ketikan fisik mr
DESCRIPTION
kimia fisikTRANSCRIPT
A. JUDUL PERCOBAAN
Penentuan Massa Molekul (Mr) berdasarkan Penurunan Titik Beku
Larutan
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan massa molekul (Mr) naftalena berdasarkan penurunan titik
beku larutannya dalam pelarut benzena murni.
C. LANDASAN TEORI
Sifat penting beberapa larutan bergantung pada banyaknya partikel zat
terlarut dalam larutannya dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Sifat-sifat
ini disebut sifat koligatif larutan sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang
sama, dengan kata lain semua sifat tersebut bergantung pada banyaknya partikel
zat terlarut yang ada, apakah partikel tersebut ataom, ion, atau molekul.Yang
disebut sebagai sifat koligatif adalah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. Perlu diingat bahwa kita membahas
larutan yang relatif encer, yang berarti larutan yang konsentrasinya < 0,2 M.
penurunan titik beku didefinisikan sebagai
Tb = Tb°-Tb
Dimana Tb° adalah titik beku pelarut murni dan Tb adalah titik beku
larutan. Sekali lagi, Tb berbanding lurus dengan konsentrasi larutan:
Tb αm
Tb = Kb m
Di mana dalam persamaan ini m adalah konsentrasi dari zat terlarut
dalam satuan molaritas dan Kb ialah konstanta penurunan titik beku molal
(Chang, 2004: 12-15).
Tekanan uap suatu zat cair menentukan titik beku (dan juga titik didih)
dari zat cair itu sendiri. Adanya zat terlarut di dalamnya dapat menyebabkan
perubahan tekanan uap, yang berarti menyebabkan perubahan titik beku. Dengan
menggunakan persamaan Clausiuss-Clapeyron maka terhadap larutan ideal yang
encer berlaku:
ln P0/P = Hf / R. T / T0. T
ln P0/P = XB
Dari kedua persamaan ini diperoleh:
XB = Hf / R. T / T0. T
Dimana Hf = entalpi
R = tetapan gas
XB = fraksi mol zat terlarut
Jika T = Tf (penurunan titik beku) dan nilai T = Tb sehingga (T0.T) =
T02 disubstitusikan ke persamaan di atas mak diperoleh:
Tf = R.T2 / Hf. XB
(Tim Dosen Kimia Fisik, 2015:29).
Keadaan kesetimbangan dari suatu sistem yang terdiri atas
beberapa fasa dengan beberapa spesi kimia. Kita dapat menentukan mol masing-
masing spesi dalam setiap fase serta suhu (T) dan tekanan (P). Syarat
kesetimbangna antara dua fase untuk zat murni pada T dan P tertentu adalah:
µa = µb
Jika tekanan diubah menjadi Pt dp, suhu kesetimbangan akan menjadi
µ+dµ
(Rohman, 2003:155-1621).
Zat yang dilarutkan kedalam pelarut murni dan kemudian didinginkan,
titik beku larutan yang diperoleh akan lebih rendah dibandingkan dengan titik
beku pelarut murni tersebut. Sebagai contoh ketika gula pasir dilarutkan dalam air
murni dan kemudian didinginkan ternyata membeku pada -0,30C. Titik beku
pelarut (air murni) = 00C, titik beku larutan gula pasir dalam air = -0,30C. Jadi,
∆ T b = 00C-(-0,30C) = 0,30C. Semakin banyak zat yang dilarutkan dalam suatu
larutan, semakin besar penurunan titik beku larutan tersebut. Menurut Roult,
besarnya ∆ T b sebanding dengan konsentrasi molal dan tidak tergantung pada
jenis zat terlarut. Untuk larutan non elektrolit :
∆ T b=m x K b
dengan m adalah konsentrasi molalnya.:
m=a x1000BM x b
sehingga rumus menjadi :
∆ T b=a x1000 x Kb
BM x b
∆ T b = penurunan titik beku larutan (0C)
a = berat zat terlarut (gram)
b = berat pelarut (gram)
BM = berat molekul zat terlarut
Kb = tetapan penurunan titik beku molal pelarut (0C/mol)
Untuk tiap jenis pelarut, besarnya Kb sudah tertentu, misalnya untuk air
= 1,86 ; benzena = 5,12 ; asam asetat = 3,82 ; naftalena = 6,9 ; dan fenol = 7,4
(Sumardjo, 2008: 506).
