kesadaran dan keadaan umum
DESCRIPTION
kdmTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adalah ironis bahwa pengetahuan kita mengenai mekanisme korteks serebri
paling sedikit jika dibandingkan dengan pengetahuan mengenai seluruh bagian otak,
meskipun jelas merupakan bagian terbesar dari sistem saraf. Namun kita benar-benar
mengetahui efek perusakan atau perangsangan spesifik berbagai bagian korteks, dan
lebih banyak lagi yang diketahui dari rekaman listrikpada korteks atau permukaan
kulit kepala. Hal ini berkaitan erat dengan teori dasar mekanisme neuronal yang
digunakan dalam proses berpikir, mengingat, analisa informasi sensoris, dan
seterusnya. Untuk kemudian berkaitan pula dengan kesadaran apabila
pembicaraannya masih dalam konteks sistem saraf, hal ini tentu tidak dapat
dipisahkan. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut tentang hal khusus yakni tentang
kesadaran. Selain itu dalam makalah ini juga akan dijelaskan mengenai tingkatan
kesadaran, yang juga diperlukan guna menilai keadaan sakit pasien.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Mengetahui stuktur korteks serebri
Mengetahui definisi kesadaran
Mampu memahami dan mendeskripsikan pengertian tingkatan kesadaran dan
keadaan umum pasien sekaligus mampu menilai keadaan sakit pasien.
2
BAB II
ISI
A. Anatomi fisiologi Korteks Serebri
Klasifikasi area pada korteks otak besar.
Korteks otak besar (bahasa Inggris: cerebral cortex, grey matter) bagian dari otak
besar yang berkembang dari dorsal telencephalon atau pallium. Pada percobaan
dengan medium tikus, ditengarai bahwa perkembangan korteks otak besar sangat
dipengaruhi oleh hormon tiroksin.
Korteks otak besar terdiri dari dua bagian besar:
Isocorteks( bahasa inggris: homotypical cortex), terdiri dari enam lapisan.
Alocorteks( bahasa inggris: heterotypical cortex) terdiri kurang dari enam
lapisan, termasuk olfactory cortex dan hipokampus.
dan kategori tambahan:
Mesokorteks, area yang terdiri dari lapisan kedua, ketiga dan keempat
Proisokorteks, area Broddman yang ke 24, 25, 32
Perialokorteks, are permukaan yang berada di samping alokorteks.
Korteks juga dikategorikan berdasarkan lapisan kecambah:
Neokorteks atau Neopalium, yang menyerupai isokorteks.
Arcikorteks, merupakan korteks yang pertama pada masa organogenesis.
Paleokorteks
Dan berdasarkan konvensi topografi:
Korteks oksipital
Korteks temporal
Korteks parietal
Korteks frontal
Klasifikasi Lintasan
Korteks otak besar terhubung dengan bermacam struktur seperti talamus dan ganglia
dasar guna pengiriman informasi melalui lintasan eferen dan menerima informasi
3
melalui lintasan aferen. Informasi dari indera diterima melalui talamus sedang
informasi olfactory akan melalui olfactory bulb menuju korteks olfaktori (bahasa
inggris: piriform cortex).
Menurut hal tersebut, korteks otak besar terbagi menjadi 3 area: indera, gerakan dan
asosiasi.
Area indera
Area indera (bahasa inggris: sensory area) adalah area pada korteks otak besar tempat
dikumpulkankannya informasi yang didapat dengan metode fisiologis dari persepsi,
termasuk dari panca indera. Informasi persepsi tersebut diterima dari talamus oleh
masing-masing:
Korteks visual primer ( bahasa inggris: striate cortex, V1), dengan korteks
visual sekunder (bahasa inggris: extrastriate visual cortical areas, V2, V3, V4,
V5)
Korteks pendengaran primer
Korteks somatosensory primer (bahasa inggris: postcentral gyrus)
Area motor
Area motor (bahasa inggris: motor area) terdapat pada kedua belah korteks dan
berbentuk seperti headphone yang melingkar dari telinga kiri ke telinga kanan. Area
motor pada korteks belahan kanan mengatur gerakan tubuh bagian kiri dan
sebaliknya.
Area korteks dibagi menurut:
Area motor primer (bahasa inggris: primary motor cortex, M1), meliputi area
pada lobus frontal posterior yang berguna untuk menjalankan gerakan-gerakan
tubuh.
