pengaruh akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat, dan transparansi kebijakan publik terhadap...

28
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/311910289 Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap... Working Paper · October 2011 DOI: 10.13140/RG.2.2.34062.77124 CITATIONS 0 READS 126 1 author: Some of the authors of this publication are also working on these related projects: The Problems of Implementing Scientific Approach Faced by Civics and Citizenship Education Teacher at SMP Negeri 1 Grujugan View project International Perspective of Civics and Citizenship Education View project Manik Sukoco Universitas Negeri Yogyakarta 22 PUBLICATIONS 0 CITATIONS SEE PROFILE All content following this page was uploaded by Manik Sukoco on 26 December 2016. The user has requested enhancement of the downloaded file.

Upload: manik-sukoco

Post on 25-Jan-2017

11 views

Category:

Government & Nonprofit


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Seediscussions,stats,andauthorprofilesforthispublicationat:https://www.researchgate.net/publication/311910289

PengaruhAkuntabilitasPublik,PartisipasiMasyarakat,danTransparansiKebijakanPublikTerhadap...

WorkingPaper·October2011

DOI:10.13140/RG.2.2.34062.77124

CITATIONS

0

READS

126

1author:

Someoftheauthorsofthispublicationarealsoworkingontheserelatedprojects:

TheProblemsofImplementingScientificApproachFacedbyCivicsandCitizenshipEducationTeacherat

SMPNegeri1GrujuganViewproject

InternationalPerspectiveofCivicsandCitizenshipEducationViewproject

ManikSukoco

UniversitasNegeriYogyakarta

22PUBLICATIONS0CITATIONS

SEEPROFILE

AllcontentfollowingthispagewasuploadedbyManikSukocoon26December2016.

Theuserhasrequestedenhancementofthedownloadedfile.

Page 2: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK, PARTISIPASI

MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK

TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ANGGARAN

DENGAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD)

Manik Sukoco

[email protected]

Abstract

The purpose of this studi examined influence of public accountability, public

participation and public policy transparancy on the relationship between budgeting

knowledge and budgeting control. The sample study are legislative assembly at

provincial (DPRD) and public such as Non Govermental Organization (NGO), public

organization, public figure, academic, student and mass media in Kota Malang,

Kabupaten Malang, and Kota Batu. Hypothesis are tested empirically used regression

and Chow test. The result of study indicated that, first, budgeting knowledge are

statically significant, positive coeficient indicated that high budgeting according

legislative and public. The second, interaction between public accountability with

budgeting knowledge are statically significant according legislative and public.The thrid,

interaction between public participation with budgeting knowledge are statically

significant according legislative, and not significant according public. The fourth,

interaction public policy transparancy between with budgeting knowledge arestatically

not significant.The Fifth, the result of chow test indicated that local financial control

(APBD) funtion different are statically as well as council although public sample, so

hyphothesis fifth are acceptance.

Keyword: Public Accountability, Public Participation, Public Policy, Transparancy,

Budgeting Knowledge, Budgeting Control (APBD)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah pernyataan

tentang rencana pendapatan dan belanja daerah dalam periode tertentu (1 tahun). Pada

awalnya fungsi APBD adalah sebagai pedoman pemerintah daerah dalam mengelola

keuangan daerah untuk satu periode. Sebelum anggaran dijalankan harus mendapat

persetujuan dari DPRD sebagai wakil rakyat maka fungsi anggaran juga sebagai alat

pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap kebijakan publik. Dengan melihat fungsi

anggaran tersebut maka seharusnya anggaran merupakan power relation antara eksekutif,

legislatif dan rakyat itu sendiri (Sopanah, 2004).

Realitasnya, peranan dewan ketika menyusun anggaran dimasa orde baru sangat kecil

bahkan tidak ada, apalagi peran masyarakat. Dewan terkesan hanya memberikan

pengesahan atas RAPBD yang diajukan eksekutif dan praktis tidak diberi wewenang

Page 3: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

untuk mengubahnya (fungsi legislasi). Dengan adanya UU No. 22/1999 sebagai dampak

positif dari reformasi, telah terjadi perubahan signifikan mengenai hubungan legislaif dan

eksekutif di daerah, karena kedua lembaga tersebut sama-sama memiliki power. Dewan

tidak hanya diberi kekuasaan untuk bersama-sama dengan eksekutif menyusun anggaran

(fungsi budgeting), eksekutif juga bertanggungjawab terhadap DPRD (fungsi controling).

Disamping itu, diterapkannya Undang-Undang Otonomi Daerah juga diikuti dengan

pelimpahan wewenang dari pusat dan daerah yang diikuti pula pelimpahan dana.

Pelimpahan dana ini dibarengi dengan dilaksanakannya reformasi penganggaran dan

reformasi sistem akuntansi keuangan daerah (Halim, 2003). Reformasi penganggaran

yang terjadi adalah munculnya paradigma baru dalam penyusunan anggaran yang

mengedepankan prinsip akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat, dan transparansi

anggaran. Disamping itu, anggaran harus dikelola dengan pendekatan kinerja

(performance oriented), prinsip efisien dan efektif (Value For Money), keadilan dan

kesejahteraan dan sesuai dengan disiplin anggaran (Mardiasmo, 2003).

Pelaksanaan reformasi anggaran yang mengedepankan akuntabilitas publik, partisipasi

masyarakat, dan transparansi memerlukan internal control dan eksternal control yang

baik serta dapat dipertanggungjawabkan. Sehubungan dengan hal tersebut maka peran

dari dewan menjadi semakin meningkat dalam mengontrol kebijaksanaan pemerintah.

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Anggaran menjelaskan bahwa: 1) Pengawasan atas anggaran

dilakukan oleh dewan, 2) Dewan berwenang memerintahkan pemeriksa eksternal

didaerah untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan anggaran.

Pengawasan anggaran yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal (Pramono, 2002). Faktor internal adalah faktor yang dimiliki oleh dewan

yang berpengaruh secara langsung terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan,

salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Sedangkan faktor eksternal adalah

pengaruh dari pihak luar terhadap fungsi pengawasan yang akan memperkuat atau

memperlemah fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan, diantaranya adalah

akuntabillitas publik, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik.

Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2002) menyimpulkan bahwa pengetahuan

anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang

dilakukan oleh dewan. Sementara Pramono (2002) menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang menunjang fungsi pengawasan adalah adanya reformasi dan legitimasi wakil rakyat

sedangkan faktor-faktor yang menghambat fungsi pengawasan adalah minimnya kualitas

sumber daya manusia (SDM) dan kurangnya sarana dan prasarana.

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh (Sopanah dan Mardiasmo, 2003) dan hasilnya

menunjukkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan

APBD. Pengaruh yang ditunjukan adalah positif artinya semakin tinggi pengetahuan

dewan tentang anggaran maka pengawasan yang dilakukan semakin meningkat.

Disamping itu, interaksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi masyarakat

berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD yang dilakukan oleh dewan.

Page 4: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Sedangkan interaksi pengetahuan anggaran dengan transparansi kebijakan publik tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengawasan yang dilakukan oleh dewan.

