bab ii keadaan umum (lutfi).docx

35
Laporan Studi Kelayakan Tambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow 2.0 KEADAAN UMUM 2.1 Lokasi dan Luas Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Lokasi penambangan PT. JResources Bolaang Mongondow (JRBM) Prospek Bakan terletak lebih kurang 15 km ke arah selatan dari Kotamobagu (Gambar 2-1). Akses dari Kotamobagu menuju Desa Bakan Kecamatan Lolayan ditempuh dalam waktu lebih kurang 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Dari desa Bakan menuju lokasi tambang diperlukan waktu lebih kurang 30 menit melalui jalan logging bekas jalan kepunyaan HPH Centralindo. Di Kabupaten Bolaang Mongondow hasil tambang merupakan salah satu komoditi andalan yang meliputi jenis tambang emas dan pasir besi. Berdasarkan peta rencana pengembangan wilayah pelayanan pembangunan yang tertuang dalam Revisi Rencana Tata Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2002, Kecamatan Lolayan, di mana lokasi penambangan PT. JRBM berada, termasuk dalam Wilayah Pelayanan Pembangunan (WPP) I atau utama. WPP ini berpusat di Kotamobagu dan meliputi Kecamatan Lolayan, Pasi, Modayag dan Kecamatan Kotabunan. Wilayah Pelayanan Pembangunan I (utama) tersebut diarahkan dengan kegiatan utama meliputi pemukiman, tanaman pangan, tanaman palawija, hortikultura, pertambangan, peternakan dan perkebunan (Gambar 2-2). Saat ini pada di sekitar wilayah tersebut juga telah terdapat lokasi Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Tanoyan Kecamatan Lolayan seluas 2.000 ha berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 3992.K/201/MPE/1995 dan Pertambangan Skala Kecil (PSK) KUD Perintis Tanoyan Kecamatan Lolayan seluas 100 ha. 2-1

Upload: dknadir

Post on 20-Oct-2015

191 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

2.0 KEADAAN UMUM

2.1 Lokasi dan Luas Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (IUP)

Lokasi penambangan PT. JResources Bolaang Mongondow (JRBM) Prospek Bakan terletak

lebih kurang 15 km ke arah selatan dari Kotamobagu (Gambar 2-1). Akses dari

Kotamobagu menuju Desa Bakan Kecamatan Lolayan ditempuh dalam waktu lebih kurang

30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Dari desa Bakan menuju lokasi

tambang diperlukan waktu lebih kurang 30 menit melalui jalan logging bekas jalan

kepunyaan HPH Centralindo.

Di Kabupaten Bolaang Mongondow hasil tambang merupakan salah satu komoditi andalan

yang meliputi jenis tambang emas dan pasir besi. Berdasarkan peta rencana

pengembangan wilayah pelayanan pembangunan yang tertuang dalam Revisi Rencana

Tata Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun 2002, Kecamatan Lolayan, di mana

lokasi penambangan PT. JRBM berada, termasuk dalam Wilayah Pelayanan Pembangunan

(WPP) I atau utama. WPP ini berpusat di Kotamobagu dan meliputi Kecamatan Lolayan,

Pasi, Modayag dan Kecamatan Kotabunan. Wilayah Pelayanan Pembangunan I (utama)

tersebut diarahkan dengan kegiatan utama meliputi pemukiman, tanaman pangan, tanaman

palawija, hortikultura, pertambangan, peternakan dan perkebunan (Gambar 2-2).

Saat ini pada di sekitar wilayah tersebut juga telah terdapat lokasi Wilayah Pertambangan

Rakyat (WPR) Tanoyan Kecamatan Lolayan seluas 2.000 ha berdasarkan SK Menteri

Pertambangan dan Energi Nomor 3992.K/201/MPE/1995 dan Pertambangan Skala Kecil

(PSK) KUD Perintis Tanoyan Kecamatan Lolayan seluas 100 ha.

2-1

Page 2: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Gambar 2-1 Peta Lokasi Penambangan PT JRBM Bakan

Gambar 2-2 Peta Tata-Ruang Kabupaten Bolaang Mongondow

2.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

Akses dari Kotamobagu menuju Desa Bakan Kecamatan Lolayan ditempuh dalam waktu

lebih kurang 30 menit dengan menggunakan kendaraan roda empat. Dari desa Bakan

menuju lokasi tambang diperlukan waktu lebih kurang 30 menit melalui jalan logging bekas

jalan kepunyaan HPH Centralindo.

2.3 Keadaan Daerah

2-2

Page 3: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

2.3.1 Keadaaan Lingkungan Daerah

Metode studi pada studi kelayakan ini didasarkan pada standard PT. JResources Bolaang

Mongondow.

2.3.2 Keadaaan Penduduk

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan kondisi terakhir tahun 2005, Kecamatan Lolayan terdiri dari 14 desa dengan

luas wilayah administrasi 297 km2. Penduduknya pada tahun 2005 berjumlah 21.167 jiwa

dengan demikian kepadatan geografisnya adalah 71,27 jiwa/km2. Kecamatan Pinolosian

Timur terdiri dari 9 desa dengan luas wilayah administrasi 221,87 km2. Penduduknya pada

tahun 2005 berjumlah 6.425 jiwa dengan demikian kepadatan geografisnya adalah 28,96

jiwa/km2

Lokasi penambangan emas PT. ABM dalam kajian AMDAL sebagaimana yang disebutkan

sebelumnya berada di dua wilayah Kecamatan dan mencakup 7 desa, yaitu desa-desa

Bakan, Lolayan, Matali Baru serta desa Mopusi di Kecamatan Lolayan dan desa-desa

Dumagin B, Dumagin A dan desa Matandoi di Kecamatan Pinolosian Timur. Data luas

wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di desa-desa tersebut pada tahun

2005/2006 dapat dilihat pada Tabel III-27.

Tabel III-27. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Wilayah Studi,

Tahun 2005/2006.

No. Desa/KecamatanLuas

(Km2)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/Km2)

1. Desa Bakan 18 2.173 120,72

2. Desa Lolayan 15 727 48,47

3. Desa Matali Baru 15 692 46,13

4. Desa Mopusi 15 2.021 134,73

Total 4 Desa 63 5.613 89,10

Kec. Lolayan 297 21.167 71,27

5. Desa Dumagin B 43,12 676 15,68

6. Desa Dumagin A 49,34 1.114 22,58

7. Desa Matandoi 21,40 1.511 70,61

2-3

Page 4: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Total 3 Desa 113,86 3.301 28,99

Kec. Pinolosian Timur

221,87 6.425 28,96

Keterangan : Data desa tahun 2006, sedangkan data kecamatan tahun 2005.

Sumber : 1. Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.