Penurunan titik beku terjadi ketika titik beku suatu cairan lebih rendah
karena adanya penambahan senyawa lain pada cairan. Cairan akan mempunyai
titik beku yang lebih renadah dari pada pelarut murni. Contoh penurunan titik
beku adalah titik beku air laut lebih rendah daripada titik beku air murni. Hal ini
terjadi karena adanya senyawa lain ( yaitu garam ) didalam air laut, sehingga
menyebabkan titik beku air laut lebih rendah daripada titik beku air biasa.
Penurunan titik beku adalah salah satu sifat koligatif larutan. Penurunan titik beku
dapat dihitung menggunakan persamaan Clausius-Clapeyron dan hukum Roult.
Penurunan titik beku (∆ Tf ) larutan sebagai berikut :
∆ Tf =K f m
Dimana :
∆ Tf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
K f = tetapan penurunan titik beku molal
Sehingga titik beku larutan dapat dihitung dengan rumus :
Tf =(0−∆ Tf )℃
(Ilmukimia,2012).
Gejala penurunan titik beku analaog dengan peningkatan titik didih jika
zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka satuannya akan lebih murni.
Pelarut-padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dan uap
pelarut, sebagaimana pula ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan
demikian pula berada dalam kesetimbangna dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan dalam larutan berada bersama-sama, mereka
memilih tekananan uap yang sama (Oxtoby, 1999: 169-170).
Suhu dalam terdiri dari besaran-besaran yang memiliki harga yang tetap,
sehingga keseluruhannya juga merupakan harga yang tetap, (merupakan tetapan)
untuk pelarut tertentu. Tetapan ini dikenal juga sebagai tetapan penurunan titik
beku molal (Kf) dari suatu pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik 1, 2015: 29-30).
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung Reaksi Besar 2 buah
b. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
c. Gelas kimia 50 mL 1 buah
d. Neraca Analitik 1 buah
e. Batang pengaduk 1 buah
f. Termometer 10℃-50℃ 1 buah
g. Stopwatch 1 buah
h. Gelas ukur 50 mL 1 buah
i. Spatula 1 buah
j. Pipet tetes 2 buah
k. Botol semprot 1 buah
l. Lap kasar dan lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Benzena ( C6H6 )
b. Naftalena (C10H8)
c. Aquadest ( H2O )
d. Es batu
E. PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Titik Beku Pelarut
a. Dimasukkan 30 mL benzena kedalam tabung reaksi besar.
b. Didalam tabung reaksi ditempatkan termometer.
c. Tabung reaksi dimasukkan kedalam gelas kimia yang berisi pecahan es
batu sambil sesekali diaduk.
d. Skala termometer dibaca setiap 30 detik hingga diperoleh suhu konstan.
e. Tabung reaksi dikeluarkan dari gelas kimia dan dibiarkan pada suhu
kamar.
