khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

7
1 Khutbah Idul Fitri 1434 H di Kobe Jepang “Dari Alumni Ramadan Menuju Masyarakat Madani” Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc Da’i Safari Ramadhan PKPU إ اكبر اكبر أ اكبر أ أx 3 بكرة وأصين ا وسبحا كثيرا اكبر كبيرا والحمد أ- أشهد أن لو رسوحمدا عبده و وأشهد أن م شريك لو وحده االو إ - وسلم وبارك على سيدناهم صلل اللدين.أما بعدن إلى يوم اعهم باحسا ومن تب أصحابو وى ألوحمد وعل مد كريم عظيم وعي ىذا يومكموا أن يوم ن ز واعلمز المتقو فقد فا اتقوا اضراتلحاضرون والحا ايها ا فيا الرحمن الرن الرجيم بسم الشيطا من اعوذ بالى ا تعال ا قا ا ى م ل ع و ل وا ال ر ب ك ت ل و ة د ع وا ال ل م ك ت ل حيم و ون ر ك ش ت م ك ل ع ل و م اك د ى الحمد أكبر و أكبر أ أكبر أ اKaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT Hari ini di pagi nan cerah, awal Syawal yang penuh bahagia, tidak ada ungkapan yang lebih layak kita haturkan pertama kali selain mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT sepenuh hati. Kita semua hadir di sini, untuk mengagungkan Allah SWT sekaligus membuktikan ketakwaan dalam diri. Idul Fitri adalah salah satu syiar dalam agama Islam yang mulia ini, dimana menyambutnya dengan hati bahagia, dan khusyuk dalam takbir tahlil dan tahmid, adalah bentuk isyarat takwa dalam hati. Allah SWT berfirman : وب ل ق ى ال و ق ت ن ا م ه ن إ ف و ل ال ر ائ ع ش م ظ ع ي ن م وDan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Al-Hajj 32) Dalam ayat yang lain, secara khusus ketika selesai menyempurnakan ibadah Ramadan, kita diperintahkan untuk mengagungkan-Nya, dengan sepenuh takbir sebagai bentuk kesyukuran hati. Allah SWT berfirman : واُ لِ مْ كُ تِ لَ وَ ة دِ عْ ال واُ ر بَ كُ تِ لَ وَ ىَ لَ ع اَ مَ دَ هْ مُ اكْ مُ ك لَ عَ لَ وَ ونُ رُ كْ شَ ت“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (Ramadhan) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur(QS. Al Baqoroh 185) Selanjutnya, tidak lupa marilah kita senantiasa haturkan doa sholawat dan salam kepada Nabi junjungan kita, Muhammad SAW yang telah memberikan kita teladan dalam menyambut, mengisi dan mengakhiri Ramadhan, begitu pula kepada para keluarga beliau, sahabat ridwanullah alaihin, para tabiin, dan seluruh kaum muslimin yang istiqomah menjalankan risalah islam hingga akhir zaman.

Upload: hatta-syamsuddin

Post on 14-Jun-2015

923 views

Category:

Spiritual


10 download

DESCRIPTION

Khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1434 / 8 Agustus 2013 di Kobe Internasional Hall yang diselenggarakan oleh KJRI Jepang di Osaka, Keluarga Muslim Indonesia Kansai dan IPTIJ (Ikatan Persaudaraan Trainee Indonesia di Jepang)

TRANSCRIPT

Page 1: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

1 Khutbah Idul Fitri 1434 H di Kobe Jepang

“Dari Alumni Ramadan Menuju Masyarakat Madani” Oleh : Hatta Syamsuddin, Lc

Da’i Safari Ramadhan PKPU

أشهد أن - أهلل اكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا وسبحان اهلل بكرة وأصيال x 3أهلل اكبر أهلل اكبر أهلل اكبر إاللهم صل وسلم وبارك على سيدنا - الالو إال اهلل وحده ال شريك لو وأشهد أن محمدا عبده ورسولو

محمد وعلى ألو وأصحابو ومن تبعهم باحسان إلى يوم الدين.أما بعد

فيا ايها الحاضرون والحاضرات اتقوا اهلل فقد فاز المتقون ز واعلموا أن يومكم ىذا يوم عظيم وعيد كريم روا اللو على ما قال اهلل تعالى اعوذ باهلل من الشيطان الرجيم بسم اهلل الرحمن الر ة ولتكب حيم ولتكملوا العد

