iqra edisi dzulhijjah 1434

Upload: saeful-luthfy

Post on 10-Feb-2018

268 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    1/12

    Rusydiana Tsani

    Telah datang pada umat Islam bulanyang penuh kemuliaan, keberkahandan keagungan, yaitu bulan Dzulhi-

    jjah. Banyak orang yang menunggudatangnya bulan ini, seperti orang-orang yanghendak berhaji dan para penjual hewankurban.

    Awalnya bangsa Arab jahiliyahmerayakan datangnya bulan ini denganmengadakan perayaan besar-besaranyang diikuti denganpesta khamr. Akantetapi sete lahdatangnya NabiM u h a m m a d ,

    perayaan tersebutdiganti denganha l -ha l yang penuh dengankebaikan.

    Sepuluhhari awal dalam bulanDzulhijjah memiliki keistimewaan yang seringdisebutkan oleh Nabi Muhammad SAW dalamberbagai kesempatan. Salah satunya adalah,Tidak ada satu hari pun di mana amalan salehpada hari itu lebih dicintai Allah daripada sepuluhhari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah). ParaSahabat bertanya, Ya Rasulullah, tidak juga jihad(perang) di jalan Allah? Rasulullah menjawab,Dan tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orangyang keluar berjihad bersama harta dan nyawanya,

    dan dia tidak kembali dengan membawa apapun darikeduanya. Hadis ini telah disahihkan olehBukhari, Turmudzi dan Ibnu Majah.

    Dalam Hadis ini, Rasulullahmenegaskan bahwa amalan di sepuluh haripertama Dzulhijjah lebih dicintai Allahdibandingkan orang yang berjihad di jalan

    Allah, yakni berperang melawan orang Kafir.Bahkan, jihad tidak ada artinya bila

    dibandingkan dengan amalan pada sepuluhhari tersebut, kecuali jika dia berjihad

    dengan harta dannyawanya lalu dia matisyahid, barulah lebihu t a m a . H a l i n i

    menunjukkan keagungansepuluh hari pertamab u l a n D z u l h i j j a h .Di sebutkan da l amLathaif Al-Maarif,

    Abu Usman Al-Nahdidari kalangan Tabiin mengatakan,

    Sesungguhnya para Sahabat mengagungkan tigasepuluh; yaitu sepuluh malam terakhir di bulanRamadhan, sepuluh hari pertama di bulanDzulhijjah, dan sepuluh hari terawal dariMuharram.

    Sepuluh hari pertama di bulanDzulhijjah menunjukkan keutamaan mutlak diatas hari-hari lain selama setahun. Tidak adahari yang lebih utama dibandingkan sepuluhhari ini. Malah

    Keutamaan Bulan Dzulhijjah

    E D I S I V I I I

    I

    slam merupakan agamayang menga j a rkankepada manusia agar taatkepada Sang Pencipta,

    Allah SWT. Ketaatan ini bukanhanya ketaatan zahir, tetapijuga batin. Bulan Dzulhijjahmerupakan bulan yang banyakmengajarkan kita suatuketaatan dalam menjalankan

    semua perintah Allah.T e n t u n y a k i t a

    sebagai umat Islam tidak akanpernah lupa, sebuah histori

    ketaatan Nabi Ibrahim ASt e r h a d a p a p a y a n g diperintahkan oleh Allah SWT.Nabi Ibrahim yang merupakanKhaliullah(kekasih Allah) danjuga bapak dari para anbiya,

    termasuk Nabi MuhammadSAW. Banyak kisah yangdiceritakan dalam al-Quranmengenai ketaatan Nabi

    Ibrahim dalam menjalankanperintah dan tugasnya sebagaiutusan Allah. Salah satunyaadalah dalam membangunkabah. Hal ini sebagimana

    N A D H R A H

    A L - Q U R A NS E B A G A I P E D O M A N

    DAFTAR ISI

    Ketaatan

    D Z I K R A

    K A J I A N A L - I J A ZI K P M C A B A N G

    K A I R O

    Bersambung ke hlm 8

    D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    Bersambung ke hlm 5

    NADHRAH 1

    TAHNIAH 2

    MARJA 11

    UDHAMA 10

    6

    SALAM 12

    MABHATS

    KEUTAMAAN BULANDZULHIJJAH

    MEMAKNAI

    KEMENANGAN

    A S R A R A L - H A J

    IMAM JAILANI: WALI PARA

    AULIA

    HIKMAH DI BALIK

    IBADAH HAJI

    MENGAMALKAN

    SYARIAT

    Putri Rezeki Rahayu

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    2/12

    Kemenangan

    hakiki dalamhari rayaadalahkemenanganorang-orang

    yangbertambah

    ketakwaannya

    Memaknai Kemenangan

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    2 T A H N I A H

    Bulan Dzulhijjah merupakansalah satu bulan istimewadalam Islam. Hal ini tidak lainkarena pada bulan tersebut

    terdapat dua agenda besar yang tidakditemukan dalam bulan-bulan lainnya,

    haji dan kurban. Ibadah haji merupakanibadah yang amat spesial dan sarat mak-na. Di dalamnya umat Islam dihadapkanpada berbagai hikmah, sekaligus dimintauntuk meneladani sosok-sosok hambayang begitu taat kepada Allah.

    Ritual pelaksanaan ibadahhaji dijelaskan cukup rinci dalam surat al-Baqarah ayat 197-202. Pada ayat 197 misal-nya, diterangkan mengenai waktu pelaksanaandan hal-hal yang dilarang selama haji.(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah

    dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) hajidalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berka-ta jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkardalam (melakukan ibadah) haji. Segala hal baikyang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawa-lah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekaladalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahaiorang-orang yang mempunyai akal sehat!

    Kemudian, pada ayat-ayat beri-kutnya, mereka yang melaksanakan ibadahhaji diminta untuk selalu mengingat danmemohon ampun kepada Allah. Maka

    apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlahkepada Allah di Masyar al-haram. Dan berzi-kirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberipetunjuk kepadamu, sekalipun sebelumnya kamubenar-benar termasuk orang yang tidak tahu.Kemudian bertolaklah kamu dari tempat orang yangbanyak bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunankepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampunlagi Maha Penyayang.

    Perintah ini kemudian diakhiridengan anjuran bagi umat Islam, agar merekaberdoa memohon kebaikan di dunia danakhirat. Hal ini tidak lain disebabkan banyak-nya manusia yang memohon kebaikan untukhal-hal duniawi. Orang-orang dengan karakterini, dalam lanjutan ayat tersebut, dinyatakantidak memperoleh apa-apa di akhirat nanti.

    Adapun kebalikannya, yaitu orang-orang yangmemohon keberkahan untuk kehidupanakhiratnya, disebut sebagai golongan yang

    Susunan Redaksi Buletin IQRA Kajian AL-IJAZ IKPM Kairo

    Dewan Penasihat: Ketua IKPM Cabang Kairo; Pembimbing: Bagian Keilmuan IKPM Cabang Kairo; Penanggung Jawab Umum: Novan Hariansyah, Dede permana;Pemimpin Umum: Putri Rezeki Rahayu; Pemimpin Redaksi: Faiq Aziz; Editor: Maulidatul Hifdhiyah Malik; Layouter: Saeful Luthfy; Kru: Hilmy Mubarak,

    Muhammad Hafif Handoyo, Jakfar Shodiq, Alfina Wildah, Rusydiana Tsani, Jauharotun Naqiyah, Anisa Nur Rohmah, Ari Kurniawati, Risky Maratul Mu'allamah, Nur Fitria

    Qorrotu Aini.

    Alamat Redaksi: Swessry B - Gami', Hay 10, Nasr City, Egypt 32206

    memperoleh imbalan setimpal atas apa yangmereka kerjakan.

    Sementara itu, ketika jutaan umatmanusia tengah khusyuk menunaikan rukundemi rukun ibadah haji di Baitullah, para umatmanusia di belahan bumi lainnya sedang sibuk

    mempersiapkan perayaan agung, idul Adha.Peristiwa yang berawal dari keikhlasan NabiIbrahim dan Nabi Ismail tersebut disambutdengan suka cita oleh berbagai umat Muslim diberbagai belahan dunia.

    Di Mesir, euforia perayaan hari rayaKurban tampak amat jelas. Puluhan ekor kamb-ingdan bahkan juga sapi- terlihat di berbagairuas jalan di seluruh penjuru kota. Tentu saja halini patut diapresiasi, namun akan lebih baikapabila kita semua merenungkan kembali ten-tang pengorbanan dan kebesaran jiwa Nabi

    Ibrahim menerima perintah Tuhannya, me-nyembelih putra sewayang yang telah lamadinantikan kehadirannya, Nabi Ismail.

