kilop

Upload: rizkia-mulyasari

Post on 04-Feb-2018

299 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 kilop

    1/73

    SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak Tutorial Klinik

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Mulawarman

    Asma Persisten Sedang + ISPA

    leh !

    "i#kia Mul$asari

    Pembimbing !

    dr% &'%Sukartini(S)%A

    *ibawakan *alam "angka Tugas Ke)aniteraan Klinik

    Pada agian Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran

    Universitas Mulawarman

    ,-.

  • 7/21/2019 kilop

    2/73

    L0MA" P0120SA&A1

    Tutorial Klinik

    Asma Persisten Sedang + ISPA

    leh!

    "i#kia Mul$asari

    *i)resentasikan )ada 3uni ,-.

    Mengetahui(

    Pembimbing

    dr%&'%Sukartini(S)%A

  • 7/21/2019 kilop

    3/73

    A .

    P01*A&ULUA1

    .%. Latar elakang

    Asma bronkial merupakan salah satu penyakit kronis yang menyerang saluran

    napas bagian atas dan seringkali dijumpai pada anak-anak.(1,2,3)Penyakit ini cukup

    mendapat perhatian serius karena prealensinya yang cukup tinggi di berbagai

    negara berkembang.(2)

    !erdasarkan sebuah penelitian tentang asma yangdilakukan di Amerika "erikat, pada anak-anak dengan usia diba#ah 12 tahun di

    "outh $ales, prealensi ri#ayat mengi (wheezing) mengalami peningkatan dari

    1%& pada tahun 1'%3 menjadi 22& pada tahun 1'. "edangkan dalam prealensi

    penyakit asma di dunia, ternyata populasi penduduk di ina yang mengidap

    penyakit asma lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara barat.(*)

    Adapun beberapa hal yang diduga menjadi penyebab meningkatnya

    prealensi asma maupun meningkatnya penyakit alergi diantaranya yaitu

    tingginya tingginya tingkat polusi udara, baik di dalam ruangan (indoor) maupun

    di luar ruangan (outdoor).(+,)Polusi udara yang terjadi di dalam ruangan seperti

    debu ruangan yang jarang dibersihkan dan juga kadang-kadang asap rokok.

    "edangkan polusi yang terjadi di luar ruangan seperti asap yang disebabkan oleh

    kendaraan bermotor, pabrik maupun rokok Polutan-polutan tersebut akan bereek

    pada peningkatan hiperresponsiitas bronkus yang akan menimbulkan gejala klinis

    berupa sesak napas. leh sebab itulah, aktor lingkungan sangat memegang

    peranan penting dalam menentukan maniestasi penyakit ini.(2,+)

    Pada penyakit ini, akan dijumpai peningkatan kepekaan saluran napas

    yang memicu terjadinya periode mengi yang berulang, sesak napas dan batuk

    yang seringkali terjadi pada #aktu malam hari. /ejala-gejala ini berhubungan

    dengan luasnya inlamasi, hal ini bisa menyebabkan obstruksi saluran napas

    dengan derajat yang berariasi dan bersiat reersible, baik secara spontan

  • 7/21/2019 kilop

    4/73

    maupun dengan pengobatan.(1,,%) 0al tersebut bisa diperberat jika ditemukan

    adanya ineksi pada saluran napas yang bisa menyebabkan terjadinya eksaserbasi

    asma, baik pada anak-anak maupun de#asa. Penyebab tersering ineksi saluran

    napas adalah ineksi irus saluran napas biasanya rhinovirus, coronavirus atau

    influenza.()

    Asma selalu dihubungkan dengan gangguan pada mediator otot polos di

    saluran napas dan kelainan struktur anatomi mukosa saluran napas. alam

    beberapa tahun terakhir, telah dikemukkaan bah#a pada sistem mediator imun,

    seperti halnya leukotrien, prostaglandin, aktor pengaktiasi platelet, serta

    beberapa aktor seperti histamine dan bronkokonstriktor lainnya juga mampu

    meningkatkan kepekaan sistem mediator imun pada saluran napas, sehingga

    menimbulkan kontraksi otot polos pada bronchus.(1,,%,') eskipun begitu,

    penyebab-penyebab terjadinya penyakit asma dikategorikan menjadi penyebab

    alergi dan non alergi, tetapi tidak menutup kemungkinan bisa disebabkan oleh

    kedua aktor tersebut.(%)

    erlambatnya penanganan terhadap penderita asma dapat menimbulkan

    dampak yang cukup atal, bahkan bisa berujung pada kematian. 0asil studi

    penelitian yang dilakukan oleh "ears , menyebutkan bah#a terjadi

    peningkatan angka kematian pada orang muda yang diakibatkan penyakit asma

    antara tahun 1'%4-an hingga tahun 1'4-an.(2)!erikut dilaporkan sebuah kasus

    penyakit asma bronkial persisten sedang dengan 5"PA pada anak berusia ' tahun

    yang dira#at di 6"7 A$".

    .%, Tu'uan

    ujuan pembuatan laporan kasus ini adalah 8

    1. enambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.

    2. embandingkan inormasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan

    yang terdapat pada kasus.

    3. elatih mahasis#a dalam melaporkan dengan baik suatu kasus yang didapat.

  • 7/21/2019 kilop

    5/73

    A ,

    LAP"A1 KASUS

    ,%. Identitas

    9ama 8 An. ":

    7sia 8 * tahun 14 bulan

    :enis ;elamin 8 Perempuan

    !erat !adan 8 1 kilogram

    inggi !adan 8 14+ centimeter

    Anak ke 8 dua dari dua bersaudara

    Agama 8 5slamAlamat 8 "amarinda

    9ama Ayah 8 !pk.

    7sia 8 3 tahun

    Pendidikan erakhir 8 "A

    Pekerjaan 8 "erabutan

    "uku 8 !ugis

    9ama 5bu 8 9y. 0

    7sia 8 32 tahun

    Pendidikan erakhir 8 "P

    Pekerjaan 8 56

    "uku 8 !ugis

    6" tanggal 2+ juni 2413 pukul 11.44 $ita

    5

  • 7/21/2019 kilop

    6/73

    ,%, Anamnesa

    Anamnesa dilakukan pada tanggal 2+ :uni 2413 pukul 11.44 $5A, di ruang

    elati 6"7 A$. "jahranie "amarinda. Alloanamnesa oleh ibu kandung pasien.

    ,%,%. Keluhan Utama

    "esak

    ,%,%, "iwa$at Pen$akit Sekarang

    "esak dialami satu hari "6". "esak dirasakan setelah pasien bermain dan

    habis menangis pada sore hari. Pasien kemudian meminum obat rutinnya dan

    sesak berkurang.adi pagi sesak kembali muncul, "uara napas pasien terdengar

    berbunyi saat pasien mengeluarkan napas, sesak tidak berkurang #alaupun

    pasien telah meminum obatnya. "ejak 3 hari yang lalu, pasien memiliki keluhan

    batuk kering dan nyeri tenggorokan. Pasien mengeluhkan pilek sejak satu hari

    terakhir dengan lendir yang ber#arna jernih dan banyak. idak ada keluhan

    demam, mual,muntah. !A! dan !A; dalam batasan normal.

    ,%,% "iwa$at Pen$akit *ahulu

    Pasien diketahui memiliki keluhan asma sejak 2 tahun yang lalu.

    ,%,%4 "iwa$at Pen$akit Keluarga

    5bu pasien memiliki ri#ayat asma.

    ,%,%5 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

    !erat badan lahir 8 3444 gr

    Panjang badan lahir 8 keluarga pasien tidak ingat

    !erat badan sekarang 8 1 kg

    inggi badan sekarang 8 14+ cm

    /igi keluar 8 ibu lupa

    ersenyum 8 ibu lupa

    iring 8 ibu lupa

    engkurap 8 ibu lupa

    uduk 8 usia % bulan

    erangkak 8 usia bulan

    6

  • 7/21/2019 kilop

    7/73

    !erdiri 8 usia 14 bulan

    !erjalan 8 usia 1 tahun

    !erbicara 8 usia 2 tahun

    ,%,%6 Makan dan Minum Anak

    A"5 8 hingga usia 2 tahun

    ihentikan 8 -

    "usu ormula 8 2 tahun hingga sekarang

    !uah 8 bulan- sekarang

    !ubur susu 8 usia bulan < 1 tahun

    im saring 8 -

    akan padat dan lauknya 8 mulai usia 1 tahun,%,%7 Pemeriksaan Prenatal

    Periksa di 8 Puskesmas ( 1 kali)

    Penyakit kehamilan 8 tidak ada

    bat-obat yang sering diminum 8 bat penambah darah

    ,%,%8 "iwa$at Kelahiran

    =ahir di 8 6umah

    itolong oleh 8 !idan

    7sia dalam kandungan 8 Aterm

    :enis partus 8 "pontan peaginam

    ,%,%9 Pemeliharaan Postnatal

    Periksa di 8 idak pernah

    ;eadaan anak 8 -

    ,%%- Keluarga eren:ana

    ;eluarga !erencana 8 >a

    emakai sistem 8 Pil

    "ikap dan kepercayaan 8 percaya

    ,%%. 3adwal Imunisasi

    7

  • 7/21/2019 kilop

    8/73

    Imunisasi3adwal Imunisasi

    I II III I; ooster I ooster II

  • 7/21/2019 kilop

    9/73

    9

  • 7/21/2019 kilop

    10/73

    Ke)ala/leher

    6ambut 8 $arna hitam, tidak mudah dicabut,

    ata 8 ;onjungtia anemis (-@-), sclera ikterik (-@-),

    pupil isokor diameter 3mm@3mm, releB

    cahaya (?@?), mata co#ong (-@-)

    0idung 8 "ekret hidung (?) #arna putih jernih,

    pernaasan cuping hidung (-)

    ulut 8 ukosa bibir tampak basah, sianosis (-),

    Daring hiperemis (?@?), Pembesaran osil

    (4@4)=eher8pembesaran kelenjar getah

    bening (-)

    10

  • 7/21/2019 kilop

    11/73

    Thora=

    Paru 5nspeksi 8 ampak simetris, pergerakan simetris, retraksi

    suprasternal (-), retraksi interkosta (?),

    retraksi subcostal (?)

    Palpasi 8 Pelebaran 5" (-), remitus raba E"

    Perkusi 8 "onor

    Auskultasi 8 #heeCing (?@?), rhonki (?@?)

    :antung 5nspeksi 85ctus cordis tampak pada 5" + midclaicularis

    sinistra

    Palpasi 85ctus cordis teraba pada 5" + midclaicularissinistra

    Perkusi 8 9ormal pada batas jantung

    Auskultasi 8 bising jantung (-)

    Abdomen

    5nspeksi 8 Dlat, massa (-)

    Palpasi 8 "oel, nyeri tekan (-), organomegali (-), turgor

    kembali cepat

    Perkusi 8 impani

    Auskultasi 8 !ising usus (?) kesan normal

    0kstremitas

    Fkstremitas superior 8 Akral hangat, pucat (-@-), edem (-@-)

    Fkstremitas inerior 8 Akral hangat, pucat (-@-), edem (-@-)

    Status 1eurologis

    ;esadaran 8 omposmentis

    anda meningeal 8;aku kuduk (-), ;ernig (-),

    6eleks Disiologis 8 6eleB biceps (?@?) normal

    6eleks triceps (?@?) normal

    11

  • 7/21/2019 kilop

    12/73

    6eleks patella (?@?) normal

    6eleks achiles (?@?) normal

    ,%4 Pemeriksaan Penun'ang

    Pemeriksaan Laboratorium

    *arah Lengka)

    &asil Pemeriksaan . Februari ,-.