2. Penentuan Titik Beku Larutan
a. Ditimbang naftalena 0,8434 gram ( 0,25 M )
b. Naftalena dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi pelarut benzena
30 mL.
c. Campuran diaduk hingga naftalena larut dengan baik.
d. Tabung reaksi yang berisi larutan dimasukkan kedalam gelas kimia 1000
mL yang berisi pecahan-pecahan es batu.
e. Pada tabung reaksi dipasang termometer dan dilakukan pencatatan suhu
setiap 30 detik, hingga diperoleh suhu konstan.
f. Ditimbang kembali 1,686 g naftalena dan dilarutkan dalam 30 mL
Benzena.
g. Campuran diaduk hingga naftalena larut.
h. Tabung reaksi yang berisi larutan dimasukkan kedalam gelas kimia yang
berisi pecahan es batu.
i. Dipasang termometer pada tabung reaksi, dan dilakukan pembacaan
skala termometer setiap 30 detik, hingga diperoleh suhu konstan.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Data Fisik dan Pengukuran Suhu Pelarut Per 30 Detik
Volume Suhu Massa jenis
(hand book)
Massa jenis
(terkoreksi)
Massa pelarut
30 mL 25 ℃ 0,8786 g 0,846 g 26,358 g
Waktu ke- 1 2 3 4 5 6
Suhu( ℃ ) 8 7 7 7 7 7
2. Data Konsentrasi dan Pengukuran Suhu per 30 detik
Massa Benzena Massa naftalena Molalitas larutan
25,397 g 0,83 g 0,25 m
Waktu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu( ℃ ) 12 9 8 7 6 5 5 5 5 5
Massa Benzena Massa naftalena Molalitas larutan
25,3979 g 1,670 g 0,5 m
Waktu
ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Suhu(
℃ )
24 19 16 13 11 9 7 6 5 4 3 3 3 3 3
G. ANALISIS DATA
1. Penentuan Massa Pelarut Benzena (C6H6)
Diketahui :
ρ Benzena = 0,8426 g/ml
V Benzena = 30 mL
Ditanyakan :
Massa Benzena = .............?
Penyelesaian :
mC6 H6=( ρ ×V )C6 H 6
¿0,8426 g/mL× 30 mL
¿25,279 g
2. Penentuan Massa Naftalena (C10H8) 0,25 molal
Diketahui :
Molal C10H8 = 0,25 m
Massa C6H6 = 25,279 g
Mr C10H8 = 128 g/mol
Ditanyakan :
Massa C10H8 =.................?
Penyelesaian :
molal C10 H 8=massaC10 H 8
Mr C10 H 8× 1000
P
massa C10 H 8=molalC10 H 8× Mr C10 H 8 × P
1000
¿ 0,25 mol/ g ×128 g/mol ×25,278 g1000
¿0,8089 g
3. Penentuan Massa Naftalena (C10H8) 0,5 molal
Diketahui :
Molal C10H8 = 0,5 m
Massa C6H6 = 25,278 g
Mr C10H8 = 128 g/mol
Ditanyakan :
Massa C10H8 =.................?
Penyelesaian :
molal C10 H8=massaC10 H 8
Mr C10 H8× 1000
P
massa C10 H 8=molalC10 H 8× Mr C10 H 8 × P
1000
¿ 0,5 mol/ g ×128 g/mol × 25,278 g1000
¿1,619 g
4. Penentuan Berat Molekul Naftalena ( 0,25 m )
a. Nilai ∆ Tf pada konsentrasi naftalena 0,25 molal
Diketahui :
Tf pelarut (C6 H6) = 7℃Tf larutan 0,25 m = 5℃Ditanyakan :
∆ Tf = .........?
Penyelesaian :
∆ Tf =Tf pelarut−Tf larutan
∆ Tf =7℃−5℃¿2℃
b. Berat Molekul naftalena (0,25 m) Berdasarkan Titik Beku Larutan
Diketahui :
∆ Tf = 2℃Kf = 5,12 ℃ /m
massa C10 H8=0,8089 g
massa C6 H 6=25,278 g
Ditanyakan :
Mr = .........?
