kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_full.pdf ·...

151
KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM MENGHADAPI STANDAR KOMPETENSI FARMASIS INDONESIA DALAM SUDUT PANDANG MAHASISWA PROFESI APOTEKER DI DUA PERGURUAN TINGGI DI JAWA BARAT PERIODE APRIL 2006 - JUNI 2006 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Heribertus Dwi Hartanto NIM : 02 8114 092 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2006 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM MENGHADAPI STANDAR KOMPETENSI FARMASIS INDONESIA DALAM SUDUT

PANDANG MAHASISWA PROFESI APOTEKER DI DUA PERGURUAN TINGGI DI JAWA BARAT

PERIODE APRIL 2006 - JUNI 2006

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Heribertus Dwi Hartanto NIM : 02 8114 092

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2006

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

Evangelizare pauperibus missit me

ku persembahkan kepada Bapa,kepada keluarga kudus,

kepada keluargaku,kepada kekasihku,

dan kepada almamaterku.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

PRAKATA

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul “Kesiapan

Mahasiswa Profesi Apoteker Dalam Menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia Dalam Sudut Pandang Mahasiswa Profesi Apoteker Di Dua

Perguruan Tinggi Di Jawa Barat Periode April 2006 - Juni 2006”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta

2. Bapak Edi Joko Santoso, S,Si., Apt. selaku pencetus ide awal penelitian ini, dan

pembimbing kami meski hanya beberapa waktu. Terima kasih atas waktu,

motivasi, kritik, dan saran yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Sulasmono, Apt. selaku pembimbing utama yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan kritik dan

saran hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji. Terima kasih atas kritik

dan saran yang diberikan.

5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt selaku dosen penguji. Terima kasih atas kritik

dan saran yang diberikan.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

6. Bapak Ign.Y.Kristio Budiasmoro, M.Si. Terima kasih atas segala kritik, masukan

dan bimbingan yang diberikan selama penulis belajar berorganisasi.

7. Dekan dan Kaprodi Profesi Apoteker di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa

Barat yang bersedia memberikan ijin untuk melakukan pengambilan data.

8. Pak Dudi, Pak Teddy dan Lintang Sakti. Terima kasih banyak atas segala

bantuan yang diberikan, sehingga proses pengumpulan data berjalan dengan

lancar.

9. Teman-teman Mahasiswa Profesi Apoteker di dua perguruan tinggi di Jawa Barat

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan

wawancara.

10. Keluargaku : Bapak Giya, Ibu Sutinah, Pranti, Purnomo, Bang Kemantau dan

istri, keponakanku Dian dan Fitri. Aku mengasihi kalian semua.

11. Keluarga angkatku di Wlingi : Bapak Dan Ibu Lamidjan, dan Mbak Tyas. Terima

kasih atas semangat dan dukungan tiada habisnya yang diberikan saat aku

“hancur” dulu.

12. Shinta Dewi Akhirnawati. Terimakasih atas kasihmu.

13. Ema. terimakasih atas bantuannya selama kuliah. Terlebih lagi atas kesediaan

dan kerelaannya menjadi “pembimbing 3” skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan : AriNawa, Ema, Hendra, Rio atas kerjasama,

masukan, motivasi, kebersamaan, keceriaan dan literaturnya.

15. Teman-teman komunitas WAGU Jogja dan angkatan 51 Seminar Garum . Terima

kasih atas persaudaraan kita.

16. Vibriani dan Yustina Suswanti. Terima kasih atas dukungan kalian.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

17. Keluarga Squadra Viola Farmasi : Chris Oktavius, Lado Angin, Marcell, Opik,

Mas Dhany, Wawan, Wiwid, Artanto, Rio, Firmanta, Egi, Yudha, Adistyawan,

Hosea, Joewi Angkasa, John Kobun, Rudi, Irwan, Eko, Broto Hartanto, Arry,

Edi, Budi, Boris, Rian, Tintus, Brian, Fajar, Robert, Edvan, Rudi, Ari Sadhar,

Yoyok, Erik, Adhit, Naning, Uut, Victoria, Ayu, Chandy, dan Ade. Terima kasih

atas kerjasama, semangat dan kebersamaan selama ini. Untuk kemenangan

Farmasi Sanata Dharma!!!

18. Vincentius Anjar, AriNawa, Nugraha Widhi, Septa Hutama, Doni, Rio, Hendra,

Bayu, Patrisius, Ardhyan, Artanto, Edi, Adistyawan, Afu, Theodorus Gopa,

Mardoni, Ferry, Albert, Handi, Yulius, Tjun Liong, Arry, Firmanta, Hartanto,

Broto Hartanto, Lukas Eko, Thomas, Danu, Ratna, Dinta, Astu, Ema, Meita, Puri,

Rina, Novita Widhi, Fretty, Victoria Hapsari, dan Novi, terima kasih atas

kebersamaan, kebahagiaan, kesedihan, semangat, kritik, dan saran.

19. Teman-teman Fakultas Farmasi angkatan 2002 khususnya kelas B dan kelompok

D atas kerjasama dan kebersamaan selama kuliah dan praktikum.

20. Rekan-rekan FKPMKS Sintang. Terima kasih atas bantuannya.

21. Tondy, Fransiskus, Eka, Tata, Hiasintus, Marcela, Erick, Haris, Lusi, dan Reni.

Terima kasih atas persahabatan kita dan segala bantuan dan dukungannya.

22. Teman-teman kostku lama : Mas Novan, Mas Doni, Mas Albert, Mas Benny,

Mas Haryo, Budi, Agus, Opiek, dan Wiwid. Terima kasih atas kebersamaannya

selama ini.

23. Teman-teman di Akiyama, terima kasih atas jasa dan waktu yang diberikan.

24. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

Dalam kesempatan ini, penulis juga memohon maaf kepada semua pihak atas

kekurangan dan kesalahan yang mungkin dilakukan penulis. Oleh karena itu dengan

rendah hati penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun.

Yogyakarta, 14 November 2006

Penulis

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

INTISARI

Farmasis Indonesia saat ini dituntut untuk mampu melakukan pekerjaan kefarmasian berdasarkan asuhan kefarmasian. Standar kompetensi farmasis merupakan suatu standar ukuran kualitas pelayanan farmasis kepada pasien atau masyarakat dalam kaitannya dengan konsep pelayanan kefarmasian yang mengacu pada asuhan kefarmasian. Pengetahuan dan kemampuan farmasis menentukan kualitas pelayanan kefarmasian yang diberikannya. Pengetahuan dan kemampuan ini salah satunya diperoleh farmasis melalui suatu proses pendidikan tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan mahasiswa program profesi farmasi dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dan melihat pola distribusi minat mahasiswa profesi apoteker di tiga bidang pelayanan kefarmasian, yaitu industri, rumah sakit, dan apotek. Penelitian ini termasuk dalam penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif. Subyek dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa yang baru menyelesaikan kurikulum inti pendidikan farmasi yang sifatnya teori pada jenjang pendidikan profesi apoteker periode April 2006-Juni 2006 dan belum mengucapkan Sumpah Apoteker di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat dan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Analisis yang dilakukan adalah statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 35,97% responden berminat di bidang rumah sakit; 21,05% berminat di bidang apotek, dan 42,98% responden berminat di bidang industri. Responden yang menyatakan siap melakukan pelayanan kefarmasian di bidang rumah sakit sebesar 82,93%, responden yang tidak siap sebesar 14,63%. Responden yang menyatakan siap melakukan pelayanan kefarmasian di bidang apotek sebesar 83,33%, sedangkan 16,67% responden tidak siap melakukan pelayanan kefarmasian di apotek. Dalam bidang pelayanan kefarmasian di industri, responden yang menyatakan siap sebesar 81,63%, dan responden yang tidak siap sebesar 18,37%. Kata kunci : Sudut Pandang, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Mahasiswa Profesi Apoteker

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

ABSTRACT

Indonesian pharmacist nowadays was demanded to have capabilities to

handle pharmacy job based on pharmaceutical care. Pharmacist competency standard was a quality measurement standard of pharmacist services to their patients or societies in relation with pharmacy services concepts in accordance to pharmaceutical care. Pharmacist knowledges and skills determined the quality of the pharmacy services given. The knowledges and skills was obtained by studying in high education.

The aim of this research were to know the readiness of the of Professional Pharmacist Students in order to Face the Standar Kompetensi Farmasis Indonesia and to see the interest distribution pattern of Professional Pharmacist Students in three pharmacy service fields, which were industrial pharmacy, hospital, and drugstore. This research was categorized as non eksperiment research with descriptive research design. Subjects of this research was Professional Pharmacist Students who just finished all theories in the pharmacy education curriculum of apotechary profession degree in period April 2006 - June 2006 and they have not conducted Pharmacist Oath in two universities in West Java by using quesionnaire as research instrument. The analysis was descriptive statistics.

The result showed that 35.97% of respondents were interested in hospital, 21.05% chose interest in apotechary, and 42.98% of respondents chose interest in industrial pharmacy. Respondents who stated their readiness to do the pharmacy service in hospital was about 82.93%, respondents who not ready were about 14.63%. Respondents who stated their readiness in apotechary field were about 83.33%, while 16.67% of respondents were not ready to do the services in apotechary in the field of industrial pharmacy, 81.63% of respondents stated their readiness, while 18.37% of respondents stated otherwise. Keywords: Perception, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Professional Pharmacist Students.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... iv

PRAKATA................................................................................................ v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................... ix

INTISARI................................................................................................. x

ABSTRACT................................................................................................ xi

DAFTAR ISI............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL..................................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xxii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xxiii

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

1. Rumusan masalah....................................................................... 3

2. Keaslian penelitian...................................................................... 3

3. Manfaat penelitian...................................................................... 4

B. Tujuan Penelititan............................................................................... 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Perubahan Konsep Pelayanan Kefarmasian....................................... 5

B. Profesi................................................................................................. 6

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

C. Apoteker............................................................................................. 7

D. Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia............................................ 11

E. Standar Profesi................................................................................... 14

F. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia........................................... 15

G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Rumah Sakit................. 15

1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian…………………………… 16

2. Kompetensi B : Akuntabilitas praktek farmasi............................. 20

3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi................................. 22

4. Kompetensi D : Komunikasi farmasi…………………………… 26

5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi……………… 28

6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian……. 30

H. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Apotek.......................... 33

1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian…………………………… 34

2. Kompetensi B : Akuntabilitas praktek farmasi............................. 37

3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi................................. 38

4. Kompetensi D : Komunikasi farmasi…………………………… 40

5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi……………… 42

6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian……. 43

I. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Industri......................... 46

1. Quality Management (Manajemen Mutu)……………………… 46

2. Production Management (Manajemen Produksi)……………… 48

3. Product Development (Pengembangan Produk)………………. 49

4. Material Management (Manajemen Persediaan)………………. 50

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

5. Material Management (Manajemen Persediaan)……………….. 50

J. Organisasi Profesi............................................................................... 51

K. Pendidikan Farmasi............................................................................ 52

L. Keterangan Empiris............................................................................ 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian......................................................... 56

B. Batasan Operasional Penelitian.......................................................... 56

C. Subyek Penelitian ....................................................................... ...... 58

D. Instrumen Penelitian........................................... ............................... 59

E. Tata Cara Penelitian........................................................................... 61

1. Analisis situasi........................................................................... 61

2. Pembuatan kuisioner.................................................................. 62

3. Penyebaran dan pengumpulan kuisioner.................................... 64

4. Wawancara.................................................................................. 64

5. Pengolahan hasil......................................................................... 64

F. Tata Cara Pengolahan Data................................................................ 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Mahasiswa Profesi Apoteker......................................... 66

1. Jenis kelamin............................................................................... 66

2. Tempat menempuh pendidikan strata satu farmasi..................... 67

3. Minat........................................................................................... 68

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

B. Tingkat Kesiapan Mahasiswa Profesi Apoteker Dalam Menghadapi

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia Dalam Sudut Pandang

Mahasiswa Profesi Apoteker............................................................... 72

1. Bidang Rumah Sakit ............................................................ 72

a. Asuhan kefarmasian ............................................................... 73

b. Akuntabilitas praktek farmasi................................................. 74

c. Manajemen praktis farmasi..................................................... 75

d. Komunikasi farmasi................................................................ 77

e. Pendidikan dan pelatihan farmasi............................................ 78

f. Penelitian dan pengembangan kefarmasian............................ 79

2. Bidang Apotek....................................................................... 82

a. Asuhan kefarmasian................................................................ 82

b. Akuntabilitas praktek farmasi................................................. 84

c. Manajemen praktis farmasi..................................................... 85

d. Komunikasi farmasi................................................................ 86

e. Pendidikan dan pelatihan farmasi............................................ 87

f. Penelitian dan pengembangan farmasi..................................... 87

3. Bidang Industri..................................................................... 90

a. Quality Management (Manajemen Mutu)............................. 90

b. Production Management (Manajemen Produksi)................ 92

c. Product Development (Pengembangan Produk).................. 92

d. Material Management (Manajemen Persediaan)................. 93

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

e. Regulatory and Product Information (Regulasi dan

Informasi Produk)................................................................

93

C. Rangkuman Pembahasan...................................................................... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 99

A. Kesimpulan ...................................................................................... 99

B. Saran ................................................................................................ 100

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 101

LAMPIRAN............................................................................................. 105

BIOGRAFI PENULIS............................................................................ 128

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel I Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di

bidang rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan

No. 1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit dan Kode Etik

Apoteker/Farmasis Indonesia……………. 31

Tabel II Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di

bidang apotek dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.

1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun

2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.922 tahun

1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek dan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia……... 43

Tabel III Kurikulum inti pendidikan profesi apoteker………………. 53

Tabel IV Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Tahun 2006

Program Profesi Apoteker Minat Praktek Kerja Profesi

Apoteker : Farmasi Rumah Sakit………………………….. 53

Tabel V Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Tahun 2006

Program Profesi Apoteker Minat Praktek Kerja Profesi

Apoteker : Farmasi Industri……………………………....... 54

Tabel VI Struktur Kurikulum Program Profesi Apoteker di salah

satu perguruan tinggi di Jawa barat....................................... 55

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

Tabel VII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A

(Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di rumah sakit................................................... 74

Tabel VIII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B

(Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di rumah sakit................................................... 75

Tabel IX Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C

(Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di rumah sakit……………………………… 76

Tabel X Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D

(Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di rumah sakit................................................... 77

Tabel XI Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E

(Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang

pelayanan kefarmasian di rumah sakit…………………… 78

Tabel XII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F

(Penelitian dan Pengembangan kefarmasian) dalam bidang

pelayanan kefarmasian di rumah sakit…………………….. 79

Tabel XIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan

responden dalam menghadapi Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian

di Rumah Sakit…………………………………………….. 81

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

Tabel XIV Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden

dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit………………………………………………………... 81

Tabel XV Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A

(Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di apotek............................................................ 83

Tabel XVI Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B

(Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di apotek......................................................... 84

Tabel XVII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C

(Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di apotek……………………………………… 85

Tabel XVIII Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D

(Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di apotek............................................................ 86

Tabel XIX Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E

(Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang

pelayanan kefarmasian di apotek………………………… 87

Tabel XX Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F

(Penelitian dan Pengembangan kefarmasian) dalam bidang

pelayanan kefarmasian di apotek………………………….. 88

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

Tabel XXI Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan

responden dalam menghadapi Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian

di Apotek…………………………………………………... 89

Tabel XXII Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden

dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di

Apotek……………………................................................... 89

TabelXXIII Kesiapan responden dalam fungsi industrial Quality

Management di Industri…………………………………... 91

Tabel XXIV Kesiapan responden dalam fungsi industrial Production

Management di Industri…………………………………... 92

Tabel XXV Kesiapan responden dalam fungsi industrial Product

Development di Industri…………………………………... 93

Tabel XXVI Kesiapan responden dalam fungsi industrial Material

Management di Industri…………………………………... 93

Tabel XXVII Kesiapan responden dalam fungsi industrial Regulatory

and Product Information di Industri……………………… 94

Tabel XXVIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan

responden dalam menghadapi Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian

di Industri………………………………………………….. 95

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

Tabel XXIX Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden

dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di

Industri…………………………………………………….. 96

xxi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 1. Jenis kelamin responden di Jawa Barat .................................. 66

Gambar 2. Perguruan tinggi tempat menempuh pendidikan strata satu

farmasi dan pendidikan profesi Apoteker di Jawa Barat......... 67

Gambar 3. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan

kefarmasian di Jawa Barat ...................................................... 69

Gambar 4. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Rumah Sakit

secara umum…………...................................................... 80

Gambar 5. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Apotek secara

umum........................................................................................ 88

Gambar 6. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Industri secara

umum........................................................................................ 95

Gambar 7. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan

kefarmasian di Jawa Barat ...................................................... 97

Gambar 8. Gambaran umum kesiapan responden...................................... 98

xxii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian................................. 105

Lampiran 2. Kuisioner Penelitian........................................................... 106

Lampiran 3. Hasil Wawancara................................................................ 122

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian............................................................ 126

xxiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang bertujuan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan

kesehatan manusia yang dapat dilakukan secara mandiri atau bersama-sama sebagai

suatu organisasi. Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu sub sistem dari sistem

pelayanan kesehatan, ditinjau dari segi fungsi, yang berkaitan dengan obat atau

pengobatan (Anonim, 2004a). Mutu pelayanan kesehatan akan menjadi lebih baik

jika masing-masing profesi/tenaga kesehatan memberikan pelayanannya secara

terpadu didasarkan pada standar profesi, etika, dan norma masing-masing, termasuk

juga profesi farmasi. Oleh karena itu, profesi farmasi juga diharapkan mampu untuk

menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) telah menetapkan pemberlakuan

buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia sebagai suatu standar dan acuan bagi

apoteker Indonesia dalam melaksanakan aktivitas keprofesiannya. Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia merupakan upaya ISFI untuk mempertahankan dan

meningkatkan mutu pelayanan apoteker Indonesia kepada masyarakat sesuai

perkembangan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Harapannya, setiap bidang

pelayanan farmasi baik di industri, apotek, rumah sakit dan komunitas klinis lainnya

tetap dipegang oleh apoteker (Anonim, 2004a).

Salah satu faktor penentu kemampuan profesi farmasi memenuhi kebutuhan

masyarakat adalah program pendidikannya. Drs. Ahaditomo, M.S., menyatakan

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

2

bahwa keahlian farmasi diperoleh selama pendidikan tinggi kefarmasian

(Anonim, 2004a). Walaupun demikian, Eddie Lembong melihat bahwa mata ajaran

yang diajukan tidak sepenuhnya menjawab kebutuhan

pemakai/konsumen/masyarakat. Kesenjangan antara materi dengan keterampilan

yang dibutuhkan di lapangan sangat terasa di Indonesia, dimana sebagai suatu profesi

sangat terasa bahwa farmasi tidak sangat mampu memenuhi kebutuhan riil di

masyarakat. Hal ini terkemuka setelah ia melakukan pengkajian secara selintas

kurikulum pendidikan farmasi di beberapa lembaga pendidikan terkemuka di

Indonesia yang tertuang di dalam buku peringatan 50 tahun pendidikan farmasi

Institut Teknologi Bandung.

Drs. Ahaditomo, M.S. mengharapkan bahwa seorang apoteker yang baru

menyelesaikan pendidikannya diharapkan untuk mengacu pada Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia dalam melakukan pekerjaan kefarmasian sesuai bidang minatnya

(Anonim, 2004a). Dari sinilah penulis mendapatkan ide untuk mengadakan

penelitian mengenai kesiapan para calon apoteker untuk memenuhi Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia. Penulis merasa perlunya data-data yang dapat

menunjukkan gambaran nyata kesiapan calon apoteker dalam menghadapi Standar

Profesi Farmasi Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

3

1. Rumusan masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan muncul beberapa permasalahan.

a. Bagaimana pola distribusi minat mahasiswa program profesi apoteker di dua

perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat untuk melakukan pelayanan

kefarmasian di bidang industri, rumah sakit dan apotek?

b. Apakah mahasiswa program profesi apoteker di dua perguruan tinggi di

Propinsi Jawa Barat siap menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia?

2. Keaslian penelitian

Penelitian tentang Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang sudah

dilakukan adalah mengkaji tentang sikap apoteker di apotek terhadap Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia. Sepengetahuan penulis, penelitian yang

berkaitan dengan kesiapan mahasiswa program profesi apoteker menghadapi

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia belum pernah dilakukan. Beberapa

penelitian yang sudah pernah dilakukan berhubungan dengan Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia.

a. Sikap Apoteker di Apotek pada Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

terhadap Standar Kompetensi Farmasis Indonesia (Nurjaman, 2004).

b. Sikap Apoteker di Apotek pada Kecamatan Danurejan Kotamadya Jogjakarta

terhadap Standar Kompetensi Farmasis Indonesia (Kuncoro, 2004)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

4

3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi yang jelas

mengenai kesiapan para calon apoteker untuk menghadapi Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia. Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai

acuan bagi pihak-pihak terkait dalam menentukan tindak lanjut mengenai

pengetahuan dan kemampuan calon apoteker sehingga setiap calon apoteker siap

untuk menghadapi dan memenuhi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.