    =eukosit 1'.44 @mm3

    0b 14.' g@dl

    0 33 &

    rombosit 322.444 @ mm3

    /ula arah "e#aktu '

    Foto "ontgen Thoraks

    ,%5 Lembar Follow U)

    anggal Perjalanan penyakit Perintah pengobatan@ tindakan

    23@4@1

    3

    (0P-5)

    S !"esak,!atuk, Pilek

    !9 8 114B@i, 66 8 34B@i, 8 3,1

    5D + G 9" ' tpm

    etagam 1.+44 5

    iaCepam per 9/ * mg@* jam, jika

    masih kejang berikan diaCepam 5

    4,3 mg@kg!!

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim injeksi 3B344mg 5

    6a#at di ruang isolasi gelap

    1*@42@1 S ! ;ejang (-), badan mulai lurus 5D + G 9" ' tpm

    12

  • 7/21/2019 kilop

    13/73

    3

    (0P-2)

    (?), !A! dan !A; normal,

    !9 8 14B@i, 66 834B@i, 83%,

    pistotonus (-), trismus (-)

    etagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim injeksi 3B344mg 5

    iaCepam 112 mg@hari dengan

    syringe pump setiap * jam

    pemberian 1+ mg

    Penisilin Prokain 1B %+4.444 5

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    1+@42@1

    3

    (0P-3)

    S ! ;ejang (-), demam (-)

    !9 8 14*B@i, 66 8 3B@i, 8

    3%,2

    pistotonus (-), trismus (-)

    5D + G 9" ' tpm

    etagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim 3B344 mg 5

    iaCepam 112 mg@hari

    Penisilin Prokain 1B %+4.444 5

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    1@42@1

    3(0P-*)

    S ! ;ejang (-), emam (-)

    !9 8 14B@i, 66 8 33B@i, 83%,3

    5D + G 9" ' tpm

    etagam 1.+44 5Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim 3B344 mg 5

    iaCepam 112 mg@hari, jika 2 hari

    sudah tidak ada kejang dosis

    diaCepam diturunkan 1+& menjadi

    '+,2 mg@hari

    Penisilin Prokain 2B*+4.444

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    1%@42@1 S ! ;ejang (-), emam (-) 5D + G 9" ' tpm

    13

  • 7/21/2019 kilop

    14/73

    3

    (0P-+)

    !9 8 144B@i, 66 8 3*B@i, 8

    3%,+

    etagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim 3B344 mg 5

    iaCepam 112 mg@hari, jika 2 hari

    sudah tidak ada kejang dosis

    diaCepam diturunkan 1+& menjadi

    '+,2 mg@hari

    Penisilin Prokain 2B*+4.444

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    1@42@1

    3

    (0P-)

    S ! ;ejang (-), emam (-)

    ! trismus 1,+ cm 9 8 114B@i,

    66 8 31B@i, 8 3%,+

    5D + G 9" ' tpm

    etagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim 3B344 mg 5

    iaCepam %,+ mg@hari

    Penisilin Prokain 2B*+4.444

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    1'@42@13

    (0P-%)

    S ! ;ejang (-), emam (-) ! trismus 1,+ cm 9 8 11+B@i,

    66 8 33B@i, 8 3%,3

    5D + G 9" ' tpmetagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim 3B344 mg 5

    iaCepam %,+ mg@hari,

    Penisilin Prokain 2B*+4.444

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    24@42@1

    3

    (0P-)

    S ! ;ejang (-), emam (-)

    ! trismus 1,+ cm 9 8 11B@i,

    66 8 31B@i, 8 3%,*

    5D + G 9" ' tpm

    etagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    14

  • 7/21/2019 kilop

    15/73

    eotaBim 3B344 mg 5

    iaCepam %,+ mg@hari

    Penisilin Prokain 2B*+4.444

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    21@42@1

    3

    (0P-')

    S ! ;ejang (-), emam (-)

    ! rismus 3 cm9 8 14'B@i, 66 8

    33B@i, 8 3%,1

    5D + G 9" ' tpm

    etagam 1.+44 5

    Paracetamol syr 3Bcth 5

    eotaBim 3B344 mg 5"P

    AmoBicilin 3B344 mg

    iaCepam mg@kg@hari

    Penisilin Prokain 2B*+4.444

    6a#at luka dengan 9al 4,'& tutup

    kasa steril

    ,%6 *iagnosis Sementara

    etanus

    ,%7 *iagnosa Kom)likasi ! >

    ,%8 *iagnosa Lain! >

    ,%9 *iagnosis anding

    5neksi 8 eningoencepalitis, polio, rabies, lesi oropharyngeal,

    peritonitis

    ;elainan metabolic 8 etany, keracunan strychnine, reaksi phenothiaCine

    Penyakit 9" 8 status epileptikus, hemorage satu tumor

    ;elainan psikiatri 8 hysteria

    ;alainan musculoskeletal 8 trauma

    ,%.- Penatalaksanaan

    5D + G 9" ' tpm Pasang ateter

    etagam 1+44 ui 5

    PP 5njeksi 1B %+4.444 ui kemudian 2 B *+4.444

    15

  • 7/21/2019 kilop

    16/73

    iaCepam per 9/ * mg@* jam, apabila kejang bias diberikan diaCepam 5

    4,3 mg@kg!!. Pemberian saat di ruangan, diaCepam dimasukkan dalam

    syringe pump @* jam dengan 1+ mg diaCepam, kecepatan 12,+cc@jam

    Paracetamol syr 3 B cth 1

    6a#at di ruang isolasi gelap

    5njeksi ceotaBim 3B344 mg 5

    Pera#atan luka dengan 9al 4,'& tutup kasa steril dan akan debrideman bila

    bebas tetanus

    Pemasangan 9/ dengan diet sonde B +4 cc

    ,%.. Prognosis

    ubia ad bonam

    16

  • 7/21/2019 kilop

    17/73

    A

    TI13AUA1 PUSTAKA

    %. Imunisasi dan ;aksinasi

    5munisasi adalah suatu pemindahan atau transer antibodi secara pasi, sedangkan

    istilah aksinasi dimaksudkan sebagai pemberian aksin ( antigen ) yang dapat

    merangsang pembentukan imunitas ( antibodi ) dari sistem imun di dalam tubuh.

    5munitas secara pasi dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu

    imunoglobulin yang non-spesiik atau disebut juga gamaglobulin dan imunoglobulin

    yang spesiik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja

    mendapatkan aksinasi penyakit tertentu. 5munuglobulin non-spesiik digunakanpada anak dengan deisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan

    dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian. 0anya saja

    perlindungan tersebut tidaklah permanen melainkan hanya berlangsung beberapa

    minggu saja. "elain itu cara tersebut juga mahal dan memungkinkan anak justru

    menjadi sakit karena secara kebetulan atau karena suatu kecelakaan serum yang

    diberikan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang akti. "edangkan

    imunoglobulin yang spesiik diberikan pada anak yang belum terlindungi karena

    belum pernah mendapatkan aksinasi dan kemudian terserang misalnya diteria,

    tetanus, hepatitis A dan !.

    aksinasi, merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan

    pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat

    demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun memproduksi limosit yang

    peka, antibodi dan sel memori. ara ini menirukan ineksi alamiah yang tidak

    menimbulkan sakit namun cukup memberikan kekebalan. ujuannya adalah

    memberikan H ineksi ringan H yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan

    respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya dikemudian

    hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan

    mematikan antigen @ penyakit yang masuk tersebut.

    17

  • 7/21/2019 kilop

    18/73

    %, Imunisasi

    5munisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara akti

    terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak

    terjadi penyakit. ilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan, yaitu

    kekebalan pasi dan kekebalan akti. ;ekebalan pasi adalah kekebalan yang

    diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh indiidu itu sendiri. ontohnya adalah

    kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah

    pemberian suntikan imunoglobulin. ;ekebalan pasi tidak berlangsung lama karena

    akan langsung dimetabolisme oleh tubuh. ;ekebalan akti adalah kekebalan yang

    dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau

    terpajan secara alamiah. ;ekebalan akti biasanya berlangsung lebih lama karenaadanya memori imunologi.

    % Proses Imunologi Pada Imunisasi

    6espons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks

    terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. ikenal dua macam

    pertahanan tubuh yaitu 8 1) mekanisme pertahanan nonspesiiik disebut juga

    komponen nonadaptif atau innateartinya tidak ditujukan hanya untuk satu macam

    antigen , tetapi untuk berbagai macam antigen, 2) mekanisme pertahanan tubuhspesiik atau komponen adptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen,

    terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen

    berikutnya. !ila pertahanan nonspesiik belum dapat mengatasi inasi

    mikroorganisme maka imunitas spesiik akan terangsang. 7munya antigen bersiat

    tergantung pada sel (E dependent antigen) artinya antigen akan mengaktikan

    sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan sel h ( helper) melalui Cat yang

    dilepaskan sel h akti. Antigen adalah antigen yang kompleks seperti bakteri,

    irus dan antigen yang bersiat hapten. "edangkan antigen yang tidak memerlukan sel

    ( independent) untuk menghasilkan antibody dengan cara langsung merangsang

    sel limosit ! misalnya antigen yang strukturnya sederhana dan berulang-ulang,

    18

  • 7/21/2019 kilop

    19/73

    biasanya merupakan molekul bedar dan menghasilkan 5g 5g/ dan sel memori yang

    lemah.

    ekanisme pertahanan spesiik terdiri atas imunitas seluler dan imunitas

    humoral. 5munitas humoral akan menghasilkan antibody bila dirangsang oleh antigen.

    "emua antibody adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut

    immunoglobulin (5g). 6espon imun terdiri dari dua ase yaitu ase pengenalan yang

    diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen (AP), sel limosit ! dan sel

    limosit dan ase eektor yang diperankan oleh antibody dan limosit eektor

    =imosit h umumnya mengenal antigen bila dipresntasikan bersama molekul

    0 (major histocompability compleB) kelas 5 dan 55 yaitu molekul yang antara lain

    terdapat pada membran sel makroag. "etelah antigen diproses oleh sel makroagakan dipresntasikan bersama 0 kelas 5 atau kelas 55 kepada sel h sehingga terjadi

    ikatan antara 6 ( cell receptor) dengan antigen. ;emudian akan terjadi

    dierensiasi menjadi sel h eektor, sel c eektor serta sel h memori atas pengaruh

    sitokin di jaringan perier. "el th eektor mengaktiasi makroag. Peran utama sel h

    ialah membantu sel limosit ! menghasilkan antibody.

