laporan hasil pengawasan atas akuntabilitas keuangan ... · pdf filetentang badan pengawasan...
TRANSCRIPT
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta i
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
KATA PENGANTAR
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan
Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun
2014 tentang Aksi Pencegahan dan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang
Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat memberikan amanah
kepada BPKP untuk melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan
pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola pemerintahan yang
baik dan bersih.
Dalam menunaikan amanah tersebut, BPKP melakukan pengawasan dan pembinaan
yang meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, investigasi, bimbingan teknis, dan asistensi
kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan dan pembinaan
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai atas kualitas
akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP pada kementerian/lembaga
dan pemerintah daerah.
BPKP selaku auditor intern pemerintah telah dan akan terus berkomitmen untuk
mendukung tugas-tugas pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance)
dan konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang
berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, mendukung pencapaian
prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas, efisiensi, dan kehematan
serta peningkatan tata kelola pemerintahan.
Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
di Wilayah DI Yogyakarta berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan dan pembinaan
sebagai media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern akuntabilitas
keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga (instansi vertikal) dan
unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Laporan ini disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan
pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan
perbaikan sistem tata kelola (governance system).
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
RINGKASAN EKSEKUTIF
Memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014
tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 4
Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara, dan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian
Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
melaksanakan pengawasan dalam rangka mengawal pembangunan nasional, mendorong
peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset, dan perbaikan sistem tata kelola (governance
system).
Ikhtisar hasil pengawasan dan pembinaan tahun 2015 adalah sebagai berikut :
A. Pengawalan Pembangunan Nasional
Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain
ditandai dengan tingkat skor capaian kinerja program berdasarkan hasil audit/evaluasi.
Dalam bidang kesehatan, skor capaian keberhasilan pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesar
89,89 atau dalam kategori “berhasil”. Dalam bidang infrastruktur, skor capaian
pelaksanaan program Peningkatan Penyediaan Sanitasi Air bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (PAMSIMAS) Tahun 2014 pada Kabupaten Bantul sebesar
79,83% dan pada Kabupaten Kulon Progo sebesar 72,70% atau dalam kategori “cukup
berhasil”. Capaian kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tahun
2014 dan 2015 pada lima pemerintah daerah memperoleh predikat “berhasil”, dan
PNPM Mandiri Perkotaan pada seluruh kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta mencapai predikat “memadai”. Dalam bidang kemaritiman, capaian
pelayanan bidang kemaritiman pada dua pemerintah daerah mendapat predikat “baik”.
Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan
pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh
PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Secara keseluruhan, rata-
rata cakupan layanan air minum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2015
sebesar 52,84% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang dilakukan oleh
PDAM adalah sebesar 38,70% dari jumlah penduduk.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iv
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Dalam rangka mengawal pembangunan nasional, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta melakukan pengawasan melalui kegiatan audit kinerja, audit operasional,
dan audit keuangan terhadap lima program prioritas pembangunan nasional yaitu bidang
pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan, infrastruktur, dan kedaulatan
pangan dan kemaritiman.
Pengawasan bidang pendidikan dijumpai permasalahn sebagai berikut:
Audit keuangan atas Health Professional Education Quality (HPEQ) pemberian
beasiswa tidak sesuai ketentuan, tim monitoring dan evaluasi internal belum
melaksanakan tugas dan fungsinya, serta penghematan pengeluaran negara
sebesar Rp51.188.447,00.
Audit Tunjangan Profesi Guru Non PNS menghasilkan koreksi positif sebesar
Rp242.427.700,00, koreksi negatif sebesar Rp302.037.800,00 dan menemukan
kelebihan pembayaran TPG Gurun Non PNS sebesar Rp130.252.125,00.
Monitoring dan evaluasi Program Bansos Sarana dan Prasarana menemukan Dinas
Pendidikan Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data kebutuhan sarpras sekolah
secara lengkap, monitoring atas penyaluran dan penggunaan anggaran sarpras
pendidikan belum optimal, dan penyelenggaraan kegiatan belum sesuai ketentuan.
Evaluasi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri, persentase jumlah
mahasiswa yang dikenakan UKT kelompok 1 tidak mencapai 5% dan besaran Biaya
Kuliah Tunggal (BKT) tidak dicantumkan dalam SK Rektor tentang Uang Kuliah
Tunggal.
Dalam bidang kesehatan, pengawasan dilakukan dengan audit kinerja terhadap program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hasil audit menjumpai beberapa permasalahan
yaitu terdapat peserta PBI yang belum mendapat kartu, peserta JKN tidak memenuhi
kriteria namun masih terdaftar dalam kuota penerima PBI, penduduk miskin dan tidak
mampu penerima bantuan iuran jaminan kesehatan melebihi jumlah penduduk miskin
pada Kabupaten Sleman, dan penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Kulon Progo
tidak sesuai ketentuan sebesar Rp2.145.142.418,00.
Dalam bidang penanggulangan kemiskinan, beberapa permasalahan yang dijumpai
antara lain:
Monitoring dan Evaluasi Pengawasan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada
Dinas Sosial, Pendampingan Pengelolaan Dana Siap Pakai Pemasangan Sistem
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta v
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Peringatan Bencana Longsor, Joint Audit BNPB dengan BPKP Tahun 2015, dan
Reviu atas Program Hibah Air Minum bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Audit BNPB Tahun 2015 pensertifikatan tanah untuk korban erupsi gunung merapi
belum mencapai target 944 KK baru terealisasi 500 KK dan kelebihan pembayaran
sebesar Rp393.285.468,00.
Reviu atas Laporan hasil verifikasi hibah air minum pada empat kabupaten di DIY
dijumpai penetapan baseline tidak cermat sehingga penerima manfaat memperoleh
lebih dari satu sambungan rumah, penggantian penerima manfaat diluar baseline,
dan terdapat calon penerima manfaat yang tidak sesuai kriteria.
Pengawasan bidang infrastruktur dasar, dijumpai permasalahan berikut:
Audit Program PNPM Mandiri Perkotaan pada empat pemerintah daerah, dijumpai
penyalahgunaan dana pinjaman bergulir oleh UPK dan KSM, serta kurangnya
pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja program PNPM Mandiri
Perkotaan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, serta penghematan
pengeluaran negara sebesar Rp49.780.642,00.
Audit keuangan terhadap program Second Water Resources and Irigation Sector
Management Project (WISMP) Phase II dijumpai pengembangan sistem irigasi
belum optimal, pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi daerah irigasi tidak sesuai
dengan tujuan program WISMP Phase II, serta pemilihan dan penetapan daerah
irigasi belum tepat, serta penghematan pengeluaran negara sebesar
Rp57.400.400,00.
Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pembangunan
infrastruktur perdesaan belum sesuai petunjuk teknis, pengadaan buku/jurnal hasil
pelaksanaan PPIP belum sesuai ketentuan, dan kelemahan administrasi di tingkat
Organisasi Masyarakat (OMS) dan KPP.
Evaluasi kinerja BUMD dilakukan pada PDAM Kota Yogyakarta, PDAM Kabupaten
Sleman, PDAM Kabupaten Bantul, PDAM Kabupaten Kulon Progo, dan PDAM
Kabupaten Gunungkidul. Hasil evaluasi menjumpai beberapa permasalahan berupa
tingkat kehilangan air masih tinggi dan harga/ tarif air yang belum sesuai dengan
keputusan Kepala Daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vi
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
Perbaikan kualitas ruang fiskal pada pemerintah daerah antara lain ditandai dengan
adanya peningkatan anggaran pendapatan asli daerah (PAD) dalam APBD sebesar
15,23% atau sebesar Rp2.785.779.939.194,80 di tahun 2014 menjadi
Rp3.210.176.809.059,12 di tahun 2015. Kenaikan anggaran PAD tersebut
memungkinkan pemerintah daerah dapat mewujudkan tujuan pembangunan nasional di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan pengawasan dalam rangka mendorong peningkatan ruang fiskal tahun 2015
menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara sebesar Rp559.488.503,00
serta beberapa permasalahan berikut:
Pengawasan atas optimalisasi PAD pada pemerintah Kabupaten Gunungkidul
menyimpulkan pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data base
mengenai PAD serta pajak hotel, pajak restoran dan restribusi pengendalian menara
telekomunikas belum tergali optimal.
Pengelolaan PNBP dijumpai penentuan target PNBP belum memadai, penggunaan
PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
243/KMK.06.2002, kelebihan pembayaran honor sebesar Rp90.083.000,00 serta
belum dibangunnya sistem pengendalian intern di unit-unit yang mengelola PNBP.
Evaluasi penyelenggaraan fungsi PTSP-PM dijumpai sistem pelayanan informasi dan
perizinan investasi secara elektronik (SPIPISE) belum digunakan, pelayanan
perizinan melebihi ketentuan waktu yang berlaku.
Audit operasional pada KPUD Daerah Istimewa Yogyakarta menghasilkan potensi
penghematan keuangan negara sebesar Rp.72.673.500,00.
Audit atas program JKN menghasilkan koreksi audit berupa selisih pembayaran
tagihan oleh Kementerian Kesehatan sebesar Rp.218.415.225,00. Sedangkan
kegiatan monitoring dan evaluasi DAK menunjukkan koreksi penghematan
pengeluaran negara/effisiensi sebesar Rp.178.316.778,94.
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan aktif dalam upaya
pengamanan aset melalui kegiatan keinvestigasian, pendampingan pencegahan Fraud
pada proses pengadaan barang dan jasa, dan koordinasi dengan aparat penegak
hukum (APH), dan pembinaan pengelolaan aset.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Penyelamatan aset negara/daerah dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta melalui penerapan strategi represif pada pemerintah daerah dan berbagai
satuan kerja Kementerian/Lembaga atas permintaan penyidik, meliputi audit investigatif
atas kasus/penyimpangan yang berindikasi Tindak Pidana Korupsi, bantuan
Penghitungan Kerugian Keuangan Negara, dan pemberian keterangan ahli di
persidangan.
Beberapa informasi dapat disampaikan sebagai berikut:
Audit investigatif atas dua kasus yang mengakibatkan kerugian negara sebesar
Rp108.559.380,00
Audit penghitungan kerugian keuangan negara atas lima kasus, dengan nilai
kerugian keuangan negara seluruhnya sebesar Rp1.905.653.045,00.
Kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan kejaksaan
serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebanyak 26 kasus dengan nilai
Rp12.551.106.058,00.
Dalam upaya pengamanan aset negara/daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta juga melakukan pendampingan pencegahan fraud pada kontrak pekerjaan
penyempurnaan pembangunan gedung perpustakaan, pengadaan landscape dan
pekerjaan pengadaan interior gedung perpustakaan BPAD Daerah Istimewa Yogyakarta.
Upaya lainnya berupa koordinasi dan supervis i pencegahan korupsi dengan KPK pada
Kabupaten Kulon Progo dan Gunungkidul.
D. Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System)
Beberapa indikator yang dapat menggambarkan perbaikan kualitas tata kelola
kepemerintahan antara lain tercermin dari tingkat kematangan (maturity) dalam
penyelenggaraan SPIP, perolehan skor sistem akuntabilitas kinerja/SAKIP, perolehan
opini atas laporan keuangan pemerintah daerah maupun BUMD, dan tingkat leveling
APIP.
Penilaian maturitas SPIP dilakukan pada empat pemerintah daerah yaitu Kabupaten
Sleman dengan nilai 2,83 (berkembang) dan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
dengan nilai 1,44 (rintisan), Pemerintah Kabupaten Bantul dengan nilai 1,92 (rintisan)
dan Kabupaten Kulon Progo dengan nilai 2,16 (berkembang), sedangkan satu pemda
yang lain belum dilakukan penilaian.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta viii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Hasil penilaian SAKIP pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2014
menunjukkan perolehan nilai “sangat baik” dengan skor/nilai A. Pada Pemerintah
Kabupaten Gunung Kidul memperoleh nilai “cukup” dengan skor/nilai CC, dan empat
Pemerintah Daerah lainnya memperoleh nilai “baik” dengan skor/nilai B.
Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam LKPD
memperoleh opini WTP. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2014 sama dengan
tahun 2013.
Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruhnya telah diaudit oleh
auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh opini WTP.
Hasil assessment/evaluasi terhadap leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2015 menunjukkan, dari enam APIP satu APIP berada pada
level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2 dengan catatan perbaikan.
Untuk memperbaiki kualitas tata kelola, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
telah melakukan berbagai kegiatan konsultatif berupa pendampingan dan bimbingan
teknis kepada pemerintah daerah dan badan usaha serta BLUD terkait peningkatan
kualitas tata kelola.
1. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Dalam rangka peningkatan penyelengaraan sistem pengendalian intern pemerintah
yang baik pada kegiatan utama SKPD/Unit Kerja, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta telah menyarankan kepada masing-masing pemerintah daerah sebagai
berikut:
Satgas SPIP Kabupaten/Kota ikut terlibat dan proaktif dalam menerapkan SPIP di
tingkat Kabupaten/Kota dan SKPD.
Menyusun Rencana Tindak Pengendalian (RTP) SPIP atas kegiatan utama
sehingga setiap kegiatan mempunyai pengendalian yang memadai.
2. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan pendampingan
penyusunan laporan kinerja tahun 2014 di Pemerintah Kabupaten Sleman dan
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, serta focus group discussion (FGD) reviu
laporan kinerja pada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta ix
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan AKIP, Perwakilan BPKP Daerah
Istimewa Yogyakarta telah merekomendasikan perbaikan pengelolaan AKIP kepada
Pemerintah Kabupaten agar :
Melakukan reviu terhadap RPJMD dan Renstra SKPD secara kontinyu, untuk
perbaikan berkelanjutan.
Pengembangan e-SAKIP tahun 2015 untuk memantau pencapaian kinerja setiap
triwulan dan sinergi antara perencanaan. penganggaran, pelaksanaan dan
pelaporan kinerja.
Menyempurnakan indikator yang kurang tepat.
Menyusun perbaikan pengukuran dan mekanisme pengumpulan data kinerja
yang relevan.
3. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah/BUMD/BLUD
Kegiatan pembinaan antara lain dalam bentuk pendampingan penyusunan laporan
keuangan Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang
dilakukan oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, pendampingan penataan
Barang Milik Daerah, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan
peningkatan kapasitas APIP Daerah.
Pendampingan penyusunan laporan keuangan juga dilakukan pada instansi vertikal,
yaitu Kejaksaan Tinggi DIY, Polda, Kanwil KUMHAM, Bawaslu, KPU, Balai Besar
Latihan Ketransmigrasian, Dinas PU Perumahan dan ESDM DIY, dan STTN
Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian yang besar
dalam upaya peningkatan kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik
daerah dengan melakukan pelatihan dan pembekalan mengenai penatausahaan dan
penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan,
pelatihan SAP berbasis akrual, pembekalan reviu LKPD. Untuk meningkatkan
kualitas laporan keuangan BLUD, selain melakukan reviu atas laporan keuangan
BLUD, BPKP juga telah mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
BLUD. Dalam tahun 2015 BPKP telah mendampingi 96 Unit Pengelola Teknis
Daerah (UPTD) dalam pengelolaan keuangan dan penerapan SIA BLUD.
