kesiapan indonesia dalam rangka liberalisaso
DESCRIPTION
lalalalaTRANSCRIPT
-
1
PAPER
UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH HUKUM INVESTASI DAN PASAR MODAL
Disusun sebagai tugas mata kuliah Hukum Investasi dan Pasar Modal
Dosen: Prof. Erman Rajagukguk, SH., LLM., Ph.D
Dr. Yetty Komalasari Dewi, SH., ML.I
Dibuat oleh:
LUSDA ASTRI, SH
NPM: 1306424804
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMINATAN HUKUM EKONOMI
JAKARTA
2014
-
2
KESIAPAN INDONESIA DALAM RANGKA LIBERALISASI INVESTASI
DALAM KERANGKA HUKUM COMPREHENSIVE INVESTMENT
AGREEMENT (ACIA) MENUJU MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(MEA) 2015
Oleh Lusda Astri, SH
Latar belakang
Perubahan yang cepat di lingkungan regional dan derasnya arus globalisasi jelas
memunculkan tantangan-tantangan baru yang jauh lebih berat bagi ASEAN1.
Pengalaman di masa lalu dan sekarang menunjukkan bahwa tanpa mekanisme
kelembagaan yang memadai, termasuk yang bersifat regional kemajuan tidak
mudah diraih. Mekanisme kelembagaan ini akan membantu mengumpulkan
sumber daya dengan lebih efektif, seperti biaya bersama dan distribusi perolehan
dengan lebih setara. ASEAN memerlukan konsolidasi kerjasama regional dan
peningkatan kapasitasnya untuk bertindak dalam lingkup internasional. Ini
memerlukan penyesuaian organisasi dan penerapan identitas internasional.
ASEAN perlu memajukan integrasi yang lebih besar dan memiliki personalitas
hukum. Agar memenuhi tantangan tersebut, ASEAN perlu memastikan bahwa
perjanjian-perjanjian ASEAN dilaksanakan secara efektif. Dan perancangan
Piagam ASEAN berlaku sebagai langkah penting menuju pemenuhan persyaratan
tersebut.
Penandatanganan Piagam ASEAN Desember 2008 menandai babak baru ASEAN
dari kerjasama yang bersifat persaudaraan menjadi organisasi yang berdasarkan
suatu komitmen bersama yang mengikat secara hukum. Piagam ASEAN
memberikan ASEAN dasar yang kokoh bagi kerjasama intra regional dan bagi
peran internasional yang lebih efektif. Dengan kejelasan visi, tujuan, perbaikan
1ASEAN singkatan dari Association Southeast Asia Nation, adalah kawasan integrasi regional
yang dibentuk pada tahun 1967 yang anggotanya terdiri dari Negara-negara yang terletak di
Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Laos, Kamboja,
Brunei Darussalam, Myanmar, Vietnam.
-
3
struktur organisasi, adanya mekanisme pengambilan keputusan dan mekanisme
penyelesaian konflik, serta peningkatan peran dan mandat seketariat ASEAN,
diharapkan dapat lebih menjamin implementasi kesepakatan-kesepakatan ASEAN
yang telah dicapai.
Pada tahun 2015 sepuluh ekonomi Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
(ASEAN) akan mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, untuk
menciptakan sebuah pasar tunggal berbasis produksi yang sangat kompetitif yang
mendorong pembangunan ekonomi yang adil bagi seluruh negara anggota, serta
memfasilitasi integrasi dengan masyarakat global. Untuk mencapai target ini,
ASEAN mengadopsi Cetak Biru MEA2
pada bulan November 2007 yang
menguraikan langkah-langkah yang akan dilaksanakan berdasarkan jadwal
pelaksanaan. Berlakunya Piagam ASEAN dan diadopsinya Roadmap terpadu
untuk Masyarakat ASEAN tahun 2015, telah memberikan dorongan untuk
mencapai tujuan ini.
Dalam rangka menciptakan pasar tunggal berbasis produksi diantara Negara
anggota kawasan ASEAN, para pemimpin Negara anggota ASEAN menyepakati
kerangka hukum dalam mengembangkan 4 pilar penting dalam mewujudkan
MEA 2015. Keempat pilar tersebut antara lain arus barang yang bebas, arus jasa
yang bebas, arus investasi yang bebas, dan arus modal yang lebih bebas. Keempat
pilar ini memiliki payung hukum yang telah disepakati berupa ASEAN Trade in
Goods Agreement (ATIGA) yang mengatur tentang arus barang yang bebas,
ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) yang mengatur arus jasa
yang bebas, ASEAN Comprehensive Agreement on Investment (ACIA) yang
mengatur arus investasi yang bebas, serta Chiang Mai Initiative
Multilateralisation (CMIM) yang mengatur tentang arus modal yang lebih bebas.
Arus investasi yang bebas sangat penting bagi Negara anggota ASEAN. Menurut
buku tentang informasi umum masyarakat ekonomi ASEAN yang diterbitkan
Kementerian Perdagangan 2011, arus investasi asing lansung ke ASEAN tercatat
2www.asean.org/5187- 10.pdf, diakses pada tanggal 14 Nopember 2014.
-
4
relatif tinggi. Bahkan saat terjadi krisis global 2008, investasi asing langsung ke
kawasan Asean mencapai 59,7 miliar dolar AS. Tahun 2010, total investasi
langsung yang masuk ke ASEAN tercatat 75,8 miliar dollar AS, atau naik dua kali
lipat dibandingkan dengan tahun 2009. Sebagian besar investasi langsung tersebut
berasal dari sektor jasa. Tahun 2010, sumbangan sektor jasa mencapai 65,7
persen, sementara sektor manufaktur sebesar 28,1 persen.3
Sebaliknya,
pertumbuhan arus investasi intra-ASEAN tercatat masih kecil, hanya meningkat
13,4 persen menjadi 10,7 miliar dolar AS pada 2008. Padahal pasar terbesar ada di
kawasan ASEAN, namun kerjasama intra-ASEAN belum optimal. Menyadari
pentingnya aliran dana investasi sebagai komponen pembangunan, Negara
anggota ASEAN secara individu telah berusaha melakukan berbagai reformasi
atas rezim investasinya yang kemudian dikoordinasi dalam wadah kerjasam
regional. Oleh karenanya para pemimpin Negara Anggota ASEAN berusaha
menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk meningkatkan investasi intra-
ASEAN serta meningkatkan daya saing untuk menarik investasi asing langsung
ke kawasan ASEAN melalui payung hukum ACIA.
Melalui ACIA, baik investor ASEAN dan investor asing berbasis ASEAN dapat
mengambil manfaat dari liberalisasi investasi yang lebih besar dan proteksi
investasi yang semakin membaik. Hal menarik yang patut dipertanyakan adalah
bagaimana aturan main arus investasi yang bebas dalam meningkatkan investasi
intra-ASEAN dalam menuju MEA 2015 sehingga para Negara Anggota ASEAN
khususnya Indonesia dapat mempersiapkan diri dan mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk mendorong investasi langsung asing masuk ke Indonesia tanpa
merugikan masyarakat Indonesia, merupakan kajian yang akan penulis paparkan
dalam tulisan ini.
3http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/08/15/02224425/Liberalisasi.Investasi.Tahun.2
012, diakses pada tanggal 14 Nopember 2014.
-
5
Teori Hukum Mengenai Liberalisasi Perdagangan Bebas: ASEAN
Jika kita berbicara mengenai perdagangan bebas maka terdapat beberapa pemikir
dengan ide mereka yang relevan mengenai filosofi dari perdagangan bebas, antara
lain Aristoteles, John Rawls, dan Frank J. Garcia. Aristoteles mengenalkan
Theory of Justice yang terdiri dari distributive justice dan rectificatory justice4.