    Pada manusia terdapat dua jenis sel h yaitu sel h1 dan sel h2 yang dapat

    dibedakan dengan sitokin yang dihasilkannya dan ungsi eektornya. isalnya h1

    mensekresi sitokin 5=-2, 5=-3, 9Da dan h2 mensekresi 5=-*, 5=-+, 5=-, 5=-14, dan

    5=-13. "edangkan peran utama sel c atau sel ialah untuk mengenal dan

    kemudian melisis sel target yang terineksi sehingga disebut juga sel cytotoBic

    lymphosit (=s) yang berperan pada ineksi irus, bakteri dan parasit. Antigen akan

    berikatan dengan immunoglobulin permukaan sel ! dan dengan bantuan sel h ( bagi

    antigen ) akan terjadi aktiasi enCim dalam sel ! sedemikian rupa hingga

    terjadilah tranormasi blast, prolierasi dan dierensiasi menjadi sel plasma yang

    mensekresi antibody dan membentuk sel ! memori. "edangkan antigen 1 dapat

    secara langsung mengaktiasi sel ! tanpa bantuan sel h. Antibody yang disekresi

    dapat menetralkan Ag sehingga irulensinya menghilang, atau berikatan dengan Ag

    sehingga lebih mudah diagositosis oleh makroag dalam proses opsonisasi. ;adang

    19

  • 7/21/2019 kilop

    20/73

    agositosis dapat dibantu dengan melibatkan komplemen sehingga terjadi

    penghacuran Ag. "elain itu ikatan antibody dengan Ag juga mempermudah lisis oleh

    sel c. Peristi#a ini disebut antibody dependent celluler mediated cytotoBicity

    (A). 0asil aktiasi sel ! adalah eliminasi Ag dan pembentukan sel memori yang

    kelak bila terpapar lagi dengan Ag serupa akan cepat berprolierasi dan

    berdierensiasi. 0al inilah yang diharapkan pada imunisasi. Peran utama aksinasi

    ialah menimbulakn memori imunologik yang banyak. "el ! memori terbentuk di

    jaringan limois di bagian sentral germinal. Antigen asing yang sudah terikat dengan

    antibodi akan membentuk komplek Ag-antibodi dan akan terikat dengan komplemen.

    ;omplek ag-ab- akan menempel pada sel dendrite olikel (DE ollicular dendritic

    cells) karena terdapat reseptor di permukaan sel dendrite terjadi prolierasi dandierensiasi sel limosit ! dan akan terbentuk sel plasma yang menghasilkan antibody

    dan sel ! memori yang mempunyai ainitas antigen yang tinggi. "el ! memori akan

    berada di sirkulasi sedangkan sel plasma akan migrasi ke sum-sum tulang. !ila sel !

    memori kembali ke jaringan limoid yang mempunyai antigen serupa maka akan

    terjadi proses prolierasi dan dan dierensisasi seperti semula dengan menghasilkan

    antibidi yang lebih banyak dengan ainitas yang lebih tinggi.

    "el memori dibentuk dengan melalui beberapa tahapan. "el AP akan

    mempresentasikan antigen yang sudah diprosesnya bersama molekul 0 di

    jaringan limoid perier pada sel limosit I bersamaan ini akan disekresi sitokin.

    "alah satu ungsi sitokin adalah prolierasi sel dengan Ag spesiik dan dierensiasi

    yang menghasilkan sel eektor dan sel memori. "el eektor akan meninggalkan

    jarinngan limoid dan berada di sirkulasi dan bermigrasi ke tempat terjadi ineksi

    untuk mengeliminasi ineksi sedangkan sel memori yang tidak akti akan berada di

    sirkulasi untuk jangka yang lama. Antigen ekstraseluler akan diproses di AP

    menjadi peptide yang akan dikenal oleh molekul 0 kelas 55, Ag intraseluler oleh

    0 kelas 5.

    20

  • 7/21/2019 kilop

    21/73

    %4 Prosedur Imunisasi

    Prosedur imunisasi dimulai dari menyiapkan dan memba#a aksin,

    mempersiakan anak dan orang tua, teknik penyuntikan yang aman, pencatatan,

    pembuangan limbah sampai pada teknik penyimpanan dan penggunaan sisa aksin

    dengan benar.

    ata cara pemberian imunisasi8

    "ebelum melakukan aksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut 8

    emberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak

    diaksinasi.

    Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi

    reaksi ikutan yang tidak diharapkan.

    !aca dengan teliit inormasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa

    mendapat persetujuan orang tua.

    injau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap aksin yang akan

    diberikan

    Periksa identitas penerima aksin dan diberikan antipiretik bila diperlukan

    Periksa jenis aksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda

    perubahan.

    >akin bah#a aksin yang akan diberikan sesuai jad#al dan dita#arkan pula

    aksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertingal (catch up accination)

    bila diperlukan.

    !erikan aksin dengan teknik yang benar

    "etelah pemberian aksin berikan edukasi pada orang tua mengenai kejadian

    pasca imunisasi.

    atat imunisasi dalam rekan medis secara rinci

    Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan ta#arkan aksinasi

    untuk mengejar ketertinggalan bila diperlukan.

    Pen$im)ananaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan

    potensinya. Aturan umum untuk sebagian besar aksin, bah#a aksin harus

    didinginkan pada temperature 2-4 dan tidak membeku. "ecara umum ada 2 jenis

    21

  • 7/21/2019 kilop

    22/73

    aksin yaitu aksin hidup (polio oral, !/, campak, 6, arisella dan demam

    kuning) dan aksi mati atau inakti (P,0ib, pneimokokus, yphoid, inluenCa,

    polio inakti, meningokokus).

    "ecara umum semua aksin sebaiknya disimpan pada suhu ?2 s@d ? 4 aksin

    hidup akan cepat mati, aksin polio hanya bertahan 2 hari, aksin !/ dan campak

    yang belum dilarutkan mati dalam % hari. aksin hidup potensinya masih tetap baik

    pada suhu kurang dari 24 s@d beku. aksin polio oral yang belum dibuka lebih

    bertahan lama (2tahun) bila disimpan pada suhu -2+4 s@d -1+4, namun hanya

    bertahan bulan pada suhu ?24 s@d ?4. aksin !/ dan campak berbeda,

    #alaupun disimpan pada suhu -2+4 s@d -1+4, umur aksin tidak lebih lama dari

    suhu ?2

    4

    s@d ?

    4

    , yaitu !/ tetap 1 tahun dan campak tetap 2 tahun. leh karenaitu aksin !/ dan campak yang belum dilarutkan tidak perlu disimpan di -2+4 s@d

    -1+4 atau di dalam reeCer.

    aksin inakti (mati) sebaiknya disimpan dalam suhu ?24 s@d ?4 juga, pada

    suhu diba#ah ?24 (beku) aksin mati akan cepat rusak. !ila beku dalam suhu -4,+ 4

    aksin hepatitis ! dan P-0epatitis ! (kombo) akan rusak dalam G jam, tetapi

    dalam suhu diatas 4 aksin 0epatitis ! bias bertahan sampai 34 hari, P-

    0epatitis ! kombinasi sampai 1* hari. ibekukan dalam suhu -+4 s@d -144 aksin

    P, dan akan rusak dalam 1,+ s@d 2 jam, tetapi bisa bertahan sampai 1* hari

    dalam suhu diatas 4.

    Tekhnik dan ukuran 'arum

    Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai

    dan steril. "ebaiknya tidak digunakan botol aksin yang multidosis, karena resiko

    ineksi. Apabila memakai botol multidosis maka jarum suntik yang telah digunakan

    menyuntik tidak boleh dipakai lagi mengambil aksin.

    "tandar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 2+ mm, tetapi adaperkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut 8

    - pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan bayi-bayi

    kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 2 dengan panjang 1 mm.

    22

  • 7/21/2019 kilop

    23/73

    - untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 2+ dengan

    panjang 1mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 2% dengan panjang 12

    mm.

    - untuk suntikan intramuscular pada oaring de#asa yang sangat gemuk (obese)

    diapakai jarum ukuran 23 dengan panjang 3 mm.

    - untuk suntikan intradermal pada aksinasi !/ dipakai jarum ukuran 2+-2%

    dengan panjang 14 mm.

    Arah sudut 'arum )ada suntikan Intramus:ular

    :arum suntik harus disuntikkan dengan sudut *+4sampai 44ke dalam otot astus

    lateralis atau otot deltoid. 7ntuk otot astus lateralis, jarum harus diarahkan ke arah

    lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. ;erusakan sara dan

    pembuluh ascular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut '44. Pada

    suntikan dengan sudut jarum *+4sampai 44akan mengalami hambatan ringan pada

    #aktu jarum masuk ke dalam otot.

    Tem)at suntikan $ang dian'urkan

    Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk aksinasi pada

    bayi-bayi dan anak-anak umur diba#ah 12 bulan. 6egio deltoid adalah alternati

    untuk aksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang dapat berjalan) dan

    orang de#asa."ejak akhir 1'4, $0, buku pedoman A5P, AAP dan selandia baru telah

    memberi rekomendasi bah#a daerah anterolateral paha adalah bagian yang

    dianjurkan untuk aksinasi bayi-bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk

    menghindari resiko kerusakan sara iskhiadika (nerus ischiadicus).

    6esiko kerusakan sara ischiadika akibat suntikan di daerah gluteus lebih banyak

    dijumpai pada bayi karena ariasi posisi sara tersebut, masa otot lebih tebal,

    sehingga pada aksinasi dengan suntikan intramuscular di daerah gluteal dengan

    tidak disengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi local yang lebih berat.

    aksinasi hepatitis ! dan rabies bila disuntikkan di daerah gluteal kurang

    imunogenikI hal ini berlaku untuk semua umur. "edangkan untuk aksin !/, harus

    23

  • 7/21/2019 kilop

    24/73

    disuntik pada kulit diatas insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan

    diatas puncak pundak memeberi resiko terjadinya keloid.

    Posisi anak dan lokasi suntikan

    Alasan memilih otot astus lateralis pada bayi dan anak umur di ba#ahh 12 bulanadalah8

    - enghindari resiko kerusakan sara ischiadika pada suntikan daerah gluteal.

    - aerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap suntikan

    secara adekuat.

    - "iat imunogenesitas aksin hepatitis ! dan rabies berkurang bila disuntikkan di

    daerah gluteal.

    - enghindari resiko reaksi local dan terbentuk pembengkakan ditempat suntikan

    yang menahun.

    - enghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.

    Vastus lateralis, posisi anak dan lokasi suntikan

    astus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian

    anterolateral paha. aksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot

    bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. :arum

    harus membuat sudut *+4-44 terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut,

    maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari diatas (kearahproksiimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot.

    24

  • 7/21/2019 kilop

    25/73

    2ambar .%iagram =okasi "untikan >ang ianjurkan pada otot paha.

    2ambar ,%Potongan =intang Paha 8 enunjukkan !agian >ang isuntik

    =okasi suntikan pada astus lateralis

    - =etakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.

    - ungkai ba#ah sedikit di tekuk dengan leksi pada lutut.

    - ari trochanter mayor emur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik

    garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. empat suntikan aksin ialah

    batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai ba#ah

    25

  • 7/21/2019 kilop

    26/73

    sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan

    garis bagian distal lebih jelas)

    - "upaya aksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara sepertiga

    bagian atas dan tengah, jarumditusukkan satu jari diatas batas tersebut.

    Deltoid, posisi anak dan lokasi suntikan

    - Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikkan di daerah deltoid ialah

    duduk diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya.

    - =engan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi,sementara

    lengan lainnya diletakkan di belaknag tubuh orang tua atau pengasuh.

    - =okasi deltoid yang benar adalah penting supaya aksinasi berlangsung aman dan

    berhasil.

    - Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan

    meningkatkan resiko penetrasi sara.