Area premotor. Aktifitas pada area ini sangat penting karena mengandung
tuntunan bagi gerakan dan pengendalian otot besar dan proksima (bahaba latin
: proximus, dekat) dari tubuh.
Area motor suplemen(bahasa inggris: supplementary motor area, SMA), suatu
area tempat suatu gerakan tubuh dipilih dan dipersiapkan.
4
Area asosiasi
Area asosiasi berfungsi guna merekam pengalaman persepsi, agar manusia dapat lebih
efisien dalam melakukan interaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Area ini juga
berfungsi sebagai abstraksi dari pemikiran dan bahasa.
B. Definisi kesadaran dan keadaan umum
Kesadaran adalah kesadaran akan perbuatan. Sadar artinya merasa, tau atau
ingat (kepada keadaan yang sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya, ingat kembali
(dari pingsannya), siuman, bangun (dari tidur) ingat, tau dan mengerti, misalnya ,
rakyat telah sadar akan politik. Kesadaran merupakan suatu yang dimiliki oleh
manusia dan tidak ada pada ciptaan Tuhan yang lain. Kesadara yang dimiliki oleh
manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri manusia sesuai
dengan yang diyakininya. Refleksi merupakan bentuk dari penggungkapan kesadaran,
dimana ia dapat memberikan atau bertahan dalam situasi dan kondisi tertentu dalam
lingkungan. Setiap teori yang dihasilkan oleh seorang merupakan refleksi tetang
realitas dan manusia. Manusia dalam melahirkan cinta untuk semua merupakan
jawaban untuk eksistensi manusia yang membutuhkan rasa dan sayang dari yang lain.
Begitupula, tetang kesadaran merupakan sangat berkaitan dengan manusia bahkan
yang membedakan manusia dengan binatang. Kesadaran merupakan unsur dalam
manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi
terhadap realitas. Manusia dengan dikaruniahi akal budi merpakan mahluk hidup yang
sadar dengan drinya. Kesadaran yang dimiliki oleh manusia kesadaran dalam diri,
akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Manusia memiliki
kesadaran akan dirinya sebagai entitas yang terpisah serta memiliki kesadaran akan
jangka hidup yang pendek, akan fakta ia dilahirkan diluar kemauannya dan akan mati
diluar keinginannya. Kesadaran manusia ia akan mati mendahului orang-orang yang
disayanginya, atau sebaliknya bahwa yang ia cintai akan mendahuluimya , kesadran
akan kesendirian, keterpisahan, akan kelelamahan dalam menghadapi kekuatan alam
dan masyarakat. Semuanya kenyataan itu membuat keterpisahan manusia, eksistensi
tak bersatunya sebgai penjara yang tak terperikan. Manusia akan menjadi gila bila tak
dapat melepaskan diri dari penjara tersebut. (Erich Fromm, The Art of Love)
5
Kesadaran menurut Sartre berifat itensional dan tidak dapat dipisahkan di
dunia. Kesadaran tidak sama dengan benda-benda. Kesadaran selalu terarah pada etre
en sio (ada-begitu-saja) atau berhadapan dengannya. Situasi dimana kesadaran
berhadapan oleh Sartre disebut etre pour soi (ada-bagi-dirinya). Bahwa kesadaran
saya akan sesuatu juga menyatakan adanya perbedaan antara saya dan sesuatu itu.
Saya tidak sama dengan sesuatu yang saya sadari ada jarak antara saya dengan objek
yang saya lihat. Misalkan entre pour soi menunjuk pada manusia atau kesadaran.
Manusia adalah eter pour soi sebab ia tidak persis menjadi satu dengan dirinya
sendiri. Tiadanya identitas manusiadengan dirinya sendiri memungkinkan manusia
untuk melampaui, untuk mengatasi dirinya dan menghubungkan benda-benda dengan
dirinya sesuai dengan yang dimaksud dan tujuannya. Ketidak identikan manusia
dengan dirinya sendiri tampak dalam kesadaran yang ditandai oleh regativitas,
penidakan. Negativitas menunjukan bahwa terhadap etre pour soi atau kesadaran
hanya dikatan it is not what it is. Maka kesadaran disini merupakan non identitas,
jarak, distansi. Kegiatan hakiki kesadaran merupakan menindak, mengatakan tidak.