Penelitian ini merupakkan lanjutan dari penelitian Sopanah dan Mardiasmo (2003)

dengan menambah variabel akuntabilitas publik dan memperbandingkan analisis menurut

sampel dewan seperti yang dilakukan pada penelitian sebelumnya dengan analisis

menurut sampel masyarakat. Disamping itu, peneliti juga akan membandingkan apakah

terdapat perbedaan fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut dewan dan

masyarakat?.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Apakah pengetahuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan

keuangan daerah (APBD menurut dewan dan masyarakat?

b. Apakah akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara

pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut

dewan dan masyarakat?

c. Apakah partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara

pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut

dewan dan masyarakat?

d. Apakah transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap hubungan

antara pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut

dewan dan masyarakat?

e. Apakah terdapat perbedaan signifikan fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD)

menurut dewan dan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai

berikut:

1. Untuk memberikan bukti empiris bahwa pengetahuan anggaran mempengaruhi

pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut dewan dan masyarakat.

2. Untuk memberikan bukti empiris bahwa akuntabilitas publik mempengaruhi

hubungan antara pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah

(APBD) menurut dewan dan masyarakat.

3. Untuk memberikan bukti empiris bahwa partisipasi masyarakat mempengaruhi

hubungan antara pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah

(APBD) menurut dewan dan masyarakat.

4. Untuk memberikan bukti empiris bahwa transparansi mempengaruhi hubungan

antara pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut

dewan dan masyarakat.

Page 5: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

5. Untuk memberikan bukti empiris bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD) menurut dewan dan

masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris adanya pengaruh pengetahuan

anggaran terhadap pengawasan anggaran (APBD) yang akan diperkuat atau diperlemah

dengan adanya akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan

publik. Bagi para akademisi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap pengembangan literatur akuntansi sektor publik (ASP) terutama pengembangan

sistem pengendalian manajeman sektor publik. Selanjutnya, dapat dijadikan sebagai

acuan guna penelitian lanjutan.

Sementara bagi pemerintah daerah diharapkan menjadi masukan dalam mendukung

pelaksanaan otonomi daerah khususnya akan meningkatkan peran dewan dalam

pengawasan anggaran (APBD) sehingga dapat terwujud pemerintahan yang baik (good

goverment). Sedangkan bagi partai politik dapat dijadikan acuan pada saat rekruitment

anggota dewan dan pengembangan kader partai.

II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Pengawasan Keuangan Daerah

Dalam pasal 1 PP. No. 105/ 2000 pengertian keuangan negara adalah semua hak

&kewajiban daerah dalam kerangka penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai

dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengertian keuangan negara adalah semua hak

&kewajiban negara serta segala sesuatu yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban

tersebut yang dapat dinilai dengan uang (Baswir,1999:13). Bertolak dari pengertian

keuangan negara tersebut diatas, maka pengertian keuangan daerah pada dasarnya sama

dengan pengertian keuangan “daerah”.

Pengawasan keuangan daerah diperlukan untuk mengetahui apakah perencanaan yang

telah di susun dapat berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis. Pengawasan menurut

Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Pasal 1 ayat (6) menyebutkan, bahwa:

“Pengawasan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin

agar pemerintah daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”.

Berdasarkan ruang lingkup pengawasan Fatchurrochman (2002) membedakanya menjadi

dua, yaitu: (1). Pengawasan internal yang terdiri dari pengawasan melekat dan

pengawasan fungsional, dan (2). Pengawasan eksternal. Pengawasan internal adalah

pengawasan yang dilakukan oleh baik atasan langsung dan aparat pengawas fungsional

yang berasal dari lingkungan internal organisasi pemerintah, atau juga yang dikenal

Page 6: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

sebagai APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah). APIP terdiri dari BPKP (Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat Jendral Departemen (Irjen) atau

Unit Pengawas Lembaga Non Departemen, Inspektorat Wilayah (Itwil), serta Satuan

Pengawas Intern (SPI).

Pengawasan melekat adalah pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan atau atasan

langsung suatu organisasi terhadap kinerja bawahan dengan tujuan untuk mengetahui

atau menilai apakah kerja yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan pengawasan fungsional

adalah pengawasan internal yang dilakukan oleh aparat fungsional baik yang berasal dari

lingkungan internal depertemen, lembaga negara atau BUMN termasuk pengawasan dari

lembaga khusus pengawasan.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan dapat berupa pengawasan secara langsung dan

tidak langsung serta preventif dan represif. Pengawasan langsung dilakukan secara

pribadi dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri di tempat

pekerjaan dan meminta secara langsung dari pelaksana dengan cara inspeksi. Sedangkan

pengawasan tidak langsung dilakukan dengan cara mempelajari laporan yang diterima

dari pelaksana. Pengawasan preventif dilakukan melalui pre-audit yaitu sebelum

pekerjaan dimulai. Pengawasan represif dilakukan melalui post audit dengan

pemeriksaan terhadap pelaksanaan ditempat (inspeksi).

Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap eksekutif dimaksudkan agar terdapat

jaminan terciptanya pola pengelolaan anggaran daerah yang terhindar dari praktik-praktik

kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) baik mulai dari proses perencanaan, pengesahan,

pelaksanaan serta pertanggungjawabannya. Disamping DPRD mengawasi secara

langsung tentang mekanisme anggaran, DPRD juga menggunakan aparat pengawasan

eksternal pemerintah, yang independen terhadap lembaga eksekutif di daerah yaitu Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengawasan merupakan tahap integral dengan keseluruhan

tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan diperlukan pada setiap tahap

bukan hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo, 2001).

B. Pengetahuan Anggaran dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Pengetahuan erat kaitannya dengan pendididkan dan pengalaman. Ketiganya

mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Pengalaman dan pengetahuan

yang tinggi akan sangat membantu seseorang dalam memecahkan persoalan yang

dihadapinya sesuai dengan kedudukan anggota DPRD sebagai wakil rakyat (Truman,

1960). Seharusnya mereka adalah orang yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman

yang tinggi dalam bidang kemasyarakatan dan kenegaraan.

Dalam menjalankan fungsi dan peran anggota Dewan, kapasitas dewan sangat ditentukan

oleh kemampuan bergaining position dalam memproduk sebuah kebijakan. Kapabilitas

dan kemampuan yang harus dimiliki antara lain pengetahuan, ketrampilan dan

pengalaman menyusun berbagai Peraturan Daerah (PERDA).

Page 7: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Beberapa penelitian yang menguji hubungan antara kualitas anggota Dewan dengan

kinerjanya diantaranya dilakukan oleh (Indradi, 2001; Syamsiar, 2001; 2002; Sutarnoto,

2002). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan

pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan

yang salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan. Pendidikan

dan pelatihan berkaitan dengan pengetahuan untuk masa yang akan datang.

Yudhoyono (2002) menyatakan, bahwa DPRD akan mampu menggunakan hak-haknya

secara tepat, melaksanakan tugas dan kewajibannya secara efektif serta menempatkan

kedudukannya secara proporsional jika setiap anggota mempunyai pengetahuan yang

cukup dalam hal konsepsi teknis penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan publik dan

lain sebagainya. Pengetahuan yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan keuangan

daerah salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran. Dengan mengetahui tentang

anggaran diharapkan anggota Dewan dapat mendeteksi adanya pemborosan dan

kebocoran anggaran. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis utama sebagai berikut:

H1: Pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap

pengawasan keuangan daerah.

C. Akutabilitas Publik dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD).

Azas akuntabilitas adalah azas yang menentukan bahwa setiap kegaitan dan hasil akhir

dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat

sebagai pemegang kedaulatan tertinggi. Akuntabilitas bersumber kepada adanya

pengendalian dari luar (external control) yang mendorong aparat untuk bekerja keras.