Pada dasarnya distributive justice adalah peristiwa apabila hukum dan institusi
publik mempengaruhi alokasi manfaat-manfaat social5. Rectificatory justice pada
intinya adalah ukuran dari prinsip-prinsip teknis yang mengatur penerapan
hukum6. Lebih lanjut Aristoteles mengemukakan bahwa the judge tries to
equalize things by means of the penalty, taking away from the gain of the
assailant. For them gain is applied generally to such cases7. Pada intinya
rectificatory justice meliputi pemulihan keadaan terhadap keuntungan yang
diperoleh dengan cara tidak wajar8
. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh
4Aristoteles, The Nichomachean Ethics, Translates with an introduction by David Ros,
Revised by j.c. aCKRILL AND j.o Urmson, Oxford University Press, Oxford: first published,
1925, h. 109. 5Distributive justice memberi pengarahan dalam pembagian barang-barang dan penghargaan
kepada masing-masing pribadi sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat. Hal ini
mengharuskan perlakuan yang sama kepada mereka yang berkedudukan sama di hadapan
hukum. Oleh Aristoteles dikemukakan bahwa: awards should be according to merit, for
all men agree that what is just in distribution must be according to merit in some
sense,.democrat identify it with the status of freeman, supporters of oligarchy with wealth
(or with noble birth), and supporters of aristocracy with excellent.the just, then, is a species
of the proportionateLihat, Alan Ryan ed.:introduction to justice, Oxford: Oxford Univesity
Press, 2000, h. 8-15. Lihat juga Frank J Garcia, Trade and Justice: Linking the trade
lingkage debate, 1998, h.398-400. 6
Dalam pengaturan hubungan-hubungan hukum harus ada standar umum untuk
menanggulangi akibat-akibat dari tindakan-tindakan tanpa memandang siapa pun orangnya.
Hukuman harus memperbaiki kejahatan, ganti rugi harus memperbaiki penyelewengan
perdata, pengembalian harus memulihkan keuntungan yang diperoleh dengan cara tidak
wajar. Oleh Aristoteles dikemukakan bahwa: the law looks only to the distinctive
character of the injury, and treats the parties as equal, if one is in the wrong and the other is
being wronged, and if one inflicted injury and the other has received it. Aristoteles, The
Nichomacean Ethics, Ibid. h. 115. 7Lihat Aristoteles, The Nichomacean Ethics, Ibid. h. 115.
8Berdasarkan terminology Aristoteles, keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan cara
yang tidak wajar adalah keuntungan-keuntungan yang melampaui kuantitas keuntungan yang
dapat diperoleh oleh suatu pihak dalam kondisi fair sebagaimana telah dikukuhkan dalam
-
6
dengan cara tidak wajar sering dijumpai pada persaingan internasional dalam
kaitannya dengan pangsa pasar sebagai hasil liberalisasi perdagangan. Contoh
mekanisme penyelesaian sengketa perdagangan jenis ini adalah panel WTO yang
merupakan lembaga untuk penerapan antar Negara prinsip-prinsip corrective
justice terhadap situasi-situasi dalam hal perolehan keuntungan dari satu Negara
atau perusahaan-perusahaan di satu Negara dipertanyakan9.
Pemikiran Aristoteles ini dikembangkan oleh John Rawls, yang menerjemahkan
terminologi rectificatory justice. Rawls mengemukakan bahwa hukum ekonomi
internasional juga meliputi mekanisme untuk indetifikasi dan koreksi terhadap
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan cara tidak wajar, melalui
mekanisme penyelesaian sengketa berdasarkan kesepakatan multilateral. John
Rawls berpendapat bahwa justice diperlukan sebagai mekanisme untuk alokasi
keuntungan-keuntungan yang dihasilkan dari suatu kerjasama social. Pendapat ini
didukung oleh Beitz dan Garcia10
. Konsepsi umum Rawls tentang justice di
dalam A Theory of Justice biasa disebut sebagai Justice as Fairness. Konsepsi
umum ini dirinci lebih lanjut menjadi dua prinsip yakni the principle of equal
liberty11
dan the difference principle. Menurut pendapatnya penerapan kedua
prinsip tersebut akan memadai untuk perwujudan keadilan bagi semua system
alokasi social primary goods.
Namun, dalam karyanya ini Rawls membatasi lingkup laku prinsip-prinsip justice
tersebut hanya dalam lingkup masyarakat domestic12
. Hal ini dapat dipahami
kesepakatan internasional tentang alokasi keuntungan-keuntungan. Lihat Ryan, Alan ed.:
Opcit, h. 8-15. 9Ibid.
10Charles R. Beitz, Political Theory and International Relations, Princeton UNcersity
Press, 1991, h. 131. Beitz berpendapat bahwa: the requirement of justice apply to institution
and practices (whether or not they are genuinely cooperative) in which social activity
produce relative or absolute benefits or burdens that would not exist if the social activity did
not take place. 11
Rawls: Principles of equality is one of John Rawls principles of justice, stated that each
person has an equal right to the most extensive liberties compatible with similar liberties for
all. William H. Page, The Power of the Contracting Parties to Alter a Contract for
Rendering Performance to a Third Person, 12 Wis. L.Rev, H. 141. 12
John Rawls, A Theory of Justice. Harvard University Presss, 1971, h. 28.
-
7
mengingat kondisi karya yang ditulisnya pada tahun 1970-an sangat berbeda
dengan keadaan saat ini. Namun dalam karya berikutnya, The Law of The
Peoples, yang ditulis pada saat ketergantungan antarnegara tidak dihindarkan lagi,
dengan sedikit perluasan13
, Rawls tetap bertahan pada pendapatnya bahwa lingkup
laku prinsip-prinsip justice hanya terbatas pada lingkup masyarakat domestic14
.
Jadi pusat perhatian Rawls dalam kajian justice adalah pada peoples bukan
pada states15.
Dari sudut pandang hukum internasional. Pemikiran Rawls tentang The Law of
The Peoples ini dipandang memiliki dua kelemahan, yakni dari perspektif
empiris16
dan dari perspektif normatif17
. Menurut Rawls, kelemahan ini timbul
karena kondisi-kondisi bagi international peace and justice tergantung pada
keberadaan domestic justice terlebih dahulu 18 . Pendapat ini merupakan
pencerminan pendekatan Emmanuel Kant dalam Perpetual Peace, yang
pertama-tama harus mewujudkan bagaimana seharusnya interaksi diantara sesame
just state tersebut19. Dengan demikian, kajian Rawls adalah untuk merumuskan
13
Perluasan lingkup laku prinsip-prinsip justice tersebut mencapai hubungan antara
masyarakat liberal sebagai pedoman bagi foreign policynya dengan masyarakat tertentu,
tetapi tidak sampai mencapai bentuk hukum internasional sebagai hukum yang mengatur
hubungan antarnegera. Ditekankannya bahwa lingkup laku prinsip-prinsip justice berlaku
dalam hubungan antara masyarakat, yang disebutnya sebagai justice within the society of
people. 14
John Rawls, The Law of The Peoples 20 Critical Inquiry 36, 1993. Untuk memperjelas
rinciannya, Rawls membedakan lima tipe masyarakat yaitu liberal, decent hierarchical,
outlaw, burdened, dan benevolent absolutes. Pusat perhatian dan inti dari kajian Rawls adalah
untuk memperjelas landasan dimana masyarakat liberaldan masyarakat non liberal tetapi
decent peoples dapat menyetujui prinsip-prinsip hidup berdampingan dengan fair. 15
Lihat John Rawls, The Law of The Peoples, 1993. 16
Dari perspektif empiris The Law of The Peoples tidak memadai sebagai kajian substansi
doctrinal dan normative bagi hukum internasional mutakhir, sebagai perihal yang senyatanya
dapat kita jumpai. Lihat John Rawls, The Law of The Peoples, 1993, h. 45. 17
Ibid. 18
Kant menekankan bahwa hukum internasional yang sah secara moral didasarkan pad aliansi
antara bangsa-bangsa yang bebas dipersatuakan oleh komitmen moral terhadap kebebasan
individu melalui kesetiaan mereka terhadap international rule of law dan oleh manfaat-
manfaat bersama yang dihasilkan dari hubungan yang penuh kedamaian. Lihat Franc J.
Garcia, Book Review on The Law of the Peoples, Houston Journal of International Law,
vol.33, 2001, h.665. 19
Immanuel Kant, Perpetual Peace. Colombia University Press, 1939, h. 12-37.
-
8
prinsip-prinsip normative sebagai pedoman bagi kebijakan luar negeri dari
masyarakat liberal; kegiatan tersebut bukan pembentukan international justice
untuk lingkup kosmopolitan.
