khutbah ibadah
DESCRIPTION
Khutbah Idul FitriTRANSCRIPT
Khutbah Idul Fitri
Dosen Pembimbing :
Abdul Basyir, S.Ag
Disusun Oleh:
Amalia Rahmawati
1113096000021
Kimia 2A
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas nikmatnya , berupa iman,
ilmu, dan kesehatan, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah khutbah
idul fitri ini dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti. Sholawat serta salam yang selalu
di curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, karena jasa-jasa beliau kita dapat
menikmati jaman yang terang menderang seperti saat ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Basyir, S.Ag, karena tanpa
bimbingan beliau saya tidak bisa mnyelesaikan makalah dengan baik. Makalah ini disusun
untuk tugas akhir mata kuliah praktek ibadah.
Saya berharap laporan ini dapat bermanfaat, bagi semua orang dan khusunya bagi diri
saya itu sendiri.
Penyusun
Menuju Insan Kamil dan Pemimpin yang Amanah
Allahu Akbar x9 , Allahu Akbar Walillahilham
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Alhamdulillah, hanya karena rahmat dan hidayah-Nya pada pagi ini kita kembali
sampai dihari kemenangan. Di hari penuh berkah dan bahagia ini kita dikumpulkan di Masjid
yang mulia ini, untuk melahirkan rasa syukur atas segala karunia dan anugerah.
Setelah menjalani kehidupan panjang satu tahun penuh sejak 1 syawal 1433 H, sekarang kita
memasuki hari pertama di bulan syawal 1434 H. Satu tahu penuh kita telah berjuang mengisi
kehidupan, di mana sekedar untuk mempertahankan tingkat derajat hidup, terkadang kita
harus berhadapan dengan hiruk pikuk kehidupan dunia yang melelahkan,
menghadapi sistem kehidupan yang kadung karut marut, semakin hari beban hidup dan
persaingannya tidak semakin ringan tapi semakin berat dan kompetitif, hingga menguras
banyak energi baik lahir maupun batin, karena kita tetap harus bersemangat untuk
memenangi setiap tantangan yang menghadang, meski situasi dan kondisi terkadang menjerat
dan menyeret kita kearah kekalahan.
Di pagi ini, di Masjid yang kita cintai ini, jiwa kita terasa kembali segar dan bergairah
meski bekas kelelahan itu masih tergurat di setiap wajah. Setelah satu bulan penuh kita
berpuasa, melaksanakan taroweh, qiyamul lail, tadarus dan ta’lim, bahkan tidak hanya itu,
pada setiap siang harinya kita juga tetap bekerja layaknya orang yang tidak sedang puasa.
Sejak semalaman, setelah kita mendapatkan siraman ruhani, suara takbir, tahmid dan tahlil
berkumandang disana-sini, tandahari kemenangan telah tiba, beban hidup yang selama ini
serasa mengijak pundak, seketika terasa rontok hingga menjadikan rongga dada sejenak jadi
lapang. Rasa haru atas datangnya pertolongan dan kemenangan, serasa menusuk jiwa hingga
menjadikan air mata bahagia menetes tanpa dapat tertahankan. Seperti orang baru bangun
dari tidur panjang dan mimpi buruk, dipagi ini semangat kita jadi tumbuh subur kembali.
Bagaikan tanah gersang yang mendapatkan guyuran air hujan maka bibit-bibit yang
berserakan segera tumbuh subur menjadi pohon yang rindang dan buahnya dapat dipetik dan
dimakan.
Semoga Allah senantiasa menambahkan kekuatan iman kepada kita semua hingga
pada masa mendatang kita tetap siap untuk bertarung lagi, memenangi segala pertempuran,
mengalahkan kompetiter hidup yang ada hingga kita selalu mendapat kemenangan. Bahkan
sampai pada perang yang terakhir, yaitu ketika kita harus bertarung di penghujung kehidupan,
melawan sakitnya sakarotul maut dan godaan setan yang menyesatkan, semoga kita
senantiasa mendapatkan hidayah dan pertolongan-Nya hingga mendapat kembali
kemenangan dan pungkasan yang baik, meninggalkan dunia fana ini dengan mendapat tiket
khusnul khotimah, amiin Ya Robbal Alamiin.
