laporan hasil pengawasan atas akuntabilitas keuangan ... 2016 bpkp... · pengawasan intern...

Download Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan ... 2016 BPKP... · pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja ... Mengupayakan kecukupan SDM

If you can't read please download the document

Upload: truongliem

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    i

    KATA PENGANTAR

    Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

    Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan

    Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 2

    Tahun 2014 tentang Aksi Pencegahan dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang

    Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi

    Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat memberikan amanah

    kepada BPKP untuk melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan

    pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang

    baik dan bersih.

    Dalam menunaikan amanah tersebut, BPKP melakukan pengawasan dan pembinaan

    yang meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi

    kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan

    tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para pemangku

    kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas

    akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga

    dan pemerintah daerah.

    BPKP selaku auditor intern pemerintah telah dan akan terus berkomitmen untuk

    mendukung tugas-tugas pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan

    (assurance) dan konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah

    yang berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mendukung

    pencapaian prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas, efisiensi, dan

    kehematan serta peningkatan tata kelola pemerintahan.

    Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun

    2016 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta berisi rangkuman informasi atas hasil

    pengawasan dan pembinaan sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas

    pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja

    kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di

    wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    ii

    Laporan ini disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan

    pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan

    perbaikan sistem tata kelola (governance system).

    Akhir kata, semoga laporan hasil pengawasan ini dapat memberikan informasi yang

    bermanfaat bagi Gubernur dalam pengambilan keputusan strategis, khususnya dalam

    peningkatan kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah, serta pembangunan daerah pada

    umumnya.

    Yogyakarta, 19 Januari 2017

    Kepala Perwakilan

    Tytut Ratih Kusumo

    NIP 19571101 198311 2 001

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    iii

    Fokus pengawasan BPKP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016 adalah

    pengawalan akuntabilitas program pembangunan nasional, peningkatan kontribusi ruang

    fiskal, pengamanan aset negara, dan peningkatan governance system.

    A. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional

    Pengawasan bertujuan untuk mendukung pencapaian program prioritas pembangunan

    nasional dengan mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang mungkin timbul dan

    memberikan saran perbaikan. Pengawasan dilakukan melalui audit kinerja dan audit

    keuangan untuk menilai efektivitas, efisiensi dan keekonomisan (3E) suatu

    program/kegiatan pada bidang ketahanan pangan nasional, energi, maritim kesehatan,

    pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan infrastruktur di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta.

    1. Bidang Ketahanan Pangan Nasional

    Pengawasan dilakukan melalui kegiatan evaluasi atas program ketahanan pangan pada

    tiga pemerintah daerah dan empat BUMN penyedia dan penyalur bibit dan pupuk yang

    beroperasi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, serta monitoring dan evaluasi

    kegiatan prioritas nasional Kantor Staf Presiden (KSP) pada Dinas Pertanian Daerah

    Istimewa Yogyakarta.

    Permasalahan yang dijumpai dalam bidang ketahanan pangan antara lain:

    a. Daerah Istimewa Yogyakarta belum menetapkan Lahan Pertanian Pangan

    Berkelanjutan (LPPB) sesuai Perda Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun

    2011.

    b. Pengadaan alat dan mesin pertanian (alsintan) oleh Kementerian Pertanian belum

    didistribusikan.

    c. Perbedaan data luasan areal lahan pertanian pada Kabupaten Sleman dan Kulon

    Progo antara Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum, BPS dan Kantor Pertanahan.

    d. Penyaluran pupuk bersubsidi oleh PT Petrokimia Gresik Persero dan PT Sriwidjaja

    kepada petani belum sepenuhnya mengacu pada Rencana Definitif Kebutuhan

    Kelompok (RDKK) dan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.

    RINGKASAN EKSEKUTIF

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    iv

    e. Realisasi produksi dan distribusi benih padi, jagung, dan kedelai tidak memenuhi

    target serta varietas benih belum sesuai permintaan petani.

    Terkait hal tersebut, kami menyarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa

    Yogyakarta agar melakukan koordinasi kepada para Bupati untuk segera melaksanakan

    Perda Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 10 tahun 2011 tentang perlindungan lahan

    pertanian pangan berkelanjutan (LPPB).

    Saran perbaikan untuk BUMN terkait telah kami sampaikan kepada pimpinan masing-

    masing BUMN.

    2. Maritim

    Pengawasan dilakukan atas pelayanan pada dua pemerintah daerah bidang

    kemaritiman dan atas program pembangunan bidang kelautan dan perikanan.

    Permasalahan yang dijumpai dalam bidang maritim antara lain:

    a. Pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto di Kabupaten Kulon Progo belum dapat

    difungsikan karena fasilitas belum lengkap.

    b. Adanya illegal fishing di wilayah perairan Kabupaten Gunungkidul.

    c. Bantuan Sarana Penangkapan Ikan berupa kapal dan mesin kapal dari Kementerian

    Kelautan dan Perikanan kepada pemerintah Kabupaten Bantul belum diterima.

    Terkait hal tersebut, kami menyarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa

    Yogyakarta untuk:

    a. Menyusun kebijakan untuk melanjutkan pembangunan Tanjung Adikarto beserta

    fasilitas lain yang dibutuhkan.

    b. Mengupayakan kecukupan SDM pengawas dan sarana prasarana untuk menangani

    illegal fishing serta menyelenggarakan pengawasan bersama instansi pemerintah

    terkait dalam rangka menangani illegal fishing melalui koordinasi dengan

    Pemerintah Kabupaten Gunungkidul.

    c. Memonitor pelaksanaan bantuan sarana penangkapan ikan pada Kabupaten Bantul.

    3. Pariwisata

    Evaluasi lintas sektor kepariwisataan menjumpai permasalahan sebagai berikut:

    a. Sarana jalan dan kualitas pelayanan angkutan darat menuju destinasi tempat wisata

    kurang memadai.

    b. Atraksi wisata masih relatif kurang dan belum memiliki jadwal pertunjukan tetap.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    v

    c. Harga tiket masuk pada lokasi wisata bagi wisatawan mancanegara dianggap

    diskriminatif terutama yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan serta PT Taman Wisata Candi.

    Terkait hal tersebut, kami menyarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa

    Yogyakarta agar menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa

    Yogyakarta untuk:

    a. Menyelenggarakan event seni dan budaya secara rutin dan terjadwal

    b. Memberikan masukan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta

    PT TWC mengenai keluhan perbedaan harga tiket oleh wisatawan mancanegara.

    c. Mengusulkan untuk menambah fasilitas wisata dan moda angkutan darat untuk

    wisatawan.

    4. Infrastruktur

    Hal-hal yang dijumpai pada pengawasan bidang infrastruktur antara lain:

    a. Hasil audit kinerja pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah (PISEW)

    menunjukkan bahwa capaian kinerja penyelenggaraan Program PISEW tahun 2016

    pada Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebesar 90,98% atau masuk kategori

    berhasil.

    b. Penyediaan infrastruktur pelayanan air minum oleh PDAM di wilayah Daerah

    Istimewa Yogyakarta telah mencapai rata-rata cakupan layanan air minum sampai

    dengan semester I tahun 2016 sebesar 34,01% dari jumlah penduduk. Sedangkan

    capaian cakupan pelayanan teknis yang dilakukan oleh PDAM adalah sebesar

    48,17% dari jumlah penduduk.

    c. Pemerintah Pusat pada Tahun 2016 telah mencanangkan Program Hibah Air

    Minum Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah dengan sumber dana dari APBN

    Tahun 2016. Seluruh pemerintah kabupaten di wilayah DIY yang mengikuti

    program hibah air minum telah melakukan penyetoran penyertaan modal kepada

    PDAM.

    5. Pendidikan

    Hal-hal yang dijumpai pada pengawasan bidang pendidikan antara lain:

    a. Pelaksanaan program Bantuan Pemerintah dan Bantuan Sosial pada masih

    ditemukan item pekerjaan rehabilitasi kelas dan pembangunan ruang kelas

    kurang/tidak dilaksanakan oleh sekolah.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    vi

    b. Pemetaan atas pengelolaan dana transfer ke daerah bidang pendidikan (DAK, TP

    dan Tamsil Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah) pada Kabupaten Kulon Progo dan

    Gunungkidul per 31 Maret 2016 menemukan adanya sisa anggaran, diantaranya

    adalah sisa anggaran TP dan Tamsil Guru PNSD yang cukup untuk membayar

    kekurangan bayar guru PNSD.

    c. Monitoring dan evaluasi program dan kegiatan prioritas nasional Kantor Staf

    Presiden (KSP) bidang pendidikan menunjukkan bahwa seluruh target program

    telah tercapai 100%, kecuali pemberian bantuan kepada siswa yang orang tuanya

    tidak mampu melalui KIP, karena pemutakhiran data sasaran penerima KIP

    dilakukan oleh pusat dan tidak semua kabupaten mempunyai data penerima KIP.

    Terhadap hal tersebut kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta kami

    sarankan agar berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    tentang pelaksanaan Program Indonesia Pintar Tahun 2016.

    d. Pemantauan UN SMP Tahun ajaran 2015/2016 menyimpulkan bahwa pelaksanaan

    UN telah sesuai dengan Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian

    Nasional namun masih ada permasalahan terkait kesalahan dalam naskah UN,

    pengawas ujian tidak tertib dalam mencatat permasalahan dalam berita acara, dan

    kurangnya antisipasi dalam pelaksanaan UNBK seperti penyediaan komputer,

    listrik mati. Untuk itu kami menyarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa

    Yogyakarta agar memonitor pelaksanaan tindak lanjutnya yang dilakukan oleh

    Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

    e. Pelaksanaan Audit atas aset bermasalah pada Universitas Gadjah Mada,

    Universitas Negeri Yogyakarta, dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta

    menyimpulkan bahwa aset bermasalah adalah sebagai berikut:

    1) Universitas Gadjah Mada dengan nilai bangunan sebesar

    Rp370.402.245.127,00 yang terdiri dari Rumah Sakit Akademik (RSA)

    terhenti pembangunannya tahun 2012, dan Asrama Mahasiswa Sendowo dan

    Kinanti 1 terhenti pembangunannya tahun 2010.