4. Penguatan Pengelolaan Dana Desa
Besarnya peran yang diterima oleh desa, tentunya harus disertai dengan
tanggungjawab dan tuntutan akuntabilitas yang besar pula. Oleh karena itu
pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta x
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
pemerintahannya dalam bentuk pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan.
Untuk itu Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan bimbingan dan
konsultasi kepada aparat di Kabupaten dan Desa (piloting). Beberapa kegiatan yang
telah dilaksanakan antara lain:
a. fasilitasi penyusunan produk-produk hukum kabupaten tentang pengelolaan
keuangan desa
b. pendampingan implementasi pengelolaan keuangan desa kepada pejabat terkait
di kabupaten dan kecamatan, pengenalan sistem keuangan desa (Siskeudes),
serta pemetaan permasalahan dan solusinya dalam implementasi pengelolaan
keuangan desa
c. bersinergi dengan kabupaten dalam melaksanakan piloting pengelolaan
keuangan desa menggunakan Siskeudes (satu kabupaten satu desa piloting).
d. monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di
tingkat kabupaten.
5. Pembangunan Sistem Anti Korupsi (Fraud Control Plan) dan Zona Integritas
menuju WBK/WBBM
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan sosialisasi
pembangunan sistem anti korupsi (fraud control plan) sebagai pengembangan
pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, menangkal, dan
memudahkan pengungkapan kejadian berindikasi korupsi pada forum pencegahan
TPK dan gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Gunungkidul serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan
pada Dinas PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan bimbingan
teknis penyusunan Fraud Control Plan dilakukan pada RSUD Wates Kabupaten
Kulon Progo dan diagnostic assessment Fraud Control Plan pada RSUD Wonosari
Kabupaten Gunungkidul.
Selain itu juga telah melakukan sosialisasi WBK/WBBM di unit-unit kerja lingkup
Kanwil Kementerian Agama serta workshop pemenuhan penilaian indikator-indikator
Zona Integritas menuju WBK/WBBM pada Kantor Kemenag Kabupaten Bantul yang
telah ditunjuk oleh Kementerian Agama sebagai salah satu unit kerja yang dijadikan
pilot project untuk mendapatkan predikat unit kerja menuju WBK/WBBM.
6. Sosialisasi Program Anti Korupsi
Sosialisasi Program Anti Korupsi diberikan kepada Pelajar SLTA di lingkungan
Kabupaten Gunungkidul, Mahasiswa Universitas Islam Negeri dan Univers itas
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta xi
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Muhammadyah Yogyakarta serta Pengelola Barang Jasa di lingkungan Instansi
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, forum pencegahan TPK dan gratifikasi di
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum
peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan
ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta.
7. Peningkatan Pelayanan Masyarakat dengan pola BLUD
Dalam tahun 2015 dillakukan berbagai kegiatan guna mendukung kelancaran
implementasi PPK BLUD yaitu bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan,
penyusunan kebijakan akuntansi, penyusunan rencana bisnis anggaran (RBA),
implementasi sistem informasi akuntansi (SIA) BLUD, bimbingan teknis pengawasan
BLUD bagi Inspektorat. Beberapa kendala dalam implementasi BLUD antara lain
tidak tersedianya sumber daya manusia dengan kompetensi tata kelola keuangan
yang memadai, keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan keuangan, belum
seluruh stakeholder memiliki pemahaman yang sama terkait tata kelola keuangan
BLUD, dan belum seluruh BLUD memiliki kelengkapan tata kelola yang memadai.
8. Pembinaan Peningkatan Kapabilitas APIP
BPKP memberikan pembinaan agar APIP mampu berperan memberikan keyakinan
yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, memberikan
peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah, serta memelihara dan
meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah.
Kegiatan pembinaan yang dilakukan meliputi asistensi/bimtek peningkatan tata
kelola, penerapan ketentuan Jabatan Fungsional Auditor (JFA), dan menjadi
narasumber program pelatihan mandiri (PPM) maupun diklat yang diselenggarakan
oleh APIP, serta kegiatan evaluasi/validasi atas leveling tata kelola APIP dengan
tujuan untuk mendorong peningkatan level kapabilitas APIP yang pada umumnya
masih berada pada level 2 dengan catatan perbaikan menuju level 2 penuh dan
menuju level 3.
Beberapa hal yang telah direkomendasikan kepada masing-masing Inspektur di
lingkungan Pemerintah Daerah se Daerah Istimewa Yogyakarta untuk meningkatkan
level kapabilitas meliputi :
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta xii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Menerapkan pedoman kendali mutu audit sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2009
Setiap tim audit agar menyusun rencana dan program kerja audit secara
terstruktur, serta mendokumentasikan kertas kerja audit secara memadai.
Menerapkan standar audit dalam pelaksanaan penugasan audit.
Membangun perencanaan pengawasan berbasis risiko.
E. Fokus Rencana Tindak
Untuk meningkatkan kualitas akuntabilitas keuangan negara, beberapa hal yang
diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai berikut:
1. Mendorong Kepala Daerah yang laporan keuangannya belum memperoleh opini
WTP untuk menyusun rencana aksi peningkatan kualitas pengelolaan dan
penyusunan laporan keuangan.
2. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada
seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal
dengan menyusun rencana tindak pengendalian, membangun infrastruktur tindak
pengendalian, monitoring penerapan SPIP dan menyusun laporan penyelenggaraan
SPIP.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan pemerintah daerah
antara lain dengan memanfaatkan program beasiswa STAR-BPKP.
4. Mendorong penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik sampai dengan unit-unit penyelenggara layanan serta meningkatkan
kualifikasi Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
5. Melakukan identifikasi dan meningkatkan kecukupan fasilitas pelabuhan serta
membangun sistem yang mempermudah proses perizinan kapal penangkap ikan.
6. Meningkatkan kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui
penguatan infrastruktur dan peningkatan jumlah dan kompetensi auditor, didukung
dengan anggaran yang memadai.
7. Mendorong penerapan Fraud Control Plan (FCP) pada unit kerja/SKPD dan BUMD
yang memiliki risiko korupsi tinggi.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta xiii
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF iii
DAFTAR ISI xiii
BAB I INFORMASI UMUM 1
A
B
C
D
E
Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Dukungan Sumber Daya
Penyajian Informasi
1
2
2
2
3
BAB II URAIAN HASIL PENGAWASAN 5
A Pengawalan Pembangunan Nasional 5
1. Kualitas Pembangunan Nasional 5
2. Peningkatan Kualitas Pembangunan Nasional 7
B Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal 21
1. Kualitas Peningkatan Ruang Fiskal 21
2. Peningkatan Kualitas Ruang Fiskal 21
C Pengamanan Aset Negara/Daerah 29
1. Kegiatan Keinvestigasian 29
2. Pendampingan Pencegahan Fraud pada Proses
Pengadaan Barang/Jasa
31
3. Pembinaan Pengelolaan Aset 31
4. Koordinasi dan supervis i pencegahan korupsi 31
D Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System) 33
1. Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System) 33
2. Peningkatan Kualitas Sistem Tata Kelola 38
E Rencana Tindak Perbaikan Akuntabilitas Keuangan
Negara/ Daerah
51
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 1
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
BAB I
INFORMASI UMUM
A. Kebijakan Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
Sebagai unit kerja BPKP, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan
kegiatan pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP
Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang lingkup
peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) mencakup :
1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang
meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara
berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan
kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan
konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah
(APIP).
Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas Pemerintah,
penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga memperhatikan amanah
yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai peraturan perundang-undangan sebagai
berikut :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
2. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan Kualitas
Akuntabilitas Keuangan Negara.
3. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012 – 2025.
4. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
5. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem
Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam
Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi Tahun 2015.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 2
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Kebijakan dan strategi pengawasan BPKP diarahkan untuk mendukung terwujudnya
sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya. Kegiatan pengawasan BPKP juga diarahkan untuk
mencapai terwujudnya pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap
kinerja pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang
independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem manajemen kinerja
pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
B. Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahun 2015
Kebijakan pengawasan dan pembinaan selanjutnya menjadi dasar dalam menyusun
Program Kerja Pengawasan dan Pembinaan Tahunan (PKP2T). PKP2T yang berisi
berbagai jenis penugasan pengawasan terhadap akuntabilitas keuangan negara dan
pembinaan SPIP menjadi kontrak kinerja Kepala Perwakilan dengan Kepala BPKP yang
dituangkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (Tapkin). Dokumen Tapkin berisi program,
kegiatan serta target kinerja.
Sampai dengan akhir tahun 2015, rencana penugasan pengawasan (PP) sebanyak 701
penugasan tercapai 100%.
C. Peran Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk memberikan kontribusi nyata,
khususnya kepada Pemerintah Daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui
pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja K/L dan
Pemerintah Daerah di wilayah tugasnya. Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan pembinaan
penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja K/L dan satuan kerja Pemerintah Daerah di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta menuju terwujudnya tata kepemerintahan yang baik
dan bersih (Good and Clean Governance).
D. Dukungan Sumber Daya
Untuk dapat melaksanakan mandat dan amanah dari Presiden, Perwakilan BPKP Daerah
Istimewa Yogyakarta didukung oleh sumber daya manusia yang professional sebanyak 146
orang (struktural 5 orang, korwas 5 orang, PFA 96 orang, analis kepegawaian 2 orang,
pranata komputer 2 orang, dan fungsional umur 36 orang). Rincian atas jumlah pegawai
tersebut dapat dilihat dalam grafik berikut:
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 3
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Selain dukungan sumber daya manusia, dalam pelaksanaan tugas pengawasan Perwakilan
BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga didukung dengan dana yang cukup memadai. Sampai
dengan akhir tahun 2015 jumlah penyerapan dana sebesar Rp3.147.630.813,00atau 92.21%
dari anggaran sebesar Rp3.413.575.000,00. Rincian anggaran dan realisasi dana dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Anggaran Pengawasan
Tahun 2015
No Dimensi Pengaw asan Anggaran Realisasi 2015
Jumlah % Jumlah %
1 Pengaw alan
Pembangunan Nasional
1.126.611.110 33.00 1.060.785.261 94.16
2 Peningkatan Ruang Fiskal 115.910.000 3.40 96.271.370 83.06
3 Pengamanan Aset
Negara
394.483.000 11.56 371.665.955 94.22
3 Perbaikan Governance 1.776.570.890 52.04 1.618.908.227 91.13
Sub Jumlah 3.413.575.000 100.00 3.147.630.813 92.21
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
E. Penyajian Informasi
Laporan Hasil Pengawasan ini menyajikan informasi keseluruhan kualitas akuntabilitas
keuangan negara di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan data
eksternal dan internal hasil pengawasan serta mengacu pada empat fokus dimensi
pengawasan yaitu :
4%
3%
66%
1%
1%
25%
Struktural
Korwas
PFA
Analis Kepegawaian
Pranata Komputer
PFU
Grafik 1.1
Pegawai Perwakilan BPKP DIY Berdasarkan Jabatan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 4
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
1. Pengawalan Pembangunan Nasional
2. Peningkatan Ruang Fiskal
3. Pengamanan Aset Negara
4. Perbaikan sistem tata kelola (governance system)
Data internal hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta adalah data
yang diperoleh dari kegiatan pengawasan dan pembinaan (assurance dan consulting) yang
dilakukan langsung atas satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Daerah
di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan data eksternal adalah data yang
diperoleh BPKP dari pihak ketiga, auditor eksternal, publikasi laporan keuangan oleh satuan
kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah yang bersangkutan atau
sumber data lain yang sah yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran keseluruhan
kualitas akuntabilitas keuangan pada satuan kerja K/L dan satuan kerja di lingkungan
pemerintah daerah.
Penyajian informasi kualitas akuntabilitas keuangan negara satuan kerja K/L dan satuan
kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang berasal
dari berbagai sumber tersebut, dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
komprehensif dan obyektif, sehingga persepsi/simpulan yang diperoleh oleh pengguna
informasi (users) tidak bias (misleading) yang disebabkan oleh faktor risiko ujipetik
(sampling) pengawasan.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 5
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
BAB II
URAIAN HASIL PENGAWASAN
Dalam rangka meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan dan pembangunan
serta untuk lebih mengefektifkan fungsi pengawasan intern di lingkungan pemerintah, BPKP
sebagai auditor intern pemerintah telah melakukan kegiatan pengawasan yang bersifat
assurance dan consulting kepada para pemangku kepentingan (stakeholders).
Hasil pengawasan disajikan dalam empat dimensi pengawasan, yaitu pengawalan
pembangunan nasional, peningkatan ruang fiskal, pengamanan aset negara/daerah, dan
perbaikan sistem tata kelola (governance system).
A. Pengawalan Pembangunan Nasional
1. Kualitas Pembangunan Nasional
Keberhasilan pembangunan nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain
ditandai dengan tingkat skor capaian kinerja program berdasarkan hasil audit/evaluasi,
sebagaimana terlihat pada table 2.1.
Tabel 2.1 Capaian Kinerja Program Prioritas Pembangunan
Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015
No Bidang Nama Program Lokasi Capaian Kinerja
Predikat
1 Kesehatan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2015
Kab. Sleman 86,92 Berhasil
Kab. Kulon Progo 80,87 Berhasil
2 Infrastruktur Program Peningkatan Penyediaan Sanitasi Air bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (PA MSIMAS) Tahun 2014
Kab. Bantul 79,83 Cukup Berhasil
Kab. Kulon Progo 72,70 Cukup Berhasil
Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Tahun 2014 dan 2015
D. I. Yogyakarta 89,74 Berhasil
Kab. Kulon Progo 88,67 Berhasil
Kab. Gunungkidul 86,51 Berhasil
Kab. Sleman 88,77 Berhasil
Kab. Bantul 88,61 Berhasil
Program PNPM Mandiri Perkotaan Tahun 2014
Wilayah Daerah Istimew a Yogyakarta
- Memadai
3 Kemaritiman Pelayanan Pemda Bidang Kemaritiman
D. I. Yogyakarta 60,52 Baik
Kab. Kulon Progo 60,61 Baik
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 6
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Perkembangan capaian kinerja PNPM Mandiri Perkotaan selama lima tahun dapat dilihat
pada Tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Capaian Kinerja PNPM Mandiri Perkotaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Keberhasilan pembangunan bidang infrastruktur juga dapat dilihat dari tingkat cakupan
pelayanan air minum yang dapat dinikmati oleh masyarakat, baik yang disediakan oleh
PDAM maupun dengan sistem penyediaan air minum lainnya. Secara keseluruhan, rata-
rata cakupan layanan air minum di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan
tahun 2015 sebesar 51,27% dari jumlah penduduk. Sedangkan pelayanan yang
dilakukan oleh PDAM adalah sebesar 33,37% dari jumlah penduduk dengan rincian
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.3. di bawah ini.
Tabel 2.3.