Etre por soi tidak lain dari pada menindak atau menampilkan ketiadaan. Kebebasan
bagi Sartre merupakan kesadaran menindak, dan manusi sendiri merupakan
kebebasan. Pada manusialah itu eksistensi itu mendahului esensi, sebab manusia
selalu berhadapan dengan kemungkinan untuk mengatakan tidak. Selama manusia
masih hidup ia bebas untuk mengatakan tidak, baru setelah kematian maka cirri-ciri
hidupnya dapat dibeberkan. (Alex Lanur, Pengantar dalam “Kata-Kata”)
Kesadaran sebagai keadaan sadar, bukan merupakan keadaan yang pasif
melainkan suatu proses aktif yang terdiri dari dua hal hakiki; diferensiasi dan ;pada
tiga tahap; sensansi (pengindraan), perrseptual (pemahaman), dan konseptual
(pengertian). Secara epistemology dasar dari segala pengetahuan manusia tahap
perseptual. Sensasi tidak begitu saja disimpan di dalam ingatan manusia, dan manusia
tidak mengalami sensasi murni yang terisolasi. Sejauh yang dapat diketahui
pengalaman indrawi seorang bayi merupakan kekacauan yang tidak
terdeferensiasikan. Kesadaran yang terdiskreminasi pada tingkatan persep. Persep
merupakan sekelompok sensasi yang secara otomatis terimpandan dintgrasikan oleh
otak dari suatu organisme yang hidup. Dalam bentuk persep inilah, manusia
memahami fakta dan memahami realitas. Persep buka sensasi, merupakan yang
tersajikan yang tertentu (the given) yang jelas pada dirinya sendiri (the self evidence).
6
Pengetahuan tentang sensasi sebagai bagian komponen dari persep tidak langsung
diperoleh mnusia jauh kemudian, merupakan penemuan ilmiah, penemuan
konseptual.
C. Pikiran, Daya Ingatan, Belajar, dan Kesadaran
Meskipun kita semua mengetahui apa pikiran itu, tiap usaha untuk
menguraikannya dalam istilah-istilah abstrak hampir tidak mungkin. Pengertian
mengenai suatu pemandangan visual pada suatu saat tertentu akan merupakan suatu
pikiran tunggal, atau seluruh pengertiaan mengenai keadaan sekitar seseorang,
respons terhadap informasi sensoris lainnya akan merapakan pikiran lainnya,
gambaran suatu persamaan matematisdalam pikiran seseorang merupakan pikiran
ketiga. Jadi, pengetahuan setiap saat dapat di definisikan sebagai suatu pikiran. Dan
pengetahuan itu sendiri dapan didefinisikan sebagai “kesadaran”.
Dengan definisi di atas mengenai pikiran dan kesadaran dalam pikiran kita,
sekarang menjadi mudah untuk mendefinisikan daya ingat belajar. Daya ingat adalah
kemampuan untuk mengingat kembali suatu pikiran paling tidak sekali dan biasanya
berulang-ulang, dan belajar adalah kemampuan system saraf untuk menyimpan
ingatan, oleh karena itu, pikiran, kesadaran, daya ingatan, dan belajar semuanya
bekerja sama dan sejauh pembicaraan mengenai system saraf, hampir tidak dapat
dipisahkan.
Masalah tersulit yang kita hadapi dalam pembicaraan mengenai kesadaran,
pikiran, daya ingatan, dan belajar adalah bahwa kita tidak mengetahui mekanisme
neurul suatu pikiran. Kita mengetahui bahwa kerusakan sebagaian besar korteks
serebri tidak merintangi seseorang untuk mempunyai pikiran, tetapi hal ini memang
mengurangi tingkat pengetahuannya mengenai keadaan sekitarnya. Sebaliknya,
kerusakan bagian thalamus yang jauh lebih kecil, atau terutama system aktivasi
retikularis bagian mesensefalik dapat menyebabkan penurunan kesadaran yang sangat
besar atau bahkan ketidaksadaran sama sekali.
Tiap pikiran hampir pasti melibatkan sinyal-sinyal simultan di dalam bagian-
bagian korteks serebri, thalamus, rinensefalon, dan formasio retikularis batang otak.