    2) Universitas Negeri Yogyakarta dengn nilai bangunan sebesar

    Rp19.959.242.360,00 yang terdiri dari gedung pendukung pembinaan karakter

    mahasiswa terhenti pembangunannya tahun 2015, dan gedung perkuliahan

    pasca sarjana yang tahun 2016 masih dalam proses pembangunan.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    vii

    3) Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan nilai bangunan sebesar

    Rp86.333.896.401,00 yang terdiri dari gedung asrama mahasiswa dan gedung

    laboratorium seni terhenti pembangunannya tahun 2013.

    f. Pelaksanaan audit tujuan tertentu atas saldo aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya

    serta monitoring inventarisasi barang milik negara (BMN) pada Universitas Negeri

    Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, dan Institut

    Seni Indonesia Yogyakarta menyimpulkan bahwa:

    1) Inventarisasi BMN belum dilaksanakan sesuai ketentuan

    2) Penyajian akun aset masih dijumpai kelemahan sehingga dilakukan koreksi

    pada pencatatan laporan keuangan

    3) Pengelolaan rekening yang berasal dari dana sebelum UPN Veteran menjadi

    perguruan tinggi negeri belum diungkapkan dalam laporan keuangan.

    6. Kesehatan

    Hal-hal yang dijumpai pada pengawasan bidang kesehatan antara lain:

    a. Hasil Audit Kinerja atas Program Jaminan Kesehatan Nasional menunjukkan skor

    69,66 atau kategori cukup. Belum optimalnya capaian kinerja, disebabkan fasilitas

    infrastruktur kesehatan belum sesuai standar, pembayaran kapitasi/klaim tidak tepat

    waktu, aplikasi P-Care belum sempurna, ketepatan pelaporan JKN, dan

    keterlambatan datangnya obat dari e-purchasing.

    Terkait hal tersebut kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta kami sarankan

    agar:

    1) Memonitor pelaksanaan tindak lanjut dari Bupati Kulon Progo dan Bupati

    Gunungkidul untuk perbaikan pengelolaan program JKN terkait dengan data

    peserta bayar iuran (PBI), fasilitas dan peralatan pada RSUD dan Puskesmas

    sesuai Permenkes nomor 75 Tahun 2014 serta alokasi anggaran untuk

    peningkatan SDM.

    2) Menginstruksikan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk

    berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait laporan penyelenggaraan

    JKN yang memuat perencanaan dan pelaksanaan termasuk program

    pengendalian/ pencegahan fraud.

    b. Hasil audit pengelolaan kepesertaan JKN Kabupaten Gunungkidul untuk menilai

    kewajaran database kepesertaan JKN Tahun 2015 dan 2016 yang meliputi

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    viii

    kepesertaan PBI APBN dan APBD, kepesertaan penerima upah dan distribusi Kartu

    Indonesia Sehat bagi peserta PBI dijumpai permasalahan sebagai berikut:

    1) Data peserta PBI APBN tahun 2015 dan 2016 belum ter-update dalam database

    kepesertaan JKN Kabupaten Gunungkidul sebanyak 3.672 orang yang terdiri

    peserta ganda, peserta meninggal dan peserta pegawai pemerintah Non PNS

    yang masuk APBN.

    2) Data peserta PBI APBD tahun 2016 belum ter-update dalam database

    kepesertaan JKN Kabupaten Gunungkidul sebanyak 1.139 orang.

    3) Perbedaan data kepesertaan JKN PBI APBD tahun 2015 menurut BPJS

    Kesehatan dengan SK Bupati Gunungkidul.

    4) Peserta ganda PBI APBD tahun 2016 menurut SK Bupati Gunungkidul.

    5) Peserta pejabat daerah dan PNSD belum terdaftar di BPJS sebanyak 818 orang.

    6) Perbedaan peserta JKN perangkat desa/ pegawai pemerintah non PNS menurut

    SK Bupati Gunungkidul dan BPJS.

    Terhadap pemasalahan tersebut telah direkomendasikan kepada Bupati Gunungkidul

    dan instansi terkait untuk memperbaiki pemasalahan tersebut.

    7. Pengentasan Kemiskinan

    Hal-hal yang dijumpai pada pengawasan bidang pengentasan kemiskinan antara lain:

    a. Hasil audit kinerja aksesibilitas masyarakat miskin terhadap kegiatan ekonomi

    produktif melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tahun 2016 dengan uji petik

    pada Kabupaten Gunungkidul dan Sleman menyimpulkan bahwa Kabupaten

    Gunungkidul memiliki skor 67,88 atau kategori cukup berhasil sedangkan

    Kabupaten Sleman memiliki skor 60,01 atau kategori cukup berhasil.

    b. Kegiatan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan prioritas nasional (KSP)

    pada Dinas Sosial Tahun 2016 dilaksanakan untuk melakukan monev atas

    penyaluran raskin, penyaluran Keluarga Harapan (PKH), penyaluran bantuan

    rehabilitasi sosial bagi tidak layak huni (RS-RTLH) bagi fakir miskin dan

    penyaluran bantuan stimulan usaha ekonomi produktif (UEP KUBE).

    c. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan bencana dengan kegiatan pendampingan

    pengelolaan Dana Siap Pakai (DSP) dalam rangka penanganan siaga darurat

    bencana kekeringan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan audit operasional atas

    pengelolaan dan pertanggungjawaban Dana Penguatan Kelembagaan (DPK) pada

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    ix

    BPBD Kabupaten Gunungkidul ditemui permasalahan terkait penetapan lokasi

    pembangunan sarana air bersih, Berita Acara Hasil Pemeriksaan lapangan,

    administrasi pertanggungjawaban dan HPS yang tidak disusun secara cermat.

    Rekomendasi terkait telah disampaikan kepada kepala BPBD Daerah Istimewa

    Yogyakarta dan BPBD Kabupaten Gunungkidul.

    8. Pengawasan Program Prioritas Daerah

    Pengawasan dilakukan dengan kegiatan evaluasi perencanaan among tani dagang layar

    dan evaluasi perencanaan dana keistimewaan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

    yang menemui permasalahan sebagai berikut:

    a Program among tani dagang layar belum tercantum dalam dokumen perencanaan

    Pemerintah Daerah disebabkan belum disusunnya grand-design konsep among

    tani dagang layar yang akan menjadi acuan dalam proses perencanaan dan

    kebijakan. Pemerintah pusat telah dan sedang menyediakan sarana/prasarana

    yang mendukung konsep among tani dagang layar berupa akses Jalan Lintas

    Selatan DIY, Pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto dan Bandara Internasional.

    Kepada Bappeda pemerintah daerah terkait kami telah menyarankan untuk

    mengidentifikasi potensi-potensi yang berorientasi pada pengembangan pantai

    selatan, dan menyelaraskan konsep among tani dagang layar dalam dokumen

    perencanaan.

    b Evaluasi perencanaan dana keistimewaan dilaksanakan dengan melakukan

    penelaahan dokumen-dokumen perencanaan dengan hasil sebagai berikut.

    1) Rencana Program dan Kegiatan Lima Tahunan Urusan Keistimewaan Tahun

    2018-2022 tidak memuat indikator keberhasilan program.

    2) Kabupaten/ kota belum menyampaikan usulan program dan kegiatan dana

    keistimewaan TA 2018.

    3) Koordinasi antara BAPPEDA DIY, BAPPEDA Kabupaten/Kota, SKPD

    Teknis Pengampu Dana Keistimewaan (PA/KPA) belum memadai.

    4) Target indikator kinerja capaian program dan indikator hasil dana

    keistimewaan tidak dirumuskan dan sulit diukur.

    Saran perbaikan telah disampaikan kepada pimpinan instansi terkait.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    x

    B. Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal

    1. Pengawasan Optimalisasi Penerimaan Daerah

    Pengawasan optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD) dilaksanakan pada tiga

    kabupaten yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo

    dengan uji petik pada pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan retribusi daerah.

    Dari hasil pengawasan dijumpai permasalahan pengelolaan data wajib pajak belum

    memadai, SDM dan pedoman pemeriksaan pajak belum memadai, pemerintah daerah

    belum memiliki infrastruktur kelembagaan belum memadai, dan pemerintah daerah

    belum dapat memungut retribusi pengendalian menara telekomunikasi. Saran

    perbaikan terkait telah kami sampaikan kepada kepala daerah dan pimpinan SKPD

    terkait.

    2. Pengawasan Proyek Berbantuan Luar Negeri

    Hasil audit keuangan atas 9 kegiatan/proyek berbantuan luar negeri (loan)

    menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara sebesar Rp74.809.852,00.

    3. Monitoring dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus

    Monitoring dan evaluasi DAK tahun 2016 dilaksanakan pada bidang infrastruktur

    pendidikan, infrastruktur kesehatan dan infrastruktur pekerjaan umum di dua

    kabupaten yaitu Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Kulon Progo dengan hasil

    adanya efisiensi kegiatan sebesar Rp53.346.994,63 yang telah disetor ke rekening kas

    daerah.

    C. Pengamanan Aset Negara/Daerah

    Pengawasan atas pengamanan aset negara dilakukan bersama dengan Aparat Penegak

    Hukum (APH), yaitu Kepolisian dan Kejaksaan selama Tahun 2016 memperoleh

    potensi penyelamatan keuangan negara sebesar Rp1.690.189.167,93; yang sebagian

    besar modus pelanggaran tindak pidana korupsi (TPK) yang terjadi pada kegiatan

    pengelolaan sewa aset, kegiatan penggunaan dana padat karya, penggunaan dana hibah

    daerah, penerimaan dana pendidikan non kedinasan dan kegiatan land management and

    policy development program (LMPDP). Kegiatan pengawasan tersebut meliputi audit

    Investigatif, audit penghitungan kerugian keuangan negara (PKKN), dan pemberian

    keterangan ahli (PKA).

    BPKP juga melaksanakan pengamanan aset negara melalui kegiatan Cleareance Aset

    pada Perum Bulog Divre Daerah Istimewa Yogyakarta; reviu proyek strategis nasional

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    xi

    (PSN) pada proyek persiapan pembangunan bandara baru internasional Yogyakarta pada

    PT Angkasa Pura I (Persero); dan evaluasi Kinerja Program Kemitraan dan Bina

    Lingkungan (PKBL) pada PT Permodalan Nasional Mandiri (Persero) cabang

    Yogyakarta.