Birokrasi dikatakan accountable apabila dinilai secara objektif oleh masyarakat luas.

Menurut Sulistoni (2003) pemerintahan yang accountable memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: (1) Mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka,

cepat, dan tepat kepada masyarakat, (2) Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan

bagi publik, (3) Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses

pembangunan dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proporsional, dan (5) Adanya

sarana bagi publik untuk menilai kinerja pemerintah. Melalui pertanggungjawaban

publik, masyarakat dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan

pemerintah.

Akuntabilitas publik akan tercapai jika pengawasan yang dilakukan oleh dewan dan

masyarakat berjalan secara efektif. Hal ini juga di dukung oleh pendapatnya Rubin

(1996) yang menyatakan bahwa untuk menciptakan akuntabilitas kepada publik

diperlukan partisipasi pimpinan instansi dan warga masyarakat dalam penyusunan dan

pengawasan keuangan daerah (APBD). Sehingga akuntabilitas publik yang tinggi akan

memperkuat fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan, sehingga hipotesis

utamanya dirumuskan sebagai berikut:

Page 8: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

H2: Akuntabilitas publik berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara

pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah.

D. Parisipasi Masyarakat dan Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Penjaringan aspirasi masyarakat merupakan bagian integral dari upaya untuk

memberdayakan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan

peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD yang merupakan misi

utama dikeluarkannya Undang-undang Otonomi Daerah Tahun 1999. Pada dasarnya ada

tiga elemen penting yang segmental saling bersentuhan dan menentukan kinerja

(performance) pengelolaan keuangan daerah yaitu stakeholder, Pemerintah Daerah, dan

DPRD.

Achmadi dkk. (2002) menyebutkan bahwa partisipasi merupakan kunci sukses dari

pelaksanaan otonomi daerah karena dalam partisipasi menyangkut aspek pengawasan dan

aspirasi. Pengawasan yang dimaksud disini termasuk pengawasan terhadap pihak

eksekutif melalui pihak legislatif. Semakin aktif masyarakat dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan akan berarti semakin sukses pelakasanaan otonomi

daerah. Namun kenyataan dilapangan tidak selalu masyarakat berpartisipasi secara aktif

dalam proses penyelenggaraan pemerintahan khususnya pada saat penyusunan anggaran

(APBD). Menyadari pentingnya aspirasi masyarakat, maka diperlukan langkah startegis

agar partisipasi masyarakat bisa berjalan secara kondusif. Salah satu upaya yang bisa

dilakukan adalah mengoptimalkan peran dari lembaga institusi lokal non pemerintahan

seperti lembaga swadaya masyarakt (LSM), media masa, organisasi kemasyarakatan dan

partai politik.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa adanya partisipasi masyarakat akan

memperkuat proses penyelenggaraan pemerintah, maka peranan Dewan dalam

melakukan pengawasan keuangan daerah akan dipengaruhi oleh keterlibatan masyarakat

dalam advokasi anggaran. Jadi, selain pengetahuan tentang anggaran yang mempengaruhi

pengawasan yang dilakukan oleh Dewan, partisipasi masyarakat diharapkan akan

meningkatkan fungsi pengawasan. Sehingga hipotesis utamanya dirumuskan sebagai

berikut:

H3: Partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan terhadap hubungan antara

pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah.

E. Transparansi Kebijakan Publik dan Pengawasan Keuangan Daerah

Selain adanya partisipasi masyarakat dalam siklus anggaran, transparansi anggaran juga

diperlukan untuk meningkatkan pengawasan. Transparansi merupakan salah satu prinsip

good governance. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas, seluruh

proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-

pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat

di mengerti dan di pantau.

Page 9: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Menurut Sopanah dan Mardiasmo (2003) Anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif

dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut: (1) Terdapat

pengumuman kebijakan anggaran, (2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses,

(3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu, (4) Terakomodasinya

suara/usulan rakyat, (4), Terdapat sistem pemberian informasi kepada pubik.Transparansi

merupakan prasyarat untuk terjadinya partisipasi masyarakat yang semakin sehat karena

(Sulistoni, 2003): (a) Tanpa informasi yang memadai tentang penganggaran, masyarakat

tidak punya kesempatan untuk mengetahui, menganalisis, dan mempengaruhi kebijakan,

(b) Transparansi memberi kesempatan aktor diluar eksekutif untuk mempengaruhi

kebijakan dan alokasi anggaran dengan memberi perspektif berbeda dan kreatif dalam

debat anggaran, (c) Melalui informasi, legislatif dan masyarakat dapat melakukan

monitoring terhadap keputusan dan kinerja pemerintah. Tanpa kebebasan informasi

fungsi pengawasan tidak akan efektif, (d) Berdasarkan teori yang ada menunjukkan

bahwa semakin transparan sebuah kebijakan publik maka pengawasan yang dilakukan

oleh dewan akan semakin meningkat karena masyarakat juga terlibat dalam mengawasi

kebijakan publik tersebut. Sehingga hipotesis utama penelitiannya adalah:

H4: Transparansi kebijakan publik berpengaruh signifikan terhadap hubungan

antara pengetahuan anggaran dengan pengawasan keuangan daerah.

Untuk mengetahui apakah fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD) berbeda secara

signifikan antara sampel masyarakat dan sampel dewan maka perlu diuji, sehingga

hipotesis kelima dari penelitian ini adalah:

H5: Terdapat perbedaan yang signifikan antara fungsi pengawasan keuangan

daerah menurut sampel masyarakat dan sampel dewan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah survei. Data penelitian yang dibutuhkan adalah data primer

dalam bentuk persepsi responden (subjek) penelitian. Pengambilan data menggunakan

survei langsung dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner (angket). Kuesioner

yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang terkait.

B. Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Populasi dalam penelitian ini ada dua yaitu semua anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) yang berada di wilayah Malang Raya Jawa Timur yang terdiri dari Kota

Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu serta masyarakat yang terdiri dari Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh masyarakat, organisasi masyarakat, akademisi,

mahasiswa dan media masa.

Untuk responden anggota Dewan semua populasi dijadikan sebagai sampel. Sementara

untuk responden masyarakat peneliti menggunakan metode purposive sampling untuk

Page 10: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

menentukan sampel penelitian. Dalam penelitian ini kriteria yang dijadikan sampel untuk

masyarakat adalah: (1) Berdomisili di wilayah Kota Malang, Kabupaten Malang, dan

Kota Batu, (2) Terlibat dalam proses penyusunan, pemantauan, dan advokasi APBD, (3)

Usia minimal 17 tahun, dan (4) Pendidikan terakhir minimal SLTA atau sederajat. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 (terlampir).

C. Identifikasi dan Pengukuran Variabel

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan anggaran. Sedangkan

variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengawasan keuangan daerah (APBD)

pada tahap penyusunan, pengesahan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Sedangkan

akuntabilitas publik, partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik dijadikan

sebagai variabel moderating.