ىداكم ولعلكم تشكرون

اهلل أكبر أهلل أكبر أهلل أكبر وهلل الحمد

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Hari ini di pagi nan cerah, awal Syawal yang penuh bahagia, tidak ada ungkapan yang lebih layak kita

haturkan pertama kali selain mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT sepenuh hati. Kita semua

hadir di sini, untuk mengagungkan Allah SWT sekaligus membuktikan ketakwaan dalam diri. Idul Fitri

adalah salah satu syiar dalam agama Islam yang mulia ini, dimana menyambutnya dengan hati

bahagia, dan khusyuk dalam takbir tahlil dan tahmid, adalah bentuk isyarat takwa dalam hati. Allah

SWT berfirman :

ومن ي عظم شعائر اللو فإن ها من ت قوى القلوب

“ Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan

hati.” (QS Al-Hajj 32)

Dalam ayat yang lain, secara khusus ketika selesai menyempurnakan ibadah Ramadan, kita

diperintahkan untuk mengagungkan-Nya, dengan sepenuh takbir sebagai bentuk kesyukuran hati.

Allah SWT berfirman :

ة ولتكملوا روا العد ولتكب تشكرون ولعلكم اكم هد ما على للا

“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (Ramadhan) dan hendaklah kamu mengagungkan

Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al Baqoroh 185)

Selanjutnya, tidak lupa marilah kita senantiasa haturkan doa sholawat dan salam kepada Nabi

junjungan kita, Muhammad SAW yang telah memberikan kita teladan dalam menyambut, mengisi

dan mengakhiri Ramadhan, begitu pula kepada para keluarga beliau, sahabat ridwanullah alaihin,

para tabiin, dan seluruh kaum muslimin yang istiqomah menjalankan risalah islam hingga akhir

zaman.

Page 2: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

2

اهلل أكبر أهلل أكبر أهلل أكبر وهلل الحمد

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Keagungan Allah SWT dengan begitu mudah kita rasakan dalam khusyuk takbir hari raya yang kita

lantunkan sejak semalam hingga pagi ini. Kita bersyukur dan bergembira melampaui ibadah

Ramadhan di negeri Jepang ini, yang tentu terasa jauh lebih berat , karena banyak hal : baik cuaca

Natsu (musim panas) yang tak bersahabat dengan 16 jam berpuasa menahan lapar, atau suasana

Ramadhan yang tidak kita dapatkan sebagaimana di negeri kita, bahkan juga mungkin kesibukan

heijitsu (hari kerja-week days) yang sangat padat bagi mahasiswa maupun para karyawan pekerja,

belum lagi perasaan jauh dari keluarga dan orang-orang tercinta. Semuanya terasa berat, ,menguji

dan menggoda diri kita, namun Allah SWT berikan kita kekuatan iman, sehingga bisa melampaui itu

semua untuk kemudian merayakan hari raya sepenuh bahagia di hari ini.

Insya Allah, Inilah bagian dari kebahagiaan, yang dijanjikan Rasulullah SAW kepada mereka yang

berpuasa :

للصائم ف رحتان ف رحة عند فطره وف رحة عند لقاء ربو.

Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu kegembiran ketika dia

berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabbnya. (HR Bukhori). Maka hari ini kita

menjadi saksi dan membuktikan, betapa bahagia dan gembiranya diri ini, setelah selesai menunaikan

ujian rangkaian ibadah puasa ramadhan sebulan lamanya, semoga menjadi amal yang mendekatkan

diri kita kepada Allah SWT,agar kita pun mendapatkan kebahagiaan yang berikutnya, yaitu saat

bertemu Allah SWT.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Kebahagiaan dalam diri ini pastilah tetap menyisakan renungan sekaligus harapan dalam hati,

apakah ibadah puasa Ramadan yang kita jalani sukses mengantarkan diri menjadi insan bertakwa.

