kesiapan tenaga kerja indonesia menghadapi mea

Upload: sari-wahyuning-ratri

Post on 07-Jul-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    1/15

    1

    KESIAPAN TENAGA KERJA INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA

    Oleh :

    Ramadhan Nanda1, Sari Wahyuning R.2, YunikeWulage3, dan Victoria Lelu Sabon, Ph.D4 

    Green Economy, Green Economy and Digital Communication Faculty, Surya University, Unity Building BoulevardGading Serpong Kav.5 No.21, Summarecon Serpong, Tangerang 15810 Tahun 2016

    E-mail : [email protected][email protected][email protected][email protected] 

    ABSTRAK

    Kesiapan Indonesia sangat diperlukan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean khususnya

    mengenai kualitas tenaga kerja. Penelitian ini mengkaji perkembangan kualitas tenaga kerja

    Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara yaitu Singapura Malaysia, Thailand dan Philipina

    yang dilihat dari tingkat pendidikannya, jumlah pengangguran, dan jumlah tenaga kerja yang

     bekerja. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan study pustaka melalui jurnal, buku, dan referensi-referensi yang mendukung. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik

    dilihat dari kualitas pendidikan menunjukkan adanya peningkatan pendidikan tenaga kerja,

    walaupun masih ada tenaga kerja yang tidak sekolah yang dilihat dari tahun 2009 sebesar 63.328

     jiwa naik hingga 112.435 jiwa pada tahun 2013. Sedangkan tenaga kerja asing khususnya Malaysia,

    Singapura, Filipina, dan Thailand memiliki kualitas pendidikan yang baik karena didorong oleh

     peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negaranya salah satunya dengan

    memberikan anggaran yang besar untuk pendidikan.

     Keywords : Unemployment, Level Education, Quality of Employee in Indonesia,Malaysia, Singapore,

    Thailand and Philipines.

    1.  Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Penyelenggaraan KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) yang

    diselenggarakan di Provinsi Bali pada tahun 2003, dihadiri oleh seluruh kepala Negara

    anggota ASEAN sekaligus menyepakati pembentukan komunitas ASEAN dengan

    dideklarasikannya Bali concord II   untuk membentuk komunitas yang dikenal sebagai

    Masyarakat Ekonomi ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan integrasiekonomi yang dianut dalam Visi 2020, didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-

    negara anggota ASEAN. Hal ini bertujuan agar perdagangan barang dan jasa dapat

    dilakukan secara bebas tanpa adanya hambatan secara geografis. Tidak adanya hambatan

    secara geografis diharapkan pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN menjadi merata

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    2/15

    2

    dan menjadi kawasan yang mampu bersaing di pasar dunia serta dapat meningkatkan

    kemampuan untuk berintegrasi dengan perekeonomian dunia secara global (Shodiqin,

    2015).

    Kesiapan Indonesia sangat diperlukan dalam menghadapi Masyrakat Ekonomi Asean

    (MEA) mengingat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang berfluktuasi setiap

    tahunnya. Hal ini dilakukan agar Negara Indonesia tidak menjadi pasar perdagangan bagi

     Negara ASEAN lainnya. Kesiapan Indonesia tidak hanya berfokus pada produk dalam

    negeri namun juga mengenai ketenagakerjaan Indonesia. Undang-undang No. 13 Tahun

    2013 tentang Ketenagakerjaan, mendefinisikan ketenagakerjaan sebagai segala hal yang

     berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.

    Bekerja merupakan cara manusia mendapatkan harkat dan martabatnya sebagai manusia

    meskipun harus dihadapkan dengan kenyataan terbatasnya lapangan kerja. Padahal apabila

    merujuk pada tujuan kedua dari tujuan nasional dalam UUD NKRI Tahun 1945, yang

    mengatakan bahwa negara bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat sehingga hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak adalah jaminan

    sekaligus hak konstitusional setiap warga negara karena dengan bekerja akan dapat

    meningkatkan kesejahteraan seseorang (Sholeh, 2015).

    Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak di

    kawasan Asia Tenggara yaitu sekitar 250 juta jiwa, dengan menempati urutan pendapatan

    ke 18 dari 20 negara yang memiliki pendapatan terbesar di dunia pada tahun 2014.