Pengetahuan Dewan tentang anggaran adalah persepsi responden tentang kemampuan

Dewan dalam hal menyusun anggaran (RAPBD/APBD), deteksi serta identifikasi

terhadap pemborosan atau kegagalan, dan kebocoran anggaran. Akuntabilitas publik

adalah adanya pertanggungjawaban pemerintah secara terbuka, cepat dan tepat kepada

masyarakat. Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat dalam setiap aktivitas

proses penganggaran yang dilakukan oleh DPRD dimulai dari penyusunan arah dan

kebijakan, penentuan strategi dan prioritas serta advokasi anggaran. Transparansi

kebijakan publik adalah adanya keterbukaan tentang anggaran yang mudah diakses oleh

masyarakat. Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan

sebagai keputusan yang mempunyai tujuan tertentu. Pengawasan Keuangan Daerah

adalah pengawasan terhadap keuangan daerah yang dilakukan oleh Dewan yang meliputi

pengawasan pada saat penyusunan, pengesahan, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban anggaran (APBD).

D. Pengukuran Variabel

Masing-masing variabel diukur dengan model Skala Likert yaitu mengukur sikap dengan

menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya terhadap pertanyaan yang diajukan dengan

skor 5 (SS=Sangat Setuju), 4 (S=Setuju), 3 (TT=Tidak Tahu), 2 (TS=Tidak Setuju), dan

1 (STS=Sangat Tidak Setuju).

E. Pengujian Reliabilitas dan Validitas

Untuk melihat reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, peneliti

menggunakan koefisien Cronbach Alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika

memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,5 (Nunnally, 1967). Untuk mengetahui

bahwa pertanyaan yang digunakan dalam instrumen valid, maka digunakan Factor

Analysis. Instrumen dikatakan valid jika memiliki nilai Kaiser,s MSA lebih besar dari 0,5

sehingga construct validity tepat (Kaiser dan Rice, 1976). Disamping itu, instrumen dapat

dikatakan valid jika Eigen value lebih dari satu (Breinstein,1994). Hasil pengujian

reliabilitas dan validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada

tabel 2 (terlampir).

Page 11: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

F. Metode Analisis Data

Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan multiple regression untuk

masing-masing sampel, yaitu berdasarkan nilai p value, dan R square dan menggunakan

chow test. Untuk menganalisis data, digunakan software SPSS for window realesed 10.05

programe. Adapun persamaan regresi dalam penelitian ini adalah:

Y= a + b1X1 + e ……………………………………………..(1)

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4+ b5X1X2 + b6X1X3 +b7X1X4+ e .........(2)

Keterangan:

Y : Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

a : Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, b6,b7 : Koefisien regresi

X1 : Pengetahuan tentang Anggaran

X2 : Akuntabilitas Publik

X3 : Partisipasi Masyarakat

X4 : Transparansi Kebijakan Publik

X1, X2 : Interaksi antara pengetahuan anggaran dan akuntabilitas publik

X1, X3 : Interaksi pengetahuan tentang anggaran dan partisipasi Masyarakat

X1, X4 : Interaksi pengetahuan anggaran dan transparansi kebijakan publik

e : Eror

IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Profil Responden

Data demografi berikut menyajikan beberapa informasi umum mengenai kondisi

responden. Pada tabel 3 (terlampir) disajikan data mengenai kelompok daerah responden,

jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan sebelum menjadi anggota DPRD, jabatan di

DPRD, fraksi, dan komisi untuk responden anggota Dewan. Sedangkan pada tabel 4

(terlampir) akan disajikan demografi untuk responden masyarakat yang terdiri dari jenis

kelamin, institusi, usia, pendidikan, dan pengalaman organisasi kemasyarakatan.

B. Pengujian Hipotesis

Penelitian ini mengunakan tingkat keyakinan 95% yang berarti α yang digunakan sebesar

0,05. Hal ini berarti menunjukkan bahwa, jika nilai p atau p value < 0,05 berarti variabel

independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Disamping p

value peneliti juga menggunakan uji t, uji F, dan nilai R square. Untuk mengetahui

apakah fungsi pengawasan keuangan daerah (APBD) apakah berbeda secara signifikan

maka dilakukan uji chow (chow test).

Page 12: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

C. Pengujian Hipotesis 1 dan Pembahasan

Insert Tabel 5: Hasil Regresi Hipotesis Pertama (1)

Hasil analisis regresi dengan sampel masyarakat terhadap hipotesis 1 dapat dilihat bahwa

pengetahuan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan

daerah (APBD) dengan melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar 0.014. Hubungan yang

ditunjukan oleh koefisien regresi adalah positif 0,334, artinya semakin tinggi

pengetahuan anggaran yang dimiliki oleh dewan maka pengawasan yang dilakukan akan

semakin meningkat. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 2,555, dimana t hitung ini

lebih besar dari t tabel (2,015), artinya hipotesis pertama didukung. Dilihat dari F hitung

sebesar 6,527 sedangkan F tabel sebesar 3,23, sehingga F hitung > dari F tabel, sementara

nilai sig sebesar 0,014 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi pengaruh variabel pengetahuan terhadap variabel pengawasan keuangan

daerah.

Sementara, hasil analisis regresi dengan sampel dewan terhadap hipotesis 1 dapat dilihat

bahwa pengetahuan anggaran juga berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan

keuangan daerah (APBD) dengan melihat taraf signifikansinya yaitu sebesar 0.045.

Hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah positif 0,176, artinya semakin

tinggi pengetahuan anggaran yang dimiliki oleh Dewan maka pengawasan yang

dilakukan akan semakin meningkat. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 2,062, dimana

t hitung ini lebih besar dari t tabel (2,015), artinya hipotesis pertama didukung. Dilihat

dari F hitung sebesar 4,253 sedangkan F tabel sebesar 3,23, sehingga F hitung > dari F

tabel, nilai sig sebesar 0, 045 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan

untuk memprediksi pengaruh variabel pengetahuan terhadap variabel pengawasan

keuangan daerah. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Andriani (2002). Berdasarkan hasil statistik dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 dapat

diterima. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Indradi,

2001; Syamsiar, 2001; 2002; dan Sutarnoto, 2002).

D. Pengujian Hipotesis 2 dan Pembahasan

Insert Tabel 6: Hasil Regresi Hipotesis Kedua (2)

Hasil analisis regresi dengan sampel masyarakat terhadap hipotesis 2 dapat dilihat bahwa

interaksi pengetahuan anggaran dengan akutabilitas publik berpengaruh signifikan

terhadap pengawasan APBD dengan melihat taraf signifikansinya sebesar 0.015.

Hubungan yang ditunjukan oleh koefisien regresi adalah negatif -0,318 artinya semakin

tinggi akuntabilitas publik maka pengawasan yang dilakukan juga akan semakin

menurun. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 1,710 dimana t hitung ini lebih kecil dari

t tabel (2,015), artinya hipotesis 2 diterima. Dilihat dari F hitung sebesar 2,860,

sedangkan F tabel sebesar 2,45 sehingga F hitung > dari F tabel, sementara nilai sig

sebesar 0,027 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi pengaruh interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi

masyarakat terhadap variabel pengawasan keuangan daerah.

Page 13: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Sementara hasil analisis regresi dengan sampel dewan terhadap hipotesis kedua dapat

dilihat bahwa interaksi pengetahuan anggaran dengan akuntabilitas publik berpengaruh

signifikan terhadap pengawasan APBD dengan melihat taraf signifikansinya sebesar

0.036. Hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah negatif -0,187 artinya

semakin tinggi akuntabilitas publik maka pengawasan yang dilakukan oleh dewan akan

semakin menurun. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 0,319 dimana t hitung ini lebih

besar dari t tabel (2,015), artinya hipotesis kedua diterima. Dilihat dari F hitung sebesar

4,587, sedangkan F tabel sebesar 2,45 sehingga F hitung > dari F tabel, sementara nilai

sig sebesar 0,002 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi pengaruh interaksi pengetahuan anggaran dengan akuntabilitas publik

terhadap variabel pengawasan keuangan daerah. Dengan demikian hipotesis 2 yang

diajukan oleh peneliti dapat diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang

mendukung bahwa jika akuntabilitas publik semakin tinggi maka tingkat pengawasan

yang dilakukan oleh dewan juga akan semakin menurun.