Setiap ibadah dalam Islam tidak disyariatkan bukan hanya untuk mendapatkan pahala semata dan

terampuni dosa-dosa kita, namun juga untuk upgrading peningkatan kualitas diri mereka yang

menjalaninya. Sebagaimana Sholat lima waktu, disyariatkan tidak lain dan tidak bukan untuk melatih

dan menguji diri, agar terhindar dari sikap dan perilaku yang keji. Allah SWT berfirman :

وأقم الصلة إن الصلة ت ن هى عن الفحشاء والمنكر

“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan

mungkar.” (Al-Ankabut: 45). Karena itu kesuksesan sholat kita bukan sekedar selesai kita tunaikan

pada waktunya dengan rutin, namun juga apakah mempengaruhi kualitas diri kita dalam keseharian

menjalani kehidupan.

Begitu pula dengan Ramadan yang telah kita jalani. Ia adalah musim kebaikan dimana dibuka pintu-

pintu surga dan ditutup pintu neraka, namun pada hakikatnya bukan hanya kesempatan besar bagi

kita untuk mendulang pahala dan menggugurkan dosa, tapi lebih dari itu, Ramadhan adalah proyek

Page 3: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

3 tarbiyah robbaniyah pendidikan melalui ibadah dengan target perubahan dan pembentukan

karakter masyarakat muslim yang berkualitas, yang sering kita sebut dengan masyarakat madani.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Rangkaian ibadah Ramadan yang secara marathon kita jalani selama sebulan, dengan puasa di siang

hari, tarawih dan tadarus di malam hari, serta berbagai bentuk amal ketaatan lainnya, tentulah

semestinya bisa merubah karakter diri dan masyarakat untuk lebih baik dari sebelumnya. Kita bisa

dan mampu menjalani bangun lebih awal di pagi hari untuk menunaikan sahur. Kita mampu

menahan lapar dahaga di tengah teriknya mentari siang hari, kita pun mampu bersabar dari lelahnya

aktifitas seharian untuk menjalankan sholat tarawih secara rutin di malam hari. Logika sederhana

dengan mudah kita pahami, inilah bulan pelatihan karakter building yang intensif bagi kaum

muslimin. Dari Ramadhan kita belajar nilai-nilai, kebiasaan, dan karakter yang apabila abadi kita

lanjutkan setelah Ramadhan, sungguh akan memudahkan perubahan diri demi terbentuknya

masyarakat madani.

Ada banyak ciri masyarakat madani yang disebutkan dalam berbagai artikel dan buku, namun ada

sebuah hadits yang begitu jelas gamblang menuntun kita untuk melangkah dalam mewujudkannya,

dengan berbekal apa yang kita peroleh dari nilai-nilai dan semangat Ramadhan. Sebuah riwayat dari

Ibnu Majah, yang menceritakan pidato pertama Rasulullah SAW saat tiba di Madinah setelah hijrah

dari Mekah. Ini menunjukkan semacam panduan umum dalam pembentukan masyarakat yang

maju, maka ketika masyarakat madinah berkumpul berbondong-bondong di hadapan, beliau

menyampaikan dalam sabdanya:

»بسلم النة تدخلوا نيام والناس بالليل وصلوا األرحام وصلوا الطعام وأطعموا السلم أفشوا الناس أي ها يا. ) ماجو ابن سنن)

" Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam (keselamatan dan kedamaian), berikan makanan,

pelihara silaturrahim dan lakukan shalat (malam) pada saat manusia sedang tidur. niscaya kamu

sekalian masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah)

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah SWT

Dalam pidato pertama Rasulullah SAW saat tiba di Madinah terkandung makna luas, tentang apa

yang menjadi ciri dari masyarakat Madani, yang ternyata juga menjadi bagian dari nilai-nilai yang

kita dapatkan selama menjalani bulan suci Ramadhan, yaitu :

Pertama : Masyarakat Cinta Damai

Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk afsyus salaam, menyebarkan kedamaian. Islam adalah

agama yang secara bahasa berarti kedamaian dan keselamatan. Nilai dan ajaran Islam mengajak kita

untuk menjadi manusia yang cinta kedamaian, jauh dari sikap permusuhan, amarah penuh

kebencian, apalagi kekerasan diluar batas kemanusiaan. Definisi seorang muslim dengan gamblang

dijelaskan dalam sebuah sabda Rasulullah SAW, yaitu :

المسلم من سلم الناس من لسانه ويده

Page 4: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

4 Rasulullah SAW bersabda : “ Seorang muslim adalah mereka yang orang-orang selamat dari

gangguan lisan dan tangannya “ (HR Ahmad).