    7ntuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik, membuka lengan atas dari pundak

    ke siku. =okasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara

    akromion dan insersi pada tengah humerus. :arum suntik ditusukkan membuat sudut

    *+4-44mengarah pada akromion. !ila bagian ba#ah deltoid yang disuntik, ada

    resiko trauma sara radialis karena sara tersebut melingkar dan muncul dari otot

    trisep.

    Perhatian untuk suntikan subkutan

    - Arah jarum *+4terhadap kulit.

    - ubit tebal untuk suntikan subkutan

    - Aspirasi semprit sebelum aksin disuntikkan.

    - 7ntuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.

    26

  • 7/21/2019 kilop

    27/73

    2ambar %=okasi Penyuntikan "ubkutan Pada !ayi (a) dan Anak !esar (b)

    Perhatian untuk penyuntikan intramuscular

    - Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot.

    - "untik dengan arah jarum *+4< 44, lakukan dengan cepat.

    - ekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jaruum

    ditusukkan.

    - Aspirasi semprit sebelum aksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk

    dalam ena. Apabila terdapat darah buang dan ulangi dengan suntikan baru.

    - 7ntuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstremitas berbeda.

    2ambar 4%=okasi Penyuntikan intramuscular Pada !ayi (a) dan Anak !esar (b)

    27

  • 7/21/2019 kilop

    28/73

    Tabel .%Pedoman penyuntikan subkutan

    7mur empat 7kuran jarum

    !ayi (4-12 bulan) Paha daerah antolateral 7kuran 23-2+ panjang

    1-1' mm

    1-3 tahun Paha daerah antolateral

    atau daerah lateral

    lengan atas

    7kuran 23-2+ panjang

    1-1' mm

    J3 tahun aerah lateral lengan

    atas

    7kuran 1-1' panjang

    1-1' mm

    Table ,.Pedoman penyuntikan intramuscular

    7mur empat 7kuran jarum

    !ayi (4-12 bulan) tot astus lateralus

    pada paha daerah

    antolateral

    7kuran 22-2+ panjang

    22-2+mm

    1-3 tahun tot astus lateralus

    pada paha daerah

    antolateral sampai masa

    otot deltoid cukup besar

    7kuran 22-2+ panjang

    1-32 mm

    J3 tahun tot deltoid di ba#ah

    acromion

    7kuran 22-2+ panjang

    2+-32 mm

    Tabel %5ndikasi kontra dan perhatian khusus untuk imunisasi

    5ndikasi kontra dan perhatian khusus !ukan indikasi kontra

    erlaku untuk semua vaksin ?*TaP/*TP( P;( IP;( MM"( ;arisela( &ib(

    &e) @

    6eaksi anailaksis terhadap

    aksin, indikasi kontra pemberianaksin tersebut berikutnya

    6eaksi local ringan sedang

    sesudah "edang mendapat terapiantibiotic

    28

  • 7/21/2019 kilop

    29/73

    6eaksi anailaksis terhadap

    konstituen aksin, indikasi kontra

    pemberian semua aksin yang

    mengandung bahan konstituen

    tersebut "akit sedang atau berat dengan

    atau tanpa demam

    Fnsealopati dalam % hari pasca

    aP@#P sebelumnya

    asa konalesen suatu penyakit

    Prematuritas

    erpajan terhadap suatu penyakit

    menular

    6i#ayat alergi penisilin ataualergi lain nonspesiik atau alergi

    dalam keluarga

    ;ehamilan ibu

    Penghuni rumah lainnya tidak

    diaksinasi

    emam K*4,+4c pasca aP@

    #P sebelumnya

    6i#ayat kejang dalam keluarga

    6i#ayat "5" dalam keluarga

    6i#ayat ;5P5 dalam keluargapasca aP@#P suntikan

    emam ringan atau sedang pasca

    aksinasi sebelumnya

    "akit akut ringan dengan atau

    tanpa demam ringan

    Perhatian khusus

    emam J*4,+4c kolaps dan

    episode hipotonik hiporesponsi

    dalam * jam pasca aP@#Psebelumnya yang tidak

    berhubungan dengan penyebab

    lain

    ;ejang dalam 3 hari pasca

    aP@#P sebelumnya

    enangis terus J 3 jam dalam *

    jam pasca pemberian aP@

    #P sebelumnya

    "indrom /ullain !arre dalam

    minggu pasca aksinasi

    ;aksin Polio ral ?P;@

    5neksi 05 atau kontak 05

    serumah

    5munodeisiensi (keganasan

    hematologi atau tumor padat,

    imunodeisiensi congenital, terapiimunosupresan dalam jangka

    #aktu lama)

    5munodeisiensi penghuni

    serumah

    enyusui

    "edang dalam terapi antibiotic

    iare ringan

    Perhatian khusus

    ;ehamilan

    ;aksin Polio Ina:tivated ?IP;@

    29

  • 7/21/2019 kilop

    30/73

    6eaksi anailaktik terhadap neomisin,

    streptomisin atau polimiksin !

    Perhatian khusus 8

    ;ehamilan

    Measles( Mum)s and "ubela ?MM"@

    6eaksi anailaksis terhadap

    neomisin atau gelatin

    5munodeisiensi (keganasan

    hematologi atau tumor padat,

    imunodeisiensi congenital, terapi

    imunosupresan jangka panjang,ineksi 05 dengan imunosipresi

    berat)

    uberculosis atau uji tuberculin

    positi

    7ji tuberculin bersamaan dengan

    imunisai

    enyusui

    ;ehamilan ibu atau penghuniserumah

    5munodeisiensi dalam keluarga

    atau penghuni serumah

    5neksi 05 tanpa imunosupresi

    berat

    Alergi telur

    6eaksi non anailaksis terhadap

    neomisin

    Perhatian khusus 8

    !aru mendapat tranusi darah @

    produk darah atau immunoglobulin

    (3-11 bulan)

    6i#ayat purpura trombositopenia

    &aemo)hilus inluen#a ti)e

    idak ada

    Perhatian khusus 8 tidak ada

    &e)atitis

    6eaksi anailaksis terhadap ragi ;ehamilan

    ;arisela

    6eaksi anailaksis terhadap

    neomisin atau gelatin ;ehamilan

    5neksi 05

    5munodeisiensi (keganasan

    5munodeisiensi penghuni

    serumah 5neksi 05 penghuni serumah

    ;ehamilan ibu dan penghuni

    serumah

    30

  • 7/21/2019 kilop

    31/73

    hematologi atau tumor padat,

    imunodeisiensi congenital, terapi

    imunosupresan jangka panjang)

    Perhatian khusus 8

    !aru mendapat immunoglobulin

    (dalam + bulan)

    6i#ayat imunodeisiensi dalam

    keluarga

    %5 3adwal Imunisasi

    5munisasi yang di#ajibkan meliputi !/, polio, hepatitis !, P dan

    campak.

    .%

  • 7/21/2019 kilop

    32/73

    bulan, dan meninggalkan parut bulat dengan diameter *- mm, apabila dosis

    terlalu tinggi maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntikkan

    terlalu dalam maka parut yang terjadi tertarik ke dalam.

    Limfadenitis=imadenitis supurati di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai setelah

    penyuntikan !/. =imadenitis akan sembuh sendiri, jadi tidak perlu diobati.

    Apabila limadenitis melekat pada kulit atau timbul istula maka dapat dibersihkan

    (drainage) dan diberikan obat anti tuberculosis oral. Pemberian obat anti tuberculosis

    sistemik tidak eekti.

    BCG-itis diseminasi

    :arang terjadi, seringkali berhubungan dengan imunodeisiensi berat. ;omplikasilainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus ulgaris dan osteomielitis. ;omplikasi

    ini harus diobati dengan kombinasi obat anti tuberculosis.

    Kontra indikasi

  • 7/21/2019 kilop

    33/73

    o Pada bayi yang kontak erat dengan penderita ! denagn !A ?3 sebaiknya

    diberikan 590 proilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi dapat

    diberi !/.

    ,% &e)atitis aksin hepatitis ! (hep !) harus segera diberikan setelah lahir, mengingat

    aksinasi hep! merupakan upaya pencegahan yang sangat eekti untuk

    memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.

    aksin diberikan secara intramuscular dalam. Pada neonatus dan bayi diberikan di

    anterolateral paha, sedangkan pada anak besar dan de#asa, diberikan di region

    deltoid

    Imunisasi akti

    o 5munisasi hep!-1 diberikan sedini mungkin (dalam #aktu 12 jam) setelah lahir.

    o 5munisasi hep!-2 diberikan setelah 1 bulan (* minggu) dari imunisasi hep!-1

    yaitu saat bayi berumur 1 bulan. 7ntuk mendapat respon imun optimal, interal

    imunisasi hep!-2 dengan hep!-3 minimal 2 bulan, terbaik + bulan. aka

    imunisasi hep!-3 diberikan pada umur 3- bulan.

    o !ila sesudah dosis pertama, imunisasi terputus, segera berikan imunisasi kedua.

    "edangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bukan dari

    imunisasi kedua.o !ila dosis ketiga terlambat, diberikan segera setelah memungkinkan.

    o !ayi lahir dari ibu dengan 0bs-Ag yang tidak diketahui, hep!-1 harus diberikan

    dalam #aktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-

    bulan. Apabila semula status 0bs-Ag ibu tidak diketahui dan ternyata dalam

    perjalanan selanjutnya diketahui ibu dengan 0bs-Ag positi, maka ditambahkan

    hepatitis ! immunoglobulin (0!5g) 4,+ ml sebelum bayi berumur % hari.

    o !ayi lahir dari ibu dengan 0bs-Ag positi, diberikan aksin hep!-1 dan 0!5g

    4,+ ml secara bersamaan dalam #aktu 12 jam setelah lahir.

    33

  • 7/21/2019 kilop

    34/73

    o Anak dari ibu pengidap hepatitis !, yang telah memperoleh imunisasi dasar 3B

    pada masa bayi, maka pada saat usia + tahun tidak perlu imunisasi ulang

    (booster). 0anya dilakukan pemeriksaan kadar anti 0!s

    o Apabila sampai dengan usia + tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi

    hepatitis !, maka secepatnya diberikan imunisasi 0ep ! dengan jad#al 3B

    pemberian (catch up accination).

    atch up accination merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja yang

    belum pernah di imunisasi atau terlambat J 1 bulan dari jad#al yang

    seharusnya. ;husus pada imunisasi hepatitis !, imunisasi catch up ini

    diberikan dengan interal minimal * minggu antara dosis pertama dan kedua,

    sedangkan interal antara dosis kedua dan ketiga minimal minggu atau 1minggu sesudah dosis pertama.

    o 7langan imunisasi (hep!-*) dapat dipertimbangkan pada umur 14-12 tahun,

    apabila kadar pencegahan belum tercapai (anti 0bsK 14Lg@ml).

    Imunisasi )asi

    0epatitis ! immune globulin (0!5g) dalam #aktu singkat akan memeberikan

    proteksi meskipun hanya untuk jangka pendek (3- bulan). 0!5g hanya diberikan

    pada kondisi pasca paparan. "ebaiknya 0!5g diberikan bersama aksin 0!

    sehingga proteksinya berlangsung lama. Pada needle stick injury maka diberikan

    0!5g 4,4 ml@kg maksimum + ml dalam * jam pertama setelah kontak. Pada

    penularan dengan cara kontak seksual 0!5g diberikan 4,4 ml@kg maksimum + ml

    dalam #aktu K1* hari sesudah kontak terakhir.

    0ek sam)ing

    7mumnya berupa reaksi local yang ringan dan bersigat sementara. ;adang-

    kadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari.

