*+4-44mengarah pada akromion. !ila bagian ba#ah deltoid yang disuntik, ada
resiko trauma sara radialis karena sara tersebut melingkar dan muncul dari otot
trisep.
Perhatian untuk suntikan subkutan
- Arah jarum *+4terhadap kulit.
- ubit tebal untuk suntikan subkutan
- Aspirasi semprit sebelum aksin disuntikkan.
- 7ntuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.
26
-
7/21/2019 kilop
27/73
2ambar %=okasi Penyuntikan "ubkutan Pada !ayi (a) dan Anak !esar (b)
Perhatian untuk penyuntikan intramuscular
- Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot.
- "untik dengan arah jarum *+4< 44, lakukan dengan cepat.
- ekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jaruum
ditusukkan.
- Aspirasi semprit sebelum aksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk
dalam ena. Apabila terdapat darah buang dan ulangi dengan suntikan baru.
- 7ntuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstremitas berbeda.
2ambar 4%=okasi Penyuntikan intramuscular Pada !ayi (a) dan Anak !esar (b)
27
-
7/21/2019 kilop
28/73
Tabel .%Pedoman penyuntikan subkutan
7mur empat 7kuran jarum
!ayi (4-12 bulan) Paha daerah antolateral 7kuran 23-2+ panjang
1-1' mm
1-3 tahun Paha daerah antolateral
atau daerah lateral
lengan atas
7kuran 23-2+ panjang
1-1' mm
J3 tahun aerah lateral lengan
atas
7kuran 1-1' panjang
1-1' mm
Table ,.Pedoman penyuntikan intramuscular
7mur empat 7kuran jarum
!ayi (4-12 bulan) tot astus lateralus
pada paha daerah
antolateral
7kuran 22-2+ panjang
22-2+mm
1-3 tahun tot astus lateralus
pada paha daerah
antolateral sampai masa
otot deltoid cukup besar
7kuran 22-2+ panjang
1-32 mm
J3 tahun tot deltoid di ba#ah
acromion
7kuran 22-2+ panjang
2+-32 mm
Tabel %5ndikasi kontra dan perhatian khusus untuk imunisasi
5ndikasi kontra dan perhatian khusus !ukan indikasi kontra
erlaku untuk semua vaksin ?*TaP/*TP( P;( IP;( MM"( ;arisela( &ib(
&e) @
6eaksi anailaksis terhadap
aksin, indikasi kontra pemberianaksin tersebut berikutnya
6eaksi local ringan sedang
sesudah "edang mendapat terapiantibiotic
28
-
7/21/2019 kilop
29/73
6eaksi anailaksis terhadap
konstituen aksin, indikasi kontra
pemberian semua aksin yang
mengandung bahan konstituen
tersebut "akit sedang atau berat dengan
atau tanpa demam
Fnsealopati dalam % hari pasca
aP@#P sebelumnya
asa konalesen suatu penyakit
Prematuritas
erpajan terhadap suatu penyakit
menular
6i#ayat alergi penisilin ataualergi lain nonspesiik atau alergi
dalam keluarga
;ehamilan ibu
Penghuni rumah lainnya tidak
diaksinasi
emam K*4,+4c pasca aP@
#P sebelumnya
6i#ayat kejang dalam keluarga
6i#ayat "5" dalam keluarga
6i#ayat ;5P5 dalam keluargapasca aP@#P suntikan
emam ringan atau sedang pasca
aksinasi sebelumnya
"akit akut ringan dengan atau
tanpa demam ringan
Perhatian khusus
emam J*4,+4c kolaps dan
episode hipotonik hiporesponsi
dalam * jam pasca aP@#Psebelumnya yang tidak
berhubungan dengan penyebab
lain
;ejang dalam 3 hari pasca
aP@#P sebelumnya
enangis terus J 3 jam dalam *
jam pasca pemberian aP@
#P sebelumnya
"indrom /ullain !arre dalam
minggu pasca aksinasi
;aksin Polio ral ?P;@
5neksi 05 atau kontak 05
serumah
5munodeisiensi (keganasan
hematologi atau tumor padat,
imunodeisiensi congenital, terapiimunosupresan dalam jangka
#aktu lama)
5munodeisiensi penghuni
serumah
enyusui
"edang dalam terapi antibiotic
iare ringan
Perhatian khusus
;ehamilan
;aksin Polio Ina:tivated ?IP;@
29
-
7/21/2019 kilop
30/73
6eaksi anailaktik terhadap neomisin,
streptomisin atau polimiksin !
Perhatian khusus 8
;ehamilan
Measles( Mum)s and "ubela ?MM"@
6eaksi anailaksis terhadap
neomisin atau gelatin
5munodeisiensi (keganasan
hematologi atau tumor padat,
imunodeisiensi congenital, terapi
imunosupresan jangka panjang,ineksi 05 dengan imunosipresi
berat)
uberculosis atau uji tuberculin
positi
7ji tuberculin bersamaan dengan
imunisai
enyusui
;ehamilan ibu atau penghuniserumah
5munodeisiensi dalam keluarga
atau penghuni serumah
5neksi 05 tanpa imunosupresi
berat
Alergi telur
6eaksi non anailaksis terhadap
neomisin
Perhatian khusus 8
!aru mendapat tranusi darah @
produk darah atau immunoglobulin
(3-11 bulan)
6i#ayat purpura trombositopenia
&aemo)hilus inluen#a ti)e
idak ada
Perhatian khusus 8 tidak ada
&e)atitis
6eaksi anailaksis terhadap ragi ;ehamilan
;arisela
6eaksi anailaksis terhadap
neomisin atau gelatin ;ehamilan
5neksi 05
5munodeisiensi (keganasan
5munodeisiensi penghuni
serumah 5neksi 05 penghuni serumah
;ehamilan ibu dan penghuni
serumah
30
-
7/21/2019 kilop
31/73
hematologi atau tumor padat,
imunodeisiensi congenital, terapi
imunosupresan jangka panjang)
Perhatian khusus 8
!aru mendapat immunoglobulin
(dalam + bulan)
6i#ayat imunodeisiensi dalam
keluarga
%5 3adwal Imunisasi
5munisasi yang di#ajibkan meliputi !/, polio, hepatitis !, P dan
campak.
.%
-
7/21/2019 kilop
32/73
bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan diameter *- mm, apabila dosis
terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan
terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam.
Limfadenitis=imadenitis supurati di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai setelah
penyuntikan !/. =imadenitis akan sembuh sendiri, jadi tidak perlu diobati.