Selanjutnya, pemikiran tersebut diperdalam kajiannya oleh Frank J Garcia,
khususnya kajian tentang redistributive justice dalam hukum perdagangan
internasional pada buku karangannya yang berjudul Trade, Inequality, and
Justice: To World a Liberal Theory of Just Trade karena kecewa dengan
pemikiran Rawls yang gagal dalam penerapan di bidang perdagangan
internasional. Karya Garcia ini adalah buku yang pertama kali menerapkan
konsep asbstrak Theory of Justice ke dalam permasalahan konkrit di bidang
hukum perdagangan internasional.
Dalam sudut pandang normative, berdasarkan ketiga bentuk Liberal Theory of
Justice-utilitarian20
, libertarian21
, dan egalitarian22
,Just Trade harus berwujud
sebagai Free Trade yaitu bahwa hubungan-hubungan ekonomi internasional harus
bebas dari restriksi-restriksi yang diciptakan oleh pemerintah baik dalam bentuk
hambatan-hambatan tariff maupun non tariff. Pemikiran John Rawls dikritik oleh
Garcia karena gagal dalam penerapan di bidang perdagangan internasional. Garcia
memperdalam kajian redistributive justice dalam hukum perdagangan
20
Aliran utilitarian dalam mempertahankan pemikirannya mempergunakan argumen-argumen
Teleologis/Konsekuensialis dan berlandaskan Theory of The Good. Berdasarkan
pendekatan Teleologis/Konsekuensialis suatu tindakan dinilai positif atau negatif dari
akibat konsekuensi yang ditimbulkannya. Berdasarkan A Theory of the Good secara
teleologis tindakan yang benar adalah tindakan yang benar yang menimbulkan akibat postif
berupa pencapaian maksimal atas utility atau happiness. Lihat : John Rawls : A Theory
of Justice, Harvard University Press, Cambridge, 1971, hlm. 24. 21
Aliran-aliran Libertarian dan Egalitarian mempergunakan argumen-argumen
Deontologis dan bersandar pada Theory of the Right. Berdasarkan pendekatan
Deontologis yang mengacu pada formulasi Kantian tentang kewajiban moral (deon=duty)
terhadap umat manusia. Berdasarkan pendekatan ini dalam semua tindakan manusia harus
dinilai sebagai ends bukan sebagai mens. Berdasarkan A Theory of the right secara
deontologis kewajiban untuk bertindak adil timbul dari kewajiban manusia untuk
menghormati fundamental right pihak lain. Lihat : ibid, hlm. 44. 22
Berdasarkan A Theory of the Right secara deontologis kewajiban untuk bertindak adil
timbul dari kewajiban manusia untuk menghormati moral equity pihak lain. Lihat : ibid,
hlm. 95.
-
9
internasional melalui bukunya yang bejudul Trade, Inequality, and Justice:
Toward a Liberal Theory of Just Trade. Garcia mengemukakan pendapatnya
dalam buku tersebut bahwa pada hubungan antara negara maju dengan negara
berkembang di dalam hukum perdagangan internasional timbul masalah
redistributive justice. 23 Kemudian dalam artikelnya Building A Just Trade
Order for A New Millenium Garcia mengemukakan bahwa hukum ekonomi
internasionl juga meliputi mekanisme untuk identifikasi dan koreksi terhadap
keutungan yang diperoleh dengan cara tidak wajar, melalui mekanisme
penyelesaian sengketa yang berdasarkan kesepakatan multilateral. Contoh Panel
WTO dapat dikategorikan sebagai lembaga yang menerapkan prinsip corrective
justice antar negara anggota WTO terhadap situasi dimana perolehan
keuntungan oleh suatu negara atau oleh perusahaan-perusahaan di negaranya
diperoleh dengan cara tidak wajar24
.
Garcia berpendapat bahwa Just Trade harus berwujud sebagai Free Trade yaitu
bahwa hubungan-hubungan perdagangan internasional harus bebas dari
hambatan-hambatan atau batasan-batasan yang dibuat oleh pemerintah, dari
berbagai bentuk baik itu hambatan tariff maupun non-tarif25
. Garcia
menyimpulkan Theory of Justice liberal di bidang hukum perdagangan
internasional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hukum perdagangan internasional yang adil harus dirumuskan
sedemikian rupa untuk melindungi kesetaraan moral seluruh individu
yang terpengaruh olehnya, meliputi komitmen terhadap free trade
sebagai prinsip ekonomi, terutama untuk mempertahankan keadilan
sebagai prasyarat liberal.
2. Teori liberal tentang perdagangan yang adil mempersyaratkan bahwa
hukum perdagangan internasional harus beroperasi sedemikian rupa
untuk kepentingan Negara-negara yang paling tidak diuntungkan,
23
Frank J. Garcia. Trade, Inequality, and Justice: Toward a Liberal Theory of Just Trade,
Transnastional Publisher, NewYork, 2000, hlm. 979. 24
Frank J. Garcia. Building a Just Trade Order for Millenium, George Washington
International Law Review, Vol. 33, 2001, hlm. 1015-1062. 25
Frank J. Garcia. Building a Just Trade Order for Millenium, Ibid hlm. 1044.
-
10
dengan demikian menggaris bawahi pentingnya prinsip special and
differential treatment sebagai justifikasi bagi hukum perdagangan
internasional.
3. Liberal justice mempersyaratkan bahwa hukum perdagangan
internasional tidak mengorbankan hak-hak asasi manusia, dan
perlindungan yang efektif terhadap hak-hak asasi manusia dalam
rangka pencapaian keuntungan.26
Penggunaan Theory of Justice oleh Aristoteles dan disempurnakan oleh pemikiran
Garcia ini akan dijadikan sebagai landasan teoritis pada tulisan ini.
Konsep Liberalisasi Investasi ASEAN
ACIA berlaku pada tanggal 29 Maret 2012, pada dasarnya merupakan kodifikasi
dari berbagai kesepakatan investasi yang sudah ada di ASEAN. Kesepakatan
investasi tersebut adalah ASEAN Agreement for the Promotion and Protection of
Investments tahun 1987 atau ASEAN Investment Guarantee (IGA), The
Framework on the ASEAN Investment Area (AIA)27
beserta protocol terkaitnya,
yang ditandatangani pada 7 Oktober 1998 yang mulai berlaku pada 7 April 1999.
Perjanjian-perjanjian tersebut merupakan inisiatif investasi yang bertujuan
mewujudkan ASEAN sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif,
terbuka dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus investasi asing
baik dari luar maupun dalam kawasan secara berkesinambungan. Perjanjian ini
mengikat Negara anggota untuk secara progresif mengurangi atau menghapus
peraturan, kebijakan dan kondisi yang dapat menghambat arus investasi masuk
dan memastikan pelaksanaan proyek penanaman modal asing di ASEAN dicapai
dalam kurun waktu yang telah disepakati. Dengan demikian kawasan ASEAN
menjadi tujuan investasi yang menarik sekaligus mencegah terjadinya perang
insentif antarnegara anggota. Dalam perjanjian ini, cakupan investasi adalah
26
Frank J. Garcia. Building a Just Trade Order for Millenium, Ibid hlm. 1062 dan Agus
Brotosusilo, Disertasi: Globalisasi Ekonomi dan Perdagangan Internasional: Studi tentang
Kesiapan Hukum Indonesia Melindungi Produksi dalam Negeri Melalui Undang Undang Anti
Dumping dan Safeguard, Jakarta, 2006. hlm. 9. 27
AIA disepakati pada pertemuan ASEAN Summit kelima di Bangkok pada tanggal 15
Desember 1995.
-
11
semua investasi langsung di luar investasi portofolio. Untuk mencapai tujuan
tersebut, AIA menjabarkan langkah-langkah sebagai berikut28
:
a. Mengkoordinasikan implementasi kerjasama investasi ASEAN dan
program-program fasilitasi
b. Mengimplementasikan program promosi terpadu dan kegiatan-kegiatan
kepedulian investasi (investment awareness).
c. Membuka semua industry (manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan,
pertambangan dan quarriying serta jasa yang terkait dengan kelima sektor
tersebut) untuk investasi, dengan beberapa pengecualian yang dinyatakan
dalam Temporary Exclusion List (TEL) dan Sensitive List (SL) untuk
investor ASEAN pada 2010 dan semua investor pada 2020. TEL harus
secara bertahap dihapuskan dalam jangka waktu yang disepakati,
sedangkan SL meskipun tidak mempunyai jangka waktu penghapusan,
harus di-review secara berkala.
d. Menjamin national treatment (perlakuan nasional) atau perlakuan yang
sana antara investor asing dengan investor lokal.
e. Mengikutsertakan sektor swasta secara aktif dalam proses pengembangan
AIA.