Rekapitulasi Cakupan Pelayanan dan Kuantitas Air per KK/bulan
s.d Tahun 2015
No PDAM % Cakupan
terhadap jumlah
penduduk
(PDAM)
% Cakupan
terhadap
jumlah
penduduk
(Total)
Kuantitas air/
pelanggan/bulan
(m3)
1 Kota Yogyakarta 45,52 82,30 17,44
2 Kabupaten Sleman 15,68 43,50 15,02
No. Satuan Kerja 2010 2011 2012 2013 2014
1 D.I
Yogyakarta
Memadai Memadai Memadai Tidak
Diaudit
Memadai
2 Kota
Yogyakarta
Tidak
Diaudit
Tidak
Diaudit
Tidak
Diaudit
Memadai Memadai
3 Kabupaten
Bantul
Memadai Memadai Tidak
Diaudit
Memadai Memadai
4 Kabupaten
Sleman
Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai
5 Kabupaten
Kulon Progo
Tidak
Diaudit
Tidak
Diaudit
Tidak
Diaudit
Tidak
Diaudit
Tidak
Diaudit
6 Kabupaten
Gunungkidul
Tidak Ada
PNPM
Tidak Ada
PNPM
Tidak Ada
PNPM
Tidak Ada
PNPM
Tidak Ada
PNPM
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 7
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No PDAM % Cakupan
terhadap jumlah
penduduk
(PDAM)
% Cakupan
terhadap
jumlah
penduduk
(Total)
Kuantitas air/
pelanggan/bulan
(m3)
3 Kabupaten Gunungkidul 46,75 56,08 15,50
4 Kabupaten Bantul 21,78 31,14 14,55
5 Kabupaten Kulon Progo 37,12 43,33 12,69
Rata-rata 33,37 51,27 15,04
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY dan Dinas terkai t
Sebagai salah satu badan usaha milik daerah yang berperan dalam pembangunan
infrastruktur air minum, PDAM telah menunjukkan kinerja yang baik sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini.
Tabel 2.4
Rekapitulasi Nilai Kinerja dan Tingkat Kesehatan PDAM
Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2013 - 2015
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
2. Peningkatan Kualitas Pembangunan Nasional
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan pengawasan terhadap
beberapa program pembangunan nasional yang menjadi prioritas utama pemerintah.
Tujuan pengawasan untuk mendukung pencapaian program prioritas pemerintah dengan
mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang mungkin timbul dan memberikan saran
perbaikan untuk tercapainya tujuan program pembangunan nasional. Pengawasan
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
No PDAM Nilai
Kinerja
Tingkat
ke sehatan
Nilai
Kinerja
Tingkat
ke sehatan
Nilai
Kinerja
Tingkat
ke sehatan
1 Kota
Yogyakarta
62,47 3,180 60,12 3,145 60,22 3,205
2 Kabupaten
Sleman
58,77 3,025 59,27 3,175 60,97 2,995
3 Kabupaten
Gunungkidul
51,29 2,255 61,15 2,945 60,09 3,05
4 Kabupaten
Bantul
62,47 2,890 60,24 2,990 61,32 2,82
5 Kabupaten
Kulon Progo
61,53 3,430 64,75 3,480 63,05 3,37
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 8
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
didasarkan pada penilaian atas efektivitas, efisiensi, dan keekonomisan (3E)
pelaksanaan program/kegiatan melalui audit kinerja dan audit keuangan.
Dalam tahun 2015, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan
pengawasan terhadap prioritas pembangunan bidang pendidikan, kesehatan,
penanggulangan kemiskinan, infrastruktur dan kedaulatan pangan sebagaimana tampak
pada tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional
Tahun 2015
No Prioritas
Pembangunan
Kegiatan Pengawasan Jumlah
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Pengawasan
1 Pendidikan - Audit keuangan HPEQ 3 UGM, UII dan UMY
- Audit atas Kekurangan Bayar
TP Guru TK Non PNS Tahun
Anggaran 2014
5 Kota Yogyakarta, Kab.
Sleman, Kab. Kulon Progo,
Kab. Gunung Kidul,
Kab.Bantul
- Monev Program Bansos
Sarpras Pendidikan pad
Dinas Pendidikan TA 2015
1 Kab. Gunungkidul
- Monev Pengaw asan Program
dan Kegiatan Prior itas
Nasional
2 UNY dan UGM
- Evaluasi Bantuan
Operasional Perguruan
Tinggi Negeri
1 Universitas Gadjah Mada
2 Kesehatan - Audit kinerja program
Jaminan Kesehatan Nasional
2 Kab. Sleman dan Kab. Kulon
Progo
- Evaluasi Kinerja pada RSUD
Tahun 2014
1 Kota Yogyakarta
3 Penanggulangan
Kemiskinan
- Monev Pengaw asan Program
dan Kegiatan Prior itas
Nasional pada Dinas Sosial
1 Kabupaten Sleman
- Pendampingan Pengelolaan
Dana Siap Pakai
Pemasangan Sistem
Per ingatan Bencana Longsor
1 UGM
- Joint Audit BNPB dengan
BPKP Tahun 2015
1 D. I. Yogyakarta
- Program Hibah Air Minum
bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
1 D. I. Yogyakarta
4 Infrastruktur Audit keuangan :
- PA MSIMAS 3 D. I. Yogyakarta, Kab. Bantul
dan Kab. Kulon Progo
- PNPM Mandiri Perkotaan 4 D. I. Yogyakarta, Kota
Yogyakarta, Kab. Bantul dan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 9
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No Prioritas
Pembangunan
Kegiatan Pengawasan Jumlah
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Pengawasan
Kab. Sleman
- WISMP II 15 D. I. Yogyakarta, Kab.
Bantul, Kab. Sleman, Kab.
Gunungkidul dan Kab. Kulon
Progo
Audit kinerja :
- Program Pembangunan
Infrastruktur Pedesaan
(PPIP) Tahun 2014
5 D. I. Yogyakarta, Kab. Kulon
Progo, Kab. Gunungkidul,
Kab. Sleman, Kab. Bantul
- BUMD – PDAM 5 Kota Yogyakarta, Kab.
Sleman, Kab. Bantul, Kab.
Kulon Progo dan Kab.
Gunungkidul
5 Kedaulatan
Pangan
- Program Gerakan
Peningkatan Produksi
Pangan Berbasis Korporasi
(GP3K) Intensifikasi Tahun
2014
4 PT Sang Hyang seri
PT Pertani
PT Pupuk Sriw ijaya
PT Pupuk Petrokimia Gresik
- Program Akselerasi Sw asembada Pangan
1 Dinas Peranian DIY
6 Kemaritiman Audit kinerja pelayanan pemerintah daerah bidang kemaritiman
2 D. I. Yogyakarta dan Kab. Kulon Progo
Jumlah
Masing-masing kegiatan pengawasan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Program Prioritas Pendidikan
1) Health Professional Education Quality (HPEQ)
Pengawasan atas program prioritas bidang pendidikan berupa audit keuangan
Health Professional Education Quality (HPEQ) pada Univers itas Gajah Mada,
Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tujuan program HPEQ diharapkan akan berkontribusi pada pencapaian layanan
kesehatan melalui penguatan kualitas penyedia jasa kesehatan, yang akan
dicapai melalui penguatan sistem dan institusi akreditasi program studi dan
sertifikasi lulusan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pendidikan
profesional kesehatan.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program HPEQ antara lain :
a) Tim monitoring dan evaluasi internal tidak melaksanakan tugas dan fungsinya
b) Pemberian beasiswa tidak sesuai dengan panduan pelaksanaan Program
Hibah Kompetensi Peningkatan Kualitas Pendidikan Dokter (PHK PKPD)
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 10
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2) TPG TK Non PNS
Tujuan Tunjangan Profesi Guru sesuai Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen mengatur bahwa guru dan dosen berkedudukan sebagai
tenaga profesional untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan, guru dan dosen berhak atas tunjangan
profesi yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Tunjangan Profesi Guru diberikan kepada guru yang telah mendapatkan Sertifikat
Pendidik dan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pemberian Tunjangan
Profesi Guru diberikan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia yang mengatur tentang Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi
Guru.
Kegiatan audit atas Tunjangan Profesi Guru TK Non PNS dilaksanakan untuk :
a) Memastikan bahwa tunggakan TP Guru Non PNS telah diperhitungkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku sebagai dasar pembayaran TP Guru.
b) Memastikan bahwa dalam pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi Non
PNS telah memenuhi prinsip pengelolaan kepemerintahan yang baik
c) Mengidentifikasi permasalahan/kendala yang terjadi pada proses penyaluran
TPG.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan audit TPG TK Non PNS adalah :
a) Koreksi positif atas kekurangan bayar TPG TK Non PNS senilai
Rp242.427.700,00
b) Koreksi negatif atas kekurangan bayar TPG TK Non PNS senilai
Rp302.037.800,00
c) Kelebihan pembayaran TPG TK Non PNS senilai Rp130.252.125,00
3) Monev Program Bansos Sarana dan Prasarana
Tujuan monitoring dan evaluasi bantuan sosial sarana pendidikan adalah :
a) Mendapatkan informasi tentang peran dan fungsi Dinas Pendidikan berkaitan
dengan pengelolaan sekolah, penyediaan anggaran sarana dan prasarana
pendidikan dan peran terhadap penyaluran bantuan sosial sarpras pendidikan
b) Mendapatkan informasi yang cukup tentang pengelolaan bantuan sosial oleh
sekolah penerima
c) Mengetahui hambatan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan bantuan
sekolah serta memberikan saran-saran perbaikan.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 11
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Monev bansos sarpras hanya dilakukan di Kabupaten Gunungkidul dengan
permasalahan sebagai berikut:
a) Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data kebutuhan
sarpras sekolah secara lengkap
b) Monitoring atas penyaluran dan penggunaan anggaran sarpras pendidikan
belum optimal
c) Penyelenggaraan kegiatan bansos sarpras pendidikan belum sesuai ketentuan
4) Monev Pengawasan Program dan Kegiatan Proritas Nasional
Monitoring dan evaluasi pengawasan program dan kegiatan prioritas Nasional
merupakan penugasan dari Kantor Staf presiden (KSP). Monitoring di bidang
pendidikan tahun 2015 dilakukan terhadap rencana aksi tersalurkannya beasiswa
bidik misi dan beasiswa afirmasi pada Univers itas Gadjah Mada sebanyak 4.784
orang mahasiswa dan Universitas negeri Yogyakarta sebanyak 4.577 orang
mahasiswa.
Sampai dengan triwulan III (B 09) tidak ada realisasi penyaluran beasiswa atau
tercapai 0% karena lambatnya proses verifikasi dan validasi data mahasiswa
penerima beasiswa bidikmisi dan pencairan dana pada Ditjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kementerian Ristek Dikti.
5) Evaluasi Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri
Tujuan evaluasi atas pengelolaan dana bantuan operasional PTN adalah :
a) Melakukan penilaian risiko atas pengelolaan BOPTN
b) Memastikan kecukupan BOPTN untuk menutupi kekurangan biaya operasional
Peruruan Tinggi
c) Memastikan penggunaan dana BOPTN memenuhi prinsip 3E dan 2K
Permasalahan dalam evaluasi bantuan operasional PTN (Universitas Gadjah
Mada), antara lain :
a) Besaran Biaya Kuliah Tunggal tidak dicantumkan dalam SK Rektor tentang
Uang Kuliah Tunggal
b) Persentase jumlah mahasiswa yang dikenakan UKT kelompok 1 tidak
mencapai 5%
b. Program Prioritas Kesehatan
1) Audit Kinerja Program Jaminan Kesehatan Nasional
Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan perlindungan
sosial diantaranya Program Indonesia Sehat, Presiden RI menerbitkan Instruksi
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 12
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Presiden Nomor 7 Tahun 2014 diantaranya memuat instruksi kepada Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk melaksanakan
pemantauan, bimbingan, dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan serta mengambil langkah-langkah pengawasan keuangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atas penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat. Memenuhi instruksi tersebut, Perwakilan BPKP Daerah
Istimewa Yogyakarta telah melakukan audit kinerja Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tujuan audit kinerja JKN adalah untuk menilai keberhasilan Kementrian
Kesehatan dan Instansi terkait dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan
Nasional khususnya kepada fakir miskin dan masyarakat tidak mampu peserta
PBI, dan memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan program
JKN.
Sasaran audit JKN adalah:
a) Menilai keberhasilan pelaksanaan Program JKN yang dijabarkan dalam tiga
indikator utama yaitu: Ketepatan Perencanaan, Kualitas Pelayanan Kesehatan,
dan Keandalan Pelaporan.
b) Mengindentifikasi hambatan pelaksanaan program di daerah
c) Mengindentifikasi adanya kerugian negara yang diakibatkan oleh pelaksanaan
program yang tidak sesuai ketentuan.
Dari hasil audit program JKN, dijumpai permasalahan sebagai berikut :
a) Terdapat peserta PBI yang belum mendapat kartu
b) Peserta JKN tidak memenuhi kriteria namun masih terdaftar dalam kuota
penerima PBI berdasarkan SK Menteri Sosial Nomor 147/HUK/2013
c) Penduduk miskin dan tidak mampu penerima bantuan iuran jaminan
kesehatan melebihi jumlah penduduk miskin pada Kabupaten Sleman
d) Penggunaan dana kapitasi di Kabupaten Kulon Progo tidak sesuai ketentuan
sebesar Rp2.145.142.418,00
2) Evaluasi Kinerja pada RSUD Kota Yogyakarta
Selain pengawasan pada Program JKN, Perwakilan BPKP DIY juga melakukan
evaluasi kinerja PPK BLUD pada RSUD Kota Yogyakarta yang mencakup tiga
indikator kinerja yaitu kinerja keuangan, kinerja pelayanan dan kinerja mutu
pelayanan serta penilaian terhadap capaian standar pelayanan minimal. Hasil
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 13
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
evaluasi menunjukkan bahwa kinerja RSUD Kota Yogyakarta termasuk dalam
kategori sehat.
c. Program Prioritas Penanggulangan Kemiskinan
Pengawasan terhadap Program Prioritas Penanggulangan Kemiskinan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1) Monitoring dan Evaluasi Pengawasan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional
pada Dinas Sosial
Penugasan dari Kantor Staf Presiden (KSP) di bidang sosial meliputi monitoring
rencana aksi prioritas pembangunan nasional pada Kabupaten Sleman tahun
2015 dengan hasil:
Tersalurkannya raskin kepada 60.485 Rumah Tangga Sasaran-Penerima
Manfaat (RTS-PM) yang mencakup 86 desa dan 17 kecamatan di Kabupaten
Sleman dengan jumlah 10.887.300 kg. Sampai dengan bulan September 2015
Raskin yang sudah didistribusikan kepada 60.485 RTS-PM sebanyak
8.165.475 kg atau 75%.
Target terdistribusikannya Kartu Kesejahteraan Sosial sebanyak 59.971 RTS,
sedangkan sampai dengan September 2015 realisasi sebesar 57.920 atau
95,58% dari target.
Pemberian bantuan kepada siswa yang orang tuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya melalui Kartu Indonesia Pintar telah direalisasikan pembayaran
BSM (Bantuan Siswa Miskin) untuk 41.839 siswa atau 100%.