Apabila limadenitis melekat pada kulit atau timbul istula maka dapat dibersihkan
(drainage) dan diberikan obat anti tuberculosis oral. Pemberian obat anti tuberculosis
sistemik tidak eekti.
BCG-itis diseminasi
:arang terjadi, seringkali berhubungan dengan imunodeisiensi berat. ;omplikasilainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus ulgaris dan osteomielitis. ;omplikasi
ini harus diobati dengan kombinasi obat anti tuberculosis.
Kontra indikasi
-
7/21/2019 kilop
33/73
o Pada bayi yang kontak erat dengan penderita ! denagn !A ?3 sebaiknya
diberikan 590 proilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat
diberi !/.
,% &e)atitis aksin hepatitis ! (hep !) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
aksinasi hep! merupakan upaya pencegahan yang sangat eekti untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
aksin diberikan secara intramuscular dalam. Pada neonatus dan bayi diberikan di
anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan de#asa, diberikan di region
deltoid
Imunisasi akti
o 5munisasi hep!-1 diberikan sedini mungkin (dalam #aktu 12 jam) setelah lahir.
o 5munisasi hep!-2 diberikan setelah 1 bulan (* minggu) dari imunisasi hep!-1
yaitu saat bayi berumur 1 bulan. 7ntuk mendapat respon imun optimal, interal
imunisasi hep!-2 dengan hep!-3 minimal 2 bulan, terbaik + bulan. aka
imunisasi hep!-3 diberikan pada umur 3- bulan.
o !ila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua.
"edangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bukan dari
imunisasi kedua.o !ila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah memungkinkan.
o !ayi lahir dari ibu dengan 0bs-Ag yang tidak diketahui, hep!-1 harus diberikan
dalam #aktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-
bulan. Apabila semula status 0bs-Ag ibu tidak diketahui dan ternyata dalam
perjalanan selanjutnya diketahui ibu dengan 0bs-Ag positi, maka ditambahkan
hepatitis ! immunoglobulin (0!5g) 4,+ ml sebelum bayi berumur % hari.
o !ayi lahir dari ibu dengan 0bs-Ag positi, diberikan aksin hep!-1 dan 0!5g
4,+ ml secara bersamaan dalam #aktu 12 jam setelah lahir.
33
-
7/21/2019 kilop
34/73
o Anak dari ibu pengidap hepatitis !, yang telah memperoleh imunisasi dasar 3B
pada masa bayi, maka pada saat usia + tahun tidak perlu imunisasi ulang
(booster). 0anya dilakukan pemeriksaan kadar anti 0!s
o Apabila sampai dengan usia + tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
hepatitis !, maka secepatnya diberikan imunisasi 0ep ! dengan jad#al 3B
pemberian (catch up accination).
atch up accination merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang
belum pernah di imunisasi atau terlambat J 1 bulan dari jad#al yang
seharusnya. ;husus pada imunisasi hepatitis !, imunisasi catch up ini
diberikan dengan interal minimal * minggu antara dosis pertama dan kedua,
sedangkan interal antara dosis kedua dan ketiga minimal minggu atau 1minggu sesudah dosis pertama.
o 7langan imunisasi (hep!-*) dapat dipertimbangkan pada umur 14-12 tahun,
apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti 0bsK 14Lg@ml).
Imunisasi )asi
0epatitis ! immune globulin (0!5g) dalam #aktu singkat akan memeberikan
proteksi meskipun hanya untuk jangka pendek (3- bulan). 0!5g hanya diberikan
pada kondisi pasca paparan. "ebaiknya 0!5g diberikan bersama aksin 0!
sehingga proteksinya berlangsung lama. Pada needle stick injury maka diberikan
0!5g 4,4 ml@kg maksimum + ml dalam * jam pertama setelah kontak. Pada
penularan dengan cara kontak seksual 0!5g diberikan 4,4 ml@kg maksimum + ml
dalam #aktu K1* hari sesudah kontak terakhir.
0ek sam)ing
7mumnya berupa reaksi local yang ringan dan bersigat sementara. ;adang-
kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.
Kontra indikasi
idak ada kontra ondikasi yang absolute.
% *TwP ?whole>:ell )ertussis@ dan *Ta) ?a:elluler )ertussis@ 5munisasi P primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (P tidak boleh
diberikan sebelum umur minggu) dengan interal *- minggu. 5nteral terbaik
diberikan minggu, jadi P-1 diberikan pada umur 2 bulan, P-2 pada umur
34
-
7/21/2019 kilop
35/73
* bulan dan P-3 padaumur bulan. 7langan booster P selanjutnya
diberikan satu tahun setelah P-3 yaitu pada umur 1-2* bulan dan P-+ pada
saat masuk sekolah umur + tahun.
Pada booster umur + tahun harus tetap diberikan aksin dengan komponenpertusis (sebaiknya diberikan aP untuk mengurangi demam pasca imunisasi)
mengingat kejadian pertusis pada de#asa muda meningkat akibat ambang
proteksi telah sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan pada bayi
dan anak.
-+ diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. 7langan -
diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus diteria pada umur
lebih dari 14 tahun.
osis #P atau aP atau adalah 4,+ ml, intramuscular, baik untuk
imunisasi dasar maupun ulangan.
:ad#al untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian + dosis pada usia
2,*,,1+-1 bulan dan usia + tahun atau saat masuk sekolah. osis ke * harus
diberikan sekurang-kurangnya bulan setelah dosis ke 3. kombinasi toksoid
diteria dan tetanus() yang mengandung 14-12 = dapat diberikan pada anak
yang memiliki kontra indikasi terhadap pemberian yang pertusis.
Ke'adian ikutan )as:a imunisasi *TP
o 6eaksi local kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada
separuh penerima P.
o Proporsi emam ringan dengan reaksi local sama dan diantaranya dapat
mengalami hiperpireksia.
o Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam paska suntikan
(inconsolable crying).
o ari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah aksinasi yang
dihubungkan dengan demam yang terjadi.o ;ejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensealopati akut atau reaksi
anailaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian aksin pertusis.