Seluruh perjanjian-perjanjian tersebut diatas ditinjau kembali dan dijadikan satu
perjanjian investasi yang komprehensifmeliputi kerjasama fasilitasi, promosi,
liberalisasi dan perlindungan investasi, menjadi ASEAN Comprehensive
Investment Agreement (ACIA).Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Mengingat keputusan pada pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN
(AEM) ke-39 di Filipina tanggal 23 Agustus 2007 yang telah merevisi
Persetujuan Kerangka Kerja tentang Kawasan Penanaman Modal ASEAN
(AIA) menjadi suatu perjanjian investasi yang menyeluruh yang
berwawasan ke depan dengan bentuk-bentuk dan ketentuan-ketentuan
yang telah diperbaiki sebanding dengan kebiasaan-kebiasaan internasional
terbaik dalam rangka meningkatkan penanaman modal intra-ASEAN serta
untuk meningkatkan daya saing Negara-negara ASEAN dalam menarik
28
Dapat dilihat dalam Pasal 3, Pasal 7 ayat (2),(3),(4) AIA.
-
12
aliran masuk penanaman modal ke dalam ASEAN.
2. Menyadari adanya perbedaan tingkatan pembangunan di dalam Negara-
negara ASEAN, terutama di Negara-negara Anggota terbelakang yang
membutuhkan flesibilitas, termasuk perlakuan khusus dan membedakan,
untuk mencapai masa depan ASEAN yang lebih terpadu dan saling
tergantung.
3. Menegaskan kembali perlunya langkah ke depan dari perjanjian-perjanjian
tersebut dalam rangka meningkatkan lebih lanjut integrasi regional untuk
mewujudkan visi MEA.
4. Meyakini bahwa aliran masuk penanaman modal baru dan penanaman
modal kembali yang berkelanjutan akan meningkatkan dan memastikan
pembangunan perekonomian yang dinamis di Negara-negara ASEAN.
5. Mengakui bahwa lingkungan penanaman modal yang kondusif akan
meningkatkan arus modal, barang dan jasa, teknologi dan sumber daya
manusia secara lebih bebas, serta pembangunan ekonomi dan social secara
keseluruhan di ASEAN dan adanya tekad untuk meningkatkan lebih lanjut
kerjasama ekonomi antara dan antar Negara-negara anggota ASEAN.
Kerangka Hukum Comprehensive Investment Agreement (ACIA)
ACIA terdiri dari 49 Pasal, 2 lampiran dan satu jadwal (Reservation List of
Member States). ACIA antara lain berisi persyaratan investasi komprehensif yang
berpatokan pada 4 (empat) pilar yakni liberalisasi, perlindungan, fasilitasi dan
promosi; tenggat waktu yang jelas untuk liberalisasi investasi; serta keuntungan
bagi investor asing yang berbasis di ASEAN. Persyaratan investasi yang lebih
liberal, fasilitatif dan transparan dalam perjanjian itu diharapkan dapat
meningkatkan perlindungan investasi, memperbaiki kepercayaan investor untuk
menanamkan modal di kawasan ASEAN serta mendorong peningkatan investasi
antar negara ASEAN, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ACIA tentang
Maksud dan Tujuan ACIA sebagai berikut:
Progressive liberalization of the investment regimes of Member States;
Provision of enhanced protection to investors of all Member States and
-
13
their investments;
Improvement in transparency and predictability of investment rules,
regulations and procedures conducive to increased investment among
Member States;
Joint promotionof the region as an integrated investment area; and
Cooperation to create favorable conditions for investment by investors of
a member states in the territory of the other Member States.
Dalam mewujudkannya wajib mempedomani prinsip-prinsipnya29
. Berikut tabel
kerangka hukum ACIA.
Section A
Article 1
Article 2
Article 3
Article 4
Article 5
Article 6
Article 7
Article 8
Article 9
Article 10
Article 11
Article 12
Article 13
Article 14
Article 15
Article 16
Objective
Guiding Principles
Scope of Application
Definitions
National Treatment
Most-Favoured-Nation Treatment
Prohibition of Performance Requirements
Senior Management and Board of Directors
Reservations
Modification of Commitments
Treatment of Investment
Compensation in Cases of Strife
Transfers
Expropriation and Compensation
Subrogation
Measures to safeguard the Balance-of-Payments
29
Sebagaimaan Pasal 2 ACIA tentang Prinsip-prinsip pedoman sebagai berikut:
a. Forward looking, reaffirming, improving and building upon the existing AIA and
ASEAN IGA;
b. Disallow back-tracking of commitments except with compensation;
c. Balanced in its focus: incorporationg liberalization, promotion, facilitation and
protection;
d. Progressive liberalization to achieve free and open investment environment, in line
with AEC;
e. Benefit ASEAN-owned investors and companies and foreign-owned ASEAN based
investors;
f. Consider granting special and differential (S&D) treatment for the newer ASEAN
Member States;
g. Flexible treatment taking into account individual countries sensitivities;
h. Reciprocal treatment in the enjoyment of concessions as in AIA;
i. Preservation of ASEAN preferential treatment; and
j. Allow expansion to cover other sectors in the future;
-
14
Section B:
Investment
Dispute
Between an
Investor
and a
Member
State
Article 17
Article 18
Article 19
Article 20
Article 21
Article 22
Article 23
Article 24
Article 25
Article 26
Article 27
Article 28
Article 29
Article 30
Article 31
Article 32
Article 33
Article 34
Article 35
Article 36
Article 37
Article 38
Article 39
Article 40
Article 41
Article 42
Article 43
Article 44
Article 45
Article 46
Article 47
Article 48
Article 49
General Exceptions
Security Exceptions
Denial of Benefits
Special Formalities and Disclosure of Information
Transparency
Entry, Temporary Stay and Work of Investors and
Key Personnel
Sepcial and Differential Treatment for the New
ASEAN Member States
Promotion of Investment
Facilitation of Investment
Enhancing ASEAN Integration
Disputes Between or Among Member States
Definitions
Scope of Coverage
Conciliation
Consultations
Claim by an Investor of a Member states
Submission of a Claim
Condition and Limitation on Submission of a Claim
Selection of Arbitrators
Conduct of the Arbitration
Consolidation
Expert Reports
Transparency of Arbitral Proceedings
Governing Law
Awards
Institutional Arrangements
Consultations by Member States
Relation to Other Agreements
Annexes, Schedule and Future Instruments
Amendments
Transitional Arrangements Relating to the ASEAN
IGA and the AIA Agreement
Entry into Force
Depositary
Annex 1
Annex 2
Approval in Writing
Expropriation and Compensation
Perlindungan Hukum Investasi dibawah ACIA
ACIA memuat sejumlah perlindungan hukum bagi hak-hak investasi yang layak.
Sebagian besar perlindungan hukum investasi ini mewajibkan negara tuan rumah
investasi tersebut untuk memberikan kompensasi ketika Negara tuan rumah
-
15
investasi itu gagal menegakkan kewajibannya kepada lingkungan investasi yang
bebas dan kompetitif. Sejumlah hak-hak investasi tersebut diantaranya:
1. Perlakuan yang adil dan merata, pemerintah negara tuan rumah pun
harus mematuhi hukum dan peraturan yang saat berolahraga kekuatannya,
dan tidak diizinkan untuk membuat keputusan yang sewenang-wenang.
Dalam hal tindakan hukum yang diambil terhadap setiap investor, investor
akan diberikan hak untuk membela diri, dengan akses ke perwakilan
hukum dan kesempatan untuk mengajukan banding setiap hasil yang
merugikan atau keputusan.
2. Perlindungan dan keamanan penuh, Pemerintah tuan rumah wajib
memberikan perlindungan dan keamanan untuk semua investasi dalam hal
bahaya fisik (misalnya saat kerusuhan atau demonstrasi). Dalam hal
kerugian yang diderita sebagai akibat dari konflik bersenjata, perselisihan
atau peristiwa serupa, negara tuan rumah harus mengkompensasi investor
terpengaruh secara non-diskriminatif.