    Untuk itulah, kami hadir denganpembahasan khusus di edisi kali ini. Di rubrikNadhrah, dibahas secara detail tentang keu-tamaan bulan Dzulhijjah dan serba-serbi ritualibadah di dalam bulan tersebut. Setelah itu, padarubrik Qadhaya diulas cukup mendalammengenai sejarah diperintahkannya kurbanmelalui pembahasan tematik kisah-kisah kurbandalam al-Quran. Pada rubrik setelahnya,

    Mabhhats, pembaca akan dijelaskan tentanghikmah-hikmah pelaksanaan haji, sekaligustanda-tanda kebesaran Allah di balik peristiwasakral ini.

    Akhir kata, merenungkan kembalimakna perayaan tersebut sungguh jauh lebihdibutuhkan dibandingkan sekadar berfoya-foyadalam merayakannya. Hal ini semakin terasaurgen, mengingat mayoritas manusia saat ini,salah mengartikan kemenangan. Padahal, keduahari raya dalam Islam, baik Idul Fitri maupunIdul Adha mengajarkan bahwa kenikmatandireguk setelah usaha maksimal, bahwa umatIslam baru bisa merayakan keduanya setelahmenjalankan puasa, mendekatkan diri kepada

    Allah, dan ritual peribadatan lainnya. Sebagaima-na dikatakan oleh ulama, kemenangan hakikidalam hari raya adalah kemenangan orang-orangyang bertambah ketakwaannya Selamat mem-baca!

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    3/12

    Menjawab Syubhat Seputar Ayat Kurban

    "Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akanrela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama

    mereka."(QS. al-Baqarah: 120)Ayat di atas merupakan cerminan sosok kaumOrientalis yang senantiasa memusuhi dan menyerang Islamdari segala aspek. Berbagai upaya dan usaha pun merekakerahkan, di antaranya penyebaran opini keliru mengenaipenyembelihan hewan kurban di hari Idul Adha.

    Penyembelihan hewan kurban merupakanperayaan sebuah sunatullah. Berawal dari kisah Nabi Ibra-him AS yang diberi wahyu berupa mimpi untuk menyem-belih anaknya, lalu dengan izin-Nya diganti dengan seekordomba. Menurut keyakinan orang-orang Yahudi danNasrani di dalam kitabnya, anak Nabi Ibrahim yang disem-

    belih adalah Ishaq. Hal ini sangat berbeda dengan apa yangada pada kitab suci (al-Quran) umat Islam, yang menegas-kan bahwa yang disembelih bukanlah Ishaq melainkanIsmail. Kisah penyembelihan itu pun diceritakan secaradetail di dalam al-Quran pada surat al-Shafft ayat 100-113.

    Menurut kaum Orientalis, ayat al-Quran yangberbicara akan hal itu menggunakan uslub yang kurangbegitu jelas, seperti kata "ghulam" dalam kalimat"fabasyarnhu bighulmin halm", yang justru mengarah kepa-da pemahaman yang membingungkan. Namun, tuduhan ituterbantahkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam tafsirQurtubhi "Al-Jmi` li Ahkam al-Quran" bahwa kata

    "ghulam"di sini menunjukkan bahwa si anak telah lahir dantumbuh, dan bukannya yang akan lahir ke dunia. Sehinggajelas bahwa "ghulam"yang dimaksudkan disini ialah Ismail,karena jika yang dimaksud adalah Ishaq, berita gembiraakan lahirnya Ishaq sendiri terjadi setelah perintah penyem-belihan itu. Maka akan sangat tidak rasional jika wahyu danperintah Allah kepada seorang Nabi-Nya ditunda karenamenunggu kelahiran sang anak. Padahal wahyu danperintah Allah adalah suatu kewajiban yang harus segeradilaksanakan. Seperti penggalan ayat setelahnya "falammbalaga ma`ahu as-sa`ya" yang menurut penafsiran Ibnu`Asyur diartikan dengan pencapaian umur anak Ibrahim

    dalam kata "baligh." Karena pada waktu itu, menurut Ibnu`Asyur, Ismail berumur 13 tahun dan pada waktu itu jugaIbrahim mendapat mimpi berupa wahyu untuk menyem-belih anaknya. Lebih dari itu, ketika al-Quran menceritakansesuatu dengan uslub yang tersembunyi, sebenarnya itulahbagian dari i`jazal-Quran. Karena begitu dalamnya maknayang terkandung di dalam al-Quran, sehingga dengan caraseperti itu al-Quran mengajak kita agar mau menadaburkandan menyelami makna yang tersirat di dalamnya.

    Di samping itu, dijelaskan bahwa anak yangdianugerahkan Allah kepada Ibrahim adalah seorang yangsabar (ghulmin halm). Jika kita merujuk kepada surat al-

    Anbiy` ayat 85 "Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, Zulkifli.Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar" dijelaskanbahwa Allah SWT menyifati Nabi Ismail sebagai seorangyang penyabar, sebagaimana Allah juga menyifati Nabi

    Ibrahim sebagai khalilullah (kekasih Allah), dan kepadapara nabi lainnya dengan keistimewaannya masing-masing.

    Lalu di dalam surat al-Shafft ayat 113 dijelaskan, "wabasyarnhu bi Ishqa nabiyyan minal as-slihn" yang menurutpenafsiran Ibnu Katsir dan Ibnu `Asyur, kata "wa"di sinimerupakan "wawu al-`athf" yang menunjukkan suatu per-mulaan atau pemisah dari kisah sebelumnya. Jika kabargembira akan lahirnya Ishaq baru dimulai setelah perintahpenyembelihan itu, lantas berita gembira sebelumnya,mengenai lahirnya seorang anak penyabar pastilah menun-juk kepada Ismail. Meski nama Ismail tidak disebut secaraterang-terangan, tapi beberapa bukti telah menunjukkepadanya, seperti yang telah dijelaskan beberapa mufasirdi dalam tafsirnya.

    Perbedaan pendapat mengenai putra NabiIbrahim yang akan disembelih, Nabi Ismail ataukah Nabi

    Ishaq, memunculkan sebuah keraguan dalam syariat Islam.

    Oleh karena itu, kemunculan syubhat seperti di atas, seha-

    rusnya menjadikam kita menjadi lebih yakin dengan apa

    yang dikabarkan oleh al-Quran, karena ia satu-satunya

    kitab yang tetap terjaga kebenarannya hingga akhir zaman.

    Al-Quran juga merupakan pelengkap dari kitab samawi

    sebelumnya dan merupakan mukjizat terbesar Nabi Mu-

    hammad yang menjadi panutan kita dalam menjalani

    hidup. Kemudian sebagai umat Islam dan seorang yang

    beriman, kita harus meyakini bahwa yang disembelih

    adalah Nabi Ismail, karena al-Quran sendiri dengan lan-

    tang telah menjelaskan akan hal itu. Jika menurut kaum

    Orientalis uslub yang digunakan al-Quran dalam mencer-

    itakan hal itu menimbulkan kerancuan, itu karena ku-

    rangnya ketelitian dalam mengungkap makna yang terkan-

    dung di dalamnya, serta keinginan mereka untuk mencip-

    takan keraguan terhadap umat Islam. Sebagaimana firman

    Allah dalam surat al-Baqarah ayat 109, Sebagian besar Ahli

    Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu

    kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang

    (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka

    kebenaran.

    Maka dari itu, kita sebagai umat Islam jangan

    mudah terkecoh dan lengah dengan tuduhan-tuduahn

    kaum Orientalis dalam mengobrak-abrik pondasi dan

    dasar-dasar agama Islam. Hendaknya kita selalu merujuk

    kepada al-Quran dan Sunah, serta pendapat para ulama

    yang ahli dalam bidangnya. Dengan itu, kita akan terjaga

    dan jauh dari hal-hal yang menyimpang dari ajaran Islam

    sesungguhnya. Wallahu a`lam bi al-Shawb.

    3I K R A H

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    Anisa Nur Rohmah

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    4/12

    Napaktilas Kurban dalam Al-Quran4 Q A D H A Y A

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    Di bulan ini kita diingatkan akan ketaatan-ketaatanyang dilakukan oleh orang-orang yang dipilih-

    Nya sebagai pemimpin umat. Kita diingatkanakan kepatuhan pemimpin para Nabi, IbrahimAS. Kita disenandungkan dengan kepasrahan Ismail AS, punkita dibuat kagum dengan ketegaran ibunda Hajar. Merekamenjadi keluarga panutan umat terbaik ini hingga terkenangdalam untaian waktu kehidupan. Di sepuluh awal bulanDzulhijjah, selain merupakan hari yang disebut langsungdalam al-Quran, sehingga menjadikannya mulia, ia juga berisiperibadatan-peribadatan yang selain berguna untuk mening-katkan ketakwaan, juga untuk menapaktilasi ketaatan-ketaatandari hamba-hamba saleh tersebut.

    Salah satu ibadah yang terdapat dalam bulan ini

    adalah berkurban, yang dikenal dalam istilah Fikih dengan al-Udhiyah. Perintah ibadah ini tertera jelas dalam surat al-Kautsar: Sebagaimana ditulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya, pendapatpaling benar dari riwayat yang berkaitan dengan kalimat inhardalam surat tersebut adalah ibadah penyembelihan.