Kontra indikasi
35
-
7/21/2019 kilop
36/73
"aat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak terhadap
pemberian aksin pertusis baik #hole cell maupun acelular. >aitu 8
o anailaksis pada pemberian aksin sebelumnya.
o Fnsealopati sesudah pemberian aksin pertusis sebelumnya.
o ;eadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution). isalnya
pemberian aksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai
ri#ayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsi dalam * jam, anak
menangis terus menerus selama 3 jam dan ri#ayat kejang dalam 3 hari sesudah
imunisasi P
o 6i#ayat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan
pemberian aksin sebelumnya, kejadian ikutan paska imunisasi atau alergi
terhadap aksin bukanlah suatu indikasi kontra terhadap pemberian aksin aP.
$alaupun demikian keputusan untuk pemberian aksin pertusis harus
dipertimbangkan secara indiidual dengan memperhitungkan keuntungan dan
resiko pemberiannya.
4% PLI
erdapat 2 macam aksin polio8
- 5P (5nactiated Polio accine, aksin "alk), mengandung irus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.
- P (ral Polio accine, aksin "abin), mengandung aksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
!entuk trialen (P) eekti mela#an semua bentuk polio, bentuk monoalen
(P) eekti mela#an 1 jenis polio. 5munisasi dasar polio diberikan * kali
(polio 5,55, 555, dan 5) dengan interal tidak kurang dari * minggu. 5munisasi
polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio 5, kemudian pada saat
masuk " (+- tahun) dan pada saat meninggalkan " (12 tahun).
i 5ndonesia umumnya diberikan aksin "abin. aksin ini diberikan sebanyak 2
tetes (4,1 m=) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang
berisi air gula. osis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon
kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk
36
-
7/21/2019 kilop
37/73
meningkatkan kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi. ;epada
orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anailaktik) setelah pemberian
5P, streptomisin, polimiksin ! atau neomisin, tidak boleh diberikan 5P.
"ebaiknya diberikan P. ;epada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita A5", ineksi 05, leukemia, kanker, limoma), dianjurkan
untuk diberikan 5P. 5P juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani
terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
5P bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.
:ika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan
imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. 5P bisa menyebabkan nyeri
dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya
selama beberapa hari. asa inkubasi irus antara -14 hari. "etelah demam 2-+
hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota
gerak. 9amun tak semua orang yang terkena irus polio akan mengalami
kelumpuhan, tergantung keganasan irus polio yang menyerang dan daya tahan
tubuh si anak. 5munisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan
irus polio.
Usia Pemberian
"aat lahir (4 bulan), dan berikutnya di usia 2, *, bulan. ilanjutkan pada usia 1
bulan dan + tahun. ;ecuali saat lahir, pemberian aksin polio selalu dibarengi dengan
aksin P.
-
7/21/2019 kilop
38/73
5%
-
7/21/2019 kilop
39/73
"ebanyak 2 kaliI 1 kali di usia ' bulan, 1 kali di usia tahun. ianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jad#al. "elain karena antibodi dari ibu sudah menurun
di usia ' bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. :ika sampai
12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi 6 (Measles Mumps Rubella).
0ek Sam)ing
7mumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,
namun kasusnya sangat kecil. !iasanya demam berlangsung seminggu. ;adang juga
terdapat eek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Sediaan
aksin tersedia dalam kemasan ial 14 dosis ? + ml pelarut dalam ampul.erikut adalah ma:am> ma:am imunisasi $ang dian'urkan !
.% Imunisasi &I
"esuai namanya, imunisasi ini bermanaat untuk mencekal kuman 0i!
(Haemophyllus influenzae type B. ;uman ini menyerang selaput otak sehingga
terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. eningitis sangat
berbahaya karena dapat merusak otaksecara permanen sampai kepada kematian.
"elain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan
radang paru dan radang epiglotis.
erdapat dua jenis aksin 0ib konjungat yang beredar di 5ndonesia yaitu
aksin 0ib yang berisi P6P- !capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol
phosphate" konjugasi dengan protein tetanus) dan P6P-P (P6P berkonjugasi
outer membrane protein compleB).
3adwal imunisasi
o aksin 0ib yang berisi P6-P diberikan umur 2,*, dan bulan.
o aksin 0ib yang berisi P6P-P diberikan pada umur 2 dan * bulan, dosis
ketiga ( bulan) tidak diperlukan.
o
aksin 0ib dapat diberikan dalam bentuk aksin kombinasi (#P@0ib,aP@0ib@5P)
*osis
o "atu dosis 0ib berisi 4,+ ml, diberikan secara intramuscular.
39
-
7/21/2019 kilop
40/73
o ersedia aksin kombinasi (#P@0ib, aP@0ib, aP@0ib@5P (aksin
kombinasi yang beredar berisi aksin 0ib P6-P) dalam kemasan prefilled
syringe #,$ ml%
Ulangano aksin 0ib baik P6-P ataupun P6P-P perlu diulang pada umur 1 bulan.
o Apabila anak datang pada umur 1-+ tahun, 0ib hanya diberikan satu kali.
,% Imunisasi P
-
7/21/2019 kilop
41/73
erutama buat anak perempuan, aksinasi 6 sangat penting untuk
mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. "ementara pada anak lelaki,
nantinya aksin 6 mencegah agar tak terserang rubella dan menulari sang
istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan
kecacatan pada janin.
oksin 6 diberikan pada umur 1+ -1 bulan minimal interal bulan antara
imunisasi campak (' bulan) dan 6. osis satu kali 4,+ ml secara sub kutan.
6 diberikan minimal satu bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi
lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi 6 pada umur 12 -1
bulan dan tahun, imunisasi campak tambahan pada umur +- tahun tidak perlu
diberikan. 7langan imunisasi 6 diberikan pada umur tahun.
4% Imunisasi Inluen#a5nluenCa merupakan penyakit ineksi saluran napas yang disebabkan irus.
Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena irusnya bisa menyebar le#at udara
yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.
"ebenarnya, inluenCa tergolong ringan karena siatnya yang self"limiting disease
alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak
minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan
bergiCi seimbang.