Beberapa pikiran kasar mungkin hampir sepenuhnya tegantung pada pusat-pusat yang
7
lebih rendah, pikiran mengenai nyeri mungkin merupakan contoh yang baik, karena
perangsang listrik pada korteks manusia jarang menimbulkan perasaan yang lebih dari
pada rasa nyeri yang ringan, sedangkan perangsang daerah tertentu di hipotalamus
dan mesensefalon pada binatang agaknya menyebabkan nyeri yang luar biasa.
Sebaliknya, jenis pola pikiran yang terutama memerlukan korteks serebri adalah yang
menyangkut pengkihatan, karena hilangnya korteks visual menyebabkan orang
tersebut tidak mampu mengindera bentuk atau warna visual.
Oleh karena itu, kita dapat merumuskan suatu definisi mengenai pikiran yang
dipandang dari segi kegiatan neurol berikut : Suatu pikiran mungkin disebabkan oleh
“pola” perangsangan untuk sementara waktu dari berbagai bagian system saraf pada
saat yang sama , mungkin terutama melibatkan korteks serebri, thalamus,
rinensefalon, dan bagian atas firmasio retikularis batng otak. Daerah rinensefalon,
thalamus, dan formasio retikularis yang dirangsang mungkin menentukan sifat kasar
fikiran tersebut, yang memberikan sifat-sifat seperti kesenangan, ketidaksenangan,
nyeri, nyaman, modalitas kasar mengenai sensai, lokalisasi pada bagian umum tubuh,
dan sifat-sifat menyolok lainnya. Sebaliknya, daerah korteks yang dirangsang
mungkin menentukan sifat-sifat khas dari pikiran tersebut (seperti lokalisasi spesifik
dari sensasi di dalam tubuh dan dari benda-benda di dalam lapangan penglihatan).
Pola tertentu mengenai sensai (seperti pola empat persegi panjang dari suatu dinding
beton atau tekstur permadani, dan sifat-sifat individual lainnya yang ikut serta dlama
seluruh kesadaran pada suatu saat tertentu).
D. Tingkat Kesadaran
Berikut adalah tabel tingkat kesadaran :
Compos mentis = baik/ sempurna
Apatis = perhatian kurang
8
Somnolens = mudah tertidur walaupun sedang diajak
bicara
Sopor = dengan rangsangan kuat masih memberi
respon gerakan
Sopor- comatous = hanya tinggal reflek cornea ( sentuhan
ujung kapas pada kornea akan menutup
kelopak mata)
Coma = tidak memberi respon sama sekali
E. Gangguan Kesadaran
Kesadaran yang utuh adalah suatu keadaan individu sadar akan dirinya dan lingkun-
gannya menghadapi stimulasi yang adekuat.
Kesadaran yang utuh tergantung dari integritas dan interaski antara :
- ARAS (Ascending Reticuler Activating System) kumpulan substansia
drisea di bagian sentral batang otak bagian rostral mulai dari mielum sampai
di subthalamus, menentukan tingkat kesadaran WAKEFULLNESS-
ARAOUSEL/KETERJAGAAN (keadaan yg. berhub. dengan respon E, V
dan M.
- Korteks di hemisfer serebri kiri yang utuh, merupakan substract anatomis un-
tuk kebanyakan komponen psikologik yang khusus, berbahasan, ingatan, in-
telek dan tanggapan proses pembelajaran. Dalam mekanismenya digiatkan
oleh thalamus, hipotalamus, mesensefalon, tegmentum pontis bagian rostral.
Fungsi luhur/kortikal luhur/higher cortical function adalah kemampuan otak
untuk berinteraksi dengan sekitarnya.
5 komponen fungsi luhur :
- Kemampuan berbahasa
- Daya ingat
- Pengenalan visuospasial
9
- Emosi, dan kepribadian
Bentuk sindroma hemisfer, kanan dan kiri :
KIRI KANAN
Afasia (berbahasa)
Aleksia (membaca)
Agrafia (menulis)
Akalkulasi (menghitung)
Apraksia (gerakan motorik yang
kompleks)
Pengabaian (neglect)
Visuospasial (persepsi)
- pengenalan tempat
- Pengenalan wajah
Visuomotor
- membuat kontruksi
- berpakaian
Afek dan prosodi
Kebingungan/confusion/kesadaran berkabut gangguan kapasitas berfikir,
mengerti, dan berespon dan mengingat kembali respon yang diterimanya,
sehingga kehilangan kemampuan untuk berfikir jernih, gangguan dalam membuat
keputusan.