    Indonesia juga merupakan negara berkembang yang mampu meningkatkan perekonomian

    di negaranya, hal ini dapat dilihat dari sejarah Indonesia pernah mengalami krisis moneter

    di Asia pada akhir tahun 1990-an, yang mengakibatkan Indonesia mengalami penurunan

    Produk Domestik Bruto sebesar 13,6 persen pada tahun 1998 (Invesment, 2013). Produk

    Domestik Bruto merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur

    tingkat perekonomian di suatu negara. Periode tahun 2000-2004 Indonesia mampu

    memulihkan kondisi perekonomian di negaranya hingga pencapaian rata-rata peningkatan

    PDB sebesar 4,6 persen, kemudian tahun 2011 Indonesia mampu meningkatkan PDB

    sebesar 6,5 persen, namun pada tahun 2013 PDB Indonesia mengalami penurunan sebesar

    5,78 persen.

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    3/15

    3

    Tenaga kerja Indonesia dapat disimpulkan saat ini secara umum sudah cukup siap

    menghadapi MEA. Dilihat dari berkurangnya jumlah pengangguran setiap tahun seperti

     pada Februari 2009 sebesar 9,26 juta orang kemudian menurun pada Februari 2010 sebesar

    8,59 juta hingga kemudian Februari 2013 menurun menjadi 7,17 juta orang. Berdasarkan

    data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pengangguran di Indonesia terus

    mengalami penurunan setiap tahunnya karena bertambahnya jumlah lapangan kerja rata-

    rata sebesar 2 persen setiap tahunnya. Saat ini Indonesia dapat dikatakan telah siap

    menghadapi MEA dalam prospek tenaga kerja. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti

    akan mengkaji perkembangan kualitas tenaga kerja Indonesia dengan perbandingan Negara

    Singapura, Thailand, Filipina dan Malaysia yang dilihat dari tingkat pendidikan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dapat diambil rumusan masalahnya yaitu sejauh mana

    kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi MEA dibandingkan Negara Singapura,

    Thailand, Filipina dan Malaysia dilihat dari tingkat pendidikan.

    1.3  Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis sejauh mana kesiapan tenaga kerja

    Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean dibandingkan dengan Negara

    Singapura, Thailand, Filipina dan Malaysia dilihat dari tingkat pendidikan.

    1.4 Landasar Teori

    a.  Teori Pasar Tenaga Kerja

    Solmon (1980) dan Sinaga (2005) menjelaskan, bahwa pasar tenaga kerja adalah

    tempat aktivitas dari bertemunya pelaku-pelaku, pencari kerja dan pemberi lowongan kerja.

    Proses bertemunya pencari kerja dan pemberi lowongan kerja dapat terjadi sebentar saja

    namun dapat pula memakan waktu yang lama, masalah yang dihadapi oleh kedua belah

     pihak di pasar yaitu: setiap perusahaan yang menawarkan lowongan kerja maka

    menginginkan kualitas serta keahlian pekerja berbeda-beda sehingga menyebabkan

    terjadinya perbedaan tingkat upah (Sinaga, 2005).

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    4/15

    4

     b.  Teori Kualitas Tenaga Kerja

    Teori Kualitas Sumber Daya Manusia yang berkualitas menurut Ndraha (1997)

    yaitu sumber daya manusia yang tidak hanya dapat menciptakan nilai komparatif saja

    melainkan juga mampu menciptakan nilai kompetitif, generatif, inovatif menggunakan

    seperti intelligence, creativity, dan imagination, sehingga tidak lagi semata-mata

    menggunakan energi kasar seperti bahan mentah, lahan, air, energi otot, dan sebagainya.

    1.5 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu study pustaka, dengan cara

    mencari data-data yang berhubungan dengan kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam

    menghadapi MEA yang mencakup beberapa negara di Asean melalui referensi-referensi

    dari berbagai jurnal, buku, berita, dan informasi lainnya dari internet.

    2.  Analisis

    2.1 Analisis Kualitas Tenaga Kerja Indonesia dalam Menghadapi MEA

    Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia

    sampai saat ini belum mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini dibuktikan adanya

    masyarakat yang belum memiliki pendidikan minimal wajib belajar sembilan tahun serta

    masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak dapat membaca dan menulis. Di bawah ini

    merupakan data Pendidikan Tenaga Kerja di Indonesia per Februari yang diambil dari BPS:

    Data di atas dapat dilihat bahwa pendidikan tenaga kerja di Indonesia ada 8 golongan,

    yaitu Tidak Sekolah, Lulus SD, Lulus SMP, Lulus SMA, Lulus SMK, Diploma I, II,

    1 000 000

    2 000 000

    3 000 000

    2009 2010 2011 2012 2013

    Pendidikan Tenaga Kerja di Indonesia per

    Februari tahun 2009-2013 Tidak sekolahTidak tamat SD

    SD

    SLTP

    SLTA Umum

    SLTA Kejuruan

    Diploma

    Universitas

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    5/15

    5

    III/Akademi, dan Sarjana S1. Setiap tahunnya pendidikan tenaga kerja yang tidak sekolah

    masih ada bahkan mengalami peningkatan, pada tahun 2009 sebesar 63.328 jiwa naik

    hingga 112.435 jiwa pada tahun 2013 tetapi golongan tenaga kerja yang tidak sekolah

    memiliki jumlah yang paling sedikit diantara golongan yang lainnya. Kemudian tenaga kerja

    dengan pendidikan yang memiliki lulusan yang paling banyak yaitu pendidikan SMA

    dengan total jumlah kelulusan dari tahun 2009-2013 sebesar 10.494.538 jiwa. Pada tahun

    2009 lulusan SMA sebesar 2.118.912 jiwa tetapi mengalami penurunan pada tahun 2013

    menjadi 1.874.799 jiwa.

    Banyaknya lulusan SMA dibandingkan dengan SLTP, SMK, SD, Diploma I/II/III,

    Tidak Sekolah disebabkan karena kebijakan pemerintah yang mewajibkan belajar sembilan

    tahun, sehingga kesadaran masyarakat akan pendidikan mulai terbentuk. Sedangkan,

     penurunan pendidikan tenaga kerja yang lulusan SMA disebabkan oleh adanya sekolah

    kejuruan atau SMK. Sekolah Menengah Kejuruan memiliki keunggulan tersendiri

    dibandingkan SMA, misalnya di SMK memiliki beberapa program peminatan sedangkan di

    SMA hanya dua yaitu IPS dan IPA, sejak awal masuk sekolah para siswa sudah mulai

    dilatih untuk memiliki keterampilan sendiri sesuai jurusan yang mereka pilih. Hal ini tentu

     berbeda dengan SMA sebab di SMA kelas 11 baru ada penjurusan dan penjurusannya di

    tentukan oleh nilai mereka. SMK lebih banyak praktek kerja atau lapangan sehingga siswa

     benar-benar dituntun untuk mempersiapkan diri di dunia kerja, serta lulusan SMK tidak

    harus kuliah walau tidak jarang lulusan SMK ada yang ingin melanjutkan kuliah untuk

    lebih mendalami ilmu dari program study yang ditekuni selama SMK.

    Data BPS menunjukkan lulusan Sarjana S1 di Indonesia belum banyak, pada tahun

    2009 sebesar 621.648 jiwa menurun hingga 425.042 jiwa pada tahun 2013. Salah satu

    faktor yang mempengaruhi berkurangnya tenaga kerja yang memiliki lulusan Sarjana S1

    yaitu telah dibukanya sekolah kejuruan. Banyak sekolah kejuruan yang membuka program

     study Farmasi, Teknik Mesin, Otomotiv, Akutansi dll, mereka yang sekolah di SMK ketika

    kelas 11 sudah diwajibkan untuk praktek kerja nyata diberbagai perusahaan, sedangkan

    tahun pertama mereka disiapkan melalui ilmu pengetahuan yang lebih dititik beratkan pada

     praktek di sekolah sehingga ketika tahun kedua mereka dapat Praktek Kerja Nyata di

    Perusahaan yang berkaitan, hal ini justru setara dengan mahasiswa.

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    6/15

    6

    Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan pendidikan di

    Indonesia yaitu faktor geografis yang menyebabkan adanya kesenjangan mutu kualitas

     pendidikan disetiap daerah, menciptakan budaya dan adat yang berbeda sehingga

    masyarakat mempunyai pola pikir, adat, serta budaya yang berbeda, akhirnya

    mempengaruhi kualitas pendidikan. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan yang

    memadai, akibat keadaan greografis antara pedesaan dengan perkotaan yang telah

    mendapat perhatian oleh pemerintah membuat saranan dan prasarana yang menunjang

     proses pembelajaran juga tidak merata, misalkan dari tingkat kelayakan bangunan sekolah

    di pedesaan tidak sebagus di kota, lalu ruang laboratorium yang belum lengkap bahkan ada

    yang tidak memiliki ruang laboratorium, buku perpustakaan tidak lengkap dan up to date.