2) Pendampingan Pengelolaan Dana Siap Pakai Pemasangan Sistem Peringatan
Bencana Longsor
Kegiatan pendampingan BNPB untuk pengelolaan Dana Siap Pakai (DSP)
pemasangan sistem peringatan bencana longsor pada UGM bertujuan
memberikan masukan/saran tentang pengelolaan dana siap pakai pemasangan
sistem peringatan bencana longsor kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan
Bendahara Pengeluaran agar dapat menyusun laporan pertanggungjawaban
pengelolaan DSP sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Joint Audit BNPB dengan BPKP Tahun 2015
Tujuan audit operasional atas pengelolaan dana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca Bencana adalah menilai efektivitas pelaksanaan pengelolaan dana
penanggulangan bencana, yang meliputi penilaian atas mekanisme penyaluran
dana, kesesuaian jumlah dana yang diterima, kesesuaian penggunaan dana
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 14
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
dibandingkan perencanaannya, kesesuaian kriteria penerima dana, akuntabilitas
keuangan dan kemanfaatannya.
Beberapa permasalahan dalam audit pengelolaan dana rehabilitasi dan
rekonstruksi, antara lain :
a) Target pensertifikatan tanah untuk korban erupsi gunung merapi belum
tercapai (dari target 944 KK baru terealisasi 500 KK)
b) Terdapat kelebihan perhitungan volume pekerjaan yang mengakibatkan
kelebihan pembayaran, senilai Rp393.285.468,00.
4) Program Hibah Air Minum bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Selain melakukan evaluasi kinerja PDAM, pada tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY
juga melakukan reviu atas Laporan hasil verifikasi hibah air minum pada empat
kabupaten di DIY. Program hibah air minum merupakan pemberian hibah dari
Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bersumber dari dana APBN
2015. Pemerintah Daerah dipersyaratkan melakukan investasi melalui penyertaan
modal kepada PDAM, yang selanjutnya PDAM melaksanakan pemasangan
sambungan rumah sesuai kriteria penerima manfaat dan kriteria teknis SR. BPKP
melakukan reviu atas laporan verifikasi pelaksanaan program hibah air minum
yang dilaksanakan oleh konsultan.
Berdasarkan hasil reviiu tersebut dapat disampaikan bahwa :
a) Seluruh PDAM yang melaksanakan program hibah air minum bagi masyarakat
berpenghasilan rendah telah memenuhi kuota yang ditetapkan. Program hibah
air minum bagi masyararakat berpenghasilan rendah (MBR) telah berhasil
menambah jumlah pelanggan sebanyak 3.890 pelanggan. Dengan demikian
program ini turut meningkatkan cakupan layanan air bersih di DIY
b) Seluruh Pemerintah Daerah di wilayah DIY yang mengikuti program hibah
telah melakukan penyetoran penyertaan modal kepada PDAM
c) Penetapan baseline belum dilaksanakan dengan cermat yang ditunjukkan
adanya penerima manfaat yang memperoleh lebih dari satu sambungan rumah
d) Terdapat penggantian penerima manfaat di luar baseline.
e) Terdapat calon penerima manfaat yang tidak sesuai kriteria
Program MBR ini masih berlanjut di tahun 2016, untuk itu dalam rangka
meningkatkan keberhasilan program diperlukan tindakan perbaikan khususnya
peningkatan kecermatan dalam perencanaan (penetapan baseline penerima
manfaat) sehingga tidak terdapat penggantian penerima manfaat, penerima
manfaat dobel maupun yang tidak sesuai kriteria.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 15
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
d. Program Prioritas Infrastruktur
Pengawasan atas program prioritas bidang infrastruktur dasar dilakukan terhadap
lima program/proyek dengan audit keuangan sedang terhadap BUMD dilakukan audit
kinerja, dengan hasil sebagai berikut:
1) Audit Keuangan PAMSIMAS (Third Water Supply Sanitation for low Income
Communities Project)
Program Pamsimas dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah warga masyarakat
kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah
perdesaan dan peri-urban yang dapat mengakses pelayanan air minum dan
sanitasi yang berkelanjutan, meningkatkan penerapan nilai dan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam rangka pencapaian target MDGs sektor air minum dan
sanitasi melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan
pembangunanberbasis masyarakat.
Program PAMSIMAS di Daerah Istimewa Yogyakarta memasuki tahap pertama
dengan alokasi dana tahun 2014 sebesar Rp.4.199.493.200,00 terinci pada tabel
2.6 di bawah ini.
Tabel 2.6
Alokas i Dana Pamsimas DIY untuk Tahun 2014
No. Kabupaten Jumlah Desa
Sasaran
Alokasi Dana
(Rp)
1 Bantul 10 2.755.743.200,00
2 Kulon Progo 5 1.443.750.000,00
Jumlah 15 4.199.493.200,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
2) Audit keuangan PNPM Mandiri Perkotaan
Tujuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah
meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara
mandiri. Audit terhadap Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
dilaksanakan dengan tujuan :
a) Memberikan opini mengenai tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan
program
b) Memberikan penilaian atas sistem pengendalian intern program guna
mencapai tujuan program, serta penilaian atas tingkat efektivitas implementasi
di lapangan
c) Memberikan penilaian terhadap pencapaian kinerja program berdasarkan
indikator-indikator kinerja yang telah ditetapkan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 16
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
d) Memberikan penilaian terhadap kepatuhan program berdasarkan jenis
kegiatan yang ditetapkan.
Selama empat tahun terakhir, jumlah alokasi dana PNPM Mandiri Perkotaan di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta selalu mengalami peningkatan sebagaimana
dapat dilihat pada tabel 2.7. di bawah ini.
Tabel 2.7.
Alokas i Dana PNPM Mandiri Perkotaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
No. Tahun Jumlah
(Rp)
1 2011 14.550.000.000,00
2 2012 31.280.000.000,00
3 2013 33.800.000.000,00
4 2014 40.667.350.000,00
Jumlah 120.297.350.000,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan,
antara lain :
a) Penyalahgunaan dana pinjaman bergulir oleh UPK dan KSM.
b) Terdapat Unit Pengelola Keuangan pada tingkat kecamatan yang belum
melaksanakan fungsinya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
c) Kurangnya pembinaan, pemantauan, dan pengawasan oleh satuan kerja
program PNPM Mandiri Perkotaan baik di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta
maupun kabupaten/kota, terhadap pelaksanaan kegiatan pada Unit Pengelola
Keuangan pada tingkat kecamatan maupun fasilitator pendamping.
3) Audit Keuangan WISMP II (Second Water Resources and Irrigation Sector
Management Project)
Tujuan program Water Resources and Irrigation Sector Management Program
(WISMP)Phase II adalah untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan Sumber
Daya Air wilayah sungai dan irigasi serta meningkatkan produktivitas pertanian di
lahan beririgasi.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program WISMP Phase II antara
lain:
a) Pengembangan sistem irigasi di daerah irigasi Payaman belum optimal
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 17
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
b) Pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi daerah irigasi belum seluruhnya sesuai
dengan tujuan program WISMP Phase II
c) Pemilihan dan penetapan daerah irigasi belum mengacu pada pedoman
penyusunan AWP
4) Audit Kinerja Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) Tahun 2014
Tujuan Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) untuk mewujudkan
peningkatan akses masyarakat miskin, dan kaum perempuan, termasuk kaum
minoritas ke pelayanan infrastruktur dasar permukiman perdesaan, yang
mendukung pengembangan potensi desa dengan berbasis pada pendekatan
pemberdayaan masyarakat dan peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik.
Beberapa permasalahan dalam pelaksanaan PPIP antara lain :
a) Pembangunan infrastruktur perdesaan belum sesuai petunjuk teknis
b) Pengadaan buku/jurnal hasil pelaksanaan PPIP belum sesuai ketentuan
c) Kelemahan administrasi di tingkat Organisasi Masyarakat (OMS) dan KPP
5) Audit Kinerja BUMD PDAM
Sampai dengan tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan evaluasi kinerja tahun 2014 pada lima PDAM di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu PDAM Tirtamarta Kota Yogyakarta, PDAM Kabupaten
Sleman, PDAM Kabupaten Bantul, PDAM Tirta Binangun Kabupaten Kulon Progo
dan PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul.
Evaluasi kinerja bertujuan membantu manajemen PDAM dalam mendorong
pencapaian tujuan secara ekonomis, efisien, efektif, memperbaiki dan
meningkatkan kinerja, serta memberikan bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab.
Sasaran evaluasi kinerja adalah memberikan penilaian atas capaian kinerja
PDAM tahun 2014 menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun
1999 dan penilaian tingkat kesehatan menurut BPPSPAM.
Evaluasi kinerja PDAM juga melakukan analisis terhadap cakupan layanan serta
kuantitas konsumsi air oleh pelanggan.
Selain hal-hal yang telah disampaikan tersebut terdapat permasalahan lain yaitu:
a) Tingkat kehilangan air masih tinggi
b) Masih dijumpai harga /tarif air yang belum sesuai dengan keputusan Kepala
Daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 18
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
e. Program Prioritas Kedaulatan Pangan
1) Program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K)
Intensifikasi tahun 2014
Sesuai Peraturan Pemerintah RI nomor 17 tahun 2015 bahwa ketahanan pangan
adalah terpenuhinya pagan bagi negara sampai dengan peseorangan, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau. Untuk mewujudkan ketahanan
pangan tersebut, diperlukan adanya keterlibatan semua unsur termasuk BUMN
yang bergerak di bidang pangan dan pupuk.
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan pengawasan atas
peran korporasi dalam mendukung program ketahanan pangan nasional serta
verifikas i atas pelakasanaan program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan
berbasis Korporasi (GP3K) Intensifikasi Tahun 2014 pada empat korporasi yaitu:
a) PT Sang Hyang Seri (Persero)
b) PT Pertani (Persero)
c) PT Pupuk Sriwidjaja
d) PT Pupuk Petrokimia Gresik
Hasil pengawasan peran korporasi dalam mendukung program ketahanan pangan
nasional menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a) PT Sang Hyang Seri (Persero) tidak dapat memenuhi kebutuhan benih tahun
2014 karena mengalami kendala keuangan dan kurangnya koordinasi dengan
pemerintah kabupaten
b) Alokas i benih bersubsidi tidak dapat dipenuhi oleh PT Pertani (Persero) karena
kurangnya koordinasi antara pemerintah D.I Yogyakarta, pemerintah
Kabupaten, dan PT. Pertani (Persero)
c) Dalam tahun 2015 PT Pupuk Sriwidjaja PPD D.I Yogyakarta tidak melakukan
kegiatan pengawalan program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan
berbasis Korporasi (GP3K)
d) Target panen pada program GP3K PT Pupuk Petrokimia Gresik tidak dapat
dipenuhi karena kelemahan pengawasan.
Pada masa mendatang seluruh pemerintah daerah dan korporasi bidang pangan
di DIY perlu didorong untuk meningkatkan perannya dalam mendukung program
swasembada pangan.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 19
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2) Program Akselerasi Swasembada Pangan
Tujuan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan program akselerasi
swasembada pangan pada Dinas Pertanian DI Yogyakarta adalah untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan program akselerasi swasembada pangan
Tahun 2015 sebagai dukungan atas pelaksanaan program akselerasi
swasembada pangan nasional.
Adapun sasaran kegiata program akselerasi swasembada pangan yaitu :
a) Pengadaan alat dan mesin pertanian
b) Pembangunan/rehabilitasi rice milling unit (RMU)
c) Pengadaan benih
d) Pengadaan pupuk
e) Pembangunan/rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (JIT)
f) Pengembangan optimasi lahan
Permasalahan terkait dengan monev program akselerasi swasembada pangan
antara lain
a) Untuk kegiatan bansos konstruksi jaringan irigasi, pada Kabupaten Kulon
Progo terdapat pengembalian luasan lahan sebesar 243 ha karena tumpang
tindih dengan kegiatan pelaksanaan Gerakan Peningkatan Penerapan
Tanaman Terpadu (GPPTT)
b) Pengadaan pupuk dan benih untuk optimasi lahan tanaman jagung sampai
dengan 30 November 2015 belum terealisasi karena ketidaksanggupan Dinas
Pertanian DY melaksanakan kegiatan tersebut, yang disebabkan sisa waktu
tidak memadai untuk proses pengadaan dengan penunjukkan langsung
melalui ULP, dan prakiraan BMKG tentang awal musim hujan di Kabupaten
Gunungkidul.
c) Untuk pengembangan seribu desa mandiri benih, pada kelompok tani Setyo
Manunggal Kabupaten Sleman belum melaksanakan pekerjaan bangunan
gudang dan lantai jemur karena adanya pemindahan lokasi lahan dari
sebelumnya merupakan lahan milik pribadi anggota kelompok beralih ke lokasi
yang merupakan kas desa.
d) Kabupaten Sleman tidak mendapatkan target pengembangan System of Rice
Intensification (SRI) karena ketidaksanggupan dari Dinas Pertanian Kabupaten
Sleman, mengingat metode pelaksanaan yang berbeda dengan kebiasaan
masyarakat di daerah tersebut (menggunakan metode Tajarwo).
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 20
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
e) Terdapat Als intan berupa traktor roda 2 belum dapat didistribusikan ke
kelompok tani penerima (CPCL) karena terkendala dengan UU Nomor 23
tentang Pemerintah Daerah, khususnya terkait penyaluran dana bansos yang
berasal dari APBD
f. Audit Kinerja Pelayanan Pemerintah Daerah Bidang Kemaritiman
Audit bertujuan untuk menilai kinerja pemerintah daerah, menguji ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan, serta memberikan rekomendasi perbaikan atas
permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah. Tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY
melakukan audit kinerja pelayanan bidang kemaritiman pada Pemerintah Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo. Hasil audit tersebut menjumpai
beberapa permasalahan antara lain :
1) Fasilitas pokok, fungsional, dan penunjang pelabuhan perikanan belum
sepenuhnya tersedia
2) Beberapa kriteria teknis dan fungsional pelabuhan perikanan belum terpenuhi
3) Jumlah SDM untuk manangani illegal fishing belum memadai
4) Terdapat beberapa kapal penangkap ikan yang belum mempunyai izin lengkap
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 21
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
B. Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
Pemerintah perlu memiliki ruang fiskal yang cukup untuk membiayai program-program
pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Selaku auditor intern
pemerintah, BPKP berkomitmen untuk mendorong peningkatan ruang fiskal dalam anggaran
pemerintah.
1. Kualitas Peningkatan Ruang Fiskal
Peningkatan ruang fiskal bisa dilakukan melalui dua sisi sekaligus yaitu dengan
meningkatkan penerimaan negara/daerah dan melakukan efisiensi pengeluaran
negara/daerah. Perbaikan kualitas ruang fiskal pada pemerintah daerah antara lain
ditandai dengan adanya peningkatan anggaran pendapatan dalam APBD.