    D. Peningkatan Governance System

    Kegiatan pengawasan dalam rangka peningkatan kualitas governance system di wilayah

    Daerah Istimewa Yogyakarta, dilakukan melalui kegiatan assurance dan consulting yang

    bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja, penguatan

    kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) dan penguatan proses tata kelola

    pemerintah dan korporasi dengan hasil sebagai berikut:

    1. Upaya peningkatan kualitas pelaporan keuangan pemerintah daerah di wilayah Daerah

    Istimewa Yogyakarta menunjukkan adanya kemajuan yaitu seluruh LKPD Tahun 2015.

    Kegiatan pengawasan yang dilakukan BPKP meliputi:

    a Memberikan asistensi pengelolaan keuangan daerah dan menyediakan aplikasi

    SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) yang dikembangkan secara

    mandiri oleh BPKP.

    b Melaksanakan Audit atas laporan keuangan proyek yang dibiayai oleh Pinjaman

    dan Hibah Luar Negeri (PHLN) yang berlokasi di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta.

    c Memberikan asistensi pengelolaan keuangan BLUD dalam hal penyusunan dokumen

    tata kelola BLUD dan peningkatan kualitas pelaporan keuangan BLUD. BPKP

    juga mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi BLUD (SIA BLUD)

    untuk memudahkan BLUD menyusun laporan keuangan yang berfungsi juga

    sebagai laporan dukungan bagi laporan keuangan pemerintah daerah. Pola

    Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD) memberikan

    fleksibilitas kepada BLUD untuk mengelola keuangannya pelayanan diharapkan

    menjadi lebih baik dan lebih cepat.

    d Melaksanakan pendampingan dan fasilitasi inputing penyerapan anggaran dan

    pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan setiap triwulan untuk mempercepat

    pelaporan informasi penyerapan APBD. Pada tahun 2016 kegiaan tersebut

    dilaksanakan di kantor Perwakilan BPKP Derah Istimewa Yogyakarta.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    xii

    e Melaksanakan bimbingan dan konsultasi pengelolaan keuangan desa kepada

    aparat di Kabupaten dan Desa (piloting) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada

    tahun 2016 dilakukan kerjasama antara Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

    dan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Pengawalan

    Pengelolaan Keuangan Desa dengan Siskeudes bagi aparat di kecamatan di empat

    kabupaten. BPKP telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk

    mengembangkan aplikasi SIMDA Desa bagi pengelolaan keuangan desa.

    2. Peningkatan kualitas pelaporan kinerja ditunjukkan dari hasil penilaian Kementerian

    PAN dan RB atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan hasil

    penilaian Kemendagri atas Laporan Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

    (LKPPD). Hasil evaluasi SAKIP pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta menunjukkan, satu pemerintah daerah berhasil mempertahankan nilai A,

    tiga pemerintah daerah berhasil meningkatkan dari B menjadi BB, dan satu

    pemerintah daerah berhasil meningkatkan nilai dari CC menjadi B. Sedang hasil

    evaluasi LKPPD menunjukkan, semua pemerintah daerah berhasil meningkatkan nilai

    kinerja dari nilai paling kecil tahun 2014 sebesar 3,0417 menjadi paling kecil tahun

    2015 sebesar 3,4813.

    BPKP melakukan kegiatan pengawasan dengan menjadi narasumber dalam

    penyusunan LKjIP pemerintah daerah.

    3. Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di wilayah Daerah

    Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2016 menunjukkan adanya perbaikan

    yaitu satu inspektorat berhasil meningkat dari level 2 dengan catatan menjadi level 2

    penuh, satu inspektorat bertahan pada level 2 penuh, sedangkan empat inspektorat

    lainnya masih bertahan pada level 2 dengan catatan perbaikan.

    BPKP mendorong percepatan peningkatan kapabilitas APIP di wilayah Daerah

    Istimewa Yogyakarta untuk mencapai level 2 penuh dan menuju level 3 melalui

    berbagai kegiatan pembinaan, antara lain bimtek peningkatan tata kelola APIP, diklat

    peningkatan kapabilitas APIP, workshop penilaian mandiri kapabilitas APIP,

    narasumber pelatihan/peningkatan kompetensi pada inspektorat daerah, serta evaluasi

    kapabilitas APIP.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    xiii

    Beberapa hal yang menjadi kendala dalam peningkatan kapabilitas APIP untuk

    mencapai level 2 penuh dan menuju level 3 antara lain sebagai berikut:

    a. Kurang kuatnya komitmen beberapa kepala daerah dalam mendorong peningkatan

    peran dan kapabilitas APIP.

    b. Kurang kuatnya kesadaran pimpinan SKPD tentang manfaat dan pentingnya fungsi

    pengawasan dan sistem pengendalian intern dalam mendorong terwujudnya tujuan,

    sasaran, tugas dan fungsi SKPD dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan

    pemerintah daerah secara keseluruhan.

    c. Kurang memadainya ketersediaan sumber daya manusia, anggaran dan sarana

    prasarana dibandingkan dengan beban penugasan pengawasan yang harus

    dilaksanakan sehingga pelaksanaan pengawasan kurang memenuhi standar yang

    berlaku.

    Guna mempercepat peningkatan kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta kami menyarankan kepada Gubernur agar:

    a. mendorong komitmen para kepala daerah untuk meningkatkan kapabilitas APIP

    antara lain dengan menyediakan sumber daya manusia yang memadai dari sisi

    jumlah maupun kompetensi, anggaran dan sarana prasarana yang memadai untuk

    melaksanakan kegiatan pengawasan dengan baik.

    b. mendorong para kepala daerah untuk mendayagunakan fungsi pengawasan oleh

    Inspektorat untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih.

    4. BPKP sebagai pembina SPIP yang merupakan amanah PP Nomor 60 Tahun 2008,

    melakukan penguatan tata kelola pemerintah dan korporasi dengan mendukung

    penerapan SPIP di lingkungan K/L dan Pemda melalui kegiatan pendampingan dalam

    upaya mencapai Wilayah Tertib Administrasi (WTA), opini WTP, dan Wilayah Bebas

    dari Korupsi (WBK). Pencapaian tata kelola pemerintah diantaranya dapat

    diindikasikan pada level maturitas SPIP.

    Hasil evaluasi maturitas penyelenggaraan SPIP di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta menunjukkan perbaikan. Empat pemerintah daerah sudah berada pada

    level tiga atau terdefinisi, sedangkan dua pemerintah daerah masih berada pada level

    satu atau rintisan.

    Upaya BPKP untuk penguatan tata kelola pemerintah dan korporasi antara lain

    dengan:

    a. Pembinaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    xiv

    b. Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Korporasi

    c. Evaluasi Kinerja BUMD-BLUD.

    d. Implementasi Good Corporate Governance (Khusus BUMN/D).

    e. Pencegahan Tindak Pidana Korupsi melalui penerapan strategi edukatif (pre-

    emptif) dan strategi preventif.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    xv

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar...................................................................................................................... i

    Ringkasan Eksekutif............................................................................................................. iii

    Daftar Isi............................................................................................................................... xv

    Daftar Tabel.......................................................................................................................... xvi

    Bab I Gambaran Umum Pengawasan

    A Peran BPKP.................................................................................................... 1

    B Arah Kebijakan dan Strategi Pengawasan..................................................... 1

    C Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan................................................................ 3

    D Dukungan Sumber Daya................................................................................ 3

    Bab II Hasil Pengawasan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan

    Pembangunan Nasional

    A Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional

    1 Ketahanan Pangan Nasional.................................................................... 4

    2 Maritim.................................................................................................... 6

    3 Pariwisata................................................................................................. 7

    4 Infrastruktur............................................................................................. 8

    5 Pendidikan................................................................................................ 10

    6 Kesehatan................................................................................................. 12

    7 Pengentasan Kemiskinan......................................................................... 14

    8 Pengawasan Program Prioritas Daerah.................................................... 15

    B Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal

    1 Pengawasan Optimalisasi Penerimaan Daerah........................................ 18

    2 Pengawasan Proyek Berbantuan Luar Negeri.......................................... 18

    3 Monitoring dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus...................................... 19

    C Pengamanan Aset Negara/Daerah

    1 Audit Investigatif..................................................................................... 20

    2 Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN)..................... 20

    3 Pemberian Keterangan Ahli (PKA)......................................................... 22

    D Peningkatan Governance System

    1 Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan............................................. 27

    2 Peningkatan Kualitas Pelaporan Kinerja................................................. 34

    3 Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah............... 35

    4 Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi.................................. 38

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Anggaran dan Realisasi Anggaran Pengawasan Tahun 2016

    Tabel 2 Cakupan Layanan Air Minum Tahun 2016

    Tabel 3 Kegiatan Reviu atas Laporan Verifikasi Hibah Air Minum Tahun 2016

    Tabel 4 Rekapitulasi Potensi Penyelamatan Keuangan Negara

    Tabel 5 Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

    Tabel 6 Pemberian Keterangan Ahli

    Tabel 7 Opini LKPD Tahun 2014 dan 2015

    Tabel 8 Peningkatan Kualitas Pengelolaan Keuangan BLUD pada tahun 2016

    Tabel 9 Skor Hasil Evaluasi SAKIP Pemerintah Daerah Tahun 2014-2015

    Tabel 10 Skor Hasil Evaluasi LKPPD Tahun 2014-2015

    Tabel 11 Hasil Evaluasi Kapabilitas APIP tahun 2015 dan 2016

    Tabel 12 Hasil Maturitas SPIP Pemerintah Daerah Tahun 2016

    Tabel 13 Hasil Evaluasi SPI PDAM

    Tabel 14 Hasil Evaluasi Kinerja BLUD

    Tabel 15 Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Tahun 2013-2015

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    1

    GAMBARAN UMUM PENGAWASAN

    A. PERAN BPKP

    Dalam rangka melaksanakan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang

    Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 tahun 2014

    tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 9 tahun

    2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan

    Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan

    Rakyat dan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek

    Strategis Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengarahkan

    kebijakan dan strategi pengawasan BPKP dalam mendukung terwujudnya sasaran

    pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan

    terpercaya.

    Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata

    kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui pelaksanaan

    kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja Kementrian/Lembaga dan

    Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Juga berperan melakukan pengawasan intern

    terhadap akuntabilitas keuangan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja

    Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah di wilayah kerja Perwakilan BPKP Daerah

    Istimewa Yogyakarta untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih.

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan peran pengawasan dan

    pembinaan pada:

    1. Satuan Kerja pada Pemerintah Daerah

    2. Satuan Kerja Kementrian/Lembaga

    3. Perguruan Tinggi Negeri

    4. BUMN/BUMD

    B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN BPKP

    Kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diserahkan untuk mendukung terwujudnya sasaran

    pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintah yang bersih, efektif dan

    terpercaya.

    1

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    2

    Sebagai unit kerja, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan

    pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP Pusat.

    Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang lingkup peran BPKP

    sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

    Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup:

    1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan Negara atas kegiatan tertentu yang

    meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum Negara

    berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan

    kegiatan lain berdasarkan penugasan dari presiden.

    2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan

    SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultasi, serta

    peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah (APIP).

    Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas pemerintah,

    penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga memperhatikan amanah yang

    diberikan kepada BPKP melalui berbagai peraturan perundangundangan sebagai berikut:

    1. Peraturan Pemerintah nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

    Pemerintah Daerah.

    2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tahun 2014 tentang Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan.

    3. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem

    Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam

    Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.

    4. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang strategi Nasional Pencegahan dan

    Pemberantasan Korupsi Jangka panjang Tahun 2012 2025.

    5. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas

    Akuntabilitas Keuangan Negara.

    6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan

    Korupsi Tahun 2015.

    Kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung terwujudnya sasaran

    pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

    demokratis dan terpercaya. Kegiatan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk mencapai

    terwujudnya pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja

    pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang independen,

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    3

    profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja pembangunan

    nasional yang efesien dan efektif.

    C. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN

    Pelaksanaan kegiatan dikelompokan kedalam empat dimensi pengawasan yaitu: Pengawalan

    Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional, Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal,

    Pengamanan Aset Negara, dan Peningkatan Governance System. Kegiatan pengawasan dalam

    tahun 2016 sebanyak 552 penugasan pengawasan (pp) atau 221,69% dari target (PKPT) tahun

    2016 sebanyak 249 penugasan pengawasan (pp).

    D. DUKUNGAN SUMBER DAYA

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh sumberdaya manusia

    sebanyak 136 orang, dengan komposisi jabatan fungsional auditor (jfa) sebanyak 96 orang

    (70,59%), struktural 5 orang (3,68%), pejabat fungsional umum 31 orang (22,79%), pranata

    komputer 2 orang (1,47%) dan analis kepegawaian 2 orang (1,47%).

    Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga

    didukung dengan dana yang cukup memadai. Sampai akhir tahun 2016 jumlah penyerapan

    dana sebesar Rp27.001.103.547,00 atau 92% dari anggaran sebesar Rp29.259.286.000,00.

    Tabel 1 Anggaran dan Realisasi Anggaran Pengawasan

    Tahun 2016

    No Uraian Anggaran Realisasi

    Jumlah Jumlah %

    1 Rekomendasi hasil pengawasan 2.453.797.000,00 1.877.546.000,00 76,51

    2 Rekomendasi pembinaan penyelenggaraan

    SPIP

    632.756.000,00 619.480.000,00 97,90

    3 Rekomendasi pembinaan kapabilitas APIP 124.258.000,00 118.293.000,00 95,20

    Jumlah 3.209.811.000,00 2.615.319.000,00 81.48

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    4

    Hasil Pengawasan terhadap

    Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional

    Laporan Hasil Pengawasan BPKP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2016

    disajikan dalam 4 fokus pengawasan, yaitu pengawalan akuntabilitas program pembangunan

    nasional, peningkatan kontribusi ruang fiskal, pengamanan aset negara, dan peningkatan

    governance system, dengan rincian sebagai berikut.

    A. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan terhadap beberapa

    program pembangunan nasional yang menjadi prioritas utama pemerintah. Tujuan

    pengawasan ini adalah untuk mendukung pencapaian program prioritas pemerintah dengan

    mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang mungkin timbul dan memberikan saran

    perbaikan untuk tercapainya tujuan program pembangunan nasional. Pengawasan didasarkan

    pada penilaian atas efektivitas, efisiensi, dan keekonomisan (3E) pelaksanaan

    program/kegiatan melalui audit kinerja dan audit keuangan. Pengawasan dilakukan terhadap

    prioritas pembangunan pada bidang ketahanan pangan nasional, energi, maritim kesehatan,

    pendidikan, pengentasan kemiskinan, dan infrastruktur di wilayah Daerah Istimewa

    Yogyakarta.

    1. Bidang Ketahanan Pangan Nasional

    Ketahanan pangan merupakan salah satu penentu dalam stabilitas nasional. Untuk

    mewujudkan ketahanan pangan perlu adanya dukungan semua unsur dalam pemerintahan

    termasuk BUMN yang bergerak dalam penyediaan dan penyaluran bibit serta pupuk.

    BUMN yang selama ini mendukung program ketahanan pangan adalah PT Pupuk

    Sriwidjaja Palembang, PT Pupuk Petrokimia Gresik, PT Pertani (Persero), dan PT Sang

    Hyang Seri (Persero).

    BUMN tersebut mendapat penugasan PSO (Public Service Obligation) dari pemerintah

    c.q. Kementerian Pertanian untuk penyediaan pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian

    termasuk menjalankan program Kementerian BUMN yaitu Program Gerakan Peningkatan

    Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K) serta Program Penyediaan Benih

    Berkualitas.

    2

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    5

    BUMN tersebut berkewajiban memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi dan benih

    berkualitas dengan prinsip 6 Tepat (jenis, jumlah, tempat, mutu, waktu dan harga).

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka mendukung program

    ketahanan pangan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan kegiatan

    sebagai berikut:

    a. Evaluasi Program Ketahanan Pangan Tahun 2016 pada Daerah Istimewa Yogyakarta

    b. Evaluasi Program Ketahanan Pangan Tahun 2016 Kabupaten Sleman

    c. Evaluasi Program Ketahanan Pangan Tahun 2016 Kabupaten Kulon Progo

    d. Monitoring dan Evaluasi Pengawasan dan Kegiatan Prioritas Nasional Kantor Staf

    Presiden (KSP) pada Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta

    e. Reviu Program Ketahanan Pangan tahun 2015 dan semester I tahun 2016 di wilayah

    Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan pada:

    1) PT Pupuk Sriwidjaja Palembang

    2) PT Pupuk Petrokimia Gresik

    3) PT Pertani (Persero)

    4) PT Sang Hyang Seri (Persero)

    Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut dijumpai permasalahan yang perlu

    mendapat perhatian pemerintah Provinsi atau Pusat antara lain:

    a. Daerah Istimewa Yogyakarta belum menetapkan Lahan Pertanian Pangan

    Berkelanjutan (LPPB) sesuai Perda Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun

    2011.

    b. Pengadaan alat dan mesin pertanian (alsintan) oleh Kementerian Pertanian belum

    didistribusikan kepada petani, antara lain traktor tangan roda dua, rice transplanter,

    pompa besar, dan traktor roda 4.

    c. Terdapat perbedaan data luasan areal lahan pertanian pada Kabupaten Sleman dan

    Kulon Progo antara Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum, BPS dan Kantor

    Pertanahan.

    d. Penyaluran pupuk bersubsidi oleh PT Petrokimia Gresik Persero dan PT Sriwidjaja

    kepada petani belum sepenuhnya mengacu pada Rencana Definitif Kebutuhan

    Kelompok (RDKK) dan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian.

    e. Realisasi produksi dan distribusi benih padi, jagung, dan kedelai tidak memenuhi target

    karena PT Sang Hyang Sri (Persero) dan PT Pertani (Persero) mengalami kendala

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    6

    keuangan dan kurang koordinasi dengan pemerintah kabupaten dalam penerbitan SK

    Calon Petani Calon Lahan (CPCL) serta varietas benih belum sesuai permintaan petani.

    Terkait hal tersebut, kami sarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta agar

    melakukan koordinasi kepada para Bupati untuk segera melaksanakan Perda Daerah

    Istimewa Yogyakarta nomor 10 tahun 2011 tentang perlindungan lahan pertanian pangan

    berkelanjutan (LPPB).

    Sedangkan untuk meningkatkan efektivitas penyaluran pupuk bersubsidi BPKP telah

    menyarankan kepada empat BUMN terkait agar menghitung kebutuhan pupuk

    berdasarkan kebutuhan riil petani yang disusun secara berkelompok dalam bentuk RDKK,

    termasuk menyediakan bibit sesuai varietas yang dibutuhkan petani dan sesuai jadwal

    tanam, serta melakukan koordinasi dengan pemerintah kabupaten terkait penerbitan

    CPCL.

    2. Maritim

    Dalam bidang kemaritiman, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah

    melakukan pengawasan melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:

    a. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman TA 2015 pada

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

    b. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman TA 2015 pada

    Kabupaten Gunungkidul.

    c. Evaluasi Program Pembangunan Bidang Kelautan dan Perikanan pada Kabupaten

    Bantul.

    Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut dijumpai permasalahan yang perlu

    mendapat perhatian pemerintah Provinsi atau Pusat antara lain:

    a. Pelabuhan Tanjung Adikarto di Kabupaten Kulon Progo belum dapat difungsikan

    sebagai pelabuhan perikanan karena fasilitas yang diperlukan belum lengkap.

    b. Ditemukan adanya illegal fishing di wilayah perairan Kabupaten Gunungkidul.

    c. Bantuan Sarana Penangkapan Ikan berupa kapal 10 GT dan mesin kapal dari

    Kementerian Kelautan dan Perikanan belum diterima oleh Dinas Kelautan dan

    Perikanan Kabupaten Bantul.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    7

    Terkait hal tersebut, kami sarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk:

    a. Menyusun kebijakan untuk melanjutkan pembangunan Tanjung Adikarto beserta

    fasilitas-fasilitas pelabuhan yang diperlukan sehingga dapat segera dioperasionalkan.

    b. Berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam mengupayakan

    kecukupan SDM pengawas dan sarana prasarana untuk menangani illegal fishing serta

    menyelenggarakan pengawasan bersama instansi pemerintah terkait dalam rangka

    menangani illegal fishing.

    c. Memonitor pelaksanaan bantuan sarana penangkapan ikan pada Kabupaten Bantul.