2. Profil Desa Dalam Wilayah Studi, Tahun 2006.

Dari data yang disajikan dalam Tabel III-27 di atas terlihat bahwa tingkat kepadatan

penduduk rata-rata di wilayah studi relatif rendah, yaitu kurang dari 100 jiwa per km2. Namun

demikian jika dilihat tingkat kepadatan penduduk menurut desa, maka terdapat dua desa

yang tingkat kepadatan penduduknya relatif tinggi yaitu desa Mopusi dengan tingkat

kepadatan penduduk sebesar 135 jiwa per km2 dan desa Bakan sebesar 121 jiwa per km2.

Kedua desa tersebut berada di wilayah Kecamatan Lolayan. Desa dimana wilayah

administrasinya paling luas adalah desa Dumagin A dengan luas 49,34 km2. Sedangkan

desa yang tingkat kepadatan penduduknya paling rendah adalah desa Dumagin B dengan

kepadatan 15,68 jiwa per km2.

b. Pertumbuhan Penduduk

Data pertumbuhan penduduk untuk periode tiga dekade terakhir, yaitu antara tahun 1971-

2001 yang tersedia adalah Kecamatan Lolayan dan Kecamatan Pinolosian. Khusus data

Kecamatan Pinolosian merupakan data sebelum dimekarkan menjadi tiga wilayah

kecamatan dan akan digunakan untuk mendeskripsikan keadaan di Kecamatan Pinolosian

Timur yang merupakan bagian dari Kecamatan Pinolosian sebelum dimekarkan.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Bolaang Mongondow, pertumbuhan penduduk dalam tiga

dekade terakhir di wilayah studi, yaitu Kecamatan Lolayan dan Kecamatan Pinolosian Timur

cenderung menurun dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di wilayah Kecamatan

Pinolosian Timur relatif lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata di wilayah

Kecamatan Lolayan. Untuk Kecamatan Lolayan pertumbuhan penduduk rata-rata pada

periode tahun 1971 – 1980 sebesar 3,22 persen per tahun, kemudian pada periode tahun

1981-1991 sebesar 1,81 persen per tahun dan terakhir periode 1992-2001 sebesar 1,55

persen per tahun.

Selanjutnya tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata untuk Kecamatan Pinolosian Timur

(sebelum pemekaran wilayah) pada periode 1971-1980 sebesar 4,17 persen per tahun,

kemudian periode tahun 1981-1991 sebesar 3,69 persen per tahun dan terakhir periode

2-4

Page 5: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

1992-2001 sebesar 2,30 persen per tahun. Selanjutnya data mengenai pertumbuhan

penduduk di wilayah studi pada periode 1971-2001, disajikan pada Tabel III- 28.

Tabel III-28. Pertumbuhan Penduduk Periode Tahun 1971-2001 di Wilayah Studi.

No. Periode/WaktuJumlah (jiwa) & Pertumbuhan (%)

Penduduk Per Kecamatan

Lolayan Pinolosian

1. Tahun 1971-1980 3,22 4,172. Tahun 1981-1991 1,81 3,693. Tahun 1992-2001 1,55 2,30

Sumber : Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.

c. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Golongan Umur

Berdasarkan jenis kelamin, struktur penduduk terdiri dari laki-laki (pria) dan perempuan

(wanita). Sedangkan menurut golongan umur penduduk dapat dikelompokkan menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok penduduk usia produktif (15 – 65 tahun) dan kelompok penduduk

usia non produktif yang meliputi kelompok usia muda non produktif (0-14 tahun) dan

kelompok usia tua non-produktif (66 tahun ke atas). Penggolongan berdasarkan jenis

kelamin berguna untuk menilai perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan

serta potensi pertumbuhan penduduknya ke depan, sedangkan penggolongan berdasarkan

struktur umur berguna antara lain untuk membandingkan penduduk produktif dan penduduk

tidak produktif (beban tanggungan penduduk) termasuk potensi kemampuan ekonomi

penduduknya.

Berdasarkan jenis kelamin, struktur penduduk di wilayah studi, yaitu Kecamatan Lolayan

dan Kecamatan Pinolosian Timur secara keseluruhan masih didominasi oleh penduduk

dengan jenis kelamin laki-laki (angka RJK > 100), namun sebaliknya jika dilihat menurut

desa-desa yang termasuk dalam wilayah studi justru didominasi penduduk perempuan

(angka RJK < 100), kecuali desa-desa Lolayan, Mopusi dan desa Matandoi. Struktur

penduduk berdasarkan jenis kelamin dan angka rasio jenis kelamin di wilayah studi, dapat

dilihat pada Tabel III- 29.

Tabel III- 29. Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Studi, Tahun 2005/2006.

No. Desa/ Kecamatan

Penduduk Sex RatioLaki-laki Perempuan Total

2-5

Page 6: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

1. Bakan 1.061 1.112 2.173 95,41

2. Lolayan 386 341 727 113,20

3. Matali Baru 322 370 692 87,03

4. Mopusi 1.018 1.003 2.021 101,50

Kec. Lolayan 11.126 10.041 21.167 110,81

4. Dumagin B 326 350 676 93,14

5. Dumagin A 528 586 1.114 90,10

6. Matandoi 784 727 1.511 107,84

Kec. Pinolosian Timur

3.479 2.946 6.425 118,09

Sumber : 1. Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2004/2005.

2. Profil Desa-desa Dalam Wilayah Studi Tahun 2006.

Selanjutnya, struktur penduduk berdasarkan golongan umur, dibagi menjadi tiga kelompok

umur, yaitu kelompok umur Non-Produktif (umur 0 – 14 tahun dan umur lebih dari 65 tahun)

dan kelompok usia Produktif (15 – 65 tahun). Berdasarkan golongan umur,

struktur penduduk di wilayah studi relatif didominasi oleh penduduk kelompok umur

produktif, yaitu penduduk usia antara 15 – 65 tahun. Angka beban tanggungan paling tinggi

berada di desa Mopusi, kemudian diikuti oleh desa Matali Baru. Sebaliknya angka beban

tanggungan paling rendah berada di desa Lolayan, kemudian diikuti oleh desa Dumagin A

dan desa Matandoi. Sedangkan desa Bakan dan Dumagin B relatif moderat. Selanjutnya,

struktur penduduk berdasarkan kelompok umur dan rasio beban tanggungan di wilayah studi

disajikan pada Tabel III-30.

Tabel III-30. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Wilayah Studi.

No. Desa/KecamatanKelompok Umur (Jiwa)

0 – 14 tahun

15 – 65 tahun

> 65 tahun RBT

1. Bakan 686 1.364 123 59

2. Lolayan 58 404 28 21

3. Matali Baru 283 412 42 79

4. Mopusi 905 1.011 105 99

Kec. Lolayan 6.617

13.182

1.061

58

5. Dumagin B 99 465 112 4

2-6

Page 7: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

5

6. Dumagin A 76 844 194 32

7. Matandoi 388 1.348 103 36

Kec. Pinolosian Timur

2.022

4.355 341 54

Keterangan : RBT = rasio beban tanggungan

Sumber : 1. Kecamatan Dalam Angka, Tahun 2004/2005.