B. Tujuan Penelitian

Mengetahui pola distribusi minat mahasiswa program profesi apoteker untuk

melakukan pelayanan kefarmasian di bidang industri, rumah sakit dan apotek dan

kesiapan mahasiswa program profesi apoteker dalam menghadapi Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia dan di dua perguruan tinggi di Propinsi Jawa Barat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Perubahan Konsep Pelayanan Farmasi

Pada awalnya, apoteker berfungsi sebagai peracik obat untuk diserahkan

kepada pasien di Apotek. Berkembangnya industri untuk memproduksi obat berskala

besar mengubah peranan apoteker dari peracik obat menjadi pendistribusi obat.

Perkembangan ini dipicu oleh meningkatnya jumlah kebutuhan obat, berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi, tekanan kompetisi perdagangan, inovasi dalam

penemuan obat baru, lahirnya berbagai penyakit baru dan berbagai hal lain. Pada

situasi ini, arah pelayanan kefarmasian adalah pemenuhan terhadap kebutuhan

masyarakat akan obat, yang selanjutnya disebut drug oriented. Berdasarkan hasil

evaluasi penggunaan obat, diketahui terjadi banyak pemasalahan yang timbul

berkenaan dengan penggunaan obat. Walaupun demikian, makna obat sebagai media

untuk proses kesehatan tidak berubah. Hal ini kemudian mendorong dan

membelokkan arah orietasi pelayanan kefarmasian menjadi patient oriented

(Anonim, 2004a). Terjadinya perubahan konsep pola penyakit, penatalaksanaannya

ke pola hidup sehat dan promosi kesehatan ikut menjadi faktor terjadinya perubahan

pola pelayanan kefarmasian ini (Sudjaswadi, 2002).

Saat ini, pelayanan kefarmasian berorientasi pada pasien dan mengacu pada

filosofi asuhan kefarmasian. Asuhan kefarmasian adalah tanggung jawab profesi

dalam hal farmakoterapi dengan tujuan mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan

sehingga dapat mencapai keluaran yang dapat menjaga atau meningkatkan kualitas

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

6

hidup pasien. Dalam konsep ini, apoteker diajak untuk mewujudkan pengobatan

rasional bagi masyarakat, yang menyeimbangkan aspek klinis dan ekonomi

berdasarkan kepentingan pasien. Apoteker tidak lagi sekedar menjual obat kepada

pasien atau masyarakat, tetapi juga harus menjamin tersedianya obat yang berkualitas

dalam jumlah yang cukup, aman, nyaman digunakan, dan harga terjangkau serta

pada saat pemberiannya disertai informasi yang memadai, diikuti pemantauan pada

saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi (Anonim, 2004a).

B. Profesi

Profesi adalah suatu kelompok pekerjaan yang memiliki karakteristik

khusus, termasuk di dalamnya tehnik keahlian dengan tingkat tertinggi, berkomitmen

untuk pelayanan kemasyarakatan, melakukan monopoli dalam pekerjaannya dan

punya otonomi atas semua pekerjaannya. Seorang dengan pekerjaan profesi akan

mendapatkan tingkat sosial dan status yang tinggi. Profesionalisme lebih bermakna

sebagai strategi dari satu kelompok pekerjaan untuk mencapai dan memelihara

profesinya (Harding dkk, 1994). Banyak kriteria untuk menentukan suatu pekerjaan

adalah suatu profesi, antara lain

1. Unusual learning, yaitu dididik dan menerima pengetahuan yang khas dan

merupakan lulusan dari perguruan tinggi, sehingga tidak diperoleh di tempat lain

atau bidang yang berbeda.

2. Pelayanannya bersifat altruistik (tidak mementingkan diri sendiri dan

mementingkan kepentingan orang lain)

3. Telah mengucapkan sumpah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

7

4. Memiliki kode etik

5. Memiliki standar profesi, yaitu pedoman yang harus digunakan sebagai petunjuk

dalam menjalankan profesi secara baik (Anonim, 1992)

6. Memiliki pengakuan hukum (adanya undang-undang maupun ketentuan

peraturan perundang-undangan lain)

7. Memiliki perijinan (Surat Ijin Praktek atau Surat Ijin Kerja)

8. Memiliki wadah profesi yang menunjukkan jati diri profesional

9. Bersifat otonomi dan independensi

10. Bertemu dan berinteraksi dengan klien atau penderita

11. Confidental relationship dalam pelayanannya.

(Sulasmono, 1997)

C. Apoteker

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek memberikan definisi Apoteker sebagai

“sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah

berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan

kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker”.

Apoteker adalah satu-satunya profesi yang memiliki otoritas profesi dalam

proses kefarmasian. Otoritas yang melekat pada diri farmasis/apoteker adalah

sebagai akibat penguasaan atas keahliannya dibidang iptek kefarmasian melalui

pengalaman belajar-mengajar di pendidikan tinggi kefarmasian dan pengalaman

keprofesian yang kemudian disumpah sebelum menjalankan keahliannya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

8

bentuk keprofesian sehari-hari. Dan pada hakekatnya peristiwa pembuatan obat

merupakan peristiwa iptek, manajemen, etik, moral dan obligasi kemanusiaan

(Ahaditomo, 2000).

Farmasi dapat digolongkan sebagai suatu profesi karena menunjukkan

beberapa ciri khusus.

1. Monopoli pekerjaan (Monopoly of Practice). Monopoli pekerjaan yang

dilakukan profesi dijamin dan dilindungi oleh negara (Harding, 1993). Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan mengatur

mengenai pekerjaan kefarmasian.

Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apoteker adalah sarjana farmasi yang telah

lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan

perundangan yang berlaku dan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di

Indonesia sebagai Apoteker.

Undang-undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 dan Keputusan Menteri

Kesehatan No. 1027 tahun 2004 ini menjadi bukti itu bahwa profesi farmasi

memiliki pengakuan secara hukum di Indonesia. Seseorang yang apoteker tidak

diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

2. Memiliki pengetahuan khusus dan pelatihan dalam jangka waktu yang lama

(Specialised knowledge and lengthy training). Untuk diterima menjadi anggota

profesi, seseorang harus menjalani pendidikan intensif yang bervariasi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

9

spesialisasi tinggi. Untuk menjadi lulusan farmasi membutuhkan masa

pendidikan empat sampai lima, kemudian diikuti dengan satu tahun pendidikan

profesi untuk mendapatkan gelar apoteker. Pada saat menempuh masa

pendidikan, apoteker dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan khusus yang

disesuaikan dengan tugasnya dalam mempersiapkan dan menerapkan

penggunaan obat secara klinis (Harding, 1993). Lembaga Pendidikan Tinggi

farmasi mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian

pada masa-masa selanjutnya (Sirait, 2001).

3. Berorientasi pada pelayanan (Service Orientations). Pernyataan ini

menandakan bahwa anggota profesi harus bekerja sebaik-baiknya untuk

memenuhi keinginan client. Anggota profesi tidak diperbolehkan untuk memaksa

client dengan maksud untuk memenuhi kebutuhannya pribadi. Pelayanan yang

dilakukan oleh apoteker termasuk di dalamnya adalah menyediakan obat-obatan

dan perlengkapannya, membantu terapi pada penyakit ringan, dan memberikan

informasi tentang kesehatan (Harding, 1993).

4. Pengaturan diri (Self-regulation). Profesi merupakan pekerjaan yang berbeda

dari pekerjaan yang lain sehingga profesi diberikan kebebasan dalam mengatur

dirinya sendiri. Organisasi profesi diperbolehkan untuk mengatur sistem

pendidikan, memutuskan seseorang yang memenuhi persyaratan untuk menjadi

anggota profesi dan memperkirakan seseorang yang berkompeten dalam

menjalankan pekerjaannya (Harding, 1993). Asuhan kefarmasian merupakan

bukti pengaturan profesi farmasi terhadap standar pelayanan yang dapat

dilakukan oleh farmasis di seluruh Dunia. Di Indonesia pengaturan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

10

diwujudkan dengan adanya Sumpah/Janji Apoteker yang diatur dalam peraturan

pemerintah nomor 20 tahun 1962, Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia yang

diatur dalam keputusan kongres nasional XVII ISFI nomor: 007/KONGRES

XVII/ISFI/2005 dan Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang diterbitkan

tahun 2004.

Peranan profesi farmasi juga telah digariskan oleh WHO yang dikenal

dengan istilah seven stars pharmacist.

1. Care-giver. Apoteker merupakan pemberi pelayanan dalam bentuk pelayanan

klinis, analitis, teknis, sesuai peraturan perundang-undangan. Saat memberikan

pelayanan, apoteker harus berinteraksi dengan pasien secara individu maupun

kelompok. Apoteker juga harus mengintegrasikan pelayanannya pada sistem

pelayanan kesehatan secara berkesinambungan dan pelayanan farmasis yang

dihasilkan harus bermutu tinggi.

2. Decision-maker. Apoteker mendasarkan pekerjaannya pada kecukupan,

keefikasian dan biaya yang efektif dan efisiensi terhadap seluruh penggunaan

sumber daya manusia, obat, bahan kimia, peralatan, prosedur, pelayanan, dan

lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut kemampuan dan ketrampilan apoteker

perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan dasar dalam menentukan

pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.

3. Communicator. Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan

dengan pasien maupun profesi kesehatan yang lain, oleh karena itu harus

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik. Komunikasi tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

11

meliputi komunikasi verbal, non verbal, mendengar, dan kemampuan menulis

dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan.

4. Leader. Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.

Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian mengambil keputusan yang

empati dan efektif, serta kemampuan mengkomunikasikan dan mengelola

keputusan.

5. Manager. Apoteker harus efektif dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik,

anggaran) dan informasi, juga harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain

dalam tim kesehatan. Lebih jauh lagi, apoteker mendatang harus tanggap

terhadap kemajuan teknologi informasi dan bersedia berbagi informasi mengenai

obat dan hal-hal lain yang berhubungan dengan obat.

6. Life-long learner. Apoteker harus senang belajar sejak kuliah dan semangat

belajar harus selalu dijaga walaupun sudah bekerja untuk menjamin bahwa

keahlian dan ketrampilan yang selalu baru (up-date) untuk melakukan praktek

profesi. Apoteker juga harus mempelajari cara belajar yang efektif.

7. Teacher. Apoteker mempunyai tanggung jawab untuk mendidik dan melatih

apoteker generasi mendatang. Partisipasinya tidak hanya dalam berbagai ilmu

pengetahuan baru satu sama lain, tetapi juga kesempatan memperoleh

pengalaman dan peningkatan ketrampilan (Anonim, 2004).

D. Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

Ciri suatu profesi diantaranya adalah memiliki kode etik (Sulasmono,1997).

Kode etik merupakan asas dan norma yang diterima oleh suatu kelompok tertentu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

12

sebagai landasan ukuran tingkah laku (Salim, 1991). Kode Etik Apoteker Indonesia

adalah suatu aturan moral sebagai rambu-rambu yang membatasi seorang Apoteker

dalam menjalankan pekerjaan keprofesiannya dari perbuatan tercela dan merugikan

martabat profesi apoteker dan organisasi profesi (Sulasmono, 1997). Isi kode etik

apoteker/farmasis Indonesia berdasarkan keputusan kongres nasional XVII ISFI

nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/2005 pada tanggal 18 Juni 2005.

KODE ETIK APOTEKER/FARMASIS INDONESIA

Mukamadiah Bahwasanya seorang Apoteker/Farmasis di dalam menjalankan tugas

kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa

Apoteker/Farmasisdidalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker/Farmasis

Menyadari akan hal tersebut Apoteker/Farmasis di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

BAB I

Kewajiban Umum Pasal 1: sumpah/janji

Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker/Farmasis

Pasal 2 Setiap Apoteker/Farmasis harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

Pasal 3 Setiap Apoteker/Farmasis harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya

Pasal 4 Setiap Apoteker/Farmasis harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

Pasal 5 Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian

Pasal 6 Seorang Apoteker/Farmasis harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

13

Pasal 7 Seorang Apoteker/Farmasis harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

Pasal 8 Seorang Apoteker/Farmasis harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

BAB II Kewajiban Apoteker Terhadap Penderita

Pasal 9 Seorang Apoteker/Farmasis dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani

BAB III

Kewajiban Apoteker Terhadap Teman Sejawat Pasal 10

Setiap Apoteker/Farmasis harus memperlukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan

Pasal 11 Sesama Apoteker/Farmasis harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik

Pasal 12 Setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker/Farmasis di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV

Kewajiban Apoteker Terhadap Sejawat Petugas Kesehatan Lainnya Pasal 13

Setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan.

Pasal 14 Setiap Apoteker/Farmasis hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.

BAB V Penutup Pasal 15

Setiap Apoteker/Farmasis bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik Apoteker/Farmasis Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

14

hari. Jika seorang Apoteker/Farmasis baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker/Farmasis Indonesia, maka dia wajib mengkui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa

E. Standar Profesi

Menurut penjelasan atas Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang

tenaga kesehatan pada pasal 21 ayat (1), standar profesi tenaga kesehatan adalah

pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam

menjalankan profesinya secara baik. Menurut penjelasan atas Undang-Undang no. 29

tahun 2004 tentang praktik kedokteran umum pada pasal 50, standar profesi adalah

batasan kemampuan (knowledge, skill, and profesional attitude minimal) yang harus

dikuasai oleh seorang individu untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada

masyarakat secara mandiri.

Menurut penjelasan atas Undang-Undang no. 29 tahun 2004 tentang praktik

kedokteran umum pada pasal 50, standar profesi dibuat oleh organisasi profesi.

Menurut Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan pada

pasal 21 ayat (52), standar profesi tanaga kesehatan ditetapkan oleh menteri. Pada

penjelasan atas Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

pada pasal 21 ayat (2) disebutkan bahwa dalam menetapkan standar profesi untuk

masing-masing jenis tenaga kesehatan, Menteri dapat meminta pertimbangan dari

para ahli di bidang kesehatan dan atau yang mewakili ikatan profesi tenaga

kesehatan. Pada Peraturan Pemerintah No.32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

pada pasal 24 disebutkan bahwa perlindungan hukum diberikan kepada tenaga

kesehatan yang melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

15

F. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia merupakan suatu standar yang

berisi ukuran kualitas pelayanan kefarmasian yang mengacu pada asuhan

kefarmasian, sehingga apoteker Indonesia dapat memberikan pelayanan yang

seragam kepada konsumen atau masyarakat, baik yang dilakukan di rumah sakit,

apotek, lembaga riset dan industri. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia berguna

untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan farmasis seseuai

prkembangan kebutuhan masyarakat, sehingga masyarakat akan selalu mendapatkan

pelayanan terbaik dari profesi apoteker (Anonim, 2004a).

Berdasarkan surat keputusan badan pimpinan pusat Ikatan Sarjana Farmasi

Indonesia nomor: 031008/BPP/SK.09 tanggal 8 Oktober 2003, maka Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia telah diberlakukan sebagai standar dan acuan bagi

Apoteker Indonesia dalam menjalankan aktivitas keprofesiannya. Pemberlakuan

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia ini semakin menguatkan kedudukan farmasi

sebagai sebuah profesi. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia meliputi tiga bidang

pelayanan kefarmasian, yaitu Rumah Sakit, Apotek dan Industri.

G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Rumah Sakit

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,

Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang

beredar di Rumah Sakit tersebut. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola

oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

16

Rumah Sakit. Personalia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Rumah Sakit

dipersyaratkan terdaftar di Departemen Kesehatan, terdaftar di asosiasi profesi,

mempunyai ijin kerja dan mempunyai Surat Keputusan (SK) penempatan.

Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi

profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan

baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun dengan kuantitas

dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap

keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan

pelanggan.

Berikut adalah kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh apoteker

yang akan bekerja di rumah sakit yang didasarkan pada Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia yang disusun oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) dan

dilihat kesesuaiannya dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

dan Kode Etik Apoteker / Farmasis Indonesia.

1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian

a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter,

dokter gigi atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Salah satu

kegiatan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat di Rumah Sakit yang

tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

pada bab VI adalah mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien. Resep adalah

permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

17

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Pada bab VI bagian 2.1. menyebutkan tentang pengkajian resep. Kajian resep

meliputi kegiatan yang dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan

farmasi dan persyaratan klinis. Persyaratan administrasi meliputi nama, umur,

jenis kelamin dan berat badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;

tanggal resep; ruangan/unit asal resep persyaratan farmasi meliputi bentuk dan

kekuatan sediaan; dosis dan jumlah obat; stabilitas dan ketersediaan; aturan, cara

dan teknik penggunaan. Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, dan

waktu penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi, interaksi, dan efek

samping obat; kontra indikasi dan efek aditif.

b. Memberikan pelayanan kepada pasien atas permintaan pasien itu sendiri

dalam rangka ingin melakukan pengobatan mandiri.

c. Memberikan pelayanan informasi obat. Pada bab VI bagian 2.4. mengenai

pelayanan informasi obat disebutkan bahwa

Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan : i. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan Rumah Sakit ii. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat, terutama Panitia/Komite Farmasi dan Terapi

iii. Meningkatkan profesionalisme Apoteker iv. Menunjang terapi obat yang rasional. Kegiatan : i. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara

aktif dan pasif ii. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui

telepon, surat atau tatap muka iii. Membuat buletin, lesflet, label obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

18

iv. Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

d. Memberikan konsultasi/konseling obat. Pada bab VI bagian 2.5. mengenai

konseling disebutkan bahwa

Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuan : Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara penggunaan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat lain.

e. Membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi.

Kompetensi ini disebutkan pada bab VI bagian dispensing sediaan farmasi

khusus

Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya : a. Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi merupakan kegiatan

pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan : 1) mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral

untuk kebutuhan perorangan 2) mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi

b. Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan : 1) mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus 2) melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan

pelarut yang sesuai 3) mengemas menjadi sediaan siap pakai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

19

f. Melakukan monitoring efek samping obat. Pada bab VI bagian 2.3.disebutkan

mengenai pemantauan dan pelaporan efek samping obat.

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Kegiatan : i. kegiatan menganalisa laporan efek samping obat

ii. mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat

iii. mengisi formulir efek samping obat iv. melaporkan ke panitia Efek Samping Obat Nasional.

g. Pelayanan klinik berbasis farmakokinetika. Salah satu bentuk pelayanan klinis

berbasis farmakokinetika adalah pemantauan kadar obat dalam darah. Hal ini

tercantum pada bab VI bagian 2.6.

Melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit. Tujuan: 1. mengetahui kadar obat dalam darah 2. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat Kegiatan: 1. memisahkan serum dan plasma darah 2. memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma dengan alat

TDM 3. membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil pemeriksaan Faktor-faktor yang diperhatikan: 1. alat Therapeutic Drug Monitoring 2. reagen sesuai obat yang diberikan

h. Penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan yang setara. Pada Bab

II dijelaskan bahwa salah satu pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat

dan alat kesehatan adalah melakukan penanganan obat kanker. Pada Bab VI

dijelaskan tentang dispensing sediaan farmasi berbahaya termasuk didalamnya

penanganan obat kanker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

20

Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali Kegiatan: 1. melakukan perhitungan dosis secara akurat 2. melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai 3. mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan 4. mengemas dalam kemasan tertentu 5. membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku

i. Melakukan evaluasi penggunaan obat. Pada bab VI bagian 2.8. disebutkan

mengenai pengkajian penggunaan obat

Pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif dan terjangkau oleh pasien. Tujuan : i. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat

pada pelayanan kesehatan/dokter tertentu ii. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan

kesehatan/dokter satu dengan yang lain iii. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik iv. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat

Pada bab III juga disebutkan perlunya tinjauan terhadap penggunaan obat di

Rumah Sakit dengan mengkaji medical record dibanding dengan standar

diagnosa dan terapi.

2. Kompetensi B : Akuntabilitas praktek farmasi

a. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

Pada bab II diatur bahwa tugas pokok farmasi Rumah Sakit adalah

menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur

kefarmasian dan etik profesi. Pada bab VI mengenai pelayanan kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

21

dalam penggunaan obat dan alat kesehatan disebutkan juga bahwa salah satu

peran Apoteker adalah menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut

obat kepada staf medis dan perawat.

b. Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan

standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku. Pada bab II tertulis

Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instansi, panitia/komite farmasi dan terapi serta para Apoteker. Dalam pengelolaan perbekalan farmasi, kebijakan dan prosedur meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, pembuatan/produksi, penyimpanan, pendistribusian dan penyerahan. Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodik terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan.

c. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil.