    3. Pariwisata

    Dalam bidang pariwisata, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah

    melakukan pengawasan berupa kegiatan evaluasi lintas sektor kepariwisataan.

    Tujuan evaluasi lintas sektor kepariwisataan adalah untuk memperoleh gambaran

    pelaksanaan kegiatan-kegiatan lintas sektor pariwisata terutama terkait dengan efektivitas

    kegiatan pemasaran mancanegara dan kegiatan dukungan yang telah dilakukan oleh

    pemerintah daerah dan instansi terkait.

    Dari kegiatan yang dilaksanakan tersebut dijumpai permasalahan yang perlu mendapat

    perhatian pemerintah Provinsi atau Pusat antara lain:

    a. Sarana jalan dan kualitas pelayanan angkutan darat menuju destinasi tempat wisata

    kurang memadai.

    b. Atraksi wisata masih relatif kurang dan belum memiliki jadwal tetap pertunjukan.

    c. Harga tiket masuk pada lokasi wisata bagi wisatawan mancanegara dianggap

    diskriminatif terutama yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan serta PT Taman Wisata Candi.

    Terkait hal tersebut, kami sarankan kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta agar

    menginstruksikan kepada Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta untuk:

    a. Menyelenggarakan event seni dan budaya secara rutin dan terjadwal

    b. Memberikan masukan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta PT

    TWC mengenai keluhan perbedaan harga tiket oleh wisatawan mancanegara.

    c. Mengusulkan untuk menambah fasilitas wisata dan moda angkutan darat untuk

    wisatawan.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    8

    4. Infrastruktur

    Dalam bidang infrastruktur, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah

    melakukan pengawasan berupa kegiatan audit kinerja pengembangan infrastruktur sosial

    ekonomi wilayah (PISEW).

    Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) merupakan program yang

    dilaksanakan untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan dan

    mengembangkan infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan

    permukiman di kecamatan, serta meningkatkan kualitas permukiman pedesaan.

    Capaian kinerja penyelenggaraan Program PISEW tahun 2016 pada Daerah Istimewa

    Yogyakarta adalah sebesar 90,98% atau masuk kategori berhasil. Dari penilaian tersebut

    indikator efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program serta ketaatan terhadap peraturan

    perundang-undangan adalah komponen yang berhasil kinerjanya, sedangkan pada

    indikator keandalan pelaporan kegiatan PISEW dinilai kurang behasil.

    Terhadap capaian yang belum optimal tersebut, telah kami sarankan kepada

    penanggungjawab program/kegiatan agar melengkapi dokumen atau laporan pelaksanaan

    kegiatan sesuai dengan pedoman.

    Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan

    pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh

    PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Penyediaan infrastruktur

    pelayanan air minum oleh PDAM, di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah

    mencapai rata-rata cakupan layanan air minum sampai dengan semester I tahun 2016

    sebesar 34,01% dari jumlah penduduk. Sedangkan capaian cakupan pelayanan teknis yang

    dilakukan oleh PDAM adalah sebesar 48,17% dari jumlah penduduk dengan rincian

    sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

    Tabel 2 Cakupan Layanan Air Minum Tahun 2016

    No

    PDAM

    Cakupan Pelayanan (%) Kuantitas air

    (m3/pelanggan/bln) Kontinuitas

    air (jam/hari) Cakupan Administratif

    Cakupan Teknis

    1 Kota Yogyakarta 44,29 44,29 18,21 23,99 2 Kabupaten Sleman 15,14 15,54 15,22 24,00 3 Kabupaten Gunungkidul 48,14 61,60 15,33 19,56 4 Kabupaten Bantul 23,10 52,72 13,61 22,40 5 Kabupaten Kulon Progo 39,40 66,72 13,89 23,37

    Rata-Rata 34,01 48,17 15,25 22,66

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    9

    Dalam rangka peningkatan cakupan layanan air minum pemerintah pusat telah

    mencanangkan Program Hibah Air Minum Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

    Program hibah air minum tersebut merupakan pemberian hibah dari Pemerintah Pusat

    kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari dana APBN 2016. Pemerintah Daerah

    dipersyaratkan melakukan investasi melalui penyertaan modal kepada PDAM, yang

    selanjutnya PDAM melaksanakan pemasangan sambungan rumah sesuai kriteria penerima

    manfaat dan kriteria teknis sambungan rumah (SR). Terkait pelaksanaan program ini,

    BPKP melakukan reviu atas laporan hasil verifikasi pelaksanaan program hibah air

    minum yang dilaksanakan oleh konsultan.

    Pada tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan reviu atas

    laporan hasil verifikasi hibah air minum pada empat kabupaten di Daerah Istimewa

    Yogyakarta yaitu:

    Tabel 3 Kegiatan Reviu atas Laporan Verifikasi Hibah Air Minum

    Tahun 2016

    No PDAM

    Nilai Penyertaan

    Modal (Rp)

    Target Sambungan Rumah (SR)

    Realisasi Sambungan Rumah (SR)

    %

    1 PDAM Kabupaten Sleman

    7.578.900.000 1.850 1.813 98,00

    2 PDAM Kabupaten Bantul

    4.500.000.000 1.500 1.558 103,87

    3 PDAM Kabupaten Gunungkidul

    3.500.000.000 1.166 1.169 100,26

    4 PDAM Kabupaten Kulon Progo

    1.050.000.000 350 376 107,43

    Jumlah 16.628.900.000 4.866 4.916 101,03

    Berdasarkan hasil reviu tersebut dapat disampaikan bahwa:

    a. Seluruh pemerintah kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang

    mengikuti program hibah air minum telah melakukan penyetoran penyertaan modal

    kepada PDAM. Nilai penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Sleman sebesar

    Rp7.578.900.000,00 melebihi nilai surat penetapan pemberian hibah (SPPH) sebesar

    Rp5.500.000,00. Sedangkan realisasi sambungan rumah hanya sebanyak 1.813 SR

    dari target sesuai ketentuan SPPH sebanyak 1.850 SR.

    b. Penetapan baseline belum dilaksanakan dengan cermat yang terlihat dari adanya

    penerima manfaat yang memperoleh lebih dari satu sambungan rumah

    c. Terdapat penerima manfaat tidak sesuai baseline.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    10

    5. Pendidikan

    Dalam bidang pendidikan, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah

    melakukan pengawasan berupa kegiatan monitoring bantuan pemerintah dan bantuan

    sosial di lingkungan Ditjen Pendidikan, pemetaan atas pengelolaan dana transfer ke

    Daerah (DTKD) bidang pendidikan, monitoring dan evaluasi program KSP bidang

    pendidikan, pemantauan ujian nasional SMP, audit aset bermasalah, dan audit tujuan

    tertentu atas saldo aset pada Kemenristek dikti, dengan rincian sebagai berikut:

    a. Monitoring Bantuan Pemerintah dan Bantuan Sosial pada Dinas Pendidikan Kabupaten

    Sleman

    Sasaran monitoring adalah bantuan pemerintah berupa sarpras pendidikan dan bansos

    Program Indonesia Pintar (PIP) TA 2016 yang dikelola dan disalurkan oleh Direktorat

    Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

    (SD, SMP, SMA dan SMK).

    Pada Kabupaten Sleman jumlah sekolah penerima bantuan pemerintah sebanyak

    60 sekolah dengan total bantuan yang telah disalurkan sebesar Rp14.816.562.506,00.

    Sedangkan jumlah siswa penerima Kartu Indonesia Pintar dan Bantuan Program

    Indonesia Pintar sebanyak 1.979 siswa.

    Permasalahan yang perlu mendapat perhatian antara lain:

    1) Beberapa item pekerjaan rehabilitasi kelas dan pembangunan ruang kelas

    kurang/tidak dilaksanakan pada tiga sekolah.

    2) Administrasi belum tertib terjadi pada 10 sekolah.

    3) Kewajiban perpajakan belum dipungut dan atau disetor ke kas negara pada enam

    sekolah sebesar Rp60.646.769,00.

    Terhadap permasalahan tersebut, telah kami sarankan kepada Kepala Dinas Pendidikan

    Kabupaten Sleman dan masing-masing Kepala Sekolah, untuk memperbaiki

    permasalahan tersebut.

    b. Pemetaan atas pengelolaan dana transfer ke daerah bidang pendidikan

    Dari hasil pemetaan atas pengelolaan dana transfer ke daerah bidang pendidikan (DAK,

    TP dan Tamsil Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah) pada Kabupaten Kulon Progo dan

    Gunungkidul per 31 Maret 2016 ditemukan adanya sisa anggaran sebagai berikut:

    1) Sisa anggaran DAK sebesar Rp44.526.280.166,78.

    2) Sisa anggaran Tunjangan Profesi Guru sebesar Rp261.965.037.725,00.

    3) Sisa anggaran Tambahan Penghasilan Guru PNSD sebesar Rp2.914.086.478,00.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    11

    Sisa anggaran pada TP dan Tamsil Guru PNSD telah mencukupi untuk membayar

    kekurangan bayar guru PNSD.

    c. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Kantor Staf

    Presiden (KSP) Bidang Pendidikan

    Ruang lingkup kegiatan monev antara lain berupa pemberian bantuan kepada siswa

    yang orang tuanya tidak mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP), penggunaan

    ujian nasional bebasis komputer (UNBK) dan pelaksanaan pendidikan gratis melalui

    Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

    Hasil monitoring menunjukkan bahwa seluruh target program telah tercapai 100%,

    kecuali pemberian bantuan kepada siswa yang orang tuanya tidak mampu melalui KIP,

    karena pemutakhiran data sasaran penerima KIP dilakukan oleh pusat dan tidak semua

    kabupaten mempunyai data penerima KIP.

