keuangan daerah bpkp

Upload: yusuf-hakim

Post on 16-Oct-2015

188 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

KEUANGAN DAERAH BPKP

TRANSCRIPT

  • DIKLAT PEMBENTUKAN AUDITOR TERAMPIL SAKD I

    KODE MA : 1.141

    SISTEM

    ADMINISTRASI

    KEUANGAN DAERAH I

    2007 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    EDISI KEENAM

  • ISBN 979-95661-4-2 (no. jilid lengkap) ISBN 979-95661-5-0 (jilid 1)

    Judul Modul : Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Penyusun : Drs. Sunarto & Drs. Soedarsono DP, M.M.

    Perevisi I : Djedje Abdul Aziz, S.H. & Drs. Sigit Edi Surono

    Perevisi II : Drs. Bistok Manurung

    Perevisi III : Budiman Slamet, Ak., M.Si. Perevisi IV : Budiman Slamet, Ak., M.Si.

    Perevisi V

    Pereviu

    :

    :

    Fatchudin, S.E., Ak.

    Linda Ellen Theresia, S.E., Ak., M.B.A.

    Editor : Daissy Erdianthy, S.E., Ak., M.Ak.

    Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka Diklat Sertifikasi JFA Tingkat Pembentukan Auditor

    Anggota Tim

    Edisi Pertama : Tahun 1998

    Edisi Kedua (Revisi Pertama) : Tahun 2000

    Edisi Ketiga (Revisi Kedua) : Tahun 2002

    Edisi Keempat (Revisi Ketiga) : Tahun 2004

    Edisi Kelima (Revisi Keempat) Edisi Keenam (Revisi Kelima)

    : :

    Tahun 2006 Tahun 2007

    Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis

    dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP

  • Pusdiklat Pengawasan BPKP Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    ISBN 979-95661-4-2 (no. jilid lengkap) ISBN 979-95661-5-0 (jilid 1)

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 ii

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar... i

    Daftar Isi....... ii

    BAB I Pendahuluan.................. 1

    A. Latar Belakang .............................. 1

    B. Tujuan Pemelajaran Umum............ 2

    C. Tujuan Pemelajaran Khusus......... 2

    D. Deskripsi Singkat Struktur Modul.................................... 3

    E. Metodologi Pemelajaran................................................. 3

    BAB II Keuangan Daerah........ 4

    A. Pengertian Keuangan Daerah........ 4

    B. Hubungan antara Keuangan Daerah dengan Keuangan

    Negara......................................................................... 5

    C. Pengelola Keuangan Daerah............. 7

    D. Latihan....... 16

    BAB III Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ) 18

    A. Pengertian....... 18

    B. Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah. ..... 19

    C. Prinsip-Prinsip Anggaran Daerah........... 20

    D. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah . 22

    E. Latihan .............. 27

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 iii

    BAB IV Penyusunan APBD........ 29

    A. Siklus Anggaran...................... 29

    B. Penyusunan Rancangan APBD..... 30

    C. Latihan .............. 48

    BAB V Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD........ 50

    A. Pelaksanaan APBD... 50

    B. Penatausahaan Keuangan Daerah.. 57

    C. Akuntansi Keuangan Daerah... 63

    D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan

    APBD.............................................................................. 65

    E. Latihan.......................... 69

    BAB VI Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) .............................................................................. 71

    A. Umum............................................................................. 71

    B. Dasar-dasar Pengertian yang Digunakan..... 74

    C. Tata Cara Penyelesaian Kerugian Keuangan Daerah.... 78

    D. Tuntutan Perbendaharaan.............................................. 79

    E. Tuntutan Ganti Rugi (TGR)............................................. 85

    F. Daluwarsa TP/TGR......................................................... 90

    G. Penghapusan.................................................................. 91

    H. Pembebasan................................................................... 92

    I. Penyetoran...................................................................... 92

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 iv

    J. Pelaporan........................................................................ 93

    K. Lain-lain.......................................................................... 93

    L. Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan

    Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang

    Daerah............................................................................ 93

    M. Teknis dan Prosedur Penyelesaian TP/TGR Melalui

    Majelis Pertimbangan TP/TGR Keuangan dan Barang

    Daerah (Misalnya Untuk Tingkat Provinsi).....................

    95

    N. Latihan................... 97

    Daftar Pustaka......... 99

    Daftar Istilah/Singkatan.......................................................................... 102

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 1

    Bab I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Sesuai dengan keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.04.00-847/K/

    1998 tanggal 11 Nopember 1998 tentang Pola Pendidikan Dan Pelatihan

    Auditor Bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, modul Sistem

    Administrasi Keuangan Daerah I (disingkat SAKD I) merupakan salah satu

    kurikulum/mata ajar dalam rangka diklat pembentukan auditor terampil.

    Diklat pembentukan auditor terampil adalah diklat untuk menjaring calon

    auditor yang berlatar belakang pendidikan minimal sarjana muda (D-III)

    atau SLTA dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau

    yang sederajat yang status ijazahnya telah disamakan oleh Departemen

    Pendidikan Nasional RI. Setelah lulus dari pendidikan dan pelatihan ini,

    diharapkan mereka mampu untuk melaksanakan tugasnya sebagai

    anggota tim.

    Mata ajaran SAKD I merupakan kelompok mata ajar inti, dengan lama

    pelatihan (jamlat) sebesar 20 jamlat. Mata ajar Sistem Administrasi

    Keuangan Negara I (SAKN I) dipergunakan/diajarkan bagi calon auditor

    pada unit pengawasan pusat, sedangkan SAKD I diajarkan bagi calon

    auditor pada unit pengawasan daerah.