Menurut Sukardi, Boss keadaan bingung dibagi menjadi :
Disoroentasi Permulaan kehilangan kesadaran, disorientasi (waktu,. tempat,
orang), gangguan memori
Lethargi Keterabatasan pembicaraan, gerakan motorik spontan, dapat
dibangungkan dengan pembicaran dna perabaan normal,
dapat/tidak disorientasi.
Obtudation Kesadaran yg tumpul, keterbatsan keterjagaan, acuh thd
lingkungan, mudah tertidur, kecuali dirangsangan secara
verbal/perabaan, menjawab pertanyaan dengan seminimal
mungkin.
Delirium Ketidaktenangan motorik, halusinasi, disorientasi, delusi/waham.
ketakutan dna mudah terasangsang, kelainan metabolik/toksik,
impending coma.
10
Stupor Tidur yang dalam, tidak responsif, hanya dapat dinagunkan
/jawaban motorik/verbal dengan rangsangan yang kuat dan
berulang, respon menghindara/memegang rasngangan tersebut.
Koma Hilangnya kesadaran, tampak seperti tidur, tidak berespon
terhadap rangsangan eksternal
Keadaan
Vegetatif
Bernafas spontan, sirkulasi nomral, siklue membukan dan
menutup mata seperti tidur, tapi tidak tanggap lingkungan,
sepintas penyembuhan dari keadaan koma dan menetap sampai
akhir kematian.
Kelainan difus bilateral pada korteks serebri dengan BO, trauma
kapitis, hipoksik-eskemia,
PSYCHONEPHIC UNRESPONSIVENESS keadaan tidak sadar/koma, tetapi
sebetulnya tidak.
Caranya :
tes okulovestibuler, nistagmus menunjukkan bahwa tidak dalam keadaan tidak
sadar.
1. KEADAAN YANG MENYEBABKAN GANGGUAN KESADARAN
Plum F dan Saper CB membagi gangguan kesadaran menjadi 3 bagian :
a. Gangguan tingkat kesadaran
-Lesi distruktif yang mempengaruhi mekanisme kesadaran
Keruskan difus bilateral otak bagian depan
kerusakan disensefalon
kerusakan midbrain atas
-Lesi kompresi yang mempengaruhi mekanisme kesadaran
hidrosefalus
herniasi central
herniasi unkus
herniasi ke atas masa di ensephalon
kompresi pons akibat masa diserebral
b. Gangguan isi kesadaran
- anterograde amnesia
11
- afasia
- apraksia
-defisit spasial (amorfosintesis)
-gangguan perhatian
c. Gangguan kesadaran umum (general disorders of conciousness)
- encephalopati akut
penyakit multifaktorial
penyakit metabolik difus
- encephalo kronis
retardasi mental
demensia
persistent vegetative state
2. MEKANISME KESADARAN DAN GANGGUAN KESADARAN
Proses supratentorial dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran :
1) Disfungsi difus kortikal dari korteks serebri, seperti ensefali-
tis, neoplasma, trauma kepala tertutup dengan peradrahan, empiema subdural
(akumulasi nanah) Intra serebral (perdarahan, infark, emboli dan tumor)
2) Disfungsi subkortikal bilateral seperti, trauma batang otak,
GPDO.
3) Kelainan okal hemesfer sereberi dsiebabkan masa yang men-
jepit, menekan struktur bagian dalam disensefalon, herniasi mengganggu thal-
amus dan activating hipotalammus.
Proses infratentorial penurunan kesadaran :
1) destruksi langsung pada ARAS
2) BO rusak akibat invasi langsung (GPDO, demeilinasasi, neoplasma, granu-
loma, abses trauma kapitis) /tidak langsung
3) Kompressi ARAS :
- tekanan langsung pada pons dan midbrain iskemia dan edema neuron
- Herniasi ke atas serebelum menekan atas dari midbrain dan diensefalon
- herniasi ke bawah melalui foramen magnum, menekan dan menggeser MO.