    Kontra indikasi

    idak ada kontra ondikasi yang absolute.

    % *TwP ?whole>:ell )ertussis@ dan *Ta) ?a:elluler )ertussis@ 5munisasi P primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (P tidak boleh

    diberikan sebelum umur minggu) dengan interal *- minggu. 5nteral terbaik

    diberikan minggu, jadi P-1 diberikan pada umur 2 bulan, P-2 pada umur

    34

  • 7/21/2019 kilop

    35/73

    * bulan dan P-3 padaumur bulan. 7langan booster P selanjutnya

    diberikan satu tahun setelah P-3 yaitu pada umur 1-2* bulan dan P-+ pada

    saat masuk sekolah umur + tahun.

    Pada booster umur + tahun harus tetap diberikan aksin dengan komponenpertusis (sebaiknya diberikan aP untuk mengurangi demam pasca imunisasi)

    mengingat kejadian pertusis pada de#asa muda meningkat akibat ambang

    proteksi telah sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan pada bayi

    dan anak.

    -+ diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. 7langan -

    diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus diteria pada umur

    lebih dari 14 tahun.

    osis #P atau aP atau adalah 4,+ ml, intramuscular, baik untuk

    imunisasi dasar maupun ulangan.

    :ad#al untuk imunisasi rutin pada anak, dianjurkan pemberian + dosis pada usia

    2,*,,1+-1 bulan dan usia + tahun atau saat masuk sekolah. osis ke * harus

    diberikan sekurang-kurangnya bulan setelah dosis ke 3. kombinasi toksoid

    diteria dan tetanus() yang mengandung 14-12 = dapat diberikan pada anak

    yang memiliki kontra indikasi terhadap pemberian yang pertusis.

    Ke'adian ikutan )as:a imunisasi *TP

    o 6eaksi local kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi terjadi pada

    separuh penerima P.

    o Proporsi emam ringan dengan reaksi local sama dan diantaranya dapat

    mengalami hiperpireksia.

    o Anak gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam paska suntikan

    (inconsolable crying).

    o ari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam sesudah aksinasi yang

    dihubungkan dengan demam yang terjadi.o ;ejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensealopati akut atau reaksi

    anailaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian aksin pertusis.

    Kontra indikasi

    35

  • 7/21/2019 kilop

    36/73

    "aat ini didapatkan dua hal yang diyakini sebagai kontra indikasi mutlak terhadap

    pemberian aksin pertusis baik #hole cell maupun acelular. >aitu 8

    o anailaksis pada pemberian aksin sebelumnya.

    o Fnsealopati sesudah pemberian aksin pertusis sebelumnya.

    o ;eadaan lain dapat dinyatakan sebagai perhatian khusus (precaution). isalnya

    pemberian aksin pertusis berikutnya bila pada pemberian pertama dijumpai

    ri#ayat hiperpireksia, keadaan hipotonik-hiporesponsi dalam * jam, anak

    menangis terus menerus selama 3 jam dan ri#ayat kejang dalam 3 hari sesudah

    imunisasi P

    o 6i#ayat kejang dalam keluarga dan kejang yang tidak berhubungan dengan

    pemberian aksin sebelumnya, kejadian ikutan paska imunisasi atau alergi

    terhadap aksin bukanlah suatu indikasi kontra terhadap pemberian aksin aP.

    $alaupun demikian keputusan untuk pemberian aksin pertusis harus

    dipertimbangkan secara indiidual dengan memperhitungkan keuntungan dan

    resiko pemberiannya.

    4% PLI

    erdapat 2 macam aksin polio8

    - 5P (5nactiated Polio accine, aksin "alk), mengandung irus polio yang

    telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

    - P (ral Polio accine, aksin "abin), mengandung aksin hidup yang

    telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

    !entuk trialen (P) eekti mela#an semua bentuk polio, bentuk monoalen

    (P) eekti mela#an 1 jenis polio. 5munisasi dasar polio diberikan * kali

    (polio 5,55, 555, dan 5) dengan interal tidak kurang dari * minggu. 5munisasi

    polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio 5, kemudian pada saat

    masuk " (+- tahun) dan pada saat meninggalkan " (12 tahun).

    i 5ndonesia umumnya diberikan aksin "abin. aksin ini diberikan sebanyak 2

    tetes (4,1 m=) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang

    berisi air gula. osis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon

    kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk

    36

  • 7/21/2019 kilop

    37/73

    meningkatkan kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi. ;epada

    orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anailaktik) setelah pemberian

    5P, streptomisin, polimiksin ! atau neomisin, tidak boleh diberikan 5P.

    "ebaiknya diberikan P. ;epada penderita gangguan sistem kekebalan

    (misalnya penderita A5", ineksi 05, leukemia, kanker, limoma), dianjurkan

    untuk diberikan 5P. 5P juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani

    terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.

    5P bisa diberikan kepada anak yang menderita diare.

    :ika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan

    imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. 5P bisa menyebabkan nyeri

    dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya

    selama beberapa hari. asa inkubasi irus antara -14 hari. "etelah demam 2-+

    hari, umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota

    gerak. 9amun tak semua orang yang terkena irus polio akan mengalami

    kelumpuhan, tergantung keganasan irus polio yang menyerang dan daya tahan

    tubuh si anak. 5munisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan

    irus polio.

    Usia Pemberian

    "aat lahir (4 bulan), dan berikutnya di usia 2, *, bulan. ilanjutkan pada usia 1

    bulan dan + tahun. ;ecuali saat lahir, pemberian aksin polio selalu dibarengi dengan

    aksin P.

  • 7/21/2019 kilop

    38/73

    5%

  • 7/21/2019 kilop

    39/73

    "ebanyak 2 kaliI 1 kali di usia ' bulan, 1 kali di usia tahun. ianjurkan,

    pemberian campak ke-1 sesuai jad#al. "elain karena antibodi dari ibu sudah menurun

    di usia ' bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. :ika sampai

    12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus

    diimunisasi 6 (Measles Mumps Rubella).

    0ek Sam)ing

    7mumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,

    namun kasusnya sangat kecil. !iasanya demam berlangsung seminggu. ;adang juga

    terdapat eek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

    Sediaan

    aksin tersedia dalam kemasan ial 14 dosis ? + ml pelarut dalam ampul.erikut adalah ma:am> ma:am imunisasi $ang dian'urkan !

    .% Imunisasi &I

    "esuai namanya, imunisasi ini bermanaat untuk mencekal kuman 0i!

    (Haemophyllus influenzae type B. ;uman ini menyerang selaput otak sehingga

    terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. eningitis sangat

    berbahaya karena dapat merusak otaksecara permanen sampai kepada kematian.

    "elain mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan

    radang paru dan radang epiglotis.

    erdapat dua jenis aksin 0ib konjungat yang beredar di 5ndonesia yaitu

    aksin 0ib yang berisi P6P- !capsular polysaccharide polyriibosyl ribitol

    phosphate" konjugasi dengan protein tetanus) dan P6P-P (P6P berkonjugasi

    outer membrane protein compleB).

    3adwal imunisasi

    o aksin 0ib yang berisi P6-P diberikan umur 2,*, dan bulan.

    o aksin 0ib yang berisi P6P-P diberikan pada umur 2 dan * bulan, dosis

    ketiga ( bulan) tidak diperlukan.

    o

    aksin 0ib dapat diberikan dalam bentuk aksin kombinasi (#P@0ib,aP@0ib@5P)

    *osis

    o "atu dosis 0ib berisi 4,+ ml, diberikan secara intramuscular.

    39

  • 7/21/2019 kilop

    40/73

    o ersedia aksin kombinasi (#P@0ib, aP@0ib, aP@0ib@5P (aksin

    kombinasi yang beredar berisi aksin 0ib P6-P) dalam kemasan prefilled

    syringe #,$ ml%

    Ulangano aksin 0ib baik P6-P ataupun P6P-P perlu diulang pada umur 1 bulan.

    o Apabila anak datang pada umur 1-+ tahun, 0ib hanya diberikan satu kali.

    ,% Imunisasi P

  • 7/21/2019 kilop

    41/73

    erutama buat anak perempuan, aksinasi 6 sangat penting untuk

    mengantisipasi terjadinya rubela pada saat hamil. "ementara pada anak lelaki,

    nantinya aksin 6 mencegah agar tak terserang rubella dan menulari sang

    istri yang mungkin sedang hamil. Penting diketahui, rubela dapat menyebabkan

    kecacatan pada janin.

    oksin 6 diberikan pada umur 1+ -1 bulan minimal interal bulan antara

    imunisasi campak (' bulan) dan 6. osis satu kali 4,+ ml secara sub kutan.

    6 diberikan minimal satu bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi

    lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi 6 pada umur 12 -1

    bulan dan tahun, imunisasi campak tambahan pada umur +- tahun tidak perlu

    diberikan. 7langan imunisasi 6 diberikan pada umur tahun.

    4% Imunisasi Inluen#a5nluenCa merupakan penyakit ineksi saluran napas yang disebabkan irus.

    Penyakit ini dapat menular dengan mudah karena irusnya bisa menyebar le#at udara

    yang bila terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.

    "ebenarnya, inluenCa tergolong ringan karena siatnya yang self"limiting disease

    alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak

    minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan

    bergiCi seimbang.

    3adwal

    aksin inluenCa diberikan pada anak umur sampai 23 bulan, baik anak sehat

    maupun dengan risiko (asma, penyakit jantung, penyakit sel sickle, 05, dan

    iabetes).

    osis tergantung umur anak,

    o 7mur -3+ bulan 4,2+ ml.

    o 7mur N3 tahun 4,+ ml

    o 7mur O tahun8 untuk pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan

    interal minimal * - minggu, pada tahun beriktunya hanya diberikan satu

    dosis

    aksin inluenCa diberikan secara intramuskular pada paha antero lateral atau

    deatoid

    41

  • 7/21/2019 kilop

    42/73

    +. Imunisasi TioidAda 2 jenis aksin tioid yang bisa diberikan ke anak, yakni aksin oral (Vivotif)

    dan aksin suntikan ()yphimVi). ;eduanya eekti mencekal demam tioid alias

    penyakit tius, yaitu ineksi akut yang disebabkan bakteri (almonella typhi. !akteriini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman

    yang tidak higienis. ia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama

    saluran cerna. /ejala khas terineksi bakteri tius adalah suhu tubuh yang berangsur-

    angsur meningkat setiap hari, bisa sampai *44c. !asanya di pagi hari demam akan

    menurun tapi lalu meningkat di #aktu sore@malam. /ejala lainnya adalah mencret,

    mual berat, muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak

    acuh bahkan bengong, dan tidur pasi (tak banyak gerak). Pada tingkat ringan atau

    disebut paratius (gejala tius), cukup dira#at di rumah. Anak harus banyak istirahat,

    banyak minum, mengonsumsi makanan bergiCi, dan minum antibiotik yang

    diresepkan dokter. api kalau berat, harus dira#at di rumah sakit. Penyakit ini, baik

    ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah kekambuhan.

    "elain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat berakibat atal.

    3enis vaksin

    o aksin kapsuler i polisakarida

    iberikan pada umur lebih dua tahun, ulangan dilakukan setiap 3 tahun.