    Selanjutnya kendala akibat mahalnya biaya pendidikan masih menjadi faktor penghambat

    masyarakat untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi karena pendapatan orang tua yang

    tidak cukup untuk membiayai anaknya mendapatkan pendidikan yang lebih baik lagi, serta

    masih rendahnya kualitas prestasi siswa/mahasiswa sehingga mereka enggan untuk

    melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi.

    Kualitas tenaga kerja yang dilihat dari pendidikannya juga berdampak di dalam dunia

    kerja, karena pendidikan formal merupakan prasyarat yang harus dipenuhi untuk melamar

     pekerjaan di perusahaan swasta, perusahaan pemerintah, serta lembaga pemerintah. Di

     bawah ini merupakan data Tenaga Kerja Indonesia yang meliputi jumlah Angkatan Kerja,

    Bekerja, dan Pengangguran yang dilihat dari BPS :

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dapat dilihat bahwa angkatan kerja dari tahun

    2009 yaitu 113,74 juta angkatan kerja mengalami peningkatan hingga pada tahun 2013

    sebesar 121,19 juta angkatan kerja namun kenaikan pada setiap tahunnya tidak signifikan.

    113,74 116,00 119,40 120,41 121,19

    104,49 107,41 111,28 112,80 114,02

    9,26 8,59 8,12 7,61 7,17

    2009 2010 2011 2012 2013

    Tenaga Kerja Indonesia Tahun 2009-2013

    (per Februari) *jutaAngkatan Kerja Bekerja Pengangguran

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    7/15

    7

    Begitu juga dengan jumlah angkatan kerja yang sudah bekerja terus mengalami

     peningkatan dari tahun 2009 yaitu 104,49 juta pekerja sampai tahun 2013 mencapai 114,02

     juta pekerja. Peningkatan dari jumlah angkatan kerja yang sudah bekerja juta meningkat

    secara tidak signifikan. Hal ini tentu mempengaruhi tingkat pengangguran yaitu semakin

    tingginya tingkat angkatan kerja dan yang bekerja dapat mengurangi jumlah pengangguran

    setiap tahunnya, tingkat pengangguran berkurang secara tidak signifikan mengikuti

     peningkatan dari jumlah angkatan kerja dan yang bekerja. Kurangnya kualitas pendidikan

    di Indonesia menjadi penyebab tidak signifikannya jumlah dari angkatan kerja yang

     bekerja. Kurangnya kualitas pendidikan tersebut dapat dilihat dari cara pandang setiap

    generasi muda yang hanya berfokus bagaimana menyelesaikan pendidikan dan bekerja,

    masyarakat khususnya generasi muda di Indonesia tidak dibekali dengan bagaimana cara

    yang dapat dilakukan dalam mengurangi pengangguran di Indonesia misalkan dengan cara

    membuat usaha baru dengan inovasi-inovasi baru sehingga masyarakat yang menganggur

    mendapatkan lapangan pekerjaan.

    Peningkatan jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja yang telah bekerja setiap

    tahunnya mengalami peningkatan yang sedikit, sehingga masalah pengangguran juga belum

    teratasi walaupun jumlah penganggurannya berkurang tetapi pengurangannya masih

    sedikit. Ketersediaan lapangan pekerjaan masih menjadi faktor yang mempengaruhi

     permasalahan pengangguran di Indonesia, dapat dibuktikan melalui grafik lowongan kerja

    di bawah ini yang diambil dari BPS:

    Pada tahun 2009 jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia masih tersedia banyak yaitu

    mencapai 3.149.514 juta kesempatan kerja, karena pada tahun ini perekonomian Indonesia

    masih stabil dan belum terkena imbas dari krisis ekonomi akibat kredit macet di Amerika,

    3.149.514

    1.197.832

    326.617

    628.603

    612.6990

    1.000.000

    2.000.000

    3.000.000

    4.000.000

    2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3

    LOWONGAN KERJA TERDAFTAR DI INDONESIA

    TAHUN 2009-2013

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    8/15

    8

    selain itu tahun 2009 Indonesia masih dalam masa memperbaiki perekonomian sehingga

    dalam meningkatkan perekonomian Indonesia banyak sektor-sektor ekonomi yang dibuka.