3. Tidak ada pengambilalihan melanggar hukum, Setiap negara ASEAN
yang menyita investasi ACIA dilindungi, langsung atau tidak langsung,
wajib memberikan kompensasi yang memadai dan efektif untuk para
investor yang terkena dampak secara cepat dalam karena sesuai dengan
hukum. Kompensasi harus sepenuhnya realisasi dan dipindahtangankan
antara negara-negara anggota ASEAN dan setara dengan nilai pasar wajar
pada saat pengambilalihan itu diumumkan atau terjadi. Pengambilalihan
hanya diperbolehkan bila dilakukan untuk kepentingan umum dan jika
dilakukan dengan cara yang tidak diskriminatif. Pengecualian untuk ini
termasuk ketika pengambilalihan diperbolehkan untuk memperoleh tanah
yang dibebani investasi, kompensasi yang diberikan dibayarkan kepada
investor sesuai dengan hukum nasional, dan ketika negara tuan rumah
dapat mengenakan lisensi wajib untuk properti intelektual sesuai dengan
hukum nasionalnya.
4. Bebas transfer dana, Setiap investor dapat dengan bebas dan tanpa
transfer terkait investasi delay perilaku dalam dan keluar dari wilayah
negara ASEAN yang telah diinvestasikan. Transfer ini dapat dilakukan
-
16
dalam mata uang yang dapat digunakan secara bebas dan pada pasar nilai
tukar pada saat transfer. Dalam keadaan luar biasa hak ini mungkin
terbatas melalui aplikasi yang baik-iman hukum dan prosedur negara tuan
rumah, misalnya berkaitan dengan kebangkrutan, kepailitan, perdagangan
surat berharga dan berjangka, perpajakan, dan pesangon bagi karyawan.
Dalam keadaan yang terbatas, transaksi modal juga dapat dibatasi secara
umum jika diminta oleh Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai
ukuran untuk menjaga neraca pembayaran, atau ketika pergerakan modal
mengancam menyebabkan gangguan ekonomi atau keuangan yang serius
di Negara tuan rumah investasi.
5. Melindungi untuk memulihkan hak asuransi, Jika perusahaan asuransi
telah menutupi kewajiban hukum dari negara tuan rumah kepada investor,
perusahaan asuransi memiliki subrogasi hak atas kompensasi dari negara
tuan rumah.
Hadirnya payung hukum dibidang investasi ASEAN yakni ACIA memberikan
keuntungan bagi lingkungan investasi dan sektor bisnis. ACIA memberikan
jaminan perlindungan investasi sehingga para investor yakin untuk berinvestasi di
kawasan ASEAN. Sepanjang bisnis yang bersangkutan, investor mendapatkan
keuntungan dengan adanya kewajiban perlakuan non-diskrimasi, perlindungan
dan keamanan penuh, dan kerjasama dari pemerintah mengenai fasilitas investasi
bagi para investor dari Negara anggota ASEAN. Namun demikian, untuk
merealisasikan keuntungan tersebut, ketentuan-ketentuan di ACIA harus dipahami
dan diimplementasikan khususnya oleh institusi pemerintah selaku regulator dan
sektor bisnis di Negara Anggota ASEAN. Implementasi ACIA yang efektif sangat
tergantung dari kemauan dan komitmen dari Negara Anggota ASEAN untuk
melakukan reformasi struktural dan peraturan sesuai dengan ketentuan ACIA.
Selain itu, reformasi peraturan yang mendukung penyederhanaan prosedur,
perizinan dan persyaratan peraturan lainnya akan menghasilkan lingkungan
investasi yang menguntungkan.
-
17
Bagaimana Investor mendapatkan keuntungan dari ACIA?
Tujuan keseluruhan dari Perjanjian Investasi Komprehensif ASEAN adalah untuk
mendirikan sebuah rezim investasi bebas, terbuka, transparan dan terintegrasi bagi
investor domestik dan internasional di seluruh kawasan ASEAN, dan manfaat
ACIA termasuk liberalisasi investasi, non-diskriminasi, transparansi,
perlindungan investor, dan investor-Negara Penyelesaian Sengketa.
Liberalisasi Investasi
Perjanjian ACIA dalam menghadapi liberalisasi investasi lintas batas di
lima sektor: manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan
dan penggalian, dan layanan yang terkait dengan masing-masing. Setiap
negara anggota ASEAN menyerahkan daftar pemesanan untuk sektor-
sektor ini, dan apa pun tidak ada dalam daftar tunduk pada kebijakan
nasional, liberalisasi dan terbuka untuk investor ASEAN. Setiap negara
anggota kemudian bertanggung jawab untuk mengurangi atau
menghilangkan daftar reservasi mereka sesuai dengan tiga tahapan Jadwal
Strategis Cetak Biru AEC. Negara-negara ASEAN juga berkomitmen
untuk meningkatkan kerjasama di bidang termasuk:
konvergensi kebijakan Investasi
Prosedur untuk aplikasi investasi dan persetujuan
Pertukaran informasi investasi terkait, aturan, peraturan, kebijakan
dan prosedur
Koordinasi Peningkatan antar kementerian dan lembaga pemerintah
Tingkat Tinggi konsultasi dengan para pemangku kepentingan sektor
swasta untuk memfasilitasi investasi
Untuk membantu mempromosikan kawasan ASEAN sebagai kawasan
investasi terpadu yang memiliki kondisi yang menguntungkan untuk
investasi domestik dan internasional, semua negara anggota setuju
melalui ACIA dalam:
Menciptakan lingkungan yang diperlukan untuk mempromosikan
segala bentuk investasi dan daerah pertumbuhan baru di ASEAN
-
18
Mempromosikan intra-ASEAN investasi, khususnya investasi dari
ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand) ke negara-negara ASEAN yang kurang maju
Memelihara pertumbuhan dan perkembangan Usaha Kecil dan
Menengah
Mempromosikan inisiatif investasi bersama berfokus pada kelompok
regional dan jaringan produksi
Non-Diskriminasi
Kesetaraan dalam pengobatan bagi investor ASEAN dan investasi mereka
fungsi penting lain dari ACIA. Perlakuan Nasional dan paling- Favoured
Nation Treatment-prinsip Perjanjian ini mewajibkan negara-negara
anggota ASEAN untuk tidak membeda-bedakan dan mengobati investor
ASEAN kurang menguntungkan dibandingkan pesaing baik lokal maupun
asing. Di bawah Perlakuan Nasional, negara ASEAN setuju untuk
mengobati investor dari negara ASEAN tidak kurang menguntungkan dari
itu akan memperlakukan investor dalam penerimaan, pembentukan,
akuisisi, ekspansi, manajemen, perilaku, operasi dan penjualan atau
pelepasan lainnya dari investasi di wilayahnya. Di bawah Kebanyakan-
Favoured- Nation Treatment, semua investor ASEAN harus diperlakukan
sama dan ini termasuk investor dari negara-negara non-ASEAN. Selain
itu, negara-negara anggota tidak bisa memaksakan persyaratan
kewarganegaraan tertentu pada manajemen senior kecuali ada pemesanan
resmi yang dipublikasikan, dan jika negara anggota memerlukan dewan
direksi di sebuah perusahaan asing untuk menjadi sebuah bangsa tertentu
atau menjadi warga, tidak dapat mengganggu kemampuan investor untuk
mengendalikan investasi. ACIA juga menjamin tidak ada persyaratan
kinerja dan tidak bisa memaksakan kondisi seperti isi minimum lokal,
persyaratan ekspor, atau persyaratan perdagangan balancing.