    Terhadap hal tersebut kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta kami sarankan

    agar berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang

    pelaksanaan Program Indonesia Pintar Tahun 2016.

    d. Pemantauan Pelaksanaan UN SMP

    Pemantauan pelaksanaan UN SMP dilaksanakan pada lima sekolah, dengan jumlah

    peserta UN sebanyak 1.355 siswa.

    Dari hasil pemantauan UN SMP dapat disimpulkan antara lain:

    1) Pelaksanaan UN Tahun ajaran 2015/2016 telah berjalan sesuai dengan Prosedur

    Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional

    2) Terdapat permasalahan pada pelaksanaan UN TA 2015/2016 yaitu terdapat

    beberapa kesalahan dalam naskah UN, pengawas ujian tidak tertib dalam mencatat

    permasalahan dalam berita acara, dan kurangnya antisipasi dalam pelaksanaan

    UNBK seperti penyediaan komputer dan listrik mati.

    Terkait hal tersebut, kami sarankan agar Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

    memonitor pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota

    Yogyakarta.

    e. Audit Aset Bermasalah

    Audit atas aset bermasalah bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi

    aset bermasalah/mangkrak dan belum terselesaikan sebagai bahan bagi pemerintah

    dalam menetapkan prioritas dan kebijakan penyelesaian pembangunan dan penyediaan

    anggaran.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    12

    Kegiatan audit aset bermasalah dilaksanakan pada Universitas Gadjah Mada,

    Universitas Negeri Yogyakarta, dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dengan nilai

    aset bermasalah sebagai berikut:

    1) Universitas Gadjah Mada dengan nilai bangunan sebesar Rp370.402.245.127,00

    yang terdiri dari Rumah Sakit Akademik (RSA) terhenti pembangunannya tahun

    2012, dan Asrama Mahasiswa Sendowo dan Kinanti 1 terhenti pembangunannya

    tahun 2010.

    2) Universitas Negeri Yogyakarta dengn nilai bangunan sebesar Rp19.959.242.360,00

    yang terdiri dari gedung pendukung pembinaan karakter mahasiswa terhenti

    pembangunannya tahun 2015, dan gedung perkuliahan pasca sarjana yang tahun

    2016 masih dalam proses pembangunan.

    3) Institut Seni Indonesia Yogyakarta dengan nilai bangunan sebesar

    Rp86.333.896.401,00 yang terdiri dari gedung asrama mahasiswa dan gedung

    laboratorium seni terhenti pembangunannya tahun 2013.

    f. Audit tujuan tertentu atas saldo aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya serta monitoring

    inventarisasi barang milik negara (BMN)

    Audit tujuan tertentu atas saldo aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya bertujuan untuk

    menilai kewajaran penyajian pos-pos aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya dalam

    laporan keuangan serta melakukan monitoring terhadap proses inventarisasi BMN.

    Kegiatan ini dilaksanakan pada Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas

    Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

    Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut dijumpai permasalahan yang perlu

    mendapat perhatian antara lain :

    1) Inventarisasi BMN belum dilaksanakan sesuai ketentuan

    2) Penyajian akun aset masih dijumpai kelemahan sehingga dilakukan koreksi pada

    pencatatan laporan keuangan

    3) Pengelolaan rekening yang berasal dari dana sebelum UPN Veteran menjadi

    perguruan tinggi negeri belum diungkapkan dalam laporan keuangan.

    6. Kesehatan

    Dalam bidang kesehatan, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah

    melakukan pengawasan berupa audit kinerja terhadap Program Jaminan Kesehatan

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    13

    Nasional (JKN) dan audit pengelolaan kepesertaan JKN, dengan penjelasan sebagai

    berikut:

    a. Audit Kinerja atas Program Jaminan Kesehatan Nasional

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah yang bertujuan

    memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat

    Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera.

    Hasil audit kinerja JKN Tahun 2015 mencapai skor 69,66 atau kategori cukup. Belum

    optimalnya capaian kinerja, disebabkan fasilitas infrastruktur kesehatan belum sesuai

    standar, pembayaran kapitasi/klaim tidak tepat waktu, aplikasi P-Care belum

    sempurna, ketepatan pelaporan JKN, dan keterlambatan datangnya obat dari e-

    purchasing.

    Terkait hal tersebut kepada Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta kami sarankan

    agar:

    1) Memonitor pelaksanaan tindak lanjut dari Bupati Kulon Progo dan Bupati

    Gunungkidul untuk perbaikan pengelolaan program JKN terkait dengan data

    peserta bayar iuran (PBI), fasilitas dan peralatan pada RSUD dan Puskesmas sesuai

    Permenkes nomor 75 Tahun 2014 serta alokasi anggaran untuk peningkatan SDM.

    2) Menginstruksikan Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk

    berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait laporan penyelenggaraan

    JKN yang memuat perencanaan dan pelaksanaan termasuk program pengendalian/

    pencegahan fraud.

    b. Audit Pengelolaan kepesertaan JKN Kabupaten Gunungkidul

    Audit pengelolaan kepesertaan JKN untuk menilai kewajaran database kepesertaan

    JKN Tahun 2015 dan 2016 yang meliputi kepesertaan PBI APBN dan APBD,

    kepesertaan penerima upah dan distribusi Kartu Indonesia Sehat bagi peserta PBI.

    Dari kegiatan yang dilaksanakan tersebut dijumpai permasalahan yang perlu mendapat

    perhatian pemerintah Provinsi atau Pusat antara lain:

    1) Data peserta PBI APBN tahun 2015 dan 2016 belum ter-update dalam database

    kepesertaan JKN Kabupaten Gunungkidul sebanyak 3.672 orang yang terdiri

    peserta ganda, peserta meninggal dan peserta pegawai pemerintah Non PNS yang

    masuk APBN.

    2) Data peserta PBI APBD tahun 2016 belum ter-update dalam database kepesertaan

    JKN Kabupaten Gunungkidul sebanyak 1.139 orang.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    14

    3) Perbedaan data kepesertaan JKN PBI APBD tahun 2015 menurut BPJS Kesehatan

    dengan SK Bupati Gunungkidul.

    4) Peserta ganda PBI APBD tahun 2016 menurut SK Bupati Gunungkidul.

    5) Peserta pejabat daerah dan PNSD belum terdaftar di BPJS sebanyak 818 orang.

    6) Perbedaan peserta JKN perangkat desa/ pegawai pemerintah non PNS menurut SK

    Bupati Gunungkidul dan BPJS.

    Tehadap permasalahan tersebut telah direkomendasikan kepada Bupati Gunungkidul

    dan Instansi terkait untuk memperbaiki permasalahan tersebut.

    7. Pengentasan Kemiskinan

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka mendukung program

    pengentasan kemiskinan telah melakukan kegiatan sebagai berikut:

    a. Audit Kinerja Aksesibilitas Masyarakat Miskin terhadap kegiatan Ekonomi Produktif

    melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Tahun 2016.

    Audit kinerja aksesibilitas masyarakat miskin bertujuan untuk menilai keberhasilan

    pelaksanaan program yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan program,

    yang dilakukan secara uji petik pada Kabupaten Gunungkidul dan Sleman.

    Hasil audit kinerja aksesibilitas masyarakat miskin pada Kabupaten Gunungkidul

    mencapai skor 67,88 atau kategori cukup berhasil, sedangkan pada Kabupaten Sleman

    mencapai skor 60,01 atau kategori cukup berhasil.

    Belum optimalnya capaian kinerja disebabkan KUBE baru dibentuk pada saat proposal

    diajukan, belum dilakukan pemetaan usaha kelompok KUBE dan mitra kerja, belum

    disalurkannya honor pendamping, dan pendamping kurang memahami pembuatan

    laporan sesuai dengan juknis KUBE.

    b. Monitoring dan Evaluasi Program dan Kegiatan Prioritas Nasional (KSP) pada Dinas

    Sosial Tahun 2016

    Pengawasan atas program prioritas kemiskinan berupa monitoring terhadap program

    prioritas pembangunan nasional, diuraikan sebagai berikut:

    1) Tersalurkannya raskin kepada 288.391 Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat

    (RTS-PM) telah terealisasi 100%.

    2) Target pelaksanaan penyaluran Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar 28.118

    RTSM telah terealisasi 28.092 RTSM atau 99,91%.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    15

    3) Bantuan rehabilitasi sosial bagi tidak layak huni (RS-RTLH) bagi fakir miskin

    terealisasi 100% yaitu terselesaikannya rehabilitasi rumah tidak layak huni sebanyak

    90 unit.

    4) Bantuan stimulan usaha ekonomi produktif (UEP KUBE) dengan target

    terlaksananya asistensi sosial dan stimulan UEP bagi fakir miskin sebanyak 60

    KUBE perdesaan dan 60 KUBE perkotaan belum terlaksana, karena masih dalam

    proses pembukaan rekening pada Bank BRI.

    c. Evaluasi Pengelolaan Bencana

    Evaluasi terhadap pengelolaan Bencana pada BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    dilaksanakan pada kegiatan pendampingan pengelolaan Dana Siap Pakai (DSP) dalam

    rangka penanganan siaga darurat bencana kekeringan Daerah Istimewa Yogyakarta,

    dan audit operasional atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Dana Penguatan

    Kelembagaan (DPK) pada BPBD Kabupaten Gunungkidul.

    Dari hasil evaluasi terhadap pengelolaan bencana pada Badan Penanggulangan

    Bencana Daerah (BPBD) ditemui permasalahan sebagai berikut:

    1) Penetapan lokasi pembangunan sarana air bersih tidak tepat sasaran.

    2) Berita Acara Hasil Pemeriksaan lapangan belum menggambarkan keadaan yang

    sebenarnya.

    3) Administrasi pertanggungjawaban tidak tertib dan tidak benar.

    4) HPS tidak disusun secara cermat.

    Terkait permasalahan tersebut telah direkomendasikan kepada kepala BPBD Daerah

    Istimewa Yogyakarta dan BPBD Kabupaten Gunungkidul untuk menyelesaikan

    permasalahan tersebut.