    Untuk calon auditor BPKP dan Inspektorat Jenderal Departemen Dalam

    Negeri RI, kedua mata ajaran tersebut (SAKN I dan SAKD I) diberikan,

    akan tetapi mata ajar SAKD I sebagai mata ajar yang tidak diujikan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 2

    B. TUJUAN PEMELAJARAN UMUM

    Modul ini disusun untuk memenuhi materi pelajaran pada diklat

    pembentukan auditor terampil di lingkungan aparat pengawasan intern

    pemerintah (APIP). Seorang auditor terampil harus memahami sistem

    administrasi keuangan yang diaudit.

    Tujuan pemelajaran umum (TPU) modul ini adalah agar peserta diklat

    mampu memahami SAKD dalam rangka pengawasan keuangan daerah.

    Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah akan terwujudnya

    akuntabilitas dan good governance di lingkungan instansi pemerintah.

    Instansi pengawasan internal pemerintah mempunyai andil yang cukup

    besar demi terwujudnya kedua hal tersebut.

    C. TUJUAN PEMELAJARAN KHUSUS

    Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan mampu

    1. menjelaskan pengertian keuangan daerah, hubungan keuangan daerah

    dengan keuangan pusat, serta pengurusan keuangan daerah

    2. menjelaskan pengertian APBD, fungsi dan prinsip anggaran daerah,

    struktur APBD, sumber-sumber penerimaan daerah, belanja daerah,

    serta pembiayaan daerah

    3. memahami siklus anggaran, khususnya proses penyusunan APBD,

    mulai dari penyusunan rancangan hingga penetapan APBD

    4. memahami proses pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan per-

    tanggungjawaban APBD

    5. menjelaskan pengertian penggantian kerugian negara/daerah.

    Dengan pemahaman itu, maka setiap peserta pelatihan diharapkan

    mampu melakukan pengawasan keuangan daerah.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 3

    D. DESKRIPSI SINGKAT MODUL

    Diklat ini membekali peserta untuk memahami pengertian dan konsep

    tentang SAKD dengan materi pembahasan sebagai berikut :

    Bab I : Pendahuluan Bab II : Keuangan Daerah Bab III : Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah (APBD) Bab IV : Penyusunan APBD Bab V : Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan, dan

    Pertanggungjawaban APBD Bab VI : Penggantian Kerugian Negara/Daerah

    Pada masing-masing bab akan disajikan dasar teori, latihan soal dan

    kasus yang harus dijawab oleh para peserta baik secara perseorangan

    maupun kelompok.

    E. METODOLOGI PEMELAJARAN

    Peserta diklat diharapkan mampu memahami secara optimal substansi

    yang terdapat dalam modul ini, untuk itu diperlukan proses belajar

    mengajar dengan pendekatan andragogi.

    Untuk mencapai tujuan pemelajaran di atas, maka metode pemelajaran

    yang akan digunakan adalah ceramah, diskusi dan pemecahan kasus.

    Selain membahas soal latihan yang ada pada modul ini, para widyaiswara

    /instruktur diharapkan juga memberikan bahan-bahan pelatihan yang dapat

    menambah wawasan para peserta. Penggunaan referensi tambahan juga

    diperlukan guna menambah wawasan para peserta diklat.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 4

    BAB II

    KEUANGAN DAERAH

    A. PENGERTIAN KEUANGAN DAERAH

    Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan

    pasal 156 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :

    Berdasarkan pengertian tersebut pada prinsipnya keuangan daerah

    mengandung unsur pokok yaitu:

    - Hak Daerah yang dapat dinilai

    - Kewajiban Daerah dengan uang

    - Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut.

    Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang

    melekat pada Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

    digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.

    Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat menjelaskan tentang pengertian keuangan daerah, hubungan keuangan daerah dengan keuangan pusat, serta pengurusan keuangan daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.

    Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat

    dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang

    dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

    dan kewajiban tersebut.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 5

    Hak Daerah tersebut meliputi antara lain :

    1. Hak menarik pajak daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34

    Tahun 2000).

    2. Hak untuk menarik retribusi/iuran daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo

    UU No. 34 tahun 2000).

    3. Hak mengadakan pinjaman (UU No. 33 tahun 2004 ).

    4. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat (UU No. 33

    tahun 2004).

    Kewajiban daerah juga merupakan bagian pelaksanaan tugas-tugas

    Pemerintahan pusat sesuai pembukaan UUD 1945 yaitu:

    1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

    Indonesia,

    2. memajukan kesejahteraan umum,

    3. mencerdaskan kehidupan bangsa,

    4. ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

    perdamaian abadi dan keadilan sosial.

    B. HUBUNGAN ANTARA KEUANGAN DAERAH DENGAN KEUANGAN NEGARA

    Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan

    yang berbentuk republik. Selanjutnya dalam pasal 18 UUD 1945 beserta

    penjelasannya menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah

    yang bersifat otonom dan bersifat daerah administrasi.

    Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

    dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber-

    sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 6

    masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan

    nepotisme (KKN). Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan

    subsistem dari pemerintahan negara sehingga antara keuangan daerah

    dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan saling

    mempengaruhi.

    Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

    kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah serta

    secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan

    pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan

    keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan

    pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah

    pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi

    dan tugas pembantuan.

    Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat

    kepada daerah dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi disertai

    dengan pengalihan sumber daya manusia dan sarana serta pengalokasian

    anggaran yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penyerahan dan

    pelimpahan kewenangan tersebut. Sedangkan penugasan dari pemerintah

    pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai

    pengalokasian anggaran.

    Dari ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya pelimpahan

    wewenang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi saja yang merupakan

    sumber keuangan daerah melalui alokasi dana perimbangan dari

    pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan alokasi dana

    dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka

    dekonsentrasi dan tugas pembantuan tidak merupakan sumber

    penerimaan APBD dan diadministrasikan serta dipertanggungjawabkan

    secara terpisah dari administrasi keuangan dalam pembiayaan

    pelaksanaan desentralisasi.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 7

    C. PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

    Pengelolaan Keuangan Daerah dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan

    pengelola keuangan daerah. Kepala Daerah selaku kepala pemerintah

    daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan

    mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

    dipisahkan. Kepala Daerah perlu menetapkan pejabat-pejabat tertentu dan

    para bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Para

    pengelola keuangan daerah tersebut adalah:

    1. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator PKD).