Allahu Akbar x3 , Allahu Akbar Walillahilham
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Dalam satu tahun ini, di tahun yang dikatakan orang sebagai tahun politik, dimana
rakyat Indonesia akan menghadapi pesta demokrasi 5 tahunan, Pileg dan Pilpres 2014. Tahun
politik berarti tahun pencitraan yang berarti pula tahun kemunafikan, dimana para Tokoh
Partai Politik sedang memutar otak untuk berusaha menutupi keburukan yang sudah
dilakukan selama menjadi penguasa dengan kebohongan dan pencitraan, sekaligus mencari
dana untuk biaya pencitraan tersebut. Biaya untuk memenangkan pilihan yang tidak sedikit,
hingga banyak dari mereka itu menjadi gelap mata dan saling berlomba-lomba, namun bukan
untuk berbuat kebajikan melainkan mengeruk uang haram, memarup anggaran proyek di
Kementrian yang dikuasai supaya ikut kebagian uang rampokan, akibatnya maka korupsi di
tahun politik ini jadi semakin meraja lela.
Tidak hanya itu saja, para Tokoh Partisan yang jelas-jelas terindikasi berbuat
kejahatan, korupsi dan menyalagunakan jabatan masih saja ngotot untuk memenangkan
pertarungan, entah motifnya apa ? untuk memajukan daerah kekuasaaannya atau untuk
menyelamatkan kejahatan yang sudah dilakukannya, maka banyak bermunculan orang yang
hanya bermodalkan nekat, karena terbiasa merasa besar dikalangannya sendiri kemudian
muncul di publik, tidak malu-malu dan mengukur kemampuan mendeklarasikan diri jadi
calon orang nomor satu di Negeri ini.
Bahkan dari kalangan para Ustadz yang terhormat, yang dulunya jadi panutan rakyat
karena selalu membawa-bawa nama Agama dan Dakwah dalam gerakan Partainya, ketika
menduduki jabatantinggi di Partai Politik, bahkan satu-satunya partai politik yang berani
menamakan diri Partai Dakwah, ternyata sama saja, setali tiga uang, bahkan kesannya lebih
parah dibandingkan orang-orang yang bukan dari partai dakwah. Mereka menghalalkan
segala cara untuk mengeruk uangNegara dengan jalan korupsi dan mencuri uang rakyat
hingga saat itu harga daging sapi jadi meroket setinggi langit. Para ustad itu kesannya lebih
rakus dibandingkan tokoh dari kalangan partai lain yang bukan partai dakwah yang sudah
terbukti korupsi hingga masuk penjara.
Inilah realita dan fenomena yang setiap hari dan setiap saat disajikan oleh media masa
di Negeriini, baik Elektronik/TV, media Cetak dan media Online. Entahlah itu semua fitnah
atau tidak, seperti yang dikatakan oleh orang-orangnya para Ustadz terhormat itu, yang
katanya rekayasa Zionis Yahudi atau bisa jadi justru mereka sendiri yang sesungguhnya
berhati Zionis Yahudi, faktanya para Ustadz terhormat itu kini sedang menghadapi
konsekuensi hukum, menjadi pesakitan sebagai terdakwa hingga untuk sementara waktu
harus berpisah dari sanak keluarga untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Jika kita semua sepakat bahwa lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan
karakter dan prilaku manusia, bahkan lingkungan yang buruk bisa menjadikan orang baik jadi
buruk, sepertivirus computer yang bisa membuat progam jadi eror dan rusak, maka sejak
sekarang kita harus meningkatkan kehati-hatian dan kewaspadaan. Tidak hanya itu, kita juga
harus menyiapkan mental dan iman yang kuat, terlebih untuk membentengi anak istri dan
keluarga kita, karena dalam kurun waktu dua tahun ini kita akan menghadapi serangan virus
kehidupan yang sangat hebat. Tahun politik yang identik dengan pencitraan dan
kemunafikan, ditambah dengan kebijakan penguasa yang tidak berpihak kepada rakyat,
ketidakadilan seakan malah menjadi tren dan kebutuhan hidup, pengadilan bukan tempat
untuk menegakkan keadilan tapi untuk mengadili pesakitan yang tidak punya uang, bahkan
nasib pesakitan bisa ditukar dengan kepala kambing hitam sebagai tumbal, terlebih ketika
akibat karut-marut kebijakan itu berimbas ke sektor ekonomi, harga kebutuhan pokok jadi
melonjak tidak terkendali seperti yang terjadi belakangan ini, hingga kehidupan rakyat kecil
semakin sulit, maka bisa jadi di Negeri tercinta ini akan terjadi huru hara dan kerusuhan
seperti yang terjadi di LP Tanjung Gusta Medan baru-baru ini.