Pada bab II menyebutkan bahwa

Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di Rumah Sakit tersebut. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.

d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak

mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat. Pada bab VI

disebutkan bahwa penanganan obat kanker harus dilakukan secara aseptis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

22

pembuangan limbah harus mengikuti prosedur yang berlaku sehingga keamanan

lingkungan dapat dikendalikan.

e. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan

berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan “stakeholder”. Pada bab I

disebutkan

Mutu pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil, sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.

3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi

a. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi

dibidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan

menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di farmasi rumah sakit

berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal,

regional, nasional maupun internasional. Pada bab III disebutkan bahwa

Panitia Farmasi dan Terapi ikut membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di Rumah Sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.

Hal ini juga disebutkan pada pasal 8 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia,

yaitu bahwa seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan

perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi

pada khususnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

23

b. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit yang

efektif dan efisien. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan

falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan

strategi, kebijakan, program dan menerjemahkan ke dalam rencana kerja (plan of

action). Pada bab VI tentang pengelolaan perbekalan farmasi disebutkan bahwa

Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

Pada bab II mengenai fungsi pengelolaan farmasi tertulis

1. memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah

Sakit 2. merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal 3. mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan

yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku 4. memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan di Rumah Sakit 5. menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesisfikasi dan

ketentuan yang berlaku 6. menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan

persyaratan kefarmasian 7. mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di

Rumah Sakit c. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien.

Penjabaran dari kompetensi di atas adalah dengan melakukan seleksi,

perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan, pengamanan

persediaan, perancangan dan pelaksanaan sistem distribusi, melakukan

dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan kepada

pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan sistem jaminan mutu

pelayanan. Pada bab VI disebutkan bahwa salah satu tujuan pelayanan

kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

24

pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi

penggunaan obat. Pada bab II mengenai fungsi pelayanan kefarmasian dalam

penggunaan obat dan alat kesehatan tertera kegiatan-kegiatan yang dilakukan

1) mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien 2) megidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat

dan alat kesehatan 3) mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan

alat kesehatan 4) memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan 5) memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga 6) memberi konseling kepada pasien/keluarga 7) melakukan pencampuran obat suntik 8) melakukan penyiapan nutrisi parenteral 9) melakukan penanganan obat kanker 10) melakukan penentuan kadar obat dalam darah 11) melakukan pencatatan setiap kegiatan 12) melaporkan setiap kegiatan

d. Merancang organisasi kerja yang meliputi ; arah dan kerangka organisasi,

sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi

manajemen. Pada bab III disebutkan

Bagan organisasi merupakan bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan wewenang serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan.

Pada bab II tertulis

Bagan organisasi menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

25

e. Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga,

berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa

praktek kefarmasian. Pada bab VI disebutkan

Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan :

1. DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, ketentuan setempat yang berlaku

2. Data catatan medik 3. Anggaran yang tersedia 4. Penetapan prioritas 5. Siklus penyakit 6. Sisa persedian 7. Data pemakaian periode yang lalu 8. Rencana pengembangan

f. Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional

mencakup aspek manajemen maupun klinis yang mengarah pada kepuasan

konsumen. Pada bab I disebutkan bahwa

Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di Rumah Sakit yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.

Pada bab VIII tertulis

Tujuan khusus kegiatan evaluasi : 1. menghilangkan kinerja pelayanan yang substandar 2. terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan

keamanan pasien 3. meningkatkan efisiensi pelayanan 4. meningkatkan mutu obat yang diproduksi di Rumah Sakit sesuai

CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik) 5. meningkatkan kepuasan pelanggan 6. menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

26

Berdasarkan waktu pelaksanaan evaluasi, sibagi tiga jenis program evaluasi: 1. prospektif : program dijalankan sebelum pelayanan dilaksanakan.

Contoh : pembuatan standar, perijinan 2. konkuren : program dijalankan bersamaan dengan pelayanan

dilaksanakan Contoh : memantau kegiatan konseling Apoteker, peracikan resep oleh Asisten Apoteker

3. retrospektif : program pengendalian yang dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan Contoh : survei konsumen, laporan mutasi barang

Metode evaluasi : 1. audit (pengawasan) : dilakukan terhadap proses hasil kegiatan

apakah sudah sesuai standar 2. review (penilaian) : terhadap pelayanan yang telah diberikan,

penggunaan sumber daya, penulisan resep 3. survei : untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket

atau wawancara langsung 4. observasi : terhadap kesepatan pelayanan antrian, ketepatan

penyerahan obat. 4. Kompetensi D : Komunikasi farmasi

a. Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan

keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk

menyelesaikan masalah terapi obat pasien. Pada bab VI disebutkan tentang

Ronde/visite pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim

dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Salah satu tujuannya adalah menilai

kemajuan pasien. Pada pasal 9 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

disebutkan bahwa seorang Apoteker/Farmasis dalam melakukan pekerjaan

kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak

asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani.

b. Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga

kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal

khususnya dalam aspek obat. Pada bab VI disebutkan tentang Ronde/visite

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

27

pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan

tenaga kesehatan lainnya. Tujuan lain yang dapat dilihat dari kegiatan ini adalah

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk menilai kemajuan pasien. Pada

bab III mencantumkan salah satu bentuk kerjasama profesional antara farmasis

dengan tenaga kesehatan lainnya, yaitu di dalam Panitia Farmasi dan Terapi.

Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan

komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, dimana anggotanya terdiri

dari dokter yang mewakili pesialisasi-spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, dan

Apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Pada

pasal 13 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia disebutkan bahwa setiap

Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun

dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan

menghormati sejawat petugas kesehatan. Pada pasal 14 juga disebutkan bahwa

setiap Apoteker/Farmasis hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau

perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan

masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.

c. Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan

bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian. Pada bab IV

mengenai tenaga fungsional, Apoteker dituntut untuk memiliki kemampuan

dalam mengelola manajemen praktis farmasi dan kemampuan melakukan

akuntabilitas praktek kefarmasian.

d. Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling

menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

28

Pada pasal 10 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia disebutkan bahwa setiap

Apoteker/Farmasis harus memperlukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri

ingin diperlakukan. Dan pada pasal 12 disebutkan bahwa setiap

Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker/Farmasis di dalam

memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa

saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi

a. Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasis

dalam penerapan asuhan kefarmasian. Pada bab II pada bagian

pengembangan staf dan program pendidikan telah mengatur tentang

penyelenggaraan pendidikan, meliputi penggunaan obat dan penerapannya,

pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi dan praktikum farmasi bagi siswa

farmasi dan pasca sarjana farmasi. Pada bab II ini juga disebutkan bahwa

Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang memiliki kualifitasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.

. Pada bab VI disebutkan tentang tujuan dari kegiatan pendidikan dan pelatihan

Tujuan umum : 1. mempersiapkan sumber daya manusia farmasi untuk dapat

melaksanakan rencana strategi instalasi Rumah Sakit di waktu mendatang

2. menghasilkan calon Apoteker, ahli madya farmasi, asisten Apoteker yang dapat menampilkan potensi dan produktifitasnya secara optimal di bidang kefarmasian

Tujuan khusus : 1. meningkatkan pemahaman tentang farmasi Rumah Sakit 2. memahami tentang pelayanan farmasi klinik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

29

3. meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan di bidang kefarmasian

Ruang lingkup kegiatan : 1. pendidikan formal 2. pendidikan berkelanjutan (internal dan eksternal) 3. pelatihan 4. pertemuan ilmiah (seminar, simposium) 5. studi banding 6. praktek kerja lapangan

b. Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di

bidang farmasi, pekarya dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi

dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan. Pada Bab II bagian

pengembangan staf dan program pendidikan disebutkan bahwa

Setiap staf Rumah Sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Staf harus dibantu secara aktif untuk mengikuti program yang diadakan oleh organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi : i. Penggunaan obat dan penerapannya

ii. Pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi Penambahan pengetahuan disesuaikan dengan tanggungjawab, sedangkan peningkatan keterampilan disesuaikan dengan tugas.

c. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian. Pada bab IV

mengenai kompetensi Apoteker sebagai pimpinan, disebutkan bahwa

1. Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan pelayanan farmasi

2. Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri

Pada pasal 4 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia disebutkan bahwa Setiap

Apoteker/Farmasis harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang

kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

30

d. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan

umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan

masyarakat.

6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian

a. Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan

mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat

dan profesi kesehatan lain. Pada bab VII mencantumkan hal-hal mengenai

penelitian dan pengembangan.

7.2.1 Penelitian Penelitian yang dilakukan Apoteker di Rumah Sakit yaitu: a. Penelitian farmasetik, termasuk pengembangan dan menguji bentuk

sediaan baru. Formulasi, metode pemberian (konsumsi) dan sistem pelepasan obat dalam tubuh (Drug Release System)

b. Berperan dalam penelitian klinis yang diadakan oleh praktisi klinis, terutama dalam karakterisasi terapetik, evaluasi, pembandingan hasil Outcomes dari terapi obat dan regimen pengobatan.

c. Penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan, termasuk penelitian perilaku dari sosioekonomi seperti penelitian tentang biaya keuntungan cost-benefit dalam pelayanan farmasi

d. Penelitian operasional (operation research) seperti studi waktu, gerakan, dan evaluasi program dan pelayanan farmasi yang baru dan yang ada sekarang.

7.2.2 Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit di Rumah Sakit pemerintah kelas A dan B (terutama Rumah Sakit pendidikan) dan Rumah Sakit swasta sekelas, agar mulai meningkatkan mutu perbekalan farmasi dan obat-obatan yang diproduksi serta mengembangkan dan melaksanakan praktek farmasi klinis.

b. Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian. Pada

bab VII bagian 2 mengenai penelitian dan pengembangan menyebutkan

Pimpinan dan Apoteker Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus berjuang, bekerja jeras dan berkomunikasi efektif dengan semua pihak agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

31

pengembangan fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang baru itu dapat diterima oleh pimpinan dan staf medik Rumah Sakit.

Inti dari kesesuaian antara Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang

rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Kode etik Apoteker/Farmasis

Indonesia dapat dilihat pada tabel II berikut.

Tabel I. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

No. Kompetensi (Kegiatan) Kepmenkes 1197 tahun

2004

Kode Etik

1. Kompetensi A : Asuhan Kefarmasian

a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.

√ √

b. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri. - √

c. Memberikan pelayanan informasi obat. √ √ d. Memberikan konsultasi obat. √ √

e. Membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi. √ √

f. Melakukan monitoring efek samping obat. √ √ g. Pelayanan klinis berbasis farmakokinetik. √ √

h. Penatalaksanaan obat sitostatistika dan obat atau bahan yang setara √ √

i. Melakukan evaluasi penggunaan obat. √ √ 2. Kompetensi B : Akuntabilitas Praktek Farmasi

a. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi. √ √

b. Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku.

√ -

c. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang ambil. √ √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

32

Tabel I. Lanjutan

No. Kompetensi (Kegiatan) Kepmenkes 1197 tahun

2004

Kode Etik

d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

√ -

e. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

√ √

3. Kompetensi C : Manajemen Praktis Farmasi

a. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi dibidang farmasi. √ √

b. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan rumah sakit yang efektif dan efisien.. √ √

c. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien. √ √

d. Merancang organisasi kerja yang meliputi; arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

√ -

e. Merancang, melaksanakan, memantau, dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian.

√ √

f. Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek manajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah pada kepuasan konsumen

√ √

4. Kompetensi D : Komunikasi Farmasi

a. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

√ √

b. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

√ √

c. Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

√ √

d. Memantapkan hubungan dengan sesama apoteker berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

- √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

33

Tabel I. Lanjutan

No. Kompetensi (Kegiatan) Kepmenkes 1197 tahun

2004

Kode Etik

5. Kompetensi E : Pendidikan dan Pelatihan Farmasi

a. Memotivasi, mendidik, dan melatih apoteker lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian. √ √

b. Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan.

√ √

c. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian.

√ √

d. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

√ √

6. Kompetensi F : Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian

a. Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.

√ √

b. Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengembilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian.

√ √

H. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Apotek

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek mendefinisikan apotek sebagai

tempat, tertentu, tempat dilakukan pekerjan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Secara umum, kompetensi

di Apotek hampir sama dengan kompetensi di Rumah Sakit. Perbedaan terletak pada

kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan asuhan kefarmasian. Pada bidang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

34

Apotek tidak mencantumkan kompetensi seperti yang terdapat di dalam kompetensi

Rumah Sakit sebagaimana tercantum di bawah ini

Membuat formulasi khusus sediaaan obat yang mendukung proases terapi

Pelayanan klinik berbasis farmakokinetika

Penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara

Berikut adalah kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh apoteker

yang akan bekerja di apotek yang didasarkan pada Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia yang disusun oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) dan dilihat

kesesuaiannya dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan

Kode Etik Apoteker / Farmasis Indonesia.

1. Kompetensi A : Asuhan kefarmasian

a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter,

dokter gigi atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. Keputusan

Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Apotek menyebutkan bahwa resep adalah permintaan

tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku. Pada bab III mengenai pelayanan menyebutkan hal-

hal yang harus dilakukan berkaitan dengan pelayanan resep.

1.1 Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi: 1.1.1 Persyaratan administratif

Nama, SIP dan alamat dokter. Tanggal penulisan resep. Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

35

Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.

Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta Cara pemakaian yang jelas Informasi lainnya

1.1.2 Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

1.1.3 Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi dan jumlah obat dan lain-lain).

Pada bagian 1.2 tertulis hal-hal mengenai penyiapan obat, yaitu peracikan, yang

meliputi kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan

memberikan etiket pada wadah, dan penyerahan obat. Sebelum obat diserahan

pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat

dengan resep.

b. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin

melakukan pengobatan mandiri. Kepmenkes No. 347 tahun 1990 tentang Obat

Wajib Apotik menyebutkan bahwa peran Apoteker di apotik dalam pelayanan

KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada

masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri.

c. Memberikan pelayanan informasi obat. Pada bab III mengenai informasi obat

mengatur mengenai bentuk pelayanan informasi obat di Apotek yang harus

dilakukan.

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

36

Pada bab II bagian saran dan prasarana disebutkan juga bahwa Apotek harus

memiliki tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan

brosur/materi informasi.

d. Memberikan konsultasi/konseling obat. Pada bab III bagian konseling

disebutkan bahwa

Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Untuk penderia penyakit tertentu seperti cardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya, Apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.

Pada bab II bagian saran dan prasarana disebutkan juga bahwa Apotek harus

memiliki ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan

meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.

e. Melakukan monitoring efek samping obat. Pada bab III diatur tentang

monitoring penggunaan obat. Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker

harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien

tertentu seperti cardiovaskular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis

lainnya. Efek samping obat juga dapat dilihat pada saat Apoteker melakukan

skrining resep, pada saat melakukan pertimbangan klinis.

f. Melakukan evaluasi penggunaan obat. Pada bab III dicantumkan bahwa

setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan penyakit kronis lainnya. Untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis, Apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

37

sebagai care giver diharapkan juga dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian

yang sifatnya kunjungan ke rumah (home care). Untuk aktivitas ini, Apoteker

harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record).

2. Kompetensi B : Akuntabilitas praktek farmasi

a. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

b. Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan

standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku. Prosedur tetap (protap)

merupakan suatu indikator untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar yang

telah ditetapkan. Protap dan mutu pelayanan tercantum di dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bab IV tentang Evaluasi mutu

pelayanan.

Indikator yang digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan adalah: a. Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survei berupa

angket ayau wawancara langsung. b. Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah

ditetapkan). c. Prosedur Tetap : Untuk menjamin mutu pelayanan sesuai standar

yang telah ditetapkan Disamping itu prosedur tetap bermanfaat untuk : Memastikan bahwa praktik yang baik dapat terlaksana setiap saat; Adanya pembagian tugas dan wewenang; Memberikan pertimbangan dan panduan untuk tenaga kesehatan

lain yang bekerja di Apotek; Dapat digunakan sebagai alat untuk melatih staf baru; Membantu proses audit.

Prosedur tetap disusun dengan format sebagai berikut: 1. Tujuan : merupakan tujuan protap 2. Ruang Lingkup : berisi pernyataan tentang pelayanan yang

dilakukan dengan kompetensi yang diharapkan 3. Hasil : hal yang dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan

dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur 4. Persyaratan : hal-hal yang diperlukan untuk menunjang pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

38

5. Proses : berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar

6. Sifat protap adalah spesifik mengenai kefarmasian c. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil. hal

ini tercermin dari definisi tentang pelayanan kefarmasian pada bab I, yaitu

sebagai bentuk pelayanan dan tanggungjawab langsung profesi apoteker dalam

pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak

mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

e. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan

berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan “stakeholder”. Salah satu indikator

penilaian mutu pelayanan seperti yang tertete dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah kepuasan konsumen.

3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi

a. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi

dibidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan

menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di apotek berdasarkan

undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal, regional, nasional

maupun internasional. Hal ini disebutkan pada pasal 8 Kode Etik

Apoteker/Farmasis Indonesia, yaitu bahwa seorang apoteker harus aktif

mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan

pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

39

b. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan

efisien. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan falsafah

asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi,

kebijakan, program dan menerjemahkan ke dalam rencana kerja (plan of action).

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

menyebutkan bahwa Apoteker dituntut untuk mampu untuk mengelola sumber

daya manusia yang ada di Apotek dengan efektif.

c. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif

dan efisien. Penjabaran dari kompetensi di atas adalah dengan melakukan

seleksi, perencanaan, penganggaran, pengadaan, produksi, penyimpanan,

pengamanan persediaan, perancangan dan pelaksanaan sistem distribusi,

melakukan dispensing serta evaluasi penggunaan obat dalam rangka pelayanan

kepada pasien yang terintegrasi dalam asuhan kefarmasian dan sistem jaminan

mutu pelayanan.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

pada bab II bagian Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

lainnya mencantumkan mengenai pengelolan obat, yaitu pengeluaran obat

memakai sistem FIFO (first ini first out) dan FEFO (first expire first out).

Perencanaan obat juga harus memperhatikan pola penyakit di masyarakat,

kemampuan masyarakat dan juga budaya masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

40

d. Merancang organisasi kerja yang meliputi : arah dan kerangka organisasi,

sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi

manajemen.

e. Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga,

berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa

praktek kefarmasian.

f. Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional

mencakup aspek manajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah

pada kepuasan konsumen. Monitoring penyelenggaraan kegiatan operasional

dapat dilakukan melalui pelaksanaan prosedur tetap (protap), sedangkan evaluasi

kegiatan dilakukan melalui survei kepada konsumen.

4. Kompetensi D : Komunikasi farmasi

a. Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan

keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk

menyelesaikan masalah terapi obat pasien. Pada bab III mencantumkan

tentang Pelayanan Residensial (home care), yaitu pelayanan Apoteker sebagai

care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk

kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis. Melalui pelayanan

ini, hubungan antara Apoteker dan pasien akan semakin erat, sehingga

memungkinkan seorang Apoteker untuk mengetahui masalah-masalah yang

timbul pada saat terapi dan menyelesaikan masalah tersebut atas dasar ilmu

kefarmasiannya. Pada pasal 9 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia disebutkan

bahwa seorang Apoteker/Farmasis dalam melakukan pekerjaan kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

41

harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi

penderita dan melindungi makhluk hidup insani.

b. Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga

kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal

khususnya dalam aspek obat. Pada pasal 13 Kode Etik Apoteker/Farmasis

Indonesia disebutkan bahwa setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan

setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling

mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan. Pada

pasal 14 juga disebutkan bahwa setiap Apoteker/Farmasis hendaknya

menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan

berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas

kesehatan lainnya.

c. Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan

bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

d. Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling

menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat

profesi. Pada pasal 10 Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia disebutkan

bahwa setiap Apoteker/Farmasis harus memperlukan teman Sejawatnya

sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan. Dan pada pasal 12 disebutkan bahwa

setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker/Farmasis di dalam

memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa

saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

42

5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi

a. Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasis

dalam penerapan asuhan kefarmasian.

b. Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di

bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi

dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan. Kompetensi ini juga

tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

pada bab IV, yaitu bahwa Apoteker harus mampu membantu memberi

pendidikan dan peluang bagi sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan

pengetahuannya.

c. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian. Di dalam

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

bab II disebutkan bahwa dalam pengelolaan Apotek, Apoteker selalu belajar

sepanjang karier. Di dalam Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia pasal 4

disebutkan bahwa Setiap Apoteker/Farmasis harus selalu aktif mengikuti

perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada

khususnya.

d. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang

kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi

kesehatan dan masyarakat. Pada bab III pada bagian Promosi dan Edukasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

43

disebutkan bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus

berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.

6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian

a. Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan

mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat

dan profesi kesehatan lain.

b. Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian.

Kesesuaian antara Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang rumah

sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332

tahun 2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.922 tahun 1993 tentang Ketentuan

dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

dapat dilihat pada tabel II berikut.