-
19
Transparansi
Lain prinsip membimbing ACIA adalah untuk meningkatkan transparansi
dan prediktabilitas aturan investasi, peraturan dan prosedur yang kondusif
bagi peningkatan investasi. Ini termasuk:
kebijakan investasi Harmonised yang mengarah pada konvergensi
kebijakan investasi
prosedur Efisien dan disederhanakan untuk aplikasi investasi dan
persetujuan
Penyebaran informasi tentang aturan, peraturan, kebijakan dan
prosedur mempengaruhi investor dan investasi mereka dalam
ASEAN
Untuk menunjukkan bahwa ACIA adalah aturan berbasis dan
mempromosikan aturan investasi diprediksi, transparansi tercermin dalam
berbagai ketentuan dan beberapa persyaratan antara lain:
Memberitahukan negara anggota ASEAN lainnya ketika
memaksakan transfer dana pembatasan
Memberitahukan Dewan ACIA ketika memperkenalkan undang-
undang baru atau setiap perubahan undang-undang yang ada,
peraturan atau pedoman administrasi yang secara signifikan dapat
mempengaruhi investasi atau komitmen dari negara anggota ASEAN
Membuat publik tersedia semua hukum, peraturan dan pedoman
administrasi aplikasi umum yang berhubungan dengan atau
mempengaruhi investasi
Perlindungan Investor
ACIA juga memberikan perlindungan ditingkatkan untuk investor dan
investasi mereka termasuk perlakuan yang adil dan merata, perlindungan
penuh dan keamanan, tidak ada pengambilalihan melanggar hukum,
kompensasi dalam kasus perselisihan, dan bebas transfer dana. Negara-
negara anggota ASEAN telah sepakat untuk memberikan semua investasi
tercakup dalam perlakuan yang adil dan merata ACIA, tidak menyangkal
keadilan dalam proses hukum atau administratif sesuai dengan prinsip-
-
20
prinsip due process, dan bahwa negara tuan rumah tidak akan membuat
keputusan yang sewenang-wenang dan ikuti nya aturan dan peraturan.
Untuk setiap tindakan hukum, investor ASEAN memiliki hak untuk
perwakilan hukum dan hak untuk mengajukan banding. Negara-negara
anggota ASEAN juga akan mengambil langkah-langkah yang cukup
diperlukan untuk perlindungan dan keamanan investasi setiap saat
termasuk dalam setiap kerusuhan atau pemberontakan. Untuk kerugian
investasi tertutup akibat konflik bersenjata, konflik sipil, atau keadaan
darurat, kompensasi non-diskriminatif atau restitusi diperlukan oleh
ACIA. Perjanjian ini juga melindungi investor terhadap pengambilalihan
tidak sah, dan jika negara anggota tidak mengambil alih investasi,
kompensasi yang layak diperlukan. Hak asuransi 'untuk memulihkan juga
dilindungi, dan negara-negara anggota harus memberikan masukan,
sementara tinggal dan izin kerja bagi investor, eksekutif, manajer dan
anggota dewan direksi dari investor ASEAN; Namun, kewenangan
tersebut tunduk pada semua imigrasi dan tenaga kerja hukum dan
kebijakan yang relevan.
Didalam kesepakatan ACIA, setiap negara anggota harus mengizinkan
semua transfer yang berkaitan dengan investasi tertutup harus dibuat
secara bebas dan tanpa penundaan masuk dan keluar dari wilayahnya
dalam mata uang yang dapat digunakan secara bebas di pasar nilai tukar
yang berlaku pada saat transfer. Transfer dapat meliputi kontribusi modal
termasuk kontribusi awal .
Tujuan keseluruhan dari Perjanjian Investasi Komprehensif ASEAN
adalah untuk mendirikan sebuah rezim investasi bebas, terbuka, transparan
dan terintegrasi bagi investor domestik dan internasional di seluruh
kawasan ASEAN, dan manfaat ACIA termasuk liberalisasi investasi, non-
diskriminasi, transparansi, perlindungan investor, dan investor-Negara
Penyelesaian Sengketa.
-
21
Potensi Ekonomi dan Iklim Investasi ASEAN
Total GDP (Gross Domestic Product) ASEAN mencapai sekitar US$ 2.327
milyar (ASEAN Secretariat, 2012) dengan pasar sebesar 600 juta - memiliki daya
tarik yang tinggi. Saat ini, sebagian besar (lebih dari 99%) perdagangan barang
intra-ASEAN menikmati tarif 0% (zero tariff). ASEAN mampu bertahan di
tengah krisis di belahan dunia lainnya. ASEAN telah memiliki 5 (lima) Free
Trade Agreement (FTA), yaitu dengan RRT (ACFTA), Jepang (AJCEPA), Korea
Selatan (AKFTA), India (AIFTA, serta Australia-Selandia Baru (AANZFTA).
Dimulainya negosiasi ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP) pada awal 2013 meletakkan ASEAN sebagai driving force
dalam pengembangan arsitektur ekonomi yang melibatkan kawasan lainnya. Hasil
survey Japan ASEAN Integration Fund (JAIF) pada 2012 mencatat 73% para
pelaku bisnis di ASEAN yang menjadi responden perpandangan bahwa integrasi
ASEAN akan memberikan manfaat peningkatan ekonomi, dan 64 % kalangan
publik meyakini bahwa integrasi ASEAN akan meningkatkan kondisi ekonomi
secara keseluruhan.
Menyadari pentingnya aliran dana investasi sebagai komponen pembanguna,
Negara anggota ASEAN secara individu telah berusaha melakukan berbagai
reformasi atas rezim investasinya. Langkah tersebut kemudian dikoordinasi dalam
wadah kerja sama kawasan regional . ASEAN530
telah mengakui perjanjian Trade
Related Investment measures (TRIMS) dalam rangka mengurangi hambatan dalam
bentuk pengaturan yang membatasi investasi asing, terutama trade-related
performances requirements. Instrumen kebijakan investasi yang membatasi arus
investasi asing langsung dalam bentuk trade-related performances requirements
antara lain31
:
a. Pembatasan arus masuk dan pendirian perusahaan penanaman modal
30
ASEAN5 terdiri dari Negara-negara anggota ASEAN yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand, Philipina . 31
R. Winantyo, Rahmat Dwi Saputra, sri Fitriani, Rita Morena, Aswin Kosotali, Gunawa
Saichu, Usmanti Rohmadyati, Sholihah, Aditya Rachmanto, dan Dadan Gand, Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: memperkuat sinergi ASEAN ditengah Kompetisi Global, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta, 200, hal. 190-195.
-
22
asing.
b. Pembatasan tingkat kepemilikan asing.
c. Perlakuan yang berbeda terhadap investor asing.
d. Pembatasan operasional perusahaan asing seperti keharusan untuk
memakai produk atau bahan baku lokal dan pembatasan ekspor.
e. Kebijakan dan peraturan tentang kompetisi yang kurang memadai.
f. Perlindungan terhadap intellectual property rights.
Sejauh ini baru Singapura yang tidak menerapkan persyaratan tersebut terhadap
investasi asing, sementara di Negara anggota ASEAN lainnya masih menerapkan
pengaturan dan pembatasan terhadap investasi asing yang cukup banyak dan
beragam. Kondisi ini dapat terjadi karena meskipun kerjasama investasi dalam
AIA mengikat secara hukum, tetapi detail penerapan pelaksanaan liberalisasi
investasi diserahkan kepada masing-masing Negara tanpa jadwal pelaksanaan
yang disepakati. Indonesia, Thailand, Malaysia dan Filipina menerapkan
persyaratan kandungan lokal dan persyaratan orientasi ekspor. Ketentuan alih
teknologi juga diberlakukan di Indonesia dan Thailand.
Untuk investasi asing intra-ASEAN, baik pemberi dan penerima didominasi oleh
4 (empat) Negara yaitu Thailand, singapura, Indonesia dan Malaysia. Keempat
Negara tersebut menerima 91 persen aliran masuk investasi asing intra-ASEAN.
Namun disisi lain keempat Negara tersebut merupakan sumber dari 96 persen
aliran investasi asing intra-ASEAN32
. Dari data perkembangan investasi ASEAN
yang diakses pada website resmi ASEAN, perkembangan dan karakteristik aliran
investasi asing masuk ke ASEAN menunjukkan peningkatan, kesenjangan
antarnegara anggota dalam memperoleh aliran dana tersebut masih lebar.
Peningkatan tersebut juga belum diikuti oleh aliran investasi asing intra-ASEAN.
Tingginya aliran investasi asing ke ASEAN disinyalir terkait dengan kegiatan
Transnational Cooperation (TNC) di sektor manufaktur, jasa keuangan, dan
perdagangan untuk memenuhi kebutuhan pasar global. Sementara masih
terpusatnya aliran masuk investasi asing intra-ASEAN pada empat Negara,
32
www.asean.org, diakses tanggal 14 Nopember 2014.