2. Profil Desa-desa Dalam Wilayah Studi Tahun 2006.

d. Tenaga Kerja

Tenaga kerja meliputi penduduk usia kerja (10 tahun ke atas, menurut konsep dalam

Susenas). Tenaga kerja dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut. Bagian dari

tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan

produktif, yaitu memproduksikan barang dan jasa disebut Angkatan Kerja. Angkatan kerja ini

meliputi mereka yang bekerja dan mencari kerja, sedangkan bagian dari tenaga kerja yang

tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan adalah bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang

bersekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow, jumlah tenaga

kerja di Kabupaten Bolaang Mongondow dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja sebanyak 343.091 orang, terdiri dari angkatan kerja

sebanyak 167.662 orang dan bukan angkaten kerja sebanyak 175.469 orang. Kemudian

pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja bertambah menjadi 383.606 orang terdiri dari

angkatan kerja sebanyak 203.452 orang dan bukan angkatan kerja sebanyak 180.154

orang. Dari data tersebut di atas ternyata dalam lima tahun terakhir jumlah angkatan kerja

telah melampaui jumlah penduduk bukan angkatan kerja. Ini berarti penduduk yang terlibat

aktif dalam kegiatan ekonomi jauh lebih banyak dari penduduk yang tidak aktif dalam

kegiatan ekonomi. Selanjutnya angkatan kerja terdiri dari mereka yang bekerja dan yang

mencari pekerjaan.

Jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2000 sebanyak 164.379 orang sedangkan yang

mencari pekerjaan sebanyak 3.243 orang. Kemudian pada tahun 2005 jumlah penduduk

yang bekerja sebanyak 175.416 orang, sedangkan mereka yang mencari pekerjaan pada

tahun tersebut tercatat sebanyak 28.036. Peningkatan jumlah yang mencari pekerjaan

secara relatif lebih besar dari peningkatan penduduk yang bekerja.

2-7

Page 8: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Ini berarti meskipun penduduk yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi lebih banyak dari

penduduk yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi, namun peningkatan penduduk

yang berusaha aktif secara ekonomi tersebut didominasi oleh penduduk yang sedang

mencari pekerjaan. Selanjutnya data tentang perkembangan jumlah tenaga kerja menurut

bagian-bagiannya antara tahun 2000 sampai tahun 2005 di Kabupaten Bolaang Mongondow

disajikan dalam Tabel III- 31.

Tabel III-31. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran di Kabupaten Bolaang Mongondow, Tahun 2000 – 2005.

Kegiatan 2000 2002 2003 2005

Angkatan Kerja (AK) :

- Bekerja

- Mencari Kerja

164.379

3.243

164.362

16.810

172.561

29.139

175.416

28.036

Jumlah AK : 167.622 181.172 201.700 203.452

Bukan Angkatan Kerja :

- Sekolah

- Mengurus RT

- Lainnya

49.974

91.231

34.264

54.484

96.629

20.492

52.677

94.178

10.168

62.270

94.420

23.464

Jumlah Bukan AK 175.469 171.605 157.023 180.154

Tingkat Partisipasi AK (TPAK) 98,1 % 90,7 % 85,6 % 86,2 %

Tingkat Pengangguran 1,9 % 9,3 % 14,5 % 13,8 %

Total 343.091 352.777 358.723 383.606

Sumber : Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.

Selanjutnya berdasarkan data jumlah angkatan kerja pada tabel di atas ternyata ternyata

tingkat partisipasi angkatan kerja relatif tinggi (> 85 persen), meskipun mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan data lima tahun sebelumnya. Selanjutnya angka

pengangguran terbuka dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan dari 1,9 persen

tahun 2000 menjadi 13,8 persen pada tahun 2005. Diperkirakan tingkat partisipasi angkatan

kerja di Kecamatan Lolayan maupun Kecamatan Pinolosian sangat tinggi (> 95 persen),

sebaliknya tingkat pengangguran relatif rendah (di bawah dua digit), sebagaimana informasi

yang diperoleh dari survei lapangan. Namun demikian angka pengangguran tersebut

terselubung diperkirakan tinggi. Hal ini disebabkan karena terdapat banyak penganggur

terselubung, terutama pada sektor tradisional pertanian, termasuk perikanan laut. Pada

umumnya penduduk di dua wilayah tersebut bermata pencaharian sebagai petani dan

nelayan, di mana tingkat pendayagunaan tenaga kerjanya relatif rendah.

2-8

Page 9: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

2.3.3 Keadaaan Flora

Area yang menjadi tapak kegiatan pertambangan emas PT. JRBM Bakan sebagian adalah

lahan dengan status Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang merupakan areal bekas tebangan

(Logged over area) oleh PT. Centralindo Pancasakti. Berdasarkan hasil identifikasi lokasi

calon areal eksploitasi pertambangan PT. ABM oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Bolaang Mongondow (2007), luas areal PT. ABM adalah seluas ± 653,30 Ha

sebagian terletak pada Areal Penggunaan Lain (APL) yaitu seluas ± 114,53 Ha dan

sebagian lagi terletak pada Kawasan Hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT)

seluas ± 529,94 Ha dan Hutan Lindung (HL) seluas ± 8,83 Ha. Untuk jelasnya peta status

penutupan lahan/status hutan disajikan pada Gambar III-15.

1) Vegetasi Hutan

Kelimpahan setiap jenis penyusun komunitas merupakan salah satu komponen struktur

vegetasi (Kershaw, 1964). Lebih lanjut dikatakan bahwa kelimpahan jenis ditentukan

berdasarkan frekwensi, kerapatan dan dominansi setiap jenis. Berdasarkan hasil analisis

vegetasi hutan alamiah yang dilakukan 3 (tiga) tempat yaitu lokasi Durian pit, Osela

pit dan lokasi sekitar hutan virgin sebelah selatan tapak proyek terlihat bahwa sebagian

besar kawasan yang akan dijadikan pit sudah dirambah oleh masyarakat sehingga pohon-

pohon yang dijumpai sebagian besar terdiri atas pohon yang berukuran besar (berdiameter

>40 cm) sedangkan pohon yang berukuran kecil sudah ditebang oleh masyarakat sebagai

bentuk klaim penguasaan. Hasil analisis vegetasi pohon sebagaimana disajikan pada Tabel

III-10, menunjukkan bahwa jumlah jenis dan kelimpahannya relative berbeda antara lokasi

hutan yang relative masih utuh dibandingkan dengan lokasi tapak proyek (Durian pit dan

Osela pit).