12
Manifestasi klini dan evaluasi , melalu pemeriksaan :
1. pemeriksaan TTV
2. Pemeriksaan interne
3. Pemeriksaan neurologik
- derajat kesadaran
- pola pernafasan
- ukuran dan reaksi pupil
- posisi bola mata
- refleks batang otak
- respon motorik
4. Pemeriksaan tambahan
- laboratorium
- radiologi
- neurofisiologik klinik
- neuroperilaku
F. GCS (Glasguw Coma Scale)
Yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien
dalam kondisi koma atau tidak ) dengan menilai respon yang diberikan pasien ter-
hadap rangsang yang diberikan.
Respon pasien yang perlu di perhatikan mencakup 3 hal yaitu : membuka mata, re-
spon motorik dan respon verbal.
MEMBUKA MATA
Membuka mata spontan 4
Terbuka karena mata 3
Terbuka karena rangsangan nyeri 2
Tidak ada respon 1
RESPON MOTORIK
Mematuhi perintah sederhana 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik karena nyeri (fleksi) 4
Fleksi abnormal (nyeri) rigiditas dekortikasi 3
13
Ekstensi abnormal (nyeri) R. desebrasis 2
Tidak terdapat respon motorik 1
RESPON VERBAL
Berorientasi 5
Bingung 4
Mengatakan kata-kata yang tidak tepat 3
Menyuarakan bunyi yang tidak bermakna 2
Tidak terdapat respon verbal 1
Keterangan :
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E…V…M…
Selanjutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6
dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 – 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 – 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 – 8 = CKB (cidera kepala berat)
1. Nilai 9 keatas normal
2. Nilai 7 kebawah koma
Refleks-refleks
Refleks-refleks Fungsi saraf
SUPERFISIAL
Abdomen atas
Abdomen bawah
Kremasterik
Gluteal
T-8, T-9
T-10, T-11, T-
12
T-12, L-4
14
L-4 sampai S-3
TENDON
DALAM
Biseps
Triseps
Fleksi jari-jari
Brakioradialis
Patelar
Achilles
C-5, C-6
C-6, C-7, C-8
C-7 sampai T-1
C-5, C-6
L-2, L-3, L-4
S-1, S-2
Patologis
Babinskins
Chaddocks
Klonus
L-4, L-5, S-1,
S-2
L-4, L-5, S-1,
S-2
Fungsi saraf cranial
Saraf Temuan
Olfaktorius Penghidu
Optikus Ketajaman, LP, Pem.Fundus
Okulomotorius Refleks pupil, Gerak keatas /
kebawah/mediana, dilatasi pupil
Troklear Gerakan okuler, melihat kebawah, ke-
samping, nistagmus.
Trigeminal Fungsi sensoris, refleks kornea, kulit
wajah, dahi, mukosa hidung dan mu-
lut, fungsi motorik dan maksilaris
Abdusen Gerakan okuler, melihat kebawah, ke-
samping dan nistagmus.
Fasial Fungsi motorik wajah atas, bawah
asimetris wajah, dan paresis, fungsi
sensori uji dgn pengecapan
15
Akustikus Tes saraf koklear, pendengaran, kon-
duksi udara dan tulang, tinitus kurang
pendengaran atau tuli.
Glosofaringeus Fungsi motorik : gag paringeal,
menelan, bicara jelas.
Vagus Tanpa serak
Asesorius Kekuatan otot trapesius dan sternok-
leidomastoideus ketidamampuan men-
gangkat bahu
Hipoglosal Fungsi motorik lidah, penyimpangan
kerah leteral, atropi, tremor, ketidak-
mampian menjulurkan lidah dari
samping kiri kekanan.
Afasia ekspresi (Broca’s)= Ekspreisi Verbal
Afasia Reseptif (Wernicke’s)= Tidak mengerti kata-kata yang diucapkan
Afasia global = gabungan keduanya.
Lesi medula total = Kehilangan sensori panggul dan ekstrimitas bawah.
Lesi medula sebagian = Kehilangan sensori panggul dan ekstrimitas bawah satu sisi.
Lesi medula sentral = Kehilangan sensori bahu kika dan thorakal (daerah dada).
Lesi ekuina kauda = Kehilangan sensori daerah panggul dan kedua paha.
Pengkajian focus
Fokus Klinis
Menyelesaikan per-
intah sederhana
Cedera area Wernickes (lobus
Temporal)
Bicara jelas, tak je-
las, Gagap, peng-
gunaan kata-kata
yang tidak tepat
Kerusakan sel-sel lobus frontal
dekat korteks dan saraf kranial
yang mengontrol gerakan bibir,
lidah, rahang, palatum lunak dan
pita suara.