Tabel II. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang apotek dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.922 tahun 1993 tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

No. Kompetensi (Kegiatan)

SK Menkes No.1027

tahun 2004

Kode Etik

Kepmenkes No.1332

tahun 2002

1. Kompetensi A : Asuhan Kefarmasian

a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.

√ √ √

b. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri.

- √ -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

44

Tabel II. Lanjutan

No. Kompetensi (Kegiatan) SK Menkes

No.1027 tahun 2004

Kode Etik

Kepmenkes No.1332

tahun 2002 c. Memberikan pelayanan informasi obat. √ √ √

d. Memberikan konsultasi obat. √ √ -

e. Melakukan monitoring efek samping obat. √ √ √

f. Melakukan evaluasi penggunaan obat. √ √ √

2. Kompetensi B : Akuntabilitas Praktek Farmasi

a. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi. - √ √

b. Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku.

√ - -

c. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang ambil. √ √ √

d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

√ - -

e. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

√ √ √

3. Kompetensi C : Manajemen Praktis Farmasi

a. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi dibidang farmasi. √ √ √

b. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien. √ √ -

c. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien. √ √ √

d. Merancang organisasi kerja yang meliputi; arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

√ - √

e. Merancang, melaksanakan, memantau, dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian.

- √ -

f. Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek manajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah pada kepuasan konsumen

√ √ -

4. Kompetensi D : Komunikasi Farmasi

a. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

√ √ -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

45

Tabel II. Lanjutan

No. Kompetensi (Kegiatan) SK Menkes

No.1027 tahun 2004

Kode Etik

Kepmenkes No.1332

tahun 2002

b. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

√ √ -

c. Memantapkan hubungan profesional antara apoteker dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

√ √ -

d. Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

- √ -

e. Memantapkan hubungan dengan sesama apoteker berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

- √ -

5. Kompetensi E : Pendidikan dan Pelatihan Farmasi

a. Memotivasi, mendidik, dan melatih apoteker lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.

√ √ -

b.

Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan.

√ √ -

c. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian.

√ √ -

d. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

√ √ -

6. Kompetensi F : Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian

a. Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.

√ √ -

b. Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengembilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian.

- √ -

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

46

I. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Industri

Berikut adalah kompetensi-kompetensi peran apoteker yang dibagi

berdasarkan fungsi industrial dan sebagian besar kompetensi-kompetensi tersebut

telah sesuai dengan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.

1. Quality Management (Manajemen Mutu). Rincian aspek pengetahuan yang

harus dimiliki.

a Metode analisis; mampu menyusun, memodifikasi dan menggunakan metode

analisis untuk pemeriksa bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk

ruahan, dan produk jadi.

b Studi stabilitas; mampu membuat protokol uji stabilitas, melakukan uji stabilitas

sesuai protokol yang sudah disiapkan dan menginterpretasikan data serta

menentukan masa simpan produk.

c Penyelidikan kegagalan (failure investigation), penyimpangan bets (batch

deviation), prosedur pengolahan dan pengemasan ulang (rework proseduces);

mampu melakukan penyelidikan terhadap kegagalan dan penyimpanan pada

suatu bets produk serta memberikan persetujuan terhadap usul perbaikan

sistem/proses dan atau pengolahan dan pengemasan ulang.

d Rancang bangun fasilitas (facility design) dan sertifikasi CPOB; mampu

melakukan evaluasi rancang bangun fasilitas yang memenuhi persyaratan CPOB

untuk mempertahankan sertifikasi CPOB serta mengajukan usul perbaikan.

e CPOB di laboratorium; mampu membuat prosedur atau tata cara yang sesuai

dengan CPOB untuk laboratorium pengendali/pengawas mutu dan melaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

47

f Inspeksi diri CPOB; mampu mengkoordinasikan dan melaksanakan inspeksi

diri untuk memastikan bahwa pelaksanaan CPOB diterapkan dengan efektif

(sesuai dengan ketentuan yang berlaku).

g Penanganan keluhan, obat kembalian dan penarikan obat jadi; mampu

mencari penyebab keluhan yang muncul kemudian mengambil langkah

perbaikan, dan jika perlu melakukan penarikan produk untuk menjamin produk

yang beredar di pasar senantiasa memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan.

h Penilaian pemasok (vendor rating); mampu menyusun prosedur audit pemasok,

melaksanakan audit dan memberi penilaian terhadap pemasok baru sehingga

dapat dimasukkan ke dalam daftar pemasok yang disetujui serta melakukan audit

berkala terhadap pemasok yang disetujui agar kinerjanya tetap baik dan atau

ditingkatkan.

i Kalibrasi, kualifikasi dan validasi; mampu mengkoordinasi atau melakukan

proses kalibrasi, kualifikasi dan validasi proses/metode analisis untuk

memastikan mutu produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan.

j Pengendalian perubahan; mampu mengendalikan perubahan yang dilakukan

disistem atau proses produksi, laboratorium, dan teknik/penunjang yang akan

mempengaruhi mutu obat, regulasi, dan keamanan/keselamatan kerja dengan cara

melakukan analisis dampak perubahan dan menentukan langah-langkah yang

diperlukan sebagai akibat dari perubahan.

k Pengelolaan dan pengendalian dokumen; mampu menyusun sistem

pengelolaan dan pengendalian dokumen yang diperlukan untuk penerapan

CPOB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

48

l Pelatihan CPOB; mampu menyusun sistem pelatihan CPOB bagi karyawan baru

dan lama serta pelatihan penyegaran agar mereka mengerti bagaimana bekerja

sesuai CPOB dan menjalankannya.

m UKK Dan K3/Environment, Health, And Safety (EHS); mampu membuat

program pengendalian dan pemantauan pencemaran lingkungan yang meliputi

pengelolaan limbah cair, padat, laboratorium. Program K3 (seperti pemerikasaan

kesehatan berkala, pemakaian sarana pembantu untuk perlindungan terhadap

keselamatan kerja dalam melakukan proses atau menjalankan mesin) serta

senantiasa melakukan perbaikan yang berkesinambungan.

n Penyusunan data pendukung untuk registrasi; mampu

mengumpulkan/menyusun data-data pendukung untuk memenuhi persyaratan

regristrasi yaitu bagtian Chemical, Manufacture, dan Control (CMC).

2. Production Management (Manajemen Produksi). Rincian aspek pengetahuan

yang harus dimiliki.

a Pemahaman desain formula; mampu mengevaluasi desain formula dan desain

kemasan sesuai dengan fasilitas dan skala produksi yang digunakan.

b Penanganan bahan/material handling; mampu menangani bahan baku, bahan

pengemas, produk ruahan, produk antara, dan produk jadi selama proses

produksi.

c Proses pembuatan produk farmasi; mampu membuat produk jadi sesuai

dengan jumlah dan spesifikasi yang telah ditentukan dengan biaya efisien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

49

d UKK dan K3/ Environment, Health, and Safety (EHS); mampu membuat

program keselamatan dan kesehatan kerja serta program pemantauan dan

pengendalian lingkungan.

e Rancang bangun fasilitas (Facility Design) dan sertifikasi CPOB; mampu

melakukan evaluasi rancang bangun fasilitas yang memenuhi persyaratan CPOB

untuk memperoleh dan mempertahankan sertifikasi CPOB serta mengajukan usul

perbaikan.

f Inspeksi diri CPOB; mampu melaksanakan inspeksi diri untuk memastikan

bahwa pelaksanaan CPOB berjalan dengan efektif (sesuai dengan ketentuan yang

berlaku).

g Kalibrasi, kualifikasi, dan validasi; mampu melakukan proses kalibrasi,

kualifikasi peralatan, validasi proses, dan validasi pembersihan untuk

memastikan mutu produk yang dihasilkan.

h Pengendalian perubahan (Change Control); mampu mengendalikan perubahan

yang terjadi diproduksi yang akan mempengaruhi mutu obat, regulasi, dan

keamanan dengan cara melakukan analisis terhadap dampak perubahan dan

melakukan langkah-langkah yang diperlukan sebagai akibat dari perubahan.

3. Product Development (Pengembangan Produk). Rincian aspek pengetahuan

yang harus dimiliki.

a Formulasi; mampu merancang suatu formula sediaan obat jadi yang memenuhi

kriteria khasiat, aman, stabil, dan cost effective.

b Teknologi farmasi; mampu mengaplikasikan formulasi pada fasilitas produksi

serta melakukan transfer teknologi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

50

c Pengembangan bahan pengemas; mampu mengevaluasi, merancang, dan

menentukan bahan pengemas yang sesuai keperluan konsumenakhir, dan yang

dapat menjamin kualitas produk selama masa simpan produk atau obat jadi serta

cost effective.

d Penyiapan data penunjang registrasi; mampu menyusun data-data penunjang

registrasi yang berhubungan dengan pengembangan produk untuk memenuhi

persyaratan registrasi.

4. Material Management (Manajemen Persediaan). Rincian aspek pengetahuan

yang harus dimiliki.

a Pengadaan barang (Procurement) untuk produk obat; mampu melakukan

pengadaan barang pada saat dibutuhkan dan selalu menjaga ketersediaannya

sehingga tidak akan ada kekosongan apabila barang dibutuhkan.

b Pergudangan; mampu melakukan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran

barang dengan menjaga keamanan dan kualitas barang.

c Production Planing And Inventory Control (PPIC); mampu membuat

perencanaan pengadaan bahan baku dan bahan pengemas, membuat perencanaan

produksi dan memonitor pelaksanaan jadual produksi serta melakukan

pengendalian inventory.

5. Regulatory and Product Information (Regulasi dan Informasi Produk).

Rincian aspek pengetahuan yang harus dimiliki.

a Registrasi; mampu untuk menguasai proses pendaftaran obat jadi secara

menyeluruh untuk memperoleh izin pemasaran (marketing authorization).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

51

b Regulasi; mampu dalam memperoleh pengetahuan tentang peraturan atau

regulasi di bidang industri farmasi dan peraturan yang terkait dan mampu untuk

mneginformasikan peraturan ke industri internal.

c Sertifikasi; mampu memperoleh pengetahuan tentang proses sertifikasi sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d Informasi produk; mampu untuk menyampaikan informasi suatu produk kepada

konsumen sesuai dengan kode etik peraturan yang berlaku.

e Permohonan izin dan pelaporan hasil uji klinik; mampu menguasai proses

perolehan izin dan pelaporan hasil uji klinik.

f Pelaporan MESO; mampu melakukan pelaporan monitoring semua efek obat

yang dijumpai pada penggunaan obat, sebagai bahan untuk melakukan penilaian

kembali obat yang beredar serta untuk melakukan tindakan pengamanan atau

penyesuaian yang diperlukan.

g Pelaporan penanganan keluhan dan penarikan kembali produk jadi; mampu

melakukan pelaporan dan penanganan setiap keluhan yang muncul untuk

mengambil langkah perbaikan dan jika perlu dilakukan penarikan produk untuk

menjamin bahwa produk yang beredar di pasar memenuhi syarat yang

ditentukan.

J. Organisasi Profesi

Farmasi sebagai sebuah profesi memiliki wadah profesi yang menunjukkan

jati diri profesionalitasnya. Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor 41846/Kb/121 tanggal 16 September 1965, Menteri Kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

52

Republik Indonesia telah menetapkan bahwa Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)

merupakan organisasi tunggal/satu-satunya organisasi sarjana farmasi/apoteker

Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor 41846/Kb/121 tanggal 16 September 1965 tersebut, maka ISFI memiliki

kekuatan hukum di hadapan negara. Sebagai organisasi yang mengayomi profesi

farmasi di Indonesia, ISFI berhak untuk menjalankan/mengatur profesi farmasi,

termasuk mengeluarkan Standar Kompetensi Farmasis Indonesia sebagai suatu

standar pelayanan kefarmasian di Indonesia.

K. Pendidikan Farmasi

Pendidikan farmasi merupakan suatu pendidikan tinggi yang berbasis

keahlian farmasi. Empat hal utama yang diajarkan kepada calon farmasis adalah

keahlian farmakologi, kimia farmasi, farmasetika dan farmakognosi fitokimia

(Richards et al, 2004), disamping itu juga diajarkan mengenai farmasi sosial

(Sudjaswadi, 2002). Di Indonesia, pendidikan tinggi farmasi dilakukan pada jenjang

strata satu dan jenjang pendidikan profesi apoteker. Asosiasi Pendidikan Tinggi

Farmasi Indonesia (APTFI) merupakan sebuah lembaga yang menentukan kurikulum

inti pendidikan farmasi, baik jenjang strata satu maupun jenjng profesi. Berikut ini

merupakan isi kurikulum inti dan beban sistem kredit semester (sks) setiap mata

kuliah jenjang profesi apoteker berdasarkan Surat Keputusan Majelis APTFI nomor

002/APTFI/MA/2005 tentang pengesahan kurikulum, silabus, dan penyelenggaraan

pendidikan profesi apoteker dalam lampiran satu.

Sifat Pendidikan : Permintaan utama (Majoring) Bidang Pelayanan Farmasi. Jenis Kurikulum : Pharmaceutical First Professional Degree

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

53

Beban : Kurikulum inti 24 SKS dan matakuliah pilihan minimun: 4 SKS, diselenggarakan dalam 2 semester

Tabel III. Kurikulum inti pendidikan profesi apoteker No. Nama Mata Kuliah SKS 1 Farmakoterapi & Terminologi Medik 2 2 Biofarmasetika & Farmakokinetika Klinik 2 3 Compounding &Dispensing 2 4 Manajemen Farmasi Komunitas 2 5 Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) 2 6 Komunikasi & Konseling 2 7 Interaksi Obat (Drug Related Problems) 2 8 Praktek Kerja Profesi Di Apotek 4 9 Mata Kuliah Muatan Lokal 6

MATA KULIAH PILIHAN ditentukan oleh masing-masing perguruan tinggi farmasi yang mendapat izin menyelenggarakan pendidikan profesi farmasis (apoteker). CATATAN 1. Bila mata kuliah sudah diberikan di Program S1 maka pada program {profesi

dapat diganti dengan muatan lokal. 2. Silabus akan disusun oleh Komisi Pendidikan APTFI. Sistem pendidikan tahap

Pharmaceutical Second/Third Professional Degree akan ditetapkan oleh keputusan rapat Kolegium Imlu Farmasi Indonesia (KIFI) yang akan segera dibentuk (Anonim, 2005).

Berikut ini merupakan daftar nama mata kuliah kurikulum tahun 2006

program profesi apoteker di tempat peneliti menempuh pendidikan strata satu

farmasi.

Tabel IV. Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Tahun 2006 Program Profesi Apoteker Minat Praktek Kerja Profesi Apoteker : Farmasi Rumah Sakit

Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS SEMESTER I 1 Farmakoterapi & Terminologi Medik Wajib APTFI 2 2 Biofarmasetika & Farmakokinetika Klinik (sudah

ada di S-1) Wajib APTFI -

3 Compounding & Dispensing Wajib APTFI 2 4 Manajemen Farmasi Komunitas Wajib APTFI 2 5 Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) Wajib APTFI 2 6 Komunikasi & Konseling Wajib APTFI 2 7 Interaksi Obat (Drug Related Problem) Wajib APTFI 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

54

Tabel IV. Lanjutan Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS SEMESTER I 8 Farmasi Rumah Sakit Wajib 2 9 Etika dan Perundang-undangan Wajib 2 10 Farmasi Kesehatan Masyarakat Wajib 2 11 Mata Kuliah Pilihan 1 Pilihan 2 12 Mata Kuliah Pilihan 2 Pilihan 2 Mata Kuliah minat PK profesi di Rumah Sakit

adalah:

1 Farmasi Industri Pilihan 2 2 Kewirausahaan Pilihan 2 3 Bioteknologi Farmasi Pilihan 2 4 Terapi Komplementer Pilihan 2 5 Evidence Based Medicine* Pilihan 2 6 Psikologi Kesehatan Pilihan 2 SEMESTER II 1 Praktek Kerja Profesi di Apotek Wajib APTFI 4 2 Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Wajib 6 *) BELUM DISELENGGARAKAN

Tabel V. Daftar Nama Mata Kuliah Kurikulum Tahun 2006 Program Profesi Apoteker Minat Praktek Kerja Profesi Apoteker : Farmasi Industri

Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS SEMESTER I 1 Farmakoterapi & Terminologi Medik Wajib APTFI 2 2 Biofarmasetika & Farmakokinetika Klinik (sudah

ada di S-1) Wajib APTFI -

3 Compounding & Dispensing Wajib APTFI 2 4 Manajemen Farmasi Industri Wajib APTFI 2 5 Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical Care) Wajib APTFI 2 6 Komunikasi & Konseling Wajib APTFI 2 7 Interaksi Obat (Drug Related Problem) Wajib APTFI 2 8 Farmasi Industri Wajib 2 9 Etika dan Perundang-undangan Wajib 2 10 Farmasi Kesehatan Masyarakat Wajib 2 11 Mata Kuliah Pilihan 1 Pilihan 2 12 Mata Kuliah Pilihan 2 Pilihan 2 Mata Kuliah minat PK profesi di Industri adalah: 1 Farmasi Rumah Sakit Pilihan 2 2 Kewirausahaan Pilihan 2 3 Bioteknologi Farmasi Pilihan 2 4 Sistem Pengembangan Obat Tradisional Pilihan 2 5 Phytopharmaceutical Technology Pilihan 2 6 Unit Operasi Industri Farmasi Pilihan 2 7 Pengolahan Limbah Farmasi* Pilihan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

55

Tabel V. Lanjutan Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS SEMESTER I 8 Ekonomi Farmasi Pilihan 2 9 Validasi Metode Analisis Pilihan 2 SEMESTER II 1 Praktek Kerja Profesi di Apotek Wajib APTFI 4 2 Praktek Kerja Profesi di Industri Wajib 6 *) BELUM DISELENGGARAKAN

Berikut ini merupakan salah satu kurikulum program pendidikan profesi

farmasi di salah satu perguruan tinggi farmasi di Jawa Barat.

Tabel VI. Struktur Kurikulum Program Profesi Apoteker di salah satu perguruan tinggi di Jawa barat

SEMESTER I Kuliah Modul-I

SEMESTER II Kuliah Modul-II

Intensif 8 Minggu Intensif 8 Minggu Farmasi Rumah Sakit (3 sks) Farmasi Industri (3 sks) Manajemen Farmasi (3 sks) KP-I (8 sks)

Farmakoterapi (2 sks) Ilmu Komunikasi (2 sks) Undang-undang Farmasi dan Etika Profesi (2 sks) KP-II (8 sks)

Efektif 6-8 minggu Efektif 6-8 minggu Ujian Apoteker (1 sks)

Catatan : 1 sks kuliah = 1 jam tatap muka di kelas ; 1 sks KP = 1 minggu kerja di tempat KP

L. Keterangan Empiris

Dari penelitian ini diharapkan dapat menggali informasi mengenai pola

distribusi minat mahasiswa dan kesiapan mahasiswa program profesi apoteker dalam

menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di Jawa Barat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Kesiapan Mahasiswa program profesi apoteker

dalam Menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam Sudut Pandang

Mahasiswa Program Profesi Apoteker di Dua Perguruan Tinggi di Jawa Barat” ini

termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif.

Penelitian non eksperimental merupakan penelitian yang observasinya dilakukan

terhadap sejumlah ciri subyek menurut keadaan apa adanya, tanpa ada manipulasi

atau intervensi peneliti (Pratiknya,1993). Rancangan deskriptif merupakan suatu

rancangan yang bertujuan hanya menguraikannya secara menyeluruh dan teliti

sesuai dengan persoalan (Umar, 2001). Data yang diperoleh kuesioner, selanjutnya

akan diolah menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk persentase, ditampilkan

dalam bentuk tabel dan visual grafik dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

B. Batasan Operasional Penelitian

1. Kesiapan

Kesiapan adalah sikap dan keyakinan seseorang yang ditunjukkan dengan

kesanggupan untuk melakukan sesuatu.

2. Minat

Minat adalah adalah suatu bentuk ketertarikan mahasiswa program profesi

apoteker terhadap suatu bidang pelayanan kefarmasian, sehingga memiliki

kecenderungan untuk memilihnya sebagai bidang pekerjaannya ketika bekerja

sebagai apoteker.

56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

57

3. Bidang pelayanan kefarmasian

Bidang pelayanan kefarmasian yang dimaksud adalah bidang pelayanan

kefarmasian yang tertera dalam buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia,

yaitu industri, rumah sakit, dan apotek.

4. Sudut pandang

Sudut pandang merupakan suatu bentuk pola pikir/gambaran subyektif seseorang

dalam upaya menanggapi suatu hal atau peristiwa yang berkaitan dengan dirinya

sendiri. Sudut pandang dalam penelitian ini merupakan gambaran mahasiswa

program pendidikan profesi tentang kesiapan diri mereka dalam menghadapi

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.