E. Pengujian Hipotesis 3 dan Pembahasan

Insert Tabel 7: Hasil Regresi Hipotesis Ketiga

Hasil analisis regresi dengan sampel masyarakat terhadap hipotesis ketiga dapat dilihat

bahwa interaksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi masyarakat tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengawasan APBD dengan melihat taraf signifikansinya sebesar

0.095. Partisipasi masyarakat akan berpengaruh signifikan jika = 0,1 atau 10%.

Hubungan yang ditunjukan oleh koefisien regresi adalah negatif -0,618 artinya semakin

tinggi partisipasi masyarakat maka pengawasan yang dilakukan justru akan semakin

menurun. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah -1,710 dimana t hitung ini lebih kecil

dari t tabel (2,015), artinya hipotesis kedua di tolak. Dilihat dari F hitung sebesar 2,860,

sedangkan F tabel sebesar 2,45 sehingga F hitung > dari F tabel, sementara nilai sig

sebesar 0,027 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi pengaruh interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi

masyarakat terhadap variabel pengawasan keuangan daerah.

Sementara hasil analisis regresi dengan sampel dewan terhadap hipotesis ketiga dapat

dilihat bahwa interaksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi masyarakat berpengaruh

signifikan terhadap pengawasan APBD dengan melihat taraf signifikansinya sebesar

0.016. Hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien regresi adalah positif 0,787 artinya

semakin tinggi partisipasi masyarakat maka pengawasan yang dilakukan oleh Dewan

akan semakin meningkat. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 2,519 dimana t hitung ini

lebih besar dari t tabel (2,015), artinya hipotesis kedua diterima . Dilihat dari F hitung

sebesar 4,587, sedangkan F tabel sebesar 2,45 sehingga F hitung > dari F tabel, sementara

nilai sig sebesar 0,002 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi pengaruh interaksi pengetahuan dewan tentang anggaran dengan partisipasi

masyarakat terhadap variabel pengawasan keuangan daerah.

Dengan demikian Hipotesis ke 3 tidak dapat disimpulkan karena menurut sampel

masyarakat dan dewan hasilnya berbeda. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian

Page 14: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Sopanah dan Mardiasmo (2003) dan sesuai dengan teori yang mendukung bahwa jika

masyarakat dilibatkan dalam proses penganggaran maka pengawasan yang dilakukan

oleh dewan akan menurun menurut masyarakat sedangkan menurut dewan justru akan

semakin meningkat.

F. Pengujian Hipotesis 4 dan Pembahasan

Insert Tabel 8: Hasil Regresi Hipotesis Keempat

Hasil analisis regresi dengan sampel masyarakat terhadap hipotesis yang keempat dapat

dilihat bahwa interaksi antara pengetahuan anggaran dengan transparansi kebijakan

publik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan APBD. Hal ini

ditunjukan dengan nilai signifikansinya sebesar 0.495 > 0.05. Nilai t hitung dari hasil

regresi adalah 0,689 dimana t hitung ini lebih kecil dari t tabel (2,015), artinya hipotesis

keempat ditolak. Dilihat dari F hitung sebesar 2,860 sedangkan F tabel sebesar

2,45 sehingga F hitung > dari F tabel, sementara nilai sig sebesar 0,027 adalah < dari

0,05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh interaksi

pengetahuan dewan tentang anggaran dengan transparansi kebijakan publik terhadap

variabel pengawasan keuangan daerah.

Hasil analisis regresi dengan sampel dewan terhadap hipotesis yang keempat dapat dilihat

bahwa interaksi antara pengetahuan anggaran dengan transparansi kebijakan publik tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan APBD. Hal ini ditunjukan dengan

nilai signifikansinya sebesar 0.528 > 0.05. Nilai t hitung dari hasil regresi adalah 0,689

dimana t hitung ini lebih kecil dari t tabel (2,015), artinya hipotesis keempat ditolak.

Dilihat dari F hitung sebesar 4,587 sedangkan F tabel sebesar 2,45 sehingga F hitung >

dari F tabel, sementara nilai sig sebesar 0,027 adalah < dari 0,05 sehingga model regresi

dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh interaksi pengetahuan anggaran dengan

transparansi kebijakan publik terhadap variabel pengawasan keuangan daerah

Tidak diterimanya hipotesis yang keempat menurut penulis dikarenakan transparansi

kebijakan publik di wilayah Malang Raya yang terdiri dari Kota Malang, Kabupaten

Malang, dan Kota Batu masih dalam taraf retorika dan implementasinya masih dalam

formalitas. Akses terhadap kebijakan publik masih sulit dan hanya orang-orang tertentu

yang bisa mendapatkannya.

G. Pengujian Hipotesis 5 dan Pembahasan

Berdasarkan hasil regresi dengan sampel total yaitu sampel masyarakat dan sampel

Dewan, regresi dengan sampel masyarakat dan regresi dengan sampel Dewan, maka

dapat dihitung beberapa hal sebagai berikut:

SSRr (sum of squared residual dr restricted regression) = 173,225

SSRu (sum of squared residual dari unrestricted regression) = SSR Masy + SSR Dewan

=2,988+2,737 = 5,725

Page 15: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

r (jumlah parameter yang diestimasi pada RR) = 5 parameter

k (jumlah parameter yang diestimasi pada UR) = 5 (masy.) + 5 (dewan)

n (jumlah observasi) = 44

Jadi Besarnya F hitung adalah sebagai berikut:

(SSRr-SSRu)/r (173,225-5,725) / 5

F =

SSRu / (n-k) 5,725 / 44-10

= 199,404

Nilai F hitung akan dibandingkan dengan F tabel, jika F hitung > dari F tabel, maka

hipotesis penelitian dapat diterima. Nilai F Tabel dengan tingkat signifikansi 5% adalah

2,45, oleh karena itu F hitung jauh lebih besar dari pada F tabel, sehingga hipotesis

kelima dari penelitian ini dapat diterima. Jadi fungsi pengawasan keuangan daerah

berbeda secara signifikan antara kelompok sampel masyarakat dan kelompok sampel

Dewan. Perbedaan yang signifikan tersebut juga dapat dilihat dari p value yang berbeda

jauh antara kelompok masyarakat dan kelompok Dewan. Perbedaan tersebut menurut

penulis dikarenakan adanya pemahaman yang berbeda antara masyarakat dan dewan

dalam memahami variabel penelitian. Hasil statistik yang berbeda juga didukung oleh

hasil wawancara yang dilakukan dengan kelompok masyarakat maupun kelompok

Dewan.

V. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

5.1.Simpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh akuntabilitas publik, partisipasi

masyarakat dan transparansi kebijakan publik terhadap hubungan antara pengetahuan

anggaran dengan pengawasan APBD. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertama,

pengetahuan anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD baik menurut

sample dewan maupun masyarakat. Pengaruh yang ditunjukan adalah positif artinya

semakin tinggi pengetahuan dewan tentang anggaran maka pengawasan yang dilakukan

semakin meningkat. Kedua, interaksi pengetahuan anggaran dengan akuntabilitas publik

berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD baik menurut sampel dewan maupun

sample masyarakat. Hubungan yang di tunjukan adalah negatif artinya semakin tinggi

akuntabilitas maka pengawasan yang dilakukan oleh dewan semakin menurun. Ketiga,

interaksi pengetahuan anggaran dengan partisipasi masyarakat berpengaruh signifikan

terhadap pengawasan APBD menurut dewan, sedangkan menurut masyarakat tidak

signifikan. Keempat, interaksi pengetahuan anggaran dengan transparansi kebijakan

publik tidak berpengaruh signifikan terhadap pengawasan APBD baik menurut dewan

maupun masyarakat. Terakhir, terdapat perbedaan signifikan antara fungsi pengawasan

APBD menurut dewan dan masyarakat.

5.2.Keterbatasan

Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah hanya anggota DPRD se-Malang

Raya yang terdiri dari Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu. Hal ini

Page 16: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

menyebabkan kesimpulan dari hasil penelitian tidak dapat mengeneralisir untuk setting

yang lain. Kelemahan lain, pada saat penyampelan peneliti mengambil semua sampel

anggota dewan, tidak spesifik kepada Komisi C (Keuangan) dan Panitia Anggaran yang

terlibat secara langsung dalam mekanisme anggaran. Sementara untuk sampel

masyarakat, peneliti tidak menyeleksi secara ketat karena keterbatasan waktu.

5.3.Implikasi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan literatur akuntansi

khususnya akuntansi sektor publik dalam hal sistem pengendalian manajemen. Implikasi

bagi penelitian selanjutnya mengembangkan sampel yang lebih luas untuk anggota

DPRD Propinsi atau bahkan DPRD Pusat. Diharapkan sampel yang diambil hanya

anggota dewan pada Komisi C (Keuangan) dan Panitia Anggaran. Kemudian untuk

sampel masyarakat diharapkan responden benar-benar di seleksi secara ketat sehingga

didapatkan responden yang tepat. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengontrol

variabel pengetahuan dengan cara membedakan anggota dewan yang mempunyai masa

jabatan lebih dari satu periode. Variabel lain yang dapat diteliti adalah kualitas SDM

yang dapat diidentifikasi dalam bentuk pendidikan & pelatihan dan variabel-variabel lain

yang berhubungan dengan prinsip-prinsip penyusunan anggaran seperti anggaran kinerja,

prinsip value for money, prinsip disiplin anggaran dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, A., Muslim, M. dkk, 2002, Good governance dan Penguatan Institusi Daerah,

Masyarakat Transparansi Indonesia, Jakarta.

Andriani, Rini, 2002, Pengaruh Pengetahuan dan RPPs terhadap peranan DPRD dalam

Pengawasan Anggaran (Studi Kasus pada DPRD se-Propinsi Bengkulu, Tesis

Program Pasca Sarjana UGM, Jogjakarta.

Bazwir, Revrisond, 1999, Akutansi Pemerintah Indonesia, Edisi Tiga BPFE Jogjakarta.

Fatchurrochman, Agam, 2002, Manajemen Keuangan Publik, Materi Pelatihan Anti

Korupsi, Indonesian Coruption Watch, 23-25 Januari 2002, Jakarta.

Halim, Abdul, 2003, Bunga Rampai Keuangan Daerah, UPP AMP YKPN, Jogjakarta.

Indradi, Syamsiar, 2001, Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman anggota DPRD dengan

Proses Pembuatan Peraturan Daerah, Tesis S2 Tidak di Publikasikan, Program

Pasca Sarjana Ilmu Administrasi Negara, Universitas Brawijaya Malang.

Kaiser, H. Dan Rice, J., 1974, Educational and Psycological Measurement, Volume 34,

No.1, hal 111-117.

Page 17: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Luthfi, JK., 2003, Diskusi Anggaran Publik, 2 Agustus 2003, Malang Coruption Watch,

Malang

Mardiasmo, 2001, Pengawasan, Pengendalian, dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah

Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Andi, Jogjakarta.

Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan daerah, Andi, Jogjakarta.

Mardiasmo, 2003, Konsep Ideal Akuntabilitas dan Transparansi Organisasi Layanan

Publik, Majalah Swara MEP, Vol. 3 No. 8 Maret, MEP UGM, Jogjakarta.

Nunnaly, 1967, Psycometric Theory, McGraw-Hill, New York.

Republik Indonesia, 2001, Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah, Citra Umbara, Bandung.

_______________, 2001, Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 1999 tentang

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran, Citra Umbara, Bandung.

Pramono, Agus H., 2002, Pengawasan Legislative terhadap Ekesekutif dalam

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Tesis S2 Tidak di Publikasikan, Program

Pasca Sarjana Ilmu Administrasi Negara, Universitas Brawijaya Malang.

Rubin, Irene, 1996, Budgetting for Accountability: Municipal Budgeting for the 1990s,

Jurnal Public Budgeting & Finance, Summer, hal. 112-132.

Sjamsudin, Syamsiar, 2001, Hubungan Kualitas Anggota DPRD terhadap Partisipasinya

dalam Proses Kebijakan Daerah di Kabupaten Malang, Laporan Penelitian

dalam Jurnal Ilmiah Sosial, Vol.13, No.2, Malang.

Sopanah dan Mardiasmo, 2003, Pengaruh Partisipasi Masyarakat dan Transparansi

Kebijakan Publik terhadap Hubungan antara Pengetahuan Dewan tentang

Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah, Simposium Nasional

Akuntansi (SNA) VI 16-17 Oktober di Surabaya.

Sopanah, 2004, Menyoal Anggaran Publik, dalam Pesangon Gate, Bulletin Suara

Korban, Malang Corruption Watch (MCW), Edisi 1 Maret 2004

______, 2004, Membongkar Jaringan Asmara, dalam Menyingkap Sisi Gelap

Musbangkel Bulletin Suara Korban, Malang Corruption Watch (MCW), Edisi III

Mei 2004

Sulistoni, G., 2003, Fiqh korupsi: Amanah Vs Kekuasaan, SOMASI, Nusa Tenggara

Barat.

Page 18: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Sutarnoto, Tejo, 2002, Pengaruh Kualitas SDM Aparatur terhadap Kinerja Pegawai,

Tesis S2 Tidak di Publikasikan, Program Pasca Sarjana Ilmu Administrasi

Negara, Universitas Brawijaya Malang.

Yudoyono, Bambang, 2002, Optimalisasi Peran DPRD dalam Penyelenggaraan

PemerintahDaerah,http://www.bangda.depdagri.go.id./jurnal/jendela/jendela3.

htm.