Dipicu oleh kesulitan hidup yang menghimpit dan akibat kebijakan yang tidak
memihak kepada rakyat tersebut, warga binaan yang asalnya bisa hidup dalam keadaan yang
serba kekurangan, serba apa adanya, akhirnya menjadi beringas dan tidak terkendali. Mereka
bersama-sama berontak hingga berakibat jatuh korban manusia dengan sia sia setelah tempat
hunian sementara yang sudah tidak layak huni karena kelebihan penghuni itu menjadi
lautan api. Seharusnya kejadian tersebut bisa dijadikan pelajaran oleh siapapun. Dimana
sekelompok manusia, ketika penguasa dan pengelola lingkungannya tidak adil, maka bisa
menyebabkan hancurnya lingkungan tersebut. Apakah para penguasa zalim di Negeri ini dan
para politikus korup yang gelap mata itu mengira kejadian seperti di LP Tanjung Gusta itu
tidak bisa terjadi di seluruh Negeri ini .. ? Jika pemicunya sama dan waktunya tiba, maka
kerusuhan seperti itu bisa saja terjadi di mana-mana.
Oleh karena keseimbangan hidup sudah tidak terkondisi, maka dimana saja bisa
terjadi kerusakan. Rakyat yang putus asa karena mengalami kesulitan hidup gara-gara
tertindas oleh ketidakadilan penguasa, saatnya datang pasti mereka akan berontak, tidak harus
di dalam LP saja. Karena bukan manusia yang berbicara, atau provokator yang
memprofokasi, melainkan sistem alam semesta. Tanpa dikomando sistem itu akan berbicara,
bukan karena saat itu ada titah dari Penjaga keseimbangan Alam, tapi sistem itu sendiri yang
bertitah ketika kondisi kehidupan sudah memanggil dia untuk bekerja. Kebaikan yang
biasanya bisa menghapuskan keburukan, oleh karena keburukan sudah jauh lebih kuat dari
kebaikan maka kejadiannya akan berbalik, kebaikan justru ikut jadi hancur berantakan. Allah
memberi sinyalemen tentang hal tersebut dengan firman-Nya:
“Dan jagalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim
saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-
Nya.”(QS.Al-Anfal/25)
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Seribu empat ratus tahun lebih yang lalu Allah sudah memberikan peringatan kepada hamba-
Nya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS.Ar-Rum/41)
Kerusakan yang digambarkan oleh ayat diatas sekarang sudah nyata adanya, terutama
sistem kehidupannya dan Maha Benar Allah, ternyata penyebabnya adalah perbuatan
manusia. Padahal di bumi yang sistem hidupnya sudah rusak itu tidak dihuni oleh orang-
orang yang menyebabkan kerusakan saja, tetapi juga anak istri mereka dan orang lain yang
tidak ikut andil berbuat kejahatan.