3adwal
aksin inluenCa diberikan pada anak umur sampai 23 bulan, baik anak sehat
maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle, 05, dan
iabetes).
osis tergantung umur anak,
o 7mur -3+ bulan 4,2+ ml.
o 7mur N3 tahun 4,+ ml
o 7mur O tahun8 untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan
interal minimal * - minggu, pada tahun beriktunya hanya diberikan satu
dosis
aksin inluenCa diberikan secara intramuskular pada paha antero lateral atau
deatoid
41
-
7/21/2019 kilop
42/73
+. Imunisasi TioidAda 2 jenis aksin tioid yang bisa diberikan ke anak, yakni aksin oral (Vivotif)
dan aksin suntikan ()yphimVi). ;eduanya eekti mencekal demam tioid alias
penyakit tius, yaitu ineksi akut yang disebabkan bakteri (almonella typhi. !akteriini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman
yang tidak higienis. ia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama
saluran cerna. /ejala khas terineksi bakteri tius adalah suhu tubuh yang berangsur-
angsur meningkat setiap hari, bisa sampai *44c. !asanya di pagi hari demam akan
menurun tapi lalu meningkat di #aktu sore@malam. /ejala lainnya adalah mencret,
mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak
acuh bahkan bengong, dan tidur pasi (tak banyak gerak). Pada tingkat ringan atau
disebut paratius (gejala tius), cukup dira#at di rumah. Anak harus banyak istirahat,
banyak minum, mengonsumsi makanan bergiCi, dan minum antibiotik yang
diresepkan dokter. api kalau berat, harus dira#at di rumah sakit. Penyakit ini, baik
ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan.
"elain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat atal.
3enis vaksin
o aksin kapsuler i polisakarida
iberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
;emasan dalam preilled syringe 4,+ ml pemberian secara intramuskular.
o ioid oral y21a
iberikan pada umur lebih dari tahun.
ikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosis dengan interal selang sehari (hari
1,3,+).
5munisasi ulangan diberikan setiap 3-+ tahun.
. Imunisasi &e)atitis A
Penyebaran irus hepatitis A (0A) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan
irus ini saat meludah, bersin, atau batuk. !ila irus ini menempel di makanan,
minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anaklain maka dia akan tertular. 9amun, untuk memastikan apakah anak mengidap
0A atau tidak, harus dilakukan tes darah.
42
-
7/21/2019 kilop
43/73
aksin 0ep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. aksin kombinasi 0ep!
atau 0epA diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. aka aksin kombinasi di
indikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan terutama catch-up immuniCation
yaitu mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi
0ep ! sebelumnya atau imunisasi 0ep ! yang tidak lengkap.
;emasan liuid satu dosis@ial preilled syringe 4,+ ml. osis pediatrik %24
F=5"A units diberikan 2 kali dengan interal -12 bulan, intramuskular di daerah
deltoid. ;ombinasi 0ep!@0epA (berisi 0ep ! 14Lg dan 0ep A %24 F=5"A units)
dalam kemasan preilled syringe 4,+ ml intramuskular. osis 0osis 0ep A untuk
de#asa (N1' tahun) 1**4 F=5"A units dosis 1 ml, 2 dosis, interal -12 bulan.
%. Imunisasi ;arisela
emberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken po*, penyakit yang
disebabkan irus varicella zooster. ermasuk penyakit akut dan menular, yang
ditandai dengan esikel (lesi@bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.
Penularannya sangat mudah karena irusnya bisa menyebar le#at udara yang
keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. 9amun yang paling potensial
menularkan adalah kontak langsung dengan esikel, yaitu ketika mulai muncul
bintik dengan cairan yang jernih. "etelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam,
maka tidak menular lagi.
5munisasi arisela diberikan pada anak umur lebih dari + tahun. 7ntuk anak yang
mengalami kontak dengan pasien arisela, imunisasi dapat mencegah apabila
diberikan dalam kurun %2 jam setelah kontak. osis 4,+ ml subkutan satu kali.
7ntuk umur lebih dari 13 tahun atau de#asa, diberikan 2 kali dengan jarak *-
minggu.
3adwal Imunisasi Tidak Teratur
Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jad#al
yang sudah disepakati. ;eadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan
imunisasi. aksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manaatnya
tetapi tetap sudah menghasilkan respon imunologis sebagaimana yang diharapkan
tetapi belum mencapai hasil yang optimal.
43
-
7/21/2019 kilop
44/73
Tabel 4%6ekomendasi jad#al untuk aksinasi yang tidak teratur
aksin 6ekomendasi bila aksinasi terlambat
!/ 7mur K12 bulan , boleh diberikan kapan saja
7mur J 12 bulan imunisasi kapan saja namun sebaiknya
dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatiberikan !/ dengan dosis 4,1ml intrakutan
P# atau
pa
!ila dimulai dengan P# boleh dilanjutkan dengan pa
!erikan d pada anak N % tahun jangan P# atau pa
#alaupun aksin tersedia
!ila terlambat jangan mengulang pemberian dari a#al tetapi
lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad#al tidak peduli
berapapun jarak #aktu@ interal keterlambatan dari pemberian
sebelumnya
!ila belum pernah imunisasi dasar pada usia K 12 bulan
imunisasi diberikan sesuai imunisasi dasar baik jumlah
maupun interalnya
!ila pemberian ke * sebelum ulang tahun ke * maka
pemberian ke + secepatnya bulan sesudahnya.
!ila pemberian ke * setelah umur * tahun maka pemberian ke
+ tidak perlu lagi
Polio oral !ila terlambat,jangan mengulang pemberiannya dari a#al
tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad#al,tidak
peduli berapapun jarak #aktu@interal keterlambatan dari
pemberian sebelumnya.
ampak Pada umur antara '-12 bulan,berikan kapan saja saat bertemu.
!ila umur anak N 1 tahun berikan r
!ila booster belum didapati setelah umur tahun, maka
aksin campak@6 diberikan kapan saja saat bertemu
melengkapi jad#al.
44
-
7/21/2019 kilop
45/73
6 !ila sampai dengan umur 12 bulan belum mendapatkan
aksin campak, 6 bisa diberikan kapan saja setelah
berumur 1 tahun.
0epatitis ! !ila terlambat, jangan mengulang pemberian dari a#al, tetapi
lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad#al,tidak peduli
berapapun jarak #aktu@interal dari pemberian sebelumnya.
Anak dan remaja yang pernah imunisasi hepatitis b pada masa
bayi,bisa mendapat serial imunisasi hepatitis b kapan saja saat
berkunjung.
0ib 7mur saat ini
(bulan)
-11
12-1*
1+-+'
6i#ayat
aksinasi
(dosis)
1
1
!erikan 1
dosis
6ekomendasi imunisasi
1B umur -11 bulanI
ulang 1B setelah 2 bulan
atau umur 12-1+ bulan.