    2. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

    3. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB).

    4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

    5. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah

    (SKPD).

    6. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran.

    Berikut ini adalah uraian tentang tugas-tugas para pejabat pengelola

    keuangan daerah tersebut.

    1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Kepala Daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang

    kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah

    daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

    Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai

    kewenangan:

    a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

    b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 8

    c. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang.

    d. Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara

    pengeluaran.

    e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan

    penerimaan daerah.

    f. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang

    dan piutang daerah.

    g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan

    barang milik daerah.

    h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas

    tagihan dan memerintahkan pembayaran.

    Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

    daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:

    a. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan

    Daerah.

    b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

    selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

    c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat

    pengguna anggaran/pengguna barang.

    Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah

    berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,

    menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang, yang merupakan

    unsur penting dalam sistem pengendalian intern.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 9

    2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

    Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah

    membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan

    mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

    termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris Daerah selaku

    koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas

    koordinasi di bidang:

    a. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

    b. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang

    daerah.

    c. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.

    d. Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD,

    perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

    e. Tugas-tugas pejabat perencana daerah, Pejabat Pengelola

    Keuangan Daerah, dan pejabat pengawas keuangan daerah.

    f. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

    Selain mempunyai tugas koordinasi, Sekretaris Daerah mempunyai

    tugas:

    a. memimpin Tim Anggaran Pemerintah Daerah,

    b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD,

    c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah,

    d. memberikan persetujuan pengesahan Dokumen Pelaksanaan

    Anggaran (DPA-SKPD) / Dokumen Perubahan Pelaksanaan

    Anggaran (DPPA), dan

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 10

    e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan

    daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala

    daerah.

    Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas

    pelaksanaan tugas-tugas tersebut kepada kepala daerah.

    3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

    Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selaku

    Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) mempunyai tugas:

    a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan

    daerah,

    b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD,

    c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah,

    d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD),

    e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; dan

    f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan

    oleh kepala daerah.

    PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku Bendahara Umum

    Daerah (BUD) berwenang:

    a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

    b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

    c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

    d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan

    pengeluaran kas daerah;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 11

    e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

    f. menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);

    g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas

    nama pemerintah daerah;

    h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

    i. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

    j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

    penghapusan barang milik daerah.

    PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja

    pengelola keuangan daerah selaku Kuasa Bendahara Umum Daerah

    (Kuasa BUD). PPKD mempertanggungjawabkan pelaksanaan

    tugasnya kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

    Penunjukan Kuasa BUD oleh PPKD ditetapkan dengan keputusan

    kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:

    a. menyiapkan anggaran kas;

    b. menyiapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);

    c. menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

    d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

    e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh

    bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

    f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam

    pelaksanaan APBD;

    g. menyimpan uang daerah;

    h. melaksanakan penempatan uang daerah dan

    mengelola/menatausahakan investasi daerah;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 12

    i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat

    pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

    j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah

    daerah;

    k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan

    l. melakukan penagihan piutang daerah.

    Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

    BUD.

    PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya di lingkungan

    SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

    a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

    b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

    c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

    d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas

    nama pemerintah daerah;

    e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

    f. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

    g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

    penghapusan barang milik daerah.

    4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

    Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pejabat

    Pengguna Anggaran /Pengguna Barang (PPA/PB) mempunyai tugas:

    a. menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD);

    b. menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD);

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 13

    c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

    anggaran belanja;

    d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

    e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

    pembayaran;

    f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

    g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam

    batas anggaran yang telah ditetapkan;

    h. menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);

    i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD

    yang dipimpinnya;

    j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi

    tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

    k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang

    dipimpinnya;

    l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya; dan

    m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang

    lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

    Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab

    atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris

    Daerah.

    Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dalam melaksanakan

    tugas-tugasnya dapat melimpahkan sebagian kewenangannya

    kepada Kepala Unit Kerja pada SKPD selaku Kuasa Pengguna

    Anggaran/Kuasa Pengguna Barang. Pelimpahan sebagian

    kewenangan tersebut berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah,

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 14

    besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja,

    lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan

    objektif lainnya. Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut

    ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD. Kuasa

    pengguna anggaran/kuasa pengguna barang mempertanggung

    jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya kepada pengguna anggaran/

    pengguna barang.

    5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

    Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna

    Anggaran/Kuasa Pengguna Barang dalam melaksanakan program

    dan kegiatan menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat

    Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK). Penunjukan pejabat tersebut

    berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan,

    beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan

    objektif lainnya.

    PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

    pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa pengguna

    anggaran/kuasa pengguna barang yang telah menunjuknya. Tugas-

    tugas tersebut adalah:

    a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

    b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan

    c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran

    pelaksanaan kegiatan, yang mencakup dokumen administrasi

    kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan

    persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan

    ketentuan perundang-undangan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 15

    6. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

    Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam Dokumen

    Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD), Kepala SKPD

    menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan

    pada SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-

    SKPD). PPK-SKPD mempunyai tugas:

    a. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran Langsung

    (SPP-LS) pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh

    bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

    b. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran Uang

    Persediaan (SPP-UP), Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang

    Persediaan (SPP-GU), Surat Permintaan Pembayaran Tambah

    Uang Persediaan (SPP-TU) dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS

    serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan

    ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara

    pengeluaran;

    c. melakukan verifikasi Surat Permintaan Pembayaran (SPP);

    d. menyiapkan Surat Perintah Membayar (SPM);

    e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;

    f. melaksanakan akuntansi SKPD; dan

    g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

    PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas

    melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara,

    dan/atau PPTK.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 16

    7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

    Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan Bendahara Penerimaan

    dan Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan tugas

    kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran tersebut adalah

    pejabat fungsional. Bendahara Penerimaan dan Bendahara

    Pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang

    melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan

    penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/

    pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau

    menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya

    atas nama pribadi.