Keragaman Jenis Pohon

Hasil analisis keragaman jenis penyusun komunitas pohon pada 3 lokasi yang diamati

menunjukan bahwa terjadi penurunan keragaman jenis pada lokasi yang direncanakan

sebagai pit (lokasi penambangan) dibandingkan dengan keragaman jenis pada areal hutan

yang relatif belum terganggu di sekitar tapak proyek. Hal ini disebabkan karena helah terjadi

penebangan pohon secara besar-besaran di areal yang akan dilakukan penambangan.

Penebangan tersebut dilakukan secara srentak oleh masyarakat yang berasal dari Desa

Bakan dengan menebang pohon-pohon berukuran >30 cm, sedangkan pohon-pohon

berukuran besar debangian ditebang untuk bahan bangunan dan sebagian lagi dibiarkan

2-9

Page 10: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

tumbuh terutama jenis-jenis yang berbatang jelek. Hasil analisis keragaman jenis dengan

persamaan Shannon Weaver Indeks (H1) disajikan pada Tabel III-13.

Vegetasi Hutan Sekunder

Vegetasi hutan semak belukar yang terdapat di lokasi tapak proyek terbentuk karena

adanya kegiatan eksploitasi Oleh HPH Centralindo Pancasakti dimana lokasi tempat

dibangunnya Camp, TPK dan TPN mengalami kerusakan berat dan terbentuk lahan gundul

dan tanah keras akibat pemadatan oleh alat berat. Selang kurang lebih kurang lebih 10

tahun dan melalui proses suksesi mulai di tumbuhi kembali oleh vegetasi pepohonan yang

tergolong hutan sekunder karena struktur dan komposisinya masih terus berubah hingga

mencapai tahap klimaks. Hasil survei pada areal hutan sekunder di temukan jenis-jenis yang

merupakan khas hutan sekunder, seperti kayu sirih, spatodea, enau dan walantakan,

Malothus, Macaranga, Cananga. Secara rinci hasil survei lapangan pada hutan sekunder di

sajikan pada Tabel III-14.

Vegetasi Semak Belukar

Vegetasi semak belukar terdapat pada areal bekas kebun/ladang kemudian kurang

lebih 5 tahun dibiarkan. Jenis-jenis vegetasi dominan yang terdapat pada areal semak

belukar, tercampur antara vegetasi dengan habitat pohon kecil seperti rumput macan, kayu

sirih, Malothus dan Macaranga. Sedangkan vegetasi habitat rumput, seperti alang-alang,

paspalum, kano-kano, ekor tikus di selingi dengan tumbuhan merayap, seperti Memosa dan

berbagai jenis liana, Melastona, bambu, Centrosema, rumput macan dan graminae lainnya.

Vegetasi Budidaya di Sekitar Tapak Proyek

Vegetasi budidaya di sekitar tapak proyek di bagi atas atas tiga kelompok tanaman

yaitu tanaman perkebunan, tanaman pangan dan tanaman hotikultura. Tanaman

perkebunan adalah tanaman yang dominan di daerah studi calon pertambangan PT. ABM.

Tanaman tersebut berupa cengkih (Eugenia aromatica), kelapa (cocos nucifera), kopi

(Coffee arabica), coklat (Teobbhroma cacao), dan vanili (Vanilla planifolia andrews). Bagian

yang biasa dimanfaatkan dari jenis-jenis tanaman tersebut adalah sebagai berikut; Cengkeh

yang biasa dimanfaatkan adalah Bunga, buah, daun dan batang, kopi yang biasa

dimanfaatkan adalah buahnya selengkapnya dapat dilihat pada Tabel III-15.

Jenis vegetasi hortikultura yang biasa diusahakan di wilayah studi adalah jenis buah-

buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias. Umumnya vegetasi hortikultura ini diusahakan

hanya merupakan tanaman sisipan. Jenis vegetasi hortikultura yang terdapat di wilayah

studi adalah sebagai berikut; nangka, mangga, rambutan, durian, jambu biji, jambu air,

alvokat, pisang, langsat, pepaya, jeruk, manggis, nanas, bawang merah, bawang daun,

2-10

Page 11: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

terung, sereh, kunyit, kemangi, jahe, bayam, tomat, buncis, kangkung dan paku-pakuan.

Uraian selengkapnya mengenai vegetasi hortikultura disajikan pada Tabel III-16.

Jenis tanaman pangan yang di jumpai didaerah studi pertambangan emas PT. ABM di

Bakan adalah jagung, padi sawah, ketela pohon, kedelai, kacang panjang, kacang tanah,

kacang hijau. Uraian selengkapnya jenis-jenis tanaman pangan tersebut dapat dilihat pada

Tabel III-17. Tanaman padi sawah banyak diusahakan didesa dumagin A, Dumagin B dan

Desa Matandoi dengan luas persawahan lebih kurang 950 ha. Sedangkan jenis tanaman

pangan lainnya tersebar di desa-desa yang termasuk di wilayah studi pertambangan

PT.ABM.

Jenis Vegetasi Budidaya Didalam Tapak Proyek

Jenis vegetasi budidaya dalam tapak proyek umumnya didominasi oleh vegetasi budidaya

tanaman perkebunan seperti cengkih, kopi, dan vanili sedangkan yang sisanya vegetasi

hortikultura yang berupa nangka, pisang dan pepaya. Jumlah dan jenis vegetasi budidaya

tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel di atas menunjukkan bahwa vegetasi budidaya yang dominan adalah cengkih dan

kopi. Sedangkan yang lainnya hanya berupa tanaman sela.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat, dan petugas PT. ABM

menyatakan bahwa umumnya tanaman ini ditanam oleh masyarakat setelah mereka

mengetahui bahwa lahan tersebut akan digunakan untuk areal pertambangan oleh PT.

ABM.

2.3.4 Keadaaan Fauna

Satwa Liar

Satwa liar yang dijumpai di areal studi, terdiri atas mamalia, aves dan reptilia. Berdasarkan

hasil pengamatan dan wawancara terhadap masyarakat yang di jumpai di areal studi, di

peroleh data jenis-jenis satwa liar yang terdapat di lokasi pengamatan, yang terdiri atas :

1) Reptilia

Jenis reptil yang umum di jumpai di lokasi pengamatan adalah kodok (Rana sp.) ular hitam,

ular pohon, biawak (Veranus salvatore). Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat

2-11

Page 12: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

setempat, di peroleh informasi bahwa di lokasi proyek terdapat jenis ular piton (Phyton sp)

dan biawak (Veranus salvatore).

2) Mamalia

Pengamatan di lapangan terhadap jenis mamalia, hanya di jumpai jenis tikus (Rattus sp).