    8. Pengawasan Program Prioritas Daerah

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka pengawasan program

    prioritas daerah telah melakukan evaluasi perencanaan among tani dagang layar dan

    evaluasi perencanaan dana keistimewaan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

    a. Evaluasi Perencanaan Among Tani Dagang Layar

    Among Tani Dagang Layar merupakan paradigma baru yang merupakan shifting of

    mind (pergeseran pola pikir masyarakat), bukan menjadikan masyarakat petani

    menjadi masyarakat nelayan, tetapi merupakan satu kesatuan yang memiliki arti

    adanya kegiatan usaha pertanian (AT) dan kelautan (DL) yang dilaksanakan oleh

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    16

    pemangku kepentingan secara simultan, bersama-sama, terintegrasi dan berkolaborasi

    membentuk sinergi dalam pengembangan potensi PANSELA (pantai selatan)

    Yogyakarta dalam sebuah konsep program yang besar dan mendasar.

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai auditor internal pemerintah

    tahun 2016 melaksanakan evaluasi program Among Tani Dagang Layar di Daerah

    Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunungkidul.

    Program tersebut belum tercantum dalam dokumen perencanaan Pemerintah Daerah

    disebabkan belum dapat mewujudkan konsep among tani dagang layar dengan

    menyusun grand-design konsep among tani dagang layar yang akan menjadi acuan

    dalam proses perencanaan dan kebijakan dalam merwujudkan konsep among tani

    dagang layar. Namun pemerintah pusat saat ini telah menyediakan sarana/prasarana

    yang mendukung konsep among tani dagang layar antara lain sebagai berikut:

    1) Terwujudnya akses Jalan Lintas Selatan DIY sepanjang 125,125 km dari

    Karangnongko Kulon Progo sampai dengan Jerukwudel Kabupaten Gunungkidul

    dan sampai Kabupaten Wonogiri.

    2) Dibangunnya Pelabuhan Tanjung Adikarto selain sebagai Pelabuhan Pendaratan

    Ikan bagi nelayan di Pantai Selatan DIY, diharapkan akan berubah/dan

    berkembang menjadi Pelabuhan kapal-kapal besar yang akan melintasi Pantai

    Selatan DIY.

    3) Proses pembangunan Bandara Internasional yang akan meningkatkan pelayanan

    penerbangan masuk keluar wilayah DIY.

    Kami menyarankan agar memerintahkan Bappeda Pemerintah Daerah Istimewa

    Yogyakarta, Pemda Kulonprogo, pemda Gunungkidul untuk:

    1) Mengidentifikasi potensi-potensi yang ada di wilayah Kabupaten Kulon Progo

    yang berorientasi pada pengembangan pantai selatan.

    2) Menyelaraskan konsep among tani dagang layar dalam dokumen perencanaan

    Kabupaten setelah ditetapkan dalam dokumen perencanaan Pemerintah Daerah

    Istimewa Yogyakarta serta menetapkan peraturan daerah yang mendasari

    perwujudan among tani dagang layar.

    b. Evaluasi Perencanaan Dana Keistimewaan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

    Evaluasi perencanaan dana keistimewaan dilaksanakan dengan melakukan penelaahan

    dokumen-dokumen perencanaan secara uji petik dan wawancara. Penelaahan

    dokumen perencanaan meliputi RPJMD DIY Tahun 2012-2017, IKU Gubernur Tahun

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    17

    2012-2017, RKPD DIY tahun 2017 dan RKA Tahun 2017 program/ kegiatan usulan

    beberapa kabupaten.

    Sedangkan wawancara dilakukan di BAPPEDA DIY, BAPPEDA Kabupaten

    Gunungkidul dan BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo.

    Hasil Evaluasi Perencanaan Dana Keistimewaan sebagai berikut:

    1) Rencana Program dan Kegiatan Lima Tahunan Urusan Keistimewaan Tahun

    2018-2022 tidak memuat indikator keberhasilan program.

    2) Kabupaten/ kota belum menyampaikan usulan program dan kegiatan dana

    keistimewaan TA 2018.

    3) Koordinasi antara BAPPEDA DIY, BAPPEDA Kabupaten/Kota, SKPD Teknis

    Pengampu Dana Keistimewaan (PA/KPA) belum memadai.

    4) Target indikator kinerja capaian program dan indikator hasil dana keistimewaan

    tidak dirumuskan dan sulit diukur

    Untuk meningkatkan kualitas perencanaan program dan kegiatan urusan keistimewaan

    kami telah menyarankan kepada Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta agar

    menginstruksikan kepada Kepala BAPPEDA untuk:

    1) Melengkapi rencana program dan kegiatan lima tahunan urusan keistimewaan

    dengan indikator keberhasilan capaian program yang dijabarkan untuk lima tahun.

    2) Mentaati ketentuan tata kala proses perencanaan dana keistimewaan seperti diatur

    dalam Peraturan Gubernur nomor 33 tahun 2016 tentang pengelolaan dana

    keistimewaan dengan melibatkan fungsi perencanaan di kabupaten/kota.

    3) Mendokumentasikan tahap desk evaluation dalam bentuk berita acara atau

    dokumen sejenis sebagai pelaksanaan pengendalian intern.

    4) Menyampaikan usulan program dan kegiatan dana keistimewaan yang telah

    disetujui oleh Pemerintah Pusat kepada Bupati/Walikota yang ditembuskan

    kepada BAPPEDA kabupaten/kota yang bersangkutan.

    5) Menelaah kembali pernyataan indikator program dan hasil yang sulit diukur dan

    mengkomunikasikan kepada PA/KPA.

    6) Memerintahkan PA/KPA agar melengkapi dan memperbaiki indikator-indikator

    agar memenuhi kriteria spesifik, realistis, terukur dan dapat dicapai.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    18

    B. Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal

    Kegiatan pengawasan dalam rangka peningkatan ruang fiskal bertujuan untuk meningkatkan

    penerimaan negaea dan menjaga pengeluaran negara dalam batas kewajaran dan dilakukan

    secara efisien, dilakukan melalui kegiatan pengawasan optimalisasi penerimaan daerah,

    pengawasan proyek berbantuan luar negeri dan monitoring dan evaluasi Dana Alokasi

    Khusus tahun 2015.

    1. Pengawasan Optimalisasi Penerimaan Daerah

    Dalam rangka optimalisasi penerimaan daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa

    Yogyakarta telah melakukan pengawasan optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD)

    pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon

    Progo.

    Ruang lingkup pengawasan adalah pendapatan asli daerah tahun anggaran 2015 dan 2016

    untuk jenis pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan retribusi daerah yang dilakukan

    secara uji petik atau sampel.

    Dari hasil pengawasan dijumpai permasalahan sebagai berikut:

    a. Pengelolaan data wajib pajak belum memadai untuk mendukung penyusunan

    potensi PAD. Dinas Pendapatan Daerah belum melakukan pengumpulan data

    wajib pajak secara komprehensif.

    b. Pemeriksaan pajak dilaksanakan belum berdasarkan pedoman pemeriksaan yang

    dibakukan dan pelatihan bagi pemeriksa pajak belum terprogram secara kontinyu.

    c. Pemerintah daerah belum memiliki infrastruktur kelembagaan yang memadai

    untuk mengoptimalkan penerimaan pendapatan asli daerah dari pajak.

    d. Pemerintah daerah belum dapat memungut retribusi pengendalian menara

    telekomunikasi karena belum ditetapkannya peraturan yang mengatur tentang

    pemungutan retribusi tersebut.

    Terhadap permasalahan tersebut serta saran perbaikannya telah kami sampaikan kepada

    kepala daerah dan pimpinan SKPD terkait.

    2. Pengawasan Proyek Berbantuan Luar Negeri

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit keuangan atas

    program/proyek berbantuan luar negeri (loan) sebanyak 9 kegiatan/proyek. Pelaksanaan

    audit keuangan mencakup audit terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    19

    program, penilaian terhadap efektivitas internal control, kinerja program, serta ketaatan

    terhadap ketentuan program. Kegiatan audit menghasilkan potensi penghematan

    pengeluaran negara sebesar Rp74.809.852,00.

    3. Monitoring dan Evaluasi Dana Alokasi Khusus

    Monitoring dan evaluasi DAK pada pemerintah provinsi/kabupaten/kota di wilayah

    Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan untuk menilai kelayakan laporan output DAK

    yang dibuat pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang hasilnya akan digunakan sebagai

    dasar penentuan jumlah penggantian DAK. Monitoring dan evaluasi DAK tahun 2016

    dilaksanakan pada bidang infrastruktur pendidikan, infrastruktur kesehatan dan

    infrastruktur pekerjaan umum di dua kabupaten yaitu Kabupaten Gunungkidul dan

    Kabupaten Kulon Progo.

    Hasil monitoring dan evaluasi DAK diperoleh efisiensi kegiatan sebesar

    Rp53.346.994,63 yang telah disetor ke rekening kas daerah dengan rincian:

    - Kabupaten Gunungkidul sebesar Rp44.576.416,00

    - Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp8.770.518,63

    Pemerintah daerah masih dapat mengoptimalkan efisiensi pengeluaran keuangan negara/

    daerah melalui upaya perbaikan sebagai berikut:

    a. Menyempurnakan SOP pemeriksaan dan penerimaan barang.

    b. SKPD penerima DAK agar melakukan identifikasi penilaian risiko dan membuat

    rencana tindak pengendaliannya.

    c. Bapedda agar melakukan verifikasi dan validasi secara cermat atas data yang

    diperoleh untuk penganggaran dan pelaporan DAK.

    C. Pengamanan Aset Negara/Daerah

    Pengawasan atas pengamanan aset negara dilakukan bersama dengan Aparat Penegak

    Hukum (APH), yaitu Kepolisian dan Kejaksaan dengan tujuan memberikan kontribusi

    dalam upaya penyelamatan keuangan negara melalui audit investigatif dan audit

    penghitungan kerugian keuangan negara (PKKN), serta pemberian keterangan ahli.