    Telah masyhur bahwa ibadah ini merupakannapaktilas dari ketaatan Nabi Ibrahim AS yang diperintahkanoleh Allah SWT melalui mimpi yang dialaminya, untukmenyembelih anak yang diidam-idamkannya selama ini, Ismail

    AS. Hal ini termaktub dalam QS. al-Shaffat: 102 yang artinya:

    ... Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusahabersamanya, berkatalah (Ibrahim), Wahai anakku! Sesungguhnyaaku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlahbagaimana pendapatmu? Dia (Ismail) menjawab, Wahai ayahku!Lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah engkauakan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

    Kurban dalam al-QuranKurban merupakan kata serapan yang berasal dari

    bahasa Arab, yaitu bentuk mashdar dari kata qaruba yangbermakna dekat. Dalam tataran makna etimologis, katakurban dan derivasinya tersebut diulang beberapa kali dalamal-Quran dengan pengertian yang berbeda-beda, tergantungkonteks ayat. Terkadang berkaitan dengan tempat, waktu,nasab, kedudukan, penjagaan, dan qudrah.

    Raghib al-Asfahani dalam bukunya MufradtAlfdh al-Qurnmenyebutkan beberapa kaitan arti derivasikata kurban. Untuk yang berkaitan dengan tempat salahsatunya termaktub dalam firman Allah surat al-Baqarah ayat 5,

    Yang terkait dengan waktu, misalnya, (QS. al-Anbiya: 1) Yang berhubungan dengan nasab, di antaranya, (QS. al-Nisa:

    7) Yang berkaitan dengan kedudukan, misalnya, (QS. Ali imran:45)

    Muhammad Hafif Handoyo

    Yang terkait penjagaan, contohnya, (QS. al-Araf: 56)

    Sedangkan yang berhubungan dengan qudrahdi antaranya,(QS. Qaf: 16)

    Penjelasan di atas adalah makna kurban ditin-jau dari aspek bahasa. Adapun makna kurban dalam istilahsyara, adalah sesuatu yang berfungsi untuk mendekatkandiri kepada Allah SWT. Dari pengertian ini kurban masihmenunjukkan suatu ibadah yang bersifat umum, yangmana dengannya seorang hamba mendekatkan diri kepada

    Allah SWT. Oleh karena itu, dalam Hadis atau penjelasanulama, tertera bahwa salat ataupun sedekah merupakanbentuk kurban. Sebagaimana Hadis yang diriwayatkan olehImam Ahmad, Imam Baihaqi, dan ahli Hadis lainnyadengan sanad sahih bahwa Nabi SAW bersabda, Dansalat adalah kurban Akan tetapi, dalam perkembangann-ya istilah ini mengalami penyempitan makna. Seperti yangdisebutkan oleh Raghib al-Ashfahani bahwa kata kurbanmenjadi suatu nama yang dilekatkan pada sembelihan. Darisini kata kurban dalam bahasa Arab bersinonim dengan al-dzabhahatau al-naskah.

    Dalam al-Quran, kata kurban dengan maknayang terakhir ini tersebutkan beberapa kali. Dalam surat al-

    Maidah ayat 27, Dalam surat Ali Imran ayat 183, juga dalam surat al-Ahqaf ayat 28, Kisah kurban dalam al-Quran

    Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ibadahkurban identik dengan apa yang dilakukan Nabi Ibrahim

    AS setelah mendapatkan mimpi agar menyembelihputranya, Ismail AS. Namun, jauh sebelumnya aktifitas initelah dilakukan oleh dua anak Nabi Adam AS, Qabil dan

    Habil, walaupun dalam bentuk kurban yang berbeda.Bahkan dalam beberapa riwayat yang dapat diterimakebenarannya menunjukkan keterkaitan antara dua fenom-ena kurban ini.

    Dalam al-Quran, kisah kurban Qabil dan Habilini hanya disebutkan secara singkat, yaitu dalam firman-Nya surat al-Maidah ayat 27 sampai 31. Hal ini, sebagaima-na penjelasan Sayyid Quthb dalam tafsir F Dhill al-Qurn bahwa tujuan utama kisah-kisah yang terdapatdalam al-Quran adalah untuk diambil hikmah atau pelaja-ran yang terdapat di dalamnya, tanpa bertele-tele denganpanjangnya cerita. Dari pandangannya ini, Sayyid Quthb

    menolak untuk memaparkan kisah ini yang dikatakannyabersumber dari berita-berita israiliyatatau dari Ahli Kitab.

    Berbeda dengan mufasir-mufasir sebelumnyayang kebanyakan meriwayatkan cerita ini, seperti

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    5/12

    5A D H A Y A

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    yang dikabarkan oleh al-Quran dalam QS. al-Baqarah: 127,Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kamiterimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah

    Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ayat inimenjelaskan bagaimana Nabi Ibrahim dan anaknya, NabiIsmail, mendirikan dan membangun kembali kabah.Setelah itu Nabi Ibrahim berdiri di atas batu ketika hendakmeninggikan pondasi kabah, sebab Allah SWTmemintanya untuk meninggikan pondasi tersebut setinggitangannya. Nabi Ibrahim kemudian menaati perintah AllahSWT. Namun, beberapa saat setelahnya, Namun NabiIbrahim kembali kepada Allah meminta untuk mengerjakansemua perintah-Nya dengan kecintaan dan kesempurnaanNabi Ibrahim kemudian bertanya kepada dirinya sendiri,Mengapa tidak kujadikan pondasi ini lebih tinggi dari

    tanganku? Ketika itu tidak ada alat untuk meninggikanpondasi, dan Nabi Ibrahim tidak memiliki pekerja kecualianaknya, Nabi Ismail. Nabi Ibrahim lantas mengambilbatu, dan berdiri di atasnya untuk meninggikan kabah.

    Oleh karena itu, hingga saat ini, ketika kita berada dikabah, kita melihat makam Ibrahim terdapat bekas telapakkaki, yang tidak lain merupakan tanda kebesaran Allah.

    Histori lain tentang ketaatan Nabi Ibrahim

    kepada Allah, yaitu ketika ia diperintahkan oleh Allahuntuk menyembelih anaknya sendiri. Tanpa ragu NabiIbrahim pun menaati dan mengerjakan apa yangdiperintahkan Allah. Bahkan yang disembelih pun (NabiIsmail) tanpa mengelak dan menolak apa yang Allahperintahkan kepada Nabi Ibrahim terhadapnya. Kisah inidiabadikan dalam surat al-Shaffat ayat 99-113.

    Kisah yang digambarkan oleh al-Quran dalamsurat al-Shaffat di atas, memeberikan kita pelajaranbagaimana seorang hamba harus tunduk dan mematuhisegala perintah Allah, serta melaksankannya dengan penuhkecintaan dan kesempurnaan tanpa rasa ragu dan bertanya-

    tanya sebab dan akibatnya. Sebagaimana Nabi Ibrahim dananaknya Nabi Ismail menaati apa yang diperintahkan Allahtanpa ragu, hal ini karena semua yang Allah takdirkanadalah baik, karena Dialah Maha Mengetahu segala sesuatu.

    Ketaatan Sambungan dari hlm. 1

    Fakhrudin al-Razi dan Ibnu Katsir. Bahkan, Ibnu Katsirmenilai salah satu sanad dari riwayat yang menceritakankisah ini- riwayat dari Abu Hatim- dengan derajat baikatau jayyid. Dari sini penulis menyimpulkan kisah ini ter-masuk boleh untuk diceritakan.

    Kisah kurban dua anak Nabi Adam AS iniberawal dari perintah Nabi Adam AS sendiri kepada

    keduanya, Qabil dan Habil, untuk menikah dengan selainsaudara perempuan kembar mereka. Qabil memilikisaudari kembar yang rupawan, tidak demikian halnyadengan Habil yang memiliki saudari yang tidak cantik.Oleh karena itu, Qabil tidak menerima perintah NabiAdam AS untuk menikah dengan saudari Habil. Tidak!Aku lebih berhak untuk menikahi saudari kembarku, ujarQabil menolak perintah ayahnya. Setelah itu Nabi Adam

    AS menyuruh keduanya untuk berkurban dengan apa yangdimiliki masing-masing untuk melihat siapa yang diterimakurbannya oleh Allah SWT. Maka, berkurbanlah Habilyang notabene seorang penggembala, dengan kambing

    yang paling bagus, paling gemuk, dan yang paling dicin-tainya. Sebaliknya, Qabil merasa berat untuk berkurbandengan hartanya. Ia yang berprofesi sebagai petani punberkurban dengan ala kadarnya, bahkan dalam riwayat laindisebutkan ia berkurban dengan hasil tani yang palingburuk. Kemudian Allah SWT menurunkan api yang me-lahap kurban Habil yang berupa kambing sebagai tandaditerima, tidak demikian halnya dengan kurban Qabil.

