ketahanan klien metadon dalam menjalani terapi …

47
PENELITIAN KUALITATIF DIVISI ADIKSI KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH Penulis: dr. Novera Pembriyani Pembimbing: dr. Luh Nyoman Alit Aryani, SpKJ (K) Dibawakan Pada Acara Ilmiah Di Bagian/SMF PsikiatriFK UNUD/RSUP SanglahDenpasar Desember 2016

Upload: others

Post on 19-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

PENELITIAN KUALITATIF DIVISI ADIKSI

KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI

TERAPI DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

Penulis:

dr. Novera Pembriyani

Pembimbing:

dr. Luh Nyoman Alit Aryani, SpKJ (K)

Dibawakan Pada Acara Ilmiah

Di Bagian/SMF PsikiatriFK UNUD/RSUP SanglahDenpasar

Desember 2016

Page 2: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya maka

monograf Ketahanan Klien Metadon Dalam Menjalani Terapi di PTRM Sandat

RSUP Sanglah, dalam rangkaian tugas PPDS-1 Ilmu Kedokteran Jiwa stase divisi

adiksi dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan monograf ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. A.A Sri Wahyuni, SpKJ, selaku Kepala Bagian/ SMF Ilmu Kedokteran Jiwa

FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar.

2. dr. L. N Alit Aryani, SpKJ (K), selaku Ketua Program Studi Ilmu Kedokteran

Jiwa FK UNUD sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing dan

mendorong saya untuk menyelesaikan tugas ini.

3. dr. Nyoman Hanati, SpKJ (K), selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan masukan-masukan demi kemajuan dan penyelesaian tugas ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNUD yang telah

membimbing dan memberi masukan dalam penyelesaian tugas adiksi.

5. Seluruh pihak yang bertugas di Klinik PTRM Sandat RSUP Sanglah Denpasar

dan klien-klien metadon, atas bantuannya selama saya menyelesaikan stase

divisi adiksi.

6. Seluruh rekan residen yang tidak sempat saya sebutkan satu-persatu atas

bantuan dan dukungannya secara moral maupun material.

Page 3: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

3

Akhir kata penulis menyadari bahwa penulisan monograf ini masih jauh dari

sempurna sehingga memerlukan bimbingan, kritik dan saran, dan atas perhatiannya

penulis mengucapkan terima kasih.

Denpasar, Desember 2016

Novera Pembriyani

Page 4: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON 8

2.1 Metadon .......................................................................................... 8

2.2 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) .................................. 9

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Klien Metadon … 13

BAB III PROFIL KUNJUNGAN KLIEN METADON DI PTRM SANDAT .. 16

3.1 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat ……………. 16

3.2 Profil Kunjungan Klien Metadon PTRM Sandat …….................. 17

BAB IV ILUSTRASI KASUS ……………………………………………….. 19

BAB V. PEMBAHASAN ……………………………………………………. . 30

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………… . 39

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 43

Page 5: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

5

BAB I

PENDAHULUAN

Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) sudah

menjadi masalah di tingkat nasional, regional maupun global, yang menimbulkan

dampak buruk bagi fisik, mental, emosional serta sosial bagi penggunanya. Dampak

buruk yang lebih luas, penyalahgunaan zat ini dapat merusak masa depan sebuah

bangsa (Damayanti, 2015; Pratiwi, et al., 2014).

Dampak buruk penggunaan NAPZA menyebabkan: a) Gangguan-gangguan

fisik (berat badan turun drastis, mata cekung dan merah, muka pucat, warna bibir

kehitam-hitaman, tangan dipenuhi bintik-bintik merah, buang air besar dan kecil

kurang lancar, sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas); b) Dampak serius

terhadap kesehatan (HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired

Immune Deficiency Syndrome), hepatitis B dan C); c) Perubahan emosi (sangat

sensitif, mudah bosan, sikap membangkang, emosi tidak stabil); d) Timbul perilaku

negatif (malas, sering melupakan tanggung jawab, sikap tidak peduli, menjauh dari

keluarga, mencuri uang di rumah/sekolah/tempat kerja, menggadaikan barang-

barang berharga di rumah, sering menyendiri, manipulatif, sering berbohong dan

ingkar janji); e) Konsekuensi sosial (gangguan mental, anti-sosial dan asusila,

dikucilkan lingkungan, menjadi beban keluarga, pendidikan terganggu, masa depan

suram, dan tersangkut masalah hukum) (Anggreni, 2015; Fareed, et al., 2011; Sun,

et al., 2015).

Page 6: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

6

Laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun 2014 menyatakan angka

estimasi pengguna narkoba tahun 2012 adalah 162 juta-324 juta orang (3.5%-7%).

Jenis paling banyak digunakan ganja, opioid, kokain, amfetamin dan kelompok

stimulan lainnya. Sekitar 27 juta orang dengan masalah penggunaan zat, hampir

setengahnya (12.19 juta) mengkonsumsi dengan cara suntik dan estimasi tahun

2013 sekitar 1.65 juta dari populasi pengguna zat dengan suntikan mengidap HIV.

Di Indonesia, jumlah penyalahguna narkoba dalam satu tahun terakhir sekitar 3.1

juta-3.6 juta orang atau setara dengan 1.9% populasi dunia penduduk yang berusia

10-59 tahun pada tahun 2008. Hasil proyeksi angka prevalensi meningkat sekitar

2.6% di tahun 2013 (Damayanti, 2015; UNODC, 2015).

Narkoba dengan cara suntik yang dipakai bersama yaitu heroin, menjadi isu

penting saat ini, karena menjadi jalur pintu masuk penularan berbagai penyakit

menular seperti hepatitis dan HIV/AIDS. Berdasarkan laporan perkembangan

situasi masalah HIV-AIDS Nasional oleh Kemenkes RI sampai dengan September

2014, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko kelompok pengguna

narkoba suntik (penasun) pada tahun 2013 menempati urutan kedua yaitu sebanyak

8.462 kasus (Kemenkes RI, 2013; Damayanti, 2015; Pratiwi, et al., 2014).

Provinsi Bali sebagai pulau wisata merupakan salah satu provinsi yang rentan

terhadap penyalahgunaan narkoba jenis heroin dan penyebaran HIV/AIDS.

Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali tahun

2009, estimasi jumlah penasun di Provinsi Bali pada tahun 2010 adalah 700 – 800

orang dan pada tahun 2012 adalah 1.959 penasun. Jumlah kumulatif kejadian

HIV/AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2014 yang disebabkan faktor

Page 7: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

7

resiko kelompok penasun berdasarkan data dari KPA Provinsi Bali adalah 819

kasus. Faktor risiko penularan HIV/AIDS melalui penasun di provinsi Bali

menempati urutan kedua setelah penularan melalui heteroseksual yaitu sebesar

15,2% (Kemenkes RI, 2013).

Besarnya dampak buruk akibat penggunaan narkoba suntik membuat

pemerintah segera mengambil langkah untuk melakukan intervensi, diantaranya

melalui Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). PTRM merupakan terapi

substitusi menggunakan metadon, diperlukan sebagai pendekatan harm reduction

atau pengurangan dampak buruk penularan hepatitis dan HIV/AIDS melalui

narkotik suntik. Metadon adalah opioid agonis sintetik, dipakai untuk detoksifikasi

ketergantungan morfin atau heroin, dengan harapan seseorang tidak kembali pada

ketergantungan heroin dan yang paling penting, mengurangi perilaku beresiko

dengan menggunakan suntikan (RI, 2013). Studi penelitian di Cina nmelaporkan

terapi metadon dapat mengurangi perilaku beresiko menggunakan heroin seperti

mencegah penularan HIV, virus hepatitis B dan C, dan penyakit menular lainnya

dengan mengurangi penggunaan narkotika suntik terkait dengan berbagi jarum

suntik tidak steril (Lambdin, et al., 2014).

PTRM terdapat di berbagai negara termasuk di Indonesia. Data Kemenkes RI

jumlah PTRM di Indonesia sampai tahun 2011 telah mencapai 87 klinik. Layanan

ini tersebar di dua belas (12) provinsi. Secara nasional, layanan PTRM di Indonesia

telah dimanfaatkan rata-rata oleh 2000-an klien metadon aktif setiap harinya

(Kemenkes RI, 2013).

Page 8: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

8

Di provinsi Bali terdapat PTRM Sandat, yang berada di Rumah Sakit Umum

Pendidikan (RSUP) Sanglah Denpasar, berdiri sejak tahun 2003. Data lima tahun

terakhir menunjukkan penurunan jumlah klien metadon aktif, dimana pada awal

berdiri tahun 2003 berjumlah kurang lebih 80-an orang, tahun 2004 sampai 2005

naik menjadi kurang lebih 100-an orang, namun data terakhir tahun 2015 dengan

jumlah sekitar 50 orang, menunjukkan adanya penurunan. Terapi rumatan metadon

suatu terapi jangka panjang sehingga perlu pengawasan ketat dari petugas

kesehatan, karena resiko untuk putus terapi atau drop out cukup tinggi. Kepatuhan

klien sangat diperlukan dalam terapi rumatan metadon, agar retensi atau

bertahannya dalam proses terapi cukup tinggi. Secara umum ketidakpatuhan dapat

meningkatkan resiko memperburuk atau memperpanjang sakit yang diderita

(Pratiwi, et al., 2014; Data Tahunan PTRM Sandat RSUP Sanglah).