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran dalam

    melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh Bendahara Penerimaan

    Pembantu dan/atau Bendahara Pengeluaran Pembantu.

    Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran secara

    fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

    PPKD selaku BUD.

    D. LATIHAN

    1. Semua hak di bawah ini adalah hak yang dilakukan dalam rangka

    Keuangan Daerah kecuali :

    a. Hak menarik pajak Daerah.

    b. Hak untuk mengadakan pinjaman Daerah.

    c. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat.

    d. Hak untuk memperoleh bagian laba dari Perusahaan Daerah.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 17

    Pemegang kekuasaan umum Pengelolaan Keuangan Daerah adalah :

    a. Bupati.

    b. Sekretaris Daerah.

    c. Kepala Daerah.

    d. Kepala Biro Keuangan Daerah.

    3. Persyaratan dan pembinaan karir bendahara diatur oleh :

    a. Pengguna Anggaran/Pengguna barang.

    b. Bendahara Umum Daerah.

    c. Kepala Daerah .

    d. Bendahara Umum Negara.

    4. Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang berwenang antara lain :

    a. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.

    b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran.

    c. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.

    d. Melaksanakan pemungutan pajak daerah.

    5. Bendahara Umum Daerah berwenang antara lain:

    a. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan.

    b. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak,

    c. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah,

    d. Menggunakan barang milik daerah.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 18

    BAB III

    ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

    A. PENGERTIAN

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD

    adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui

    oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1

    butir 8 tentang Keuangan Negara).

    Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan

    dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut

    adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan

    penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan

    Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.

    APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun

    anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan

    Daerah dan semua Belanja Daerah dalam rangka pelaksanaan

    Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua

    penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan

    dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang

    membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan

    sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD

    merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi

    Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat menjelaskan pengertian APBD, fungsi dan prinsip anggaran daerah, struktur APBD, sumber-sumber penerimaan daerah, belanja daerah, serta pembiayaan daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 19

    dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan

    keuangan daerah.

    Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1

    Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.

    Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah

    dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.

    APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran

    yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari

    perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan

    yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara

    rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan

    dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan.

    Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan

    batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh

    melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran

    pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

    penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan

    tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak

    tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran

    tersebut.

    B. FUNGSI-FUNGSI ANGGARAN DAERAH

    Berbagai fungsi APBN/APBD sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat

    (4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yaitu :

    1. Fungsi Otorisasi

    Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan

    dan belanja pada tahun yang bersangkutan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 20

    2. Fungsi Perencanaan

    Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam

    merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

    3. Fungsi Pengawasan

    Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan

    penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang

    telah ditetapkan.

    4. Fungsi Alokasi

    Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan

    pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan

    efektivitas perekonomian.

    5. Fungsi Distribusi

    Anggaran daerah harus mengandung arti/ memperhatikan rasa

    keadilan dan kepatutan

    6. Fungsi Stabilisasi

    Anggaran daerah harus mengandung arti/ harus menjadi alat untuk

    memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

    perekonomian.

    C. PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN DAERAH

    Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan Anggaran

    Daerah yang berlaku juga dalam pengelolaan Anggaran Negara / Daerah

    sebagaimana bunyi penjelasan dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003

    tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

    tentang Perbendaharaan Negara, yaitu :

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 21

    1. Kesatuan

    Azas ini menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja

    Negara/Daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

    2. Universalitas

    Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan

    secara utuh dalam dokumen anggaran.

    3. Tahunan

    Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun

    tertentu

    4. Spesialitas

    Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci

    secara jelas peruntukannya.

    5. Akrual

    Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani untuk

    pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan

    anggaran untuk penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun

    sebenarnya belum dibayar atau belum diterima pada kas

    6. Kas

    Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada

    saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke Kas Daerah

    Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

    berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15

    dan 16 dalam UU Nomor 17 Tahun 2003, dilaksanakan selambat-

    lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran

    pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan

    pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 22

    D. STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

    Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

    1. Pendapatan Daerah

    2. Belanja Daerah

    3. Pembiayaan

    Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus anggaran, tapi apabila terjadi selisih kurang maka hal itu disebut defisit anggaran. Jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplus atau jumlah defisit anggaran.

    1. Pendapatan Daerah

    Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui

    Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,

    yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak

    perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:

    a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);

    b. Dana Perimbangan; dan

    c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

    Perincian selanjutnya, Pendapatan Asli Daerah terdiri atas:

    a. pajak daerah;

    b. retribusi daerah;

    c. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan

    d. lain-lain PAD yang sah.

    Lain-lain PAD yang sah terdiri dari:

    a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 23

    b. hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang

    tidak dipisahkan;

    c. jasa giro;

    d. pendapatan bunga;

    e. tuntutan ganti rugi;

    f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

    dan

    g. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

    penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

    Pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan terdiri dari:

    a. Dana Bagi Hasil;

    b. Dana Alokasi Umum; dan

    c. Dana Alokasi Khusus.

    Pendapatan daerah, selain PAD dan Dana Perimbangan, adalah

    Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

    Hibah yang merupakan bagian dari Lain-lain Pendapatan Daerah

    yang Sah merupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa

    yang berasal dari pemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam

    negeri atau luar negeri yang tidak mengikat.

    2. Belanja Daerah

    Komponen berikutnya dari APBD adalah Belanja Daerah. Belanja

    daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

    Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan

    kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan

    diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 24

    dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari

    urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan.

    Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan

    dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib

    diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

    Sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara

    nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan

    daerah. Belanja penyelenggaraan urusan wajib tersebut diprioritaskan

    untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

    dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam

    bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas

    sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem

    jaminan sosial. Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat

    diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standar

    pelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program

    dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut

    organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan

    daerah.

    Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:

    a. klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan; dan

    b. klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.

    Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan

    menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 25

    Sedangkan klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan negara

    digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan

    keuangan negara terdiri dari:

    a. pelayanan umum;

    b. ketertiban dan keamanan;

    c. ekonomi;

    d. lingkungan hidup;

    e. perumahan dan fasilitas umum;

    f. kesehatan;

    g. pariwisata dan budaya;

    h. agama;

    i. pendidikan; serta

    j. perlindungan sosial.

    Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan

    urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Sedangkan

    klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari:

    a. belanja pegawai;

    b. belanja barang dan jasa;

    c. belanja modal;

    d. bunga;

    e. subsidi;

    f. hibah;

    g. bantuan sosial;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 26

    h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan

    i. belanja tidak terduga.

    Penganggaran dalam APBD untuk setiap jenis belanja berdasarkan

    ketentuan perundang-undangan.

    3. Pembiayaan Daerah

    Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar

    kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

    tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

    anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari

    penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

    Penerimaan pembiayaan mencakup:

    a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;

    b. pencairan dana cadangan;

    c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

    d. penerimaan pinjaman; dan

    e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.

    Pengeluaran pembiayaan mencakup:

    a. pembentukan dana cadangan;

    b. penyertaan modal pemerintah daerah;

    c. pembayaran pokok utang; dan

    d. pemberian pinjaman.

    Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan

    terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus

    dapat menutup defisit anggaran.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 27

    E. LATIHAN

    1. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :

    a. Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan.

    b. Pendapatan Daerah, Pengeluaran Daerah dan Pembiayaan.

    c. Penerimaan Daerah, Pengeluaran Daerah dan Pembiayaan.

    d. Penerimaan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan.

    2. Selisih lebih pendapatan daerah terhadap Belanja Daerah disebut :

    a. Kelebihan anggaran.

    b. Surplus Anggaran.

    c. Selisih lebih anggaran.

    d. Pembiayaan anggaran.

    3. Sumber-sumber penerimaan Daerah dalam pelaksanaan

    desentralisasi adalah seperti disebut di bawah ini, kecuali :

    a. Pendapatan Asli Daerah.

    b. Dana Perimbangan.

    c. Pinjaman Daerah.

    d. Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah.

    4. Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa adalah belanja yang

    diklasifikasikan berdasarkan :

    a. Fungsi.

    b. Jenis.

    c. Urusan Pemerintahan.

    d. Program dan Kegiatan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 28

    5. Pembentukan Dana Cadangan termasuk dalam komponen :

    a. Pendapatan.

    b. Belanja.

    c. Penerimaan Pembiayaan.

    d. Pengeluaran Pembiayaan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 29

    BAB IV

    PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

    A. SIKLUS ANGGARAN

    APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1

    (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan

    tanggal 31 Desember. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan

    penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

    Dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah melaksanakan

    kegiatan keuangan dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis

    besar terdiri dari:

    1. Penyusunan dan Penetapan APBD;

    2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;

    3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.

    Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah

    Daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk

    tercapainya tujuan bernegara. APBD, perubahan APBD, dan

    pertanggungjawaban pelaksanaan APBD ditetapkan setiap tahun dengan

    peraturan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran

    harus didukung dengan adanya kepastian atas tersedianya penerimaan

    dalam jumlah yang cukup. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah

    Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat memahami siklus anggaran, khususnya proses penyusunan APBD, mulai dari penyusunan rancangan hingga penetapan APBD.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 30

    yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan

    peraturan perundang-undangan dan dianggarkan secara bruto dalam

    APBD.

    B. PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

    Pemerintah Daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin kecukupan

    dana dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya. Karena itu, perlu

    diperhatikan kesesuaian antara kewenangan pemerintahan dan sumber

    pendanaannya. Pengaturan kesesuaian kewenangan dengan

    pendanaannya adalah sebagai berikut:

    1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    daerah didanai dari dan atas beban APBD.

    2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

    pemerintah pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN.

    3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya

    dilimpahkan kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan

    atas beban APBD provinsi.

    4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang

    penugasannya dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban

    APBD kabupaten/kota.

    Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik dalam

    bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan

    harus dianggarkan dalam APBD. Penganggaran penerimaan dan

    pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum penganggaran. Anggaran

    belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban

    pemerintahan daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

    perundang-undangan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 31

    1. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah

    Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah

    Daerah. Karena itu kegiatan pertama dalam penyusunan APBD

    adalah penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

    Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran

    dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

    dengan menggunakan bahan dari Renja SKPD untuk jangka waktu 1

    (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Pusat.

    RKPD tersebut memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

    prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang

    terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh

    pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan

    mendorong partisipasi masyarakat. Secara khusus, kewajiban daerah

    mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal yang

    ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RKPD

    disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

    perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

    Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei

    sebelum tahun anggaran berkenaan. RKPD ditetapkan dengan

    peraturan kepala daerah.

    2. Kebijakan Umum APBD

    Setelah Rencana Kerja Pemerintah Daerah ditetapkan, Pemerintah

    daerah perlu menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas

    dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang menjadi acuan bagi

    Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana

    Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 32

    Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan

    pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri

    setiap tahun. Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri

    Dalam Negeri tersebut memuat antara lain:

    a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan

    pemerintah dengan pemerintah daerah;

    b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran

    berkenaan;

    c. teknis penyusunan APBD; dan

    d. hal-hal khusus lainnya.

    Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari

    program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan

    proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan

    penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya. Program-program diselaraskan dengan prioritas

    pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan

    asumsi yang mendasari adalah pertimbangan atas perkembangan

    ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang

    ditetapkan oleh pemerintah pusat.

    Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh Tim

    Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris

    daerah. Rancangan KUA yang telah disusun, disampaikan oleh

    sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah

    kepada kepala daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

    Rancangan KUA disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling

    lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk

    dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 33

    berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia

    anggaran DPRD. Rancangan KUA yang telah dibahas selanjutnya

    disepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli

    tahun anggaran berjalan.

    3. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

    Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah

    daerah menyusun rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran

    Sementara (PPAS). Rancangan PPAS tersebut disusun dengan

    tahapan sebagai berikut:

    a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;

    b. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan

    c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing

    program.

    Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun

    kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli

    tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama

    panitia anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas

    selanjutnya disepakati menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli

    tahun anggaran berjalan.

    KUA serta PPA yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke

    dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala

    daerah dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah

    berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi

    wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan PPA.

    Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota

    kepakatan KUA dan PPA dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh

    pejabat yang berwenang.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 34

    4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

    Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD

    menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman

    penyusunan RKA SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam

    menyusun RKA-SKPD. Rancangan surat edaran kepala daerah

    tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:

    a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut

    rencana pendapatan dan pembiayaan;

    b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja

    SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang

    ditetapkan;

    c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;

    d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD

    terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas,

    tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka

    pencapaian prestasi kerja; dan

    e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening

    APBD, format RKASKPD, analisis standar belanja dan standar

    satuan harga.

    Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-

    SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran

    berjalan. Berdasarkan pedoman penyusunan RKA-SKPD, kepala

    SKPD menyusun RKA-SKPD.

    RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka

    pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan

    penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka

    pengeluaran jangka menengah daerah dilaksanakan dengan

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 35

    menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju tersebut berisi perkiraan

    kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan

    dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang

    direncanakan.

    Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan

    seluruh proses perencanaan dan penganggaran pendapatan, belanja,

    dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen

    rencana kerja dan anggaran.

    Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan

    dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan

    keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang

    diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran

    tersebut.

    Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan

    pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,

    penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja,

    dan terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD

    mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun

    anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun

    anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program dan

    kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan

    tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan

    pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari

    tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan

    merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang

    ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang

    direncanakan.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 36

    Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja memperhatikan:

    a. indikator kinerja.

    Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai

    dari program dan kegiatan yang direncanakan.

    b. capaian atau target kinerja.

    Capaian kinerja merupakan ukuran prestasi kerja yang akan

    dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas

    pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.

    c. analisis standar belanja.

    Analisis standar belanja merupakan penilaian kewajaran atas

    beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu

    kegiatan.

    d. standar satuan harga.

    Standar satuan harga merupakan harga satuan setiap unit

    barang/jasa yang berlaku di suatu daerah yang ditetapkan dengan

    keputusan kepala daerah.

    e. standar pelayanan minimal.

    Standar pelayanan minimal merupakan tolok ukur kinerja dalam

    menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang

    merupakan urusan wajib daerah.

    RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk

    masing-masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan

    untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek

    pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk

    tahun berikutnya. RKA-SKPD juga memuat informasi tentang urusan

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 37

    pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang

    akan dicapai dari program dan kegiatan.

    RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada

    PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.

    5. Penyiapan Raperda APBD

    Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD

    dilakukan pembahasan penyusunan Raperda oleh TAPD.

    Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian

    antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telah

    disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan

    lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran

    kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar

    pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar

    SKPD.

    Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian,

    kepala SKPD melakukan penyempurnaan. RKA-SKPD yang telah

    disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD

    sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang

    APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

    APBD.

    Rancangan peraturan daerah tentang APBD dilengkapi dengan

    lampiran yang terdiri dari:

    a. ringkasan APBD;

    b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan

    organisasi;

    c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

    pendapatan, belanja dan pembiayaan;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 38

    d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah,

    organisasi, program dan kegiatan;

    e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan

    urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka

    pengelolaan keuangan negara;

    f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

    g. daftar piutang daerah;

    h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

    i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

    j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

    k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

    diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

    l. daftar dana cadangan daerah; dan

    m. daftar pinjaman daerah.

    Bersamaan dengan penyusunan rancangan Perda APBD, disusun

    rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

    Rancangan peraturan kepala daerah tersebut dilengkapi dengan

    lampiran yang terdiri dari:

    a. ringkasan penjabaran APBD;

    b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah,

    organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian

    obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

    Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib

    memuat penjelasan sebagai berikut:

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 39

    a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang

    direncanakan, tarif pungutan/harga;

    b. untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur,

    harga satuan, lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;

    c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber

    penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.

    Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh

    PPKD disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya rancangan

    peraturan daerah tentang APBD sebelum disampaikan kepada DPRD

    disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi rancangan peraturan

    daerah tentang APBD tersebut bersifat memberikan informasi

    mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat

    dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.

    Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD

    dilaksanakan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan

    keuangan daerah.

    6. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

    Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

    APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu

    pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang

    direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan

    keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan

    peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan

    sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

    Penyampaian rancangan peraturan daerah tersebut disertai dengan

    nota keuangan. Penetapan agenda pembahasan rancangan

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 40

    peraturan daerah tentang APBD untuk mendapatkan persetujuan

    bersama, disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing

    daerah. Pembahasan rancangan peraturan daerah tersebut

    berpedoman pada KUA, serta PPA yang telah disepakati bersama

    antara pemerintah daerah dan DPRD. Dalam hal DPRD memerlukan

    tambahan penjelasan terkait dengan pembahasan program dan

    kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada

    kepala daerah.

