kerusakan resistorrr (1)
TRANSCRIPT
JOB IV
KERUSAKAN RESISTOR
4.1 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Membaca dan memahami rangkaian penguat transistor satu tingkat.
b. Membuat rangkaian penguat transistor satu tingkat.
c. Mengetahui pengaruh komponen-komponen yang rusak dalam
rangkaian.
4.2 Dasar Teori
Pada praktikum ini di khususkan untuk mengetahui pengaruh
masing-masing komponen yang rusak dalam suatu penguat emitor bersama
satu tingkat. Rangkaian yang diperlihatkan dalam gambar memiliki delapan
buah komponen. Dengan mengingat bahwa resistor dapat rusak karena
menjadi rangkaian terbuka atau rangkaian hubung singkat, dan kapasitor
rusak akibat menjadi rangkaian terbuka atau rangkaian hubung singkat, serta
transistor rusak karena diantaranya sambungannya ada yang menjadi
rangkaian terbuka atas rangkaian hubungan singkat, maka terlihat bahwa
paling tidak seluruhnya ada dua belas kerusakan yang mungkin terjadi.
Untuk masing-masing kerusakan ini terdapat suatu kumpulan keadaan yang
unik.
Sebelum membahas masing-masing kondisi kerusakan, cara kerja
rangkaian harus dimengerti terlebih dahulu. Dalam penguat yang akan kita
coba, arus mengalir melalui transistor dan sinyal masukan menyebabkan
arus ini membesar atau mengecil. Perubahan dalam arus kolektor ini pada
gilirannnya akan membangkitkan sinyal tegangan melintasi kolektor beban
R3. Titik kerja tegangan kolektor adalah tegangan DC diantara kolektor dan
1
ground (0 V, yang merupakan suatu nilai yang memungkinkan sinyal
keluaran terayun sama besar ke arah positif dan negatif. Sebagai pendekatan
kasar, Vc bernilai separuh dari tegangan catu. Tujuan utama dari pemberian
panjaran pada komponen-komponen (R1, R2, R4) adalah untuk mendapat
titik kerja dan menjaganya agar tetap stabil. Kestabilan dan stabilitas
merupakan hal yang penting karena ada beberapa faktor yang menyebabkan
titik kerja berubah. Untuk transistor silikon yang terpenting adalah
perubahan dalam penguatan arusnya atau hfe. Perubahan ini dapat bernilai
antara 50 sampai 500 untuk jenis transistor yang sama dan jelasnya tanpa
bantuan rangkaian penstabil, titik kerja akan berubah secara mencolok setiap
kali resistor diganti. Rangkaian panjaran mendapatkan stabilitasnya dengan
memberikan nilai tegangan basis Vb dan menjaganya tetap tanpa
mengindahkan perubahan dalam arus basis untuk melakukan hal ini nilai R1
dan R2 harus dipilih sehingga arus yang mengalir melewatinya selalu lebih
besar jika dibandingkan dengan arus basis transistor. Resistor-resistor ini
membentuk suatu pembangkit tegangan dan bila arus basis kita abaikan.
dan tegangan emitor VE diberikan diberikan oleh VE=VB-VBE dengan VBE
panjaran maju diantara basis dan emitor, dan nilainya 0,7 khas untuk
transistor silikon.
Selanjutnya
Arus emitor IE =
dan karena arus basis telah kita abaikan, maka IE IC sehingga tegangan dc
pada kolektor Vc diberikan oleh Vc = VCC - ICR3
2
kaena VB tetap, kini arus dc yang melalui transistor juga tetap nilanya dan
ini memberikan titik kerja Vc.
Dalam operasinya rangkaian ini merupakan suatu contoh umpan
balik negatif seri. Bayangkanlah arus kolektor yang meningkat,
menyebabkan munculnya tegangan emitor VE. Sekalipun demikian, karena
VB, karena VB, dibuat tetap oleh pembagian tegangan, maka setiap
peningkatan VE harus memperkecil tegangan antara basis dan emitor
transistor sehingga pada giliran berikutnya arus kolektor akan mengecil. Hal
ini cenderung meniadakan peningkatan awal untuk menstabilkan titik kerja
rangkaian.