Anggaran pendapatan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
2015 sebesar Rp11.713.510.197.035,60 mengalami kenaikan sebesar
Rp1.200.061.693.469,57 atau 11,41% dibandingkan dengan anggaran pendapatan
tahun 2014 sebesar Rp10.513.448.503.566,00. Kenaikan anggaran tersebut
memungkinkan pemerintah daerah dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan
nasional di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dalam rangka kemandirian daerah, anggaran pendapatan asli daerah di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2015 sebesara Rp3.210.176.809.059,12 mengalami
kenaikan sebesar Rp424.396.869.864,32 atau 15,23% dibandingkan dengan jumlah
anggaran pendapatan asli daerah tahun 2014 sebesar Rp2.785.779.939.194,80
2. Peningkatan Kualitas Ruang Fiskal
Kegiatan pengawasan BPKP dalam rangka peningkatan ruang fiskal bertujuan untuk
meningkatkan penerimaan negara dan menjaga pengeluaran keuangan negara dalam
batas kewajaran dan dilakukan secara efisien. Kegiatan pengawasan tahun 2015
menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara yang berasal dari koreksi atas
tagihan pihak ketiga, hasil audit pengelolaan PNBP dan hasil audit operasional.
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
pengawasan dalam rangka peningkatan ruang fiskal sebagaimana tercantum pada tabel
2.8 di bawah ini.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 22
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.8.
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan
Dalam Rangka Mendorong Peningkatan Ruang Fiskal
Tahun 2015
No Kegiatan Pengawasan Jumlah
Kegiatan
Lokasi
Kegiatan Pengawasan
1 Pengaw asan atas pendapatan
asli daerah
1 Kab Gunungkidul
2 Verifikasi atas Utang Usaha 1 RSUP Dr. Sardjito
3 Verifikasi Kegiatan
Pembangunan
1 RSUP Dr. Sardjito
4 Audit atas Pengelolaan PNBP 4 Kantor Pertanahan Kabupaten
Bantul, Kantor Pertanahan
Kabupaten Sleman, Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP)
Yogyakarta, Biaya Hak Penggunaan
Frekuensi Kementerian Kominfo
pada Balai Monitoring Kelas II D.I
Yogyakarta
5 Evaluasi Penyelenggaraan Fungsi Pelayanan Terpadu satu pintu Bidang Penanaman Modal (PTSP-PM)
2 BKPN DIY Dinas Perijinan Kota Yogyakarta
6 Audit Operasional/Audit
Keuangan/Audit Kinerja
3 KPU, JKN
7 Monitoring dan evaluasi Dana
Alokasi Khusus tahun 2014
53 Kab Sleman, Kab Kulon Progo, Kab
Gunungkidul
Jumlah 63
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Penjelasan masing-masing kegiatan pengawasan diuraikan sebagai berikut :
a. Pengawasan atas Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah.
Salah satu kegiatan pengawasan yang dilakukan dalam rangka peningkatan ruang
fiskal adalah pengawasan atas optimalisasi pendapatan asli daerah pada pemerintah
kabupaten Gunungkidu dengan tujuan mendorong peningkatan rasio PAD terhadap
total pendapatan daerah, mendorong perencanaan PAD didukung oleh data base
potensi perencanaan yang memadai, mendorong terciptanya ketaatan hukum dan
perbaikan Sistem Pengendalian Intern atas pengelolaan PAD
Ruang lingkup pengawasan pendapatan asli daerah mencakup pengelolaan PAD
tahun 2014 dengan memperhatikan PAD tahun 2012 sampai dengan 2014 dan
pengelolaan tahun 2015
Kesimpulan dari hasil pengawasan:
1) Pemerintah Kabupaten Gunungkidul belum memiliki data base mengenai PAD
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 23
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2) Pajak hotel, pajak restoran dan restribusi pengendalian menara telekomunikas
belum tergali dengan optimal.
b. Verifikas i atas Utang Usaha
Memenuhi permintaan dari Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Perwakilan
BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan verifikasi atas
utang usaha RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.
Tujuan kegiatan verifikas i adalah untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
saldo utang usaha dan Biaya yang masih harus dibayar (BYMHD) RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta per 31 Desember 2014 adalah benar-benar kewajiban yang harus
diselesaikan, sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dan barang/jasa yang
diterima benar-benar dilaksanakan terkait dengan revisi DIPA BLU RSUP Dr. Sardjito
Tahun 2015.
Kegiatan verifikasi menghasilkan simpulan DIPA BLU RSUP Dr. Sardjito Tahun 2015
tidak mengalokasikan anggaran untuk pembayaran Utang usaha per 31 Desember
2014 sebesar Rp23.514.690.983,40 dan Biaya yang masih harus dibayar per 31
Desember 2014 sebesar Rp17.082.176.360,00.
c. Verifikas i Kegiatan Pembangunan
Memenuhi permintaan dari Direktur RSUP DR. Sardjito Yogyakarta, Perwakilan
BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan verifikasi atas
kegiatan pembangunan pada RSUP DR. Sardjito Yogyakarta dengan simpulan
penyelesaian tagihan atas sisa pekerjaan pembangunan tahap II gedung ICC RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta dapat dilanjutkan dengan DIPA Tahun Anggaran 2015.
d. Audit atas pengelolaan PNBP
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan
audit atas Pengelolaan PNBP pada Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul, Kantor
Pertanahan Kabupaten Sleman, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Yogyakarta
serta Balai Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II
Yogyakarta.
Tujuan audit atas pengelolaan PNBP adalah :
1) Meyakini penerimaan dan penyetoran PNBP ke kas negara telah dilakukan secara
tertib, tepat jumlah dan tepat waktu
2) Menilai ketaatan atas pemenuhan kewajiban PNBP sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang PNBP dan ketentuan lainnya yang berlaku
3) Mengidentifikasi kelemahan sistem dan prosedur pengelolaan PNBP
4) Meyakini penggunaan PNBP telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 24
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Permasalahan dalam audit pengeolaan PNBP antara lain :
1) Penentuan target PNBP belum memadai
2) Penggunaan PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 243/KMK.06.2002
3) Pengendalian untuk beberapa kegiatan belum dibangun
4) Kelebihan pembayaran honor atas kegiatan pelayanan penyelesaian
pemeliharaan data pendaftar tanah sebesar Rp90.083.000,00
e. Evaluasi Penyelenggaraan Fungsi Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Tujuan evaluasi adalah memberikan rekomendasi atas penyelenggaraan fungsi
PTSP-PM dalam rangka mendekatkan dan meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat serta memperpendek proses pelayanan guna mewujudkan pelayanan
yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti dan terjangkau.
Hasil evaluasi penyelenggaraan fungsi PTSP-PM antara lain :
1) Sis tem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE)
belum digunakan
2) Pelayanan perizinan bidang penanaman modal jangka waktunya melebihi
ketentuan yang berlaku yaitu lebih dari tujuh hari
3) BKPM DIY belum mempunyai SOP mengenai perizinan pembukaan kantor cabang
f. Audit Operas ional/ Audit Keuangan/ Audit Kinerja
Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagai auditor internal pemerintah dan
memenuhi beberapa permintaan stakeholders, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta telah melakukan peran penjaminan kualitas (assurances) berupa audit
operasional, audit keuangan, dan audit kinerja sebagaiman terangkum dalam tabel
2.9. di bawah ini.
Tabel 2.9.
Rekapitulasi Kegiatan Penjaminan Kualitas (Assurances) Tahun 2015
No Kegiatan Pengawasan Jumlah
Kegiatan
Lokasi
Kegiatan Pengawasan
1 Audit operasional 1 KPU
2 Audit keuangan 26 PHLN
3 Audit kinerja 2 JKN
Jumlah 29
Sumber : Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 25
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Masing-masing kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1) Audit Operas ional
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan audit operasional pada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD)
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan audit bertujuan untuk menilai efisiensi,
efektifitas, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta memberikan rekomendasi perbaikan terhadap akuntabilitas keuangan.
Sasaran audit adalah pengelolaan keuangan KPU meliputi pelaksanaan
anggaran, penatausahaan, dan pelaporan pelaksanaan APBN yang memerlukan
perbaikan atau peningkatan, baik segi efisiensi, efektivitas dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan.
Audit operasional pada KPUD Daerah Istimewa Yogyakarta menghasilkan potensi
penghematan keuangan negara sebesar Rp.72.673.500,00. Selain itu juga
dijumpai hal-hal sebagai berikut :
a) Pembayaran honor kelompok kerja/Tim Pelaksana kegiatan tidak sesuai
ketentuan
b) Pembayaran uang harian perjalanan dinas tidak sesuai ketentuan
c) Pertanggungjawaban kegiatan yang tidak benar.
2) Audit Keuangan
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan audit keuangan atas program/proyek berbantuan luar negeri (loan)
sebanyak 27 kegiatan/proyek.
Pelaksanaan audit keuangan mencakup audit terhadap kewajaran penyajian
laporan keuangan program, penilaian terhadap efektivitas internal control, kinerja
program, serta ketaatan terhadap ketentuan program. Kegiatan audit
menghasilkan potensi penghematan pengeluaran negara sebesar
Rp158.369.489,25.
3) Audit Kinerja
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan audit kinerja pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Pelaksanaan audit bertujuan untuk menilai keberhasilan Kementrian Kesehatan
dan instansi terkait dalam melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional
khususnya kepada fakir miskin dan masyarakat tidak mampu peserta PBI, dan
memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan peningkatan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 26
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
kualitas pelayanan kesehatan, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan program tersebut.
Audit atas program JKN di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Kulon Progo
menghasilkan koreksi audit berupa selisih pembayaran tagihan oleh Kementerian
Kesehatan sebesar Rp.218.415.225,00 dengan rincian sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 2.10 berikut.
Tabel 2.10
Rekapitulasi Kegiatan Pengawasan Pengawalan Pembangunan Nasional
Tahun 2015
No. Kabupaten Jumlah
PBI
Dibayar oleh
Kemenkes
(Rp)
Seharusnya
(Rp)
Selisih
(Rp)
1 Sleman 317.181 73.173.656.700 72.971.428.925 202.227.775
2 Kulon
Progo
232.517 53.641.671.900 53.625.484.450 16.187.450
Jumlah 549.698 126.815.328.600 126.596.913.375 218.415.225
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
g. Monitoring dan evaluasi Dana Alokasi Khusus 2014
Dalam tahun 2015, BPKP Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
monitoring dan evaluasi Dana Alokasi Khusus (DAK) pada tiga kabupaten di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo dan
Kabupaten Gunungkidul dengan rincian alokasi anggaran DAK tahun 2014 sebagai
berikut:
No Nama Kab./Kota dan
Bidang DAK
Jumlah
Bidang
DAK
Alokasi dalam APBD TA 2014
DAK (Rp) Pendamping
(Rp)
Jumlah (Rp)
A Sleman
1 Pendidikan 3 18.518.280.000 2.566.571.500 21.084.851.500
2 Kesehatan 2 4.608.250.000 3.296.227.300 7.904.477.300
3 Infrastruktur 5 14.469.443.400 1.879.612.600 16.349.056.000
4 Kemaritiman 1 3.424.760.000 342.476.000 3.767.236.000
5 Kedaulatan Pangan 2 6.626.150.400 876.639.400 7.502.789.800
6 Penanggulangan
Kemiskinan
1 1.017.720.000 113.080.000 1.130.800.000
Sub Jumlah Sleman 14 48.664.603.800 9.074.606.800 57.739.210.600
B Kulon Progo
1 Pendidikan 4 12.134.170.000 1.213.417.000 13.347.587.000
2 Kesehatan 3 5.071.960.000 507.196.000 5.579.156.000
3 Infrastruktur 8 17.045.624.218 1.704.562.683 18.750.186.901
4 Kemaritiman 1 3.594.314.541 359.431.454 3.953.745.995
5 Kedaulatan Pangan 2 5.103.716.618 660.371.662 5.764.088.280
6 Penanggulangan 1 857.740.000 85.774.000 943.514.000
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 27
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No Nama Kab./Kota dan
Bidang DAK
Jumlah
Bidang
DAK
Alokasi dalam APBD TA 2014
DAK (Rp) Pendamping
(Rp)
Jumlah (Rp)
Kemiskinan
Sub Jumlah Kulon Progo 19 43.807.525.377 4.530.752.799 48.338.278.176
C Gunungkidul
1 Pendidikan 4 18.196.860.000 1.877.661.000 20.074.521.000
2 Kesehatan 3 6.473.330.000 647.333.000 7.120.663.000
3 Infrastruktur 8 19.908.670.000 2.180.737.451 22.089.407.451
4 Kemaritiman 1 4.856.530.000 506.653.000 5.363.183.000
5 Kedaulatan Pangan 2 8.354.660.000 1.453.976.010 9.808.636.010
6 Penanggulangan
Kemiskinan
1 1.044.690.000 122.585.000 1.167.275.000
7 Kedaulatan Energi 1 2.728.120.000 272.812.000 3.000.932.000
Sub Jumlah Gunung Kidul 20 61.562.860.000 7.061.757.461 68.624.617.461
Jumlah 53 154.034.989.177 20.667.117.060 174.702.106.237
Hasil monitoring dan evaluasi atas capaian kinerja keuangan dan output pada
sebagian bidang DAK yang dilakukan monitoring dan evaluasi menunjukkan kinerja
keuangan dan output masing-masing sebagai berikut:
No. Bidang DAK Kab. Sleman Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul
Keu (%) Fisik (%) Keu (%) Fisik (%) Keu (%) Fisik (%)
a. Pendidikan
1 Pendidikan SD 42,18 87,02 55,98 86,48 0 0
2 Pendidikan SMP 56,01 75,05 70,51 97,96 0 0
3 Pendidikan SMA 37,21 37,21 81,14 98,77 0 0
4 Pendidikan SMK tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
61,66 82,82 0 0
b. Kesehatan
1 Kesehatan Pelayanan
Dasar
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
96,63 100,00 95,89 96,01
2 Kesehatan Pelayanan
Rujukan
74,86 100,00 100,00 100,00 30,94 42,06
3 Kesehatan Pelayanan
Farmasi
97,04 100,00 96,01 100,00 96,06 100
c. Infrastruktur
1 Sarana dan Prasarana
Perdagangan
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
91,95 100,00 tidak
dimonev
tidak
dimonev
2 Perumahan dan
Kaw asan Permukiman
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
92,82 100,00 tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
3 Keselamatan
Transportasi Darat
92,18 96,68 tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
4 Transportasi Perdesaan tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
98,16 100
5 Lingkungan Hidup tidak tidak 97,58 99,58 tidak tidak
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 28
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No. Bidang DAK Kab. Sleman Kab. Kulon Progo Kab. Gunungkidul
Keu (%) Fisik (%) Keu (%) Fisik (%) Keu (%) Fisik (%)
dimonev dimonev dimonev dimonev
d. Kemaritiman
1 Kelautan dan Perikanan 86,84 100,00 tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
e. Kedaulatan Pangan
1 Pertanian 79,29 94,93 tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
2 Kehutanan 87,24 100,00 tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
f. Penanggulangan
Kemiskinan
1 Keluarga Berencana 92,33 100,00 tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
tidak
dimonev
g. Kedaulatan Energi
1 Energi Perdesaan tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
tidak ada
alokasi
97,12 100
Rata-Rata 74,52 89,09 84,43 96,96 46,46 48,67
Hasil monitoring dan evaluasi pada sebagian bidang DAK menunjukkan koreksi
penghematan pengeluaran negara/effisiensi pada pemerintah Kabupaten Sleman, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 2.11.