    Apabila DPRD sampai batas waktu 1 bulan sebelum tahun anggaran

    berkenaan, tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala

    daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD, maka

    kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar

    angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai

    keperluan setiap bulan. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk

    keperluan setiap bulan tersebut, diprioritaskan untuk belanja yang

    bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib. Belanja yang

    bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus

    menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan

    jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun

    anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja

    barang dan jasa. Sedangkan Belanja yang bersifat wajib adalah

    belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan

    pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan

    dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

    Atas dasar persetujuan bersama, kepala daerah menyiapkan

    rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

    Rancangan peraturan kepala daerah tentang Penjabaran APBD

    tersebut dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari :

    a. ringkasan APBD;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 41

    b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan

    organisasi;

    c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

    program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek

    pendapatan, belanja dan pembiayaan;

    d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah,

    organisasi, program dan kegiatan;

    e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan

    urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka

    pengelolaan keuangan negara;

    f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

    g. daftar piutang daerah;

    h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

    i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

    j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

    k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

    diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

    l. daftar dana cadangan daerah; dan

    m. daftar pinjaman daerah.

    Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan

    tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang

    berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau

    selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani persetujuan

    bersama.

    Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD dapat

    dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 42

    Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota. Sedangkan

    pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD

    ditetapkan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan

    keputusan gubernur bagi kabupaten/kota.

    Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh

    pengesahan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak

    DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerah

    terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

    Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja Menteri Dalam

    Negeri/gubernur tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala

    daerah tentang APBD, kepala daerah menetapkan rancangan

    peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

    Khusus untuk pengeluaran, diatur bahwa pelampauan batas tertinggi

    dari jumlah pengeluaran, hanya diperkenankan apabila ada kebijakan

    pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil

    serta penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan yang

    ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak daerah dan retribusi

    daerah yang ditetapkan dalam undang-undang.

    7. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

    Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah

    disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang

    penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lama 3

    (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam

    Negeri untuk dievaluasi.

    Penyampaian rancangan disertai dengan:

    a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD

    terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD;

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 43

    b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan

    DPRD;

    c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan

    peraturan daerah tentang APBD; dan

    d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian

    pengantar nota keuangan pada sidang DPRD.

    Evaluasi bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan

    daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik

    dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD

    provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

    yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan

    oleh provinsi bersangkutan. Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi,

    Menteri Dalam Negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah

    provinsi yang terkait.

    Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan Menteri Dalam Negeri

    dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 (lima betas) hari

    kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Apabila

    Menteri Dalam Negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan

    peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur

    tentang penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum

    dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur

    menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan

    peraturan gubemur.

    Dalam hal Menteri Dalam Negeri menyatakan bahwa hasil evaluasi

    rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan

    gubernur tentang penjabaran APBD bertentangan dengan

    kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

    tinggi, gubernur bersama DPRD melakukan penyempurnaan paling

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 44

    lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

    Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD,

    dan gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang

    APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD

    menjadi peraturan daerah dan peraturan gubernur, Menteri Dalam

    Negeri membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur

    dimaksud sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun

    sebelumnya.

    Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta

    pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan

    dengan peraturan Menteri Dalam Negeri.

    Sementara itu, rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang

    APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan

    bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh

    bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada

    gubernur untuk dievaluasi. Pelaksanaan dan ketentuan evaluasi

    adalah sebagaimana halnya evaluasi oleh Menteri Dalam Negeri

    untuk Rancangan APBD Provinsi.

    Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan

    pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan

    dengan peraturan gubernur. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah

    pembatalan, kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan

    peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah

    mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan daerah

    tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan

    peraturan daerah tentang APBD.

    Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya,

    ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Penyempurnaan hasil

    evaluasi dilakukan oleh kepala daerah bersama dengan panitia

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 45

    anggaran DPRD. Hasil penyempurnaan ditetapkan oleh pimpinan

    DPRD. Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar penetapan

    peraturan daerah tentang APBD.

    Keputusan pimpinan DPRD bersifat final dan dilaporkan pada sidang

    paripurna berikutnya. Sidang paripurna berikutnya yakni setelah

    sidang paripurna pengambilan keputusan bersama terhadap

    rancangan peraturan daerah tentang APBD.

    Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada Menteri Dalam

    Negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBD

    kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan

    tersebut ditetapkan. Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap,

    maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang

    berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani

    keputusan pimpinan DPRD.

    Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas

    rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD dan

    rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD

    kepada Menteri Dalam Negeri.

    8. Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

    Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan

    peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah

    dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan daerah

    tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

    APBD. Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan

    peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD tersebut

    dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember tahun anggaran

    sebelumnya.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 46

    Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang

    ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku

    penjabat/pelaksana tugas kepala daerah yang menetapkan peraturan

    daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang

    penjabaran APBD.

    Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan

    peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada Menteri

    Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota paling

    lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan.

    9. Perubahan APBD

    Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan

    keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah daerah dalam

    rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBD tahun anggaran

    yang bersangkutan, apabila terjadi:

    a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

    b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran

    anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis

    belanja;

    c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun

    sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;

    d. keadaan darurat; dan

    e. keadaan luar biasa.

    Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan

    pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya

    diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan

    dalam laporan realisasi anggaran. Keadaan darurat tersebut

    sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut:

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 47

    a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah

    daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

    b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;

    c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

    d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka

    pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

    Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

    tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Keadaan luar

    biasa tersebut adalah keadaan yang menyebabkan estimasi

    penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan

    atau penurunan lebih besar dari 50% (lima puluh persen).

    Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau

    keadaan luar biasa ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

    Realisasi pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau

    keadaan luar biasa tersebut dicantumkan dalam rancangan peraturan

    daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

    Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang

    perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk

    mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang

    bersangkutan berakhir. Persetujuan DPRD terhadap rancangan

    peraturan daerah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum

    berakhirnya tahun anggaran.

    Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang

    perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang

    penjabaran perubahan APBD menjadi peraturan daerah dan

    peraturan kepala daerah berlaku ketentuan seperti halnya evaluasi

    dan penetapan rancangan APBD. Apabila hasil evaluasi tersebut tidak

    ditindaklanjuti oleh kepala daerah dan DPRD, dan kepala daerah

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 48

    tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan

    APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

    perubahan APBD, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah

    dimaksud dibatalkan dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu

    APBD tahun berjalan termasuk untuk pendanaan keadaan darurat.

    Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi dan

    peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan

    oleh Menteri Dalam Negeri. Pembatalan peraturan daerah tentang

    perubahan APBD kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota

    tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan oleh gubernur.

    Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan tentang pembatalan,

    Kepala daerah wajib memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah

    tentang perubahan APBD dan selanjutnya kepala daerah bersama

    DPRD mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan

    daerah tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang

    pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

    C. LATIHAN

    1. Jumlah pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah dianggarkan

    dalam APBD secara:

    a. Insidentil

    b. Periodik

    c. Bruto

    d. Netto

    2. Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah

    daerah menyusun rancangan lebih pendapatan daerah terhadap

    belanja daerah yang disebut :

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 49

    a. RPJMD

    b. PPAS

    c. DPA-SKPD

    d. RKPD

    3. Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan

    untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut:

    a. Indikator Kinerja

    b. Standar Pelayanan Minimal

    c. Standar Satuan Harga

    d. Analisis Standar Belanja

    4. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada

    PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh:

    a. Tim Anggaran Pemerintah Daerah

    b. Sekretaris Daerah

    c. Panitia Anggaran DPRD

    d. Kepala Daerah

    5. Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi dan

    peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan

    oleh:

    a. DPRD Provinsi

    b. Dirjen Otonomi Daerah

    c. Menteri Dalam Negeri

    d. Presiden

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 50

    BAB V

    PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN

    PERTANGGUNGJAWABAN APBD

    A. PELAKSANAAN APBD

    Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka

    pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.

    Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja,

    dan pembiayaan. Penjelasan berikut ini didasarkan pada Peraturan

    Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

    Peraturan ini telah disusun pedoman pelaksanaannya yaitu Peraturan

    Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

    Keuangan Daerah.

    Pengeluaran dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya

    diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam

    laporan realisasi anggaran. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan.

    Pelaksanaan Anggaran oleh Kepala SKPD dilaksanakan setelah Dokumen

    Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan

    persetujuan Sekretaris Daerah. Proses penetapan DPA-SKPD adalah

    sebagai berikut.

    Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat memahami siklus anggaran, khususnya proses pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban APBD.

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 51

    1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang

    APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar

    menyusun rancangan DPA-SKPD.

    2. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai,

    program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai

    sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta

    pendapatan yang diperkirakan.

    3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD

    paling lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan.

    4. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama

    dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak

    ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

    5. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-

    SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.

    6. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD,

    satuan kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan

    paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

    Setelah DPA-SKPD ditetapkan, Kepala SKPD melaksanakan kegiatan-

    kegiatan SKPD berdasarkan dokumen tersebut.

    1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

    Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima

    pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau

    penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan

    perundang-undangan. Penerimaan SKPD dilarang digunakan

    langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh

    peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa uang

    atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 52

    (satu) hari kerja oleh Bendahara Penerimaan dengan didukung oleh

    bukti yang lengkap.

    Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum

    daerah. SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang

    ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD yang mempunyai tugas

    memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak

    pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan

    penerimaan tersebut.

    Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan

    dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara

    langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah,

    asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan

    bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan

    dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan

    barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.

    Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera

    disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset

    daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.

    Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan

    ganti rugi dan sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada

    rekening penerimaan yang bersangkutan untuk pengembalian

    penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk

    pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun

    sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

    2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

    Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas

    tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat

    dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 53

    tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Setiap SKPD

    dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk

    tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran

    belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif,

    efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah

    mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran

    kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum

    rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan

    ditempatkan dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut tidak

    termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat

    wajib.

    Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan Surat

    Penyediaan Dana (SPD), atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran

    SKPD (DPA-SKPD), atau dokumen lain yang dipersamakan dengan

    SPD.

    Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil

    daerah dibebankan dalam APBD. Pemerintah daerah dapat

    memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil

    daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan

    memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh

    persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

    undangan.

    Dalam pelaksanaan pembayaran yang terhutang pajak, bendahara

    pengeluaran sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan

    pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan

    pajak yang dipungutnya ke rekening Kas Negara pada bank

    pemerintah atau bank lain yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 54

    bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan

    perundang-undangan.

    Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan

    SPM yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna

    anggaran. Selanjutnya pembayaran dilakukan dengan penerbitan

    SP2D oleh kuasa BUD. Karena itu, kuasa BUD berkewajiban untuk:

    a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

    pengguna anggaran;

    b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang

    tercantum dalam perintah pembayaran;

    c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

    d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran

    daerah; dan

    e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang

    diterbitkan oleh pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan

    yang ditetapkan.

    Perlu menjadi perhatian bahwa penerbitan SPM tidak boleh dilakukan

    sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali ditentukan lain dalam

    peraturan perundang-undangan. Setelah tahun anggaran berakhir,

    kepala SKPD selaku pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM

    yang membebani tahun anggaran berkenaan.

    Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna

    anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang

    persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran. Bendahara

    pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang

    dikelolanya setelah:

  • Sistem Administrasi Keuangan Daerah I

    Pusdiklatwas BPKP 2007 55

    a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

    pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

    b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam

    perintah pembayaran; dan

    c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

    Bendahara pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari pengguna

    anggaran/kuasa pengguna anggaran apabila kelengkapan dokumen,

    kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana tidak terpenuhi.

    Bendahara pengeluaran wajib melakukan hal tersebut karena dia

    bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang

    dilaksanakannya.

    Kepala daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk

    keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD.

    3. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

    Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh Pejabat

    Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Semua penerimaan dan

    pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui Rekening Kas

    Umum Daerah.

    Untuk pencairan d