kerjasama antara dunhill tobbacco of london ltd

Upload: bagus-sujatmiko

Post on 15-Oct-2015

187 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

THIS VERY VERY GOOD

TRANSCRIPT

KERJASAMA ANTARA DUNHILL TOBBACCO OF LONDON Ltd. DENGAN PT. PDIT MALANG SEBAGAI BENTUK ALIH TEKNOLOGI

Disusun sebagai syarat pengisian nialai pada mata kuliah Alih teknologi

Oleh :HAIDAR ASEGAF110110100

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS PADJADJANBANDUNG, 2014BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangSetelah terjadinya revolusi perancis dan revolusi industry pada abad ke-17, perindustrian di dunia semakin pesat. Berkembang. Industri rokok sebagai salah satu komoditas unggul sejak jaman kuno hingga saat ini masih menjadi komoditi yang sangat menjanjikan di pasaran. Tercatat sejak tahun 1700an sampai dengan awal 2014 tembakau sebagai komoditas asli daerah tropis seperti yang ada di brazil dan beberapa daerah afrika menjadi komoditas yang paling dicarai. Sehingga menjadi sangat wajar apabila perusahaan terbesar di dunia saat ini adalah perusahaan penghasil rokok.Dunhill Tobacco Of London Ltd merupakan anak perusahaan Multinational Corporatin Britis Amercan Tobbaco. Perusahaan yang berbasis di London ini telah berdiri sejak 1907 merupakan salah satu produesn rokok kelas dunia yang terkenal dengan rokok filternya. Rokok filter produksi perusahaan ini dikenal dengan slogan fine cut, fine taste merupakan rokok dengan produksi kelas 1 yang sangat diminati para pencinta rokok di seluruh duniaTernyata kenikmatan rokok kelas 1 ini saat ini telah sampai di tanah air dengan pemberian izin lisensi atau dengan sistem franchise pada tahun 2012 telah membuat pasar rokok di Indonesia semakin berwarna. Dengan datangnya rokok teknologi dunhill memanjakan bibir para pecinta rokok. Namun tidak hanya itu yang akan menjadi sorotan dalam makalah ini melainkan teknologi yang dibawa oleh Dunhill ke Indonesi yang menjadi salah hal yang patut untuk dibahas dari segi alih teknologi.

B. Identifik`asi Masalah1. Bagaimana bentuk kerjasama antara Dunhill Tobbaco Of London dengan PT PDIT Malang ?2. Apakah kerjasama antara Dunhill Tobbacco Of London Ltd. Dengan PT PDIT Malang menghasilkan sebuah alih teknologi ?

C. Tujuan Penelitian1. Mengetahui bagaimana bentuk kerjasama anatara Dunhill Tobbaco of London Ltd. Dan PT PDIT malang2. Mengetahui apakah kerjasama antara Dunhill Tobacco Ltd dengan PT PDIT Malang menghasilkan alih teknologi BAB II TINJAUAN TEORI

1. Kerjasama Waralaba Format Bisnis Franchisea. Pengertian FranchiseAkibat kebutuhan investasi yang terus meningkat untuk mengembangkan bisnis-bisnis perindustiran di dunia, franchise tampaknya memberikan cara yang dapat digunkan bagai para pelau bisnis untuk mengembangkan diri di masa yang akan datanag.Franchise merupakan suatu sistem dalam pemasaran barang dan jasa yang melibatkan dua pihak (Franchisor dan Franchisee). Sistem ini merupakan suatu kiat untuk memperluas usaha dengan cara menularkan sukses. Dengan demikian, dalam sistem ini harus terdapat pelaku bisnis yang sukses terlebih dahulu di mana kesuksesan yang diperolehnya tersebut akan disebarluaskan kepada pihak lainPertumbuhan lembaga bisnis franchise ini telah dimulai pada tahun 1850 dan baru mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun 1950-an dan 1960-an, di mana pusat pertumbuhannya adalah di Amerika serikat. Bentuk franchise yang dikenal sekarang pada dasarnya merupakan bentuk penyempurnaan dan pengembangan dari masa-masa sebelumnya.Menurut Stuart D. Brown[footnoteRef:2], terdapat dua bentuk franchising. Biasanya isitilah ini mencakup lisensi merek dagang dan perjanjian distribusi, dimana Franchiseee memperoleh hak untuk mendistribusikan atau menjual produk dari suatu produsen atau pemasok. Hal ini muncul pada abad ke-18 di mana pembuat bir menciptakan sistem untuk menjamin saluran penjualan bagi bir mereka. Saat ini bidang yang menggunakan bentuk franchising generasi pertama ini adalah pompa bensin dan distribusi mobil. [2: West, Alan, Perdagangan Eceran, Jakrta : PT Pustaka Binaman Pressindo, 1992, Hlm. 52]