    Timbullah sifat hasad dalam diri Qabil. Mufasir berbedapendapat berkenaan dengan penyebab timbulnya sifathasad ini, apakah karena Qabil iri kurbannya tidakditerima ataukah karena tidak bisa menikahi kembarannya.

    Pendapat pertama yang rajih karena sesuai dengan konteksayat. Setelah itu, Qabil berniat untuk membunuhsaudaranya dan niat itupun direalisasikannya.

    Kisah di atas adalah cuplikan kisah kurban duaanak Adam AS dari beberapa riwayat yang terdapat dalam

    buku-buku tafsir. Beberapa waktu berselang, peristiwakurban kembali terulang. Berawal dari sebuah mimpi yangdialami oleh khallullah, Ibrahim AS. Mimpi yang sampaitiga kali terjadi itu berisikan perintah Allah kepadanyauntuk menjadikan anaknya sebagai kurban dengan me-nyembelihnya. Inilah awal dari kurban yang terjadi dalambentuk penyembelihan. Sebagaimana hadis Nabi, Saya

    adalah anak dari dua sembelihan...Maksud dari dua sembel-ihan yaitu ayahnya Nabi SAW, Abdullah bin AbdulMuthalib dan Ismail AS, walaupun pada akhirnya merekatidak jadi disembelih karena mendapatkan tebusan. Abdul-lah ditebus dengan 100 ekor unta, sedangkan Ismail AS,karena ketaatannya yang paripurna, ia ditebus oleh AllahSWT secara langsung dengan digantikan oleh kambingyang bagus dan gemuk yang dikatakan oleh ibnu Abbastelah dipelihara di surga. Nah, kambing inilah yang men-jadi benang merah dengan cerita kurban sebelumnya.Sebagaimana riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbasberkata, Itu adalah kambing yang dikurbankan oleh anak

    Adam (Habil) yang telah diterima oleh Allah SWT.Dari dua kisah yang disinggung dalam al-

    Quran berkaitan dengan kurban ini tersimpulkan bagaima-na asal-usul peribadatan kurban, sehingga kata yang awal-nya hanya bemakna umum sebagai sesuatu yangdigunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWTtersebut diidentikkan dengan sembelihan. Akan tetapiyang perlu diperhatikan, tidak semua kisah tentang sem-belihan adalah kurban. Hal ini tampak dari apa yang di-perintahkan Nabi Musa AS kepada bani Israil untuk me-nyembelih sapi. Alasannya, karena sembelihan itu tidakditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT,

    melainkan sebagai hukuman kepada mereka yang telahberbuat kejahatan, yaitu pembunuhan. Wallahu alam bi al-shawab.

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    6/12

    Seorang hambaharus tunduk danmematuhi segala

    perintah Allah,sertamelaksanakannya

    dengan penuhkecintaan dankesempurnaan.

    6 M A B H A T S

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah)manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah(Makah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk

    bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) makamIbrahim. Barangsiapa memasukinya(Baitullah), maka amanlah dia. Mengerjakanhaji adalah kewajiban manusia terhadapAllah, yaitu (bagi) orang yang sanggup menga-dakan perjalanan ke Baitullah, dan ba-rangsiapa mengingkari (kewajiban haji), makasesungguhnya Allah Maha Kaya. (QS. AliImran: 96-97)

    Ayat di atas menggambarkanbahwa rumah Allah (tempat ibadah) yang

    pertama kali dibangun di atas muka bumiini adalah kabah. Dalam tafsir Fathu al-Qadir karya Imam Syaukani, dijelaskanbahwa tempat ibadah yang paling muliaadalah kabah. Selain itu, ayat ini jugaturun sebagai jawaban atas klaim kaum

    Yahudi yang menyatakan bahwa Baitu al-Maqdis lebih mulia daripada kabah.Kendati demikian, mucul sebuah pertan-yaan, siapakah yang pertama kali mem-bangun kabah? Terdapat beberapapendapat. Pendapat pertama mengatakan

    malaikat, kedua: Nabi Adam AS, ketiga:Nabi Ibrahim AS. Dari ketiga pendapattersebut, para ulama, termasuk ImamSyaukani menggabungkan ketiganya.Pertama kali dibangun oleh malaikat,kemudian diperbarui oleh Nabi Adamdan terakhir oleh Nabi Ibrahim. Selainitu, kabah merupakan tempat yangpenuh dengan keberkahan bagi seluruhmanusia, karena barangsiapa yang me-masuki Baitu al-Haramia akan mendapat-kan pahala yang berlipat, ampunan dari

    Allah SWT dan ia senantiasa dalamkeadaan aman. Keamanan dalam hal inibukan hanya didapatkan oleh manusia,melainkan juga hewan, sebab dalammelaksanakan ibadah haji, seseorangtidak diperbolehkan membunuh hewan.

    Di antara tanda-tanda kebe-saran Allah di Makah adalah makamIbrahim. Menurut Imam Syarawi, dalamayat di atas penyebutan kalimat dan menggunakan kata plural,kemudian ayat selanjutnya makamIbrahim mengunakan kata tunggal. Halini menunjukkan bahwa makam Ibrahimadalah salah satu dari tanda kebesaran-

    Nya. Lebih lanjut, Imam Syarawi menjelas-kan bahwa Nabi Ibrahim berdiri di atas batuuntuk meninggikan pondasi kabah, sebab

    Allah SWT memintanya untuk meninggikan

    pondasi tersebut setinggi tangannya. NabiIbrahim kemudian memenuhi permintaanini.

    Dari peristiwa ini, sangat jelasterlihat bahwa Nabi Ibrahim telah menjalan-kan apa yang diperintahkan Allah SWT.Namun, beberapa saat setelahnya, NabiIbrahim kembali kepada Allah dan memintauntuk mengerjakan semua perintah-Nyadengan kecintaan dan kesempurnaan. NabiIbrahim kemudian bertanya kepada dirinyasendiri, Mengapa tidak kujadikan pondasi

    ini lebih tinggi dari tanganku? Ketika itutidak ada alat untuk meninggikan pondasi,dan Nabi Ibrahim tidak memiliki pekerjakecuali anaknya, Nabi Ismail. Nabi Ibrahimlantas mengambil batu, dan berdiri diatasnya untuk meninggikan kabah. Olehkarena itu, hingga saat ini, ketika kita melihatmakam Ibrahim terdapat bekas telapak kaki,yang tidak lain merupakan tanda kebesaran

    Allah. Dari sini kita bisa mengambil pelaja-ran bagaimana seorang hamba harus tundukdan mematuhi segala perintah Allah.

    Selain hikmah dari peristiwa uniktersebut, ayat ini juga menjelaskan perintahmelaksanakan ibadah haji yang merupakankewajiban manusia terhadap Allah SWT.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Wahaimanusia, telah diwajibkan atas kalian haji, makaberhajilah. Barangsiapa yang berhaji dan tidakberbuat keji serta fasik, ia diampuni dari dosa-dosanya seakan ia baru dilahirkan dari perutibunya.Dalam riwayat lain, Dan haji mabrurtidak ada baginya pahala kecuali sur-ga.(HR.Ahmad)

    Dalam ibadah haji terdapatbanyak sekali hikmah yang bisa didapatkan.Namun, tentu lebih baik jika dipahami ter-lebih dahulu tentang definisi haji. Dalamkitab Al-Imta bi Syarhi Matan AbiSyuja fi al-Fiqh al-Syafii karya SyekhHisam al-Kamil Hamid, haji secara etimolo-gis adalah tujuan (berpergian). Sedangkansecara terminologis haji adalah berpergian keBaitu al-Haram untuk mengerjakan manasikdengan syarat-syarat tertentu. Menurut Ibnual-Imad dalam Kasyfu al-Asrar, hikmahsusunan kata dari menunjukkan arti (kemurahan) dan (dosa). Hal ini diibaratkan bahwaseorang hamba ketika melakukan ibadah haji

    Saeful Luthfy

    Hikmah di Balik Ibadah Haji

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    7/12

    berkata: (WahaiTuhanku, aku datang kepada-Mu dengan dosaku, agarEngkau mengampuniku dengan kemurahan-Mu).

    Ibadah haji merupakan ibadah yang mengajar-kan manusia untuk berserah diri kepada Allah. Di da-lamnya dijelaskan shilah(hubungan) istimewa antara manu-sia dan Sang Khalik. Hal ini dikarenakan dalam ibadah haji

    manusia dari berbagi penjuru bumi rela berdatangan keBait al-Haram untuk memenuhi panggilan dan perintah

    Allah SWT. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwaibadah haji merupakan panggilan Allah terhadap hamba-Nya, karena banyak dari mereka yang mampu namunbelum berhaji. Lebih ironis lagi, tidak sedikit dari merekayang tinggal dekat dengan Makah, dan belum menunaikanibadah haji.