Membaca dan Cedera area Wernickes
16
menulis
Mendengar Kerusakan mendengar
MelihatKerusakan melihat
Transmisi informasi dlm sel-sel neuron berbentuk impuls listrik melalui
celah tipis disebut sinaps kemudian sel neuron melepaskan bahan kimia
(Neurotransmiter) selanjutnya merangsang atau menghabat impuls sel-sel
yang lain.
Lapisan otak (korteks) Mempunyai peran yang sangat canggih yaitu mengontrol
gerak, pemrosesan indera, emosi, berfikir, berbahasa, merencanakan,
mengingat dan fungsi koognitif lain. Terdapat dua belahan (hemisfer) kedua
belahan ersebut dihubungkan oleh korpus kolosum yaitu serabut-serabut saraf
yang menyampaikan informasi secara timbal balik anatara kedua hemisfer
otak
Sel-sel korteks motorik di lobus frontalis mengontrol gerakan volunter (yang
disadari), ekspresi bahasa dan fungsi intelektual.
Sel-sel korteks somatosensorik dilobus parietal memroses sinyal sensori (merasa)
kesemutan (parastesia), rasa tebal (hipestesia), hilang rasa (anestesia).
Sel-sel korteks auditorik dilobus temporalis memrosessinyal pendengaran dan
alfaktorius (fungsi penghidu).
Sel-sel korteks visual dilobus oksipital memroses sinyal penglihatan dari retina mata.
G. Penilaian Keadaan Umum
• Pasien tampak sakit berat
• Pasien tampak sakit sedang
• Pasien tampak sakit ringan
• Pasien tampak tidak sakit
Pemeriksaan Penunjang
Yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma kapitis adalah:
1. CT-Scan
Untuk melihat letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek.
17
2. Lumbal Pungsi
Untuk menentukan ada tidaknya darah pada LCS harus dilakukan sebelum 6
jam dari saat terjadinya trauma
3. EEG
Dapat digunakan untuk mencari lesi
4. Roentgen foto kepala
Untuk melihat ada tidaknya fraktur pada tulang tengkorak
18
PENUTUP
A. Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa kesadaran diartikan ialah derajat hubungan antara
Hemisperium Cerebri dengan Reticular Activiting System (dibagian atas
batang otak). (Sumber: Physical Assessment oleh Dr. Andi Santosa
Augustinus).
Dan keadaan umum itu sendiri adalah suatu kondisi konfrehensif yang bisa
diamati secara langsung. (Sumber: Physical Assessment oleh Dr. Andi Santosa
Augustinus).
Pembelajaran ini dimaksudkan agar mampu menilai keadaan sakit pasien.
Yang meliputi beberapa gangguan kesadaran dan tingkat kesadaran pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
Hardy, Malcolm dan Heyes, Steve. 1998. Pengantar Psikologi Edisi 2.
Jakarta :Erlangga.
Guyton, Artur C. 1983. Fisiologi Kedokteran bagian 2. Jakarta : CV. EGC.
Penerbit buku Kedokteran
Cooper, C.L., & Payne, R. (1991). Personality and stress: Individual differences in the stress process. England: John Wiley & Sons Ltd.
Feist, J. & Feist, G. J. (2006). Theories of personality. (Ed. Ke-6). New York: McGraw-Hill Inc.
Hjelle, L.A., & Ziegler, D.J. (1992). Personality theories. Singapore: McGraw Hill Book.
McCrae, R.R., & Allik, J. (2002). The Five Factor Model of personality across cultures. New York: Kluwer Academic/ Plenum Publishers.
Pervin, L. A. (1993). Personality: theory and research. (Ed. ke-6). Canada: John Wiley & Sons.
Pervin, L. A. (1996). The Science of personality. USA: John Wiley & Sons
Linzey & Hall. (1993). Theories of personality. (4th ed). New York: John Wiley & Sons.
Chusid, Neuroanatomi Korelatif dan Neurology Fungsional, bagian dua. Gajah Mada
University Press, 1991
Harsono, Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Gajah Mada University Press, 2003
Iskandar J, Cedera Kepala, PT Dhiana Populer. Kelompok Gramedia, Jakarta, 1981
Sidharta P, Mardjono M, Neurologi Klinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 1981