Pada saat ini, franchising yang ada merupakan generasi kedua yang disebut dengan format bisnis franchise. Format bisnis franchise franchise pada dasarnya adalah suatu cara pembiakan komersial, di mana franchisor yang mempunyai produk atau jasa yang ingin dijual, lalu perusahaan tersebut memilih untuk tidak memperluas usahanya sendiri melainkan menjual hak untuk menggunakan namanya, produk atau jasanya kepada franchisee yang menjalankan tokonya secara semi-independen. Dalam hal ini, franchisor menyediakan "paket" yang mencakup pengetahuan (know-how) dari usahanya, prosedur operasi, penyediaan produk, dan cara promosi penjualan. Sedangkan franchisee umumnya membayar sejumlah uang kepada franchisor dan menyediakan dana untuk menyiapkan toko, mengadakan sediaan, membeli peralatan dan membayar royalty.[footnoteRef:3] [3: ibid]

Tonggak kepastian hukum terhadap format bisnis waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1997 tentang Waralaba ini kini telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah RI No. 42 tahun 2007 tentang Waralaba, yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan ketentuan-ketentuan pelaksanaan yang mendukung kepastian hukum dalam format bisnis waralaba, yaitu: Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor: 259/MPP/KEP/7/1997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba, dan Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba.Di samping Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang secara khusus mengatur tentang format bisnis frnachise sebagaimana dikemukakan di atas, maka terdapat peraturan perundang-undangan lain yang memiliki kaitan dengan persoalan bisnis frnachise ini, misalanya Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten; Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek; Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang; dan Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Menurut Martin D. Fern, untuk dikatakan sebagai sebuah franchise harus ada 4 kondisi utama yakni: [footnoteRef:4] [4: Martin D. Fern, Warren's Form of Agreement, (USA: Mattew Bender, 1992) hal. 15]

1. Pemberian hak untuk berusaha dalam bisnis tertentu;2. Lisensi untuk menggunakan tanda pengenal usaha, biasanya sutau merek dagang atau merek jasa, yang akan menjadi cirri pengenal dari bisnis franchise;3. Lisensi untuk menggunakan rencana pemasaran dan bantuan yang luas oleh franchisor keapda franchise; dan 4. Pembayaran oleh franchise kepada franchisor berupa sesuatu yang bernilai bagi franchisor selain harga potongan borongan bonafide atas barang yang terjial.

b. Perjanjian FranchiseSecara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, di mana masing-masing pihak berjanji akan menaati apa yang tersebut di dalam perjanjian yang telah disepakatinya. Subekti[footnoteRef:5], mengemukakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji untuk melakukan suatu hal. [5: Juajir Sumardi, "Perjanjian sebagai Dasar dalam Hubungan Bisnis Franchise", Makalah, (Jakarta: PPSUI, 1993), hal.10.]

Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) terdapat rumusan mengenai perjanjian ini yang tercantum pada Pasal 1313, yang menegaskan bahwa perjanjian sebagai suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang atau lebih. Dalam praktek, di samping istilah perjanjian juga dikenal istilah yang lain, yaitu istilah persetujuan. Namun demikian, dalam membahas sistem bisnis franchise ini penulis menggunakan istilah perjanjian, sebab di samping istilah perjanjian sudah biasa dipergunakan dalam masyarakat, istilah perjanjian tersebut menurut hemat penulis mencakup makna yang lebih jelas dan tepat jika dibandingkan dengan istilah persetujuan. Syarat sahnya suatau perjanjian secara umum diatur dalam pasal 1320 BW, yaitu terdapat empat syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatau perjanjian. Keempat syarat tersebut adalah :1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya2. Kesepakatan untuk membuat perikatan3. Suatau hal yang tertentu 4. Suatau sebab yang halalPerjanjian franchise adalah suatu perjanjian yang diadakan antara pemilik franchise (Franchisor) dengan pemegang franchise (Franchisee) di mana pihak Franchisor memberikan hak kepada pihak Franchisee untuk memproduksi atau memasarkan barang (produk) dan/atau jasa (pelayanan) dalam waktu dan tempat tertentu yang disepakati di bawah pengawasan franchisor, sementara franchisee membayar sejumlah uang tertentu atas hak yang diperolehnya. Dengan memperhatikan pengertian perjanjian franchise sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan adanya beberapa unsur dalam suatu perjanjian franchise, yaitu:a) Adanya suatau perjanjian yang disepakati b) Adanya pemberian hak dari franchisor kepada franchisee untuk memproduksi dan memasarkan produk dan/atau jasac) Pemberian hak tersebut terbatas pada waktu dan tempat tertntu d) Adanya pembayaran sejumlah uang tertentu dari franchise kepada franchisorUntuk melaksanakan bisnis franchise di Indonesia maka suatau usaha harus berpedoman pada Peraturan pemerintah RI Nomor 42 tahun 2007 tentang waralaba, maka usaha tersebut minimal harus memenuhi kreteria :a) Memeiliki cirri khas usaha;b) Terbukti sudah memberikan keuntungan;c) Memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis;d) Mudah diajarkan dan diaplikasikan;e) Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan f) Hak kekayaan intelektual yang telah terdaftar. Berdasarkan PP Nomor 42 tahun 2007 diatas, dalam suatau perjanjian franchise haurs dibuat dalam bentuk tertulis dan memuat hal-hal sebagai berikut :a) Nama dan alamat para pihak;b) Jenis hak kekayaan intelektual;c) Kegiatan usaha;d) Hak dan kewajiban para pihak;e) Bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang diberikan pemberian waralaba kepada penerima waralabaf) Wilayah usaha g) Jangka waktu perjanjianh) Tata cara pembayaran imbalani) Kepemilikan, perubahn kepemilikan dan hak ahli waris;j) Penyelesaian sengketa; dan k) Tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian

BAB III PEMBAHASAN1. Perjanjian Franchise Antara Dunhill Tobbaco dan PT PDIT MalangPada tahun 2012 silan perusahaan asal negeri Inggris melakukan perjanjian kerjasama dengan Perusahaan rokok dalam negeri PT PDIT Malang. Perushaan yang memiliki kantor di London, Inggris ini merupakan produsen rokok dunia yang terkenal dengan rokok bermerek DUNHILL. Perjanjian kerjasama dengan sistem Franchise ini memberikan PT PDIT selaku Franchisee hak untuk memasarkan rokok dengan merek DUNHILL di pasar Indonesia. Sebelumnya perlu diketahui rokok dengan merek DUNHILL ini diproduksi oleh DUNHILL TOBACCO OF LONDON Ltd yang dipasarkan secara internasional sejak tahun 1907. Rokok dengan merek DUNHILL ini adalah merek berkelas dunia yang menjadi salah satu produk idaman para perokok. Biasanya rokok ini dipasarkan dengan harga rata-rata dimana rokok tersebut dipasarkan. Comtohnya di Indonesia hraga rook berkisar sekitar Rp. 17.000,00 maka di Indonesia harga rokok DUNHILL akan dijual di kisaran Rp. 16.500 s/d 17.500 per kotak. Rokok dengan merek DUNHILL ini telah dipasarkan ke negara-negara Eropa, Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika Selatan, Korea Selatan, Argentina, Brazil dan Indonesia. Di Indonesia kedatangan DUNHILL disambut hangat oleh pecinta rokok tanah air. Di Indonesia rokok merek ini dipasarkan oleh PT PDIT sebagai anak perusahaan BONTOEL GROUP Company yang memang salah satu perusahaan rokok terbesar di tanah air.Sebelumnya PT PDIT yang merupakan perusahaan produksi rokok Indonesia yang telah memiliki rokok dengan merek RAWIT. Merek ini merupakan merek legal PT PDIT yang juga sudah didaftarkan kepada Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual. Keberadaan Rokok merek RAWIT ini sepertinya kurang diminati para perokok tanah air. Rokok yang dipasarkan di kelas rokok kretek. Melihat minat pasar yang kurang akhirnya pada tahun 2012 PT PDIT Malang melakukan kerjasama dengan perusahaan asal Inggris yakni DUNHILL TOBACOO OF LONDON Ltd. Perjanjian ini dilakukan dengan sistem waralaba atau franchise.Dimana Dunhill Tobacco sebagai pemberi lisensi dan PT PDIT Malang sebagai penerima Lisensi. Kerjasama ini ditungkan dalam sebuah perjanjian Lisensi yang ditanda tangi langsung oleh Direktur Internasional Dunhill yakni Alfred Dunhil dan Direktur Utama PT PDIT. Atas kerjasama ini PT PDIT diberikan hak untuk memaasarkan rokok dengan Merek DUNHILL di Indonesia. Tidak hanya itu PT PDIT juga diberikan pengetahuan atau sebuah transfer teknologi langsung dari landon berupa ahli-ahli pembuatan rokok, cetak biru rokok dunhill yang meipluti komposisi dan cara pembuatan rokok dengan merek DUNHILL.Kerjasama dengan bentuk Franchise ini dianggap paling menguntungkan kedua belah pihak karena mengingat mekanisme pananaman modal di Indonesia yang begotu komplek membuat Dunhill mengurungkan niatnya membuat perusahaan baru di Indonesia melainkan mreka hanya menggunakan perusahaan rokok lokal yang telah ada untuk memasarkan merek mereka. Dengan demikian baik PT PDIT Malang yang tidak mendapat keundungan besar juga sangat diuntungkan dengan kerjasama dengan pihak DunhilL London.

2. Alih Teknologi FINE CUT MILD dan CAPSULE FILTER Sejak rokok daun tembakau dipopulerkan pada abad XVI di Eropa, jumlah perokok terus meningkat. Dahulu daun tembakau digunakan sebagai obat perangsang, menekan rasa lapar dan haus serta sebagai obat mengurangi rasa sakit bila digunakan dalam dosis kecil. Daun tembakau sebagai bahan baku rokok pertama diketahui di Amerika tahun 1535.16 Tembakau yang digunakan adalah daun tembakau kering yang dirajang maupun tidak di rajang. Bahan baku rokok hanya tembakau dikenal dengan rokok putih, sedangkan rokok kretek menggunakan bahan baku tembakau dan cengkeh dengan perbandingan 60:40. Rokok cerutu merupakan daun tembakau kering yang dirajang agak lebar disusun sedemikian rupa kemudian dibalut dengan tembakau juga[footnoteRef:6] [6: Sitepoe M. Usaha Kekhususan Rokok Indonesia, Jakrta PT Gramedia Widiarsana, 1997, hal, 10]

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).[footnoteRef:7] [7: Ibid]

Pada dasarnya rokok memiliki 3 komponen penyusun utama yakni kertas, tembakau dan penapis punting rokok/Filter. Lapisan gulungan kertas dalam rokok diciptakan khusus bagi zona luar atau kulit rokok. Salah satu fungsi kertas ini adalah untuk memyimpan tembakau dalam rokok. Kertas ini diciptakan khusus mempunyai liangan untuk ventilasi pembakaran bara atau menjaga kadar pembakaran dalam material tembakau rokok dan menjaga stabilitas produksi abu. Kertas ini digunakan di tip rokok dan sekitar penapis rokok untuk menstablikan bibir dengan air liur. Kadar pembakaran kertas rokok dijaga dengan adanya komponen mikro kristal selulose didalam kertas. Dengan itu, kertas rokok ini didesain khas fire-safe yaitu tidak mudah terbakar kerana mempunyai gabungan liangan dalam textur kertas ini. Teknologi kertas ini mampu mengawal laju pembakaran yang membuat pembakaran dapat terpadam sendiri. Kertas sebagai komponen utama yang dikenal dengan sebagai fire-safe mengandung komponen campuran zat cair yang tidak dapat terbakar.