Namun, berdasarkan hasil pengamatan jejak, diidentifikasikan sebagai jejak babi hutan

(Sus celebensis). Sedangkan hasil wawancara terhadap masyarakat di lokasi tapak proyek,

diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa jenis mamalia, seperti Kera (Macaca nigra),

Kuskus (Phalanger ursinus), Rusa (Cervus timorensis), Tikus Besar (Rattus spp), kelelawar

buah (Rousettus celebensis) dan tupai.

Kelimpahan Jenis Burung.

Hasil pengamatan Burung dengan Metode IPA pada bebrapa titik pengamatan terlihat

bahwa populasi jenis burung yang dilindungi tergolong tinggi seperti Rangkong, Teli-teli dan

elang kepala putih.

2.3.5. Biota Perairan

Biota perairan yang dikaji dalam studi ini meliputi sub-komponen plankton, benthos, dan

nekton. Parameter yang diukur untuk plankton dan benthos meliputi : jenis, jumlah, dan

kelimpahan. Sedangkan untuk parameter sub-komponen nekton yang diukur meliputi jenis,

dan alat tangkap yang digunakan.

Jenis, jumlah, dan kelimpahan dari masing-masing sub-komponen biota perairan diatas

secara umum dipengaruhi oleh kualitas fisik dan kimia perairan (sungai dan laut) yang

merupakan habitat dari organisme perairan tersebut. Oleh karena itu, tempat pengambilan

sampel biota perairan selalu disesuaikan dengan tempat/titik pengambilan sampel kualitas

air (fisik dan kimia).

a. Plankton

Hasil pengamatan terhadap keberadaan plankton di lokasi penelitian yang mencakup sungai

Durian, sungai Osela, sungai Dumagin (hulu dan tengah), sungai Matandoi, dan sungai

Tobayagan. Plankton yang ada di setiap lokasi penelitian di perlihatkan pada Tabel III-20.

Benthos

2-12

Page 13: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Jenis benthos yang ditemukan adalah Crustacea dan Moluska dengan penyebaran pada

bagian hulu dan tengah Sungai Dumagin, sungai Matandoi, dan sungai Tobayagan

(jumlahnya relatif sedikit yaitu 5-18 individu saja), Penyajiannya dalam Tabel III-23.

Nekton yang merupakan organisme atau biota perairan yang aktif bergerak umumnya

didominasi oleh ikan yang terdapat di aliran sungai maupun perairan laut. Jenis nekton/ikan

yang banyak ditemukan adalah sidat (sogili), sepet, betok, belanak, gabus dan mujair. Sidat

adalah jenis biota air yang saat muda berada di perairan tawar seperti sungai, danau,

saluran irigasi dan rawa, disaat dewasa akan mengadakan ruaya/migrasi ke perairan laut

untuk memijah dan mati di sana. Gabus, mujair, betok dan sepat merupakan ikan air tawar

yang dapat hidup pada kondisi perairan yang ekstrim seperti kandungan oksigen terlarut

yang rendah, temperatur air yang berfluktuatif dan tingkat kekeruhan yang tinggi. Ikan

belanak merupakan ikan yang menghuni daerah estuari dan sering memasuki daerah aliran

sungai seperti yang ditemukan di sungai Dumagin hilir (dekat bendungan).

2.3.6. Keadaaan Iklim

1. Iklim

Gambaran tentang keadaan iklim di areal kerja PT. ABM dan sekitarnya didasarkan dari

data curah hujan, suhu, kelembaban, serta radiasi, kecepatan angin, serta evapotranspirasi

dari Stasiun Klimatologi dan Geofisik Kotamobagu, Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan

Peternakan Kabupaten Bolaang Mongondow Tahun serta hasil pengukuran PT. ABM di

lokasi tambang Lanut dan bakan.

a. Curah Hujan

Data curah hujan selama 8 tahun (1997-2004) disajikan pada Tabel III-1 (Anonim, 2006) dan

data curah hujan tahun 2004 disajikan pada Tabel III-3 (Anonim, 2005). Sesuai data curah

hujan pada Tabel III-2, tipe iklim wilayah termasuk tipe A, dengan rata-rata 10 bulan basah

dan 2 bulan kering (Schmidt dan Ferguson). Berdasarkan Tabel III-2, curah hujan tertinggi

terjadi pada bulan Desember yaitu rata-rata sebesar 237,08 mm, sedangkan terendah

terjadi pada bulan September yaitu sebesar rata-rata 71,11 mm.

Tabel III-1. Data Curah Hujan di Kabupaten Bolaang Mongondow

2-13

Page 14: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

BulanTahun

1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Januari 341 47 17 304 809 1766 579 93.2

Pebruari 751 54 16 157 1018 2250 19 94.6

Maret 305 92 62 610 1132 819 72.6 28.2

April 315 14 89 332 2594 842 42.4 86.0

Mei 827 66 132 621 1091 649 35.3 85.6

Juni 267 3 171 615 625 1451 144 195

Juli 348 24 20 295 721 557 7.16 29.3

Agustus 352 - 85 165 829 515 2.16 50.2

September 199 - 77 91 609 751 0.73 71.2

Oktober 139 14 46 152 1524 425 38.9 24.7

November 222 40 137 201 1027 337 - 155

Desember 262 61 116 185 943 3519 - 133

Sumber: Dipertanak Kabupaten Bolaang Mongondow dalam Bolaang Mongondow Dalam Angka, 2006.

Tabel III-2. Data Iklim Di Kabupaten Bolaang Mongondow

Bulan

Curah

Hujan

(mm)

Suhu

(oC)

Kelembaban

(%)

Penyinaran

Matahari (%)

Angin

(km/jam)

Evapotranspirasi

(mm/hari)

Januari 176,85 22,6 91 46 1,60 4,4

Februari 162,46 26,1 92 40 1,55 4,2

Maret 188,65 26,7 92 41 1,66 4,5

April 214,59 27,1 91 47 1,80 4,7

Mei 218,30 26,6 92 49 2,19 4,6

Juni 194,09 25,9 92 39 2,18 3,7

Juli 160,28 25,6 93 43 2,65 3,9

Agustus 84,68 24,6 89 50 3,75 4,7

September 71,11 25,1 87 53 3,33 4,8

Oktober 164,27 26,0 85 55 3,06 5,3

Nopember 219,27 27,3 87 56 2,36 5,3

2-14

Page 15: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Desember 237,08 27,1 87 46 1,64 4,5

Jumlah 2091,63 26 1078 565 27,77 54,6

Rata-rata 174,30 2,16 0,89 47,08 2,31 4,55

Sumber : Data Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Modayag, 2005.