    ;emasan dalam preilled syringe 4,+ ml pemberian secara intramuskular.

    o ioid oral y21a

    iberikan pada umur lebih dari tahun.

    ikemas dalam kapsul, diberikan 3 dosis dengan interal selang sehari (hari

    1,3,+).

    5munisasi ulangan diberikan setiap 3-+ tahun.

    . Imunisasi &e)atitis A

    Penyebaran irus hepatitis A (0A) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan

    irus ini saat meludah, bersin, atau batuk. !ila irus ini menempel di makanan,

    minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anaklain maka dia akan tertular. 9amun, untuk memastikan apakah anak mengidap

    0A atau tidak, harus dilakukan tes darah.

    42

  • 7/21/2019 kilop

    43/73

    aksin 0ep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. aksin kombinasi 0ep!

    atau 0epA diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. aka aksin kombinasi di

    indikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan terutama catch-up immuniCation

    yaitu mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah mendapatkan imunisasi

    0ep ! sebelumnya atau imunisasi 0ep ! yang tidak lengkap.

    ;emasan liuid satu dosis@ial preilled syringe 4,+ ml. osis pediatrik %24

    F=5"A units diberikan 2 kali dengan interal -12 bulan, intramuskular di daerah

    deltoid. ;ombinasi 0ep!@0epA (berisi 0ep ! 14Lg dan 0ep A %24 F=5"A units)

    dalam kemasan preilled syringe 4,+ ml intramuskular. osis 0osis 0ep A untuk

    de#asa (N1' tahun) 1**4 F=5"A units dosis 1 ml, 2 dosis, interal -12 bulan.

    %. Imunisasi ;arisela

    emberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken po*, penyakit yang

    disebabkan irus varicella zooster. ermasuk penyakit akut dan menular, yang

    ditandai dengan esikel (lesi@bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.

    Penularannya sangat mudah karena irusnya bisa menyebar le#at udara yang

    keluar saat penderita meludah, bersin, atau batuk. 9amun yang paling potensial

    menularkan adalah kontak langsung dengan esikel, yaitu ketika mulai muncul

    bintik dengan cairan yang jernih. "etelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam,

    maka tidak menular lagi.

    5munisasi arisela diberikan pada anak umur lebih dari + tahun. 7ntuk anak yang

    mengalami kontak dengan pasien arisela, imunisasi dapat mencegah apabila

    diberikan dalam kurun %2 jam setelah kontak. osis 4,+ ml subkutan satu kali.

    7ntuk umur lebih dari 13 tahun atau de#asa, diberikan 2 kali dengan jarak *-

    minggu.

    3adwal Imunisasi Tidak Teratur

    Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jad#al

    yang sudah disepakati. ;eadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan

    imunisasi. aksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manaatnya

    tetapi tetap sudah menghasilkan respon imunologis sebagaimana yang diharapkan

    tetapi belum mencapai hasil yang optimal.

    43

  • 7/21/2019 kilop

    44/73

    Tabel 4%6ekomendasi jad#al untuk aksinasi yang tidak teratur

    aksin 6ekomendasi bila aksinasi terlambat

    !/ 7mur K12 bulan , boleh diberikan kapan saja

    7mur J 12 bulan imunisasi kapan saja namun sebaiknya

    dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatiberikan !/ dengan dosis 4,1ml intrakutan

    P# atau

    pa

    !ila dimulai dengan P# boleh dilanjutkan dengan pa

    !erikan d pada anak N % tahun jangan P# atau pa

    #alaupun aksin tersedia

    !ila terlambat jangan mengulang pemberian dari a#al tetapi

    lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad#al tidak peduli

    berapapun jarak #aktu@ interal keterlambatan dari pemberian

    sebelumnya

    !ila belum pernah imunisasi dasar pada usia K 12 bulan

    imunisasi diberikan sesuai imunisasi dasar baik jumlah

    maupun interalnya

    !ila pemberian ke * sebelum ulang tahun ke * maka

    pemberian ke + secepatnya bulan sesudahnya.

    !ila pemberian ke * setelah umur * tahun maka pemberian ke

    + tidak perlu lagi

    Polio oral !ila terlambat,jangan mengulang pemberiannya dari a#al

    tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad#al,tidak

    peduli berapapun jarak #aktu@interal keterlambatan dari

    pemberian sebelumnya.

    ampak Pada umur antara '-12 bulan,berikan kapan saja saat bertemu.

    !ila umur anak N 1 tahun berikan r

    !ila booster belum didapati setelah umur tahun, maka

    aksin campak@6 diberikan kapan saja saat bertemu

    melengkapi jad#al.

    44

  • 7/21/2019 kilop

    45/73

    6 !ila sampai dengan umur 12 bulan belum mendapatkan

    aksin campak, 6 bisa diberikan kapan saja setelah

    berumur 1 tahun.

    0epatitis ! !ila terlambat, jangan mengulang pemberian dari a#al, tetapi

    lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jad#al,tidak peduli

    berapapun jarak #aktu@interal dari pemberian sebelumnya.

    Anak dan remaja yang pernah imunisasi hepatitis b pada masa

    bayi,bisa mendapat serial imunisasi hepatitis b kapan saja saat

    berkunjung.

    0ib 7mur saat ini

    (bulan)

    -11

    12-1*

    1+-+'

    6i#ayat

    aksinasi

    (dosis)

    1

    1

    !erikan 1

    dosis

    6ekomendasi imunisasi

    1B umur -11 bulanI

    ulang 1B setelah 2 bulan

    atau umur 12-1+ bulan.

    "ebelum umur 12 bulan

    berikan 2 dosis, interal 2

    bulan

    :ad#al tidak lengkap

    %6 KIPI ?Ke'adian Ikutan Pas:a Imunisasi@

    45

  • 7/21/2019 kilop

    46/73

    ;ejadian ikutan pasca imunisasi (;5P5Eaderse eents associated #ith

    accines,aderse eents ollo#ing immuniCation) dideinisikan sebagai semua

    kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada

    umumnya reaksi terhadap obat dan aksin dapat merupakan reaksi simpang (aderse

    eects), atau kejadian lain yang bukan terjadi akibat eek langsung aksin. 6eaksi

    simpang aksin antara lain dapat berupa eek armakologis, eek samping (side

    eects), interaksi obat, intoleransi, reaksi idiosinkrasi, dan reaksi alergi yang

    umumnya secara klinis sulit dibedakan. 6eaksi alergi dapat terjadi terhadap protein

    telur (aksin campak, gondong, inluenCa, dan demam kuning), antibiotik, bahan

    preserati (neomisin, merkuri), atau unsur lain yang terkandung dalam aksin.

    Faktor penyebabPokja ;5P5 epkes 65 membagi penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi

    menjadi * kelompok, yaitu karena kesalahan program@teknik pelaksanaan imunisasi,

    induksi aksin, aktor kebetulan, dan penyebab tidak atau belum diketahui.

    Klasiikasi La)angan

    "esuai dengan manaatnya di lapangan maka ;9 PP ;5P5 memakai kriteria $0

    +estern &asific untuk memilah ;5P5 dalam lima kelompok penyebab, yaitu 8

    1. ;esalahan program

    2. 6eaksi suntikan

    3. 6eaksi aksin

    *. ;oinsiden, dan

    +. "ebab tidak diketahui

    Kesalahan )rogram/teknik )elaksanaan imunisasi ?)rogrammati: errors@

    "ebagian besar kasus ;5P5 berhubungan dengan masalah program dan teknik

    pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan,

    dan tata laksana pemberian aksin. ;esalahan tersebut misalnya dapat terjadi pada 8

    1. dosis antigen (terlalu banyak)

    2. lokasi dan cara menyuntik

    3. sterilisasi semprit dan jarum suntik

    46

  • 7/21/2019 kilop

    47/73

    *. jarum bekas pakai

    +. tindakan a dan antiseptik

    . kontaminasi aksin dan peralatan suntik

    %. penyimpanan aksin

    . pemakaian sisa aksin

    '. jenis dan jumlah pelarut aksin

    14. tidak memperhatikan petunjuk prosedur (petunjuk pemakaian, indikasi kontra)

    Induksi ;aksin ?va::ine indu:ed@

    /ejala ;5P5 yang disebabkan induksi aksin umumnya sudah dapat diprediksi

    terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang aksin, dan secara klinis biasanya

    ringan.$alaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksianailaksis sistemik dengan risiko kematian. 6eaksi simpang ini sudah teridentiikasi

    dengna baik dan tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai

    indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,atau berbagai tindakan dan

    perhatian lainya termasuk kemungkinan interaksi dengan obat atau aksin lain.

    Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

    "bagai acuan dan perbandingan dapat dipakai rekomendasi dari Adisory ommittee

    on 5mmuniCation Practices dan ommittee on 5nectious isease o the American

    Academy o Pediatrics.

    Faktor kebetulan ?:oin:idental@

    "eperti telah disebutkan di atas, maka kejadian yang timbul ini terjadi secra

    kebetulan saja setelah imunisasi. 5ndikator kebetulan ini ditandai dengan

    ditemukannya kejadian yang sama pada kelompok populasi setempat dengan

    karakteristik serupa yangtidak mendapat imunisasi pada saat bersamaan.

    Pen$ebab tidak diketahui

    !ila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan ke dalam

    salah satu penyebab lain maka untuk sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini.

    etapi biasannya dengan kelengkapan inormasi lebih lanjut maka akan dapat

    ditentukan masih dalam kelompok mana yang sesuai.

    47

  • 7/21/2019 kilop

    48/73

    Pemberian Parasetamol sebelum dan sesudah imunisasi

    ;epada orangtua atau pengantar diberitahukan bah#a 34 menit sebelum imunisasi

    P@. 6, 0ib, hepatitis ! dianjurkan memberikan parasetamol 1+ mg@kgbb

    kepada bayi@anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca aksinasi. ;emudian

    dilanjutkan setiap 3-* jam sesuai kebutuhan, maksimal kali dalam 2* jam. :ika

    keluhan masih berlanjut, diminta segera kembali kepada dokter.

    Reaksi KIPI

    rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah#a setelah imunisasi dapat timbul

    reaksi lokal di tempat penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala

    tertentu, tergantung pada jenis aksinnya. 6eaksi tersebut umumnya ringan, mudah

    diatasi oleh orangtua atau pengasuh, dan akan hilang dalam 1-2 hari. i tempatsuntikan kadang- kadang timbul kemerahan, pembengkakan, gatal, nyeri selama 1-2

    hari. ;ompres hangat dapat mengurangi kedaan tersebut. ;adang-kadang teraba

    benjolan kecil yang agak keras selama beberapa minggu atau lebih, tetapi umumnya

    tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

    BCG

    rangtua atau pengantar perlu diberitahu bah#a 2 minggu setelah imunisasi

    !/ dapat timbul bisul kecil ( papula ) yang semakin membesar dan dapat terjadi

    ulserasi dalam #aktu 2-* bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan

    menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus. !ila ulkus mengeluarkan

    cairan orangtua dapat mengompres dengan cairan antiseptik. !ila cairan bertambah

    banyak atau koreng semakin membesar orangtua harus memba#anya ke dokter.

    Hepatitis B

    ;ejadian ikutan pasca imunisasi hepatitis ! jarang terjadi. "egera setelah

    imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul

    kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi. rangtua atau pengasuh

    dianjurkan untuk memberi minum lebih banyak ( A"5 atau air buah ), jika demam

    pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

    :ika demam berikan parasetamol 1+ mg@kgbb setiap 3-* jam bila diperlukan, boleh

    48

  • 7/21/2019 kilop

    49/73

    mandi atau cukup diseka dengan air hangat. :ika reaksi tersebut menjadi berat dan

    menetap, atau jika orangtua merasa kha#atir, ba#alah bayi@anak ke dokter.