"ebelum umur 12 bulan
berikan 2 dosis, interal 2
bulan
:ad#al tidak lengkap
%6 KIPI ?Ke'adian Ikutan Pas:a Imunisasi@
45
-
7/21/2019 kilop
46/73
;ejadian ikutan pasca imunisasi (;5P5Eaderse eents associated #ith
accines,aderse eents ollo#ing immuniCation) dideinisikan sebagai semua
kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada
umumnya reaksi terhadap obat dan aksin dapat merupakan reaksi simpang (aderse
eects), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat eek langsung aksin. 6eaksi
simpang aksin antara lain dapat berupa eek armakologis, eek samping (side
eects), interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang
umumnya secara klinis sulit dibedakan. 6eaksi alergi dapat terjadi terhadap protein
telur (aksin campak, gondong, inluenCa, dan demam kuning), antibiotik, bahan
preserati (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam aksin.
Faktor penyebabPokja ;5P5 epkes 65 membagi penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi
menjadi * kelompok, yaitu karena kesalahan program@teknik pelaksanaan imunisasi,
induksi aksin, aktor kebetulan, dan penyebab tidak atau belum diketahui.
Klasiikasi La)angan
"esuai dengan manaatnya di lapangan maka ;9 PP ;5P5 memakai kriteria $0
+estern &asific untuk memilah ;5P5 dalam lima kelompok penyebab, yaitu 8
1. ;esalahan program
2. 6eaksi suntikan
3. 6eaksi aksin
*. ;oinsiden, dan
+. "ebab tidak diketahui
Kesalahan )rogram/teknik )elaksanaan imunisasi ?)rogrammati: errors@
"ebagian besar kasus ;5P5 berhubungan dengan masalah program dan teknik
pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan,
dan tata laksana pemberian aksin. ;esalahan tersebut misalnya dapat terjadi pada 8
1. dosis antigen (terlalu banyak)
2. lokasi dan cara menyuntik
3. sterilisasi semprit dan jarum suntik
46
-
7/21/2019 kilop
47/73
*. jarum bekas pakai
+. tindakan a dan antiseptik
. kontaminasi aksin dan peralatan suntik
%. penyimpanan aksin
. pemakaian sisa aksin
'. jenis dan jumlah pelarut aksin
14. tidak memperhatikan petunjuk prosedur (petunjuk pemakaian, indikasi kontra)
Induksi ;aksin ?va::ine indu:ed@
/ejala ;5P5 yang disebabkan induksi aksin umumnya sudah dapat diprediksi
terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang aksin, dan secara klinis biasanya
ringan.$alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksianailaksis sistemik dengan risiko kematian. 6eaksi simpang ini sudah teridentiikasi
dengna baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai
indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,atau berbagai tindakan dan
perhatian lainya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau aksin lain.
Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.
"bagai acuan dan perbandingan dapat dipakai rekomendasi dari Adisory ommittee
on 5mmuniCation Practices dan ommittee on 5nectious isease o the American
Academy o Pediatrics.
Faktor kebetulan ?:oin:idental@
"eperti telah disebutkan di atas, maka kejadian yang timbul ini terjadi secra
kebetulan saja setelah imunisasi. 5ndikator kebetulan ini ditandai dengan
ditemukannya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat dengan
karakteristik serupa yangtidak mendapat imunisasi pada saat bersamaan.
Pen$ebab tidak diketahui
!ila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan ke dalam
salah satu penyebab lain maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini.
etapi biasannya dengan kelengkapan inormasi lebih lanjut maka akan dapat
ditentukan masih dalam kelompok mana yang sesuai.
47
-
7/21/2019 kilop
48/73
Pemberian Parasetamol sebelum dan sesudah imunisasi
;epada orangtua atau pengantar diberitahukan bah#a 34 menit sebelum imunisasi
P@. 6, 0ib, hepatitis ! dianjurkan memberikan parasetamol 1+ mg@kgbb
kepada bayi@anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca aksinasi. ;emudian
dilanjutkan setiap 3-* jam sesuai kebutuhan, maksimal kali dalam 2* jam. :ika
keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter.
Reaksi KIPI
rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah#a setelah imunisasi dapat timbul
reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala
tertentu, tergantung pada jenis aksinnya. 6eaksi tersebut umumnya ringan, mudah
diatasi oleh orangtua atau pengasuh, dan akan hilang dalam 1-2 hari. i tempatsuntikan kadang- kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama 1-2
hari. ;ompres hangat dapat mengurangi kedaan tersebut. ;adang-kadang teraba
benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya
tidak perlu dilakukan tindakan apapun.
BCG
rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah#a 2 minggu setelah imunisasi
!/ dapat timbul bisul kecil ( papula ) yang semakin membesar dan dapat terjadi
ulserasi dalam #aktu 2-* bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan
menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus. !ila ulkus mengeluarkan
cairan orangtua dapat mengompres dengan cairan antiseptik. !ila cairan bertambah
banyak atau koreng semakin membesar orangtua harus memba#anya ke dokter.
Hepatitis B
;ejadian ikutan pasca imunisasi hepatitis ! jarang terjadi. "egera setelah
imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. rangtua atau pengasuh
dianjurkan untuk memberi minum lebih banyak ( A"5 atau air buah ), jika demam
pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
:ika demam berikan parasetamol 1+ mg@kgbb setiap 3-* jam bila diperlukan, boleh
48
-
7/21/2019 kilop
49/73
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. :ika reaksi tersebut menjadi berat dan
menetap, atau jika orangtua merasa kha#atir, ba#alah bayi@anak ke dokter.
DP
6eaksi yang dapat terjadi segera setelah aksinasi P antara lain demam tinggi,
re#el, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan
terjadi dalamn 2 hari.
D
6eaksi yang dapat terjadi pasca aksinasi antara lain kemerahan,
pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. !ekas suntikan yang nyeri dapat
dikompres dengan air dingin. !iasanya tidak perlu tindakan khusus.
Polio !ral "angat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu
orangtua@pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.
Campak dan ""R
6eaksi yang dapat terjadi pasca aksinasi campak dan 6 berupa rasa tidak
nyaman di bekas penyuntikan aksin. "elain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang
timbul +-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari * jam yaitu demam tidak
tinggi, erupsi kulit kemerahan halus@tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan
kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi 6.