    Di sisi lain, haji juga bisa diartikan sebagailarangan. Larangan yang dimaksud adalah segala apa yangdilarang dalam haji, bahkan sesuatu yang menurut kitabaik, di dalam haji bisa jadi terlarang. Contohnya memakai

    parfum. Larangan memakai parfum tersebut tidak berartibahwa penggunaan wangi-wangian dilarang dalam Islam,melainkan adanya hikmah di balik larangan tersebut, yaitusemua manusia sama di hadapan Allah, kaya ataupunmiskin. Larangan tersebut cukup beralasan, sebab bisa sajasi kaya akan menggunakan parfum mahal agar terlihatberwibawa dibandingkan si miskin. Oleh karena inilah,pakaian yang dikenakan ketika pelaksanaan ibadah hajijuga sama, semua berwarna putih. Hal ini tidak lain karenamanusia di hadapan Allah semuanya sama, yang mem-bedakan bukan harta ataupun jabatan, tapi takwa.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisiAllah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. (QS. al-Hujurat: 13)

    Ibadah haji juga merupakan ibadah yang ban-yak dilipatgandakan atas setiap perbuatan baik yang dil-akukan, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakanselain ibadah haji merupakan kewajiban, ibadah haji jugadilakukan di tempat yang mulia (kabah) dan di waktu yangmulia (Dzulhijjah) yang merupakan salah satu bulan yangdimuliakan oleh Allah SWT.

    Selain itu, dalam ihram yang merupakan salahsatu rukun haji, kita seakan harus meninggalkan kebiasan

    sehari-hari kita dalam berpakaian, karena dalam ihram kitaberpakaian dengan kain sama dan disunahkan putih. Halini menunjukkan semua manusia sama di hadapan Allah.

    Adapun warna putih melambangkan sebuah kesucian dankebersihan hati. Lebih dari itu, kain ini juga mengingatkankita bahwa ketika kita lahir dahulu yang menempel dibadan kita hanya sebuah kain, begitu juga nanti ketika kitameninggal, hanya sehelai kain putih yang akan menempeldi tubuh kita.

    Ibadah haji pada intinya adalah berserah diri.Hal ini terlihat ketika tawaf (memutari kabah). Tawafseseorang tidak akan diterima kecuali setelah ia mencium

    atau melambaikan tangan ke arah hajar aswad. Ritualtersebut mungkin saja terlihat amat remeh dan tidak logis.Bahkan seseorang mungkin juga akan bertanya-tanya,mengapa ia harus mencium dan melambaikan tangan ke

    7A B H A T S

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    hajar aswad, sedangkan ia tidak lain hanya sebuah batuyang sama sekali tidak berfaedah?

    Pertanyaan tersebut dijawab oleh sebuahriwayat yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ketika itu,Umar bin Khattab mencium hajar aswad. Saatmelakukannya, Umar berkata,Saya mengetahui kamu adalahbatu yang tidak memberikan manfaat dan bahaya. Kalaulah

    bukan karena Rasulullah SAW menciummu, aku tidak akanmenciummu.Di sinilah kemampuan otak manusia terbatasdalam memahami hal-hal metafisis. Kebesaran danhikmah Allah tiada satupun yang mampu menandinginya.Kita sebagai hamba hanya diminta untuk patuh danmengikuti apa yang diperintahkan Allah SWT. Bahkanmenurut Imam Syarawi, inilah salah satu tanda kebesaran

    Allah, kita diperintahkan untuk melempari tiga batu(jumrah), namun hanya disuruh mencium satu batu.Menurutnya, hal ini merupakan bentuk muntaha al-yaqin(kenyakinan total) terhadap perintah Allah SWT.

    Tanda kebesaran Allah lainnya adalah air Zam-

    zam yang berada di bawah kabah, dan tidak pernah habisdiminum bahkan dibawa oleh jutaan orang dari berbagaibelahan dunia. Keberadaan air Zam-zam ini tidak luputdari sosok Siti Hajar bersama anaknya Nabi Ismail yangditinggal oleh Nabi Ibrahim. Saat itu, Nabi Ibrahimmeninggalkan keduanya karena hendak melaksanakanperintah Allah. Sesaat sebelum meninggalkan keduanya,Nabi Ibrahim berujar: Allah tidak akan pernah mening-galkan kita. Namun tak dinyana, mereka kemudian ke-habisan bekal, sehingga Siti Hajar pergi menaiki Shafa danMarwa hingga tujuh kali untuk mencari air. Ia berharapbisa melihat burung ataupun orang, karena anaknya sangatmembutuhkan air minum. Akhirnya setelah tujuh kaliberjalan, ia menemukan mata air di bawah kaki anaknya.Kisah tersebut mengajarkan kita bagaimana manusiadiharuskan berusaha keras dalam mendapatkan sesuatu,setelah itu bertawakal kepada Allah SWT. Hal ini tidak lainkarena manusia hanya bisa berusaha dan hasilnya Allahyang menentukan.Dan bahwasanya seorang manusia tiadamemperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanyausaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). (QS. al-Najm: 39-40)

    Rukun haji yang terakhir adalah berdiam di

    Arafah. Dalam sebuah riwayat dijelaskan Arafah merupa-kan tempat pertemuan Nabi Adam dengan Siti Hawaketika mereka berdua diturunkan dari surga. Arafah meru-pakan tempat di mana semua manusia dari berbagai bang-sa, suku dan etnis berkumpul dalam suatu gunung danmereka semua sama-sama makhluk Allah. Mereka salingmengenal satu sama lain, tidak ada kelebihan di antarayang lain, dan yang paling penting, mereka sama-samabermunajat kepada Allah SWT.

    Pada intinya, ibadah haji bukan hanya sekadarmenjalankan rukun dan kewajiban yang ada. Lebih dari itu,kita harus belajar untuk lebih banyak mengambil hikmah

    dalam setiap apa yang Allah perintahkan. Dalam haji kitadiajarkan sabar, kita diajarkan untuk bertawaduk, berusahadan mematuhi apapun perintah Allah SWT. Wallahu alambi al-Shawab.

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    8/12

    Ibnu Hajarmengatakan dalamkitabnya Fathal-Bari bahwasebab yangmenjadikan

    sepuluh hariDzulhijjah lebihistimewa adalahadanya ibadah-ibadah induk,yaitu salat, puasa,sedekah, haji, yangtidak terdapatpada hari lain.

    Sambungan Keutamaan Bulan Dzulhijjah...

    sepuluh hari pertama Dzulhijjah lebihbesar keutamaannya dibandingkan sepuluhhari terakhir Ramadhan. Ini karenaRasulullah SAW menyebut secara umumtidak ada satu hari pun di mana pada

    waktu ini amalan saleh lebih dicintai Allah.Sebagian ulama mengkompromikan

    keutamaan hari ini dengan mengatakanbahwa sepuluh malam terakhir di bulanRamadhan lebih utama dibandingkansepuluh malam terawal Dzulhijjah, karenapada sepuluh malam terakhir Ramadhanterdapat Lailatul Qadar. Meski demikian,sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah(siangnya) lebih utama daripada siang haridi sepuluh akhir Ramadhan. Pendapat inidipegang oleh Syaikh al-Islam Ibnu

    Taimiyyah, Ibnu al-Qayyim, dan beberapaulama lainnya. Adapun Ibnu Rajab,

    memandang Hadis tentang keutamaansepuluh hari pertama Dzulhijjah ini adalahnas yang menunjukkan keutamaannyasecara mutlak (umum), yaitu lebih utamadaripada sepuluh hari terakhir Ramadhan.Ibnu Hajar mengatakan dalam kitabnyaFath al-Bari bahwa sebab yangmenjadikan sepuluh hari Dzulhijjah lebihistimewa adalah adanya ibadah-ibadahinduk, yaitu salat, puasa, sedekah, haji,yang tidak terdapat pada hari lain.

    Oleh karena itu, seyogyanya

    kita mengetahui keagungan hari-hari inidan merebut faedah darinya. Jangansampai kita membiarkan ia berlalu begitusaja. Dalam Hadis Ibnu Umar RA, NabiSAW bersabda, Tidak ada hari yang palingagung dan amat dicintai Allah untuk beramal didalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini.Maka perbanyaklah di dalamnya tahlil, takbirdan tahmid. Mengetahui Hadis terebut,

    miris rasanya jika melihatk e b a n y a k a n m a n u s i amembiarkan sepuluh hari iniberlalu sia-sia, dan tidakb e r s u n g g u h - s u n g g u hmerebut kebaikan yang adapadanya , sebaga imanamereka mengejar keutamaanyang ada pada sepuluh malamterakhir Ramadhan.Salah satu keistimewaan lainy a n g d i m i l i k i b u l a nDzulhijjah adalah puasa

    Arafah. Puasa tersebut jatuh

    pada tanggal 9 Dzulhijjah,s e h a r i s e b e l u mdilaksanakannya Idul Adha.Dinamakan Puasa Arafah

    8 N A D H R A H

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    karena saat itu jamaah haji sedang wukuf di terikmatahari padang Arafah. Puasa Arafah inidianjurkan bagi mereka yang tidak berhaji.Sedangkan yang berhaji tidak disyariatkanmelakukanya.