Ibadah bulan Ramadhan sejatinya mengarahkan diri kita untuk menjadi muslim sejati yang cinta

damai. Bagaimana tidak ? sementara dalam puasa kita diminta untuk menahan diri dari emosi dan

permusuhan, perbuatan yang keji, dusta akan berakibat sia-sianya puasa kita. Rasulullah SAW

bersabda :

من ل يدع ق ول الزور والعمل بو ف ليس للو حاجة ف أن يدع طعامو وشرابو “Barang siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT

tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya” (HR Bukhori)

Maka sungguh sudah semestinya, tempaan Ramadhan selama sebulan menghasilkan emosi diri yang

lebih stabil, dan lebih mudah mewujudkan cinta damai sebagai ciri masyarakat madani.

Jika hari ini kita mungkin terkagum dengan masyarakat Jepang yang sangat biasa untuk mengatakan

sumimasen (minta maaf) dan arigatho ghozaimas (terima kasih) dalam keseharian, maka salah satu

ciri orang bertakwa yang menjadi alumni Ramadhan sesungguhnya jelas disebutkan dalam Al-Quran:

الغيظ والعافين عن الناس واللو يحب المحسنين والكاظمين

orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai

orang-orang yang berbuat kebajikan (QS Ali Imron 134)

Adapun anjuran untuk menghargai dan berterima kasih kepada manusia, Rasulullah SAW tak kurang

mengingatkan umatnya yang begitu tegas mendalam :

من ال يشكر الناس ال يشكر اللو Barang siapa tidak berterima kasih kepada manusia, dia tidak berterima kasih kepada Allah (HR.

Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani).

Maka sungguh alumni tempaan Ramadhan sejatinya dan semestinya, mampu meningkatkan rasa

cinta damai dalam dirinya, melalui hal-hal yang ringan dalam keseharian. Karena itulah ajaran

sesungguhnya dalam Islam.

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Dalam hadits seputar khotbah pertama Rasulullah SAW di Madinah juga ditegaskan anjuran : wa

ath’imu tho’aam , berikan makanan. Maka menjadi ciri masyarakat Madani yang Kedua adalah :

Masyarakat Peduli dan Berbagi, yang sesungguhnya nilai-nilainya begitu mudah kita temukan dalam

aplikasi ibadah Ramadhan kita.

Betapa tidak ?, dalam bulan Ramadhan, kita diberikan keteladanan oleh Rasulullah SAW, bagaimana

testimoni sahabat tentang kondisi beliau saat Ramadhan : yaitu menjadi manusia paling dermawan.

Bahkan di bulan Ramadhan kita pun dimotivasi untuk berbuat kebaikan, berbagi meskipun

sederhana dalam bentuk menyiapkan hidangan berbuka.

ر أنو ال ي ن قص من أجر الصائم شيئا من فطر صائما كان لو مثل أجره غي

Page 5: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

5 “Barang siapa yang memberi hidangan berbuka untuk orang yang berpuasa maka dia akan

mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang

berpuasa itu sama sekali.” (HR. Tirmidzi).

Di akhir Ramadan kita pun dilatih berbagi dengan mengeluarkan kewajiban zakat fitrah, yang

hikmahnya selain sebagai bentuk tathiran lish-shoim mensucikan puasa kita, juga dalam rangka

thu’matan lil masakin , berbagi menjelang hari raya untuk orang-orang miskin, agar mereka pun

bisa menikmati hari raya penuh gembira, jauh dari lapar dan derita.

Di Bulan Ramadhan kita pun sebulan penuh merasakan lapar di siang hari, yang semestinya

meningkatkan sensitifitas diri dan kepedulian untuk berbagi, bahkan tak harus menunggu

berlimpahnya rejeki. Karena justru ciri orang bertakwa yang menjadi tujuan kita berpuasa adalah

sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT :

راء والضراء الذين ي نفقون في الس

Artinya : “ orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dalam kondisi lapang dan sempit “ (QS Ali

Imron 134)

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Jika kita menghayati dan melihat bagaimana Ramadhan seharusnya menempa kita untuk mudah

berbagi dan peduli, serta bagaimana ciri orang bertakwa adalah mereka yang gemar berbagi tanpa

menunggu berlimpah rejeki, sudah seharusnya masyarakat kita lebih terarah menuju terbentuknya

masyarakat madani. Namun jika sejenak kita melihat kondisi di negeri kita, ternyata masih banyak

pekerjaan rumah yang tersisa untuk meningkatkan kepedulian berbagi. Dalam soal Zakat yang

merupakan salah satu pilar atau rukun misalnya, menurut penelitian Baznas, Institut Pertanian