Klasiikasi
untutan keamanan aksin dan aktor risiko yang tetap ada dapat menimbulkan
keengganan yang potensial dapat mengancam kegagalan program imunisasi. ;arena
ini perlu suatu usaha perlindungan, antara lain dengan berbagai upaya peningkatan
keamanan pembuatan, penyediaan, dan distribui aksin, serta peningkatan kualitas
program dari teknik pelaksanaan imunisasi. !eberapa produsen aksin misalnya telah
melakukan perbaikan antigenisitas dan puriikasi aksin meminimalkar, benda asing
dalam aksin untuk mengurangi kemungkinan reaksi simpang. ari pengalaman di
5"A terlihat bah#a #alaupun aksin yang beredar terbukti aman dan eekti ternyata
tetap saja dapat timbul reaksi simpang yang menimbulkan reaksi masyarakat serta
49
-
7/21/2019 kilop
50/73
tuntutan ganti rugi. 6eaksi simpang tersebut dapat berupa gejala minimal yang tidak
memerlukan tindakan sampai dengan kelainan berat yang bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Pada umumnya dapat dikatakan bah#a aksin hidup lebih potensial menimbulkan
eek berbahaya dibandingkan dengan bukan aksin hidup. 6isiko berbahaya tersebut
terutama dapat terjadi pada indiidui dengan deisiensi imun atau bayi dalam
kandungan,dan bahkan dapat terjadi pada orang sehat. "elain karena organismenya
sendiri, aksin hidup dapat mengandung kontaminan yang sulit terdeteksi.
*eteksi dan Pela)oran KIPI
;ejadian ikutan pasca imunisasi adalah insiden medik yang terjadi setelah
imunisasi dan dianggap disebabkan oleh imunisasi. ;5P5 menetapkan semua kejadian
penyakit atau kematian dalam kurun #aktu 1 bulan setelah imunisasi. eskipun
masyarakat seringkali beranggapan bah#a insiden medik setelah imunisasi selalu
disebabkan oleh imunisasi, insiden umumnya terjadi secara kebetulan. "ebagian yang
beranggapan bah#a aksin sebagai penyebab ;5P5 juga keliru. Penyebab sebenarnya
adalah kesalahan program yang sebetulnya dapat dicegah. 7ntuk menemukan
penyebab ;5P5 kejadian tersebut harus dideteksi dan dilaporkan.
KIPI $ang harus dila)orkan
(emua keadian yang berhubungan dengan imunisasi seperti,1. Abses pada tempat suntikan
2. "emua kasus limadenitis !/
3. "emua kematian yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat
berhubungan dengan imunisasi.
*. "emua kasus ra#at inap, yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat
berhubungan dengan imunisasi.
+. 5nsiden medik berat atau tidak laCim yang diduga oleh petugas kesehatan atau
masyarakat berhubungan dengan imunisasi.
=ima kategori ;5P5 di atas kadang disebut sebagai pencetus kejadian oleh karena
adanya reaksi tersebut merangsang atau mencetuskan respons.
50
-
7/21/2019 kilop
51/73
*ata $ang harus dila)orkan
1. ata pasien
6i#ayat perjalanan penyakit
6i#ayat penyakit sebelumnya
6i#ayat imunisasi
Pemeriksaan penunjang yang berhubungan
2. ata pemberian aksin
9omor lot
asa kadaluarsa
Pabrik pembuat aksin
;apan dan dari mana aksin dikirim
Pemeriksaan penunjang tentang aksin, apabila ada atau berhubungan
3. ata yang berhubungan dengan program
Perlakuan umum petugas kesehatan terhadap rantai dingin aksin
seperti8
- Penyimpanan aksin, apakah memebeku atau kadarlu#arsaQ
- Perlakuan terhadap aksin, apakah dikocok lebih dahulu.
- Perlakuan setelah aksinasi, misalnya apakah aksin dibuang setelah
selesai pelaksanan imunisasiQ
Perlakuan mencampur serta melakukan imunisasi
- Apakah pelarut yang dipakai sudah benarQ
- Apakah pelarut sterilQ
- Apakah dosis sudah benarQ
- Apakah aksin diberikan dengan cara dan tempat yang benarQ
;etersediaan jarum dan semprit
- Apakah setiap semprit steril digunakan oleh satu orangQ
- Perlakuan sterilasi peralatan apakah telah dilakukanQ
*. ata sasaran lain
51
-
7/21/2019 kilop
52/73
:umlah pasien yang menerima imunisasi dengan aksin nomor lot
sama atau pada masa yang sama atau keduanya, dan berapa pasien yang sakit
serta gejalanya.
:umlah sasaran yang diimunisasi dengan lot lain atau masyarakat yang tidak
diimunisasi tetapi penyakit dengan gejala yang sama.
%7 Tetanus
etanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang
dihasilkan oleh lostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan
berat. etanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan
tetanospasmin. etanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh
lostridium tetani. etanus disebut juga dengan R"een day isease R. an pada
tahun 1'4, diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi
dengan mengaktiasi deriat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. "pora
lostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena
terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada ineksi tali pusat (etanus
9eonatorum).
0tiologietanus disebabkan oleh bakteri gram positiI loastridium tetani !akteri ini
berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan
juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. "pora ini bias
tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia mengineksi luka seseorang atau
bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita
tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Pada negara belum
berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat
se#aktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus
neonatorum.
52
-
7/21/2019 kilop
53/73
Patogenesa
etanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada beberapa
leel dari susunan syara pusat, dengan cara 8
a. obin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat
pelepasan acethyl-choline dari terminal nere di otot.
b. ;harekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin
mengganggu ungsi dari releks synaptik di spinal cord.
c. ;ejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh
cerebral ganglioside.
d. !eberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik 9erous "ystem
(A9" ) dengan gejala 8 berkeringat, hipertensi yang luktuasi, periodisiti
takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine ;erjadari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia menginterensi
ungsi dari arcus releks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan
menginhibisi terhadap batang otak.
imbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan
meningkatnya aktiitas dari neuron >ang mensarai otot masetter sehingga terjadi
trismus. leh karena otot masetter adalah otot yang paling sensiti terhadap toksin
tetanus tersebut. "timuli terhadap aeren tidak hanya menimbulkan kontraksi yang
kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul
spasme otot yang khas .
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu8
1. oksin diabsorbsi pada ujung syara motorik dari melalui sumbu silindrik
diba#a kekornu anterior susunan syara pusat2. oksin diabsorbsi oleh susunan limatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk kedalam susunan syara pusat.
Pathologi
oksin tetanospamin menyebar dari sara perier secara ascending bermigrasi
secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai 9". Penjalaran terjadi didalam
53
-
7/21/2019 kilop
54/73
aBis silinder dari sarung parineural. eori terbaru berpendapat bah#a toksin juga
menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan jaringan@sistem lymphatic.