    Mengenai hari Arafah, diriwayatkanoleh Imam Muslim, Nabi Muhammad SAW

    bersabda, Di antara hari yang Allah banyakmembebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arafah.Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkankeutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allahberfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka? IbnuRajab mengatakan dalam kitab Lathaif al-Maarif, Hari Arafah adalah hari pembebasandari api neraka. Pada hari itu, Allah akanmembebaskan siapa saja yang sedang wukuf di

    Arafah dan penduduk negeri kaum muslimin yangtidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, harisetelah hari Arafah yaitu hari Idul Adha- adalah

    hari id bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baikyang melaksanakan haji dan tidak, sama-sama akanmendapatkan pembebasan dari api neraka danampunan pada hari Arafah.

    Mengenai keutamaan puasa Arafahsendiri telah disebutkan dalam Hadis yangdiriwayatkan oleh Abu Qatadah, Nabi SAWbersabda, Puasa Arafah dapat menghapuskan dosasetahun yang lalu dan setahun akan datang. PuasaAsyura (sepuluh Muharram) akan menghapuskan dosasetahun yang lalu. (HR. Muslim). Ini menunjukkanbahwa Puasa Idul Adha atau puasa Arafah adalah

    jalan untuk mendapatkan pengampunan di hariArafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkanpengampunan dosa untuk dua tahun. Hari Arafahjuga merupakan waktu mustajab doa, sebagaimanadisebutkan dalam Hadis hasan yang diriwayatkanoleh Turmudzi, Sebaik-baik doa adalah doa pada hariArafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu puladiucapkan oleh para nabi sebelumku adalah ucapan Laailaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulkuwalahul hamdu wa huwa ala kulli sya-in qadiir (Tidakada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allahsemata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segalakerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segalasesuatu).

    Sedangkan amalan lain yang hanya adadalam bulan ini adalah haji, salah satu rukun Islamyang utama. Disebutkan dalam ayat 95-97 suratIbrahim mengenai haji, Katakanlah: "Benarlah (apayang difirmankan) Allah." Maka ikutilah agamaIbrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya rumah yang mula-muladibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialahBaitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan

    menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapattanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim.Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadiamanlah dia. Mengerjakan haji adalah kewajiban

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    9/12

    manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakanperjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)dari semesta alam.

    Haji dengan berbagai syarat dan rukunnyamerupakan salah satu amalan yang spesial dari amalan-amalanlainnya. Ia mengajari anak manusia berbagai macam hal yang

    terhimpun dalam satu paket ibadah ini. Mengajarkan akantidak berharganya materi yang didapat di dunia di hadapanharibaan-Nya, dengan menanggalkan segala asesorikesombongan yang biasa membungkus tubuh dan jiwa darimasing-masing individu. Merasakan betapa fana dan tidakberharganya segala hal yang selama ini diagung-agungkan,tiada beda antara yang kaya maupun miskin. Ia juga mengajaridiri untuk menahan dari segala bentuk larangan dan hal-halmubah yang seringkali dilakukan. Misalnya tidakdiperbolehkannya menebang tumbuhan, membunuh hewan,dan memakai parfum. Haji juga mengajarkan untuk menaatiseluruh perintah-Nya, menahan hawa nafsu untuk dapat

    melaksanakan perintah-Nya dengan sempurna. Ibadah hajimerupakan ibadah yang menapaktilasi perjuangan parapendahulu yang tersirat dalam berbagai urutan amalannya. Sai

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    misalnya, menggambarkan perjuangan seorang ibu demianak yang dikasihinya, sekaligus bentuk dari kepasrahanpasangan suami istri terhadap ketentuan Allah SWT yangmenjadikannya tinggal di bumi yang tidak adapenghidupan ataupun harapan. Ya Tuhan Kami,sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di

    lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahEngkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yangdemikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlahhati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilahmereka rizki dari buah-buahan. Mudah-mudahan merekabersyukur. Begitu pula Arafah yang menjadi tempatbertemunya Adam AS dan Siti Hawa setelah berpisahsekian lama. Setelah memasrahkan diri dan bertakwapada-Nya, dengan berbekalkan keyakinan yang tinggikeduanya akhirnya dipertemukan. Kabah yang menjadipusat peribadatan juga mempunyai kisah yang sangatpanjang, bahkan ia adalah tempat ibadah yang pertama

    kali dibangun di bumi, mulai dari Adam AS yangmeninggikannya diikuti dengan Ibrahim AS dan anaknyaIsmail AS, juga kebijaksanaan Muhammad SAW dalammemecahkan masalah untuk meletakkan hajar aswad yanghampir-hampir membuat perang antar suku meletus.Setiap sudut dalam pelaksaan ibadah haji mempunyai nilaisejarah sendiri yang dipenuhi dengan banyak usaha nabi-nabi Allah.

    Kurban yang dilaksanakan dalam bulan inijuga tidak lepas dari histori yang penting. Perjalananhistori terjadinya kurban di bulan ini tidak lepas darikeikhlasan seorang ayah untuk mengorbankan anak

    tercintanya kepada Sang Pencipta. Tentu hal tersebuttidak akan terwujud jika kedua ayah dan anak tersebuttidak memiliki kecintaan yang tinggi kepada-Nya.Ditetapkannya kurban sebagai salah satu syariat Islam

    seakan menjadi pengingat sepanjang masa akan tulusnyakeikhlasan Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. Maka tatkalaanak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samaIbrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku! Sesungguhnya akumelihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Makapikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,

    kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allahkamu akan mendapatiku dalam golongan orang-orang yangsabar." Digantikannya Ismail AS dengan domba yangsehat tepat sebelum terjadinya penyembelihan tentubukan pilihan yang sembarangan. Bukan dombanya yangdilihat, akan tetapi esensi keikhlasan dan kasih sayang sipenggembala dalam merawatnyalah yang perlu dicermati.Ia memelihara hewan kurban tersebut dari kecil hinggacukup umur, merawatnya ketika sakit, memilih makananterbaik untuk mereka, menjaga dari semua gangguan yangbisa mencelakakannya dan semua bentuk pengorbananyang dilakukan agar hewan-hewan tersebut selamat

    sampai berakhir di penjagalan. Memang hal itu dilakukanuntuk mencari nafkah, akan tetapi bukan itu yang kitasorot saat ini. Sang pembeli pun pastinya memilih hewanterbaik untuk disembelih di bulan ini, agar menjadipersembahan terbaik untuk-Nya. Dari sini dapat kita lihatbahwa umat Islam saling berlomba melakukan yangterbaik untuk-Nya.

    Demikianlah amalan-amalan dan keutamaanyang terdapat pada bulan Dzulhijjah, pantaslah kiranyajika bulan Dzulhijjah disebut sebagai bulan yang penuhkeagungan dibandingkan dengan bulan lainnya. Bulanyang terhimpun di dalamnya berbagai macam amalan

    yang istimewa, bersiramkan keberkahan dan dipenuhidengan ketaqwaan. Wallahu alam bi al-Shawab.

    9A D H R A H

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    10/12

    1 0 U D H A M A

    Kata al Jailan merupakan sebuah nama kum-pulan perkampungan besar yang ada di Persiapada waktu itu. Imam Abdul Qadir terlahirpada salah satu tempat bernama Benq Qasba

    pada desa Bushter yang berada di dalam kawasan al Jailantersebut, pada tahun 470 H di daerah Bab al-Azajwafat,Baghdad.

    Ayah beliau bernama Musa Janki Dausat bin

    Abdullah al-Jaili bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin

    Dawud bin Musa bin Abdullah bin Musa al Jun bin Abdul-

    lah al-Mahdl bin Hasan al Mutsana bin Hasan al-Mujtaba

    bin Ali bin Abi Talib RA. Sedangkan ibu beliau bernama

    Fathimah binti Abdullah al-Shumai bin Jamaludin bin

    Muhammad bin Mahmud bin Abdullah bin Kamaludin Isa

    bin Abu Alaudin Muhammad al-Jawwad bin Ali al-Ridha

    bin Musa al-Kadhim bin Jakfar al-Shadiq bin Muhammad al

    -Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Abu Abdullah Hus-sein bin Imam Ali RA. Meskipun beliau memiliki hubungan

    nasab yang langsung dengan ahlu al-bait, beliau lebih menis-

    batkan dirinya kepada desa kelahirannya. Karena dalam

    bahasa Persia, kata al-Jailan bisa diartikan sebagai isyarat

    kepada kata al-Asyraf yang berarti kemuliaan. Istilah ini

    merupakan istilah yang dipakai oleh semua orang yang

    menisbatkan dirinya kepada ahlu bait, sampai saat ini.