    DP

    6eaksi yang dapat terjadi segera setelah aksinasi P antara lain demam tinggi,

    re#el, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan

    terjadi dalamn 2 hari.

    D

    6eaksi yang dapat terjadi pasca aksinasi antara lain kemerahan,

    pembengkakan dan nyeri pada bekas suntikan. !ekas suntikan yang nyeri dapat

    dikompres dengan air dingin. !iasanya tidak perlu tindakan khusus.

    Polio !ral "angat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio, oleh karena itu

    orangtua@pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun.

    Campak dan ""R

    6eaksi yang dapat terjadi pasca aksinasi campak dan 6 berupa rasa tidak

    nyaman di bekas penyuntikan aksin. "elain itu dapat terjadi gejala-gejala lain yang

    timbul +-12 hari setelah penyuntikan selama kurang dari * jam yaitu demam tidak

    tinggi, erupsi kulit kemerahan halus@tipis yang tidak menular, pilek. Pembengkakan

    kelenjar getah bening kepala dapat terjadi sekitar 3 minggu pasca imunisasi 6.

    Klasiikasi

    untutan keamanan aksin dan aktor risiko yang tetap ada dapat menimbulkan

    keengganan yang potensial dapat mengancam kegagalan program imunisasi. ;arena

    ini perlu suatu usaha perlindungan, antara lain dengan berbagai upaya peningkatan

    keamanan pembuatan, penyediaan, dan distribui aksin, serta peningkatan kualitas

    program dari teknik pelaksanaan imunisasi. !eberapa produsen aksin misalnya telah

    melakukan perbaikan antigenisitas dan puriikasi aksin meminimalkar, benda asing

    dalam aksin untuk mengurangi kemungkinan reaksi simpang. ari pengalaman di

    5"A terlihat bah#a #alaupun aksin yang beredar terbukti aman dan eekti ternyata

    tetap saja dapat timbul reaksi simpang yang menimbulkan reaksi masyarakat serta

    49

  • 7/21/2019 kilop

    50/73

    tuntutan ganti rugi. 6eaksi simpang tersebut dapat berupa gejala minimal yang tidak

    memerlukan tindakan sampai dengan kelainan berat yang bahkan dapat menyebabkan

    kematian.

    Pada umumnya dapat dikatakan bah#a aksin hidup lebih potensial menimbulkan

    eek berbahaya dibandingkan dengan bukan aksin hidup. 6isiko berbahaya tersebut

    terutama dapat terjadi pada indiidui dengan deisiensi imun atau bayi dalam

    kandungan,dan bahkan dapat terjadi pada orang sehat. "elain karena organismenya

    sendiri, aksin hidup dapat mengandung kontaminan yang sulit terdeteksi.

    *eteksi dan Pela)oran KIPI

    ;ejadian ikutan pasca imunisasi adalah insiden medik yang terjadi setelah

    imunisasi dan dianggap disebabkan oleh imunisasi. ;5P5 menetapkan semua kejadian

    penyakit atau kematian dalam kurun #aktu 1 bulan setelah imunisasi. eskipun

    masyarakat seringkali beranggapan bah#a insiden medik setelah imunisasi selalu

    disebabkan oleh imunisasi, insiden umumnya terjadi secara kebetulan. "ebagian yang

    beranggapan bah#a aksin sebagai penyebab ;5P5 juga keliru. Penyebab sebenarnya

    adalah kesalahan program yang sebetulnya dapat dicegah. 7ntuk menemukan

    penyebab ;5P5 kejadian tersebut harus dideteksi dan dilaporkan.

    KIPI $ang harus dila)orkan

    (emua keadian yang berhubungan dengan imunisasi seperti,1. Abses pada tempat suntikan

    2. "emua kasus limadenitis !/

    3. "emua kematian yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat

    berhubungan dengan imunisasi.

    *. "emua kasus ra#at inap, yang diduga oleh petugas kesehatan atau masyarakat

    berhubungan dengan imunisasi.

    +. 5nsiden medik berat atau tidak laCim yang diduga oleh petugas kesehatan atau

    masyarakat berhubungan dengan imunisasi.

    =ima kategori ;5P5 di atas kadang disebut sebagai pencetus kejadian oleh karena

    adanya reaksi tersebut merangsang atau mencetuskan respons.

    50

  • 7/21/2019 kilop

    51/73

    *ata $ang harus dila)orkan

    1. ata pasien

    6i#ayat perjalanan penyakit

    6i#ayat penyakit sebelumnya

    6i#ayat imunisasi

    Pemeriksaan penunjang yang berhubungan

    2. ata pemberian aksin

    9omor lot

    asa kadaluarsa

    Pabrik pembuat aksin

    ;apan dan dari mana aksin dikirim

    Pemeriksaan penunjang tentang aksin, apabila ada atau berhubungan

    3. ata yang berhubungan dengan program

    Perlakuan umum petugas kesehatan terhadap rantai dingin aksin

    seperti8

    - Penyimpanan aksin, apakah memebeku atau kadarlu#arsaQ

    - Perlakuan terhadap aksin, apakah dikocok lebih dahulu.

    - Perlakuan setelah aksinasi, misalnya apakah aksin dibuang setelah

    selesai pelaksanan imunisasiQ

    Perlakuan mencampur serta melakukan imunisasi

    - Apakah pelarut yang dipakai sudah benarQ

    - Apakah pelarut sterilQ

    - Apakah dosis sudah benarQ

    - Apakah aksin diberikan dengan cara dan tempat yang benarQ

    ;etersediaan jarum dan semprit

    - Apakah setiap semprit steril digunakan oleh satu orangQ

    - Perlakuan sterilasi peralatan apakah telah dilakukanQ

    *. ata sasaran lain

    51

  • 7/21/2019 kilop

    52/73

    :umlah pasien yang menerima imunisasi dengan aksin nomor lot

    sama atau pada masa yang sama atau keduanya, dan berapa pasien yang sakit

    serta gejalanya.

    :umlah sasaran yang diimunisasi dengan lot lain atau masyarakat yang tidak

    diimunisasi tetapi penyakit dengan gejala yang sama.

    %7 Tetanus

    etanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang

    dihasilkan oleh lostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan

    berat. etanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan

    tetanospasmin. etanospamin merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh

    lostridium tetani. etanus disebut juga dengan R"een day isease R. an pada

    tahun 1'4, diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan

    tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri. lmunisasi

    dengan mengaktiasi deriat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. "pora

    lostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena

    terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada ineksi tali pusat (etanus

    9eonatorum).

    0tiologietanus disebabkan oleh bakteri gram positiI loastridium tetani !akteri ini

    berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan

    juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. "pora ini bias

    tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia mengineksi luka seseorang atau

    bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita

    tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin. Pada negara belum

    berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat

    se#aktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus

    neonatorum.

    52

  • 7/21/2019 kilop

    53/73

    Patogenesa

    etanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada beberapa

    leel dari susunan syara pusat, dengan cara 8

    a. obin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat

    pelepasan acethyl-choline dari terminal nere di otot.

    b. ;harekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine ) terjadi karena toksin

    mengganggu ungsi dari releks synaptik di spinal cord.

    c. ;ejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh

    cerebral ganglioside.

    d. !eberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik 9erous "ystem

    (A9" ) dengan gejala 8 berkeringat, hipertensi yang luktuasi, periodisiti

    takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine ;erjadari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia menginterensi

    ungsi dari arcus releks yaitu dengan cara menekan neuron spinal dan

    menginhibisi terhadap batang otak.

    imbulnya kegagalan mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan

    meningkatnya aktiitas dari neuron >ang mensarai otot masetter sehingga terjadi

    trismus. leh karena otot masetter adalah otot yang paling sensiti terhadap toksin

    tetanus tersebut. "timuli terhadap aeren tidak hanya menimbulkan kontraksi yang

    kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul

    spasme otot yang khas .

    Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu8

    1. oksin diabsorbsi pada ujung syara motorik dari melalui sumbu silindrik

    diba#a kekornu anterior susunan syara pusat2. oksin diabsorbsi oleh susunan limatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri

    kemudian masuk kedalam susunan syara pusat.

    Pathologi

    oksin tetanospamin menyebar dari sara perier secara ascending bermigrasi

    secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai 9". Penjalaran terjadi didalam

    53

  • 7/21/2019 kilop

    54/73

    aBis silinder dari sarung parineural. eori terbaru berpendapat bah#a toksin juga

    menyebar secara luas melalui darah (hematogen) dan jaringan@sistem lymphatic.

    2e'ala Klinis

    asa inkubasi +-1* hari, tetapi bisa lebih pendek (1 hari atau lebih lama 3

    atau beberapa minggu)

    Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni

    1. =ocalited tetanus ( etanus =okal )

    2. ephalic etanus

    3. /eneraliCed tetanus (etanus umum)

    *. 9eonatal tetanus

    ;arakteristik dari tetanus1. ;ejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama + -% hari.2. "etelah 14 hari kejang mulai berkurang rek#ensinya

    3. "etelah 2 minggu kejang mulai hilang.

    *. !iasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari leher.

    ;emudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus, lockja# ) karena

    spasme tot masetter.

    +. ;ejang otot berlanjut ke kaku kuduk ( opistotonus , nuchal rigidity ). 6isus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik

    keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke ba#ah, bibir tertekan kuat .

    %. /ambaran 7mum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus, tungkai

    dengan

    . Fksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya kesadaran tetap baik.'. ;arena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi asiksia dan sianosis,

    retensi urin, bahkan dapat terjadi raktur collumna ertebralis ( pada anak ).

    enurut beratnya gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium 8

    "tadium 1 8 rismus (3 cm) tanpa kejang tonik umum meskipun dirangsang,

    kekauan umum, tidak didapatkan gangguan respirasi

    "tadium 2 8rismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang tonik umum bila

    dirangsang, kekakuan umum makin jelas

    "tadium 3a. rismus (1 cm) dengan kejang tonik umum spontan, otot sangat

    spastik, takipnue, takikardi, spasme laring

    54

  • 7/21/2019 kilop

    55/73

    "tadium 3b. tetanus dengan gangguan sara otonom dengan ganggguan

    otonom berat, hipertensi berat dan takikardi atau hipotensi dan bradikardi

    .% Tetanus Lokal ?lokalited Tetanus@

    Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah

    tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan iBator). 0al inilah merupakan

    tanda dari tetanus lokal. ;ontraksi otot tersebut biasanya ringan, bias bertahan dalam

    beberapa bulan tanpa progressi dan biasanya menghilang secara bertahap. =okal

    tetanus ini bisa berlanjut menjadi generaliCed tetanus, tetapi dalam bentuk yang

    ringan dan jarang menimbulkan kematian. !isajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai

    prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai secara terpisah. 0al ini terutama dijumpai

    sesudah pemberian proilaksis antitoksin.,%

  • 7/21/2019 kilop

    56/73

  • 7/21/2019 kilop

    57/73

    3 8 ekstremitas proksimal

    2 8 ekstremitas distal

    1 8 tidak diketahui

    Imunisasi

    14 8 tidak ada

    8 mungkin ada@ibu mendapat

    * 8 J 14 tahun yang lalu

    2 8 K14 tahun

    4 8 proteksi lengkap

    Faktor Cang Mem)erberat

    14 I penyakit@trauma yang membahayakan ji#a 8 keadaan yang tidak langsung membahayakan ji#a

    * 8 keadaan yang tidak membahayakan ji#a

    2 8 trauma@penyakit ringan

    1 8 A"A-derajat status isik penderita

    *iagnosa anding

    7ntuk membedakan diagnosis banding dari tetanus, tidak akan sukar sekali

    dijumpai dari pemeriksaan isik, laboratorium test (dimana cairan serebrospinal

    normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau sedikit meninggi, sedangkan "/,

    P; dan "F67 aldolase sedikit meninggi karena kekakuan otot-otot tubuh), serta

    ri#ayat imunisasi, kekakuan otot-otot tubuh), risus sardinicus dan kesadaran yang

    tetap normal.