Tabel 2.11
Hasil Monitoring dan Evaluasi DAK pada Pemerintah Kabupaten Sleman
Tahun 2015
No Nama Program/Poyek/Kegiatan Penghematan
Pengeluaran Negara
dan denda
1 Bidang Pendidikan SD/SMP/SMA 5.400.400,00
2 Bidang Kesehatan Pelayanan Rujukan 146.286.405,00
3 Bidang Keselamatan Transportasi Darat 26.630.373,94
JUMLAH 178.316.778,94 Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 29
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
C. Pengamanan Aset Negara/Daerah
Aset negara/ daerah merupakan salah satu sumber daya penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang harus dijaga keberadaannya dan dioptimalkan
kemanfaatannya. Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
berperan aktif dalam upaya pengamanan aset melalui kegiatan keinvestigasian,
pendampingan pencegahan fraud pada proses pengadaan barang dan jasa, dan
koordinasi dengan aparat penegak hukum (APH), serta pembinaan pengelolaan aset.
1. Kegiatan Keinvestigasian
Penyelamatan aset Negara/ daerah dilakukan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta melalui penerapan strategi represif pada Pemerintah Daerah dan
berbagai satuan kerja Kementerian/Lembaga atas permintaan penyidik, meliputi audit
investigatif atas kasus/ penyimpangan yang berindikasi tindak pidana korupsi,
bantuan penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli di
persidangan sebagaimana disajikan pada Tabel 2.12 berikut.
Tabel 2.12
Kegiatan Penerapan Strategi Represif terhadap KKN Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015
No Kegiatan Pemda/
BUMD
Satker
K/L
Jumlah
Diselesaikan
1. Audit Investigatif 2 - 2
2. Bantuan Perhitungan Kerugian
Keuangan Negara
5 - 5
3. Pemberian Keterangan Ahli 26 - 26
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Masing-masing kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Audit Investigatif
Pada Tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah selesai
melakukan audit investigatif atas dua kasus yaitu dugaan penyelewengan
pengelolaan dana desa Tahun 2011 sd 2013 di Desa Margosari Kecamatan
Pengasih Kabupaten Kulon Progo dan dugaan penyimpangan dalam pengelolaan
kas kecil pada Unit Pertambangan PT Anindya Mitra Internasional Tahun 2011.
Terhadap kedua kasus tersebut telah terjadi penyimpangan yang mengakibatkan
kerugian negara sebesar Rp108.559.380,00 dan laporannya telah diserahkan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 30
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
kepada aparat penyidik guna melengkapi berkas yang diperlukan untuk proses
hukum selanjutnya.
b. Bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara atas lima kasus
yang laporannya telah diserahkan kepada penyidik untuk melengkapi berkas yang
diperlukan untuk proses hukum selanjutnya, yaitu:
1) Penyimpangan Penyaluran BLT Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa
Bumi di Dsn Pakis I dan II Ds Dlingo Kec Dlingo Kabupaten Bantul TA 2007;
2) Penyimpangan Program Pengembangan Model Pengolahan Tanaman
Terpadu Kedelai Kabupaten Gunungkidul tahun anggaran 2013;
3) Perkara TPK Dugaan Penyimpangan Pengelolaan PADes di Desa Sriharjo
Kec. Imogiri Kab. Bantul TA 2008 – 2013;
4) Dugaan TPK pada UPK BKM Kel. Patangpuluhan kec. Wirobrajan Kota
Yogyakarta Tahun 2009 dan;
5) Dugaan TPK Dana Hibah dari Pemda DIY TA 2013 Kelompok Ternak Sapi
Andini Makmur Wonosari Gunungkidul.
Nilai kerugian keuangan negara kelima kasus tersebut seluruhnya sebesar
Rp1.905.653.045,00.
c. Pemberian Keterangan Ahli
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik kepolisan dan
kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Yogyakarta sebanyak 26 kali
dengan rincian sebagaimana tampak pada Tabel 2.13 berikut.
Tabel 2.13
Pemberian Keterangan Ahli Kasus Berindikasi TPK di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015
No Instansi Jumlah
Kasus
Nilai (Rp)
1. Kejaksaan (BAP ) 6 -
2. Kepolisian (BAP) 10 -
3. Pengadilan Tipikor (Sidang) 10 12.551.106.058,00
Jumlah 26 12.551.106.058,00
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 31
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2. Pendampingan Pencegahan Fraud pada Proses Pengadaan Barang Jasa
Pada Tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
pendampingan pencegahan fraud atas proses perencanaan sampai
penandatanganan kontrak pekerjaan penyempurnaan pembangunan gedung
perpustakaan, pengadaan landscape dan pekerjaan pengadaan interior gedung
perpustakaan BPAD Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pendampingan tersebut
telah disampaikan beberapa saran perbaikan atas kelemahan dalam perencanaan
sampai dengan penandatanganan kontrak, dan telah ditindaklanjuti oleh manajemen
BPAD DIY.
3. Pembinaan Pengelolaan Aset
Salah satu bentuk pengamanan aset dilakukan melalui penerapan manajemen aset
yang baik pada BUMN/D. Namun demikian sampai saat ini seluruh PDAM di Daerah
Istimewa Yogyakarta belum memiliki kebijakan pengelolaan aset, termasuk masih
adanya aset yang belum ditetapkan statusnya.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyampaikan kepada masing-
masing Direktur PDAM agar membuat kebijakan pengelolaan/manajemen asset dan
berkoordinasi dengan jajaran terkait untuk menetapkan status asetnya.
4. Koordinasi dan Supervis i Pencegahan Korupsi
Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, KPK dan BPKP melakukan sinergi untuk
mengoptimalkan upaya pencegahan korupsi khususnya di pemerintah daerah dalam
bentuk kegiatan koordinasi dan supervisi pencegahan korupsi. Pada tahun 2015
kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul
dengan tujuan:
a. Mendorong pengelolaan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Untuk memastikan prosedur perencanaan, proses pengadaan, dan pemanfaatan
barang dan jasa telah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
c. Mendorong optimalisasi pendapatan asli daerah melalui pencegahan terhadap
potensi kebocoran penerimaan daerah.
d. Menurunkan potensi dan tingkat korupsi.
e. Perbaikan sistem pengendalian intern pada pemerintah daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 32
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Ruang lingkup kegiatan meliputi :
a. Pengelolaan APBD, yaitu Perencanaan dan penganggaran TA 2014 dan 2015,
Pengelolaan Hibah dan Bansos, Pengadaan Barang Jasa pada bidang
pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.
b. Pengelolaan Pendapatan
Hasil pengamatan dan FGD identifikasi serta penilaian risiko yang perlu
dikendalikan berkaitan dengan ruang lingkup kegiatan, telah dilakukan semiloka
pada masing-masing kabupaten, yaitu tanggal 17 November 2015 di Kabupaten
Kulon Progo dan tanggal 19 November 2015 di Kabupaten Gunungkidul.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 33
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
D. Perbaikan Sistem Tata Kelola (Governance System)
Perbaikan sistem tata kelola pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah serta BUMN/BUMD menjadi fokus pengawasan BPKP yang dilakukan dalam
rangka membantu memperbaiki tata kelola organisasi, pengelolaan risiko, dan sistem
pengendalian intern pemerintah.
1. Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System)
Beberapa indikator yang dapat menggambarkan perbaikan kualitas tata kelola
kepemerintahan antara lain tercermin dari tingkat kematangan (maturity) dalam
penyelenggaraan SPIP, perolehan skor sistem akuntabilitas kinerja/SAKIP, perolehan
opini atas laporan keuangan pemerintah daerah maupun BUMD, tingkat leveling
APIP, dan hasil survei integritas sektor publik, dengan uraian sebagai berikut :
a. Tingkat Kematangan/maturitas Penyelenggaraan SPIP
Kualitas penyelenggaran SPIP pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat diukur menggunakan tingkat kematangan penyelenggaraan
SPIP. Tingkat kematangan dinilai berdasarkan keberadaan sistem pengendalian
intern yang telah dibangun oleh instansi pemerintah, dengan simpulan sebagai
berikut :
Tingkat Tingkat Maturitas Klasifikasi
Nilai
Interval Nilai
1 Belum Ada 0 Nilai < 1,0
2 Rintisan 1 1,0 < Nilai < 2,0
3 Berkembang 2 2,0 < Nilai < 3,0
4 Terdefinisi 3 3,0 < Nilai < 4,0
5 Terkelola dan terukur 4 4,0 < Nilai <4,5
6 Optimum 5 Nilai > 4,5
Penjelasan masing-masing tingkat sebagai berikut :
1) Tingkat 1 (belum ada) berarti K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan
dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek-praktek
pengendalian intern.
2) Tingkat 2 (rintisan) berarti telah ada praktik pengendalian intern, namun
pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad-hoc
dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan
sehingga kelemahan tidak diidentifikasi.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 34
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
3) Tingkat 3 (berkembang) berarti K/L/Pemda telah melaksanakan praktik
pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan
pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan
semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga
banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai.
4) Tingkat 4 (terdefinisi) berarti K/L/Pemda telah melaksanakan praktik
pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas
pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai.
5) Tingkat 5 (terkelola dan terukur) berarti K/L/P telah menerapkan pengendalian
internal yang efektif, masing-masing personel pelaksana kegiatan yang selalu
mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun
tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan terdokumentasi.
6) Tingkat 6 (optimum) berarti K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern
yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung
oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer.
Penilaian maturitas SPIP dilakukan pada empat pemerintah daerah yaitu
Kabupaten Sleman dengan nilai 2,83 (berkembang), Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul dengan nilai 1,44 (rintisan), Pemerintah Kabupaten Bantul dengan
nilai 1,92 (rintisan) dan Kabupaten Kulon Progo dengan nilai 2,16 (berkembang),
sedangkan dua pemda yang lain belum dilakukan penilaian.
b. Skor Sis tem Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SAKIP)
Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja instansi pemerintah tercermin dari hasil
evaluasi/penilaian yang dilakukan oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Hasil penilaian menunjukkan bahwa SAKIP Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2014 memperoleh nilai sangat baik dengan level A. Nilai tingkat
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta dapat digambarkan dalam Tabel 2.14.
Tabel 2.14 Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah
Di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2014
No Pemeintah Daerah Skor/Nilai Keterangan
1. Daerah Istimew a Yogyakarta A Sangat Baik
2. Kota Yogyakarta B Baik
3. Kab. Bantul B Baik
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 35
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
No Pemeintah Daerah Skor/Nilai Keterangan
4. Kab. Sleman B Baik
5. Kab. Kulon Progo B Baik
6. Kab. Gunungkidul CC Cukup
Sumber : Bagian Organisasi masing-masing Pemda (dikonfirmasi dengan hasil Menpan)
Perkembangan perolehan skor hasil evaluasi sistem sistem akuntabilitas kinerja
sampai dengan tahun 2014 tampak pada tabel 2.15 di bawah ini.
Tabel 2.15
Perkembangan Skor Hasil Evaluasi SAKIP Pemerintah Daerah
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 – 2014
No Pemerintah Daerah 2012 2013 2014
1. Daerah Istimew a Yogyakarta CC B A
2. Kota Yogyakarta C CC B
3. Kab. Bantul CC B B
4. Kab. Sleman C C B
5. Kab. Kulon Progo C C B
6. Kab. Gunungkidul CC CC CC
Sumber : Bagian Organisasi masing-masing Pemda
c. Opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Hasil audit BPK terhadap laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2014 di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, lima LKPD atau 83,33% dari total enam
LKPD memperoleh opini WTP. Perolehan opini WTP atas LKPD tahun 2014 sama
dengan tahun 2013. Perkembangan opini BPK atas LKPD Tahun 2011-2014
dapat dilihat pada Tabel 2.16 di bawah ini.
Tabel 2.16
Perkembangan Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 – 2014
No Pemerintah
Kabupaten/Kota
Opini LKPD
2011 2012 2013 2014
1. Daerah Istimew a Yogyakarta WTP WTP WTP WTP
2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP WTP
3. Kabupaten Bantul WDP WTP WTP WTP
4. Kabupaten Sleman WTP WTP WTP WTP
5. Kabupaten Kulon Progo WDP WDP WTP WTP
6. Kabupaten Gunungkidul WDP WDP WDP WDP
Sumber : Website BPK RI
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 36
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
d. Opini Laporan Keuangan BUMD
Kewajaran penyajian informasi keuangan pada laporan keuangan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMN/D) menjadi salah satu indikator kualitas tata kelola
organisasi. Hasil audit oleh auditor eksternal atas laporan keuangan BUMN/D
menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur good corporate governance
BUMN/D. Dari 16 BUMD di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 16
BUMD (PDAM) telah diaudit oleh auditor eksternal dan seluruhnya memperoleh
opini WTP. Perkembangan opini auditor eksternal atas Laporan Keuangan BUMD
tahun 2012-2014 disajikan pada Tabel 2.17.
Tabel 2.17
Perkembangan Opini Auditor Eksternal atas Laporan Keuangan BUMD
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2012 – 2014
No Jenis Opini Jumlah BUMD
2012 2013 2014
1. WTP 16 100% 16 100% 16 100%
2. WDP 0 0 0 0 0 0
3. TMP 0 0 0 0 0 0
4. TW 0 0 0 0 0 0
5. Belum diaudit 0 0 0 0 0 0
Jumlah 16 100% 16 100% 16 100%
Sumber : Ikhtisar Hasil Audit Kantor Akuntan Publik
e. Level Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang mampu berperan secara
efektif akan mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih. Agar
berperan efektif, APIP sekurang-kurangnya harus mampu:
1) memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah
2) memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah
3) memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, APIP memiliki kemampuan berbeda-
beda sesuai dengan kapabilitas masing-masing yang diukur menggunakan
pendekatan Internal Audit Capability Model (IACM). Pendekatan tersebut
mengelompokkan kapabilitas APIP dalam lima level yaitu level 1 (initial), level 2
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 37
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
(infrastructure), level 3 (integrated), level 4 (managed), dan level 5 (optimazing)
berdasarkan tingkat pemenuhan masing-masing APIP terhadap seluruh
parameter yang menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan peran dan
layanan, mengelola sumber daya manusia yang dimiliki, melaksanakan praktik
pengawasan secara profesional, merencanakan dan melaporkan kinerja secara
akuntabel, mengembangkan budaya dan hubungan kerja yang harmonis baik
internal maupun eksternal organisasi, serta menjaga struktur tata kelola
organisasi.
Hasil assessment/evaluasi atas leveling tata kelola APIP di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta sampai dengan tahun 2015 menunjukkan, dari enam APIP
satu APIP berada pada level 2 penuh dan lima APIP berada pada level 2 dengan
catatan perbaikan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.18 di bawah.