Bagi orang-orang yang tidak ikut berbuat kerusakan, apakah harus tinggal diam saja
ketika melihat kemungkaran ??, Mereka tidak perlu berbuat apa-apa meski hanya pada
tingkat “Adh’aful Iman” atau selemah-lemahnya iman, karena mereka bukan penguasa
hingga tidak punya kemampuan untuk merubah kemungkaran itu dengan tangan atau dengan
lisan.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Siapapun dilarang tinggal diam ketika melihat kemungkaran, mereka harus berbuat
untuk perubahan meski hanya dengan berdoa. Bukan untuk menyelamatkan Negeri tersebut,
karena kalau sudah waktunya hancur, Negeri manapun akan dihancurkan akibat dosa dan
kesalahan yang dilakukan penghuninya. Paling tidak doa itu untuk keselamatan kita sendiri
dan keluarga serta orang-orang dekat kita, yang selama ini ikut bersama-sama kita untuk
menahan diri tidak hanyut dalam perbuatan maksiat. Kalau toh tidak juga kita mampu
menyelamatkan fisik kita, karena kita harus ikut terbawa arus, maka kita harus
menyelamatkan iman dan aqidah kita. Seperti ketika terjadi banjir bandang, di mana kita
sudah tidak mampu lagi menyelamatkan orang lain, maka kita harus menyelamatkan diri kita
sendiri, terutama iman, hingga kalau memang saat itu waktunya ajal menjemput kita, kita bisa
berangkat dengan hati selamat, “bi qolbin salim”
Untuk tujuan seperti itulah kita berdoa, sebagai upaya terakhir yang bisa kita lakukan
ketika usaha yang lain sudah tidak mungkin dilakukan. Allah juga memberikan sinyalemen
dengan firman-Nya :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka
mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah
mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya,
kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Jika 1434 tahun yang lalu saja peringatan langit itu berguna untuk umat manusia,
apalagi pada masa sekarang ini. Kita harus meningkatkan kekhusu’an hati untuk berdzikir
kepada Allah dan mendalami makna ayat-ayat-Nya, baik ayat yang tersurat maupun ayat
yang tersirat, hal itu dilakukan supaya hati kita tidak menjadi keras hingga terjebak dalam
perbuatan fasik atau suka berlebih-lebihan. Supaya kita memiliki kepekaan hati untuk
membaca tanda-tanda dan isyarat yang ditebarkan Allah melalui realita dan fenomena, kita
harus meningkatkan kekhusu’an hati untuk berdzikir kapada Allah, agar kita menjadi orang
yang selamat dunia akhirat. Lalu apakah hati kita benar-benar sudah khusu’ dalam mengingat
Allah? di saat susah maupun senang kita tetap merasa bahwa keduanya itu adalah rahmat
bukan adzab ? Jika belum, maka sejak sekarang kesempatannya masih terbuka. Selama
nyawa masih dikandung badan, kapan saja kita bisa meningkatkan nilai kebajikan kita.
Dengan meningkatkan kekhusu’an hati, akan menjadi meningkat kuwalitas kebajikan yang
kita lakukan.
MA’ASYIROL MUSLIMIN RAHIMAKUMULLAH
Meningkatkan kuwalitas iman hingga kuwalitas khusu jadi meningkat, tentunya hal
tersebut ada caranya. Mengisi setiap perbuatan lahir yang bisa kita lakukan, apapun
bentuknya, dengan nilai batin, nilai batin itu adalah pengabdian hakiki kepada Allah Swt.
merupakan perilaku cerdas dari orang-orang cerdas yang mampu meningkatkan kecerdasan
lahir maupun batin. Kecerdasan lahir adalah kecerdasan rasionalitas dan kecerdasan batin
adalah kecerdasan spiritualitas. Orang yang memiliki kecerdasan spiritualitas itulah yang
dimaksud orang yang hatinya khusu’.
Oleh karena itu, marilah sejak sekarang kita kuatkan iman kita, mengikuti perintah
Allah juga:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan
(kafah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagimu”.(QS.al-Baqoroh; 2/208)
Kafah artinya menyeluruh atau tidak setengah-setengah. Oleh karena manusia adalah
makhluk lahir batin maka dia harus mampu berbuat secara lahir batin pula, itulah yang
dimaksud kafah, yakni mengisi setiap perbuatan lahir dengan nilai batin, nilai batin itu adalah
pengabdian hakiki kepada Allah Ta’ala.