Tujuan penulisan monograf ini untuk mencari informasi dari berbagai sumber

baik kepustakaan berupa buku teks, jurnal penelitian, review, artikel maupun dari

hasil wawancara, mengenai Ketahanan Klien Metadon Dalam Menjalani Terapi di

PTRM Sandat RSUP Sanglah. Manfaatnya bagi peserta didik, untuk memberi

penyegaran kembali dan menambah pengetahuan mengenai program rumatan

metadon dan faktor-faktor yang mempengaruhi retensi bertahannya mengikuti

terapi metadon. Secara luas, sebagai sumber informasi bagi praktisi kesehatan di

PTRM Sandat RSUP Sanglah, yang dapat digunakan sebagai dasar dalam

memberikan pendekatan atau penanganan yang lebih optimal dan efektif, bagi klien

metadon di PTRM Sandat RSUP Sanglah.

Page 9: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

9

BAB II

GAMBARAN UMUM PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON

2.1 Metadon

Metadon merupakan agonis sintetik, obat jadi dalam bentuk sediaan tunggal,

termasuk ke dalam jenis narkotika golongan II. Metadon dibuat pertama kali di

Jerman saat perang dunia kedua, oleh seorang ilmuwan yang telah menemukan

petidin beberapa tahun sebelumnya. Pertama kali dinamakan polamidon, yang

diproduksi selama perang dunia II namun tidak untuk komersial. Perang dunia

berakhir, pabrik pembuat metadon jatuh ke tangan Amerika dan mereka kemudian

melakukan uji klinis pertama kali tahun 1947. Dokter-dokter yang ada saat itu

berpikir metadon merupakan pengembangan painkiller baru, kemudian pada awal

tahun 1950-an diketahui obat ini sulit diaplikasikan untuk pengobatan. Tahun 1964

dr. Marie Nyswander dan Vincent Dole sedang mencari obat-obatan untuk

menolong pengguna heroin di New York saat mereka membaca tentang metadon

dalam literatur medis. Mereka kemudian menemukan bahwa metadon dapat

menolong pasien mereka untuk berhenti menggunakan heroin dengan efek toleransi

yang lambat – dan terapi rumatan metadon pun mulai dikenal. Metadon kemudian

diakui penggunaannya oleh US Food and Drug Administration (FDA) pada tahun

1972 sebagai terapi ketergantungan opioid (Kreek, et al., 2011; Kemenkes RI, 2013;

UNODC, 2015).

Metadon merupakan opiat yang kuat, memiliki 2 kriteria penting sebagai

terapi rumatan yaitu bioavalaibilitas sistemik yang tinggi (>90%) bila diberikan oral

Page 10: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

10

dan waktu paruh yang panjang dengan terapi jangka panjang. Metadon digunakan

di bawah pengawasan dokter, untuk terapi pengguna heroin. Mekanisme kerja

farmakologi secara kualitatif mirip dengan morfin dan bisa diberikan aktif baik

secara oral maupun parenteral. Primer bekerja pada reseptor mu (µ) secara agonis

penuh, dengan efek puncak 1 hingga 2 jam setelah diminum. Paruh waktu metadon

umumnya sekitar 24 sampai 36 jam. Efek analgesik akan timbul 30 hingga 60 menit

setelah minum metadon, dengan konsentrasi puncak di otak satu hingga dua jam

setelah minum metadon. Metadon dilepas dari lokasi ikatan ekstra vaskular ke

plasma secara perlahan, sehingga penghentian penggunaan metadon secara

mendadak tidak langsung menimbulkan gejala putus zat. Efek samping penggunaan

metadon adalah sedasi, konstipasi, berkeringat, bisa sampai bengkak pada

persendian dan perubahan libido. Penggunaan metadon pada dosis yang memadai

dapat mencegah atau membalikkan gejala penarikan sehingga dapat mengurangi

kebutuhan untuk menggunakan heroin. Metadon berlaku kurang lebih 24 jam dalam

dosis tunggal di bandingkan 3-4 kali sehari pada pengguna heroin. Metadon dapat

memblok efek euforia heroin, mengurangi penggunaan secara ilegal,

menghilangkan keinginan pengguna untuk mencari heroin terutama jalur suntik

(Kemenkes RI, 2013; Kreek, et al., 2011).

2.2 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)

Program Terapi Rumatan Metadon atau disingkat PTRM adalah rangkaian

kegiatan terapi yang menggunakan metadona (sebagai obat legal), yang dikonsumsi

dengan diminum sebagai pengganti NAPZA yang dikonsumsi dengan cara suntik,

Page 11: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

11

disertai dengan intervensi psikososial bagi pasien ketergantungan opioid sesuai

kriteria diagnostik Pedoman Penggolongan dan Diagnostik Gangguan Jiwa ke-III

(PPDGJ-III) (Kemenkes RI, 2013).

Latar belakang program ini dibentuk berdasarkan adanya angka kejadian

pengidap HIV/AIDS yang diakibatkan pengguna narkotika suntik cukup besar.

Beberapa negara industri dan daerah tertentu di negara berkembang menunjukkan

pengguna narkotika suntik merupakan pemeran utama dalam penularan HIV. Data-

data yang ada membuktikan bahwa penularan melalui penggunaan jarum suntik

tidak steril menjadi penularan utama, dan mungkin hal tersebut akan terus menjadi

pola penularan utama (Lambdin, et al., 2014).

Seiring dengan hal tersebut, muncul pemikiran bahwa sudah saatnya

Indonesia melakukan suatu intervensi dalam mencegah penularan dan

penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok pengguna narkotika suntik (penasun).

Usaha tersebut perlu pengembangan dan perpaduan beberapa pendekatan, yaitu

pengurangan pemasokan (supply reduction), pengurangan permintaan (demand

reduction), dan pengurangan dampak buruk (harm reduction). Salah satu kegiatan

pendekatan harm reduction adalah terapi substitusi dengan metadon dalam sediaan

cair, dengan cara diminum. Pendekatan ini dikenal sebagai Program Terapi

Rumatan Metadon (PTRM) yang dulunya dikenal dengan Program Rumatan

Metadon (PRM). PRM merupakan salah satu terapi pengganti opiat (Opiate

Replacement Therapy) yang diperlukan bagi pecandu opiat untuk mengendalikan

perilaku ketergantungannya dan juga sebagai salah satu upaya pengurangan

dampak buruk penularan HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2013; UNODC, 2015).

Page 12: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

12

Program pengurangan dampak buruk (harm reduction) di Indonesia secara

resmi dimulai pada tahun 2004. PTRM ditetapkan dengan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 350/Menkes/SK/IV/2008 tentang Penetapan Rumah Sakit

Pengampu dan Satelit Program Terapi Rumatan Metadon serta Pedoman Program

Terapi Rumatan Metadon. Tujuan pedoman dibentuk untuk menyediakan standar

pedoman pelaksanaan pengurangan dampak buruk NAPZA dan memperluas serta

meningkatkan kualitas pelaksanaan program tersebut. PTRM merupakan program

jangka panjang, dengan dosis individual, artinya setiap klien diberi dosis metadon

sesuai tingkat keparahannya hingga sembuh. Pemakaian dengan cara diminum,

tidak menggunakan jarum suntik (Kemenkes RI, 2013; Pratiwi, et al., 2014).

Data Kementrian Kesehatan RI dari tahun 2006 sampai 2011 menunjukkan

terdapat 87 klinik PTRM yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah,

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sumatera Selatan, Kalimantan

Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau (RSKO, 4 RSJ, 30

RSU, 42 Puskesmas, 10 lapas/rutan). Data kunjungan pasien ke PTRM di Indonesia

sejak tahun 2003-2010 adalah mencapai jumlah 2545 orang (Kemenkes RI, 2013).

Tujuan akhir secara umum yang diharapkan dari PTRM adalah:

1) Mengurangi penggunaan/ketergantungan zat; 2) Mengurangi aktivitas kriminal;

3) Mengurangi mortalitas; 4) Memperbaiki kesehatan fisik dan mental; 5)

Mengurangi perilaku beresiko terhadap dan menularkan HIV, hepatitis; 6)

Memperbaiki fungsi sosial dan kualitas hidup; 7) Menjaga kehamilan dan proses

melahirkan; 8) Retensi terapi (Jamieson, et al., 2002).

Page 13: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

13

Salah satu studi systematic literature review dari PubMed database

melaporkan dari kumpulan 16 artikel, tujuh studi melaporkan dengan PTRM dapat

mengurangi craving terhadap heroin, empat studi melaporkan klien di PTRM masih

beresiko mengalami craving terhadap heroin, satu studi melaporkan metadon dapat

meningkatkan craving heroin, dan sisanya empat studi memiliki efek netral

terhadap craving heroin. Studi lain di Cina menunjukkan delapan pilot project

klinik PTRM melaporkan hasil yang sesuai dengan fungsi penting dari PTRM yaitu

adanya perbaikan fungsi sosial secara signifikan pada klien-klien rumatan metadon

baik pada pekerjaan (dari 22.9% menjadi 40.6%), perbaikan keharmonisan keluarga

(dari 49.6% menjadi 65.8%), kriminal menurun (dari 20.7% menjadi 3.8%). Efek

PTRM juga dilaporkan serupa di negara lain seperti Malaysia dan Inggris, sejauh

ini memberikan hasil positif (Fareed, et al., 2011; Sun, et al., 2015).