    Beliau juga memiliki beberapa julukan yangakrab ditujukan untuk beliau. Di antaranya adalah al-Baz al-Asyhab, Muhyidin, Syaikh al-Islam, Syaikhul Kulli (merujukkepada murid beliau yang terdiri dari golongan jin danmanusia), dan lain sebagainya. Namun beliau lebih seringdisebutkan dalam kasidah karya murid beliau yang mencer-itakan potret hidupnya dengan julukanBazullah al Asyhab.

    Imam Abdul Qadir al-Jailani kecil banyak belajardari kakeknya, Abdullah al-Shumai, yang terkenal dengankedalaman ilmu agamanya. Ketika ia besar, ibunya menyam-paikan pesan untuk pergi menuntut ilmu. Dimulailah masayang lebih menantang dalam kehidupan sang Imam. Beliaumenyadari sepenuhnya akan pentingnya menuntut ilmu bagiseorang Muslim. Beliau kemudian berangkat menuju ulama-

    ulama yang ada di Baghdad, sehingga dikatakan dalam suaturiwayat, tidak ada pintu yang tersisa dari rumah para ulamatersebut kecuali telah diketuk (dikunjungi) olehnya. Beliaubanyak mempelajari ilmu Fikih terutama mazhab Hanbali.beliau juga mempelajari Tafsir, Hadis dan juga Sastra daribeberapa ulama terkemuka di bidangnya.

    Dalam bidang Tasawuf, beliau bertemu pertamakali dengan Syekh Hammad al-Dabbas, yang melatihnyapendekatan sufistik secara mendalam, sehingga beliau men-jauh dari dunia materi dan beralih ke dalam pelatihan ruhdan muraqabah (pendekatan). Di masa mudanya beliaudikenal dengan sifat terpuji, kejujuran dan sopan santun.

    Beliau dikenal sangat jujur dalam perkataan dan per-buatannya, dan juga beliau sangat santun kepada paragurunya. Hal inilah yang memberikan beliau kemudahandalam menuntut ilmu kepada para guru dan masyayikh-nya.

    Setelah menimba ilmu dari berbagai sumber,Imam Abdul Qadir al Jailani kemudian dinobatkanmenjadi seorang kepala pengurus pada sekolah yangdulu dibangun oleh Syaikh beliau Imam Hammad alDabbas pada Bab al-Azaj. Pada awal kepengurusannyabeliau lebih sering memberikan khutbah yang menarikbagi rakyat umum, sehingga para peminat pelajaranagama Islam semakin banyak, dan semakin bertambah.Begitu juga jumlah murid yang berdatangan untuk ma-suk ke dalam sekolah tersebut, sehingga sekolah tersebutsudah tidak cukup lagi untuk menampung banyaknyajumlah murid yang ada. Proses perluasan telah berkali-kali dilakukan sebagai solusi untuk mencukupi fasilitasbelajar mengajar bagi seluruh peminat ilmu agama padamasa kepengurusan beliau. Tidak aneh jika beliau men-jadi ulama yang tersohor dengan keilmuannya dandisukai oleh para pengikutnya. Dalam suatu riwayat

    disebutkan bahwa jamaah yang mendengarkan khutbahdan pelajaran beliau telah mencapai 70.000 orang. Tidakhanya itu, beliau juga berhasil mengislamkan banyakorang dari pemeluk agama di luar Islam, dan beliau jugatelah menyadarkan ribuan orang Islam untuk bertaubatdan kembali ke jalan yang benar.

    Beliau menutup mata untuk selamanya padaJumat malam Sabtu, 8 Rabi al Akhir 561 H dalam umur91 tahun. Wafatnya beliau membuat penduduk Baghdadsangat bersedih atas kehilangan seorang sosok kharis-matik tersebut, hingga dalam suatu riwayat diceritakanbahwa tiada seorang pun dari penduduk negerinya yang

    tidak mengantarnya sampai ke liang lahat. Beliau dikebu-mikan di Bab al-Azaj di bagian selatan kota Baghdad(saat ini bernama Bab al-Syaikh, dengan menisbatkannyakepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani).

    Di antara karamah beliau, sebagaimana yangdiriwayatkan oleh al-Tadfi, al-Syathnufi, dan al-Yafiibahwa beliau sudah memiliki ciri khusus dari karamahyang Allah berikan semenjak beliau lahir. Di antaranyaadalah ketika sudah masuk bulan Ramadhan, AbdulQadir al-Jailani kecil tidak mau menyusu kepada ibunyapada siang harinya. Hal ini dijadikan pertanda bahwabulan Ramadhan telah datang, sehingga masyarakat yang

    ada di sekitar beliau dapat memperkuat istbat merekatentang kapan jatuhnya hari pertama bulan Ramadhan.

    Imam Jailani juga banyak meninggalkankarya yang begitu fenomenal dan berharga bagi umatIslam. Salah satu karya terpenting adalah tafsir al-Jailani,al Fawatih al Ilahiyah wa al mafatih al ghaibiyah al muwad-lohah lil kalim al Quraniah wa al hikam al furqaniyah.Selain buku tafsirnya, kita dapat menemukan berbagaikarya lainnya,seperti al Fathu al Rabbany, al Shalawat wa alawrad, dan berbagai karya lainnya yang sedang ditelusurioleh murid dan keturunannya yang meneruskan aja-rannya.

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

    Imam Jailani: Wali Para Aulia

    Dede Permana

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    11/12

    Selain bulan Ramadhan, umat Islam memiliki satu bulan lain yang tak kalahmulianya. Adalah bulan Dzulhijjah, bulan di mana ribuan, dan bahkan jutaan umat Islamberbondong-bondong pergi ke Tanah Suci, demi memenuhi panggilan Rabb-nya. Merekadatang untuk menjalakan ibadah haji yang merupakan rukun iman kelima, Dan sempur-nakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.(QS. Al-Baqarah: 196)

    Setiap tahunnya, umat islam yang hendak menyempurnakan agamanya, sibukmempersiapkan diri untuk menunaikan ibadah haji. Karena haji hanya wajib ditunaikansekali, tidak banyak dari umat islam yang mempelajarinya secara mendalam dan terus mene-rus. Ulama tentu mengetahui akan hal itu, oleh karenanya mereka berlomba-lomba menulissebuah buku tuntunan bagi para penuntut ilmu dan calon jamaah haji.

    Adalah Asrar al-Hajji, sebuah karya seorang ulama terkemuka, Abu Hamid al-Ghazali yang membahas keutamaan dan adab-adab dalam menjalankan ibadah haji.

    Abu Hamid al-Ghazali mengklasifikasikan buku ini dalam beberapa bab. Dipendahuluan buku ini, beliau mengajak kaum Muslimin untuk melengkapi agamanya denganberhaji, beliau mengingatkan umat Islam untuk menunaikan ibadah haji sebelum ajal men-jemputnya. Selanjutnya ia menjelaskan bab-bab yang terdapat dalam buku ini, ia membagaibukunya ke dalam, tiga bab besar; pertama, mengenai keutamaan haji, keutamaan kota Mekah

    dan Bait al-Atiq(Kabah), jumlah rukun haji dan syarat-syarat wajibnya. Kedua, ia menerangkanamalan-amalan haji yang zahir secara berurutan, dari permulaan safar hingga perpulangan darimenunaikan ibadah haji. Ketiga, ia menerangkan adab-adabnya secara terperinci kemudian

    amalan-amalan batinnya.Salah satu bab yang sangat menarik

    adalah bab yang menerangkan mengenai adabdalam berhaji. Abu Hamid al-Ghazali dalambuku ini menjelaskan dan membagi adab-adabhaji menjadi sepuluh adab. Pertama, agarnafkah (biaya haji) yang digunakan halal dan

    membersihkan hati dari niat berniaga. Ia benar-benar berniat ikhlas karena Allah SWT sema-ta. Dari sini hati menjadi lebih tenang dikare-nakan ia selalu mengingat Allah SWT dansenantiasa meninggikan syiar-Nya. Sebagaima-na Hadis Rasulullah SAW, Kelak di akhirzaman, manusia yang pergi menunaikan haji, dibagimenjadi empat kelompok, para sultan yang ber-tamasya, orang-orang kaya yang sibuk berdagang,para fakir miskin yang selalu meminta-minta, orangmembaca al-Quran agar senantiasa dipuji (sumah).

    Kedua, tidak membantu musuh

    Allah dengan membayar bea cukai. Yaitumereka orang-orang yang menghalang-halangimanusia menuju Masjidil Haram. Merekaadalah para petinggi-petinggi Mekah dan orang-orang Badui yang senantiasa mengintai manu-sia di jalan-jalan. Oleh karenanya, menye-rahkan harta kepada mereka sama saja denganmembantu mereka berbuat zalim. Ketiga, mem-perbanyak bekal dan meningkatkan diri dengangemar memberi, berinfak, namun tidak ber-lebihan dan tidak pula israf, melainkan dengancara yang hemat. Yang dimaksud dengan israfdi sini ialah menikmati makanan yang enak-enak, bermewah-mewah dalam minuman dansebagainya. Keempat, menjauhi perkataan keji,berbuat fasik, pertengkaran, sebagaimana yang

    telah disebutkan dalam al-Quran. Merayuwanita dan berbincang-bincang mengenaijimak termasuk kedalam golongan perkataankeji. Sedangkan fasik adalah tidak taat kepa-da perintah Allah. Kelima, agar berhajidengan berjalan jika mampu, karena yangdemikian adalah lebih baik. Ibnu Abbas

    berpesan kepada anak-anaknya ketika mauthendak menjemputnya, Wahai anak-anakku,berhajilah kalian dengan berjalan kaki. Karenabagi orang-orang yang berhaji dengan berjalankaki, dia akan diberi ganjaran setiap langkahnyadengan tujuh ratus kebaikan dari kebaikan-kebaikan ihram.