    Tabel 5.iagnosa !anding etanus

    Penyakit /ambaran dierential

    59DF;"5

    eningoencealitis emam, trismus tidak ada, sensorium depresi, abnormal

    57

  • 7/21/2019 kilop

    58/73

    "D

    Polio rismus tidak ada paralise tipe lasid, abnormal "D

    6abies /igitan binatang, trismus tidak ada, hanya

    oropapharyngeal spasme

    =esi oropharyngeal 0anya local, rigitas seluruh seluruh tubuh atau spasme,hipokalsemia

    Peritonitis rismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada

    ;F=A59A9 FA!=5;

    etany 0anya corpocepal dan laryngeal spasme, hipokalsemia

    ;eracunan stryhinine 6elaksasi komplet diantara spasme

    6eaksi phenothiaCide ystonia, respon dengan diphenhidramin

    PF9>A;5 9"

    "tatus epileptikus "ensorium depresi

    0emorrage satu tumor rismus tidak ada, sensorium depresi

    ;F=A59A9 P"5;5A65

    0isteria rismus inkonstan, relaksasi komplet diantara spasme;F=A59A9 7";7=";F=FA=

    rauma 0anya loka

    Prognosa

    Prognosis tetanus diklasiikasikan dari tingkat keganasannya, dimana 8

    1. 6inganI bila tidak adanya kejang umum ( generaliCed spsm )

    2. "edangI bila sekali muncul kejang umum3. !erat I bila kejang umum yang berat sering terjadi.

    asa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -1* hari, tetapi bisa lebih pendek

    atau pun lebih panjang. !erat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya masa

    inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek.

    Prognosa tetanus neonatal jelek bila8

    1. 7mur bayi kurang dari % hari

    2. asa inkubasi % hari atau kurang3. Periode timbulnya gejala kurang dari 1 ,jam

    *. ijumpai muscular spasm.

    Kom)likasi

    ;omplikasi pada tetanus yaang sering dijumpai8 laringospasm, kekakuan otot-

    otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan atelektase

    58

  • 7/21/2019 kilop

    59/73

    serta kompressi raktur ertebra dan laserasi lidah akibat kejang. "elain itu bisa

    terjadi rhabdomyolisis dan renal ailure

    Penatalaksanaan

    A% Umum

    ujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran

    toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemaasan sampai pulih. an

    tujuan tersebut dapat diperinci sbb 8

    1. era#at dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa8 membersihkan

    luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang

    benda asing dalam luka serta kompres dengan 0242 ,dalam + hal ini

    penatalaksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan 1 -2 jam setelah A" danpemberian Antibiotika. "ekitar luka disuntik A".

    2. iet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung

    kemampuan membuka mulut dan menelan. !ila ada trismus, makanan dapat

    diberikan personde atau parenteral.

    3. 5solasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap

    penderita*. ksigen, pernaasan buatan dan trachcostomi bila perlu.

    +. engatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

    % bat> obatan

    .% Antibiotika !

    iberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit @ hari selama 14 hari, 5. "edangkan

    tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis +4.444 7nit @ ;g!!@12 jam secara

    5 diberikan selama %-14 hari. !ila sensiti terhadap peniciline, obat dapat diganti

    dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis 34-*4 mg@kg!!@ 2* jam, tetapi dosis

    tidak melebihi 2 gram dan diberikan dalam dosis terbagi ( * dosis ). !ila tersedia

    Peniciline intraena, dapat digunakan dengan dosis 244.444 unit @kg!!@ 2* jam,

    dibagi dosis selama 14 hari.

    59

  • 7/21/2019 kilop

    60/73

    Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk egetati dari .tetani, bukan

    untuk toksin yang dihasilkannya. !ila dijumpai adanya komplikasi pemberian

    antibiotika broad spektrum dapat dilakukan

    ,% Antitoksin

    Antitoksin dapat digunakan 0uman etanus 5mmunoglobulin ( 5/) dengan dosis

    3444-444 7, satu kali pemberian saja, secara 5 tidak boleh diberikan secara

    intraena karena 5/ mengandung Ranti complementary aggregates o globulin R,

    yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi yang serius. !ila 5/ tidak ada,

    dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin, yang bera#al dari he#an, dengan

    dosis *4.444 7, dengan cara pemberiannya adalah 8 24.444 7 dari antitoksin

    dimasukkan kedalam 244 cc cairan 9a1 isiologis dan diberikan secara intraena,pemberian harus sudah diselesaikan dalam #aktu 34-*+ menit. "etengah dosis yang

    tersisa (24.444 7) diberikan secara 5 pada daerah pada sebelah luar.

    %Tetanus Toksoid

    Pemberian etanus oksoid () yang pertama,dilakukan bersamaan dengan

    pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.

    Pemberian dilakukan secara 5.. Pemberian harus dilanjutkan sampai imunisasi

    dasar terhadap tetanus selesai. !erikut ini, tabel *. emperlihatkan petunjuk

    pencegahan terhadap tetanus pada keadaan luka.

    Tabel 6%Petunjuk Pencegahan erhadap etanus Pada ;eadaan =uka.

    6i#ayat

    5munisasi

    (dosis)

    =uka bersih, kecil =uka lainnya

    et oksoid () Antitoksin et. oksoid () Antitoksin

    idak diketahui >a idak >a >a

    4-1 >a idak >a >a

    2 >a idak >a idakSS3 atau lebih idakSS idak idakSS idak

    S 8 ;ecuali luka J 2* jam

    SS 8 ;ecuali bila imunisasi terakhir J + tahun

    60

  • 7/21/2019 kilop

    61/73

    SSS 8 ;ecuali bila imunisasi terakhir J+ tahun

    4% Antikonvulsan

    Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik yang

    hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. engan penggunaan

    obat < obatan sedasi@muscle relaBans, diharapkan kejang dapat diatasi.

    abel + 8 :enis Antikonulsan

    :enis bat osis Fek "amping

    iaCepam 4,+ < 1mg@kg!!@ * jam 5 "tupor, ;oma

    eprobamat 344 -*44 mg@ * jam 5 -

    ;lorpromasin 2+ < %+ mg@* jam 5 0ipotensi

    Denobarbital +4 -144 mg@* jam 5 epresi pernaasan

    i !agian llmu ;esehatan Anak 6" r. Pirngadi@ D; 7"7, obat anti konulsan

    yang dipergunakan untuk tetanus noenatal berupa diaCepam, obat ini diberikan

    melalui bolus injeksi yang dapat diberikan setiap 2 < * jam. Pemberian berikutnya

    tergantung pada basil ealuasi setelah pemberian anti kejang.!ila dosis optimum

    telah tercapai dan kejang telah terkontrol, maka jad#al pemberian diaCepam yang

    tetap dan tepat baru dapat disusun. osis diaCepam pada saat dimulai pengobatan

    ( setelah kejang terkontrol ) adalah 24 mg@kg!!@hari, dibagi dalam kali pemberian

    (pemberian dilakukan tiap 3 jam ). ;emudian dilakukan ealuasi terhadap kejang,

    bila kejang masih terus berlangsung dosis diaCepam dapat dinaikkan secara bertahapsampai kejang dapat teratasi. osis maksimum adalah *4 mg@kg!!@hari( dosis

    maintenance ).

    !ila dosis optimum telah didapat, maka skedul pasti telah dapat dibuat, dan ini

    dipertahan selama 2-3 hari , dan bila dalam ealuasi berikutnya tidak dijumpai adanya

    kejang, maka dosis diaCepam dapat diturunkan secara bertahap, yaitu 14 - 1+ & dari

    dosis optimum tersebut. Penurunan dosis diaCepam tidak boleh secara drastis, oleh

    karena bila terjadi kejang, sangat sukar untuk diatasi dan penaikkan dosis ke dosis

    semula yang eekti belum tentu dapat mengontrol kejang yang terjadi.!ila dengan

    penurunan bertahap dijumpai kejang, dosis harus segera dinaikkan kembali ke dosis

    semula. "edangkan bila tidak terjadi kejang dipertahankan selama 2- 3 hari dan

    61

  • 7/21/2019 kilop

    62/73

    dirurunkan lagi secara bertahap, hal ini dilakukan untuk selanjutnya . !ila dalam

    penggunaan diaCepam, kejang masih terjadi, sedang dosis maksimal telah tercapai,

    maka penggabungan dengan anti kejang lainnya harus dilakukan.

    Pengobatan menurut Adam .6.. 8 Pada saat onset,

    3444 - 444 unit, tetanus immune globulin satu kali saja.

    1,2 juta unit Procaine penicilin sehari selama 14 hari, 5ntramuscular. :ika

    alergi beri tetracycline 2 gram sehari.

    Pera#atan luka, dibersihkan, sekitar luka beri A" (iniltrasi).

    "emua penderita kejang tonik berulang, lakukan trachcostomi, ini harus

    dilakukan untuk mencegah cyanosis dan apnoe.

    Paraldehyde baik diberikan melalui mulut.

    :ika cara diatas gagal, dapat diberi d-=ubocurarine 5 dengan dosis 1+ mg

    setiap jam sepanjang diperlukan, begitu juga pernaasan dipertahankan

    dengan respirator.

    "edangkan pengobatan menurut /ilroy8

    ;asus ringan 8

    Penderita tanpa cyanose 8 '4 - 14 begitu juga promaCine jam dan

    barbiturate secukupnyanya untuk mengurangi spasme.

    ;asus berat 8

    1. "emua penderita dira#at di 57 (satu team )2. ilakukan tracheostomi segera. Fndotracheal tube minimal harus

    dibersihkan setiap satu jam dan setiap 3 hari F harus diganti dengan yang

    baru.

    3. urare diberi secukupnya mencegah spasme sampai 2 jam. Pernaasan dijaga

    dengan respirator oleh tenaga yang berpengalaman*. Penderita rubah posisi@ miringkan setiap 2 jam. ata dibersihkan tiap 2 jam

    mencegah conjuntiitis

    +. Pasang 9/, diet tinggi, cairan cukup tinggi, jika perlu 1.@hari

    . 7rine pasang kateter, beri antibiotika.%. ;ontrol serum elektrolit, ureum dan A/A

    . 6ontgen oto thoraB

    62

  • 7/21/2019 kilop

    63/73

    '. Pemakaian curare yang terlalu lama, pada saatnya obat dapat dihentikan

    pemakaiannya. :ika ;7 membaik, 9/ dihentikan. racheostomy

    dipertahankan beberapa hari, kemudian

    14. dicabut@dibuka dan bek