Page 19: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Lampiran

Variabel Independen

Variabel Dependen Variabel Moderating Akuntabilitas Publik

Partisipasi Masyarakat

Transparansi Kebijakan Publik

Pengetahuan Anggaran

Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Tabel 1: Pengiriman dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

No Keterangan ∑ DPRD ∑ Masyarakat

1. Kuesioner yang disebarkan 115 115

2. Kuesioner yang kembali 61 68

3. Kuesioner yang tidak lengkap 17 14

4. Kuesioner yang di keluarkan - 10

5. Kuesioner yang diolah 44 44

6. Respon rate (Prosentase) 53% 59%

Tabel 2: Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas dengan Sampel Dewan

No Variabel Dewan Masyarakat

Cronbach

Kaiser,s

MSA

Eigen

V

Cronbach

Kaiser,s

MSA

Eigen

V

1. Pengetahuan

Anggaran

0,72 0,73 1,76 0,73 0,69 3,23

2. Akuntabilitas Publik 0,52 0,57 2,80 0,51 0,52 3,92

3. Partisipasi

Masyarakat

0,51 0,71 2,84 0,50 0,51 3,09

4. Transparansi KP 0,52 0,56 2,97 0,53 0,55 3,83

5. Pengawasan APBD 0,76 0,67 2,90 0,71 0,55 3,80

Page 20: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Tabel 3 : Demografi Responden Dewan

No Keterangan Jumlah Prosentase

1. Daerah Kota Malang

Kabupaten Malang

Kota Batu

22

11

11

50 %

25 %

25 %

2. Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan

40

4

91 %

9 %

3. Usia 30-39 Tahun

40-49 Tahun

50-59 Tahun

11

22

11

25 %

50 %

25 %

4. Pendidikan SLTA

D1

D3

S1

S2

8

1

1

24

10

18 %

2,5 %

2,5 %

55 %

22 %

5. Pekerjaan Wiraswasta

Swasta

TNI/POLRI

Pengajar

PNS

26

2

4

8

4

59 %

5 %

9 %

18 %

9 %

6. Jabatan di DPRD Ketua

Wakil Ketua

Anggota

3

9

32

6 %

21 %

73 %

7. Lama menjadi Anggota DPRD 1 Periode

> 1 Periode

6

38

14 %

86 %

8. Fraksi TNI/ POLRI 3 7 %

Page 21: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

GOLKAR

PDI-P

PKB

Gabungan (PAN-PBB-PK-PPP)

8

15

12

6

18 %

34 %

27 %

14 %

9. Komisi Komisi A

Komisi B

Komisi C

Komisi D

Komisi E

7

4

13

11

9

16%

9%

29%

25%

21%

Sumber: Data diolah

Tabel 4: Demografi Responden Masyarakat

No Keterangan Jumlah Prosentase

1. Jenis kelamin Laki-Laki

Perempuan

32

12

73%

27%

2. Institusi LSM

Ormas

Akademisi

Mahasiswa

Media Masa

15

6

11

7

5

34%

14%

25%

16%

11%

3. Usia 20-29 Tahun

30-39 Tahun

40-49 Tahun

50-59 Tahun

12

17

9

6

27%

39%

20%

14%

Page 22: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

4. Pendidikan SLTA

D3

S1

S2

S3

5

2

27

8

2

11%

5%

61%

18%

5%

5. Pengalaman Organisasi 1 Organisasi

2 Organisasi

>2 Organisasi

4

13

27

9%

30%

61%

Sumber: Data diolah

Tabel 5: Hasil Regresi Hipotesis Pertama

No. Keterangan n R2 F Sig Nilai Koefisien t-val p-val

1. Sampel Masy.

Konstanta

Pengetahuan

44 13,5% 6,527 0,014

2,065

0,334

3,959

2,555

0,000

0,014

2. Sampel Dewan

Konstanta

Pengetahuan

44 9,2% 4,253 0,045

2,705

0,176

8,072

2,062

0,000

0,045

Tabel 6: Hasil Regresi Hipotesis Kedua

No Keterangan n R2 F Sig Nilai

Koefisien

t-val p-val

1. Sampel Masyarakat

Konstanta

Pengetahuan

Akuntabilitas Publik

44 27,3% 2,860 0,027

-2,886

1,814

-1,304

-0,318

-

0,350

0,866

-

0,728

0,392

0,317

0,015

Page 23: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Interaksi Pengetahuan &

Akuntabilitas Publik

0,605

0,710

2. Sampel Dewan

Konstanta

Pengetahuan

Akuntabilitas Publik

Interaksi Pengetahuan &

Akuntabilitas Publik

44 37,6% 4,587 0,002

11,980

-1,753

0,198

-0,187

2,992

-

1,720

0,608

0,319

0,005

0,094

0,013

0,036

Tabel 7: Hasil Regresi Hipotesis Ketiga

No Keterangan n R2 F Sig Nilai

Koefisien

t-val p-val

1. Sampel Masyarakat

Konstanta

Pengetahuan

Partisipasi Masyarakat

Interaksi Pengetahuan &

Partisipasi

44 27,3% 2,860 0,027

-2,886

1,814

2,304

-0,618

-

0,350

0,866

1,605

-

1,710

0,728

0,392

0,117

0,095

2. Sampel Dewan

Konstanta

Pengetahuan

Partisipasi Masyarakat

Interaksi Pengetahuan &

Partisipasi

44 37,6% 4,587 0,002

11,980

-1,753

-3,198

0,787

2,992

-

1,720

-

2,608

2,519

0,005

0,094

0,013

0,016

Page 24: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

Tabel 8: Hasil Regresi Hipotesis Keempat

No Keterangan n R2 F Sig Nilai

Koefisien

t-val p-val

1. Sampel Masyarakat

Konstanta

Pengetahuan

Transparansi KP

Interaksi Pengetahuan &

Transparansi

44 27,3% 2,860 0,027

-2,886

1,814

-1,084

0,249

-

0,350

0,866

-

0,761

0,689

0,728

0,392

0,451

0,495

2. Sampel Dewan

Konstanta

Pengetahuan

Transparansi KP

Interaksi Pengetahuan &

Transparansi

44 37,6% 4,587 0,002

11,980

-1,753

0,152

-0,135

2,992

-

1,720

0,182

-

0,637

0,005

0,094

0,857

0,528

Lampiran Kuesioner

PENGETAHUAN ANGGARAN (X1)

No PERTANYAAN (5) (4) (3) (2) (1)

1. Dewan mengetahui bagaimana cara penyusunan APBD SS S TT TS STS

2. Jika terjadi pemborosan atau kegagalan di dalam pelaksanaan

kegiatan/proyek pembangunan dewan sulit mengidentifikasi

SS S TT TS STS

3. Pelaksanaan APBD yang sebenarnya harus dilakukan oleh

eksekutif dapat dewan pahami

SS S TT TS STS

4. Dewan tidak tahu bagaimana cara penyusunan APBD yang

sebenarnya

SS S TT TS STS

5. Jika terjadi kebocoran dalam pelaksanaan APBD, dewan

mengetahui.

SS S TT TS STS

6. Praktik pelaksanaan APBD dilapangan ternyata sungguh

sangat berbeda dan banyak yang tidak sesuai

SS S TT TS STS

Page 25: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

7. Dewan mampu mengidentifikasi pemborosan atau kegagalan

di dalam pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan pada

anggaran tahun berjalan secara rinci.

SS S TT TS STS

8. Dewan tidak mengetahui jika terjadi kebocoran dalam

pelaksanaan APBD.

SS S TT TS STS

AKUNTABILITAS PUBLIK (X2)

No PERTANYAAN (5) (4) (3) (2) (1)

1. Renstrada dan Arah Kebijakan Umum (AKU) APBD

merupakan dasar dalam penyusunan APBD

SS S TT TS STS

2. Proses Penyusuanan APBD melibatkan semua elemen-elemen

masyarakat

SS S TT TS STS

3. APBD disajikan secara terbuka, cepat, dan tepat kepada

seluruh masyarakat.