Tabel 2.18
Hasil Assessment/Evaluasi Leveling APIP
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
s.d. Tahun 2015
No Inspektorat Leveling APIP Tahun Assessment
1. Inspektorat Daerah Istimew a Yogyakarta
2 (infrastructure) dengan catatan
2015
2. Inspektorat Kota Yogyakarta Level 2 (infrastructure) dengan catatan
2015
3. Inspektorat Kabupaten Bantul Level 2 (infrastructure) penuh 2015 4. Inspektorat Kabupaten
Sleman Level 2 (infrastructure)
dengan catatan 2014
5. Inspektorat Kabupaten Kulon Progo
Level 2 (infrastructure) dengan catatan
2015
6. Inspektorat Kabupaten Gunungkidul
Level 2 (infrastructure) dengan catatan
2014
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
APIP yang berada pada level 2 penuh, telah membangun infrastruktur yang
diperlukan, proses audit telah dilakukan secara konsisten namun belum
seluruhnya selaras dengan standar audit. Dilihat dari sisi hasil pengawasan, APIP
yang berada pada level 2 penuh mampu menjamin proses tata kelola pemerintah
daerah sesuai peraturan perundang-undangan dan mampu mendeteksi terjadinya
korupsi.
Perkembangan leveling APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sampai
dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 2.19 di bawah ini.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 38
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.19
Perkembangan Leveling APIP
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2013 – 2015
No Leveling APIP Jumlah APIP
2013 2014 2015 1. Level 1 1 16,67 - - - - 2. Level 2 5 83,33 6 100% 6 100% 3. Level 3 - - - - - - 4. Level 4 - - - - - - 5. Level 5 - - - - - -
Jumlah 6 100% 6 100% 6 100% Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Selain uraian di atas, hasil Survei Integritas Sektor Publik Tahun 2013 oleh KPK,
Kota Yogyakarta mendapatkan skor 7,28 dan menempati peringkat 10 nasional
dari 60 pemerintah kota yang disurvei. Survei Integritas Sektor Publik dilakukan
dalam rangka memberikan penilaian terhadap integritas layanan yang diberikan
oleh lembaga pemerintah kepada masyarakat. Hasil penilaian merupakan
cerminan bagaimana masyarakat sebagai pengguna layanan memberikan
penilaian yang didasarkan pada pengalaman pengguna layanan dalam mengurus
layanan di lembaga tersebut.
2. Peningkatan Kualitas Sistem Tata Kelola (Governance System)
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta berperan dalam peningkatan kualitas
tata kelola pemerintahan menuju good governance and clean government. Tata
kelola pemerintahan yang baik perlu segera diwujudkan guna mendukung
peningkatan daya saing dan kinerja pembangunan nasional di berbagai bidang,
khususnya di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan berbagai kegiatan
konsultatif berupa pendampingan dan bimbingan teknis kepada pemerintah daerah
dan badan usaha terkait peningkatan kualitas tata kelola.
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
berbagai upaya perbaikan sistem tata kelola (governance system) terdiri dari :
a. Pembinaan Penyelenggaraan SPIP
Penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) merupakan salah
satu dasar untuk terwujudnya penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang
baik. Komitmen Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendorong
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 39
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
perbaikan kualitas penyelenggaraan SPIP pada pemerintah daerah diwujudkan
melalui kegiatan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan pemahaman
dan membangun komitmen penyelenggaraan SPIP kepada seluruh Pemerintah
Daerah dan Satker Kementerian/Lembanga (K/L) melalui sosialisasi, workshop,
dan diklat SPIP. Sebagai hasil upaya pemahaman tersebut telah diterbitkan
Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota tentang penyelenggaraan SPIP dan telah
dibentuk Satuan Tugas Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Pemerintah Daerah
se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan K/L.
Dalam rangka peningkatan penyelengaraan sistem pengendalian intern
pemerintah yang baik pada kegiatan utama SKPD/Unit Kerja, Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta telah menyarankan kepada masing-masing
pemerintah daerah sebagai berikut:
1) Satgas SPIP Kabupaten untuk ikut terlibat dan proaktif dalam menerapkan
SPIP di tingkat Kabupaten dan SKPD.
2) Menyusun Rencana Tindak Pengendalian (RTP) SPIP atas kegiatan utama
sehingga setiap kegiatan mempunyai pengendalian yang memadai.
Selain mendorong penyelenggaraan SPIP di lingkungan pemerintah daerah,
Perwakilan BPKP DIY juga membina BUMD untuk dapat meningkatkan efektivitas
pengendalian internal PDAM melalui evaluasi sistem pengendalian intern pada
PDAM Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul. Hasil evaluasi
menunjukkan bahwa kedua PDAM tersebut telah cukup efektif dalam
penyelenggaraan pengendalian internnya yaitu telah diterapkan dan
terdokumentasi namun belum dilakukan evaluasi dengan jabaran per unsur.
b. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah (SAKIP)
Dalam mendorong peningkatan kualitas AKIP Pemda, dalam tahun 2015
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah melaksanakan
pendampingan penyusunan laporan kinerja tahun 2014 di Pemerintah Kabupaten
Sleman dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Selain itu dilakukan focus group
discussion (FGD) reviu laporan kinerja pada Pemerintah Kota Yogyakarta.
Permasalahan yang masih dijumpai dalam penyelenggaraan AKIP adalah
pemahaman yang keliru mengenai konsep penilaian dalam evaluasi LKjIP, yaitu
evaluasi dipahami terbatas pada penilaian kualitas pelaporannya saja padahal
mencakup evaluasi Sistem AKIP secara keseluruhan.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 40
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Hal-hal yang perlu peningkatan dalam penyusunan LAKIP di masa mendatang
antara lain masih terdapat sasaran yang belum sepenuhnya berorientasi hasil,
rumusan indikator kinerja sasaran belum sepenuhnya memenuhi indikator yang
baik, Indikator Kinerja Utama (IKU) belum mengacu pada Permen PAN Nomor
20/PER/M.PAN/11/2008, IKU belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam dokumen
perencanaan, penganggaran dan pengukuran kinerja, penetapan kinerja belum
sepenuhnya dimanfaatkan untuk mengarahkan dan menilai keberhasilan unit
kerja, belum tersedia sistem/mekanisme pengumpulan data kinerja, dan laporan
kinerja belum dimanfaatkan untuk perbaikan perencanaan, pelaksanaan program
dan kegiatan.
Dalam upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan AKIP, Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta telah merekomendasikan perbaikan pengelolaan
AKIP kepada Pemerintah Kabupaten agar:
1) Melakukan reviu terhadap RPJMD dan Renstra SKPD secara kontinyu, untuk
perbaikan berkelanjutan.
2) Pengembangan e-SAKIP tahun 2015 untuk memantau pencapaian kinerja
setiap triwulan dan sinergi antara perencanaan. penganggaran, pelaksanaan
dan pelaporan kinerja.
3) Menyempurnakan indikator yang kurang tepat.
4) Menyusun perbaikan pengukuran dan mekanismne pengumpulan data kinerja
yang relevan.
c. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta secara proaktif telah bekerja sama
dengan Pemda dalam upaya mendorong menuju perolehan opini WTP. Mengingat
opini WTP merupakan pintu masuk menuju tata kelola kepemerintahan yang baik,
maka terhadap LKPD yang belum memperoleh opini WTP perlu terus didorong
untuk meningkatkan upaya agar memperoleh opini WTP dari BPK.
Lingkup kegiatan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah yang dilaksanakan
antara lain dalam bentuk pendampingan penyusunan laporan keuangan
Pemerintah Daerah, pendampingan atas reviu laporan keuangan yang dilakukan
oleh Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, pendampingan penataan Barang Milik
Daerah, peningkatan SDM pengelola keuangan daerah, dan peningkatan
kapasitas APIP Daerah.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 41
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Kegiatan pembinaan oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta tahun
2015 tampak pada Tabel 2.20 di bawah ini.
Tabel 2.20
Kegiatan Upaya Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Masing-masing kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam penyusunan laporan keuangan tahun 2014, dari enam Pemerintah
Daerah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dua Pemerintah Daerah
didampingi oleh Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu
Pemerintah Kabupaten Bantul dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo.
Pada lingkup instansi vertikal, pendampingan penyusunan laporan keuangan
dilakukan pada Kejaksaan Tinggi DIY, Polda, Kanwil KUMHAM, Bawaslu,
KPU, Balai Besar Latihan Ketransmigrasian, Dinas PU Perumahan dan ESDM
DIY, dan STTN Yogyakarta.
Dalam rangka penguatan tata kelola pemerintahan di lingkungan KPUD
Daerah Istimewa Yogyakarta telah dilakukan penandatanganan Nota
Kesepahaman Kerjasama antara KPU Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota
Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten
Gunungkidul, dan Kabupaten Sleman dengan Perwakilan BPKP Daerah
Istimewa Yogyakarta. Lingkup kerjasama tersebut adalah membangun dan
menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah yang meliputi :
a) Pendampingan dalam rangka peningkatan akuntabilitas keuangan negara
dan akuntabilitas kinerja
b) Pendampingan dalam proses pengadaan barang dan jasa
c) Kegiatan pendampingan lainnya.
No Kegiatan
Jumlah
Pemerintah
Daerah
Jumlah %
1. Pendampingan penyusunan laporan
keuangan
2 33,33%
2. Pendampingan reviu laporan keuangan 1 16,67%
3. Penguatan penataan Barang Milik Daerah 1 16,67%
4. Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola
Keuangan
5 87,33%
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 42
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Untuk membantu Pemerintah Daerah agar dalam menyusun laporan keuangan
dapat dilakukan secara lebih mudah, cepat, dan akurat, BPKP telah
mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah
(SIMDA). Penerapan SIMDA yang berbasis teknologi informasi ini mendukung
program e-government yang sedang digalakkan oleh pemerintah dan
pelaksanaan e-audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dalam tahun 2015, dua Pemerintah Daerah di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta telah menggunakan aplikasi SIMDA Keuangan secara penuh
meliputi penganggaran, penatausahaan dan pelaporan yaitu Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo dan Pemerintah Kabupaten Bantul.
2) Pendampingan Reviu Laporan Keuangan
Pendampingan reviu laporan keuangan dilakukan untuk membantu Pemda
dalam upaya meningkatkan kualitas LKPD. Pendampingan reviu dilakukan
terhadap Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota. Dalam tahun 2015,
pendampingan reviu dilakukan pada satu pemerintah daerah yaitu Pemerintah
Kabupaten Sleman.
Manfaat yang diperoleh dari pendampingan reviu adalah berupa perbaikan
kualitas penatausahaan dan pengelolaan keuangan yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas LKPD melalui peningkatan kompetensi para auditor
APIP, perumusan strategi mencapai opini WTP, dan percepatan penyelesaian
tindak lanjut atas temuan pemeriksaan BPK atau APIP.
3) Penguatan Penataan Barang Milik Daerah
Kelemahan dalam pengelolaan aset Barang Milik Daerah (BMD) merupakan
salah satu penyebab belum diperoleh opini WTP menjadi perhatian BPKP
dalam upaya peningkatan tata kelola barang milik daerah melalui
pendampingan dan pelatihan pengelolaan BMD.
Pendampingan pengelolaan aset dilakukan pada Pemerintah Kabupaten
Bantul, berupa bimbingan teknis implementasi SIMDA BMD yang telah
mengakomodir perhitungan penyusutan BMD sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
4) Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Keuangan
Kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah serta
penyusun laporan keuangan memegang peranan yang sangat menentukan
untuk mewujudkan tata kelola penatausahaan keuangan yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku serta tersusunnya laporan keuangan yang sesuai
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 43
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
dengan standar akuntansi pemerintahan. Oleh karena itu, Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan perhatian yang besar dalam upaya
peningkatan kompetensi SDM pengelola keuangan dan barang milik daerah
dengan melakukan sosialisasi, workshop, maupun pelatihan mengenai
pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan.
Dalam tahun 2015 dilakukan peningkatan kapasitas SDM pengelola keuangan
dan inspektorat berupa pelatihan dan pembekalan mengenai penatausahaan
dan penyusunan laporan keuangan dengan menggunakan aplikasi SIMDA
Keuangan, pembekalan/reviu LKPD, serta memberikan masukan dalam
pengembangan kurikulum dan silabus Diklat pengelolaan keuangan berbasis
akrual pada Badan Diklat DIY.
d. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan BUMD
Peran aktif Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta dalam upaya
peningkatan kualitas laporan keuangan BUMN/D melalui kegiatan peningkatan
tata kelola dan akuntansi yang telah dilakukan selama ini telah membuahkan
hasil. Seluruh PDAM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta telah mampu
menyusun laporan keuangan secara mandiri dan seluruhnya mendapat opini WTP
dari BPK.
e. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan dan Kapasitas SDM BLUD
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan bentuk pola pengelolaan
keuangan pada SKPD dan unit pelayanan teknis pada Pemerintah Daerah yang
memberikan fleksibilitas kepada BLUD untuk mengelola keuangannya berbeda
dari tata kelola keuangan yang berlaku umum pada pemerintahan. Peningkatan
layanan melalui fleksibilitas pengelolaan keuangan menjadi salah satu
pertimbangan pemerintah daerah dalam pembentukan BLUD.
Guna mendorong keberhasilan dalam penerapan pola pengelolaan keuangan
BLUD, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah memberikan
bimbingan teknis peningkatan kualitas pelaporan keuangan BLUD dan
peningkatan kapasitas SDM penglola keuangan BLUD. Dalam tahun 2015,
kegiatan peningkatan kapasitas SDM dan kualitas pelaporan keuangan BLUD
terlihat dalam Tabel 2.21 berikut.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 44
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.21
Kegiatan Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan BLUD
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015
No Kegiatan Jumlah
(Keg)
1. Bimtek/reviu penyusunan Laporan Keuangan
BLUD/Manual
5
2. Implementasi aplikasi SIA BLUD 10
Jumlah 15
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Untuk membantu meningkatkan kualitas laporan keuangan BLUD, selain
melakukan reviu atas laporan keuangan BLUD, BPKP juga telah mengembangkan
aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD.
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
mendampingi 96 Unit Pengelola Teknis Daerah (UPTD) dalam pengelolaan
keuangan dan penerapan SIA BLUD dengan rincian sebagaimana dapat dilihat
pada Tabel 2.22.
Tabel 2.22
Unit Pelaksana Teknis Daerah – BLUD Yang Didampingi
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
No Kota/Kabupaten Penyusunan
L/K
SIA BLUD
1. Kota Jogjakarta 3 18
2. Kabupaten Sleman - 27
3. Kabupaten Bantul 27 -
4. Kabupaten Kulon Progo 21 -
5. Kabupaten Gunung Kidul 30 -
Jumlah 81 45
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Selain pendampingan kepada UPTD, saat ini Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta sedang melakukan bimbingan teknis penerapan SIA BLUD pada
RSUD Wates.
Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan kualitas L/K dan kapasitas SDM
BLUD adalah belum seluruh UPTD memiliki SDM dengan kompetensi bidang
akuntansi sehingga penerapan pelaksanaan penggunaan aplikasi SIA BLUD
untuk menyusun Laporan Keuangan belum optimal.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 45
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan BLUD, BPKP telah
menyampaikan saran perbaikan pengelolaan laporan keuangan dan peningkatan
kapasitas SDM BLUD berupa :
1) Rekrutmen SDM berbasis akuntansi bagi UPTD BLUD
2) Menggunakan aplikasi pengelolaan BLUD dalam tata kelola keuangan
3) Meningkatkan pembinaan/pengawasan terhadap UPTD BLUD
f. Penguatan Pengelolaan Keuangan Desa
Dengan disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberikan
kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri serta
pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa diharapkan lebih mandiri dalam
mengelola pemerintahan dan berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk
didalamnya pengelolaan keuangan dan kekayaan milik desa.Begitu besar peran
yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggungjawab dan tuntutan
akuntabilitas yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa
menerapkan prinsip akuntabilitas dalam tata pemerintahannya, dimana semua
akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan.
Dalam pelaksanaannya Pemerintah Desa masih mengalami kesulitan dalam
waktu yang relatif singkat menerapkan berbagai aturan perundangan yang
mengatur pelaksanaan dana desa.
Pada tingkat Kabupaten kesiapan infrastruktur berupa peraturan perundangan
dapat digambarkan sebagaimana pada Tabel 2.23 di bawah ini.
Tabel 2.23
Kesiapan Infrastruktur peraturan Perundang-undangan Dana Desa
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
No Nama
Pemda
Kelengkapan Perkada
Tata Cara
Penyaluran
Dana Desa
Penetapan
Besaran
Alokasi
Dana Per
Desa
Pengelola-
an
Keuangan
Desa
(PKD)
Pengada-
an Barang
dan Jasa
Penyusun
an APB
Desa
Alokasi
Dana
Desa
1 Bantul 2 Sleman 3 Kulon
Progo
4 Gunung-
kidul
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 46
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
BPKP selaku pengemban amanat untuk mempercepat peningkatan kualitas
akuntabilitas keuangan negara sebagaimana tercantum dalam diktum keempat
Inpres Nomor 4 Tahun 2011, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
melakukan bimbingan dan konsultasi kepada aparat di Kabupaten dan Desa
(piloting) di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan
Bimbingan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa yang diterbitkan oleh Deputi
Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.
Disamping itu Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi bagian dari
Tim Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta
Tahun 2015 yang dibentuk dalam rangka peningkatan kualitas akuntabilitas
keuangan desa dan pemerintah daerah yang mempunyai peran dalam
memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi pemerintah desa.Tim Fasilitasi efektif bekerja pada bulan November dan
Desember 2015 dengan melaksanakan kegiatan di empat kabupaten yaitu
Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten
Gunungkidul meliputi:
1) Fasilitasi penyusunan produk-produk hukum kabupaten tentang pengelolaan
keuangan desa;
2) Pendampingan implementasi pengelolaan keuangan desa kepada pejabat
terkait di kabupaten dan kecamatan dengan menyamakan dan memperdalam
pemahaman mengenai substansi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa, pengenalan sistem
keuangan desa (Siskeudes), serta pemetaan permasalahan dan solusinya
atas kendala dalam implementasi pengelolaan keuangan desa;
3) Bersinergi dengan kabupaten dalam melaksanakan percontohan atau piloting
pengelolaan keuangan desa dengan menggunakan Siskeudes pada satu desa
di masing-masing kabupaten, yakni Desa Sinduadi Kabupaten Sleman, Desa
Panggungharjo Kabupaten Bantul, Desa Kalidengen Kabupaten Kulon Progo
dan Desa Kalitekuk Kabupaten Gunungkidul. Piloting di Desa Panggungharjo
telah berhasil menginput APBDes, menatausahakan dan membuat laporan
realisasi APBDes, sedangkan di tiga desa piloting yang lain penatausahaan
belum selesai untuk seluruh transaksi tahun 2015 sehingga belum dapat
menghasilkan laporan realisasi APBDes;
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 47
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
4) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan keuangan desa di
tingkat Kabupaten.
Perkembangan jumlah dana desa yang diterima oleh kabupaten dan
penyalurannnya ke desa-desa per 31 Desember 2015 dapat dilihat pada Tabel
2.24 di bawah.
Tabel 2 24
Perkembangan Penyaluran Dana Desa di Wilayah DIY
Tahun 2015
No Nama Pemda
Alokasi APBNP TAHAP I
(Apr )
TAHAP II
(Ags)
TAHAP III
(Des) TOTAL s.d. TAHAP III
Sisa Belum
Disalur kan
Desa Rupiah *) JML Diterima
PEMDA (Rp)
*)
JML Diterima
Kab. (Rp)
*)
JML
Diterima
(Rp) * )
JML Diterima
PEMDA (Rp)
*)
JML Diterima
Kab. (Rp)
*)
JML
Diterima
(Rp) * )
Jml
(Rp)
*)
1 Kab. Sleman 86 28.048.816 11.219.526 11.219.526 5.609.763 28.048.816 28.048.816
2 Kab. Bantul 75 26.962.671 10.785.068 10.785.068 5.392.534 26.962.671 26.962.671
3 Kab. Kulon
Progo
87 26.948.074 10.779.229 10.779.229 5.389.614 26.948.074 26.948.074
4 Kab
Gunungkidul
145 46.117.057 18.446.822 18446.822 9.223.411 46.117.057 46.117.057
393 128.076.618 51.230.645 51.230.645 25.615.322 128.076.618 128.076.618
Sumber : database masing-masing pemda
*) dalam ribuan
g. Pembangunan Sistem Anti Korupsi (Fraud Control Plan)
Fraud Control Plan merupakan kegiatan yang berkelanjutan yang dimulai dengan
melaksanakan Diagnostic Assesment, dilanjutkan dengan membangun dan
mengimplementasikan Sistem Pengendalian Anti Fraud kemudian dilakukan
evaluasi atas pengendalian yang telah terbangun.
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan sosialisasi pembangunan sistem anti korupsi (fraud control plan)
sebagai pengembangan pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk
mencegah, menangkal, dan memudahkan pengungkapan kejadian berindikasi
korupsi. Sosialisasi disampaikan dalam forum pencegahan TPK dan gratifikasi di
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul serta forum
peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas PUP dan
ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain itu, dilakukan bimbingan teknis penyusunan Fraud Control Plan pada
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo dan diagnostic assessment Fraud Control
Plan pada RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 48
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
h. Pembangunan Zona Integritas menuju WBK/WBBM
Dalam tahun 2015 Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta telah
melakukan sosialisasi WBK/WBBM di unit-unit kerja lingkup Kanwil Kementerian
Agama serta workshop pemenuhan penilaian indikator-indikator Zona Integritas
menuju WBK/WBBM pada Kantor Kemenag Kabupaten Bantul yang telah ditunjuk
oleh Kementerian Agama sebagai salah satu unit kerja yang dijadikan pilot project
untuk mendapatkan predikat unit kerja menuju WBK/WBBM sebagaimana diatur
dalam Permenpan dan RB No 52 Tahun 2014 tentang Pembangunan Zona
Integritas menuju WBK/WBBM di Lingkungan Instansi Pemerintah.
i. Sosialisasi Program Anti Korupsi
Kegiatan Sosialisasi Program Anti Korupsi bertujuan untuk memberikan edukasi
kepada masyarakat, tentang permasalahan korupsi dan upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk memerangi korupsi. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan
pemahaman dan meningkatkan kepedulian masyarakat sesuai dengan peran
masing-masing untuk menghindarkan diri dari sikap membiarkan
tindakan/perbuatan curang yang terjadi pada diri, keluarga dan lingkungannya
Pada tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan Sosialisasi Program Anti
Korupsi kepada Pelajar SLTA di lingkungan Kabupaten Gunungkidul, Mahasiswa
Universitas Islam Negeri dan Universitas Muhammadyah Yogyakarta serta
Pengelola Barang Jasa di lingkungan Instansi Pemerintah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sos ialisasi juga disampaikan dalam forum pencegahan TPK dan
gratifikasi di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul
serta forum peningkatan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan pada Dinas
PUP dan ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta.
j. Peningkatan Pelayanan Masyarakat dengan pola BLUD
Guna meningkatkan layanan kepada masyarakat, Pemerintah Daerah di DIY
menetapkan beberapa SKPD dan unit kerja untuk menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Dengan pola pengelolaan
tersebut, rumah sakit maupun SKPD dapat membelanjakan anggaran secara lebih
fleksibel sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan cepat, serta
bebas bekerja sama dengan pihak ketiga. Tabel 2.25 di bawah menyajikan
perkembangan SKPD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 49
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.25
Perkembangan Penerapan PPK BLUD
di Wilayah D. I. Yogyakarta
Tahun 2015
No Pemerintah Daerah RSD Unit Kerja
Kesehatan
SKPD/Unit
Kerja non
Kesehatan
1 Provinsi 1 - -
2 Kota Yogyakarta 1 18 2
3 Kab Bantul 1 27 -
4 Kab Sleman 2 27 -
5 Kab Kulon Progo 1 21 -
6 Kab Gunung Kidul 1 30 -
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Selama tahun 2015 Perwakilan BPKP DIY telah melakukan berbagai kegiatan
guna mendukung kelancaran implementasi PPK BLUD melalui:
1) Bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan
2) Bimbingan teknis penyusunan kebijakan akuntansi
3) Bimbingan teknis penyusunan rencana bisnis anggaran (RBA)
4) Implementasi sistem informasi akuntansi (SIA) BLUD
5) Bimbingan teknis pengawasan BLUD bagi Inspektorat
Beberapa BLUD masih menghadapi berbagai kendala antara lain:
1) Tidak tersedianya sumber daya manusia dengan kompetensi tata kelola
keuangan yang memadai
2) Keterbatasan sarana dan prasarana pengelolaan keuangan
3) Belum seluruh stakeholder memiliki pemahaman yang sama terkait tata kelola
keuangan BLUD
4) Belum seluruh BLUD memiliki kelengkapan tata kelola yang memadai
k. Pembinaan Peningkatan Kapabilitas APIP
Guna mendorong APIP agar lebih berperan dalam meningkatan kualitas tata
kelola pemerintah daerah, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
melakukan upaya pembinaan peningkatan kapabilitas APIP. Pembinaan dilakukan
melalui kegiatan asistensi/bimtek peningkatan tata kelola, penerapan ketentuan
Jabatan Fungsional Auditor (JFA), dan narasumber program pelatihan mandiri
(PPM) maupun diklat yang diselenggarakan oleh APIP serta kegiatan
evaluasi/validasi atas leveling tata kelola APIP. Pembinaan bertujuan untuk
mendorong peningkatan level kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 50
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Yogyakarta yang secara umum masih berada pada level 2 dengan catatan
perbaikan menuju level 2 penuh dan menuju level 3.
Dalam tahun 2015 dilakukan kegiatan pembinaan pada seluruh APIP di Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.26.
Tabel 2.26
Kegiatan Pembinaan APIP di Wilayah D. I. Yogyakarta Tahun 2015
No Kegiatan Jumlah
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Pembinaan
1 Bimtek Peningkatan Level
Kapabilitas APIP dan Penerapan
Ketentuan JFA
5 D. I. Yogyakarta, Kota
Yogyakarta Kab. Sleman,
Kab. Bantul, dan Kab.
Kulon Progo.
2 Monitoring/Evaluasi penerapan
Tata Kelola APIP dan ketentuan
JFA
4 D. I. Yogyakarta, Kota
Yogyakarta, Kab. Bantul,
dan Kab. Kulon Progo
3 Koordinasi peningkatan Tata
Kelola APIP
2 Kab. Kulon Progo dan Kab.
Gunungkidul
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Fokus kegiatan pembinaan diarahkan untuk memperbaiki beberapa area yang
perlu ditingkatkan berdasarkan hasil evaluasi/validasi.
Atas berbagai kelemahan telah direkomendasikan kepada masing-masing
Inspektur agar :
1) Menerapkan pedoman kendali mutu audit sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 2009,
yang meliputi kendali mutu dalam perencanaan audit, pelaksanaan audit,
pelaporan hasil audit, dan pengelolaan hasil audit.
2) Setiap tim audit agar menyusun rencana dan program kerja audit secara
terstruktur, serta mendokumentasikan kertas kerja audit secara memadai.
3) Menerapkan standar audit dalam pelaksanaan penugasan audit.
4) Membangun perencanaan pengawasan berbasis risiko.
Dalam rangka meningkatkan kompetensi SDM APIP, Perwakilan BPKP Daerah
Istimewa Yogyakarta memberikan pelatihan mengenai teknik substansi
penugasan APIP sebagaimana tampak pada Tabel 2.27.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 51
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Tabel 2.27
Kegiatan Peningkatan kompetensi SDM APIP
di Wilayah D. I. Yogyakarta Tahun 2015
No Materi Pelatihan Jumlah
Kegiatan
Lokasi Kegiatan
Pembinaan
1 Reviu Laporan Keuangan Pemda
(LKPD)
1 Kab. Sleman
2 Reviu Laporan Kinerja (LKjIP) 2 Kota Yogyakarta, Kab.
Gunungkidul
3 Audit Pengelolaan Keuangan Desa 1 Kab. Gunungkidul
4 Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD)
1 Kota Yogyakarta
5 Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP)
1 Kota Yogyakarta
6 Audit investigatif , Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara/Daerah
(PPKN), dan Pemberian keterangan
ahli di depan penyidik/ pengadilan
1 Kab. Bantul
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta juga terus mendorong Forum
Bersama (FORBES APIP) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang selama
ini sudah berjalan agar lebih berperan menjadi wadah untuk saling berbagi
informasi dan pengalaman antar anggota sehingga mampu mempercepat upaya
peningkatan kapabilitas APIP.
Sejalan dengan terbentuknya asosiasi auditor internal pemerintah Indonesia
(AAIPI) tingkat nasional, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
mendorong agar FORBES APIP wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melakukan
persiapan menjadi AAIPI wilayah. Tanggal 10 Juni 2015, pengurus AAIPI Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta dikukuhkan oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta KGPAA Paku Alam IX.
E. Rencana Tindak Perbaikan Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
Sehubungan dengan kondisi akuntabilitas keuangan negara/daerah tersebut di atas,
beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah sebagai
berikut :
1. Mendorong Kepala Daerah yang laporan keuangannya belum memperoleh opini
WTP untuk menyusun rencana aksi peningkatan kualitas pengelolaan dan
penyusunan laporan keuangan
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 52
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah
2. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada
seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi vertikal dengan
menyusun rencana tindak pengendalian, membangun infrastruktur tindak pengendalian,
monitoring penerapan SPIP dan menyusun laporan penyelenggaraan SPIP
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pengelola keuangan pemerintah daerah
antara lain dengan memanfaatkan program beasiswa STAR-BPKP
4. Mendorong penerapan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik sampai dengan unit-unit penyelenggara layanan serta meningkatkan kualifikasi
Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
5. Melakukan identifikasi dan meningkatkan kecukupan fasilitas pelabuhan serta
membangun sistem yang mempermudah proses perizinan kapal pengangkap ikan
6. Meningkatkan kapabilitas APIP di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui
penguatan infrastruktur dan peningkatan jumlah dan kompetensi auditor, didukung
dengan anggaran yang memadai
7. Mendorong penerapan Fraud Control Plan (FCP) pada unit kerja/SKPD dan BUMD
yang memiliki risiko korupsi tinggi.