Penyelesaian :
∆ Tf =Kf × molal
∆ Tf =Kf ×mC10 H 8
Mr C10 H 8× 1000
P
Mr C10 H 8=Kf × mC10 H 8 ×1000
∆ Tf × P
Mr C10 H8=5,12℃ /m× 0,8089 g ×1000
2℃× 25,278 g
¿ 4141,568 m50,556
¿81,92 g /mol
5. Penentuan Berat Molekul Naftalena (0,5 m)
a. Nilai ∆ Tf pada konsentrasi naftalena 0,25 molal
Diketahui :
Tf pelarut (C6 H6) = 7℃Tf larutan 0,25 m = 3℃Ditanyakan :
∆ Tf = .........?
Penyelesaian :
∆ Tf =Tf pelarut−Tf larutan
∆ Tf =7℃−3℃¿4℃
b. Berat Molekul naftalena (0,5 m) Berdasarkan Titik Beku Larutan
Diketahui :
∆ Tf = 4℃Kf = 5,12 ℃ /m
massa C10 H8=1,6 19 g
massa C6 H6=25,278 g
Ditanyakan :
Mr = .........?
Penyelesaian :
∆ Tf =Kf × molal
∆ Tf =Kf ×mC10 H 8
Mr C10 H 8× 1000
P
Mr C10 H 8=Kf × mC10 H 8 ×1000
∆ Tf × P
Mr C10 H8=5,12℃ /m× 1,619 g ×1000
4℃× 25,278 g
¿ 8289,28m102,112
¿81,178 g/mol
H. PEMBAHASAN
Percobaan ini adalah penentuan berat molekul (Mr) berdasarkan
penurunan titik beku larutan. Massa molekul (Mr) merupakan jumlah dari massa-
massa atom (dalam gram) dalam satuan molekul. Tujuan percobaan ini adalah
menentukan berat molekul (Mr) naftalena berdasarkan penurunan titik beku
larutannya dalam pelarut benzene murni. Penentuan Mr suatu molekul dapat
diketahui berdasarkan penurunan titik beku larutan. Titik beku larutan yaitu
temperatur pada masa fase cair dan fase padat dalam kesetimbangan selisih antara
titik beku larutan disebut penurunan titik beku.
Penentuan Mr. naftalena berdasarkan penurunan titik beku larutannya
dalam pelarut benzene murni dimana untuk mengetahui titik beku larutannya
maka perlu diketahui titik beku pelarutnya yaitu benzene. Penentuan titik beku
benzene dapat diketahui dengan cara memasukkan benzene ke dalam kalorimeter.
Prinsip dasar kalorimeter adalah berdasar pada azas black yaitu kalor yang
diterima oleh kalorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari
kalor jenisnya. Prinsip kerja dari kalorimeter adalah kalorimeter terdiri dari bejana
logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dan isolator (yang
berfungsi mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan sekitar)
kalorimeter, dan pengaduk. Bejana logam berisi larutan yang suhu awalnyabdapat
diketahui dari thermometer. Jika suatu bahan yang belum diketahui kalor jenisnya
dipanaskan kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis
dapat dihitung. Kesetimbangan termal dicapai dengan pengadukan larutan dalam
bejana.
1. Penentuan Titik Beku pelarut (benzene)
Sebelum menentukan berat molekul naftalena, maka terlebih dahulu
menetapkan titik beku pelarut, yaitu benzene. Penentuan titik beku pelarut
benzene dilakukan dengan mengguanakan kalorimeter sederhana. Benzene yang
ingin diketahui titik bekunya, dimasukkan ke dalam kalorimeter. Kemudian
kalorimeter tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi es batu, dengan
posisi tertutup setengah bagiannya oleh es batu agar suhu larutan dapat merata.
Larutan juga harus diaduk selama pendinginan agar suhu dapat merata.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh suhu konstan pada pembacaab
thermometer pada suhu 7C . artinya titik beku pelarut (benzene) adalah 7C. titik
beku benzene sebenarnya adalah 5,5 C. ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena
pada proses pendinginan ada air yang masuk ke dalam tabung sehingga benzene
lambat membeku. Benzene perlu dikoreksi karena benzene bersifat volatile yakni
mudah menguap sehingga mengurangi volumenya yang pastinya juga mengurangi
massa benzene yang merupakan sebagai massa pelarut.
2. Penentuan Titik Beku Larutan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui titik beku larutan, dimana
digunakan 2 jenis konsentrasi zat terlarut yaitu 0,25 molal dan o,5 molal.
Konsentrasi zat terlarut yang dimaksud adalah naftalena. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk membandingkan pengaruh konsentrasi/jumlah zat terlarut terhasap
titik beku larutannya. Berdasarkan analisi data, untuk membuat larutan naftalena
dengan konsentrasi 0,25 molal maka diperlukan massa zat sebesar 0,8089 gram
naftalena yang harus digerus. Fungsi penggerusan adalah memperluas bidang
sentuh pada permukaan naftalena agar mudah larut dalam pelarut (benzene).
Kemudian menentukan titik beku larutan dengan proses yang sama dengan
benzene sampai diperoleh suhu yang relatif konstan yaitu sebanyak 5 kali
pembacaan terakhir. Suhu konstan larutan ini adalah 5C. artinya titik beku
naftalena dengan 0,25 molal adalah sebesar 5C
Proses selanjutnya adala penentuan titik beku larutan naftalena dengan
konsentrasi 0,5 molal. Massa naftalena yang dibutuhkan dalam pembuatan
naftalena 0,5 molal adalah 1,619 gram atau dua kali lipat dari massa yang
digunakan dalam pembuatn larutan naftalena 0,25 molal. Adapun suhu konstan
larutan naftalena 0,25 molal adalah 3C. artinya titik beku larutan ini adalah 3C.
berdasarkan analisis data yang diperoleh maka tf larutan naftalena 0,25molal dan
0,5 molal berturut-turut adalah 2C dan 4C. hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi larutan maka titik bekunya semakin rendah sehingga tf
semakin tinggi.
Hasil penentuan titik beku larutan dan pelarut maka dapat dilihat bahwa
titik beku larutan lebih kecil dari pada pelarutnya. Hal ini disebabkan pada proses
pembukuan suatu larutan, yang mengalami pembukuan adalah pelarutnya saja.
Padac umumnya zat terlarut lebih suka berada dalam fasa cair dibandingkan
dengan fase padat sehingga dalam proses pendinginan, larutan akan
mempertahankan fasa cairnya sebab secara energi larutan lebih suka berada pada
fasa larutan. Maka akan lebih banyak energi yang diperlukan untuk mengubah
larutan menjadi fasa padat yang berarti akan menurunkan titik beku dari larutan
tersebut.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penentuan berat molekul (Mr) naftalena berdasarkan penurunan titik beku
larutan diperoleh Mr naftalena untuk larutan berkonsentrasi 0,25 molal dan
0,5 molal adalah 81,178 gram/mol
2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan pembacaan
skala thermometer, agar hasil atau data yang diperoleh lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Ilmu Kimia. 2012. Sifat Koligatif Larutan. www.Ilmukimia.org. (Diakses Pada Tanggal 23 Mei 2015 ).
Karinawatie, S, Kusnadi, J dan Marbiti E. Efektifitas Konsentrat Protein Whey dan Desktoin untuk mempertahankan viabilitas Bakteri Asam Laktat dalam Struktur Kering Beku Yoghurt. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.9, No.2
Mulyawati I, Dewantari KT dan Yulianingsih. Pengaruh Waktu Pembekuan dan Penyimpanan terhadap Karakteristik Buah Mangga Animanis Beku. Jurnal Pastapakan. Vol 5, No.1
Oxtoby. 1999. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Rohman, S dan Mulyani. 2003. Kimia Fisik 1. Malang: JICA
Sabur. 2013. Kesetimbangan Dinamis. http//www.kesetimbangandinamis.org. diakses tanggal 10 Juni 2015
Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Tim Dosen Kimia Fisik. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisik 1. Makassar: Perpustakaan Kimia FMIPA UNM