0

50

100

150

200

250

Janu

ari

Febru

ari

Mar

etApr

ilM

eiJu

ni Juli

Agustu

s

Septe

mbe

r

Oktobe

r

Nopem

ber

Desem

ber

Cu

rah

Hu

jan

(m

m)

Gambar III-1. Data Curah Hujan Kab. Bolaang Mongondow (2004)

b. Suhu Udara

Suhu udara bulanan di Kecamatan Lolayan berkisar antara 26,6oC– 28,0oC dengan suhu

rata-rata 27,3oC. Suhu terendah terjadi pada bulan Februari dan tertinggi pada bulan

November dan Desember, sedangkan suhu rata-rata minimum terendah mencapai 22,6oC

pada bulan Februari. Pada dasarnya pola sebaran suhu udara mengikuti pola lamanya

penyinaran matahari. Lamanya penyinaran matahari dapat menyebabkan suhu udara

meningkat.

c. Kelembaban Relatif

Kelembaban relatif merupakan ukuran kandungan uap air di udara dibandingkan

dengan kandungan uap air maksimum (keadaan jenuh) pada suhu tertentu. Keadaan ini

2-15

Page 16: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

sangat berhubungan dengan keadaan curah hujan, keawanan, suhu udara dan jumlah

kandungan air.

Kelembaban udara rata-rata tertinggi di wilayah studi, terjadi pada bulan dengan curah

hujan yang relatif tinggi, walaupun variasi tiap bulannya tidak selalu demikian. Namun,

secara umum kondisi kelembaban udara di lokasi studi termasuk daerah yang lembab.

Di mana biar pun pada kondisi kelembaban yang tinggi tidak selalu menghasilkan hujan,

namun kandungan uap air di udara pada setiap keadaan cukup tinggi. Kelembaban

udara tertinggi di wilayah studi terjadi pada bulan Juli, yaitu sebesar 93%, dan

kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 85% (Tabel III-2

dan Gambar III-2).

d. Radiasi Matahari

Penyinaran matahari dinyatakan dalam perbandingan antara lama penyinaran matahari

yang terukur dengan cara teoritis atau dalam persen (%). Untuk kawasan

Penambangan emas PT. ABM di Bakan, nilainya cukup tinggi dengan rata-rata tahunan

47%. Maksimum penyinaran terjadi pada bulan November (56%) dan minimum pada

bulan Februari (40%). Kalau dibandingkan dengan daerah di Indonesia lainnya, maka

penyinaran di daerah ini mempunyai nilai yang cukup tinggi.

80

82

84

86

88

90

92

94

Janu

ari

Febru

ari

Mar

etApr

ilM

eiJu

ni Juli

Agustu

s

Septe

mbe

r

Oktobe

r

Nopem

ber

Desem

ber

Kel

emb

aban

Gambar III-2. Data Kelembaban Kab. Bolaang Mongondow (2004)

e. Kecepatan Angin

2-16

Page 17: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Kecepatan angin beragam dari waktu ke waktu. Pengukuran arah dan kecepatan angin

sesaat dengan menggunakan alat anemometer terukur kecepatan angin dengan kisaran

1,35 – 3 m/detik dan arah angin umumnya dari barat.

f. Evapotranspirasi Potensial

Parameter iklim yang juga cukup penting adalah evapotranspirasi yang menggambarkan

proses hilangnya air dari permukaan/vegetasi. Tingkat evapotranspirasi di daerah sekitar

kawasan Penambangan emas PT. ABM di Bakan cukup tinggi dengan rata-rata tahunan 4,6

mm/hari dan hampir konstan sepanjang tahun. Evapotranspirasi maksimum terjadi pada

bulan Oktober– November sebesar 5,3 mm/hari yang minimum pada bulan Juni yang

mencapai 3,7 mm/hari.

2.3.7. Keadaaan Sosial Ekonomi

Sosial Budaya

Keadan sosial budaya masyarakat yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah kondisi

sosial budaya masyarakat desa yang termasuk dalam wilayah kajian ANDAL pertambangan

emas di Wilayah Bakan. Adapun desa-desa yang masuk dalam kajian ini adalah Desa

Lolayan, Desa Bakan, Desa Matali Baru dan Desa Mopusi.

Secara umum masyarakat dari empat desa tersebut memiliki karakteristik yang homogen

dilihat dari aspek mata pencaharian hidup, religi, bahasa dan etnis. Dari aspek religi dapat

dikatakan bahwa semua penduduk yang ada di desa tersebut 99% beragama islam, dari sisi

bahasa semuanya menggunakan bahasa daerah Mongondow dan asal etnis adalah suku

Mongondow.

Dari empat wilayah desa tersebut dahulunya adalah tempat atau wilayah perkebunan dari

masyarakar desa yang berada di seputaran Kotamobagu seperti desa Lolayan dan Desa

Matali Baru adalah totabuannya (wilayah perkebunan) Kelurahan Matali, Desa Bakan

totabuannya Desa Tabang dan Desa Mopusi Totabuannya Desa Poyowa Kecil. Dengan

demikian hubungan tali persaudaraan dan kekeluargaan dari empat desa tersebut terkait

erat dengan asal usul masyarakat migran terutama dari desa Poyowa Kecil, Desa Tabang

dan Kelurahan Matali.

Dengan melihat keadaan dari empat desa tersebut maka dalam pengkajian sosial budaya

akan menggunakan istilah masyarakat sekitar dengan asumsi bahwa tingkat homogenitas

masyarakat dari empat desa tersebut memiliki karakteristik yang sama, dalam arti sosial

budaya orang Mongondow.

2-17

Page 18: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Pengkajian komponen sosial budaya meliputi sub-komponen (1) orientasi nilai budaya dan

adat istiadat, (2 ) Proses Sosial (3) Pranata sosial/tatanan kelembagaan masyarakat, (4)

kepemimpinan masyarakat, (5) persepsi dan sikap masyarakat terhadap penambangan

emas PT. ABM Bakan. Uraian lebih lanjut terhadap masing-masing sub-komponen tersebut

di atas akan dikemukakan dibawah ini:

Perekonomian Lokal

a. Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian penduduk di desa-desa dalam wilayah studi di Kecamatan Lolayan masih

di dominasi oleh sektor pertanian dengan mata pencaharian yang dominan adalah petani.

Sedangkan Kecamatan Pinolosian Timur juga didominasi oleh sektor pertanian dengan

pekerjaan yang dominant sebagai petani dan nelayan tradisional. Mata pencaharian lainnya

adalah pedagang, tukang, pengrajin, pegawai negeri/ABRI dan lain-lain. Selanjutnya data

mengenai mata pencaharian penduduk di desa-desa dalam wilayah studi dapat dilihat pada

Tabel III-33.

Tabel III-33. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah Studi Penambangan Emas PT. ABM Bakan, Tahun 2006.

Lapangan Pekerjaan Desa-Desa Dalam Wilayah Studi Menurut Kecamatan

Lolayan Pinolosian Timur Total

Petani 1.318 1.052 2.370

Nelayan - 150 150

PNS/POLRI/TNI 71 61 132

Buruh 695 514 1.209

Lainnya 83 493 576

Total 2.167 2.270 4.437

Sumber : Diolah dari Data Hasil Studi AMDAL Di Desa-Desa Dalam Wilayah Studi Penambangan Emas

PT. ABM Bakan.

b. Pendapatan Masyarakat

Berdasarkan pertanyaan yang di kemukakan terhadap 150 orang responden di 7 desa

dalam wilayah studi, diperoleh informasi bahwa pendapatan rumah tangga responden

2-18

Page 19: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

khususnya yang bukan pegawai dan tidak memiliki aset produktif dan penghasilan tetap

umumnya tidak menentu dan perkiraannya untuk uang kas antara Rp 100.000 sampai Rp

500.000. Sedangkan untuk sebagian yang memiliki aset produktif dan penghasilan tetap

dapat mencapai lebih dari Rp 1.000.000 per bulan. Berdasarkan perkiraan pendapatan

tersebut maka ada indikasi kesenjangan pendapatan di antara responden anggota

masyarakat yang tidak memiliki aset produktif dan berpenghasilan tetap dengan yang tidak

memiliki aset produktif dan berpenghasilan tidak tetap. Pada umumnya yang tidak memiliki

aset produktif dan berpenghasilan tidak tetap adalah buruh tani. Berdasarkan data dari

pemerintah desa-desa dalam wilayah studi jumlah mereka sebanyak 1.209 orang.

2.3.8. Keadaaan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Lolayan dan Kecamatan Pinolosian Timur

khususnya di desa-desa yang termasuk dalam wilayah studi, dapat dilihat pada Tabel III-32.

Tabel III-32. Tingkat Pendidikan di Desa-Desa Wilayah Studi, Tahun 2006.

No Desa/KecamatanTidak/ Belum

SekolahSD SLTP SLTA

Perguruan

Tinggi

1. Desa Bakan 283 297 994 686 44

2. Desa Lolayan 92 95 120 81 1

3. Desa Matali Baru 61 470 592 739 5

4. Desa Mopusi 400 1181 375 65 7

Sub Total : 1-4 836 2043 2081 1571 57

5. Desa Dumagin B 115 425 75 65 4

6. Desa Dumagin A 76 863 379 678 21

7. Desa Matandoi 168 690 477 154 12

Sub Total : 5-7 359 1978 931 897 37

Total 4021 3012 2468 94 **

Expressio

n is faulty

2-19

Page 20: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Sumber : Pemerintah Desa-Desa dalam Wilayah Studi, Tahun 2006.

Pada Tabel III-32, terlihat distribusi tingkat pendidikan di desa-desa yang termasuk dalam

wilayah studi sangat bervariasi. Desa-desa dalam wilayah studi di Kecamatan Pinolosian

Timur relatif lebih banyak penduduknya yang menempuh pendidikan formal hingga ke

perguruan tinggi dibandingkan dengan penduduk di desa-desa dalam wilayah studi di

Kecamatan Lolayan. Namun dari keseluruhan desa yang termasuk dalam wilayah studi,

desa Bakan merupakan desa yang paling banyak penduduknya yang menempuh pendidikan

formalnya hingga ke perguruan tinggi.

Selanjutnya berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar penduduk di wilayah

studi memiliki tingkat pendidikan formal menengah ke bawah. Jumlah anggota masyarakat

yang belum/tidak sekolah dan yang berpendidikan dasar (SD) dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang berpendidikan formal menengah ke atas hampir seimbang. Sedangkan

jumlah penduduk yang berpendidikan tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk yang

berpendidikan formal rendah sangat tidak seimbang karena jauh lebih banyak penduduk

yang berpendidikan formal rendah.

2.3.9. Keadaaan Pusat Bisnis

a. Kondisi Sektoral Perekonomian Bolaang Mongondow

Kondisi perekonomian suatu daerah tidak lepas dari potensi sumberdaya alam maupun

sumberdaya manusia serta tingkat pemanfaatan teknologi dan modal dalam pemanfaatan

sumberdaya alam. Kabupaten Bolaang Mongondow mempunyai potensi sumberdaya

pertanian, kehutanan, perikanan dan kelautan, pertambangan dan pariwisata yang

prospektif. Sebagian sumberdaya tersebut sudah dimanfaatkan namun masih perlu

diupayakan agar pemanfaatannya benar-benar berkelanjutan dan dapat dirasakan

manfaatnya oleh penduduk yang ada di wilayah tersebut. Sebagian besar penduduk di

Kabupaten Bolaang Mongondow mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan nelayan.

Pada umumnya profesi petani dan nelayan tersebut bersifat tradisional, karena mereka

menggeluti profesi tersebut secara turun temurun dan merupakan bagian dari tradisi

masyarakat terutama yang tinggal di wilayah pedesaan.

Penggunaan lahan sebagian besar adalah hutan, kemudian perkebunan dan

tegalan/kebun/lahan kering yang sementara tidak digunakan. Komoditi pangan didominasi

2-20

Page 21: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

oleh padi sawah, jagung, dan kedelai. Komoditi perkebunan di dominasi oleh kelapa dan

cengkih. Komoditi peternakan di dominasi oleh ayam, sapi dan kambing.

Di bidang perikanan/kelautan walaupun potensinya cukup, namun usaha yang menonjol

sampai saat ini adalah usaha penangkapan ikan, terutama oleh nelayan tradisional dan

sebagian lagi oleh beberapa pemilik modal yang biasanya menggunakan perahu pajeko

untuk penangkapan ikan, sedangkan kegiatan budidaya perikanan laut relatif belum

berkembang. Sektor pertambangan sangat prospektif adalah emas. Sektor pariwisata

meskipun belum berkembang namun memiliki prospek antara lain Danau Moat dan Taman

Nasional Nani Warta Bone. Juga dapat di kembangkan pula wisata budaya dan wisata alam.

Industri pengolahan yang telah ada antara lain industri rumah tangga untuk pembuatan

berbagai jenis makanan ringan, industri perabotan rumah tangga dan pengolahan kopi.

Apabila dilihat dari sisi produksi maka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Bolaang Mongondow masih di dominasi oleh sektor pertanian, dengan kontribusi pada tahun

2004 sebesar sebesar 33,58 persen. Kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa dengan

kontribusi sebesar 23,93 persen, lalu sektor konstruksi sebesar 12,15 persen dan sektor

perdagangan , hotel dan restoran sebesar 10,26 persen. Sektor lainya yang cukup dominan

meskipun kontribusi di bawah 10 persen adalah sektor pertambangan dan penggalian.

Selanjutnya distribusi PDRB Kabupaten Bolaang Mongondow atas dasar harga yang

berlaku menurut lapangan usaha tahun 2004, dapat dilihat pada Tabel III-36.