Bogor (IPB) dan Bank Pembangunan Islam (IDB) potensi zakat nasional tahun2011 mencapai Rp217

triliun, namun yang bisa terserap baru dikisaran 1,7 Trilyun yang itu berarti kurang dari 1%. Sebuah

angka yang cukup memprihatinkan, mengingat jika kita melihat semangat dalam menunaikan rukun

Islam lainnya yang begitu marak, hingga antrian jamaah haji pun mencapai sepuluh tahun lamanya di

beberapa tempat. Bukan itu saja, jemaah umroh dari tanah air yang berangkat ke tanah suci setiap

harinya mencapai 7000 orang. Sebuah angka yang fantastis, namun sayang mengapa dalam hal

berbagi, zakat dan sedekah belum banyak yang bisa dicapai.

Tentu ini pekerjaan rumah yang besar bagi umat Islam dalam mewujudkan masyarakat madani, kita

mulai dari diri kita sendiri. Jika di Jepang belum kita banyak temukan kesempatan untuk berbagi,

maka dengan mudah kita temukan peluang itu terserak di tanah air. Sudah banyak saya kira

organisasi dan lembaga di Jepang ini yang juga menyalurkan bantuan kepada saudara-saudara di

tanah air yang membutuhkan, semoga semakin marak dan terus istiqomah, apalagi setelah tertempa

bulan Ramadhan yang mulia.

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Ciri masyarakat madani yang ketiga sebagaimana kita ambil inspirasi dari pidato perdana nabi di

Madinah adalah : washilul arhaam atau sambung dan perkuatlah jalinan silaturahim, yaitu menjadi

Masyarakat Bersinergi. Memang makna silaturahim secara khusus dalam khasanah islam adalah

menguatkan hubungan kekerabatan, namun bisa juga dimaknai secara lebih umum dalam bentuk

menguatkan hubungan antara tetangga, sahabat, lingkungan dan semua elemen kemasyarakatan.

Page 6: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

6 Dalam bulan Ramadhan mau tidak mau, suka tidak suka, kita akan lebih intensif turun bergaul

dengan masyarakat kita, komunitas kita, sahabat-sahabat kita, untuk bersama-sama menghidupkan

Ramadhan khususnya di Jepang ini. Kita ditempa dalam rangkaian kegiatan dan juga ibadah yang

mengharuskan adanya silaturahim dan sinergi. Dalam Islam, langkah terobosan silaturahim dan

bersinergi dijanjikan mendatangkan rejeki dan menambah jejak usia kita dalam arti banyaknya

persahabatan dan jaringan (networking). Rasulullah SAW bersabda :

من سره أن ي بسط لو رزقو ، أو ي نسأ لو في أثره ف ليصل رحمو

“Barang siapa yang ingin dilapangkan rejekinya, dan dipanjangkan jejak (usia) nya, maka hendaklah

ia bersilaturahim” (HR Bukhori)

Masyarakat bersinergi menjadi ciri masyarakat madani, karena setiap elemen memiliki kelemahan

dan kekuatan, untuk membangun bangsa dibutuhkan sinergi dan kebersamaan antar elemen yang

rapi dan istiqomah, bahu membahu dalam kebaikan, sebagaimana diperintahkan Al-Quran :

قوى وال ثم والعدوان ت عاونواوت عاونوا على البر والت على ال

Dan tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jgn tolong-menolong

dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah).

Masyarakat bersinergi, bahu membahu dalam kebaikan memajukan bangsa adalah ciri masyarakat

Madani. Kita juga bisa ambil pelajaran sekaligus motivasi dari bangsa Jepang, sebuah tragedi yang

baru saja diperingati dua hari yang lalu tanggal 6 Agustus , yaitu 68 tahun Bom atom Hiroshima oleh

yang dijatuhkan oleh pesawat bomber B-29 Amerika Serikat, dan meluluh lantakkan banyak hal dan

kerugian yang sangat luar biasa. Dengan semangat dan kerjasama, bahu membahu, Jepang sukses

mengubah sebuah tragedi menjadi lecutan diri hingga akhirnya menjadi bangsa maju sebagaimana

yang kita saksikan di hadapan mata hari ini.