-
23
sejalan dengan intra-industry trade pada produk elektronik serta teknologi
informasi dan telekomunikasi.
Meskipun ketentuan investasi di ASEAN sudah cukup liberal terutama di
ASEAN5, penerimaan investasi asing masuk dari masing-masing Negara
ASEAN5 dalam periode yang sama didominasi oleh Negara yang memiliki
kondisi pendukung investasi terbaik seperti kepastian hukum, system perpajakan,
infrastruktur, prosedur pabean atau biasanya dikenal dengan iklim investasi.
Adapun tiga indicator yang biasanya digunakan yaitu Indeks kondisi pendukung
investasi, indeks potensial investasi asing dan ranking daya saing global
memberikan gambaran iklim investasi tersebut. Untuk Indonesia, seluruh kondisi
pendukung investasi asing yang dinilai masih di bawah China. Faktor pendukung
yang sudah cukup baik adalah tenaga kerja dalam hal komunikasi dan
pengelolaan, sementara tiga faktor kelemahan ASEAN ditambah infrastruktur
mempunyai nilai yang paling rendah disbanding China. Risiko nilai tukar di
Indoesia bahkan yang paling tinggi dibanding Negara ASEAN5 lainnya. Indeks
kedua dari informasi website resmi ASEAN menunjukkan Singapura, Malaysia,
Brunei dan Filipina sebagai Negara yang mempunyai indeks potensial investasi
asing33
dalam arti peluang untuk menarik investasi yang paling tinggi di kawasan
ASEAN.
Oleh karena itu, jelas diperlukan kebijakan di banyak Negara anggota ASEAN
untuk meningkatkan iklim investasinya. Bagi Indonesia, tugas tersebut bukanlah
suatu hal yang mudah mengingat masalah utama terletak pada kebutuhan
infrastruktur. Untuk itu diperlukan skim pembiayaan yang memadai disamping
33
Indeks potensi investasi asing dikeluarkan oleh UNCTAD dalam World Investment Reports.
Indeks ini menggambarkan daya tarik perekonomian suatu Negara bagi investor asing dengan
mengukur rata-rata 12 variabel yang terdiri dari: rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 10
tahun terakhir, rasio ekspor terhadap PDB, rasio sambungan telepon per 1000 penduduk dan
mobile telephones per 1000 penduduk, penggunaan BBM per penduduk, porsi anggaran
pendidikan dalam APBN, pangsa mahasiswa dalam populasi, country risk, pangsa pasar
ekspor bahan tambang di pasar dunia, dan pangsa stok aliran modal masuk investasi asing
langsung terhadap total stok aliran modal masuk investasi asing langsung dunia.
-
24
pemanfaatan inisiatif terkait34
. Perbedaan kondisi masing-masing Negara dapat
memberikan peluang bagi ASEAN untuk saling mengisi sehingga kawasan dapat
meningkatkan daya saing investasi, terutama bagi Negara yang mempunyai
potensi tinggi.
Kesiapan Indonesia dalam Liberalisasi Investasi MEA 2015
Pada 2012, seluruh anggota ASEAN telah meratifikasi ASEAN Comprehensive
Investment Agreement (ACIA), yang membawa dampak positif bagi iklim
investasi dan usaha di seluruh ASEAN dengan semakin meningkatnya
transparansi, kepastian-hukum, serta fasilitasi. Sejak 2007 hingga 2010, investasi
(FDI) yang masuk ke ASEAN dari luar kawasan meningkat sebesar 75%35
.
Berlakunya ACIA harus dijadikan momentum untuk mengakselerasi masuknya
FDI, yang secara langsung menumbuhkan sektor produksi dan industri nasional.
UKM sebagai tulang-punggung perekonomian nasional dan regional (ASEAN)
berkontribusi secara signifikan bagi PDB nasional dan menyerap sebanyak 97,2%
dari seluruh tenaga kerja di Indonesia. Dengan jumlah UKM lebih dari 55,2 juta
atau terbesar di ASEAN, Indonesia harus menjadi penggerak utama
pengembangan UKM di ASEAN agar akses UKM terhadap permodalan,
teknologi dan pasar semakin meningkat. Komitmen-komitmen Negara Mitra
Wicara ASEAN dan lembaga keuangan dunia untuk merealisasikan berbagai
proyek peningkatan konektivitas di kawasan telah menjadi katalis pertumbuhan
sektor-sektor lainnya. Konektivitas yang handal akan membuka peluang-peluang
usaha baru dan kegiatan ekonomi lainnya.
Liberalisasi arus modal di ASEAN didasari dengan keyakinan bahwa dengan
lebih bebasnya aliran modal akan mendorong arus investasi dan perdagangan
34
Dari elemen MEA yang lain yaitu meningkatkan daya saing kawasan, terdapat beberapa
inisiatif yang dapat membantu iklim investasi, antara lain penyediaan infrastruktur kawasan,
kerjasama dibidang energy, pengembangan UKM. Selain itu, juga terdapat inisiatif untuk
pembiayan infrastruktur tersebut melalui ASEAN infrastructure Financing Mechanism. 35
www.bkpm.go.id, diakses pada tanggal 14 Nopember 2014.
-
25
internasional, penempatan modal yang lebih tepat dan efisien, dan perkembangan
pasar keuangan. Namun demikian, terdapat beberapa potensi risiko atas
liberalisasi arus modal seperti terkonsentrasinya modal pada suatu negara/wilayah
tertentu yang mempunyai nilai kompetensi lebih tinggi, terjadinya pembalikan
arus modal, dan penarikan modal jangka pendek yang dapat terjadi setiap saat.
Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi potensial. Beberapa faktor
mendasar yang dimiliki Indonesia menjadikannya sebagai negara tujuan investasi
yang lebih unggul dibandingkan dengan Negara Anggota ASEAN lainnya, antara
lain karena: (i) Jumlah Usaha Kecil dan Menengah yang besar (42 juta) sebagai
tulang punggung ekonomi domestik; (ii) Tanah yang kaya dan subur, jumlah
penduduk yang sangat besar (230 juta) sebagai pasar potensial dan tenaga kerja
yang kompetitif, lokasi wilayah yang strategis (berada diantara beberapa jalur
transportasi laut internasional yang vital), ekonomi pasar terbuka, dan sistem mata
uang bebas36
. Contoh bidang usaha yang memiliki daya tarik bagi investor antara
lain Kakao, Kelapa sawit, Energi dan mineral dan Perikanan. Alasan kedua yang
membuat Indonesia menjadi tujuan utama investor adalah dengan ditetapkannya
UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal yang menjamin diterapkannya: (i)
perlakuan yang sama, (ii) tanpa persyaratan modal minimum, (iii) bebas
pengembalian keuntungan, (iv) jaminan hukum, (v) penyelesaian sengketa dan
(vi) pelayanan investasi.
Disamping kedua alasan tersebut di atas, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1994 juga merupakan suatu jaminan kepastian dalam berusaha. Berikut ini adalah
hal-hal yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah tersebut: yakni
penanamanmodalasingdapatdilakukandalambentuk:
a. Usaha patungan antara modal asing dengan modal dalam negeri atau
badan hukum Indonesia, dengan ketentuan peserta Indonesia harus
memiliki paling sedikit 5 % dari jumlah modal disetor sejak pendirian
perusahaan PMA;
36
http://www.bkpm.go.id/index.php/main/content/114, diakses pada tanggal 14 Nopember
2014.
-
26
b. Atau investasi langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga
negara dan atau badan hukum asing, dengan ketentuan dalam waktu paling
lama 15 tahun sejak produksi komersil, sebagian saham asing harus dijual
kepada Warga Negara dan atau badan hukum Indonesia melalui pemilikan
langsung berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak dan atau melalui
pasar modal. Dengan demikian persyaratan pemilikan saham lokal
mayoritas yang berlaku sebelum deregulasi telah dihapus.
1. Ketentuan investasi minimum bagi PMA ditiadakan. Jumlah
investasi yang ditanamkan dalam rangka PMA diterapkan
berdasarkan kelayakan ekonomi kegiatan usahanya.