    Dari hasil audit diperoleh potensi penyelamatan keuangan negara sebesar

    Rp1.690.189.167,93; yang sebagian besar modus pelanggaran tindak pidana korupsi (TPK)

    yang terjadi pada kegiatan pengelolaan sewa aset, kegiatan penggunaan dana padat karya,

    penggunaan dana hibah daerah, penerimaan dana pendidikan non kedinasan dan kegiatan

    land management and policy development program (LMPDP).

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    20

    Penyelamatan aset negara/daerah dilakukan melalui penerapan strategi represif atas

    permintaan penyidik, meliputi audit investigatif atas kasus atau perkara yang berindikasi

    tindak pidana korupsi, dan bantuan penghitungan kerugian keuangan negara, disajikan pada

    tabel berikut.

    Tabel 4 Rekapitulasi Potensi Penyelamatan Keuangan Negara

    No. Uraian Jumlah Kasus

    Nilai Potensi Ketugian (Rp)

    1. Audit Investigatif 2 348.921.867,50

    2. Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara

    6 1.341.267.300,43

    Jumlah 8 1.690.189.167,93

    1. Audit Investigatif

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam tahun 2016 telah melakukan audit

    investigatif terhadap dua laporan/kasus dan ditemukan indikasi kerugian keuangan negara

    sebesar Rp348.921.867,50 dengan rincian sebagai berikut:

    a. Dugaan TPK dalam Program Penataan Sarana Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL) TA

    2015 pada Kabupaten Bantul berupa penyimpangan dari ketentuan yang berlaku pada

    program tersebut, dengan melakukan mark up pada laporan pertanggungjawaban

    penggunaan dana hibah yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara sebesar

    Rp43.710.000,00. Kasus tersebut masih dalam proses penyidikan.

    b. Dugaan TPK pungutan desa dalam Kegiatan LMPDP di Desa Karangtengah, Wonosari

    Kabupaten Gunungkidul, TA 2007-2008 berupa penyimpangan kegiatan dari ketentuan

    yang berlaku, yang mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp305.211.867,50. Kasus

    tersebut masih dalam proses penyelidikan.

    2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN)

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan audit dalam rangka

    penghitungan kerugian keuangan negara atas enam kasus untuk menyatakan pendapat

    mengenai nilai kerugian negara yang timbul dari kasus penyimpangan guna mendukung

    tindakan litigasi atas permintaan APH. Total nilai kerugian negara sebesar

    Rp1.341.267.300,43 dengan rincian sebagai berikut:

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    21

    Tabel 5 Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara

    No. Instansi Jumlah Kasus

    Nilai Kerugian (Rp)

    a. Provinsi 1 53.200.000,00 b. Kabupaten/Kota 2 203.157.770,43 c. K/L 2 1.049.684.700,00 d. BUMD 1 35.224.830,00 Jumlah 6 1.341.267.300,43

    Hasil audit PKKN tersebut berupa audit dalam rangka PKKN atas dugaan TPK dengan

    rincian sebagai berikut:

    a. Penyimpangan pengelolaan sewa aset milik Sekolah Tinggi Multi Media MMTC

    (STMM MMTC) Yogyakarta berupa penginapan/guesthouse tahun 2007-2010 yang

    terdiri dari penerimaan pajak sewa kamar dan penerimaan extra bed tidak

    berdasarkan ketentuan, yang menimbulkan kerugian negara sebesar

    Rp460.234.700,00.

    b. Penyelewengan dana hibah Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran

    2013 oleh ketua kelompok ternak sapi Subur Makmur Dusun Kepek I, Desa Kepek,

    Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul yaitu dengan menggunakan dana

    hibah tidak sesuai dengan Nota Perjanjian Hibah Daerah yang menimbulkan kerugian

    negara sebesar Rp53.200.000,00.

    c. Penyimpangan dana padat karya infrastruktur Desa Banjarejo, Kecamatan

    Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2015 yaitu dengan

    menggunakan dana padat karya tidak sesuai ketentuan, yang menimbulkan kerugian

    negara sebesar Rp126.754.141,00.

    d. Penyimpangan pembangunan barak pengungsian/shelter Tirtomartani, Kalasan,

    Sleman Tahun Anggaran 2012 yaitu berupa pekerjaan barak dan pekerjaan WC luar

    yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp76.403.629,43.

    e. Penyimpangan Penerimaan Dana Pendidikan non Kedinasan pada STMM MMTC

    yang tidak disetorkan ke kas Negara sebagai PNBP tahun 2007 sampai dengan 2009,

    yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp589.450.000,00.

    f. Penyimpangan penggunaan uang operasional produksi pada Unit Pertambangan

    PT AMI Tahun 2011 yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp35.224.830,00.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    22

    3. Pemberian Keterangan Ahli (PKA)

    Pemberian keterangan ahli bertujuan untuk memberikan pendapat berdasarkan keahlian di

    bidang akuntansi dan auditing dalam suatu kasus TPK dan/atau perdata untuk membuat

    jelas suatu kasus bagi penyidik dan/atau hakim.

    Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan kegiatan pemberian

    keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan kejaksaan serta Pengadilan Tindak

    Pidana Korupsi Yogyakarta sebanyak 13 kasus dengan rincian sebagaimana tampak pada

    tabel 6 berikut.

    Tabel 6 Pemberian Keterangan Ahli

    No. Instansi Penyidik Jumlah Kasus

    Nilai Kerugian (Rp)

    1. Polres Kota Yogyakarta 1 142.576.400,00 2. Pengadilan Tipikor Yogyakarta 6 519.996.925,00 3. Polda D.I. Yogyakarta 3 1.100.615.000,00 4. Polres Bantul 1 35.224.830,00 5. Polres Gunungkidul 1 126.754.141,00 6. Kejaksaan Tinggi Yogyakarta 1 663.661.297,00 Jumlah 13 2.588.828.593,00

    Pemberian keterangan ahli atas dugaan TPK dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. PKA di depan Penyidik Polres Kota Yogyakarta sebanyak satu kasus atas perkara

    TPK dugaan penyelewengan dana pada UPK BKM Semeru Kelurahan

    Patangpuluhan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta periode Januari 2009

    sampai dengan 30 Juni 2011 dengan kerugian keuangan negara sebesar

    Rp142.576.400,00.

    b. PKA di Pengadilan Tipikor Yogyakarta sebanyak enam kasus yaitu:

    1) Atas perkara dugaan TPK penyimpangan dana hibah Pemerintah Daerah

    Istimewa Yogyakarta oleh ketua kelompok ternak Andini Makmur Desa

    Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul Tahun

    Anggaran 2013 dengan kerugian keuangan negara sebesar Rp53.150.000,00.

    2) Atas perkara dugaan TPK penyimpangan pengelolaan Pendapatan Asli Desa,

    Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2008

    sampai dengan 2013 dengan kerugian keuangan negara sebesar

    Rp172.348.145,00.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    23

    3) Atas perkara dugaan TPK penerimaan tunjangan suami yang tidak sesuai

    ketentuan oleh seorang dosen salah satu kopertis di Yogyakarta dengan

    kerugian negara sebesar Rp25.387.830,00.

    4) Atas perkara dugaan TPK penyimpangan pengelolaan keuangan pada Unit

    Pengelola Keuangan Badan Keswadayaan Masyarakat Kelurahan

    Patangpuluhan sejak Januari 2009 sampai dengan Juni 2011, yang

    menimbulkan kerugian negara sebesar Rp142.576.400,00.

    5) Atas perkara dugaan TPK Penyimpangan Dana Desa Margosari Kecamatan

    pengasih Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran 2011 sampai dengan 2013

    yang menimbulkan kerugian negara sebesar Rp73.334.550,00.

    6) Atas perkara dugaan TPK penyimpangan dana Hibah PEMDA Daerah

    Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 oleh ketua kelompok ternak sapi

    Subur Makmur alamat Desa Kepek I, Kepek, Wonosari, Gunungkidul, yang

    menimbulkan kerugian negara sebesar Rp53.200.000,00.

    c. PKA di depan penyidik POLDA Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak tiga kasus

    yaitu:

    1) Atas perkara dugaan TPK penyimpangan pada ST MMTC kasus pemungutan

    pajak sewa kamar selama tahun 2007 sampai dengan 2010 yang tidak sesuai

    dengan ketentuan yang berlaku dan digunakan untuk kepentingan pribadi

    serta penyimpangan pemungutan sewa ekstra bed periode tahun 2009 sampai

    dengan 2013 yang tidak ada dasarnya dan penggunaannya tidak dapat

    dipertanggungjawabkan dengan kerugian keuangan negara sebesar

    Rp457.965.000,00.

    2) Atas perkara dugaan TPK penyelewengan dana hibah Pemda Daerah

    Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 oleh ketua kelompok ternak sapi

    Subur Makmur Dusun Kepek I, Desa Kepek, Kecamatan Wonosari,

    Kabupaten Gunungkidul yaitu dengan menggunakan dana hibah tidak sesuai

    dengan Nota Perjanjian Hibah Daerah yang merugikan keuangan negara

    sebesar Rp53.200.000,00.

    3) Atas perkara dugaan TPK penyimpangan dana pendidikan non kedinasan

    STMM MMTC tahun 2007 sampai dengan 2009 yang menimbulkan kerugian

    negara sebesar Rp589.450.000,00.

  • Laporan Hasil Pengawasan Atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Tahun 2016 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta

    24

    d. PKA di depan Penyidik Polres Bantul sebanyak dua kali terhadap kasus perkara

    dugaan TPK penyelewengan uang untuk operasional produksi pada unit

    pertambangan PT Anindya Mitra Internasional tahun 2011 yaitu untuk pembayaran

    pembelian bahan baku batu grid kepada suplier dan untuk pembayaran pembelian

    bahan baku yang merugikan negara sebesar Rp35.224.830,00.

    e. PKA di depan Penyidik Polres Gunungkidul sebanyak dua kali terhadap kasus

    dugaan TPK penyimpangan Dana Padat Karya Infrastruktur Desa Banjarejo,

    Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul TA 2015, yang menimbulkan

    kerugian negara sebesar Rp126.754.141,00.

    f. PKA di depan Penyidik Kejaksaan Tinggi Yogyakarta sebanyak satu kasus

    penyimpangan penge