Tabel III-36. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kab. Bolaang Mongondow Atas Dasar

Harga Berlaku Tahun 2004.

NO Laporan UsahaKontribusi

(Jutaan Rupiah)Persentase (%)

1. Pertanian 772.027,70 33,58

2. Pertambangan & Penggalian 163.607,89 7,12

3. Industri Pengolahan 82.937,47 3,61

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 9.130,48 0,40

5. Bangunan 279.313,94 12,15

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 235.942,34 10,26

7. Pengangkutan & Komunikasi 100.111,52 4,35

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

105.839,92 4,60

9. Jasa-jasa 550.209,06 23,93

2-21

Page 22: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

PDRB 2.299.120,32 100

Sumber Data: Bolaang Mongondow Dalam Angka, Tahun 2006.

b. Pendapatan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow

Dalam tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2002 – 2004, pendapatan daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow mengalami peningkatan sebesar 24,4 persen, yaitu dari Rp.

218.394.240.176,81 pada tahun 2002 menjadi Rp 271.767.837.853,37 pada tahun 2004.

Sumber utama penerimaan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow masih berasal dari

dana perimbangan terutama dari pos dana alokasi umum, di mana pada tahun 2004

berjumlah 219.319.000.000,00. atau sekitar 80,7 persen dari total pendapatan daerah

Bolaang Mongondow pada Tahun 2004. Sebaliknya pendapatan asli daerah pada tahun

2004 hanya sebesar Rp 7.635.982.661,37 atau sekitar 2,8 persen. Selanjutnya secara garis

besar realisasi penerimaan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow pada tahun 2004 dapat

dilihat pada Tabel III- 37.

Tabel III-37. Perkembangan Realisasi Pendapatan Keuangan Daerah Kab. Bolaang Mongondow

Tahun 2002-2004 (dalam Rp)

Sumber Pendapatan 2002 2003 2004

Pendapatan Daerah : 218.394.240.176,81 282.783.978.158,33 271.767.837.853,37

1. Sisa Lebih Perhitungan

Anggaran Tahun Lalu

6.512.286.157,83 16.075.173.932,33 14.642.424.001,95

2. Pendapatan Asli Daerah :

a. Pajak Daerah

b. Retribusi daerah

c. Laba usaha Daerah

d. Penerimaan Lain-Lain

1.937.960.182,00

3.875.666.466,00

62.360.000,00

2.231.748.531,00

2.667.931.531,00

4.157.425.340,00

55.000.000,00

3.560.551.583,00

2.208.579.354,00

4.026.415.398,75

52.800.000,00

1.348.187.908,62

3. Dana Perimbangan :

a. Bagi Hasil Pajak

b. Bagi Hasil Bukan Pajak

13.790.568.34,98

985.454.298,00

15.801.166.475,00

1.344.061.297,00

15.841.824.008,00

-

2-22

Page 23: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

c. Dana Alokasi Umum

d. Dana Alokasi Khusus

e. Dana darurat

f. Bagi Hasil Pajak dan

Bantuan Keuangan

Provinsi

174.900.000.000,00

5.248.196.199,00

5.000.000.000,00

-

213.620.000.000,00

8.600.000.000,00

-

-

219.319.000.000,00

11.330.000.000,00

-

3.434.265.184,00

Pinjaman Pemerintah

Daerah

3.850.000.000,00 16.902.668.000,00 -

Lain-lain Penerimaan Yang

Sah

- Dana Penyeimbang

16.206.571.164,00 16.412.306.724,00 14.206.766.000,00

Urusan Kas dan Perhitungan - - -

Total 234.600.811.340,81 299.196.284.882,33 286.410.261.855,32

Sumber Data: Bolaang Mongondow Dalam Angka Tahun 2006.

2.4. Morfologi Daerah

Fisiografi

Menurut peta sistem lahan skala 1: 250.000 lembar Bolaang Mongondow (RePPProt, 1988)

areal kerja PT. Avocet Bolaang Mongondow merupakan bagian dari sistem lahan Bukit

Balang (BBG). Sistem lahan ini berupa bentuk lahan pegunungan yang memiliki lereng

curam, lebar, puncak kurang dari 50 meter dan beda tinggi relief lebih besar dari 300 meter.

Bukit Balang adalah punggung gunung yang tak teratur di atas batuan volkanik.

Wilayah studi termasuk dalam DAS Dumagin (60,23 km persegi). Kawasan DAS Dumagin

mempunyai topografi bergunung yang disertai banyak lembah sempit sebagai alur air yang

menuju anak sungai. Kemiringan lereng bervariasi mulai datar hingga sangat curam.

Wilayah berlereng datar sebagian besar (sekitar 5 km2) dijumpai di muara Sungai Dumagin

dalam kawasan permukiman penduduk dan areal pertanian sawah dan kebun kelapa.

Sebagian kecil (1-2 km2) areal berlereng datar hingga landai dapat dijumpai dalam kawasan

2-23

Page 24: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

penambangan. Areal berlereng curam hingga sangat curam dapat dijumpai sepanjang alur

sungai dan anak-anak sungai, terutama di wilayah hulu DAS.

Proporsi luas lahan menurut kemiringan lereng di DAS Dumagin disajikan pada Gambar III-

3.

1

10

100

1000

10000

Lu

as,

ha

0

20

40

60

80

100

Po

rsi,%

Luas, ha 1700 275 2446 414 1395

Porsi,% 27.29 4.41 39.26 6.65 22.39

0-8% 8-15% 15-30% 30-45% >45%

Gambar III-3. Proporsi Luas DAS Dumagin Menurut Kemiringan Lereng

Gambar III-3 menunjukkan bahwa sebagian besar (sekitar 62%) dari total luas

DAS Dumagin merupakan wilayah berlereng curam (agak curam hingga sangat

curam). Wilayah berlereng datar hingga landai (sekitar 1975 ha) hanya dapat

dijumpai di wilayah permukiman dan areal pertanian sekitar hilir dan muara

Sungai Dumagin serta secara sporadik tersebar di hulu DAS.

Dalam kawasan penambangan PT. ABM, wilayah berlereng curam hingga sangat

curam dijumpai di lokasi Pit Durian (00 o33’44”LU, 124o18’14”BT) dan Osela

(00o34’42”LU, 124o19’04”BT) dan waste soil dump dekat kedua pit tersebut.

Sedangkan wilayah berlereng datar hingga landai dijumpai di sekitar calon

lokasi camp, perkantoran, leach pad (00 o34’25”LU, 124o18’51”BT) dan settling

ponds.

2-24

Page 25: Bab II Keadaan Umum (lutfi).docx

Laporan Studi KelayakanTambang Emas Bakan, Bolaang Mongondow

Gambar III-4. Peta Topografi Wilayah Studi

2-25