2e'ala Klinis
asa inkubasi +-1* hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama 3
atau beberapa minggu)
Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni
1. =ocalited tetanus ( etanus =okal )
2. ephalic etanus
3. /eneraliCed tetanus (etanus umum)
*. 9eonatal tetanus
;arakteristik dari tetanus1. ;ejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama + -% hari.2. "etelah 14 hari kejang mulai berkurang rek#ensinya
3. "etelah 2 minggu kejang mulai hilang.
*. !iasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.
;emudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockja# ) karena
spasme tot masetter.
+. ;ejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity ). 6isus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik
keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke ba#ah, bibir tertekan kuat .
%. /ambaran 7mum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai
dengan
. Fksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.'. ;arena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asiksia dan sianosis,
retensi urin, bahkan dapat terjadi raktur collumna ertebralis ( pada anak ).
enurut beratnya gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium 8
"tadium 1 8 rismus (3 cm) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang,
kekauan umum, tidak didapatkan gangguan respirasi
"tadium 2 8rismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila
dirangsang, kekakuan umum makin jelas
"tadium 3a. rismus (1 cm) dengan kejang tonik umum spontan, otot sangat
spastik, takipnue, takikardi, spasme laring
54
-
7/21/2019 kilop
55/73
"tadium 3b. tetanus dengan gangguan sara otonom dengan ganggguan
otonom berat, hipertensi berat dan takikardi atau hipotensi dan bradikardi
.% Tetanus Lokal ?lokalited Tetanus@
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah
tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan iBator). 0al inilah merupakan
tanda dari tetanus lokal. ;ontraksi otot tersebut biasanya ringan, bias bertahan dalam
beberapa bulan tanpa progressi dan biasanya menghilang secara bertahap. =okal
tetanus ini bisa berlanjut menjadi generaliCed tetanus, tetapi dalam bentuk yang
ringan dan jarang menimbulkan kematian. !isajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai
prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah. 0al ini terutama dijumpai
sesudah pemberian proilaksis antitoksin.,%
-
7/21/2019 kilop
56/73
-
7/21/2019 kilop
57/73
3 8 ekstremitas proksimal
2 8 ekstremitas distal
1 8 tidak diketahui
Imunisasi
14 8 tidak ada
8 mungkin ada@ibu mendapat
* 8 J 14 tahun yang lalu
2 8 K14 tahun
4 8 proteksi lengkap
Faktor Cang Mem)erberat
14 I penyakit@trauma yang membahayakan ji#a 8 keadaan yang tidak langsung membahayakan ji#a
* 8 keadaan yang tidak membahayakan ji#a
2 8 trauma@penyakit ringan
1 8 A"A-derajat status isik penderita
*iagnosa anding
7ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar sekali
dijumpai dari pemeriksaan isik, laboratorium test (dimana cairan serebrospinal
normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan "/,
P; dan "F67 aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta
ri#ayat imunisasi, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardinicus dan kesadaran yang
tetap normal.
Tabel 5.iagnosa !anding etanus
Penyakit /ambaran dierential
59DF;"5
eningoencealitis emam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal
57
-
7/21/2019 kilop
58/73
"D
Polio rismus tidak ada paralise tipe lasid, abnormal "D
6abies /igitan binatang, trismus tidak ada, hanya
oropapharyngeal spasme
=esi oropharyngeal 0anya local, rigitas seluruh seluruh tubuh atau spasme,hipokalsemia
Peritonitis rismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
;F=A59A9 FA!=5;
etany 0anya corpocepal dan laryngeal spasme, hipokalsemia
;eracunan stryhinine 6elaksasi komplet diantara spasme
6eaksi phenothiaCide ystonia, respon dengan diphenhidramin
PF9>A;5 9"
"tatus epileptikus "ensorium depresi
0emorrage satu tumor rismus tidak ada, sensorium depresi
;F=A59A9 P"5;5A65
0isteria rismus inkonstan, relaksasi komplet diantara spasme;F=A59A9 7";7=";F=FA=
rauma 0anya loka
Prognosa
Prognosis tetanus diklasiikasikan dari tingkat keganasannya, dimana 8
1. 6inganI bila tidak adanya kejang umum ( generaliCed spsm )
2. "edangI bila sekali muncul kejang umum3. !erat I bila kejang umum yang berat sering terjadi.
asa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -1* hari, tetapi bisa lebih pendek
atau pun lebih panjang. !erat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa
inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek.
Prognosa tetanus neonatal jelek bila8
1. 7mur bayi kurang dari % hari
2. asa inkubasi % hari atau kurang3. Periode timbulnya gejala kurang dari 1 ,jam
*. ijumpai muscular spasm.
Kom)likasi
;omplikasi pada tetanus yaang sering dijumpai8 laringospasm, kekakuan otot-
otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan atelektase
58
-
7/21/2019 kilop
59/73
serta kompressi raktur ertebra dan laserasi lidah akibat kejang. "elain itu bisa
terjadi rhabdomyolisis dan renal ailure
Penatalaksanaan
A% Umum
ujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran
toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemaasan sampai pulih. an
tujuan tersebut dapat diperinci sbb 8
1. era#at dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa8 membersihkan
luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang
benda asing dalam luka serta kompres dengan 0242 ,dalam + hal ini
penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah A" danpemberian Antibiotika. "ekitar luka disuntik A".
2. iet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. !ila ada trismus, makanan dapat
diberikan personde atau parenteral.
3. 5solasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita*. ksigen, pernaasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
+. engatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
% bat> obatan
.% Antibiotika !
iberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit @ hari selama 14 hari, 5. "edangkan
tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis +4.444 7nit @ ;g!!@12 jam secara
5 diberikan selama %-14 hari. !ila sensiti terhadap peniciline, obat dapat diganti
dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 34-*4 mg@kg!!@ 2* jam, tetapi dosis
tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( * dosis ). !ila tersedia
Peniciline intraena, dapat digunakan dengan dosis 244.444 unit @kg!!@ 2* jam,
dibagi dosis selama 14 hari.