5. Responden

Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa program

profesi apoteker yang telah mengembalikan dan mengisi kuesioner dan telah

memilih minat meskipun lebih dari 1 (satu) minat. Jika mahasiswa program

profesi apoteker memilih lebih dari 1 (satu) minat maka responden juga dianggap

lebih dari 1 (satu).

6. Mahasiswa program profesi apoteker

Mahasiswa program profesi apoteker adalah seseorang yang terdaftar dan baru

menyelesaikan kurikulum inti pendidikan farmasi yang sifatnya teori pada

jenjang pendidikan profesi apoteker dan belum mengucapkan Sumpah profesi

Apoteker di dua perguruan tinggi di Jawa Barat. Ada dua kelompok mahasiswa

yang termasuk didalamnya. Kelompok pertama adalah mahasiswa yang belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

58

menjalani kuliah praktek, sedangkan kelompok kedua adalah mahasiswa yang

sudah menjalani kuliah praktek di salah satu bidang pelayanan kefarmasian.

7. Perguruan Tinggi

Perguruan Tinggi adalah tempat atau lembaga, baik universitas maupun sekolah

tinggi, yang menyelenggarakan program studi profesi apoteker, memiliki

mahasiswa program profesi apoteker yang tersebut di atas pada periode

pengambilan data dan memberikan gelar apoteker di Jawa Barat.

8. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang dimaksud dalam penelitian ini

mengacu pada buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang diterbitkan

oleh Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).

9. Pelayanan kefarmasian

Pelayanan kefarmasian yang dimaksudkan dalam Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia adalah pelayanan yang dilakukan oleh apoteker terkait dengan obat,

baik di bidang industri, rumah sakit maupun apotek.

C. Subyek penelitian

Penelitian ini menjadikan mahasiswa program profesi apoteker di dua

perguruan tinggi di Jawa Barat sebagai subyek penelitian. Mahasiswa yang dipilih

sebagai subyek penelitian adalah semua mahasiswa yang terdaftar dan baru

menyelesaikan kurikulum inti pendidikan farmasi yang sifatnya teori pada jenjang

pendidikan profesi apoteker periode April 2006-Juni 2006 dan belum mengucapkan

Sumpah profesi Apoteker. Ada dua kelompok mahasiswa yang termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

59

didalamnya. Kelompok pertama adalah mahasiswa yang belum menjalani kuliah

praktek, sedangkan kelompok kedua adalah mahasiswa yang sudah menjalani kuliah

praktek di salah satu bidang pelayanan kefarmasian.

Tujuan pemilihan mahasiswa program profesi apoteker yang baru

menyelesaikan kurikulum inti pendidikan profesi farmasi sebagai subyek penelitian

adalah untuk mengenalkan Standar Kompetensi Farmasis Indonesia kepada mereka

dan melihat sejauh mana kurikulum pendidikan farmasi mampu mampersiapkan

mereka menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Total jumlah

mahasiswa profesi apoteker di dua perguruan tinggi di Jawa Barat adalah 194 orang,

namun hanya 107 orang yang mengembalikan dan mengisi kuisioner. Responden

disesuaikan dengan jumlah minat pada kuesioner kembali dan terisi yaitu sebanyak

114 responden.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner yang

disebarkan kepada seluruh mahasiswa program profesi apoteker di dua perguruan

tinggi di Jawa Barat periode April-Juni 2006. Kuisioner merupakan formulir-

formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada

seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan

informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis,2006) dari responden secara

tertulis pula (Nawawi,2005). Kuesioner dapat diberikan kepada responden baik

secara langsung maupun tidak langsung (McIntyre, 2005). Pertanyaan yang diajukan

adalah untuk memperoleh informasi dari responden tentang dirinya sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

60

(Nawawi,2005). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner berisi pertanyaan tentang

deskripsi karakteristik responden dan deskripsi kesiapan mahasiswa program profesi

apoteker dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Pertanyaan-

pertanyaan yang dibuat untuk mendapatkan deskripsi kesiapan mahasiswa program

profesi apotekerr dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

berdasarkan poin-poin yang terdapat di dalam buku Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Sarjan Farmasis Indonesia (ISFI) tahun 2004.

Deskripsi karakteristik responden didapat dari 4 (empat) pertanyaan yang

diajukan di bagian awal kuisioner. Deskripsi kesiapan mahasiswa program profesi

apotekerr dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia diperoleh dari

3 (tiga) kelompok pertanyaan yang dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bidang pelayanan

kefarmasian, yaitu bidang industri, bidang rumah sakit, dan bidang apotek.

Pertanyaan yang diajukan pada bidang industri berjumlah 36 (tiga puluh enam)

pertanyaan, bidang rumah sakit berjumlah 30 (tiga puluh) pertanyaan, dan bidang

apotek berjumlah 27 (dua puluh tujuh) pertanyaan.

Pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan deskripsi kesiapan

mahasiswa program profesi apotekerr dalam menghadapi Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia ini terdiri dari 2 (dua) tipe pertanyaan, yaitu pertanyaan tertutup

(closed ended question) dan pertanyaan semi terbuka. Pertanyaan tertutup (closed-

ended question) adalah bentuk pertanyaan yang telah memberikan alternatif jawaban

dan responden diminta untuk menjawab berdasarkan alternatif jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti (McIntyre, 2005). Alternatif jawaban harus dipilih salah satu

diantaranya oleh responden sebagai jawaban yang paling benar (Nawawi, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

61

Pertanyaan tertutup yang diajukan mengandung 5 alternatif jawaban yang meliputi

Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak

Setuju (STS). Responden diberi kesempatan untuk memilih salah satu dari 5

alternatif jawaban berdasarkan tingkat kesiapan dan interpretasi responden dalam

menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia. Setiap alternatif jawaban

dimaknai peneliti sebagai berikut:

1. sangat setuju (SS) bermakna sangat siap

2. setuju (S) bermakna siap

3. ragu-ragu (R) bermakna kurang siap

4. tidak setuju (TS) bermakna tidak siap, dan

5. sangat tidak setuju (STS) bermakna sangat tidak siap

Bagian kedua kuesioner berupa pertanyaan semi terbuka. Tiap bidang

pelayanan kefarmasian hanya berisi satu pertanyaan semi terbuka. Pertanyaan semi

terbuka adalah pertanyaan yang jawabannya sebagian sudah ditentukan oleh peneliti,

dan sebagian disediakan kolom kosong untuik menampung jawaban resonden

(Adi, 2004). Pada bagian ini, peneliti memberikan 2 alternatif jawaban, yaitu Ya dan

Tidak, dan juga menyediakan ruang bagi responden untuk mengutarakan berbagi

alasan terhadap jawaban yang mereka pilih tersebut.

E. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai

kemungkinan diadakannya penelitian. Informasi tersebut mencakup jumlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

62

universitas yang menyelenggarakan program profesi apoteker, jumlah mahasiswa

program profesi apoteker dan waktu terakhir perkuliahan teoritis mahasiswa

program profesi apoteker di Perguruan Tinggi di Jawa Barat. Pada tahap ini juga

dilakukan proses mendapatkan izin melakukan penelitian kepada pihak terkait di

dua perguruan tinggi di Jawa Barat.

2. Pembuatan kuesioner

a. Pembuatan kuesioner

Kuesioner disusun dan dibuat sedemikian hingga mencapai tujuan

penelitian. Kuisioner yang dibuat memuat operasional penelitian. Kuesioner

pertanyaan berisi deskripsi karakteristik responden dan deskripsi persepsi

mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia. Pertanyaan tentang deskripsi persepsi mahasiswa profesi apoteker

dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dibedakan

berdasarkan tiga bidang pelayanan kefarmasian yang tercantum dalam

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dimana pada tiap bidang pelayanan

kefarmasian terdapat dua bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan tertutup dan

pertanyaan semi terbuka.

b. Tahap pengujian kuesioner

Pengujian kuisioner perlu dilakukan untuk melihat beberapa

kesalahan dalam pembuatan kuesioner. Pada pengujian kuesioner dibutuhkan

bantuan orang lain dan tenaga ahli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

63

1) Uji pemahaman bahasa

Uji pemahaman bahasa berfungsi untuk mengetahui sejauh mana

bahasa penyusun pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner

dapat dipahami oleh responden, termasuk didalamnya kesalahan

pengetikan, pengejaan kata-kata, dan susunan kalimat. Uji pemahaman

bahasa dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada mahasiswa

program profesi apoteker di salah satu perguruan tinggi.

2) Uji validitas isi

Validitas suatu instrumen menujukkan suatu alat ukur yang

dapat mengukur sejauh mana kebenaran alat itu untuk mengukur sesuatu

yang diperlukan (Mardalis, 2006). Atau dengan kata lain, suatu instrumen

dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur (Kountur, 2005). Validitas isi menyangkut tingkat

kebenaran suatu instrumen mengukur isi dari area yang dimaksud untuk

diukur (Kountur, 2005).Validitas isi diperoleh dengan memeriksa

kecocokan setiap item dengan bahan yang telah diberikan (Nawawi,

2005). Uji validitas dapat dilakukan dengan membandingakn antara isi

instrumen dengan suatu rancangan (Umar, 2001). Untuk mengetahui

apakah suatu angket dapat dianggap valid secara isi dapat dilakukan

dengan cara meminta pendapat ahli (Kountur, 2005).

Pada penelitian ini, uji validitas isi dilakukan bersama dengan

dosen pembimbing. Uji ini dilakukan dengan melihat kesesuaian isi

kuisioner dengan kawasan isi obyek yang diukur dengan berpedoman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

64

pada Standar Kompetensi Farmasis Indonesia yang dibuat oleh Ikatan

Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI).

3. Penyebaran dan pengumpulan kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan pada akhir masa perkuliahan teoritis

mahasiswa program profesi apoteker. Penyebaran kuisioner dilakukan secara

langsung kepada responden/subyek penelitian, yaitu mahasiswa program profesi

apoteker di dua perguruan tinggi di Jawa Barat. Penyebaran kuisioner diawali

dengan memberikan petunjuk pengisian kuisioner. Pengumpulan kuisioner

dilakukan sehari setelah kuisioner dibagikan. Penyebaran dan pengumpulan

kuisioner dilakukan pada bulan April 2006-Juni 2006.

4. Wawancara

Wawancara adalah usaha mengumpulkan informasi dengan mengajukan

sejumlah pertanyaan secara lisan, untuk diajukan secara lisan pula (Nawawi,

2005). Wawancara dapat dipakai untuk melengkapi data yang diperoleh

(Mardalis, 2006). Pada penelitian ini, wawancara ditujukan untuk mendukung

data yang diperoleh melalui kuesioner.

Wawancara dilakukan terhadap dosen yang terkait dengan bidang

kurikulum dan beberapa mahasiswa dengan bantuan kerangka atau garis-garis

besar yang dibutuhkan dan berkaitan dengan tema. Wawancara dilakukan di dua

perguruan tinggi di Jawa Barat.

5. Pengolahan hasil

Data yang diperoleh melalui kuisioner diolah dengan cara kategorisasi

data sejenis, yaitu dengan menyusun data dan menggolongkannya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

65

kategori-kategori. Penggolongan kategori yang dimaksud adalah tiap item

pertanyaan di setiap bidang pelayanan kefarmasian yang meliputi bidang industri,

rumah sakit, dan apotek. Hasil yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan

statistik deskriptif dalam bentuk persentase, ditampilkan dalam bentuk visual

grafik dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

F. Tata Cara Pengolahan Data

Teknik analisis yang umumnya digunakan untuk menganalisis data pada

penelitian-penelitian deskriptif ialah dengan menggunakan tabel dan grafik(Kountur,

2005). Penelitian ini menggunakan analisis data statistik berupa statistik deskriptif

dalam bentuk persentase dan ditampilkan dalam bentuk visual grafik dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.

Analisis data dimulai dengan cara mengelompokkan data berdasarkan minat

pada tiga bidang pelayanan kefarmasian kemudian hitung jumlah total pada tiap

bidang pelayanan kefarmasian dan jumlah total pada tiga bidang pelayanan

kefarmasian. Selain itu juga dilakukan pengelompokkan jawaban responden

berdasarkan alternatif jawaban yang tersedia dan dihitung jumlah total untuk tiap

alternatif jawaban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Mahasiswa Program Profesi Apoteker

Karakteristik mahasiswa profesi Apoteker berupa jenis kelamin, umur,

tempat menempuh pendidikan stata satu farmasi dan minat pada bidang pelayanan

kefarmasian. Penelitian yang dilakukan di dua perguruan tinggi di Jawa Barat

melibatkan 107 mahasiswa profesi Apoteker. 107 mahasiswa profesi Apoteker

tersebut merupakan mahasiswa program profesi Apoteker yang mengembalikan dan

mengisi kuisioner. Karakteristik umur tidak dimasukkan dikarenakan hanya beberapa

responden yang menuliskan umurnya.

1. Jenis kelamin

Dari sejumlah 107 mahasiswa program profesi Apoteker tersebut, diketahui

bahwa 19,63 % berjenis kelamin laki-laki dan 67,29% berjenis kelamin perempuan,

sedangkan 13,08% tidak mengisi kolom jenis kelamin. Hal ini menggambarkan

Apoteker yang akan lulus pada wilayah Jawa Barat didominasi oleh perempuan.

Gambaran jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

13,08%67,29%

19,63%

Laki-LakiPerempuan tidak diketahui

Gambar 1. Jenis kelamin responden di Jawa Barat

66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

67

2. Tempat menempuh pendidikan strata satu farmasi

Karakteristik tempat menempuh pendidikan strata satu farmasi

dimaksudkan sebagai institusi atau perguruan tinggi tempat mahasiswa profesi

Apoteker menempuh pendidikan strata satu farmasi sebelum ia menempuh

pendidikan profesi Apoteker di perguruan tinggi yang diteliti oleh peneliti.

Karakterik ini dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok satu merupakan kelompok

mahasiswa profesi Apoteker yang menempuh pendidikan strata satu farmasi dan

pendidikan profesi Apoteker di perguruan tinggi yang sama. Kelompok dua adalah

kelompok mahasiswa profesi Apoteker yang menempuh pendidikan strata satu

farmasi dan pendidikan profesi Apoteker di perguruan tinggi yang berbeda.

Sebanyak 1,87% dari 107 mahasiswa profesi Apoteker yang mengembalikan dan

mengisi kuisioner tidak memberikan informasi ini. Gambaran mengenai hal ini dapat

dilihat dari gambar 2 berikut.

1,87%

28,04%

70,09%

samaberbedatidak diketahui

Gambar 2. Perguruan tinggi tempat menempuh pendidikan strata satu

farmasi dan pendidikan profesi Apoteker di Jawa Barat

Dari gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden di

wilayah Propinsi Jawa Barat menempuh pendidikan strata satu farmasi dan

pendidikan profesi Apoteker di perguruan tinggi yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

68

Berdasarkan hasil wawancara, tingkat pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa program profesi Apoteker juga dipengaruhi oleh perguruan tinggi dimana

mahasisiwa program profesi yang bersangkutan menempuh pendidikan strata satu

farmasi. Hal ini berkaitan dengan kesinambungan antara kurikulum pendidikan

antara program pendidikan strata satu dan profesi Apotekernya. Oleh karena itu,

pihak pengelola program studi profesi Apoteker berani menjamin bahwa mahasiswa

program profesi Apotekernya akan siap menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia.

3. Minat

Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk ketertarikan

mahasiswa program profesi apoteker pada suatu bidang pelayanan kefarmasian,

sehingga memiliki kecenderungan untuk memilihnya sebagai bidang pekerjaannya

ketika bekerja sebagai apoteker. Hal ini berarti bahwa minat terhadap bidang

pelayanan kefarmasian yang dipilih oleh responden saat mengisi kuisioner

merupakan minat responden untuk bekerja pada bidang pelayanan kefarmasian

tersebut sebagai apoteker. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang reponden

diketahui bahwa sebagian besar responden berminat pada suatu bidang pelayanan

kefarmasian karena ingin bekerja pada bidang pelayanan kefarmasian tersebut pada

saat menjadi apoteker. Namun, ada juga responden yang berminat pada suatu bidang

pelayanan kefarmasian tertentu karena sekedar ingin mengetahui lebih jauh

mengenai bidang pelayanan kefarmasian tersebut. Berdasarkan hasil wawancara,

diketahui bahwa responden dengan karakteristik ini jumlahnya sedikit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

69

Berdasarkan kuesioner yang kembali, beberapa mahasiswa program profesi

Apoteker memilih lebih dari satu bidang minat. Total jumlah minat pada tiga bidang

pelayanan kefarmasian adalah 114 minat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai

responden. Sejumlah minat tersebut terbagi menjadi 35,97% berminat di bidang

Rumah Sakit; 42,98% berminat di bidang Industri dan 21,05% berminat di bidang

Apotek. Gambaran mengenai hal ini dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

35,97%

21,05%

42,98%ApotekIndustriRumah Sakit

Gambar 3. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan

kefarmasian di Jawa Barat

Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa minat responden di Jawa Barat

paling besar di bidang Industri. Salah seorang mahasiswa program profesi Apoteker

yang diwawancara mengatakan bahwa minatnya ke bidang Industri karena perguruan

tinggi tempat mahasiswa program profesi Apoteker tersebut menempuh pendidikan

stata satu farmasi dan pendidikan profesi Apoteker lebih berorientasi pada bidang

teknologi, tepatnya teknologi farmasi. Oleh karena itu, ia merasa mempunyai dasar-

dasar tentang teknologi farmasi yang kuat dan siap untuk bekerja di bidang Industri

dibanding di bidang Rumah Sakit dan Apotek. Berdasarkan ISO Indonesia Obat

Generik Berlogo, jumlah industri farmasi di jawa barat juga cukup banyak, yaitu

sekitar 71 industri. Hal ini diperkirakan juga menjadi alasan banyaknya responden

yang berminat di bidang industri. Bidang pelayanan di rumah sakit menjadi minat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

70

terbesar kedua dari responden. Di duga, hal ini berkaitan dengan jumlah rumah sakit

yang cukup banyak di Jawa Barat, yaitu sekitar 104 unit rumah sakit. Jenjang karir

yang dapat dicapai adalah menjadi Kepala Instalasi Farmasi dan menjadi salah

seorang (wakil/sekretaris) Panitia dan Terapi. Khusus di dalam Panitia Farmasi dan

Terapi, peran apoteker disini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan

dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit

ditentukan dalam panitia ini.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa ada 6 (enam) mahasiwa

program profesi apoteker yang mengisi lebih dari satu minat, yaitu 2 (dua)

mahasiswa program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di

rumah sakit dan industri, 3 (tiga) mahasiswa program profesi apoteker berminat pada

bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek dan 1 (satu) mahasiswa

program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah

sakit, apotek dan industri. Pada kelompok yang berminat pada bidang pelayanan

kefarmasian di rumah sakit dan industri, 1 (satu) mahasiswa program profesi

apoteker menyatakan kesiapannya untuk melakukan pelayanan kefarmasian di kedua

bidang tersebut, sedangkan 1 (satu) mahasiswa yang lain menyatakan

ketidaksiapannya. Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi

apoteker yang siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan industri

adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja

(learning by doing). Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi

apoteker yang tidak siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan

industri adalah karena belum menjalani Kerja Praktek (KP), sehingga belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

71

mengetahui dan mengalami secara langsung praktek pelayanan kefarmasian di kedua

bidang tersebut. Pada kelompok yang berminat pada bidang pelayanan kefarmasian

di rumah sakit dan apotek, 2 (dua) mahasiswa program profesi apoteker menyatakan

kesiapannya untuk melakukan pelayanan kefarmasian di kedua bidang tersebut,

sedangkan 1 (satu) mahasiswa yang lain menyatakan ketidaksiapannya. Alasan yang

dikemukakan oleh mahasiswa program profesi apoteker yang siap melakukan

pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek adalah kemauan dan selalu adanya

kesempatan untuk terus belajar saat bekerja (learning by doing), serta tanggung

jawab bahwa seorang apoteker harus mampu melaksanakan semua kegiatan farmasi

dan tuntutan profesi. Mahasiswa program profesi apoteker yang tidak siap

melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek tidak memberikan

alasan penyebab ketidaksiapannya. Mahasiswa program profesi apoteker yang

berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek dan industri,

menunjukkan kesiapannya untuk melakukan pelayanan di rumah sakit dan apotek,

tetapi tidaksiap untuk melakukan pelayanan di industri. Alasan yang dikemukakan

yang menunjukkan kesiapannya melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit

dan apotek adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat

bekerja (learning by doing), sedangkan alasan yang menyebakan ketidaksiapannya

melakukan pelayanan kefarmasian di industri tidak disebutkan. Berdasarkan hasil

wawancara diketahui bahwa minat melakukan pelayanan kefarmasian di lebih dari

satu bidang pelayanan kefarmasian disebabkan peluang mendapatkan pekerjaan.