Semua intervensi yang diberikan pada PTRM dengan tujuan klien metadon

sembuh. Definisi sembuh adalah suatu proses perubahan melalui perbaikan

kesehatan individual dan berusaha untuk mencapai kembali potensinya secara

penuh. Terdapat 4 dimensi utama kesembuhan, yaitu:

Kesehatan – menanggulangi salah satu penyakit atau gejala-contohnya, pada

pecandu zat terlarang perlu menjauhkan diri dari penggunaan alkohol, zat

terlarang, dan medikasi yang harus dengan resep dokter-dan, setiap orang yang

sembuh, memberikan informasi bahwa memilih hidup sehat akan membuat fisik

baik dan perasaan bahagia (tidak lagi menggunakan zat/abstinence).

Rumah-memiliki tempat tinggal yang stabil dan aman.

Page 14: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

14

Tujuan-melakukan aktivitas sehari-hari yang bermanfaat, seperti pekerjaan,

sekolah, menjaga keluarga, kreatif, dan mandiri, menghasilkan, dan

berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial (perbaikan Quality of Life (QOL)).

Komunitas-memiliki hubungan dan jaringan sosial yang menyediakan

dukungan, persahabatan, cinta dan harapan (Laudet, 2007).

Sembuh dicapai melalui terapi klinis berbasis bukti (misal terapi metadon pada

pecandu heroin) dan dukungan pelayanan kesembuhan untuk semua populasi (misal

Program Rumatan Metadon). Sembuh pada ketergantungan zat menurut para ahli

adalah abstinence secara total baik pada penggunaan alkohol dan semua obat

terlarang (Laudet, 2007).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Klien Metadon

Terapi metadon membutuhkan kesungguhan dalam menjalaninya, misalnya

harus diminum tiap hari di depan petugas. Kenyatannya masih banyak klien

metadon yang tidak patuh dalam menjalani terapi (Pratiwi, 2014).

Kepatuhan merupakan kata kunci dalam suatu proses terapi, agar proses

terapi bisa terus berlanjut sesuai dengan manajemen perawatannya sampai selesai.

Proses ini membutuhkan partisipasi aktif dari pasien. Definisi kepatuhan secara

singkat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan dimana

pasien mengikuti intruksi medis, dalam lingkup terapi jangka panjang, lebih luas

lagi, kepatuhan adalah suatu keadaan dimana perilaku seseorang – melakukan

terapi, mengikuti diet, dan/atau melakukan perubahan gaya hidup, menyetujui

rekomendasi dari penyedia perawatan (WHO, 2003).

Page 15: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

15

Studi-studi penelitian sebelumnya telah melaporkan kepatuhan klien dalam

mengikuti PRM dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a) Faktor klien yaitu motivasi mengikuti PTRM, terbagi menjadi dua yaitu faktor

internal dan eksternal

Faktor Internal : keinginan untuk sembuh dari ketergantungan narkoba, hidup

lebih baik dan lebih produktif, bisa melanjutkan studi, takut terkena penyakit

menular seperti HIV dan hepatitis, takut tertangkap polisi.

Faktor eksternal : faktor keuangan dan lingkungan sosial.

b) Faktor program berupa kemudahan prosedur mengikuti PTRM, tingkat kepuasan

terhadap petugas kesehatan dan PTRM, kemudahan mengakses lokasi PTRM,

dan sikap petugas PTRM.

c) Faktor sosial berupa dukungan keluarga, teman sebaya, dan lingkungan

(Fathollahi, et al., 2015; Budiyani & Mahkota, 2013).

Efek dari tingkat kepatuhan yang tinggi akan memberikan angka retensi terapi

cukup tinggi. Retensi terapi adalah bertahannya klien/pasien dalam proses terapi,

merupakan kunci utama dalam menghasilkan outcome terapi yang positif. Fokus

terhadap retensi terapi merupakan faktor penting pada PTRM. Studi-studi

pendahuluan tentang retensi terapi menyatakan retensi lama dalam terapi metadon

berhubungan dengan perbaikan pasca terapi meliputi berkurangnya penggunaan zat

dan aktivitas kriminal serta perbaikan kualitas hidup (pekerjaan, sekolah, memiliki

tempat tinggal). Efek timbal baliknya adalah retensi terapi lebih banyak berhasil

pada pasien penyalahgunaan zat dengan terapi metadon, dimana setelah 3 bulan

adalah 68%, dibandingkan pasien rawat jalan hanya dengan konseling tanpa terapi

Page 16: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

16

metadon, yaitu sekitar 36% atau program rawat inap tanpa terapi metadon berkisar

45% (Jamieson, et al., 2002).

BAB III

PROFIL KUNJUNGAN KLIEN METADON PTRM SANDAT

Page 17: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

17

3.1 Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Sandat

PTRM Sandat berada di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Sanglah.

PRM ini merupakan salah satu dari 2 rumah sakit yang merupakan pilot project,

kerjasama antara World Health Organization (WHO) dengan pemerintah

Indonesia. Uji coba ini berkaitan dengan harm reduction, resmi dimulai di RS

Sanglah pada tanggal 17 Februari 2003 dan mampu bertahan hingga saat ini. PTRM

Sandat awalnya berada di jalan Pulau Aru, sejak tahun 2014 pindah ke dalam area

RSUP Sanglah. Kepala ruang metadon saat itu adalah Ns. Gde Suarta Putra M,

SKep, dengan 2 orang psikiater yaitu dr. Nyoman Hanati, SpKJ (K) dan dr. Wayan

Westa, SpKJ (K). Seiring meningkatnya jumlah klien yang ingin menjalani terapi

substitusi metadon, maka dibangunlah klinik satelit pelayanan metadon, salah

satunya di Puskesmas Kuta 1 (Kemenkes RI, 2013).

PTRM Puskesmas Kuta 1 berdiri sejak 5 September 2006, hingga saat ini

memiliki 28 klien yang aktif memperoleh terapi substitusi metadon, sedangkan

klien yang teregistrasi dari awal berdiri sebanyak 369 orang. Berdasarkan Laporan

Pemetaan dan Estimasi Langsung Penasun Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh KPA

Kabupaten Badung, jumlah penasun yang mengikuti program terapi rumatan

metadon di PTRM Puskesmas Kuta I sebesar 15,25% dari jumlah penasun di

Kabupaten Badung. Unit ini seperti di PTRM Sanglah, memberikan pelayanan

terapi substitusi metadon bagi klien yang menggunakan heroin suntik. PTRM Kuta

I dipilih karena mudahnya akses bagi para klien yang kebanyakan bekerja dan

bermukim di daerah Kuta sehingga akses mudah untuk mendapatkan terapi

Page 18: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

18

metadon. Kondisi ini secara otomatis akan meningkatkan kepatuhan dalam

menjalani terapi metadon.

3.2 Profil Kunjungan Klien Metadon PTRM Sandat

Sejak awal dibentuk, jumlah kunjungan klien metadon aktif ke PTRM Sandat

berjumlah kurang lebih 80-an orang, kemudian meningkat pada tahun 2004, stabil

sampai tahun 2006. Tahun 2007 menurun cukup signifikan, kemudian menurun lagi

angkanya pada 2012 dan 2014, menetap sampai tahun 2015. Data penurunan jumlah

kunjungan klien metadon terlihat pada grafik 3.1 di bawah ini dan jumlah klien

metadon aktif di PTRM Sandat dalam 5 tahun terakhir, terlihat dalam grafik 3.2.

3.1 Grafik Jumlah Kunjungan Klien Metadon PTRM Sandat 5 Tahun Terakhir

Sumber Data Tahunan PTRM Sandat RSUP Sanglah

3.2 Grafik Jumlah Klien Metadon Aktif PTRM Sandat dalam 5 Tahun Terakhir

0

5000

10000

15000

2011 2012 2013 2014 2015

Tahun

14985

11752

9269 8852 9053

Jumlah Kunjungan Klien Metadon PTRM Sandat 5 Tahun Terakhir

Jumlah kunjungan klien metadon

Page 19: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

19

Sumber Data Tahunan PTRM Sandat RSUP Sanglah

Profil klien metadon PTRM Sandat secara kuantitatif dalam 5 tahun terakhir

terlihat seperti tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Profil Klien Metadon PTRM Sandat dalam 5 Tahun Terakhir

2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah

Kunjungan baru 72 43 44 49 37 236

Klien metadon aktif 70 54 56 50 50 280

Drop Out (DO) 29 25 10 12 6 82

Pulih 4 5 1 4 3 17

Rujuk ke layanan

metadon lain

57 32 48 45 47 229

Meninggal 3 1 1 2 0 7

Pindah program Subutek 0 1 1 2 1 5

235 161 161 164 144 865

Sumber Data Tahunan PTRM Sandat RSUP Sanglah

2011 2012 2013 2014 2015

Tahun

70

54 5650 50

Jumlah Klien Metadon Aktif PTRM Sandat 5 Tahun Terakhir

Jumlah Klien Metadon Aktif

Page 20: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

20

BAB IV

ILUSTRASI KASUS

Subyek pada ilustrasi kasus adalah dua orang klien metadon aktif yang rutin

kontrol di Poliklinik Metadon RSUP Sanglah dan satu orang petugas kesehatan

yang sudah lama bertugas di PTRM Sandat RSUP Sanglah, yang bersedia

diwawancara. Kegiatan wawancara dilakukan di Poliklinik Metadon RSUP

Sanglah, selama kurang lebih tiga minggu (akhir bulan Oktober-bulan November

2016). Isi wawancara berhubungan dengan terapi metadon yang dijalani, kendala,

pengetahuan dan harapan ke depan.

I. Klien metadon PTRM Sandat

Subyek I

Tn MS, 43 tahun, alamat rumah di daerah Denpasar Utara, lulusan SMP,

belum menikah, dan saat ini tidak bekerja. Merupakan anak ketiga dari 3

bersaudara, namun memiliki saudara angkat 2 orang. Klien diwawancara posisi

duduk berhadapan di poliklinik metadon RSUP Sanglah. Klien menggunakan baju

kaos oblong putih dengan celana kain warna hitam setinggi lutut, menggunakan

kalung perak cukup besar, memakai gelang-gelang perak di lengan kanan dan kiri,

dan cincin besar di beberapa jari tangan. Membawa tas kulit coklat dengan posisi

diselempang arah kanan ke kiri. Rambut tersisir rapi dan beberapa gigi terlihat

tanggal. Klien mengatakan sangat bersedia diwawancara setelah dijelaskan maksud

dan tujuan wawancara ini.

Page 21: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

21

Mengatakan perasaannya hari ini baik, tidak ada gangguan tidur dan nafsu

makan, sehari-hari lebih banyak di rumah, atau berkumpul dengan teman-

temannya. Klien saat ini tidak bekerja karena masih merasa trauma akan pendapat

orang lain terhadap masa lalunya, namun keinginan untuk bekerja masih ada. Klien

kemudian menceritakan pertama kali terapi metadon di PTRM Sandat tahun 2005,

diantar oleh seorang teman yang anggota Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Ia

datang atas keinginan sendiri karena niat ingin sembuh dari ketergantungan obat,

namun sebelumnya sudah mendapat informasi dari temannya tentang terapi

metadon ini. Klien mengakui sejak tahun 1990-an, mulai menggunakan obat-obatan

terlarang seperti pil koplo, magadon, dan lain-lain, yang diberikan oleh temannya,

kemudian mulai mencoba heroin suntik juga. Klien mengakui sejak saat itu sulit

melepas kebiasaan memakai obat-obatan tersebut. Klien juga mengatakan sempat

menjadi pemasok obat-obatan saat di Jakarta selama 3 tahun (1990-1993).

Terapi awal di PTRM Sandat menggunakan subutek, disarankan dokter untuk

oral, namun klien tetap menggunakan dengan cara suntik karena merasa sulit lepas

dari suntikan. Tiga bulan kemudian tes HIV atas saran dokter, hasilnya positif,

namun klien tidak mempercayai hasilnya, 3 bulan kemudian tes ulang lagi dan

hasilnya tetap positif. Klien mengatakan sulit menerima saat itu, sehingga semakin

sering dan kuat memakai subutek, kemudian kembali memakai heroin. Klien terapi

dengan subutek selama 1.5 tahun, dan seluruh badan penuh bekas suntikan sehingga

hampir tidak ada tempat lagi untuk tempat suntikan. Klien mengakui pernah

overdosis heroin tahun 1997. Klien pernah menjalani detoksifikasi di RS Sanglah

dengan seorang psikiater, dirawat 10 hari, namun setelah keluar, klien mengakui

Page 22: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

22

memakai heroin lagi, mengakui sulit untuk berhenti. Tahun 2000, klien ditangkap

dan ditahan, selama 5 bulan clear tidak memakai obat-obatan, kemudian keluar dari

lembaga pemasyarakatan (lapas), namun relapse lagi. Tahun 2002, klien ditangkap

lagi selama 1 tahun. Klien sempat bekerja setelah keluar dari lapas, dibantu teman

untuk membuka bengkel variasi kendaraan, bertahan selama 2 tahun dan maju,

namun kemudian berhenti karena klien merasa difitnah dan ada pandangan buruk

terhadap latar belakangnya sebagai pecandu.

Tahun 2005 pertengahan, klien mulai memutuskan ikut terapi metadon dan

tahun 2010 mulai mendapat terapi ARV. Klien mengakui tetap memakai obat-

obatan selama terapi metadon, karena tidak bisa menolak tawaran teman, mengakui

beberapa kali relapse dengan mengkonsumsi putaw dan “boti” (obat-obatan bentuk

tablet bukan serbuk). Klien mengakui sampai saat ini masih sering ada keinginan

memakai heroin dan banyak teman yang menawarkan, namun memiliki rasa takut

yang lebih besar karena ia mengetahui dampak buruknya dan berpikir dulu bila

ingin memakai heroin lagi. Klien saat ini masih mengkonsumsi “boti” kadang-

kadang untuk membantu bila tidak bisa tidur. Terapi metadon saat ini 50 mg pagi

dan 100 mg malam disertai clozapin 100 mg malam. Klien mengatakan alasan

mendapat clozapin karena menurut dokter, masih ada sugesti kuat memakai heroin

lagi dan adanya toleransi terhadap pemakaian “boti”, dimana klien selalu ada

keinginan menaikkan dosis setiap kali pemakaian.

Klien mengatakan tidak pernah putus terapi metadon, namun mengakui

beberapa kali keinginan berhenti terapi metadon muncul, karena beberapa alasan.

1) Sering merasa jenuh. Klien memulai terapi metadon sejak tahun 2005, dengan

Page 23: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

23

dosis awal kecil. Klien kemudian mulai mendapat terapi ARV tahun 2010. Saat

mendapat terapi ARV, dosis metadon dinaikkan menjadi 150 mg dan bertahan

sampai saat ini. Klien mengatakan terapi metadon dan terapi ARV secara

bersamaan membuat proses terapi menjadi lebih lama, karena obat metadonnya

“kalah” oleh ARV, sehingga dosis metadon dinaikkan, otomatis turun dosis

metadon perlu waktu lama. Perjalanan terapi yang lama ini yang membuat klien

sering jenuh. Alasan lain klien merasa jenuh adalah sudah tidak pernah ada lagi

kegiatan yang dilakukan bersama seperti Tirtayatra dan sebagainya, seperti yang

pernah dilakukan dulu.

2) Jarak yang cukup jauh dari rumah ke lokasi PTRM. Klien berangkat menuju

PTRM Sandat memakai kendaraan roda dua, dan memerlukan bensin, hal ini pun

cukup menjadi kendala karena klien tidak memiliki pekerjaan, sehingga

mengeluarkan uang untuk keperluan setiap hari menuju PTRM Sandat dirasa cukup

menjadi beban.

3) Jumlah teman di PTRM Sandat yang sama-sama mengikuti terapi metadon mulai

berkurang. Klien mengatakan beberapa alasan yang diketahuinya seperti

kemungkinan ada yang ditangkap karena merupakan pecandu atau pengedar,

namun klien tidak mengungkapkan lebih lanjut mengenai teman-teman yang

ditangkap dan ditahan.

4) Ada yang beralih ke minuman alkohol dan zat lain misalnya sabu-sabu, atau zat

lain yang saat ini dikenal dengan tembakau gorila (ganja sisntetis) serta “boti”

(semua obat berbentuk tablet/pil bukan bentuk serbuk). Khusus “boti” mudah

didapat, harga tidak jauh berbeda, namun tidak perlu memakai banyak karena hanya

Page 24: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

24

untuk meningkatkan stamina atau saat tidak bisa tidur. Klien mengatakan

kemungkinan alasan lain beralih memakai zat lain, dosis terapi metadon rendah,

sehingga dirasakan tidak cukup untuk mengatasi gejala putus zat.

5) Tempat dirasa kurang nyaman untuk berkumpul bersama teman dan terasa panas.

Klien mengatakan bila dibandingkan dengan lokasi PTRM yang lama jauh berbeda.

Klien merasa lebih nyaman di tempat yang lama, selain halamannya lebih luas,

terasa lebih sejuk, dan di lokasi lama mereka bisa sama-sama bermain tenis meja.

6) Teman yang tidak datang tanpa alasan dan tidak bisa dihubungi lagi juga ada,

dan klien tidak mengetahui lagi keberadaannya.

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan keluarga, dimana

ayah, kakak dan adiknya memberi dukungan 100%, terutama setelah klien memulai

terapi ARV. Dukungan yang diberikan berupa nasihat, dorongan dan finansial

(makan, tempat tinggal dan uang), sehingga menurut klien dirinya bisa berhasil

mengikuti terapi sampai saat ini. Klien menceritakan pada awalnya keluarga tidak

memperdulikan dirinya mengikuti terapi metadon, hanya memberikan dukungan

seadanya. Mereka sudah terlanjur memberi “cap” jelek pada dirinya terutama

keluarga besar. Klien sering bertengkar dengan ayahnya karena masalah dirinya

yang seorang pecandu, sehingga memerlukan waktu lama untuk membuat ayahnya

mempercayai dirinya lagi. Keluarga akhirnya mulai perduli ketika dirinya

menceritakan bahwa dirinya terkena HIV sehingga perlu mendapat terapi ARV.

Terapi ini membutuhkan dana sehingga klien memohon bantuan saudara-

saudaranya, dan akhirnya mereka mulai memberikan perhatian dan dukungan

kepada klien, sampai saat ini.

Page 25: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

25

Dukungan dari teman-teman yang sering kumpul bersama di PTRM Sandat

juga dirasa sangat membantu, Biasanya dalam bentuk memberi masukan dan saran,

juga tempat berkeluh kesah, dan membantu menghilangkan perasaan jenuh.

Harapan klien saat ini menjaga supaya bisa clean terus dan tidak lagi relapse.

Saran untuk PTRM Sandat agar kembali seperti saat di PTRM Sandat bangunan

lama, dimana: 1) Klien sebelum dan sesudah minum obat metadon, diberikan

konseling terlebih dahulu. Misalnya menanyakan bagaimana kondisi saat ini,

bagaimana dengan pola makan dan tidurnya, apakah ada masalah saat ini? Klien

merasa dengan diberikan konseling mereka diperhatikan, sehingga bisa menjadi

salah satu cara membantu klien untuk mengurangi pemakaian obat-obatan lain. 2)

Klinik meluangkan waktu untuk mengadakan kegiatan santai bersama, sehingga

klien-klien metadon yang tersisa bersemangat dan termotivasi untuk terus

menjalani terapi.

Klien cukup puas dengan pelayanan petugasnya, ramah dan sabar, namun

diharapkan bisa memberikan konseling lebih sering, terutama saat klien dalam

keadaan “mumet”.

Subyek II

Tuan RST, 26 tahun, tinggal di daerah sesetan, pendidikan terakhir SMA,

belum menikah, saat ini berstatus sebagai mahasiswa karena sedang kuliah di Unud,

belum bekerja. Klien saat ini tinggal di kos, bersama pacarnya dengan status belum

menikah, sudah memiliki satu orang putri berusia 7 bulan. Klien diwawancara

posisi duduk berhadapan, mengenakan kaos oblong putih ditutupi jaket coklat,

Page 26: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

26

mengenakan celana panjang bahan “jeans” warna biru muda, mengenakan alas

kaki. Rambut rapi, tampak diikat satu di bagian atas. Mengatakan datang untuk

kontrol rutin minum obat metadon dengan dosis 14 mg pagi dan minta resep obat

dumolid 5 mg malam. Klien mengatakan tidak ada keluhan saat ini, tidur cukup,

nafsu makan baik, aktivitas perkuliahan berjalan lancar, dan tidak ada masalah

gangguan fisik.

Klien menceritakan pertama kali mengikuti terapi metadon saat menjalani

rehabilitasi di lapas Jakarta, sekitar 2.5 tahun yang lalu, dengan dosis awal 60 mg

terbagi. Ia sempat berhenti terapi metadon selama ± 2 bulan karena kedua orang

tuanya tidak setuju dirinya menjalani terapi metadon. Orang tua klien memahami

bahwa terapi metadon sama dengan menggunakan obat terlarang, menurut mereka

metadon adalah narkotika golongan heroin sintetis. Klien kemudian disuruh

detoksifikasi saja, menurut mereka detoksifikasi lebih aman, tanpa harus

menggunakan narkotika lagi. Detoksifikasi rawat inap 1 kali tahun 2013 dan rawat

jalan 2 kali tahun 2014, keduanya di Jakarta. Saat menjalani proses detoksifikasi,

klien mengaku tidak tahan karena saat prosesnya tidak diberikan obat pengganti

sehingga ingin memakai narkotika lagi. Klien kemudian memakai obat golongan

lain yaitu alprazolam.

Riwayat memakai heroin sejak tahun 2008 selama 2 tahun hanya dihisap

melalui hidung, setelah itu menggunakan suntikan karena lebih irit namun gejala

“sakaw” terasa lebih berat. Klien pernah ditangkap 3 kali karena pemakaian heroin

dan sabu, pertama tahun 2009 namun tidak ditahan, kedua tahun 2011 kembali

lolos, dan ketiga pada bulan Oktober 2013 ditangkap dan ditahan selama 3 bulan,

Page 27: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

27

setelah itu diputuskan menjalani rehabilitasi di Bogor. Rehabilitasi saat itu hanya

dijalani selama 22 hari saja, karena biaya yang sangat mahal.

Klien pernah mencoba melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia di

Jakarta, namun tidak diterima, diberi saran melanjutkan kuliah di Universitas

Udayana Denpasar. Klien kemudian ke Bali, dan memulai perkuliahan tahun 2014.

Di Bali, klien kembali melanjutkan terapi metadon di PTRM Sandat RS Sanglah

tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya, dengan dosis awal 20 mg, naik bertahap,

sampai dosis puncak 50 mg. Dosis mulai diturunkan mulai bulan Maret 2015,

bertahap sampai sekarang, dan saat ini sudah turun dosis menjadi 14 mg. Kedua

orang tua klien saat ini sudah mengetahui klien menjalani terapi metadon lagi. Klien

mengalami “relaps” lagi tahun 2015 sekitar 3 sampai 4 kali, kembali memakai

heroin karena sulit melawan keinginan kuat untuk memakai lagi.

Kedua orang tua klien selalu menghubungi dokter yang bertugas di PTRM

Sandat yaitu dr. L untuk mengetahui kemajuan terapi anaknya, serta meminta agar

dosis metadon mulai diturunkan bertahap. Kedua orang tuanya ingin klien cepat

menyelesaikan proses terapi dengan metadon, sehingga klien saat ini sampai pada

dosis 14 mg.

Klien mengakui terapi saat ini tidak hanya metadon saja, namun juga minum

obat dumolid 5 mg malam hari. Ia mengakui mulai minum obat golongan

benzodiazepin sejak ± 3 tahun terakhir sejak klien berhenti memakai putaw, dimana

klien mengalami gangguan tidur, sehingga mencari obat lain untuk membantu

keluhan gangguan tidurnya. Klien mengakui mengkonsumsi alprazolam 1 mg yang

dibeli sendiri di apotik tanpa sepengetahuan petugas kesehatan di PTRM Sandat,

Page 28: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

28

dan baru mengakui secara jujur dengan dokter di PTRM Sandat pada bulan

September 2014, sehingga diberikan obat clobazam 10 mg malam dan alprazolam

1 mg bila tetap tidak bisa tidur. Klien mengatakan bila tidak minum alprazolam

merasa gelisah, gemetar, merasa cemas dan tidak bisa tidur. Klien saat ini mulai

mencoba mengurangi dosis obat dumolid yang diminum dan tidak ada keluhan.

Klien mengatakan sampai saat ini masih bertahan untuk mengikuti terapi

walaupun ada perasaan jenuh karena datang setiap hari ke klinik ini. Dukungan

paling besar yang membuat klien bertahan adalah berasal dari pasangan hidupnya

dan seorang putri berusia 7 bulan. Kedua orang tua serta kakak dan adiknya sangat

mendukung namun klien mengeluh mereka lebih sering mengkritik dan mengingat-

ingat kesalahannya, sehingga sering membuat klien merasa tidak nyaman. Ia

mengatakan setiap dirinya relapse orang tuanya selalu memarahi dan menyalahkan

dirinya, dan menyalahkan terapi metadon yang dijalani klien membuat dirinya

selalu “ketagihan”. Dukungan dari beberapa teman cukup membantu, biasanya

mereka akan memberi nasihat dan saran sekaligus tempat bercerita. Klien mengakui

teman-teman dan dosen di kampusnya mengetahui dirinya saat ini menjalani terapi

untuk ketergantungan dan mereka sangat mendukung, walaupun ada beberapa

teman yang seperti tidak menyukai dirinya.

Klien mengatakan tidak mengetahui pasti apakah memang jumlah klien

metadon aktif di PTRM Sandat menurun, namun dari beberapa informasi yang

didapat, jumlah klien metadon sekarang tidak sebanyak sebelumnya. Beberapa

faktor yang menjadi penyebabnya paling banyak adalah karena relapse, saat relapse

mereka akan mencari zat lain seperti “boti”, sabu-sabu, rokok gorila, alkohol dan

Page 29: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

29

lain-lain, yang mudah didapat dan kebanyakan akan mempengaruhi motivasi untuk

datang ke PTRM. Klien mengatakan cukup puas dengan pelayanan yang diberikan

di PTRM Sandat. Petugasnya ramah dan sabar.

Harapannya saat ini, ingin cepat menyelesaikan program terapi metadon,

sehingga bisa kembali fokus menyelesaikan kuliah, bekerja dan segera menikahi

pacarnya. Klien juga berharap dirinya bisa benar-benar lepas dari ketergantungan

obat.

Petugas kesehatan di PTRM Sandat

Tn. KT, 47 thn, beralamat di Tabanan, pendidikan terakhir D3 keperawatan,

menikah dan telah memiliki 2 orang anak. Tn. KT saat ini bekerja sebagai PNS di

RSUP Sanglah sejak tahun 1992, awalnya bertugas di ruang Nusa Indah dan sejak

tahun 2009 dipindahtugaskan ke PTRM Sandat yang berada di jalan Pulau Aru.

Kepala ruang metadon saat itu adalah Ns. DKA, Skp., dengan 2 orang psikiater

yaitu dr. NH, SpKJ (K) dan dr. WW, SpKJ (K), serta 3 orang perawat.

Tn. KT mengatakan saat mulai bertugas di PTRM Sandat, jumlah klien

metadon aktif saat itu cukup banyak, namun beliau lupa jumlah pasti, beliau minta

pewawancara untuk melihat data tahunan PTRM Sandat mengenai jumlah klien

metadon sejak tahun 2003. Klien-klien metadon yang cukup banyak saat itu

membentuk IKLIM (Ikatan Klien Metadon), dimana kegiatannya antara lain

pertemuan-pertemuan, Tirtayatra, dan lain-lain. PTRM Sandat pun saat itu

beberapa kali mendapat kunjungan tamu baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Page 30: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

30

Tn. KM mengakui beberapa tahun terakhir, kunjungan klien metadon aktif

berkurang. Menurutnya ada beberapa alasan: a) Beberapa klien ditangkap dan

dipenjara di lembaga pemasyarakatan sehingga tidak pernah datang lagi ke PTRM

Sandat; b) Beberapa klien mengejar target untuk cepat selesai terapi metadon,

sehingga memaksa untuk menurunkan dosis metadon dengan cepat, sehingga cepat

selesai proses terapi, setelah itu tidak diketahui lagi keberadaan dan kondisinya; c)

Beberapa klien selama masa terapi menggunakan zat lain atau beralih

menggunakan jenis zat lain terutama sabu-sabu dan golongan benzodiazepin; d)

Masalah keuangan (Tn. KM mengistilahkan dengan uang saku), terutama pada

klien dengan terapi ARV pengeluaran uang menjadi ganda, sehingga Tn. KM

berasumsi, masalah dana bisa menjadi salah satu alasan beberapa klien yang tidak

datang lagi ke PTRM Sandat tanpa alasan jelas; e) Beberapa klien dirujuk kembali

ke daerah atau negara asal.

Tn. KM mengungkapkan kendala yang bisa timbul dalam menghadapi klien

metadon adalah menghadapi perilaku mereka yang mudah marah, sehingga sangat

diperlukan kesabaran dan kewaspadaan dalam menghadapinya.

Page 31: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

31

BAB V

PEMBAHASAN

Wawancara yang dilakukan terhadap kedua klien metadon aktif dan seorang

petugas kesehatan poliklinik Metadon PTRM Sandat RSUP Sanglah menghasilkan

beberapa pernyataan mengenai beberapa alasan tentang profil kunjungan klien

metadon aktif di PTRM Sandat.

Pernyataan dari klien metadon I dalam wawancaranya menyatakan beberapa

hal, antara lain : a) Sering merasa jenuh; b) Jarak yang cukup jauh dari rumah ke

lokasi PTRM; c) Jumlah teman di PTRM Sandat yang sama-sama mengikuti terapi

Page 32: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

32

metadon mulai berkurang; d) Mengakui kadang-kadang masih mengkonsumsi

“boti” (semua obat berbentuk tablet/pil bukan bentuk serbuk), hanya bila tidak bisa

tidur; e) Teman yang tidak datang tanpa alasan dan tidak bisa dihubungi lagi serta

tidak diketahui keberadaannya, kemungkinan relapse beralih ke zat terlarang

lainnya seperti “boti”, minuman alkohol, sabu-sabu, atau zat lain yang saat ini

dikenal dengan tembakau gorila (ganja sintetis); f) Tempat dirasa kurang nyaman

untuk berkumpul dan terasa panas; g) Tidak ada masalah dengan dukungan

keluarga, mereka sangat mendukung; h) Dukungan dari teman terutama sesama

klien metadon di PTRM Sandat dirasa cukup dan sangat membantu; i) Klien

memiliki harapan kuat untuk sembuh; j) Saran untuk PTRM Sandat agar sebelum

dan sesudah minum obat metadon diberikan konseling terlebih dahulu dan PTRM

meluangkan waktu untuk mengadakan kegiatan santai bersama.

Hasil wawancara dengan klien kedua: a) Klien merasa jenuh; b) Dukungan

paling besar dari pasangan hidup dan anak; c) Dukungan keluarga cukup namun

pengetahuan keluarga kurang; d) Dukungan teman cukup; e) Klien relapse dengan

mencari zat lain seperti “boti”, sabu-sabu, rokok gorila, alkohol dan lain-lain; f)

Klien cukup puas dengan pelayanan PTRM Sandat, petugas kesehatannya ramah

dan sabar; g) Harapan ingin cepat menyelesaikan program terapi metadon dan lepas

dari ketergantungan obat.

Pernyataan dalam wawancara dengan petugas kesehatan menyatakan : a) Ada

klien ditangkap dan dipenjara sehingga tidak pernah datang lagi ke PTRM Sandat;

b) Beberapa klien mengejar target cepat selesai terapi metadon, meminta

menurunkan dosis metadon dengan cepat; c) Beberapa klien menggunakan zat lain

Page 33: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

33

atau beralih ke zat lain (sabu-sabu, golongan benzodiazepin); d) Masalah keuangan

(uang saku), terutama klien dengan terapi ARV pengeluaran uang menjadi ganda;

e) Beberapa klien dirujuk kembali ke daerah atau negara asal; f) Kendala dalam

menghadapi klien metadon adalah menghadapi perilaku mereka yang mudah marah,

sehingga sangat diperlukan kesabaran dan kewaspadaan dalam menghadapinya.

Semua pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang sudah disebutkan

sebelumnya, dimana terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan retensi

terapi klien dalam mengikuti terapi rumatan metadon, yaitu faktor individual, faktor

program dan faktor sosial.

I. Faktor klien/individual terbagi dua yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal :

Motivasi: klien merasa jenuh karena proses terapi yang panjang.

Kedua klien mengatakan dalam wawancarnya sering merasa jenuh selama mengikuti

terapi metadon, karena proses terapi yang lama.

Perilaku penggunaan zat: saat relapse terjadi perubahan trend dalam

pemilihan penyalahgunaan zat sedikit/tidak memakai heroin atau putaw lagi.

Kedua klien mengakui bahwa selama terapi metadon kadang-kadang masih

menggunakan zat lain yaitu “boti”, hanya bila tidak bisa tidur.

Mereka juga menyatakan teman-teman sesama klien metadon berkurang

kemungkinan karena relapse dan memilih menggunakan zat lain selain heroin

maupun putaw, seperti sabu-sabu, alkohol, ganja sintetis (rokok gorila).

Aktivitas kriminal/riwayat: klien terkena masalah hukum terkait

penyalahgunaan zat.

Page 34: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

34

Petugas kesehatan dalam wawancaranya mengatakan ada beberapa klien yang

tertangkap dan masuk penjara sehingga tidak datang lagi ke PTRM Sandat.

Beberapa diketahui dengan pasti, namun beberapa yang lain tidak ada

informasi.

Asal: klien dirujuk kembali ke daerah atau negara tempat asalnya berada.

Petugas kesehatan mengatakan cukup banyak jumlah kunjungan ke metadon

berasal dari kota atau negara lain. Mereka biasanya datang untuk berlibur,

sehingga saat melakukan penyalahgunaan zat dan datang ke PTRM Sandat,

kemudian akan dirujuk kembali ke daerah asalnya.

Faktor eksternal :

Dana/keuangan.

Kedua klien menyatakan masih belum bekerja dan sampai saat ini masih

didukung secara finasial oleh keluarganya. Klien pertama menyatakan,

ketergantungan dana ini membuat dirinya malu menjadi beban keluarganya.

Tempat/lokasi kurang nyaman.

Klien pertama mengatakan lokasi PTRM sekarang berbeda dengan lokasi

PTRM pertama kali di jalan Pulau Aru, dimana terasa sempit dan panas,

sedangkn klien kedua tidak merasa adanya masalah dengan lokasi PTRM

yang sekarang.

II. Faktor program

Fleksibilitas kurang terutama dalam hal dosis bawa pulang.

Page 35: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

35

Klien kedua mengatakan terkadang bila diperlukan untuk membawa dosis

pulang lebih dari biasanya, tidak diberikan, sehingga klien merasa kadang-

kadang menyulitkan mereka, terutama bila mereka rencana keluar kota.

Konseling individual sudah sangat jarang dilakukan.

Menurut klien pertama dan petugas kesehatan, sekarang sudah sangat jarang

dilakukan konseling pribadi sebelum atau sesudah minum metadon.

Sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan

Menurut kedua klien, petugas ramah dan sabar. Petugas kesehatan

menyatakan menghadapi setiap klien dengan karakter masing-masing yang

unik harus sabar, terutama menghadapi perilaku agresif dan mudah

tersinggung.

III. Faktor Sosial

Kurangnya pengetahuan keluarga terkait penyalahgunaan zat dan terapi

metadon.

Klien pertama dan kedua mengatakan dalam wawancaranya, pengetahuan

keluarga tentang penyalahgunaan zat dan terapi metadon kurang.

Stigma lingkungan sosial terhadap pecandu.

Kedua klien dan petugas kesehatan menyatakan, lingkungan sosial

memandang negatif terhadap pecandu.

Terapi metadon merupakan proses terapi yang panjang, kemungkinan klien

akan mengalami rasa jenuh, dan mengalami relapse yang biasanya disebabkan

pengaruh lingkungan. Rasa jenuh yang dirasakan beresiko tinggi membuat klien

tidak bertahan dalam mengikuti terapi metadon. Proses terapi yang panjang salah

Page 36: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

36

satunya pada klien yang mendapat terapi Anti Retroviral Virus (ARV). Seseorang

dengan terapi substitusi metadon yang juga menderita HIV, dianjurkan untuk

mendapat terapi ARV. Beberapa jurnal penelitian menyatakan, interaksi antara

metadon dan ARV akan mengganggu metabolisme metadon sehingga konsentrasi

plasma metadon rendah dan bisa menyebabkan gejala-gejala putus zat seperti

cemas, kram otot perut, nyeri otot dan sendi. Solusi untuk mengatasinya, dosis

metadon perlu ditingkatkan, namun dengan dosis metadon yang tinggi, perlu waktu

lama penurunan dosis sampai akhirnya berhenti terapi metadon. Klien metadon

PTRM Sandat yang sudah melakukan tes HIV sampai saat ini terdapat 218 orang

dengan 134 orang (54.3%) yang positif, dan data terakhir tahun 2015 menunjukkan

jumlah klien yang mendapat terapi ARV sebanyak 20 orang (Data Tahunan PTRM

Sandat RSUP Sanglah).

Jumlah ini menunjukkan hampir setengah klien metadon aktif di PTRM Sandat saat

ini akan menjalani proses terapi metadon yang lama. Waktu yang lama beresiko

membuat klien merasa jenuh, menjadi tidak patuh dan drop out bisa terjadi (Gruber

& McCance-Katz, 2010).

Klien mengatakan alasan lain penyebab ketidakpatuhan adalah kemungkinan

terjadinya relapse pada beberapa klien. Selama proses terapi, pengaruh lingkungan

sangat mempengaruhi, misalnya teman-teman yang mengajak memakai kembali

heroin, atau sedang mengalami konflik pribadi yang membuat klien ingin

menenangkan pikiran dengan menggunakan kembali heroin. Perubahan trend

dalam penggunaan zat dari heroin ke zat lain berperan cukup signifikan dalam

ketidakpatuhan terapi metadon. Hasil wawancara mengungkapkan, pemilihan zat

Page 37: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

37

yang digunakan kembali adalah zat selain heroin, karena heroin semakin sulit

didapat, mahal, dan mereka sudah mengetahui dampak buruk terhadap kesehatan

apabila memakai heroin suntik kembali. Golongan amfetamin seperti sabu-sabu dan

golongan benzodiazepin adalah zat yang banyak dipilih apabila klien relapse

(Baxter, 2014).

Beberapa tahun terakhir, derifat amfetamin baru yang banyak beredar dan

dikonsumsi sebagai penyalahgunaan zat baru disebut dengan New Psychoactive

Substance (NPS). Data BNN tahun 2013 menyatakan pasar global heroin dan

morfin ilegal menurun sebesar 6,4% dari tahun 2012 hingga 2013, begitu juga

kokain.Pasar global narkoba sintetis masih didominasi oleh metamfetamin dan

semakin meluas di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara. Jumlah sitaan

amphetamine-type stimulants (ATS) seperti ekstasi dan metamfetamin meningkat

hampir 2 kali lipat semenjak tahun 2009 dan masih relatif sangat tinggi di tahun

2013 (Baxter, 2014).

Metamfetamin paling banyak menggantikan penggunaan heroin yang dikenal

sebagai obat paling bermasalah di Asia, dan mulai booming tahun 2011. Beberapa

tahun terakhir, jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan hampir di semua

wilayah di Indonesia adalah ganja, sabu, dan ekstasi, sedangkan di beberapa daerah

lain, mengkonsumsi obat daftar G dengan atau tanpa resep dokter, menjadi trend di

beberapa kota, seperti stesolid, faldimex, dan elsigan. Ada juga beberapa jenis

narkoba dengan nama jalanan seperti sevia atau java-java di Bali, hango di

Pontianak, sombie di Manado, crocodile di Bandung dan Jakarta. Akses

mendapatkan zat ini lebih mudah dibandingkan heroin dan kokain yang pasar

Page 38: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

38

globalnya menurun, sehingga pilihan obat yang dipakai pengguna pun berubah,

terjadi perubahan trend dalam pemilihan zat yang dikonsumsi, sehingga klien

merasa tidak perlu lagi untuk mengikuti terapi metadon karena sudah beralih

memakai zat lain (Damayanti, 2015; UNODC, 2015).

Klien yang sedang menjalani terapi jangka panjang metadon membutuhkan

dukungan sosial. Hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan telah

dipelajari secara luas, beberapa penelitian telah dilakukan mengenai hubungan ini,

merupakan salah satu prediktor kuat dari kepatuhan. Dukungan sosial adalah suatu

informasi dari orang lain bahwa dia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri

dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban

bersama. Sumber dukungan sosial selain keluarga adalah teman dekat atau akrab

dengan individu-individu yang dekat, yang biasanya membentuk kelompok.

Anggota kelompok akan berinteraksi keterdekatan fisik, memecahkan konflik dan

memudahkan koordinasi. Komponen dukungan sosial dari teman antara lain

bimbingan (nasihat), keterikatan, penghargaan atau pengakuan, integrasi sosial

(minat dan pemikiran yang sama). Sangat efektif karena hambatan-hambatan

komunikasi yang terjadi lebih kecil dibandingkan dari bukan teman sesama.

Dukungan teman sesama efektif dalam mendukung perubahan sikap kearah yang

lebih positif (Kelly, et al., 2010).

Dukungan sosial lain berasal dari keluarga. Dukungan dan pengetahuan

keluarga adalah faktor lain yang bisa mempengaruhi kepatuhan klien metadon.

Keluarga memegang peranan sangat penting dalam proses pemulihan dan dalam

rencana program perawatan pecandu, terutama disadari bahwa umumnya pecandu

Page 39: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

39

yang datang ke tempat terapi masih bertahan hidup karena adanya dukungan

finansial dari keluarga. Salah satu metode paling efektif dalam mendukung klien

menjalani pengobatan adalah melalui orang yang berarti bagi klien, seperti suami

atau istri, orang tua, saudara kandung, dan anak. Keluarga dapat menjadi kunci

untuk memaksa klien berhenti menyangkal dan menghindar, serta mulai serius

menangani masalah ketergantungannya (Kelly, et al., 2010).

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk dukungan sosial dalam bentuk

hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stres yang buruk.

Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, penilaian,

instrumental dan emosional. sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan. Klien mengatakan dalam wawancaranya bahwa dukungan

keluarga sangat penting, mereka mengetahui beberapa teman sesama klien metadon

tidak seberuntung mereka, tidak ada dukungan keluarga yang cukup, sehingga tidak

heran ada yang tidak pernah kembali untuk terapi atau kembali menggunakan zat.

Pengetahuan keluarga juga penting dalam mendukung keberhasilan terapi metadon

dan signifikan mempengaruhi perubahan perilaku ksesehatan. Upaya-upaya

peningkatan pengetahuan perlu dilakukan untuk meningkatkan derajat kepatuhan

klien dalam mengikuti terapi metadon serta mendapatkan dukungan dari keluarga.

Klien mengakui dalam wawancaranya anggota keluarga mereka memahami bahwa

metadon juga adalah narkotika, sehingga tidak mau anggota keluarganya

terjerumus lebih jauh lagi pada ketergantungan zat. Pengetahuan keluarga yang

Page 40: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

40

kurang mengakibatkan kurangnya dukungan keluarga sehingga mempengaruhi

kepatuhan klien terhadap terapi metadon (Andita, 2012).

Provinsi Bali merupakan tempat wisata yang indah dan terkenal, sehingga

banyak turis baik domestik maupun mancanegara yang datang berkunjung untuk

bersenang-senang. Perilaku bawaan turis pun bermacam-macam, salah satunya

perilaku mengkonsumsi zat terlarang, sehingga akhirnya sampai ke PTRM Sandat

untuk mendapat terapi metadon. Salah satu tujuan PTRM mengurangi aktivitas

kriminal dan kemungkinan ditangkap, namun beberapa klien metadon ada yang

tidak lagi mengikuti terapi metadon di PTRM Sandat. Hasil wawancara

mengungkapkan, kemungkinan ada yang tertangkap dan telah ditahan di lembaga

pemasyarakatan, namun jumlahnya tidak signifikan. Beberapa klien metadon di

PTRM Sandat, selain terapi metadon juga menggunakan zat lain seperti golongan

benzodiazepin atau narkotika lainnya. Dua orang klien yang diwawancara

mengakui mereka juga mengkonsumsi zat lain, selain terapi metadon, sehingga

resiko terlibat hukum atau tertangkap karena penyalahgunaan zat lain selalu ada.

Literatur review mengenai terapi rumatan metadon menyatakan klien dengan

riwayat aktivitas kriminal berhubungan dengan retensi terapi yang buruk (Sun, et

al., 2015; Jamieson, et al., 2002).

Hasil wawancara menyatakan klien cukup puas dengan pelayanan yang

diberikan oleh petugas kesehatan di PTRM Sandat. Ramah dan sabar. Mereka

hanya mengeluhkan kurangnya fleksibilitas dalam pemberian dosis bawa pulang

(take home dose/THD).

Page 41: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

41

Klien mengungkapkan konseling sudah sangat jarang dilakukan, padahal

dengan dilakukannya konseling, mereka merasa diperhatikan. Penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya mengindikasikan bahwa konseling adakah intervensi yang

sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam proses terapi rumatan metadon,

sehingga konseling ditambahkan dalam intervensi psikososial pada terapi rumatan

metadon (Kemenkes RI, 2013; Gruber & McCance-Katz, 2010).

Sikap petugas kesehatan terhadap klien metadon juga memberi pengaruh

terhadap kepatuhan terapi. Hasil wawancara dengan petugas kesehatan pun

mengungkapkan menghadapi klien metadon yang memiliki keunikan masing-

masing harus dihadapi dengan kesabaran, apalagi karakteristik secara tipikal klien

metadon tidak sabar, sensitif, dan mudah marah. Peningkatan pemahaman petugas

kesehatan terhadap dunia pecandu perlu dilakukan karena dapat mempengaruhi

cara pemberian pelayanan. Pelayanan yang dianggap memuaskan oleh para klien

metadon, menunjang kepatuhan klien dalam mengikuti terapi. Empati dari petugas

pelayanan kesehatan dapat memberikan kepuasan yang cukup pada klien yang

menjalani terapi. Contohnya melayani dengan ramah, bersedia meluangkan waktu

dalam memberikan konseling, rutin melakukan penyuluhan dengan tujuan untuk

meningkatkan pengetahuan mereka dan memberikan motivasi dalam melakukan

terapi metadon sampai selesai (Andita, 2012).

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

Page 42: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

42

Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) adalah salah satu metode terapi

paling efektif di seluruh dunia dalam mengatasi ketergantungan opioid. Terapi ini

merupakan terapi jangka panjang, sehingga mempertahankan klien tetap dalam

proses terapi (retensi terapi) merupakan faktor utama keberhasilan program ini

untuk mencapai kesembuhan. Efek dari PTRM berkorelasi dengan positive

outcome, antara lain mengurangi resiko kekambuhan penggunaan zat (abstinence),

perilaku resiko tinggi dan memperbaiki fungsi sosial serta kualitas hidup (Quality

of Life). Jauh berbeda dengan hasil yang ditimbulkan terhadap klien yang tidak

mengikuti proses terapi jangka panjang atau meninggalkan terapi.

Ketahanan atau retensi dalam terapi berhubungan erat dengan kepatuhan,

dimana definisi kepatuhan secara singkat adalah suatu keadaan dimana pasien

mengikuti intruksi medis. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor

individual, faktor program dan faktor sosial. PTRM Sandat sejak awal berdiri

sampai saat ini mengalami pengurangan jumlah klien metadon aktif. Hasil

eksplorasi dengan melakukan wawancara menemukan beberapa faktor penyebab

kurangnya ketahanan klien metadon dalam mengikuti terapi. Faktor-faktor yang

cukup signifikan mempengaruhi antara lain dari: a) Faktor individual seperti

perasaan jenuh dan motivasi yang kurang, perilaku penggunaan zat multipel dan

aktivitas kriminal, kemudian; b) Faktor program dimana klien merasa kurangnya

fleksibilitas terutama berhubungan dengan dosis bawa pulang, sangat jarang

dilakukan konseling lagi setelah minum metadon. Terakhir adalah c) Faktor sosial,

dimana kurangnya pengetahuan keluarga tentang perilaku penyalahgunaan zat dan

Page 43: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

43

terapi metadon, sehingga mempengaruhi pemberian dukungan yang cukup dari

keluarga selama klien menjalani terapi jangka panjang metadon.

SARAN

Saran untuk klien metadon :

1. Meningkatkan motivasi dalam menjalani terapi metadon terutama klien dengan

terapi ARV, karena proses terapi yang panjang bisa menimbulkan kejenuhan.

2. Rutin kontrol untuk mendapatkan konseling dan psikoterapi.

3. Menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga terutama komunikasi yang

berhubungan dengan terapi metadon, agar pengetahuan keluarga bertambah dan

siap mendukung klien dalam menjalani terapi.

4. Klien tidak menggunakan zat lain saat sedang menjalani terapi metadon

misalnya golongan benzodiazepin atau golongan zat lain agar proses terapi

metadon bisa optimal.

Saran untuk keluarga klien :

1. Selalu memantau aktivitas klien selama di rumah dan lingkungannya, agar tidak

terjerumus lagi melakukan penyalahgunaan zat.

2. Selalu siap meluangkan waktu untuk mendampingi klien dalam menjalani terapi

dan konseling.

3. Selalu memberikan semangat dan motivasi selama klien mengikuti terapi

metadon.

Page 44: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

44

Saran untuk petugas kesehatan/PTRM Sandat :

1. Menumbuhkan sikap empati terhadap klien metadon dan mencari tahu

kebutuhan unik setiap masing-masing individu.

2. Berusaha membuat aturan yang dianggap fleksibel bagi klien metadon, dengan

tetap berpegang pada pedoman yang ada.

3. Meningkatkan keaktifan memantau klien yang kurang mendapat dukungan

keluarga.

4. Memantau jalannya terapi terutama untuk klien-klien yang sering melanggar

peraturan.

5. Rutin memberikan konseling bagi klien dan keluarga klien metadon untuk

mendukung semangat dan motivasi klien dan klien merasa diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Andita, L. 2012. Dukungan Sosial terhadap Pasien Program Terapi Rumatan

Metadon (PTRM) (Studi Kasus pada Tiga Orang Pasien PTRM di Rumah

Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Cibubur). Tesis.Universitas Indonesia.

Anggreni, D. (2015). Dampak bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat

Adiktif (NAPZA) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. eJournal

Sosiatri-Sosiologi, 3(3):37-51.

Baxter, J. (2014). Changing the Market Culture for Methamphetamines Models of

Demand Reduction – An Australian Perspective.Drug Free Australia, pg.1-

8.

Page 45: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

45

Budiyani, P. I. R., Mahkota, R. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Ketidakpatuhan pada Pengguna NAPZA Suntik yang Mengikuti Program

Terapi Rumatan Metadon di Rumah Sakit Ketergantungan Obat di Cibubur

Jakarta Timur Tahun 2013.FKM UI, pg 1-20.

Damayanti, R. 2015. Laporan Akhir Survey Nasional Perkembangan Penyalahguna

Narkoba Tahun Anggaran 2014, hal. 1-63. Jakarta: BNN RI.

Fareed, A., Vayalapalli, S., Stout, S., Casarella, J., Drexler, K., Bailey, S. P. (2011).

Effect of Methadone Maintenance Treatment on Heroin Craving, a Literature

Review. Journal of Addictive Diseases, pg. 27-38.

Fathollahi, M. S., Torkashvand, F., Najmeddin, H., Rezaeian, M. (2015). Predictors

of One-Year Retention in Methadone Maintenance Treatment. International

Journalof High Risk Behaviors & Adicction, pg. 1-7.

Gruber, V. A., McCance-Katz, E. F. (2010). Methadone, Buprenorphine, and Street

Drug Interactions with Antiretroviral Medications.Curr HIV/AIDS Rep,

7:152-160.

Jamieson., Beals., Lalonde. 2002. Factors that Influence the Effectiveness of MMT

dalam Literature Review Methadone Maintenance Treatment, pg. 15-18,

Ontario: Health Canada.

Kelly, S. M., O’Grady, K. E., Schwartz, R. P., Peterson, J. A., Wilson, M. E.,

Brown, B. S. (2010). The relationship of social support to treatment entry

andengagement: The Community Assessment Inventory. Subst Abus,

31(1):43-52.

Kreek, M. J., Borg, L., Ducat, E., Ray, B. (2011). Pharmacotherapy in the Treatment

of Addiction: Methadone. Journal of addictive disease, 29(2): 200-216.

Lambdin et al. (2014). Methadone Treatment for HIV Prevention-Feasibility,

Retention, and Predictorsof Attrition in Dar es Salaam, Tanzania:A

Restropective Cohort Study. Clinical Infectious Diseases, pg. 735-742.

Laudet, A. B. (2007). What does recovery mean to you? Lessons from the recovery

experience for research and practice. J Subst Abuse Treat, 33(3):243-256.

Pratiwi, I., Arsyad, D. S., Ansar, J. (2014). Faktor yang Berhubungan dengan

Kepatuhan Berobat Terapi Rumatan Metadon di Puskesmas Kassi Kassi Kota

Makasar.Hal.1-10.

RI, K. K. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 57

Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Terapi Rumatan

Metadon. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Sun, H-M., Li, X-Y., Chow, E. P. F., Li, T., Xian, Y., Lu, Y-H., Tian, T., Zhuang,

X., Zhang, L. (2015). Methadone Maintenance Treatment Programme

Page 46: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

46

Reduce Criminal Activity and Improves Social Well-being of Drug Users in

China: a Systematic Review and Meta-analysis. BMJ Open, pg. 1-12.

UNODC. 2015. World Drug Report 2015, pg. 1-75. New York: United Nations

publication.

WHO. 2003. Defining Adherence dalam ADHERENCE TO LONG-TERM

THERAPIES; Evidence for Action, pg. 1-3. Geneva: World Health

Organization.

Page 47: KETAHANAN KLIEN METADON DALAM MENJALANI TERAPI …

47