Kemudian komponen penting selanjutny adalah tembakau, Tembakau ini merupakan unsure paling esensial dalam sebauh rokok. Sebab rasa dari sebuah kenikmatan yang diraih seorang perokok di hasilkan dari kualitas tembakau yang digunakan. Berikut adalah table zat yang terkandung didalam tembakau yang mempengaruhi cita rasa dari sebuah rokok :

NoBagian PartikelBagian Gas

1Tar Karbon Monoksida

2IndolAmoniak

3NikotinAsam hidroayanat

4KarbazolNitrogen oksida

5KresolFormaldehid

Catatan :Bagian dari tembakau yang ebrsifat fisik atau sebelum dibakarCatatan :Hasil dari pembakaran bagian partikel

Kemudian bagian penting dari rokok selanjutnya adalah filter atau penapis punting rokok. Teknologi penapisan putung rokok ini biasanya mempunyai lubang-lubang kecil atau berguna sebagai ventilasi udara ketika rokok dihisap. Didalam isi penapisan ini terkandung lubang-lubang yang sangat kecil sehingga menjaga abu pembakaran rokok tidak terhisap saat dibakar atau dinikmari perokok. biasanya penapisan rokok mempunyai satu cincin bulatan tergantung kategori light dan ultra-light mempunyai hingga dua sampai tiga cincin bulatan. Penapisan putung rokok ini terbahagi menjadi dua jenis yakni asbestos dan bukan asbestos yang telah berubah mengikut peredaran zaman. Jenis-jenis filter yang saat ini dikenal luas adalah uniform, tandem, sandwic sandwich, mixed dan penghafasan atau ventilated.

Untuk kandung rokok sendiri sangat bergantung pada kelas rokok apa yang sedang dibicarakan, apakah kretek atau rokok mild atau ringan. Unuk rokok MILD biasnya kandungan tar akan lebih ringan sehingga apabila dihisap rasanya akan sangat ringan atau tidak berat ditairk.Untuk rokok DUNHILL FINE CUT MILD hasil yang dipasarkan oleh PT PDIT Malang hasil kerjasama dengan Dunhill London merupakan rokok dengan kelas MILD. Dikatakan kategori mild karena rokok ini hanya mengandung Tar: 9.0mg dan Nikotin: 0.8mg. Namun dimana letak perbdeaan rokok DUNHILL FINE CUT dengan rokok lainnya ?Rokok DUNHILL keluaran PT PDIT Malang dikenal merupakan jenis rokok putih pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi kapsul filter dengan dua rasa. Produk yang dikenal dengan `Dunhill Switch` yang menggunakan teknologi kapsul filter sehingga mengubah rasanya dari regular menjadi menthol atau dingin. Sebelumnya untuk rokok jenis ini hanya dipasarkan di eropa dan daerah-daerah dingin lainnya seperti korea selatan.Perlu diketahui rokok dengan technologi kaspul filer ini pada saat itu belum pernah ada di Indonesia namun semenjak masuknya rokok DUNHILL produsen-produsen rokok lokal mulai memproduksi rokok dengan jenis filter ini.