    Tahun 2010 dan 2011 lowongan pekerjaan terus menurun, Indonesia telah merasakan

    dampak krisis yang terjadi di Amerika sehingga perekonomian Indonesia mengalami

     penurunan. Tetapi pada tahun 2012 dan 2013 lowongan tenaga kerja Indonesia mulai

    meningkat, tetapi peningkatannya sangat sedikit sehingga pengangguran juga

     penurunannya sedikit. Hal ini karena masyarakat di Indoneisa khususnya generasi muda

    yang telah menyelesaikan pendidikannya tidak memiliki bekal mandiri berwirausaha, justru

    mereka mengantri mendapatkan panggilan kerja.

    Sesuai dengan teori pasar tenaga kerja bahwa perusahaan yang menawarkan pekerjaan

    menentukan syarat bagi pelamar pekerjaan dengan tujuan supaya perusahaan mendapatkan

    karyawan yang berkualitas serta memiliki keahlian yang lebih. Salah satu syaratnya yaitu

    melalui pendidikan formal, rata-rata perusahaan menginginkan karyawan harus minimal

    lulus SMA/SMK. Di Indonesia angkatan tenaga kerjanya meningkat sehingga kebutuhan

    akan lapangan pekerjaan semakin meningkat pula, tetapi kenaikan akan lowongan

     pekerjaan yang dibutuhkan perusahaan tidak mengalami peningkatan yang banyak

    akibatnya proses seleksi dalam pencarian pekerjaan juga memerlukan waktu yang lama

     pula, hal ini yang menjadi faktor tidak teratasinya pengangguran dengan baik. Maka sesuai

    teori kualitas tenaga keja, bahwa setiap angkatan kerja tidak hanya memiliki pendidikan

    formal saja tetapi harus memiliki keahlian yang lebih dalam mengembangkan kreativitas,

    agar mereka mampu berwirausaha dan menciptakan lapangan kerja sendiri, dengan begitu

     para pengangguran dapat teratasi.

    2.2  Analasis Kualitas Tenaga Kerja dari 4 Negara di ASEAN dalam Menghadapi

    MEA 

    Tingkat pendidikan angakatan tenaga kerja di Negara Thailand, Singapura, Malaysia

    dan Filipina yaitu ada  Primary level, Secondary level,Tertiary level .  Primary level  

    merupakan tingkat pendidikan di sekolah dasar, Secondary level   merupakan tingkat

     pendidikan di tingkat SMP dan SMA dan Tertiary level   merupakan tingkat pendidikan

    akhir yaitu di perguruan tinggi. Di bawah ini merupakan data tingkat pendidikan keempat

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    9/15

    9

    negara di Asean yang menjadi perbandingan dengan tingkat pendidikan di Indonesia yang

    didapat dari World Bank : 

    Pada tingkat pendidikan yang terjadi di Negara Thailand memperlihatkan peningkatan

    lulusan pada  primary level   dan  secondary level , tetapi peningkatannya masih tergolong

    rendah dibandingkan dengan ketiga negara lainya. Peningkatan pada tingkat pendidikan

    setiap tahunnya merupakan keberhasilan pemerintah Thailand dalam memperbaiki kualitas

     pendidikan mereka. Pada tahun 2010, pemerintah Thailand memberi anggaran yang cukup

     besar untuk pendidikan yaitu sebesar 22.3 persen dari national budget  yang dimiliki, selain

    itu sistem pendidikan Negara Thailand telah menetapkan kebijakan untuk mewajibkan

     pendidikan hingga sembilan tahun, itu dimulai dari primary level  dan lower secondary level

    (Clark, 2014).

    39 39 42

    2221

    2017 17

    33 3233 32 3231

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    Primary Education Tahun 2009-2013 (% per Tahun)

    Thailand Singapura Malaysia Filipina

    13 14 14 15 2049 50 50 50 30

    55 56 56 56 43 4470 69 69 73

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    Secondary Education Tahun 2009-2013 (% per Tahun)

    Thailand Singapura Malaysia Filipina

    16 16 17 17

    130

    27 28 28 2950

    0

    23 24 25 24 21

    22

    29 29 29 25

    0

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    Tertiary Level Tahun 2009-2013 (% per Tahun)

    Thailand Singapura Malaysia Filipina

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    10/15

    10

    Berdasarkan National Education Act, pemerintah menjamin masyarakatnya untuk

    menenempuh pendidikan hingga sembilan tahun dengan didukung pada amandemen tahun

    2002 yang menjamin dua tahun prasekolah. Namun pada tertiary level, terjadinya

     penurunan ditahun 2013, ini disebabkan karena melemahnya tingkat GNI ( gross national

    income) Thailand ditahun 2013 sebesar 1.2 persen yang menyebabkan melemahnya GNI

     perkapita ditahun 2013 sebesar 0.8 persen.

    Perkembangan tingkat pendidikan di Negara Filipina menunjukkan tren positif pada

     secondary level, namun terjadi tren negatif pada  primary  level dan tertiary level . Pada

     primary level , mengalami penurunan disetiap tahunnya dari tahun 2009-2012 namun,

     penurunan yang terjadi tidak sangat tinggi yaitu sebesar 2 persen dilihat dari tahun-tahun

    sebelumnya. Begitu pula yang terjadi pada  tertiary level  yang hanya mengalami penunan

     pada 2013. Tahun 2011, pemerintah Filipina memperbarui sistem pendidikan mereka

    dengan melakukan pelaksanaan pembaruan struktural dan kurikulum utama yang semula

    hanya 10 tahun menjadi 13 tahun dimulai dari prasekolah sampai tingkat 12 SMA yang

    disebut K12. Sistem ini terdiri dari TK 1 tahun, sekolah dasar selama 6 tahun yang

    diwajibkan untuk masyarakatnya, kemudian 4 tahun ditingkat  junior high school   dan 2

    tahun ditingkat  senior high school . Sistem ini dibuat untuk mengurangi angka drop out  

    yang melanda pada 10 tahun sebelumnya (Haryanto, 2013).

    Selanjutnya tingkat pendidikan di Negara Malaysia. Tren yang terjadi pada secondary

    cenderung menurun, namun untuk  primary school   mengalami peningkatan yang sangat

    tinggi yang terjadi pada tahun 2013 dan terjadinya fluktuasi pada tertiary level . Terjadinya

     penurunan pada tingkat  secondary level  yaitu dengan adanya penerapan  Education System

     Blueprint   dalam implementasi Malaysian Higher Education  yang bertujuan untuk

    menentukan jalannya pembaruan pendidikan selama decade berikutnya, untuk menanggapi

     berbagai tantangan yang dihadapi oleh sistem yang dibuat. Dengan dibuatnya kebijakan

    tersebut, Pemerintah Malaysia merubah sistem pada  primary school  yang berawal hanya 6

    tahun menjadi 11 tahun dan merubah kurikulum standar sekolah menengah dan

    memperbaiki kurikulum standar sekolah. Dengan adanya sistem tersebut merupakan salah

    satu penyebab terjadinya penurunan ditingkat  secondary level   yang membuat masyarakat

    harus beradaptasi ulang dengan sistem tersebut.

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    11/15

    11

    Selanjutnya di bawah ini merupakan data World Bank yang menjelaskan persentase

    tenaga kerja ke empat negara yaitu Thailand, Singapura, Malaysia, dan juga Filipina.

    Dilihat dari data di atas menunjukkan jumlah pekerja Negara Thailand, Malaysia dan

    Filipina mengalami peningkatan secara fluktuatif. Pada tahun 2007 Pemerintah Thailand

    sudah mulai mempromosikan ekonomi berbasis pengetahuan dengan berfokus pada

    inovasi-inovasi baru yang akan dihasilkan dari generasi yang memiliki kualitas pendidikan

    yang maksimal. Melalui promosi tersebut diharapkan banyak tenaga kerja yang sudah siap

     bersaing di pasar tenaga kerja melalui kualitas ekonomi berbasis pendidikan. Hal yang

    sama terjadi pada Malaysia yaitu tingkat pekerja mengalami peningkatan namun tidak

    siginifikan. Menurut Departmen Statistik Malaysia hal ini disebabkan karena jumlah pengangguran di Malaysia meningkat pada Bulan Novenber 2013 sebesar 3,4 persen dan

    terbukti tercatat sekitar 484.600 orang yang menganggur, selain itu terjadi penurunan

    sebesar 0.2 persen untuk orang yang sudah bekerja (shanghaiscrap, 2014).

     Negara Filipina juga mengalami hal yang serupa dengan negara Malaysia dan Thailand

    yaitu tingkat pekerja mengalami fluktuasi. Namun untuk Negara Filipina disebabkan karena

    semakin bertambahnya tingkat pertumbuhan penduduk yang berdampak terhadap

     berkurangnya jumlah lapangan pekerjaan sehingga terjadi pembatasan jumlah pekerja

    terhadap angkatan kerja, hal ini terjadi mengikuti pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.

    Berbeda dengan negara Singapura. tingkat pekerja Singapura pada tahun 2010 meningkat

    cukup tinggi yaitu 8,3 persen per tahunnya. Namun pada tahun 2011 menurun menjadi 5,4

     persen karena terjadi peningkatan PHK dari sector manufaktur dan jasa dan tercatat

    2,8 2,72,4 2,6 2,5

    4,9

    8,3

    5,46

    6,3

    3,7 3,9 3,6

    3,8 4 3,84,1 3,93,6

    3,7 3,5

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    Pekerja Tahun 2009-2013 (% per Tahun)Thailand Singapura Malaysia Filipina

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    12/15

    12

    sebanyak 2,8 persen dari jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaannya. Namun pada tahun

    2013 Pemerintah Singapura mulai menetapkan suatu kebijakan baru guna untuk

    menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang mengalami PHK pada tahun 2011

    yaitu dari 12.600 tingkat lapangan kerja meningkat menjadi 15.000 sampai September

    2015. Hal ini yang membuat Singapura merupakan negara yang cukup berkembang dalam

    tingkat ekonominya dan msyarakat pun sejahtera.

    Dari kualitas pendididkan dan jumlah pekerja di Negara Thailand, Singapura,

    Malaysia, dan Filipina maka akan berdampak pada jumlah pengangguran yang terjadi pada

    keempat negara tersebut. Di bawah ini merupakan data pengangguran dari World Bank

    yang terjadi di Negara Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina.

    Dari data di atas terlihat bahwa di Negara Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand

     jumlah penganggura dari tahun 2009 hingga tahun 2014 mengalami penurunan. Negara

    Filipina merupakan negara yang masih memiliki tingkat pengangguran paling tinggi

    dibandingkan dengan negara yang lainnya, yaitu sebesar 7,5 persen pada tahun 2009 namun

    setelah melakukan perbaikan sistem pendidikan yang mewajibkan pendidikan 12 tahun

    sekolah dari SD, SMP, dan SMA dapat membentuk kualitas pendidikan yang semakin baik,

     begitu juga kesadaran masyrakat mengenai pendidikan juga semakin meningkat hal ini

    dibuktikan dari jumlah tenaga kerja dengan tingkat pendidikan sarjana dapat mengurangi

     jumlah pengangguran sehingga pada tahun 2014 jumlah penganggura menjadi 6,8 persen.

    Jumlah pengangguran di Malaysia pada tahun 2009 mencapai 3,6 persen menurun hingga

    3,5 persen pada tahun 2014, tetapi penurunan pengangguran terbesar yaitu pada tahun 2012

    yaitu sebesar 3 persen. Pada tahun 2012 jumlah pengangguran keempat negara tersebut

    memang mengalami penurunan yang paling besar, hal ini disebabkan pada tahun 2012

    1,5 1,1 0,7 0,7 0,7

    0,8

    2,9 2,2 22

    1,9 2

    3,6 3,3 3,1 3 3,13,5

    7,5 7,8

    77 7,1

    6,8

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    Pengangguran Tahun 2009-2013 (% per Tahun)

    Thailand Singapura

    Malaysia Filipina

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    13/15

    13

    semua negara telah memiliki kondisi ekonomi yang semakin membaik setelah terjadinya

    krisis ekonomi akibat kredit macet di Amerika selain itu penurunan tingkat pengangguran

    di Malaysia ini disebabkan adanya perubahan pada sistem pendidikan sekolah dasar

    menjadi 11 tahun yang dilakukan Pemerintah Malaysia.

    Tingkat pengangguran juga mengalami penurunan di Negara Singapura yaitu pada

    tahun 2009 sebesar 2,9 persen menurun hingga 2 persen pada tahun 2014, sama dengan

    negara yang lainnya tingkat pendidikan di Singapura semakin baik. Kesadaran akan

     pentingnya pendidikan juga terbangun di Singapura, dilihat bahwa tingkat tenaga kerja

    dengan lulusan sarjana semakin meningkat. Selain itu pemerintah melakukan pertambahan

    kebijakan baru untuk meningkatkan lapangan pekerjaan bagi karyawan yang mengalami

    PHK.

    Selanjutnya dari Negara Thailand, negara ini merupakan negara yang memiliki tingkat

     pengangguran yang paling sedikit dibandingkan negara-negara Malaysia, Singapura dan

    Filipina. Pada tahun 2009 tingkat pengangguran di Negara Thailand sebesar 1,5 persen

    mengalami penurunan hingga 0,8 persen di tahun 2014, hal ini sesuai dengan usaha yang

    dilakukan oleh pemerintah dalam memperbaiki kualitas pendidikan serta memberikan

    anggaran pendidikan yang besar untuk membantu biaya pendidikan masyarakatnya.

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    14/15

    14

    3  Saran

    3.1 Pemerintah :

    a.  Memberi sosialisasi akan pentingnya pendidikan di kalangan masyarakat,

    khususnya masyarakat pedesaan.

     b.  Memberikan dana pendidikan yang lebih murah, supaya masyarakat menengah

    kebawah mampu menempuh pendidikan yang tinggi.

    c.  Pemerintah harus melakukan rekonstruksi sistem pembelajaran dimana harus

    seimbang antara potensi akademik maupun non akademik sehingga tercipta

    sumber daya manusia yang kompeten di masa mendatang.

    d.  Pemerintah menyediakan guru atau dosen yang berkualitas dalam mengajar serta

    mampu memberikan motivasi terhadap siswa atau mahasiswa yang mengalami

    masalah

    e.  Pemerintah juga harus melakukan pertukaran guru dengan negara lain dan

     pertukaran guru di pedesaan dengan guru yang ada di kota.

    3.2 

    Masyarakat:

    a.  Membuka pikiran agar dapat menerima sosialisasi dari pemerintah tentang

     pentingnya pendidikan

     b.  Melaksanakan program pemerintah mengenai kegiatan belajar baik bidang

    akademik maupun non akademik.

    3.3 Institusi Pendidikan :

    a.  Lebih pro-aktif meningkatkan kualitas pendidikan dengan membuka program study

    yang mendukung program pembangunan pemerintah.

     

  • 8/18/2019 Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia Menghadapi MEA

    15/15

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Bank, W. (2014, Februari 5). Data. Retrieved Februari 12, 2016, from http://data.worldbank.org/

    2. 

    Famasya, A. (2016, Januari 13).  Meluruskan Kesalahpahaman Masyarakat Ekonomi ASEAN .Retrieved Februari 25, 2016, from https://www.selasar.com/ekonomi/meluruskan-

    kesalahpahaman-masyarakat-ekonomi-asean

    3.  Husna, R. (2016). Singapore Unemployment Rate. www.tradingeconomics.com  , 1-2.

    4.  Invesment, I. (2013). Produk Domestik Bruto. Jakarta: Investment Indonesia.

    5. 

     Ndraha. (1997, Desember 8).  Pengertian Kualitas Sumber Daya. Retrieved Februari 04, 2016,from http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-kualitas-sumber-daya-manusia.html

    6. 

    Shodiqin, A. (2015, Desember 25).  Pengertian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Dan Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA. Retrieved Februari 14, 2016, from

    http://www.ilmuekonomi.net/2015/12/pengertian-masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-kesiapan-Indonesia-menghadapi-mea-2015.html

    7.  Sholeh. (2015). Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA . ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id  , 2-3.

    8.  Sidek, N. Z. (2013).  Labor Productivity of Services Sector in Malaysia: Analysis Using Input-output Approach . Retrieved Februari 25, 2016, fromhttp://www.sciencedirect.com/sciaence/article/pii/S2212567113002153

    9.  Sinaga, S. d. (2005, Maret 13). Teori Pasar Tenaga Kerja . Retrieved Februari 18, 2016, from

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/21531/3/Chapter20II.pdf

    10. Statistik, B. P. (2014, Februari 13).  Jumlah angkatan kerja, bekerja, pengangguran, TPAK dan

    TPT . Retrieved Februari 19, 2016, from http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973

    11. UUD. (2013, Maret 08). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA. Retrieved Februari 14,

    2016, from http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_13_03.htm

    12. vibiznews. (2014, Januari 22).  Jumlah Pengangguran di Malaysia Bertambah Capai 500 Ribu.Retrieved Februari 25, 2016, from http://vibiznews.com/2014/01/22/jumlah-pengangguran-di-malaysia-bertambah-capai-500-ribu/

    13. Waluyo, I. (2007).  Ekonomi Kontekstual.  Surakarta:

    http://www.pengertianahli.com/2013/12/pengertian-ekspor-apa-itu-ekspor.

    14. Clark, N. (2014, Desember 24). World Education News Malaysia, Thailand, Filipina. Dipetik

    Februari 12, 2016, dari wenr.wes.org: http://wenr.wes.org/2014/12/education-in-malaysia.

    15. Haryanto, A. D. (2013). Indonesia 2050. Dalam T. A. Meraxa, 2050 Workforce Quality (hal. 12-

    13). Jakarta: Baduose Media.