Responden menyatakan bahwa dirinya tidak tahu akan diterima di bidang pelayanan

kefarmasian yang mana. Oleh karena itu, responden merasa perlu mempersiapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

72

diri di semua bidang pelayanan kefarmasian agar dapat memberikan pelayanan

kefarmasian terbaik saat bekerja di salah satu pelayanan kefarmasian tersebut.

B. Tingkat Kesiapan Mahasiswa program profesi Apoteker Dalam Menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia Dalam Sudut

Pandang Mahasiswa program profesi Apoteker

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia tahun 2004 mencakup tiga bidang

pelayanan kefarmasian, yaitu Industri, Rumah Sakit, dan Apotek. Pertanyaan yang

diajukan di dalam kuisioner dibuat berdasarkan rincian aspek pengetahuan yang

terdapat di dalam Standar Kompetensi Farmasis Indonesia untuk masing-masing

bidang pelayanan kefarmasian.

1. Bidang Rumah Sakit

Sesuai dengan SK Menkes nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang

Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah

bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang

utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu,

termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

mencantumkan bahwa Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab terhadap semua

barang farmasi yang beredar di Rumah Sakit tersebut. Pelayanan farmasi

diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal

dua tahun di bagian farmasi Rumah Sakit. Personalia yang melakukan pekerjaan

kefarmasian di Rumah Sakit dipersyaratkan terdaftar di Departemen Kesehatan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

73

terdaftar di asosiasi profesi, mempunyai ijin kerja dan mempunyai Surat Keputusan

(SK) penempatan. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga

farmasi profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi

persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidkan, kualitas maupun dengan

kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan

dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan

kepuasan pelanggan .

Standar Kompetensi Farmasis Indonesia menyebutkan enam (6) kompetensi

yang harus dimiliki oleh Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit. Gambaran kesiapan

responden dalam bidang kegiatan yang terdapat dalam bidang pelayanan kefarmasian

di Rumah Sakit berdasarkan sudut pandang responden dapat dilihat pada bagian di

bawah ini.

a. Asuhan kefarmasian

Kompetensi Asuhan Kefarmasian merupakan kompetensi dasar yang

harus dimiliki oleh seorang apoteker. Asuhan kefarmasian didefinisikan sebagai

tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai

keluaran yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien. Asuahn

kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan mengidentifikasi,

mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan

dengan kesehatan. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi Asuhan Kefarmasian di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel VII

berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

74

Tabel VII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A (Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.

- - 4,88 73,17 21,95

2. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri.

- - 2,44 75,61 21,95

3. Memberikan pelayanan informasi obat. - - 4,88 75,61 19,51

4. Memberikan konseling obat. - 2,44 31,71 51,22 14,63

5. Membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi. - 2,44 60,98 21,95 14,63

6. Melakukan monitoring efek samping obat. - 2,44 36,58 51,22 9,76

7. Memberikan pelayanan klinik berbasis farmakokinetik. - 4,88 51,22 34,14 9,76

8. Melakukan penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara.

4,88 9,76 51,22 24,38 9,76

9. Melakukan evaluasi penggunaan obat. 2,44 - 14,63 70,73 12,20

Tingkat kesiapan responden yang paling rendah terletak pada kompetensi

melakukan penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara

dan membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi.

Diduga, hal ini terjadi karena tidak/belum adanya pengenalan secara khusus

terhadap obat sitostatika atau bahan obat yang setara pada saat perkuliahan.

b. Akuntabilitas praktek farmasi

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kekuatan pengendali yang mampu

menciptakan dorongan terhadap stakeholder dan bertanggungjawab terhadap

pekerjaan kefarmasian yang dilakukan. Gambaran kesiapan responden di tiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

75

bidang kegiatan dalam kompetensi Akuntabilitas praktek farmasi di rumah sakit

dapat dilihat dalam tabel VIII berikut

Tabel VIII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B (Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di rumah sakit

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

- 2,44 24,39 58,54 14,63

2.

Merancang, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku.

- - 26,83 56,10 17,07

3. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil. - - 9,76 75,61 14,63

4.

Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

- - 9,76 73,17 17,07

5.

Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

- - 17,07 68,30 14,63

Dalam menjalankan kompetensi ini, apoteker diharapkan dapat

menjalankan perannya dalam seven stars pharmacis sebagai leader,

communicator, dan desicion maker. Tingkat. Berdasarkan gambaran tingkat

kesiapan pada kompetensi ketiga dan keempat, responden sudah siap

menjalankan perannya sebagai decision maker.

c. Manajemen praktis farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi manajemen praktis farmasi di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel

IX berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

76

Tabel IX. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C (Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi.

- 4,88 43,90 41,46 9,76

2. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit yang efektif dan efisien.

- 4,88 21,95 68,29 4,88

3. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien.

- 7,32 14,63 65,85 12,20

4.

Merancang organisasi kerja yang meliputi arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

- 4,88 26,83 60,97 7,32

5.

Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian.

2,44 - 29,27 63,41 4,88

6.

Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek menajemen maupun klinis yang mengarah pada kepuasan konsumen.

2,44 - 26,83 65,85 4,88

Peran dalam seven stars pharmacis yang diharapakan mampu

dijalankan oleh seorang apoteker dalam kompetensi ini adalah sebagai seorang

manager. Salah satu tugasnya di dalam farmasi rumah sakit adalah kemampuan

menguraikan tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan

koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh

pimpinan Rumah Sakit. Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan yang

paling rendah terletak pada kompetensi pertama, yaitu tentang regulasi di bidang

farmasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

77

d. Komunikasi farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi komunikasi farmasi di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel X

berikut

Tabel X. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D (Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1.

Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien.

- 2,44 17,07 68,29 12,20

2.

Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

- 2,44 24,39 63,41 9,76

3.

Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

- 7,32 24,39 63,41 4,88

4.

Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

- - 4,88 85,36 9,76

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan responden yang paling

tinggi terletak pada kompetensi keempat. Hal ini mencerminkan bahwa

responden akan memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan pada saat menjadi seorang apoteker. Kemampuan komunikasi yang

baik sangat dibutuhkan dalam memnuhi kompetensi ini. Komunikasi yang baik

sangat diperlukan agar seorang apoteker dapat menjalankan perannya dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

78

seven stars pharmacis sebagai care-giver,leader, manager,communicator dan

teacher.

e. Pendidikan dan pelatihan farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi pendidikan dan pelatihan di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel XI

berikut

Tabel XI. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E (Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1.

Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.

- 2,44 29,27 63,41 4,88

2.

Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan

- 4,88 24,39 63,41 7,32

3.

Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian.

- - 12,20 70,73 17,07

4.

Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

- 2,44 24,39 68,29 4,88

Peran dalam seven stars pharmacis yang diharapkan dapat terlaksana

dengan baik melalui kompetensi ini adalah peran sebagai teacher. Selain itu,

apoteker juga diajak untuk selalu meningkatkan kualitas dirinya dan mengikuti

perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan farmasi pada khususnya.

Tujuannya adalah agar mutu pekerjaan kefarmasian/pelayanan kefarmasian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

79

dilakukan atau diberikan oleh seorang apoteker kepada masyarakat dapat terjaga

dan bahkan meningkat.

f. Penelitian dan pengembangan kefarmasian

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi penelitian dan pengembangan kefarmasian di rumah sakit dapat

dilihat dalam tabel XII berikut

Tabel XII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F (Penelitian dan Pengembangan kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di rumah sakit

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1.

Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.

- - 41,46 51,22 7,32

2.

Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian

- 2,44 24,39 56,10 17,07

Apoteker masih mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan

perannya dalam seven stars pharmacist sebagai long-life learner. Penerapan

kompetensi Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian di rumah sakit adalah

dilakukannya penelitian klinis yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil

terapi pasien, dan penelitian yang menyangkut evaluasi pelayanan kefarmasian

yang diberikan. Untuk dapat menerapkan kompetensi ini seorang apoteker

ataupun lulusan apoteker baru harus siap untuk selalu mengikuti perkembangan

dibidang farmasi dan memiliki kemauan untuk terus belajar. Hal ini sesuai

dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia pasal 4, yaitu bahwa seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

80

apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan paa

umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Berdasarkan pernyataan mahasiswa Apoteker yang diberikan pada

pertanyaaan semi terbuka mengenai kesiapan mereka menghadapi Standar

Kompetensi Farmasi Indonesia, diperoleh gambaran mengenai kesiapan mahasiswa

program profesi Apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam

bidang pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit sebagai berikut

82,93%14,63%

2,44%Tidak Siap Siaptidak mencantumkan

Gambar 4. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Rumah Sakit

secara umum

Alasan-alasan yang diberikan oleh responden terhadap tingkat kesiapan

dirinya dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang

Rumah Sakit tertera di dalam tabel XIII dan XIV di bawah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

81

Tabel XIII. Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit

No. Alasan Persentase

(%)

1 Ilmu pengetahuan yang dimiliki belum cukup mendalam dan belum berpengalaman 33,33

2 Tidak semua kriteria dapat dipenuhi 16,67

3 Pemahaman dunia profesi masih kurang 16,67

4 Fasilitas dan sistem pembelajaran masih belum optimal 16,67

5 Tidak memberikan alasan 16,67

Total 100

Alasan utama ketidaksiapan mahasiswa program profesi Apoteker adalah

ilmu pengetahuan yang dimiliki belum cukup mendalam dan belum berpengalaman.

Tabel XIV. Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia pada bidang

pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit

No. Alasan Persentase (%)

1 Bekal ilmu pengetahuan toritis cukup 17,64

2 Learning by doing 14,71

3 Menunjukkan keberadaan Apoteker 11,77

4 Tuntutan 11,77

5 Kemajuan peran profesi Apoteker 8,82

6 Mewujudkan Pharmaceutical care 5,88

7 Ada SPO (Standar Prosedur Operasional) 2,94

8 Pengalaman cukup 2,94

9 Profesionalitas 2,94

10 Optimis 2,94

11 Berminat 2,94

12 Tidak memberi alasan 14,71

Total 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

82

Berdasarkan alasan yang diberikan, alasan utama kesiapan mahasiswa

program profesi Apoteker adalah bekal ilmu pengetahuan teoritis yang mereka miliki

dirasa cukup.

2. Bidang Apotek

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek mendefinisikan apotek sebagai

tempat, tertentu, tempat dilakukan pekerjan kefarmasian dan penyaluran sediaan

farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah nomor 26 tahun 1965 tentang Apotik pasal 1 mengatur tentang tugas dan

fungsi apotek.

Tugas dan fungsi apotik adalah: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah; b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat; c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pengelolaan apotik menjadi tugas dan tanggung jawab seorang apoteker.

Sebesar 21,05% minat responden tertarik pada bidang pelayanan di Apotek.

Berikut gambaran kesiapan responden dalam bidang kegiatan yang terdapat dalam

bidang pelayanan kefarmasian di Apotek berdasarkan sudut pandang responden.

a. Asuhan kefarmasian

Secara umum, kompetensi di Apotek hampir sama dengan kompetensi

di Rumah Sakit. Perbedaan terletak pada kompetensi yang dibutuhkan untuk

menjalankan asuhan kefarmasian. Pada bidang Apotek tidak mencantumkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

83

kompetensi membuat formulasi khusus sediaaan obat yang mendukung proases

terapi, pelayanan klinik berbasis farmakokinetika, dan penatalaksanaan obat

sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara. Gambaran kesiapan responden

di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi asuhan kefarmasian di apotek dapat

dilihat dalam tabel XV berikut

Tabel XV. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A (Asuhan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal.

4,17 - - 54,16 41,67

2. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri.

- - 4,17 54,16 41,67

3. Memberikan pelayanan informasi obat. - - 4,17 50 45,83

4. Memberikan konseling obat. - - 8,33 50 41,67

5. Melakukan monitoring efek samping obat. 4,17 - 41,67 33,33 20,83

6. Melakukan evaluasi penggunaan obat. 4,17 4,17 25 41,66 25

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan responden telertak pada

kompetensi kelima, yaitu melakukan monitoring efek samping obat. Hal ini

diduga berkaitan dengan sulitnya untuk mengenal dan mengetahui identitas dan

alamat pasien yang pernah datang di apotek, jumlah pasien yang datang kembali

ke apotek setelah penggunaan obat dan terbatasnya apoteker yang bekerja di

apotek. Pengecualian dilakukan apabila apoteker melakukan pelayanan

residensial (home care). Melalui medical record yang dibuat, seorang apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

84

dapat melakukan monitoring efek samping obat yang mungkin terjadi pada saat

melakukan pelayanan residensial.

b. Akuntabilitas praktek farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi akuntabilitas praktek farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XVI

berikut

Tabel XVI. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B (Akuntabilitas Praktek Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di apotek

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

8,33 4,17 12,50 58,33 16,67

2.

Merancang, melaksanakan, memonitor dan evaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku.

8,33 4,17 16,67 58,33 12,50

3. Bertanggung jawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil. 4,17 - 8,33 58,33 29,17

4.

Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat.

4,17 - 16,67 54,16 25

5.

Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder.

4,17 - 12,50 45,83 37,50

Pada kompetensi kelima dapat dilihat bahwa responden yang mengisi

kolom sangat setuju memiliki persentase tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

responden akan selalu berupaya meningkatkan kualitas dirinya, sehingga mutu

pelayanan yang diberikannya dapat selau terjaga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

85

c. Manajemen praktis farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi manajemen praktis farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XVII

berikut

Tabel XVII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C (Manajemen Praktis Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di apotek

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi.

8,33 4,17 25 45,83 16,67

2. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan apotek yang efektif dan efisien.

8,33 - 16,67 54,17 20,83

3. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat di apotek yang efektif dan efisien.

4,17 4,17 12,50 54,16 25

4.

Merancang organisasi kerja yang meliputi: arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen.

- 4,17 20,83 54,17 20,83

5.

Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian.

- 8,34 20,83 50 20,83

6.

Memonitor dan evaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek menajemen maupun asuhan kefarmasian yang mengarah pada kepuasan konsumen.

4,17 - 4,17 70,83 20,83

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan yang paling rendah

terletak pada kompetensi pertama, yaitu tentang regulasi di bidang farmasi.

diduga, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya kesadaran responden dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan cenderung untuk mengabaikan

peraturan perundang-undangan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

86

d. Komunikasi farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi komunikasi farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel XVIII berikut

Tabel XVIII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi D (Komunikasi Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian di apotek

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1.

Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan pasien dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam suasana kemitraan untuk menyelesaikan masalah terapi obat pasien

4,17 - 4,17 45,83 45,83

2.

Memantapkan hubungan profesional antara farmasis dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka mencapai keluaran terapi yang optimal khususnya dalam aspek obat.

- 4,17 12,50 50 33,33

3.

Memantapkan hubungan dengan semua tingkat/lapisan manajemen dengan bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian.

4,17 - 29,16 41,67 25

4.

Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi.

4,17 - 4,17 58,33 33,33

Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan responden yang

terendah terletak pada kompetensi ketiga. hal ini terjadi diduga karena kurangnya

bekal mengenai manajemen farmasi selama pendidikan profesi farmasi. Bobot

mata kuliah Manajemen Farmasi di dalam kurikulum program pendidikan profesi

apoteker berkisar 2-3 sks (sistem kredit semester).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

87

e. Pendidikan dan pelatihan farmasi

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi pendidikan dan pelatihan farmasi di apotek dapat dilihat dalam tabel

XIX berikut

Tabel XIX. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi E (Pendidikan dan Pelatihan Farmasi) dalam bidang pelayanan kefarmasian

di apotek

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi dalam penerapan asuhan kefarmasian.

4,17 - 16,67 58,33 20,83

2.

Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan

4,17 - 4,17 66,66 25

3. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian.

4,17 - 12,50 50 33,33

4.

Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat.

4,17 - 8,33 62,50 25

f. Penelitian dan pengembangan kefarmasian

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi penelititan dan pengembangan kefarmasian di apotek dapat dilihat

dalam tabel XX berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

88

Tabel XX. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi F (Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian) dalam bidang pelayanan

kefarmasian di apotek

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1.

Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain.

4,17 - 50 29,16 16,67

2. Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian

4,17 - 16,67 58,33 20,83

Berdasarkan pernyataan mahasiswa program profesi Apoteker yang

diberikan, diperoleh gambaran mengenai kesiapan mahasiswa program profesi

Apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang

pelayanan kefarmasian di Apotek sebagai berikut

83,33%

16,67%

Tidak SiapSiap

Gambar 5. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Apotek secara

Umum

Alasan-alasan yang diberikan oleh responden terhadap tingkat kesiapan

dirinya dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang

Apotek tertera di dalam tabel XXI dan XXII berikut ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

89

Tabel XXI. Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

dalam bidang pelayanan kefarmasian di Apotek

No. Alasan Persentase (%)

1 Ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki belum cukup mendalam, terutama manajemen dan komunikasi

50

2 Tidak memberikan alasan 50

Total 100

Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel XXI, 50% responden yang

menyatakan tidak siap dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

dalam bidang pelayanan di Apotek mempunyai alasan karena pengetahuan dan

kemampuan yang didapat selama masa perkuliahan baik di jenjang strata satu

ataupun program profesi Apoteker belum cukup membekali responden.

Tabel XXII. Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia pada bidang

pelayanan kefarmasian di Apotek

No. Alasan Persentase (%)

1 Learning by doing 25

2 Tuntutan profesi 20

3 Profesionalitas sebagai Apoteker 10

4 Bekal ilmu pengetahuan cukup 10

5 Selalu ada kesempatan untuk Mempersiapkan diri 10

6 Agar profesi Apoteker semakin dihargai dan diakui 5

7 Optimis 5

8 Berminat di bidang farmasi komunitas 5

9 Meningkatkan kualitas Apoteker 5

10 Tidak memberikan alasan 5

Total 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

90

Dari tabel XXII dapat dilihat bahwa 25% responden yang menyatakan siap

dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan

kefarmasian di Apotek memberikan alasan dapat selalu belajar sambil bekerja.

3. Bidang Industri

Bidang Industri memiliki lima fungsi Industrial yang dapat diisi oleh seorang

calon Apoteker. Kelima fungsi Industrial tersebut adalah Quality Management

(Manajemen Mutu), Production Management (Manajemen Produksi), Product

Development (Pengembangan Produk), Material Management (Manajemen

Persediaan), dan Regulatory and Product Information (Regulasi dan Informasi

Produk) (Anonim, 2004).

Sebesar 42,98% minat responden tertarik pada bidang pelayanan di

Industri. Berikut gambaran kesiapan responden dalam bidang kegiatan yang terdapat

dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri berdasarkan sudut pandang

responden.

a. Quality Management (Manajemen Mutu)

Pedoman CPOB mencantumkan salah satu tugas pokok bagian

pengawasan mutu, yaitu menyusun dan merivisi prosedur pengawasan dan

spesifikasi serta menyiapkan instruksi tertulis yang rinci untuk tiap pemeriksaan,

pengujian dan analisis. Manajer pengawasan mutu hendaklah seorang apoteker

yang cakap, terlatih dan memiliki pengalaman praktis di bidang indutri farmasi

dan keterampilan dalam kepeminmpinan sehingga memungkinkan melaksanakan

tugas secara profesional. Manajer pengawasan mutu hendaklah diberi wewenang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

91

dan tanggungjawab penuh dalam tugas pengawasan mutu yaitu dalam

penyusunan verifikasi dan pelaksanaan seluruh prosedur pengawasan mutu.

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi

manajemen mutu di industri dapat dilihat dalam tabel XXIII berikut

Tabel XXIII. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Quality Management di Industri

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Metode analisis. - 4,08 36,74 55,10 4,08

2. Studi stabilitas. - 4,08 22,45 61,22 12,25

3. Penyelidikan kegagalan (failure investigation), penyimpangan bets (batch deviation), prosedur pengolahan dan pengemasan ulang.