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Rasulullah SAW menganjurkan kita dalam pidato awal di Madinah untuk : washoli billail wan naasu

niyaam, yaitu menunaikan sholat malam saat manusia tengah terlelap dalam gelapnya malam. Maka

ciri keempat masyarakat madani adalah : Masyarakat Spiritual

Bulan Ramadhan menempa diri kita untuk menjadi insan spiritual dengan rangkaian ibadah yang

kuat kita jalani secara rutin setiap harinya selama sebulan. Sehingga seharusnya meningkatkan

kedekatan diri kita kepada Allah SWT, bahkan puasa kita merupakan jaminan hubungan kuat antara

kita dan Allah SWT, karena Allah-lah yang menilai kualitas puas kita sendiri, sebagaimana tersebut

dalam hadits qudsi :

كل عمل ابن آدم لو إال الصوم فإنو ل وأنا أجزي بو “ Setiap amal manusia adalah untuknya kecuali Puasa, sesungguhnya (puasa) itu untuk-Ku, dan Aku

yang akan membalasnya “ ( HR Ahmad dan Muslim).

Puasa adalah ibadah yang bersifat rahasia, antara kita dan Allah SWT, kita tidak peduli ada atau tidak

ada manusia dihadapan, kita tetap menjaga puasa kita. Begitulah masyarakat spiritual, semakin kuat

dalam beribadah, semakin kuat hubungan kepada Allah SWT, semakin kuat juga keikhlasan dan

Page 7: Khutbah idul fitri 1434 h kobe jepang

7 kejujuran dalam diri. Masyarakat spiritual memiliki karakter jujur dan ikhlas, karena meyakini setiap

aktifisnya mendapatkan pengawasan oleh Allah SWT.

Jamaah Sholat Idul Fitri yang berbahagia

Akhirnya, marilah kita sambut dan hiasi hari kemenangan ini bukan saja dengan suka cita berhari

raya, silaturahim dan jamuan makanan yang berkesan, namun juga bersama kita melihat diri,

mengambil pelajaran dan tempaan dalam nilai-nilai Ramadhan yang telah kita jalani, semoga mampu

memudahkan upaya kita semua mewujudkan masyarakat madani, menjadi bangsa yang berkualitas

dan bermartabat.

Sebagai penutup khutbah mari kita berdoa, menundukkan hati, menengadahkan kedua tangan

mengharap kepada Allah SWT, semoga amal ibadah kita selama Ramadan diterima, dosa-dosa kita

terampuni, dan juga kita mendapatkan kesempatan untuk bertemu Ramadhan yang akan datang.

Dan secara khusus, semoga Allah SWT berikan kita bimbingan dan keberkahan dalam menjalani

aktifitas kehidupan di negeri Sakura ini.

ها الت دن يان لنا وأصلح أمرنا عصمة ىو الذى دي ننا لنا أصلح اللهم آخرت نا لنا وأصلح معاشنا في ها الت شر كل من لنا راحة الموت واجعل خي كل ف لنا زيادة الياة واجعل معادنا في

ن نا ماتول خشيتك من لنا اقسم للهم ا اليقي ومن جنتك ت ب لغنابو ما طاعتك ومن معصيتك وب ي ب ي نا بو مات هون ن يا مصائب علي منا الوارث واجعلو أحي يت نا ما وق وتنا وأبصارنا بأساعنا مت عنا اللهم .الدن يا تعل دينناوال ف مصيبت نا تعل وال عادانا من على ثأرنا واجعلو لغ وال هنا أكب ر الد وال علمنا مب نا تسلط ي رحنا ال من علي

هم األحياء والمؤمنات والمؤمني والمسلمات للمسلمي اغفر للهم يع انك واألموات من قريب س .الدعوات ميب

ن يا ف اتنا رب نا .النار عذاب وقنا حسنة األخرة وف حسنة الد

Demikian khutbah Idul fitri hari ini, mohon maaf atas segala kekhilafan dan tutur kata yang tidak

berkenan. Selamat merayakan Iedul fitri 1434 H. Taqobbalallahu minna waminkum. Minal Aidzin

wal Faidzin.

Hatta Syamsuddin, Lc | [email protected] | www.indonesiaoptimis.com