2. PMA yang sudah berproduksi komersil dapat mendirikan perusahaan
baru dan atau membeli saham perusahaan yang didirikan
berdasarkan PMDN dan atau bukan PMDN melalui pemilikan
langsung, sepanjang bidang usaha dari perusahaan yang sahamnya
dibeli tersebut dinyatakan terbuka bagi PMA.
3. Kegiatan usaha PMA dapat berlokasi di seluruh wilayah Indonesia,
namun bagi daerah yang telah memiliki Kawasan Berikat (Kawasan
Industri), lokasi kegiatan PMA tersebut diutamakan didalam
kawasan tersebut).
4. Izin usaha PMA berlaku untuk jangka 30 tahun dihitung sejak
produksi komersil, dan dapat diperpanjang apabila perusahaan yang
dimaksud masih tetap menjalankan usahanya yang bermanfaat bagi
perekonomian dan pembangunan nasional.
Liberalisasi arus modal di ASEAN diatur berdasarkan pada beberapa prinsip
utama yaitu (i) proses liberalisasi tersebut harus sejalan dengan agenda nasional
dan kesiapan di masing-masing Negara ASEAN, (ii) memperbolehkan adanya
kebijakan pengamanan (safeguard measure) apabila terjadi ketidakstabilan kondisi
ekonomi makro dan risiko sistemik karena proses liberalisasi, dan (iii) liberalisasi
harus memberikan keuntungan kepada semua Negara Anggota. Berdasarkan
prinsip- prinsip tersebut, kemudian disepakati adanya ASEAN minus X formula
-
27
yang memberikan fleksibilitas kepada negara yang belum siap untuk melakukan
liberalisasi pada periode berikutnya.
Disamping itu perlu adanya terobosan-terobosan dalam meningkatkan aware
masyarakat untuk bersiap diri dan mempersiapkan menggunakan peluang
liberalisasi investasi pada MEA 2015. Terobosan-terobosan tersebut dapat berupa:
Dalam mengubah Mind-set masyarakat, khususnya pelaku usaha Indonesia
yang belum seluruhnya mampu melihat KEA 2015 sebagai peluang.
Menurut Journal of Current Southeast Asian Affairs37
, kesadaran dan
pemahaman masyarakat mengenai ASEAN masih sangat terbatas.
Sinkronisasi program & kebijakan pemerintah (pusat dengan daerah)
menghadapi MEA 2015, diperlukan kesamaan pandang diantara pejabat
pusat dan daerah. Global Competitive Index oleh World Economic Forum
menempatkan Indonesia pada urutan ke 50, dibawah sebagian negara
ASEAN (Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand).
Memperkuat sektor Infrastruktur, khususnya bidang transportasi dan
energi untuk menekan biaya ekonomi tinggi, utamanya sektor produksi
dan bagi pasar.
Adanya Pelaku usaha yang inward-looking. Besarnya pasar domestik
mendorong pelaku usaha memprioritaskan pemenuhan kebutuhan pasar
domestik.
Menciptakan jumlah SDM yang kompeten untuk mendukung
produktivitas nasional melalui pelatihan keahlian dibidangnya
Mempermudah birokrasi menjadi efektif dan efisien sehingga
mempermudah akses pasar.
37
Guido Benny dan Kamarulnizam Abdullah, Journal of Current Southeast Asian Affairs,
2011.
-
28
Kesimpulan
Seluruh anggota ASEAN pada tahun 2012, telah meratifikasi ASEAN
Comprehensive Investment Agreement (ACIA), yang membawa dampak positif
bagi iklim investasi dan usaha di seluruh ASEAN dengan semakin
meningkatnya transparansi, kepastian-hukum, serta fasilitasi.Liberalisasi arus
modal di ASEAN diatur berdasarkan pada beberapa prinsip utama yaitu (i) proses
liberalisasi tersebut harus sejalan dengan agenda nasional dan kesiapan di masing-
masing Negara ASEAN, (ii) memperbolehkan adanya kebijakan pengamanan
(safeguard measure) apabila terjadi ketidakstabilan kondisi ekonomi makro dan
risiko sistemik karena proses liberalisasi, dan (iii) liberalisasi harus memberikan
keuntungan kepada semua Negara Anggota.
-
29
DAFTAR PUSTAKA
Buku
- Agus Brotosusilo, Disertasi: Globalisasi Ekonomi dan Perdagangan
Internasional: Studi tentang Kesiapan Hukum Indonesia Melindungi
Produksi dalam Negeri Melalui Undang Undang Anti Dumping dan
Safeguard, Jakarta, 2006.
- Alan Ryan ed.:introduction to justice, Oxford: Oxford Univesity Press,
2000.
- Aristoteles, The Nichomachean Ethics, Translates with an introduction by
David Ros, Revised by j.c. a CKRILL AND j.o Urmson, Oxford
University Press, Oxford: first published, 1925.
- Charles R. Beitz, Political Theory and International Relations,
Princeton UNcersity Press, 1991.
- Frank J Garcia, Trade and Justice: Linking the trade lingkage debate,
1998,
- -----------------, Book Review on The Law of the Peoples, Houston
Journal of International Law, vol.33, 2001.
- ...................... Trade, Inequality, and Justice: Toward a Liberal Theory of
Just Trade, Transnastional Publisher, NewYork, 2000.
- ....................... Building a Just Trade Order for Millenium, George
Washington International Law Review, Vol. 33, 2001.
- Immanuel Kant, Perpetual Peace. Colombia University Press, 1939.
- John Rawls, The Law of The Peoples 20 Critical Inquiry 36, 1993.
- John Rawls : A Theory of Justice, Harvard University Press, Cambridge,
1971, hlm. 24.
- R. Winantyo, Rahmat Dwi Saputra, sri Fitriani, Rita Morena, Aswin
Kosotali, Gunawa Saichu, Usmanti Rohmadyati, Sholihah, Aditya
Rachmanto, dan Dadan Gand, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015:
memperkuat sinergi ASEAN ditengah Kompetisi Global, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2000.
-
30
Jurnal
- Guido Benny dan Kamarulnizam Abdullah, Journal of Current Southeast
Asian Affairs, 2011.
Website
www.asean.org,
http://www.bkpm.go.id/index.php/main/content/114,
www.bkpm.go.id,
Oleh Lusda Astri, SHLatar belakangJika kita berbicara mengenai perdagangan bebas maka terdapat beberapa pemikir dengan ide mereka yang relevan mengenai filosofi dari perdagangan bebas, antara lain Aristoteles, John Rawls, dan Frank J. Garcia. Aristoteles mengenalkan Theory of Justice ...Pemikiran Aristoteles ini dikembangkan oleh John Rawls, yang menerjemahkan terminologi rectificatory justice. Rawls mengemukakan bahwa hukum ekonomi internasional juga meliputi mekanisme untuk indetifikasi dan koreksi terhadap keuntungan-keuntungan ya...Namun, dalam karyanya ini Rawls membatasi lingkup laku prinsip-prinsip justice tersebut hanya dalam lingkup masyarakat domestic . Hal ini dapat dipahami mengingat kondisi karya yang ditulisnya pada tahun 1970-an sangat berbeda dengan keadaan saat ini....Dari sudut pandang hukum internasional. Pemikiran Rawls tentang The Law of The Peoples ini dipandang memiliki dua kelemahan, yakni dari perspektif empiris dan dari perspektif normatif . Menurut Rawls, kelemahan ini timbul karena kondisi-kondisi bagi ...Selanjutnya, pemikiran tersebut diperdalam kajiannya oleh Frank J Garcia, khususnya kajian tentang redistributive justice dalam hukum perdagangan internasional pada buku karangannya yang berjudul Trade, Inequality, and Justice: To World a Liberal Th...Dalam sudut pandang normative, berdasarkan ketiga bentuk Liberal Theory of Justice-utilitarian , libertarian , dan egalitarian ,Just Trade harus berwujud sebagai Free Trade yaitu bahwa hubungan-hubungan ekonomi internasional harus bebas dari restriksi...Konsep Liberalisasi Investasi ASEANKerangka Hukum Comprehensive Investment Agreement (ACIA)Perlindungan Hukum Investasi dibawah ACIAPotensi Ekonomi dan Iklim Investasi ASEAN