- 2,04 12,25 79,59 6,12

4. Rancang bangun fasilitas (facility design) dan sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

2,04 6,12 28,58 57,14 6,12

5. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di laboratorium. - 6,12 12,25 75,51 6,12

6. Inspeksi diri CPOB. - 4,08 12,25 77,55 6,12

7. Penanganan keluhan, obat kembalian, dan penarikan obat jadi. - 2,04 16,33 73,47 8,16

8. Penilaian pemasok (vendor rating). - 10,20 40,82 44,90 4,08

9. Kalibrasi, kualifikasi, dan validasi. - 4,08 16,53 63,27 6,12

10. Pengendalian perubahan (change control). - 8,16 24,49 65,31 2,04

11. Pelatihan CPOB. - 10,20 16,33 65,31 8,16

12. UKK dan K3/ Environment, Health, and Safety (EHS). - 6,12 24,49 63,27 6,12

13. Pengelolaan dan pengendalian dokumen. - 4,08 18,37 73,47 4,08

14. Penyusunan data pendukung untuk registrasi. 2,04 6,12 16,33 71,43 4,08

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

92

b. Production Management (Manajemen Produksi)

Di dalam Pedoman CPOB dicantumkan bahwa manajer produksi

hendaklah seorang apoteker dan memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh

untuk mengelola produksi obat. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang

kegiatan dalam kompetensi manajemen Gambaran kesiapan responden di tiap

bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen mutu di industri dapat dilihat

dalam tabel XXIII berikutproduksi di industri dapat dilihat dalam tabel XXIV

berikut

Tabel XXIV. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Production Management di Industri

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Pemahaman desain formula. - 4,08 22,45 61,22 12,25

2. Penanganan bahan (material handling). - 4,08 18,37 65,30 12,25

3. Proses pembuatan produk farmasi. 2,04 2,04 24,49 59,18 12,25

4. UKK dan K3/ Environment, Health, and Safety (EHS). - 4,08 26,53 63,27 6,12

5. Rancang bangun fasilitas (facility design) dan sertifikasi CPOB. 2,04 6,12 26,53 57,15 8,16

6. Inspeksi diri CPOB. - 4,08 16,33 69,39 10,20

7. Kalibrasi, kualifikasi, dan validasi - 6,12 32,66 53,06 8,16

8. Pengendalian perubahan (change control). - 8,16 20,41 65,31 6,12

c. Product Development (Pengembangan Produk)

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi pengembangan produk di industri dapat dilihat dalam tabel XXV

berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

93

Tabel XXV. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Product Development di Industri

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Formulasi. - - 12,25 73,46 14,29

2. Teknologi farmasi - 2,04 32,66 55,10 10,20

3. Pengembangan bahan pengemas - 4,08 12,25 71,42 12,25

4. Penyiapan data penunjang registrasi - 10,20 14,29 69,39 6,12

d. Material Management (Manajemen Persediaan)

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi manajemen persediaan di industri dapat dilihat dalam tabel XXVI

berikut

Tabel XXVI. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Material Management di Industri

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Pengadaan barang (procurement) untuk produk obat. - 2,04 14,29 75,51 8,16

2. Pergudangan - - 8,16 83,68 8,16

3. Production Planning and Inventory Control (PPIC). - 4,08 22,45 65,31 8,16

e. Regulatory and Product Information (Regulasi dan Informasi Produk)

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam

kompetensi regulasi dan informasi produk di industri dapat dilihat dalam tabel

XXVII berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

94

Tabel XXVII. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Regulatory and Product Information di Industri

No Bidang Kegiatan STS (%)

TS (%)

R (%)

S (%)

SS (%)

1. Registrasi. - 8,16 28,57 48,98 14,29

2. Regulasi. - - 16,33 75,51 8,16

3. Sertifikasi. - 2,04 14,29 75,51 8,16

4. Informasi produk. - 2,04 6,12 73,47 18,37

5. Permohonan izin dan pelaporan hasil uji klinik. 2,04 4,08 22,45 67,35 4,08

6. Pelaporan MESO. - 4,08 20,41 69,39 6,12

7. Pelaporan penanganan keluhan dan penarikan kembali produk jadi.

- - 14,29 75,51 10,20

Berdasarkan data pada tabel XXVII terlihat bahwa responden masih

merasa tidak siap pada bidang registrasi. Ini terjadi diduga karena memang belum

adanya pengetahuan yang diberikan secara mendetail tentang tugas seorang

apoteker diindustri khususnya dalam tata cara registrasi.

Berdasarkan pernyataan responden yang diperoleh dari jawaban pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti, telah diperoleh gambaran mengenai kesiapan mahasiswa

program profesi Apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam

bidang pelayanan kefarmasian dibidang Industri sebagai berikut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

95

18,37%

81,63%

Tidak Siap Siap

Gambar 6. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Industri secara umum

Alasan-alasan yang diberikan oleh responden terhadap tingkat kesiapan

dirinya dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang

Industri tertera di dalam tabel XXVIII dan XXIX di bawah ini

Tabel XXVIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri

No. Alasan Persentase (%)

1 Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki belum cukup 33,33

2 Ilmu pengetahuan yang dimiliki belum cukup 22,22

3 Kurang pengalaman 22,22

4 Tidak semua kriteria yang diajukan dapat dikuasai 11,11

5 Tidak memberi alasan 11,11

Total 100

Berdasarkan tabel XXVIII di atas, alasan utama ketidaksiapan responden

adalah belum cukupnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

96

Tabel XXIX. Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia pada bidang

pelayanan kefarmasian di Industri

No. Alasan Persentase (%)

1 Bekal ilmu pengetahuan teoritis dan pengalaman KP 20

2 Bekal ilmu pengetahuan teoritis cukup 20

3 Learning by doing 15

4 Tidak memberi alasan 7,5

5 Persiapan diri sejak awal untuk kerja di Industri 7,5

6 Bekal ilmu pengetahuan teoritis cukup dan terus belajar 7,5

7 Ada training di awal kerja 5

8 Meningkatkan mutu Apoteker 5

9 Tuntutan 5

10 Ada PROTAP dan SOP 2,5

11 Sarana prasarana perkuliahan yang mendukung 2,5

12 Optimis 2,5

Total 100

Berdasarkan alasan yang diberikan, alasan utama kesiapan responden

adalah bekal ilmu pengetahuan teoritis yang cukup dan mempunyai pengalaman dari

Kerja Praktek.

C. Rangkuman Pembahasan

Rangkuman pembahasan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pola distribusi minat pada bidang pelayanan kefarmasian di dua Perguruan

Tinggi Farmasi di Jawa Barat adalah sebagai berikut:

a. rumah sakit sebesar 35,97%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

97

b. apotek sebesar 21,05%

c. industri sebesar 42,98%

2. Gambaran umum minat responden dalam tiga bidang pelayanan kefarmasian di

Jawa Barat dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini:

35,97%

21,05%

42,98%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

Apotek Industri Rumah Sakit

Gambar 7. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan kefarmasian di Jawa Barat

3. Kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian :

a. rumah sakit:

1) responden yang menyatakan siap sebanyak 82,93%

2) responden yang menyatakan tidak siap sebanyak 14,63%

3) responden yang tidak menyatakan kesiapannya sebanyak 2,44%

b. apotek:

1) responden yang menyatakan siap sebanyak 83,33%

2) responden yang menyatakan tidak siap sebanyak 16,67%

c. industri:

1) responden yang menyatakan siap sebanyak 81,63%

2) responden yang menyatakan tidak siap sebanyak 18,37%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

98

4. Gambaran umum kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi

Farmasis Indonesia dapat dilihat pada gambar 8 berikut ini :

Gambar 8. Gambaran umum kesiapan responden

0102030405060708090

rumah sakit apotek industri

tidak siapsiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini pada umumnya adalah

sebagai berikut:

1. pola distribusi minat pada bidang pelayanan kefarmasian di dua Perguruan

Tinggi Farmasi di Jawa Barat adalah sebagai berikut:

a. rumah sakit sebesar 35,97%

b. apotek sebesar 21,05%

c. industri sebesar 42,98%

2. kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis

Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian :

a. rumah sakit:

1) responden yang menyatakan siap sebanyak 82,93%

2) responden yang menyatakan tidak siap sebanyak 14,63%

3) responden yang tidak menyatakan kesiapannya sebanyak 2,44%

b. apotek:

1) responden yang menyatakan siap sebanyak 83,33%

2) responden yang menyatakan tidak siap sebanyak 16,67%

c. industri:

1) responden yang menyatakan siap sebanyak 81,63%

2) responden yang menyatakan tidak siap sebanyak 18,37%

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

100

B. SARAN

Saran yang diberikan terkait dengan penelitian ini adalah:

1. perlu diadakan sosialisasi mengenai Standar Kompetensi Farmasis Indonesia

kepada seluruh mahasiswa farmasi dan profesi apoteker dan apoteker.

2. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara kurikulum

pendidikan di lembaga pendidikan tinggi farmasi dengan kualitas Apoteker

lulusan lembaga pendidikan tinggi farmasi dalam segi kepuasan stakeholder.

3. perlu dilakukan kajian ulang mengenai kurikulum pendidikan strata satu

farmasi dan profesi apoteker, agar seluruh lulusan yang dihasilkan setiap

perguruan tinggi dapat memenuhi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.

4. perlu dilakukan tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan bagi mahasiswa

profesi apoteker, terutama ilmu manajemen dan komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

101

DAFTAR PUSTAKA

Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, 79-82, Granit, Jakarta. Ahaditomo, 2000, Membangun Kembali Peran Farmasis Indonesia sebagai Guardian

bagi Konsumen Obat, Makalah Seminar tentang Dampak UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen Konferensi Daerah ISFI DKI Jakarta, Senin, 24 Juli 2000, DKI Jakarta.

Anief, M., 1995, Manajemen Farmasi, Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Anonim, 1962, Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1962 Tentang Lafal

Sumpah/Janji Apoteker, Jakarta. Anonim, 1980, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 Tentang Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1992, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1993, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/MENKES/PER/X/1993

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Anonim, 1996, Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tentang Tenaga Kesehatan,

Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Anonim, 1999, Pharmacy Education - A Vision Of The Future,

http://www.aacp.org/site/view.asp Diakses tanggal 5 Juli 2005. Anonim, 2000, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

949/MENKES/PER/VI/2000 Tentang Registrasi Obat Jadi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2001, Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), Badan

Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta. Anonim, 2002a, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.3.02706 Tahun 2002 Tentang Promosi Obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

102

Anonim, 2002b, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1332//MENKES/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomr 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2003, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.3.1950 Tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat, Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, Jakarta.

Anonim, 2004a, Standar Kompetensi Farmasis Indonesia, Badan Pimpinan Pusat

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004b, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004c, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004d, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/MENKES/SK/II/2004

Tentang Sistem Kesehatan Nasional, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2005a, Strategi Pembangunan Kesehatan,

http://www.depkes.go.id/showis.php?tid=Strategi Diakses tanggal 1 Juli 2005.

Anonim, 2005b, Surat Keputusan Majelis Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi

Indonesia Nomor: 002/APTFI/MA/2005, Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia, Bandung.

Anonim, 2005c, Keputusan Kongres Nasional XVII ISFI Nomor: 007/KONGRES

XVII/ISFI/2005 Tentang Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Denpasar.

Anonim, 2005d, The Role Of The Pharmacist In Self-Care And Self-Medication,

http://www.who.int, Diakses tanggal 14 September 2005. Aslam, M., Tan, C.K., Prayitno., 2003, Farmasi Klinis, Gramedia, Jakarta. Faisal, S., 1981, Dasar dan Teknik Menyusun Angket, 23, 37-38, Usaha Nasional,

Surabaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

103

Harding, G., Sarah, N., and Kevin T., 1993, Sociology For Pharmacists An Introduction, 73-83, The Macmillan Press, LTD, London.

Harding, G., Sarah, N., and Kevin T., 1994, Social Pharmacy Innovation and Development, 5, The Pharmaceutical Press, London.

Kountur, R., 2005, Metode Penelitian untukPenulisan Skripsi dan Tesis, 103-109,

137-145, 152-161,167-183, Penerbit PPM, Jakarta. Kuncoro, H., 2004, Sikap Farmasis di Apotek pada Kecamatan Danurejan

Kotamadya Jogjakarta terhadap Standar Kompetensi Farmasi Indonesia, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Yogyakarta.

Mardalis, 2006, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, 24-29,53-69, Bumi

Aksara, Jakarta. Martodiharjo, S., 2004, Pharmaceutical Care Practices, Makalah, Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. McIntyre, L.J., 2005, Need to Know: Social Science Research Methods, 151-165,

McGraw Hill Companies. Inc., New York. Nawawi, H., 1985, Metode Penelitian Bidang Sosial, 117-125, 137-160, Gadjah

Mada University Press, Yogyakarta. Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rhineka Cipta, Jakarta. Nurjaman, E., 2004, Sikap Farmasis di Apotek pada Kecamatan Depok Kabupaten

Sleman terhadap Standar Kompetensi Farmasi Indonesia, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Ridwan, 2002, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, 1-2, Alfabeta Press,

Bandung. Sirait, M., 2001, Tiga Dimensi Farmasi: Ilmu-Teknologi, Pelayanan Kesehatan, dan

Potensi Ekonomi, Institut Darma Mahardika, Jakarta. Sudarwanto, B., 1996, Tantangan Profesi Apoteker Masa Depan, Medika, Nomor 3,

879-880. Sudjaswadi, R., 2002, Farmasi, Farmasis dan Farmasi Sosial, Makalah, Fakultas

Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Sulasmono, 1997, Profesi di Apotek Sekarang dan Masa Depan dengan Analisis

SWOT, Diskusi Kuliah Pengantar Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

104

Supranto, 1997, Metode Riset Aplikasinya dalam Pemasaran, Edisi Revisi, 116-117, Rhineka Cipta, Jakarta.

Tietze, K.J., 2004, Clinical Skills for Pharmacists: A Patient-Focused Approach, ed

2, Mosby, United States of America

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

105

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Kuesioner Penelitian

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Kepada

Yth. Mahasiswa Profesi Apoteker

Universitas ……………………………

Yogyakarta

Dengan hormat,

Dalam rangka penyelesaian jenjang studi S1, saya akan melakukan penelitian

dengan judul “Kesiapan Mahasiswa Profesi Apoteker Dalam Menghadapi Standar

Kompetensi Farmasis Indonesia Dalam Sudut Pandang Mahasiswa Profesi Apoteker Di

Dua Perguruan Tinggi Farmasi Di Jawa Barat Periode Januari 2006 – September 2006”

Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan anda untuk

menjawab atau mengisi pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner yang saya ajukan sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya. Jawaban yang anda berikan akan digunakan sebagai

data dalam penyusunan skripsi tersebut.

Atas bantuan anda saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Heribertus Dwi Hartanto

02 8114 092

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

106

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM MENGHADAPI STANDAR KOMPETENSI FARMASIS INDONESIA DALAM SUDUT PANDANG

MAHASISWA PROFESI APOTEKER DI DUA PERGURUAN TINGGI DI JAWA BARAT

PERIODE JANUARI 2006 – SEPTEMBER 2006

Data Responden

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan ∗

Umur :

Tempat menempuh Pendidikan S1 :

Kuesioner ini dibagi dalam tiga bagian, yang didasarkan pada tiga bidang pelayanan

kefarmasian yaitu industri, rumah sakit dan apotek. Kami meminta anda untuk memilih

satu bagian berdasarkan minat anda.

Dimanakah minat anda? (tandai pilihan anda)

Industri (Silakan melanjutkan ke halaman 1 – 6)

Rumah sakit (Silakan melanjutkan ke halaman 7 – 11)

Apotek (Silakan melanjutkan ke halaman 12 – 15)

∗ ) coret yang tidak perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

107

Petunjuk Pengerjaan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu

pilihan alternatif jawaban yang benar-benar sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan

anda.

Adapun pilihan jawaban sebagai berikut:

SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

S : Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut

R : Jika anda Ragu-ragu dengan pernyataan tersebut

TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

INDUSTRI

No Pernyataan STS TS R S SS

1.

Saya mampu menyusun, memodifikasi dan

menggunakan metode analisis untuk

pemeriksa bahan baku, bahan pengemas,

produk antara, produk ruahan, dan produk

jadi.

2.

Saya mampu membuat protokol uji stabilitas,

melakukan uji stabilitas sesuai protokol yang

sudah disiapkan dan menginterpretasikan

data serta menentukan masa simpan produk.

3.

Saya mampu melakukan penyelidikan

terhadap kegagalan dan penyimpanan pada

suatu bets produk serta memberikan

persetujuan terhadap usul perbaikan

system/proses dan atau pengolahan dan

pengemasan ulang.

4.

Saya mampu melakukan evaluasi rancang

bangun fasilitas yang memenuhi persyaratan

CPOB untuk mempertahankan sertifikasi

CPOB serta mengajukan usul perbaikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

108

No Pernyataan STS TS R S SS

5.

Saya mampu membuat prosedur atau tata

cara yang sesuai dengan CPOB untuk

laboratorium pengendali/pengawas mutu dan

melaksanakannya.

6.

Saya mampu mengkoordinasikan dan

melaksanakan inspeksi diri untuk memastikan

bahwa pelaksanaan CPOB diterapkan dengan

efektif (sesuai dengan ketentuan yang

berlaku).

7.

Saya mampu mencari penyebab keluhan yang

muncul kemudian mengambil langkah

perbaikan, dan jika perlu melakukan

penarikan produk untuk menjamin produk

yang beredar di pasar senantiasa memenuhi

persyaratan yang sudah ditentukan.

8.

Saya mampu menyusun prosedur audit

pemasok, melaksanakan audit dan memberi

penilaian terhadap pemasok baru sehingga

dapat dimasukkan ke dalam daftar pemasok

yang disetujui serta melakukan audit berkala

terhadap pemasok yang disetujui agar

kinerjanya tetap baik dan atau ditingkatkan.

9.

Saya mampu mengkoordinasi atau

melakukan proses kalibrasi, kualifikasi dan

validasi proses/metode analisis untuk

memastikan mutu produk yang dihasilkan

senantiasa memenuhi persyaratan.

10.

Saya mampu mengendalikan perubahan yang

dilakukan di sistem/ proses produksi,

laboratorium, dan teknik/penunjang yang

akan mempengaruhi mutu obat, regulasi, dan

keamanan/keselamatan kerja dengan cara

melakukan analisis dampak perubahan dan

menentukan langah-langkah yang diperlukan

sebagai akibat dari perubahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

109

No Pernyataan STS TS R S SS

11.

Saya mampu menyusun sistem pelatihan

CPOB bagi karyawan baru dan lama serta

pelatihan penyegaran agar mereka mengerti

bagaimana bekerja sesuai CPOB dan

menjalankannya.

12.

Saya mampu membuat program

pengendalian dan pemantauan pencemaran

lingkungan yang meliputi pengelolaan limbah

cair/padat/laboratorium . Program K3 (seperti

pemeriksaan kesehatan berkala, pemakaian

sarana pembantu untuk perlindungan

terhadap keselamatan kerja dalam

melakukan proses atau menjalankan mesin)

serta senantiasa melakukan perbaikan yang

berkesinambungan.

13.

Saya mampu menyusun sistem pengelolaan

dan pengendalian yang diperlukan untuk

penerapan CPOB.

14.

Saya mampu mengumpulkan/menyusun

data-data pendukung untuk memenuhi

persyaratan regristrasi yaitu bagian Chemical,

Manufacture, and Control (CMC)

15.

Saya mampu mengevaluasi desain formula

dan desain kemasan sesuai dengan fasilitas

dan skala produksi yang digunakan.

16.

Saya mampu menangani bahan baku, bahan

pengemas, produk ruahan, produk antara,

dan produk jadi selama proses produksi.

17.

Saya mampu membuat produk jadi sesuai

dengan jumlah dan spesifikasi yang telah

ditentukan dengan biaya efisien.

18.

Saya mampu membuat program keselamatan

dan kesehatan kerja serta program

pemantauan dan pengendalian lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

110

No Pernyataan STS TS R S SS

19.

Saya mampu melakukan evaluasi rancang

bangun fasilitas yang memenuhi persyaratan

CPOB untuk memperoleh dan

mempertahankan sertifikasi CPOB serta

mengajukan usul perbaikan.

20.

Saya mampu melaksanakan inspeksi diri

untuk memastikan bahwa pelaksanaan CPOB

berjalan dengan efektif (sesuai dengan

ketentuan yang berlaku)

21.

Saya mampu melakukan proses kalibrasi,

kualifikasi peralatan, validasi proses, dan

validasi pembersihan untuk memastikan mutu

produk yang dihasilkan.

22.

Saya mampu mengendalikan perubahan yang

terjadi diproduksi yang akan mempengaruhi

mutu obat , regulasi, dan keamanan dengan

cara melakukan analisis terhadap dampak

perubahan dan melakukan langkah-langkah

yang diperlukan sebagai akibat dari

perubahan.

23.

Saya mampu merancang suatu formula

sediaan obat jadi yang memenuhi kriteria

khasiat, aman, stabil, dan cost effective.

24.

Saya mampu mengaplikasikan formula pada

fasilitas produksi serta melakukan transfer

teknologi.

25.

Saya mampu mengevaluasi, merancang, dan

menentukan bahan pengemas yang sesuai

keperluan konsumen akhir, dan yang dapat

menjamin kualitas produk selama masa

simpan produk atau obat jadi serta cost

effective.

26.

Saya mampu menyusun data-data penunjang

registrasi yang berhubungan dengan

pengembangan produk untuk memenuhi

persyaratan registrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

111

No Pernyataan STS TS R S SS

27.

Saya mampu melakukan pengadaan barang

pada saat dibutuhkan dan selalu menjaga

ketersediaannya sehingga tidak akan ada

kekosongan apabila barang dibutuhkan.

28.