    Keenam, agar tidak menunggangisesuatu (kendaraan) kecuali hanya satu tung-gangan saja. Ketujuh, berpakaian denganpakaian yang usang, kusut lagi berdebu(tidak bermewah-mewah). Kedelapan, agar

    ditemani oleh satu ekor hewan dan jangandibebani dengan beban yang tidak iasanggupi. Kesembilan, agar gemar berkurban

    walaupun ketika itu tidak wajib baginya. Kesepuluh, agar ikhlas danmeningkatkan diri dengan apa yang telah ia nafkahkan baik itu ber-bentuk sebuah materi atau hewan kurban, dan berlapang dada terhadapsegala bentuk kerugian yang ia alami.

    Ketahuilah seseorang tidak akan mampu berhubungandengan Allah, kecuali ia menjauhkan diri dari syahwat, meninggalkanhal-hal yang nikmat dan hanya berpegang teguh kepada Allah padasetiap gerakannya. Karya Abu Hamid al-Ghazali yang berjumlah 114halaman ini, masih menyimpan banyak rahasia dan adab-adab dalamberhaji, begitu juga dengan bab-bab lain yang belum sempat kita bahas.Wallahu alam bi al-Shawab

    Etika dalam Ibadah Haji

    Faiq Aziz

    Data Buku:

    Judul: Asrar al-Haj

    Penulis: Abu Ha-mid al-GhazaliPenerbit: SyirkahIlanat al-SyarqiyahTahun: 1992

    1 1A R J A

    B U L E T I N I Q R A , E D I S I V I I I , D Z U L H I J J A H 1 4 3 4

  • 7/22/2019 IQRA edisi Dzulhijjah 1434

    12/12

    S

    uatu ketika, teman saya bertanya: Apa hukumberjilbab bagi seorang Muslimah?Saya jawab, Wajib!Lantas, bagaimana jika Muslimah tersebut me-

    nolak?Katakan padanya, Jilbab itu bagian dari syariat Islam. Jikaia seorang Muslimah, maka wajib baginya untuk tundukpada syariat-syariat yang telah ditetapkan dalam agamaIslam, termasuk kewajiban untuk berjilbab.

    Islam dibangun dengan pondasi utama yangsangat kokoh, al-Quran. Dalam al-Quran, dijelaskan tigaelemen penting yang berfungsi memperkuat bangunantersebut, akidah, syariat dan akhlak. Akidah berperan padakeimanan, sedangkan syariat dan akhlak berfungsi untukmemberikan batas-batas pada perbuatan (amaliyah). Ketigahal tersebut berkaitan erat satu sama lain, sebab Islam

    secara haikiki berarti keimanan yang dibenarkan (diikiti)oleh perbuatan (al-iman yushaddiquhu al-amal). Ini artinyaberiman saja tidak cukup, karena keimanan tanpa amalantidak akan bermakna dan sia-sia.

    Atas dasar inilah, Allah memerintahkan hamba-Nya untuk mengikuti syariat-syariat yang telah ditetapkan.Hal ini ditegaskan dalam sebuah ayat yang artinya: DanKami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang jelastentang urusan (agama), maka mereka tidak berselisih kecualisetelah datang ilmu kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)di antara mereka. Sungguh, Tuhanmu akan memberi putusankepada mereka pada hari Kiamat tentang apa yang selalu merekaperselisihkan. Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad)mengikuti syariat dari agama itu, maka ikutilah syariat tersebut,dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidakmengetahui.(QS. al-Jatsiyah: 17-18)

    Syariat samawiyah yang diturunkan Allah kepa-da manusia memiliki empat tujuan pokok. Pertama, agarmanusia mengenal dan mengesakan Allah. Kedua, untukmenjelaskan tata cara beribadah kepada-Nya. Ketiga,menganjurkan kepada manusia untuk berbuat kebajikandan mencegah kemungkaran (amar maruf-nahi munkar).Keempat, memberikan batasan dalam perbuatan manusia.

    Dari keempat tujuan tersebut, dapat dipahamibahwa syariat adalah undang-undang yang ditetapkan Allahuntuk umat Islam. Dalam syariat dijelaskan tata carabagaimana mereka beribadah, berhubungan dengan sesa-ma, dan sekaligus diberikan batas-batas dalam berbuat.

    HijabPerintah mengenakan hijab ditegaskan Allah

    dalam QS. al-Ahzab: 59, Wahai Nabi! Katakanlah kepadaistri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang muk-min, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuhmereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenali,

    sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagiMaha Penyayang.

    Dalam ayat tersebut, dengan jelas dikatakanbahwa hijab diwajibkan bagi seluruh wanita Muslim.

    Hikmah di balik perintah berjilbab, sesuai dengan ayat diatas, agar mereka gampang dikenali dan tidak diganggu.

    Ironisnya, perintah dengan hikmah agung terse-but, justru direduksi oleh seorang cendekiawan Muslim

    bernama Muhammad Said al-Asymawi. Menurutnya, ayattersebut diturunkan untuk budak-budak wanita Arab ketikaitu, sehingga ia tidak relevan jika diterapkan di masa kini.Asymawi mengatakan, pada masa al-Quran diturunkan,

    wanita Arab memiliki adat mengenakan baju-baju terbuka,baik ketika mereka berada di dalam ataupun di luar rumah.Hal yang sama juga dilakukan oleh budak wanita Arab kalaitu. Hal ini amat berbahaya, mengingat budak-budak wanitatersebut juga memiliki kebiasaan buang hajat di tanah-tanahterbuka, sehingga mengundang perhatian laki-laki yang ada disekitar tempat tersebut. Atas dasar inilah, ayat tersebut di-turunkan.

    Berangkat dari asumsi semacam inilah, Asymawimenyatakan bahwa ayat tersebut tidak bisa diterapkan dimasa kini, karena sebab yang melatarbelakangi turunnya ayattersebut tidak ditemukan sekarang. Selain itu, dalam pan-dangan Asymawi, ayat ini dikhususkan untuk budak-budak

    wanita saja, dan kewajiban mengenakan jilbab bermaksuduntuk memberi identitas khusus yang membedakan merekadengan perempuan merdeka.

    Pandangan Asymawi tersebut keliru besar.Bagaimana tidak? Ia menyatakan bahwa pemakaian jilbabhanya diwajibkan untuk budak yang bermaksud membuanghajat di luar rumah. Lantas, bagaimanakah dengan perempu-an-perempuan merdeka yang bermaksud untuk pergi ketempat-tempat umum? Apakah mereka diperintahkan untukmelepas hijabnya?

    Rasulullah bersabda: Ketika seorang perempuan telahmendapati haidl, maka tidak ada yang boleh diperlihatkan kecualiwajah dan telapak tangan. Ini artinya, seorang Muslimah,apabila telah mencapai masa yang dijelaskan Nabi, tidakdiperbolehkan membuka auratnya, dengan alasan dan dalamkeadaan apapun. Selain itu, inti dari perintah berjilbab yangditegaskan oleh ayat di atas terletak pada kewajiban untukmenutup aurat, dan bukan pada sebab yang yang melatarbe-

    lakangi perintah tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidahushuliyyah yang diungkapkan ulama bahwa sebuah perintahturun karena adanya lafal umum, dan bukan karena sebabkhusus (al-Ibratu bi umum lafdzi la bi khusus al-sabab).

    Demikianlah perintah hijab yang dijelaskan al-Quran. Sebagaimana dijelaskan pada bagian awal tulisan ini,jilbab merupakan bagian dari syariat Islam yang bertumpupada al-Quran. Adapun syariat Islam, merupakan aktualisasidari keimanan, sehingga keduanya tidak mungkin dipisahkan.

    Selain itu, syariat hijab yang ditegaskan Allahdalam al-Quran berlaku untuk semua Muslimah, dan harusdiamalkan setiap saat. Adapun pandangan yang diutarakan

    oleh Asymawi merupakan pendapat yang sangat keliru, dantidak sesuai dengan kaidah yang telah disepakati oleh mayori-tas ulama. Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki?(Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagiorang-orang yang meyakini (agama)nya?(QS. al-Maidah: 50)

    Mengamalkan Syariat1 2 S A L A M

    Maulidatul Hifdhiyah Malik