59
-
7/21/2019 kilop
60/73
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk egetati dari .tetani, bukan
untuk toksin yang dihasilkannya. !ila dijumpai adanya komplikasi pemberian
antibiotika broad spektrum dapat dilakukan
,% Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan 0uman etanus 5mmunoglobulin ( 5/) dengan dosis
3444-444 7, satu kali pemberian saja, secara 5 tidak boleh diberikan secara
intraena karena 5/ mengandung Ranti complementary aggregates o globulin R,
yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. !ila 5/ tidak ada,
dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang bera#al dari he#an, dengan
dosis *4.444 7, dengan cara pemberiannya adalah 8 24.444 7 dari antitoksin
dimasukkan kedalam 244 cc cairan 9a1 isiologis dan diberikan secara intraena,pemberian harus sudah diselesaikan dalam #aktu 34-*+ menit. "etengah dosis yang
tersisa (24.444 7) diberikan secara 5 pada daerah pada sebelah luar.
%Tetanus Toksoid
Pemberian etanus oksoid () yang pertama,dilakukan bersamaan dengan
pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
Pemberian dilakukan secara 5.. Pemberian harus dilanjutkan sampai imunisasi
dasar terhadap tetanus selesai. !erikut ini, tabel *. emperlihatkan petunjuk
pencegahan terhadap tetanus pada keadaan luka.
Tabel 6%Petunjuk Pencegahan erhadap etanus Pada ;eadaan =uka.
6i#ayat
5munisasi
(dosis)
=uka bersih, kecil =uka lainnya
et oksoid () Antitoksin et. oksoid () Antitoksin
idak diketahui >a idak >a >a
4-1 >a idak >a >a
2 >a idak >a idakSS3 atau lebih idakSS idak idakSS idak
S 8 ;ecuali luka J 2* jam
SS 8 ;ecuali bila imunisasi terakhir J + tahun
60
-
7/21/2019 kilop
61/73
SSS 8 ;ecuali bila imunisasi terakhir J+ tahun
4% Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang
hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. engan penggunaan
obat < obatan sedasi@muscle relaBans, diharapkan kejang dapat diatasi.
abel + 8 :enis Antikonulsan
:enis bat osis Fek "amping
iaCepam 4,+ < 1mg@kg!!@ * jam 5 "tupor, ;oma
eprobamat 344 -*44 mg@ * jam 5 -
;lorpromasin 2+ < %+ mg@* jam 5 0ipotensi
Denobarbital +4 -144 mg@* jam 5 epresi pernaasan
i !agian llmu ;esehatan Anak 6" r. Pirngadi@ D; 7"7, obat anti konulsan
yang dipergunakan untuk tetanus noenatal berupa diaCepam, obat ini diberikan
melalui bolus injeksi yang dapat diberikan setiap 2 < * jam. Pemberian berikutnya
tergantung pada basil ealuasi setelah pemberian anti kejang.!ila dosis optimum
telah tercapai dan kejang telah terkontrol, maka jad#al pemberian diaCepam yang
tetap dan tepat baru dapat disusun. osis diaCepam pada saat dimulai pengobatan
( setelah kejang terkontrol ) adalah 24 mg@kg!!@hari, dibagi dalam kali pemberian
(pemberian dilakukan tiap 3 jam ). ;emudian dilakukan ealuasi terhadap kejang,
bila kejang masih terus berlangsung dosis diaCepam dapat dinaikkan secara bertahapsampai kejang dapat teratasi. osis maksimum adalah *4 mg@kg!!@hari( dosis
maintenance ).
!ila dosis optimum telah didapat, maka skedul pasti telah dapat dibuat, dan ini
dipertahan selama 2-3 hari , dan bila dalam ealuasi berikutnya tidak dijumpai adanya
kejang, maka dosis diaCepam dapat diturunkan secara bertahap, yaitu 14 - 1+ & dari
dosis optimum tersebut. Penurunan dosis diaCepam tidak boleh secara drastis, oleh
karena bila terjadi kejang, sangat sukar untuk diatasi dan penaikkan dosis ke dosis
semula yang eekti belum tentu dapat mengontrol kejang yang terjadi.!ila dengan
penurunan bertahap dijumpai kejang, dosis harus segera dinaikkan kembali ke dosis
semula. "edangkan bila tidak terjadi kejang dipertahankan selama 2- 3 hari dan
61
-
7/21/2019 kilop
62/73
dirurunkan lagi secara bertahap, hal ini dilakukan untuk selanjutnya . !ila dalam
penggunaan diaCepam, kejang masih terjadi, sedang dosis maksimal telah tercapai,
maka penggabungan dengan anti kejang lainnya harus dilakukan.
Pengobatan menurut Adam .6.. 8 Pada saat onset,
3444 - 444 unit, tetanus immune globulin satu kali saja.
1,2 juta unit Procaine penicilin sehari selama 14 hari, 5ntramuscular. :ika
alergi beri tetracycline 2 gram sehari.
Pera#atan luka, dibersihkan, sekitar luka beri A" (iniltrasi).
"emua penderita kejang tonik berulang, lakukan trachcostomi, ini harus
dilakukan untuk mencegah cyanosis dan apnoe.
Paraldehyde baik diberikan melalui mulut.
:ika cara diatas gagal, dapat diberi d-=ubocurarine 5 dengan dosis 1+ mg
setiap jam sepanjang diperlukan, begitu juga pernaasan dipertahankan
dengan respirator.
"edangkan pengobatan menurut /ilroy8
;asus ringan 8
Penderita tanpa cyanose 8 '4 - 14 begitu juga promaCine jam dan
barbiturate secukupnyanya untuk mengurangi spasme.
;asus berat 8
1. "emua penderita dira#at di 57 (satu team )2. ilakukan tracheostomi segera. Fndotracheal tube minimal harus
dibersihkan setiap satu jam dan setiap 3 hari F harus diganti dengan yang
baru.
3. urare diberi secukupnya mencegah spasme sampai 2 jam. Pernaasan dijaga
dengan respirator oleh tenaga yang berpengalaman*. Penderita rubah posisi@ miringkan setiap 2 jam. ata dibersihkan tiap 2 jam
mencegah conjuntiitis
+. Pasang 9/, diet tinggi, cairan cukup tinggi, jika perlu 1.@hari
. 7rine pasang kateter, beri antibiotika.%. ;ontrol serum elektrolit, ureum dan A/A
. 6ontgen oto thoraB
62
-
7/21/2019 kilop
63/73
'. Pemakaian curare yang terlalu lama, pada saatnya obat dapat dihentikan
pemakaiannya. :ika ;7 membaik, 9/ dihentikan. racheostomy
dipertahankan beberapa hari, kemudian
14. dicabut@dibuka dan bek