Dengan memberikan panjaran pada resistor secara cepat sinyal
masukan ac harus dikopel dari dan ke rangkaian tanpa merusak level dc-nya.
Keadaan ini diperoleh dengan menggunakan kapasitor C1 dan C2. Kedua
kapasitor ini merupakan kapasitor elektrolit yang agak besar katakanlah
10µF, agar mengijinkan rangkaian untuk memperkuat frekuensi-frekuensi
rendah. Kapasitor C3, kapasitor kopling atau decopling atau kopling
degenertif, memastikan bahwa tak ada sinyal ac yang muncul pada emitor
sehingga penguatan rangkaian akan menyusut. Karena resistansi internal
3
persambungan basis emitor cukup rendah, maka C3 harus besar. Nilainya
yang khas adalah 100µF.
Untuk rangkaian yang diperlihatkan gambar 1.1. perhitungan untuk
menentukan pemberian panjaran dc adalah sebagai berikut :
VB = R2
VE = VB - VBE
VC = VCC - IC R3
Dengan IC = IE = VE I R4
Ini dibuat dengan anggapan bahwa penguatan arus besar nilainya
dan arus basis dapat diabaikan. Kasus-kasus yang di temui hampir selalu
demikian,
karenanya
VC = 12 – (3,05mA x 2,2kΩ)
Nilai diatas menunjukkan kesepakatan hasil perhitungan dengan
nilai terukur. Jika anda melacak kerusakan pada setiap rangkaian cobalah
selalu beriktiar untuk mendapatkan perkiraan kasar tegangan yang akan
diukur.
a. Resistor
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk
membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian.
Kemampuan resistor dalam menghambat arus listrik sangat beragam
disesuaikan dengan nilai resistansi resistor tersebut. Resistor bersifat
resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Satuan resistansi
dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω.
4
Gambar (a). Resistor
Bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung dengan dua kaki di
kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin
kode warna untuk mengetahui besar resistansi tanpa mengukurnya
menggunakan Ohmmeter. Kode warna tersebut merupakan standar
manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries
Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah.
Tabel Kode Warna Resistor
5
b. Kapasitor
Kapasitor adalah komponen elektronika yang digunakan untuk
menyimpan muatan listrik, dan secara sederhana terdiri dari dua
konduktor yang dipisahkan oleh bahan penyekat (bahan dielektrik)
tiap konduktor di sebut keping. Kapasitor atau disebut juga
kondensator adalah alat (komponen) listrik yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mampu menyimpan muatan listrik untuk sementara
waktu. Pada prinsipnya sebuah kapasitor terdiri atas dua konduktor
(lempeng logam) yang dipisahkan oleh bahan penyekat (isolator).
Isolator penyekat ini sering disebut zat dielektrik. Zat dielektrik yang
digunakan untuk menyekat kedua penghantar dapat digunakan untuk
membedakan jenis kapasitor. Beberapa kapasitor menggunakan
bahan dielektrik berupa kertas, mika, plastik cairan dan lain
sebagainya. Kegunaan dari kapasitor yaitu mencegah loncatan bunga
api listrik pada rangkaian yang mengandung kumparan apabila tiba-
tiba arus listrik diputuskan dan dinyalakan, menyimpan muatan atau
energi listrik dalam rangkaian penyala elektronik, memilih panjang
gelombang pada radio penerima dan sebagai filter dalam catu daya
(power supply).
Gambar (b). Kapasitor
6
c. Transistor
Transistor sebagai salah satu komponen aktif elektronika terbuat dari
bahan semikonduktor Germanium, Silikon, dan Gallium Arsenide
yang memiliki beberapa fungsi di antaranya sebagai penguat, saklar
(switching), dan modulasi sinyal.
Gambar (c). Simbol Transistor
Pada rangkaian , transistor yang digunakan adalah BC 107
4.3 Daftar Alat dan Bahan
No. Nama Komponen Jumlah
1. Resistor 47 K 1 buah
2. Resistor 12 K 1 buah
3. Resistor 2,2 K 1 buah
4. Resistor 560 Ω 1 buah
5. Kapasitor 10 µF 2 buah
6. Kapasitor 100 µF 1 buah
7
7. Transistor BC 107 1 buah
8. Protoboard 1 buah
9. Kabel Jumper Secukupnya
4.4 Gambar Rangkaian
Penguat Transistor Emitor Bersama Satu Tingkat
8
R1 Terbuka
R2 Terbuka
9
R3 Terbuka
R4 Terbuka
4.5 Langkah Kerja
1. Siapkan komponen-komponen dan alat-alat yang akan digunakan pada
percobaaan.
2. Rangkailah rangkaian penguat transistor dengan menggunakan jumper
sebagai penghubung.
10
3. Ukur tegangan dan arus pada titik-titik yang telah di tentukan
4. Cek output rangkaian dengan osiloskop dengan frekuensi 1 KHz.
5. Tulislah data hasil percobaan.
4.6 Data Hasil Percobaan
GAMBAR RANGKAIAN
11
Kondisi Rangkaian Gelombang
Rangkaian dalam
Keadaan Sempurna
Vpp in = 3,72 V Fin = 1,021 kHz
Vpp out = 13,4 V Fout = 1,021 kHz
12
R1 Terbuka
Vpp in = 8,80 V Fin = 1,013 kHz
Vpp out =1,20 V Fout = Tidak ada keluaran sinyal
R2 Terbuka
Vpp in = 9,00 V
Vpp out = 8,00 V
Fin = 1,011 kHz
Fout = 1,021 kHz
13
R3 Terbuka
Vpp in = 8,90 V Fin = 1,010 kHz
Vpp out = 960 mV Fout = Tidak ada keluaran sinyal
R4 Terbuka
Vpp in = 9,40 V
Vpp out = 8,80V
Fin =1,010 kHz
14
Fout = 1,020 kHz
4.7 Analisa
Pada percobaan kali ini di ukur keadaan suatu rangkaian transistor
setingkat. Rangkaian ini menggunakan transistor yang dirangkai dengan
mengikuti konfigurasi common emitor (emitor bersama). dimana pada
percobaan ini melakukan pengecekan terhadap 4 kondisi kerusakan resistor,
yaitu R1 terbuka, R2 terbuka, R3 terbuka, dan R4 terbuka .
R1 dan R2 membentuk rangkaian seri yang dihubungkan ke catu
daya . Rangkaian ini menghasilkan tegangan drop pada ujung-ujung kakinya
untuk membuat transistor bekerja dan mengalirkan arus listrik .
R3 yang dipasangkan pada kaki kolektor berfungsi untuk
membatasi arus yang akan mengalir masuk ke kaki kolektor. Pembatasan
arus masuk ke kolektor agar tidak melewati batas maksimum arus yang
boleh masuk ke kaki kolektor agar tidak terjadi kerusakan pada transistor .
15
R4 yang dipasangkan pada kaki emitor berfungsi untuk membatasi
arus yang akan mengalir masuk ke kaki emitor. Pembatasan arus ke
emitor agar tidak melewati batas maksimum arus yang masuk ke kaki
emitor agar tidak terjadi kerusakan pada transistor .
Transistor dalam rangkaian penguat ini berfungsi melipat gandakan
arus yang kecil di bagian masukan (basis) menjadi jauh lebih besar (sesuai
kemampuan transistor) di bagian keluaran (emitor – kolektor).
1. R1 Terbuka
Pengukuran dilakukan pada saat R1 terbuka , diperoleh nilai Vpp
in 8,80 V, Fin 1,1013 Khz , Vpp out 1,20 V dan Fout 0v ( tidak ada
keluaran sinyal . Terlihat dari gambar hasil percobaan memiliki bentuk
gelombang sinusoidal yang bagus . Pada gelombang output nya tidak
terdapat hasil keluaran gelombang, seperti yang terlihat output hanya
berupa garis lurus, ini dikarenakan R1 terbuka, arus yang mengalir pada R2
dan kaki basis transistor bernilai nol. Akibatnya tegangan basis dan emitor
juga bernilai nol. Tegangan yang melewati beban kolektor R3 turun
menjadi 0 volt karena tidak ada arus kolektor yang mengalir sehingga
tidak menghasilkan keluaran sinyal
2. R2 Terbuka
Pengukuran dilakukan pada saat R2 terbuka , diperoleh nilai Vpp
in 9,00 V, Fin 1,011 Khz , Vpp out 8,00 V dan Fout 1,021kHz . Terlihat
dari gambar hasil percobaan memiliki bentuk gelombang sinusoidal yang
bagus . Pada gelombang output nya gambar yang dihasilkan juga
berbentuk sinusoidal dengan sedikit distorsi . Hal ini dikarenakan, saat R2
terbuka arus yang mengaliri R2 masuk ke kaki basis transistor. Tegangan
pada basis membesar karena arus yang mengaliri R1 sedikit akibatnya nilai
arus yang dibatasi oleh penguat transistor.
3. R3 Terbuka
16
Pengukuran dilakukan pada saat R3 terbuka , diperoleh nilai Vpp
in 8,90 V, Fin 1,010 Khz , Vpp out 960mV dan Fout tidak terdapat
keluaran sinyal . Terlihat dari gambar hasil percobaan memiliki bentuk
gelombang sinusoidal. Pada gelombang output nya tidak terdapat keluaran
sinyal sama hal seperti kondisi gelombang pada R1 terbuka , hal ini
dikarenakan saat R3 terbuka, arus pada kolektor bernilai nol, akibatnya
arus basis yang mengalir pada emitor harus dicatu dari basis sehingga
tidak menghasilkan keluaran sinyal.
4. R4 Terbuka
Pengukuran dilakukan pada saat R4 terbuka , diperoleh nilai Vpp
in 9,40 V, Fin 1,010 Khz , Vpp out 8,80V dan Fout 1,020 kHz . Terlihat
dari gambar hasil percobaan , gelombang input dan output sama sama
menghasilkan gelobang sinusoidal , dengan tidak ada distori. Artinya bila
terjadi kerusakan pada R4 pada suatu rangkaian penguat satu tingkat ,
tidak akan berpengaruh terhadap hasil output gelombang . Karena R4 yang
terletak pada emitor dan 0 volt terbuka, tidak ada arus yang mengaliri
transistor yang mengakibatkan tegangan kolektor meningkat .
2.8 Kesimpulan
1. Pada kondisi R1 terbuka menyebabkan transistor tersumbat karena arus
yang mengalir pada R2 dan basis transistor bernilai nol. Pada kondisi ini
tidak terdapat ouput keluaran sinyal .
2. Pada Kondisi R2 terbuka mengakibatkan arus pada R2 masuk ke basis
transistor sehingga tegangan basis menjadi lebih besar. Pada kondisi ini
dihasilkan gelombang output sinusoidal yang memiliki distorsi.
3. Pada Kondisi R3 terbuka mengakibatkan setiap arus basis pada emitor
arus di catu dari basis. Pada kondisi ini sama halnya seperti kondisi
dimana R1 terbuka tidak terdapat ouput keluaran sinyal .
17
4. Pada Kondisi R4 terbuka menyebabkan tegangan pada kolektor
meningkat sampai Vcc. Pada kondisi ini dihasilkan gelombang sinusoidal
pada hasil input dan ouput .
2.9 Saran
1. Pastikan semua peralatan dan komponen dalam keadaan baik.
2. Kalibrasi osiloskop dan multimeter terlebih dahulu
3. Periksa kembali rangkaian yang telah disusun sebelum melakukan
percobaan.
4. Gunakan alas kaki dan perlengkapan keamanan saat melakukan praktikum.
18