Teknologi kapsul fiter ini memberikan sensai mentol bagi para perokok saat menghisap rokok. Dimana berdasarkan perjanjian franchise yang dilakukan oleh PT PDIT Malang penggunaan teknologi ini meruakan salah satu bagian dari perjanjian dengan DUNHILL TOBACCO OF LONDON Ltd. Kemudian teknologi baru yang dikenalkan ke pasar dalam negeri adalah FINE CUT. Dimana menurut produsen rokok ini fine cut berarti metode pomotongan tembakau yang berbdea dari pada umumnya. Apabila rokok pada umumnya merupakan hasil dari pada cabikan atau potongan tidak terstruktur yang mempengaruhi pembakaran rokok sehingga mengurangi cita rasa dari pada rokok itu sendiri. Dengan teknologi fine cut diakui rokok dunhil dipotong berdasarkan alur tertntu yang jelas tidak hanya masuk mesin dan dicabik-cabik tidak berstruktr halus. Namun hasil potongan mesin baru asal teknologi DUNHILL membuat tembakau yang dihasilkan lebih halus dan terstruktur sehingga menjaga cita rasa dari pada rokok tetap mebuat penikmat membumbung tinggi saat mengisapnya.Menurut Ita Gembiro alih teknologi dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut[footnoteRef:8] : [8: Ita Gembiro, Pemindahan Teknologi dan Pengaturannya dalam Peraturan Perundangan Kompilasi dalam ASPEK-ASPEK Hukum dari Pengaruh Teknologi, Menado, 1978, Hal. 1]

1) Memperkerjakan tenaga-tenaga ahli asing 2) Menyelenggarakan suplai dari mesin-mesin dan alat equipment lainnya3) Perjanjian lisensi 4) Expertisi dan bantuan, teknologi

Kemudian untuk menilai adanya suatau alih teknologi atau tidak, menurut Dahlman dan Westphal dalam studi-studi untuk Wolrd Bank, langkah dalam tata urutan yang harus dilalui sebelum tercapainya keahlian atau alih teknologi dalam perkembangan proses industri tertentu yaitu 1. rekayasa produksi yang terkait dengan operasi pabrik sudah ada; 2. pelaksanaan proyek yang berhubungan dengan pemantapan kapasitas produksi baru; 3. penciptaan barang modal yang terdiri dari perwujudan pengetahuan teknologi dalam fasilitas dan perlengkapan fisis; dan 3. penelitian dan pengembangan yang terdiri dari kegiatan khusus untuk menciptakan pengetahuan teknologi baru[footnoteRef:9]. [9: Chee, Peng Lim, Investasi dan Alih Teknologi, A Malaysian Case Study, 1981, hal 2]

Patokan keberhasilan alih teknologi dalam rangka penanaman modal asing menurut sudut pandang negara tuan rumah dapat diukur dengan sebarapa tinggi pengusaan teknologi lokal dalam satu kategori atau lebih diantara keempat kategori pengusaan keahlian teknologi tersebut.Dalam konteks alih teknologi ada beberpa hal terpenting alih teknologi antara lain yaitu : Penyesuaian produk dan proses dengan kondisi lokal; Pelatihan pribumi tuan rumah; Pengembangan kecakapan litbang lokal; Alih teknologi melalui hubungan dengan perekonomian domestic negara tuan rumah.Sehingga apabila melihat uraian diatas sudah sangat jelas bahwa kerjasama antara DUNHILL TOBACCO OF LONDON Ltd dan PT PDIT Malang dengan franchise telah menghasilkan alih teknologi bagi bangsa Indonesia. Alih teknologi ini diwujudkan dalam sebuah produk rokok yang dikenal luas saat ini dengan merek DUNHILL. Alih teknologi berupa teknologi CAPSULE FILTER dan Fine Cut telah menyhir pasar rokok didalam negeri menjadi pasar yang lebih bervariatif untuk konsumen rokok.

BAB IV PENUTUPKESIMPULAN Kerjasama antara DUNHILL TOBACCO OF LONDON Ltd. Dengan PT PDIT Malang dilakukan dengan metode Franchise Dalam kerjasam sama ini DUNHILL LONDON sebagai pemberi lisensi kepada PT PDIT sebagai penerima lisensi memberikan hak kepada PDIT Malang untuk memproduksi dan menjual rokok dengan merek DUNHILL di Indonesia Kerjasama ini tdak hnay terbtas pemakaian merek namun juga pemakaian teknologi milik DUNHILL yang kemudian diterpakan oleh PT PDIT Malang sebagai sebuah alih teknologi Alih teknologi dalam hal ini adalah dikenalnya rokok putih dengan kapsul filter dua rasa dan teknologi tembakau fine cut