SS S TT TS STS

4. Kepentingan publik dan golongan menjadi pertimbangan

utama dalam penyusunan APBD

SS S TT TS STS

5. Hanya masyarakat tertentu yang terlibat dalam penyusunan

APBD

SS S TT TS STS

6. APBD merupakan barang rahasia sehingga masyarakat tidak

perlu tahu.

SS S TT TS STS

7. Indikator kinerja telah digunakan untuk mengevaluasi APBD SS S TT TS STS

8. Pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBD di awasi secara

kontinue

SS S TT TS STS

9. Penyajian APBD harus menyertakan informasi masa masa

lalu (sebelumnya)

SS S TT TS STS

10 Dalam mengevaluasi APBD hanya memperbandingkan

anggaran dengan realisasinya

SS S TT TS STS

11 Pengawasan APBD tidak perlu dilakukan secara kontinue SS S TT TS STS

12 Informasi masa lalu (sebelumnya) tidak perlu disajikan dalam

nota perhitungan APBD

SS S TT TS STS

PARTISIPASI MASYARAKAT (X3)

No PERTANYAAN (5) (4) (3) (2) (1)

1. Menurut saya masyarakat dilibatkan dalam memberikan masukan

saat penyusunan arah dan kebijakan umum APBD

SS S TT TS STS

2. Hilangnya akses bagi masyarakat disebabkan karena dewan telah

memanipulasi Informasi tentang perubahan kebijakan dan revisi

anggaran

SS S TT TS STS

Page 26: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

3. Kritik dan saran masyarakat menurut saya dapat menentukan strategi

dan prioritas APBD

SS S TT TS STS

4. Saya kira masyarakat sangat sedikit (bahkan tidak ada) peranannya

dalam penyusunan arah dan kebijakan APBD

SS S TT TS STS

5. Bagi saya partisipasi publik menjadi dasar dalam rangka menyusun

APBD

SS S TT TS STS

6. Masyarakat selama ini berpartisipasi aktif dalam advokasi anggaran SS S TT TS STS

7. Sepengetahuan saya masyarakat selama ini tidak pernah dilibatkan

dalam konsultasi publik tentang pelaksanaan APBD

SS S TT TS STS

8. Menurut saya penetapan APBD yang terjadi selama ini lebih perpihak

pada kepentingan politik

SS S TT TS STS

9. Saya kira antara dewan, masyarakat dan eksekutif mengkonsultasikan

atas rancangan APBD

SS S TT TS STS

10. Pemantauan pelaksanaan APBD bukan kewenangan masyarakat SS S TT TS STS

11. Saran dan kritik dari masyarakat saya kira di jadikan

pertimbangan untuk merevisi anggaran SS S TT TS STS

12. Forum yang diselenggarakan oleh masyarakat menjadi media

penghakiman terhadap revisi dan pelaksanaan anggaran

SS S TT TS STS

13. Jika terjadi perubahan kebijakan dalam hal APBD biasanya

dewan mensosialisasikan dan masyarakat mendapatkan

informasi

SS S TT TS STS

14. Selama ini antara dewan dengan masyarakat tidak terjadi

komunikasi yang sinergis SS S TT TS STS

TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK (X4)

No PERTANYAAN (5) (4) (3) (2) (1)

1. Menurut saya, pengumuman kebijakan anggaran kepada

masyarakat dapat meningkatkan transparansi SS S TT TS STS

2. Informasi yang diberikan kepada publik selama ini

menurut saya tidak dapat meningkatkan kebijakan

transparansi anggaran

SS S TT TS STS

3. Selama ini saya merasa mudah mengakses dokumen publik

tentang anggaran

SS S TT TS STS

4. Saya jarang mendapatkan pengumuman kebijakan publik

tentang anggaran

SS S TT TS STS

5. Laporan pertanggungjawaban tahunan sepengetahuan

saya selama ini tepat waktu SS S TT TS STS

Page 27: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

6. Sulit bagi saya untuk mengakses dokumen publik tentang

anggaran, karena terlalu birokratis

SS S TT TS STS

7. Bagi saya kebijakan transparansi anggaran dapat

mengakomodasi dan meningkatkan suara/usulan rakyat

SS S TT TS STS

8. Laporan pertanggungjawaban tahunan selama ini menurut

saya selalu molor

SS S TT TS STS

9. Adanya sistem pemberian informasi kepada publik bagi

saya dapat meningkatkan kebijakan transparansi

anggaran

SS S TT TS STS

10. Menurut saya meskipun suara/usulan rakyat

diakomodasi, transparansi kebijakan publik tentang

anggaran tetap dimanipulasi

SS S TT TS STS

PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Y)

No PERTANYAAN (5) (4) (3) (2) (1)

1. Saya terlibat dalam memberikan masukan saat penyusunan

arah dan kebijakan umum APBD

SS S TT TS STS

2. Menurut saya penetapan APBD lebih perpihak pada

kepentingan politik

SS S TT TS STS

3. Analisis politik saya lakukan dalam rangka menyusun APBD SS S TT TS STS

4. Saya tidak seberapa berperanan saat penyusunan arah dan

kebijakan APBD

SS S TT TS STS

5. Bagi saya aspirasi masyarakat menjadi dasar dalam rangka

menyusun APBD

SS S TT TS STS

6. Penyusunan APBD sering mengutamakan kepentingan politik

praktis.

SS S TT TS STS

7. Saya terlibat dalam pengesahan APBD SS S TT TS STS

8. Pengesahan APBD belum menunjukan azas transparansi SS S TT TS STS

9. Dewan dapat menjelaskan APBD yang telah disyahkan SS S TT TS STS

10. Dalam Pengesahan APBD dewan tidak seberapa terlibat. SS S TT TS STS

11. Saya merasa pengesahan APBD sudah memenuhi azas

transparansi

SS S TT TS STS

12. Jika masyarakat menanyakan APBD yang telah disyahkan

dewan kesulitan menjawabnya.

SS S TT TS STS

Page 28: Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarakat, dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang

13. Saya terlibat dalam memantau pelaksanaan APBD SS S TT TS STS

14. Jika terjadi revisi anggaran dalam APBD saya kira wajar saja SS S TT TS STS

15. Saya aktif melakukan evaluasi terhadap laporan

triwulanan/bulanan yang dibuat eksekutif

SS S TT TS STS

16. Pemantauan pelaksanaan APBD bukan kewenangan saya SS S TT TS STS

17. Saya menanyakan alasan adanya revisi anggaran SS S TT TS STS

18. Jarang sekali saya mengevaluasi laporan triwulanan/bulanan

yang dibuat eksekutif

SS S TT TS STS

19. Saya meminta keterangan atas Laporan Pertanggungjawaban

(LPJ) APBD yang disampaikan Bupati/Walikota

SS S TT TS STS

20. Penolakan terhadap LPJ Walikota/Bupati saya lakukan jika

terjadi kepentingan konspirasi politik

SS S TT TS STS

21. Saya menanyakan LPJ APBD jika terjadi kejanggalan SS S TT TS STS

22. Seperlunya saja saya meminta keterangan atas LPJ APBD

yang disampaikan Bupati/Walikota

SS S TT TS STS

23. Jika ada kejanggalan dalam LPJ APBD saya kira hanya

karena ketidak cermatan dalam menghitung nota anggaran

SS S TT TS STS

24. Saya aktif menggunakan hak untuk menolak LPJ

Walikota/Bupati jika tidak sesuai dengan standar kinerja dan

indikator kinerja yang telah ditetapkan.

SS S TT TS STS

View publication statsView publication stats