Saya mampu melakukan penerimaan,

penyimpanan, dan pengeluaran barang

dengan menjaga keamanan dan kualitas

barang.

29.

Saya mampu membuat perencanaan

pengadaan bahan baku dan bahan pengemas,

membuat perencanan produksi dan

memonitor pelaksanaan jadual produksi serta

melakukan pengendalian inventory.

30.

Saya mampu untuk menguasai proses

pendaftaran obat jadi secara menyeluruh

untuk memperoleh izin pemasaran

(marketing authorization)

31.

Saya mampu dalam memperoleh

pengetahuan tentang peraturan/regulasi

dibidang industri farmasi dan peraturan yang

terkait dan mampu untuk menginformasikan

peraturan ke industri internal.

32.

Saya mampu memperoleh pengetahuan

tentang proses sertifikasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

33.

Saya mampu untuk menyampaikan informasi

suatu produk kepada konsumen sesuai

dengan kode etik dan peraturan yang

berlaku.

34. Saya mampu menguasai proses perolehan

izin dan pelaporan hasil uji klinik.

35.

Saya mampu melakukan pelaporan

monitoring semua efek samping obat yang

dijumpai pada penggunaan obat, sebagai

bahan untuk melakukan tindakan

pengamanan atau penyesuaian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

112

diperlukan.

36.

Saya mampu untuk melakukan pelaporan dan

penanganan setiap keluhan yang muncul

untuk mengambil langkah perbaikan dan jika

perlu dilakukan penarikan produk untuk

menjamin bahwa produk yang beredar

dipasar memenuhi syarat yang ditentukan.

Setelah mengisi kuesioner di atas; menurut pendapat anda, apakah anda siap

menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Industri?

a. Ya b. Tidak

Alasan

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

113

Petunjuk Pengerjaan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu

pilihan alternatif jawaban yang benar-benar sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan

anda.

Adapun pilihan jawaban sebagai berikut:

SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

S : Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut

R : Jika anda Ragu-ragu dengan pernyataan tersebut

TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

RUMAH SAKIT

No Pernyataan STS TS R S SS

1.

Saya mampu memberikan pelayanan obat

kepada pasien atas permintaan dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal

maupun non verbal.

2. Saya mampu memberikan pelayanan kepada

pasien atau masyarakat yang ingin

melakukan pengobatan mandiri.

3. Saya mampu memberikan pelayanan

informasi obat.

4. Saya mampu memberikan konsultasi obat.

5. Saya mampu membuat formulasi khusus

sediaan obat yang mendukung proses terapi.

6. Saya mampu melakukan monitoring efek

samping obat.

7. Saya mampu memberikan pelayanan klinik

berbasis farmakokinetik.

8. Saya mampu melakukan penatalaksanaan

obat sitostatika dan obat atau bahan obat

yang setara.

9. Saya mampu melakukan evaluasi

penggunaan obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

114

No Pernyataan STS TS R S SS

10. Saya mampu menjamin praktek kefarmasian

berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

11.

Saya mampu merancang, melaksanakan,

memonitor, mengevaluasi dan

mengembangkan standar kerja sesuai arahan

pedoman yang berlaku.

12. Saya mampu bertanggungjawab terhadap

setiap keputusan profesional yang diambil.

13.

Saya mampu melakukan kerjasama dengan

pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri

dalam mencegah kerusakan lingkungan

akibat obat.

14.

Saya mampu melakukan perbaikan mutu

pelayanan secara terus menerus dan

berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan

stakeholder.

15.

Saya mampu merancang, membuat,

mengetahui, memahami dan melaksanakan

regulasi di bidang farmasi. Caranya, dengan

menampilkan semua kegiatan operasional

kefarmasian di farmasi rumah sakit

berdasarkan undang-undang dan peraturan

yang berlaku dari tingkat lokal, regional,

nasional maupun internasional.

16.

Saya mampu merancang, membuat,

melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit

yang efektif dan efisien. Caranya, dengan

mendefinisikan falsafah asuhan kefarmasian,

visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan

strategi, kebijakan, program dan

menerjemahkannya ke dalam rencana kerja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

115

No Pernyataan STS TS R S SS

17.

Saya mampu merancang, membuat,

melakukan pengelolaan obat yang efektif dan

efisien. Caranya, dengan melakukan seleksi,

perencanaan, penganggaran, pengadaan,

produksi, penyimpanan, pengamanan

persediaan, perancangan dan pelaksanaan

sistem distribusi, melakukan dispensing serta

evaluasi penggunaan obat dalam rangka

pelaksanaan kepada pasien yang terintegrasi

dalam asuhan kefarmasian dan sistem

jaminan mutu pelayanan.

18.

Saya mampu merancang organisasi kerja

yang meliputi arah dan kerangka organisasi,

sumber daya manusia, fasilitas, keuangan,

termasuk sitem informasi manajemen.

19.

Saya mampu merancang, melaksanakan,

memantau dan menyesuaikan struktur harga,

berdasarkan kemampuan bayar dan

kembalian modal serta imbalan jasa praktek

kefarmasian.

20.

Saya mampu memonitor dan mengevaluasi

penyelenggaraan seluruh kegiatan

operasional mencakup aspek menajemen

maupun klinis yang mengarah pada kepuasan

konsumen.

21.

Saya mampu memantapkan hubungan

profesional antara farmasis dengan pasien

dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam

suasana kemitraan untuk menyelesaikan

masalah terapi obat pasien.

22.

Saya mampu memantapkan hubungan

profesional antara farmasis dengan tenaga

kesehatan lain dalam rangka mencapai

keluaran terapi yang optimal khususnya

dalam aspek obat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

116

No Pernyataan STS TS R S SS

23.

Saya mampu memantapkan hubungan

dengan semua tingkat/lapisan manajemen

dengan bahasa manajemen berdasarkan atas

semangat asuhan kefarmasian.

24.

Saya mampu memantapkan hubungan

dengan sesama farmasis berdasarkan saling

menghormati dan mengakui kemampuan

profesi demi tegaknya martabat profesi.

25. Saya mampu memotivasi, mendidik dan

melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi

dalam penerapan asuhan kefarmasian.

26.

Saya mampu merencanakan dan melakukan

aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di

bidang farmasi, pekarya, dan juru resep

dalam rangka peningkatan efisiensi dan

kualitas pelayanan farmasi yang diberikan

27.

Saya mampu berpartisipasi aktif dalam

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas diri dan kualitas

praktek kefarmasian.

28.

Saya mampu mengembangkan dan

melaksanakan program pendidikan dalam

bidang kesehatan umum, penyakit dan

manajemen terapi kepada pasien, profesi

kesehatan dan masyarakat.

29.

Saya mampu melakukan penelitian dan

pengembangan, mempresentasikan dan

mempublikasikan hasil penelitian dan

pengembangan kepada masyarakat dan

profesi kesehatan lain.

30.

Saya mampu menggunakan hasil penelitian

dan pengembangan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan dan peningkatan

mutu praktek kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

117

Setelah mengisi kuesioner di atas; menurut pendapat anda, apakah anda siap

menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Rumah Sakit?

a. Ya b. Tidak

Alasan

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

118

Petunjuk Pengerjaan

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu

pilihan alternatif jawaban yang benar-benar sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan

anda.

Adapun pilihan jawaban sebagai berikut:

SS : Jika anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

S : Jika anda Setuju dengan pernyataan tersebut

R : Jika anda Ragu-ragu dengan pernyataan tersebut

TS : Jika anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

STS : Jika anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

APOTEK

No Pernyataan STS TS R S SS

1.

Saya mampu memberikan pelayanan obat

kepada pasien atas permintaan dari dokter,

dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal

maupun non verbal.

2. Saya mampu memberikan pelayanan kepada

pasien atau masyarakat yang ingin

melakukan pengobatan mandiri.

3. Saya mampu memberikan pelayanan

informasi obat.

4. Saya mampu memberikan konsultasi obat.

5. Saya mampu melakukan monitoring efek

samping obat.

6. Saya mampu melakukan evaluasi

penggunaan obat.

7. Saya mampu menjamin praktek kefarmasian

berbasis bukti ilmiah dan etika profesi.

8. Saya mampu merancang, melaksanakan,

memonitor dan evaluasi dan

mengembangkan standar kerja sesuai arahan

pedoman yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

119

No Pernyataan STS TS R S SS

9. Saya mampu bertanggung jawab terhadap

setiap keputusan profesional yang diambil.

10. Saya mampu melakukan kerjasama dengan

pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri

dalam mencegah kerusakan lingkungan

akibat obat.

11. Saya mampu melakukan perbaikan mutu

pelayanan secara terus menerus dan

berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan

stakeholder.

12. Saya mampu merancang, membuat,

mengetahui, memahami dan melaksanakan

regulasi di bidang farmasi. Caranya, saya

mampu menampilkan semua kegiatan

operasional kefarmasian di apotek

berdasarkan undang-undang dan peraturan

yang berlaku dari tingkat lokal, regional,

nasional maupun internasional.

13. Saya mampu merancang, membuat,

melakukan pengelolaan apotek yang efektif

dan efisien. Caranya, dengan mendefinisikan

falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-

isu pengembangan, penetapan strategi,

kebijakan, program dan menerjemahkannya

ke dalam rencana kerja.

14. Saya mampu merancang, membuat,

melakukan pengelolaan obat di apotek yang

efektif dan efisien. Caranya, dengan

melakukan seleksi, perencanaan,

penganggaran, pengadaan, produksi,

penyimpanan, pengamanan persediaan,

perancangan dan melakukan dispensing serta

evaluasi penggunaan obat dalam rangka

pelaksanaan kepada pasien yang terintegrasi

dalam asuhan kefarmasian dan sistem

jaminan mutu pelayanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

120

No Pernyataan STS TS R S SS

15. Saya mampu merancang organisasi kerja

yang meliputi: arah dan kerangka organisasi,

sumber daya manusia, fasilitas, keuangan,

termasuk sistem informasi manajemen.

16. Saya mampu merancang, melaksanakan,

memantau dan menyesuaikan struktur harga,

berdasarkan kemampuan bayar dan

kembalian modal serta imbalan jasa praktek

kefarmasian.

17. Saya mampu memonitor dan evaluasi

penyelenggaraan seluruh kegiatan

operasional mencakup aspek menajemen

maupun asuhan kefarmasian yang mengarah

pada kepuasan konsumen.

18. Saya mampu memantapkan hubungan

profesional antara farmasis dengan pasien

dan keluarganya dengan sepenuh hati dalam

suasana kemitraan untuk menyelesaikan

masalah terapi obat pasien

19. Saya mampu memantapkan hubungan

profesional antara farmasis dengan tenaga

kesehatan lain dalam rangka mencapai

keluaran terapi yang optimal khususnya

dalam aspek obat.

20. Saya mampu memantapkan hubungan

dengan semua tingkat/lapisan manajemen

dengan bahasa manajemen berdasarkan atas

semangat asuhan kefarmasian.

21. Saya mampu memantapkan hubungan

dengan sesama farmasis berdasarkan saling

menghormati dan mengakui kemampuan

profesi demi tegaknya martabat profesi.

22. Saya mampu memotivasi, mendidik dan

melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasi

dalam penerapan asuhan kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

121

No Pernyataan STS TS R S SS

23. Saya mampu merencanakan dan melakukan

aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di

bidang farmasi, pekarya, dan juru resep

dalam rangka peningkatan efisiensi dan

kualitas pelayanan farmasi yang diberikan

24. Saya mampu berpartisipasi aktif dalam

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas diri dan kualitas

praktek kefarmasian.

25. Saya mampu mengembangkan dan

melaksanakan program pendidikan dalam

bidang kesehatan umum, penyakit dan

manajemen terapi kepada pasien, profesi

kesehatan dan masyarakat.

26. Saya mampu melakukan penelitian dan

pengembangan, mempresentasikan dan

mempublikasikan hasil penelitian dan

pengembangan kepada masyarakat dan

profesi kesehatan lain.

27. Saya mampu menggunakan hasil penelitian

dan pengembangan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan dan peningkatan

mutu praktek kefarmasian

Setelah mengisi kuesioner di atas; menurut pendapat anda, apakah anda siap

menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Apotek?

a. Ya b. Tidak

Alasan

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

122

Lampiran 3. Hasil Wawancara

(P) : Peneliti

(R) : Responden

Responden 1

P: pernah mendengar tentang SKFI 2004? Jika sudah sejauh mana?

R: sudah pernah dengar, tapi baru tahu poin-poinnya dari kuisioner. Jadi lebih

detailnya baru tahu sekarang.

P : apakah SKFI menjadi mata kuliah khusus atau poin-poin kompetensinya

disisipkan di mata kuliah-mata kuliah yang bersangkutan?

R : tidak ada yang khusus, paling hanya dimasukkan di dalam farmasi industri

mengenai tugas-tugas apoteker atau kadang-kadang secara khusus dari himpunan,

semisal kulat, ada pembekalan baru diberitahu bahwa standar kompetensi seperti ini

atau seperrti apa tugas-tugas apoteker di apotek atau di indutri atau di RS

P : menurut anda SKFI itu bagaimana 2004?

R : bagus, karena ada target. Saya tipe orang yang suka mencapai target shg ada

tujuan yang harus dicapai. Sehingga ada acuan yang harus dikejar waktu pendidikan.

Tapi jika dituntut sewaktu lulus harus bisa kayaknya belum mampu.karena

keterbatasan waktu dan pengalaman. Serta keterbatasan tempat kerja praktek. Tapi

dapat terus belajar sambil berjalan. Dari kuisioner yang diajukan kemarin saya

melihat itu sebagai penilaian atas diri kita apakah kita mampu atau tidak

melakukannya. Lebih pada kepercayaan diri responden.

P : anda sendiri apakah merasa siap?

R : mau tidak mau harus siap. Karena kita dituntut untuk siap. Saya sebenarnya

merasa takut jika nanti tidak bisa. Tapi masih ada optimisme untuk itu.

P : apakah bekal pengetahuan yang kita dapat dari S1 dan profesi sejalan dengan

tuntutan SKFI?

R : kayaknya saling mendukung. Tinggal prakteknya saja. Di ITB ada KP pilihan dan

wajib. Kp wajib di RS dan industri, tapi harus memilih. Kp pilihan ada 3, yaitu di

POM, apotek dan klinis dan juga harus milih. Dan semua hanya 2 bulan setiap kali

praktek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

123

P : apakah minat waktu praktek sesuai minat waktu kerja

R : bisa iya. Bisa tidak. Ada beberapa orang yang gambling, hanya sekedar ingin

tahu saja. Tapi ada juga yang betul-betul ingin kerja di bidang tersebut ketika lulus

nanti. Jadi bisa dikatakan pemilihan KP ada yang sesuai minat atau hanya sekedar

ingin tahu.

P : harapan anda terhadap SKFI saat diberlakukan?

R : standar memang ideal, tapi saya masih bingung. Tapi Saya rasa bagus.

Responden 2

P : apakah sudah pernah dengar tentang SKFI ?

R : belum

P : pernah dengar akan ada pemberlakuan tentang standar kompetensi?

R : pernah

P : Sejauh mana tahu tentang SKFI?

R : Cuma baru dengar akan ada standar. Yang pernah saya dengar adalah kelemahan

farmasi yaitu jika di apotek baru ada di apotek 3 bulan sekali. Apoteker jarang

standby di apotek. Padahal apoteker itu fungsinya memberikan konsultasi obat ke

pasien. Yang saya dengar apoteker harus selalu stanby di apotek, jadi kalo tidak ,

tidak boleh melakukan pelayanan. Jadi kita harus berubah, sehingga kita dapat lebih

di hargai oleh masyarakat

P : menurut anda apakah jika SKFI diberlakukan anda siap?

R : siap

P : kesiapan anda apakah berdasarkan ilmu pengetahuan yang di dapat saat kuliah

benar-benar cukup atau ditambah juga dengan usaha-sendiri?

R : materi kuliah Cuma dapat kulitnya saja. Kalau mau diperdalam harus ada

pengalaman atau memperdalam sendiri. Tergantung usaha sendiri

P : apakah kurikulum pendidikan selaras dengan SKFI ?

R : di itb lebih ke arah scientist, kearah teknologi industri. Jika untuk farmasi klinis

belum siap pakai.

P : minat anda setelah lulus?

R : ke laboratorium klinik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

124

P : minat timbul atas dasar apa ?

R : dulu pernah minat ke FRS, tapi jadi takut saat bicara dengan dosen pembimbing.

Pengalaman di industri juga penting untuk FRS Jadi sementara ini saya mau ke

industri dulu baru nanti masuk FRS. Tapi saya akan tetap mempersiapkan diri

dengan baik di bidang farmasi klinis dan industri. Agar saat kerja di salah satunya,

tetap dapat memberikan yang terbaik.

P : harapan anda dengan diberlakukan SKFI?

R : profesi farmasi lebih dihargai masyarakat, apoteker juga dapat membagi atau

menggunakan pengetahuan tentang obat di dalam masyarkat. Nilai plus kita adalah

konseling obat. Jadi saat pasien datang, tidak terjadi kesalahan pemberian atau

informasi obat. Pernah terjadi kesalahan, yaitu ketika PSA yang bukan apoteker

mengatakan obat pengencer darah sebagai vitaminuntuk jantung koroner. Adanya

apoteker diharapkan dapt mencegah terjadinya kesalahan seperti ini.

Responden 3

P : apakah sudah tahu tahu tentang SKFI?

R : pernah dengar tapi belum secara detail. Yang saya thu Cuma Pharmaceutical

care di klinik, tapi yang industri belum tahu

P : apakah dalam mata kuliah tidak pernah disampaiakn

R : yang dibeitahu Cuma CPOB, tapi tidak dsampaikan bahwa itu merupakan

Standar kompetensi. Yang saya tangkap bahwa standar kompetensi merupakan

konseling di RS atau apotek. Menyangkut klinis.

P : minat anda?

R : industri

P ; apakah anda siap ketika suatu saat diadakan ujian kompetensi ?

R : untuk industri saya siap, karena sudah seirng saya dengar waktu kuliah

P : berarti keduanya sejalan antara kuliah dan SKFI

R : ya

P : harapan adanya SKFI dengan mutu farmasis Indonesia ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

125

R: apotker lulusan semua univ mempunayi kemampuan yang sama untuk memenuhi

tuntutan di lingkungan kerja, tapi yang saya lihat beda orientasi. Di itb lebih

mengarah ke industri

P : menurut anda kapan pengenalan SKFI dilakukan?

R : lebih baik sejak awal diperkenalkan. Dan lebih baoik sejak awal dibuat

penjurusan, karena kompetensi klinik dan industrui berbeda jauh. Sehingga mereka

yang berniat di tiap bidang dapat mem[ersiapkan diri sejak awal.

Responden 4

P : pernah dengar tentang SKFI

R : hanya selentingan, tapi belum tahu bentuknya?

P : saat kuliah pernah disampaikan?

R : hanya CPOB, dimana apoteker berperan

P : apakah merasa siap menghadapainya?

R : secara ilmu saya siap. saya pernah magang di industri bagian produksi, kalaupun

di kasi tugas dan liat panduan, paling CPOB, dan petunjuk pelaksanaan apalgi

kerjanya team work, saya siap. Dari pengalaman teman-teman KP di industri, saat

mereka dikasi tugas, walaupun bukan bagiannya, dengan belajar mereka bisa.

P; jadi latar belakang pendidikan mendukung.

R : iya, Namun latihan tetap diperlukan.

P : harapan ?

R : semoga SKFI lebih jelas. Tapi bukan hanya dari farmasinya. Seperti dokter yang

meracik obat, tidak ada yang jelas badan mana yang berhak melarang atau bahkan

memberi sanksi kepadanya. Apakah itu wewenang POM atau wewenang Depkes.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: KESIAPAN MAHASISWA PROFESI APOTEKER DALAM …repository.usd.ac.id/2849/2/028114092_Full.pdf · kesiapan mahasiswa profesi apoteker dalam menghadapi standar kompetensi farmasis indonesia

128

BIOGRAFI PENULIS

Heribertus Dwi Hartanto, anak kedua dari pasangan

Laurensius Giya dan Bernadette Sutinah. Lahir di Sintang,

Kalimantan Barat, pada tanggal 28 Januari 1984. Pendidikan

yang telah ditempuh oleh penulis adalah di TK Panca Setya

Sintang, SD Panca Setya I Sintang, SLTP Panca Setya I

Sintang, SMUK Seminari Garum-Blitar dan melanjutkan di

Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Semasa kuliah penulis pernah menjadi

panitia pelaksana TITRASI 2003, Pharmacy Performance 2003, Pharmacy Event

Cup 2003 dan 2004, Apotek Musik 2004, Steering Committee TITRASI 2004,

pengurus UKF Sepakbola Farmasi USD, Ketua BPMF Farmasi USD periode 2003-

2004 dan Gubernur BEMF Farmasi USD periode 2005.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI